Click here to load reader
Upload
elza-puspita
View
82
Download
11
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN HASIL DISKUSI
BLOK KOMUNITAS
SKENARIO “Adakah yang Salah di antara Kita?”
Minggu ke-3
Tanggal 26 Februari 2013 s.d 28 Februari 2013
KELOMPOK G
Elza Puspita 105070300111033
Melisa Purnamasari A. 105070300111028
Alifvia Bimantari 105070303111001
Mifa Indra Rosyita 105070300111061
Yeny Kusuma Wardhani 105070300111030
Ariba Elmilla 105070300111064
Cynthia Herdiana S. 105070300111062
Nur Pratiwi Hartono 105070307111011
Fatimatul Luvita 105070300111017
Ika Fitriana Putri 105070304111001
Ika Fitriana Putri W. 105070304111001
Via Talita Larasati 105070301111015
Intrida Anggi Pratiwi 105070301111024
Faizah Hasan Alboneh 0910733023
Jurusan Gizi Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya
Malang
20131
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................................................................... 1
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................................. 2
ISI............................................................................................................................................................................ 3
A. Competencies......................................................................................................................................... 3
B. Scenario ................................................................................................................................................. 3
C. Daftar Unclear Terms ............................................................................................................................ 3
D. Cues ....................................................................................................................................................... 4
E. Problem Identification ........................................................................................................................... 4
F. Hipotesis ................................................................................................................................................ 6
G. Learning Issues ...................................................................................................................................... 7
H. Pembahasan Learning Issues.................................................................................................................. 7
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan............................................................................................................................................ 37
B. Saran...................................................................................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................................. 38
TIM PENYUSUN ..................................................................................................................................................... 40
2
ISI
A. Competencies
CD. 44.
Berpartisipasi dalam pengembangan dan evaluasi program pangan dan gizi berbasis komunitas (Participate in
development and evaluation of a community-based food and nutrition program).
B. Scenario
“Adakah yang Salah di antara Kita?”
Persentase (%) ASI eksklusif di suatu wilyah puskesmas M tahun 2011 sebesar 8,12%. Pada tahun 2012
dilakukan program penyuluhan tentang ASI eksklusif. Akhir tahun 2012 persentase naik menjadi 8,28%,
namun persentase ini masih jauh di bawah target SPM. Perubahan cakupan praktek ASI eksklusif yang sangat
kecil disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah kegiatan yang dilakukan tidak cukup efektif untuk
merubah perilaku. Sebagai bagian dari kegiatan evaluasi pencapaian program, ahli gizi diminta untuk
mendesain kegiatan yang lebih efektif pada tahun 2013 untuk meningkatkan cakupan ASI eksklusif dengan
terlebih dahulu membuat tools pengukuran perubahan perilaku pada tahun sebelumnya.
C. Daftar Unclear Terms
Istilah Pengertian
SPM Merupakan singkatan dari Standar Pelayanan Minimal, yaitu merupakan
tolok ukur kinerja yang digunakan sebagai patokan keberhasilan
penyelenggaraan program di suatu kabupaten/kota (kamus gizi)
ASI Eksklusif Pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir samapai berumur 6 bulan dan
dilanjutkan sampai 2 tahun dengan penambahan makanan yang sesuai
(Depkes RI)
Perubahan Perilaku Perubahan keadaan jiwa untuk memberikan responsi terhadap situasi di luar
subjek tersebut (Anna, 2008)
Penyuluhan Gizi Upaya menjelaskan, menggunakan, memilih dan mengolah makanan untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilakuperorangan atau masyarakat
dalam mengkonsumsi makanan sehingga meningkatkan kesehatan dan
gizinya (kamus gizi)
Tools Pengukuran Suatu alat yang digunakan untuk mengukur dan nantinya akan dibandingkan
dengan cutt off yang ada.
3
Cakupan Jangkauan (kamus cerdas bahasa Indonesia)
Desain Kegiatan Rencana kegiatan yang akan dilakukan
Efektif berhasil; membuahkan hasil (kamus bahasa Indonesia)
Target SPM Ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan
wajib daerah dan berhak dimiliki oleh warganya (Kepmenkes RI)
Cakupan Program rangkuman beberapa pencapaian program kesehatan terhadap keberhasilan
suatu program (Dinkes RI)
D. Cues
Ahli gizi mampu berpatisipasi dalam pengembangan program yang lebih efektif pada tahun 2013 untuk
meningkatkan cakupan ASI eksklusif sesuai target SPM degan terlebih dahulu membuat tools pengukuran
perubahan perilaku pada tahun sebelumnya serta evaluasi pencapaian program di puskesmas M.
E. Problem Identification
1. Apa saja dampak yang dapat ditimbulkan karena kurangnya praktek pemberian ASI eksklusif ?
2. Apa saja manfaat pemberian ASI eksklusif pada ibu dan bayi ?
3. Apa tujuan, manfaat dan isi dari peraturan mengenai Standar Pelayanan Minimal (SPM) ?
4. Bagaimana interpretasi persentase ASI eksklusif menurut Standar Pelayanan Minimal ?
5. Apa saja faktor penyebab rendahnya cakupan ASI eksklusif menurut Standar Pelayanan Minimal ?
6. Apa saja faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku masyarakat ?
7. Apa saja jenis perubahan perilaku yang ada di msayarakat ?
8. Bagaimana proses terjadinya perubahan perilaku di masyarakat ?
9. Bagaimana bentuk operasional dari perilaku?
10. Kegiatan apa saja yang pernah dilakukan oleh pemerintah dan berapa target cakupanya ?
11. Kegiatan apa saja yang pernah dilakukan oleh pemerintah terkait ASI eksklusif, target cakupan, faktor
pendukung dan penghambatnya ?
4
12. Apa saja indikator keberhasilan program ASI eksklusif ?
13. Bagaimana langkah-langkah dalam mengevaluasi program ?
14. Apa saja metode dalam mengevaluasi program ?
15. Apa saja tools yang dapat digunakan untuk mengukur perubahan perilaku ?
16. Apa saja faktor yang perlu diperhatikan dalam menyusun suatu program ?
17. Siapa saja pihak-pihak yang mungkin terkait dalam penyusunan program ?
18. Bagaimana cara membuat design kegiatan ?
19. Sebutkan contoh kegiatan yang mungkin dilakukan untuk merubah perilaku masyarakat ?
5
F. Hipotesis
6
Faktor yang mempengaruhi cakupan
parkatek ASI rendah
Perubahan Perilaku Masy.
Evaluasi terkait Program yang telah diberikan
Kebijakan pemerintah yang telah diberikan
Faktor Pendorong
Faktor yang perlu diperhatikan
Pemberian mkanan/ minuman sblm ASI
Promosi susu formula
Ibu bekerja stelah cuti
Perilaku ibu kurg mendukug
Faktor Pedukung
Indikator Keberhasilan
Tools Perubahan Perilaku
Program kegiatan yang efektif
Cara membuat desain kegiatan yang efektif
Kebijakan sebelumnya kurang berhasil
Pihak yang terlibat
Metode RatingSkala sikap - Skor Sikap
Orang tua, kader kes., ibu hamil, bidan, suami, tokoh masyarakat, pemerintah
Dana
Fasilitas
Transportasi
Kebijakan pemerintah
Sikap dan perilaku tokoh agama, tokoh masy., petugas kesehatan
Perubahan perilaku tenkes
Perubahan kebijakan
Tingginya kesadaran masy.
Tingginya jmlh ibu yg minta IMD
Terbentuknya peer konselor
Analisis situasi Sintesa Data
Problem TreeParticipational
AnalysisObjective Tree
Alternatif analysis
PPM
Persentase ASI Eksklusif akhir th.2012 8,28%
Target SPM tidak terpenuhi
Target SPM Nasional menurut KEPMENKES
RI 2008 sbesar 80%
Program Penyuluhan ASI Eksklusif th.2002
ASI Eksklusif Manfaat ASI Eksklusif
Untuk Bayi Untuk IbuPraktik ASI Eksklusif rendah
Dampak
Untuk Bayi
Untuk Ibu Target SPM
Tujuan target SPM
Manfaat adanya target SPM
Kurang giziInfeksi sal. pencernaanDiareKonstipasiAlergiGrowth faltering
Risiko kanker payudaraPerdarahan lama sembuh Cakupan Praktek ASI
Eksklusif di Puskesmas rendah
Untuk Keluarga
Imunitas baik
Gizi tercukupi
Tumbuh kmbg baik
Uterus cepat pulih
Ekonomis
Hub.batin
Mambantu KB
Hemat waktu
Ekonomis
Hemat tenaga
Faktor Prediposisi
METODE EVALUASIGoal Oriented Evaluation ModelGoal Free Evaluation ModelFormatif dan Summatif Evaluation
ModelCountenance Evaluation ModelCIPP Evaluation Model (Context,
Input, Process, Product)Discrepancy Evaluation Model
Menetapkn tujuan, melibatkan stakeholder, identifikasi masalah, penilaian formatif,
pngelompokan sasaran, tetapkan tujuan, strategi, pre test-post test, implementasi program,
evalusai &monitoring program, analisis feed back, rancang kmbali bila ada perbaikan
Contoh kegiatan :KP Ibu (Kelompok Pendukung Ibu), Perr
counseling, penyuluhan partisipatif
G. Learning Issues
1. Mengetahui dampak pemberian ASI Eksklusif yang kurang
2. Mengetahui manfaat pemberian ASI Eksklusif bagi ibu, anak dan keluarga
3. Mengetahui tujuan, manfaat dan isi dari Standar Pelayanan Minimal
4. Mengetahui Interpretasi persentase ASI Eksklusif sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal
5. Mengetahui penyebab rendahnya cakupan ASI Eksklusif (di bawah target SPM)
6. Mengetahui faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku masyarakat
7. Mengetahui jenis-jenis perubahan perilaku yang ada di masyarakat
8. Mengetahui dan memahami proses perubahan perilaku suatu masyarakat
9. Mengetahui bentuk operasional perilaku
10. Mengetahui macam-macam program pemerintah yang pernah dijalankan beserta target cakupan
11. Mengetahui program pemerintah terkait ASI Eksklusif beserta target cakupan, faktor penghambat dan
faktor pendukung program
12. Mengetahui indikator keberhasilan program ASI Eksklusif sesuai dengan target SPM
13. Mengetahui langkah-langkah dalam mengevaluasi program
14. Mengetahui macam-macam metode evaluasi program
15. Mengetahui dan membuat tools untuk mengukur perubahan perilaku masyarakat
16. Mengetahui faktor yang perlu diperhatikan dalam menyusun suatu program
17. Mengetahui dan mengerti pihak-pihak yang mungkin terkait dengan penyusunan program
18. Mengetahu cara membuat desain kegiatan yang efektif
19. Menjelaskan contoh kegiatan efektif yang mungkin dilakukan untuk merubah perilaku msyarakat
H. Pembahasan Learning Issues
1. Apa saja dampak yang dapat ditimbulkan karena kurangnya praktek pemberian ASI eksklusif ?
- Mengakibatkan bayi ebih cepat terjangkit penyakit kronis seperti kanker, jantung, hipertensi, dan
diabetes pada masa dewasa.
- Kemungkinan menderita kekurangan gizi dan obesitas atau kegemukan juga lebih besar dari bayi yang
diberikan ASI Eksklusif.
- Berdampak pada pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan dan juga kematangan emosional anak
yang kurang optimal.
- Meningkatkan resiko diare dan infeksi saluran gastrointestinal
7
- Mengakibatkan konstipasi pada bayi
- Meningkatkan alergi pada bayi
Beberapa studi menemukan bahwa menyusui selama sekurangnya 6 bulan dapat mencegah alergi
pada bayi, misalnya alergi terhadap makanan atau terhadap pernafasan. Proteksi ini berlangsung terus
hingga anak mencapai usia remaja. ( Surininah, 2004).
2. Apa saja manfaat pemberian ASI eksklusif pada ibu dan bayi ?
- Manfaat ASI Eksklusif bagi Bayi
1. Bayi mendapatkan kolostrum yang mengandung zat kekebalan terutama Immunoglubulin A (IgA)
yang membantu bayi dari berbagai infeksi terutama diare, membatu pengeluaran meconium.
2. Menyelamatkan kehidupan bayi.
3. Makanan yang terlengkap untuk bayi, terdiri dari proporsi yang seimbang dan cukup kuantitas
semua zat gizi yang diperlukan untuk kehidupan 6 bulan pertama.
4. Selalu bersih dan selalu siap tersedia dalam suhu yang sesuai
5. Mudah dicerna dan zat gizi mudah diserap
6. Melindungi terhadap alergi karena tidak mengandung zat yang dapat menimbulkan alergi
7. Pemberian asi eksklusif akan melindungi bayi baru lahir dari berbagai penyakit terutama alergi dan
gangguan pencernaan.
8. Pemberian ASI Eksklusif dapat mencegah hypothermia pada bayi baru lahir.
9. Pemberian ASI Eksklusif berarti mempertahankan pemberian ASI sekurangnya 4-6 bulan.
10. Pemberian ASI akan membantu pencegahan penyakit
- Manfaat ASI Eksklusif bagi Ibu
1. Pemberian ASI memberikan 98% metode kontrasepsi yang efisien selama 6 bulan pertama
sesudah kelahiran bila diberikan hanya ASI saja (Eksklusif) dan belum terjadi menstruasi kembali.
2. Menempelkan segera bayi pada payudara membantu pengeluaran plasenta karena isapan bayi
merangsang kontraksi rahim, oleh karena itu menurunkan resiko perdarahan pasca persalinan.
3. Memberikan ASI segera (dalam waktu 60 menit) membantu meningkatkan produksi ASI dan
proses laktasi
4. Isapan putting segera dan sering membatu mencegahpayudara bengkak
5. Pemberian ASI membantu mengurangi beban kerja ibu karena ASI tersedia kapan dan dimana
saja. ASI sealu bersih, sehat, dan tersedia dalam suhu yang cocok.
6. Pemberian ASI sangat ekonomis
7. Meningkatkan hubungan batin antara ibu dan bayi
8
- Manfaat ASI Eksklusif bagi Keluarga
1. Tidak perlu uang untuk membeli susu formula, kayu bakar atau minyak untuk merebus air, susu
atau peralatan
2. Bayi sehat berarti keluarga mengeluarkan biaya lebih sedikit (hemat) dalam perawatan kesehatan
dan berkurangnya kekhawatiran bayi akan sakit
3. Penjarangan kelahiran karena efek kontrasepsi dari ASI Eksklusif
4. Menghemat waktu keluarga bila bayi lebih sehat
5. Pemberian ASI pada bayi berarti hemat tenaga bagi keluarga sebab ASI selalu siap tersedia. (Lidya,
tanpa tahun)
3. Apa tujuan, manfaat dan isi dari peraturan mengenai Standar Pelayanan Minimal (SPM) ?
Adapun tujuan dari penyusunan standar pelayanan minimal yaitu:
1. Meningkatkan pemahaman yang holistik/menyeluruh dan terpadu dalam penerapan dan
pencapaian SPM.
2. Menyamakan pemahaman tentang definisi operasional indikator kinerja, ukuran atau satuan,
rujukan, dan target nasional.
3. Membangun komitmen dan tindak lanjut untuk penerapan dan pencapaian SPM.
4. Menyediakan panduan bagi pemerintah dalam melaksanakan perencanaan, pelaksanaan dan
pengendalian serta pengawasan dan pertanggungjawaban penyelenggaraan Standar Pelayanan
Minimal.
5. Membangun dasar dalam penentuan anggaran kinerja berbasis manajemen kinerja.
6. Mendorong transparansi dan partisipasi masyarakat dalam proses penyelenggaraan
Pemerintahan.
7. Untuk mengurangi kesenjangan pelayanan kesehatan antar daerah.
8. Sebagai alat pemerintah dan pemda untuk menjamin akses dan mutu pelayanan dasar kepada
masyarakat secara merata dalam rangka penyelenggaraan urusan wajib.
(http://www.ittc.co.id/penyusunan-spm.php) (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65
Tahun 2005)
Manfaat standar pelayanan minimal (SPM)
1. Memberikan jaminan bahwa masyarakat memperoleh pelayanan yang baik
2. Dapat ditentukan jumlah anggaran yang dibutuhkan
3. Sebagai landasan dalam menentukan perimbangan keuangan
4. Menjadi dasar dalam menentukan anggaran berbasis kinerja
9
5. Sebagai alat ukur penilaian kinerja
6. Untuk mengukur tingkat keberhasilan pemerintah
7. Menjadi dasar bagi pelaksanaan pengawasan
8. Dapat memperjelas tugas pokok Pemerintah
9. Mendorong transparansi dan partisipasi masyarakat (Yuniarto, 2010)
Isi dari Standar Pelayanan Minimal
Isi dari standar pelayanan minimal disesuaikan dengan bidang masing-masing. Misalnya bidang
kesehatan terdiri berbagai jenis pelayanan dasar kemudian di dalamnya terdapat indicator-indikator dan
nilai cakupan yang dinyatakan dalam persentase. Selain itu, pencapaian cakupan program tersebut
memiliki batas waktu yang dinyatakan dalam tahun dan terdapat Satuan kerja/lembaga penanggung
jawab.
10
Contoh isi SPM dalam bidang kesehatan
(http://eperformance.surabaya.go.id/2012/lampiran/lampiranStandarPelayananMinimal_SPM.pdf)
(Peraturan Menteri Kesehatan Ri Nomor 741/Menkes/Per/VII/2008)
11
4. Bagaimana interpretasi persentase ASI eksklusif menurut Standar Pelayanan Minimal ?
- Tahun 2011 sebesar 8,12% sangat rendah
- Tahun 2012 sebesar 8, 28% sangat rendah
Persentase ASI eksklusif di wilayah puskesmas M pada tahun 2011 dan 2012 dapat dikatakan sangat
rendah karena target nasional SPM untuk pemberian ASI eksklusif pada tahun 2010 adalah 80%.
(Direktorat Gizi Masyarakat, 2004)
5. Apa saja faktor penyebab rendahnya cakupan ASI eksklusif menurut Standar Pelayanan Minimal ?
- Perilaku menyusui kurang mendukung, misalnya membuang kolostrum karena dianggap tidak bersih
dan kotor.
- Pemberian makanan atau minuman sebelum ASI keluar
- Kurangnya rasa percaya diri ibu bahwa ASI cukup untuk bayinya
- Ibu kembali sibuk bekerja setelah cuti bersalin, yang menyebabkan penggunaan susu botol atau
formula secara dini sehingga menggeser atau menggantikan kedudukan ASI. Hal ini diperberat lagi
dengan adanya kecenderungan meningkatnya peran ganda wanita dari tahun ke tahun.
- Gencarnya promosi susu formula, baik melalui petugas kesehatan maupun melalui mass media,
bahkan dewasa ini langsung kepada ibu-ibu. (Lucy. Tanpa tahun)
6. Apa saja faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku masyarakat ?
Faktor perilaku khususnya perilaku kesehatan dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor, yaitu :
1. Faktor-faktor Predisposisi (Predisposing Factors)
Adalah faktor yang terwujud dalam kepercayaan, kayakinan, niali-nilai dan juga variasi demografi, seperti :
status ekonomi, umur, jenis kelamin dan susunan keluarga. Faktor ini lebih bersifat dari dalam diri individu
tersebut.
2. Faktor-faktor Pendukung (Reinforcing Factors)
Adalah faktor pendukung yang terwujud dalam lingkungan fisik, termasuk di dalamnya adalah berbagai
macam sarana dan prasarana, misal : dana, transportasi, fasilitas, kebijakan pemerintah dan lain
sebagainya.
3. Faktor-faktor Pendorong (Enabling Factors)
Adalah faktor-faktor ini meliputi : faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan
perilaku petugas termasuk petugas kesehatan, undang- undang peraturan-peraturan baik dari pusat
maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan.
12
Hubungan status kesehatan, perilaku dan promosi kesehatan menurut Green dan Kreuter(2000).
Berdasarkan teori diatas, dapat disimpulkan bahwa salah satu cara untuk mengubah perilaku
adalah dengan melakukan intervensi terhadap faktor predisposisi, atau mengubah nilai, pengetahuan,
sikap dan persepsi terhadap masalah kesehatan melalui pendidikan kesehatan. Namun demikian untuk
memperoleh hasil yang lebih memuaskan, faktor pemungkin dan faktor penguat juga harus dapat turut
berkontribusi sesuai dengan fungsinya. Artinya, dengan pengetahuan, sikap, nilai dan persepsi yang baik
atau positif tetapi tidak ditunjang fasilitas yang memadai tentu tidak akan muncul perilaku yang
diharapkan. Oleh karena itu intervensi yang dilakukan harus diikuti oleh ketersediaan fasilitas serta akan
lebih baik lagi bila didukung oleh faktor penguat. Selain itu, sikap dan tingkah laku individu maupun
masyarakat dapat diubah melalui pemberian informasi yang diikuti dengan latihan-latihan. (Green, 2000
dalam Aprilia, 2009)
7. Apa saja jenis perubahan perilaku yang ada di msayarakat ?
Perubahan perilaku dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu :
- Perubahan alamiah (natural change), ialah perubahan yang dikarenakan perubahan pada lingkungan
fisik, sosial, budaya ataupun ekonomi dimana dia hidup dan beraktifitas.
- Perubahan terencana (planned change), ialah perubahan ini terjadi, karena memang direncanakan
sendiri oleh subjek.
13
- Perubahan dari hal kesediaannya untuk berubah (readiness to change), ialah perubahan yang terjadi
apabila terdapat suatu inovasi atau program-program baru, maka yang terjadi adalah sebagian orang
cepat mengalami perubahan perilaku dan sebagian lagi lamban. Hal ini disebabkan setiap orang
mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda. (WHO dalam Notoatmodjo, 1993)
8. Bagaimana proses terjadinya perubahan perilaku di masyarakat ?
1. Teori S-O-R:
Perubahan perilaku didasari oleh: Stimulus – Organisme — Respons.
- Perubahan perilaku terjadi dengan cara meningkatkan atau memperbanyak rangsangan (stimulus).
- Perubahan perilaku terjadi melalui proses pembelajaran (learning process).
- Materi pembelajaran adalah stimulus.
Proses perubahan perilaku menurut teori S-O-R.:
Adanya stimulus (rangsangan): Diterima atau ditolak
Apabila diterima (adanya perhatian) mengerti (memahami) stimulus.
Subyek (organisme) mengolah stimulus, dan hasilnya:
Kesediaan untuk bertindak terhadap stimulus (attitude)
Bertindak (berperilaku) apabila ada dukungan fasilitas (practice)
2. Teori “Dissonance” : Festinger
Perilaku seseorang pada saat tertentu karena adanya keseimbangan antara sebab atau alasan dan
akibat atau keputusan yang diambil (conssonance). Apabila terjadi stimulus dari luar yang lebih kuat, maka
dalam diri orang tersebut akan terjadi ketidak seimbangan (dissonance). Kalau akhirnya stilmulus tersebut
direspons positif (menerimanya dan melakukannya) maka berarti terjadi perilaku baru (hasil perubahan),
dan akhirnya kembali terjadi keseimbangan lagi (conssonance).
Rumus perubahan perilaku menurut Festinger: Terjadinya perubahan perilaku karena adanya
perbedaan elemen kognitif yang seimbang dengan elemen tidak seimbang. Contoh: Seorang ibu hamil
memeriksakan kehamilannya terjadi karena ketidakseimbangan antara keuntungan dan kerugian stimulus
(anjuran periksa hamil).
3. Teori fungsi: Katz
Perubahan perilaku terjadi karena adanya kebutuhan. Oleh sebab itu stimulus atau obyek perilaku
harus sesuai dengan kebutuhan orang (subyek).
Prinsip teori fungsi:
a. Perilaku merupakan fungsi instrumental (memenuhi kebutuhan subyek)
b. Perilaku merupakan pertahanan diri dalam menghadapi lingkungan (bila hujan, panas)
14
c. Perilaku sebagai penerima obyek dan pemberi arti obyek (respons terhadap gejala sosial)
d. Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dalam menjawab situasi (marah, senang)
4. Teori “Driving forces”: Kurt Lewin
Perilaku adalah merupakan keseimbangan antara kekuatan pendorong (driving forces) dan
kekuatan penahan (restraining forces). Perubahan perilaku terjadi apabila ada ketidak seimbangan
antara kedua kekuatan tersebut.
Kemungkinan terjadinya perubahan-perubahan perilaku:
a. Kekuatan pendorong meningkat, kekuatanpenahan tetap.
b. Kekuatan pendorong tetap, kekuatan penahan menurun.
c. Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan menurun
5. Health Belief Model (Model Kepercayaan Kesehatan)
Health belief Model didasarkan atas 3 faktor esensial ;
- Kesiapan individu intuk merubah perilaku dalam rangka menghindari suatu penyakit atau
memperkecil risiko kesehatan.
- Adanya dorongan dalam lingkungan individu yang membuatnya merubah perilaku.
- Perilaku itu sendiri.
Ketiga faktor diatas dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang berhubungan dengan kepribadian dan
lingkungan individu, serta pengalaman berhubungan dengan sarana dan petugas kesehatan. Health
Belief Model menurut Becker (1979) ditentukan oleh :
- Percaya bahwa mereka rentan terhadap masalah kesehatan
- Menganggap serius masalah
- Yakin terhadap efektivitas pengobatan
- Tidak mahal
- Menerima anjuran untuk mengambil tindakan kesehatan
6. Model Komunikasi – Persuasi
Dasarnya dalah pesan yang komunikatif melalui beberapa pendekatan-pendekatan, yakni :
1. Pendekatan tradisional : sumber, pesan, penerima.
2. Pendekatan teori kognitif
stimulus menghasilkan respon kognitif yang terdiri dari hal yang penting dan relevan. Stimulus juga
di pengaruhi oleh argumentasi (pendapat). Sehingga menghasilkan perubahan perilaku.
3. Pendekatan belajar pesan : perhatian, pemahaman, penerimaan, dan retensi. (Citerawati, 2012)
15
9. Bagaimana bentuk operasional dari perilaku ?
Bentuk operasional dari perilaku dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu :
1. Perilaku dalam bentuk pengetahuan
Perilaku dalam bentuk pengetahuan yaitu dengan mengetahui situasi dan rangsangan.
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap
suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang (Ever Behavior).
Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman langsung ataupun melalui pengalaman orang lain.
Pengetahaun dapat ditingkatkan melalui penyuluhan, baik secara individu maupun kelompok, untuk
meningkatkan pengetahuan kesehatan yang bertujuan untuk tercapainya perubahan perilaku
individu, keluarga dan masyarakat dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan optimal.
2. Perilaku dalam bentuk sikap
Perilaku dalam bentuk sikap, yaitu tanggapan perasaan terhadap keadaan atau rangsangan dari
luar diri si subyek, sehingga alam itu sendiri akan mencetak perilaku manusia yang hidup di dalamnya,
sesuai dengan sifat keadaan alam tersebut (lingkungan fisik) dan keadaan lingkungan sosial budaya
yang bersifat non fisik, tetapi mempunyai pengaruh kuat terhadap pembentukan perilaku manusia.
Lingkungan ini adalah merupakan keadaan masyarakat dan segala budi daya masyarakat itu lahir dan
mengembangkan perilakunya.
3. Perilaku dalam bentuk tindakan
Perilaku dalam bentuk tindakan, yang sudah konkrit berupa perbuatan terhadap situasi dan suatu
rangsangan dari luar. Suatu sikap belum tentu otomatis terwujud dalam suatu tindakan untuk
terwujudnya sikap menjadi suatu perubahan nyata diperlukan faktor pendukung/suatu kondisi yang
memungkinkan (Notoatmojo, 1993).
Tindakan terdiri dari 4 (empat) tingkatan, yaitu :
1. Persepsi (Perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah
merupakan praktek tingkat pertama.
2. Respon Terpimpin (Guided Response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah
merupakan indikator praktek tingkat dua.
3. Mekanisme (Mechanism) 16
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu
sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.
4. Adopsi (Adoptioan)
Adaptasi adalah praktek atau tindakan yang sesudah berkembang dengan baik, artinya tindakan itu
sudah di modifikasikan tanpa mengurangi kebenaran tingkat tersebut (Notoatmojo, 1993).
10. Kegiatan apa saja yang pernah dilakukan oleh pemerintah dan berapa target cakupanya ?
- Cakupan Kunjungan ibu hamil K-4
Ibu hamil K-4 adalah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar paling sedikit empat kali, dengan distribusi pemberian pelayanan yang dianjurkan adalah minimal satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua, dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan. Kunjungan ibu hamil sesuai standar dengan pelayanan yang mencakup minimal : (1) Timbang badan dan ukur tinggi badan (2) Ukur tekanan darah (3) skrinning status imunisasi tetanus (dan pemberian tetanus Toksod), (4) Ukur tinggi fundus uteri. (5) pemberian tablet besi (90 tablet selama kehamilan) (6) temu wicara (pemberian komunikasi ianterpersonal dan konseling), (7) test laboratorium sederhana (HB, Protein, Urin) dan atau berdasarkan indikasi (HbsAG, sifilis, HIV, Malaria, TBC)
Target 2015 : 95%
- Cakupan komplikasi Kebidanan yang ditangani
Kegiatan : (1) Deteksi bumil, bulin, bufas komplikasi, (2) Rujukan kasus komplikasi kebidanan (3) pelayanan penanganan komplikasi kebidanan (4) Penyediaan pusat pelatiahan klinis (5) Pelatihan PONED bagi bidan desa dan tim puskesmas (6) Pelatihan tim PONEK di RS kabupaten/ kota (7) Penyediaan peralatan PONED di puskesmas dan PONEK di RS kabuoaten/kota (8) Penyediaan Bank Darah Rumah Sakit (BDRS) (9) Pelaksanaan PONED dan PONEK
Target 2015 : 80%
- Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan
Pertolongan persalinan adalah proses pelayanan persalinan dimulai pada kata I sampai dengan IV persalinan. Langkah Kegiatanya adalah sebagai berikut :
(1) Kemitraan Bidan- dukun(2) Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)(3) Pelayanan persalinan(4) Penyediaan/ Penggantian Peralatan Persalinan (Bidan KIT)(5) Pelatihan + magang (APN)(6) Supervisi monitoring dan evaluasi (PWS – KIA dan Analisi Manajemen Program)
Target 2015 : 90 %
17
- Cakupan Pelayanan Nifas
Nifas adalah periode mulai 6 jam sampai dengan 42 jam pasca persalinan. Pelayanan nifas sesuai standar adalah pelayanan kepada ibu nifas sedikitnya 3 kali, pada 6 jam pasca persalinan s.d 3 hari; pada minggu ke II, dan pada minggu ke VI termasuk pemberian vitamin A 2 kali serta persiapan dan/ atau pemasangan KB pasca persalinan.
Target 2015 : 90%
- Cakupan Neonatus dengan Komplikasi yang ditanganiNeonatus dengan komplikasi dengan penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesehatan,
kecacatan, dan kematian. Neonatus dengan komplikasi seperti asfiksia, ikterus, hipotermia, tetanus neonatrum, infeksi/ sepsis, trauma lahir, BBLR (Berat badab lahir rendah < 2500 gr), sindroma gangguan pernafasan, kelainan congenital.
Target 2010 : 80%
- Cakupan Kunjungan BayiCakupan kunjungan bayi adalah cakupan kunjungan bayi umur 29 hari – 11 bulan di sarana
pelayanan kesehatan (polindes, pustu, puskesmas, rumah bersalin, dan di rumah sakit) maupun di rumah, posyandu, tempat pentipan anak, panti asuhan, dan sebagainya melalui kunjungan petugas.
Target 2010: 90%
- Cakupan Desa/ Keluarahan Universal Child Immunization (UCI)UCI adalah tercapainya imunisasi dasar secara lengkap pada bayi (0-11 bulan), ibu hamil, WUS,
dan anak sekolah tingkat dasar. Imunisasi dasar lengkap pada bayi meliputi : 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis polio, 4 dosis Hepatitis B, 1 dosis campak. Ibu hamil dan WUS meliputi 2 dosis TT. Anak sekolah tingkat dasar meliputi 1 dosis DT, 1 dosis campak, dan 2 dosis TT
Target 2010 : 100%
- Cakupan Pelayanan Anak Balita Setiap anak umur 12 – 59 bulan memperoleh pelayanan pemantauan pertumbuhan setiap bulan,
minimal 8 X daalam setahun yang tercatat di kohort Anak Balita dan Pra sekolah, Buku KIA/KMS atau buku pencatatan dan pelaporan lainnya. Suplementasi vitamin A dosis tinggi (200.000 IU) diberikan pada anak umur 12- 59 bulan 2 kali pertahun (bulan februari dan agustus )
Target 2010 : 90%
- Cakupan Pemberian Makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan keluarga Miskin
Pemberian MP ASI pabrikan berupa bubuk instan untuk bayi usia 6- 11 bulan dan biscuit untuk anak usia 12- 24 bulan.
Target 2010 : 100%
- Cakupan Balita Gizi mandapat perawatan
18
Perawatan adalah perawatan sesuai tatalaksana gizi buruk
Target 2010 : 100 %
- Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat
Penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat adalah pemeriksaan kesehatan umum, kesehatan gigi, dan mulut siswa SD dan setingkat melalui penjaringan kesehatan terhadap murid kelas 1 SD dan Madrasah Ibtidaiyah yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bersama guru.
Target 2010 : 100 %
- Cakupan Peserta KB aktif
Peserta KB aktif adalah pasangan usia subur yang salah satu pasangannya masih menggunakan alat kontrepsi dan terlindungi oleh alat kontrasepsi tersebut.
Target 2010 : 70 %
- Cakupan Penemuan dan Penganganan Penderita Penyakit
a. Penemuan Penderita Pneumonia Balita
Target 2010 : 100%
b. Penemuan pasien baru TB BTA psotif
Target 2010 : 100%
c. Penderita DBD yang ditangani
Target 2010 : 100%
d. Penemuan penderita diare
Target 2010 : 100%
- Cakupan Pekayanan Kesahatan Dasar Pasien Masyarakat Miskin
Target 2015 : 100%
- Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan pasien Masyarakat Miskin
Target 2015 : 100%
- Cakupan desa/ keluarahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan epidemologi kurang dari 24 jam
Target 2015 : 100%
- Cakupan Desa Siaga Aktif
19
Desa Siaga Aktif adalah desa yang mempunyai pos kesehatan Desa (Poskesdes) atau UKBM lainnya yang buka setiap hari dan berfungsi sebagai pemberi pelayanan kesehatan dasar, penanggulangan bencana, dan kegawatdaruratan, surveilence berbasis masyarakat yang meliputi pemantauan pertumbuhan (gizi), penyakit, lingkungan dan perilaku sehingga masyarakatnya menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
Target 2015 : 80 % (KEPMENKES RI, 2008)
11. Kegiatan apa saja yang pernah dilakukan oleh pemerintah terkait ASI eksklusif, target cakupan, faktor
pendukung dan penghambatnya ?
- Kebijakan-kebijakan pemerintah RI sehubungan penggunaan ASI
1. Inpres No.14/1975 Menko Kesra selaku koordinator pelaksana menetapkan behwa salah satu
rogram dalam usaha perbaikan gizi adalah peningkatan penggunaan ASI
2. Permenkes No.240/1985 Melarang produsen susu formula untuk mencantumkan kalimat-kalimat
promosi produknya yang memberikan kesan bahwa produk tersebut setara atau lebih baik mutunya
daripada ASI
3. Permenkes NO.76/1975 Mengharuskan produsen susu kental manis (SKM) untuk mencantumkan
pada label produknya bahwa SKM tidak cocok untuk bayi dengan warna tulisan merah dan cukup
mencolok
4. Melarang promosi susu formula yang dimaksudkna sebagi ASI di semua sarana pelayanan
kesehatan
5. Menganjurkan menyususi secara eksklusif sampai bayi berumur 4-6 bulan dan menganjurkan
permberian ASI sampai anak berusia 2 tahun
6. Melaksanakan rawat gabung di tempat persalinan milik pemerintah dan swasta
7. Meningkatkan kemmapuan petugas kesehatan dalam hal PP-ASI sehingga petugas tersebut
terampil dalam melaksanakan penyuluhan pada masyarakat luas
8. Upaya penerapan 10 langkah untuk berhasilnya menyusiu di semua rumah sakit, rumah bersalin
dan puskesmas dengan tempat tidur
Kegiatan intervensi gizi spesifik pada kelompok 0-6 bulan salah satunya adalah promosi menyusui
(konseling individu dan kelompok) target 95% yang kegiatannya meliputi:
1. Training konselor dan fasilitator Menyusui ASI Eksklusif
2. KIE IMD dan ASI Eksklusif
3. Melakukan IMD disemua sarana pelayanan kesehatan
4. Sosialisasi dan advokasi PP ASI 20
5. Permen Kesehatan menindaklanjuti PP ASI
6. Pembentukan dan pembinaan kader motivator Kadarzi
7. Pelarangan iklan susu formula di media masa
8. Peningkatan pengawasan implementasi PP ASI
9. Penyiapan ruang ASI ditempat kerja dan fasilitas umum
10. Pelarangan iklan susu formula di media masa
11. Penegakan Hukum PP ASI
Kegiatan intervensi gizi spesifik pada kelompok 7-24 bulan, salah satunya adalah promosi
menyusui (konseling individu dan kelompok) dengan target 95% yang kegiatannya meliputi:
1. KIE melanjutkan menyusui sampai dengan 2 tahun
2. Trainning konselor dan fasilitator ASI eksklusif
3. Sosialisasi dan advokasi PP-ASI
4. Permen Kes menindaklanjuti PP-ASI
5. Pembentukan dan pembinaan kader motivator Kadarzi
Secara umum berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1457/MENKES/SK/X/2003
Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Di Kabupaten/Kota, target cakupan bayi yang
mendapat ASI- eksklusif adalah 80 %
- Faktor pendukung dan Penghambat
1. Kebijakan Instansi pelayanan kesehatan tentang IMD dan ASI Eksklusif.
2. Pengetahuan, Motivasi dan Sikap tenaga penolong persalinan
3. Pengetahuan, Motivasi dan Sikap ibu.
4. Gencarnya promosi susu formula
5. Dukungan anggota keluarga
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan menyusui adalah sosial budaya, psikologis dan
biologis ibu sendiri. Selain itufaktor-faktor yang mempengaruhi ibu untuk menyusuiadalah:
1.Faktor Psikologi
Status psikologi mendasari ibu dan pendukungnya untuk keberhasilan menyusui, termasuk pecaya
diri ibu dan komitmen menyusui, bayi merasa kenyang merupakan kepuasan bagi ibu menyusui. Psikologis
ibu termasuk disekitarnya yang dekat dalam struktur dukungan.
2. Faktor dukungan Tenaga Kesehatan
21
Dukungan yang diberikan tenaga kesehatan dapat membangkitkan rasa percaya diri ibu untuk
membuat keputusan menyusui bayinya.Informasi tentang perawatan payudara selama masa kehamilan,
lama menyusui, keuntungan menusui, inisiasi menyusui dini, merupakan dukungan tenaga kesehatan
yntuk menyukseskan kelangsungan pemberian ASI eksklusif
3. Faktor Demografi
Faktor demografi terbagi menjadi dua, yaitu faktor sosio demografi dan faktor biomedik. Faktor
sosio demografi terdiri dari umur, pendidikan,status perkawinan, suku, tingkat sosial dan penghasilan.
Faktor biomedik terdiri dari jumlah kelahiran, kesehatan bayi dan kesehatanibu (selama hamil,
melahirkan, dan setelah melahirkan).
Adapun faktor –faktor yang mempengaruhi kegagalan ASI eksklusif tersebut adalah (Falah N
2007) :
a. Faktor pendorong (predisposing factors) adalah kurangnya pengetahuan ibu tentang ASI
eksklusif dan adanya ideologi makanan yang non-Eksklusif, sehingga tidak muncul motivasi yang kuat
dari subjek untuk memberikan ASI eksklusif pada bayinya.
b. Faktor pemungkin (enabling factors ) adalah kurangya penyuluhan atau pengarahan
tentang ASI Eksklusif dari Posyandu, Puskesmas, maupun pertemuan PKK dan fasilitas rawat gabung di
BPS/RB/RS yang tidak berjalan semestinya karena masih ada pemberian susu formula sebagai prelaktal.
c. Faktor penguat (reinforcing factors) gagalnya pemberian ASI eksklusif adalah kurangnya
pengasuhan atau pengarahan dari tenaga kesehatan terampil seputar men yusui saat memeriksakan
kehamilan, anjuran untuk memberikan madu dan susu formula sebagai prelaktal, dan kuatnya
pengaruh keluarga dalam pengasuhan bayi secara non-ASI eksklusif
d. Faktor penghambat pemberian ASI eksklusif adalah keyakinan dan praktik yang keliru
tentang makanan bayi, promosi susu formula yang sangat gencar dan masalah kesehatan ibu dan bayi.
(Rusmalawaty. 2009; Habibie,2009; Aprilia, 2009)
12. Apa saja indikator keberhasilan program ASI eksklusif ?
- Perubahan perilaku tenaga kesehatan
- Perubahan kebijakan dengan adanya pojok laktasi, ruang rawat yabng digabung (room in)
- Tingginya kesadaran masyarakat terkait ASI ekslusif
- Tingginya jumlah ibu yang meminta IMD dan
22
- Terbentuknya peer konselor
13. Bagaimana langkah-langkah dalam mengevaluasi program ?
- Tujuan Evaluasi
Evaluasi Program gizi dilakukan untuk menilai kemajuan kegiatan dan hasil yang dicapai
dalam upaya peningkatan gizi masyarakat yang dilakukan oleh masing-masing wilayah/ daerah
(Depkes RI, 2008). Tujuan evaluasi secara umum untuk mengetahui dengan pasti apakah pencapaian
hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan program/ kegiatan dapat dinilai dan
dipelajari guna perbaikan pelaksanaan program/kegiatan di masa yang akan datang. Dalam buku
panduan pengelolaan program perbaikan gizi kabupaten/ kota, tujuan dari evaluasi yaitu:
1. Memperbaiki rancangan kebijakan, program dan proyek.
2. Menentukan suatu bentuk kegiatan yang tepat.
3. Memperoleh masukan untuk digunakan didalam proses perencanaan yang akan datang.
4. Mengukur keberhasilan suatu program (Depkes RI, 2000).
- Fungsi Evaluasi
Evaluasi mempunyai beberapa fungsi antara lain:
a) Memberikan informasi yang valid mengenai program dan kegiatan yaitu seberapa jauh
kebutuhan, nilai dan kesempatan telah dicapai. Dengan evaluasi dapat diungkapkan mengenai
pencapaian statu tujuan, sasaran dan target tertentu.
b) Memberi sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang mendasari tujuan dan
target.
c) Memberi sumbangan pada aplikasi metode analisis kebijakan termasuk perumusan masalah
yang direkomendasikan.
d) Evaluasi memiliki tujuan pokok melihat seberapa besar kesenjangan antara pencapaian hasil
kegiatan dan program dengan harapan atau renacana yang sudah ditetapkan.
- Jenis Evaluasi
Untuk mendapatkan evaluasi yang tepat, adekuat dan sesuai dengan tujuan evaluasi, dapat
digunakan beberapa pendekatan, salah satunya adalah dengan pendekatan sistem. Pendekatan
sistem dapat dilakukan untuk suatu program kesehatan dimana penilaian secara komprehensif dapat
dilakukan dengan menilai input, proses dan output.
23
Menurut Donabedian (Khotimah, 2002 dalam Zumroti, 2010) evaluasi dikelompokkan menjadi tiga
kategori yaitu :
1. Evaluasi input adalah evaluasi yang dilakukan pada atribut atau ciri – ciri tempat pemberian
pelayanan, yang meliputi: sumber daya manusia, dana, sarana dan prasarana. Evaluasi input
ini memfokuskan pada berbagai unsur yang masuk dalam suatu pelaksanaan suatu program.
2. Evaluasi proses adalah evaluasi yang dilakukan terhadap berbagai kegiatan yang dilakukan
untuk mencapai tujuan, yang berkaitan dengan penyediaan dan penerimaan pelayanan.
Evaluasi proses ini menilai pelaksanaan kegiatan apakah telah mencapai target yang ditetapkan,
mengidentifikasi kendala dan masalah yang dihadapi serta pemecahannya. Evaluasi ini
memfokuskan diri pada aktivitas program yang melibatkan interaksi langsung antara klien
dengan staf „terdepan‟ (line staff) yang merupakan pusat dari pencapaian tujuan (objektif)
program.
3. Evaluasi output adalah evaluasi yang dilakukan terhadap hasil pelayanan, berkaitan dengan
hasil yang dicapai dalam pelaksanaan pelayanan tersebut. Evaluasi ini menilai pencapaian
setiap kegiatan penanggulangan gizi.
Sedangkan menurut Notoatmodjo, Evaluasi suatu program kesehatan masyarakat dilakukan terhadap
3 hal, yakni evaluasi terhadap proses pelaksanaan program, evaluasi terhadap hasil program dan terhadap
dampak program
a. Evaluasi proses ditujukan terhadap pelaksanaan program, yang menyangkut penggunaan
sumber daya, seperti tenaga, dana dan fasilitas yang lain.
b. Evaluasi hasil program ditujukan untuk menilai sejauh mana program tersebut berhasil, yakni
sejauh mana tujuan-tujuan yang telah ditetapkan tercapai.
c. Evaluasi dampak program ditujukan untuk menilai sejauh mana program itu mempunyai
dampak terhadap peningkatan kesehatan masyarakat. Dampak program-program kesehatan
ini tercermin dari membaiknya atau meningkatnya indikator-indikator kesehatan masyarakat.
(Notoatmodjo, 2003).
- Langkah-langkah Evaluasi Program Secara Umum
Proses suatu evaluasi pada umumnya memiliki tahapan-tahapannya sendiri. Walaupun tidak selalu
sama, tetapi yang lebih penting adalah bahwa prosesnya sejalan dengan fungsi evaluasi itu sendiri.
Berikut ini tahapan evaluasi :
24
1. Menentukan apa yang akan dievaluasi. Yaitu apa saja yang dapat dievaluasi, dapat mengacu pada
program, banyak terdapat aspek-aspek yang kiranya dapat dan perlu dievaluasi. Tetapi, biasanya
yang diprioritaskan untuk dievaluasi adalah hal-hal yang menjadi key success faktornya.
2. Merancang (desain) kegiatan evaluasi. Sebelum evaluasi dilakukan, tentukan terlebih dahulu
desain evaluasinya agar data apa saja yang dibutuhkan, tahapan-tahapan kerja apa saja yang
dilalui, siapa saja yang akan dilibatkan, serta apa saja yang akan dihasilkan menjadi jelas.
3. Pengumpulan data. Berdasarkan desain yang telah disiapkan, pengumpulan data dapat dilakukan
secara efektif dan efesian, yaitu sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah yang berlaku dan sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan.
4. Pengolahan dan analisis data. Setelah data terkumpul, data tersebut diolah untuk dikelompokkan
agar mudah dianalisis dengan menggunakan alat-alat analisis yang sesuai, sehingga dapat
menghasilkan fakta yang dapat dipercaya. Selanjutnya, dibandingkan antara fakta dan harapan /
rencana untuk menghasilkan gap. Besar gap akan disesuaikan dengan tolok ukur tertentu sebagai
hasil evaluasinya.
5. Pelaporan hasil evaluasi. Agar hasil evaluasi dapat dimanfaatkan bagi pihak-pihak yang
berkepentingan, hendaknya hasil evaluasi didokumentasikan secara tertulis dan diinformasikan
baik secara lisan maupun tulisan.
6. Tindak lanjut hasil evaluasi. Evaluasi merupakan salah satu bagian dari fungsi manajemen, oleh
karena itu, hasil evaluasi hendaknya dimanfaatkan oleh manajemen untuk mengambil keputusan
dalam rangka mengatasi masalah manajemen, baik ditingkat strategi maupun di tingkat
implementasi strategi. (Husein, 2005)
- Alur Evaluasi Program
14. Apa saja metode dalam mengevaluasi program ?
1. Goal Oriented Evaluation Model
25
Model evaluasi yang yang dikembangkan mulai tahun 1961, dimana penilaian keberhasilan
didasarkan pada ketercapaian tujuan.
2. Goal Free Evaluation Model
Model evaluasi yang berfokus pada perubahan perilaku yang terjadi sebagai dampak dari program
yang diimplementasikan dan dampak sampingan baik yang diharapkan maupun tidak diharapkan,
serta membandingkan dengan sebelum dilaksanakannya program.
3. Formatif dan Summatif Evaluation Model
a. Evaluasi formatif
Evaluasi bersifat internal yang berfungsi untuk meningkatkan kinerja lembaga,
pengembangan program dan mengetahui perkembangan program yang sedang berjalan,
seperti monitoring dan supervisi.
b. Evaluasi summatif
Evaluasi yang dilaksanakan pada akhir program, dimana bertujuan untuk mengetahui
keberhasilan program yang telah dilaksanakan, pertanggungjawaban atas tugasnya, serta
rekomendasi program selanjutnya.
4. Countenance Evaluation Model
Evaluasi program pendidikan yang bertujuan untuk mengidentifikasi tahapan proses dan faktor-
faktor yang mempengaruhinya.
5. CIPP Evaluation Model (Context, Input, Process, Product)
Model evaluasi yang berorientasi pada pengambilan keputusan.
6. Discrepancy Evaluation Model
Evaluasi dengan cara membandingkan hasil evaluasi dengan standart yang telah ditentukan,
dimana hasil evaluasi tersebut digunakan untuk pengambilan kebijakan terkait program yang telah
dilaksanakan.
15. Apa saja tools yang dapat digunakan untuk mengukur perubahan perilaku ?
Metode Rating (Skala Likert)
a. Skala Sikap
Metode pengungkapan sikap dalam bentuk self report dengan menggunakan daftar pertanyaan yang
harus dijawab oleh individu yang dikenal dengan skala sikap. Dari hasil respon subyek terhadap
pertanyaan dapat di[eroleh arah dan intensitas sikap subyek.
b. Skor Sikap
26
Skala sikap yang berisi pernyataan terpilih dan telah memiliki nilai skala bagi setiap kategorinya,
kemudian dijumlahkan sehingga diperoleh skor responden pada skala sikap, diantaranya skala Likert
skor T
T = 50 + 10 (X-X/s)
Keterangan
X : skor responden pada skala sikap yang hendak diubah menjadi skor standart
X : mean skor kelompok
S : standart deviasi kelompok
16. Apa saja faktor yang perlu diperhatikan dalam menyusun suatu program ?
Penyusunan suatu program harus ditinjau dari beberapa aspek, antara lain aspek tujuan
pelaksanaan program, karakteristik tim penyelenggara, kondisi lingkungan sekitar, karakteristik sasaran,
sarana dan prasarana serta ketersediaan sumber daya masyarakat baik dari segi kuantitas dan kualitasnya.
Semua hal di atas merupakan bagian dari analisis situasi (situational analysis) dan analisis partisipan
(participant analysis). Selain data-data di atas, penyusunan suatu program harus mengacu pada
keberhasilan program-program yang telah ada, sehingga nantinya program yang akan dilaksanakan dapat
berjalan dengan lancar. (Demartoto, Tanpa tahun)
17. Siapa saja pihak-pihak yang mungkin terkait dalam penyusunan program ?
27
No. Person/
Group
Categorize Characteristic Interest,
motives,
attitude
Pottential Implications for the project
Strength Weakness
1 Ibu menyu-
sui
Beneficiaries - tingkat
pendidikan
ibu rendah
- menjadi
wanita karier
- Ingin cepat
kembali
bekerja,
sehingga
dengan banyak
beraktivitas
berat badan
bisa normal
kembali pasca
melahirkan
- Ibu sehat dan
produksi ASI-nya
bagus
- mudah terpengaruh
dengan banyaknya iklan
dan promosi susu
formula
- kesulitan dalam
menyusui ketika harus
bekerja
- rendahnya tingkat
pemahaman tentang
pentingnya ASI eksklusif
Melaksanakan ASI eksklusif
sejak bayi lahir sampai
berusia 6 bulan
2 Ibu hamil Beneficiaries Tingkat
pendidikan
rendah
Anaknya lahir
dengan sehat
dan berstatus
gizi baik, tidak
BBLR
Memperhatikan
asupan nutrisi
selama kehamilan
Pengetahuan tentang
pemberian ASI eksklusif
dan
manajemen laktasi
rendah.
Ketika masa
persalinan dan masa
menyusui Ibu dapat
menerapkan IMD dan
pemberian ASI Eksklusif.
3 Suami Affected - Bossy - Merasa tidak
nyaman
apabila istrinya
menyusui
- Pengambil
keputusan
- Penyokong dana
- Menjadi alasan utama
para ibu memilih
pemberian susu formula
karena ayah merasa
- Menyediakan dana
- Mendukung program ASI
eksklusif
28
tidak nyaman
- Kurang memberi
kepedulian dan
kesempatan kepada ibu
untuk menyusui secara
eksklusif
4 Orang
tua/mertua
Affected - Sangat
menjunjung
tinggi
kepercayaan/
kebudaya-an
setempat
- Perhatian
kepada
anak/menant
u dan
cucunya
- Menyayangi
anak/menant
u dan cucu
Ikut membantu
merawat ibu
dan bayinya
- Peduli kesehatan
ibu dan anak
-Memberikan
makanan/minuman
pada usia yang sangat
dini
-Kurang memberi
kepedulian dan
kesempatan kepada ibu
untuk menyusui secara
eksklusif
- Mendukung program ASI
eksklusif
5 Kader
kesehatan
Actor - Bekerja secara
sukarela
- Menyelami
langsung
Mendapatkan
insentif
(reward)
-memberikan
pelayanan
kesehatan di
tempat-tempat
-Minimnya dana
operasional
-Banyak yang
meninggalkan tugasnya
Memberi dukungan dan
berperan aktif dalam
penyuluhan dan
29
kehidupan
masyarakat
sekitar
karena
persentuhan
sehari-hari
dalam aspek
sosial,
ekonomi dan
budaya
dimana
penduduk
bertempat
tinggal dan
bekerja
-membantu
masyarakat
dalam
mengidentifikasi
kebutuhan-
kebutuhannya di
bidang
kesehatan,
terutama
program ASI
eksklusif
- membantu
masyarakat
dalam
memecahkan
permasalahan
mereka sendiri di
bidang
kesehatan,
untuk mencari nafkah pemantauan kegiatan PP-ASI
30
terutama
program ASI
eksklusif
6 Bidan Actor Berpendidikan
Berkompeten
di bidangnya
Motivasi bidan
dalam
menjalankan
tugas-tugasnya
antara lain :
Masalah
pekerjaan itu
sendiri,
tanggung jawab,
supervisi, dan
insentif.
Insentif
dianggap yang
paling
mendukung
untuk
meningkatkan
motivasi bidan.
Lebih banyak
berkomunikasi
langsung dengan
ibu selama masa
kehamilan dan
dilanjutkan saat
proses
melahirkan
- Kurangnya pelayanan
konseling laktasi dan
dukungan
- Upah/gaji yang diterima
rendah
Memanfaatkan
pengetahuan bidan untuk
memberikan penyuluhan
dan pemahaman terhadap
ibu tentang pentingnya ASI
Eksklusif
7 Petugas
Puskesmas
Actor tenaga
pelaksana
Mendapatkan
insentif
- Berperan aktif
- Terlatih dengan
-Upah/gaji yang diterima
rendah
Melakukan penyuluhan yang
tepat dan efektif sesuai hasil
31
gizi/TPG
terlatih dan
berkompeten
(reward) baik pemantauan
8 Tokoh
masyarakat
Affected - Sebagai
panutan
masyarakat
- Sebagai
narasumber
(opinion
leader)
Mempraktikkan
perilaku yang
sedang
diperkenalkan
Menyebarluaskan
informasi
guna
menciptakan
suasana yang
kondusif bagi
perubahan
perilaku
individu
- Masih mempercayai tabu
- Masih menganut
kepercayaan atau
keyakinan yang salah
Berperan aktif/ikutserta
dalam kegiatan peningkatan
pemberian ASI eksklusif
dengan menggerakkan
masyarakat sasaran melalui
komunikasi, informasi dan
edukasi (KIE) sehingga
pencapaian ASI Eksklusif
meningkat
9 Pemerintah
daerah
Actor/donors - Pembuat
kebijakan
- Penyusun
anggaran
dana untuk
program
intervensi
Meningkatkan
cakupan praktek
pemberian ASI
eksklusif secara
signifikan
terhadap target
SPM
- Kooperatif
- Memberi
dukungan dana,
SDM
Kurangnya pengalaman
dalam sistem manajemen
Mengadvokasi masyarakat
untuk mematuhi peraturan
yang dibuat tentang
pemberian ASI eksklusif dan
mau menerapkan
32
18. Bagaimana cara membuat design kegiatan ?
Dalam kegiatan apapun agar tujuan kegiatan tersebut tercapai secara efektif diperlukan adanya
pengaturan manajemen pelayanan kesehatan masyarakat yang pada hakikatnya merupakan suatu sistem.
Untuk berfungsinya sistem itu diperlukan sub sistem yang disebut dengan input. Input tidak hanya berupa
penetapan money (dana), tetapi juga penetapan metode yang meliputi kebijakan daerah setempat,
prosedur kerja, keterampilan, peraturan dan pemberdayaan masyarakat sekitar.
Sub sistem yang kedua adalah proses pelaksanaan program yang di dalamnya terdapat
perencanaan dan pengorganisasian semua sumber daya yang ada (Planning of Action), penggerakan dan
pelaksanaan kegiatan serta pengawasan atau pemantauan. Tujuan diadakanya pengawasan dan
pemantauan adalah mengamati secara terus-menerus pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana kerja
yang telah disusun dan mengadakan koreksi bila terjadi penyimpangan.
Sub sistem yang terakhir adalah output atau hasil dari terlaksananya suatu kegiatan. Output ini
nantinya akan dibandingkan dengan standar/indikator keberhasilan program yang telah ditetapkan
sebelumnya dan juga target cakupan Standar Pelayanan Minimum (SPM). Jika output yang dihasilkan
kurang dari target cakupan SPM, maka tingkat keberhasilan kegiatan tersebut kurang, begitu juga
sebaliknya jika output telah mencapai target atau bahkan lebih, maka dapat dikatakan bahwa kegiatan
tersebut berhasil (tingkat keberhasilanya tinggi). (Hiddayaturrahmi et al, 2010)
Berikut merupakan langkah-langkah dalam menyusun strategi behavior change communication
yang efektif untuk menyusun suatu kegiatan.
1. Menetapkan tujuan akhir (goal) program
2. Melibatkan para Stakeholder dan tokoh kunci (key people) dalam masyarakat
3. Mengidentifikasi sasaran
4. Melakukan penilaian formatif BCC
5. Melakukan pengelompokkan sasaran
6. Menetapkan tujuan (objective) dari BCC
7. Merancang strategi BCC dan rencana monitoring-evaluasi
8. Mengembangkan metode komunikasi dan kegiatan pelaksanaannya
9. Melakukan pre-test pada metode komunikasi dan kegiatan pelaksanaannya
10. Mengimplementasikan dan memonitor program
11. Mengevaluasi program
12. Menganalisis feed back dan merancang kembali apabila ada perbaikan (Family Health
International, 2004)
33
19. Sebutkan contoh kegiatan yang mungkin dilakukan untuk merubah perilaku masyarakat ?
1. KP Ibu (Kelompok Pendukung Ibu)
o Pengertian
Kelompok pendukung adalah kumpulan beberapa orang yang mengalami situasi yang sama atau memiliki
tujuan yang sama, yang bertemu secara rutin untuk saling menceritakan kesulitan, keberhasilan, informasi
dan ide berkaitan dengan situasi yang dihadapi atau upaya mencapai tujuan yang diinginkan. Pertemuan
kelompok pendukung dilaksanakan dalam suasana bersahabat, nyaman, saling mempercayai dan
menghargai.
o Manfaat
Melalui pertemuan-pertemuan tersebut, peserta sebuah Kelompok Pendukung dapat saling memberi dan
menerima dukungan, baik berupa dukungan teknis, moral maupun emosional untuk sukses mengatasi
situasi yang dihadapi atau mencapai tujuan yang diinginkan.
o Tujuan
Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu) secara khusus diselenggarakan untuk para ibu yang ingin berhasil
melaksanakan pemberian air susu ibu (ASI) secara optimal, yang meliputi inisiasi menyusui dini (IMD), Asi
Eksklusif 6 bulan, dan meneruskan pemberian ASI hingga 2 tahun atau lebih dengan makanan pendamping
yang bergizi.
34
o Peserta
Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu) merupakan kelompok sebaya yang terdiri dari 6 – 12 ibu hamil dan Ibu
bayi baduta yang bertemu secara rutin 2 minggu sekali atau setidaknya sebulan sekali termasuk kunjungan
rumah untuk saling bertukar pengalaman, berdiskusi dan saling memberi dukungan terkait kesehatan ibu
dan anak khususnya seputar kehamilan, menyusui dan gizi, dipandu/difasilitasi oleh motivator.
Walaupun demikian, kelompok ini terbuka untuk orang lain yang memiliki minat yang sama. Suami atau
anggota keluarga lain dari seorang ibu hamil / menyusui, seorang perempuan yang belum hamil tapi sudah
berkeinginan untuk menyusui bayinya suatu saat, atau tenaga kesehatan yang ingin belajar dari dan
berbagi informasi dengan para ibu hamil/ menyusui dapat dilibatkan dalam pertemuan KP Ibu.
o Topik diskusi
Secara umum terdapat 10 topik umum diskusi kelompok ibu, yaitu:
a. Masa kehamilan yang menyenangkan
b. Inisiasi menyusui dini
c. ASI eksklusif 6 bulan
d. Payudara dan produksi ASI
e. Menyusui yang nyaman untuk ibu dan bayi
f. Menyusui dan gizi ibu
g. ASIku cukup tidak, ya?
h. “Menangis”.....tak selalu berarti lapar
i. “Kasih Asi”.......... dimana saja. Kapan Saja?
j. Setelah bayi berusia 6 bulan (Karuniawati, 2012)
2. Peer conseling
Peer counseling (mengembangkan berdirinya kelompok pendukung ASI dan memberi tahu ibu tentang
kelompok ini setelah keluar dari rumah sakit/klinik) merupakan cara yang paling efektif dalam
menigkatkan rata-rata pemberian ASI eksklusif. Melalui peer counselor (konselor teman sebaya), dengan
dukungan sosial oleh peer melalui home visit atau dukungan telpon. Peer counselor adalah seorang ibu
yang berhasil menyusui bayinya secara eksklusif selama tidak kurang dari enam bulan, memiliki motivasi
untuk membantu ibu lain agar mau menyusui dan bersedia mengikuti pelatihan laktasi. Peer counseling
terbukti memberikan dampak yang baik terhadap peningkatan rata-rata dan lama pemberian ASI.
Intervensi ini memiliki potensi aplikasi yang besar karena sebagian besar kota di timur laut Brasil
mengandalkan petugas kesehatan yang bisa melakukan konseling (Leite, et al. 2005).
35
3. Penyuluhan dengan diskusi partisipatif
Untuk mendorong perubahan perilaku yang lebih efektif diperlukan interaksi pada saat kegiatan
penyuluhan dengan melakukan diskusi partisipatif, memadukan apa yang diketahui oleh masyarakat
dengan nilai – nilai kesehatan. Untuk melakukan hal ini tentunya diperlukan ketrampilan memfasilitasi
secara partisipatip, sehingga hal ini perlu menjadi perhatian bagi semua stake holder baik di tingkat dinas
dan puskesmas maupun di tingkat masyarakat. selain itu, materi pada saat penyuluhan / diskusi bisa lebih
dikembangkan untuk lebih memotivasi terjadinya perubahan perilaku dengan mengkombinasikan
pendekatan kesehatan dengan aspek – aspek yang lain, misalnya aspek religius, estetika, kenyamanan,
penghargaan diri , budaya dan lain sebagainya.
Diskusi partisipatif merupakan pengembangan dari penyampaian informasi kesehatan bukan hanya
searah, tetapi dilakukan secara partisipatif. Hal ini berarti bahwa masyarakat bukan hanya penerima yang
pasif tapi juga ikut aktif berpartisipasi di dalam diskusi tentang informasi yang diterimanya. Cara ini
memakan waktu yang lebih lama, akan tetapi pengetahuan kesehatan sebagai dasar perilaku akan lebih
mantap dan mendalam sehingga perilaku mereka juga akan lebih mantap (Nugroho dan Arsad Rahim Ali.
Tanpa tahun).
36
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Praktek pemberian ASI Eksklusif pada bayi dapat memberikan manfaat yang begitu besar bagi ibu dan
bayi, akan tetapi persentase praktek pemberian ASI Eksklusif di suatu daerah masih sangat rendah dibandingkan
dengan target Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang telah diatur dalam KEPMENKES Nomor 1457 tahun 2003.
Hal ini dapat menimbulkan dapak negatif bagi ibu dan bayi. Pemerintah telah melaksanakan program penyuluhan
untuk menanggulangi kasus tersebut, akan tetapi tingkat keberhasilan program tersebut tidak signifikan. Oleh
karena itu perlu adanya penambahan kegiatan atau program yang lebih efektif dengan memperhatikan segala
aspek yang mungkin terlibat dalam pelaksanan program tersebut demi menanggulangi rendahnya praktek
pemberian ASI Eksklusif.
SARAN
Skenario pada minggu ketiga blok komunitas ini cukup menarik dibandingkan dengan skenario minggu
yang pertama, akan tetapi dalam pengerjaan logbook dan proses diskusi mungkin kurang maksimal. Hal ini
dikarenakan aktu pengerjaan logbook dan proses diskusi dipersingkat menjadi satu hari, sehingga banyak
informasi-informasi penting lainya yang belum sempat terdokumentasi di dalam logbook dan dibahas saat proses
diskusi. Oleh karena itu alangkah baiknya jika proses diskusi tidak dipersingkat menjadi satu hari. Pembuatan
skenario pada minggu-minggu berikutnya juga harus lebih menarik lagi.
37
DAFTAR PUSTAKA
.2012. Target Dan Panduan Operasional Spm Di Kabupaten/Kota.
http://eperformance.surabaya.go.id/2012/lampiran/lampiranStandarPelayananMinimal_SPM.pdf. Diakses
26 Februari 2013.
Aprilia,Yesie. 2009. Analisis Sosialisasi Program Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif Kepada Bidan di Kabupaten
Klaten. Semarang:Universitas Diponegoro
Citerawati SY, Yetti Wira. 2012. Perubahan Perilaku. http://adingpintar.files.wordpress.com/2012/03/perubahan-
perilaku.pdf. Diakses pada tanggal 26 Februari 2013 pukul 20.00 WIB.
Demartoto, Argyo. Tanpa tahun. Siklus Perencanaan Program.
Direktorat Gizi Masyarakat. 2004. Petunjuk Teknis SPM : Penyelenggaraan Perbaikan GIzi Masyarakat
International Thinking Training and Consultancy. 2011. Penyusunan Standar Pelayanan Minimal (SPM).
http://www.ittc.co.id/penyusunan-spm.php. Diakses 26 Februari 2013.
Family Health International. 2004. Monitoring and Evaluating Behavior Change Communication Programs. USA:
USAID’s Implementing AIDS Prevention and Care (IMPACT) Project
Habibie, Awab Zakie. 2009. Prevalensi Pemberian Asi Eksklusif Di Puskesmas Ciputat Pada Bulan Oktober 2009 .
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Hiddayaturrahmi, Masrul dan Zulkarnain Agus. 2010. Studi Kebijakan Manajemen Program Pemberian Mkanan
Tambahan Pemulihan Balita Kurang Gizi di Puskesmas Kota Solok Tahun 2010. Solok: Dinas Kesehatan dan
Masyarakat Kota Solok
Husein. 2005. Evaluasi Kinerja Perusahaan. Jakarta: Penerbit PT Gramedika Pustaka Utama
Karuniawati, Natalia Sri. 2012. KP Ibu, Sarana Efektif Peningkatan Cakupan ASI Eksklusif. Dinas Kesehatan
Kabupaten Kulon Progo
Leite AJ, Puccini RF, Atalah AN, Alves Da Cunha AL, Machado MT. 2005. Effectiveness of home-based peer
counselling to promote breastfeeding in the northeast of Brazil: a randomized clinical trial . Acta Paediatr.
2005 Jun;94(6):741-6.
Lucy. Tanpa Tahun. Strategi Nasional PP-ASI
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2003. Keputusan Menteri Kesehatan Ri Nomor 1457/Menkes/Sk/X/2003
Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Di Kabupaten/Kota
38
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 828/MENKES/SK/IX/2008
tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.
Muliya, Ovi. 2011. Gambaran Evaluasi Program Perbaikan Gizi Kegiatan Pembentukan Kader Motivator Laktasi
Dinas Kesehatan Kota Depok . Jakarta
Nugroho dan Arsad Rahim Ali. 2008. Perilaku Kesehatan dan Proses Perubahannya.
http://arali2008.files.wordpress.com/2008/08/perubahan-perilaku-dan-proses-perubahannya.pdf. Diakses
pada tanggal 26 Februari 2013 pukul 20.00 WIB.
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 741/Menkes/Per/Vii/2008. Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
Di Kabupaten/Kota.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2005 Tentang Pedoman Penyusunan Dan Penerapan
Standar Pelayanan Minimal.
Rusmalawaty. 2009. Peranan Rumah Sakit dalam Pelaksanaan Program ASI Eksklusif. Universitas Sumatera Utara
S,Ni Made Lidya dan Rodiah. Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Tumbuh Kembang pada anak Usia 3
sampai 6 Bulan di Puskesmas Karanganyar.
Yuniarto, Saiful Rahman. 2010. Sistem Penganggaran Pemerintah.
39
TIM PENYUSUN
KETUA : Mifa Indra Rosyita 105070300111061
SEKERTARIS 1 : Ariba Elmilla 105070300111064
SEKERTARIS 2 : Cynthia Herdiana S. 105070300111062
ANGGOTA : Elza Puspita 105070300111033
Melisa Purnamasari A. 105070300111028
Alifvia Bimantari 105070303111001
Yeny Kusuma Wardhani 105070300111030
Nur Pratiwi Hartono 105070307111011
Fatimatul Luvita 105070300111017
Ika Fitriana Putri W. 105070304111001
Via Talita Larasati 105070301111015
Intrida Anggi Pratiwi 105070301111024
Faizah Hasan Alboneh 0910733023
FASILITATOR : Catur Saptaning Wilujeng, S.Gz, MPH
PROSES DISKUSI :
1. Kemampuan Fasilitator dalam Memfasilitasi
Fasilitator sudah baik dalam memfasilitasi diskusi
Fasilitator juga memancing peserta diskusi jika ada kompetensi atau learning issues yang belum tercapai
Fasilitator mampu membuat peserta diskusi untuk berpikir kritis dalam proses diskusi
Fasilitator membantu mengarahkan topik diskusi saat mulai melebar dari pembahasan
2. Kompetensi/ Hasil Belajar Yang Dicapai Oleh Anggota Diskusi
Memahami dampak kurangnya praktek ASI Eksklusif
Memahami manfaat pemberian ASI eksklusif bagi ibu dan bayi
Memahami target Standar Pelayanan Minimal beserta tujuan dan manfaatnya
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku
Mengetahui faktor-faktor yang perlu diperhatikan saat menyusun suatu program
Mampu membuat tools untuk mengukur perubahan perilaku masyarakat
Mengetahui cara mengevaluasi program sesuai dengan target Standar Pelayanan Minimal
40