Upload
renita-siwi-m-w
View
218
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
lapsus
Citation preview
BAB I
LAPORAN KASUS
Nama : Nn. AA
Umur : 20 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswi
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Daleman, Japan, Sooko
No CM : W 1509074861
RS ( Poli ) : 22-09-2015 jam 09.30
Rencana OP : 29-09-2015
KELUHAN UTAMA : Mata kanan bawah muncul benjolan ± 3 bulan
KELUHAN TAMBAHAN :
1. Riwayat Penyakit Sekarang: ( autoanamnesa)
• Pasien datang dengan keluhan mata kanan terdapat benjolan pada bagian
kantung bawah, benjolan sudah timbul ± 3 bulan yang lalu, benjolan tanpa
disertai rasa sakit maupun keluhan lainnya seperti mata merah, berair
maupun gatal.
• Pasien juga mengeluh penglihatan agak kabur tapi tidak sampai
mengganggu aktivitas, mual / muntah (-), demam (-).
2. Penyakit Riwayat terdahulu
Umum :
Riwayat alergi (-)
Riwayat asma (-)
Riwayat hipertensi (-)
Mata :
Riwayat benjolan yang sama sebelumnya (+) mata kiri tahun 2011
Riwayat pemakaian kaca mata: Tidak ada
Riwayat operasi mata: Tidak ada
Riwayat miopia tinggi: Tidak ada
Riwayat katarak: Tidak ada
Riwayat glaukoma: Tidak ada
Riwayat keluarga dengan gejala yang sama: Tidak ada
Riwayat operasi mata: Ada, tahun 2011 operasi mata dengan
keluhan sama di bagian mata sebelah kiri.
3. Penyakit keluarga
Tidak ada anggota keluarga lainnya dengan gejala yang sama
Riwayat operasi mata (-)
Riwayat katarak (-)
Riwayat glaukoma (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis :
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : compos mentis
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 78 x/menit
Respirasi : 20 x / menit
Suhu : 36,5°C
BB : 40 kg
TB : 158 cm
Kepala & Leher : a(-) i(-) c(-) d(-)
KGB : tidak teraba pembesaran
Thorax : Simetris Ka/Ki. Retraksi (-)
Cor : S1/S2 tunggal. Murmur (-) Gallop (-)
Pulmo : ves/ves. Ronki -/- Wheezing -/-
Abdomen : Soepel, BU (+) normal, Meteorismus (-)
Ekstremitas : Akral hangat +|+ Edema -|-
+|+ -|-
Status Oftalmologis :
OD OS
Pemeriksaan OD OS
1 Visus Normal Normal
2 Tekanan Intra Okuler Tidak dinilai Tidak dinilai
3 Kedudukan bolamata Normal Normal
Posisi
Eksoftalmus
4 Pergerakan bola mata Nomal
5 Palpebrae Normal
6 Punctum lakrimalis Normal
7 Konjungtiva tarsal superior Normal
8 Konjungtiva tarsalis inferior Normal
9 Konjungtiva bulbi Normal
10 Kornea
Kejernihan Jernih Jernih
11 Limbus kornea Normal
12 Sklera Normal
13 Kamera Okuli Anterior
Kedalaman Cukup Cukup
Kejernihan Jernih Jernih
14 Iris
Warna Coklat Coklat
Gambaran radier Jelas/tidak jelas Jelas/tidak jelas
15 Pupil
Bentuk Bulat, sentral ,
RC = +
Bulat , sentral , RC = +
16 Lensa
Kejernihan Jernih Jernih
17 Funduskopi Tidak dinilai Tidak dinilai
D i a g n o s i s :
OD kista konjungtiva
Planning :
OD Insisi kista konjungtiva LA
PREOPERASI (29 September 2015)
Tidak ada keluhan panas, batuk-pilek, mual-muntah, sesak nafas maupun riwayat
asma.
KU : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Cor : S 1-2 reguler, bising (-)
Pulmo : SN vesikuler, rhonki dan wheezing (-/-)
Abdomen : Datar, supel, BU (+) normal
Extremitas : Akral dingin (-), sianosis (-), lembab (-)
Tanda-tanda vital :Tekanan darah : 120/80 mmHg
Frekuensi nafas : 20x/menit
Frekuensi nadi : 100x/menit
Suhu : 36°celcius
Operasi (29 September 2015)
Desenfeksi : OD dengan povidon iodine 10%
Posisi pasien : Supinasi
Anestesi : Lokal Anestesi
Jenis Operasi : Insisi LA
Lain-lain : Menetes pantokain pada OD, Mengenakan canule O2 2 liter per
menit.
POST OPERASI
Anti nyeri : Asam mefenamat 2x1
Antibiotik : Cefadroxil 2x1
Tetes mata : Xitrol
KISTA KONJUNGTIVA
A. PENGERTIAN
Kista konjungtiva adalah kantung konjungtiva berdinding tipis atau
vesikel yang berisi cairan. Vesikel ini dapat berkembang baik pada atau di bawah
konjungtiva. kista konjungtiva umumnya tidak memerlukan tindakan operasi
tetapi cukup diberikan pengobatan anti inflamasi saja. kalaupun natinya tambah
membesar maka tindakan operatif perlu direncanakan.
B. ETIOLOGI
Kista Konjungtiva dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk
faktor genetik yang diyakini ikut berpengaruh terhadap tumbuhnya kista.
Sebagian besar kista konjungtiva pada anak-anak bersifat jinak dan karena
perkembangan abnormal.
C. PATOFISIOLOGI
Kista Konjungtiva dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk faktor
genetik yang diyakini ikut berpengaruh terhadap tumbuhnya kista. Sebagian besar
kista konjungtiva bersifat berkembangan abnormal.
Kista konjungtiva meningkatkan volume intraokular dan mempengaruhi
masa. Meskipun masa secara histologis jinak, itu dapat mengganggu pada struktur
orbital atau yang berdekatan dengan mata. Dan bisa juga dianggap ganas apabila
mengenai struktur anatomis. Ketajaman visual atau kompromi lapangan, diplopia,
gangguan motilitas luar mata, atau kelainan pupil dapat terjadi dari invasi atau
kompresi isi intraorbital sekunder untuk tumor padat atau perdarahan. Tidak
berfungsinya katup mata atau disfungsi kelenjar lakrimal dapat menyebabkan
keratopati eksposur, keratitis, dan penipisan kornea.
Pertumbuhan kista ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi tumor
melalui nervus optikus ke otak, melalui sklera ke jaringan orbita dan sinus
paranasal, dan metastasis jauh ke sumsum tulang melalui pembuluh darah. Pada
fundus terlihat bercak kuning mengkilat, dapat menonjol ke dalam badan kaca. Di
permukaan terdapat neovaskularisasi dan pendarahan. Warna iris tidak normal.
D. MANIFESTASI KLINIS
Beberapa tanda dan gejala kista konjungtiva yaitu :
a. Nyeri orbital: jelas pada tumor ganas yang tumbuh cepat, namun juga
merupakan gambaran khas ‘pseudotumor’ jinak dan fistula karotid-kavernosa
b. Proptosis: pergeseran bola mata kedepan adalah gambaran yang sering
dijumpai, berjalan bertahap dan tak nyeri dalam beberapa bulan atau tahun
(tumor jinak) atau cepat (lesi ganas).
c. Pembengkakan kelopak: mungkin jelas pada pseudotumor,
eksoftalmos endokrin atau fistula karotid-kavernosa
d. Palpasi: bisa menunjukkan massa yang menyebabkan distorsi kelopak
atau bola mata, terutama dengan tumor kelenjar lakrimal atau dengan
mukosel.
e. Gerak mata: sering terbatas oleh sebab mekanis, namun bila nyata,
mungkin akibat oftalmoplegia endokrin atau dari lesi saraf III, IV, dan VI
pada fisura orbital (misalnya sindroma Tolosa Hunt) atau sinus kavernosus
f. Ketajaman penglihatan: mungkin terganggu langsung akibat
terkenanya saraf optik atau retina, atau tak langsung akibat kerusakan
vaskuler.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG DAN DIAGNOSTIK
a. Foto polos orbit: mungkin menunjukkan erosi lokal (keganasan),
dilatasi foramen optik (meningioma, glioma saraf optik) dan terkadang
kalsifikasi (retinoblastoma, tumor kelenjar lakrimal). Meningioma sering
menyebabkan sklerosis lokal.
b. CT scan orbit: menunjukkan lokasi tepat patologi intraorbital dan
memperlihatkan adanya setiap perluasan keintrakranial.
c. Venografi orbital: mungkin membantu.
Pemeriksaan diagnostic pada mata secara umum sebagai berikut :
a. Kartu mata Snellen/ mesin telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan
sentral penglihatan) ; mungkin terganggu dengan kerusaakan kornea, lensa,
aqueus atau vitreus
b. Lapang penglihatan ; penurunanan yang disebabkan oleh CSV, massa
tumor pada hipofisis/ otak, karotis atau patologis arteri serebral atau
Glaukoma.
c. Tonografi ; mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25 mmHg)
d. Gonioskopi ; membantu membedakan sudut terbuka dan sudut tertutup
pada glaukoma.
e. Oftalmoskopi ; mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi
lempeng optic, papiledema, perdarahan retina dan mikroanurisme.
f. Pemeriksaan darah lengkah, laju sedimentasi (LED) ; menunjukkan
anemia sistemik / infeksi.
F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan kista konjungtiva bervariasi bergantung pada ukuran, lokasi,
dan tipe kista seperti :
a. terapi medis (obat-obatan)
b. tindakan yang lebih radikal yaitu mengangkat secara total massa tumor
c. lainnya tidak membutuhkan terapi.
d. radioterapi (sinar) dan kemoterapi.
G. KOMPLIKASI
1. Glaukoma, adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata tidak normal
atau lebih tinggi dari pada normal yang mengakibatkan kerusakan saraf
penglihatan dan kebutaan.
2. Keratitis ulseratif, yang lebih dikenal sebagai ulserasi kornea yaitu
terdapatnya destruksi (kerusakan) pada bagian epitel kornea.
3. Keratitis merupakan kelainan akibat terjadinya infiltrasi sel radang pada
kornea yang akan mengakibatkan kornea menjadi keruh.
DAFTAR PUSTAKA
Bruce, James. 2007.Lecture notes oftamologi hal 44-45. Erlangga Medical
Series:Jakarta.
Carpenito ,Lynda Juall.2006.Buku Saku Diagnosis Keperawatan Ed
10.Jakarta:EGC
Istiqomah,Indriana N.2005.Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata.
Jakarta:EGC
Sidarta, ilyas.2002.Dasar teknik pemeriksaan dalam ilmu penyakit mata. Fakultas
Kedokteran UI:Jakarta.
Sidarta, ilyas.2002.Ilmu penyakit mata Edisi ke-2 hal. 88-89. Sagung seto:Jakarta