13
LAPORAN PENDAHULUAN I. Kasus (Masalah Utama) Isolasi sosial II. Proses Terjadinya Masalah Isolasi Sosial adalah kondisi kesepian yang diekspresikan oleh individu dan dirasakan sebagai hal yang ditimbulkan oleh orang lain dan sebagai suatu keadaan negatif yang mengancam. Dengan karakteristik : tinggal sendiri dalam ruangan, ketidakmampuan untuk berkomunikasi, menarik diri, kurangnya kontak mata. Ketidak sesuaian atau ketidakmatangan minat dan aktivitas dengan perkembangan atau terhadap usia. Preokupasi dengan pikirannya sendiri, pengulangan, tindakan yang tidak bermakna. Mengekspresikan perasaan penolakan atau kesepian yang ditimbulkan oleh orang lain. Mengalami perasaan yang berbeda dengan orang lain, merasa tidak aman ditengah orang banyak. (Mary C. Townsend, Diagnose Kep. Psikiatri, 1998; hal 252). Isolasi sosial merupakan keadaan di mana individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak (Carpenito ,L.J, 1998: 381). Menurut Rawlins, R.P & Heacock, P.E (1988 : 423) isolasi sosial menarik diri merupakan usaha menghindar dari interaksi dan berhubungan dengan orang lain, individu merasa kehilangan hubungan akrab, tidak mempunyai kesempatan dalam berfikir, berperasaan, berprestasi, atau selalu dalam kegagalan. Penyebab Isolasi sosial menarik diri sering disebabkan oleh karena kurangnya rasa percaya pada orang lain, perasaan panik, regresi ke tahap perkembangan sebelumnya, waham, sukar berinteraksi dimasa lampau, perkembangan ego yang lemah serta represi rasa takut (Townsend, M.C,1998:152). Menurut Stuart, G.W & Sundeen,

LP ISOS

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LP ISOS

LAPORAN PENDAHULUAN

I. Kasus (Masalah Utama)

Isolasi sosial

II. Proses Terjadinya Masalah

Isolasi Sosial adalah kondisi kesepian yang diekspresikan oleh individu dan dirasakan

sebagai hal yang ditimbulkan oleh orang lain dan sebagai suatu keadaan negatif yang

mengancam. Dengan karakteristik : tinggal sendiri dalam ruangan, ketidakmampuan untuk

berkomunikasi, menarik diri, kurangnya kontak mata. Ketidak sesuaian atau ketidakmatangan

minat dan aktivitas dengan perkembangan atau terhadap usia. Preokupasi dengan pikirannya

sendiri, pengulangan, tindakan yang tidak bermakna. Mengekspresikan perasaan penolakan

atau kesepian yang ditimbulkan oleh orang lain. Mengalami perasaan yang berbeda dengan

orang lain, merasa tidak aman ditengah orang banyak. (Mary C. Townsend, Diagnose Kep.

Psikiatri, 1998; hal 252).

Isolasi sosial merupakan keadaan di mana individu atau kelompok mengalami atau

merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain

tetapi tidak mampu untuk membuat kontak (Carpenito ,L.J, 1998: 381). Menurut Rawlins, R.P

& Heacock, P.E (1988 : 423) isolasi sosial menarik diri merupakan usaha menghindar dari

interaksi dan berhubungan dengan orang lain, individu merasa kehilangan hubungan akrab,

tidak mempunyai kesempatan dalam berfikir, berperasaan, berprestasi, atau selalu dalam

kegagalan.

Penyebab

Isolasi sosial menarik diri sering disebabkan oleh karena kurangnya rasa percaya pada

orang lain, perasaan panik, regresi ke tahap perkembangan sebelumnya, waham, sukar

berinteraksi dimasa lampau, perkembangan ego yang lemah serta represi rasa takut

(Townsend, M.C,1998:152). Menurut Stuart, G.W & Sundeen, S,J (1998 : 345). Isolasi sosial

disebabkan oleh gangguan konsep diri harga diri rendah.

Gangguan konsep diri: harga diri rendah adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang

dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (Stuart dan Sundeen,

1998 :227). Menurut Townsend (1998:189) harga diri rendah merupakan evaluasi diri dari

perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif baik langsung maupun tidak

langsung. Pendapat senada dikemukan oleh Carpenito, L.J (1998:352) bahwa harga diri

rendah merupakan keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri yang negatif mengenai

diri atau kemampuan diri.

Tanda dan Gejala

Menurut Townsend, M.C (1998:152-153) & Carpenito,L.J (1998: 382) isolasi sosial

menarik diri sering ditemukan adanya tanda dan gejala sebagai berikut:

Page 2: LP ISOS

Data subjektif :

a. Mengungkapkan perasaan tidak berguna, penolakan oleh lingkungan

b. Mengungkapkan keraguan tentang kemampuan yang dimiliki

Data objektif

a. Tampak menyendiri dalam ruangan

b. Tidak berkomunikasi, menarik diri

c. Tidak melakukan kontak mata

d. Tampak sedih, afek datar

e. Posisi meringkuk di tempat tidur dengang punggung menghadap ke pintu

f. Adanya perhatian dan tindakan yang tidak sesuai atau imatur dengan perkembangan

usianya

g. Kegagalan untuk berinterakasi dengan orang lain didekatnya

h. Kurang aktivitas fisik dan verbal

i. Tidak mampu membuat keputusan dan berkonsentrasi

j. Mengekspresikan perasaan kesepian dan penolakan di wajahnya

Akibat dari isolasi sosial

Perilaku isolasi sosial : menarik diri dapat berisiko terjadinya gangguan sensori persepsi

halusinasi (Townsend, M.C, 1998 : 156). Gangguan sensori persepsi halusinasi adalah persepsi

sensori yang salah (misalnya tanpa stimulus eksternal) atau persepsi sensori yang tidak sesuai

dengan realita/kenyataan seperti melihat bayangan atau mendengarkan suara-suara yang

sebenarnya tidak ada (Johnson, B.S, 1995:421). Menurut Maramis (1998:119) halusinasi adalah

pencerapan tanpa adanya rangsang apapun dari panca indera, di mana orang tersebut sadar dan

dalam keadaan terbangun yang dapat disebabkan oleh psikotik, gangguan fungsional, organik

atau histerik. Perubahan persepsi sensori halusinasi sering ditandai dengan adanya:

Data subjektif:

a. Tidak mampu mengenal waktu, orang dan tempat

b. Tidak mampu memecahkan masalah

c. Mengungkapkan adanya halusinasi (misalnya mendengar suara-suara atau melihat

bayangan)

d. Mengeluh cemas dan khawatir

Data objektif:

a. Apatis dan cenderung menarik diri

b. Tampak gelisah, perubahan perilaku dan pola komunikasi, kadang berhenti berbicara

seolah-olah mendengarkan sesuatu

c. Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara

d. Menyeringai dan tertawa yang tidak sesuai

Page 3: LP ISOS

e. Gerakan mata yang cepat

f. Pikiran yang berubah-rubah dan konsentrasi rendah

g. Respons-respons yang tidak sesuai (tidak mampu berespons terhadap petunjuk yang

kompleks.

III. a. Pohon Masalah

Gangguan sensori persepsi :Halusinasi

Isolasi Sosial

Gangguan Konsep Diri (Harga Diri Rendah)

b. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji

1. Masalah Keperawatan

a. Gangguan sensori persepsi : Halusinasi

b. Isolasi sosial

c. Gangguan konsep diri : harga diri rendah

2. Data yang perlu dikaji

a. Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi

1) Data Subjektif

a) Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus

nyata

b) Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata

c) Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus

d) Klien merasa makan sesuatu

e) Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya

f) Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar

g) Klien ingin memukul/melempar barang-barang

2) Data Objektif

a) Klien berbicar dan tertawa sendiri

b) Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu

c) Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu

d) Disorientasi

Page 4: LP ISOS

b. Isolasi sosial

1) Data Subyektif

Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, kadang hanya dijawab dengan

singkat ”tidak”, ”ya”.

2) Data Obyektif

Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul, menyendiri/menghindari orang lain, berdiam

diri di kamar, komunikasi kurang atau tidak ada (banyak diam), kontak mata

kurang, menolak berhubungan dengan orang lain, perawatan diri kurang, posisi

tidur seperti janin (menekur)

c. Gangguan konsep diri (harga diri rendah)

1. Data subjektif:

a). Mengkritik diri sendiri atau orang lain

b). Perasaan tidak mampu

c). Rasa bersalah

d). Sikap negatif pada diri sendiri

e). Sikap pesimis pada kehidupan

f). Keluhan sakit fisik

g). Menolak kemampuan diri sendiri

h). Pengurangan diri/mengejek diri sendiri

i). Perasaan cemas dan takut

j). Merasionalisasi penolakan/menjauh dari umpan balik positif

k). Mengungkapkan kegagalan pribadi

l). Ketidak mampuan menentukan tujuan

2. Data objektif:

a. Produktivitas menurun

b. Perilaku destruktif pada diri sendiri

c. Menarik diri dari hubungan social

d. Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah

e. Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan

IV. Diagnosa Keperawatan

1. Ganggua sensori persepsi : Halusinasi

2. Isolasi sosial

V. Rencana Tindakan Keperawatan

1. Gangguan sensori persepsi ; halusinasi

Tujuan umum: Tidak terjadi perubahan persepsi sensori: halusinasi

Tujuan khusus:

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya

Page 5: LP ISOS

Tindakan:

- Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, memperkenalkan diri, jelaskan

tuiuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kesepakatan / janji dengan

jelas tentang topik, tempat, waktu.

- Beri perhatian dan penghargaan: temani kilen walau tidak menjawab

- Dengarkan dengan empati : beri kesempatan bicara, jangan terburu-buru, tunjukkan

bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien.

b. Klien dapat menyebut penyebab menarik diri

Tindakan:

- Bicarakan penyebab tidak mau bergaul dengan orang lain.

- Diskusikan akibat yang dirasakan dari menarik diri.

c. Klien dapat menyebutkan keuntungan hubungan dengan orang lain

Tindakan:

- Diskusikan keuntungan bergaul dengan orang lain.

- Bantu mengidentifikasikan kernampuan yang dimiliki untuk bergaul.

d. Klien dapat melakukan hubungan sosial secara bertahap: klien-perawat,

klien-perawat-klien lain, perawat-klien-kelompok, klien-keluarga.

Tindakan:

- Lakukan interaksi sering dan singkat dengan klien jika mungkin perawat yang

sama.

- Motivasi temani klien untuk berkenalan dengan orang lain

- Tingkatkan interaksi secara bertahap

- Libatkan dalam terapi aktivitas kelompok sosialisasi

- Bantu melaksanakan aktivitas setiap hari dengan interaksi

- Fasilitasi hubungan kilen dengan keluarga secara terapeutik

e. Klien dapat mengungkapkan perasaan setelah berhubungan dengan orang lain.

Tindakan:

- Diskusi dengan klien setiap selesai interaksi / kegiatan

- Beri pujian atas keberhasilan klien

f. Klien mendapat dukungan keluarga

Tindakan:

- Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui pertemuan keluarga

- Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.

2. Isolasi sosial

Tujuan umum : Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal

Tujuan khusus :

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya

Page 6: LP ISOS

Tindakan :

- Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi terpeutik

b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

Tindakan :

- Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.

- Setiap bertemu klien hindarkan dari penilaian negatif.

- Utamakan memberi pujian yang realistik.

c. Klien dapat menilai kemampun yang dimiliki

Tindakan :

- Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit

- Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkn penggunaannya.

d. Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang

dimiliki

Tindakan :

- Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai

kemampuan

- Tingkatkan kegiatan sesuai toleransi kondisi klien

- Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan

e. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi sakit dan kemampuannya

Tindakan :

- Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan

- Beri pujian atas keberhasilan klien

- Diskusikan kemungkinan pelaksanan di rumah

f. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada

Tindakan :

- Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga

diri rendah

- Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat

- Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.

Page 7: LP ISOS

DAFTAR PUSTAKA

Boyd, M.A & Nihart, M.A, (1998). Psychiatric Nursing Contemporary Practice, Edisi 9th, Lippincott-Raven Publishers, Philadelphia

Carpenito, L.J, (1998). Buku Saku Diagnosa keperawatan (terjemahan), Edisi 8, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

DEPKES RI, (1989). Pedoman Perawatan Psikiatrik, Ed I, DEPKES RI, Jakarta

Johnson, B.S, (1995). Psichiatric-Mental Health Nursing Adaptation and Growth, Edisi 2th, J.B Lippincott Company, Philadelphia

Kusuma, W, (1997). Dari A Sampai Z Kedaruratan Psikiatrik Dalam Praktek, Ed I, Professional Books, Jakarta

Keliat, B.A, dkk, (1997). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Ed I, EGC, Jakarta

Maramis,W.F (1998). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Airlangga University Press, Surabaya

Rawlins, R.P & Heacock, P.E (1988). Clinical Manual of Psychiatric Nursing, Edisi 1th, The C.V Mosby Company, Toronto

Stuart, G.W & Sundeen, S.J, (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa (terjemahan). Edisi 3, EGC, Jakarta

Townsend, M.C, (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikitari (terjemahan), Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Page 8: LP ISOS

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

PADA Tn.S DENGAN MASALAH KEPERAWATAN :

ISOLASI SOSIAL

A. PROSES KEPERAWATAN1. Kondisi

- DS : o Mengatakan malas berinteraksi

o Mengatakan orang lain tidak mau menerima dirinya

o Merasa orang lain tidak selevel

- DO :o Menyendiri

o Mengurung diri

o Tidak mau bercakap-cakap dengan orang lain

2. Diagnosa KeperawatanIsolasi Sosial

3. Tujuan - Tujuan Umum

Klien dapat berinteraksi dengan orang lain- Tujuan Khusus

a. Klien mampu menyebutkan penyebab menarik dirib. Klien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan sosial dan kerugian

menarik diric. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahapd. Klien mampu menjelaskan perasaannya setelah berhubungan sosial

4. Intervensia. Identifikasi penyebab isolasi sosialb. Diskusikan dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lainc. Diskusikan dengan pasien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang

laind. Ajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orange. Anjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan

orang lain dalam kegiatan harian

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)1. Orientasi

a. Salam terapeutiko Mengucapkan salam

o Memperkenalkan diri dan mengajak berkenalan

o Menyampaikan tujuan pertemuan, yaitu bercakap-cakap untuk

mendiskusikan masalah yang dihadapi pasieno

b. Validasio Menanyakan bagaimana perasaan pasien saat ini

o Menanayakan alasan masuk ke Rumah Sakit

o Validasi untuk semua MK

Page 9: LP ISOS

c. Kontrako Topik

Mengajak bercakap-cakap tentang cara berkenalan dengan orang laino Tempat

Ruang Tamuo Waktu

Pukul 10.00 – 10.20 (20 menit)2. Kerja (SP I)

a. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosialb. Bediskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lainc. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang

laind. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orange. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang

dengan orang lain dalam kegiatan harian3. Terminasi

a. Evaluasio Subyektif : Menanyakan perasaan pasien setelah bercakap-bercakap

o Obyektif : Meminta klien menceritakan kembali apa yang telah

didapat dan di diskusikanb. Rencana Tindak Lanjut

Menganjurkan klien untuk berkenalan apabila ada pasien baruc. Kontrak

o Topik

Praktek berkenalan dengan satu orango Tempat

Ruang Tamuo Waktu

Pukul 10.00 – 10.20 (20 menit)