Upload
fitriani-ahmad
View
292
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
aloe vera OLP
Citation preview
LIDAH BUAYA SEBAGAI OBAT LICHEN PLANUS
Bharati A. Patil, B.D.S., M.D.S.; Hebbar Pragati Bhaskar, B.D.S., M.D.S.; Jyoti S. Pol, B.D.S., M.D.S.; Amandeep Sodhi, B.D.S., M.D.S.; Asha V. Madhu, B.D.S., M.D.S.
Abstrak
Oral lichen planus adalah suatu kondisi yang sulit diobati karena sifatnya yang kronis. Berbagai metode perawatan telah memperlihatkan berkurangnya gejala tetapi tidak menyembuhkan secara total. Lidah buaya, tanaman dengan efek samping yang minimal, dapat dicoba untuk mengobati penyakit ini. Seorang pasien laki-laki berumur 38 tahun didiagnosis menderita lichen planus pada kulit, mukosa rongga mulut terasa sangat sakit, rasa terbakar di dalam mulut, dan lesi pada kulit terasa gatal. Mengingat luasnya daerah yang terlibat, maka alternatif herbal dapat dipertimbangkan. Pasien diberi jus dan aplikasi gel lidah buaya selama dua bulan. Pada bulan kesembilan follow up, pasien telah bebas dari gejala dan benar-benar sembuh dari lesi yang ada di rongga mulut dan kulit.
Oral lichen planus (OLP) adalah penyakit yang umumnya terjadi pada 1% hingga 2%
dari populasi. Lesi kutaneus terjadi sekitar 15% pada pasien dengan OLP.1 Salah satu
gambaran umumnya yaitu berbentuk retikular atau erosif; sedangkan bentuk papula jarang
terjadi. Lesi terlihat lebih dari satu, papula kecil berwarna putih pada mukosa rongga mulut
berukuran kira-kira 0,5 mm.2
Pengobatan lichen planus dapat berlangsung lama karena sifat dari lesi tersebut, di
mana gejalanya dapat bertambah parah atau berkurang. Berbagai metode perawatan telah
digunakan selama ini untuk mengatasi gejala OLP termasuk terapi kortikosteroid topikal dan
sistemik, retinoid, calcineurin inhibitor, dan fototerapi ultraviolet.3 Berbeda dengan terapi di
atas, lidah buaya memiliki efek samping yang minimum, terutama rasa terbakar, eksema pada
beberapa orang yang mengalami hipersensitif dan alergi pada kulit.4 Pasien dengan lesi yang
luas pada mulut dan kulit dapat diberikan jus dan gel lidah buaya, karena toksisitasnya rendah
dan memiliki banyak manfaat.
Berikut ini kami laporkan kasus papular dan retikular OLP yang menyebar hingga ke
kulit dan diterapi dengan jus dan aplikasi gel lidah buaya.
Laporan Kasus
Seorang pasien laki-laki berumur 38 tahun mengunjungi bagian Ilmu Penyakit Mulut
dan Radiologi dengan keluhan utama yaitu rasa terbakar dan sakit di dalam mulut selama 15
hingga 20 hari. Pasien menceritakan bahwa gejalanya timbul secara tiba-tiba dan kesulitan
membuka mulutnya. Awalnya muncul beberapa bisul kecil berwarna putih di bagian dalam
pipi dan lidah, yang secara bertahap berubah menjadi bercak putih datar. Pasien memiliki
kebiasaan merokok 3 sampai 4 batang rokok setiap hari dan mengonsumsi alkohol sekali
dalam seminggu selama 20 tahun.
Gambar 1. Lesi makulopapular di belakang telinga kiri
Gambar 2. Lesi putih berbentuk papula yang menyebar dan melibatkan mukosa bukal kanan
Gambar 3. Lesi putih berbentuk papula yang menyebar dan melibatkan mukosa bukal kiri
Gambar 4. Retikular putih berpola seperti anyaman yang melibatkan permukaan ventral lidah dan dasar mulut
Pada pemeriksaan fisik secara umum, terdapat dua makula berbentuk tidak teratur
berwarna keunguan terlihat pada daerah klavikula kiri dan kanan, pada kulit di belakang
telinga kiri (Gambar 1), dan pada permukaan ekstensor tangan dan kaki. Pasien mengatakan
bahwa lesi tersebut sangat gatal. Pemeriksaan intraoral menunjukkan beberapa papula putih
berbentuk titik-titik kecil yang tersebar di seluruh mukosa bukal kiri dan kanan, dan pada
lidah (gambar 2, 3, dan 4) dan palatum durum terlihat jarang. Permukaan ventral lidah
terdapat reticular, striae putih seperti renda, dan juga melibatkan dasar mulut. Lesi tersebut
permukaannya halus dan lunak saat dipalpasi.
Diagnosis awalnya adalah lichen planus, mengingat gambaran klinis yang ditunjukkan
oleh pasien. Biopsi insisi dilakukan dari mukosa bukal kiri untuk menegakkan diagnosis.
Karena secara signifikan lesi pada rongga mulut dan kulit terdistribusi luas, pilihan perawatan
herbal dapat digunakan. Pasien dianjurkan untuk mengonsumsi 30 ml jus lidah buaya di pagi
hari pada saat perut dalam keadaan kosong dan pada malam hari sebelum tidur. Pasien
diminta untuk menahan jus selama sekitar satu menit dalam mulut, lalu ditelan, dan
mengoleskan gel lidah buaya di dalam mulut pada mukosa bukal kiri dan kanan, dan
permukaan ventral lidah dua kali sehari selama dua bulan.
Untuk dua minggu pertama, pasien melaporkan bahwa tidak ada perbaikan dalam
sensasi terbakar dan nyeri yang dirasakan. Setelah perawatan, pasien melaporkan bahwa ada
sedikit penurunan rasa terbakar di dalam mulut. Pada akhir bulan pertama, rasa terbakar dan
nyeri dalam mulut berhenti dan lesi mengalami regresi parsial. Setelah gejalanya berhenti,
pasien menghentikan pengobatan lidah buaya dan tidak ada follow up selama dua bulan.
Pasien kembali diamati setelah sembilan bulan dan menunjukkan kesembuhan total dari kulit
dan lesi pada rongga mulut, dan tetap bebas dari gejala untuk sembilan bulan berikutnya
(Gambar 5, 6, 7, 8).
Pembahasan
Lichen planus adalah penyakit inflamasi kronis yang melibatkan kulit dan mukosa
oral. Meskipun kemajuan ilmu pengetahuan telah membantu menguraikan etiopathogenesis
penyakit ini, belum ada obat pasti yang ditemukan. Mengingat sifat kronis dari penyakit,
perawatan yang digunakan harus memiliki efek samping yang minimal. Metode perawatan
konvensional digunakan untuk OLP, topikal steroid dianggap menjadi pilihan pertama.5, 6
Perawatan ini berhasil dengan kortikosteroid potensi menengah dan kortikosteroid fluorinasi
telah berada di kisaran 30% sampai 100%.1 Berbagai efek samping dari terapi steroid sistemik
jangka pendek termasuk insomnia, diare, masa psikotik, retensi natrium dan air, lemah otot,
rentan terhadap infeksi,, hipertensi, hiperglikemia, dan supresi adrenal.7 Retinoid topikal
merupakan metode perawatan alternatif yang efektif untuk OLP, terutama ketika lichen
planus berkaitan dengan displasia ringan.5 Penggunaan retinoid sistemik memiliki efek
samping yang cukup parah sehingga penggunaan secara rutin dalam perawatan OLP
sebaiknya dihindari.2
Siklosporin adalah obat imunosupresan dan menghambat proliferasi dan fungsi
limfosit T dan pelepasan interleukin 1 dan 2.6 Efek samping utama dari penggunaannya
adalah sensasi terbakar sementara, reaksi merugikan yang paling utama adalah disfungsi
ginjal. Faktor utama untuk membatasi penggunaan siklosporin adalah biaya yang tinggi.2,6
Tacrolimus adalah agen imunosupresif lain yang dapat digunakan dalam perawatan
OLP yang parah. Tetapi ada peringatan keras oleh FDA yang menyatakan bahwa penggunaan
agen ini dapat menyebabkan peningkatan risiko untuk berkembangnya keganasan penyakit
kulit yang kronis. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati dalam penggunaannya.3 Terapi
PUVA meliputi pemberian 8-methoxypsoralen dan paparan gelombang ultraviolet dengan
panjang cahaya A.7 Beberapa efek sampingnya termasuk mual, pusing, sakit kepala dan
paresthesia.8 Kekurangannya yaitu potensi berkembangnya carsinoma cell squamosa.6
Gambar 1. Lesi makulopapular di belakang telinga kiri sembuh total
Gambar 2. Lesi putih berbentuk papula yang menyebar dan melibatkan mukosa bukal kanan sembuh total
Gambar 3. Lesi putih berbentuk papula yang menyebar dan melibatkan mukosa bukal kanan sembuh total
Gambar 4. Retikular putih berpola seperti anyaman yang melibatkan permukaan ventral lidah dan dasar mulut
sembuh total
Lidah buaya telah digunakan selama 2.000 tahun terakhir, tanpa ada catatan efek
samping utamanya.9 Tanaman ini tergolong famili Liliaceae.10,11 Di antara sekitar 400 spesies
hanya dua, yaitu A. barbadensis dan A. aborescens, yang digunakan secara komersial.10 Aloe
barbadensis terdiri dari dua bagian, yaitu bagian dalam dari jaringan parenkim daun, dan sel-
sel khusus yang dikenal sebagai tubulus pericyclic. Lidah buaya telah terbukti mengandung
75 unsur aktif, seperti vitamin, mineral, enzim, gula, asam amino, dan lain-lain.12 Lidah
buaya bersifat melembabkan, anti inflamasi, anti bakteri, anti virus, anti jamur,
menyembuhkan luka dan rasa sakit.11 Berbagai kondisi dimana lidah buaya ini telah diuji
coba dan diakui efektif, contohnya asma, arthritis, candidiasis, gangguan pencernaan dan
usus, penyakit kulit,12 ulser seperti recurrent aphthous stomatitis, daerah pencabutan untuk
mencegah alveolar osteitis, lichen planus,11 dan lain-lain.
Sebuah percobaan acak terkontrol pada tahun 1996 tentang khasiat ekstrak lidah
buaya dalam krim hidrofilik pada psoriasis vulgaris menunjukkan bahwa lidah buaya secara
signifikan lebih efektif daripada plasebo untuk mengurangi plak psoriasis, tanpa efek toksik.13
Tahun 1999, dilakukan peninjauan sistematik terhadap 10 uji klinis dengan menggunakan
preparat lidah buaya. Ringkasnya, uji tersebut menunjukkan bahwa lidah buaya efektif dalam
mengurangi kadar glukosa darah pada pasien diabetes dan menurunkan kadar lemak pada
pasien hiperlipidemia. Penggunaan topikal juga efektif pada herpes genital dan psoriasis
tetapi tidak pada kerusakan kulit akibat radiasi atau penyembuhan luka.12 Penelitian tentang
lidah buaya tahun 2005 menunjukkan bahwa penggunaannya dalam kedokteran gigi dapat
mengobati ulkus aphthous, alveolar osteitis, lichen planus dan sebagai perekat gigi tiruan.11
Sebuah uji coba terkontrol secara acak pada tahun 2008, dilakukan untuk mengetahui
keefektifan gel lidah buaya dalam pengobatan OLP, menunjukkan bahwa gel lidah buaya
secara signifikan lebih efektif dibandingkan dengan plasebo dalam mendorong perbaikan
klinis dan gejala pada pasien OLP.14 Keamanan lidah buaya tidak diragukan lagi karena
kurangnya dokumentasi substansial mengenai efek negatifnya. Karena bahan ini alami, lidah
buaya dianggap tidak berbahaya. Tetapi seperti yang ditunjukkan oleh serangkaian kasus
pada tahun 2010, tiga pasien perempuan, berusia 55, 62, dan 57, dilaporkan menderita
aloeinduced hepatitis akut.15 Literatur mengenai efek sampingnya masih langka dan anekdot,
maka dari itu keamanan lidah buaya perlu diuji secara ketat mengingat sudah meningkatnya
penggunaan suplemen herbal. Sebuah penelitian baru-baru ini pada tahun 2011
membandingkan efektivitas obat kumur lidah buaya dengan 0,1% triamcinolone acetonide
pada OLP, menunjukkan penyembuhan pada 74% pasien kelompok lidah buaya dan 78%
pasien triamcinolone acetonide. Penelitian ini menunjukkan bahwa lidah buaya merupakan
pengganti yang efektif dalam pengobatan OLP.16
Kesimpulan
Untuk kemajuan ilmu pengetahuan, sejauh ini hanya satu laporan kasus mengenai
efektivitas lidah buaya dalam pengobatan lichen planus. Sebagai penutup, penulis berharap
bahwa terapi alternatif yang memiliki efektivitas pada lesi oral harus dicoba dan efeknya
harus dijelaskan, karena setiap kasus baru yang dilaporkan dapat memberikan informasi
berharga untuk literatur yang ada.
REFERENSI
1. Eisen D, Carrozzo M, Bagan Sebastian JV, Thongprasom K. Number V Oral lichen planus:
clinical features and management. Oral Diseases 2005 Nov;ll(6):338-49.
2. Mollaoglu N. Oral lichen planus: a review. British Journal Oral and Maxillofacial Surgery
2000Aug;38(4):370-7.
3. Al-Hashimi I, Schifter M, Lockhart PB, Wray D, Brennan M, Migliorati CA et al. Oral lichen
planus and oral lichenoid lesions: diagnostic and therapeutic considerations. Oral Surg Oral Med
Oral Pathol Oral Radiol Endod 2007 Mar;103 Suppl:S25.el-12. Epub 2007 Jan 29.
4. Reynolds T, Dweck AC. Aloe vera leaf gel: a review update. Journal of Ethnopharmacology 1999
Dec 15;68{l-3):3-37.
5. Epstein JB, Wan LS, Zhang L. Oral lichen planus: progress in understanding its malignant
potential and the implications for clinical management. Oral Surg Oral Med Oral Pathol Oral
Radiol Endod 2003 Jul;96(l):32-7.
6. McCreary CE, McCartan BE. Clinical management of oral lichen pianus. British Journal of Oral
and Maxillofacial Surgery 1999 Oct;37(5):338-43.
7. Edwards PC, Kelsch R. Oral lichen planus: clinical presentation and management. J Can Dent
Assoc 2002 Sept;68(8):494-9.
8. Ismail SB, Kumar SK, Zain RB. Oral lichen planus and lichenoid reactions: etiopathogenesis,
diagnosis, management and malignant transformation. Journal of Oral Science Jun;49(2):89-106.
9. Hayes SM. Lichen planus: report of successful treatment with aloe vera. General Dentistry 1999
May-Jun;47(3):268-72.
10. Moghaddasi SM, Verma SK. Aloe vera, their chemicals composition and applications: a review.
Int J Biol Med Res. 2011;2(l):466-71.
11. Wynn RL. Aloe vera gel: update for dentistry. General Dentistry 2005 Jan-Feb;53(l):6-9.
12. Vogler BK, Ernst E. Aloe vera: a systematic review of its clinical effectiveness. British Journal of
General Practice 1999 Oct;49(447):823-8.
13. Syed TA, Ahmad SA, Holt AH, Ahmad SA, Ahmad SH, Afzal M. Management of psoriasis with
aloe vera extract in a hydrophilic cream: a placebo-controlled, double-blind study. Tropical
Medicine and International Health 1996 Aug;l(4):5O5-9.
14. Choonhakarn C, Busaracome P, Sripanidkulchai B, Sarakarn P. The efficacy of aloe vera gel in
the treatment of oral lichen planus: a randomized controlled trial. British Journal of Dermatology
2008 Mar;158(3):573-7. Epub 2007 Dec 17.
15. Yang HN, Kim DJ, Kim YM, Kim BH, Sohn KM, Choi MJ, et al. Aloe-induced toxic hepatitis J
Korean Med Sei 2010 Mar;25(3):492-5. Epub 2010 Peb 17.
16. Mansourian A, Momen-Heravi F, Saheb-Jamee M, Esfehani M, Khaiilzadeh O, Momen-
BeitoUahi J. Comparison of treatment efficacy of daily use of aloe vera mouthwash with
triamcinolone acetonide 0.1% on oral lichen planus: a randomized double-blinded clinical trial.
American Journal Medical Science 2011 Jun IS.