17
1. Apa saja yg mempengaruhi keberhasilan dalam menurunkan fertilitas? 2. Apa saja yg mempengaruhi tinggi rendahnya fertilitas? Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya fertilitas dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor demografi dan faktor non- demografi. Faktor demografi diantaranya adalah : struktur umur, struktur perkawinan, dan proporsi yang kawin. Sedangkan faktor non-demografi antara lain, keadaan ekonomi penduduk, tingkat pendidikan, perbaikan status perempuan, urbanisasi dan industrialisasi. Variabel-variabel diatas dapat berpengaruh secara langsung terhadap fertilitas, ada juga berpengaruh tidak langsung. Davis dan Blake (1956) dalam tulisannya berjudul: The Social Structure of Fertility: An Analitical Framework, menyatakan bahwa faktor-faktor sosial mempengaruhi ferilitas melalui variabel antara. Dalam tulisan tersebut Davis dan Blake juga menyatakan bahwa proses reproduksi seorang perempuan usia subur melalui tiga tahap yaitu: hubungan kelamin, konsepsi, kehamilan, dan kelahiran. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan hubungan kelamin pada usia reproduksi adalah : a). Umur memulai hubungan kelamin. b). Selibat permanen, yaitu proporsi perempuan yang tidak pernah mengadakan hubungan kelamin. c). Lamanya masa reproduksi yang hilang karena : • Perceraian, perpisahan, atau ditinggal pergi oleh suami. • Suami meninggal dunia. d). Abstinensi sukarela. e). Abstinensi karena terpaksa (impotensi, sakit, berpisah sementara yang tidak bisa dihindari). f). Frekuensi hubungan seks (tidak termasuk abstinensi). Faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan konsepsi adalah :

Li Ulin Lbm 2 KB (Autosaved)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

li

Citation preview

Page 1: Li Ulin Lbm 2 KB (Autosaved)

1. Apa saja yg mempengaruhi keberhasilan dalam menurunkan fertilitas?2. Apa saja yg mempengaruhi tinggi rendahnya fertilitas?

Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya fertilitas dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor demografi dan faktor non-demografi. Faktor demografi diantaranya adalah : struktur umur, struktur perkawinan, dan proporsi yang kawin. Sedangkan faktor non-demografi antara lain, keadaan ekonomi penduduk, tingkat pendidikan, perbaikan status perempuan, urbanisasi dan industrialisasi. Variabel-variabel diatas dapat berpengaruh secara langsung terhadap fertilitas, ada juga berpengaruh tidak langsung.

Davis dan Blake (1956) dalam tulisannya berjudul: The Social Structure of Fertility: An Analitical Framework, menyatakan bahwa faktor-faktor sosial mempengaruhi ferilitas melalui variabel antara.

Dalam tulisan tersebut Davis dan Blake juga menyatakan bahwa proses reproduksi seorang perempuan usia subur melalui tiga tahap yaitu: hubungan kelamin, konsepsi, kehamilan, dan kelahiran.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan hubungan kelamin pada usia reproduksi adalah : a). Umur memulai hubungan kelamin. b). Selibat permanen, yaitu proporsi perempuan yang tidak pernah mengadakan hubungan kelamin. c). Lamanya masa reproduksi yang hilang karena : • Perceraian, perpisahan, atau ditinggal pergi oleh

suami. • Suami meninggal dunia.

d). Abstinensi sukarela. e). Abstinensi karena terpaksa (impotensi, sakit, berpisah sementara yang tidak bisa dihindari). f). Frekuensi hubungan seks (tidak termasuk abstinensi).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan konsepsi adalah : a). Kesuburan dan kemandulan biologis (frekunditas dan infekunditas) yang disengaja.

b). Menggunakan atau tidak menggunakan alat-alat kontrasepsi. • Cara kimiawi dan cara mekanis. • Cara-cara lain (seperti metoda ritma, dan senggama terputus). c). Kesuburan atau kemandulan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor disengaja, misalnya sterilisasi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi selama kehamilan dan kelahiran adalah : a). Kematian janin karena faktor-faktor yang tidak sengaja. b). Kematian janin karena faktor-faktor yang disengaja.

3. Apa saja faktor yg mempengaruhi CPR?

Page 2: Li Ulin Lbm 2 KB (Autosaved)

4. Apa saja macam 11 prioritas pembangunan?Sesuai rumusan RPJMN Tahun 2010-2014, telah ditetapkan 11 (sebelas) Prioritas Pembangunan Nasional, meliputi: (1) Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola; (2) Pendidikan; (3) Kesehatan; (4) Penanggulangan Kemiskinan; (5) Ketahanan Pangan; (6) Infrastruktur; (7) Iklim Investasi dan Iklim Usaha; (8) Energi; (9) Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana; (10) Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, dan Pasca-konflik; serta (11) Kebudayaan, Kreativitas dan Inovasi Teknologi

5. Bagaimana cara mengukur fertilitas?

Pengukuran fertilitas lebih kompleks dibandingkan dengan pengukuran mortalitas, karena seorang perempuan hanya meninggal satu kali, tetapi ia dapat melahirkan lebih dari seorang bayi. Disamping itu seorang yang meninggal pada hari dan waktu tertentu, berarti mulai saat itu orang tersebut tidak mempunyai resiko kematian lagi. Sebaliknya seorang perempuan yang telah melahirkan seorang anak tidak berarti resiko melahirkan dari perempuan tersebut menurun.

Memperhatikan kompleksnya pengukuran terhadap fertilitas tersebut, maka memungkinkan pengukuran terhadap fertilitas ini dilakukan dengan dua macam pendekatan : pertama, Pengukuran Fertilitas Tahunan (Yearly Performance) dan kedua, Pengukuran Fertilitas Kumulatif (Reproductive History). 1. Yearly Performance (current fertility)

Mencerminkan fertilitas dari suatu kelompok penduduk/berbagai kelompok penduduk untuk jangka waktu satu tahun. Yearly Performance terdiri dari : a. Angka Kelahiran Kasar atau Crude Birth Ratio (CBR)

Angka Kelahiran Kasar dapat diartikan sebagai banyaknya kelahiran hidup pada suatu tahun tertentu tiap 1000 penduduk pada pertengahan tahun. Atau dengan rumus dapat ditulis sebagai berikut :

Page 3: Li Ulin Lbm 2 KB (Autosaved)

Dimana : CBR : Crude Birth Rate atau Angka Kelahiran Kasar Pm : Penduduk pertengahan tahun k : Bilangan konstan yang biasanya 1.000 B : Jumlah kelahiran pada tahun tertentu

Kebaikan dari perhitungan CBR ini adalah perhitungan ini sederhana, karena hanya memerlukan keterangan tentang jumlah anak yang dilahirkan dan jumlah penduduk pada pertengahan tahun. Sedangkan kelemahan dari perhitungan CBR ini adalah tidak memisahkan penduduk laki-laki dan penduduk perempuan yang masih kanak-kanak dan yang berumur 50 tahun keatas. Jadi angka yang dihasilkan sangat kasar.

b. Angka Kelahiran Umum atau General Fertility Rate (GFR)

Angka Kelahiran Umum adalah banyaknya kelahiran tiap seribu wanita yang berumur 15-49 tahun atau 15-44 tahun. Dapat ditulis dengan rumus sebagai berikut :

Dimana : GFR : Tingkat Fertilitas Umum B : Jumlah kelahiran Pf (15-49) : Jumlah penduduk perempuan umur 15-49 tahun pada pertengahan Tahun Kebaikan dari perhitungan GFR ini adalah perhitungan ini lebih cermat daripada CBR karena hanya memasukkan wanita yang berumur 15-49 tahun atau sebagai penduduk yang exposed to risk. Kelemahan dari perhitungan GFR ini adalah tidak membedakan risiko melahirkan dari berbagai kelompok umur, sehingga wanita yang berumur 40 tahun dianggap mempunyai risiko melahirkan yang sama besarnya dengan wanita yang berumur 25 tahun.

c. Angka Kelahiran menurut Kelompok Umur atau Age Specific Fertility Rate (ASFR)

Terdapat variasi mengenai besar kecilnya kelahiran antar kelompok penduduk tertentu, karena tingkat fertilitas penduduk ini dapat pula dibedakan menurut: jenis kelamin, umur, status perkawinan, atau kelompok-kelompok penduduk yang lain .Diantara kelompok perempuan usia reproduksi (15-49) terdapat variasi kemampuan melahirkan, karena itu perlu dihitung tingkat fertilitas perempuan pada tiap-tiap kelompok umur Age Specific Fertility Rate (ASFR). Sehingga, ASFR dapat diartikan sebagai banyaknya kelahiran tiap seribu wanita pada kelompok umur tertentu, dengan rumus sebagai berikut:

Page 4: Li Ulin Lbm 2 KB (Autosaved)

Dimana: ASFR : Age Specific Fertility Rate Bi : Jumlah kelahiran bayi pada kelompok umur i Pfi : Jumlah perempuan kelompok umur i pada pertengahan tahun k : Angka konstanta 1.000 Kebaikan dari perhitungan ASFR ini adalah perhitungan ini lebih cermat dari GFR Karena sudah membagi penduduk yang exposed to risk ke dalam berbagai kelompok umur. Dengan ASFR dimungkinkan pembuatan analisis perbedaan fertilitas (current fertility) menurut berbagai karakteristik wanita. Dengan ASFR dimungkinkan dilakukannya studi fertilitas menurut kohor. ASFR ini merupakan dasar untuk perhitungan ukuran fertilitas dan reproduksi selanjutnya (TFR, GRR, dan NRR).

Kelemahan dari perhitungan ASFR ini adalah membutuhkan data yang terinci yaitu banyaknya kelahiran untuk kelompok umur. Sedangkan data tersebut belum tentu ada di tiap negara/daerah, terutama di negara yang sedang berkembang. Jadi pada kenyataannya sukar sekali mendapat ukuran ASFR. Kemudian pada perhitungan ini tidak menunjukkan ukuran fertilitas untuk keseluruhan wanita umur 15-49 tahun

d. Angka Kelahiran Total atau Total Fertility Rate (TFR) Tingkat Fertilitas Total didefenisikan sebagai jumlah kelahiran hidup laki-laki dan perempuan tiap 1.000 penduduk yang hidup hingga akhir masa reproduksinya dengan catatan: 1. Tidak ada seorang perempuan yang meninggal sebelum mengakhiri masa reproduksinya

2. Tingkat fertilitas menurut umur tidak berubah pada periode waktu tertentu.

Tingkat Fertilitas Total menggambarkan riwayat fertilitas dari sejumlah perempuan hipotesis selama masa reproduksinya. Dalam praktek Tingkat Fertilitas Total dikerjakan dengan menjumlahkan tingkat fertilitas perempuan menurut umur, apabila umur tersebut berjenjang lima tahunan, dengan asumsi bahwa tingkat fertilitas menurut umur tunggal sama dengan rata-rata tingkat fertilitas kelompok umur lima tahunan. Maka rumus dari Tingkat Fertilitas Total atau TFR adalah sebagai berikut :

Dimana: ASFR = Angka kelahiran menurut kelompok umur. i = Kelompok umur 5 tahunan, dimulai dari 15-19.

Kebaikan dari perhitungan TFR ini adalah TFR merupakan ukuran untuk seluruh wanita usia 15-49 tahun, yang dihitung berdasarkan angka kelahiran menurut kelompok umur (Hatmadji, 2004 :63).

2. Reproductive History (cummulative fertility) a. Children Ever Born (CEB) atau jumlah anak yang pernah dilahirkan

Page 5: Li Ulin Lbm 2 KB (Autosaved)

CEB mencerminkan banyaknya kelahiran sekelompok atau beberapa wanita selama reproduksinya; dan disebut juga paritas. Kebaikan dari perhitungan CEB ini adalah mudah didapatkan informasinya (di sensus dan survey) dan tidak ada referensi waktu. Kemudian kelemahan dari perhitungan ini adalah angka paritas menurut kelompok umur akan mengalami kesalahan karena kesalahan pelaporan umur penduduk, terutama di negara sedang berkembang. Kemudian ada kecenderungan semakin tua semakin besar kemungkinannya melupakan jumlah anak yang dilahirkan. Dan kelemahannya fertilitas wanita yang telah meninggal dianggap sama dengan yang masih hidup. b. Child Woman Ratio (CWR)

CWR adalah hubungan dalam bentuk ratio antara jumlah anak di bawah 5 tahun dan jumlah penduduk wanita usia reproduksi. Kebaikan dari perhitungan CWR ini adalah untuk mendapatkan data yang diperlukan tidak usah membuat pertanyaan khusus dan berguna untuk indikasi fertilitas di daerah kecil sebab di Negara yang registrasinya cukup baik pun, statistic kelahiran tidak ditabulasikan untuk daerah yang kecil-kecil.

Kelemahan dari CWR ada tiga, pertama langsung dipengaruhi oleh kekurangan pelaporan tentang anak, yang sering terjadi di Negara sedang berkembang. Walaupun kekurangan pelaporan juga terjadi di kelompok ibunya namun secara relatif kekurangan pelaporan pada anak-anak jauh lebih besar.

Kedua, dipengaruhi oleh tingkat mortalitas, dimana tingkat mortalitas anak, khususnya di bawah satu tahun juga lebih besar dari orang tua, sehingga CWR selalu lebih kecil daripada tingkat fertilitas yang seharusnya. Ketiga, tidak memperhitungkan distribusi umur dari penduduk wanita.

Dimana hal inilah yang menjadi variabel dependen dalam penelitian ini, untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel-variabel lainnya seperti PDRB perkapita, Angka Harapan Hidup, Indeks Tingkat Pendidikan, Wanita berumur 15-49 tahun yang menggunakan Alat Kontrasepsi dan Tingkat Urbanisasi dapat mempengaruhi tingkat fertilitas di Indonesia.

6. Apa saja upaya untuk program KB?

Selain peningkatan kesejahteraan keluarga pars peserta keluarga berencana yang merupakan usaha langsung penurunan tingkat kesuburan, telah dilaksanakan pula berbagai kegiatan yang ditujukan kepada generasi muda untuk mendorong penundaan usia kawin. Dalam pelaksanaan kegiatan ini telah dilakukan kerjasama yang erat dengan berbagai organisasi pemuda melalui usaha pendidikan kependudukan.

a. Penerangan dan Motivasi

Kegiatan penerangan dan motivasi keluarga berencana da-lam tahun 1982/83 merupakan kelanjutan kegiatan tahun-tahun sebelumnya. Kegiatan ini berusaha meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktek keluarga berencana baik di kalangan peserta baru maupun peserta keluarga berencana yang ada. Tujuannya adalah meningkatkan pemakaian kontrasepsi yang berkelanjutan dan mempercepat proses pelembagaan norma keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera.

Sehubungan dengan itu usaha-usaha yang dilakukan di bi-dang penerangan dan motivasi telah berkembang pada ruang lingkup usaha penerangan yang tidak hanya berupa penyampaian pesan keluarga berencana tetapi berusaha meningkatkan penge-tahuan dan kesadaran masyarakat mengenai permasalahan kependudukan. Selain itu kegiatan penerangan dan motivasi juga diarahkan untuk memberikan pengayoman dalam rangka membina kelestarian para peserta keluarga berencana agar mereka tetap melaksanakan praktek keluarga berencana secara berkesinambungan.

Sasaran penerangan dan motivasi tetap diarahkan kepada 3 sasaran menurut wilayah-wilayah penggarapan. Pertama, berusa-ha mempercepat proses pelembagaan dalam rangka pemindahan tangungjawab program kepada masyarakat bagi wilayah-wilayah yang mencapai tingkat kesertaan cukup tinggi; kedua, meningkatkan peserta baru dan meningkatkan kelestarian peserta yang ada bagi wilayah-wilayah yang telah berkembang tetapi belum mempunyai pencapaian cukup tinggi; dan ketiga, berusaha mengembangkan program lebih luas bagi wilayah-wilayah baru. Pada akhirnya, kegiatan penerangan dan motivasi ditujukan kepada usaha pelembagaan yaitu mendorong tumbuhnya keikutser-taan masyarakat secara aktif dan kreatif dalam program kependudukan dan keluarga berencana.

XIX/6

Page 6: Li Ulin Lbm 2 KB (Autosaved)

Usaha-usaha untuk meningkatkan pelembagaan program kependudukan dan keluarga berencana tiap tahun memberi hasil

Page 7: Li Ulin Lbm 2 KB (Autosaved)

yang semakin meningkat. Ukuran keberhasilan tersebut terlihat dengan terus tumbuh dan berkembangnya jumlah organisasi-organisasi masyarakat yang aktip mengelola program di lapangan. Organisasi-organisasi masyarakat itu ialah Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa (PPKBD) dan Paguyuban dimana pada tahun 1982/83 telah mencapai jumlah 176.823 unit organisasi, (Tabel XIX - 1). Keberhasilan ini terutama ditunjang oleh semakin meningkatnya partisipasi aktif masyarakat dan instansi/aparatur pemerintah baik langsung maupun tidak langsung.

Pertumbuhan PPKBD dan Paguyuban sampai ke setiap desa/ pedukuhan telah mempermudah usaha pelayanan pemberian kontrasepsi ulang kepada masyarakat. Dengan dimanfaatkannya saluran desa ini, maka secara nasional hampir 75% penyaluran pil keluarga berencana dan kondom kepada para peserta dilaksanakan melalui jalur PPKBD dan Paguyuban. Selain dari kegiatan pemberian kontrasepsi kepada para peserta keluarga berencana di wilayahnya, lembaga PPKBD dan Paguyuban ini telah berkembang pula sebagai wahana pengintegrasian program keluarga berenca-na dengan program pembangunan lainnya, terutama yang menun-jang kelestarian peserta.

Dalam rangka meningkatkan jumlah peserta keluarga berencana di daerah perkotaan, dalam tahun 1982/83 telah mulai dikembangkan program keluarga berencana perkotaan di 5 kota besar yaitu Jakarta, Semarang, Surabaya, Medan dan Ujung Pandang. Usaha-usaha penerangan dan motivasi bagi daerah perkotaan terutama diarahkan untuk menumbuhkan keikutsertaan pera-nan swasta dalam penanganan program melalui saluran komersial.

Sejalan dengan semakin meningkatnya wilayah dan jangkau- an program, maka telah ditingkatkan pula usaha-usaha per-luasan daya jangkau jaringan penerangan. Jalur yang digunakan adalah penerangan kelompok, penerangan massa, forum diskusi, penerangan melalui bahan cetakan, RRI dan TVRI, serta peman-faatan jalur-jalur kegiatan organisasi pemuda dan olahraga. Segi lain dari usaha penerangan adalah peningkatan mutu dan isi penerangan yang disesuaikan dengan kondisi dan wilayah melalui forum pertemuan berkala antar berbagai unit pelaksana di lapangan. Forum ini berusaha agar isi penerangan dapat dikembangkan sesuai dengan perkembangan program yang semakin meningkat, baik di bidang keluarga berencana maupun program-program pembangunan lainnya.

b. Pendidikan dan Latihan

Sasaran utama di bidang pendidikan dan latihan adalah melatih dan mendidik tenaga keluarga berencana untuk meningkatkan ketrampilan tehnis operasional para pelaksana dan mengembangkan lebih lanjut program pendidikan kependudukan di sekolah dan perguruan tinggi baik negeri maupun swasta. Se- lama tahun 1982/83 telah dapat dilaksanakan pendidikan dan latihan untuk berbagai jenis ketrampilan bagi sekitar 26.771 orang (Tabel XIX - 2).

Dalam rangka mendukung usaha pelembagaan dan pembudayaan melalui pendidikan kependudukan selama tahun 1982/83 telah dilatih sebanyak 10.759 tenaga guru pendidik kependudukan. Perkembangan tenaga guru pendidikan kependudukan yang dilatih dapat dilihat pada Tabel XIX - 3.

Sejalan dengan perkembangan program yang mencakup masa- lah kependudukan yang luas dan terpadu, maka telah dilakukan penyempurnaan-penyempurnaan dalam materi pendidikan bagi te- naga pelaksana program dan pelaksana pendidikan kependudukan. Dengan demikian diharapkan para tenaga pelaksana dapat mengi-kuti perkembangan program dengan lebih baik.

Untuk menunjang pelaksanaan pendidikan dan latihan pada tahun 1982/83 telah mulai dibangun pusat-pusat pendidikan dan latihan kependudukan keluarga berencana di 11 propinsi di luar Jawa dan Bali sebagai kelanjutan usaha pada masa Repelita II. Dengan demikian diharapkan pada akhir Repelita III seluruh propinsi telah memiliki Pusat Pendidikan dan Latihan Kependudukan Keluarga Berencana.

c. Pelayanan Keluarga Berencana

(1) Jumlah Peserta Keluarga Berencana Baru

Perkembangan jumlah peserta KB baru selama 4 tahun Repe-lita III dapat dilihat pada Tabel XIX - 4. Dalam tahun 1982/ 83 secara nasional telah diperoleh peserta KB baru sebanyak 3.885.476 peserta atau 107,3% dari rencana sasaran yang ditetapkan yaitu sebesar 3.621.595 peserta. Menurut daerah penggarapannya, dari seluruh peserta KB baru 2.825.938 peserta diperoleh di Jawa dan Bali, 851.598 peserta diperoleh di luar Jawa Bali I dan 207.940 peserta diperoleh di daerah luar Jawa Bali II.

Dalam pencapaian sasaran peserta KB baru tahun 1982/83, propinsi-propinsi yang sangat tinggi dalam pencapaiannya an- tara lain : Jawa Barat, Sumatera Utara, Kalimantan Selatan, Jambi, Bengkulu dan Kalimantan Tengah, yaitu masing-masingmencapai diatas 125% dari sasaran peserta KB baru. Keadaan ini adalah sebagai hasil adanya intensifikasi penggarapan di lapangan dalam rangka meningkatkan keikutsertaan masyarakat dalam berkeluarga berencana. Dengan demikian jumlah peserta KB baru yang telah diperoleh selama 4 tahun dalam Repelita III ini tercatat sebanyak 12.133.408 peserta atau 89,88% dari sasaran Repelita III sebesar 13,5 juta peserta.

Page 8: Li Ulin Lbm 2 KB (Autosaved)

Dari para peserta KB baru yang diperoleh, apabila dili- hat dari metode kontrasepsi yang dipakai menunjukkan bahwa 52,9% menggunakan pil, 23,0% menggunakan IUD, 4,7% mengguna- kan kondom, 17,0% menggunakan suntikan dan menggunakan metode lainnya 2,4%. Perkembangan hasil peserta KB baru menurut metode kontrasepsi yang dipakai dapat dilihat pada Tabel XIX - 5. Dari Tabel XIX - 5 terlihat adanya penggeseran pengguna- an kontrasepsi kepada kontrasepsi yang lebih mantap dan mempunyai tingkat kelangsungan yang lebih tinggi. Sebagai con- toh, kalau dalam tahun 1979/80 peserta KB baru dengan metode pil 69,5% dan metode IUD 17,9%, maka dalam tahun 1982/83 te- lah bergeser menjadi 52,9% metode pil dan 23,0% metode IUD. Demikian pula metode suntikan telah berkembang peminatnya da- ri 2,9% pada tahun 1979/80 menjadi 17,0% pada tahun 1982/83. Hal ini menunjukkan bahwa usaha program dalam mengajak masyarakat berkeluarga berencana tidak saja mencapai kuantitas yang banyak tetapi telah diarahkan pula kepada pemakaian kontrasepsi yang lebih mantap dan mempunyai kelangsungan yang lebih tinggi.

Selain itu apabila dilihat dari ciri-ciri peserta KB ba-ru, maka terlihat bahwa sebagian besar peserta KB baru ber- umur di bawah 30 tahun (Tabel XIX - 6). Upaya untuk menggeser peserta KB yang berumur muda terus diusahakan dari tahun ke- tahun karena mereka mempunyai potensi melahirkan yang tinggi, sehingga penggarapan yang lebih awal akan mempunyai arti yang besar dalam usaha penurunan kelahiran. Ciri lain daripada pe-serta KB baru adalah bahwa sebagian besar 4ari mereka ber- asal dari keluarga petani yang tinggal di daerah pedesaan (Tabel XIX - 7).

(2) Pembinaan Peserta Keluarga Berencana

Dalam upaya membina kelestarian para peserta KB, maka pada tahun 1982/83 telah dilakukan berbagai kegiatan yang diarahkan untuk lebih meningkatkan penerimaan gagasan keluarga berencana secara lestari, baik keikutsertaan sebagai peserta KB maupun dalam peran serta menggarap dan mengembangkan kegiatan-kegiatan program kependudukan dan keluarga berencana.

Selama empat tahun terakhir ini keikutsertaan peserta KB aktif tampak semakin meningkat, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel XIX - 8. Jumlah peserta meningkat dari 6,5 juta pada tahun 1979/80 menjadi 11,2 juta peserta atau 48,05% dari pasangan usia subur di Indonesia pada tahun 1982/83. Jumlah peserta KB aktif ini telah melampaui sasaran Repelita III yang berjumlah 9,5 juta peserta. Meningkatnya jumlah peserta KB aktif ini selain dari merupakan hasil usaha intensifikasi penggarapan juga diakibatkan makin ditatanya manajemen pro- gram dan makin berkembangnya Pembantu Pembina KB Desa (PPKBD), paguyuban KB atau kelompok-kelompok akseptor yang melakukan pembinaan kepada anggotanya.

Semakin meningkatnya kelestarian pemakaian kontrasepsi secara berlanjut oleh pars peserta KB, telah memberikan sumbangan yang berarti dalam usaha penurunan tingkat kelahiran. Tingkat kelahiran kasar yang dihitung berdasarkan hasil sen- sus 1971, Susenas 1979 dan Sensus penduduk 1980 menunjukkan adanya penurunan dari 43,77 menjadi 33,99 perseribu penduduk dalam kurun waktu sepuluh tahun belakangan ini atau terdapat penurunan sebesar 22,3 persen. Penurunan angka kelahiran ini didukung pula oleh naiknya rata-rata usia perkawinan, berkat adanya usaha program KKB melalui jalur pendidikan kependu- dukan dan adanya program peningkatan peranan wanita dalam pembangunan. Faktor lain yang mendukung penurunan tingkat kelahiran ini adalah menurunnya tingkat kematian terutama kematian anak-anak balita, yang disebabkan oleh meningkatnya usaha pembangunan kesehatan maupun ajakan kepada masyarakat untuk memelihara lingkungan yang lebih sehat. Selain adanya kecenderungan penurunan kesuburan, hasil sensus penduduk 1980 menunjukkan pula beberapa indikator perubahan struktur kependudukan di Indonesia, antara lain terlihat adanya perubahan dalam struktur umur. Dalam sensus penduduk 1971, golongan penduduk berumur 0 - 4 tahun sebesar 15% - 17%, sedang dalam sensus 1980 angka ini, turun menjadi 13,2%.

(3) Pelembagaan/Pembudayaan Program KKB

Dalam tahun 1982/83 usaha pelembagaan/pembudayaan dalam pelaksanaan program kependudukan dan keluarga berencana te- rus ditingkatkan. Sasaran utama adalah meningkatkan diterima- nya norma keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera secara membudaya dalam masyarakat. Dalam kegiatan ini termasuk pula usaha meningkatkan tanggung jawab serta peranan aktif masyarakat dan seluruh aparatur/instansi pemerintah untuk ikut serta mengelola program kependudukan dan keluarga berencana. Dengan adanya instruksi Menteri Dalam Negeri No. 13 tahun

Selain daripada itu mutu pelayanan kepada calon peserta dan peserta yang ada terus ditingkatkan antara lain sebelum sesuatu alat kontrasepsi diberikan, dilaksanakan pemeriksaan kepada calon peserta. Demikian pula kepada para peserta lama diadakan pelayanan kesehatan. Selanjutnya kepada semua peser- ta diberikan penerangan yang intensif mengenai berbagai meto- de kontrasepsi.

Usaha meningkatkan pelayanan keluarga berencana disam- ping melalui klinik keluarga berencana dan team medis keli- ling juga dikembangkan pelayanan melalui rumah sakit. Pada tahun 1982/83 jumlah rumah sakit yang memberikan pelayanan keluarga berencana adalah 382 rumah sakit. Bila dibandingkan dengan sasaran Repelita III yang berjumlah 164 rumah sakit maka pencapaian pada tahun keempat Repelita III adalah 133% di atas sasaran.

Dalam rangka meningkatkan pelaksanaan keluarga berencana di daerah perkotaan, maka sejak tahun 1981/82 telah dilaksanakan pengamatan yang seksama dan penjajagan cara penggarapan keluarga berencana yang setepat-tepatnya di daerah perkotaan. Pada tahun 1982/83 mulai diusahakan pengembangan keluarga berencana di daerah kota. Dengan semakin meluasnya daerah penggarapan dan semakin meningkatnya jumlah klinik keluarga berencana, jumlah rumah sakit, frekuensi pelayanan melalui. Team Media Keliling dan semakin meningkatnya jumlah peserta keluarga berencana, semakin di rasakan kebutuhan penambahan tenaga pelayanan tenaga medis dan pars media seperti dokter,

XIX/31

Page 9: Li Ulin Lbm 2 KB (Autosaved)

bidan, pembantu bidan, dan tenaga pencatat pelaporan. Jumlah tenaga dokter telah meningkat dari 3.594 orang pada tahun 1979/80 menjadi 4.303 orang pada tahun 1982/83, jumlah tenaga bidan telah meningkat dari 5.476 orang menjadi 6.239 orang, tenaga pembantu bidan naik dari 4.319 orang menjadi 4.928 orang dan tenaga pencatatan pelaporan naik dari 3.927 orang menjadi 4.478 (Tabel XIX - 10).

Untuk melakukan penanganan yang serasi dan saling menunjang antara kegiatan penerangan motivasi dan pelayanan kontrasepsi di daerah pedesaan kegiatan melalui Team Keluarga Berencana Keliling (TKBK) terus dikembangkan. Dengan demikian klinik keluarga berencana telah berfungsi tidak saja sebagai tempat pelayanan tetapi sebagai pusat bergeraknya TKBK dalam rangka memperluas daerah jangkauan klinik. Sejalan dengan meningkatnya usaha penyediaan sarana pelayanan maka diusahakan pula untuk meningkatkan mutu pelayanan melalui pertemuan yang teratur antara tenaga-tenaga pelayanan medis/kontrasepsi baik

di tingkat Pusat, tingkat propinsi maupun tingkat kabupaten/ kotamadya. Melalui pertemuan-pertemuan ini dikembangkan cara pemberian pelayanan keluarga yang setepat-tepatnya baik bagi pria maupun wanita, yang bersifat klinik maupun non klinik.

d. Perbekalan dan Perlengkapan

Sasaran utama kegiatan perbekalan dan perlengkapan dalam menunjang program kependudukan keluarga berencana adalah menyediakan alat kontrasepsi yang cukup, teratur dan tepat pada saat dibutuhkan. Dalam hubungan ini telah dirumuskan pola penyediaan alat kontrasepsi diberbagai tingkatan. Pola penye- diaan alat kontrasepsi yang berupa penyediaan pada tingkat nasional selama 3 bulan, pada tingkat propinsi selama 3 bu- lan, pada tingkat kabupaten/kodya 6 bulan dan pada tingkat desa untuk persediaan selama 3 bulan terus dikembangkan dan dimantapkan. Demikian pula untuk menjaga kemantapan pola penyediaan tersebut kegiatan monitoring pergudangan yang sudah berjalan terus ditingkatkan. Perkembangan penyediaan alat kontrasepsi sejak tahun 1979/80 - 1982/83 yang meliputi Pil KB, IUD dan Kondom dapat dilihat pada Tabel XIX - 11. Dalam tahun 1982/83, penyediaan pil, kondom dan suntikan meningkat dengan pesat dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Dalam rangka menghindarkan ketergantungan penyediaan kontrasepsi dari luar negeri, produksi perakitan pil KB yang dilakukan PT. Kimia Farma di dalam negeri terus ditingkatkan. Produksi pil KB PT. Kimia Farma yang pada tahun pertama sebanyak 18 juta siklus, pada tahun 1982/83 ini telah meningkat menjadi 30 juta siklus. Sebagai tindak lanjut dari produksi pil KB di dalam negeri telah dijajagi antara lain, pendirian pabrik kondom dan study produksi kontrasepsi IUD jenis mul-tiload di dalam negeri. Produksi dalam negeri IUD jenis Lippes Loop yang merupakan jenis IUD yang banyak diper- gunakan pada saat ini, telah mulai dirintis dalam tahun 1982/83.

e. Pelaporan, Data Kependudukan dan Penelitian/Pengkajian

Monitoring kegiatan pelaksanaan program dilakukan mela- lui sistem pencatatan pelaporan yang mampu memberikan berba- gai informasi pelaksanaan program di seluruh wilayah sampai tingkat kecamatan dan desa. Dalam tahun 1982/83 terus dilaku- kan peningkatan dan penyempurnaan sistem pencatatan dan pelaporan yang ada. Sejalan dengan meningkatnya peranan Petu- gas Lapangan Kependudukan dan Keluarga Berencana (PLKB) dan pengawas (PLKKB) di kecamatan, maka telah dilakukan penyempurnaan sistem pelaporan yang sekaligus mengintegrasikan pelaporan penerangan dan PPKBD. Dengan berkembangnya peranan pelayanan keluarga berencana di Rumah Sakit yang melibatkan seluruh bagian rumah sakit, maka sistem pelaporannyapun telah dikembangkan pula dalam rangka memonitor berbagai kegiatan dari seluruh bagian rumah sakit. Selanjutnya dalam rangka melakukan penilaian pelaksanaan program diperlukan suatu sistem penilaian yang dapat diterapkan pelaksanaannya diberbagai tingkat, sehingga hasil penilaian tersebut dapat bermanfaat bagi kebijaksanaan dan pelaksanaan program KKB selanjutnya. Untuk itu dalam tahun 1982/83 ini telah disusun rancangan sistem penilaian program KKB beserta buku pedoman pelaksanaan sistem penilaian operasional.

Dalam rangka meningkatkan data kependudukan dan penyeba- ran informasi data pada tahun 1982/83 telah dilakukan berba- gai usaha antara lain percobaan pelaksanaan registrasi vital pelaporan pengolahan dan pencarian data kependudukan yang lengkap dan menyeluruh (lahir, lahir mati, pindah/migrasi) yang dapat digunakan untuk perencanaan program pembangunan. Kegiatan Registrasi Vital ini mencakup 6 Propinsi Jawa Bali (DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali) dan 3 propinsi Luar Jawa Bali I (Sumatera Utara, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Barat) yang terdiri dari 18

Kabupaten/Kotamadya, 97 kecamatan dengan jumlah desa seluruhnya

meliputi 1.195 desa. Adapun jumlah desa yang me-lapor setiap bulannya mencapai rata-rata + 90% selama 2 ta- hun. Berdasarkan laporan tersebut maka dapat diketahui ke- adaan penduduk di setiap wilayah secara lebih terperinci.

Dalam rangka kerjasama penelitian yang lebih luas telah dirintis kerjasama Internasional antara negara-negara berkembang terutama di kawasan ASEAN dalam mencoba pendekatan baru yang bersifat komparatif. Kegiatan ini kemudian diperluas dengan usaha pertukaran para ahli dibidang pengkajian program KKB. Demikian pula dalam usaha menghindarkan ketergantungan dari luar negeri dalam pengadaan kontrasepsi telah dilakukan penelitian pendahuluan untuk menggali berbagai potensi ta- naman yang mengandung bahan baku alat kontrasepsi Pil KB un- tuk dikembangkan lebih lanjut.

XIX/34

Page 10: Li Ulin Lbm 2 KB (Autosaved)
Page 11: Li Ulin Lbm 2 KB (Autosaved)

7. Mengapa pemerintah dalam mengurus KB dinilai kurang maksimal?8. Apa tujuan program KB?

a. Tujuan Umum :Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam rangkamewujudkan keluarga kecil yang bahagia, sejahtera yang menjadidasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera denganmengenalikan kelahiran, sekaligus dalan rangka menjaminterkenalinya pertumbuhan penduduk di Indonesia.b. Tujuan Khusus :• Menurunkan angka kelahiran kasar setiap tahunnya, maka untukmencapai tujuan tersebut Program KB diarahkan pada duasasaran:• Sasaran lansung dengan pemakaian kontrasepsi pada pasanaganusia subur (PUS/ELCO:Eligablo couple) secara bertahap menjadipeserta KB yang aktif dan dampaknya lansung penurunanfertilitas.• Sasaran tidak lansung yang mendukung program KB, diantaranyaOrganisasi – organisasi, LSM, PKK, Organisasi profesi, dan

berbagai pihak yang mendukung pelembagaan NKKBS.

9. Apa kendala program KB?

Page 12: Li Ulin Lbm 2 KB (Autosaved)

Masalah pertama menyangkut pengembangan keserasian antara usaha-usaha keluarga berencana dalam arti terbatas menjadi suatu program sebagian dari pada kebijaksanaan ke-pendudukan yang menyeluruh. Untuk itu diusahakan mengembangkan program-program keluarga berencana yang bersifat nonklinis seperti pendildikan kependudukan dan lain lain.

Masalah kedua adalah mempertinggi tingkat kelangsungan penggunaan kontrasepsi. Penggunaan kontrasepsi yang tidak berkelangsungan, akan tidak mem,enuhi sa+aaran penurunan tingkat kelahiran yang ingin dicapai melalui program keluarga berencana.

Masalah ketiga adalah peningkatan jumlah peserta (akseptor) keluarga berencana. Walaupun jumlah akseptor kehuarga berencana yang dapat dicapai dalam Repelta I cukup berkembang namun baik dilihat dari prosentasenya terhadap jumlah penduduk maupun dari ciri-ciri khas para akseptor itu sendiri, dapat diperkirakan bahwa pengaruhnya terhadap penurunan tingkat kelahiran di masa depan mash akan terbatas sekali.

Masalah keempat adalah mencari Cara-cara pendekatan yang lebih tepat dan lebih sesuai dengan sifat dan keadaan masya-rakat Indonesia.

Masalah kelima adalah pengembangan kemampuan_ organisasi pelaksana program keluarga berencana. Pelaksanaan program keluarga berencana menyangkut begitu banyalf lembaga-lembaga pemerintah dan leanbaga-lenlbaga masyarakat, di tingkat pusat maupun di tingkat daerah, sehingga kemampuan organisasi yang baik merupakan salah satu syarat utama ber-aasilnya program keluarga berencana.

Page 13: Li Ulin Lbm 2 KB (Autosaved)

Masalah keenam adalah pengembangan sarana-sarana pela- yanan keluarga berencana agar sejauh mungkin dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang makin tumbuh. Dalam hal sarana ini tidak hanya dibutuhkan klinik-klinik keluarga berencana, akan tetapi juga penyedi.aan bahan-bahan kontrasepsi yang teratur clan memenuhi kebutuhan, tersedianya tenaga-tenaga pelayanan, dan lain sebagainya.

Masalah ketujuh adalah meningkatkan pengembangan sikap hidup yang menuju kepada pola keluarga kecil. Sambutan masyarakat terhadap program keluarga berencana adalah merupakan langkah permulaan yang hares dikembangkan ke arah sikap hidup yang lebih rasionil dalam hubungannya antara rnanusia dan lingkungan hidup.

10. Apa saja sasaran program KB?

Sasaran Umum_ PUS usia muda yang belum ber-KB._ PUS istirahat yang sudah ber-KB._ Pelaksana dan pengelola KB._ Pemuda terutama remaja yang mencakup penanaman danpenghayatan NKKBS._ Kelompok masyrakat yang masih sukar diajak ber-KB dan keluargamasyarakat di daerah terpencil. 3_ Kaum pria sebagai usaha dalam pelaksana pogram danmelembagakan NKKBS._ Program kesejahteraan ibu dan anak yang mengarah padakesejahteraan bayi dan ibunya.Sasaran Pelayanan Keluarga Berencana• PUS yang ingin mencegah kehamilan karena alasan pribadi.• PUS yang ingin menjarangkan kehamilan demi kesehatan ibu dananak.• PUS yang ingin membatasi jumlah anak.• Keluarga yang memiliki lebih dari 5 anak.

11. Apa macam2 KB?

Page 14: Li Ulin Lbm 2 KB (Autosaved)

12. Apa manfaat CPR?

Informasi tentang besarnya CPR sangat bermanfaat untukmenetapkan kebijakan pengendalian kependudukan, serta penyediaan pelayanan KB

Page 15: Li Ulin Lbm 2 KB (Autosaved)

baik dalam bentuk mempersiapkan pelayanan kontrasepsi seperti sterilisasi,pemasangan IUD, persiapan alat dan obat kontrasepsi, serta pelayanan konseling

untuk menampung kebutuhan dan menanggapi keluhan pemakaian kontrasepsi.

13. Apa dampak ledakan penduduk dan penanganan14. Manfaat dan interpretasi TFR?15. Apa saja data yg diambil dari SDKI?