Upload
lythuan
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP
Hak cipta dan penggunaan kembali:
Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.
Copyright and reuse:
This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.
LAMPIRAN
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
Rencana Draft Pertanyaan Wawancara:
1. Ceritakan aktivitas dan kegiatan sehari-hari!
2. Asal dari mana dan saat ini tinggal di mana dengan siapa?
3. Sudah berapa lama menjadi penggemar/pecinta KA?
4. Mengapa tertarik untuk menjadi pecinta dan penggemar KA?
5. Apakah ada keterpaksaan dalam menjalani hobi sebagai pecinta
KA?
6. Jika Anda tidak pernah menjadi seorang pecinta KA, maka akan
seperti apa kira-kira kehidupan Anda?
7. Apakah cukup mudah dalam menjalani hobi sebagai pecinta KA?
8. Bagaimana cara Anda untuk tidak bosan dalam menjalani hobi
sebagai pecinta KA?
9. Apakah Anda tergabung dalam suatu komunitas pecinta KA atau
justru tidak tergabung dengan komunitas apapun? Mengapa
memilih demikian?
10. Siapa dan seperti apakah seseorang yang bisa dikatakan sebagai
penggemar/pecinta KA?
11. Apa yang Anda ketahui tentang vlog?
12. Apakah Anda mengetahui vlogging dan vloggers terkenal di
Indonesia, khususnya yang mengambil tema tentang KA?
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
13. Sejak kapan Anda memulai aktivitas di YouTube khususnya
membuat vlog tentang KA?
14. Mengapa Anda memilih YouTube dalam menjalankan aktivitas
vlog, tidak di media lainnya?
15. Menurut Anda, apakah aktivitas vlog tersebut sudah mampu
memuaskan hasrat Anda terhadap KA atau justru hanya salah satu
alternatif?
16. Jika dibandingkan dengan YouTubers/vloggers lainnya, apakah
dengan memilih spesialisasi konten tentang transportasi KA
merupakan pilihan yang tepat atau sekadar ikut-ikutan atau malah
justru dianggap sebelah mata?
17. Bagaimana Anda memahami dan memaknai aktivitas vlog berisi
transportasi KA, terutama sebagai pecinta KA sendiri?
18. Apakah Anda memiliki pengalaman tertentu yang membuat Anda
akhirnya memutuskan menjadi youtubers/vloggers dengan
spesialiasi konten transportasi KA?
19. Apakah Anda sudah puas dengan konten yang Anda sajikan dan
buat sendiri dalam vlog Anda?
20. Siapa saja orang-orang yang sering Anda ajak untuk berinteraksi
dan berkomunikasi selama menjadi pecinta KA sekaligus
youtubers/vloggers spesialiasi konten transportasi KA?
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
21. Mengapa Anda memilih untuk berinteraksi dan berkomunikasi
dengan orang-orang tersebut?
22. Menurut Anda, mengapa transportasi KA bisa membuat seseorang
rela berlama-lama di pinggir rel untuk mengabadikan KA atau
membuat Anda sendiri betah mengabadikannya dalam bentuk vlog?
23. Menurut Anda, apakah konten yang Anda sajikan itu memang
benar-benar bermanfaat untuk khalayak atau justru untuk diri Anda
sendiri saja?
24. Siapa saja yang menurut Anda bisa memperoleh manfaat seusai
menonton vlog/video yang Anda buat?
25. Apakah Anda benar-benar murni hanya menyukai KA atau malah
juga menggemari jenis transportasi lain? Mengapa demikian?
26. Bagaimana cara Anda memperkenalkan kecintaan Anda terhadap
KA kepada orang-orang?
27. Apakah dengan membuat vlog berisi video KA sudah menandakan
Anda benar-benar seorang pecinta KA sejati yang luar biasa atau
justru baru permulaan?
28. Bagaimana pendapat Anda terhadap pecinta KA yang tidak
melakukan aktivitas hunting foto, video, atau trekking di jalur KA?
Apakah mereka bukan railfans sejati atau tetap bisa disebut sebagai
railfans?
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
29. Perlukah seorang pecinta KA membuat vlog/video mengenai
transportasi KA?
30. Saran apa yang dapat Anda berikan untuk vloggers/youtubers
pecinta KA dalam menjaga dan meningkatkan kualitas konten
videonya?
31. Jika Anda sudah mencapai titik jenuh sebagai vloggers/youtubers
sekaligus pecinta KA, apakah Anda akan memutuskan untuk
berhenti menjalani kegemaran tersebut? Mengapa memilih
demikian?
32. Apakah Anda memiliki rencana untuk memperkenalkan KA dan
aktivitas vlogging kepada anak cucu Anda ke depannya?
33. Bagaimana harapan Anda terhadap aktivitas vlog di YouTube Anda
terkait transportasi KA?
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
Transkrip Wawancara
Narasumber/Informan 1: Risang Anggara
Lokasi Wawancara: Myloc Café Jalan Braga, Bandung, Jawa Barat
Hari/Tanggal Wawancara: Rabu, 29 Maret 2017
Waktu Wawancara: Pukul 18.00 WIB
Peneliti (P)
Informan (I)
P: “Ya Mas Risang, boleh diceritain aktivitas sama kegiatannya sehari-hari”
I: “Sehari-hari, Senin sampai jumat saya terikat di pekerjaan kantor. Udah jam pasti
itu, jam pastinya seorang PNS, senin sampai jumat. Lima hari kerja, saya sabtu
minggu libur. Jadi sabtu minggu masih bisa lah, cukup luang lah waktunya untuk
macem-macem. Bisa main bisa refreshing. Ya Selebihnya ya itu aja sih saya
terpakunya karena senin sampai jumat udah full di kantor, satu hari penuh di kantor,
kalo ada kegiatan-kegiatan lain ya rata-rata di sabtu minggu
P: “ Berarti kalo misalnya kayak refreshing gitu emang kebanyakan sabtu minggu.
Kalo ada hari libur, biasanya dimanfaatin juga ga?”
I: “Hari libur, tergantung liburnya sih, kalo memang Cuma satu hari yaudah saya
pakai buat istirahat. Kecuali memang liburnya cukup panjang, misalnya kayak long
weekend gitu ya. Saya lebih memilih buat pulang kampung. Jadi kalo ada long
weekend saya pulang, pulang ke Jogja”
P: “Boleh diceritain juga ga Masa Risang asalnya dari mana, terus sekarang
tinggalnya di mana, sama siapa gitu?”
I: Saya asli dari sleman jogja. Tinggal di bandung itu karena penempatan kerja.
Sebelumnya saya sempet satu tahun di jakarta, terus kemudian sama pihak kantor
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
saya ditempatkan di bandung. Saya di sini ngekos, tinggal sendiri, tinggal sendiri di
kos, di sekitar kantor
P: Oke. Nah kan, mas risang ini kan termasuk salah satu orang yang penggemar
kereta api atau railfans
I: heeh iya
P: Nah itu gimana sih ceritanya kok bisa jadi railfans dan ya udah berapa lama jadi
penggemar kereta api gitu?
I: kalau berapa lamanya mungkin udah puluhan tahun kali ya. Mungkin ada lah ya 20
tahunan.
P: dari kecil banget?
I: Iya dari kecil. Yang menjadi dasar itu karena rumah saya dekat sama stasiun.
P: Stasiun apa tuh?
I: Rumah saya di jogja dekat sama stasiun patukan
P: oh patukan
I: Hehe itu jadi kalo saya main pun sering-seringnya ke area area stasiun. Nah dari
situ saya kenal. Selain itu juga emang sejak kecil diperkenalkan sama transportasinya
ya lebih banyak ke kereta api. Misalnya saya dari rumah mau nengok saudara di
bekasi ya pasti naiknya naik kereta api sih sering-seringnya. Nah dari situ mulailah
suka sama yang namanya kereta api
P: berarti selain karena letak rumahnya yang deket juga ya itu ya mas ya karena orang
tua juga yang suka ajak jalan-jalan
I: Kira-kira seperti itu lah. Deket sih. Saya termasuk orang yang tinggal di ga tau
kenapa kebetulannya itu tempat tinggal saya itu dekat dengan lingkungan kereta api.
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
Kayak sekarang juga nih kos-kosan saya tuh di belakang kos-kosan saya Cuma selisih
tiga petak rumah udah langsung rel kereta api
P: itu emang sengaja nyari di situ kos-kosnya atau..
I: enggak. Kebetulan. Begitu saya dapet kos-kosan di situ, saya coba jalan-jalan di
sekitar kos-kosan, ketemu deh itu rel. serba kebetulan
P: kalo dari rumah yang di jogja ke stasiun jaraknya berapa?
I: paling 200 meter lah
P: oh ya deket lah ya berarti
I: iya deket
P: berarti pas kecil lebih banyak mainnya nonton kereta api di situ
I: Bener bener bener
P: Mas Risang, ada ga sih kayak keterpaksaan dalam menjalani hobi ini gitu?
I: enggak. Ga ada sama sekali. Karena apa ya yang namanya hobi kan berarti kita
suka nih. Suka itu kan memang udah dorongan udah niat. Jadi kalo keterpaksaan ga
ada sama sekali
P: Berarti emang bener-bener pure gitu ya dari dalam diri sendiri?
I: iya bener bener betul
P: kalo misalnya nih mas risang ga, bukan ga terlahir sih tapi kayak ga pernah
menjadi seorang pecinta kereta api, ga pernah menjadi seorang railfans, mas risang
pernah ga sih ngebayangin hal kayak gitu? Kira-kira bakal gimana kehidupannya?
I: Hmmm….kebayang sih hampir enggak ya. Soalnya apa ya ga pernah berandai-
andai seperti itu. Tapi kalo seandainya saya ditanya seperti itu, seandainya saya ga
kenal dunia kereta api ya apa ya? Bisa jadi sewaktu-waktu saya kenal sama dunia
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
yang lain. Entah itu jenis transportasi yang lain atau kecintaan atau hobi yang lain.
Cuman ga pernah kebayang sih ga pernah berandai-andai
P: ga pernah berandai-andai karena emang udah suka sama kereta api dari dulu?
I: iya iya sudah dikenalkan sejak kecil
P: jadi ga pernah kayak punya keinginan atau kayak misal ngebayangin ah kalau saya
bukan railfans gimana ya?
I: apa ya? Paling kehidupan saya yang monoton lah dari kecil. Sekolah-sekolah,
kuliah-kuliah, kerja-kerja, gitu aja sih. Ga akan yang main ke sana kemari, ketemu
temen dari ujung ke ujung gitu aja
P: nah, selama jadi pecinta kereta api nih, menjalani hobi sebagai seorang railfans
cukup mudah ga sih mas selama maksudnya selama menjalani itu? Apakah kayak ada
tekanan atau gangguan atau gimana?
I: enggak ada sih, mudah. Saya Cuma apa ya, punya waktu yang cukup luang, waktu
saya udah terjadwal, kemudian dari orang tua fine-fine aja. Ga mempermasalahkan.
P: selama itu positif dan ga mengganggu
I: ya, ga ada
P: kalo misalnya dari orang sekitar gitu kayak temen nih tapi bukan dari temen
sesama pecinta kereta api. Ada ga sih kayak gangguan-gangguan atau dianggep kayak
ih kok aneh sih suka sama kereta api gitu?
I: hahaha… gangguan sih enggak, Cuma mereka kadang suka bertanya-tanya aja apa
sih kenapa kok kamu bisa suka sama kereta? Paling Cuma sekadar tanya-tanya
sekilas udah gitu aja. Begitu jelasin, ya udah mereka paham. Justru kalo mereka yang
nonrailfans lagi bersinggungan dengan dia lagi naik kereta apa, kadang suka ngabarin
Eh saya lagi naik kereta ini loh, gitu aja.
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
P: Pernah ga sih mas kayak ditanyain sama temennya kan nih mas risang railfans juga
ya dan sering bepergian naik kereta api dong pasti? Kayak ditanya sama temennya eh
kalo kereta yang enak jurusan ini apa sih? Waktunya yang pas buat kita yang mana
sih? Harganya berapa?
I: sering, bahkan selama di kantor saya tuh jadi istilahnya apa ya? Semacam agen
lah, jadi kalo ada orang yang butuh tiket pasti booking-nya ke saya.
P: Oh bookingnya lewat mas risang?
I: Iya, betul, bahkan kepala kantor saya juga kalo perlu apa-apa, ga Cuma tiket kereta,
bisa juga sih tiket pesawat, pasti bookingnya lewat saya.
P: oh jadi kayak mas risang sendiri udah dipercaya sama temen-temen di kantor gitu
ya?
I: hahahaha… ya, jadi orang udah paham kalau saya itu bener-bener istilahnya ga bisa
dipisahkan sama kereta api.
P: jadi misalnya ada orang mau pergi, contoh dari bandung ke jogja, mas risang selalu
menjadi kayak yang orang yang direkomendasikan sama temen?
I: iya betul sangat betul sekali. Mereka nanya tiket, nanya jadwal, nanya
pemesanannya, gimana cara bayarnya itu hampir sebagian besar nanyanya ke saya.
P: merasa seneng atau kadang justru direpotkan mas dengan hal seperti itu?
I: hmmm… mayoritas sih merasa senang karena orang jadi tahu. Saya ini jadi salah
satu orang yang jadi narasumber di kantor. Cuma kadang kalo saya lagi ada pekerjaan
terus tiba-tiba yang nelpon Cuma nanyain tiket itu kadang juga aduh kok Cuma saya
doang ini ya yang tahu? Padahal itu kan bisa dipesan online gampang, tapi sih
selebihnya saya enjoy aja sih.
P: karena ya emang udah hobi gitu ya?
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
I: iya pasti kalo ditanya yang sedikit aja berkaitan sama kereta api akan nyambung.
P: ya berarti mas risang senang malah bisa membantu dan memperkenalkan
transportasi kereta api
I: ya termasuk promosi juga sih, jadi kalo ada promo-promo eh ada promo loh bu, ada
promo loh pak, nih mau ambil ga?
P: Nah, dalam menjalani hobi sebagai railfans ini mas pernah ga sih kayak ada titik di
mana aduh bosen banget nih naik kereta api melulu. Kenapa mantenginnya kereta api
melulu? Pernah ga sih ada rasa yang bosen jenuh gitu?
I: hmmm… mungkin bosen sih enggak, Cuma kadang apa ya? Kehabisan ide aja sih,
kehabisan ide kayaknya naik kereta kok ke situ-situ terus? Ga ada yang unik-unik apa
kek, tapi ya karena sebenernya saya sih enggak terpaku pada itu karena mayoritas
juga tapi enggak juga sih karena beberapa konten saya ada juga yang tentang
pesawat. Ga Cuma kereta. Jadi, mungkin pas saya ada di titik jenuh, saya larilah ke
moda transportasi yang lain.
P: tapi tetap yang paling utama adalah kereta api?
I: tetap… setelah mungkin ya refreshing penyegaran dari kereta ya akhirnya ya
kembali juga eh kangen juga nih naik kereta gitu. Tetap ada rasa kembali ke situ.
P: pernah ada istilah kayak aduh mau vakum dulu nih dari dunia kereta api?
I: enggak, nggak ada hahaha… ga ada pikiran seperti itu. Masih enjoy saja.
P: walaupun kadang bosen atau jenuh tapi berusaha untuk dialihkan ke hal yang lain?
I: he eh, Cuma sesaat, Cuma sesaat aja. Pasti nanti akan ada kerinduan tersendiri pada
kereta api itu.
P: kayak misalnya aduh udah lama juga gitu ya?
I: Ya
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
P: nah, mas risang ini kalau boleh tahu tergabung dalam komunitas atau independen?
I: tidak. Sejak awal saya nggak berniat bergabung tuh nggak ada. Alasannya pertama
karena saya terikat sama pekerjaan. Saya takutnya kalau nanti bergabung di situ
pastinya waktu saya terbaginya kacau, sedangkan pekerjaan itu mutlak. Ga bisa
ditinggalkan. Kalau komunitas ditinggalkan, saya sendiri merasa ga enak.
P: walau hobi juga, tetapi karena sudah ada pekerjaan tetap mengutamakan
pekerjaan?
I: Tetap, tetap. Meskipun, hobi yang benar-benar kita senangi tapi tetap kita harus
naruh prioritas ya. Lebih utama ke pekerjaan tetap.
P: Nah, mas risang kan sudah lama nih puluhan tahun kan ya menjadi seorang pecinta
kereta api.
I: Hahaha… Iya, saya sudah tua hahaha…
P: Ahaha… Iya mas, menurut mas risang nih yang bisa menjadikan seseorang
dikatakan bahwa dia itu railfans atau pecinta kereta api itu apa?
I: Istilahnya kriteria seseorang bisa dikatakan sebagai railfans ya?
P: Iya seperti itu mas
I: Ya pastinya harus suka kereta dulu. Suka itu tinggal gimana itu bentuknya. Entah
dia yang suka melihat, suka foto, suka mengabadikan lewat video, atau suka jalan-
jalan naik kereta. Tinggal salah satunya saja itu sudah bisa lah disebut sebagai
railfans.
P: Apakah perlu ada durasinya mas? Misalnya nih yang sudah lama banget yang pasti
udah dikenal dong sebagai railfans. Namun, ternyata ada juga yang baru misal baru
setahun atau beberapa bulan. Apakah dia sudah bisa dianggap sebagai seorang
railfans? Misalnya juga ilmunya masih sedikit gitu tentang perkeretaapian?
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
I: Bisa saja sih menurut saya karena semua juga pasti ada prosesnya ya. Saya juga
dulu kan melampaui waktu-waktu seperti itu pada masa-masa saya benar-benar baru
kenal. Pasti ya ada proses dia harus mengenal dulu, belajar dari pengalaman, terus
tanya-tanya ke sesama railfans, pasti ada. Kalau kategori waktu saya rasa ga ada sih.
P: Jadi, mau dia sudah berpuluh-puluh tahun atau dia baru setahun atau baru sebentar
asal dia mempunyai kriteria seperti yang tadi itu sudah bisa dianggap sebagai
railfans?
I: Iya, menurut saya seperti itu.
P: Nah, mas risang sebagai railfans ini pernah nggak sih kepikiran untuk suatu saat
bekerja di perusahaan kereta api yang kebetulan kalau di Indonesia ini PT KAI
(Kereta Api Indonesia)? Kan kadang kalau orang awam tuh bilang misalnya orang
yang suka kereta api kenapa ga di situ aja?
I: Kayak misal jadi masinis gitu ya?
P: ya bisa kerja jadi masinis atau di KAI gitu atau PJKA?
I: hmmm… Dulu… Dulu iya. Dulu mungkin karena ya gambaran seorang bocah ya.
Senengnya sama kereta pasti pengen kerjanya di sesuatu yang berkaitan sama kereta
api. Tapi posisi saat ini karena mungkin udah banyak pertimbangan macam-macam
ya kayaknya kalau saya kerja di Kereta Api, justru saya malah kekurangan waktu
untuk menjalani hobi saya yang suka kereta api. Misalnya saya jadi masinis nih, udah
habis waktu kerja jadi masinis.
P: Walaupun kerjanya juga di dalam kereta api gitu?
I: He eh, iya. Cuma, kayaknya pikiran saya saat ini lebih apa ya? Merasa senang saja.
Saya senang nih tidak bekerja di Kereta Api. Kalau seandainya saya kerja di Kereta
Api, wah akhirnya saya sibuk sama pekerjaan saya yang di situ. Ga akan ada waktu
buat jalan-jalan.
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
P: Karena hobi dan pekerjaan itu dua hal yang berbeda ya?
I: Kalau menurut saya ya. Menurut saya berbeda sih.
P: Nah, mas risang kan juga kebetulan nih merupakan seorang vlogger, tepatnya
Railfans Vlogger. Apa sih yang mas risang ketahui tentang vlog?
I: Vlog? Vlog itu ya… apa ya? Video blog kan ya. Blog, tetapi yang dikemas dalam
bentuk video. Jadi, tidak hanya sekadar kita baca, tetapi orang juga bisa menikmati
pengalaman-pengalaman visualnya dia. Dengan video mungkin lebih kaya kan ya
imajinasinya? Oh dapet banget gitu loh melihat seperti apa sih situasi yang
sebenarnya, yang dilihat sama penonton, yang dilihat sama si penulisnya.
P: sebelum ini, mas risang tahu nggak vloggers Indonesia yang terkenal? Tidak harus
yang dari pecinta kereta api.
I: Nggak banyak sih sebenarnya, satu-dua saja lah kayak Raditya Dika, semacam gitu
saja. Tapi saya nggak terlalu ngikutin.
P: Oh, nggak ngikutin ya yang Indonesia gitu?
I: Enggak
P: Tapi, kalo misalnya yang dari vlogger yang dari kalangan pecinta kereta api itu
siapa aja mas yang setahu mas risang?
I: Hmmm… banyak sih. Account-account yang saya subscribe cukup banyak. Perlu
disebutin namanya?
P: paling beberapa aja yang menurut mas risang kontennya menarik
I: e… Mas Dhannie Setiawan… Itu karena yang saya tahu hal ini sebagai mata
pencahariannya Mas Dhannie Setiawan. Dia kerjanya memang di dunia seperti ini.
Terus yang udah lama saya kenal itu Babeh Raung, itu nama channel Indonesian
Railway Videos gitu ya? Babeh Chris ya. Terus Mas Garda, itu kawan baik saya juga.
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
Terus ada siapa ya? Sebenarnya banyak, Cuma saya malah jadi bingung mau
nyebutin satu-satunya siapa.
P: Berarti yang beberapa Mas Risang tahu ya tiga itu ya? Dhannie Setiawan, terus
Babeh Raung, Mas Garda?
I: Iya… Itu saja sih.
P: Di antara sekian banyak?
I: Masih sih sebenarnya. Ada sih puluhan orang, yang channelnya saya subscribe
karena saya suka.
P: Mas Risang sendiri udah mulai dari kapan sih ini beraktivitas di YouTube? Di
YouTube sendiri
I: Beraktivitas di YouTube? Seingat saya, saya bikin account di YouTube itu tahun
2009. Sejak saya lulus kuliah. Cuma mulai aktif banget itu mungkin di tahun 2012
atau 13 lah. Karena sebenarnya dunia awal saya di kereta api itu dunia fotografi.
P: Foto-foto dulu?
I: He eh, iya. Saya waktu itu sangat sangat… suka sama fotografi. Sampai dibela-
belain beli kamera yang bagus buat fotografi. Tapi ternyata, setelah beberapa tahun
jenuh dengan Cuma ngambil gambar gitu doang. Lama-lama, buat apa sih saya foto-
foto kayak gini? Cuma diupload, ditag, diupload, ditag. Saya coba mulai, kayaknya
lucu juga nih kalau dibikin video. Mungkin lebih puas lah lihat kereta api dalam
bentuk video daripada bentuk foto. Makanya dari situ saya mulai beralih. Sudah sama
sekali ga foto-foto lagi sekarang.
P: Oh malah sudah nggak foto-foto?
I: Malah kalau teman saya mengajak hunting atau perjalanan di kereta api, yang saya
ambil pasti video, bukan foto lagi.
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
P: Video? Benar-benar sudah full video?
I: Iya, benar-benar full video. Tidak ada foto-foto lagi.
P: Kalau misalkan di sosmednya mas risang ada yang foto, itu berarti foto yang?
I: Koleksi lama
P: Oh oke, yang lama-lama.
I: Iya, yang lama-lama.
P: Kalau misalkan Mas Risang sendiri mulai bikin vlognya? Kan sebelumnya
videonya lebih banyak yang mengambil kereta api yang lagi berjalan. Atau misalkan
saat lagi perjalanan, tetapi Mas Risang nggak ambil dalam bentuk vlog. Mulainya
kapan nih yang akhirnya memutuskan untuk ah, nge-vlog ah.
I: Ah.. Hmmm… Mungkin di kisaran tahun 2015. Belum lama, 2015 seingat saya.
P: Mengapa akhirnya memilih untuk membuat vlog kala melakukan perjalanan
dengan kereta api? Mengapa vlog?
I: E… Apa ya? Karena sebelum saya bikin vlog, saya sudah memutuskan untuk fokus
ke video kan. Sudah tidak foto-foto lagi dan saya sebetulnya tidak gemar menulis.
Kalau video kan Cuma dikasih keterangan sebentar atau saya yang ngomong gitu.
Kan tidak perlu banyak tulisan-tulisan. Kalau bentuk blog kan saya harus bikin
narasinya, ya meskipun bisa pajang video kan rata-rata yang banyak foto kan?
Sekarang sudah mulai sukanya sama video, saya malas mengetik, malas menceritakan
dalam bentuk narasi, akhirnya ya itu vlog.
P: Seperti terinspirasi juga tidak sih sama orang-orang yang banyak bikin vlog. Kan
zaman sekarang banyak ya orang yang ngapain aja dibuat video vlog. Terinspirasi
dari situ juga atau memang kebetulan seperti oke deh, mulai sekarang kalau
melakukan perjalanan harus vlog hehehe…
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
I: Hehehe… Kalau terinspirasi sih mungkin nggak terlalu ya. Cuma ya, pasti karena
pernah melihat jadi kita tahu kan Oh ternyata orang-orang bikin kayak gini ya? Terus
tapi nggak kayak yang terinspirasi banget gitu enggak. Lama-lama ya, tetapi tertarik
juga gitu. Pengen punya kayak oh ternyata orang pada suka bikin kayak gini. Ah
cobain ah… Ikut gitu, tapi ga terus yang Oh saya harus nih, harus nih. Tidak.
P: Berarti memang dari yang mencoba-coba terus banyak yang
I: Mencona-coba dan banyak yang suka ternyata. Ternyata responnya dari yang suka
lihat video saya requestnya sering-sering saja gitu. Kayak, Mas coba dong naik ini,
bikin TR (Trip Report). Mas coba dong ini. Dari situ banyak dan saya Ya Kapan-
kapanlah kalau sempat. Pasti jawabannya seperti itu. Ternyata banyak yang request.
P: Banyak yang request ya dan semenjak itu jadi memutuskan untuk membuat vlog
saat melakukan perjalanan?
I: Iya. Itu tidak terbatas di kereta ya. Misal, saya lagi naik pesawat nih saya bikin.
P: Pokoknya di moda transportasi apapun?
I: Iya, betul
P: Mengapa mas risang memilih YouTube sebagai sarana atau media untuk
menjalankan vlognya? Mengapa tidak dipajang saja di Facebook? Di Facebook kan
kayak temannya mungkin lebih banyak gitu atau dibagi di sosmed yang lain gitu
mas?
I: Karena waktu itu, sebelum saya ke vlog itu, memang sudah mulai rajin-rajin
mengupload, meskipun kualitas rendah tetapi saya sudah mulai merintis. Di tahun
2009 itu sudah punya account YouTube. Karena pada waktu itu tahunya ya YouTube.
YouTube itu khusus buat video. Kalau ke Facebook kayaknya ah ini bukan
tempatnya buat video. Meskipun kayak ada Vimeo gitu-gitu ya, saya tetap kayaknya
yang paling nyantol di pikiran itu video pasti YouTube, gitu aja.
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
P: Jadi, top of mind-nya sudah YouTube gitu ya?
I: Iya, oh ya! Pasti kalo video kayak apa sih? YouTube! Kalau media sosial apa sih
yang buat percakapan? Oh Twitter, Facebook, gitu aja sih. Ya mungkin beberapa aja
sih video yang ada di Facebook, tetapi tidak banyak. Cuma pas lagi iseng aja.
P: Tetapi pernah tidak seperti tidak upload video di YouTube? Terus bagiin link-nya
di Facebook atau di Twitter atau di medsos yang lain?
I: Setiap saya publish video, itu pasti saya linked ke Google Plus sama Facebook. Itu
sudah pasti karena di Facebook juga ada grupnya kan, Indonesian Railway
YouTubers, nah saya share ke situ. Saya juga termasuk menjadi admin di situ.
Sekarang anggotanya sudah 3.000 orang.
P: Jadi admin juga ya itu mas?
I: Iya. Setiap kali saya publish di situ, langsung terpublish juga di Facebook.
P: Dan itu seperti cara untuk menarik lebih banyak penonton di akun YouTube?
I: Betul, betul. Saya punya subscriber di YouTube, saya punya teman di Facebook ya
biar pada tahu saja.
P: Berapa sih mas subscribernya sampai saat ini?
I: Sampai saat ini? Cek ya hehe (Sambil mengeluarkan ponsel dan membuka akun
YouTube) Agak lupa, tetapi di kisaran 24.000. belum banyak sih, Mas Dhannie sudah
berapa tuh 30ribuan ya? Mas Andriawan Pratikto itu juga
P: Dia Busmania juga dan kereta juga kan.
I: Iya, selain kereta juga akhir-akhir ini karena demam telolet dia sering banget ke
busmania. Ya di kisaran 24ribu.
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
P: Nah, menurut Mas Risang apakah dengan membuat vlog itu sudah benar-benar
memuaskan hasrat kecintaannya mas Risang terhadap Kereta Api tidak? Atau masih
ada yang ingin dieksplor lagi atau sudah puas dengan vlog saja?
I: E… Kalau puas sih, saya lebih puas kalau bisa naik kereta api. Bisa melihat
langsung dan naik kereta api. Vlog ini hanya sebagai sarana untuk menyimpan
kenang-kenangan, seperti oh saya pernah ke sana naik kereta ini biar orang juga tahu
oh si Risang pernah ke sana nih naik kereta ini. Namun, jika dari segi kepuasan, maka
saya lebih suka melihat langsung dan naik kereta api.
P: Jadi, nge-vlog itu hanya salah satu cara untuk menyimpan…
I: Memori
P: Iya, memori. Kalau misalnya suatu saat kereta api tersebut sudah tidak beroperasi
atau jalurnya ditutup ya.
I: Hahaha… iya. Kan nanti ada masanya saya benar-benar sudah tidak bisa jalan-jalan
lagi, sudah tua. Oh ternyata, memorinya masih tersimpan nih.
P: dan itu juga untuk yang generasi – generasi yang mendatang ya.
I: Iya
P: Kalau dibandingkan dengan YouTubers atau vloggers lainnya, yang nonrailfans
ya. Hal ini karena yang railfans termasuk unik karena memilih konten yang
spesialisasinya benar-benar kereta api. Menurut Mas Risang, di tengah demam vlog
sekarang ini yang kontennya lebih berisi tentang gaya hidup, kuliner, dan travelling,
dengan memilih konten kereta api sudahkah menjadi hal yang tepat? Atau ini malah
tidak tepat? Bagaiman pendapatnya?
I: Tepat tidaknya saya kayaknya nggak bisa menilai ya. Karena apa ya? Ya itu sih
masing-masing orang punya kesukaan, punya spesialisasi yang mungkin orang lain
nggak punya gitu loh. Nggak semua orang suka sama kereta. Kebetulan saya sukanya
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
Cuma sama dunia perkeretaapian ya itulah yang bisa saya buat gitu loh, karena kalau
misalnya saya bikin vlog yang lain saya kan nggak paham. Misalnya saya bikin vlog
tentang bus nih, saya kan nggak paham ini bus apa, jenisnya, rutenya dari mana ke
mana. Karena masalah spesialisasi saja sih. Karena hobi saya, ya saya bisanya seperti
ini maka itulah yang jadi pilihan.
P: tapi biar termasuk yang lebih fokus gitu ya?
I: Iya sih.
P: Gimana sih Mas Risang sendiri dalam memahami aktivitas ini lalu memaknai
kegiatannya Mas Risang ini yang vlogging yang isinya aktivitas selama naik kereta
api, terutama sebagai pecinta kereta api dan vloggers?Pengen tahu pemahaman sama
pemaknaannya Mas risang sendiri terhadap aktivitas vlog ini.
I: Urusan yang seperti ini sih kaitannya sebagai hobi aja sih. Gimana salah satu cara
atau media buat menyalurkan hobi. Kalau pemaknaannya sih ya mungkin dibilang
hobi travelling juga enggak, tapi kalau ada sedikit sangkut pautnya sama kereta api
pasti udah kayak mau nih, langsung nih, niat banget. Selain itu, ya itu juga tadi. Lima
hari full bekerja, inilah pelariannya… ke kereta api. Entah itu Cuma sekadar lihat
kereta api, nonton, nongkrong. Lebih seringnya sih pengennya jalan-jalan naik kereta.
Itu pasti diusahakan, sebulan sekali itu harus pergi naik kereta api.
P: Sebulan harus pergi?
I: Hmm…ya kalau pekerjaan memang cukup luang, pasti bisa lah sebulan dua kali itu
pasti. Ada satu masa saya pergi naik kereta api.
P: Kalau misalnya sebulan itu udah kayak yang full, padat. Gimana rasanya mas
Risang dalam sebulan ga naik kereta api? Kalau ga lihat kereta api? Kalau ga ketemu
kereta api secara langsung gitu? Kayak ada rasa yang kurang atau biasa saja?
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
I: Pasti. Pasti ada merasa kehilangan. Misalnya saya lagi dinas luar kota yang
kebetulan jauh dari rel. Misalnya saya dinas ke Kalimantan, di sana dua minggu. Dua
minggu kayak nggak berhubungan, nggak berkaitan, nggak mendengarkan kok
kayaknya apa sih nih? Kayak ada yang aneh ya. Nanti begitu kembali lagi, ketemu
lagi, eh… udah lama banget ya? Ya muncul kerinduan ingin naik lagi, ingin lihat lagi,
seperti itu pasti. Pasti kerinduan itu ada lagi, ada lagi.
P: Selalu ada kerinduan. Walaupun mungkin kereta api yang dinaikinya rutenya
sama?
I: Iya, meskipun hanya jarak pendek tapi ah, aduh sudah lama nih nggak naik kereta
api akhirnya bisa naik kereta api lagi. Kalau menghambur-hamburkan uang sih
enggak ya. Gimana kitanya mengatur. Cuma, yang namanya mengeluarkan untuk
hobi itu ada kepuasan tersendiri. Meskipun, jumlahnya tidak sedikit, tetapi karena itu
hobi dan kita puas ya worth it.
P: Karena kita cinta gitu ya mas?
I: Iya, betul
P: Ada ga sih mas pengalaman tertentu yang pas jadi railfans, sebelum jadi vloggers
ini yang akhirnya memutuskan untuk oke, harus bikin YouTube dan bikin vlog yang
isinya benar-benar semua kereta api?
I: Sebelum vlog ya? Titik awalnya ya saya sudah sampai pada masa jenuh di dunia
fotografi itu tadi. Kok lama-lama apa sih? Saya Cuma melihat gambar. Sekilas dilihat
oh pemandangannya bagus. Namun, kok kayaknya gini-gini doang? Itulah titik jenuh
makanya saya beralih ke merekam video. Itu kan bisa dilihat lah dari ujung sampai
terakhir keretanya lewat. Akhirnya lebih memuaskan untuk dinikmati.
P: Karena kalau gambar ibaratnya hanya diam begitu yang kaku?
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
I: Iya. Memorinya yaudah itu sekilas sudah. Kalau video kan kayak mulai dari titik
awal sampai titik terakhir itu kelihatan semuanya tergambarkan gitu.
P: Kayak lebih hidup gitu?
I: Iya
P: Mas Risang sendiri apakah sudah puas dengan konten-konten yang Mas Risang
buat dan sajikan?
I: Belum.
P: Mengapa?
I: A.. Video saya kayaknya masih yang lempeng aja gitu ya. Editing sangat sangat
sederhana karena saya jujur kurang paham dengan dunia editing video.
P: Oh justru mas risang kurang paham dengan dunia edit video?
I: Apa sih Cuma nambahin judul, nama saya di bawah situ. Lalu, setelah video ini
apa-apa gitu. Sedangkan, saya melihat vlog milik orang lain gitu editingnya benar-
benar ih yang mateng banget gitu. Kayak dia tuh ngeditnya pake apa sih? Kok bisa
sampai bagus gitu? Kayaknya saya mau belajar itu… pengen belajar, tapi kok
akhirnya ah males. Kembalilah ke dunia editing yang lama. Cuma nambahin judul,
deskripsi narasi dikit-dikit aja.
P: Kalau boleh tahu, aplikasi atau software apa yang dipakai untuk mengedit video?
I: saya paling simple pakai Windows Movie Maker. Kalau mau yang agak aneh-aneh
sedikit, pakai AVS Video Editor.
P: Lebih seringnya pakai yang?
I: Movie Maker.
P: Jadi yang simple-simple gitu?
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
I: Karena apa ya? Masa-masa saya bisa mengedit video itu antara kalau saya libur dan
ga ke mana-mana atau after work. Selain itu, saya nggak punya waktu lagi.
P: Sebelumnya kayak pernah belajar mengedit video secara khusus atau…
I: Nggak. Otodidak. Nggak ada..
P: belajarnya dari buku atau internet atau dari temen?
I: Nggak, coba-coba sendiri. Kalau Movie Maker kebetulan bawaan ya dari PC.
Dibuka-buka aja lah, begitu aja sih. Nggak yang saya benar-benar belajar gitu
enggak. Semua mengalir begitu saja.
P: Siapa saja sih mas orang-orang yang sering mas risang berinteraksi dan ajak
komunikasi?
I: Hmm… Secara umum, semuanya. Semua railfans, semua yang istilahnya mengaku
dia sebagai pecinta kereta api. Pasti sebisa mungkin menjalin komunikasi, tapi pada
akhirnya ya orang-orang tertentu aja. Yang memang teman-teman dekat, yang udah
pernah ketemu, ya sering kontak-kontakan mungkin lewat Whatsapp, Facebook.
Kalau subscriber, paling sebatas membalas postingan komentar aja sih. Paling kalo
saya lagi di sini, kontak teman yang ada. Misal saya lagi main ke Semarang nih, ada
teman railfans di Semarang, saya bilang,”Saya di semarang loh. Ayo main”
P: Tapi mas Risang sendiri ga menutup diri kan untuk orang yang awam nonrailfans
gitu untuk berinteraksi?
I: hmmm… itu sih kadang sebelnya, sebelnya menanggapi komentar itu pasti
pertanyaannya aneh-aneh.
P: aneh-anehnya gimana tuh?
I: anehnya tuh akhirnya yang dibahas tuh malah bukan yang kereta, jadi malah apa
ya? Kadang macem-macem lah. Kadang ada yang nanya, eh mas agamamu apa? Kan
ga nyambung? Itu, saya punya subscriber satu. Itu setiap hari, pasti komen nanya,
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
mas agamamu apa? Di video itu, itu mungkin satu video dia komen 15. Limabelas
komentar dengan pertanyaan yang sama.
P: Limabelas komentar dengan pertanyaan serupa?
I: Iya, belasan komentar di video itu-itu saja. Mungkin ada sekitar lima video, dia
komentar seperti itu terus. Setiap hari.
P: setiap hari?
I: ya, akhirnya saya blokir hahaha… ini sebenarnya maunya apa gitu loh?
P: mas risang sendiri kayak ga nyangka ada yang bisa komentar seperti itu?
I: Ga nyangka, aneh-aneh. Kadang kita merasa terhibur ya kayak ih ini kenapa sih
malah nanyanya lucu? Tapi, kadang ada kalanya kita pas lagi suntuk gitu nih orang
ngapain nanyanya malah ga penting? Masih ada sampe sekarang. Ga Cuma di
YouTube, di Instagram pun ada. Setiap saya posting foto gitu, tiba-tiba DM mas
agamamu apa? Ini orang ngapain maksudnya?
P: mas risang pernah membalas komentar tersebut atau…
I: balas sih. Kalau memang dia baru sekali dua kali nanya, saya pasti respon. Hampir
semuanya saya respon. Kecuali yang memang sudah seperti itu terus menerus selama
ada temponya ya saya bosen, langsung cut, blokir. Dan itu juga jadi bahan bullying
juga ke saya kalau ada temen-temen railfans yang udah kenal saya pasti suka isengin
saya sambil ngomong mas agamamu apa. Pasti tau dan ketawa deh kita. Karena saya
pernah istilahnya curhat di facebook. Langsung saya posting, saya screenshot, saya
posting di Facebook. Wuah, langsung pada ketawa-ketawa. Teman-teman saya pada
heran juga. Itu ga Cuma saya.
P: oh itu ga Cuma mas risang aja?
I: iya, yang lain juga. Ga Cuma saya hahaha..
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
P: mas risang pernah kayak menelusuri gitu ga dia ini railfans juga atau awam atau
gimana gitu? Kayak iseng nanya, ah ini orang siapa nih? Cari-cari gitu mas
I: kalau di YouTube enggak sih karena otomatis yang lihat video saya rata-rata
pengen tahu kereta, pengen tahu informasi kereta. Kalau sampai yang kepo stalking
gitu enggak.
P: oke deh mas. Baru tahu ada yang sampai kayak gitu.
I: ya begitulah, aneh-aneh. Kalau sudah terlanjur jengkel ya gimana? Jadi blok aja.
P: Hahahaha oke oke… Nah, Mas Risang sendiri mengapa memilih untul lebih
berinteraksi dengan sesama railfans?
I: karena pasti kita membahas hal yang sama-sama kita senangi. Kalau kita
membahas masalah yang sama-sama kita senangi pasti antusias ya. Antusias, banyak
cerita, banyak pengalaman baru, banyak informasi baru. Kalau ke yang lain kan
kayak aneh juga kan saya tiba-tiba membahas ke teman kantor eh kereta ini keren loh.
Kan ga lucu kan? Nah gitu, karena sama-sama antusias pasti seru.
P: karena satu minat gitu ya?
I: iya, pasti lebih seru.
P: tapi, kayak yang selama berinteraksi dan berkomunikasi sama pecinta kereta api
pernah ga sih kayak jengkel juga gitu? Misal kayak terlalu membanggakan diri atau
terlalu aneh?
I: ada lah. Ada beberapa railfans yang sok tahu. Informasi nggak benar, dia posting di
Facebook. Saya nggak suka karena ya dia dapat informasi dari mana? Yang belum
tentu valid kebenarannya, sudah diposting. Selain itu, kalau interaksi saya suka heran
ada yang bikin account dengan nama saya, dengan foto saya, bahkan ada yang
mengupload ulang video saya. Banyak.
P: sampai segitunya mas? Ga Cuma satu?
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
I: Coba deh cari risang anggara. Ga Cuma satu. Entah itu di YouTube, di Facebook,
Instagram ada. Bahkan ada account yang isinya itu video saya semua.
P: jadi diduplikat gitu ya mas?
I: Iya, saya jengkel. Saya sudah capek-capek merekam, capek-capek ke sana, eh dia
enak banget. Tinggal ngambil, diupload ulang.
P: dan mas risang sendiri gimana cara menanggapi orang yang seperti itu?
I: saya sekadar sebal saja sih, tapi kalau yang tindak lanjutnya enggak. Biarin aja lah.
P: nggak yang mau berkonfrontasi?
I: mungkin kalau YouTube tidak, tetapi kalau Facebook iya. Sempat saya tanya-
tanya, Mas mengapa membuatnya menggunakan nama saya, foto saya? Nggak
respon, ya sudah saya biarkan. Bahkan ada yang mengaku-ngaku sebagai saya. Jadi
berpura-pura sebagai saya, janjian sama temen saya yang di sana. Mau minta video
games train simulator. Saya minta Ad-on dong. Itu ngaku-ngaku sebagai saya, biar
dikasih. Kan kadang ada nih railfans yang sukanya di games train simulator. Kan ada
yang sifatnya private, tidak untuk disebarluaskan. Makanya gimana cara orang itu
bisa dapet yang private dengan mengaku-ngaku sebagai saya, gitu ada juga.
P: jadi seperti mengambil keuntungan dari nama mas risang?
I: Iya, ada yang bilang kemarin habis ketemu risang anggara di cirebon. Padahal
enggak, bukan saya. Ada juga seperti itu. Pokoknya beragam sifat manusia yang
kadang kenapa sih ini orang sampai segininya banget?
P: tapi kenapa mas risang nggak mau yang menindaklanjuti?
I: selama ga ke arah yang merugikan orang lain, yang nggak kriminal gitu ya sudah
biarkan saja.
P: tapi berharap nggak sampai ke yang kriminal ya mas?
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
I: iya dong, jangan. Jangan. Itu bahaya bawa-bawa nama saya. Cuma akhirnya ya
saya kumpulin yang nama-namanya sama itu saya screenshot, saya upload ke
Facebook atau media sosial lainnya. Ini loh, account-account ini bukan saya yang
sebenarnya. Gitu saja sih.
P: jadi untuk pemberitahuan kepada teman-teman biar lebih waspada.
I: iya, hati-hati kalau berurusan sama yang ini. Bawa-bawa nama saya, terus dikasih
kan ntar juga saya yang ditagih.
P: padahal kalau dipikir-pikir, bukan artis, Cuma railfans doang, tapi kok…
I: hahahaha…nah itu dia. Padahal railfans doang, tapi kok sampai segitunya. Ada
pengalaman, datang ke Semarang kemarin ada yang kontak saya. Mas, ke Semarang
ya? Iya. Mas, hunting bareng yuk! Ayok! Saya pikir Cuma satu orang ya, yang mau
ajak main bareng. Nggak tahunya banyak di situ. Yang datang serombongan dan pada
langsung Mas, minta foto berdua ya. Minta foto, minta foto. Satu per satu minta foto.
Ini pada kenapa sih sebenarnya? Ini padahal saya bukan siapa-siapa gitu. Udah kayak
apa aja dimintain foto bareng? Itu pertama di Semarang, kedua di Jatinegara. Di sana
kan banyak banget istilahnya kandangnya railfans. Itu juga, waktu itu lagi live di
Instagram lagi lihat kereta api. Tiba-tiba ada yang nyamperin, Mas Risang Anggara
ya? Iya. Mas boleh minta foto bareng ga? Saya Cuma hah? Kok gini banget ya?
Nggak nyangka. Padahal saya merasa, ah bukan siapa-siapa lah.
P: mas risang tetap menyanggupi?
I: ya respon. Karena sempat ada satu orang itu ga saya respon di Facebook atau
apanya eh dia bilang saya sombong. Susah ya? Nanggapin orang itu susah.
P: ya karena media sosial itu beda kan mas sama kalau bertemu langsung.
I: kenal enggak, ketemu belum pernah. Langsung bilang saya sombong. Sebenarnya
tidak langsung ke saya, dia cerita ke teman saya. Mas risang kok sombong sih?
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
Padahal ya saya pengennya yang kenal aja lah gitu. Nggak tahu lah. Dibilang
sombong ya sudah sombong gitu aja. Tapi ga merasa yang terkenal juga.
P: Nggak merasa yang kayak udah wow?
I: nggak. Nggak pernah yang kayak wah subscriber saya udah segini nih. Nggak
pernah.
P: nggak pernah menganggap diri sebagai railfans senior gitu?
I: nggak sih. Karena menurut saya itu semacam bonus saja. Bonus bisa kenal sama
sekian banyak teman di seluruh Jawa dan ada juga di Sumatera.
P: Benefit dari hasil karya Mas Risang?
I: Iya, itu saya anggap bonus saja seperti punya teman yang banyak bisa silaturahmi
ke sana ke sini.
P: nah mas risang kan seperti yang kita ketahui di video kereta api itu kebanyakan
kayak hunting dan tidak hanya di tengah kota atau stasiun. Tak jarang, hunting di
lokasi-lokasi yang jauh dari pemukiman. Kalau rel kereta api kan kebanyakan jauh
dari keramaian seperti di hutan, pegunungan, pinggir laut. Apa sih mas yang
membuat railfans itu betah dan rela bela-belain di pinggir rel? sampai ada yang
kepanasan, kehujanan, bahkan menginap di situ. Hanya demi menunggu satu momen,
satu kereta api yang mungkin setiap harinya lewat di daerah itu?
I: Kepuasan. Bisa sampai di situ, bisa foto atau video di spot itu sudah benar-benar
kepuasan. Poin utamanya adalah kepuasan. Saya sukses nih, berhasil bisa sampai di
spot itu yang nggak semuanya bisa sampai situ. Itu kepuasan. Karena memang sudah
hobi, suka, selain itu yang memberikan kepuasan dari situ tuh. Saya bisa jalan-jalan
dari ujung barat sampai ujung timur Pulau Jawa semuanya itu kepuasan. Ya itu nanti
bakalan terkenang selalu dan seumur hidup. Wah saya pernah dari ujung rel di sana
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
sampai di ujung lainnya. Kepuasan aja sih. Nggak ada motivasi lain, karena kepuasan
saja.
P: Pernah tidak yang merasa seperti eh railfans yang ini sudah pernah ke sini nih, kok
saya belum pernah ya? Kayak ingin merasa berlomba-lomba atau bagaimana?
I: pengen aja, pengen aja. Itu menjadi semacam cita-cita yaitu mengunjungi tempat-
tempat yang dilalui kereta api. Seperti saya, kebetulan dari Daop I sampai IX sudah
semuanya. Sumatera, Divre III dan IV sudah. Tinggal Divre I dan II. Nah, itu cita-cita
banget.
P: cita-citanya nanti mau ke sana ya?
I: iya, lagi mulai nabung buat ke Medan. Belum pernah ke Medan.
P: lalu, konten yang mas risang sajikan sendiri ini sudah bermanfaat belum untuk
orang lain atau justru lebih banyak manfaatnya untuk diri sendiri?
I: kalau manfaat, ya sekadar sarana hiburan saja sih bagi sesama pecinta kereta. Kalau
ada unsur manfaat ya nggak ada sih, ya itu sarana hiburan aja sih. Berbagi
pengalaman, berbagi cerita aja sih kalau oh kereta ini perjalanannya dari sini ke sini,
di sepanjang perjalanan ada apa, fasilitasnya di kereta ada apa aja. Itu saja sebagai
gambaran. Manfaat yang seperti apa ya?
P: misal videonya ditonton sama orang awam yang bukan pecinta kereta api, lalu
siapa tahu mereka jadi seperti terinspirasi untuk melakukan perjalanan dengan kereta
api?
I: ah iya. Ada lah beberapa yang nonton video saya, ada yang bertanya seperti itu.
Mereka posting komentar Mas, kalau kereta ini jadwalnya jam berapa? Tarifnya
berapa? Itu, sering banget nanya mas, harga tiketnya berapa? Itu sering. Kemudian,
kira-kira antara kereta yang ini dan ini lebih baik yang mana ya? Nah, itu ada juga
yang bertanya seperti itu. Namun, terutama yang tanyain tarif saja sih.
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
P: lebih banyak yang bertanya seputar hal-hal yang umum ya?
I: Iya, umum. Kayak mas kalau saya mau ke sini kira-kira naik yang mana?
P: dan mas risang sendiri juga merasa senang bisa membantu?
I: Iya.
P: Seperti bisa bermanfaat untuk orang lain seperti itu?
I: selama saya bisa menjawab, pasti saya jawab.
P: terus mas risang ini benar-benar murni suka kereta api saja? Atau misal ada
ketertarikan ke motor atau mobil balap atau misal railfans yang mencakup busmania
maupun aviator geek?
I: kalau bisa dipersentasekan, mungkin 80%. 80% saya kecenderungannya pasti kalau
ada opsi naik kereta, pasti naik kereta. Sisanya, lebih banyak ke pesawat. Saya
lumayan tertarik juga sih, tetapi rata-rata kalau saya seandainya videoin pesawat itu
pas saya lagi ada keperluan naik pesawat aja sih. Tidak yang sengaja saya spotting ke
bandara. Jarang banget saya spotting di bandara. Karena kebetulan saja naik pesawat,
di situlah saya merekam pesawat.
P: berarti memang Mas Risang bisa berkata bahwa lebih dari setengahnya itu kereta
api.
I: oh iya. Betul, betul.
P: Lalu, cara mas risang sendiri untuk memperkenalkan kecintaan mas risang
terhadap kereta api kepada orang-orang lain?
I: E…apa ya? Jarang promosi sih soalnya hahaha… paling kalau ke orang-orang yang
nonrailfans ya sekadar obrolan aja sih. Kayak kalau naik kereta enaknya begini begini
begini. Lebih santai, lebih nyaman, lebih aman. Terus kalau misalnya pegal di jalan
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
bisa jalan-jalan di dalam kereta dari ujung ke ujung. Mau makan gampang.
Selebihnya nggak ada sih.
P: Tidak ada yang cara khusus misalnya dengan bikin misalnya presentasi tentang
kereta api gitu? Hahaha….
I: oh, enggak enggak. Hahaha… enggak ada sama sekali.
P: Tapi, dengan video dan vlog itu termasuk salah satu cara juga kan ya mas?
I: Ya, bisa. Bisa jadi anggaplah sebagai salah satu cara.
P: kalau ada yang nonton juga bisa
I: Ya kalau ada nonrailfans nonton jadi tahu lah ternyata dari sini ke sana bisa naik
kereta nih gampang.
P: menurut mas risang nih, misalnya kan udah bikin vlog nih dengan konten kereta
api. Itu tuh menandakan apakah Mas Risang benar-benar seorang pecinta kereta api
yang sejati, yang luar biasa atau justru seperti masih permulaan proses yang panjang?
I: Hmmm… Saya tidak menganggap diri saya sebagai pemula ataupun sebagai yang
senior gitu malah enggak. Itu semua mengalir saja. Saya menuruti hobi saja. Ini tuh
sebagai sarana menyalurkan hobi. Saya tidak memandang saya yang dianggap
sebagai baru kemarin atau sudah lama bertahun-tahun di dunia perkeretaapian. Tidak
ada gambaran saya seperti itu. Ini hanya sebagai salah satu cara saya menyalurkan
kecintaan saya di kereta api ya melalu ini.
P: nggak menganggap seperti ah video saya sudah banyak nih. Saya sudah bisa dong
dianggap sebagai railfans sejati?
I: nggak. Nggak ada.
P: semua mengalir saja?
I: ya, semuanya mengalir saja.
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
P: ada mimpi tidak untuk mecoba kereta api yang di luar Indonesia? Di luar negeri
mungin seperti Jepang dan Eropa?
I: pengen sih. Saya tuh punya teman juga di Thailand, pengen ke sana, Cuma status
saya sebagai PNS itu agak menyulitkan kalau harus ke luar negeri. Harus minta izin
cuti kantor pusat dulu, baru bisa lah jalan-jalan ke luar negeri. Ya sekadar pengen aja
sih sampai saat ini, belom yang duh saya harus nih. Sekadar pengen aja sih, teman-
teman saya banyak udah kok saya belum? Tapi kemudian kembali lagi, duh ini
perizinannya susah. Ya sudah, mengurungkan niat lagi.
P: tapi masih ada keinginan suatu saat nanti?
I: ya, pasti masih ada.
P: menurut mas risang, kan railfans tidak semuanya hobi hunting gitu. Ga semuanya
hobi rekam video atau foto aja, hobi jalan-jalan saja, atau Cuma melihat saja. Atau
dia hobi membaca literatur tentang kereta api. Nah, menurut mas risang apakah
railfans yang seperti itu railfans yang biasa atau dianggap sebagai railfans yang sejati
gitu? Apakah railfans sejati harus yang mengabadikan momen atau bagaimana?
I: nggak gitu juga sih. Saya cara pandangnya ya apapun cara dia atau media dia
menunjukkan bahwa dia suka kereta api ya sudah, tidak terbatas harus foto-foto nih.
Untuk dianggap sebagai railfans harus video sih enggak. Masing-masing punya
caranya yang dia sukai. Ada teman sayang yang membuat konten-konten buat video
game. Saya lihat, dia jarang banget hunting. Namun, setiap saat dia bikin konten
bahkan sampai websitenya buat publish-publish konten yang dia buat. Itu kan tidak
menunjukkan kecintaan dia lewat video atau foto kan? Ternyata lewat konten yang
tentang kereta api gitu. Jadi ga ada cara pandang railfans harus begini, railfans harus
begitu tuh nggak ada
P: yang penting dia suka dan cinta sama kereta api?
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
I: iya, pokoknya yang ada kaitannya sama kereta api udah deh ternyata dia suka
kereta ya udah.
P: tidak harus yang hunting?
I: nggak nggak. Banyak temen saya yang nggak hunting.
P: kalau begitu juga, menurut mas risang perlu tidak sih pecinta kereta api itu kayak
bikin akun YouTube dan aktif untuk membuat video?
I: enggak, enggak ada keharusan. Karena kebetulan saja saya suka sama video ya
otomatis seperti itu.
P: nah, saran apa sih yang bisa mas risang berikan untuk vloggers atau youtubers
yang railfans itu dalam meningkatkan konten videonya gitu? Apa sih saran-sarannya?
I: e… yang pasti banyak belajar aja sih. Banyak menyerap informasi. Banyak belajar,
kemudian kalau ditanya mas kok subcribernya bisa banyak gitu ya? Saya pasti
menjawabnya rajin upload, rajin publish video dan mersepon keinginan subscriber.
Itu kayaknya hampir wajib ya. setiap ada pertanyaan, ada request. Direspon itu
meskipun kecil, tetapi bermakna banget buat mereka gitu loh. Ada yang mas makasih
ya udah dijawab pertanyaannya. Sampai segitunya.
P: Mas risang sendiri apakah mencantumkan kontak Mas Risang tidak di YouTube
itu?
I: ada. Saya punya BBM khusus buat subscriber. Saya cantumkan. Kalau saya jadikan
satu dengan BBM saya yang privat kan ribet nih. Mana yang urusan kerjaan atau
pribadi atau hobi. Makanya saya bikin satu account buat menampung kalao ada yang
tanya. Itupun sebagai sarana promosi juga. Di BBM itu biasanya langsung pasang
status kayak eh ini sudah ada video baru nih. Silakan tonton di Youtube. Itu sebagai
sarana.
P: setiap habis upload video itu, lalu kasih tahu juga di BBM.
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
I: mereka juga sering nanya-nanya di situ sih. Meskipun ga setiap saat bisa saya
respon, tetapi setidaknya mereka bisa follow up kalau ada saran, pertanyaan, request,
bisa disampaikan lewat komentar langsung atau lewat bbm
P: mas risang sendiri setiap berapa kali dalam sebulan atau seminggu gitu upload
video ke youtube?
I: kalau, gini… teknisnya saya mengupload video itu sekaligus. saya edit, selesai
mengedit misalnya dapat 10 video nih, saya upload sekaligus, nanti jadwal
publishnya sudah saya tentukan. Saya punya jadwal publish itu setiap Senin, Rabu,
Jumat, dan Minggu.
P: mengapa memilih hari itu?
I: hmmm… pertama saya menjatuhkan hari Minggu. Minggu itu harinya orang-orang
libur, ramai, butuh refreshing untuk nonton video. Terus saya hitung aja lompat per
hari, satu hari jeda kosong, satu hari isi. Nggak ada yang kayak misalnya keramat gitu
enggak kok.
P: hahaha… tapi, kalau yang minggu ini karena biar orang lebih banyak yang nonton?
I: Iya, betul.
P: sip sip sip. Mas, kalau misalnya sudah sampai di titik jenuh yang benar-benar
jenuh banget jadi seorang vlogger sekaligus pecinta kereta api, apakah akan
memutuskan untuk berhenti?
I: saya belum punya pikiran kapan saat saya akan jenuh. Sampai saat ini pun belum
ada seperti ketemu sih titik jenuhnya saya sama kereta api. Namun, jika seandainya
iya, maka tidak terus yang total putus hubungan itu enggak. Siapa tahu saya
menularkan ke anak saya? Kayaknya saya ga kepikiran untuk jenuh di kereta api itu
belum ada.
P: karena saking-sakingnya…
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
I: oke oke… berarti mas risang juga ada rencana untuk memperkenalkan kereta api
sekaligus aktivitas vlog itu ke anak cucu?
P: oh ada dong. Ke keponakan-keponakan saya juga.
I: terus apa nih harapan mas risang untuk ke depannya, terutama untuk vlognya mas
risang sendiri? Lalu juga terkait dunia railfans ini
P: Hmmm… harapan ya? Harapannya sih saya ingin bikin vlog tentang kereta api
yang sudah pernah saya naiki. Pengen banget, satu-satu saya bikin vlog. Cuma
sampai saat ini ya karena keterbatasan waktu, terus ongkos juga ga murah ya. Lalu,
inginnya sih saya itu mau banget belajar edit video tingkat dewa biar videonya
semakin bagus. Cuma ya begitu pengen kok kayak males banget gitu, waktu udah
habis kepake untuk pekerjaan. Waktu saya untuk istirahat juga dan kapan mau
belajarnya? Akhirnya kok males ya? Ingin lagi kok males ya, berulang kali. Kalau
selebihnya, tidak ada sih. Cuma cita-cita aja sih, ya itu tadi, satu kereta, satu
perjalanan itu saya pengen punya semua.
P: semua kereta api yang beroperasi di Indonesia?
I: Iya.
P: kereta api penumpang termasuk Lokal dan KRL?
I: Iya. Pengen itu. Masih banyak yang belum.
P: Tidak hanya Kereta jarak jauh, jarak menengah.
I: belum semuanya tuh, masih banyak.
P: yang sebelumnya apa saja tuh? Kalau yang saya lihat kan seringnya Argo
Parahyangan terus Lodaya, Turangga, Argo Wilis. Selain itu?
I: wah masih banyak, kalau harus disebutkan satu per satu. Apalagi kereta ekonomi.
Saya jarang banget kan naik ekonomi. Seringnya ya eksekutif dan bisnis, karena saya
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
pikir di perjalanan kalau saya tidak cukup istirahat ya ngedrop juga nih. Misal
perjalanan sabtu minggu nih, senin kerja. Kalau saya tidak istirahat di perjalanan,
teler dong nanti di kantor? Pasti otomatis pilihannya jatuh ke kereta yang nyaman di
perjalanan. Tapi pengen sih naik kereta ekonomi gitu, pengen. Banyak sih, banyak
yang request juga. Ayo dong mas sesekali naik ekonomi. Kan kemarin udah nih naik
Serayu misalnya, Jaka Tingkir udah, coba dong naik yang PSO kayak Pasundan yang
itu… Hadeuh… saya bales saja duh pegel. Belom sempet sih.
P: Tapi tetep ada keinginan ya?
I: sekadar pengen sih, terutama yang kereta eksekutif aja lah. Dikerucutkan aja,
semua kereta eksekutif ingin diabadikan.
P: semua kereta eksekutif berarti mulai dari Argo Bromo Anggrek sampai yang kelas
campuran?
I: Campuran yang ada eksekutifnya
P: kayak Sancaka, Malioboro, Mutiara Timur gitu ya?
I: iya, itupun belum semuanya. Cita-cita itu sama editin video. Gimana caranya biar
bagus, Cuma saya masih kepentok sama males. Itu sih.
P: Oke oke sipp… Sama misal nih kan kadang KAI meluncurkan KA baru di rute
tertentu, perubahan kelas atau sarana. Mas Risang apakah biasanya langsung seperti
ah kereta baru nih! Pengen ah! Atau kayak nunggu dulu atau pokoknya harus dicoba
I: hasrat pengen nyoba itu pasti langsung. Ih ada kereta baru nih, aku pengen naik.
Pasti itu hasrat langsung, tapi ya itu tadi kembali ke aduh timing-nya kok nggak pas?
Cost-nya kok belum ada? Akhirnya ya realisasinya ntar ntar ntar. Cuma niat itu selalu
ada.
P: Selama ini kalau ada kereta baru apakah langsung naik atau selang beberapa
waktu?
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
I: biasanya selang. Saya baru dua kali naik KA saat peluncuran. Satu saat hari H
peluncuran dan satu lagi saat H+1 peluncuran. Pas hari peluncuran itu Jayabaya dari
Pasar senen sampai Cirebon. Yang penting saya tahu dan itu kebetulan pas hari
Sabtu. Kebetulan Sabtu saya libur, ada duit, udah jalan. Sama waktu itu Malioboro
dari Jogja kelas eksekutif. Itu hari kedua saya nyobain langsung. di mana ada
kesempatan sih saya mas. Kalau ada kesempatan, ayo. Kalau nggak, ya saya nggak
yang terlalu menggebu-gebu pada saat itu jug saya harus, nggak kok.
P: kalau misalnya diajakin sama railfans gitu? Eh ada kereta baru nih, walau jauh.
Misal keretanya jauh seperti di Banyuwangi, ada waktu. Apakah dijabanin gitu?
I: Tergantung. Ya itu pertimbangan pertama waktu, kalau waktunya oke ke sana, tapi
kalau nggak oke ya nggak. Lalu, biaya. Kalau ada ya ke sana, tapi kalau nggak ya
nggak ke sana. Tidak memaksakan yang harus.
P: berarti anggaran sama waktu ya?
I: iya betul, sama tenaga juga. Kadang kayak aduh males udah capek gitu. Mau pergi-
pergi ga bisa ya udah deh.
P: oh ya sama misalnya kalau ada promoan gitu yang di bawah 50ribu, apakah
langsung ambil?
I: ambil. Saat dulu PT KAI banjir promo, tiap weekend sebulan itu saya jadwalkan
pergi. Weekend ada empat kali sebulan, langsung saya jalan. Kapan lagi gitu?
P: Hmm…. Oke mas… mungkin itu saja yang bisa saya tanyakan. Terima kasih atas
jawaban, waktu, dan kesempatan yang telah diberikan.
I: Ya, siap… Sama-sama. Sama-sama…
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
Transkrip Wawancara
Narasumber/Informan 2: Dhannie Setiawan
Lokasi Wawancara: Blanco Coffe and Books, Jalan Kranggan No.30,
Yogyakarta
Hari/Tanggal Wawancara: Selasa, 4 April 2017
Waktu Wawancara: Pukul 09.30 WIB
Peneliti (P)
Informan (I)
P: “Boleh diceritain pak, aktivitas sama kegiatan bapak sehari-hari?”
I: “Sehari-hari ya? Sehari-harinya tuh selain saya bikin video kereta api di YouTube,
saya kan juga bikin merchandise kereta api gitu. Cuma, yang banyak itu hunting
kereta apinya.”
P: “Hunting kereta api, baik foto maupun video ya pak?”
I:”Ya. Video sekarang”
P: “Lebih banyak video sekarang?”
I: “Iya, lebih banyak video. Soalnya kalau foto sekarang kereta apinya kurang terlalu
bagus untuk difoto hehehe…”
P: “Kurang menarik gitu pak?”
I: “Ya karena warna kereta sama semua kan itu sekarang, putih semua. Itu faktor
utama yang membuat jadi mengurangi aktivitas foto”
P: “Jadi lebih banyak video ya sekarang?”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
I: “Video. Itupun saat dulu masih awal-awal bikin video di YouTube masih sering
hunting di stasiun sekitaran Jogja, Solo, Kutoarjo. Kalau sekarang, udah jarang
karena salah satu itu juga karena keretanya udah sama, terus spotnya juga udah sama
semua jadi harus cari ke luar kota”
P: “Semacam bosan gitu pak bisa dibilang?”
I:” Ya, kalau di sekitar sini udah bosen.”
P: “Berarti lebih memilih untuk coba ke luar Jogja ya pak?”
I: “He eh, ke luar Jogja. Kemarin saya ke Madiun, ke Malang. Waktu itu mau ke
Semarang, tapi nggak jadi karena hujan hehe… Cuacanya kan sedang nggak tentu
kan mas? Jadi nggak enak juga kalau kita pas hunting, sampai sana hujan.”
P: “Jadi nggak maksimal juga ya pak?”
I: “He eh, salah satu kesulitan kami pecinta kereta api kalau hunting ya itu, faktor
cuaca.”
P: “Faktor cuaca yang sangat menentukan ya pak?”
I: “ Iya.”
P: “Itu kan bapak juga bilang tadi bikin merchandise. Boleh dikasih tahu pak
merchandisenya seperti apa?”
I: “Oh itu saya bikin kaos kayak gini (sambil menunjuk kaos yang dikenakan)”
P: “Kaos yang gambarnya lokomotif?”
I: “ He eh… yang bertema kereta”
P: “Oke, yang bertema kereta ya”
I: “ Kaos, lalu kemeja juga. Gantungan kunci (sambil mengutak-atik dan membuka
sebuah bungkusan amplop kertas cokelat)
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
P: “Online atau gimana pak?”
I: “Online sementara ini mas.”
P: “Lumayan banyak pak yang beli?”
I: “Ya, lumayan. Dulunya kan saya mulai dari tahun 2013 apa ya? Terus, sekarang
sudah banyak yang pesan. Dulu kan saya masih sendirian. Sekarang kan sudah
banyak yang bisnis kayak gitu juga jadi harus bersaing juga hehe… “ (Kemudian
menunjukan sejumlah gantungan kunci kepada peneliti)
P: “Oh seperti ini ya pak? Namanya memang ini Indonesian Railway Photography?”
I: “ He eh, iya. Itu tahun berapa ya awalnya? Kalau nggak salah tahun 2011”
P: “Tahun 2011 mulai bikin merchandisenya?”
I: “Nganu, merchandisenya itu… Eh, oh ya! Bikin 2011 kalau nggak salah itu. Saya
ngajuin kaos aja dulu. Terus pas pindah ke sini baru bikin kayak gitu. Awalnya itu
kan dari grup di Facebook aja. Ada temen yang ngajak, ayo kita bikin facebook isinya
grup kereta khusus Railway Photograph lah, namanya. Sekitar tahun 2010 2011
awalnya. Terus udah banyak yang masuk grup, kirim foto dan lain sebagainya. Waktu
itu aktivitas railfans masih belum dikenal orang. Banyak yang belum kenal, masih
dianggap aneh. Kereta kok dikejar-kejar? Ngapain gitu kan? Hahahaha…. Itu salah
satu tujuan saya memperkenalkan komunitas kami, pecinta kereta api itu. Terus,
harus ada brandingnya ya kan? Saya pikir, mau branding apa? Tercetuslah ide-ide itu,
Indonesian Railway Photograph.”
P: “Jadi, brandingnya ini ya pak namanya Indonesian Railway Photograph?”
I: “He eh.”
P: “Yang terdiri dari pecinta kereta api yang suka rekam video sama foto kereta”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
I: “Ya. Sebetulnya nggak Cuma rekam video dan foto aja sih. Pecinta kereta itu
nggak Cuma rekam video dan foto aja. Ada juga yang suka dengan sejarahnya, ada
yang suka dengan hal-hal berbau teknis kereta apinya, macam-macam. Kalau saya ya
fokusnya ke fotografi dan video.”
P: “Bapak kalau boleh tahu sudah berapa lama menjadi seorang penggemar dan
pecinta transportasi kereta api?”
I: “ Kira-kira mulai tahun 2009 mas.”
P: “2009. Sebelumnya nggak pernah?”
I: “Sebelumnya Cuma sekadar suka aja. Memang dari kecil itu sudah suka kereta.
Saya kan dulu pernah kerja, kayak ada orang yang cari gambar-gambar kereta gitu.
Oh ada juga ya yang suka kereta ya? Pada motret-motret gitu. Pertama kali saya lihat
itu tahun 2009.”
P: “Berarti sebenarnya dari kecil bapak sudah suka, tetapi yang baru benar-benar
mendalaminya tahun 2009?”
I: “Ya betul.”
P: “Kenapa pak? Kok tertarik untuk menjadi seorang pecinta dan penggemar kereta
api?”
I: “Hahaha… Nah…itu pertanyaan yang dari dulu belum pernah bisa terjawab itu
haha… Semua, kayaknya bukan Cuma saya itu. Semua pecinta kereta kalau ditanya
gitu pasti nggak tahu jawabnya gimana. Jadi, ya kayak kita hobi aja mas. Kita suka
sesuatu terus kenapa kamu suka itu? Nggak tahu, suka aja gitu…”
P: “Muncul sendiri pak begitu melihat?”
I: “He eh… kesukaan itu ada… Mungkin ada yang dulunya kayak saya. Kalau saya
dulunya seneng diajak sama almarhum bapak saya kan kerja di dekat Stasiun
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
Wonokromo. Jadi sering diajak naik kereta. Dulu waktu ke rumah si mbah di Jogja
pasti naik kereta”
P: “Berarti dari kecil bapak sudah diperkenalkan oleh orang tua ya tentang kereta
api?”
I: “He eh… dan sebagian besar teman saya juga perasaannya kayak gitu. Dari kecil
mereka udah lihat kereta, suka kereta, naik kereta.”
P: “Diperkenalkan jadi sudah tertanam sejak kecil”
I: “He eh… Ya”
P: “Ada nggak pak kayak perasaan terpaksa selama menjalani hobi ini? Atau Cuma
sekadar ikutan?”
I: “Oh nggak. Nggak ada. Kalau terpaksa, saya sudah berhenti dari dulu. Hahahaha…
nggak akan sampai sekarang.”
P: “Jadi memang benar-benar murni dari dalam diri sendiri ya pak?”
I: “ Ya, saya dan sebagian besar teman saya senang sama kereta. Meskipun sekarang
kereta udah membosankan untuk diabadikan hehe…”
P: “Tapi masih tetap senang ya pak selama kereta api?”
I: “ Ya hahaha… nggak Cuma kereta ini aja sih. Ada juga dulu kayak kereta uap.”
P: “Macem-macem ya pak. Nggak Cuma kereta jaman sekarang aja?”.
I: “Ya, macem-macem. Ada juga kayak kereta tebu lori gitu itu juga suka. Pokoknya
lihat temanya tentang kereta api hehehe… pasti senang.”
P: “Nggak Cuma kereta di Indonesia saja, tetapi juga di luar negeri?”
I: “He eh… Di luar negeri juga. Nggak terbatas.”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
P: “Bapak pernah membayangkan tidak jika bapak tidak pernah menjadi seorang
pecinta kereta api, kira-kira bagaimana hidup bapak?”
I: “Nah, saya belum pernah membayangkan sih yang seperti itu. Cuma dulu pernah
ada sih beberapa cita-cita. Dulu saya kan tehnik komputer ya, pernah kuliah tehnik
komputer. Terus punya angan-angan, cita-cita kerja di suatu perusahaan atau apa gitu
jadi yang ahli servis jaringan atau apa gitu, dulunya… terus mulai menjalani itu ya
tahun 2009 itu, Cuma asal-asalan aja. Mulai mendalami tahun berapa ya? Tahun
2013-an ya mungkin. Tapi kalau bayangan saya ada sih beberapa bayangan, Cuma
ya… gimana ya? Cuma sekadar jadi orang biasa, pegawai kayak orang kebanyakan.
Berangkat ke kantor, pulang. Nggak ada bayangan yang kayak gimana.”
P: “Berarti kan bapak menganggapnya kalau tidak menjadi seorang pecinta kereta api
ya bakal kayak orang biasa dan berjalan begitu saja hidupnya. Nah, kalau misal
menjadi pecinta kereta api ini manfaatnya menurut bapak sendiri apa saja? Mungkin
yang sudah bapak dapat.”
I: “ Salah satu manfaatnya itu hobi saya dibayar.”
P: “Dibayar oleh siapa pak?”
I: “Nah itu kan kata orang pekerjaan yang paling menyenangkan adalah hobi yang
dibayar. Iya kan? Itu sebelum tahun 2014, saya Cuma asal-asalan motret, terus video.
Ada sih, dulu foto saya pernah dibeli sama orang LIPI untuk bikin buku. Jadi dibikin
untuk sampul. Satu foto dihargai 300.000 kalau nggak salah. Tahun 2013 2014 awal
itu foto saya. Terus sejak 2014 itu, saya dikenalkan sama video di YouTube yang
dipasangi iklan dan bisa menghasilkan uang. Saya coba-coba. Ternyata setelah saya
gabung ke YouTube itu 2014 bulan Juni, bulan Oktober saya sudah menerima
pembayaran. Pertama kalinya, saya dapat uang dari hobi saya. Nah, dari situ… saya
udah yang wah sepertinya lumayan, bisa didalami. Terus saya coba dalami. Saya
belajar otodidak sih, belajar sendiri, langsung dari YouTube-nya, ternyata gitu.
Oktober, Desember, terus Februari kalau nggak salah. Setelah itu, saya mulai dapat
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
bayaran-bayaran. Ternyata ini bisa untuk nganu, apa istilahnya? Sebagai pekerjaan
lah ya. Selain video, foto-foto saya dulu kan banyak. Dari tahun 2009 banyak. Terus,
saya pikir gimana caranya bisa menghasilkan juga dari foto-foto. Fotonya saya
masukin blog, blognya masukin Adsense juga, meskipun kalau lewat blog itu kan
lama, nggak secepat YouTube. Cuma, kan ya lumayan lah. Juga memperkenalkan
komunitas pecinta kereta api ke masyarakat.”
P: “Oke, jadi lewat blog juga untuk memperkenalkan kepada masyarakat. Nah,
selama menjadi pecinta kereta api cukup mudah nggak sih pak menjalaninya?”
I: “Di tahun-tahun awal agak susah mas.”
P: “Susahnya gimana pak?”
I: “Eee… pertama, anu hobi yang masih dianggap aneh oleh masyarakat ya. Masih
belum banyak orang yang kenal. Itu ngapain kereta kok dikejar-kejar? Difoto, dianu
sampe bela-belain, ngapain? Lha mereka kan ya namanya hobi juga kan ya, namanya
kesenangan juga kalo udah hobi udah seneng ya udah. Terus dari pihak PT Kereta
Api juga gitu, banyak pertentangan juga. Kalau dulu, masih bisa agak bebas kan ya
keluar masuk stasiun. Dulu masih belum seketat sekarang. Terus aktivitas kereta kan
ga terlalu banyak, jadi orang-orang dari pihak Kereta Api masih belum…
P: “Ibaratnya pecinta kereta api masih belum sebanyak sekarang?”
I: “He eh… belum terlalu memperhatikan juga pihak KAI. Sekitar tahun 2012-2013
itu, udah mulai banyak kan larangan dari PT Kereta Api kayak nggak boleh foto-foto,
nggak boleh sembarangan. Puncaknya itu mulai 2014 itu diberlakukan larangan
masuk stasiun tanpa tiket kan jadi mulai agak susah.”
P: “Jadi habis itu lebih banyak huntingnya di luar area stasiun?”
I: “Iya, di luar stasiun. Jadi istilahnya di lintas. Mau masuk stasiun atau masuk dipo
harus pakai izin. Izinnya itu nggak mudah itu hahaha… “
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
P: “Kalau dulu kan masih leluasa keluar masuk, kalo sekarang agak susah”
I: “Iya, agak susah.”
P: “Nah, bapak kan sudah termasuk lumayan lama ya menjadi seorang pecinta dan
penggemar kereta api. Bagaimana caranya agar tidak bosan gitu?”
I: “Nggak bosan ya? Hahaha…”
P: “Ya kan kadang siapa tahu sudah lama kayak ah bosen, ah jenuh nih, kok kereta
api melulu?”
I: “Ah ya itu… Apalagi sekarang kan ya keretanya udah sama semua. Kita
mengakalinya dengan hunting yang lain. Jadi di channel YouTube saya ada juga
video tentang bus, pesawat, itu salah satunya untuk menghilangkan rasa bosan. Jadi
kita hunting kalau pas udah bosen lihat keretanya Cuma gitu-gitu aja, kita ke bandara
lihat pesawat. Kalau nggak ya yang busmania, bus juga. Kita touring jalan-jalan ke
mana gitu, naik bus atau apa gitu. Naik kereta juga, nggak perlu hunting, Cuma jalan-
jalan. Kalau nggak kita ke luar kota cari suasana baru. Kalau udah pengen hunting
kereta lagi, kayak wah kok udah lama ga lihat kereta, ga hunting kereta.”
P: “Jadi kalau misalnya bapak udah bosan, bapak memilih untuk mengalihkannya ke
hal-hal yang lain. Tapi tetap pasti yang namanya hobi akan ada kerinduan tersendiri
gitu ya pak?”
I: “Iya gitu… seperti tadi malam itu, ada temen saya, YouTuber juga. Dia akhir-akhir
ini lebih sering bikin video tentang bus, trip report bus, terus tadi malam bilang udah
lama ga hunting kereta om jadi kangen. Ayo hunting ke mana hahaha… ya itu mesti
ada.”
P: “Tapi tetap nggak mengurangi kecintaan bapak terhadap transportasi kereta api ya
pak?”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
I: “He eh… iya iya… lihat kereta, meskipun Cuma sekadar lihat gitu ya, kita bosan di
rumah. Bete, ngapain ya? Lalu ke rel, Cuma lihat kereta mondar-mandir, udah seneng
gitu hahaha…”
P: “Seneng ya pak. Kalau namanya hobi udah seneng mah ya gitu ya pak. Kalau
boleh tahu juga, apakah bapak tergabung juga dalam satu komunitas atau justru bapak
independen?”
I: “Oh ya… Dulu dari 2010 saya gabung sama KOMUTER sampai kalau nggak salah
awal 2015 gitu saya keluar dari KOMUTER karena ada masalah internal ya. Terus
kemarin 2016 bulan November, saya dan teman-teman Jogja ini mendirikan
komunitas namanya Semboyan Satu Community.”
P: “Semboyan Satu Community? Khusus untuk railfans yang wilayah Jogja?”
I: “Sementara masih Jogja. Ada kemungkinan buka di tempat lain.”
P: “Berarti bapak sekarang tergabung dengan komunitas. Kalau boleh tahu,
jumlahnya berapa anggotanya?”
I: “ Kalau nggak salah sekitar 60 orang sekarang. Itu Jogja Solo aja.”
P: “Daop VI ya pak? Khusus Jogja-Solo?”
I: “Ya, Jogja-Solo. Sekarang masih 60 orang yang terdaftar.”
P: “Mengapa bapak memilih untuk gabung dengan komunitas dan mendirikan
komunitas?”
I: “Ah… itu beberapa alasan ya mas. Pertama, kita bisa gabung ketemu dengan
teman-teman yang sehobi. Ya kan? Biasanya kalau kita sehobi itu mendirikan
komunitas jadi lebih asyik ya.”
P: “Iya… karena sama-sama nyambung buat ngobrol.”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
I: “Nah… Iya… He eh…. Karena sehobi bisa bertukar pengalaman, bertukar pikiran
juga, terus bisa saling sharing isu-isu tentang kereta api juga ya kan. Kita juga bisa
tukar ilmu, jadi transfer ilmu dari teman-teman saya, yang saya belum punya
ilmunya, mereka transfer ke saya. Terus, saya yang sudah punya ilmunya, saya
transfer ke mereka. Jadi bertukar-tukar ilmu.”
P: “Jadi sama-sama saling menambah ilmu ya pak?”
I: “He eh… wawasan juga. Dalam satu komunitas, latar belakangnya macam-macam
kan mas? Ada yang mahasiswa, ada yang udah kerja, masih sekolah. Juga untuk lebih
memudahkan akses kita ke operator mas. Jadi kita kalau mau urus izin ada kegiatan
apa gitu, untuk proses bisa lebih gampang daripada pribadi.”
P: “Karena kalau pribadi pasti akan ditanya-tanya seperti tujuannya untuk apa lalu
prosedurnya lebih ribet daripada kalau kelompok ya?”
I: “Iya. Apalagi komunitas kami ini sudah legal. Ada terdaftar di notaris.”
P: “Berarti udah ada dasar hukumnya gitu ya?”
I: “Dasar hukumnya ada.”
P: “Bukan sekadar komunitas yang bikin-bikin gitu ya?”
I: “Iya, jadi kalau kita bikin surat ke operator lebih gampang, lebih ada landasan
hukumnya, lebih kuat. Jadi, izinnya bisa lebih dipermudah.”
P: “Nah, menurut bapak seseorang seperti apa yang bisa dikatakan atau dikategorikan
sebagai seorang pecinta kereta api atau railfans?”
I: “Kalau dalam arti luas ya, seorang pecinta kereta api itu orang yang suka dengan
kereta api, maksudnya nggak Cuma sekadar foto, video, atau mendalami sejarahnya
saja. Orang yang suka naik kereta ke mana-mana, terus orang yang suka lihat kereta
itu kalau menurut saya dan teman-teman itu bisa dikategorikan pecinta kereta api.
Istilahnya PJKA tahu itu? Pergi Jumat Kembali Ahad? Nah itu juga bisa dikatakan
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
pecinta kereta api karena mereka rutin pake kereta. Orang-orang yang berangkat dan
pulang kerja naik kereta itu juga bisa dikatakan pecinta kereta api. Itu secara umum
ya mas.”
P: “Kalau yang secara lebih spesifiknya?”
I: “ Kalau yang secara khusus ya yang seperti saya ini, yang foto, ambil foto, ambil
video kereta terus mendalami sejarah kereta, terus mendalami secara teknisnya kereta
itu pakai mesin apa, terus lokomotif panjang berapa, tingginya berapa, beratnya
berapa. Itu bisa dikatakan pecinta kereta api secara khusus.”
P: “Kalau yang secara umum lebih kepada orang yang rutin menggunakan kereta api
sebagai sarana transportasi, tapi kalau yang secara khususnya nggak Cuma
menggunakan. Namun, dia juga berusaha untuk mendalami gitu ya pak?”
I: “He eh… mendalami ya.”
P: “Bapak apakah tahu mengenai vlog dan semacamnya?”
I: “Ya tahu…”
P: “Menurut bapak, vlog itu yang kayak gimana pak?”
I: “hahaha…. Kalau saya dulu, kalau membaca definisinya ya. Dulu kan blog asalnya
ya mas ya? Blog kan awalnya Cuma sekadar tulisan di internet gitu, kayak diary.
Dulu itu blog awalnya kayak diary, tetapi secara online. Terus sekarang
pengertiannya menjadi lebih meluas, nggak Cuma secara diary aja. Bisa berhubungan
dengan isu-isu yang ada ya. Sekarang malah ada vlog. Kalau saya, apa ya? Waktu itu
kayak ya Cuma mendokumentasikan kegiatan kita sehari-hari. Tidak sekadar lewat
tulisan, tetapi lewat gambar, lewat visual. Itu dulunya awal-awalnya sih kalau saya
lihat awal-awalnya YouTube itu ya vlognya bertema. Ada tema khususnya, kayak
punya Bayu Skak itu kan temanya komedi, ada yang tema transportasi, ada yang tema
travel, kuliner. Cuma sekarang jadi mau ngapain gitu di-vlog, mau ngapain di-vlog
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
hehehe… jadinya malah kayak asal-asalan hahaha… itu trip report teman-teman saya,
menurut saya sih juga bisa termasuk vlog ya. Ya semacam vlog apa ya? Vlog
perjalanan lah ya… Travelling”
P: “Bapak tahu nggak vloggers-vloggers yang terkenal gitu di Indonesia?”
I: “Kalau itu saya kurang update mas beneran hehehe…”
P: “Kalau gitu yang misalnya ngambil tema tentang kereta api pak? Pasti tahu dong
ya hehehe…”
I: “Saya rasa belum ada loh mas. Yang khusus bener-bener kereta api ya. Saya rasa
belum ada, menurut saya ya mas. Sepengetahuan saya kurang ya, belum ada. Kalau
saya sama teman-teman saya yang pecinta itu kebanyakan. Baru teman-teman saya
aja, di luar itu kayaknya belum. Secara umum, belum. Biasanya kalo yang lain ya
mereka Cuma kegiatan sehari-hari secara umum. Setahu saya loh ya mas.”
P: “Bapak berarti lebih tahunya yang sekadar temen-temennya bapak ya?”
I: “He eh… Setahu saya Cuma teman-teman saya aja itu karena video-video kereta
api itu dikenal orang-orang di luar penghobi itu masih sedikit mas, jadi orang-orang
apa ya? Jarang sekali yang menonton video kereta, kecuali kalo mereka emang hobi.
Terus, kecuali videonya memang bisa dinikmati sama orang-orang biasa.”
P: “Bapak udah dari kapan bikin akun YouTube dan beraktivitas di YouTube?”
I: “Kalau pertama kali bikin akun YouTube itu tercatatnya 2006. Cuma, ada beberapa
video yang waktu itu masih asal bikin aja sih hehehe… Cuma asal take, terus
masukin YouTube. Baru setelah Juli 2014 itu, baru mulai mendalami.”
P: “Baru benar-benar dibikin yang bagus gitu ya pak?”
I: “He eh…”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
P: “Dan mengapa bapak lebih memilih YouTube untuk menampilkan video?
Mengapa tidak di media sosial yang Bapak punya, misal di Facebook atau di
Instagram?”
I: “Alasan pertama itu karena bisa menghasilkan itu tadi mas, bisa menghasilkan
uang. Kan YouTube ada Adsense gitu ya, jadi dipasangi iklan terus menghasilkan
uang. Itu alasan pertama. Alasan kedua, YouTube yang paling dikenal orang.”
P: “Ibaratnya orang kalau nonton video di YouTube?”
I: “Pasti YouTube. Jadi orang kalau mau lihat video di internet, asumsi pertama itu
pasti YouTube.”
P: “Bukan yang lain ya pak?”
I: “Meskipun sekarang udah banyak, Cuma pertama itu pasti YouTube.”
P: “Menurut bapak sendiri nih, apakah aktivitas bapak yang membuat video-video
dan jadi YouTubers di kalangan pecinta kereta api itu sudah bisa memuaskan hasrat
bapak terhadap kereta api atau justru satu alternatif saja?”
I: “Oh ya… Kalau untuk saya, itu memang sudah bisa memuaskan. Selain foto, kalau
dulu kan foto. Terus video itu belum seberapa. Cuma, setelah saya bikin video,
berapa ya? Dalam 3-4 bulan itu, saya juga jadi tahu, jadi tahu gimana kepuasan
melihat kereta itu saat bisa jalan. Kalau di foto kan Cuma diem aja. Kalau di video
kan keretanya jalan, ada suara, terus ada suasana di sekitar.”
P: “Jadi lebih bisa merasakan gitu ya pak?”
I: “Iya, jadi dokumentasi itu nggak sekadar gambar diam, tapi dokumentasinya jadi
punya nilai lebih, nilai plus. Lebih hidup. Video itu juga jadi sarana pemuas, kayak
tadi seandainya bete, mau ke rel, tapi malas gitu kan tinggal buka laptop, lihat video
gitu udah senang. Nggak perlu jauh-jauh main ke rel. kalau pas main ke mana, diajak
ke tempat sodara. Kayak kemarin itu, saya ke Lampung ke tempat paman saya.
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
Pengen lihat kereta, tapi jauh. Jauh banget…tempatnya itu. Nah itu, saya bisa buka
YouTube lihat kereta. Itu salah satu pengobat rindunya hehehe… kalau lihat fotonya
aja kan kayak ah…foto, diem… kalau video ada suaranya. Soalnya untuk penghobi
itu, mendengar suara kereta itu rasanya gimana gitu hahaha…”
P: “Mendengar suara semboyan 35 gitu ya pak?”
I: “He eh… Iya… suara mesinnya gitu. Itu bisa jadi penenang gitu hehe…”
P: “Kalau bapak lagi merekam video gitu, lebih suka momen kereta apinya yang
sedang seperti apa nih?”
I: “ Saya dan sebagian besar teman-teman saya itu, paling suka kalo keretanya pas
belok-belok. Jadi, selama kita di lintas kan yang tikungan, letter C, letter S gitu. Itu
kan cakep banget itu kalau pas belok-belok gitu. Terus kalau pas kereta masuk stasiun
atau pas mereka pindah jalur, kan belok itu lewat wesel. Suaranya di wesel itu. Terus
pas berangkat, suara mesinnya waktu keretanya berangkat itu kan juga bagus. Pas
keretanya nanjak itu. Sebagian besar teman-teman saya juga kalau sudah lihat kereta
nanjak lalu belok-belok itu rasanya wah hahaha…”
P: “Berarti cocok ya pak kalau hunting di wilayah Jawa Barat sana?”
I: “Ah iya… Di Bandung itu, cocok itu… He eh… Apalagi pas matahari terbit,
sunrise… Nah itu… luar biasa.”
P: “Momen yang sangat dinanti-nantikan oleh railfans ya pak?”
I: “Ya, nggak Cuma saya tapi juga sebagian besar teman-teman saya yang pecinta
kereta api juga seperti itu.”
P: “ Sama ya pak? Sukanya yang lagi nikung-nikung gitu keretanya?”
I: “Apalagi pas kita lagi naik kereta, Cuma sekarang udah ga boleh sih ya. Naik
kereta, mbordes. Sekarang sudah tidak boleh. Sekarang harus curi-curi waktu. Kalau
ada petugas ya gitu hahaha… Mbordes tuh salah satu kegiatan wajib. Sekarang pun
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
masih, masih wajib. Curi-curi kesempatan juga. Apalagi kalau pas main ke Bandung
itu kan.”
P: “Pantesan saya lihat di video bapak kebanyakan spotnya keretanya yang sedang
menikung di wilayah Kalimenur Jogja itu ya pak?”
I: “Iya, sama di Prambanan. Kalau yang kereta-kereta lurus, kereta-kereta kenceng
ada sih. Cuma, kalau kenceng kan kalau dibikin video Cuma sebentar itu mas hehe…
paling nggak ada satu menit, werr.. gitu… hehehe…”
P: “Nah, bapak kan sudah memilih menjadi YouTubers vloggers kereta api,
kontennya tentang kereta api. Menurut bapak itu, sudahkah menjadi pilihan yang
tepat atau justru ada yang menganggapnya seperti ikut-ikutan atau sebelah mata?”
I: “ Kalau untuk saya, hal itu sudah tepat ya mas. Salah satu tujuan saya sekarang
adalah memperkenalkan komunitas kami, pecinta kereta api, mengenalkan kereta ke
masyarakat luas lebih banyak gitu. Jadi masyarakat tahunya kereta Cuma pas naik
atau pas lewat aja. Orang nggak tahu kalau di Indonesia itu banyak spot-spot yang
cantik yang dilewati kereta api. Kita memperkenalkan yang kayak gitu jadi biar
masyarakat itu tahu kereta bagaimana.
P: “Seperti keunikan?”
I: “He eh, keunikan. Kemudian gimana cara dan rasanya naik kereta. Kita juga
mengajak masyarakat untuk naik transportasi umum. Naik kereta kan go green mas.
Satu kereta bisa membawa sampai banyak orang kan. Bayangkan kalau mereka itu
naik mobil satu-satu kan udah nggak kebayang polusinya kan? Kalau naik kereta kan
enggak.”
P: “Betul sekali pak. Nah, bagaimana cara bapak memaknai dan memahami aktivitas
bapak ini sebagai seorang pecinta kereta api dan YouTubers Vloggers yang fokusnya
di kereta api?”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
I: “ Selain jadi hobi saya, jadi salah satu penghasilan saya. Salah
satu…istilahnya…pekerjaan. Jadi kalau ada orang nanya, kerjanya apa? Ya ini
hehe… YouTuber, kita jalan-jalan, piknik naik kereta, gitu aja. Jadi, saya
memaknainya sebagai salah satu hobi saya, salah satu kesenangan saya jadi saya
melakukannya dengan senang hati. Ini passion saya.”
P: “Passion yang dibayar ya pak?”
I: “Ya… Hahaha…salah satunya. Selain ya meskipun sekarang kan teman-teman saya
jadi ikut banyak yang merekam kereta, masukin YouTube, nah itu tujuan mereka
mungkin ya biar bisa menghasilkan uang. Kalau saya, selain untuk menghasilkan
uang jadi itu untuk kesenangan saya sendiri, terus juga memenuhi salah satu tujuan
saya yaitu untuk memperkenalkan komunitas kereta api ke masyarakat. Mengajak
orang-orang naik kereta.”
P: “Oke. Nah, kan sekarang banyak nih pak railfans-railfans yang bikin video kereta
api masukin ke YouTube. Bapak apa ada perasaan seperti tersaingi gitu nggak sama
mereka? Kan semakin banyak, bisa saja ada yang beranggapan Ah, videonya bapak
kurang bisa memuaskan nih atau ah video bapak terlalu gimana gitu, lebih suka yang
ini. Merasa tersaingi pak?”
I: “Ah, itu pasti ada. Kalau seperti itu pasti ada. Dulu, awal-awal saya bikin video itu,
Cuma bikin video kereta mondar mandir gitu aja yang nonton sudah banyak. Nah,
terus sekarang setahun terakhir ini kan sudah banyak yang YouTubers kereta. Saya
juga merasa itu, video saya yang biasa saja. Ya maksud saya yang Cuma kereta lewat
mondar-mandir, pasti kalah dengan video-video mereka yang lebih unik, lebih beda
gitu. Jadi, saya mikirnya saya harus bikin video yang lebih menarik, yang lebih unik.
Yang bisa dinikmati nggak Cuma oleh pecinta kereta, tetapi juga bisa dinikmati orang
di luar pecinta kereta. Jadi harus lebih kreatif. Lebih inovatif.”
P: “Lebih inovatif ya pak?”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
I: “Kalau Cuma mengandalkan kereta mondar mandir itu sulit ya. Pasti kalah dengan
yang lain hehehe…”
P: “Tetap ada rasa tersaingi, Cuma Bapak mengatasinya dengan cara berinovasi”
I: “Iya, yang positif. Harus lebih positif, harus lebih inovatif.”
P: “Berarti sebagai suatu cambukan untuk lebih kreatif lagi.”
I: “Ya, tantangan hehe…”
P: “Bukan justru kayak ah jadi malas.”
I: “Oh ya enggak hahaha…. Nggak boleh itu hahaha… Jadi itu tantangan yang harus
ditaklukan. Lebih punya konsep.”
P: “Pokoknya begitu orang melihat video bapak, oh ini videonya Pak Dhannie ini
nih!”
I: “Ya. Mereka jadi tahu video saya khasnya.”
P: “Apakah Bapak memiliki suatu pengalaman tertentu yang sampai akhirnya
membuat bapak untuk menjadi YouTubers vloggers yang fokus di kereta api ini?”
I: “Pengalaman tertentu? Hmmm… sepertinya enggak sih. Cuma, waktu itu pertama
kali saya ikut kumpul-kumpul YouTubers itu tahun kemarin ya. Itu kayak ada apa ya?
Kebanggaan tersendiri gitu lah. Jadi, kalau yang lain bikin vlog, terus bikin tutorial,
terus bikin yang gamer-gamer gitu lah. Saya dan teman saya paling berbeda. Kita
berani bikin video yang belum pernah orang buat dan bayangkan hehe… mau dibikin
video secara khusus. Ada yang tentang kereta api, nggak Cuma yang kereta api, tapi
hal-hal sekitarnya tentang kehidupan kereta api itu. Ada kebanggaan tersendiri.”
P: “Sama siapa itu pak bikin video kereta apinya?”
I: “E… kalau di sini, ada teman saya, Mas Rinto. Dia itu basicnya wartawan mas. Dia
wartawan Tribun. Terus Mas Bowo, Yohanes Sapto Prabowo kalau tahu. Dia
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
sekarang lebih banyak trip report bus ya. Dia dulu juga suka kereta, Cuma akhir-akhir
ini kereta jadi seperti ini jadi ya mungkin ada sedikit rasa kecewa ya terus larinya ke
bus. Dari dulu juga suka bus sih, Cuma mendalami jadi YouTuber Busmania ya dua
tahunan terakhir ini. Sama satunya itu pak Gatuk, itu jarang banget. Cuma dia
aktivitasnya lebih sibuk mengurus warung sate Podomoro itu, yang punya dia.”
P: “Berarti yang lebih banyak video itu Bapak dan dua teman bapak itu ya?”
I: “He eh, Mas Bowo sama Mas Rinto. Oh ya saya kalau bikin video itu juga mikirin
penonton sih. Kalau saya bikin video sepanjang ini, yang nontonin mau nggak? Mau
nggak nonton sampai habis? Jadi, kalau nggak mau ditonton sampai habis kan
percuma kita habisin sumber daya kita bikin video lama, ngeditnya juga lama, belum
lagi renderingnya, terus uploadnya juga. Hahaha… itu kan juga butuh perjuangan.
Kalau bikin video, harus mempertimbangkan banyak hal juga sih sekarang. Kalau
dulu, asal-asal aja bikin. Diedit asal-asalan. Kalau sekarang, nggak bisa kayak gitu.
Kalau nggak gitu, nggak akan laku videonya.”
P: “Ah benar tuh pak… Lalu, apakah bapak sendiri sudah puas dengan konten yang
disajikan?”
I: “Kalau saya belum, sampai sekarang belum. Karena… apa ya? Video saya masih…
Cuma sekitaran gitu-gitu aja. Jadi Cuma kereta mondar-mandir, trip report, gitu aja.
Saya pengen punya lebih. Jadi, kalau masnya nanti sempat buka YouTube, cari aja
namanya Extreme Railways. Host-nya itu Chris Tarat. Nah, itu dia bikin video kereta,
tapi nggak Cuma sekadar video kereta aja. Jadi, dia bikin video kereta dan hal-hal
sekitarnya, bagaimana kereta itu mempengaruhi kehidupan masyarakat di sekitar?
Bagaimana kereta itu dibangun? Bagaimana kereta itu survive, dari dulu, awal,
sampai sekarang? Saya sering banget lihat, meskipun udah berkali-kali saya nonton
itu, Cuma saya suka. Saya suka videonya, saya suka konsepnya juga.”
P: “Karena dia mulai dari sejarah, perkembangannya..”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
I: “Iya, sejarah, perkembangannya, terus bagaimana mempengaruhi kehidupan
masyarakat di sekitar keretanya. Terus bagaimana mereka itu survive sampai
sekarang.”
P: “Nggak Cuma sekadar kereta ya?”
I: “He eh… Kalau untuk saya, video saya itu masih belum. Saya ya pengen bikin
kayak gitu, Cuma itu kan lebih rumit ya mas ya? Lebih kompleks… jadi, saya mau
bikin yang mirip-mirip kayak gitu secara singkat saja.”
P: “Saya doain pak”
I: “Iya, terima kasih hahaha…”
P: “Lalu, kalau di video itu kan ada kolom komentarnya gitu pak. Bapak banyak juga
dong pasti dapat pujian dari orang-orang yang menonton itu. Apakah bapak sudah
merasa puas dengan yang kayak gitu? Kayak ah, udah dipuji yang bagus-bagus nih.
Ya udah lah haha…”
I: “Hahaha… Kalau itu, ada rasa senang ya kalau video kita dipuji orang tuh. Hasil
karya kita dipuji orang tuh pasti senang. Cuma itu nggak bisa jadi patokan bahwa
videonya udah bagus. Kalau untuk saya, itu tidak bisa. Jadi harus lebih ditingkatkan
lagi, lebih diperbagus lagi. Kalau yang ini bagus, pasti bisa dibikin lebih bagus lagi,
lebih baik lagi.”
P: “Nah, kemudian dalam keseharian bapak sendiri, lebih sering berinteraksi dan
berkomunikasi dengan siapa saja? Terutama selama bapak menjadi seorang pecinta
kereta api dan vloggers YouTubers ini.”
I: “ Kalau kesehariannya ya dengan teman-teman sesama penghobi juga, dengan
tetangga kos kanan kiri juga. Kalau interaksinya, lebih banyak dengan teman-teman
penghobi saja. Untuk sharing, tukar informasi, hunting ke mana, hari ini mau ke
mana? Terus, ada kereta apa yang akan lewat hari ini?”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
P: “Karena memang sehobi ya pak?”
I: “He eh… sehobi. Bertukar juga tentang pekerjaan. Jadi, kita nyari-nyari informasi
kereta-kereta apa yang mau lewat, khususnya kereta-kereta luar biasa. Yang KLB
gitu. Yang nggak tiap saat lewat.”
P: “Kalau ada momen-momen khusus gitu, kayak Kereta Luar Biasa, apakah harus
selalu benar-benar dikejar atau nggak?”
I: “ Kalau KLB-nya itu benar-benar jarang dan langka, itu biasanya harus dikejar
mas.”
P: “Kenapa sih pak sampai harus?”
I: “Karena itu momen. Momen yang jarang sekali terjadi. Momen yang nggak akan
terulang lagi. Jadi itu harus ada dokumentasinya. Mungkin kalau sekarang, 2 hari,
tiga hari, sebulan, tiga bulan, setahun, tahun depan, itu hal yang biasa, tetapi nanti 5
tahun, 10 tahun ke depan itu jadi hal yang luar biasa. Setidaknya, kita punya
dokumentasinya. Nggak Cuma sekadar untuk dijual, nggak. Kita punya
dokumentasinya, seperti yang dulu orang-orang bule-bule ke sini motretin loko uap
itu. Kalau dulu, memang biasa tapi setelah 20-30 tahun kemudian sekarang jadi hal
yang luar biasa.”
P: “Jadi bapak itu semacam seperti mewariskan sesuatu kepada generasi mendatang
gitu ya?”
I: “Ya… salah satunya. Jadi dulu, oh ini dulu pernah ada kereta ini. Apalagi kalau ke
depannya, keretanya udah ga jalan, udah mati lokomotifnya, nah itu… Saya punya
rencana ini, teman-teman saya belum ada yang tahu. Hanya sebagian yang tahu.
Lokomotif CC 201 itu kan di tahun ini udah 40 tahun, itu saya mau mengabadikan
loko-loko CC 201. Ada 23 lokomotif yang usianya 40 tahun, tahun ini. Jadi saya
harus ngumpulin semua videonya, per lokomotif itu. Sebagian besar di Surabaya,
Cirebon, sama Jogja. Eh, Jogja nggak ada ding, Jogja itu tahun 83 semua lokonya.
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
Surabaya yang banyak, sama Cirebon, jadi saya harus ke Surabaya rekam keretanya
itu. Itu nanti jadi dokumentasi yang luar biasa ke depannya 5-10 tahun ke depan.
Dulu pernah ada lokomotif ini.”
P: “Istilahnya dulu pernah ada lokomotif ini, masa-masa jayanya pada tahun ini,
dipakai di kereta ini”
I: “Ya, soalnya tahun depan mungkin loko-loko itu nggak akan kelihatan lagi di
lintas. Mereka nggak akan dinas di lintas. Peraturannya itu setelah 40 tahun, loko-
loko itu nggak boleh dinas jarak jauh. Jarak dekat Cuma langsiran aja di stasiun,
kereta-kereta lokal gitu aja. Jarak jauh udah nggak boleh, itu udah peraturan dari
perusahaannya.”
P: “berarti memang ada rencana untuk membuat video ya pak?”
I: “Iya, itu untuk dokumentasi juga.”
P: “Nah, masih ada kaitannya nih pak. Mengapa seorang railfans itu betah gitu untuk
berlama-lama di pinggir rel hanya untuk melihat kereta api yang lewat, bahkan yang
bapak katakan seperti mengabadikan KLB yang mungkin waktunya tidak strategis
atau yang lokasinya jauh? Mengapa sih pak, kok mau gitu? Kalau orang biasa kan
kayak mikirnya ngapan gitu? Panas-panasan di tepi sawah, di pegunungan? Mengapa
pak?”
I: “Itu… Alasan utama itu kesenangan mas. Kesenangan dan kepuasan kami itu di
situ. Jadi kayak gimana ya? Ya misal, masnya suka sama cewek, Cuma lihat dia dari
jauh aja gitu udah seneng kan? Nah… sama seperti itu! Sama seperti itu kira-kira.
Jadi udah denger suaranya saja, udah seneng. Belum kelihatan aja, udah seneng.”
P: “Belum ada udah seneng? Kalau lihat rel di sebelah gitu seneng pak?”
I: “Apalagi kalau lihat rel! Wah… Ada rel! wah, tuh mas… Dulu, tak ceritain ya.
Sekitar bulan apa ya? Sekitae 2015 gitu, kami teman-teman di Jogja kan bikin acara
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
piknik. Piknik ke Pabrik Gula di… Solo, apa itu… Sondokoro itu… Kita wisata, kita
sewa bus, nyampe sana kan niatnya mau lihat-lihat pabrik gula, ternyata nggak bisa.
Akhirnya, kita naik kereta uapnya. Memang tempat wisata. Jadi, naik tiketnya tuh
Rp10.000,00. Ada tiga kereta waktu itu. Kita naik kereta uap mas. Jadi, ada teman
saya seusia saya gini, seusia mas gitu, lihat kereta uap itu udah kayak anak kecil mas.
Seneng banget! Wah… udah kayak anak kecil itu… naik kereta itu, naik, kan
jalannya pelan. Wah, udah teriak-teriak kayak anak kecil. Padahal yang piknik di situ
ibu-ibu sama anak-anaknya sama bapaknya. Mereka kalah! Mereka Cuma ngeliatin,
bengong, ngapain itu orang-orang tua? Keretanya jalan kan pelan, turun. Lari ke sana,
difoto, balik lagi. Nanti pas di belokan, turun lagi, foto lagi. Udah kayak anak kecil,
bener. Udah seneng banget. Ya itulah… orang-orang pecinta kereta api…kayak
gitu… ada pertemuan gitu ya. Rapat, misal deket-deket stasiun. Ada kereta mau
lewat, itu kita berhenti dulu. Lihat kereta lewat, udah lalu lanjut lagi hehehe… kayak
gitu mas. Cuma denger aja gitu juga. Dari kos saya ke Lempuyangan itu kan Cuma
sekitar 2 kiloan. Kalau pagi kan masih sepi, itu kan denger suara kereta. Semboyan
35, terus kereta berangkat itu denger. Uh, itu udah seneng banget!”
P: “Wah…. Hahahaha…. Jangan-jangan bapak milih ngekos di situ sengaja biar deket
sama rel dan stasiun ya?”
I: “Hahahaha… Bisa jadi ya hehehe… Dulu kan saya tinggal di rumah bulik saya di
Piyungan. Itu sekitar 10 kilo kan dari rel. Kalau malem banget, sekitar jam 10 jam 11
itu masih denger suara kereta karena sepi kan. Pagi juga. Kalau mau lihat kereta, kan
jauh. Di sini kan deket, enak hahaha… “
P: “Kalau dulu di Piyungan itu deketnya ke mana pak?”
I: “Ke Prambanan. Ke Prambanan itu kan di sana spotnya juga lebih bagus daripada
di sini. Di kota kan Cuma lurus-lurus saja. Prambanan kan ada jembatan lalu tikungan
juga, Cuma ya lumayan jauh hehe… Ya itu kesenangan kami, kepuasan kami.”
I: “Kepuasan ya pak. Lihat kereta saja sudah seperti melihat idola gitu ya?”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
P: “He eh… Iya… Ya kalau Cuma pengen naik kereta, jalan-jalan naik kereta, ya
Cuma naik Prameks aja Jogja ke Solo. Nanti nyampe sana ya balik lagi, udah gitu aja
hehehe… Kepuasan kami, kesenangan kami. Ga Cuma saya, semuanya… Semua
teman-teman saya. Cuma lihat kereta, terus pas jalan-jalan ke mana tahunya lihat ada
rel. Oh! Ada rel! Pasti difoto! Nanti diskusi, di sini ada rel, Bagaimana sejarahnya?”
I: “Mau relnya aktif atau nggak aktif?”
P: “Iya mas. Mau rel kereta besar, mau rel lori… Halah mas, nggak usah rel… Lihat
odong-odong aja, tahu? Nah itu juga hahaha… “
I: “Serius pak? Lihat odong-odong juga?”
P: “Iya mas hahaha… Itu juga udah seneng. Kayak kita bilangnya KLB-KLB
hahaha… Itu udah seneng mas. Itu pikirannya udah misuh banget. Kalo lihat kereta
itu mas, yang lain-lainnya udah lewat!”
I: “Walaupun ada cewek cantik gitu ya pak?”
P: “Nah iya… Foto aja, foto ada kereta lalu ada ceweknya langsung yang kayak
Ah…ceweknya mengganggu itu… Suruh minggir! Hahaha… Kayak waktu dulu,
kalau lihat video saya yang Tujuh Menit Gagal Fokus itu di Jembatan Kewek. Itu
saya kan lagi merekam video langsiran Taksaka itu, tahu-tahu ada cewek lewat.
Ahh… Ini ngapain ini? Lanjutin aja udah hahaha… Itu kesenangan kami…”
P: “Ya karena namanya udah senang, udah cinta, ya gimana lagi?”
I: “ Ya betul… He eh….”
P: “Lalu, apakah konten video yang bapak sajikan ini bermanfaat atau tidak bagi
khalayak yang luas? Atau justru baru untuk diri sendiri?”
I: “ Kalau menurut saya, sudah ada manfaatnya meskipun belum banyak ya. Orang-
orang jadi lebih suka naik kereta, orang-orang jadi lebih suka lihat kereta. Ada
beberapa komentar yang begitu lihat kereta langsung jadi kayak Ah, jadi pengen naik
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
kereta. Kangen, saya jadi inget waktu dulu ke sini, ke sini, ke sini. Jadi pengen naik
kereta lagi. Itu salah satunya. Jadi tujuannya tercapai, orang jadi suka lihat kereta dan
orang suka naik kereta. Minimal, meskipun bukan orang tuanya, ya minimal anaknya.
Kadang-kadang ada yang komen Wah, terima kasih mas. Anak saya seneng banget
lihat videonya.”
P: “Berarti bapak juga senang ya semacam menularkan virus kecintaan kereta api?”
I: “He eh… Iya… Kita juga, apa ya? Memperkenalkan keunikan-keunikan suatu kota,
seperti di Madiun dan di Solo. Di Madiun itu, video saya yang langsiran kereta
Pertamina, yang keretanya lewat belakang itu, tapi palangnya di depan. Nah itu, jadi
orang tahu oh ternyata di sini ada ini. Terus di Solo itu yang kereta lewat CFD Slamet
Riyadi itu juga. Ada yang bertanya, masih ada kereta seperti ini? Terus kereta-kereta
uap, saya bikin video yang wisata kereta uap kuno itu salah satu tujuannya untuk
nunjukin ke masyarakat bahwa kita masih punya heritage, kita masih punya kereta
uap kuno. Jadi nggak Cuma kereta-kereta yang modern aja, kita masih punya kereta
uap yang harus dilestarikan, harus dijaga.”
P: “Jadi bapak juga ingin agar orang-orang yang setelah menonton videonya bapak
merasakan manfaatnya ya? Bukan hanya bapak sendiri.”
I: “Ya betul. Bukan Cuma kesenangan aja, tapi juga bisa memberikan manfaat.”
P: “Sebagai pecinta kereta api, bapak juga tentunya memiliki teman-teman yang
awam akan kereta api. Seringkah mereka bertanya tentang seputar kereta api terhadap
bapak?”
I: “Nah itu… Sering itu mas hehehe… nggak Cuma saya pasti. Ada teman-teman
yang lain juga. Biasanya mereka tanya tiket, tiketnya masih ada nggak? Harganya
berapa? Itu secara tidak langsung kita juga harus bantu mereka.”
P: “Senang tidak pak sering ditanya-tanya seperti itu?”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
I: “ Seneng mas. Seneng aja karena kita bisa bantu. Temen-temen itu kalau nanya,
Aku mau ke sini, enaknya naik kereta apa ya? Nah…nanti kita kasih referensi. Kalau
mau ke sini, naiknya kereta ini, jamnya ini, yang enak ini keretanya, kereta ini enak,
kereta ini nggak enak jadi mereka bisa memilih. Bisa memberikan manfaat untuk
orang lain, nggak Cuma untuk kita sendiri. Kalau dulu memang ya, untuk kesenangan
kita sendiri ya. Cuma, kalau sekarang, kalau dipikir harus bisa kasih manfaat untuk
orang lain. Nggak Cuma sekadar hobi.”
P: “Pernah nggak pak ditanya sama orang awam seperti ini, Mas Dhannie kan suka
sama kereta api kenapa nggak kerja di PT KAI aja? Kan orang-orang awam biasanya
beranggapan kalau suka kereta api, maka kenapa tidak kerja di PT KAI?”
I: “Nah… Ada, tapi nggak terlalu sering. Cuma beberapa aja. Teman-teman saya tuh
kalau disuruh kerja, kalau memang tidak atau bukan cita-cita, keinginan itu sebagian
besar tidak ada. Mungkin ada beberapa yang…pengen jadi masinis, kondektur itu ada
teman-teman saya. Kalau saya dari dulu nggak ada cita-cita ke sana. Lebih cenderung
suka aja. Kalau ada yang tanya seperti itu ya saya sih santai aja kok. Tinggal jawab
nggak pengen, gitu aja hehe… jadi pekerjaan kan kalau dipaksakan itu juga nggak
enak kan ya? Hehehe…”
P: “Bapak ini apakah benar-benar murni suka sama kereta api atau suka juga dengan
transportasi lain?”
I: “Awalnya…saya murni… Kereta api ya awalnya. Saya suka dengan transportasi
lain itu pertama kali itu bus. Bus itu ketularan sama teman-teman saya hehehe…
Kebetulan diajak naik bus, diajak hunting bus, terutama mereka sering posting foto-
foto bus. Busnya kok bagus-bagus? Bus sekarang kan bagus-bagus toh? Akhirnya
saya tertarik. Awalnya motret-motret, terus bikin video. Kalau saya sekarang bikin
video bus masih belum bisa. Bikin yang bener-bener bagus tuh belum bisa. Terus trip
report juga. Kemarin baru nyoba bikin vlog bus itu ya asal-asalan aja hahaha… terus
pesawat itu juga, dulu karenanya banyak yang posting foto-foto pesawat. Lalu, saya
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
nyoba-nyoba…kok asyik ya? Kalau hunting foto pesawat itu… ya… ada
keterbatasannya juga sih mas. Harus ke bandara, jadi spotnya Cuma bandara aja.
Nggak bisa di langit ya haha… Jauh hahaha…. Kalau pesawat kan harus butuh
peralatan yang lumayan canggih, pakai lensa yang panjang-panjang itu kan nggak
murah ya haha… Ya beruntung di sini bandaranya spotnya bagus, jadi bisa
dieksplorasi maksimal ya. “
P: “Kalau dibandingkan merekam video kereta api dengan kegiatan bapak yang
pernah merekam video bus dan pesawat, bapak lebih senang yang mana?”
I: “Saya lebih suka kereta ya. Bus itu apa ya? Pertama, passionnya ya mas ya.
Mungkin kalau bus itu saya Cuma ikut-ikutan aja. Sama dengan pesawat juga, saya
Cuma ikut-ikutan aja. Sekadar ikut sama menghilangkan bosan biar ada variasi.
Kalau kereta kan memang saya suka kereta. Kemarin saja saya merekam pesawat
landing, terus eh ada kereta. Langsung saya pindah hehehe…”
P: “Oh iya ya pak. Bandaranya kan dekat sama rel kereta hehehe…”
I: “Hahaha iya…. Rekam keretanya, terus lewat, lalu balik lagi gitu hehehe…”
P: “Jadi memang lebih sukanya ke kereta api ya pak?”
I: “Iya, begitu…”
P: “Nah, sebagai railfans sendiri, pernahkah bapak memperkenalkan kecintaan bapak
tentang kereta api kepada orang-orang di sekitar bapak? Kemudian, bagaimana cara
memperkenalkannya?”
I: “Hmmm… apa ya? Biasanya ajakan mas. Jadi… terutama mereka itu, biasanya
keluarga saya dulu, entah itu adik, keponakan, saya ajak naik kereta. Kalau mau pergi
ke sini, naik kereta aja. Pasti ajakan pertama itu naik kereta, naik bus sama pesawat
itu alternatif. Yang utama itu pasti ngajak naik kereta. Terus ya kita cerita-cerita
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
tentang kereta. Meskipun mereka menganggapnya biasa ya … udah, biarin aja…
nggak apa-apa… yang penting udah dikenalkan, biar mereka tahu kalo saya itu suka.”
P: “ Menurut bapak, apakah memperkenalkan kecintaan terhadap kereta api itu suatu
kewajiban seorang railfans?”
I: “Menurut saya sih kalau kewajiban itu, tidak ya mas. Tergantung masing-masing
orangnya juga sih. Kalau saya sendiri sih ya harus. Salah satu tujuan saya yaitu
mengenalkan kereta kepada orang-orang di luar pecintanya biar orang suka ya naik
kereta. Meskipun sekarang keretanya masih jauh dari harapan, Cuma ya tetap harus
mengajak. Kalau misal ada yang ngomong, kemarin saya naik kereta tapi kok gini ya?
Nah… itu kan saya bisa menyanggah, itu kan naik kereta yang ini. Coba naik kereta
yang ini nah hahaha…. Kecuali memang sudah benar-benar nggak bisa jawab ya
sudah hehe…”
P: “Yang terpenting juga kita sudah menyarankan ya pak?”
I: “Ya… Betul…”
P: “Lalu, dengan melakukan aktivitas vlog dan youtube yang kontennya kereta api
ini, apakah menandakan bapak sudah benar-benar menjadi seorang railfans yang
sejati, yang luar biasa, atau malah baru permulaan?”
I: “hmm… Gimana ya? Kalau untuk sekarang sih… sudah bisa menunjukan bahwa
ini saya, pecinta kereta, hobi kereta. Untuk ke depannya ya saya ingin sesuatu yang
lebih, lebih dari yang saya punya sekarang ini. Kayak yang saya bilang tadi, bikin
video yang nggak Cuma sekadar kereta lewat, tapi juga keadaan di sekitarnya,
bagaimana kereta itu mempengaruhi kehidupan masyarakat, lalu bagaimana kereta
api memberikan dampak pada kehidupan yang sekarang. Kalau untuk sekarang saja,
menurut saya sudah bisa menunjukan bahwa saya itu hobi kereta. Untuk saya, yang
sekarang masih belum cukup. Masih banyak yang bisa dieksplorasi lagi.”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
P: “Kemudian, railfans itu tidak semuanya suka hunting foto, video. Ada yang tidak
suka memotret dan merekam kereta, tetapi mereka tetap suka dengan kereta api.
Bagaimana pandangan bapak terhadap pecinta kereta api yang seperti mereka?”
I: “Hal itu memang biasa mas. Jadi, hobi kereta kan nggak harus Cuma hunting video
dan foto aja. Jadi ada yang suka sekadar naik, ada yang suka dengan sejarahnya, ada
yang suka dengan hal-hal berbau teknisnya kereta. Itu memang jadi kekayaan para
penghobi kereta. Di kereta itu, hobinya nggak Cuma foto atau video saja. Banyak
juga macemnya.”
P: “Saling melengkapi ya?”
I: “Iya… itu sesuatu yang luar biasa kalau buat saya.”
P: “Jadi, railfans itu nggak harus yang hunting foto dan video ya pak?
I: “Iya… betul sekali…”
P: “Mau foto boleh, mau merekam video boleh, nggak juga nggak apa-apa ya?”
I: “Ya, terserah itu. Ada yang menikmati dan Cuma suka melihat saja, ada yang suka
naik. Menurut saya, itu hal yang biasa dan saling melengkapi.”
P: “Kalau misalnya bapak sudah benar-benar jenuh jadi YouTubers Vloggers dan
pecinta kereta api, misalnya semuanya sudah dieksplor, terus yang harapannya sudah
tercapai, apakah memutuskan untuk berhenti atau tetap seperti sekarang ini?”
I: “Hehehe… saya belum pernah sih. Jujur saja sih, belum pernah kepikiran seperti
itu. Tapi, mungkin pasti ada ya. Satu titik puncak itu pasti ada ya. Kalau berhenti sih
saya nggak ya, Cuma mungkin mengurangi, mengurangi aktivitasnya. Saya hanya
akan menikmati saja, menikmati hasil karya saya dan teman-teman saya. Kan nggak
mungkin, saya bisa punya hasil karya yang sama dengan teman-teman saya. Kalau
seumpama saya sudah mencapai titik puncak, titik jenuh, saya akan mengurangi.
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
Kalau berhenti total, nggak akan. Mungkin lebih pasif saja, jadi Cuma lihat,
menonton, menikmati.
P: “Apakah bapak memiliki rencana untuk mengajarkan tata cara hunting foto/video
kereta yang benar seperti apa gitu ke railfans yang muda-muda? Atau mungkin cara
tehnik foto dan video yang benar gitu?”
I: “Itu kalau menularkan ilmu itu harus ya. Kalau untuk saya, itu wajib ya. Karena…
saya dapat ilmunya juga dari orang lain kan? Nggak mungkin saya simpan sendiri,
jadi saya ajarkan juga ke teman-teman saya. Melalui langsung lewat ngobrol kayak
gini atau lewat praktik atau lewat video hasil karya saya. Jadi kalau ada yang minta
ajarin, nanti saya kasih dasar-dasarnya saja, caranya seperti ini, nanti aplikasinya bisa
dilihat di video. Menularkan ilmu itu pasti. Menurut saya, itu wajib.”
P: “Berarti ada semacam rencana untuk membuat semacam video tutorial cara
hunting foto dan rekam video kereta gitu ya pak?”
I: “Ya… Ada. Saya ada blog juga sih, yang isinya tips-tips untuk hunting itu. Cuma,
masih berupa tulisan, belum berupa video. Di blognya itu Cuma ada tulisan dan hasil
foto, contoh hasil foto. Kalau video, ada niatan kayak gitu. Dari dulu ada, Cuma
realisasinya belum hehe… itu butuh nggak Cuma satu orang soalnya haha… Butuh
kerja sama dengan beberapa orang. Itu kerja samanya agak susah, jadi teman-teman
itu nggak selalu bisa, masih tertunda gitu mungkin.”
P:”Bapak sendiri lebih suka hunting kereta api sendirian atau ada temannya?”
I: “Kalau saya lebih prefer ada teman ya. Minimal ditemani satu orang teman, jadi
berdua. Menyangkut faktor keamanan ya. Kalau hunting sendirian itu juga nggak
enak mas, bengong hahaha… apalagi nunggu kereta lama… Waduh… di tengah
sawah, sendirian, itu kayak ngapain hahaha… Minimal harus dua orang. Kalau di
kota-kota gini sendirian nggak masalah, tapi kalau sudah ke luar kota ke pelosok gitu
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
harus minimal dua orang. Ada yang menjaga, biar ada temen yang kalau satunya
kenapa-kenapa, yang lainnya bisa bantu. Itu salah satu syarat wajib safety hunting. “
P: “Syarat wajib ya pak biar aman?”
I: “Iya, keamanan itu yang paling utama. Apalagi kalau misalnya ke tempat yang
belum pernah dan tempatnya agak gimana gitu… Wah, itu minimal harus ditemani
sama satu orang yang sudah pernah ke sana sebelumnya. Faktor keamanan dulu yang
diperhatikan, nggak asal.”
P: “Lalu, saran apa yang bisa Bapak berikan untuk YouTubers vloggers railfans ini
dalam meningkatkan kualitas konten videonya?”
I: “Hmm… Lebih banyak berlatih ya, menurut saya. Karena sudah jadi rahasia umum
ya kalau video dan fotografi itu nggak tergantung sama gear-nya kan. Dunia fotografi
itu ilmu yang diasah dengan jam terbang. Jadi lebih banyak berlatih, lebih sering
hunting itu bisa mengasah kemampuan kita. Terus, bikin video yang berkonsep. Jadi
nggak Cuma sekadar kereta mondar-mandir gitu aja, harus ada konsepnya. Terus,
kalau hunting ya hal pertama yang harus diperhatikan itu safety-nya, keamanan diri
sendiri terutama. Soalnya ya saya ngaku sendiri aja mas, ad beberapa video saya yang
nggak safety mas. Yang pertama itu di Pasuruan karena memang spotnya tidak
memungkinkan. Jadi saya kan mau ambil video pas keretanya menikung dan
menanjak. Itu kan harus pake zoom dan tegak lurus dengan keretanya. Spotnya agak
sulit karena posisi rel tinggi dan kanan kirinya sawah, jadi terpaksa mepet. Itupun pas
keretanya lewat, saya sudah minggir-minggir hehehe… Di video saya sudah saya
kasih peringatan bahwa ini ngambilnya nggak safety jadi mohon jangan ditiru.
Kedua, pas di Lampung itu. Saya merekam persilangan keretanya, Babaranjang kan
panjang banget… saya mau ambil spot di depan lokomotif, itu jauh… rangkaiannya
panjang, jadi terpaksa di rel bawahnya gerbong. Itu sama sekali nggak aman. Sudah
saya kasih peringatan di video bahwa ini hunting nggak aman. Soalnya masih banyak
railfans yang huntingnya tidak aman, kayak di tengah rel, lalu mepet, bahaya itu.
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
Terus peringatan juga buat yang bukan penghobi, yang anak-anak hits itu, yang suka
foto-foto di jembatan kereta atau tengah rel. Hahaha… nah itu bahaya, bahaya banget
sebenernya. Bahaya banget itu… kereta yang melaju kencang. Keserempet motor
yang lewat gitu aja udah bahaya, apalagi kalo kereta kan? Segede itu, kencang, nah…
bahaya… Dulu, saya ada pengalaman yang tidak akan saya lupakan…”
I: “Apa itu pak?”
P: “Hampir mati saya mas”
I: “Hah? Di mana itu pak?”
P: “Di Malang, di terowongan Dwi Bhakti Karya. Itu saya tahun 2011 kalau nggak
salah. Nunggu Kereta Penataran, kebetulan keretanya terlambat kan. Siang itu, saya
nunggu, masuk terowongan, nyari spot…”
I: “Masuk terowongan?”
P: “Iya, masuk terowongan. Kebetulan jalurnya menikung. Saya masuk, baru dapet
sleko pertama kalau nggak salah, ada semboyan 35 dari sana. Waduh… Ada kereta
masuk! Karena keretanya nikung ke kiri, kan saya harusnya ke kanan, saya keliru!
Saya malah di sebelah kiri. Masuk selokan kecil gitu, mepet tembok, saya bawa tas,
bawa tripod di belakang, keretanya lewat. Aduh… terus saya wah… mati ini… udah
sembunyi gini… untung tripodnya nggak kecantol keretanya. Itu masuk sampe ya
keretanya panjangnya Cuma enam ya. Lalu, pas keluar itu gemetaran badan saya
hehehe… teman saya manggil, mas mas! Nggak apa-apa? Aduh… sampai sekarang
nggak berani masuk terowongan. Masih belum berani.”
I: “Bahaya sih pak terowongan.”
P: “Kemarin hunting ke Purwokerto itu ke Terowongan Kebasen. Kebasen itu kan
pendek, paling 200 meter. Itu lari saya mas pas lewat situ hahaha… masih trauma.
Kalau nyebrang jembatan, saya masih berani. Cuma, kalau masuk terowongan mah
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
udah hahaha… traumanya udah sampe sekarang. Nggak hilang itu… Aduh…. Itu
pengalaman yang luar biasa itu hahaha…”
I: “Tapi itu bapak malah menjadikan itu sebagai pelajaran untuk lebih safety lagi ya?
Nggak yang abis itu takut ngak mau hunting lagi?”
P: “Iya hahaha… Nggak… Ya takut masuk terowongan itu mas. Masih belum berani
masuk terowongan lama-lama hahaha… Dulu terowongan sih gelap ya, tapi kalau
sekarang udah dipasang lampu. Tapi ya itu… tiap terowongan pasti ada fakto X-nya,
pasti itu. Cerita-cerita serem, dunia lain, seputar kereta api itu selalu ada.
Terowongan, jembatan, lokomotif, rangkaian kereta itu pasti ada.”
I: “Apakah hal-hal seperti itu juga bisa dimasukkan ke safety hunting pak?”
P: “ah iya… itu pasti! Jadi ya nggak Cuma kita ya. Dari pihak kereta api pun juga
sadar akan hal-hal itu. Setiap kereta api mau masuk terowongan kan harus pakai
Semboyan 35, itu istilahnya kulo nuwunnya itu. Permisinya sama yang menunggu
terowongan itu. Penjaga terowongan yang pegawainya pun kalau masuk juga harus
kulo nuwun dulu. Itu faktor-faktor yang juga harus diperhatikan.”
I: “Lalu, harapan bapak untuk kegiatan bapak ini ke depannya apa? Lalu juga untuk
transportasi kereta api Indonesia ke depannya.”
P: “Harapan saya, untuk saya pribadi sih saya bisa lebih banyak mengembangkan lagi
ya, mengeksplorasi kreativitas saya terus kemampuan saya sampai di mana.
Memaksimalkan. Saya bisa bikin video yang lebih baik dari sekarang, yang lebih baik
dari hari ini. Itu tantangan buat saya. Lalu, harapan untuk masyarakat sekitar ya
diharapkan masyarakat lebih suka dengan kereta api, lebih mencintai kereta api, lebih
memilih kereta api sebagai alat transportasi, khususnya yang di Pulau Jawa. Jadi
untuk mengurangi kemacetan, mengurangi polusi, lalu kereta api juga lebih murah
meskipun pada praktiknya harganya ya hahaha…tapi harapan saya mengajak
masyarakat untuk naik kereta api pada khususnya, dan pada umumnya ya naik
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
transportasi umum seperti bus dan pesawat. Jadi untuk mengurangi beban kemacetan
di jalan. Kalau harapannya untuk perkeretaapian ya bisa lebih baik lagi dari sekarang.
Sebetulnya bisa, bisa lebih baik lagi dari sekarang. Tergantung pemerintah dan
operatornya saja, mau atau tidak memperbaikinya? Karena kalau kita lihat ke
belakang sejarah kereta api kita ya zaman Belanda itu, penjajah Belanda sudah
merancang sistem perkeretaapian itu sedemikian rupa sehingga memudahkan orang
untuk bertransportasi. Jadi mereka itu merancangnya nggak asal-asalan.
I: “Bukan sekadar untuk satu atau dua tahun, tetapi untuk ratusan tahun ya?”
P: “He eh… Iya! Jadi, Belanda itu mikirnya mereka akan tinggal di Indonesia
selamanya jadi bikin jalur kereta api itu yang bisa dipakai untuk seterusnya, baik
untuk angkutan orang maupun barang. Kalau misalnya mas melihat peta Indonesia
tahun 90-an kalau nggak salah, itu masnya nggak akan percaya betapa banyaknya
jalur kereta api yang menghubungkan sampai ke pelosok-pelosok pulau Jawa. Itu
banyak banget! Sekarang sudah banyak yang mati kan?”
I: “Iya pak, udah banyak tuh yang tidak aktif lagi.”
P: “Pemerintah juga sih itu. Itu dulu sekitar jaman Pak Harto. Banyak jalur kereta api
yang dimatikan untuk akomodasi angkutan jalan raya. Sebenarnya banyak banget
dulu mas, jalur kereta juga…”
I: “Di Jogja juga banyak ya pak?”
P: “Iya! Di Jogja itu banyak mas! Sebenarnya bisa dimanfaatkan lagi untuk angkutan
orang dan barang, misalnya kalau truk kontainer yang ngangkut barang kan Cuma
bisa satu aja sekali jalan. Nah, kalau kereta? Wah bisa sampai 20 hingga 30 gerbong
sekali jalan. Menghemat banget kan itu? Terus ya mengurangi kemacetan juga.
Harapannya ya itu lebih menghidupkan lagi angkutan massal, khususnya kereta api.”
P:” Di Pulau Jawa dan kalau bisa seluruh Indonesia lebih bagus lagi ya?”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
I: “Iya… Lebih bagus lagi itu! Di Sulawesi sekarang lagi dibangun dan bakal lebih
lebar keretanya daripada di Jawa nantinya karena pakai rel standar internasional yang
1.435 mm. Di Jawa kan 1.067 mm. Di Papua juga katanya mau dibikin.”
P: “Pokoknya intinya biar lebih baik lagi, lebih maju lagi, dan pemerintah serta
operator lebih memperhatikan kereta api ya pak?”
I: “Iya, pelayanannya juga. Sebenarnya bisa diperbaiki jadi lebih bagus lagi. Ya
seperti itu sih.”
P: “Baik pak. Itu saja sih dari saya. Terima kasih untuk kesediannya ya pak.”
I: “Ya mas. Sama-sama. Terima kasih juga.”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
Transkrip Wawancara
Narasumber/Informan 3: Sri Baskoro Bagus Pratikno
Lokasi Wawancara: Starbucks Coffee Metropole Cikini, Jakarta Pusat
Hari/Tanggal Wawancara: Kamis, 12 April 2017
Waktu Wawancara: Pukul 13.30 WIB
Peneliti (P)
Informan (I)
P: “Boleh diceritain aktivitas sama kegiatannya sehari-hari?”
I: “Sehari-hari gue ya…sambil ngerjain skripsi, terus kalo ada job motret ya motret.
Kalau lagi pengen naik kereta ya naik kereta. Udah gitu aja.”
P: “Berarti keseharian elu lebih kayak mahasiswa pada umumnya ya?”
I: “Iya, mahasiswa biasa”
P: “Semester delapan juga ya?”
I: “Semester sepuluh hehehe…”
P: “Ambil jurusan?”
I: “Matematika”
P: “Asalnya dari mana kalo boleh tahu?”
I: “Dari Bekasi.”
P: “Di sana tinggal sama siapa?”
I: “Sama masih ada orang tua”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
P: “Oke… Bagus udah berapa lama sih menjadi seorang pecinta kereta api atau
railfans ini?”
I: “Jadi railfans ini awalnya tahun 2009… kira-kira udah berapa tahun tuh, udah
delapan tahun ya berarti…”
P: “Itu bisa diceritakan mengapa awalnya kok bisa jadi pecinta kereta api?”
I: “Ya dulu…dari kecil emang… Dulu, saat masih kecil pernah tinggal di Salemba,
Paseban Paseban… yang di pinggir rel itu. Dulu kalo kecil itu, kalo nggak mau
makan itu selalu disuapinnya di pinggir rel kereta gitu hehe… jadi mulai dari kecil
udah dijejelin sama kereta lah… Sampe kalo pulang kampung itu, kalo naik mobil,
kalo istirahat itu nggak mau istirahat di rest area gitu. Maunya kalo istirahat itu di
bawah sawah, di pinggir pohon, yang bisa lihat kereta.”
P: “Emang kampung halamannya di mana?”
I: “Di Jogja.”
P: “Oh Jogja… berarti kalo mudik seringnya naik kereta atau mobil?”
I: “Mobil. Kalau mudik, selalu naik mobil. Tapi, di luar itu ya naik kereta.”
P: “Berarti kalo di liburan yang selain mudik naik kereta?”
I: “Iya, kalo liburnya di luar mudik ya naik kereta.”
P: “Nah itu… Mengapa sampai saat ini masih bisa dan tetap tertarik sama kereta
api?”
I: “Ya seneng aja…. Kalau naik kereta kayaknya lebih santai aja gitu dibandingin
sama naik bus atau naik pesawat. Kalau naik pesawat, kita mesti ribet ke
Cengkarengnya dulu. Itu kalau dari Bekasi ya atau ke Halim dulu. Kalau kereta kan,
naik dari Bekasi pun bisa. Kalau Cuma kayak ke Bandung gitu… Kalau yang
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
tujuannya masih bisa dijangkau naik kereta, gue sih lebih prefernya naik kereta
dibandingin naik transportasi lain…”
P: “Hmm… berarti selama dia masih bisa dijangkau kereta ya?”
I: “Iyaaa… “
P: “Lalu, apakah selama menjalani hobilu ini ada semacam pengalaman berkesan gitu
selama naik kereta? Misalnya yang unik, menyenangkan, kesel, atau menegangkan
gitu?”
I: “Banyak sih… Banyak… Kayak kalau naik kereta itu, gue paling seneng kalo
nunggu momen silangan kereta. Dulu itu kalau silangan di stasiun-stasiun kecil,
banyak anak yang pada minta-minta Om, minta Om! Seneng gue lihat anak-anak
kayak gitu… Kadang gue bagiin duit recehan gitu…. Kalau pengalaman lainnya, dulu
pertama kali gue ngajak cewek gue jaman SMA itu naik kereta berdua. Ke
Bandung… itu jaman gue pacaran, awal kelas 1 SMA itu berarti. Berdua itu jalan-
jalan ke Bandung naik kereta Parahyangan. Terus apa lagi ya? Ya… Banyak sih kalo
pengalaman… Kurang lebih itu sih… Yang paling diinget…”
P: “Yang paling diinget dua itu ya berarti?”
I: “Pengalamannya banyak ya. Misal, kita lagi terburu-buru dan pas keretanya telat.
Oh ya! Sama satu lagi! Gue pernah itu dapet tiket Gajayana gratis. Waktu itu jadi
ceritanya gue itu ngantre, ngantre di loket stasiun waktu jamannya masih belum yang
terlalu melek online lah. Online udah, tapi maksudnya belum terlalu sadar online gitu
masyarakatnya. Awal-awal transisi online gitu… Nah itu, gue mau batalin tiket
rencananya waktu itu. Tahun 2012 atau 2013 kalo nggak salah. Gue mau batalin tiket
yang udah gue pesen dari jauh-jauh hari. Eh… bukan batalin! Mau ganti tanggal
gitu… Gue ngantre ke loket 1, loket 1 itu gue ngantre udah satu jam itu karena kan
emang padet itu jaman-jamannya arus mudik lebaran. Begitu udah sampe di loket,
gue ditanyain Mau ngapain mas? Gue bilang Mau reschedule nih pak. Nggak bisa!
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
Ke loket sebelah kalo reschedule. Gue digituin… Ya udah, gue ke sebelah… Gue
ngantre lagi, panjang lagi tuh antreannya. Gue mulai dari awal lagi. Begitu udah
sampe, itu hampir 1,5 jam yang kedua antreannya. Jadi, 2,5 jam sendiri gue di loket.
Begitu sampe di loket, langsung gue bilang lagi mau reschedule tiket mbak. Terus
mas-masnya yang ngoper gue dari loket sebelah itu dari dalem loket itu ngomong
Mas maunya apa? Kita udah capek nih… Lah? Saya juga udah capek ngantre tapi
dioper sana-sini ga ada kejelasan, gue gituin kan. Udah gitu, gue sempet adu debat
gitu terakhir ujung-ujungnya gue tanya namanya siapa. Pertama dia nggak mau
ngaku, mau ngapain emang nanya-nanya nama gue? Gue Cuma mau tahu aja siapa
nama elu. Terus dikasih tahu, terus gue ke luar dari loket, dan saat itu juga gue aduin
ke Jonan. Langsung gue e-mail ke Jonan, pak saya mendapatkan perlakuan gini gini
gini… Gue ceritain kronologis selengkapnya, e-mail gue langsung dibales saat itu
juga sama Jonan. Dia nyuruh tangan kanannya, gue nggak tahu sih jabatannya,
pokoknya tangan kanannya buat ngurusin gue. Gue ditelpon, gue ceritain, terus dia
minta maaf, sebagai permohonan maafnya gue dikasih voucher tiket pulang pergi
secara gratis. Terus gue pikir kan, udah dikasih tiket kalo gue pake yang deket kan
sayang. Langsung gue pesen ke yang jauh, tapi nggak hari itu juga. Selang dua
minggu kalo nggak salah, berangkatnya pake Gajayana, pulangnya pake Bima, untuk
dua orang. Sama satu lagi, pengalaman paling berkesan yang paling gue inget itu
ketika diajak naik kereta wisata Priority itu… Bener-bener emang berkesan deh… “
P: “Yang naik kereta wisata itu gara-gara apa tuh?”
I: “Yang kereta wisata Priority itu gara-gara menang kontes lomba gitu. Lomba yang
diadakan sama KAI.”
P: “Oke, berarti selama jadi railfans ini lu nggak ada ya yang namanya semacam
keterpaksaan gitu?”
I: “Nggak…Nggak ada… Ngalir aja…”
P: “Karena memang dari kecil lu udah suka sama kereta api?”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
I: “Iya… Bener…”
P: “Tapi, elu baru mulai fokus menjalaninya tahun 2009 itu ya atau gimana?”
I: “Ya maksudnya mulai sering naik kereta sendiri, mulai sering moto-moto walaupun
dulu masih pakai hape gitu…”
P: “Selama elu menjadi railfans, merasa mudah nggak sih menjalaninya atau ada
kesulitan tertentu?”
I: “Kesulitan? Kayaknya sih nggak ada kalau kesulitan ya… Sejauh ini ya ngalir gitu
aja… Gampang-gampang aja gitu… Nggak pernah nemuin kendala apa-apa…”
P: “Misal motret atau merekam kereta di stasiun?”
I: “Nah… Itu! Gue bingungnya kalau orang-orang railfan Jakarta ya karena ngomong
motret ini di sini ditegur, motret di mana lagi ditegur, sepengalaman gue kalau gue
bepergian sambil merekam sambil jalan sambil cek boarding pass check in gitu,
nggak pernah ditegur. Sama sekali nggak pernah! Walaupun bawa SLR gitu.”
P: “Padahal elu merekamnya juga bukan kamera yang kecil?”
I: “Nggak, nggak kecil. Pakai SLR.”
P: “Tapi lu nggak pernah ya ditegur dan dilarang sama dapet pengalaman seperti itu
ya?”
I: “Iya… Nggak pernah… Mau pake SLR, pake Action Cam, nggak pernah ditegur.
Cuma emang kalo pake tripod, itu kan nggak pernah sih yang kayak gitu. Cuma kalau
selama pake SLR gitu sih ya nggak pernah kok…”
P: “Nggak pernah ditegur juga ya sama pihak KAI-nya?”
I: “Iya… Lalu pas nunggu gitu, nunggu kereta, nunggu KRL di stasiun mana aja. Kan
kalo ada kereta lewat, masih suka ngeluarin SLR. Kadang kameranya masih ditaro di
kursi dan neken tombol shutter gitu sambil video gitu, nggak pernah ditegur.”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
P: “Berarti aman-aman aja ya? Enjoy-enjoy aja ya?”
I: “Iya…”
P: “Lalu, kalau misalnya nih elu nggak pernah menjadi seorang pecinta kereta api
atau railfans, terbayang kah hiduplu bakal seperti apa?”
I: “Ya mungkin sekarang ya nggak terlalu sering jalan-jalan gitu. Mungkin kerjanya
Cuma nongkrong-nongkrong doang kali seumuran gue. Nongkrong-nongkrong sama
anak kampus pada umumnya. Ya gitu doang kali kegiatan gue hehehe… Kalo
misalkan gue nggak jadi railfans ya… Karena gue juga pertamanya itu… nggak
terlalu… bukan nggak terlalu ya, tapi belum kenal video gitu pertamanya. Terus
waktu itu pernah gue.. kan gue masih terima job motret ya dari SMA-SMA yang
buku tahunan kayak gitu. Nah, itu pernah suatu ketika SMA gue itu untuk pertama
kalinya tugas bikin video… Terserah, mau ngambil orang dari luar atau apa. Waktu
itu gue udah lulus tapi. Nah, junior gue itu ada. Minta tolong, Bang kan elu sering
megang kamera,tolong ini dong bikinin gue film. Gue nggak bisa, gue bilang gitu. Ya
elah bang yang penting jadi aja, awalnya kayak gitu kan. Yaudah gue cobain, tapi
ceritanya dari elu ya. Soalnya gue belum pernah sama sekali, gue baru pernah
megang kameranya doang. Yaudah, begitu dikasih, gini gini gini, gue bikin… Dan
waktu itu, gambarnya masih apa adanya banget. Sebelum kenal yang teknik macem-
macem gitu, masih bener-bener asal bisa rekam, suaranya jelas gitu. Terus, udah
begitu jadi, ke depannya bingung. Ini mau diedit pake apa ya? Pake Movie Maker,
transisinya Cuma kayak gitu kan? Mau nggak mau cari pinjeman yang punya CD
Premiere kan? Begitu di-install, laptopnya nggak kuat… Berat… Hehehehe…
Pertama, pinjem laptop siapa dulu deh yang penting jadi soalnya gue udah dibayar
masalahnya. Masa udah dibayar malah ngecewain kan nggak enak. Pinjem punya
temen dan ngerti caranya malem-malem hehehe…. Gimana caranya ya itu Premiere?
Gue cari-cari deh di Google, tutorial awal pemakaian Adobe Premiere. Lama-lama
bisa, bisa, tapi ya masih transisi ya gitu… Cuma gabung, gabung, gabung, ditambahin
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
teks gitu-gitu doang. Nggak ada transisi macem-macem, nggak ada. Nah… Dari situ,
baru… Kayaknya kalo gue perdalem, enak nih… Kalo gue terusin main Premiere
gitu. Udah deh… Dari situ iseng aja… Kalo ke mana gitu, bikin-bikin video kayak
misalkan transisi pertama fokusnya ke daun nih, terus berubah fokusnya ke mobil,
daunnya ngeblur. Bikin transisi-transisi semacam itu. Habis itu, dari situ mulai
seneng bikin video sampe sekarang. Kalau sekarang kenapa lebih senang videoin
kereta, kayaknya ya… gue kan sering naik kereta, kayaknya kalo gue abadiin setiap
naik kereta enak gitu ya? Ya udah… gue mulai itu video… Pertama gue videoin
kereta itu… Apa ya? Di YouTube ya? Hmmm….. Kok gue lupa ya? Hehehe… Kalo
nggak salah Purwojaya deh, naik Purwojaya waktu masih ada bisnisnya dan itu masih
acak-acakan memang. Masih belum ada seninya lah… Video yang awal, yang
pertama. Itu Purwojaya, waktu itu videonya Cuma jalan dari lorong eksekutif 5
sampe eksekutif 1 itu… Hehehe… videonya isinya hehe… Cuma berhenti di Stasiun
Cirebon, di kereta makan, sama berhenti di Stasiun Gumilir itu Cuma buat turun.
Udah, gitu doang… Nggak ada isinya apa-apa itu video hahaha… “
P: “Tapi lama-lama lu belajar, belajar, belajar ya?”
I: “Iya… Udah mulai kenal YouTube itu kayaknya, orang kalo bikin trip report itu
apa sih isinya? Mulai tambahin, setiap jamnya jam berapa, berhenti di stasiun mana
aja. Bikin keterangan-keterangan kayak gitu… Mulai belajarlah dari situ…
P: “Oke jadi secara otodidak ya…”
I: “Iya bener… otodidak hehehe…”
P: “Lalu, elu sendiri pernah nggak sih semacam merasa bosan dengan aktivitaslu
sebagai seorang pecinta kereta api ini?”
I: “Sejauh ini sih belum bosen karena belum sampe keseluruhannya gue naikin gitu.
Gue sih pengennya emang targetnya semuanya Cuma kan ya gue penghasilan masih
belum seberapa, belum penghasilan tetap juga jadi belum bisa disisihkan duitnya buat
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
naik kereta api. Itu kendalanya masalah dana paling. Apalagi tahu sendiri, harganya
sekarang kan? Kalau mau naik kereta, harus keluarin duit berapa… itu paling
kendalanya… Kalau bosen sih, sejauh ini belum bosen.”
P: “Tapi kalo misalnya suatu saat nanti lu bosen, elu bakal ngapain? Misalnya semua
kereta api udah lu naikin gitu.”
I: “ Cari hal baru di sekeliling situ paling… paling nggak jauh-jauh dari kereta api…
Ya gue seringnya kalau bepergian, jalan-jalan sama temen naiknya kereta. Mungkin
ke depannya ya masih tetap terus sama kereta.”
P: “Oke… Lalu, apakah elu sendiri tergabung dalam komunitas pecinta kereta api
atau independen?”
I: “Tadinya itu gue ikut Edan Sepur, itu awalnya tahun 2009. Terus, gue pikir
semenjak e… banyak ributnya gitu, maksudnya perang di sosmed gitu…”
P: “Antara satu komunitas dengan komunitas lain?”
I: “Iya, nah itu… gue mikir, Ah… Ngapain? Orang hobi Cuma buat seneng-seneng
kok malah jadi ribut-ribut gitu? Itu kan wadah kita buat seneng-seneng kan? Gue
pikir, ngapain hobi tapi ribut-ribut gini? Mending gue jalan sendiri gitu… Ya cari
temen di luar komunitas yang mau ayok, yang nggak mau ya udah jalan sendiri.
Semenjak 2013 apa ya? Gue akhirnya ya udah, jalan sendiri.”
P: “Nggak pernah ikut komunitas lagi sehabis itu?”
I: “Nggak. Padahal dulu ya lumayan aktif, maksudnya lumayan sering ikut kegiatan-
kegiatan komunitas gitu. Sekarang jadi diri sendiri aja udah.”
P: “Kalau boleh tahu, ributnya tuh sekitar dan seputar hal apa?”
I: “Ini sih… apa… iri-irian… Biasanya antarsatu dengan yang lain. Misalkan nih,
kayak komunitas A nih dia dapet reward dari stasiun karena timnya bagus di posko
Stasiun Pasar Senen. Nah, yang komunitas B ini iri nih, pengen kayak gitu, tapi
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
nggak bisa. Sama, komunitas B juga punya prestasi gini-gini-gini, komunitas A-nya
juga iri. Lebih ke yang kayak gitu. Paling tentang penyelenggaraan kegiatan ya.
Sama-sama saling iri, perang di sosmed, ya udah… Terus sama ini, ada beberapa
yang kayak misalkan nggak safety hunting. Udah pake jaket komunitas, huntingnya
mepet sama rel. Lalu, ada komunitas lain yang lihat Oh ini komunitas A nih
kelihatannya, nggak safety hunting nih. Lalu, difoto, disebar deh…”
P: “Jadi lebih kayak saingan gitu ya?”
I: “Iya, sama-sama pengen jadi yang terbaik ya…”
P: “Padahal sama-sama Hobi kereta… Lalu, menurut elu orang seperti apa yang bisa
dikatakan atau dikategorikan sebagai pecinta kereta api atau railfans?”
I: “Kalau gue melihat sih kalau misalkan di stasiun gitu ya. Bedanya sama orang
biasa ya, kalau pecinta kereta api pas lihat kereta itu antusias gitu, dari depan sampe
belakang dilihatin semuanya. Nah itu, kurang lebih kayak gitu pecinta kereta. Kalo
dari pribadi gue ya… Kadang di stasiun pas lihat malah kadang ada yang sampe
berdiri lihatnya.”
P: “Selain itu ada lagi nggak?”
I: “Banyak ya… Menurut gue, apalagi yang expert, yang paling dewa itu sampe
nomor gerbong kereta itu apal. Misalkan, ini eksekutif tahun sekian, seri sekian, ini
punya dipo mana, gitu. Itu sampe kayak gitu apal, misal eksekutif sekian, tahun
sekian, seri sekian, ini kamar mandi Cuma satu, interiornya apa, joknya beludru,
kayak gitu-gitu…”
P: “Sampai ngerti ke dalem-dalemnya ya haha…”
I: “Iya. Itu yang paling expert sih itu… sama lokomotif tuh. Ini lokomotif sekian, ini
punya dipo mana. Terus jalur mati juga sampe rela-rela jalan kaki trekking buat
menelusuri jalur mati 20 kilo gitu. Itu yang expert tuh kayak gitu hehehe…”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
P: “Kalau lu sendiri, sudah pas belum elu menganggap dirilu sebagai seorang pecinta
kereta api atau railfans?”
I: “Hehehe… Kalau menurut gue sendiri, gue emang seneng kereta ya nggak apa-apa
disebut railfans.”
P: “Menurut elu sendiri, arti railfans itu apa sih?”
I: “Orang yang seneng kereta, seneng lihat kereta, seneng jalan-jalan naik kereta,
seneng hal-hal yang berbau kereta. Itu aja sih paling…”
P: “Baiklah… Nah, terus kan suka ada tuh orang awam yang menganggap railfans itu
kemungkinan besar atau pasti nanti kerjanya di PT KAI. Elu sendiri setuju nggak
dengan pendapat seperti itu?”
I: “Ya kalau berkaca dari teman-teman sekitar gue, emang hampir semuanya itu
bekerjanya ujung-ujungnya di KAI karena sesuai passionnya dia, tapi ada beberapa
yang enggak dengan alasan kalau misalnya elu bekerja sesuai hobi, kalau misalnya
elu bosan dengan kerjaan elu, sama aja bosan dengan hobilu. Nggak ada pengalihan
lain gitu. Beda kalau elu punya hobi, tapi kerja misalkan di bank, ketika lu bosen di
bank, lu bisa beralih ke hobilu yaitu ke kereta. Tapi ya hampir semua itu ujung-
ujungnya ingin di PT KAI.”
P: “Kalau lu sendiri gimana?”
I: “Kalau gue sendiri ya pengen… karena ya sesuai passion, mungkin nggak bakal
bosen. Mungkin…. Kalau bagi pribadi gue ya… Kalau emang sesuai passion ya gue
ngelakuinnya nggak bakal bosen. Sejauh ini ya gue sampe tahun ini jadi yang seneng
kereta ya belum pernah bosen, walaupun yang lumayan sering naik kereta. “
P: “Karena memang udah suka dari kecil dan namanya hobi lalu udah melekat ya di
dalam dirilu?”
I: “Iya… Hahaha….”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
P: “Terus selama ini paling jauh jalan ke mana naik kereta api?”
I: “Sampe Banyuwangi… Itu sambung-sambung tuh. Itu berangkat naik Matarmaja,
dari Jakarta ke Malang. Di Malang setengah hari itu nggak jelas, tidur-tiduran nggak
jelas, berangkat lagi sore. Dari Malang sampe Banyuwangi itu jam 11 malem. Sampe
Banyuwangi, itu yang paling jauh.”
P: “Itu elu sengaja naik kereta api ke Banyuwangi atau ada urusan?”
I: “Emang pengen ke sana, ada tujuan ke sana. Emang gue udah rencanain pengen ke
Ijen sama Baluran itu, Maret 2015. Sama temen-temen gue, tapi bukan railfans.
Temen-temen nongkrong gitu.”
P: “Kalau elu sendiri, lebih suka nongkrong atau jalan-jalannya sama temen yang
biasa yang sering gitu atau sama yang railfans?”
I: “Sama aja sih… sama… Karena ya emang gue seneng jalan aja, seneng ke luar
rumah, mau itu Cuma sekadar hunting di stasiun mana atau emang udah ada tempat
tujuan wisata di sana. Gue emang orang yang seneng jalan ke luar rumah aja. Jadi
seneng aja, mau sama siapa aja, kalau emang tujuannya sama ya ayo berangkat.”
P: “Fleksibel aja asal tujuannya sama ya?”
I: “Iya…”
P: “Lalu beralih ya. Menurutlu, vlog itu apa? Kan elu bikin video, di YouTube juga
lagi marak yang vlog-vlog gitu, menurut pendapatlu sendiri vlog itu apa?”
I: “Vlog itu ya video di mana kita ngomong, nyeritain apa yang sedang kita lakuin aja
di saat itu juga. Menurut gue sih gitu. Kurang terlalu paham sih, Tapi kalau yang gue
lihat sekilas ya mereka ngomong, menceritakan hal-hal yang mereka lakukan atau
kejadian-kejadian di sekitar mereka saat mereka merekam. Menurut gue sih gitu.”
P: “Kalau misalnya ada yang bilang itu vlog, tapi ternyata mereka nggak muncul di
video, tapi tetap ada narasinya, apakah itu bisa dibilang sebagai vlog?”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
I: “Bukan. Kalau menurut gue sih bukan.”
P: “Apakah vlog itu emang yang orangnya harus tampil di video?”
I: “Kalau yang gue lihat sih, rata-rata vloggers yang terkenal selalu kayak gitu. Jarang
vloggers nggak muncul di kamera, itu jarang… Namanya vloggers ya muncul di
kamera, nyeritain apa yang dia lakuin, apa yang terjadi di situ. Kalo yang gue lihat sih
gitu kalo vloggers.”
P: “Vlog itu kan ada yang bilang video blog, yaitu blog tapi divideoin. Elu setuju
nggak dengan hal itu?”
I: “Kalau memang itu definisinya ya setuju aja sih…”
P: “Lalu, elu sendiri tahu nggak beberapa vloggers yang terkenal dari kalangan apa
aja, nggak terbatas dari railfans?”
I: “E… Chandra Liow. Itu bagus juga, maksudnya nggak Cuma sekadar ngoceh
blablabla, tapi dia juga pakai tehnik di dalam video-videonya. Terus, sobat hape. Dia
reviewer hape, itu tekniknya bagus juga. Kalau menurut gue, gue seneng lihat vlog
yang nggak Cuma sekadar ngoceh. Di dalamnya tuh ada informasi yang bisa kita
dapat, tehnik videonya bagus, yang gue suka sih kalo lihat vlog ya gitu. Apalagi kalau
Chandra Liow, itu yang paling bagus tuh.”
P: “Kalau elu sendiri nih, mulai aktivitas di YouTube mulai kapan?”
I: “Gue mulai bikin akun YouTube itu tahun 2015 awal. Semenjak disuruh bikin…
waktu itu sebelumnya gue udah sering bikin video, Cuma videonya buat pribadi aja.
Tapi ya itu juga nggak informatif, video-video biasa aja gitu. Lalu temen gue
nyaranin, elu kan sering bikin video, taroh aja di YouTube. Siapa tau dapet duit?
Yaudah, gue coba upload. Oh ya, sebelum itu laptop gue ilang di kampus. Jadi, itu
semua video dan momen-momennya ilang itu, 2013 itu…”
P: “Astaga… Lu nggak simpen di Hard Disk?”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
I: “Nggak… Waktu itu gue belum punya Hard Disk. Semenjak kejadian itu, beberapa
bulan gue menabung, dapet lapotp lagi, langsung beli Hard Disknya sekalian, buat
cadangan. Ya itu… Dulu sebenernya banyak videonya yang gue naik kereta, dari
tahun jebot masih pake kamera digital sampe yang pake SLR. Cuma ya belum
informatif, Cuma sekadar ambil gambar aja. Ya itu… Hilang semua momennya.”
P: “Terus gimana tuh perasaanlu?”
I: “Ya… Dibilang kesel ya kesel… Karena kesalahan gue juga masalahnya. Waktu
itu, gue di kampus. Kan kalo di kampus mejanya yang biasa tuh, yang kursi, meja
sama bawahnya ada tempat taroh barang jadi satu tuh, gue main laptop di atas. Terus
ada temen gue dateng, bawain makanan buat gue dan nyuruh gue makan, makan deh
gue berdua. Laptop gue taroh, gue taroh di bawah. Nggak gue masukin ke tas. Nah,
itu salahnya gue itu. Terus gue makan, terus sholat ashar, terus langsung balik. Balik
ya gitu aja ngambil tas. Gue lupa kalo ada laptop di bawah. Terus ingetnya itu gue
pas malemnya itu, gue main di rental PS. Terus temen gue bilang, gus ntar gue
pinjem laptoplu ya. Gue ada tugas dari kuliah. Nah, ya udah…Gue belum sadar kalo
laptop gue itu nggak ada tuh. Pas gue sampe rumah, gue buka tas, Kok laptop gue
nggak ada? Gue tanya orang rumah, juga nggak ada yang ngambil. Siapa yang
ngambil ya hahaha… Panik gitu. Terus gue inget-inget, Oh iya… Laptop gue di
kampus ya! Tadi gue taroh bawah… Begitu deh… Gue nggak bisa tidur itu, mikirin
Aduh laptop gue besok masih ada nggak ya? Mana ingetnya udah malem lagi… Kalo
sore kan bisa balik lagi ya? Masalahnya ini ingetnya udah malem. Keluar dari rental
PS aja sekitar jam 11 jam 12 kalo nggak salah. Masa gue mesti ke kampus?
Hahaha… Udah, hilang gitu aja… Terus paginya besok, bener-bener pas pagi-pagi
buta, gue langsung berangkat ke kampus, udah nggak ada itu laptop. Gue tanya
security, nggak ngaku. Gue tanya tukang bersih-bersihnya, nggak ada yang ngaku
kalo ada laptop ilang. Ya udah lah… Nggak tahu dah di mana itu hahaha…”
P: “Ya ampun sayang banget… “
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
I: “Ya begitulah… Terus gue nabung-nabung lalu pas awal 2014 itu dapetnya.
Ilangnya kalo nggak salah pas September, nabung, baru dapet lagi Februari. Terus
dari situ ya mulai ngumpulin ini lagi, ngumpulin portofolio lagi.”
P: “Kalau mulai aktifnya upload video kereta api kapan?”
I: “Mulai aktifnya ya tahun 2014 itu, semenjak bikin channel YouTube. Ya paling
kayak seminggu selalu update gitu. Cuma kalau lagi sibuk ngampus atau jalan-jalan
lama seminggu gitu ya nggak sempet megang laptop ya. Cuma ya hampir setiap
minggu selalu ada satu gitu. Kalo nggak videoin kereta, ya foto kereta gitu.”
P: “Kenapa lu milih untuk menampilkan videolu di YouTube dalam menjalankan
aktivitaslu sebagai railfans dan youtubers ini? Kenapa nggak yang lain? Atau sekadar
upload aja ke medsoslu yang lain?”
I: “Ya itu, salah satunya biar momennya itu nggak hilang, tersimpan di sana terus
gitu. Kayak misalkan foto, foto itu bagusnya, dulu ya… jaman dulu itu simpennya di
Flickr. Tahu kan? Nah, itu kalau spesial foto. Kalau video, itu mikirnya medsos
penyedia video yang udah gede kan Cuma YouTube kan? Nggak ada lagi kan? Ada
sih video.com, Cuma nggak terlalu gede, nggak segede YouTube. Kalo di YouTube,
begitu lu udah upload, taroh di YouTube, udah… selamanya bakalan di situ kan?
Kecuali kalo besok-besok situsnya ilang gitu atau down… Tapi, selama situsnya
baik-baik aja kan videonya akan tetap di situ. Sama kayak foto. Dulu itu, semenjak
laptop gue hilang, beberapa fotonya kan udah ada yang naik di Flickr, itu gue
mikirnya begitu. Berarti video juga harus ditata di sosmed nih. Paling nggak masih
bisa dilihat kenang-kenangannya, masih bisa dilihat dulu ngapain aja. Jadi, milihnya
YouTube karena udah gede dan medsos yang bisa upload video tanpa batas. Kalau
kayak Instagram, itu kan Cuma semenit, terus kayak Vshow, itu kayak medsos-
medsos yang Cuma numpang lewat doang. Yang udah gede ya YouTube itu, buat
upload video tanpa batas.”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
P: “Menurut elu sendiri nih, aktivitas yang lu lakukan ini sudah mampu memuaskan
hasratlu terhadap kereta api belum?”
I: “Ya sudah cukup menyalurkan semua keinginan gue ya…”
P: “Mengapa lu bisa berkata seperti itu?”
I: “Kan kegiatan gue emang sering naik kereta api, ya selama naik kereta api
kegiatannya diabadikan dalam bentuk foto, video, kayak gitu-gitu. Terus apa yang
bisa diabadikan lagi? Nggak ada kan? Ya udah… Kayak gue pengen naik kereta ini,
di perjalanan naik kereta gitu pengen foto ini itu, pengen videoin keretanya seperti
apa, kan begitu naik kereta udah tersalurkan semua. Jadi udah ini sih semuanya…”
P: “Jadi ibaratnya elu Cuma merekam doang, tapi udah dapet semuanya gitu ya?”
I: “He eh… Karena semuanya memang sebelum jalan pun, kalo kita mau merekam
kan udah dipikirin. Kalopun misal di stasiun atau di lintas yang belum pernah gue
kunjungi sebelumnya, itu kan bisa kita lihat dengan cari di internet misal di Google
Maps. Contohnya, elu pengen ke Stasiun Semarang nih, naik kereta apa, keretanya lu
lihat. Reviewnya gimana keretanya? Kira-kira lu dapet gerbong yang kayak gimana?
Kira-kira ntar di Semarang itu stasiunnya kayak gimana? Seperti itu… Sebelum jalan
kan udah dicari tahu dulu gitu.”
P: “Nah, elu sendiri ini apakah Cuma suka sama kereta api atau kayak suka juga sama
transportasi lain? Kan kadang ada tuh, railfans seakaligus busmania atau aviator geek
juga. Elu sendiri gimana nih?”
I: “Sejauh ini sih belum… Karena gue belum pernah… Jadi ceritanya gini, kemarin
gue ke Pameran Transportasi Darat yang ada bus dari jaman dulu. Nah itu, gue lihat
bus-bus yang terbaru itu bagus-bagus gitu. Fiturnya jauh lebih bagus dibanding
kereta, interiornya, fasilitasnya, itu jauh lebih bagus dibanding kereta. Nah itu, gue
mulai kayak mungkin seru kali ya kalo besok-besok gue pergi-pergi naik bus yang
kayak gini sambil gue videoin. Udah mulai ada rasa pengen nyoba yang lain. Tapi,
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
bukan berarti gue nggak seneng naik kereta. Karena kayak ya misal udah pernah ke
Jogja, udah video keretanya semua nih yang ke Jogja, masa naik itu lagi? Masa nggak
nambah lagi? Elu naik eksekutif harus keluarin duit berapa. Sedangkan, kalo naik bus
kadang bisa dapet lebih. Jadi, harganya lebih murah ya kalo naik bus ya…”
P: “Berarti ada rencana ya ke depannya nggak Cuma kereta api aja?”
I: “Ya mulai pengen sih… Nyoba bus-bus yang bagus itu.”
P: “Konten videolu saat ini kan kebanyakan isinya tentang kereta api, menurutlu
apakah konten yang disajikan itu sudah tepat belum?”
I: “Kalau menurut gue, hal yang gue lakukan terhadap konten video gue itu ya
pertama karena basicnya gue itu seneng video, seneng ngedit video, semenjak ngedit
video anak sekolah itu, nah gue jadi seneng video. Gue juga seneng kereta. Kenapa
nggak gue gabungin jadi satu? Kalau misalkan sudah tepat atau belum, ya bagi gue
itu tepat-tepat aja. Karena itu sebagai media penyalut hobi gue, hobi gue yang suka
ngedit video dan suka naik kereta. Kalau untuk menjadi terkenal, nggak sih gue
nggak mikir ke situ, gue juga nggak money oriented. Ya kalau dapet duit syukur,
kalau enggak ya udah. Karena itu sebagai penyalur hobi gue gitu.”
P: “Bukan menjadikan hal ini sebagai hal yang utama?”
I: “Bukan…”
P: “Bagaimana elu memahami dan memaknai aktivitaslu yang sebagai pecinta kereta
api sekaligus YouTubers Vloggers ini? Bagaimana elu memahaminya?”
I: “Ya itu tadi… Gue pernah denger obrolan beberapa orang, kalau kita foto, nanti
foto itu bisa gue ceritain ke anak cucu. Nah, berarti video juga bisa dong? Malah
medianya lebih real kan karena video itu bergerak. Selain dia sebagai penyalur hobi
gue, di YouTube itu kalau besok gue punya anak cucu itu bisa diceritain. Nih nak,
keretanya bapak kayak gini. Siapa tahu besok di jaman anak-cucu keretanya udah
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
yang bisa 500 km/jam atau mungkin keretanya terbang? Kan nggak ada yang tahu.
Kita bisa ceritain, nih nak, bapak naik keretanya kayak gini nih dulu. Itu juga sebagai
bahan cerita kita buat ke depannya. Satu memori yang pernah kita lewati gitu. Jadi,
melalui video itu bisa diceritain juga bahwa jaman dulu tuh kayak gini. Seperti itu,
kurang lebih.”
P: “Jadi lu termasuk ada niat untuk mewariskan kecintaanlu terhadap kereta api
kepada anak cuculu di generasi mendatang?”
I: “He eh, sebagai ya itu bahan cerita…”
P: “Selain sebagai hobi, lu juga memaknainya sebagai sarana memperkenalkan kereta
api ke generasi mendatang agar tidak melupakan sejarah?”
I: “Iya, soalnya misal nanti gue punya anak, anak gue tahu kalau dulu bapaknya suka
naik kereta. Lalu, kereta di jaman bapaknya kayak gini nih. Kayak gitu sih…”
P: “Kemudian, lu sendiri sudah puas belum dengan konten yang lu sajikan di videolu
di YouTube?”
I: “Belum. Kalau gue sih belum karena masih banyak yang jelek gitu sih yang gue
ambil. Terus, gue bikinnya pun masih belum benar-benar terkonsep gitu. Kadang
misal sampe di stasiun gue telat, nggak sempet ambil gambar apa-apa di stasiun.
Kalau gue ya belum puas sih. Masih harus banyak belajar lagi.”
P: “Walaupun misal ada yang komentar positif dan memuji kalau videolu bagus di
YouTube?”
I: “Ya karena gue melihat masih ada video yang lebih bagus. Bukan video kereta ya,
tapi tehnik pengambilan gambar yang bagus. Kayak misalkan Chandra Liow gitu, dia
kan bisa ngambil gambar yang bening, cerah, dan colourful. Pengen sih kayak gitu,
tapi dengan cara gue gitu. Masih pengen banyak belajar lagi.”
P: “Jadi, lu nggak akan terlena dengan komentar yang bagus-bagus itu ya?”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
I: “Nggak… Ya itu pujian nggak apa-apa. Terima kasih, bonus, tapi kalau dari diri
gue pribadi ya gue belum puas. Masih pengen upgrade kamera lagi biar lebih jernih.
Terus, masih pengen eksplore lagi Premiere bisa diapain lagi sih selain kayak gitu?
Masih pengen kayak gitu.”
P: “Lalu, menurutlu mengapa seorang railfans betah berlama-lama di pinggir rel
kereta api hanya untuk mengabadikan sebuah atau beberapa kereta api? Belum lagi
kadang tempatnya jauh-jauh, di pelosok-pelosok?”
I: “Ya itu kan hobi. Hobi setiap orang beda-beda. Contoh cewek-cewek, seneng
drama korea, hari Minggu kerjaannya nonton drama Korea, dari pagi sampe malem,
betah di depan laptop dari pagi sampe malem. Terus hobi mancing. Yang hobi
mancing mah betah aja. Kalau kita orang awam melihat orang mancing, mikirnya
ngapain itu? Paling kadang Cuma dapet lele doang, tapi nungguinnya berjam-jam?
Dijala aja mendingan kalo lelenya keliatan. Drama Korea juga berjam-jam, ya nggak
salah sih. Namanya hobi ya kita nggak bisa nyalahin hobi orang. Ya nggak apa-apa
ada pandangan kayak gitu, namanya pandangan orang awam? Ya kan? Kalau kita
yang seneng kereta, melakukan hal kayak gitu ya seneng-seneng aja. Sama kayak
orang yang seneng mancing ya seneng-seneng aja berjam-jam di tempat
pemancingan.”
P: “Ya berarti sama juga ya. Walaupun keretanya gitu-gitu aja, tapi lu tetep seneng
ya?”
I: “Iya. Kan hobi, namanya hobi.”
P: “Apakah ada orang lain terutama orang awam yang kira-kira memperoleh manfaat
melalui konten video kereta api yang lu sajikan di YouTube? Kadang kan video tidak
hanya ditonton sama railfans aja, bisa juga ditonton oleh yang nonrailfans atau
awam.”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
I: “Nah itu, gue sebagai kreator itu pengennya ngasih video yang informatif jadi
orang-orang yang setelah menonton video gue itu bisa memperoleh informasi. Kayak
video gue naik kereta, misal ada yang pengen naik Argo Muria ke Semarang, gue
pengen tahu Argo Muria keretanya kayak gimana, jamnya jam berapa, jadi bisa tahu
informasinya melalui video. Kadang gue lihat di YouTube itu ada yang videonya
bagus, tapi nggak ada informasi yang bisa diambil. Dia nggak ngomong, nggak
ngasih teks segala macem, itu kita nggak tahu videonya di mana, nggak tahu
ngambilnya kapan dan jam berapa. Jadi ya gue sebagai kreator itu pengennya harus
ada informasi yang bisa diambil. Kalau sejauh ini, komen-komen yang kayak gitu
misalkan Oh, Makasih Mas. Saya jadi kebayang nih keretanya kayak gini. Sejauh ini
ada sih yang kayak gitu…”
P: “Banyak?”
I: “Ya, lumayan… kan ada dua video gue yang ngasih tutorial Adobe Premiere. Nah
itu juga responnya bagus. Lumayan banyak yang kayak gitu…”
P: “Jadi lu emang bukan Cuma pengen video yang happy-happy aja, tapi juga yang?”
I: “Informatif, karena itu kan videonya untuk ditonton orang banyak. Kalau misalnya
itu gue tonton pribadi, gue simpen di HardDisk gue pribadi, ya nggak usah. Kalau
untuk orang banyak, paling nggak kalau nggak ada yang ngomong ya teks narasi ya
sebagai informasi kalau ini tuh lagi kayak gini.”
P: “Sebagai railfans, apakah lu sering ditanya sama keluargalu atau temen-temenlu
yang nonrailfans dan awam seputar kereta api gitu?”
I: “Sering, sering. Malah, gue disuruh beliin tiket terus! Apalagi, kalau jaman lebaran.
“
P: “Perasaanlu gimana?”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
I: “Ya seneng aja. Selama gue masih bisa membantu, selama masih bisa di waktu
yang tepat, gue seneng aja. Misal, gue mau berangkat ke kampus naik kereta, terus
ada yang minta tolong untuk beliin tiket, ya udah gue bantu pesenin. Padahal
sebelumnya gue udah ngomong kalo online pun bisa, beli sendiri pun bisa! Tapi, ya
namanya kadang di tetangga masih banyak orang-orang tua yang kolot gitu ya
maunya langsung ada gitu tiketnya. Kalo di hape doang ya nggak ada buktinya gitu.
Ya udah, kalo emang harus kayak gitu ya selagi gue masih bisa bantu, kenapa
enggak? Orang sejalan juga kan ya kayak gitu?”
P: “Cukup sering ya berarti dimintain tolong dan ditanya-tanya?”
I: “Sering. Malah ya karena gue juga sering diajak sana-sini karena gue juga sering
jalan. Gue itu tipe orang yang sekali lewat jalan sini, langsung hafal. Sekalinya gue
masuk perumahan yang belok-belok, ya langsung apal. Jadi, kalo buat jalan-jalan atau
naik kereta, gue itu selalu diajak, kayak open trip ke mana gitu. Kayak, gus tolong
cariin tiket kereta ntar temenin jalan-jalan ke sini. Sering dimintain tolong sih seputar
yang kayak gitu. Lumayan sering. Kebanyakan temen deket, keluarga, atau tetangga.
“
P: “Jadi mereka kayak udah percaya juga sama lu ya?”
I: “Iya, malah di kampus itu kan gue ikut BEM, beberapa kali itu acara jalan-jalan
kayak studi banding ke kampus mana gitu, itu gue yang urusin akomodasinya dan
transportasinya, kayak beli tiket rombongannya gitu. “
P: “Berarti secara tidak langsung lu juga mendapatkan manfaat sebagai orang yang
dipercaya mereka ya?”
I: “He eh…”
P: “Lalu, menurutlu siapa saja yang bisa mendapatkan manfaat yang sesuai setelah
menonton videolu di YouTube?”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
I: “Ya gue pengennya semua orang yang menonton video gue. Mau itu orang yang
seneng kereta atau nggak, semua itu dapet manfaat. Contoh, ada railfans yang rekam
video naik kereta atau video kereta, terus kasih informasi di bawahnya. Informasinya
Cuma sekadar KA 7 ls JNG misalkan. Kalau orang awam kan nggak ada yang tahu
kayak gitu kan? Nah itu, harusnya ya walaupun gue sebenernya tahu kayak gitu,
Cuma ya gue maunya di video gue itu semua full, semua bisa dibaca sama orang gitu
ya. Pengennya semua orang paham. Misal, Kereta Api Argo Muria jurusan Semarang
berhenti di Stasiun Tegal. Jadi ya yang semua orang harus paham, jangan Cuma
railfans doang…yang mau nonton videonya… hehehe…”
P: “Lalu, bagaimana caralu sendiri dalam memperkenalkan kecintaanlu tentang kereta
api kepada orang-orang lain?”
I: “Ya itu, upload video di YouTube. Menurut gue, itu salah satu cara untuk
memperkenalkan. Jadi, misalnya ada yang nanya Gus, kereta eksekutif ke Semarang
harganya berapa? Oh ada nih Argo Muria, harganya sekian. Bagus nggak keretanya?
Nih, tonton aja videonya di sini, gue kasih linknya…Itu salah satu cara
memperkenalkan… Ya itu sih…”
P: “Selain bikin video, apakah ada cara lain?”
I: “Cara lain? Hmmm… Kalau sekarang sih, paling efektif ya itu. Soalnya misal
jaman sekarang, elu nggak tahu apa-apa, pasti langsung cari di Google, cari di
YouTube. Cari di Google, dapet gambarnya. Cari di YouTube, dapet videonya. Udah
kelar. Kalau cari tempat, cari di Maps. Ya menurut gue cara yang paling efektif ya
itu. Terus, kalau elu sebagai kreator dan penyedianya, ada orang nanya ke elu, ya lu
kasih linknya. Misal kalo ke Stasiun Semarang, patokannya ini nih. Jadi ya saat ini
yang paling efektif emang seperti itu caranya.”
P: “Lalu, dengan membuat video di YouTube yang isinya mayoritas kereta api,
apakah sudah menadakan bahwa elu adalah railfans yang hebat, wow, luar biasa, dan
sejati?”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
I: “Ya itu… kalau sebagai railfans ya gue nganggepnya itu sebagai penyalur hobi aja,
nggak pengen terkenal. Ya nggak berharap apa-apa ya. Cuma sekadar bikin karya
yang gue bisa, gue taro situ, udah. Orang yang mau nonton bisa ambil informasi ya
syukur gitu… Udah, gitu aja. Nggak ada yang pengen terkenal atau dapet duit
banyak. Sama sekali nggak ada.”
P: “Berarti memang benar-benar murni menyalurkan hobilu dan kecintaanlu itu ya?”
I: “He eh…”
P:”Lalu, bagaimana pendapatlu tentang railfans yang tidak hobi memotret atau
merekam kereta? Menurutlu, apakah seorang railfans itu harus yang rekam video dan
mengabadikan foto gitu?”
I: “Ya kayak gue bilang tadi. Kan tipenya macem-macem, dari yang mulai suka foto-
foto di stasiun, suka videoin, sampe yang paling expert yang gue bilang tadi, jarang
foto, tapi hafal tipe-tipe kereta, sampe kadang yang lebih expert lagi tuh kran kamar
mandi aja sampe hafal yang kayak gitu. Patut diacungi jempol yang kayak gitu-gitu
hahaha… Antara expert atau kurang kerjaan gitu hehehe… Tapi gitu tuh hebat yang
kayak gitu.”
P: “Menurutlu, railfans yang kayak gitu udah termasuk railfans yang sejati?”
I: “Oh iya, jelas! Udah di hati banget itu mah…”
P: “Sampe bener-bener apal gitu ya… Jadi menurutlu juga seorang railfans itu nggak
perlu mengabadikan foto atau video?”
I: “Nggak… Ada yang senengnya malah nelusurin rel mati, kan nggak ada kereta
yang lewat di situ. Relnya juga Kadang ada, kadang enggak? Kadang udah terkubur,
kadang udah di tengah-tengah rumah orang. Terus yang KRL. KRL lebih expert lagi.
Kayak ya kalo kita tahu ya udah KRL warnanya merah, tulisannya Commuter Line,
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
udah. Kalo yang expert itu tahu tuh serinya berapa, terus nama Jepangnya apa, bahasa
Jepangnya kayak gini, itu juga salah satu yang expert tuh.”
P: “Berarti ya karena orang itu punya kegemaran yang berbeda ya, walaupun sama-
sama suka kereta tapi cara dia mencintai kereta ya…”
I: “Iya, beda-beda, dibagi-bagi. Ada yang suka miniatur kereta, beda-beda.”
P: “Apa harapan elu ke depannya sebagai YouTubers dan sebagai railfans?”
I: “Harapan gue, kalau untuk railfans, meskipun masih pada anak-anak kecil gitu,
kalau misalkan hunting foto atau hunting video ya diperhatikan keselamatannya
sendiri. Terus ya anteng aja gitu kalo ketemu kereta, nggak usah terlalu histeris gitu.
Kadang kalo lu lihat di stasiun-stasiun gitu, oh ada kereta ini nih ada kereta ini nih!
Hahahaha…kayak gitu gue ngerasa kayaknya dulu jaman SMA nggak gini-gini amat
ya? Buat kenyamanan bareng-bareng lah… Kadang gara-gara tingkah kita yang over
kayak gitu, nama railfans jadi di-blacklist di stasiun itu. Kalau buat railfans ya
harapannya itu. Kalau untuk sebagai kreator video, harapannya kalau lu upload di
YouTube itu paling nggak videonya itu memberikan informasi. Jangan Cuma sekadar
kasih video-video nggak jelas, apalagi konten-konten re-upload. Kayak gitu-gitu tuh
sangat disayangkan… Terus kalau misalnya ngasih konten-konten nggak jelas dan
nggak ada informasi yang bisa didapet ya, motivaslu apa? Apa Cuma pengen ikut-
ikutan karena YouTube bisa menghasilkan duit atau gimana? Ya sama-sama lah bikin
konten informatif, yang bisa kasih informasi ke semuanya. Kayak gitu.”
P: “Tadi lu bilang, salah satu yang sangat disayangkan adalah ada yang video-video
re-upload. Apakah lu sendiri kesel kalau videolu di-re-upload dan diakui sebagai
video milik mereka?”
I: “Ya itu… Kesel banget ya… Kalau misalkan tipe videonya sama, tapi dia ngambil
gambarnya sendiri, dan diupload, gue malah seneng banget karena gue bisa jadi
acuan gitu loh. Dia bisa bikin video yang kayak gue. Tapi, kalau misalkan sampe di-
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
reupload ya gue kesel sama orang-orang itu. Kenapa? Kita udah capek-capek nih,
udah ngedit-ngedit, udah ngeluarin duit buat naik kereta, tapi dengan gampangnya di-
download, diupload ke channelnya dia. Lalu, watermarknya dipotong jadi nggak ada.
Videonya dipotong di bagian depan dan belakang biar nggak ada ciri khasnya gitu.
Kesel rasanya…. Ya, orang-orang yang kayak gitu diblok aja lah… Diblok aja, lalu
laporin ke YouTube kalau nemuin orang kayak gitu.”
P: “Lu sendiri pernah nemuin videolu di-reupload?”
I: “Video sih nggak pernah, tapi kalau foto sering. Kalau video ya sejauh ini
Alhamdulillah nggak pernah.”
P: “Kalau misal sampai seperti itu?”
I: “Kalau misalkan sampai seperti itu, misalkan orangnya nemu kontaknya, ya gue
coba kontak orangnya dulu. Elu kenapa? Ada motivasi apa re-upload video gue?
Cuma mau dapet duit doang lu? Coba ditanyain dulu, apa motivasinya kalau ngambil
video-video gitu. Soalnya ya termasuk yang paling kesel lah kalau ada karya yang
dibajak gitu.”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
Transkrip Wawancara
Narasumber/Informan 4: Gregorius Ida Bagus Rai Artha Kusuma
Lokasi Wawancara: Roppan Plaza Semanggi, Jakarta Selatan, DKI Jakarta
Hari/Tanggal Wawancara: , 12 April 2017
Waktu Wawancara: Pukul 13.30 WIB
Peneliti (P)
Informan (I)
P: “Boleh diceritakan aktivitas sama kegiatan Bagus sehari-hari?”
I: “Sehari-hari kuliah, terus juga ya ke rumah, lalu juga belajar ngedit-ngedit, bikin
narasi gitu sih. Kalau kuliah kan biasanya sekarang semester ini jadwalnya lagi agak
enak nih, karena kuliah tuh paling pagi jam sepuluh, terus sekarang jam 1 udah
pulang. Paling Cuma satu hari doang yang sampe sore gitu kan. Jadi, emang semester
ini agak lenggang sih. Tapi kan ada aktivitas organisasi, terus juga di gereja aktif
komunitas fotografi kan, jadi rapat-rapat. Terus, kalau ada event besar, terus
kontribusi ke majalah internal gereja kan ada tuh, nah kontribusi juga ke sana. “
P: “Tadi bilangnya kan itu ikut organisasi, di kampus atau gereja?”
I: “Di kampus dan di gereja.”
P: “Kalau di kampus, organisasi apa?”
I: “Kalau di kampus, kadang ada yang kayak panitia-panitia gitu. Kalau dulu kan
sempet ikut tim fotografi juga kalau bikin pameran. Sekarang juga aktif jadi panitia-
panitia cabutan. Setiap ada event seminar, ngikut. Kayak ya dari UKM mana nih? Dia
butuh bantuan tambahan panitia, ya gue ikut.”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
P: “Boleh diceritain juga nggak asalnya dari mana dan sekarang tinggalnya sama
siapa?”
I: “Kebetulan emang lahir di Jakarta, tapi emang orang tua, Bokap itu dari Bali.
Nyokap itu Jawa, Jawanya Jogja. Jadi, kalau asal dari mana ya gue lebih sering bilang
dari Jakarta karena emang lahirnya di Jakarta, tapi besar di Bekasi. Terus, sekarang
tinggal sama orang tua, sama Ibu, soalnya Bapak dinas di luar kota.”
P: “Punya kakak atau adik?”
I: “Ada, kakak perempuan, udah kerja.”
P: “Lalu, hubungannya sama keluarga gimana? Keluarga mendukung juga nggak hobi
dari elu ini?”
I: “So far sih nggak ada ucapan kayak mendukungnya sih nggak ada. Cuma, kalau
mau merekam apa ya silakan aja. Ngelarang sih nggak. Kalau support sih ya cukup
support lah.”
P: “Berarti kalau misal lu jalan-jalan ya orang tua nggak yang ngelarang gitu ya?”
I: “Iya, pasti boleh.”
P: “Bagus, lu udah berapa lama jadi seorang penggemar kereta api?”
I: “Kalau suka sama kereta api sih dari kecil ya. Tapi kalau yang bener-bener serius,
sampe ikut diskusi terus kumpul-kumpul itu… SMP Kelas 3 itu tahun berapa ya?
2010-2011 lah… Itu udah serius ngikutin forum, kan dulu kalau di railfans kan ada
yang forum semboyan35.com, sering di sana dulu. Kadang kalau ada acara-acara,
terus ngumpul-ngumpul…”
P: “Ikut gathering-gathering juga?”
I: “Kadang. Kalau emang waktunya bisa, ikut.”
P: ”Itu pas umur berapa suka keretanya? Inget nggak?”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
I: “Berapa ya? 4-5 tahun mungkin. Itu udah suka… tapi yang serius banget itu sampe
seneng hunting, ikut forum, terus udah ngeliatin kereta gitu umur berapa ya? SMP
Kelas 3.”
P: “SMP Kelas 3 baru bener-bener serius ya?”
I: “Iya…”
P: “Mengapa lu tertarik sama kereta api? Mengapa memutuskan menjadi seorang
pecinta kereta api atau railfans?”
I: “Hmmm…Kenapa ya? Awalnya sih emang dari dulu tuh sering diajaknya naik
kereta kan ya, dari kecil, kayak ke Bandung ke tempat Nenek. Nenek saya kan dulu
tinggal di Bandung, jadi kalau ke Bandung naiknya kereta. Terus juga kalau ke kantor
nyokap itu pakenya naik kereta. Rumah juga deket rel kereta kan. Awalnya gitu ya
jadi kayak kebiasaan dan lama-lama seneng juga. Kalau menurut gue, ya kereta api
itu ya unik sih. Transportasi yang unik karena ya dia jalan nggak sendiri, terus juga
sekali jalan ngangkutnya bisa banyak orang.”
P: “Berarti secara nggak langsung orang tualu juga berperan menumbuhkan rasa
kecintaan terhadap kereta api di dalam dirilu ya?”
I: “Iya.”
P: “Karena lu sering diajak naik kereta?”
I: “He eh…”
P: “Pertama pengalaman naik kereta api ke mana?”
I: “Pertama kali?”
P: “Iya, pertama kali.”
I: “Pertama kali tuh gue naik kereta diesel, KRD jaman dulu banget, itu yang
sekarang jadi kereta komuter di luar kota itu, dari Jatinegara ke Cakung. Abis
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
nganterin Nenek kan. Nenek waktu itu pulang ke Bandung, terus Jatinegara ya naik
kereta itu sampe Cakung. Itu pertama kali, masih inget gue sama pengalaman itu.”
P: “Terus terakhir kali naik kereta api ke mana?”
I: “Naik kereta api ke kampus hahahaha…”
P: “Haahahaha… selain ke kampus, yang jarak jauh hehehe…”
I: “Kalau yang ke luar kota, terakhir kali sih ya yang kemarin itu videonya terakhir
gue yang naik Argo Dwipangga dari Jogja ke Jakarta.”
P: “Berarti itu tahun 2016 atau 2017?”
I: “Masih 2016.”
P: “Terus, selama elu menjalani hobilu sebagai pecinta kereta api ini ada
keterpaksaan nggak atau mengalir gitu aja?”
I: “Mengalir gitu aja sih, nggak ada paksaan.”
P: “Berarti bener-bener ngalir dan enjoy?”
I: “Enjoy.”
P: “Terus lu pernah nggak kayak mikir seandaianya elu bukan seorang pecinta kereta
api, hiduplu bakal kayak gimana?Pernah ngebayangin itu nggak?”
I: “Hmmm… Pernah sih… Ngebayangin kalau gue bukan seorang pecinta kereta api,
mungkin gue nggak akan terlalu excited kan kayak waktu SMA tuh Sabtu libur kan.
Itu gue demen tuh naik kereta ke mana gitu kan… Mungkin kalau gue nggak railfans
ya gue nggak akan ngelakuin itu, nggak akan ngabisin waktu gue banyak untuk kereta
api, banyak streaming video kereta api, terus sampe niat bikin channel YouTube yang
isinya tentang kereta api gitu.”
P: “Berarti mungkin bakal kayak biasa-biasa aja gitu ya?”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
I: “Biasa…”
P: “Terus selama menjalani hobi sebagai seorang pecinta kereta api ini mudah atau
sulit?”
I: “Mudah.”
P: “Mudahnya kenapa?”
I: “Mudahnya ya kalau mau dapet temen ada, temen banyak. Istilahnya gimana ya?
Kalau kita hidup, kalau kita punya hobi itu kan kayak berasa ada sesuati yang
dijalanin gitu loh. Kayak enak lah… Nggak yang mempertanyakan yang nggak jelas
hobilu apa. Orang tua juga enak gitu, ini anak demen kereta api, jadi nggak akan
deket sama yang aneh-aneh gitu loh.”
P: “Tapi, lu pernah seperti menemukan semacam kesulitan atau tantangan gitu nggak
dalam menjalani hobilu sebagai pecinta kereta api ini?”
I: “Ada sih… Kadang kan komunitas kereta itu ada banyak ya? Dan kadang nggak
akur. Jadi ini juga, bingung, mau masuk komunitas mana ntar masuk komunitas ini,
sleg sama yang ini. Ikut komunitas yang itu, sleg sama yang itu. Ya kesulitannya di
situ sih… Saling sleg antarkomunitas.”
P: “Berarti lu melihatnya bukan ke arah yang lu susah jalan-jalan atau foto dan video
kereta, tapi lebih ke arah hubungan antarkomunitas gitu?”
I: “Iya.”
P: “Berarti ini lu nggak ikut komunitas railfans?”
I: “Independen hehehe…”
P: “Independen aja?”
I: “Iya, independen hehe…”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
P: “Oke…”
I: “Tapi, kalau ada undangan ikut acara komunitas, ya gue dateng-dateng aja.”
P: “Oke… tapi yang bener-bener lu ikut suatu komunitas yang resmi itu nggak ya?”
I: “Iya…”
P: “Lalu, gimana kalau misalnya suatu hari lu bosen sama kereta api? Kan lu udah
lama nih suka kereta, pasti ada satu waktu yang lu bosen, cara lu untuk menghindar
atau menghilangkan kebosanan itu gimana?”
I: “Hmmm… Bosen… Paling pertama sih pasti streaming dan baca-baca artikel
tentang kereta api luar negeri sih… Karena ya jujur aja, gue emang tertarik. Nggak
Cuma dengan kereta api Indonesia gitu. Kayak negara tetangga kita, Malaysia,
Thailand, itu kereta apinya bagus-bagus juga. Jadi kayak streaming, cari-cari
informasi kalau mau beli tiket gimana, naik gimana, kan siapa tahu suatu saat? Suatu
saat bisa ke sana, nyobain kereta api di sana, karena kereta api nggak Cuma di
Indonesia.”
P: “Nggak ada semacam memutuskan untuk misalnya vakum dulu dari dunia kereta
api itu nggak?”
I: “Nggak sih… Kalau vakum sih gue nggak ada istilah vakum hobi sih… Nggak ada
sih… Apalagi ini kan hobi yang nggak ribet gitu, hobi yang nggak mahal, kereta api
juga banyak yang murah. Jadi, menurut gue nggak ada alasan untuk vakum atau
berhenti sih nggak.”
P: “Nggak ya? Berarti kalaupun lu bosen, ya mengalihkannya tetap ke hal yang
tentang kereta api, tapi bukan kereta api yang di Indonesia?”
I: “Iya, kereta api luar negeri karena sebenarnya ilmu kereta api itu luas banget sih…”
P: “Karena kereta api memang ada di berbagai belahan dunia ya?”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
I: “He eh…”
P: “Nah, elu kan railfans nih, pecinta kereta api, menurutlu orang seperti apa yang
bisa dikategorikan atau disebut sebagai railfans atau pecinta kereta api?”
I: “Menurut gue?”
P: “Iya, menurutlu.”
I: “Menurut gue… Apa ya? Ya pertama sih yang pasti dia tahu soal kereta api-kereta
api yang mendasar, kayak tahu serinya, kalau lihat kereta api ya dia tahu itu kereta api
apa. Terus dia tahu teknis-teknis kereta api, terus ya banyak sih… Yang paling
gampang dilihat itu dia ikut komunitas pecinta kereta api sih… Itu paling gampang.”
P: “Kalau lu sendiri, apakah sudah bisa dikategorikan sebagai railfans? Menurutlu
sendiri.”
I: “Bisa, karena ya selama ini deket sih sama kereta api kan? Tahu seri-serinya, terus
kalau dulu suka ada majalahnya terus gue beli, baca-baca, terus juga artikel-artikel
kereta api dari luar negeri, streaming YouTube gitu.”
P: “Lalu, apa pengalamanlu yang paling berkesan selama jadi railfans?”
I: “Yang paling berkesan sih waktu itu gue pernah ikut acaranya komunitas GM-
Marka, itu dari orang-orang Depok sih. Itu dia bikin acara tuh namanya… apa ya?
Ya… Pokoknya acaranya kita keliling naik KRL ke semua rute. Semua rute kita
naikin, mulai dari Bogor, sampe Kota, terus ke Tangerang, waktu itu udah nyampe
Maja, ya itu paling berkesan sih karena pertama kita ketemu banyak railfans baru,
temen, koneksi gitu. Ya itu juga pertama kalinya gue naik KRL yang sampe semua
rute gitu, itu pertama kali dan emang ya seru sih pengalamannya karena banyak
cerita, terus bagi-bagi sharing ilmu.”
P: “Itu kalau boleh tahu kapan?”
I: “Kapan ya… 2013…”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
P: “Berarti udah lumayan lama ya?”
I: “He eh…”
P: “Kalau misalnya pengalamanlu melakukan perjalanan kereta api yang paling
berkesan, mau yang baik atau buruk.”
I: “ Hmmm…. Waktu itu sih, naik Argo Parahyangan, dari Bandung ke Jakarta. Itu
kereta berangkat jam 3 sore, nah itu tuh ternyata di situ ada longsor. Jalurnya kan
memang gunung-gunung gitu. Nah… Itu tuh yang bikin agak kesel sih karena delay
sampe dua jam, jadi jam delapan malem itu baru touchdown Jakarta. Itu pengalaman
paling nggak enak sih. Sama ada juga, pernah sih nggak kebagian tiket. Waktu itu
jamannya belum online tuh. Dikasih kertas bentuknya kayak tiket, namanya
Paserpatu, jadi Cuma data nama dll udah…bisa naik. Paling aneh sih menurut gue. Itu
ke Bandung waktu itu. Dulu gue sering naik kereta api Jakarta-Bandung kan waktu
SMA karena kakak gue kuliah di Bandung, nenek gue masih tinggal di Bandung.
Jadi, sering bolak-balik Jakarta-Bandung… Ya dua minggu sekali lah.”
P: “Berarti rutin juga ya naik kereta Jakarta-Bandung?”
I: “Iya.”
P: “Lalu, selama lu membuat video-video itu lebih banyak mengalami kesulitan atau
kemudahan?”
I: “Kesulitan sih pasti ada. Kayak gimana ya? Hmmm…. Kayak kita mau
menceritakan sesuatu, tapi ternyata gambarnya nggak kita rekam, scenenya nggak
ada, atau hasilnya kurang memuaskan. Terus juga deg-degan sih kadang kalau kita
merekam di stasiun, karena takut diciduk kita. Karena kan suka ditegur kan? Waktu
itu pernah ada yang ditegur karena pake kamera SLR. Untungnya sih selama ini kalau
di stasiun besar kayak Gambir itu nggak pernah ditegur sih. Tapi kalau misalnya kita
merekam di stasiun kecil kayak Cakung, Cikini, ya gitu yang stasiun Commuter Line,
kadang suka ditegur kalau kita pake kamera SLR. Makanya, gue sih akhir-akhir ini
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
udah beralih pakai Action Cam…karena kan kecil bentuknya. Kalau misalnya ada
PKD mau ngedeketin ya langsung umpetin aja.”
P: “Selama ini lu pernah yang kayak ditegur gitu nggak?”
I: “Pernah… Ditegur pernah… Waktu itu pake SLR di Stasiun Cakung, pernah
ditegur. Untungnya sih Cuma ditegur doang, kameranya gue masukin. Karena pernah
denger-denger ada kejadian yang sampe diinterogasi, pernah… Terus ada juga yang
pernah disuruh hapus, ada juga. Mungkin karena emang kebetulan lagi apes aja sih
dapet PKD yang galak sih.”
P: “Oke oke…. Sekarang kan lu aktif di channel YouTube nih… Sejak kapan lu
mulai aktif di situ?”
I: “Channel YouTube itu mulai buat 2011. Terus mulai aktif banget itu 2012. Setelah
gue beli kamera, karena sebelumnya 2011 itu kan gue masih pake kamera hape.
Masih jelek banget kalau lu cek di YouTube gue. Cek aja deh video paling pertama
gue! Itu gila, kacrut banget! Hahaha… Ancur banget gila hahaha… Setelah beli
kamera, mulai aktif. Dulu tuh aktif banget sih emang 2012-2013 kan? Karena dulu
tuh nggak ketat pengamanan stasiun. Jadi dari stasiun, kita mau jalan ke rel, mau
jalan ke mana juga nggak apa-apa, bodo amat. Kalau sekarang kan nggak. Kalau
sekarang kan ketat. Kalau kita ngerekam, suka ditegur. Jadi mulai udah agak males.
Karena takut aja ada masalah yang gimana kan?”
P: “Iya sih ya… Lalu, Videolu ini kan ada beberapa yang berbentuk vlog narasi gitu
kan, Nah lu ngerti nggak sekilas tentang vlog? Vlog itu apa yang ada di benaklu?”
I: “Kalau denger vlog, gue mikirnya ya ngoceh di kamera sih. Jadi, lu memberikan
suatu informasi lewat video. Konsepnya itu kayak blog kan, tapi dalam bentuk video.
Jadi lu kasih informasi, apapun itu, dalam bentuk video. “
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
P: “Dan vlog itu kan kebanyakan orang-orangnya nampil gitu ya di videonya. Kalau
misalnya dia nggak nampil, tapi tetep ada pakai narasi, itu bisa dibilang vlog juga
bukan?”
I: “Bisa. Kalau menurut gue bisa.”
P: “Kalau lu sendiri tahu nggak beberapa vloggers terkenal di Indonesia? Nggak
harus yang dari kalangan railfans gitu… Yang lu tahu..”
I: “Tahu sih beberapa… Kayak si…. Bena Kribo itu… Terus, Chandra Liow, siapa
lagi ya? Banyak sih… Cuma emang sih kalau Indonesia, gue nggak begitu ngikutin.
Gue lebih seneng ngikutin yang dari luar. “
P: “Hmmm… Kalau yang dari luar siapa?”
I: “Kayak Casey Nestat, itu udah paling the best sih. Tiap dia ngeluarin vlog, gue
nonton. Karena dia kontennya nggak Cuma sekadar daily vlog sih… tapi kayak ada
sesuatu yang pengen dia sampaikan.”
P: “Kalau jenis dan tipe-tipe video yang suka lu tonton di YouTube itu yang kayak
gimana?”
I: “Yang pasti sih jelas tadi, seperti yang gue bilang tadi, gue bosen kalau Cuma lihat
tulisan. Kalau bisa yang ada narasi pendukungnya. Terus juga ya… Jelas lah,
videonya jelas. Kalau video yang gue lihat sih banyak, nggak Cuma video kereta api,
gue juga minat ke komputer, komedi dikit-dikit, terus juga konten travelling.”
P: “Berarti nggak Cuma kereta api doang ya? Macem-macem juga?”
I: “Iya….”
P: “Mengapa lu suka bikin video-video yang seperti ada di channel lu?”
I: “Kenapa ya? Hahaha…”
P: “Kenapa mutusin kayak ah bikin video ah…”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
I: “Karena emang tujuan awalnya untuk emang ingin berbagi kan. Terus konten
kereta api tuh gimana ya? Sebenernya banyak konten kereta api di YouTube, tapi
yang proper itu nggak banyak. Yang proper yang orang-orang bener-bener mau
enjoy, ngeliatin itu nggak banyak. Gitu… Gue emang pengen berusaha melangkah ke
sana gitu. Gimana caranya supaya masyarakat umum ini mau menerima konten kereta
api ini untuk ditonton? Begitu…”
P: “Lu kan awal-awalnya videonya nggak dalam bentuk vlog kan? Itu yang mulai
bentuk vlog kapan?”
I: “Bentuk vlog itu 2016. Itu setelah vakum… Hmmm… Nggak vakum sih
namanya… YouTube sih aktif, Cuma waktu itu sempet beberapa bulan nggak upload
video karena emang lagi fokus buat ya waktu itu minatnya mau SBMPTN hehehe…
Jadi fokus ke situ, YouTube nggak jalan lah. Tapi setelah gue kuliah, dan mulai
ngeliat banyak youtuber gitu, mulailah buat yang kayak gitu istilahnya…”
P: “Mengapa akhirnya memutuskan untuk vlog aja gitu?”
I: “Karena emang pengen bikin yang beda sih. Karena vlog kereta api itu kan jarang.
Ya kan? Hehehe… Jarang banget vlog kereta api. “
P: “Jadi emang sengaja bikin yang beda kayak gitu ya?”
I: “Iya…”
P: “Oke… Mengapa lu memilih YouTube sebagai sarana atau media untuk
menjalankan aktivitaslu itu? Kenapa nggak bagi-bagi video aja di medsos lain kayak
Facebook atau Instagram?”
I: “Karena YouTube itu, pertama, durasinya bisa panjang dan juga gampang.
Maksudnya gampang tuh kayak gini, kita ngedit, lalu tinggal upload. Kan gampang.
Terus juga jangkauannya banyak karena lebih banyak ya gimana ya? Gue sih merasa
kalau Instagram gue itu impressionnya itu kurang dibandingkan YouTube-nya. Di
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
YouTube itu, impressionnya lebih banyak ya orang bisa subscribe, lihat, orang pun
yang nggak subscribe juga bisa melihat kan kayak kesebar ke mana-mana.”
P: “Udah yang paling oke ya?”
I: “Iya.”
P: “Terus kan sekarang banyak yang pake YouTube karena bisa mendapatkan
keuntungan. Lu sendiri mendapatkan keuntungan secara finansial gitu nggak?”
I: “Dapet… Dari Adsense.”
P: “Dan apakah hal itu yang terus memiculu untuk berkarya di YouTube atau ada hal
lain?”
I: “Ya… sedikit-sedikit sih iya… Mendorong iya, Cuma itu bukan yang utama sih
karena juga YouTube gue juga nggak gede-gede banget kok. Uangnya ngehasilinnya
nggak gede-gede banget. “
P: “Terus, menurutlu sendiri dengan membuat video dan vlog yang kontennya
tentang kereta api itu udah mampu memuaskan hasratlu terhadap kereta api belum?
Atau itu hanya salah satu cara alternatif?”
I: “Itu Cuma jadi kayak cara… Cara apa ya? Cara menyalurkan apa yang ada dalam
pikiran gue gitu loh. Jadi Cuma menyalurkan. Kalau untuk memenuhi hasrat ya harus
naik! Dan gue harus coba semua kereta api, baik yang di Indonesia maupun yang di
luar. Karena di luar itu, banyak loh trip-trip kereta api yang keren gitu! Kayak
Transsiberia, yang melintasi Rusia sampai Eropa. Itu bener-bener cita-cita sih,
nyobain kereta api di sana.”
P: “Jadi elu itu yang harus naik dulu, baru puas gitu ya?”
I: “Iya.”
P: “Nggak bisa gitu kalau Cuma lihat doang?”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
I: “Nggak bisa.”
P: “Lihat langsung juga belum puas?”
I: “Iya, belum puas…”
P: “Belum puas?”
I: “Karena kalau lihat-lihat kan sering tuh gue naik kereta api ke kampus, tiap hari
lihat kereta api lewat. Kadang juga kalau lihat kereta api jarak jauh lewat gitu kayak
kangen, duh kapan ya? Gue pengen naik hehehe… Pengen naik aja gitu.”
P: “Berarti lu emang yang harus naik dan menganggap ini Cuma salah satu cara aja
ya?”
I: “Iya…”
P: “Oke… Dibandingkan dengan YouTubers atau vloggers lainnya gitu, kan lu milih
spesialisasi konten transportasi dan travelling, khususnya kereta api. Menurutlu, hal
yang lu pilih dan lakukan ini sudah tepat belum? Atau masih belum puas atau malah
merasa kayak dianggap aneh?”
I: “Ya gue sih jujur ya… Kalau gue pribadi sih udah tepat ya. Karena kita kan bikin
dan milih konten itu ya yang kita tahu, kita ngerti, makanya gue mikirnya itu udah hal
yang tepat karena gue ngertinya ya itu. Tapi, kalau misalkan dianggap aneh ya wajar
sih… Karena itu emang udah masalah para pecinta kereta api di seluruh dunia…
Masalahnya sama, pasti dicap aneh. Itu udah pasti itu kan? Tapi gue pikir ya udah
lah… Kita tetap jalan aja, buat-buat terus, kan butuh waktu ya buat konten yang
“aneh” untuk diterima di masyarakat kan? Tapi, gue sangat sangat sangat yakin
bahwa orang pasti akan terima ini, orang pasti akan ngeh, orang pasti akan nonton.
Gue yakin.”
P: “Lu sendiri pasti pernah kan dianggap yang aneh gitu karena suka sama kereta api.
Bagaimana perasaanlu kalau dianggap seperti itu?”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
I: “Ya kesel sih dikit ya… Cuma, gue mikir sih daripada gue kesel, gue
menganggapnya itu sebagai hal yang membedakan gue dari temen-temen gue yang
lain gitu. Jadi kan bisa dilihat tuh. Waktu SMA itu kan Cuma gue doang satu
angkatan yang suka kereta, jadi orang inget tuh oh si Bagus yang suka kereta nih. Jadi
ya…. Kesel sih nggak… Cuma, tergantung cara orang itu menyampaikan ke gue. Kan
kadang emang ada tuh orang yang nyampeinya ngeselin kan? Ada yang kayak gitu.
Cuma, kalau yang nganggap gue unik, gue beda, itu ada.”
P: “Ada ya? Dan lu lebih memilih orang yang menganggap lu unik gitu ya?”
I: “Iya, mending kayak gitu.”
P: “Oke oke… Kalau sama orang tua? Orang tua nganggap aneh juga nggak?”
I: “Hmmm… Mungkin orang tua gue nggak pernah ngomong kali ya? Mungkin
nganggep aneh, Cuma nggak pernah ngomong… Cuma, orang tua gue berpikir
daripada ini anak temennya yang aneh-aneh gitu kan?”
P: “Terus bikin vlog itu sekadar ikut-ikutan tren zaman sekarang atau ada tujuan
lain?”
I: “Kalau dibilang ngikutin tren sih, iya, bener. Gue jujur aja… Gue ngikutin tren
memang. YouTube booming, gue ngeliat video orang, gimana cara orang buat video,
ya gue ikutin. Tapi, gimana caranya hal ini gue aplikasikan ke konten kereta?
Begitu.”
P: “Jadi memang ngikutin juga, tapi memilih yang memang lu pahami?”
I: “He eh…”
P: “Terus, bagaimana lu memahami dan memaknai aktivitaslu sebagai railfans dan
vloggers YouTubers ini?”
I: “Gue memaknai dan menganggapnya ini sebagai hobi aja sih. Sebagai hobi,
sebagai kesenangan… Karena kan gue pikir kan kalau kuliah Cuma belajar gitu, itu
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
kan kayak bosen banget ya? Jadi coba lah nyari aktivitas hobi lain kayak pecinta
kereta api ini. Bikin video-video vlog, siapa tahu kan ke depannya bisa jadi pegangan
hidup? Kayak kerjaan atau mungkin apa. Karena setiap orang pasti butuh yang
namanya hobi lah ya… Untuk melepaskan penat gitu…”
P: “Selain itu ada lagi? Mungkin mau sebagai mata pencaharian atau ingin eksis
gitu?”
I: “Ya kalau dikenal banyak orang sih pasti ya. Itu emang tujuan awal bikin channel
YouTube kan? Supaya orang ngelihat. Tapi emang ya sih emang, buat dikenal banyak
orang, buat narsis sih enggak ya karena gue nggak gitu narsis. Bukan nggak berani
nampilin muka, tapi nggak berani ngomong sendiri di depan kamera dilihat banyak
orang gitu. Kalau ngeliatin kamera sih gapapa, tapi kalau sampe dilihatin orang, gue
ngevlog itu kayaknya aneh hehehe…”
P: “Jadi emang lu memaknainya lebih ke hobi ya aktivitaslu ini?”
I: “Iya… Ya hitung-hitung nambahin penghasilan.”
P: “Adakah pengalaman tertentu yang akhirnya memutuskan lu untuk ngevlog?”
I: “Pengalaman ya? Hmmm…. Kalau pengalaman sih nggak sih… Kayak tiba-tiba
aja muncul… Kayak awalnya sering lihat orang bikin vlog, bikin konten-konten
kreator, video. Terus gue lihat hobi kereta api dan YouTubers yang kontennya kereta
api kan isinya Cuma kereta-kereta yang lewat, kalau trip report Cuma pakai tulisan.
Gue berpikir kayak buat yang beda aja, karena gue pernah dibilangin sama dosen gue
kalau konsep bisnis itu lebih baik lu beda. Nah jadi gimana kalau kita buat yang beda
gitu? Apalagi kalau misalkan beda dan lebih baik kan lebih bagus lah.”
P: “Terus lu sendiri udah puas dengan konten yang disajikan di YouTubelu selama
ini?”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
I: “Belum. Karena kurang mendalam, menurut gue apa yang gue sampaikan kurang
mendalam. Terus kurang detail, terus gear gue tuh kurang apa ya? Ya kalau gue lihat
gambarnya sih kurang puas. Terus, gue juga masih cari cara kayak formula yang tepat
lah, gimana cara ngebuat narasi? Narasi kan harus urut gitu kan? Nah, gue belum
nemu formula yang pas gitu untuk nyampein yang urut, yang bener itu gimana, itu
belum ketemu formulanya.”
P: “Tadi lu bilang kalau lu kurang puas karena kurang mendalam dan kurang
mendetail. Contoh yang kurang mendalam dan kurang mendetail itu seperti apa?”
I: “Kayak… Misalnya… Gue kayak kurang bisa memberi… Apa ya? Kayak misalnya
soal teknis ini kereta umurnya berapa tahun, terus gimana sih kalau kereta ini kita
bandingkan dengan yang lain, karena kan emang karena keterbatasan waktu dan
uang, gue belum bisa nyobain semua kereta api kan? Kayak misalnya kereta api
ekonomi itu gue jarang banget nyobain. Soalnya kereta ekonomi itu kan lama banget
perjalanannya, jadi gue masih belum nyobain dan masih nyari waktu yang tepat
kayak nyobain kereta Matarmaja yang jauh banget Jakarta-Malang. Itu masih belum
sih. Kayak pengalaman gue masih kurang aja, jadi ya gue masih belum mendetail aja,
masih kurang.”
P: “Kalau menurutlu, yang mendetail dan mendalam itu yang kayak gitu tadi, yang
sampai banding-bandingin?”
I: “Iya, jadi orang, nggak Cuma railfans, orang pun ya setelah melihat video gue tuh
jadi bisa mempertimbangkan gitu, gue naik kereta yang ini atau itu. Soalnya kan
dalam satu rute, memang ada banyak kereta api tuh. Kayak misalnya Jakarta-Cirebon
aja deh! Itu kan banyak banget kereta apinya! Jadi gue mikir gimana caranya orang
tuh setelah lihat video gue, gue bisa membandingkan gitu loh mau naik kereta api
yang ini atau itu.”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
P: “Oke oke… Lalu, sebagai seorang railfans sekaligus vloggers dan youtubers ini,
siapa saja orang yang sering lu ajak untuk komunikasi dan interaksi dalam
keseharianlu?”
I: “Hmmm… Yang pasti sih temen ya… Temen, beberapa dari railfans juga. Kayak
nanyain feedback video gitu… Pasti ke temen-temen sih.”
P: “Kalau ke sesama railfans apakah sering berkomunikasi juga?”
I: “Jarang sih. Kalau komunikasi tuh gue sering lempar doang. Kayak ini nih video
gue. Terus misal kalo nanti ada yang komentar ya gue terima komentarnya, terus jadi
bahan evaluasi untuk video-video berikutnya.”
P: “Kan lu juga suka nonton video kereta api gitu dan banyak railfans juga yang
kadang bikin video kereta api di YouTube, kalau boleh sebut nama, elu sukanya yang
mana dan siapa?”
I: “Kalau yang dari kereta ya?”
P: “Iya, yang kereta, yang railfans.”
I: “Si itu sih, si Risang Anggara itu. Emang sih video tripn ya masih tulisan, tapi gue
akui dia punya teknik editing yang bagus. Kayak dia tahu pembagiannya, terus video
dipadukan sama musik, itu bagus. Enak ngeliatnya, masih enak dilihatnya.”
P: “Ada lagi selain Risang Anggara? Yang mungkin menjadi semacam inspirasilu
juga?”
I: “Nggak ada sih, karena kalau kereta api itu kan jarang banget tuh kontennya. Jadi,
untuk yang jadi panutan benar-benar gitu sih nggak ada. Tapi, kadang gue ngelihat
apa yang diterapkan oleh YouTubers konten lain untuk diterapkan di konten gue,
kayak misalnya teknik editing. Ada satu video gitu yang belajar teknik grading,
colouring, itu dari situ.”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
P: “Jadi menurutlu belum menemukan ada railfans sekaligus youtubers lain yang bisa
lu jadikan sebagai panutan gitu ya?”
I: “Iya.”
P: “Oke oke… Kenapa juga lu lebih sering berinteraksi dengan teman-temanlu itu
yang mungkin awam tentang kereta api?”
I: “Ya karena beberapa di antara mereka ada yang memang ngerti soal video,
bagaimana cara bikin konten, itu ada yang ngerti. Jadi kan gue emang suka minta
feedback ke orang yang emang ngerti gitu loh supaya feedbacknya yang gue dapet itu
juga bener.”
P: “Nah, menurutlu mengapa seorang railfans itu betah dan rela berlama-lama di
pinggir jalur kereta api hanya untuk menunggu atau melihat serta mengabadikan
sebuah atau beberapa kereta api yang lalu lalang? Apalagi railfans kadang nggak
Cuma hunting di stasiun. Ada yang hunting di lintas raya seperti persawahan, bukit,
hutan, dan lokasi-lokasi yang eksotis seperti itu.”
I: “Karena bagi kita, para railfans, kereta api itu punya keindahan tersendiri. Kayak
ada momen-momen di mana kereta api itu kelihatan lebih indah, misal pas menikung.
Itu udah jelas pas menikung itu udah momen-momen paling indah dari kereta api.
Apalagi, kalau backgroundnya bisa alam. Itu tuh bagus banget! Memang yang kita
kejar itu keindahannya itu dan momen itu Cuma bisa didapat di sawah, di gunung, di
jembatan, Cuma di situ bisa dapetnya. Karena apa ya? Kita memiliki sudut pandang
yang berbeda dari orang awam.”
P: “Jadi yang dicari adalah keindahannya ya?”
I: “Iya.”
P: “Kalau lu sendiri, kalau boleh nyebutin lokasi favorit untuk mengabadikan foto
atau video kereta api gitu di mana?”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
I: “Hmmm… Kalau yang pernah gue datengi itu… Stasiun apa sih namanya itu?
Hmmm… yang di Tangerang, setelah Tangerang? Apa ya namanya? Hmmm…. Eh,
bukan Tangerang! Serpong! Setelah Serpong itu apa sih?”
P: “Ke barat atau ke timur?”
I: “E…barat, barat!”
P: “Cisauk?”
I: “Terus!”
P: “Cicayur? Parungpanjang?”
I: “Iya! Parungpanjang! Di Parungpanjang itu kan sebelumnya ada tikungan S gitu
kan? Nah… itu tuh bagus di situ!”
P: “Oh, lu pernah ke situ?”
I: “Iya… 3-4 kali lah. Melihat kereta menikung gitu kan dari situ tuh bisa bagus
banget tuh. Sama paling ya Jatinegara sih, tikungannya bagus di situ. Apalagi kalau
bisa lihat kereta api dua, jalan bareng, nikung gitu itu bagus banget.”
P: “Kalau yang lokasi pemandangan alam itu, ada yang favorit nggak?”
I: “Cisomang sih.”
P: “Jawa Barat?”
I: “Iya, Cisomang.”
P: “Lu pernah ke Cisomang itu nggak?”
I: “Cisomang pernah sih. Sekali doang. Itupun juga sama temen kan, karena ke situ
harus pake motor dan motornya kalau bisa ya motor agak gede ya karena emang
medannya agak susah.”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
P: “Lu sendiri adakah semacam target atau impian mendatangi lokasi-lokasi yang
eksotis bagi para railfans itu nggak?”
I: “Hmmm… Lokasi sih nggak sih, karena e…. Gue mikir, gue udah pernah ngeliat
itu, udah pernah ngelewatin, jadi nggak ada yang ngebet banget. Karena target impian
gue adalah naik kereta api yang di luar negeri. Gue pengen banget tuh nyobain naik
kereta api dari Singapura ke Bangkok yang ada sleepernya. Terus juga nyobain naik
Transsiberia, lihat kereta api lewatin salju. Itu emang gue impian banget sih.”
P: “Berarti impianlu yang di luar negeri itu ya?”
I: “Iya… Lebih ke arah apa ya? Experience naik keretanya!”
P: “Experience-nya ya.”
I: “Daripada tempat, gue lebih experience naik keretanya.”
P: “Oke… Nah kan tadi lu bilang experience. Mengapa lu ingin mendapatkan
experience tersebut?”
I: “Karene beda, nggak bisa didapetin di sini. Kayak kereta tidur, itu kan nggak ada
kan di sini kan? Terus juga perjalanan yang benar-benar jauh sampai yang kita harus
tidur di kereta itu kan nggak ada di sini. Kalau kayak Singapore-Bangkok itu kan
perjalanannya sampai berhari-hari kan? Nah, gue pengen nyobain itu karena banyak
videonya juga di YouTube kan? Kayak travel vlog, mereka naik kereta api gitu. Terus
juga naik Transsiberia, yang naik kereta api dari benua Asia terus ke benua Eropa gitu
kan.”
P: “Nah, menurutlu sendiri apakah konten yang lu sajikan ini sudah bermanfaat
belum bagi orang lain, orang-orang di sekitarlu, terutama yang awam tentang kereta
api?”
I: “Gue sih merasa udah sedikit ya… Cukup bermanfaat gitu karena emang gue selalu
menyampaikan kayak komentar-komentar gue, seperti ini kereta sudah tua, nggak
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
bagus dinaiki, mending naik kereta yang lain. Ya kayak ngasih saran-saran aja. Lalu,
di akhir video gue selalu minta komentar kan? Jadi kayak sharing-sharing
pengalaman di kolom komentar gitu.”
P: “Oke oke oke… Menurutlu, siapa saja yang bisa memperoleh manfaat setelah
nonton videolu itu?”
I: “Tentu saja sih orang yang mau naik kereta, atau yang belum pernah naik kereta
tapi mau naik kereta, dan orang-orang yang biasa naik kereta, Cuma nggak begitu
ngeh soal kereta gitu. Jadi mengajak mereka untuk lebih tahu dan lebih peduli gitu.”
P: “Sebagai railfans, lu sering nggak sih dijadikan sebagai semacam gitu oleh orang-
orang di sekitarlu terutama kalau bertanya soal kereta api?”
I: “Sering. Kayak temen nanya, Gus dari sini ke sini naik keretanya apaan aja? Terus
juga ada yang nanya, kan jadwal tahun ini kereta api yang dari Bekasi ada yang
berhenti di Senen kan? Nah, itu kalau misal terlanjur naik yang ke arah Senen, mesti
naik apa? Terus ada juga yang nanya gimana cara mesen tiket, terus kereta api apa
yang harus gue naikin kalau mau ke kota ini? “
P: “Dan perasaanlu saat orang-orang di sekitarlu banyak bertanya tentang kereta api
ke elu itu gimana?”
I: “Seneng sih, seneng.”
P: “Kenapa seneng?”
I: “Karena ya akhirnya nih hobi gue ini, orang ngeh gitu sama hobi gue. Terus mereka
kayak apa ya? Ilmu yang gue punya itu bermanfaat gitu buat mereka, buat masyarakat
lah.”
P: “Berarti lu juga seneng ya seperti dipercaya gitu sama orang-orang? Lalu, orang
tualu termasuk juga kah?”
I: “Iya…. Orang tua gue sering kalau mesen tiket, nyuruhnya gue.”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
P: “Karena lu sering naik kereta ya dan paham tentang kereta?”
I: “Iya…”
P: “Nah, lu ini benar-benar murni suka sama kereta atau suka juga sama transportasi
lain/”
I: “Suka sama yang lain juga. Kayak bus, pesawat, itu gue suka. Gue juga sering
ngikutin, baca-baca artikel. Ya karena pada dasarnya gue sukanya nggak Cuma kereta
api sih, semua jenis transportasi tuh gue suka. Pesawat, bus, itu gue suka. Tapi, semua
memang berawal dari kereta.”
P: “Semua berawal dari kereta?”
I: “Iya…”
P: “Jadi, nggak Cuma kereta tapi juga masih ada kecintaan terhadap transportasi
lain?”
I: “Iya.”
P: “Ada rencana mau bikin video tentang transportasi lain?”
I: “Ada. Emang sekarang lagi project mau bahas tentang bus sih. Kayak tentang bus
Transjabodetabek, itu gue udah ada kontennya, tinggal nyari-nyari gambar lagi.
Narasinya udah ada.”
P: “Lalu bagaimana caralu memperkenalkan kecintaanlu terhadap kereta api kepada
orang-orang?”
I: “Memperkenalkan ya?”
P: “Iya, memperkenalkan.”
I: “Hmmm… Yang pasti sih, pasti orang tuh pertama ngeliat gue punya gambar
desktop laptop tuh gambar kereta api. Ya pertama sih gue ngejelasin ke dia sih,
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
kenapa lu suka sama kereta api? Kan pasti orang nanya ke gue, Gus lu suka kereta api
ya? Iya. Kenapa suka sama kereta api? Ya pasti gue ngejelasin kenapa, sejarahnya
gimana gue suka sama kereta api, terus gue ceritain juga tentang komunitas-
komunitasnya gitu. Karena pasti ada aja orang yang penasaran gitu sama hobi gue.
Nggak Cuma nyindir ya, tapi juga penasaran. Railfans itu apa dan gimana? Begitu…”
P: “Terus, sudah ada belum yang misalnya temenlu yang awam gitu mulai perlahan-
lahan kayak tertular virus cinta kereta apinya gitu darilu?”
I: “Dulu ada sih, yang tiap kali gue hunting, dia ngikut. Selalu ngikut gitu, dulu ada…
Cuma orangnya sekarang udah jarang kontek juga sih.”
P: “Lalu, dengan lu membuat video vlog dengan konten kereta api sudah menandakan
bahwa lu adalah railfans yang sejati, hebat, dan wow?”
I: “Nggak sih… Gue menganggap nggak ada railfans yang luar biasa banget. Kalau
misal ada orang yang nganggep gitu, ya nggak tahu ya. Dulu tuh setiap kali gue
upload foto kereta api di Facebook tuh ada yang bilang “Ter” ini gimana caranya atau
Master-master gitu kan? Ya itu kan pandangan orang gitu kan? Gue sih nggak
menganggap diri gue yang jago gitu sih nggak. Cuma, kalau orang menganggap gitu
ya udah.”
P: “Lu semacam termotivasti nggak sih dengan panggilan atau sebutan yang kayak
master-master gitu? Atau malah kayak risih?”
I: “ Biasa aja sih… Biasa aja. Karena ya pada dasarnya gue akan selalu belajar.”
P: “Railfans kan banyak macemnya dan tipenya, ada yang suka hunting foto, hunting
video, ada yang suka naik kereta api, atau trekking di jalur mati, menurutlu apakah
mereka bisa disebut sebagai railfans juga? Walaupun mereka tidak membuat video
kereta api di YouTube? Atau railfans itu harus punya semacam dokumentasi tentang
kereta api gitu?”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
I: “Nggak. Nggak harus sih. Karena bagaimanapun, orang itu railfans atau bukan kan
tergantung dari apa yang dia tahu. Kalau railfans, ya dia minimal tahu lah soal kereta
api. Ilmu yang dia tahu itu lebih penting daripada apa yang dia hasilkan. Entah dia
mau menghasilkan foto atau video, itu nggak penting. Tapi, apa yang dia tahu itu jauh
lebih penting.”
P: “Jadi, kalau misalnya lu melihat railfans yang nggak punya channel YouTube atau
nggak punya foto tentang kereta api, lu masih tetap menganggap mereka sebagai
railfans juga?”
I: “Iya, masih. Karena ilmu yang paling penting sih.”
P: “Jadi, menurutlu juga nggak perlu dong ya seorang railfans harus bikin video
gitu?”
I: “Nggak, nggak perlu.”
P: “Itu semacam…”
I: “Ya semacam salah satu cara lah.”
P: “Salah satu cara ya…”
I: “Salah satu cara untuk mengekpresikan bahwa kita adalah railfans, kita adalah
pecinta kereta api. Itu cara untuk mengekspresikan diri aja.”
P: “Selama lu merekam video dan vlog gitu, pakenya apa aja?”
I: “HP, Action Cam, Yi Cam, sama DSLR gue.”
P: “Kalau ngedit-ngeditnya di laptop atau komputer gitu pakai apa?”
I: “Premiere.”
P: “Berapa lama biasanya ngeditnya?”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
I: “Gue sih selalu setiap hari itu memporsikan seenggaknya tiga jam. Begitu ada
konten, ada bahan, paling nggak sehari tiga jam. Kadang bisa juga sampai empat jam,
lima jam, tergantung apa ya? Kadang ngedit itu emang tergantung moodnya. Terus
juga kalau nemu ada sesuatu yang janggal atau kurang kan kadang effort-nya kurang
kan? Itu kadang bisa langsung di-stop, udah hari ini segini aja. Terus lanjut lagi
besok. Nggak nentu juga sih.”
P: “Kalau misal target sehari berapa video gitu ada nggak?”
I: “E… Nggak ada sih. Dulu sih emang seminggu targetnya satu video, karena itu di
jaman masih liburan kan? Tapi sekarang udah agak susah… Tapi gue menargetkan
sebulan sekali ada video.”
P: “Oke oke… Biasanya yang nonton berapa tuh?”
I: “Tergantung konten. Kalau konten kayak vlog perjalanan kereta api itu ya bisa
nyampe di atas 5.000 lah. 8.000-9.000 itu bisa.”
P: “Lu sendiri lebih suka videolu atau vloglu yang di YouTube itu yang kayak
gimana?”
I: “Ya itu… Videonya nggak monoton, terus juga ada musik biar lebih hidup, terus
juga narasi orang ngomong gitu. Kadang kan kalau lewat omongan itu, emosi kita itu
lebih gampang disampaikan. Daripada Cuma tulisan. Karena dulu gue juga buatnya
pakai tulisan dan ya setelah beberapa tahun sih gue nonton sih, bosen sih… “
P: “Dari sekian banyak video dan vlog yang udah lu bikin di YouTube itu, mana yang
paling berkesan dan bagus buatlu?”
I: “Yang paling bagus sih menurut gue yang tentang Gajayana kemarin ya. Itu yang
trip report Gajayana ke Malang itu menurut gue udah paling komplit lah, paling
bagus. Tapi, nggak tahu kenapa, ada satu video gue, itu udah agak lama sih gue
buatnya, 2012. Itu Cuma lagu Bendera dari Cokelat itu, videonya ya video-video
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
kereta lalu lalang, tapi nggak tahu kenapa viewers videonya bisa sampe, sekarang
udah 2juta.”
P: “Wah, banyak banget ya?”
I: “Iya, itu gue juga nggak tahu kenapa. Sumpah gue nggak tahu ahahaha… Nggak
tahu kenapa bisa sampe 2 juta lebih video gini doang hahaha…”
P: “Lu ga nyangka bisa sampe 2 juta?”
I: “Iya, nggak nyangka gitu. Karena video-video yang lain paling berapa ribu kan?
Ini, bisa sampe juta segini nih! Gila nih… Hahahaha…”
P: “Terus lu terinspirasi untuk video yang serupa lagi?”
I: “Pengennya sih buat lagi, Cuma kan copyright kan kalau masukin YouTube pake
lagu gitu? Jadi ya sekarang konsentrasi ke vlog, yang trip-trip report aja dulu. Kalau
video lagu pakai kereta api ya…nggak dulu deh. Copyright soalnya. Kalau nggak ada
copyright sih, gue pengen hahahaha… Dua juta viewers…”
P: “Hahaha… Terus rencana pengen bikin vlog kereta api ke mana nih?”
I: “Akhir minggu ini sih pengen ke Cirebon sih, naik Argo Jati terus pulangnya naik
Argo Muria. Nah itu pengen. Masih buat vlog lagi sih.”
P: “Minggu ini?”
I: “Iya, Sabtu ini berangkat.”
P: “Oh, memang sudah direncanakan?”
I: “Sabtu ini berangkat, ya paling seminggu-dua minggu lagi videonya.”
P: “Oke oke oke…. Terus, kalau misalnya nih lu udah jenuh banget…. Jadi vloggers
jenuh, jadi railfans jenuh, akankah lu memutuskan untuk berhenti menjalani hobilu
atau gimana?”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
I: “Mungkin kalau naik kereta api iya, berhenti naik kereta api iya. Tapi, kalau
berhenti untuk video, foto gitu nggak berhenti sih karena video dan foto kan nggak
harus tentang kereta api, bisa tentang konten lain… ya men-challenge diri sendiri
lah… Belajar hal-hal baru… terus dipraktekan, tapi nggak harus tentang kereta api.
Bisa aja kayak hal-hal yang lebih umum, kayak fotografi wedding lah, fotografi apa
lah, gitu lah.”
P: “Kan lu bilang kalau udah bosen tuh bakalan berhenti naik kereta api. Nah, kira-
kira itu kapan tuh?”
I: “Kapan ya? Mungkin ketika gue udah males gitu… Kadang ada saatnya gue kayak
ada waktu kosong seminggu, tapi gue nggak mau naik kereta api. Pernah sih ada
kayak gitu. Kalau udah males naik kereta api, maunya di rumah aja. Atau mungkin
mau naik pesawat gitu atau naik bus aja.”
P: “Tapi kalau berhenti dari hobilu yang video itu enggak ya?”
I: “Nggak.”
P: “Karena emang hobilu suka video?”
I: “Iya, video sama foto emang gue suka. Karena gue berpikir foto dan video itu bisa
jadi mata pencaharian. Nanti tuh, kalau lu punya skill-nya, pinter, itu bisa jadi mata
pencaharian. “
P: “Oke oke oke… Terus, saran apa yang bisa lu kasih untuk vloggers/youtuber dan
railfans dalam menjaga ataupun meningkatkan kualitas konten videonya?”
I: “Saran sih… Ya belajar dari yang nggak harus konten kereta juga, maksudnya
belajar dari konten-konten lain, bagaimana mereka mengemas konten milik mereka,
terus ya akhirnya dipraktikan juga lah ke kereta api. Jangan melulu isinya kereta api
lewat doang! Atau Cuma trip report tapi tulisan-tulisan doang. Belajarlah bikin
narasi, menyusun kalimat. Belajar cara merekam, cara ngedit, gitu. Ya paling
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
gampang sih ngeliatin video orang lain sih. Itu paling gampang caranya, baru
dipraktekin.”
P: “Bagaimana perasaanlu saat melihat dn menonton video/vlog milik railfans lain?
Apakah ada perasaan tersaingi?”
I: “Kalau iri sih, kadang gue berpikir bahwa subscriber gue gini-gini aja ya?
Hahaha… Nggak sebanyak mereka… Jadi, justru itu sebenarnya memotivasi gue
untuk berusaha meningkatkan konten lagi, mengemasnya dengan lebih baik lagi.
Target ya supaya subscriber gue bisa nambah.”
P: “Kalau sebel gitu nggak ya?”
I: “Nggak…karena pada dasarnya sih antara content creator ya harusnya bisa saling
bertukar informasi, temenan, collab, harusnya bisa gitu. “
P: “Lalu, ada semacam rencana untuk memperkenalkan kecintaanlu terhadap kereta
api ini kepada anak cucu elu gitu nggak?”
I: “Pasti! Kalau ke anak cucu sih pasti. Karena, bagaimanapun hobi itu kan kita bawa
dan pasti juga kita kenalkan ke anak. Gue sih pasti.”
P: “Terus caralu memperkenalkannya seperti apa?”
I: “Ya paling sederhana sih ngajakin naik kereta api sih. Itu udah paling gampang lah
caranya. Karena gue dulu inget banget, bokap gue sih bukan pecinta kereta api ya,
tapi bokap gue sering ngajakin gue naik kereta terus dampingi liatin kereta. Mungkin
gue ngikutin cara itu.”
P: “Cara yang sama ya?”
I: “He eh…”
P: “Lalu, apa rencanalu ke depannya untuk vloglu?”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
I: “Memperkaya konten sih kayak ini sih… Gue kan punya dua konten utama, yang
Trip In Train Experience sama Transport Vlog. Nah, Transport Vlog itu akan gue
perkaya lagi dengan konten-konten transportasi darat kayak TransJakarta, terus
mungkin bahas tentang Kopaja dan Metromini juga. Ke depannya mau nambah
konten juga kayak konten trip report naik pesawat, naik bus, gitu…”
P: “Dalam bentuk vlog juga?”
I: “Ya… Dalam bentuk video lah…Entah vlog atau sekadar narasi biasa ya, itu ya…
Lihat nanti lah…”
P: “Oke, lalu harapanlu sebagai vlog content creator ini gimana? Baik untuk aktivitas
vloglu di YouTube, terus sebagai railfans juga, dan juga harapanlu sebagai pecinta
kereta api kepada pemerintah dan operator kereta api.”
I: “Kalau untuk vlog ya? Harapannya ya subscriber nambah, penghasilan YouTube
juga bisa nambah, tapi yang paling penting sih subscriber karena apa ya? Nambah
subscriber itu kan menunjukan makin banyak orang yang memperhatikan kita gitu.
Terus juga ya konten makin banyak, makin rajin lah dan nambah effort. Kalau
sebagai railfans ya apa ya? Ya itu bisa nyobain kereta api di luar sih, harapannya itu.
Nggak Cuma terbatas di dalam negeri aja. Kalau untuk operator ya?”
P: “Untuk operator dan pemerintah juga.”
I: “Ya kereta api lebih diperhatikan, rutenya diperbanyak, kayak nambah rel lagi ke
mana-mana. Terus juga ya kalau bisa seluruh pulau dan wilayah di Indonesia itu ada
kereta api. Pelayanannya ditingkatkan. Kayak misalnya nih, kayak kereta yang
keluaran terbaru sih ya gue akuin itu kereta bagus banget, mewah, tapi sayangnya
yang gue bilang ya itu… kayak di video gue, Argo Dwipangga, pintunya masih
manual. Itu kayak kembali ke jaman batu, terus keretanya berisik. Itu aja sih
masalahnya karena kan emang setiap ada perkembangan pasti ada kekurangan, tapi
ya kekurangannya jangan yang gitu-gitu banget lah…Supaya itu bisa jadi bahan
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
evaluasi supaya ke depannya nggak ngulangin lagi hal yang sama. Karena
bagaimanapun, ada orang yang emang peka gitu loh sama kenyamanan. Nggak semua
orang yang naik kereta api itu sekadar asal nyampe. Nggak semua orang kayak gitu
kan? Ada yang mengutamakan kenyamanan.”
P: “Oke oke…. Oh ya! Di YouTube lu tiap videonya pasti suka lihat komentar-
komentar gitu. Komentar kan nggak hanya yang memuji, tetapi juga yang mengkritik
gitu. Ada nggak yang kayak aneh-aneh gitu?”
I: “Ada sih… Kalau yang spam, banyak hahaha… Untungnya YouTube itu kan ada
fasilitas filter, jadi kalau spam itu dia nggak langsung muncul gitu. Masuk ke kolom
spam dulu, baru kita approve atau enggak. Kalau yang negatif sih ada juga… Bukan
di konten ini sih. Dulu kan gue pernah iseng-iseng bikin konten teknologi, unboxing
gitu… Komennya, Ini video kepanjangan, muter-muter… Ya emang gue akui sih itu
pertama kali. Kalau video kereta api kan ada sih beberapa, dulu… kayak apa sih ini
orang videoin kereta api? Ada yang ngomong kayak gitu. Tapi ya belakangan ini sih
udah jarang sih. Udah lebih banyak yang sharing, nanya-nanya.”
P: “Oke deh berarti udah lebih banyak yang oke ya sekarang… Lalu, Harapannya
vlognya semakin berkembang, semakin bagus, impiannya naik kereta ke luar negeri
juga bisa tercapai. Lalu, yang pengen naik kereta di luar negeri itu juga pengen nggak
sih sama orang tua gitu?”
I: “Jelas sih… Yang pasti pengen ngajak orang tua naik kereta di luar negeri itu pasti
ada. Kayak nyokap gue kan impian banget tuh pengen ke Lourdes, yang di Prancis.
Gue pengen ngajak juga ke sana. Ya syukur-syukur ngajaknya naik kereta api dari
mana gitu kan kalau Eropa kan koneksi kereta apinya bagus banget kan? Dari satu
negara ke negara lain udah terkoneksi. Nah, gue pengen nyobain itu juga. Terus, kita
pergi ke Lourdes gitu…”
P: “Oke oke oke… Udah sih… Paling itu aja Bagus yang bisa gue tanya-tanya.
Terima kasih ya udah bersedia meluangkan waktu sejenak buat wawancara.”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
I: “Hahaha… Oke, sip sip… Sama-sama… Ntar kalau ada yang mau ditanya lagi,
tanyain aja.”
P: “Oke sip. Makasih ya.”
I: “Iya sama-sama.”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
Transkrip Wawancara
Narasumber/Informan 5: Valentinus Garda Wardana
Lokasi Wawancara: Kampung Dhahar, Rita Supermal, Purwokerto, Jawa
Tengah
Hari/Tanggal Wawancara: , 27 April 2017
Waktu Wawancara: Pukul 12.30 WIB
Peneliti (P)
Informan (I)
P: “Boleh diceritain nggak mas, aktivitas sama kegiatannya sehari-hari?”
I: “Iya… Kegiatan saya sehari-hari itu jelas kuliah ya selain hari Sabtu-Minggu.
Kalau Sabtu-Minggu itu, biasanya kegiatan saya ke gereja. Kalau misalnya gereja itu
kan sore, jadi kalau misalnya paginya Sabtu atau apa, biasanya kalau lagi mood, saya
hunting kereta. Begitu…”
P: “Kuliahnya ambil jurusan apa mas?”
I: “Ya, saya kuliah di STIKOM Yos Sudarso Purwokerto ambil jurusan Sistem
Informasi. Sekarang semester IV.”
P: “Terus asalnya dari mana?”
I: “Sebenarnya, saya asalnya dari Tegal. Lahir di Tegal, di Tegal itu sampai kelas 1
SD. Dari kelas 2 SD sampai sekarang, saya tinggal di Purwokerto. Sekolahnya di
sini.”
P: “Berarti pindahnya pas masih kecil ya mas? “
I: “Iya hehehe… Kelas 1 SD. Jadi, bisa Anda bayangkan sendiri ya umurnya berapa
hehehe…Belum tahu apa-apa hahaha…”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
P: “Terus tinggal sama siapa mas?”
I: “Ya, saya di sini tinggal sama Ayah saya. Kalau mama saya dan adik saya di Jogja
karena mama saya kerjanya di sana. Nah, adik saya biar berbagi menemani mama
saya maka disekolahkan di Jogja. Saya dengan Ayah saya di sini.”
P: “Adeknya cewek atau cowok mas?”
I: “Cewek, kelas VIII SMP.”
P: “Satu doang?”
I: “Satu doang.”
P: “Mas Garda sendiri sudah berapa lama menjadi seorang pecinta kereta api?”
I: “Ya… Kalau pecinta kereta api sih sudah dari kecil ya. Soalnya kan gini… Saya
cerita sedikit seperti ini… Awal-awalnya saya menjadi tertarik dengan kereta api itu
waktu saya TK. Itu rumah saya di Tegal itu di pinggir rel kereta api. Ditambah juga,
mama saya itu di Tegal itu sering mengajak saya ke stasiun setiap sore. Setiap sore
hari itu ke Stasiun Tegal. Lama-kelamaan menjadi suka tentunya ya dengan kereta
api. Lalu, pindah ke Purwokerto, kemudian pas kelas IV atau V SD itu saya
mendengar ada komunitas pecinta kereta api di sini. Jadi, saya mendaftar dan
mencoba untuk eksis di situ. Jadi, mungkin kalau ditanya kapan mulai suka kereta
api? Ya paling kalau resminya itu kelas V SD, tapi kalau saya ya dari kecil udah
suka.”
P: “Dari kecil memang sudah suka ya?”
I: “Iya, dari kecil.”
P: “Itu juga karena adanya peran orang tuanya Mas Garda ya?”
I: “Iya hahaha peran orang tua juga. Soalnya, dulu kalau ke mana-mana ya saya pasti
naik kereta api.”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
P: “Naik kereta ya?”
I: “Iya… Kebetulan orang tua juga suka naik kereta api jadi saya tuh hehehe…”
P: “Ikut kebawa juga ya?”
I: “Iya hehehe… Ikut kebawa hehehe… Juga ada efeknya ya hehehe…”
P: “Apa ada alasan lain nggak mas selain karena orang tua yang memperkenalkan
kereta api ke Mas Garda?”
I: “E… Apa namanya? Ketertarikan selain itu, juga saya baru mengetahui dewasa ini.
Manfaatnya kereta api itu lebih cepat, jelas cepat! Lebih nyaman, bebas macet,
kecuali lokonya mogok ya hehehe… Itu soal lain hehehe… Mungkin itu ya menurut
saya kelebihan kereta api sekarang dibanding transportasi lain. Soalnya, untuk
kenyamanan ya kereta api lebih nyaman. Daripada kita naik mobil? Kita nggak bisa
gerak ke mana-mana ya? Kalau kereta api kan kita bisa jalan-jalan dari gerbong
depan sampai gerbong belakang, bisa makan, ada restorannya segala macem. Itu
kelebihan kereta api menurut saya.”
P: “Ibaratnya nggak bikin bosen selama perjalanan ya mas?”
I: “Ya betul! Pemandangan juga! Oh ya, dari segi view juga! Kalau kita naik mobil,
kita kan pasti lihatnya rumah, rumah terus kan? Kalau naik kereta kan enggak? Kita
bisa lihat sungai, bisa lihat gunung, bisa lihat sawah, ada petani macul segala macem.
Itu kan pengalaman tersendiri lah. Itu yang membuat saya tertarik dengan kereta api.”
P: “Sampai sekarang ya Mas?”
I: “Iya, lebih enjoy.”
P: “Dalam menjalani hobi sebagai railfans ini, apakah ada keterpaksaan mas?
Misalnya karena di Purwokerto ada komunitas pecinta KA lalu gabung sekadar
pengen ikutan atau terpaksa ikutan ataukah memang benar-benar ‘Pure’?”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
I: “Nggak sih mas… Kalau terpaksa sih enggak. Soalnya motivasi saya bergabung itu
untuk lebih mendalami kereta api sebenarnya. Soalnya di komunitas itu lah bisa
mengembangkan bakat kita. Misalnya, bakatnya kita apa? Misalnya motret, video, itu
kan di komunitas kita sering banyak diskusi ya. Gimana caranya motret kereta yang
baik, gimana caranya merekam video kereta yang baik? Jadi atas motivasi itulah saya
ingin bergabung di situ. Jadi sebenarnya nggak ada keterpaksaan apa-apa kok. Itu
murni karena kemauan saya sendiri.”
P: “Kemauan dari Mas Garda sendiri untuk lebih mendalami kereta api ya?”
I: “He eh! Iya… Untuk lebih mendalami kereta api. Karena ya… namanya hobi kalau
didalami kan bisa lebih baik. Ya seperti itu.”
P: “Mas Garda sendiri pernah nggak sih membayangkan seandainya saya itu bukan
seorang pecinta kereta api atau railfans? Kira-kira bakal kayak gimana mas
hidupnya?”
I: “Ohhh… Nggak pernah membayangkan sih hehe…”
P: “Nggak pernah terlintas gitu mas?”
I: “Ya kalau nggak suka kereta api yaudah… Hidup seperti biasa aja. Ya mungkin
kalau saya suka bus, saya akan lebih mendalami bus. Kalau suka kapal, ya mendalami
kapal. Belum pernah membayangkan seperti itu hehehe… “
P: “Belum pernah membayangkan ya?”
I: “Iya… Belum pernah…”
P: “Iseng gitu nggak pernah mas?”
I: “Hahaha… Nggak juga… Anu… saya itu orang yang kalau nggak mikir fokus itu
ya nggak… satu tujuan aja… Nggak pernah mikir awang-awang hehehe…”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
P: “Oh begitu… Oke oke oke… Bagaimana menurut mas Garda, apakah mudah atau
sulit selama menjadi seorang pecinta kereta api atau railfans?”
I: “Enjoy! Biasa saja hehe... Nggak ada yang susah atau apa… Ya jalani saja seperti
biasa.”
P: “Kalau railfans kan kadang suka hunting foto atau video, ada kesulitan gitu kah
atau bagaimana? Atau mungkin masalah dana, waktu, tenaga?”
I: “Oh…. Hmmm… Kalau misalnya dana sih, enggak… Kalau waktu itu ya kita
pintar-pintarnya aja membagi waktu ya, jadi kalau misalnya saya hunting itu ya cari
waktu yang kosong. Nggak mungkin kalau misalnya saya ada kuliah lalu hunting, itu
enggak. Bisa bagi waktu aja. Misalnya kita lagi di rumah, lagi libur, bosen, ya itu kita
hunting. Nggak ada kesulitan apa-apa.”
P: “Nggak ada?”
I: “Nggak ada.”
P: “Jadi, bener-bener enjoy aja ya mas?”
I: “Iya! Enjoy aja! Soalnya kalau menurut saya, hobi itu kalau nggak dilakoni dengan
enjoy, nggak bakal jadi mas. Pasti rasanya itu ada yang kurang! Terpaksa, berat. Jadi,
kalau menjalankan hobi itu ya enjoy aja.”
P: “Untungnya mas Garda selalu enjoy dengan hobinya ya?”
I: “Hahaha… Iya… Sementara seperti itu… Enjoy lah… “
P: “Mas Garda pernah nggak kayak merasa bosan gitu sama hobinya Mas Garda
sendiri?”
I: “Bosan? Hmmm…”
P: “Misalnya bosan gitu keseringan lihat kereta api atau bosan naik kereta melulu?”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
I: “Nggak. Saya nggak bosan. Soalnya, setiap naik kereta itu ada pengalaman yang
muncul pasti. Misalnya, dulu kan saya sering bolak-balik waktu kuliah di Jogja itu
bolak-balik Purwokerto-Jogja naik kereta. Itu kan pasti banyak pengalaman, misalnya
keretanya awal, keretanya terlambat gara-gara ini itu. Nah, itu kan pasti ada
pengalaman. Jadi, bukan bosan, tapi malah semakin penasaran. Kalau naik kereta itu
pasti semakin penasaran, ini keretaku cepat nggak ya? Ini keretaku telat atau nggak
ya? Itu pasti yang ada di pikiran tiap naik kereta. Prediksinya seperti itu. Jadi, nggak
ada bosan sama sekali.”
P: “Malah nggak ya?”
I: “Iya, malah semakin penasaran hehehe…”
P: “Tapi, kalau misalnya suatu saat tiba-tiba bosan. Nah, caranya Mas Garda untuk
menghindarkan atau menghilangkan rasa bosan itu gimana mas?”
I: “Bosan dengan kereta api?”
P: “Iya… Misalnya semua kereta dan jalur sudah dicoba? Misalnya udah sering
hunting segala macem?”
I: “Bikin vlog”
P: “Tentang apa mas? Kereta?”
I: “Terserah. Mau keretanya apa aja ya terserah… Jadi, itukan bisa sambil interaksi,
bisa lihat kereta api… Jadi itulah… Menghilangkan bosan dengan caraku ya vlog itu.
Tentang kereta api, vlogger itu nggak mesti jalan kan? Misalnya, cara pembelian
tiket, cara pembatalan tiket, nah itu bisa termasuk ya. Kalau misalnya bosan dengan
kereta api, ya kita caranya ya sistemnya coba… Gimana caranya membeli tiket online
gitu?”
P: “Jadi nggak perlu naik kereta api gitu ya mas?”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
I: “Nggak… Nggak perlu… Jadi kayak pembatalan tiket itu gimana? Terus nukar
tiket itu di mana segala macem…”
P: “Jadi lebih ke hal-hal yang memberi informas gitu ya kepada masyarakat?
I: “Ya! He eh! Soalnya jadi vlogger itu positifnya memberi informasi kepada orang
lain. Kemudian juga andil besar ya dalam memberi tahu, misalnya ada kereta api baru
yang diresmikan. Nah, itu kan yang menginformasikan lewat vlog misalnya, lewat
facebook bisa, twitter bisa.”
P: “Berarti kalau Mas Garda bosen gitu, tetap tentang kereta api tapi mengangkat hal
lain ya?”
I: “Iya! Nggak mesti tentang perjalanan.”
P: “Mas Garda katanya kan tergabung juga dengan komunitas ya? Itu masih sampai
sekarang?”
I: “Masih…”
P: “Udah berapa lama tuh Mas ikut komunitas?”
I: “Kalau komunitas kami itu dibentuk pada 2009. Itu komunitas Spoorlimo namanya.
Itu komunitas di Daop V yang dibentuk dari 2009. Salah satu komunitas di Daop V.
Nah itu kami komunitas paling resmi yang ada di Daop V.”
P: “Oh resmi mas?”
I: “Iya… Jadi, pembentukan itu direstui dan diresmikan oleh Pembimbing kami,
Pembina kami selaku Humas Daop V Purwokerto.”
P: “Jadi itu memang dari PT KAI Daop V-nya sendiri ya?”
I: “Ya…Jadi, sekarang pegawai-pegawai yang di Daop V Purwokerto ya ada lah yang
tahu…. Pecinta kereta api di sini itu Spoorlimo.”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
P: “Oke… Alasannya bergabung dengan komunitas apa mas?”
I: “Ya itu mengembangkan hobi.”
P: “Selain itu?”
I: “Menambah teman, menambah pengalaman, terus… apa ya? Nambah… keceriaan
aja… Kalau kita lagi bosan, lagi di rumah, ya kita ngumpul-ngumpul lah kayak gini
kita lah… Berbincang-bincang, diskusi, segala macem. Kalau nggak ada komunitas
kan mau diskusi sama siapa?”
P: “Berarti Mas Garda itu lebih seneng yang kayak ngumpul-ngumpul bareng gitu
ya?”
I: “Iya! Lebih ngumpul-ngumpul lah… Hidup itu have fun, jangan dibuat ribet
hehehe…”
P: “Jadi kalau misalnya mau hunting juga, ada temennya gitu ya mas?”
I: “Iya, jelas…. Eh, tapi nggak juga sih! Kalau hunting dan nggak ada temen ya
hunting sendiri hehehe…”
P: “Itu nggak masalah?”
I: “Nggak masalah… selama ada transportnya nggak masalah.”
P: “Oke…. Sebagai railfans atau pecinta kereta api, orang seperti apa yang menurut
Mas Garda bisa dikategorikan atau disebut sebagai seorang pecinta kereta api?”
I: “Orang seperti apa? Yang jelas suka kereta api. Suka kereta api itu nggak mesti
harus naik kereta. Misalnya, rumah di sebelah rel, suka lihatin kereta api, lama-lama
hafal jadwalnya. Terus, menjaga kereta api supaya tidak ada pelemparan batu atau
pengganjelan rel atau vandalisme segala macem. Menurut saya itu yang jadi railfans.
Jadi, railfans itu nggak harus naik kereta api, nggak mesti punya kamera, yang
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
penting dia bisa menjaga kereta api agar tetap aman dalam perjalanan. Kuncinya suka
kereta api ya.”
P: “Nggak harus hobi foto-foto atau hunting kereta ya mas?”
I: “Nggak. Karena ya itu istilahnya kebutuhan tambahan aja ya menurutku sih.
Karena ya itu kan pasti ada materi ya, ada dana segala macem. Nggak menuntut harus
punya kamera. “
P: “Yang penting intinya, kuncinya…”
I: “Ya seneng kereta api aja.”
P: “Boleh cerita sedikit nggak Mas Garda, apa yang Mas Garda tahu tentang vlog?”
I: “Tentang vlog? Hehehe… Gini mas, vlog itu saya baru eksis itu ya baru tahun
kemarin sebenernya, tahun 2016 kemarin. Kalau nggak salah ya jelang akhir 2016.
Agustus atau September. Jadi gini, saya sering buka YouTube, sering lihat-lihat orang
bikin vlog, terinspirasi dari satu YouTubers. Dia itu, udah sering nge-vlog, tapi bukan
kereta api sih. Macem-macem ya. Itu kok kayaknya hidupnya tuh enjoy sekali? Slow
banget… Istilahnya hidupnya itu santai sekali ya. Terus juga saya lihat viewers dari
YouTube-nya itu kok jadi banyak banget? Kok kayaknya vlog itu menurut saya ya
kunci untuk menarik pemirsa itu? Nah, jadinya 2016 akhir itu saya coba bikin vlog
pertama kali ya responnya Puji Tuhan Alhamdulillah responnya lumayan. Ya
itu…jadinya pertama kali coba itu masih malu-malu… tapi ya lama-lama terbiasa ya
nyantai aja gitu… Dan ternyata tanggapan dari viewers itu juga positif-positif. Mas,
ayo naik kereta ini, naik kereta itu! Malah request gitu… Semakin lah, semakin enjoy
nge-vlog lah… soalnya ya respon dari penontonnya juga banyak sih…”
P: “Pertama kali nge-vlog itu pas naik KA apa tuh mas?”
I: “Resminya pertama kali nge-vlog itu saya dari Bandung. Itu naik Argo
Parahyangan. Itu pertama kali nge-vlog itu. Masih bisa dilihat itu vlog pertama.
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
Kalau mau lihat vlog pertama kan namanya Masda Vlog itu, MasDa Vlog nomor 1
itu Argo Parahyangan. Itu pertama kalinya… “
P: “Jadi sekarang itu kalau bikin trip report selalu dalam bentuk vlog ya mas?”
I: “Ya…. Nggak mesti sih… Tergantung… Ada short clip segala macem. Nggak
mesti vlog sih… tergantung mood aja sih mas… Kalau keretanya rame ya nggak nge-
vlog. Jadi kalau saya ngevlognya pas lagi sepi aja. Juga ada rasa gimana ya? Nggak
enak sama penumpang lain. Terlalu mengganggu lah… Kalau keretanya pas lagi sepi
aja.”
P: “Vloggers di YouTube yang Mas Garda ketahui siapa gitu mas? Nggak harus yang
tentang kereta ya, yang umum juga bisa.”
I: “Ya… Kalau saya lebih mengetahui yang kereta ya. Teman-teman saya sendiri
ya… Misal Mas Dhannie Setiawan, Mas Risang Anggara, Mas Andriawan Pratikto,
itu guru-guru saya di bidang YouTube. Jadi, ya kebetulan saya kenal baik. Jadi, kalau
misalnya ketemu kita saling diskusi nih gimana caranya meningkatkan viewers,
gimana caranya meningkatkan konten video kita, gimana sih? Apa yang harus kita
lakukan? Variasi apa yang harus kita lakukan untuk menarik penonton di vlog? Nah
itu aja sih… Kalau vlogger lain ya mungkin yang terkenal ya? Raditya Dika, atau
siapa… Siapa lagi sih?”
P: “Chandra Liow?”
I: “Ya itu… Hahaha… Saya nggak begitu memantau lah… Kalau saya lihat di
YouTube paling video-video kereta api ya terutama. Dilihat untuk apa ya? Cari
inspirasi… Misalnya, beliau bisa mengedit seperti ini kenapa saya nggak? Ya beda
motivasi aja supaya bisa mengikuti gitu aja…”
P: “Oke oke… Berarti Mas Garda ini sudah memilih untuk konsisten nge-vlog ya
sampai sekarang?”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
I: “Ya konsiten… Ya itu tadi, konsisten itu nggak mesti harus nge-vlog terus kan?
Jadi, suka nge-vlog tapi nggak menjadikan nge-vlog itu sebagai kebutuhan gitu. Jadi
ya tergantung situasi dan kondisi aja. Kereta penuh ya nggak nge-vlog lah ya… santai
aja… Ya kalau kondisinya memungkinkan untuk nge-vlog, ya nge-vlog.”
P: “Kalau nge-vlog gitu pakai alatnya apa mas?”
I : “ Saya sih alatnya cukup simple ya. Kamera Bpro… Kamera kecil gitu, kayak
kamera action cam gitu, itu aja belinya waktu itu belum lama. Jadi ya… tahun
kemarin lah pokoknya belinya… kalau sebelum punya kamera itu, jarang sekali
bahkan belum pernah soalnya kameranya nggak mumpuni juga. Semenjak itu lah jadi
sering nge-vlog.”
P: “Sebelum nge-vlog apakah ada persiapan khusus gitu nggak mas?”
I: “Nggak. Mengalir. Ya spontan. Paling persiapan khususnya ya kameranya di-
charge. Sama bawa tongsis segala macem. Nggak ada persiapan nyiapin dialog segala
macem. Semua mengalir aja. Apa yang ada di pikiran ya ucapin aja. Ya ucapannya itu
yang positif ya.”
P: “Menurut Mas Garda sendiri, apakah dengan nge-vlog itu sudah memuaskan hasrat
Mas Garda terhadap kereta api?”
I: “Belum. Soalnya kepuasan itu nggak ada ujungnya kan? Jadi sampai titik ini sih
belum pernah puas. Pasti masih ada yang bisa perlu belajar lagi dan belajar lagi. Ya
itu… Kepuasan nggak ada ujungnya. Bagi saya, sampai sekarang belum puas.
Optimis lah, masih bisa menghasilkan lebih bagus. Belum puas saya. Masih banyak
yang perlu dipelajari dulu. Saya kan juga belum lama jadi vlogger itu.”
P: “Tapi kontennya udah banyak tuh? Hahaha…”
I: “Hahahaha… Ya… Begitulah… Hehehe…”
P: “Ya kan mas? Udah banyak itu… Udah ada berapa sih mas sekarang itu?”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
I: “Kalau yang resminya, vlog itu udah 25. Kalau nggak salah terakhir itu.”
P: “Terakhir nge-vlog apa?”
I: “Terakhir itu yang naik Argo Jati ya yang dari Cirebon ke Jakarta. Ya… dua
minggu kemarin.”
P: “Kalau nge-vlog itu kayak dijadwalin gitu nggak sih? Terutama dalam meng-
upload ke YouTube.”
I: “Nggak. Se-slow-nya, se-selonya, sesantainya aja. Kalau misalnya santai, kurang
kerjaan, kita ngedit. Terus uploadnya ya kalau jaringannya cepat segala macem. Ya
sesantainya aja… Ini aja ada satu video yang kemarin dari Jakarta, belum saya
upload, udah dua minggu. Karena belum ada waktu sebenernya. Sama jaringannya
juga sih… Masih sebatas rendering.”
P: “Berarti memang nggak ada yang misalnya jadwalin hari khusus gitu ya?”
I: “Nggak… Seselownya aja. Nggak terlalu ketat seperti itu. Santai aja…”
P: “Kalau dibandingkan dengan railfans vloggers lainnya, apa sih kelebihan vlog-nya
Mas Garda?”
I: “Nggak ada hehehe… Nggak ada kelebihannya.”
P: “Kalau misalnya boleh ngomong gitu mas, ya keistimewaannya deh.”
I: “Keistimewaan, apa ya keistimewaan? Apa ya? Ya mungkin orang lain ya yang
bisa menilai ya? Bukan diri saya sendiri. Kalau diri saya sendiri sih menilai nggak
ada keistimewaan karena saya itu ya berawal mula dari vlogger-vlogger yang lain,
jadi videonya ya mirip-mirip sama mereka-mereka itu. Saya juga belum menemukan
variasi yang cocok untuk diri saya sendiri. Kekhasannya aku itu apa, belum…Ya
ngikutin aja lah mas, ngikutin orang-orang misalnya mereka yang sudah lama aktif di
bidang vlog ya. Keistimewaannya bisa ditanyakan kepada penonton-penonton saya
mungkin ya? Hehehe… Kalau menurut saya belum ada, masih biasa-biasa saja.”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
P: “Mas Garda belum menemukan Oh Ini Loh kekhasanku?”
I: “Kekhasanku itu belum. Sampai sekarang belum. Nggak tahu itu… belum ada
pencerahan mungkin ya… Mungkin muncul besok atau kapan ya nggak tahu… “
P: “Lalu, dengan Mas Garda memilih konten kereta api, vlog ini untuk di YouTube-
nya, apakah sudah tepat atau belum? Atau mungkin ingin mencoba yang selain kereta
api?”
I: “Kalau untuk urusan hobi itu, saya kira sudah tepat. Cuma isi channel YouTube
saya itu nggak mesti tentang kereta api. Ada juga yang misalnya naik gunung, touring
segala macem, saya tuangkan di dalamnya. Saya kan juga aktif di gereja, kegiatan-
kegiatan saya di gereja bersama teman-teman saya itu juga saya muat di vlog. Jadi,
nggak Cuma dan semuanya isinya tentang kereta api. Ada kegiatan-kegiatan yang
lain. Tapi kalau untuk urusan hobi, saya kira sudah tepat ya.”
P: “Terus Mas Garda sendiri memahami dan memaknai aktivitas vlogging Mas Garda
ini sebagai apa sih?”
I: “Sebagai apa ya? Yang pasti bukan sebagai suatu kewajiban. Sebagai ya
kesenangan aja lah, hobi aja lah. Hobi nge-vlog aja. Bukan suatu hal yang harus ada
gitu. Sebagai ya… pengisi waktu luang aja sih. Kalau misalnya kita melakukan
perjalanan, kita berbagi. Ini loh, perjalanan saya. Ini loh kereta saya tepat waktu,
kereta saya terlambat, kereta saya bagus seperti ini. Itu ya dituangkan dalam vlog.
Istilahnya berbagi aja… Sebagai kesenangan aja…”
P: “Nggak yang pengen eksis dikenal banyak orang gitu mas?”
I: “Nggak ada mas, nggak ada. Saya nggak pernah yang kayak pengen eksis. Terkenal
aja enggak. Lha wong, saya aja ke Jatinegara ketemu banyak railfans di situ nggak
ada yang kenal saya? Jadi saya kan nggak terkenal hehehe… Biasa aja… saya nggak
mencari keeksisan karena nggak ada gunanya cari eksis. Eksis itu datengnya
belakangan. Kita mengerjakan sesuatu yang positif ya bakal dikenal nanti. Jadi, eksis
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
itu menurut saya ya melakukan hal positif, berbagi dengan orang lain, dan eksis itu
datangnya belakangan.”
P: “Bonus gitu?”
I: “Ya, sebagai bonus aja. Bukan sebagai suatu kebutuhan untuk eksis. Saya nggak
dikenal nggak apa-apa, yang penting saya bisa menyalurkan kesenangan saya. Eksis
juga nggak dapet hadiah kan? Makanya, biasa aja.”
P: “Jadi ya memang karena senangn menjalaninya aja ya mas?”
I: “Iya, bukan saya harus dikenal. Saya bukan artis kok hehehe… Saya orang biasa-
biasa aja.”
P: “Selama Mas Garda nge-vlog dan menjadi seorang railfans, adakah pengalaman
unik gitu? Apalagi misalnya pengalaman yang akhirnya untuk selalu nge-vlog dan
tetap menjadi seorang railfans.”
I: “Kalau yang unik itu, pertama saya nge-vlog itu ternyata responnya itu banyak jadi
banyak yang request dan membuat saya betah. Kalau pengalaman lain misalnya yang
menyedihkan gitu sih nggak ada sih… Paling uangnya aja yang habis hehehe… tapi
ya itu bukan merupakan suatu hal yang menyedihkan lah.”
P: “Kalau misalnya pengalaman selama melakukan perjalanan dengan kereta api gitu
mas? Adakah yang unik dan berkesan?”
I: “Puji Tuhan sih kalau yang berkesan sih banyak. Tapi, kalau yang berkesan yang
negatif itu saya rasa belum ada sih. Belum ada yang istilahnya membuat
menyedihkan gitu. Ya mungkin pengalaman yang pernah saya dengar dari teman-
teman juga ya misal pas kita nge-vlog itu ditegur, tapi puji Tuhan Alhamdulillah saya
belum pernah sih. Ya jangan sampai lah… Karena yang menyedihkan itu pasti
terngiang-ngiang terus. Bisa memupus motivasi ya. Jangan sampe lah…”
P: “Tapi ada nggak mas kayak satu gitu pengalaman mas?”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
I: “Apa ya? Ohhh… Ketemu subscriber! Jadi gini, pernah sih satu kali. Saya posko di
Stasiun Purwokerto, jadi CSM kayak masnya. Itu saya lagi dinas di lobi, di bagian
cetak tiket mandiri. Atau CIM ya, Check-In Mandiri. Lha itu nggak tahu ada orang,
nyapa, Mas Garda ya? Iya. Maaf, siapa ya? Ya, saya dari Jakarta, namanya ini. Loh,
kok mas tahu saya? Masnya yang sering nge-vlog di YouTube kan? Saya suka nonton
videonya mas. Oh… gitu… Tontonin terus ya! Itu sih… Ketemu subscriber, yang
pernah menyapa saya, di luar railfans atau railfans, saya belum tahu ya. Baru pertama
kali ditegur sih. Kalau misalnya ketemu sama temen-temen yang udah pernah ketemu
ya biasa aja.”
P: “Gimana mas rasanya?”
I: “Kaget! Nggak nyangka aja gitu! Video jelek kok ditontonin? Kan aneh kan?
Hehehehe…. Nggak nyangka aja. Ada juga ya mau nonton video saya. Ya itu
merupakan suatu hadiah lah. Puji Tuhan, video saya ditonton banyak orang. Kan juga
sedih ya kalau kita udah nge-vlog, kayaknya kalau kita udah nge-vlog lalu yang
nonton nggak banyak, atensinya nggak banyak kan kayaknya gimana gitu? Kayaknya
nggak cocok dijalanin. Itulah hadiah, pengalaman saya.”
P: “Kalau misalnya pengalaman kayak hunting foto atau video ke suatu tempat
misalnya seperti terkesan dengan keindahannya atau butuh perjuangan gitu ada mas?”
I: “Hunting butuh perjuangan? Pasti ada! Kalau di Daop V, di Purwokerto ini, untuk
masalah hunting kereta api itu kan konturnya berbukit-bukit, banyak gunungnya.
Nah, untuk menghasilkan foto yang bagus itu pasti kan harus ada perjuangan ya?
Kalau di Daop V ya ini perjuangannya sampai naik gunung, dari bawah sampai ke
atas setengah jam, naik, mendaki dulu, jalan kaki. Begitu sampai atas, kita dapet
hadiahnya. Hadiahnya pemandangan yang bagus, kereta apinya lewat, difoto, itu
bagus sekali. Takjub! Perjuangan dulu, naik, turun, di atas baru Anda tahu sendiri.
Viewnya bagus, Puas gitu!”
P: “Walaupun susah gitu?”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
I: “Ya, susah, tapi pasti ada jalan ya. Pernah waktu itu buka jalan. Jadi kita, hutan
belantara itu ya buka jalan. Pohon-pohonnya disingkirin, nembus alang-alang,
rumput-rumput gitu ya. Perjuangan. Pasti ada perjuangan. Tapi, hasilnya sampai di
atas Anda sendiri juga puas melihat. Oh viewnya bagus banget, ada kereta, ada
sungai, ada sawah, keren! Perjuangannya seperti itu, di Daop V ya…”
P: “Kalau hunting sendiri udah nyampe mana mas?”
I: “Hunting kereta api sendiri? Paling jauh ya? Paling jauh ke barat, itu sampai Maja.
Kalau ke timur, itu Sidoarjo, Surabaya. Kalau selatan, Malang. Itu sih, belum pernah
ke luar Jawa sih. Cita-cita saya ke Divre sebenarnya. Cuma, masih menunggu waktu
yang tepat ke sana. Belum pernah saya.”
P: “Semoga ya mas.”
I: “Amin hehehe… Amin… soalnya di Divre itu, banyak orang bilang lengkap
lokonya di sana kan? Mulai dari CC 201 sampai CC 206 ada semua. Banyak teman
yang ke sana juga jadi ya kapan-kapan lah… Cuma harus menyiapkan banyak dana,
banyak waktu, segala macemnya. Itu belum kesampean. Baru dalam pulau aja dulu.”
P: “Oke sip sip… Lalu, Mas Garda sendiri sering berinteraksi dan berkomunikasi
dengan siapa saja dalam kesehariannya?”
I: “Sama semuanya. Semuanya. Jelas komunikasi dengan semuanya. Siapapun,
seperti saya dan Anda. Siapapun yang bisa menciptakan motivasi yang bagus atau
memberi panutan yang bagus, saya pasti komunikasi dan interaksi. Nggak terpaku
pada satu orang.”
P: “Nggak harus sehobi?”
I: “Nggak harus sehobi. Misalnya ada yang suka hobi bus misalnya ya. Ya
komunikasi aja biasa, ngomong-ngomong biasa, tetap diskusi biasa. Asal yang
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
mereka asyik, kita asyik. Karena sama-sama asyik kan jadinya enak. Kalau mereka
nggak asyik, ya udah kita komunikasi aja Cuma nggak terlalu intens ya.”
P: “Mas Garda sendiri sering berinteraksi dengan yang sesama railfans gitu nggak?”
I: “Iya, sering. Jelas sering.”
P: “Ketemuan gitu atau via apa mas?”
I: “Ketemuan sih nggak terlalu sering, Cuma di WhatsApp kita aktif berdiskusi.
Mendiskusikan kereta api ini, itu, segala macem, di Whats App. Kalau ketemuan ya
paling saat hari libur aja. Hari libur, lagi selow, ayo kita ke mana! Ayo kita ke Jogja
rame-rame! Ayok!”
P: “Lalu ini mas, railfans kan suka hunting foto dan video kereta terutama ke lokasi
yang eksotis serta susah dijangkau. Kadang sampai rela berlama-lama dan panas-
panasan demi satu atau beberapa kereta api aja. Nah, apa sih yang membuat seorang
pecinta kereta api melakukan hal demikian? Bahkan kadang sampai dianggap kurang
kerjaan atau aneh.”
I: “Dasar kecintaan. Karena hobi itu kan nggak semuanya sama. Jadi ya silakan yang
memandang kita aneh atau apa. Yang penting positif. Hobi kereta itu kan positif,
nggak merugikan orang lain, nggak merugikan diri sendiri. Saya kira ya lakukan aja
selama itu positif. Biarpun ada orang berkata apa ya nggak usah didengerin. Dasar
kecintaan ya terutama.”
P: “Karena cinta jadi rela berkorban gitu ya mas?”
I: “Iya! Karena suka. Ya itu karena suka, ibarat Anda suka sama orang lain, cewek, ya
udah. Anda rela melakukan apa saja demi dia kan? Nah…. Sama saja antara railfans
dengan kereta api. Atas dasar cinta itu, mereka selalu ya walau ada tantangan ya
jalan… Nanjak bukit, nanjak gunung ya jalan. Asal bisa lihat kereta api.”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
P: “Mas Garda sendiri seringkah dianggap aneh oleh orang-orang yang dekat atau
kenal dengan Mas?”
I: “ Temen Sekolah, temen SMA itu! Banyak yang dulu bilang seperti itu. Saya
masuk SMA kelas I itu banyak yang bilang Kereta ngapain difotoin? Ya suka-suka
aku. Urusannya apa gitu hahaha… Kamu kan juga nggak rugi kan? Tapi lambat laun
mereka mengerti. Kelas III juga udah tahu aku suka kereta ya udah… biasa aja. Garda
besok mau nge-trip ke mana gitu segala macem. Mereka tahu.”
P: “Kalau orang tua? Keluarga mendukung mas?”
I: “Mendukung selama itu positif. Soalnya orang tua saya juga kalau ke mana-mana
naik kereta, tanyanya mesti ke saya hehe… misalnya Ayah saya mau ke Surabaya
atau ke Jakarta, pasti tanya kereta apa gitu.”
P: “Berarti Mas Garda sendiri sering ditanya sama orang-orang awam gitu tentang
kereta api?”
I: “Iya! Iya! Saya membuka hmmm… Bukan membuka ya istilahnya. Saya
menawarkan diri untuk kalau mau tanya apa saja tentang kereta, bisa lewat saya.
Guru di SMA saya itu semua sudah tahu kalau mau pesen tiket pasti ke saya. Saya
bantu. Ya… Itu lah… Dijalani saja dengan santai. Seneng lah! Ada yang percaya
gitu. Teman, teman gereja juga banyak yang minta tolong pesenin tiket. Ya
membantu orang lain kan juga dapet pahala.”
P: “Nggak merasa direpotkan gitu?”
I: “Nggak, biasa aja.”
P: “Karena memang seneng?”
I: “Ya kalau saya lagi repot ya bilang jujur, nggak bisa. Maaf, misalnya saya lagi di
luar kota gitu… Oh, ya udah, nggak apa-apa. Jujur kan apa salahnya kan? Jujur kan
pasti mereka mengerti. Garda lagi nggak di rumah, lagi nggak pegang komputer.
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
Yang penting jujur aja sih. Jujur itu nggak ada ruginya. Malah bagus, menurut saya
loh.”
P: “Menurut Mas Garda, konten video yang disajikan oleh Mas Garda itu sudah
memberikan manfaat gitu nggak sih? Selain untuk Mas Garda sendiri, lalu manfaat
buat orang lain gitu yang menonton?”
I: “Saya kira iya. Saya pernah satu kali dalam video saya, itu tentang cara pemesanan
tiket lewat KAI Access. Itu saya coba bagikan, dan puji Tuhan Alhamdulillah, dari
komen-komen yang ada di YouTube saya itu mereka semua merasa terbantu.
Makasih mas, sudah dikasih tahu caranya. Saya kira ada manfaatnya itu sih. Kalau
yang vlog, mungkin sedikit manfaatnya tapi kita lebih ke yang berbagi aja. Ya
mungkin ada manfaatnya, misal jadi tahu harga tiketnya. Saya kan mesti sebutin
harga tiketnya sekian, misal Cilacap-Purwokerto naik Purwojaya harganya
Rp30.000,00. Kan jadi tahu kan? Lho kok bisa mas Rp30.000,00? Manfaatnya
memberi tahu juga ya tentang misalnya tarif parsial. Atau dari Purwokerto ke Jogja, 2
jam sebelum keberangkatan, tarifnya jadi murah. Nah, itu kan kalau nggak ada yang
mempromosikan lewat vlog, lewat mana lagi? Saya kira ada manfaatnya sih.”
P: “Yang tahu itu kebanyakan railfans atau orang awam mas?”
I: “Menurut saya, railfans yang lebih tahu. Kalau orang awam malah pasif ya
mengetahui hal seperti itu. Kalau saya lihat dari operator sendiri, itu promosinya saya
kira masih kurang. Hanya sebatas di media sosial. Kan orang-orang itu banyak yang
nonton YouTube. Nah, kereta api kan juga kayaknya belum ada yang promosi tarif
parsial yang murah itu. Nah, itu membantu kereta api mempromosikan lewat
YouTube, ini loh ada tarif murah. Kereta Api kan juga terbantu jadi laris terjual
habis.”
P: “Jadi nggak Cuma terbatas pada railfans saja manfaatnya, tetapi juga kepada orang
awam ya mas?”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
I: “Iya, Jelas! Soalnya ya teman-teman saya jadi ngerti kan dengan melihat vlog saya.
Oh Purwokerto-Jogja itu ada tarif murahnya ya? Itu manfaat… seneng kan memberi
manfaat?”
P: “Lalu, apakah Mas Garda juga menggemari transportasi lain atau benar-benar suka
sama kereta api aja?”
I: “Nggak terlalu fokus ke yang lain sih sebetulnya hehehe… Ya naik bus, naik bus
aja. Biasa aja. Nggak terlalu ngefans sama yang lain sih. Ya ya paling ngefans sih
kereta api. Bukan nggak ada yang lain, tapi biasa aja.”
P: “Berarti yang bener-bener suka dan ngefans masih tetap kereta api ya mas?”
I: “Iya. Kereta api.”
P: “Lalu cara Mas Garda memperkenalkan kecintaan Mas Garda terhadap kereta api
kepada orang-orang sekitar gimana tuh? Selain bikin vlog atau video gitu?”
I: “Hmmm… Gimana ya? Syaa bercerita aja gini… Di SMA, dulu kebetulan SMA
saya itu letaknya di pinggir rel kereta api. Kelas X tuh, lha itu kan belum ada yang
tahu karena saya SD-SMP itu di Yayasan jadi satu, jadinya udah pada tahu lah saya
suka kereta api. Pas SMA itu, saya pindah sekolah ke SMA negeri. Itu semua orang
masih baru, belum pada kenal, belum tahu nih kalau aku suka kereta. Pertama kali
biar tahu kalau saya itu suka sama kereta api ya itu tadi. SMA saya kan pinggir rel
kereta api, jelas to railfans kan pasti mau motret kereta ya. Berangkat sekolah, saya
bawa kamera. Motret lah itu dari dalam kelas. Nah, ditanya… Gar, kamu ngapain
foto-foto kereta api? Iya dipotret, aku kan suka kereta api. Jadi kan mereka jadi tahu.
Aku bawa kamera ke stasiun itu mungkin jadi pada tahu. Guru-guru juga gitu…
Sempet kan dulu SMA saya tuh peraturannya nggak boleh membawa handphone ke
sekolah, saya bawa kamera nih. Sempat disita nih. Terus saya tanya, kenapa disita?
Nggak boleh bawa ke sekolah. Coba Anda lihat peraturannya, ada nggak gak boleh
bawa kamera? Oh ya, nggak ada mas. Hehehehe… Loh, kok bawa kamera mas? Buat
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
motret kereta api pak, bu. Oh, masnya suka kereta api ya? Iya… Jadinya pada tahu
deh hehehe… Gitu ceritanya… Unik ya? True story itu…”
P: “Unik mas hehehe… Di sekolah gitu hehehe…”
I: “Iya, di sekolah liat dan fotoin kereta api.”
P: “Nah itu kan berarti semacam cara pertama ya mas? Kalau cara lain ada tidak
mas?”
I: “Cara yang lain? Oh ya! Jadi, waktu saya SMA itu juga bertepatan peresmian KA
Kamandaka. Saya sama komunitas ini dipasrahin membagikan brosur promosi mau
ada kereta baru, Kamandaka. Itu saya bagikan ke temen-temen, guru kelas semua.
Jadi, pada tahu. Masnya suka kereta api ya? Iya… Masnya kerja di kereta api nggak?
Nggak, Cuma sebagai pecinta kereta api aja. Ini bu, kalau Ibu mau ke Semarang, ada
kereta api baru. Oh ya mas, terima kasih. Cara lain itu mungkin ya, dengan
membagikan brosur kereta api perdana lalu jadi tahu oh, seneng kereta api?”
P: “Kalau mengajak teman yang awam naik kereta api pernah nggak mas?”
I: “Temen yang awam naik kereta? Belum pernah…”
P: “Ada kepikiran juga nggak mas ngajakin teman yang awam untuk naik kereta
api?”
I: “Kepikiran juga sih… Ya mengenalkan kereta api lah kan kalau naik mobil terus
bosen. Coba naik kereta api.”
P: “Lalu dengan membuat vlog kereta api itu Mas Garda sudah merasa menjadi
railfans yang luar biasa belum?”
I: “Belum. Orang biasa aja. Nggak terkenal saya mah hehehe… Nggak kok, saya
merasa biasa aja. Kalau ada yang bilang hebat ya itu terserah mereka. Itu bebas.
Nggak menutup komentar-komentar bagus juga. Ya mungkin bisa ditanyakan ke
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
yang melihat video saya. Kalau saya yang menilai video saya sendiri, kayaknya
nggak asyik. Mungkin lebih afdolnya, ditanyakan kepada yang menonton.”
P: “Lalu, misalnya ada railfans yang nggak pernah hunting foto atau video kereta
gitu, bagaimana pendapat Mas Garda terhadap sosok railfans yang seperti itu?
Apakah railfans harus hunting foto dan video kereta api? Lalu dengan yang kurang
paham akan seluk beluk kereta api. Apakah layak nggak sih menjadi pecinta kereta
api?”
I: “Layak aja. Kuncinya layak atau enggak itu apa? Hehehe… patokannya nggak ada
kan? Ya yang nggak tahu, dikasih tahu. Bukan malah ditegur, tapi dikasih tahu.
Nggak tahu tentang lokomotif serinya berapa, ya dikasih tahu. Nggak pernah
trekking, ya diajak trekking. Nggak pernah hunting, ya diajak hunting. Gitu aja sih.
Simple menurut aku.”
P: “Kalau misalnya menemukan sosok yang seperti itu, akan melakukan hal seperti
yang Mas Garda katakan?”
I: “Ya selama kondisi mendukung, mampu, ya ayo aja. Ruginya apa buat kita? Nggak
ada toh? Mengajarkan sesuatu ke orang lain itu kan baik.”
P: “Kemudian, jika Mas Garda sudah bosan dan sangat jenuh dengan aktivitas
sebagai railfans dan vloggers, apakah akan berhenti menjalani kegemaran ini nggak?
Misalnya suatu saat semua sudah dijelajahi, bakal berhenti nggak?”
I: “Belum pernah mikir seperti itu. Belum pernah tahu efeknya sepeti apa… Tapi
sampai sekarang belum merasa jenuh. Kalau mau disuruh menjawab seperti itu ya
belum bisa menjawab soalnya saya belum pernah mengalami dan ya susah untuk
mikirnya sih. Ya paling kalau udah bosen dan jenuh ya paling Cuma lihat-lihat lah di
Facebook aja. Nggak usah nge-vlog, nonton video kereta orang lain di YouTube. Itu
aja. Kalau apa yang mau dilakukan setelah jenuh, belum tahu.”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
P: “Lalu, mengapa Mas Garda ini memilih vlog dan YouTube sebagai media untuk
menyampaikan kecintaan Mas Garda terhadap kereta api kepada orang-orang?”
I: “Ya itu mas tadi. Dari awalnya nge-vlog itu kan ikut-ikutan, sebagai dasar ikut-
ikut. Ya saya ikut-ikut lah, upload aja di YouTube. Terus saya denger, bisa
dimonetisasi dan bisa menghasilkan uang ya….bagus lah. Pas sekalian, kalau
misalnya yang nonton banyak, cona-coba lah. Kan bisa cair. Kalau misalnya yang
nonton nggak banyak, ya udah nggak apa-apa. Ikutan aja. Ya pada upload di
YouTube, ikutan. Penasaran, gimana sih responnya? Ya Puji Tuhan lah sampai
sekarang responnya positif-positif aja.”
P: “Pernah nggak sih mas ditanya sama orang, nanti kerjanya bakal kerja di kereta api
ya soalnya suka sama kereta api? Kan kadang orang awam menganggap kalau yang
pecinta kereta api itu pasti nanti akan bekerja di PT Kereta Api Indonesia atau PT
KAI. Lalu apakah Mas Garda juga pernah terlintas untuk bekerja di PT KAI?”
I: “Sering. Banyak yang bilang, sering. Bilangnya, Mas kamu kerja di KAI aja sana.
Kamu kan udah pro banget kayaknya, segala tentang kereta itu pasti tahu. Ya
dijawabnya ketawa aja… doakan… Memang dulu kan cita-citanya saya dari kecil itu
kan dulunya jadi masinis, dulu. Lambat laun, mengenal yang namanya PPKA, beralih
ke PPKA. Beralih lagi ke PK-OC, pusat pengendali. Terus, lambat laun sekarang ini
banyak tahu kan? Oh, masuk ke situ syaratnya gimana, jadi nggak ada dorongan lagi.
Jadi nggak terlalu minat lagi. Ya karena dalamnya udah tahu sih kerjanya seperti apa.
Menuntut ini, itu dan aku nyadar sendiri. Jadi kayaknya saya belum siap akan hal ini
jadi saya belum termotivasi untuk kerja di KAI lagi. Ya mungkin, kalau kesempatan
itu ada ya ambil. Cuma sampe sekarang belum terlalu yang aku harus masuk kereta
api sih belum. Paling kalau kerja di kereta api ya itu kita pas lebaran, natal tahun
baru, sebagai Customer Service Mobile. Customer Service Mobile kan juga termasuk
pegawai kereta api, tapi kan pegawai kereta api saat waktu tertentu. Itu aja udah
seneng kok.”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
P: “Udah seneng ya? Yang penting bisa lihat kereta api?”
I: “Iya hehehe… kalau saya sih apapun yang penting bisa lihat kereta! Hehehe…”
P: “Lalu, adakah rencana untuk mengenalkan kecintaan ini kepada anak cucu? Harus
diturunkan tidak kecintaan terhadap KA ini kepada anak cucu?”
I: “Ya dikenalkan, dikenalkan kan nggak ada ruginya, nggak ada kekurangan, nggak
ada negatifnya. Tapi kalau misalkan harus suka kereta api ya itu terserah mereka
lah… Nggak terlalu menuntut.”
P: “Tetap memperkenalkan ya?”
I: “Ya… kayak ini loh dulu… Ini loh nak, dulu Papa suka naik kereta api. Tapi,
nuntut anak saya untuk suka kereta api sih nggak, itu terserah mereka.”
P: “Oke oke… Ada saran atau kritik untuk sesama vloggers yang sesama railfans
dalam menjaga dan meningkatkan kualitas konten mereka?”
I: “Terus semangat, terus berkarya, jangan berhenti berkarya! Kalau kritik sih nggak
ada. Mungkin ya selama kamu fokus di satu titik, fokuslah terus! Semakin
mengembangkan konten video kalian, jangan menyerah, jangan putus asa! Tetap
ditunggu hasil-hasil yang terbaik.”
P: “Kalau untuk yang railfans sendiri, yang nggak ngevlog dan nggak bikin video,
ada saran atau kritik?”
I: “Tetaplah cinta kereta api, jagalah kereta api dari vandalisme, pelemparan batu,
pengganjalan rel, dan rawatlah kereta api! Itu saya kira sudah termasuk cara menjaga
kereta api, nggak mesti harus memotret, nggak mesti merekam, nggak mesti jadi
vlogger, yang penting cintailah kereta api seperti kamu mencintai dirimu sendiri.”
P: “Kemudian, apa harapan Mas Garda untuk aktivitas Mas Garda sebagai railfans
dan vloggers ini, terutama dalam hal konten video dan kegiatan railfans?”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
I: “Ditunggu video-video yang paling bagus, yang paling spektakuler, yang membuat
penasaran, itu yang ditunggu selalu. Soalnya, tanpa adanya kalian ya saya bukan apa-
apa. Saya belajar dari kalian. Ditunggu lah hasil-hasil dari kalian.”
P: “Lalu harapan Mas Gardanya sendiri?”
I: “Ya semoga saya bisa semakin mengembangkan video-video, semoga tetap eksis,
ya…semoga hidup saya baik-baik saja. YouTube-nya jalan baik, kehidupannya jalan
baik, suka kereta apinya jalan terus. Ya itu harapan-harapan saya. Nggak terlalu yang
muluk-muluk, yang penting yang bahagia semoga tercapai.”
P: “Rencana dan mimpi yang ingin diwujudkan sebagai railfans dan vloggers?”
I: “Mimpi ya? Saya nggak ada mimpi ke luar negeri mas soalnya ekonomi juga tidak
terlalu baik, bukan yang menengah atas lah… Ya mimpi saya ya… semoga yang
positif-positif aja lah… Kalau bisa ya trip seluruh kereta di Indonesia. Semoga kalau
ada waktu, ada rezeki, bisa lah… semua kereta di pulau Jawa atau di pulau Sumatera
kita naikin. Kalau mimpi sampai luar negeri, nggak pernah mimpi sampai seperti itu.”
P: “Tapi kalau ada dan dikasih kesempatan?”
I: “Wahhhhhh…. Siapa yang nolak? Hahahaha… Kalau ada kesempatan, ada biaya
ya ayok…”
P: “Kalau rencana terdekat ini, mau ngevlog ke mana mas?”
I: “Ya ini, nggak tahu hari ini atau besok kan mau ke Surabaya kan. Nah ya, kalau
situasi memungkinkan paling nge-vlog. Gitu aja… Ya doakan lah hehehe…”
P: “Lalu, harapan untuk operator alias PT KAI sendiri?”
I: “Tingkatkan terus pelayanan, terutama kepada pelanggan. Terus di dalam kereta,
untuk kebersihannya, kenyamanannya, keamanannya dijaga, terutama untuk kelas
ekonomi jangan sampai fasiliasnya dirusak. Pokoknya tetap menjadi yang terbaik lah.
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
Segala yang pelayanan kepada customer jangan sampai menurun, malah harus
semakin ditingkatkan.”
P: “Oke… Udah sih itu aja mas. Terima kasih sudah memberikan waktu untuk
diwawancarai ya.”
I: “Siapp… Oke… Sama-sama…”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
LEMBAR OBSERVASI
Pengamatan di Akun YouTube Milik Informan
Informan I: Risang Anggara
11 Februari 2017: Posting Vlog “Trip by Train – Pertama Kali Naik Kereta Api di
Sumatera – KA S2 Sriwijaya”
12 Februari 2017: Posting Vlog “Triple Traksi Badak Sumatera CC 202 Geret
Babaranjang”
14 Februari 2017: Posting Video “Kereta Api Keluar Masuk Jembatan Bekasi”
16 Februari 2017: Posting Video “ Lokomotif CC 204 Strong buat narik gerbong
montok Batubara Kertapati”
17 Februari 2017: Posting Video “Sepur KLB 11446 belangnya nggak nguatin”
18 Februari 2017: Posting Vlog “Flight Trip-Batik Air Economy Class from
Palembang to Jakarta Halim”
19 Februari 2017: Posting Video “Gajayana rangkaian eksekutif baru papasan KRL
Commuter Line di Gambir”
21 Februari 2017: Posting Video “Double Headed CC 205 KA Babaranjang akhirnya
tiba di Stasiun Tanjungkarang”
23 Februari 2017: Posting Video “Kedatangan dan Langsiran KA Rajabasa di Stasiun
Tanjungkarang”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
25 Februari 2017: Posting Video “KRD Seminung pakai rangkaian darurar”
26 Februari 2017: Posting Video “Ngintip ada apa aja isi Dipo Tanjungkarang”
28 Februari 2017: Posting Video “Balapan-Kereta Api Kontainer dikejar Taksaka
Pagi”
2 Maret 2017: Posting Video “Argo Muria-Kaligung-Kamandaka dengan rangkaian
baru”
4 Maret 2017: Posting Vlog “Trip by Train-Naik Kereta Api Ciremai Ekspres sampai
ke Semarang”
5 Maret 2017: Posting Video “Raungan Lokomotif Merah yang setia dengan Kereta
Api Serelo”
7 Maret 2017: Posting Video “Ngadem di Bawah Jembatan sambil liat Kereta Barang”
9 Maret 2017: Posting Video “Triple Lokomotif CC 206 bawa gerbong batubara
panjang banget”
11 Maret 2017: Posting Vlog “Trip by Train-Naik Kereta Api Menoreh Rangkaian
Terbaru Ekonomi 2016”
12 Maret 2017: Posting Video “Lokomotif CC 204 14 Pemanasan dulu dinas langsir
KA Sriwijaya”
14 Maret 2017: Posting Video “Nongkrong di Semarang lihat Kereta Api wara-wiri
(part 1)”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
16 Maret 2017: Posting Vlog “Short Clip-Trip by Train | Naik Kereta Api Lodaya Kelas
Bisnis
18 Maret 2017: Posting Vlog “Trip by Train-Lintas Percabangan Naik Kereta Api
Kalijaga ke Semarang”
19 Maret 2017: Posting Video “Dikira berangkat ternyata Cuma langsir-Kereta Api
Kontainer Super Panjang”
21 Maret 2017: Posting Video “Malem-malem nongkrong di PJL Braga liat kereta api
wara-wiri”
23 Maret 2017: Posting Video “Nggak bisan lihat kereta api berjalan langsung di
Jatinegara”
25 Maret 2017: Posting Vlog “Trip by Train-Naik Kereta Api Gumarang pakai armada
Cirebon”
26 Maret 2017: Posting Video “Ngadem di Bawah Jembatan sambil liat Kereta
Penumpang”
27 Maret 2017: Posting Video “CC 204 rajin banget maju-mundur langsiran KA
Batubara di Kertapati”
28 Maret 2017: Posting Video “Lokomotif CC 203 98 09 belajar blusukan di
Semarang”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
30 Maret 2017: Posting Video “Double Headed-Gajah Sumatera CC 205 dinas bosan
Kereta Babaranjang”
1 April 2017: Posting Vlog “Trip by Train-Short Trip Naik Kereta Api Lokal Bandung
Raya ke Padalarang”
2 April 2017: Posting Video “Sepur Minion-Penampakan KLB Kereta Inspeksi dan
Kereta Ukur”
4 April 2017: Posting Video “Mau langsir nunggu Argo Parahyangan lewat dulu”
6 April 2017: Posting Video “Argo Bromo Anggrek-Argo Muria-Maharani
meninggalkan Semarang”
8 April 2017: Posting Vlog “Trip by Train-Iseng banget nyobain Kereta Ekonomi
Pasundan”
11 April 2017: Posting Video “Kereta Api saat senja di Patukan”
13 April 2017: Posting Video “Habis Progo Terbitlah Prameks”
15 April 2017: Posting Vlog “Trip by Train-Naik Kereta Api Legendaris Bima
Sepurnya Ngebut”
16 April 2017: Posting Video “Semboyn 35 Unyu CC 201 95 pas mampir di Stasiun
Cimindi”
18 April 2017: Posting Video “Kereta Api Rajabasa dilayani Lokomotif CC 204
meninggalkan Kertapati”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
20 April 2017: Posting Video “Ketemu KLB Bank BRI 2X di Stasiun Yogyakarta”
22 April 2017: Posting Video “Macem-macem Semboyan 35-Train Hornsound
Compilation”
23 April 2017: Posting Video “(1080-60 fps)-Cuma Kereta Api Berjalan Langsung
Stasiun Patukan
27 April 2017: Posting Video “Kereta Api: 3X Pertemuan”
29 April 2017: Posting Video “Nongkrong di Semarang lihat Kereta Api wara-wiri
(part 2)
30 April 2017: Posting Video “Saling Silang KA Babaranjang Isi dan Kosong di
Tanjungkarang”
2 Mei 2017: Posting Video “Argo Wilis Nostalgia dengan Lokomotif CC 203”
4 Mei 2017: Posting Video “Video Lawas Lokomotif CC 201 Melayani Perjalanan
Kereta Api Unggulan”
6 Mei 2017: Posting Vlog “Trip by Train-Iseng Banget Naik Ranggajati ke Solo
doang”
7 Mei 2017: Posting Vlog “Planespotting at Husein Sastranegara (BDO)-Lion Air,
Citilink, Garuda Indonesia, Air Asia, Xpress
9 Mei 2017: Posting Vlog “Trip by Train-Naik Kereta Api Prambanan Ekspress
‘Angry Bird’”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
11 Mei 2017: Posting Video “[Triple Headed] Trio Cc 202 dinas KA Babaranjang
melintas Stasiun Branti
13 Mei 2017: Posting Vlog “Short Clip-Trip by Lodaya Malam feat. Kawis Toraja to
Yogyakarta”
16 Mei 2017: Posting Video “Liukannya Maut!! Argo Dwipangga Spesial Kawis
Nusantara di Kalimenur”
18 Mei 2017: Posting Video “Sisa Video Kereta Api Armada Daop 8 Surabaya”
20 Mei 2017: Posting Video “[kompilasi] Kereta Api Tunggu Bersilang Part 11 edisi
Malam Hari”
21 Mei 2017: Posting Video “Kereta Api Bengawan Obral Semboyan 35”
23 Mei 2017: Posting Video “Dikirain Cuma lokomotif seruntulan, nggak taunya
bawa sesuatu”
24 Mei 2017: Posting Video “Kok serem ya! Kereta Prameks Bermata Merah”
25 Mei 2017: Posting Video “KAIs Rail One abis ditabrak pulang ke Bandung-Kaca
Pecah Body Penyok”
27 Mei 2017: Posting Vlog “Short Clip-Naik Kereta Api Turangga Kursi Belang”
28 Mei 2017: Posting Video “Duo Sepur Eksis Ranggajati dan Lodaya Meliuk di
Kalimenur”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
30 Mei 2017: Posting Video “Kereta Sri Tanjung Menerjang Panasnya Surabaya”
31 Mei 2017: Posting Video “Mau nighshoot Gajayana dan Argo Dwipangga Cuma
keliatan jendelanya”
1 Juni 2017: Posting Video “Baru sekali ini hunting di PJL Cimindi”
3 Juni 2017: Posting Video “Beberapa Spot Hunting Kereta Api di Yogyakarta dan
sekitarnya”
4 Juni 2017: Posting Video “Triple CC 202 Kereta Api Babaranjang melintas pelan di
Tanjungkarang”
6 Juni 2017: Posting Video “Ini Kereta Api Penataran kan ya? Lewat di Jemursari”
8 Juni 2017: Posting Video “Jalur 2 Kemayoran, Berjalan Langsung Kereta Api
Kontainer”
10 Juni 2017: Posting Vlog “Trip by Train-Naik Eksekutif Tua Kereta Argo
Parahyangan ‘Harina’”
11 Juni 2017: Posting Vlog “Trip by Train-Kereta Ekonomi Premium Terbaru 2017-
Argo Parahyangan Tambahan”
13 Juni 2017: Posting Video “Mainan Zoom-Shooting Argo Lawu dan Gaya Baru
Malam Selatan”
14 Juni 2017: Posting Video “Lokomotif CC 300 baru sampe Bandung langsung
diajak balapan”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
15 Juni 2017: Posting Vlog “Short Clip-Rangkaian Premium terbaru dipinjem Argo
Parahyangan”
Informan II : Dhannie
7 Februari 2017: Posting Video “terpanjang di Indonesia”
9 Februari 2017: Posting Video “Tarik dan Jagir”
10 Februari 2017: Posting Vlog “Malioboro ke Pakualaman”
11 Februari 2017: Posting Vlog “Piknik Pertamax-Vlog Pertamax”
13 Februari 2017: Posting Vlog “Piknik Pertamax-Putera Mulya SDD”
15 Februari 2017: Posting Vlog “Piknik Pertamax-Melesat”
17 Februari 2017: Posting Video “Rajabasa dari Tanjungkarang”
18 Februari 2017: Posting Video “dua ular putih”
19 Februari 2017: Posting Video “berangkat ke sekolah”
21 Februari 2017: Posting Video “Awas kereta dua arah !!!”
23 Februari 2017: Posting Video “langsiran pintu barat”
24 Februari 2017: Posting Video “Silangan Sukamenanti”
25 Februari 2017: Posting Video “sepurnya ikut CFD”
27 Februari 2017: Posting Video “hanya sekejap [1/3]”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
27 Februari 2017: Posting Video “hanya sekejap [2/3]”
27 Februari 2017: Posting Video “hanya sekejap [3/3]”
1 Maret 2017: Posting Video “gitu doank videonya?’
3 Maret 2017: Posting Video “[waaahh… gembunung…!!!] kobong !!!”
4 Maret 2017: Posting Video “Uniknya Kereta Api di Jalan Raya”
5 Maret 2017: Posting Video “Sore hari di Malang”
7 Maret 2017: Posting Video “Kiriman Crane”
9 Maret 2017: Posting Video “Kuburan Lokomotif”
10 Maret 2017: Posting Video “dari mana mau ke mana?”
11 Maret 2017: Posting Vlog “Piknik Pertamax-Dipo Lokomotif Tanahabang”
13 Maret 2017: Posting Video “AWAS!!! JANGAN SEMBRONO!!!”
14 Maret 2017: Posting Vlog “[Live] jalan-jalan pagi di malioboro”
15 Maret 2017: Posting Video “sepur tanpa suara”
17 Maret 2017: Posting Video “Bima Empat Enam”
18 Maret 2017: Posting Video “keluar-masuk-keluar [lagi]”
19 Maret 2017: Posting Video “Shortcut Surabaya Kota”
21 Maret 2017: Posting Video “lokomotif pakai AC”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
23 Maret 2017: Posting Video “tertutup kabut”
24 Maret 2017: Posting Video “Ketel dan Penataran”
25 Maret 2017: Posting Video “Seri Tanjakan Daop 8-Tanjakan Panjang Singosari”
27 Maret 2017: Posting Video “sepur memecah keramaian pasar”
29 Maret 2017: Posting Video “Garuda Indonesia and AirAsia”
31 Maret 2017: Posting Video “sepurnya kok malah ke sana?”
1 April 2017: Posting Video “sepur biru”
2 April 2017: Posting Video “Tikungan Besar Madiun”
4 April 2017: Posting Video “Railclinic “4””
6 April 2017: Posting Video “Duet Jaladara Werkudara”
7 April 2017: Posting Video “perjalanan terakhir?”
6 April 2017: Posting Video “6 kricak oleh 6 kamera”
10 April 2017: Posting Video “katak kecil melihat kereta api (2)”
12 April 2017: Posting Vlog “[Live] KA 183 Bengawan ga jadi dete :-D”
12 April 2017: Posting Video “tanpa judul”
13 April 2017: Posting Vlog “Piknik Pertamax-Merak ke Bakauheni”
14 April 2017: Posting Video “silangan dari belakang”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
15 April 2017: Posting Video “Gajayana kesiangan”
16 April 2017: Posting Vlog “[Live] KA 10F Argo Dwipangga Tambahan”
16 April 2017: Posting Video “kenapa tiba-tiba berhenti?”
18 April 2017: Posting Video “[sepur ajaib] bergabung dan membelah diri”
21 April 2017: Posting Video “”Cabride” KA Kutojaya Selatan”
22 April 2017: Posting Video “Drama Persilangan Kutojaya Selatan [1/3]”
24 April 2017: Posting Vlog “[Live] naik KA Sancaka Sore”
24 April 2017: Posting Video “Drama Persilangan Kutojaya Selatan [2/3]”
26 April 2017: Posting Video “Golden Hour”
28 April 2017: Posting Video “video pertamax”
29 April 2017: Posting Video “Tutorial Menggiring Bebek”
30 April 2017: Posting Video “tarikannya mantab!!!”
2 Mei 2017: Posting Video “Seri Tanjakan Daop 8-Naik Turun Lawang”
4 Mei 2017: Posting Video “malioboro disusul taksaka”
5 Mei 2017: Posting Vlog “Rafa maen air di Pantai Drini”
5 Mei 2017: Posting Video “tokeknya bunyi berapa kali?”
6 Mei 2017: Posting Video “naik sepur weeewww”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
8 Mei 2017: Posting Video “Seri Tanjakan Daop 8-Tikungan Tanjakan Sengon”
10 Mei 2017: Posting Video “si Bader CC 201 45”
12 Mei 2017: Posting Video “[Spesial Full HD] Kereta Ekonomi Kelas Premium”
13 Mei 2017: Posting Video “40 Tahun Pahlawan Jalan Baja Indonesia [1/2]”
14 Mei 2017: Posting Video “Kereta Api Lokalan Bandung”
16 Mei 2017: Posting Video “Sancaka tiga kali kalah bersilang”
18 Mei 2017: Posting Video “video iseng saja :-D”
19 Mei 2017: Posting Video “Seri Tanjakan Daop 8-Bima dan Ketel di Wonokerto”
20 Mei 2017: Posting Video “40 Tahun Pahlawan Jalan Baja Indonesia [2/2]”
22 Mei 2017: Posting Video “5 Hiba Utama XHD Prime”
24 Mei 2017: Posting Vlog “Piknik Pertamax-Negeri Agung, Tanjung Karang, dan
Tarahan”
26 Mei 2017: Posting Video “Kompilasi Taksi Ganda [Lagi]”
27 Mei 2017: Posting Video “blusukan di jalur hijau”
28 Mei 2017: Posting Video “langsiran seksi”
30 Mei 2017: Posting Video “sepurnya putih banget :3”
1 Juni 2017: Posting Video “belak-belok seksi”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
2 Juni 2017: Posting Video “J.O.M.B.L.O.”
3 Juni 2017: Posting Video “terpanjang di lintas selatan Jawa”
4 Juni 2017: Posting Vlog “[Live] Jalan-jalan di Skybridge Solo Balapan”
5 Juni 2017: Posting Video “FHD video Asus Zenfone 3”
7 Juni 2017: Posting Video “suara pjl nya unik [atau lucu?]”
9 Juni 2017: Posting Vlog “[Live] KA 6 Argo Wilis di petak Wates-Yogyakarta”
9 Juni 2017: Posting Video “Ekonomi Kelas Premium”
10 Juni 2017: Posting Vlog “Piknik Pertamax-Snrokling”
11 Juni 2017: Posting Video “Kricak dan Avtur”
13 Juni 2017: Posting Video “[4K Video] Malioboro dan Dwipangga”
15 Juni 2017: Posting Vlog “[Live] Sahur in the train”
16 Juni 2017: Posting Vlog “Perjalanan Pertama KA Mataram Premium [Joyride dan
Review Interior]”
17 Juni 2017: Posting Vlog “Naik Argo Wilis [1/3]”
Informan III : Sri Baskoro Bagus Pratikno
7 Februari 2017: Posting Video “[Kompilasi] Melihat Kereta Api Keluar Masuk
Jembatan Kali Progo | HD
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
23 Februari 2017: Posting Vlog “Cuma 20ribu!! | Naik Kereta Api Pangrango ke
Sukabumi Yuk | #NaikKereta Eps. 12”
26 Februari 2017: Posting Vlog “[Piknik] Mau Jajan? Ke Festival Kuliner Purwakarta
Aja Yuk…”
15 Maret 2017: Posting Vlog “Yuk, Camping di Situ Gunung Sukabumi”
22 Maret 2017: Posting Vlog “Yuk, Ke Purwakarta Naik Ka. Walahar Ekspres |
Murah Meriah Cuma 6ribu | #NaikKereta Eps. 13”
28 April 2017: Posting Vlog “Naik Kereta Api Argo Parahyangan Rasa Turangga |
“Gopar” Paling Enak? | #NaikKereta Eps. 14”
29 Mei 2017: Posting Vlog “Kembali ke Bekasi Bersama Argo Parahyangan Terakhir
| Dapet Tembok Ratapan | #NaikKereta Eps. 15”
14 Juni 2017: Posting Vlog “Naik Kereta Api Tegal Bahari | Eksekutif Murah Meriah
Cuma 30k | #NaikKereta Eps. 16”
25 Juni 2017: Posting Vlog “Naik Kereta Api Argo Muria Rangkaian Baru K1 17 |
Overpriced? | #NaikKereta Eps. 17”
Informan IV: Gregorius Idabagus Rai Arthakusuma
15 Januari 2017: Posting Vlog “15 Jam Bersama Gajayana #InTrainExperience 4
21 Januari 2017: Posting Vlog “Kereta Tua Malioboro Ekspres #InTrainExperience 5
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
28 Januari 2017: Posting Vlog “Ga mewah sih tapi… (K1 2016 Argo Dwipangga)
#InTrainExperience 6
11 Februari 2017: Posting Vlog “Setelah 15 Jam Perjalanan… #TRAVELVLOG 4
(JatimPark 2 Malang)”
18 Februari 2017: Posting Vlog “Banyak yang antique bosque #Travelvlog 5
(Museum Angkut, MALANG)”
1 Mei 2017: Posting Vlog “LOH MANA TOILETNYA?! (KA 18 Argo Jati)
#InTrainExperience 7”
15 Mei 2017: Posting Vlog “Udah Jomblo, NYUSAHIN! (K1 2017 Argo Muria)
#InTrainExperience 8”
22 Juni 2017: Posting Vlog “Metro Mini modern dan EVOlander SHD (IIBT 2017)
#TransportVlog 5
Informan V: Garda Wardana
31 Januari 2017: Posting Vlog “[MasdaVlog #13] Pulang ke Purwokerto naik KA
Taksaka Pagi | Cuma Rp.110.000 gaes!!”
8 Februari 2017: Posting Vlog “[MasdaVlog #14] TEK TOK!! Jogja Solo pp naik
KRD-E PRAMEKS langsung balik naik KA SANCAKA SORE”
15 Februari 2017: Posting Vlog “[MasdaVlog #15] Naik Kereta Api Ranggajati rasa
Gajayana? Kok Bisa?”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
17 Februari 2017: Posting Video “Rangkaian baru melesat kencang”
18 Februari 2017: Posting Video “Railway Crane | alat berat spesialis penolong
Kereta Api”
20 Februari 2017: Posting Video “Papasan dan NYARIS Papasan”
20 Februari 2017: Posting Video “Merdu Sekali Suaramu”
22 Februari 2017: Posting Vlog “[MasdaVlog #16] ke Jakarta naik FAJAR UTAMA
YOGYA”
24 Februari 2017: Posting Vlog “[MasdaVlog #17] Perjuangan lumayan berat,
Touring Bukit Watu Meja Kebasen”
28 Februari 2017: Posting Video “Rangkaian baru KA GAJAYANA, Mewah dan
Elegan”
1 Maret 2017: Posting Vlog “[MasdaVlog #18] Ngeri-Ngeri Seru! | Naik KA Serayu
Pagi ke Kiaracondong”
2 Maret 2017: Posting Vlog “[MasdaVlog #19] “NYOBA” Kereta Baru | KA
eksekutif GAJAYANA New Image 2017”
6 Maret 2017: Posting Video “Kereta Malam Jugijagijugijagijug”
6 Maret 2017: Posting Vlog “NYOK BUS TINGKAT GRATIS!! Naik BUS City
Tour keliling Kota JAKARTA”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
7 Maret 2017: Posting Vlog “[MasdaVlog #20] Nyaman lho naik Argo Dwipangga |
cepat mewah dan Elegan (Gambir-Purwokerto)”
12 Maret 2017: Posting Vlog “[MasdaVlog #21] Subuh-subuh sudah di Pasar Senen |
Mau Naik Kereta Api FAJAR UTAMA YOGYAKARTA”
13 Maret 2017: Posting Video “Saat subuh di Jatinegara”
14 Maret 2017: Posting Vlog “[MasdaVlog #22] Sambung –Sambung | Wates
Purwokerto naik KRDE Prameks dan Sawunggalih Utama”
25 Maret 2017: Posting Video “Berburu Kereta Barang LANGKA | KETEL
JUMBO”
28 Maret 2017: Posting Video “Kereta Api di Madiun”
29 Maret 2017: Posting Vlog “[MasdaVlog #23] Naik Kereta Api Eksekutif
Legendaris BIMA dari Madiun ke Purwokerto”
5 April 2017: Posting Vlog “Short Clip | Naik Kereta Api Taksaka Pagi”
8 April 2017: Posting Video “Tikungan Kalimenur nan Eksotis”
10 April 2017: Posting Video “Kereta Pupuk dari Prupuk”
12 April 2017: Posting Vlog “[MasdaVlog #24] Short Trip | Naik Kereta Api
PURWOJAYA Jarak Dekat Saja”
13 April 2017: Posting Video “Kereta Luar Biasa Tambahan”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
15 April 2017: Posting Video “Tiga Kontainer Panjang”
19 April 2017: Posting Vlog “[MasdaVlog #25] Lihat-Lihat Underpass Stasiun
Cirebon lalu naik KA Argo Jati ke Jatinegara”
27 April 2017: Posting Video “Argo Sindoro Cuma lewat”
28 April 2017: Posting Vlog “[MasdaVlog #26] Gondangdia ke Gambir Jalan Kaki
lanjut naik KA PURWOJAYA”
2 Mei 2017: Posting Vlog “[MasdaVlog #27] Subuh-subuh di Jogja naik KA
TURANGGA ke Surabaya”
4 Mei 2017: Posting Vlog “[MasdaVlog #28] Naik Kereta Api Sancaka Pagi bareng
Master Dhannie Setiawan”
8 Mei 2017: Posting Video “Lihat Ketel Jumbo mundur-mundur cantik”
16 Mei 2017: Posting Vlog “[MasdaVlog #29] Short Clip | Naik BUS EFISIENSI
TELOLET!!”
31 Mei 2017: Posting Vlog “[MasdaVlog #30] Kuy Naik KA GAJAYANA ke Blitar |
Keretanya masih baru dan kinyis-kinyis”
2 Juni 2017: Posting Vlog “[MasdaVlog #31] nitih Sepur MALIOBORO menyang
JOGJA (Naik Kereta Malioboro ke Jogja)”
5 Juni 2017: Posting Video “Hunting Kereta Api di Blitar bonus naik Kapal? Lho kok
bisa?”
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
10 Juni 2017: Posting Video “lihat kereta dari kereta”
11 Juni 2017: Posting Vlog “[MasdaVlog #32] Menimati Tikungan Mesra dan
Perbukitan Eksotis dari KA SERAYU PAGI”
20 Juni 2017: Posting Vlog “[MasdaVlog #33] Spesial! Lihat KA Ukur | Nasi Goreng
LEGEND | sama Lihat CC300 dari KA ARGO WILIS”
22 Juni 2017: Posting Vlog “[MasdaVlog #34] Bener-Bener Baru | KA PREMIUM
2017 | Naik KA MATARAM
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
LEMBAR OBSERVASI
PENGAMATAN SAAT WAWANCARA DENGAN INFORMAN
Informan I: Risang Anggara
Peneliti melakukan wawancara dengan Risang Anggara sebagai informan
pertama dalam penelitian ini di Myloc Café Jalan Braga, Bandung, Jawa Barat pada
Rabu, 29 Maret 2017. Peneliti sebelumnya telah membuat janji terlebih dahulu dengan
informan dikarenakan padatnya kegiatan informan yang juga bekerja sebagai pegawai
negeri sipil. Wawancara dilakukan setelah jam pulang kantor yaitu pukul 18.00 WIB
agar informan bisa lebih leluasa dan tidak terburu-buru.
Saat informan datang, Risang mengenakan pakaian seragam kantoran yaitu
kemeja lengan panjang berwarna putih yang berbalutkan jaket, celana panjang kain
berawana hitam, dan sepatu pantofel berwarna hitam. Hal ini menunjukan bahwa
informan langsung bergegas dari kantornya menuju ke kafe tersebut agar ia bisa
bertemu dengan peneliti untuk melakukan wawancara. Informan juga tidak terlalu
tergesa-gesa untuk langsung diwawancarai dan memilih untuk duduk sejenak sambil
mengistirahatkan badannya. Informan juga melihat-lihat buku menu terlebih dahulu
dan memesan hidangan untuk disantap.
Sebelum melakukan wawancara, Risang beberapa kali melontarkan pertanyaan
dan percakapan pembuka yang sifatnya perkenalan serta basa-basi seperti judul skripsi,
alasan meneliti dan memilih informan serta tema skripsi, lalu tempat tinggal, keluarga,
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
dan perkuliahan. Hal yang sama pun juga dilakukan peneliti agar tidak canggung dan
suasana menjadi lebih mengalir.
Saat melakukan wawancara, Risang menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
dilontarkan dengan mudah, santai, dan terlihat cukup antusias karena memang
berkaitan dengan hobi yang ia jalani. Risang juga duduk dengan posisi yang cenderung
santai dan terkadang mendekat ke arah peneliti. Risang juga orang yang mudah terbuka
karena ia sampai menceritakan hal-hal unik dan lucu yang pernah ia alami selama
menjadi seorang YouTubers dan Vloggers.
Sesudah melakukan wawancara, peneliti dan informan tidak langsung
berpamitan begitu saja. Kami melanjutkan acara kami dengan makan bersama dan
becerita berbagai pengalaman selama hampir tiga jam. Risang juga bersikap ramah
karena ia terlihat hangat dan antusias saat bertemu dengan peneliti. Tak hanya itu,
Risang bahkan membayar hidangan yang sudah dipesan dan disantap bersama peneliti.
Informan II : Dhannie Setiawan
Peneliti melakukan wawancara dengan Dhannie Setiawan sebagai informan
kedua dalam penelitian ini di Blanco Coffee and Books, Jalan Kranggan, Yogyakarta
pada Selasa, 4 April 2017. Peneliti telah melakukan janji dengan informan terlebih
dahulu dan bertemu dengan informan pada pukul 09.30 pagi. Informan kedua
merupakan informan yang mudah untuk dihubungi dan termasuk merespon peneliti
dengan cepat melalui pesan singkat.
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
Dhannie datang dengan tepat waktu dengan menggunakan sepeda listrik dan
langsung menghubungi peneliti. Saat tiba di lokasi wawancara, Dhannie
berpenampilan sederhana, tetapi bersih dan rapi. Tak hanya itu, Dhannie bahkan
mengenakan kaos bergambar corak lokomotif dengan warna hitam yang semakin
menegaskan bahwa dirinya merupakan seorang pecinta kereta api.
Sebelum melakukan wawancara, peneliti dan informan sempat berbincang-
bincang sebentar sembari berkenalan agar suasana wawancara tidak terlalu canggung.
Dhannie merupakan orang yang ramah dan sopan karena tutur katanya bernada halus
dan lembut serta menghargai peneliti sebagai tamu di sana. Ia tidak memesan makanan
atau minuman yang “aneh-aneh”. Cukup dengan sebotol air mineral yang Dhannie
pesan selama wawancara berlangsung.
Saat melakukan wawancara, Dhannie terlihat sangat antusias dalam
menceritakan setiap pengalamannya yang berkaitan dengan kereta api. Hal ini terlihat
dari rona wajahnya yang sumringah, tutur katanya yang bersemangat, nada bicara yang
antusias. Tak hanya itu, Dhannie juga cukup sering tertawa yang membuat peneliti
semakin yakin bahwa Dhannie merupakan sosok yang hangat, ramah, dan bersahabat.
Seusai wawancara, kami juga masih terlibat percakapan dan saling bercerita
tentang keseharian serta pengalaman. Dhannie juga mengajak peneliti untuk
menyantap sate ayam bersama-sama di salah satu rumah makan milik temannya di
pusat kota.
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
Informan III: Sri Baskoro Bagus Pratikno
Peneliti melakukan wawancara dengan Sri Baskoro Bagus Pratikno atau Bagus
sebagai informan ketiga dalam penelitian ini di Starbucks Coffe, Metropole, Cikini,
Jakarta pada Kamis, 12 April 2017. Sebelumnya, peneliti telah membuat janji terlebih
dahulu untuk melaksanakan wawancara pada hari tersebut pada pukul 13.30 WIB. Hal
ini disesuaikan dengan jam kuliah informan.
Informan datang sedikit meleset dari jadwal yang telah ditentukan dikarenakan
agak lambatnya perjalanan dari kediaman informan di Bekasi menuju Cikini
menggunakan KRL Commuter Line. Selain itu, informan juga melaksanakan ibadah
sholat terlebih dahulu saat tiba di Stasiun Cikini. Hal ini menunjukkan bahwa informan
ketiga, Bagus merupakan sosok yang tetap mengutamakan ibadah di sela aktivitasnya
sebagai seorang mahasiswa.
Saat tiba di lokasi wawancara dan bertemu dengan peneliti, Bagus menyapa
dengan ramah menggunakan bahasa gaul khas anak muda. Hal ini sesuai dengan
karakteristik kami berdua yang masih berstatus sebagai mahasiswa sehingga
percakapan akan terasa lebih akrab dan enak bila menggunakan bahasa sehari-hari.
Bagus sendiri juga menyempatkan diri untuk berkenalan dan berbincang sedikit
mengenai topik skripsi milik peneliti. Saat itu, Bagus mengenakan pakaian santai yaitu
kaos berwarna biru gelap dengan celana jeans panjang berwarna hitam dan sepatu
cokelat yang gayanya memang mencerminkan statusnya sebagai anak kuliahan.
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
Selama melakukan wawancara, Bagus tidak terlalu banyak basa-basi dan lebih
banyak menjawab sesuai dengan pertanyaan yang ada. Walau demikian, Bagus
tidaklah pelit untuk berbicara karena ia juga masih cukup banyak berbagi cerita dan
pengalamannya seputar kereta api, vlog, dan videografi. Bagus juga termasuk orang
yang apa adanya dan tidak membuat-membuat jawaban yang ia lontarkan. Ia menjawab
dengan lugas sesuai apa yang ia pikirkan. Tak hanya itu, Bagus juga tak segan untuk
berbagi tips kepada peneliti sekaligus pecinta kereta api lainnya agar bisa menghasilkan
karya yang baik dan layak untuk dinikmati.
Seusai wawancara, Bagus tidak langsung pergi begitu saja. Ia masih
menyempatkan diri untuk berbincang-bincang lagi dengan peneliti sembari saling
mengenal lebih dalam. Bagus juga antusias saat bercerita tentang pengalamannya,
tetapi dengan bahasa yang tidak bertele-tele. Bagus juga terkejut karena ada yang mau
menjadikannya sebagai seorang narasumber dalam suatu penelitian ilmiah.
Informan IV: Gregorius Idabagus Rai Arthakusuma
Peneliti melakukan wawancara dengan Gregorius Idabagus Rai Arthakusuma
atau Bagus sebagai informan keempat dalam penelitian ini di Roppan, Plaza Semanggi,
Jakarta, pada Rabu, 19 April 2017. Pemilihan tempat ini disesuaikan dengan lokasi
kampus dari informan tersebut yang dekat dengan Plaza Semanggi. Peneliti telah
melakukan janji terlebih dahulu dengan informan dan menyesuaikan dengan jadwal
kuliah informan. Wawancara sendiri dijadwalkan pada pukul 13.30 WIB.
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
Saat pertama bertemu, peneliti melihat informan merupakan sosok yang sopan
karena menyapa peneliti dengan ramah, hangat, dan tidak bersikap arogan. Informan
mengenakan kaos polo dan celana jeans serta membawa tas seperti anak kuliahan
karena memang saat itu informan baru saja selesai menjalani jam perkuliahan. Sebelum
memulai wawancara, peneliti sempat berbasa-basi terlebih dahulu dengan informan
agar pembicaraan menjadi lebih mengalir. Informan terlihat agak malu-malu dan
sungkan pada awalnya. Hal ini wajar karena memang kali tersebut merupakan kali
pertama pertemuan antara informan dengan peneliti.
Selama melakukan wawancara, informan berada dalam posisi duduk dan tidak
banyak bergerak. Tangan informan cenderung diam dan terkadang saling merapatkan
satu sama lain seperti orang sedang berdoa. Walaupun demikian, pandangan mata
informan fokus kepada peneliti dan wajahnya terlihat antusias. Tak hanya itu, informan
juga terlihat santai dan lebih mengalir saat menceritakan pengalamannya. Informan
juga tidak sungkan untuk tersenyum dan tertawa agar suasana lebih mencair. Selain itu,
wawasannya juga cukup luas karena ia terlihat sangat menguasai topik pembicaraan
dan tema skripsi. Hal ini juga tercermin dari tutur kata dan bahasanya yang baik, tetapi
tetap menggunakan gaya bahasa anak muda khas Jakarta.
Seusai diwawancarai, informan tidak terlalu menghabiskan banyak waktu
dengan peneliti karena ia harus segera kembali ke kediamannya di Bekasi. Walaupun
demikian, kami sempat berbincang sejenak dan ia juga bercerita tentang dirinya serta
perkuliahannya. Ia juga berpamitan dengan sopan kepada peneliti sebelum pulang.
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
Informan V: Valentinus Garda Wardana
Peneliti melakukan wawancara dengan Valentinus Garda Wardana atau Garda
di Kampoeng Dhahar, Rita Supermall, Purwokerto, Jawa Tengah pada Jumat, 27 April
2017. Sebelumnya, peneliti telah membuat janji terlebih dahulu dengan informan
mengingat adanya kesibukan dari informan sendiri. Kami berdua membuat janji untuk
bertemu pada pukul 12.00 WIB sesuai dengan jam makan siang.
Sebelum melakukan wawancara, informan sendiri datang tidak tepat pada
waktunya karena adanya urusan mendadak telebih dahulu. Walaupun demikian,
keterlambatan yang terjadi tidaklah terlalu lama dan informan juga sudah meminta izin
dan maaf terlebih dahulu. Informan datang dengan mengenakan pakaian yang santai
seperti kaos berwarna biru, celana jeans gelap, dan sandal serta membawa tas. Gayanya
terlihat santai, sederhana, tetapi tetap sopan dan tidak berlebihan. Informan dan peneliti
berbincang-bincang terlebih dahulu sebelum melakukan wawancara. Informan
merupakan sosok yang hangat, ramah, dan aktif serta bersahabat terlihat dari tutur
katanya dan sikapnya yang begitu ramah menyambut peneliti.
Saat melakukan wawancara, informan menjawab pertanyaan tanpa bertele-tele
dan jelas langsung ke intinya. Hal ini menunjukan bahwa informan merupakan sosok
yang tidak suka dengan hal yang bertele-tele. Walau demikian, ia tidak segan untuk
berbagi cerita dan pengalamaannya saat diwawancarai. Ia terlihat antusias, rendah hati,
tidak sombong, dan hangat. Selain itu, informan juga terlihat sering memainkan uang
koin logam berkali-kali saat diwawancarai. Namun, ia tetap fokus pada peneliti saat
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
diwawancarai dan menghargai keberadaan peneliti. Informan tak segan pula untuk
tersenyum dan tertawa renyah di sela-sela wawancara. Informan juga tidak memesan
hidangan apapun walaupun sudah ditawari berkali-kali oleh peneliti yang membuat
peneliti cukup terkesan dengan sikap dari sang informan.
Seusai diwawancari, peneliti dan informan juga tetap melanjutkan
perbincangan seputar kereta api, hobi, dan kuliahnya agar bisa mengenal lebih dalam.
Informan terlihat begitu santai dan mengalir dalam berbicara serta cukup terbuka dalam
menyampaikan pendapatnya. Setelah berbincang-bincang, informan berpamitan
dengan peneliti karena ia telah ditunggu oleh teman-temannya yang merupakan sesama
pecinta kereta api di tempat lain. Ia bahkan sempat mengajak peneliti untuk bergabung,
tetapi peneliti menolaknya dengan sopan karena keterbatasan waktu yang dimiliki oleh
peneliti. Informan juga mengatakan bahwa ia siap menemani jika suatu saat peneliti
berkesempatan untuk kembali lagi ke Purwokerto.
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017
Pemaknaan Subjektif Vloggers..., ROY SATYANUSA, FIKOM UMN, 2017