35

LATAR BELAKANG - … Indonesia Nomor: ... pelatihan, penelitian, studi banding, magang, workshop, seminar, pendampingan, ... Peningkatan pengajuan proposal kredit perbankan

  • Upload
    ngonga

  • View
    224

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

LATAR BELAKANGLATAR BELAKANG

Gubernur BI pada Penutupan Forstra 2007 : Destination Statement BI tahun 2013 : Menjadi lembaga yang lebih dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas, sebagai hasil dari penguatan integritas kelembagaan, peningkatan kemitraan strategis dan optimalisasi kinerja melalui kebijakan yang efektif dan efisien

Gubernur BI pada acara Banker’s Dinner 2008: KBI agar meningkatkan peran fasilitasi/mediasi terkait intermediasi perbankan ke kelompok UMKM dalam upaya mendukung pemberdayaan sektor riil.

Merujuk hal tersebut, maka Bank Indonesia berinisiatif untuk memfasilitasi kegiatan yang mendorong pertumbuhan di sektor riil, khususnya UMKM.

D K B U - 2

Gubernur BI pada Penutupan Forstra 2007 : Destination Statement BI tahun 2013 : Menjadi lembaga yang lebih dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas, sebagai hasil dari penguatan integritas kelembagaan, peningkatan kemitraan strategis dan optimalisasi kinerja melalui kebijakan yang efektif dan efisien

Gubernur BI pada acara Banker’s Dinner 2008: KBI agar meningkatkan peran fasilitasi/mediasi terkait intermediasi perbankan ke kelompok UMKM dalam upaya mendukung pemberdayaan sektor riil.

Merujuk hal tersebut, maka Bank Indonesia berinisiatif untuk memfasilitasi kegiatan yang mendorong pertumbuhan di sektor riil, khususnya UMKM.

Upaya Percepatan Pertumbuhan Sektor Upaya Percepatan Pertumbuhan Sektor RiilRiil

Upaya Bank Indonesia dalam mendukung percepatan pertumbuhan sektor riil melalui pemberdayaan UMKM dilakukan :

A. Secara langsung, antara lain melalui pengembangan klaster

UMKM dengan pendekatan value chain (hulu-hilir)

B. Secara tidak langsung, antara lain melalui kegiatan penelitian,pelatihan dan penyebaran informasi

D K B U - 3

Upaya Bank Indonesia dalam mendukung percepatan pertumbuhan sektor riil melalui pemberdayaan UMKM dilakukan :

A. Secara langsung, antara lain melalui pengembangan klaster

UMKM dengan pendekatan value chain (hulu-hilir)

B. Secara tidak langsung, antara lain melalui kegiatan penelitian,pelatihan dan penyebaran informasi

Mengapa Pendekatan Klaster ?Mengapa Pendekatan Klaster ?

Pendekatan klaster dinilai strategis mengingat :

bersifat terintegrasi,

meningkatkan daya tawar,

efisiensi biaya,

berdampak bagi pengembangan ekonomi wilayah.

Pendekatan klaster juga mampu menstimulasi inovasi melalui pertukaran pengalaman dan pengetahuan antar pelaku dalam hubungan hulu - hilir serta mendorong peningkatan keterkaitan sosial dan peningkatan keahlian masing-masing anggota klaster.

[Sumber: Bappenas(2006), Departemen Perindustrian(2005), BBPT(2003), JICA (2004)

tentang klaster dan pembangunan industri]

D K B U - 4

Pendekatan klaster dinilai strategis mengingat :

bersifat terintegrasi,

meningkatkan daya tawar,

efisiensi biaya,

berdampak bagi pengembangan ekonomi wilayah.

Pendekatan klaster juga mampu menstimulasi inovasi melalui pertukaran pengalaman dan pengetahuan antar pelaku dalam hubungan hulu - hilir serta mendorong peningkatan keterkaitan sosial dan peningkatan keahlian masing-masing anggota klaster.

[Sumber: Bappenas(2006), Departemen Perindustrian(2005), BBPT(2003), JICA (2004)

tentang klaster dan pembangunan industri]

Pengertian KlasterPengertian Klaster

SCHMITZ, 1997:

Klaster didefinisikan sebagai grup perusahaan yang berkumpul pada satu lokasi dan bekerja pada sektor yang sama.

MICHAEL PORTER, 2000:

Klaster adalah kelompok perusahaan yang saling berhubungan, berdekatan secara geografis dengan institusi-institusi yang terkait dalam suatu bidang khusus karena kebersamaan dan saling melengkapi.

Faktor-faktor pembentuk klaster disebut sebagai Diamond Model, yang terdiri dari faktor input, kondisi permintaan, industri pendukung dan terkait, strategi perusahaan dan pesaing. Kondisi di Indonesia ditambahkan modal sosial.

D K B U - 5

SCHMITZ, 1997:

Klaster didefinisikan sebagai grup perusahaan yang berkumpul pada satu lokasi dan bekerja pada sektor yang sama.

MICHAEL PORTER, 2000:

Klaster adalah kelompok perusahaan yang saling berhubungan, berdekatan secara geografis dengan institusi-institusi yang terkait dalam suatu bidang khusus karena kebersamaan dan saling melengkapi.

Faktor-faktor pembentuk klaster disebut sebagai Diamond Model, yang terdiri dari faktor input, kondisi permintaan, industri pendukung dan terkait, strategi perusahaan dan pesaing. Kondisi di Indonesia ditambahkan modal sosial.

Perkembangan SentraPerkembangan Sentramenjadi Klastermenjadi Klaster

D K B U - 6Sumber: Risfan Munir, 2007

Kondisi Klaster di IndonesiaKondisi Klaster di Indonesia

Klaster di Indonesia umumnya belum berkembang dan dalam kondisi dormant (90%), namun masih potensial untuk dikembangkan.

Merujuk pada kondisi klaster yang umum di Indonesia, maka pengertian klaster yang sesuai dengan kondisi tersebut adalah sebagaimana disampaikan oleh Schmitz (1997) yakni berbentuk sentra

D K B U - 7

Klaster di Indonesia umumnya belum berkembang dan dalam kondisi dormant (90%), namun masih potensial untuk dikembangkan.

Merujuk pada kondisi klaster yang umum di Indonesia, maka pengertian klaster yang sesuai dengan kondisi tersebut adalah sebagaimana disampaikan oleh Schmitz (1997) yakni berbentuk sentra

TujuanTujuanPengembangan Klaster UMKMPengembangan Klaster UMKM

1. Meningkatkan kinerja suatu klaster yang berbasis komoditas unggulan daerah.

2. Memberikan rekomendasi kepada stakeholders terkait mengenai upaya untuk pengembangan klaster komoditas unggulan.

D K B U - 8

1. Meningkatkan kinerja suatu klaster yang berbasis komoditas unggulan daerah.

2. Memberikan rekomendasi kepada stakeholders terkait mengenai upaya untuk pengembangan klaster komoditas unggulan.

Kriteria1. Diutamakan klaster komoditi unggulan2. Diutamakan pasar berorientasi ekspor.3. Ada UMKM yang menjadi local

champion (menjadi pioner).4. Diutamakan klaster menyerap tenaga

kerja5. Klaster yang menjadi prioritas/telah

mendapat binaan dari Pemda dan atau dukungan dari lembaga lain.

Klaster semi aktif

KlasterAktif

INPUT OUTPUTPROSES

Bantuan Teknis

1. Aspek Pemasaran2. Aspek Produksi3. Aspek Manajemen4. Aspek Keuangan

Kriteria1. Ada peningkatan kualitas

produk.2. Perluasan pasar.3. Peningkatan penyerapan tenaga

kerja.4. Ada dukungan kebijakan dari

pemerintah/instansi terkait.5. Bank tertarik untuk membiayai.

ALUR PIKIR PENGEMBANGAN KLASTER

D K B U - 9

Kriteria1. Diutamakan klaster komoditi unggulan2. Diutamakan pasar berorientasi ekspor.3. Ada UMKM yang menjadi local

champion (menjadi pioner).4. Diutamakan klaster menyerap tenaga

kerja5. Klaster yang menjadi prioritas/telah

mendapat binaan dari Pemda dan atau dukungan dari lembaga lain.

Faktor-faktor Penentu Klaster:1. Faktor kondisi input (input condition)2. Faktor permintaan (demand condition)3. Faktor industri pendukung dan terkait (related and supporting

industries)4. Faktor strategi perusahaan dan pesaing (context for firm and strategy)5. Faktor Modal Sosial (social capital)

Seluruh Stakeholder yang terkait

HULU

HULU

HILIR

HILIR

Bantuan Teknis

1. Aspek Pemasaran2. Aspek Produksi3. Aspek Manajemen4. Aspek Keuangan

Kriteria1. Ada peningkatan kualitas

produk.2. Perluasan pasar.3. Peningkatan penyerapan tenaga

kerja.4. Ada dukungan kebijakan dari

pemerintah/instansi terkait.5. Bank tertarik untuk membiayai.

Tahapan KegiatanTahapan KegiatanPengembangan KlasterPengembangan Klaster

D K B U - 10

Tahapan KegiatanTahapan KegiatanPengembangan KlasterPengembangan Klaster

Tahapan kegiatan secara garis besar adalah:

Pemilihan klaster Identifikasi permasalahan dan kebutuhan

bantuan teknis Melaksanakan pemberian bantuan teknis Evaluasi dan monitoring

D K B U - 11

Tahapan kegiatan secara garis besar adalah:

Pemilihan klaster Identifikasi permasalahan dan kebutuhan

bantuan teknis Melaksanakan pemberian bantuan teknis Evaluasi dan monitoring

Indikator Pencapaian Klaster Indikator Pencapaian Klaster

No Indikator

1. Peningkatan Volume Penjualan (before and after)

2. Peningkatan nilai Rupiah penjualan (before and after)

3 Peningkatan penyerapan tenaga kerja (before and after)

D K B U - 12

3 Peningkatan penyerapan tenaga kerja (before and after)

a. Penambahan jumlah jam kerja

b. Penambahan jumlah orang/tenaga kerja yang terlibat

4. Peningkatan jumlah kredit/pembiayaan (before and after)

a. Jumlah proposal kredit yang diajukan

b. Jumlah UMKM yang memperoleh kredit

c. Jumlah kredit yang direalisasikan

Pembelajaran dari Pembelajaran dari Pilot ProjectPilot ProjectPengembangan Klaster UMKMPengembangan Klaster UMKM

LESSON LEARNEDLESSON LEARNED

D K B U - 13

Pembelajaran dari Pembelajaran dari Pilot ProjectPilot ProjectPengembangan Klaster UMKMPengembangan Klaster UMKM

D K B U - 14

Proses Pemilihan Klaster

Klastermerupakan program dari

Pemerintah Daerah (ideal)

Proses Pemilihan KlasterProses Pemilihan Klaster

D K B U - 15

Komoditas Unggulan Daerah (Sumber dari BLS, Pemda, Bappeda

dll.)

Klaster-Klaster yang ada di daerah

KLaster terpilih dengan jenis usaha atau komoditas

unggulan daerah

Proses Pemilihan KlasterProses Pemilihan Klaster (lanjutan)(lanjutan)

No. Dasar Pemilihan Klaster Pilihan1. Hasil Penelitian,

antara lain: a. Baseline Economic Survey BKr b. Pemetaan Potensi Cluster Komoditas Unggulan

Pengembangan Ekonomi Lokal Propinsi Banten –Bappenas & Bappeda

Klaster Emping Melinjo – Propinsi Banten

2. Ketetapan/Peraturan/Keputusan Pemerintahantara lain: a. Peraturan Presiden No.07/2005, pembangunan

industri jangka menengah (2005 – 2009)b. Keputusan Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Jawa Timur tentang Prioritas Pembangunan Industri

c. Keputusan unggulan sektor pertanian dari Pemerintah Daerah Jawa Barat

d. Peraturan Pemerintah mengenai penetapan lokasi Kawasan Sentra Produksi di Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)

D K B U - 16

2. Ketetapan/Peraturan/Keputusan Pemerintahantara lain: a. Peraturan Presiden No.07/2005, pembangunan

industri jangka menengah (2005 – 2009)b. Keputusan Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Jawa Timur tentang Prioritas Pembangunan Industri

c. Keputusan unggulan sektor pertanian dari Pemerintah Daerah Jawa Barat

d. Peraturan Pemerintah mengenai penetapan lokasi Kawasan Sentra Produksi di Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)

1. Klaster Alas Kaki –Propinsi Jawa Timur

2. Klaster Paprika –Propinsi Jawa Barat

3. Klaster Rumput laut – Propinsi NTB

Proses Pemilihan KlasterProses Pemilihan Klaster (lanjutan)(lanjutan)

No. Dasar Pemilihan Klaster Pilihan

3. Masukan dari Pemerintahantara lain: untuk mengatasi kemiskinan di wilayah perkebunan di Propinsi Sumatera Utara

Klaster Opak –Propinsi Sumut

D K B U - 17

Masukan dari Pemerintahantara lain: untuk mengatasi kemiskinan di wilayah perkebunan di Propinsi Sumatera Utara

Klaster Opak –Propinsi Sumut

4. Lembaga/Institusi pengembangan klasterantara lain:a. Forum Pengembangan Ekonomi dan

Sumber Daya (FPESD) Jawa Tengahb. Lembaga donor, misalnya GTZ- RED

Klaster Mebel Rotan – Propinsi Jawa Tengah

Identifikasi Masalah

No. Permasalahan Uraian1. Aspek Produksi a. Produktivitas rendah (Kapasitas produksi masih

terbatas, tenaga kerja tidak efisien, dll)b. Standarisasi produk (kualitas, ukuran, bentuk, dll)c. Keterbatasan pengadaan bahan baku (misal: rotan,

bibit unggul, dll)d. Sarana produksi terbatas (misal: ketergantungan

proses produksi pada alam, gelombang pasang, dll)e. Tingkat residu insektisida relatif tinggi (pada buah

paprika)f. Pengetahuan, keterampilan dan kesadaran pelaku

klaster tentang teknis produksi yang baku masih kurang (misalnya: cara mengemping yang benar, penjemuran rumput laut yang baik, pengendaliaan hama yang ramah lingkungan, dll)

D K B U - 18

a. Produktivitas rendah (Kapasitas produksi masih terbatas, tenaga kerja tidak efisien, dll)

b. Standarisasi produk (kualitas, ukuran, bentuk, dll)c. Keterbatasan pengadaan bahan baku (misal: rotan,

bibit unggul, dll)d. Sarana produksi terbatas (misal: ketergantungan

proses produksi pada alam, gelombang pasang, dll)e. Tingkat residu insektisida relatif tinggi (pada buah

paprika)f. Pengetahuan, keterampilan dan kesadaran pelaku

klaster tentang teknis produksi yang baku masih kurang (misalnya: cara mengemping yang benar, penjemuran rumput laut yang baik, pengendaliaan hama yang ramah lingkungan, dll)

Identifikasi Masalah (lanjutan)

No. Permasalahan Uraian2. Aspek Pemasaran a. Kemasan masih sederhana

b. Diversifikasi produk untuk memenuhi selera konsumen relatif terbatas

c. Strategi pemasaran belum terpadud. Larangan ekspor untuk produk tertentu karena

persyaratan yang tidak dipenuhi (misal: paprika yang tingkat residu insektisidanya melebihi ambang Batas Maksimum Residu/BMR)

e. Rantai pemasaran yang relatif panjang, sehingga margin keuntungan yang diperoleh di tingkat pelaku hulu/produsen (petani, pembudidaya) rendah

D K B U - 19

a. Kemasan masih sederhana b. Diversifikasi produk untuk memenuhi selera

konsumen relatif terbatasc. Strategi pemasaran belum terpadud. Larangan ekspor untuk produk tertentu karena

persyaratan yang tidak dipenuhi (misal: paprika yang tingkat residu insektisidanya melebihi ambang Batas Maksimum Residu/BMR)

e. Rantai pemasaran yang relatif panjang, sehingga margin keuntungan yang diperoleh di tingkat pelaku hulu/produsen (petani, pembudidaya) rendah

3. Aspek Manajemen a. Pengelolaan usaha masih sederhana (misal: administrasi belum tercatat)

b. Hubungan kemitraan antar pelaku masih lemah

No. Permasalahan Uraian4. Akses Kredit Perbankan a. Keterbatasan modal

b. Menjadi Red – area bagi perbankan (misal: Industri Mebel Rotan)

c. Belum ada pencatatan keuangan d. Informasi mengenai kredit perbankan untuk UMKM

masih terbatase. Informasi UMKM potensial kepada perbankan belum

didukung dengan data yang memadaif. Keterbatasan agunan

Identifikasi Masalah (lanjutan)

D K B U - 20

a. Keterbatasan modalb. Menjadi Red – area bagi perbankan (misal: Industri

Mebel Rotan)c. Belum ada pencatatan keuangan d. Informasi mengenai kredit perbankan untuk UMKM

masih terbatase. Informasi UMKM potensial kepada perbankan belum

didukung dengan data yang memadaif. Keterbatasan agunan

5. Lain-lain a. Terbatasnya hasil-hasil penelitian yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku usaha (misal: penelitian tentang bibit rumput laut yang terbaik di lokasi pembudidaya)

b. Terbatasnya implementasi hasil penelitian ke petani (misal: implementasi hasil penelitian penggunaan green house, bibit rumput laut yanglebih baik, dll)

Bantuan Teknis yang Diberikan

Ruang Lingkup Bantuan Teknis

Pemberian bantuan teknis Bank Indonesia merujuk pada: Peraturan Bank Indonesia Nomor: 7/39/PBI/2005 Tentang Pemberian Bantuan Teknis Dalam Rangka Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, yang meliputi kegiatan:

1. Pelatihan; dan atau2. Penyediaan informasi termasuk di dalamnya kegiatan

penelitian untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan.

Kegiatan yang dilakukan :pelatihan, penelitian, studi banding, magang, workshop, seminar, pendampingan, bazar/pameran dsb.

D K B U - 21

Ruang Lingkup Bantuan Teknis

Pemberian bantuan teknis Bank Indonesia merujuk pada: Peraturan Bank Indonesia Nomor: 7/39/PBI/2005 Tentang Pemberian Bantuan Teknis Dalam Rangka Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, yang meliputi kegiatan:

1. Pelatihan; dan atau2. Penyediaan informasi termasuk di dalamnya kegiatan

penelitian untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan.

Kegiatan yang dilakukan :pelatihan, penelitian, studi banding, magang, workshop, seminar, pendampingan, bazar/pameran dsb.

Bantuan Teknis yang Diberikan (lanjutan)

No. Bantuan Teknis Uraian1. Pelatihan/

workshopa. Pelatihan teknis produksi b. Pelatihan manajemen c. Pelatihan pengemasan d. Pelatihan pemasaran e. Pelatihan CEFE (Competency based Economic

Formation of Enterprises) f. Pelatihan manajemen produktivitas dan kualitas g. Pelatihan manajemen retail h. Pelatihan pembuatan website untuk mengupayakan

akses UMKM ke pasar ritel moderni. Pelatihan tentang budaya kerja aspek 5R (ringkas,

resik, rapi, rajin dan rawat) untuk meningkatkan efesiensi kerja

j. Pelatihan desain k. Pelatihan manajemen keuangan sederhana L. Pelatihan budidaya paprika dengan prinsip Good

Agriculture Practices

D K B U - 22

a. Pelatihan teknis produksi b. Pelatihan manajemen c. Pelatihan pengemasan d. Pelatihan pemasaran e. Pelatihan CEFE (Competency based Economic

Formation of Enterprises) f. Pelatihan manajemen produktivitas dan kualitas g. Pelatihan manajemen retail h. Pelatihan pembuatan website untuk mengupayakan

akses UMKM ke pasar ritel moderni. Pelatihan tentang budaya kerja aspek 5R (ringkas,

resik, rapi, rajin dan rawat) untuk meningkatkan efesiensi kerja

j. Pelatihan desain k. Pelatihan manajemen keuangan sederhana L. Pelatihan budidaya paprika dengan prinsip Good

Agriculture Practices

No. Bantuan Teknis Uraian2. Penelitian a. Penelitian untuk mengetahui perbedaan

tingkat produktivitas pada budidaya paprika.

b. Penelitian untuk mengetahui tingkat residu pada budidaya paprika.

c. Penelitian mengenai jenis strain rumput laut untuk mengetahui kadar keraginan rumput laut.

Bantuan Teknis yang Diberikan (lanjutan)

D K B U - 23

a. Penelitian untuk mengetahui perbedaan tingkat produktivitas pada budidaya paprika.

b. Penelitian untuk mengetahui tingkat residu pada budidaya paprika.

c. Penelitian mengenai jenis strain rumput laut untuk mengetahui kadar keraginan rumput laut.

3. Studi Banding a. Studi banding ke klaster emping yang lebih maju untuk pengusaha, pengrajin dan pejabat Pemerintah Daerah.

b. Studi banding ke Sentra Pengembangan Agrisbisnis Terpadu di Pasuruan, Propinsi Jawa Timur, untuk mempelajari teknis produksi, pemasaran dan pengemasan opak

No. Bantuan Teknis Uraian4. Bazar Intermediasi

dan Fasilitasia. Bazar intermediasi perbankan untuk UMKM di

Banten b. Business Gathering pada klaster mebel rotanc. Fasilitasi dengan perbankan setempat untuk

klaster opak, paprika dan alas kaki d. Fasilitasi pada jalur pamasaran agar pembudidaya

rumput laut dapat langsung menjual hasilnya ke Pengumpul Besar

Bantuan Teknis yang Diberikan (lanjutan)

D K B U - 24

a. Bazar intermediasi perbankan untuk UMKM di Banten

b. Business Gathering pada klaster mebel rotanc. Fasilitasi dengan perbankan setempat untuk

klaster opak, paprika dan alas kaki d. Fasilitasi pada jalur pamasaran agar pembudidaya

rumput laut dapat langsung menjual hasilnya ke Pengumpul Besar

5. Pameran a. Pameran produk UMKM pada kegiatan Bazar di Banten dan Jakarta untuk klaster emping melinjo

b. Pameran Produk Ekspor/PPE 2007 untuk produk mebel pada klaster mebel rotan

6. Pendampingan a. Pendampingan oleh konsultan/tenaga ahli pada masing-masing klaster baik dalam aspek produksi, pemasaran, manajemen, dll

b. Pendampingan oleh Konsultan Keuangan pendamping usaha mikro Mitra Bank (KKMB) pada klaster opak

Hasil yang Dicapai

No. Hasil Dicapai Uraian1. Perluasan Pasar dan

peningkatan volume penjualan

a. Perluasan pasar ekspor (klaster: emping melinjo, mebel rotan)

b. Pemasaran bersama melalui pembukaan outlet baru (klaster alas kaki)

c. Promosi produk melalui internet dengan pembuatan website (klaster alas kaki)

d. Bertambahnya jumlah distributor (klaster opak)

e. Perluasan pasar domestik (klaster opak)f. Peningkatan harga jual produk karena

kualitas yang lebih baik (klaster opak dan rumput laut)

g. Peningkatan volume penjualan (klaster rumput laut)

D K B U - 25

a. Perluasan pasar ekspor (klaster: emping melinjo, mebel rotan)

b. Pemasaran bersama melalui pembukaan outlet baru (klaster alas kaki)

c. Promosi produk melalui internet dengan pembuatan website (klaster alas kaki)

d. Bertambahnya jumlah distributor (klaster opak)

e. Perluasan pasar domestik (klaster opak)f. Peningkatan harga jual produk karena

kualitas yang lebih baik (klaster opak dan rumput laut)

g. Peningkatan volume penjualan (klaster rumput laut)

No. Hasil Dicapai Uraian2. Peningkatan

produktivitasa. Penambahan jam kerja (klaster emping melinjo, klaster opak,

klaster rumput laut)b. Penambahan tenaga kerja (klaster opak, klaster rumput laut)c. Peningkatan kapasitas produksi (klaster: emping melinjo, opak,

rumput laut) d. Peningkatan kualitas produk, antara lain: melalui penciptaan

desain baru maupun variasi penggunaan bahan mebel (klaster mebel rotan), penambahan peralatan produksi (klaster opak), pengenalan bibit jenis baru (klaster rumput laut) atau metode kerja yang menurunkan tingkat residu (klaster paprika)

e. Terbukanya wawasan UMKM klaster alas kaki mengenai penting dan perlunya budaya 5R (ringkas, resik, rapi, rajin dan rawat)

Hasil yang Dicapai (lanjutan)

D K B U - 26

a. Penambahan jam kerja (klaster emping melinjo, klaster opak, klaster rumput laut)

b. Penambahan tenaga kerja (klaster opak, klaster rumput laut)c. Peningkatan kapasitas produksi (klaster: emping melinjo, opak,

rumput laut) d. Peningkatan kualitas produk, antara lain: melalui penciptaan

desain baru maupun variasi penggunaan bahan mebel (klaster mebel rotan), penambahan peralatan produksi (klaster opak), pengenalan bibit jenis baru (klaster rumput laut) atau metode kerja yang menurunkan tingkat residu (klaster paprika)

e. Terbukanya wawasan UMKM klaster alas kaki mengenai penting dan perlunya budaya 5R (ringkas, resik, rapi, rajin dan rawat)

3. Peningkatan Pendapatan

Peningkatan pendapatan baik melalui peningkatan volume produksi (klaster emping melinjo) maupun dari kenaikan harga jual (klaster opak dan rumput laut)

4. Penggunaan teknologi

a. Modifikasi peralatan/mesin yang lama (klaster opak)b. Penggunaan bibit unggul (klaster rumput laut) c. Perbaikan metode pasca panen (klaster rumput laut)d. Perubahan tipe greenhouse (klaster paprika)

No. Hasil Dicapai Uraian5. Akses kredit

perbankana. Peningkatan akses kredit kepada perbankan,

melalui pencairan kredit dan persetujuan kredit, baik kepada pengusaha menengah maupun ke kelompok pengrajin/koperasi (klaster emping melinjo, klaster mebel rotan, klaster opak)

b. Peningkatan pengajuan proposal kredit perbankan (klaster rumput laut)

c. Kesediaan pengusaha besar/ekportir memberi avalis kepada mitra UMKM (klaster mebel rotan)

e. Perbaikan pembukuan keuangan dari tidak tertulis menjadi tertulis (klaster alas kaki)

Hasil yang Dicapai (lanjutan)

D K B U - 27

a. Peningkatan akses kredit kepada perbankan, melalui pencairan kredit dan persetujuan kredit, baik kepada pengusaha menengah maupun ke kelompok pengrajin/koperasi (klaster emping melinjo, klaster mebel rotan, klaster opak)

b. Peningkatan pengajuan proposal kredit perbankan (klaster rumput laut)

c. Kesediaan pengusaha besar/ekportir memberi avalis kepada mitra UMKM (klaster mebel rotan)

e. Perbaikan pembukuan keuangan dari tidak tertulis menjadi tertulis (klaster alas kaki)

No. Hasil Dicapai Uraian6. Business linkage

hulu - hilira. Terbangunnya hubungan hulu-hilir pada level pengrajin –

pengusaha mikro kecil – pengusaha menengah (klaster emping melinjo, opak dan rumput laut)

b. Partisipasi aktif UMKM yang diindikasikan dengan terbangunnya kembali kemitraan (klaster mebel rotan).

c. Peningkatan peran stakeholder terkait dalam klaster, antara lain: i. Dukungan kebijakan Pemerintah dan instansi terkait;ii. Fasilitas penggunaan akses telepon gratis abunemen dan

keringanan biaya pengiriman barang (klaster alas kaki); iii. Dukungan dan bantuan dari Indonesian Footwear Service

Center (IFSC) untuk membantu promosi produk sepatu.e. Pembelian bersama bahan baku sehingga memperoleh harga

lebih murah (klaster opak),

Hasil yang Dicapai (lanjutan)

D K B U - 28

a. Terbangunnya hubungan hulu-hilir pada level pengrajin –pengusaha mikro kecil – pengusaha menengah (klaster emping melinjo, opak dan rumput laut)

b. Partisipasi aktif UMKM yang diindikasikan dengan terbangunnya kembali kemitraan (klaster mebel rotan).

c. Peningkatan peran stakeholder terkait dalam klaster, antara lain: i. Dukungan kebijakan Pemerintah dan instansi terkait;ii. Fasilitas penggunaan akses telepon gratis abunemen dan

keringanan biaya pengiriman barang (klaster alas kaki); iii. Dukungan dan bantuan dari Indonesian Footwear Service

Center (IFSC) untuk membantu promosi produk sepatu.e. Pembelian bersama bahan baku sehingga memperoleh harga

lebih murah (klaster opak),

Tantangan Pengembangan KlasterTantangan Pengembangan Klaster

1. Identifikasi Klaster berbasis komoditi unggulan2. Identifikasi permasalahan dalam upaya

pengembangan klaster3. Mendapatkan komitmen stakeholders untuk

pengembangan klaster4. Mendapatkan komitmen untuk business

linkage (pelaku usaha hulu – hilir)5. Mendapatkan komitmen stakeholders untuk

kelanjutan pengembangan klaster

D K B U - 29

1. Identifikasi Klaster berbasis komoditi unggulan2. Identifikasi permasalahan dalam upaya

pengembangan klaster3. Mendapatkan komitmen stakeholders untuk

pengembangan klaster4. Mendapatkan komitmen untuk business

linkage (pelaku usaha hulu – hilir)5. Mendapatkan komitmen stakeholders untuk

kelanjutan pengembangan klaster

KUNCI SUKSES KUNCI SUKSES PENGEMBANGAN KLASTERPENGEMBANGAN KLASTER

KUNCI SUKSES KUNCI SUKSES PENGEMBANGAN KLASTERPENGEMBANGAN KLASTER

Keberadaan fungsi jejaring dan kerjasama

Inovasi yang kuat yang dihasilkan oleh kegiatan Litbang

Keberadaan/ketersediaan tenaga kerja terampil

Kecukupan infrastruktur fisik

Keberadaan perusahaan besar

Budaya kewirausahaan yang tinggi

Akses sumber pendanaan(Sumber: Practical Guide to Cluster Development, Departemen of Trade and Industry, UK, 2004)

D K B U - 30

Keberadaan fungsi jejaring dan kerjasama

Inovasi yang kuat yang dihasilkan oleh kegiatan Litbang

Keberadaan/ketersediaan tenaga kerja terampil

Kecukupan infrastruktur fisik

Keberadaan perusahaan besar

Budaya kewirausahaan yang tinggi

Akses sumber pendanaan(Sumber: Practical Guide to Cluster Development, Departemen of Trade and Industry, UK, 2004)

3030

Kesimpulan

1. Dilihat dari hasil yang dicapai berdasarkan indikator yang telah ditetapkan, pelaksanaan pilot project klaster pengembangan UMKM ini secara umum dapat dikatakan mencapai sasaran yang diinginkan, yaitu peningkatan kinerja klaster.

2. Peranan Bank Indonesia melalui pemberian bantuan teknis yang meliputi fasilitasi pelatihan, penelitian, studi banding, pameran, pendampingan dan intermediasi perbankan secara nyata berdampak signifikan bagi peningkatan kinerja klaster UMKM.

3. Keberhasilan pengembangan UMKM melalui pendekatan klaster ditentukan oleh keterlibatan aktif seluruh stakeholdersyang terkait.

D K B U - 31

1. Dilihat dari hasil yang dicapai berdasarkan indikator yang telah ditetapkan, pelaksanaan pilot project klaster pengembangan UMKM ini secara umum dapat dikatakan mencapai sasaran yang diinginkan, yaitu peningkatan kinerja klaster.

2. Peranan Bank Indonesia melalui pemberian bantuan teknis yang meliputi fasilitasi pelatihan, penelitian, studi banding, pameran, pendampingan dan intermediasi perbankan secara nyata berdampak signifikan bagi peningkatan kinerja klaster UMKM.

3. Keberhasilan pengembangan UMKM melalui pendekatan klaster ditentukan oleh keterlibatan aktif seluruh stakeholdersyang terkait.

4. Pengembangan UMKM melalui pendekatan klaster mempunyai manfaat lebih besar karena dapat lebih fokus baik dalam memobilisasi sumber daya dan dalam koordinasi lintas sektoral dinas/ instansi terkait serta lembaga pendukung seperti lembaga donor, lembaga peneliti dsb.

5. Pelaksanaan Pilot Project menghasilkan suatu model pengembangan klaster UMKM yang kiranya dapat dimanfaatkan dan ditindaklanjuti oleh stakeholders untuk pengembangan klaster tersebut selanjutnya atau diaplikasikan pada klaster komoditas unggulan lainnya.

Kesimpulan (lanjutan)

D K B U - 32

4. Pengembangan UMKM melalui pendekatan klaster mempunyai manfaat lebih besar karena dapat lebih fokus baik dalam memobilisasi sumber daya dan dalam koordinasi lintas sektoral dinas/ instansi terkait serta lembaga pendukung seperti lembaga donor, lembaga peneliti dsb.

5. Pelaksanaan Pilot Project menghasilkan suatu model pengembangan klaster UMKM yang kiranya dapat dimanfaatkan dan ditindaklanjuti oleh stakeholders untuk pengembangan klaster tersebut selanjutnya atau diaplikasikan pada klaster komoditas unggulan lainnya.

Rekomendasi

1. Pengembangan klaster harus dilakukan secara terintegrasi dengan memanfaatkan seluruh sumber daya yang ada dan keterlibatan stakeholders.

2. Klaster yang akan dikembangkan hendaknya yang memiliki keterkaitan dari hulu ke hilir yang berperan terhadap pengembangan ekonomi wilayah dan atau pengentasan kemiskinan.

3. Kegiatan pengembangan klaster harus dimonitor dan dievaluasisecara berkala untuk mengetahui kemajuan, hambatan dan peluang yang ada.

4. Pemberian bantuan teknis untuk pengembangan klaster tidak bisa berdiri sendiri, perlu adanya kerjasama dengan stakeholderslainnya.

D K B U - 33

1. Pengembangan klaster harus dilakukan secara terintegrasi dengan memanfaatkan seluruh sumber daya yang ada dan keterlibatan stakeholders.

2. Klaster yang akan dikembangkan hendaknya yang memiliki keterkaitan dari hulu ke hilir yang berperan terhadap pengembangan ekonomi wilayah dan atau pengentasan kemiskinan.

3. Kegiatan pengembangan klaster harus dimonitor dan dievaluasisecara berkala untuk mengetahui kemajuan, hambatan dan peluang yang ada.

4. Pemberian bantuan teknis untuk pengembangan klaster tidak bisa berdiri sendiri, perlu adanya kerjasama dengan stakeholderslainnya.

5. Dalam rangka peningkatan akses permodalan Bank Indonesia dapat menginisiasi dengan melakukan fasilitasi kepada perbankan yang diyakini memiliki perhatian pembiayaan pada UMKM.

6. Keberhasilan fasilitasi akses kredit perbankan ditentukan pada tingkat pemahaman kedua belah pihak yaitu antara demand side(calon nasabah/pelaku usaha) dan supply side (perbankan).

7. Untuk keberlanjutan klaster disarankan membentuk forum komunikasi klaster antara pelaku usaha dan stakeholdersterkait lainnya (dinas, balai penelitian, lembaga donor dll).

Rekomendasi (lanjutan)

D K B U - 34

5. Dalam rangka peningkatan akses permodalan Bank Indonesia dapat menginisiasi dengan melakukan fasilitasi kepada perbankan yang diyakini memiliki perhatian pembiayaan pada UMKM.

6. Keberhasilan fasilitasi akses kredit perbankan ditentukan pada tingkat pemahaman kedua belah pihak yaitu antara demand side(calon nasabah/pelaku usaha) dan supply side (perbankan).

7. Untuk keberlanjutan klaster disarankan membentuk forum komunikasi klaster antara pelaku usaha dan stakeholdersterkait lainnya (dinas, balai penelitian, lembaga donor dll).

D K B U - 35