Upload
kasma
View
383
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
SMF/lab Neurologi Laporan KasusProgram Studi Kedokteran UmumUniversitas Mulawarman
NYERI PUNGGUNG BAWAH ET CAUSA
HERNIA NUCLEUS PULPOSUSDipresentasikan pada tanggal: 29 Januari 2011
Disusun Oleh:
Kasma
NIM. 05.48824.00225.09
Pembimbing:
dr. H. Aswad Muhammad, Sp.S
Dibawakan dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik pada
SMF/Laboratorium Neurologi
Program Studi Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman
2011
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Tujuan............................................................................................... 2
BAB II LAPORAN KASUS........................................................................ 3
BAB III TINJAUAN PUSTAKA................................................................. 9
3.1 Anatomi Punggung........................................................................... 9
BAB IV PEMBAHASAN.............................................................................. 24
BAB V PENUTUP....................................................................................... 28
5.1 Kesimpulan...................................................................................... 28
5.2 Saran................................................................................................. 28
DAFTAR KEPUSTAKAAN......................................................................... 29
i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Nyeri Punggung Bawah (NPB) merupakan penyakit nomor 2 pada
manusia setelah influenza yang menjadi penyakit paling sering diderita oleh
manusia. 65% - 80% manusia akan mengalami NPB pada satu waktu selama
hidupnya. NPB juga menjadi penyebab tersering diantara semua kelainan kronis
dalam menyebabkan pembatasan aktivitas masyarakat yang berusia <45 tahun dan
menduduki peringkat ketiga setelah penyakit kelainan jantung dan arthritis serta
rematik pada usia 45-65 tahun(1).
Setiap tahun 15%–45% orang dewasa menderita NPB dan sangat umum
pada usia 35-55 tahun. Satu diantara 20 penderita atau berkisar 5% penderita
harus dirawat di rumah sakit karena serangan akut NPB dan keluhan NPB berkisar
antara 30%-50% dari keluhan reumatik pada praktek umum. Di negara-negara
industri diperkirakan 70%-85% dari seluruh populasi pernah mengalami episode
ini selama hidupnya. Prevalensi setiap tahun bervariasi dari 15%-45%. Di
Amerika Serikat NPB merupakan penyebab paling sering yang membatasi
aktivitas penduduk pada usia <45 tahun, urutan ke-2 untuk alasan paling sering
berkunjung ke dokter, urutan ke-5 untuk alasan perawatan di rumah sakit, dan
alasan penyebab yang paling sering untuk dilakukannya tindakan operasi(1).
Di Indonesia diperkirakan 40% penduduk Jawa Tengah berusia diatas 65
tahun pernah menderita NPB dan prevalensi pada laki-laki 18,2% dan pada wanita
1
13,6%. Prevalensi ini meningkat sesuai dengan meningkatnya usia. Persentase
berdasarkan kunjungan pasien ke beberapa rumah sakit di Indonesia diketahui
berkisar antara 3%-17%(1).
Hasil penelitian yang dilakukan Pokdi Nyeri PERDOSSI (Persatuan Dokter
Saraf Seluruh Indonesia) di Poliklinik Neurologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
(RSCM) pada tahun 2002 menemukan proporsi penderita NPB sebanyak 15,6% pada
kelompok usia 8-78 tahun. Angka ini berada pada urutan kedua tertinggi sesudah
sefalgia dan migren yang mencapai 34,8%. Dari hasil penelitian secara nasional yang
dilakukan di 14 kota di Indonesia juga oleh kelompok studi Nyeri PERDOSSI tahun
2002, ditemukan 18,13% penderita NPB. Di rumah sakit Jakarta, Yogyakarta dan
Semarang proporsi kasus baru sekitar 5,4%–5,8% dengan frekwensi terbanyak pada
usia 45-65 tahun(1).
Penelitian terkait angka kejadian NPB untuk wilayah Kalimantan Timur
khususnya RSU di Samarinda belum diketahui secara pasti, namun mengingat cukup
tingginya angka kejadian NPB di Indonesia, mahasiswa kedokteran yang sedang
menjalani kepaniteraan klinik perlu memahami teori dan penanganan kasus NPB di
lapangan.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui prosedur anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang,
dan penegakan diagnosis Nyeri Punggung Bawah (NPB) ec HNP.
2. Mengkaji ketepatan penegakan diagnosis dan penatalaksanaan kasus ini.
2
BAB II
LAPORAN KASUS
ANAMNESIS
Identitas
Nama : Ibu. T
Usia : 35 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status Marital : Menikah
Pekerjaan : Buruh Perkebunan Kelapa Sawit
Alamat : Ma. Wahau
Keluhan Utama:
Nyeri Punggung Bawah, pasien merupakan rujukan dari dr.Sp.S dari IRJ.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Nyeri punggung bawah dirasakan pasien sejak ±3 bulan sebelum MRS dan
dirasakan semakin memberat seminggu terakhir sehingga pasien berobat ke IRJ.
Pasien masih mampu berjalan, namun kaki kiri diseret. Pasien merasa nyeri jika
menapakkan kaki kiri untuk menjadi tumpuan. Sikap badan condong ke kanan.
Nyeri dirasakan dari punggung dan menjalar ke betis kiri bagian luar dan
pergelangan kaki kiri, tidak ada rasa kesemutan. Nyeri dirasakan sepanjang hari
dan semakin berat jika pasien duduk dan jongkok. Nyeri terasa berkurang dalam
posisi tengkurap. Pasien mengaku berobat ke puskesmas di Muara Wahau dan
diberikan obat amoxicillin dan analgesik, namun nyeri tidak berkurang. Pasien
tidak mengeluh adanya mual, muntah dan kejang. Keluhan BAB dan BAK tidak
ada.
3
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat trauma ±1 bulan yang lalu (jatuh terpeleset dengan posisi
terduduk).
Riwayat Hipertensi disangkal pasien.
Riwayat Diabetes Mellitus disangkal pasien.
Riwayat penyakit keluarga :
Tidak ada keluarga mengalami penyakit serupa.
PEMERIKSAAN FISIK
I. STATUS PREESENS
Keadaan Umum : Baik, tampak sakit sedang
Kesadaran : GCS 15 (E4V5M6)
Tanda Vital :- Tekanan Darah : 120/80 mmHg
- Nadi : 80x/menit
- Pernafasan : 20x/menit
- Suhu : 36,5 oC
Kepala : anemis (-), ikterik (-), sianosis (-), Pupil isokor Ø 3 mm, Refleks
Cahaya +/+
Leher : Pembesaran KGB (-), kaku kuduk (-)
Thoraks : Paru : bentuk dan gerak simetris, vesikuler, ronkhi (-), wheezing (-)
Jantung : S1S2 tunggal regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : soefl, flat, organomegali (-), bising usus (N)
Ekstrimitas : Akral hangat, Edema (-), Sianosis (-), atrofi (-) MMT
II. STATUS PSYCHICUS
- Cara berpikir dan tingkah laku : baik
- Kecerdasan, perasaan hati dan ingatan : baik
III. STATUS NEUROLOGIS
A. Kesadaran : E4V5M6, compos mentis
4
5 5
5 5
B. Kepala : Bentuk : bulat oval; Simetri : +; Nyeri Tekan : -
C. Leher : Pergerakan +; Kaku Kuduk : -
D. Saraf Kranialis
Pemeriksaan Saraf Kranialis Kanan Kiri Olfaktorius (I)
Subjektif Objektif (Minyak kayu putih)
NormalNormal
NormalNormal
Optikus (II) Tajam penglihatan (Subjektif) Lapangan pandang (Subjektif) Melihat warna
NormalNormal+ (Merah, kuning, Biru)
NormalNormal+ (Merah, Kuning, Biru)
Okulomotorius (III) Pergerakan mata kearah superior,
medial, inferior, torsi inferior Strabismus Nystagmus Refleks pupil terhadap sinar
(+)(-)(-)(+)
(+)(-)(-)(+)
Troklearis (IV) Pergerakan mata torsi superior (+) (+)
Trigeminus (V) Membuka mulut Menggigit
(+)(+)
Sensibilitas muka (+) (+)
Abdusens (VI) Pergerakan mata ke lateral (+) (+)
Fasialis (VII) Mengerutkan dahi Menutup mata Sudut bibir Bersiul Pengecapan 2/3 bagian depan
(+)(+)
(+)(+)
Tidak ada deviasi(+)
Tidak dievaluasiVestibulokoklearis (VIII)
Fungsi pendengaran (Subjektif) Gesekan tangan
(+)(+)
(+)(+)
Glossofaringeus (IX) Refleks muntah (+) (+)
Vagus (X) Bicara (+) (+)
Assesorius (XI) Mengangkat bahu Memalingkan kepala
(+)(+)
(+)(+)
Hipoglossus (XII) Pergerakan lidah Artikulasi
Tidak ada deviasiJelas dan Lancar
5
E. Badan dan Anggota Gerak
Badan
Motorik
Respirasi : gerakan nafas simetris, tidak tampak sesak.
Bentuk Collumna Vertebralis : tampak condong ke kanan
Refleks (kulit) : pada bagian perut positif normal
Sensibilitas :
Taktil (raba) : + N
Nyeri : + N
Anggota Gerak Atas
Kanan KiriMotorik
Pergerakan Kekuatan Tonus
(+) N5
normal
(+) N5
NormalSensibilitas
Taktil Nyeri
(+) N(+) N
(+) N(+) N
Refleks fisiologis Biseps Triceps
(+)(+)
(+)(+)
Refleks patologis Tromner Hoffman
(-)(-)
(-)(-)
Anggota Gerak BawahKanan Kiri
Motorik Pergerakan Kekuatan
(+) N5
(+) N5
Sensibilitas Taktil (raba) Nyeri
(+)(+)
(+)(+)
Refleks fisiologis Patella Achilles
(+)(+)
(+)(+)
Refleks patologis Babinski Chaddock
(-)(-)
(-)(-)
6
Schaefer Oppenheim
(-)(-)
(-)(-)
Pemeriksaan tambahan Tes Laseque (-) (+) 20o
Alat Vegetatif : Mictio (berkemih) : Normal
Defekasi : Normal
Activity Daily Living : mandiri
DIAGNOSIS :
Diagnosis klinik : Nyeri Punggung Bawah
Diagnosis topis : Vertebrae Lumbalis dan Diskus Intervertebralis
Diagnosis etiologi : Susp. Hernia Nukleus Pulposus
DIAGNOSIS BANDING :
Diagnosis Etiologi:
1) Lumbal spinal stenosis,
2) Spondylolisthesis,
3) Spondilosis.
USULAN PEMERIKSAAN:
- Pemeriksaan darah lengkap
- Foto polos Lumbosakral
- MS-CT
7
PEMERIKSAAN PENUNJANG:
PENATALAKSANAAN :
- Nonmedikamentosa
o Tirah baring
- Medikamentosa
o RL 20 tpm
o Ketorolac inj. 2x1 amp
o Ranitidin inj. 2x1 amp
o Kodein 30 mg 1-0-1
o Amitriptilin 25 mg 0-½-½
- Pembedahan: Laminectomy discus L4-5.
PROGNOSIS : Dubia ad Bonam
8
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Anatomi Punggung
Tulang belakang merupakan bagian sentral tubuh manusia yang
mempunyai hubungan dengan struktur jaringan lainnya seperti jaringan pengikat
sendi dan otot. Fungsi tulang belakang di samping sebagai penyangga juga
memberikan perlindungan dan merupakan sendi gerak yang memungkinkan
tulang belakang bergerak(2). Pergerakan vertebra dapat terjadi melalui 1 sendi
diskus intervertebral dan 2 sendi faset posterior. Bila salah satu dari 3 sendi ini
mengalami perubahan, akan membawa pengaruh pada sendi-sendi lainnya(3).
Dilihat dari strukturnya, fungsi tulang belakang meliputi fungsi statis,
kinetis, keseimbangan dan perlindungan. Fungsi statis tulang belakang adalah
mempertahankan posisi tegak melawan gravitasi dengan energi sekecil mungkin
melalui suatu mekanisme sehingga tampak sikap tubuh tertentu. Dalam fungsi
9
Gambar 1 Anatomi Vertebrae Gambar 2 Anatomi Vertebrae
pergerakan, tulang belakang merupakan rangkaian dari alat gerak yang
memungkinkan terjadinya gerak terarah dan bertujuan. Fungsi keseimbangan,
aktif dalam mempertahankan titik berat tubuh pada posisi tetap, yaitu setinggi
tulang sacrum (S2) saat berdiri, terutama oleh proprio Septor jaringan lunak sendi
facet yang memberikan arah perubahan sikap dan otot tubuh. Sebagai fungsi
perlindungan, melindungi organ dan jaringan penting seperti kepala, sumsum
tulang belakang, akar syaraf, ganglion dan pembuluh darah(2).
Otot punggung ditunjang oleh punggung, perut, pinggang dan tungkai
yang kuat dan fleksibel. Semua otot ini berfungsi untuk menahan agar tulang
belakang dan diskus tetap dalam posisi normal. Kelemahan pada salah satu otot
akan menambah ketegangan pada otot lain dan akhirnya menimbulkan masalah
punggung(4).
3.2 Definisi dan Penyebab NPB
Nyeri punggung bawah (NPB): nyeri yang dirasakan pada daerah
punggung bawah, dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau
10
keduanya. Nyeri terasa diantara sudut iga terbawah & lipat bokong bawah, yaitu
di daerah lumbal, atau lumbosakral & sering disertai penjalaran nyeri (referred
pain) ke arah tungkai dan kaki. Penyebab NPB sangat bervariasi, berdasarkan
Indonesia Study Group on Low Back Pain, penyebab nyeri punggung terdiri atas:
Mekanikal (97%)
1. Strain, sprain Lumbal (70%)
2. Penyakit degeneratif diskus dan faset (10%)
3. Herniasi diskus (4%)
4. Stenosis spinal (3%)
5. Fraktur kompresi osteoporotik (4%)
6. Spondilolistesis (2%)
7. Fraktur traumatik (<1%)
8. Peny. Kongenital (<1%)
Non Mekanikal (1%)
1. Neoplasia
2. Infeksi
3. Artritis Inflamatori
4. Penyakit Paget tulang
Penyakit Organ Viseral (2%)
1. Peny. organ pelvis
2. Peny. ginjal
3. Aneurisma aorta
4. Peny. Gastrointestinal
11
3.3 Herniasi Diskus Intervertebra/Hernia Nucleus Pulposus (HNP)
HNP yang sering disebut pula sebagai slipped disc adalah terjebol atau
menonjolnya nukleus pulposus dari tempatnya semula melalui bagian terlemah
dari discus. Paling sering terjadi pada usia relatif muda terutama laki-laki dan
yang paling sering terkena adalah L4/5, L5/S1 dan L3/4. Nukleus Pulposus tidak
mempunyai persarafan sehingga tidak menimbulkan rasa nyeri.
A. Faktor Risiko dan Patofisiologi HNP (6,7,8,9)
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya HNP:
1) Lifestyle seperti pengguna tembakau, kurangnya latihan atau olahraga,
dan juga inadekuat nutrisi yang dapat mempengaruhi kesehatan
diskus.
2) Usia, perubahan biokimia yang natural menyebabkan diskus menjadi
lebih kering yang akhirnya menyebabkan kekakuan atau elastisitas
dari diskus.
3) Postur tubuh yang tidak proposional yang dikombinasi dengan
mekanisme gerak tubuh yang tidak benar dapat menyebabkan stres
dari lumbar spine.
4) Berat tubuh.
5) Trauma.
HNP dapat terjadi tiba-tiba ataupun perlahan-lahan. Empat tahap
terjadinya HNP adalah:
12
1) Degenerasi diskus: perubahan kimia yang terkait dengan usia
menyebabkan discus menjadi lemah.
2) Prolapse: bentuk ataupun posisi dari diskus dapat berubah yang
ditunjukkan dengan adanya penonjolan ke spinal canal. Hal ini sering
pula disebut dengan bulge atau protrusion.
3) Extrusion: nucleus pulposus keluar melalui robekan dari annulus
fibrosus.
4) Sequestration atau Sequestered Disc: nucleus pulposus keluar dari
annulus fibrosus dan menempati sisi luar dari discus yaitu pada spinal
canal.
Lokasi HNP dapat bermanifestasi pada keadaan klinis yang berbeda
tergantung dari arah ekstrusi dari nucleus pulposus:
13
1. Bila menjebolnya nukleus ke arah anterior, hal ini tidak
mengakibatkanya munculnya gejala yang berat kecuali nyeri.
2. Bila menonjolnya nukleus ke arah dorsal medial maka dapat
menimbulkan penekanan medulla spinalis dengan akibatnya gangguan
fungsi motorik maupun sensorik pada ektremitas, begitu pula
gangguan miksi dan defekasi yang bersifat UMN.
3. Bila menonjolnya ke arah lateral atau dorsal lateral, maka hal ini dapat
menyebabkan tertekannya radiks saraf tepi yang keluar dari sana dan
menyebabkan gejala neuralgia radikuler.
4. Kadangkala protrusi nukleus terjadi ke atas atau ke bawah masuk ke
dalam korpus vertebral dan disebut dengan nodus Schmorl.
B. Manifestasi Klinis(6)
Simptom dari herniasi diskus lumbalis antara lain:
- nyeri punggung bawah yang berat
- nyeri yang menyebar ke bokong dan ektremitas inferior
- nyeri bertambah berat dengan batuk, tertawa ataupun straining.
- numbness pada ektremitas inferior
- Kelemahan otot yang selanjutnya dapat menjadi atrofi
- Spasme otot
14
C. Diagnosis
Anamnesa (11)
Kapan mulai sakit, sebelumnya pernah tidak?
Apakah nyeri diawali oleh suatu kegiatan fisik tertentu? apa pekerjaan
sehari-hari? adakah suatu trauma?
Dimana letak nyeri? sebaiknya penderita sendiri yang disuruh
menunjukkan dimana letak nyerinya. Ada tidak penjalaran?
Bagaimana sifat nyeri? apakah nyeri bertambah pada sikap tubuh
tertentu? Apakah bertambah pada kegiatan tertentu
Apakah nyeri berkurang pada waktu istirahat?
Adakah keluarga dengan riwayat penyakit serupa?15
Ada tidak perubahan siklus haid, atau perdarahan pervaginam. Ada tidak
gangguan miksi dan defekasi atau penurunan libido?
Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Perhatikan cara berjalan, berdiri, duduk Inspeksi daerah punggung.
Perhatikan jika ada lurus tidaknya, lordosis, ada tidak jalur spasme otot para
vertebral? deformitas? kiphosis? gibus?
Palpasi
Palpasi sepanjang columna vertebralis (ada tidaknya nyeri tekan pada salah
satu procesus spinosus, atau gibus/deformitas kecil dapat teraba pada palpasi
atau adanya spasme otot para vertebral)
Pemeriksaan Neurologik
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk memastikan apakah kasus nyeri
punggung bawah adalah benar karena adanya gangguan saraf atau karena
sebab yang lain.
1. Pemeriksaan sensorik
Bila nyeri punggung bawah disebabkan oleh gangguan pada salah satu
saraf tertentu maka biasanya dapat ditentukan adanya gangguan
sensorik dengan menentukan batas-batasnya, dengan demikian segmen
yang terganggu dapat diketahui.
2. Pemeriksaan motorik
16
Dengan mengetahui segmen otot mana yang lemah maka segmen
mana yang terganggu akan diketahui, misalnya lesi yang mengenai
segmen L4 maka musculus tibialis anterior akan menurun
kekuatannya.
3. Pemeriksaan reflek
Reflek tendon akan menurun pada atau menghilang pada lesi motor
neuron bawah dan meningkat pada lesi motor atas. Pada nyeri
punggung bawah yang disebabkan HNP maka reflek tendon dari
segmen yang terkena akan menurun atau menghilang
4. Tes-tes.
a.Tes lasegue (straight leg raising)
Tungkai difleksikan pada sendi coxae sedangkan sendi lutut tetap
lurus. Saraf ischiadicus akan tertarik. Bila nyeri punggung
dikarenakan iritasi pada saraf ini maka nyeri akan dirasakan pada
sepanjang perjalanan saraf ini, mulai dari pantat sampai ujung kaki.
b. Crossed lasegue
Bila tes lasegue pada tungkai yang tidak sakit menyebabkan rasa
nyeri pada tungkai yang sakit maka dikatakan crossed lasegue
positif. Artinya ada lesi pada saraf ischiadicus atau akar-akar saraf
yang membentuk saraf ini.
c.Tes Kernig
17
Sama dengan lasegue hanya dilakukan dengan lutut fleksi, setelah
sendi coxa 900 dicoba untuk meluruskan sendi lutut.
d. Patrick sign (FABERE sign)
FABERE merupakan singkatan dari fleksi, abduksi, external,
rotasi, extensi. Pada tes ini penderita berbaring, tumit dari kaki
yang satu diletakkan pada sendi lutut pada tungkai yang lain.
Setelah ini dilakukan penekanan pada sendi lutut hingga terjadi
rotasi keluar. Bila timbul rasa nyeri maka hal ini berarti ada suatu
sebab yang non neurologik misalnya coxitis.
e.Chin chest maneuver
Fleksi pasif pada leher hingga dagu mengenai dada. Tindakan ini
akan mengakibatkan tertariknya myelum naik ke atas dalam canalis
spinalis. Akibatnya maka akar-akar saraf akan ikut tertarik ke atas
juga, terutama yang berada di bagian thorakal bawah dan lumbal
atas. Jika terasa nyeri berarti ada gangguan pada akar-akat saraf
tersebut.
D. Diagnosis Banding
Jenis PenyakitUsia
Pasien (thn)
Lokasi NyeriKualitas
Nyeri
Faktor yang memperburuk
atau mengurangiTanda
Back strain 20 - 40 Punggung bawah, bokong, paha posterior
Nyeri, spasme
Meningkat dengan aktivitas atau menekuk tubuh
Nyeri lokal, terbatas pada spinal yang tergangggu
Acute disc herniation
30 - 50 Punggung bawah ke tungkai bawah
Tajam, terbakar, menusuk, paraestesia
Berkurang dengan berdiri, meningkat dengan menekuk tubuh atau duduk
Straight leg raise test positif, lemah, refleks asimetrik
18
Osteoarthritis atau spinal stenosis
>50 Punggung bawah ke tungkai bawah bilateral
Nyeri menusuk, seperti sensasi tusukan jarum
Meningkat dengan berjalan terutama di jalan menanjak; berkurang dengan duduk
Berkurang ringan dengan ekstensi spinal; kemungkinan ada kelemahan dan refleks asimetrik
Spondylolistesis Semua usia
Punggung, paha posterior
Nyeri Meningkat dengan aktivitas atau menekuk tubuh
Hiperlordosis lumbal, palpasi "step off" (defek antara prosesus spinosus), hamstring kencang
Ankylosing spondylitis
15 - 40 Sacroiliac joints, lumbar spine
Nyeri Kekakuan pagi hari
Keterbatasan gerak punggung, tenderness melewati sacroiliac joints
Infeksi Semua usia
Lumbar spine, sacrum
Nyeri tajam Bervariasi Demam, percussive tenderness; bisa terjadi abnormalitas neurologis atau keterbatasan gerak
Keganasan >50 Tulang yang terpengaruh
Nyeri tumpul, berdenyut, progresif lambat
Meningkat dengan berbaring terlentang atau batuk
Lokalisasi nyeri, tanda neurologis dan demam
E. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dapat meliputi pemeriksaan darah dan
juga pemeriksaan cairan otak. Pemeriksaan ini dilakukan untuk membantu
menegakkan diagnosa sekaligus menyingkirkan diagnosa banding.
F. Pemeriksaan Radiologi
19
Foto Lumbosacral. Foto ini dapat digunakan untuk menemukan
kelainan pada daerah lumbal, antara lain hilangnya dics space.
Spine MRI maupun spine CT dapat memperlihatkan adanya kompresi
pada spinal canal oleh herniasi dari diskus.
Myelogram digunakan untuk mengetahui ukuran maupun lokasi dari
herniasi diskus.
G. Penatalaksanaan
Penanganan HNP dapat dilakukan dalam beberapa langkah
penatalaksanaan diantaranya adalah:
Perawatan non-farmakologis.
Bed Rest mutlak di tempat tidur yang padat dengan posisi yang relaks,
lutut agak ditekuk dan di bawah pinggang untuk HNP lumbalis selama
2-3 minggu tergantung keparahannya.
Perawatan farmakologi
o Pemberian obat analgesik
o Obat-obatan NSAID
o Obat-obatan pelemas otot (muscle relaxant)
o Penenang minor atau major bila diperlukan.
Pembedahan
o Discectomy. Membuang sebagian ataupun keseluruhan
intervertebral dics.
o Laminotomy. Beberapa bagian lamina dibuang untuk mengurangi
tekanan pada saraf.
20
o Laminectomy. Membuang keseluruhan lamina.
Perubahan gaya hidup
o Melakukan pekerjaan sehari-hari secara ergonomik.
o Menurunkan berat badan
Rehabilitasi
o Aplikasi pemanasan di area yang nyeri.
o Traksi tidak banyak membantu kecuali pasien menjadi lebih patuh
di tempat tidur.
o TENS, electrical stimulation.
21
o Bila nyeri sudah berkurang dapat dilakukan latihan secara bertahap.
o Pada mobilisasi diperlukan korset lumbal dan servikal
o Berenang baik untuk pasca-HNP lumbalis namun tidak baik untuk
HNP servikal.
H. Prognosis
Kebanyakan pasien penderita HNP 80-90% akan membaik keadaannya
kepada aktivitas normal tanpa terapi yang agresif, dan dapat sembuh
sempurna dalam hitungan kira-kira 1-2 bulan. Tetapi sebagian kecil akan
berlanjut menjadi kronik nyeri punggung bawah walaupun telah menjalani
terapi. Dan bila berlanjut dengan adanya keluhan pada kontrol bowel dan
bladder maka perlu dipikirkan kembali untuk dilakukan tindakan bedah.
I. Pencegahan
Bekerja atau melakukan aktifitas dengan aman, menggunakan teknik yang
aman. Mengontrol berat badan bisa mencegah trauma punggung atau
pinggang pada beberapa orang.
BAB IV
PEMBAHASAN
22
Berdasarkan teori, nyeri punggung yang dialami pasien adalah NPB
kronis yang lamanya lebih dari 12 minggu. Pasien ini adalah penderita dengan
diagnosis suspect HNP. Diagnosis ini ditegakkan berdasarkan anamnesis adanya
nyeri punggang bawah yang menjalar ke kaki kiri yang terjadi sejak ±3 bulan
sebelum MRS. Pasien berjenis kelamin wanita, berusia 35 tahun dan bekerja
sebagai buruh perkebunan kelapa sawit dan sering mengangkat beban berat.
Pasien masih mampu berjalan, namun kaki kiri diseret. Pasien merasa nyeri jika
menapakkan kaki kiri untuk menjadi tumpuan. Sikap badan condong ke kanan.
Hal ini menunjukkan ada upaya untuk mengurangi suatu tekanan di punggung
sebelah kiri.
Nyeri dirasakan dari punggung dan menjalar ke betis kiri bagian luar dan
pergelangan kaki kiri. Nyeri dirasakan sepanjang hari dan semakin berat jika
pasien duduk dan jongkok. Nyeri terasa berkurang dalam posisi tengkurap.
Keluhan BAB dan BAK tidak ada. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa HNP sering terjadi pada usia relatif muda dan memiliki riwayat pekerjaan
yang cukup memberikan beban tinggi pada punggung. Terkait penjalaran rasa
nyeri, dapat dipahami dari gambar berikut:
23
Pengakuan pasien berupa rasa nyeri yang menjalar dari betis kiri sebelah luar
menuju ke pergelangan kaki, menunjukkan HNP terjadi pada L4/5. Tidak adanya
keluhan BAB dan BAK menunjukkan tidak ada kompresi pada kauda ekuina yang
khas ditandai dengan retensi urin dan inkontinensia alvi.
Pada pemeriksaan fisik, kesadaran pasien Compos mentis dan vital sign
dalam batas normal, status internus dan neurologis pasien tidak ditemukan
kelainan. Pada posisi berdiri, tampak punggung condong ke kanan, sebagai upaya
untuk mengurangi tekanan di sebelah kiri. Pada pemeriksaan sensibilitas tungkai
tidak didapatkan sensibilitas raba dan nyeri yang menurun sebagaimana teori HNP
bahwa terjadi penurunan sensibilitas tungkai yang terkena defek. Hal ini
kemungkinan disebabkan oleh subjektivitas dari pasien yang kurang mampu
24
membedakan efek sensasi yang diberikan. Pada pemeriksaan refleks patella, juga
tidak didapatkan penurunan refleks sebagaimana teori HNP bahwa terjadi
penurunan refleks patella di tungkai yang terkena. Hal ini kemungkinan
disebabkan oleh faktor subjektivitas pemeriksa dalam membedakan refleks patella
tungkai kiri dan kanan.
Pada pemeriksaan tes laseque ditemukan tes positif dimana nyeri muncul
pada sudut 20o eksterimitas sinistra dan negatif untuk dekstra. Pada pemeriksaan
penunjang MS-CT, tampak adanya herniasi diskus pada L4/5 sinistra potongan
koronal dan diperjelas dengan potongan axial. Dengan dilakukannya MS-CT,
tegak diagnosis pasti bahwa pasien mengalami HNP L4/5.
Pada penatalaksanaan awal non-medikamentosa, pasien diberikan advice
untuk rawat inap di rumah sakit agar tirah baring total. Penatalaksanaan
medikamentosa diberikan RL 20 tpm, ketorolac inj 2x1 ampul, Ranitidin injeksi
2x1 ampul, kodein 30 mg 1-0-1 dan amitriptilin 25 mg 0-½-½. Ketorolac injeksi
merupakan obat anti inflamasi non-steroid, ranitidin injeksi diberikan untuk
mengatasi hipersekresi cairan lambung, kodein 30 mg 1-0-1 merupakan golongan
narkotika yang berfungsi sebagai analgesik dan amitriptilin sebagai penenang
(ansiolitik). Hal ini sesuai dengan teori bahwa pengobatan yang dapat diberikan
pada pasien dengan HNP adalah pemberian obat analgesik, obat-obatan NSAID,
dan penenang minor atau major bila diperlukan.
Penatalaksanaan lanjut dari pasien adalah pembedahan. Berdasarkan teori,
menurut Salter, 90% penderita dengan HNP akan sembuh tanpa pembedahan.
25
Indikasi untuk melakukan laminektomi dan pengangkatan herniasi diskus adalah
sbb(3):
1) Tidak mampu mengendalikan buang air kecil dan buang air besar
2) Nyeri hebat menetap dan tidak tertahan, yang tidak berkurang dengan
analgetik kuat sekalipun
3) Setelah tiga minggu tirah baring total, nyeri hebat yang tetap, iritasi akar
saraf yang menetap dan gangguan hantaran saraf yang menetap
4) Bukti adanya progresif perubahan-perubahan neurologik sementara
penderita masih tetap tiduran
5) Episode berulang nyeri punggung yang hebat
6) Spinal stenosis yang memerlukan laminektomi ekstensif dan pengangkatan
tulang yang cukup untuk melakukan dekompresi terhadap kauda ekuina
atau akar-akar saraf.
Berdasarkan indikasi di atas, belum tampak indikasi bedah pada pasien, karena
berdasarkan follow up harian yang dilakukan, keluhan nyeri punggung berkurang
pada hari keempat perawatan dengan medikamentosa dan tidak ada keluhan pada
BAB maupun BAK.
Prognosis pasien setelah menjalani operasi adalah dubia ad bonam karena
berdasarkan teori, nyeri punggung juga bisa muncul pasca operasi. Pasien harus
kontrol ke Rumah sakit, namun mengingat asal pasien jauh dari rumah sakit,
pengontrolan tidak bisa dilakukan. Pasien pulang tanggal 24 Januari 2011 yaitu 5
hari post operasi dan sudah mampu berjalan dan berjinjit meski mesih mengeluh
adanya nyeri.
26
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Secara umum, penegakan diagnosis dan penatalaksanaan terhadap kasus
ini sesuai dengan teori, namun perlu dilakukan pengkajian terhadap pembedahan
yang dilakukan.
5.2 Saran
Mahasiswa yang sedang menjalani kepaniteraaan klinik perlu terus
melatih kemampuan melakukan pemeriksaan fisik khusunya neurologis, sehingga
tanda khas dari suatu kelainan dapat dikenali.
27
DAFTAR KEPUSTAKAAN
1. Ginting NB. Karakteristik penderita NPB yang dirawat inap di Rumah
Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2009. Universitas Sumatera
Utara: 2010
2. Suharto. Exercises untuk nyeri pinggang bawah pada ibu hamil. Cermin
Dunia Kedokteran 2001: 133.
3. Reksoprodjo S, et al, ed. Kumpulan kuliah ilmu bedah. Binarupa Aksara.
Tangerang: 2005. p.542-3.
4. Anonym. Tips mengatasi gangguan punggung. [Online] 2008 [cited 2011
Jan 23]; Available from: http://widy21.wordpress.com/2010/03/08/tips-
mengatasi-gangguan-punggung/.
5. Hartiyah. Hubungan berdiri lama dengan keluhan nyeri punggung bawah
miogenik pada pekerja kasir. Universitas Muhammadiyah Surakarta: 2008.
6. Mayo clinic staff. Herniated disc. [Online] 2007 [cited 2011 Jan 23];
Available from http://www. mayoclinic.com
/health/herniated-disk/HD99999/PAGE=HD00011.
7. NASS. Herniated Lumbar Disc [Online] 2007 [cited 2011 Jan 23];
Available from .http://www.spine.org/fsp/prob_action-degen-
hern_lum.cfm.
8. Mark R Foster, MD, PhD . Clinical Herniated Nucleus Pulposus [Online]
2007 [cited 2011 Jan 23]; Available from http://www
.emedicine.com/orthoped/topic138.htm
9. Kevin B. Freedman, MD, MSCE; Bryn Mawr, PA. Herniated nucleus
pulposus (slipped disk). Pulposus [Online] 2007 [cited 2011 Jan 23];
Available from
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000442.htm
10. Susan Spinasanta. Neurology Basics: Neurological Exams. Pulposus
[Online] 2007 [cited 2011 Jan 23]; Available from
http://www.spineuniverse.com/displayarticle.php/article305.html.28
11. Jean-Jacques Abitbol, MD, FRCSC ; Edgar G. Dawson, M.D.; Regis W.
Haid, Jr., M.D. Treatment and Prevention of Lumbar Disc Herniations
Pulposus [Online] 2007 [cited 2011 Jan 23]; Available from
http://www.Spineuniverse.com /displayarticle.php/article28.html
29