Upload
hyedaistay
View
28
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA PASIEN DENGAN ASMA BRONCHIALE
DISUSUN OLEH :
Disti Widiastuti
13068
PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN
AKADEMI KEPERAWATAN INSAN HUSADA SURAKARTA
TAHUN 2016
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
ASMA BRONCHIALE
I. DEFINISI
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea
dan bronchi berspon dalam secaa hiperaktif terhadap stimuli tertentu.
( Smeltzer, C . Suzanne, 2002, hal 611)
Asma adalah obstruksi jalan nafas yang bersifat reversibel, terjadi ketika
bronkus mengalami inflamasi/peradangan dan hiperresponsif. (Reeves, 2001 : 48)
II. ETIOLOGI
a. Faktor Ekstrinsik (asma imunologik / asma alergi)
- Reaksi antigen-antibodi
- Inhalasi alergen (debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang)
b. Faktor Intrinsik (asma non imunologi / asma non alergi)
- Infeksi : parainfluenza virus, pneumonia, mycoplasmal
- Fisik : cuaca dingin, perubahan temperatur
- Iritan : kimia
- Polusi udara : CO, asap rokok, parfum
- Emosional : takut, cemas dan tegang
- Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus.
(Suriadi, 2001 : 7)
III. MANIFESTASI KLINIK
a. Stadium dini
Faktor hipersekresi yang lebih menonjol
- Batuk dengan dahak bisa dengan maupun tanpa pilek
- Rochi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang timbul
- Whezing belum ada
- Belum ada kelainan bentuk thorak
- Ada peningkatan eosinofil darah dan IG E
- BGA belum patologis
Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan
- Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum
- Whezing
- Ronchi basah bila terdapat hipersekresi
- Penurunan tekanan parsial O2
b. Stadium lanjut/kronik
- Batuk, ronchi
- Sesak nafas berat dan dada seolah –olah tertekan
- Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan
- Suara nafas melemah bahkan tak terdengan (silent Chest)
- Thorak seperti barel chest
- Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus
- Sianosis
- BGA Pa o2 kurang dari 80%
- Ro paru terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kanan dan kiri
- Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis respiratorik
(Halim Danukusumo, 2000, hal 218-229)
IV. PATOFISIOLOGI
Alergen masuk kedalam tubuh, kemudian allergen ini akan merangsang
sel B untuk menghasilkan sat anti. Karena terjadi penyimpangan dalam system
pertahanan tubuh maka terbentuklah imoglobulin E (Ig. E).Pada penderita alergi
sangat mudah memprouksi Ig. E. dan selai beredar didalam daerah juga akan
menempel pada permukaan basofil dan mastosit.Mastosit ini amat penting dalam
peranannya dalam reaksi alergi terutama terhadap jaringan saluan nafas, saluran
cerna dan kulit.
Bila suatu saat penderita berhubungan dengan allergen lagi, maka
allergen akan berikatan dengan Ig.E yang menempel pada mastosit, dan
selanjutnya sel ini mengeluarkan sat kimia yang di sebut mediator ke jaringan
sekitarnya. Mediator yang dilepas di sekitar rongga hidung akan menyebabkan
bersin – bersin dan pilek. Sedangkan mediator yang dilepas pada saluran nafas
akan menyebabkan saluran nafas mnengkerut, produksi lendir meningkat,
selaput lendir saluran nafas membengkak dan sel – sel peradangan berkumpul di
sekitar saluran nafas. Komponen – komponen itu menyebabkan penyimpitan
saluran nafas.
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
GDA menunjukan hipokapnea (Pa CO2 < 35 mmHg) disebabkan menurunnya
perfusi ventilasi. Selanjutnya Pa CO2 meningkat di atas normal sesuai dengan
meningkatnya tahanan jalan nafas.
Jumlah sel darah menunjukkan peningkatan eosinofil
Pemeriksaan fungsi paru menunjukan penurunan kakuatan kapasitas vital
Pengumpulan sputum untuk pemeriksaan kultur dan test sensitivitas untuk
menentukan infeksi dan mengidentifikasi antimikroba yang cocok dalam
mengobati infeksi yang terjadi
Sinar X perlu memperlihatkan disfensi alveoli.
VI. PENATALAKSANAAN
1. Oksigen 4 – 6 liter / menit
2. Agonis B2 ( salbutamol 5 mg atau feneterol 2,5 mg atau
terbulatin 10 mg ) intalasi nebulasi dan pemberiannya dapa diulang setiap 20
menit sampai 1 jam. Pemberian agonis B2 dapat secara subcutan atau iv
dengan dosis salbutamol 0,25 mg atau terbulatin 0,25 mg dalam larutan
dextrose 5 % dan diberikan perlahan.
3. Aminofilin bolus iv 5 – 6 mg / kg BB, jika sudah
menggunakan obat ini dalam 12 jam sebelumnya maka cukup diberikan
setengah dosis.
4. Kortikosteroid hidrokortison 100 – 200 mg iv jika tak ada
respon segera atau pasien sedang menggunakan steroid oral atau dalam
serangan sangat berat.
VII. KOMPLIKASI
Potensial komplikasi:
Hipoksemia
Gagal nafasa akut
KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN PRIMER
- Airway
Krekels, ronkhi, batuk keras, kering/produktif
Penggunaan otot –otot aksesoris pernapasan ( retraksi interkosta)
- Breathing
Perpanjangan ekspirasi , mengi, perpendekan periode inspirasi, sesak
napfas, hipoksia
- Circulation
Hipotensi, diaforesis, sianosis, pulsus paradoxus > 10 mm
B. PENGKAJIAN SEKUNDER
- Riwayat penyakit sebelumnya
Alergi, batuk pilek, menderita penyakit infeksi saluran nafas bagian atas
- Riwayat perawatan keluarga
Adakah riwayat penyakit asma pada keluarga
- Riwayat sosial ekonomi
Jenis pekerjaan dan waktu luang, jenis makanan yang berhubungan
dengan alergen, hewan piaraan, lingkungan tempat tinggal dan stressor
emosi
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNCUL
1. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas b. d bronkospasme,
peningkatan produksi sekret, sektet kental
Tujuan: bersihan jalan nafas efektif
KH:
- Bunyi nafas bersih
- Batuk efektif/mengeluarkan dahak
Intervensi:
- Ausultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas tambahan misalnya:
mengi, krekel, ronchi
- Kaji frekuensi dispnea: gelisah, ansietas distress pernapasan, penggunan
otot bantu
- Beri klien posisi yang nyaman misalnya peninggian empat tidur, duduk
(fowler)
- Pertahankan/ bantu batuk efektif
- Observasi karakteristik batuk
- Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari dan berikan air hangat
- Berikan obat sesuai indikasi
- Kolaborasi pengambilan bahan lab : Hb, Ht, leukosit, foto thorak
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan
ekspansi paru selama serangan akut
Tujuan: pola nafas efektif
Kriteria hasil:
- Sesak berkurang atau hilang
- RR 18-24x/menit
- Tidak ada retraksi otot pernapasan
Intervensi:
- Kaji tanda dan gejala ketidakefektifan pernapasan : dispnea,
penggunaan otot-otot pernapasan
- Pantau tanda- tanda vital dan gas- gas dalam arteri
- Baringkan pasien dalam posisi fowler tinggi untuk memaksimalkan
ekspansi dada
- Berikan terapi oksigen sesuai pesanan
3. Cemas b.d krisis situasi
Tujuan : cemas berkurang/ hilang
KH:
- Klien tampak rileks
- Klien menyatakansesak berkurang
- Tanda – tanda vital normal
Intervensi;
- Kaji tingkat kecemasan klien
- Observasi respon non verbal (gelisah)
- Ukur tanda-tanda vital
- Dengarkan keluhan klien dengan empati
- Jelaskan informasi yang diperlukan klien tentang penyakitnya,
perawatan dan pengobatannya
- Ajarkan klien tehnik relaksasi (memejamkan mata, menarik nafas
panjang)
- Menganjurkan klien untuk istirahat
(Tucker S. Martin, 2005 hal 242-243)
DAFTAR PUSTAKA
Halim Danukusantoso, 2000Buku Saku Ilmu Penyakit Paru, Jakarta, Penerbit
Hipokrates ,
Smeltzer, C . Suzanne,dkk, 2002 Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8
Vol 1. Jakarta , EGC,
Ngastiyah, 2009 Perawatan Anak Sakit, Jakarta, EGC,
Hudak & Gallo, 2001Keperawatan Kritis, Edisi VI,Vol I, Jakarta, EGC,
Tucker S. Martin, 2005 Standart Perawatan Pasien, Jilid 2, Jakarta, EGC,
PATHWAYS ASMA BRONCHIALE
Ekstinsik (inhaled alergi)
Bronchial mukosa menjadi sensitif oleh Ig E
Peningk mast cell pd tracheobronchial
Stimulasi reflek reseptor syarat parasimpatis pd mukosa bronchial
Pelepasan histamin tjd stimulasi pd bronkial smooth shg tjd kontraksi bronkus
Peningk permiabilitas vaskuler akibat kebocoran protein + cairan dlm jar
Intrinsik (infeksi, psikososial, stress)
Penurunan stimuli reseptor terhadap iritan pd tracheobronchial
Hiperaktif non specifik stimuli penggerak dari cell mast
Perangsang reflek reseptor tracheobronchial
Stimuli bronchial smooth + kontraksi otot bronchiolus
Perubahan jaringan, pening Ig E dalam serum
Respon dinding bronkus
bronkospasme Udema mukosa Hipersekresi mukosa
Penumpukan sekret kental
Sekret tak keluar
Batuk tdk efektif
Bernapas
mlll mulut
Keringnya mukosa
Resiko infeksi
Tdk efektifnya jalan nps
Bronkus menyempit
Ventilasi terganggu
Supai O2
ke otak menurun
Suplai o2 jar menurun
whezing
Gg pola nps
Gg pertukaran gas
hiperkapnea
hipoksemia
gelisah
cemas
Gg perfusi jaringan
koma