Upload
ngakan-putu-wiga-kusuma
View
189
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
lbp
Citation preview
KATA PENGANTAR
Puji syukur yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat rahmat dan karunia-Nya laporan kasus LBP ini dapat diselesaikan.
Dalam laporan kasus ini penulis telah mendapat bantuan, bimbingan dan kerjasama
dari berbagai pihak, terutama dokter pembimbing Dr. Dewi Gentari, Sp. S maka pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih.Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, karena itu penulis sangat berharap
adanya kritik dan saran yang membangun dari semua pihak, agar makalah ini menjadi lebih
baik dan dapat berguna bagi semua pembaca.
Penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila masih banyak kesalahan maupun
kekurangan dalam penulisan makalah ini.
Bogor, 16 April 2013
Penulis
I. IDENTITAS
Nama : Tn. M W
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 57 tahun
Pekerjaan : Pensiunan
Agama : Islam
Status pernikahan : Menikah
Alamat : Bukit Cimanggu
Datang ke poli saraf : 10 April 2013
II. ANAMNESIS
A. Keluhan utama
Nyeri punggung bawah yang menjalar ke belakang paha kanan kiri, betis hingga telapak
kaki kanan kiri sejak 3 bulan SMRS.
B. Keluhan tambahan
Kesemutan pada tungkai kanan dan kiri
C. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke poli saraf RSMM Bogor dengan keluhan nyeri punggung bawah yang
menjalar ke belakang paha kanan kiri, betis hingga telapak kaki kanan kiri sejak 3 bulan
yang lalu. Nyeri dirasakan terus menerus, seperti ditarik. Nyeri timbul terutama saat
pasien akan berdiri dari posisi duduk dalam waktu lama dan saat membungkuk. Nyeri
juga timbul saat pasien duduk dalam shalat. Nyeri bertambah jika pasien batuk atau
mengejan. Nyeri tidak bertambah berat pada pagi hari. Nyeri menghilang jika pasien
berhenti sejenak dari aktivitas. Nyeri pada punggung bagian bawah ini dirasakan hilang
timbul setelah membantu tetangga mengangkat barang saat kebakaran 3 bulan yll,
sudah berobat ke rumah sakit dan didiagnosis adanya saraf yang terjepit. Pasien juga
mengeluh adanya kesemutan pada kedua tungkai. Kesemutan dirasakan ditempat yang
sama dengan nyeri dan hilang timbul. Pasien menyangkal adanya kelemahan atau baal
pada anggota gerak lain, demam, kejang, gangguan buang air kecil dan buang air besar.
Setelah diobati, pasien mengaku keluhan sudah berkurang.
D. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengaku memiliki riwayat hipertensi lama dan pernah dirawat karena hipertensi
pada tahun 2010. Pasien menyangkal adanya diabetes mellitus, penyakit jantung,
riwayat stroke, maag dan riwayat alergi obat.
E. Riwayat penyakit keluarga
Pasien menyangkal adanya riwayat seperti ini, hipertensi, diabetes mellitus, dan riwayat
stroke pada keluarga.
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan umum
Kesadaran : Compos mentis, GCS E4M6V5 = 15
Sikap : Berdiri, duduk dan berbaring
Kooperasi : Kooperatif
Keadaan gizi : Gizi cukup
Tekanan darah : Kanan : 120/80 mmHg
: Kiri : 120/80 mmHg
Nadi : 74 kali / menit
Suhu : 36,50C
Pernapasan : 18 kali / menit
B. Keadaan lokal
Stigmata trauma : Tidak ada
Pulsasi Aa. Carotis : Pulsasi kanan dan kiri equal, regular, isi cukup
Pembuluh darah perifer : Capillary refill time < 2 detik
Kelenjar getah bening : Tidak teraba membesar, nyeri tekan (-)
Columna vertebralis : Lurus di tengah, luka (-), massa atau benjolan (-),
kemerahan (-), nyeri tekan (+) pada area L4 – L5,
nyeri ketok (+) pada area L4-L5
C. Pemeriksaan
Jantung
Inspeksi : Pulsasi iktus kordis tidak terlihat.
Palpasi : Pulsasi iktus kordis teraba di ICS V linea midklavikula sinistra
Perkusi : Batas jantung kanan : ICS IV linea sternalis dekstra
: Batas jantung kiri : ICS V linea midklavikula sinistra
: Pinggang jantung : ICS III linea parasternalis sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I, II regular, murmur (-), gallop (-)
Paru
Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis
Palpasi : Vokal fremitus teraba sama di kedua lapang paru
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : Suara napas vesikuler, wheezing -/-, rhonkii -/-
Abdomen
Inspeksi : Supel
Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar dan limpa tidak teraba
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
IV. STATUS NEUROLOGI
Kesadaran : CM GCS E4M6V5
Tanda Ransang Meningeal :
- kaku kuduk : (-)
- Brudzinski I,II,III,IV : (-)
- Kernig : (-)
Saraf kranialis
Pemeriksaan Kanan Kiri
N. I (Olfaktorius) Normosmia Normosmia
N. II (Optikus)
Acies visus
Visus campus
Melihat warna
Funduskopi
Baik
Baik
Baik
Tidak dilakukan
Baik
Baik
Baik
Tidak dilakukan
N. III, IV, VI
(Okulomotoris,
Troklearis, Abdusen)
Kedudukan bola mata Ortoposisi
Pergerakan bola mata
Ke nasal
Ke temporal
Ke nasal atas
Ke temporal atas
Ke nasal bawah
Ke temporal bawah
Eksoftalmus
Nistagmus
Pupil
Refleks cahaya langsung
Refleks cahaya konsensual
Reaksi akomodasi
Reaksi konvergensi
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
-
-
Bulat, isokor, Ø 3 mm
+
+
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
-
-
Bulat, isokor Ø 3 mm
+
+
Baik
Baik
N. V (Trigeminus)
Cabang motorik
Cabang sensorik
Oftalmikus
Maksilaris
Mandibularis
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
N. VII (Fasialis)
Motorik orbitofrontal
Motorik orbikularis
Pengecap lidah
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
N. VIII (Vestibulokoklear)
Vestibular
Vertigo
Nistagmus
Koklear
Rinne
Weber
Swabach
-
-
Tidak dilakukan
-
-
N. IX – X
(Glossofaringeus, Vagus)
Motorik
Sensorik
Uvula di tengah, deviasi arkus faring (-)
Baik
N. XI (Asesorius)
Mengangkat bahu
Menoleh
Baik
Baik
Baik
Baik
N. XII (Hipoglosus)
Pergerakan lidah
Atrofi
Fasikulasi
Tremor
Deviasi (-)
-
-
-
Sistem motorik
Pemeriksaan Kanan Kiri
Ekstremitas atas proksimal-distal 5555 5555
Ekstremitas bawah proksimal-distal 5555 5555
Sistem sensorik
Propioseptif : Baik
Eksteroseptif : Baik
Refleks-refleks fisiologis
Pemeriksaan Kanan Kiri
Biceps 0 0
Triceps 0 0
Patellar 0 0
Achilles 0 0
Refleks-refleks patologis
Pemeriksaan Kanan Kiri
Hoffman-Trommer - -
Babinski - -
Chaddock - -
Gordon - -
Gonda - -
Schaefer - -
Klonus otot - -
Klonus tumit - -
Fungsi cerebellar dan koordinasi
Ataxia : (-)
Tes Romberg : (-)
Disdiadokokinesis : (-)
Jari-jari : (+)
Jari-hidung : (+)
Tumit-lutut : (+)
Fungsi luhur
Astereognosia : (-)
Apraksia : (-)
Afasia : (-)
Fungsi otonom
Miksi : Baik
Defekasi : Baik
Sekresi keringat : Baik
Collumna Vertebralis
Skoliosis (-)
Kifosis (-)
Gibbus (-)
Lain-lain
Pemeriksaan Kanan Kiri
Pattrick + +
Kontra Pattrick + +
Gaenslen - -
Valsava - -
Naffziger - -
Lasegue + +
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Rontgen menunjukkan adanya HNP L4, L5
VI. RESUME
Pasien datang ke poli saraf RSMM Bogor dengan keluhan nyeri punggung bawah yang
menjalar ke belakang paha kanan kiri, betis hingga telapak kaki kanan kiri sejak 3 bulan
SMRS. Nyeri terus menerus, seperti ditarik. Nyeri terutama saat akan berdiri dan saat
membungkuk. Nyeri bertambah jika pasien batuk atau mengejan. Nyeri seperti ini hilang
timbul setelah pasien mengangkat barang 3 bulan yll, kesemutan pada kedua tungkai (+).
Mengangkat beban berat (+) Pasien menyangkal adanya kelemahan atau baal pada anggota
gerak lain, demam, kejang, gangguan buang air kecil dan buang air besar.
Semua pemeriksaan fisik status generalis dan status neurologis dalam batas normal,
kecuali:
Pemeriksaan Kanan Kiri
Laseque + +
Pattrick + +
Kontra Pattrick + +
VII. DIAGNOSIS KERJA
Diagnosis klinis : LBP Ischialgia
Diagnosis etiologi : HNP
Diagnosis topik : Radiks L4-L5
VIII. PENATALAKSANAAN
A. Medikamentosa
Analgesik dan antiinflamasi:
Diklofenak 3 x 50 mg
Acetaminofen 2 x 400mg
Meloxicam 1 x 15 mg
Suplemen kalsium:
Osteocal 2 x 500mg
Proteksi lambung:
Ranitidine 2 x 75mg
B. Non-medikamentosa
Tirah baring pada alas yang datar dan keras
Informasi dan edukasi kebiasaan hidup
Pemakaian korset lumbosakral
IX. PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad fungtionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia
TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Anatomi Diskus Intervertebra, Radiks, dan Nervus Ischiadicus
Anatomi diskus intervertebralis
Diskus intervertebra terdiri dari dua bagian utama yaitu nukleus pulposus di bagian tengah
dan anulus fibrosus yang mengelilinginya. Diskus
dipisahkan dari tulang di atas dan di bawah oleh dua
lempeng tulang rawan hialin yang tipis. Nukleus
pulposus adalah bagian sentral semigelatinosa
diskus; struktur ini mengandung berkas-berkas serat
kolagenosa, sel jaringan ikat, dan sel tulang rawan.
Bahan ini berfungsi sebagai peredam kejut (shock
absorber) antara korpus vertebra yang berdekatan,
dan juga berperan penting dalam pertukaran cairan
antara diskus dan kapiler. Anulus fibrosis terdiri dari
cincin-cincin fibrosa konsentris, yang mengelilingi
nukleus pulposus. Fungsi anulus fibrosis adalah agar
dapat terjadi gerakan antara korpus-korpus vertebra
(karena struktur serat yang seperti spiral), menahan
nukleus pulposus, dan sebagai peredam kejut. Dengan demikian, anulus fibrosus berfungsi
serupa dengan simpai di sekitar tong air atau sebagai pegas kumparan, menarik korpus
vertebra agar menyatu melawan resistensi elastik nukleus pulposus, sedangkan nukleus
pulposus berfungsi bantalan peluru antara dua korpus vertebra.1
Gambar 1. Anatomi diskus intervertebralis
Anatomi radiks
Radiks adalah serabut saraf yang berasal dari medulla spinalis. Setiap segmen medula
spinalis mempunyai serabut eferen (radiks ventralis) dan serabut aferen (radiks dorsalis).
Kedua serabut tersebut bergabung dalam satu berkas yang dinamakan saraf spinal. Setiap
saraf spinal mempersarafi otot dan kulit tertentu, sehingga didapatkan penataan dalam bentuk
segmen-segmen. Hubungan yang dibentuk oleh saraf spinal dinamakan pleksus. Pleksus yang
terdapat pada tingkat serviko-torakal dinamakan pleksus brakialis karena saraf perifer yang
berasal dari pleksus tersebut mempersarafi bagian lengan. Sedangkan pleksus yang terdapat
pada tingkat lumbo-sakral dinamakan pleksus lumbosakralis yang mempersarafi tungkai.2
Pleksus lumbosakralis terdiri dari pleksus lumbalis dan pleksus sakralis. Bagian pertama
disusun oleh cabang anterior saraf spinal L1, L2, L3 dan sebagian dari L4. Saraf perifer yang
berasal dari pleksus lumbalis adalah n. kutaneus femoralis lateralis, n. femoralis, n.
genitofemoralis, dan n. obturatorius. Sedangkan pleksus sakralis disusun oleh cabang anterior
saraf spinal L4 sampai dengan S3. Pleksus tersebut terletak di atas m. piriformis pada
permukaan dalam tulang pelvis. Saraf perifer yang berasal dari pleksus sakralis adalah n.
gluteus superior dan inferior, n. kutaneus femoralis posterior, dan n. ischiadicus.2
Anatomi nervus ischiadicus
Nervus ischiadicus adalah seberkas saraf sensorik dan motorik yang meninggalkan pleksus
lumbosakralis menuju ke foramen infrapiriforme dan keluar pada permukaan belakang
tungkai di pertengahan lipat bokong. Nervus ischiadicus pada fosa poplitea bercabang
menjadi dua, cabang pertama adalah n. tibialis dan cabang kedua adalah n. peroneus
komunis. Nervus tibialis bercabang menjadi n. kutaneus surae medialis, n. plantaris, dan n.
plantaris medialis. Sedangkan n. peroneus komunis becabang menjadi n. kutaneus surae
lateralis, n. peroneus profundus dan superfisialis, n. kutaneus dorsalis pedis intermedius, dan
n. kutaneus dorsalis pedis medialis.2
Gambar 2. Anatomi nervus ischiadicus
1.2. Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain/LBP)
Definisi
LBP merupakan sindrom nyeri pada punggung bawah yang banyak dikeluhkan dan di
perkirakan angka kejadiannya sekitar 30%. Di Amerika Serikat (AS) LBP merupakan
penyebab terbanyak karyawan tidak masuk kerja. Pada tahun 1985 sebuah penelitian
menunjukkan angka 14% dari seluruh populasi di AS kehilangan setidaknya 1 hari kerja
pertahun akibat LBP tersebut.
Epidemiologi
Hampir dari 80 % penduduk pernah mengalami LBP dalam siklus kehidupannya, 40%
diantaranya juga disertai skiatika. Kebanyakan nyeri pinggang tidak mengakibatkan
kecacatan. Lebih dari 50% penderita nyeri pinggang membaik dalam 1minggu, sementara
lebih dari 90% merasa lebih baik dalam 8 minggu. Sisanya sekitar 7%-10% mengalami
keluhan yang berlanjut sampai lebih dari 6 bulan.
Pada nyeri pinggang terdapat faktor risiko, termasuk diantaranya pekerjaan dan kejiwaan;
misalnya mengangkat barang di luar batas kesanggupan atau pada posisi yang tidak baik.
Nyeri pinggang mungkin pula berkaitan dengan berbagai kondisi psikologis seperti neurosis,
histeria dan reaksi konversi. Depresi lebih jarang menyebabkan nyeri pinggang akut, tetapi
sering timbul sebagai komplikasi nyeri pinggang kronik. Obesitas dan merokok juga
merupakan faktor risiko nyeri pinggang.
Sembilan puluh persen (90%) penderita nyeri pinggang mempunyai dasar mekanik. Nyeri
pinggang mekanik (mechanical low back pain) didefinisikan sebagai nyeri pinggang pada
struktur anatomik normal yang digunakan secara berlebihan (muscle strain) atau nyeri yang
sekunder terhadap trauma atau deformitas (misalnya hernia nukleus pulposus); 10% penderita
nyeri pinggang sisanya menunjukkan keluhan penyakit sistemik. Diperkirakan ada lebih dari
70 penyakit non-mekanik yang berkaitan dengan nyeri pinggang. Evaluasi klinis yang teliti
dapat memisahkan penderita nyeri pinggang mekanik dari penderita nyeri pinggang non-
mekanik/medik.
Klasifikasi
LBP dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Hanya nyeri punggung (Back Pain Only)
o Merupakan kasus tersering, yaitu sekitar 93% dari kasus LBP,
dapat disebabkan oleh gangguan pada muskuloligamentous,
fraktur, spondilosis, infeksi, tumor, dan penyebab yang tidak
diketahui.
2. Sciatica atau ischialgia (4%)
Dapat dibagi lagi menjadi:
o Hanya radikulopati
o Dengan gejala: bowel, bladder, saddle anesthesia (cauda equina
syndrome)
3. Spinal Stenosis (3%)
1.3. Ischialgia
Definisi
Ischialgia adalah nyeri radikular yang menjalar sepanjang perjalanan n. ischiadicus dan
selanjutnya ke perifer yang dirasakan sepanjang tungkai.5 Suatu kondisi dimana saraf
ischiadicus yang mempersarafi daerah bokong sampai kaki terjepit.7
Gambar 3. Ischialgia
Etiologi
Lesi iritatif dapat berupa nukleus pulposus yang menonjol ke dalam kanalis vertebralis
(HNP), osteofit pada spondilosis servikal, herpes zoster ganglion spinale L4 atau L5 maupun
S1, tumor dalam kanalis vertebralis, dan sebagainya. Hasil anamnesis yang ditemukan adalah
sakit pinggang bawah, kegiatan yang menimbulkan peningkatan tekanan di dalam ruang
arahnoidal seperti batuk, bersin, dan mengejan, dapat memprovokasi ischialgia.8
Patofisiologi
Ischialgia timbul akibat perangsangan serabut-serabut sensorik yang berasal dari radiks
posterior L4 sampai S3. Hal ini dapat terjadi pada setiap bagian n. ischiadicus sebelum
muncul pada permukaan belakang tungkai. Pada tingkat diskus intervertebralis antara L4
sampai S1 dapat terjadi hernia nukleus pulposus, sehingga radiks posterior L5, S1, dan S2
dapat terangsang. Ischialgia timbul akibat lesi iritatif tersebut.8
Gambar 4. Patofisiologi ischialgia
Pemeriksaan
A. Tes lasegue
Ischialgia dapat diprovokasi dengan mengangkat tungkai yang terkena dalam posisi lurus.
Tes lasegue positif jika iskialgia timbul sebelum tungkai mencapai sudut 70 derajat.
B. Tes lasegue menyilang
Ischialgia dapat diprovokasi dengan mengangkat tungkai yang sehat dalam posisi lurus.
C. Tes naffziger
Melakukan penekanan pada kedua vena jugularis dan meminta pasien untuk mengejan,
tekanan intra kranial dan intratekal meningkat, karena itu iritasi yang ada terhadap radiks
diperkuat, sehingga ischialgia dapat diprovokasi.
D. Tes Patrick
Tes Patrick dilakukan untuk memprovokasi nyeri di sendi panggul yang sakit. Dengan
menempatkan tumit atau maleolus lateralis tungkai yang terkena pada lutut tungkai yang
sehat, dapat diprovokasi nyeri di sendi panggul jika diadakan penekanan pada lutut yang
difleksikan tersebut.
E. Tes kontra Patrick
Tes kontra Patrick dilakukan untuk menentukkan lokasi patologis di sendi sakroiliaka jika
terjadi nyeri di daerah bokong, baik yang menjalar sepanjang tungkai, maupun yang terbatas
pada daerah gluteal dan sakral saja. Tes ini dilakukan dengan melipat tungkai yang sakit dan
endorotasi serta adduksi. Kemudian diadakan penekanan sejenak pada lutut tungkai tersebut.
Nyeri yang timbul terasa di garis sendisakroiliaka jika terdapat suatu patologi.
F. Tes gaenslen
Tes ini digunakan untuk menentukan patologi di sendi sakroiliaka seperti halnya tes kontra
Patrick. Pasien dalam posisi terlentang dengan kedua tungkai dilipat di sendi lutut, diletakkan
di tepi tempat periksa. Untuk mempermudah pasien berbaring maka pasien diminta
merangkul kedua lututnya, kemudian pasien diminta mengantungkan tungkai yang berada di
dekat tepi tempat periksa. Nyeri akan terasa di sendi sakroiliaka ipsilateral pada saat tungkai
dilepaskan untuk menggantung di tepi tempat periksa. Apabila terdapat patologi sendi
sakroiliaka yang bersangkutan.8
G. Tes valsava
Pembuangan napas (ekspirasi) pasa dengan menutup bibir dan menutup hidung menghasilkan
peningkatan tekanan intracranial, karena itu iritasi yang ada terhadap radiks diperkuat,
sehingga ischialgia dapat diprovokasi.
1.4. Hernia Nukleus Pulposus
Definisi
Hernia nukleus pulposus (HNP) adalah suatu keadaan dimana terjadi penonjolan diskus
intervertebralis ke arah posterior dan/atau lateral dalam kanalis
vertebralis yang dapat menimbulkan penekanan/penyempitan
radiks saraf-saraf dan penekanan medula spinalis dengan
berakibat timbulnya gejala-gejala neurologis.3
Gambar 5. Perbedaan diskus intervertebralis normal dan herniasi
Gambar 6. Perbedaan radiks saraf normal dan penekanan radiks karena herniasi diskus
Klasifikasi
HNP dapat terjadi di berbagai tempat di sepanjang tulang belakang. Menurut tempat
terjadinya, HNP dibagi atas:
A. Hernia lumbosakralis
B. Hernia servikalis
C. Hernia thorakalis
D.
Menurut gradasinya, HNP dibagi atas:
A. Protrusi diskus intervertebralis
Nukleus terlihat menonjol ke satu arah tanpa kerusakan anulus fibrosus.
B. Prolaps diskus intervertebralis
Nukleus berpindah, tetapi masih dalam lingkaran anulus fibrosus.
C. Ekstrusi diskus intervertebralis
Nukleus keluar dari anulus fibrosus dan berada di bawah ligamentum
longitudinalis posterior.
D. Sequestrasi diskus intervertebralis
Nukleus telah menembus ligamentum longitudinal posterior.3
Gambar 7. Gradasi HNP
Epidemiologi
Hernia nukleus pulposus sering terjadi pada pria dan wanita dewasa dengan insiden puncak
pada dekade ke 4 dan ke 5. Kelainan ini banyak terjadi pada individu dengan pekerjaan yang
banyak membungkuk dan mengangkat. HNP pada daerah lumbal lebih sering terjadi pada
usia sekitar 40 tahun dan lebih banyak pada wanita dibanding pria. HNP servikal lebih sering
terjadi pada usia 20-40 tahun. HNP torakal lebih sering pada usia 50-60 tahun dan angka
kejadian pada wanita dan pria sama. Hampir 80% dari HNP terjadi di daerah lumbal.
Sebagian besar HNP terjadi pada diskus L4-L5 dan L5-S1. Sedangkan HNP servikal hanya
sekitar 20% dari insiden HNP. Selain pada daerah servikal dan lumbal, HNP juga dapat
terjadi pada daerah torakal namun sangat jarang ditemukan. Karena ligamentum
longitudinalis posterior pada daerah lumbal lebih kuat pada bagian tengahnya, maka protrusi
diskus cenderung terjadi ke arah posterolateral, dengan kompresi radiks saraf.1
Patofisiologi
Nukleus pulposus terdiri dari jaringan ikat longgar dan sel-sel kartilago yang mempunyai
kandungan air yang tinggi. Nukleus pulposus bisa bergerak jika ada tekanan (trauma),
akibatnya cairan menjadi padat, melebar, dan dapat menggelembungkan annulus fibrosus.
Annulus fibrosus dapat robek jika terjadi trauma sedang yang berulang kali mengenai diskus
intervertebrais.3
Ruptur nukleus pulposus biasanya didahului dengan perubahan degeneratif yang terjadi pada
proses penuaane. Kehilangan protein polisakarida dalam diskus menurunkan kandungan air
nukleus pulposus. Perkembangan pecahan yang menyebar di anulus melemahkan pertahanan
pada herniasi nukleus. Setelah trauma seperti jatuh, kecelakaan, dan stress minor berulang
(seperti mengangkat beban) kartilago dapat cedera.4
Bagan 1. Patofisiologi HNP
Pada tahap awal, robeknya anulus fibrosus itu bersifat sirkumferensial. Gaya traumatik yang
terjadi berkali-kali dapat menyebabkan robekan itu menjadi lebih besar dan radikal. Jebolnya
nukleus pulposus ke kanalis vertebralis dapat menyebabkan terjadinya penekanan radiks
saraf. Hal ini terjadi bila penjebolan kearah lateral. Bila tempat herniasinya di tengah, maka
tidak ada radiks yang terkena.3
Tempat penonjolan nukleus pulposus bervariasi, menyebabkan radiks posterior dapat tertekan
dari arah lateral, medial, atau posterior. Manifestasi klinisnya juga bervariasi antara nyeri
radikular dengan parestesia dan nyeri radikular dengan
hipestesi. Penekanan terhadap radiks posterior
mengakibatkan timbulnya nyeri radikular. Jika penekanan
sudah menimbulkan pembengkakan radiks posterior dan
kerusakan struktural yang lebih berat, maka gejala yang
timbul dapat berupa hipestesia atau anesthesia radikular.
Nyeri radikular yang timbul akibat lesi iritatif di radiks
posterior tingkat servikal disebut brakialgia, karena
nyerinya dirasakan sepanjang lengan. Sedangkan nyeri
radikular yang dirasakan sepanjang tungkai disebut ischialgia, karena nyerinya menjalar
sepanjang perjalanan n. ischiadicus dan selanjutnya ke perifer.5
Manifestasi klinik
Nyeri di pinggang bagian bawah, dapat menyebar sampai bokong dan paha. Rasa nyeri dapat
langsung timbul setelah cedera atau beberapa jam kemudian, bahkan dapat beberapa hari
kemudian. Kalau nyeri terdapat di bagian pinggang dan pinggul, disebut lumbago, dan
apabila nyeri sampai ke bokong disebut ischias. Rasa nyeri dapat seperti tertikam dan apabila
digunakan akan terasa lebih nyeri. Batuk ataupun bersin dapat menambah rasa nyeri,
demikian juga dengan perubahan sikap dari duduk ke berdiri.6
Gambaran radiologi
Pada gambaran foto polos penderita HNP, yang terjadi adalah nukleusnya mengalami
herniasi ke kanalis vertebralis sehingga akan tampak gambaran penyempitan diskus
intervertebralis. Pada gambaran CT mielogram atau MRI akan memperlihatkan kompresi
kanalis oleh diskus yang mengalami herniasi dan mielogram CT akan menentukan ukuran
dan lokasi herniasi diskus. Pada gambaran elektromiogram (EMG) dapat menentukan secara
pasti akar saraf yang terkena. Juga dapat dilakukan uji kecepatan hantaran saraf. Pada
gambaran CT Scan daerah lumbal diperoleh gambaran penekanan pada daerah anterior
epidural dan herniasi jaringan lunak pada daerah lateral dan posterolateral yang menyebabkan
serabut saraf tak terlihat.1
Gambar 8. MRI HNP Lumbal
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien herniasi diskus adalah tirah baring singkat di atas kasur yang
keras dan datar, pemberian obat-obat analgetika, anti inflamasi, trankuilizer/ relaksan otot,
dan pemakaian korset. Tindakan operasi diindikasikan segera apabila ditemukan tanda-tanda
kompresi serabut saraf. Jika tidak maka harus dilakukan metode atau terapi yang lebih
konservatif. Gagalnya tindakan konservatif, yang tidak terkait dengan nyeri, ada kelanjutan
tanda-tanda kompresi serabut saraf atau kelemahan otot yang berat merupakan indikasi
operasi.1
DAFTAR PUSTAKA
1. Ashari, Irwan. Protrusi Diskus Intervertebralis. 2009. Dikutip dari:
http://irwanashari.blogspot.com/2009/04/protrusi-diskus-intervertebralis.html
2. Mardjono, Mahar. Sidharta, Priguna. Neurologi Klinis Dasar. 2008. Dian Rakyat:
Jakarta. Hal 76-79.
3. Widnyana, I Gusti Putu Victor. Herniasi Nukleus Pulposus. 2008. Dikutip dari:
http://victorwidnyana.blogspot.com/2008/12/herniasi-nukleus-pulposus-hnp.html.
4. ASKEP_HNP
5. Mardjono, Mahar. Sidharta, Priguna. Neurologi Klinis Dasar. 2008. Dian Rakyat:
Jakarta. Hal 94.
6. Suftini. Cedera Pada Axiale Dorsale - Prolaps Diskus. 2004. USU Digital Library:
Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
7. Pontianak Post Online. Nyeri Bokong yang Menjalar ke Kaki Kanan. 2008. Dikutip
dari: http://jawabali.com/sehatbugar/ada/nyeri-bokong/
8. Mardjono, Mahar. Sidharta, Priguna. Neurologi Klinis Dasar. 2008. Dian Rakyat:
Jakarta. Hal 95-104.