Click here to load reader
Upload
yuliakhoiruddin
View
595
Download
18
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Silahkan dimanfaatkan, kunjungi http://jendelapikir.blogspot.com pada label Universitas Jenderal Soedirman untuk awetan beberapa tugas kuliah Ilmu dan Teknologi Pangan lainnya.
Citation preview
LAPORAN KIMIA DASAR II
ACARA III
REAKSI ESTERIFIKASI
Oleh :
Yuli Astuti (A1M012019)
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
PURWOKERTO
2013
Uiversitas Jenderal Soedirman (UNSOED)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Reaksi esterifikasi merupakan reaksi pembentukan ester dengan reaksi
langsung antara suatu asam karboksilat dengan suatu alkohol. Suatu reaksi
pemadatan untuk membentuk suatu ester disebut esterifikasi. Esterifikasi dapat
dikatalis oleh kehadiran ion H+. Asam belerang sering digunakan sebagai sebagai
suatu katalisator untuk reaksi ini. Pada skala industri, etil asetat di produksi dari
reaksi esterifikasi antara asam asetat (CH3COOH) dan etanol (C2H5OH) dengan
bantuan katalis berupa asam sulfat (H2SO4).
. Alkil lkanoat/ Ester adalah sebuah asam karboksilat mengandung gugus -
COOH, dan pada sebuah ester hidrogen pada gugus ini digantikan dengan
sebuahgugus hidrokarbon dari berbagai jenis. Gugus ini bisa berupa gugus alkil
sepertimetil atau etil, atau gugus yang mengandung sebuah cincin benzen seperti
fenil.
Ester dapat terhidrolisis dengan pengaruh asam membentuk alkohol
danasam karboksilat. Reaksi hidrolisis tersebut merupakan kebalikan
daripengesteran. Disini senyawa karbon mengikat gugus fungsi –COOR adalah
alkilalkanoat . Ester diturunkan dari alkohol dan asam karboksilat. Untuk ester
turunan dari asam karboksilat paling sederhana, nama-nama tradisional
digunakan, sepertiformate, asetat,dan propionate.
Ester yang paling lazim adalah etil asetat, CH3CO2CH2CH3, suatu pelarut
cat dan cat kuku maupun pelarut untuk perekat. Etil asetat dan ester lain dengan
sepuluh karbon atau kurang merupakan suatu cairan yang mudah menguap dengan
bau enak yang mirip dengan buah-buahan dan sering dijumpai dalam buah-buahan
dan bunga-bungaan. Banyak ester, baik yang dari alam maupun dibuat
oleh manusia, yang digunakan sebagai bahan penyedap (flavoring agent). Bau dan citarasa
dari buah-buahan tertentu dapat disebabkan oleh beberapa ester. Misalnya etil
asetat, n-butil asetat, dan n-pentil asetat semuanya merupakan citarasa dari pisang-
pisang.Ester yang terdapat dari alam yang terbuat dari asam karbiksilat berantai-
panjang dan alkohol berantai-panjang disebut lilin (janganlah dikacaukan lilin
Uiversitas Jenderal Soedirman (UNSOED)
dengan bermacam hidrokarbon,seperti lilin parafin). Kebanyakan bahan
yangdisebut lilin biasanya adalah campuran dua ester atau lebih dan zat-zat
lain. Campuran semacam itu merupakan zat padat yang mudah meleleh, dan jangka leleh
yang lebar (40-90 C). bila dicampur dengan pelarut organik tertentu,dapatlah
mudah dioleskan sebagai larutan pelindung. Misalnya, carnauba wax digunakan
secara meluas sebagai pemoles mobil dan lantai
Ester dari asam karboksilat rendah berat molekulyang tidak
berwarna,cairan mudah menguap dengan bau yang menyenangkan, sedikit larut
dalam air. Banyak yang bertanggung jawab atas aroma dan rasa bunga dan buah-
buahan misalnya, asetat isopentyl hadir dalampisang, metil
salisilat dalam wintergreen, dan etil butirat dalam nanas. Ini dan lainnya ester
volatile dengan bau khas digunakan dalam rasa sintetis, parfum, dan kosmetik.
Ester volatile tertentu digunakan sebagai pelarut untuk lacquers, cat, danpernis;
untuk tujuan ini, jumlah besar dan butil asetat etil asetat diproduksi secara
komersial. Wax disekresi oleh hewan dan tumbuhan ester terbentuk dari rantai
panjang asam karboksilat dan alkohol rantai panjang.
Minyak lemak dan ester dari rantai panjang asam karboksilat dan gliserol.
Ester cair volatilitas rendah pelunakan berfungsi sebagai agen untuk resindan
plastik. Ester juga mencakup banyak industri polimer penting. Polimetil
metakrilat adalah pengganti kaca dijual di bawah nama Lucite dan kaca,
polietilen tereftalat digunakan sebagai film (Mylar) dan sebagai serat tekstil dijual
sebagai Terylene, Fortrel, dan Dacron.
Adapun minyak dan lemak hewani dan nabati merupakan ester yang besar
dan rumit. Perbedaan antara sebuah lemak (seperti mentega) dengan sebuah
minyak (seperti miyak bunga matahari) hanya pada titik leleh campuran ester
yang dikandungnya. Jika titik leleh dibawah suhu kamar, maka ester akan
berwujud cair – yakni minyak. Jika titik leleh diatas suhu kamar, ester akan
berwujud padatan – yakni lemak.
Uiversitas Jenderal Soedirman (UNSOED)
B. Tujuan
Membuat etil asetat dari reaksi antara alkohol dan asam asetat
dengan katalisator asam sulfat.
Uiversitas Jenderal Soedirman (UNSOED)
II. TINJAUAN PUSTAKA
Ester merupakan senyawa yang mengandung gugus karboksil. Seperti
halnya asam karboksilat, rumus kimia ester secara umum dinyatakan dengan
CnH2nO2. Jika dibandingkan dengan rumus asam karboksilat, rumus molekul
tersebut menunjukkan kesamaan. Hal ini berarti antara asam karboksilat dengan
ester saling berisomeri gugus fungsi (Sudarmo, 2007).
Ester diturunkan dari asam dengan mengganti gugus -OH oleh gugus -OR.
Ester dinamai dengan cara yang sama dengan garam asam karboksilatnya. Bagian
R dari gugus -OR ditulis dahulu, diikuti dengan nama asam, dengan akhiran –at
tidak berubah (Hart, 2003).
Ester, salah satu dari kelas-kelas senyawa organik yang sangat berguna,
dapat diubah menjadi anekaragam senyawa lain. Ester lazim dijumpai dalam
alam. Lemak dan lilin adalah ester. Ester juga digunakan untuk polimer sintetik.
Dacron misalnya, adalah suatu polyester (Fessenden, 1982).
ESTER
asam karboksilat
anhidrida asam halida asam
alkohol
ester berlainan
poliester
amida
asam karboksilat
Uiversitas Jenderal Soedirman (UNSOED)
Gambar 13.10. Hubungan sintetik ester dengan senyawa lain.
Kebanyakan ester merupakan zat yang berbau enak dan menyebabkan cita
rasa dan harum dari banyak buah-buahan dan bunga. Di antaranya yang lazim
ialah pentil asetat (pisang), oktil asetat (jeruk), etil butanoat (nanas), dan pentil
butanoat (aprikot). Campuran ester digunakan dalam parfum dan cita rasa buatan.
Ester dengan bobot molekul rendah juga digunakan oleh serangga dan hewan
untuk memancarkan sinyal (Hart, 2003).
Gugus fungsi pada ester adalah -COOR. Dengan adanya katalis asam,
seperti HCl, ester bereaksi dengan air (reaksi hidrolisis) untuk menghasilkan asam
karboksilat dan alkohol. Sebagai contoh, dalam larutan asam, etil asetat akan
diubah menjadi asam asetat dengan reaksi:
H2SO4 pekat
CH3COOH + C2H5OH CH3COOC2H5 + H2O
asam asetat etanol katalis etil asetat
Tetapi, reaksi ini tidak berkesudahan sebab terjadi reaksi bolak-balik, yaitu
pembentukan ester dari alkohol dan asam, juga akan terjadi hingga tingkat yang
cukup tinggi (Raymond, 2001).
Suatu ester dapat dibentuk dengan reaksi langsung antara suatu asam
karboksilat dan suatu alkohol, suatu reaksi yang disebut reaksi esterifikasi. Laju
esterifikasi suatu asam karboksilat bergantung terutama pada halangan sterik
dalam alkohol dan asam karboksilatnya. Kuat asam dari asam karboksilat hanya
memainkan peranan kecil dalam laju pembentukan ester (Fessenden, 1982).
Reaksi esterifikasi bersifat reversibel. Untuk memperoleh rendemen tinggi
dari ester itu, kesetimbangan harus digeser ke arah sisi ester. Satu teknik untuk
mencapai ini adalah menggunakan salah satu zat pereaksi yang murah secara
berlebihan. Teknik lain ialah membuang salah satu produk dari dalam campuran
reaksi (misalnya, dengan destilasi air secara azeotropik). Faktor-faktor yang
berpengaruh pada reaksi esterifikasi adalah waktu reaksi, pengadukan, katalisator,
dan suhu reaksi (Fessenden, 1982).
Uiversitas Jenderal Soedirman (UNSOED)
III. METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
a. Alat : Tabung reaksi, alumunium foil, pipet tetes, pipet
ukur/gelas ukur, pemanas.
b. Bahan : Asam cuka pekat, alkohol dan air.
B. Prosedur
5 tetes asam cuka pekat ditambahkan pada campuran
1 ml alkohol dan 5 tetes asam sulfat pekat
Kemudian dipanaskan dengan hati-hati. Reaksinya
CH3COOH + C2H5OH → CH3COOC2H5 + H2O
Diamati apa yang terjadi
Uiversitas Jenderal Soedirman (UNSOED)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
No. Sampel Ditambah
asam asetat
Setelah
dipanaskan
Ditutup
dengan
alumunium
foil
1. 1 ml alkohol + 5
tetes asam sulfat.
Warna
bening bau
menyengat.
Warna tetap
bening namun
volume
berkurang dan
bau tidak begitu
menyengat.
Warna tetap
bening dan bau
tidak
menyengat.
B. Pembahasan
Pada percobaan kali ini, praktikan mencoba untuk membuat etil asetat
(CH3COOC2H5) dengan mereaksikan antara alkohol (C2H5OH) dan asam asetat
(CH3COOH) dengan katalisator asam sulfat (H2SO4).
Mula-mula, praktikan mengambil alkohol sebanyak 1 ml menggunakan
pipet ukur dan memasukkannya ke dalam tabung reaksi. Ester dihasilkan apabila
asam karboksilat dipanaskan bersama alkohol dengan bantuan katalis asam.
Sehingga praktikan menambahkan 5 tetes asam sulfat pekat menggunakan pipet
tetes ke dalam tabung reaksi tadi secara perlahan dan harus melalui dinding
bagian dalam tabung reaksi.
Asam sulfat di sini berfungsi sebagai katalisator untuk mengurangi energi
aktivasi sehingga reaksi dapat berlangsung dengan cepat. Zat ini merupakan
pelarut polar menengah yang volatil (mudah menguap) tidak beracun dan tidak
higroskopis (menyerap air). Maksud asam sulfat menyerap air dari reaksi
esterifikasi yaitu mengambil OH dari gugus karboksil ( -COOH) dan H dari gugus
Uiversitas Jenderal Soedirman (UNSOED)
hidroksil dari alkohol ( -OH) dan terbentuklah air dengan media penyerapnya
asam sulfat pekat.
Asam sulfat pekat bisa digantikan asam sulfat encer. Namun karena
kepekatannya berkurang, maka reaksi akan memakan waktu yang lama. Berikut
adalah beberapa faktor yang menyebabkan asam sulfat pekat dijadikan katalisator
dalam pembuatan etil asetat:
1. Asam sulfat selain bersifat asam juga merupakan agen pengoksidasi yang
kuat.
2. Asam sulfat dapat larut dalam air pada semua kepekatan.
3. Reaksi antara asam sulfat dengan air adalah reaksi eksoterm yang kuat.
4. Jika air ditambahkan asam sulfat pekat maka ia mampu mendidih.
5. Karena afinitasnya terhadap air, maka asam sulfat dapat menghilangkan
bagian terbesar uap air dan gas yang basah, seperti udara lembab.
6. Konsentrasi ion H+ berpengaruh terhadap kecepatan reaksi.
7. Asam sulfat pekat mampu mengikat air (higroskopis).
Penambahan asam sulfat secara perlahan ini bertujuan agar campuran
cepat homogen dan untuk menghindari terjadinya degradasi campuran beraksi
(asam asetat dengan alkohol), selain itu juga bertujuan untuk menghindari hal-hal
yang tidak diinginkan (misalnya H2SO4 menguap), mengingat bahwa sifat reaksi
H2SO4 yang eksoterm.
Setelah menambahkan asam sulfat pada alkohol, praktikan menambahkan
5 tetes asam asetat menggunakan pipet tetes ke dalam campuran alkohol dan asam
sulfat tadi. Warna larutan ini bening tapi berbau sangat menyengat seperti bau
cuka. Setelah itu praktikan memanaskan larutan tadi (alkohol + asam sulfat +
asam asetat) dengan dua perlakuan untuk perbandingan. Tabung pertama tidak
ditutup, tabung kedua ditutup dengan aluminium foil. Tabung ditutup dengan
aluminium foil agar uap tidak keluar pada saat tabung reaksi dipanaskan. Reaksi
yang terjadi:
H2SO4 pekat
CH3COOH + C2H5OH CH3COOC2H5 + H2O
Uiversitas Jenderal Soedirman (UNSOED)
Reaksi ini termasuk reaksi endoterm karena dalam pencampuran ketiga
bahan tersebut dapat menyerap panas dari lingkungan. Sehingga agar reaksi
esterifikasi dapat terus berlanjut hingga tercapai kesetimbangan, maka suasana
lingkungan harus dibuat panas. Adanya beberapa tetes asam sulfat pekat untuk
mengamati bau ester yang terbentuk.
Makin tinggi suhu reaksi, makin banyak molekul yang memiliki tenaga
lebih besar atau sama dengan tenaga aktivasi, hingga makin cepat reaksinya.
Katalis akan menyediakan rute agar reaksi berlangsung dengan energi aktivasi
yang lebih rendah sehingga nilai konstanta kecepatan reaksi (k) akan semakin
besar, sehingga kecepatan reaksinya juga semakin besar. Selain itu, karena asam
sulfat pekat mampu mengikat air (higroskopis), maka untuk reaksi esterifikasi
setimbang yang menghasilkan air, asam sulfat pekat dapat menggeser arah reaksi
ke kanan (ke arah produk), sehingga produk yang dihasilkan menjadi lebih
banyak.
Setelah selesai dipanaskan, praktikan melakukan pengamatan pada kedua
tabung reaksi tadi. Pada tabung pertama, yang tidak ditutup, mengalami
perubahan volume menjadi lebih sedikit dari sebelum dipanaskan. Hal ini
dikarenakan larutan menguap. Selain itu warna larutan agak keruh. Sedangkan
pada tabung kedua, yaitu yang ditutup dengan aluminium foil, larutan tidak
menguap sehingga volume tetap. Selain itu warna larutan juga agak keruh. Kedua
tabung tersebut memiliki aroma/bau yang sama, yaitu khas seperti balon tiup
(aromatik).
Senyawa etil asetat yang dibuat dalam percobaan ini adalah ester dari
etanol dan asam asetat, dengan wujud berupa cairan tak berwarna dan memiliki
aroma khas (balon). Esterifikasi pada dasarnya adalah reaksi yang bersifat
reversibel (dapat balik) karena ketika asam karboksilat (asam asetat) dan alkohol
(etanol) dipanaskan untuk bereaksi maka akan terjadi reaksi kesetimbangan antara
ester dan air, artinya bahwa ester dan air yang terbentuk dapat kembali
menghasilkan reaktan-reaktannya yaitu asam asetat dan etanol. Oleh karena itu,
untuk memperoleh hasil reaksi yang banyak maka diusahakan agar reaksi
Uiversitas Jenderal Soedirman (UNSOED)
cenderung bergeser ke arah produk yaitu dengan cara reaktan dibuat berlebih yang
dalam percobaan ini etanol dibuat berlebih ketika direaksikan dengan asam asetat.
Pada pembuatan etil asetat hal pertama yang dilakukan adalah
memasukkan alkohol 1 ml dan asam asetat sebanyak 5 tetes ke dalam tabung
reaksi,dapat disimpulkan bahwa warna yg terlihat adalah bening dan tercium bau
yang menyengat. Selanjutnya tabung reaksi ditutup dengan alumunium foil.
Fungsi alumunium foil adalah untuk menghomogenkan campuran, selain itu juga
sebagai pemerata pemanasan. Setelah ditutup menggunakan alumunium foil
waran tetap bening namun ba tidak menyengat. Kemudian ditambah dengan asam
sulfat pekat sebanyak 5 tetes sebagai katalis yang berguna untuk mempercepat
reaksi dan menurunkan energi aktivasi yang dilakukan dalam lemari asam.
Setelah itu tabung reaksi ditaruh kedalam rak tabung raksi yang selanjutnya
tabung tersebut akan dipanaskan ke dalam pemanas air selama 10 menit. Setelah
dipanaskan hasilnya adalah warna tetap bening dan bau tidak menyengat namun
juga ada pengurangan volume cairan yang terdapat pada tabung reaksi.
Uiversitas Jenderal Soedirman (UNSOED)
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa volume etil asetat
dapat dihasilkan dari campuran alkohol dengan asam asetat pekat dengan bantuan
penutup alumunium foil agar tidak tercampur dengan udara luar dan dengan
bantuan penambahan asam sulfat pekat untuk menjadi katalis reaksi.Terjadi
perubahan volume pada akhir prosedur yaitu pemanasan dan juga aroma larutan
menjadi tidak menyengat.
B. Saran
Pada saat praktikum sebaiknya praktikan dapat mengetahui larutan-larutan
yang akan dipakai agar dapat mengetahui tingkat kewaspadaan terhadap larutan
tersebut agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Pada saat penutupan
menggunakan alumunium foil juga harus rapat agar suhu luar tidak bercampur ke
dalam larutan.
Uiversitas Jenderal Soedirman (UNSOED)
DAFTAR PUSTAKA
Chang, Raymond. 2001. Kimia Dasar Edisi Ketiga Jilid 1. Erlangga, Jakarta.
Fessenden, Ralp J.dan Joan S. Fessenden. 1982. Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid
1. Erlangga, Jakarta.
Fessenden, Ralp J.dan Joan S. Fessenden. 1982. Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid
2. Erlangga, Jakarta.
Hart, Harold., Leslie E. Craine., David J. Hart. 2003. Kimia Organik. Erlangga,
Jakarta.
Sudarmo, Unggul. 2007. Kimia untuk SMA Kelas XII. Surakarta: Phibeta.