Upload
ana-erdina
View
224
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/17/2019 Laporan Tutor Traumatologi Skenario 3 Kelompok B5 Angkatan 2013
1/37
LAPORAN TUTORIAL
BLOK TRAUMATOLOGI
SKENARIO III
“KDRT
KELOMPOK 15
AFIF BURHANUDIN G0013002
AMELIA IMAS VOLETA G0013024
ANA ERDINA G0013026
ASADULLAH FATHY M G0013042
BEBY TALISA SALAFI G0013056
DESTRI LISYAM P G0013072
ICHSAN MAULANA G0013116
MILA ULFIA G0013154
NURUL AMI G00131!2
SEKAR AYU KINANTI T G0013214
YUANITA CITRA S G0013240
TUTOR" #$% DIAN NUGROHO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2016
1
8/17/2019 Laporan Tutor Traumatologi Skenario 3 Kelompok B5 Angkatan 2013
2/37
BAB I
PENDAHULUAN
SKENARIO III
KDRT
Seorang perempuan, berusia 28 tahun, diantar polisi ke IGD karena menjadi korban
KDRT. Menurut keterangan pasien, sekitar jam sebelumn!a, saat pasien sedang menonton
tele"isi, suami dalam kondisi mabuk tiba#tiba memukul pasien dengan botol ka$a namun
berhasil ditahan hingga botol pe$ah dan menimbulkan luka sobek di tangan pasien. %asien lari
ke arah dapur dikejar suamin!a. Suami pasien kemudian melukai perut dan menusuk
punggung pasien dengan pe$ahan botol. %asien jatuh mengenai pan$i berisi air mendidih dan
tersiram air panas hingga mengalami luka bakar di leher bagian depan dan dada sampai ke
perut. %asien mengeluh na&asn!a sesak, dan n!eri di perut kanan atas. %asien masih sadar tapi
merasa lemas dan ketakutan. 'ntung tetangga ada !ang datang menolong dan lapor polisi.
Dari pemeriksaan dokter IGD didapatkan kesadaran pasien G(S )*, jalan na&as bebas,
"ital sign didapatkan nadi )2+ -meit, tekanan darah +-/+ mm0g, suhu 1/ o(, akral digin dan
lembab, RR 12 -menit.
%ada pemeriksaan status lokalis terdapat "ulnus la$eratum regio palmar sepanjang 1
$m. %asien juga megalami $ombutio grade II )* pada regio $oli anterior dan
thora$oabdominal.
%ada hemithora sinistra posterior bagian ba3ah terdapat jejas "ulnus penetratum,
pergerakan hemithora sinistra tertinggal, perkusi hemithora sinistra bagian ba3ah redup,
auskultasi suara "esikuler menurun.
4bdomen tampak distended, "ulnus penetratum regio abdomen kanan atas, bising usus
menurun, pekak hepar 567, de&ans muskuler 5#7, perut teraba tegang, undulasi 5#7, pekak
beralih 567.Dokter memasang SD segera, lalu keluar darah seban!ak 9* $$ dan &rekuensi napas
post SD 2 -mnt. %as$a pemasangan SD didapatkan bubble 5#7, undulasi 567. Setelah
pasien stabil, polisi meminta dokter untuk membuatkan "isum et repertum.
2
8/17/2019 Laporan Tutor Traumatologi Skenario 3 Kelompok B5 Angkatan 2013
3/37
BAB II
DISKUSI DAN TIN&AUAN PUSTAKA
Seven Jump
A% L'()*'+ I " Klari&ikasi istilah
Dalam skenario ini, kami mengklari&ikasi istilah sebagai berikut:
). ;ulnus !eri tekan diseluruh apang abdomen !ang menunjukkan adan!a
rangsangan 5tekanan7 pada peritoneum parietale. Re&leks proteksi dari abdomen.9. 4bdomen destended: peningkatan tekanan abdomen karena adan!a gas atau $airan.
8. 'ndulasi: %emeriksaan untuk mengetahui ada tdakn!a $airan pada rongga abdomen.
. %ekak beralih: Suara pekak !ang berpindah#pindah saat perkusi pada rongga abdomen.
=iasan!a karena ada $airan, $ontoh: asites.
)+. =ubble 5#7: tidak didapatkann!a gelembung pada pemeriksaan dengan menggunakan
SD.
)). ;isum et Repertum:
8/17/2019 Laporan Tutor Traumatologi Skenario 3 Kelompok B5 Angkatan 2013
4/37
C% L'()*'+ III" Menganalisis permasalahan dan membuat pern!ataan sementara mengenai
permasalahan
1% K,'#''( U-.- P'/,(
a. Kesadaran pasien G(S )* B menunjukkan bah3a pasien sadar penuh. %enilaian
G(S dapat digunakan untuk menentukan berat tidakn!a suatu $idera kepala
apabila di$urigai adan!a trauma kepala selain digunakan mengetahui penurunan
kesadaran.
b. >adi )2+-menit B dikategorikan mengalami takikardi karena sudah melebihi
)++ kali per menit.
$. Tekanan darah +-/+ B hipotensi
d. Suhu 1/⁰( B hipotermi.e. 4kral dingin dan lembab B ekstremitas dingin dan lembab.
&. RR 12-menit B di kategorikan takipneu. Crekuensi pernapasan normal pada
de3asa adalah )2#2+ kali per menit. 4bnormalitas dari pernapasan ini dapat
diakibatkan oleh berbagai ma$am pen!ebab, antara lain adalah gangguan pada
"entilasi dan gangguan dari jalan na&as pasien.
Tekanan darah rendah +-/+ mm0g, nadi )2+-menit, temperatur hipotermi
1/o(, akaral dingin dan lembab. %ada pemeriksaan status sirkulasi dapat dikategorikan
mengalami takikardi karena sudah melebihi )++ kali per menit. Keadaan ini
disebabkan karena per&usi oksigen !ang menurun di jaringan akibat terjadin!a
sumbatan jalan napas, gangguan "entilasi maupun akibat kehilangan darah akibat
perdarahan akti& pada pasien. %eningkatan den!ut nadi tersebut merupakan
kompensasi untuk mempertahankan per&usi jaringan agar tetap adekuat. 4pabila
dilihat dari tekanan darah dan laju pernapasan per menit, kondisi pasien dapat
digolongkan s!ok hipo"olemik derajat 1. %enanganan s!ok hipo"olemik derajat ini
adalah dengan resusitasi menggunakan Ringer
8/17/2019 Laporan Tutor Traumatologi Skenario 3 Kelompok B5 Angkatan 2013
5/37
mm0g
2 Ringan
5$ompensated7
2+#2*
)+++#)2++ ml
Gelisah, keringat
dingin, haus, diuresis
berkurang, takikardi
E)++-menit, sistolik 8+#
+ mm0g
1 Sedang5re"ersible7
1+#1*)*++#)9*+ ml
Gelisah, pu$at, dingin,oliguri, takikardi
E)++-menit, sistolik 9+#
8+ mm0g
=erat
5ire"ersibel7
1*#*+
)9*+#22*+ ml
%u$at, sianotik, dingin,
takipnea, anuri, kolaps
pembuluh darah,
takikardi-tak teraba
lagi, sistolik +#+
mm0g
I(,$$,'/ /'./ *'/"
# ;ulnus la$eratum regio palmar 1 $m%asien mengalami luka berbentuk robekan sepanjang 1 $m pada telapak tangan pasien
# (ombustio Grade II )* pada regio $olli anterior dan thora$oabdominal
%asien mengalami luka bakar dengan luas )* dari total area tubuh, hal ini dapat
ditentukan dari regio !ang terkena luka bakar. Kedalaman luka bakar men$apai derajat
2 !aitu luka dapat sampai menimbulkan lepuh dan sangat sensiti& terhadap rangsangan
n!eri.
5
8/17/2019 Laporan Tutor Traumatologi Skenario 3 Kelompok B5 Angkatan 2013
6/37
# ;ulnus penetratum, pergerakan tertinggal, hasil perkusi redup, dan auskultasi suara
"esikuler menurun pada hemithora sinistra posterior bagian ba3ah.
%asien mengalami luka tusuk pada rongga dada bagian kiri di sebelah ba3ah sehingga
$a"um pleura terisi darah.leh karena $a"um pleura terisi $airan maka suara "esikuler
menurun dan pada perkusi terdengar redup di tempat !ang seharun!a terdengar bun!i
sonor.%ergerakan dinding dada tertinggal karena $a"um pleura tidak dapat
mengambang se$ara normal karena terisi darah.
# ;ulnus penetratum regio abdomen kanan atas.
%asien mengalami luka tusuk pada bagian perut sebelah kanan atas, organ !ang dapat
terkena hepar, $olon, dan ileum.
# =ising usus menurun
=ising usus dapat menurun karena ada trauma !ang men!ebabkan per&orasi di usus
maupun karena adan!a in&eksi.
# De&ans muskuler 5#7
6
8/17/2019 Laporan Tutor Traumatologi Skenario 3 Kelompok B5 Angkatan 2013
7/37
Merupakan salah satu tanda terjadin!a peritonitis selain rebound tenderness. 4pabila
positi& berarti terasa n!eri pada palpasi abdomen.4pabila negati& berarti tidak terasa
n!eri pada palpasi abdomen dan tidak terjadi peritonitis pada pasien tersebut.
# %erut teraba tegang
Merupakan suatu tanda adan!a perdarahan internal sehingga otot berusaha
berkontraksi untuk membuat pembuluh darah "asokonstriksi sehingga jumlah
perdarahan berkurang.
# 'ndulasi 5#7
=elum ada $airan dalam jumlah ban!ak !ang mengisi $a"um peritoneum.
# %ekak beralih 567
4da $airan !ang mengisi sebagian $a"um peritoneum dan dapat berpindah ke area
!ang lebih rendah apabila pasien merubah posisi tubuhn!a.
# =ubble 5#7
Tidak ada udara !ang terperangkap dalam $a"um pleura.4pabila hasiln!a positi&
kemungkinan pasien juga mengalami pneumothora.# 'ndulasi 567 pas$a SD
Kemungkinan perndarahan internal bertambah ban!ak sehingga men!ebabkan
undulasi !g tadin!a negati& menjadi 567
2% L.*' B'*'$ C-8.9B.$(:
4. De&inisi
8/17/2019 Laporan Tutor Traumatologi Skenario 3 Kelompok B5 Angkatan 2013
8/37
digunakan dalam bidang industri, pertanian dan militer.
8/17/2019 Laporan Tutor Traumatologi Skenario 3 Kelompok B5 Angkatan 2013
9/37
*7 Subdermal
b.
8/17/2019 Laporan Tutor Traumatologi Skenario 3 Kelompok B5 Angkatan 2013
10/37
menimbulkan implikasi terhadap kehilangan 3aktu bekerja dan atau ketidakmampuan untuk
bekerja se$ara permanen.
8/17/2019 Laporan Tutor Traumatologi Skenario 3 Kelompok B5 Angkatan 2013
11/37
=erbagai ma$am respon sistem organ !ang terjadi setelah mengalami luka bakar
menuntut perlun!a pendekatan antar disiplin. %era3at bertanggung ja3ab untuk
mengembangkan ren$ana pera3atan !ang didasarkan pada pengkajian data !ang
mere&leksikan kebutuhan &isik dan psikososial klien dan keluarga atau orang lain !ang
dianggap penting. Se$ara klinis klien luka bakar dapat dibagi kedalam 1 &ase, !aitu :
). Case mergent 5Resusitasi7
Case emergensi dimulai pada saat terjadin!a injur! dan diakhiri dengan membaikn!a
permeabilitas kapiler, !ang biasan!a terjadi pada 8#92 jam setelah injur!.Tujuan utama
pemulihan selama &ase ini adalah untuk men$egah sho$k hipo"olemik dan memelihara &ungsi
dari organ "ital.Lang termasuk ke dalam &ase emergensi adalah 5a7 pera3atan sebelum di
rumah sakit, 5b7 penanganan di bagian emergensi dan 5$7 periode resusitasi.
0al tersebut akan dibahas berikut :
'% P,$';''( /,8,.- # $.-'+ /'* $,
8/17/2019 Laporan Tutor Traumatologi Skenario 3 Kelompok B5 Angkatan 2013
12/37
$7 Kaji sirkulasi
17 Kaji trauma !ang lain
7 %ertahankan panas tubuh
*7 %erhatikan kebutuhan untuk pemberian $airan intra"ena
/7 Transportasi 5segera kirim klien ka rumah sakit7
3% L.*' M,(.$. P,(,8'8
8/17/2019 Laporan Tutor Traumatologi Skenario 3 Kelompok B5 Angkatan 2013
13/37
&. pen &ra$ture 5patah tulang terbuka7 : bila juga merusak jaringan "askuler,
epidermis, dan subkutan.
g. =ite 5luka gigit7 : e.g: gigitan anjing, ular, serangga.
;ulnus o$$lusum terjadi bila tidak melibihi ketebalan kulit !ang meliputi
lapisan epidermis dan dermis. 4da beberapa ma$am luka tertutup diantaran!aF
a. $oriasi 5luka le$et7 : merusak sebatas bagian super&i$ial kulit.
b. (ontusion 5luka memar7 :e.g: (ontusio mus$ulorum atau (ontusio $erebri.
$. =lebs 5luka lepuh7 :timbul bulla diba3ah epidermis !ang berisi $airan, e.g: luka
bakar.
d. 0ematoma : darah mengelompok disuatu tempat !ang sebelumn!a tidak ada.
Darah ini haruS dikeluarkan dikarenakan bisa terjad in&eksi, menghambat
pen!embuhan, dapat menjadi jaringan ikat.
e. Sprain :kerusakan 5laesi7 pada ligamen#ligamen atau kapsul sendi.
&. Dislo$ation 5$erai sendi7 :longgar atau lepasn!a hubungan antar tulang !ang
disebut sendi.
g. (lose &ra$ture 5patah tulang tertutup7 :patah tulang tanpa merusak jaringan !anglain.
h.
8/17/2019 Laporan Tutor Traumatologi Skenario 3 Kelompok B5 Angkatan 2013
14/37
ditemukan pada ob!ek !ang dapat dipertanggungja3abkan atas sumpah dan janji saat terima
jabatan.
Man&aat "isum et repertum dalam hal perdata diantaran!a adalah pengaturan 3arisan,
per$eraian, pen$arian iin menikah kembali, mengurus asuransi, dan perbankan. Sedangkan
dalam hal pidana adalah untuk menegakkan pen!idikan dan peradilan. Selain dalam hal
perdata dan pidana, man&aat "isum et repertum adalah untuk paternitas dan identi&ikasi. Dasar
dari "isum et repertum adalah pasal )11 K'0% !ang berbun!i:
5)7 Dalam hal pen!idik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka,
kera$unan ataupun mati !ang diduga karena peristi3a !ang merupakan tindak pidana, ia
ber3enang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau
dokter dan atau ahli lainn!a
527 %ermintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam a!at 5)7 dilakukan se$ara
tertulis, !ang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau
pemeriksaan ma!at dan atau pemeriksaan bedah ma!at
517 Ma!at !ang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit harus
diperlakukan se$ara baik dengan penuh penghormatan terhadap ma!at tersebut dan diberi
label !ang memuat identitas ma!at, dilak dengan diberi $ap jabatan !ang diletakkan pada ibu
jari atau bagian lain badan ma!at
4da empat jenis "isum et repertum5selanjutn!a disebut ;eR7: luka, jenaah, psikiatri, dan
kejahatan seksual. 'ntuk deskripsi luka pada ;eR karena digunakan untuk peradilan dan
bukan han!a para tenaga medis, deskripsi luka menggunakan bahasa !ang umum
digunakan. Deskripsi luka berupa jenis, jumlah, lokasi, bentuk, ukuran, tepi, dinding,
sekitar, dan arah pukul- luka. Tingkatan luka dibagi menjadi tiga: ringan, sedang, dan
berat.
=ahasa umum =ahasa medis
#
8/17/2019 Laporan Tutor Traumatologi Skenario 3 Kelompok B5 Angkatan 2013
15/37
#
8/17/2019 Laporan Tutor Traumatologi Skenario 3 Kelompok B5 Angkatan 2013
16/37
Perempuan, 28 th, korban KDRT
Anamne!" 4 #am ebe$umn%a"
&uka obek '! tan(an pa!en)
&uka tuuk perut 'an pun((un( pa!en)
&uka bakar '! $eher ba(!an 'epan 'an 'a'a ampa! ke perut)
Pa!en men(e$uh na*an%a eak, 'an n%er! '! perut kanan ata)
Pa!en ma!h a'ar tap! meraa $ema 'an ketakutan)
Pemer!kaan +!!k"
-. 15
/a$an napa beba
a'! 120men!t
TD 9060 mm(
.uhu 36o-
Akra$ '!n(!n 'an $embab
RR 32men!t
em!thora !n!tra poter!or ba(!an baah tert!n((
Perku! hem!thora !n!tra ba(!an baah re'up
Auku$ta! uara e!ku$er menurun
Ab'omen tampak '!ten'e'
u$nu penetratum re(!on ab'omen kanan ata
!!n( uu menurun
Pekak hepar :
De*an muku$er ;:
Perut teraba te(an(
> 15? pa'a re(!
okter memaan( @.D e(era, $a$u ke$uar 'arah eban%ak 75 == 'an RR pot @.D 24men!t) P
!u et Repertum
# Menurut pengetahuan !ang sebaik#baikn!a dan sebenar#benarn!a
# Si&at: objekti& !uridis
D% L'()*'+ IV : Mengin"entarisasi permasalahan se$ara sistematis
16
8/17/2019 Laporan Tutor Traumatologi Skenario 3 Kelompok B5 Angkatan 2013
17/37
E% L'()*'+ V" Merumuskan tujuan pembelajaran
4dapun tujuan pembelajaran !ang harus kami $apai pada diskusi tutorial sesi kedua, di
mana pada diskusi tutorial sesi pertama masih terdapat beberapa konsep !ang belum kami
ketahui.
8/17/2019 Laporan Tutor Traumatologi Skenario 3 Kelompok B5 Angkatan 2013
18/37
a. %ada organ padat, seperti hepar, limpa dengan gejala utama perdarahan.
b. %ada organ berongga seperti usus, saluran empedu dengan gejala utama adalah
peritonitis.
Mekanisme Trauma Tembus 4bdomen :
8/17/2019 Laporan Tutor Traumatologi Skenario 3 Kelompok B5 Angkatan 2013
19/37
perlu menge"akuasi dan mempertahankan tekanan negati& dalam ruangan
pleura.Dengan demikian selama dan segera setelah pembedahan toraks, kateter dada
diletakkan se$ara strategis pada ruangan pleura, dijahit pada kulit dan dihubungkan
dengan alat drainase untuk mengeluarkan sisa udara atau $airan dari ruangan pleura
maupun mediastinum.
SD 5Water Seal Darinage7 merupakan pipa khusus !ang dimasukkan ke
rongga pleura dengan perantaraan trokar atau klem penjepit bedah. SD dalah suatu
sistem drainage !ang menggunakan ater seal untuk mengalirkan udara atau $airan
dari $a"um pleura 5 rongga pleura7. Tujuan pemasangan SD adalah untuk
mengalirkan atau sebagai &ungsi drainage udara atau $airan dari rongga pleura untuk
mempertahankan tekanan negati& rongga tersebut sehingga tetap atau kembali dalam
keadaan normal.Rongga pleura memiliki tekanan negati& dan han!a terisi sedikit$airan pleura-lubri$an.
%ada trauma toraks SD dapat berarti:
). Diagnostik : menentukan perdarahan dari pembuluh darah besar atau ke$il, sehingga
dapat ditentukan perlu operasi torakotomi atau tidak, sebelum penderita jatuh dalam
s!ok.
2. Terapi : Mengeluarkan darah,$airan atau udara !ang terkumpul di rongga pleura.
Mengembalikan tekanan rongga pleura sehingga mechanic of breathing , dapat
kembali seperti !ang seharusn!a.
1. %re"enti& : Mengeluarkan udara atau darah !ang masuk ke rongga pleura sehingga
mechanic of breathing tetap baik.
Indikasi pemasangan SD:
). 0emotoraks, e&usi pleura
2. %neumotoraks 5 E 2* 7
1. %ro&ilaksis pada pasien trauma dada !ang akan dirujuk
. Flail chest !ang membutuhkan pemasangan ventilator
Kontra indikasi pemasangan SD:
). In&eksi pada tempat pemasangan
2. Gangguan pembekuan darah !ang tidak terkontrol
(ara pemasangan SD:
). Tentukan tempat pemasangan, biasan!a pada sela iga ke I; dan ;, di linea aksillaris
anterior dan media.2.
8/17/2019 Laporan Tutor Traumatologi Skenario 3 Kelompok B5 Angkatan 2013
20/37
1. =uat insisi kulit dan subkutis searah dengan pinggir iga, perdalam sampai muskulus
interkostalis.
. Masukkan Kell! klemp melalui pleura parietalis kemudian dilebarkan. Masukkan jari
melalui lubang tersebut untuk memastikan sudah sampai rongga pleura-men!entuh
paru.
*. Masukkan selang 5chest tube7 melalui lubang !ang telah dibuat dengan menggunakan
&or$eps.
/. Selang 5chest tube7 !ang telah terpasang, di&iksasi dengan jahitan ke dinding dada.
9. Selang 5chest tube7 disambung ke SD !ang telah disiapkan.
8. Coto !"Ray dada untuk menilai posisi selang !ang telah dimasukkan.
4da beberapa ma$am SD:
). SD dengan satu botol
Merupakan sistem drainage !ang sangat sederhana. =otol ber&ungsi selain sebagaiater seal juga ber&ungsi sebagai botol penampung. Drainage berdasarkan adan!a
gra&itasi.'mumn!a digunakan pada pneumotoraks.
2. SD dengan dua botol
=otol pertama sebagai penampung-drainase. =otol kedua sebagai ater seal
Keuntungann!a adalah ater seal tetap pada satu le"el. Dapat dihubungkan sengan
suction control .
20
8/17/2019 Laporan Tutor Traumatologi Skenario 3 Kelompok B5 Angkatan 2013
21/37
1. SD dengan 1 botol
=otol pertama sebagai penampung-drainase.=otol kedua sebagai ater seal . =otol ke
tiga sebagai su$tion kontrol, tekanan dikontrol dengan manometer.
Komplikasi trauma thora:
).
8/17/2019 Laporan Tutor Traumatologi Skenario 3 Kelompok B5 Angkatan 2013
22/37
1. (atat tanggal dan 3aktu pemasangan SD dan jenis SD !ang digunakan.
. (ek le"el ater seal chamber dan suction control chamber .
*. %erhatikan gelembung udara pada ater seal .
/. Monitor tandaJtanda "ital dan status perna&asan.
9. %erhatikan dan $atat $airan drainase !ang keluar, jumlah dan konsistensin!a.
8. Ra3at luka drainase.
@ika alat tersebut tidak berman&aat lagi, !aitu:
%aru telah kembali mengembang !ang ditandai oleh :
). Tidak ada undulas
2. (airan !ang keluar tidak ada
1. Tidak ada gelembung udara !ang keluar
. Kesulitan berna&as tidak ada*. %emeriksaan &isik tidak ada $airan atau udar
/. Rontgen &oto tidak ada $airan atau udara
9. Tube tidak ber&ungsi atau tersumbat
4% S,/'* N''/
0al tersebut terjadi sebagai bentuk respon tubuh terhadap kehilangan darah.
Saat tubuh kehilangan darah maka akan terjadi peningkatan den!ut jantung untuk
menjaga output jantung agar organ#organ penting tubuh masih bisa mendapat aliran
darah. %eningkatan &rekuensi na&as juga terjadi karena perdarahan !ang hebat
mengakibatkan oksigenasi jaringan pun berkurang karena hilangn!a komponen darah
!ang ber&ungsi untuk mensuplai oksigen akibat perdarahan, sehingga tubuh
mengkompensasi dengan meningkatkan &rekuensi na&as agar oksigenasi jaringan tetap
terjaga.
N,$ ,$. *'('( ''/
Trauma tajam abdomen adalah suatu ruda paksa !ang mengakibatkan luka
pada permukaan tubuh dengan penetrasi ke dalam rongga peritoneum !ang
disebabkan oleh tusukan benda tajam. Trauma akibat benda tajam dikenal dalam
tiga bentuk luka !aitu: luka iris atau luka sa!at 5vulnus scissum7, luka tusuk 5vulnus
punctum7 atau luka ba$ok 5vulnus caesum7.
8/17/2019 Laporan Tutor Traumatologi Skenario 3 Kelompok B5 Angkatan 2013
23/37
mengenai pembuluh darah atau organ !ang padat. =ila mengenai organ !ang
berongga, isin!a akan keluar ke dalam rongga perut dan menimbulkan iritasi pada
peritoneum.
0!po$ondria$a detra atau bagian kanan atas absomen meliputi organ: lobus
kanan hepar, kantung empedu, sebagian duodenum &leksura hepatik kolon, sebagian
ginjal kanan dan kelenjar suprarenal kanan.
P'/,( -,$'/' ,-'/
%asien masih dalam keadaan sadar 5tapi merasa lemas7, perasaan lemas pasien
ini akibat penumpukan asam laktat dari hasil metabolisme anaerob tubuh sebagai
kompensasi pas$a trauma. Metabolisme anaerob ini terjadi akibat sel#sel tubuh
kekurangan oksigen karena perdarahan pas$a trauma.
*. Diagnosis =anding
'% P,$(/
%eritonitis adalah peradangan !ang disebabkan oleh in&eksi pada selaput
organ perut 5 peritonieum7. %eritonieum adalah selaput tipis dan jernih !ang
membungkus organ perut dan dinding perut sebelah dalam.
8/17/2019 Laporan Tutor Traumatologi Skenario 3 Kelompok B5 Angkatan 2013
24/37
R,) A/' P,(,8'8
sophagus
=oerhaa"e s!ndrome
Malignan$!
Trauma 5mostl! penetrating7
Iatrogeni$N
Stoma$h
%epti$ ul$er per&oration
Malignan$! 5eg, adeno$ar$inoma, l!mphoma, gastrointestinal
stromal tumor7
Trauma 5mostl! penetrating7
Iatrogeni$N
Duodenum
%epti$ ul$er per&oration
Trauma 5blunt and penetrating7
Iatrogeni$N
=iliar!
tra$t
(hole$!stitis
Stone per&oration &rom gallbladder 5ie, gallstone ileus7 or
$ommon du$t
Malignan$!
(holedo$hal $!st 5rare7
Trauma 5mostl! penetrating7
Iatrogeni$N
%an$reas
%an$reatitis 5eg, al$ohol, drugs, gallstones7
Trauma 5blunt and penetrating7
Iatrogeni$N
Small
bo3el
Is$hemi$ bo3el
In$ar$erated hernia 5internal and eternal7
(losed loop obstru$tion
(rohn disease
Malignan$! 5rare7
Me$kel di"erti$ulum
Trauma 5mostl! penetrating7
8/17/2019 Laporan Tutor Traumatologi Skenario 3 Kelompok B5 Angkatan 2013
25/37
Trauma 5mostl! penetrating7
Iatrogeni$
'terus,
salpin,
and o"aries
%el"i$ in&lammator! disease 5eg, salpingo#oophoritis, tubo#
o"arian abs$ess, o"arian $!st7
Malignan$! 5rare7Trauma 5un$ommon7
P Peritonitis tertier
%eritonitis !ang mendapat terapi tidak adekuat, superin&eksi kuman, dan akibat
tindakan operasi sebelumn!a
Sedangkan in&eksi intraabdomen biasan!a dibagi
menjadi generali&ed 5peritonitis7 dan locali&ed 5abses intra abdomen7.
P'>/)
Reaksi a3al peritoneum terhadap in"asi oleh bakteri adalah keluarn!a
eksudat &ibrinosa. Kantong#kantong nanah 5abses7 terbentuk di antara perlekatan
&ibrinosa, !ang menempel menjadi satu dengan permukaan sekitarn!a sehingga
membatasi in&eksi.%erlekatan biasan!a menghilang bila in&eksi menghilang,
tetapi dapat menetap sebagai pita#pita &ibrosa, !ang kelak dapat mengakibatkan
obstuksi usus 5Cau$i et al , 2++87.
%eradangan menimbulkan akumulasi $airan karena kapiler dan membran
mengalamikebo$oran. @ika de&isit $airan tidak dikoreksi se$ara $epat dan agresi&,
maka dapatmenimbulkan kematian sel. %elepasan berbagai mediator, seperti
misaln!a interleukin, dapat memulai respon hiperin&lamatorius, sehingga
memba3a ke perkembangan selanjutn!a dari kegagalan ban!ak organ.
Karena tubuh men$oba untuk mengkompensasi dengan $ara retensi $airan dan
elektrolit oleh ginjal, produk buangan juga ikut menumpuk. Takikardi a3aln!a
meningkatkan $urah jantung, tapi ini segera gagal begitu terjadi hipo"olemia
5Cau$i et al , 2++87.
rgan#organ didalam $a"um peritoneum termasuk dinding abdomen
mengalami oedem. edem disebabkan oleh permeabilitas pembuluh darah kapiler
organ#organ tersebutmeninggi. %engumpulan $airan didalam rongga peritoneum
dan lumen#lumen usus serta oedem seluruh organ intra peritoneal dan oedem
dinding abdomen termasuk jaringan retroperitoneal men!ebabkan hipo"olemia.
25
8/17/2019 Laporan Tutor Traumatologi Skenario 3 Kelompok B5 Angkatan 2013
26/37
0ipo"olemia bertambah dengan adan!a kenaikan suhu, masukan !ang tidak ada,
serta muntah.Terjebakn!a $airan di $a"um peritoneum dan lumen usus, lebih lanjut
meningkatkan tekana intra abdomen, membuat usaha pernapasan penuh menjadi
sulit dan menimbulkan penurunan per&usi 5Cau$i et al , 2++87.
=ila bahan !ang mengin&eksi tersebar luas pada permukaan peritoneum
atau bila in&eksi men!ebar, dapat timbul peritonitis umum. Dengan perkembangan
peritonitis umum, akti"itas peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitikF usus
kemudian menjadi atoni dan meregang. (airan dan elektrolit hilang
kedalam lumen usus, mengakibatkan dehidrasi, s!ok, gangguan sirkulasi dan
oliguria. %erlekatan dapat terbentuk antara lengkung#lengkung usus !ang
meregang dan dapat mengganggu pulihn!a pergerakan usus dan mengakibatkan
obstruksi usus 5Cau$i et al , 2++87.
Sumbatan !ang lama pada usus atau obstruksi usus dapat menimbulkan
ileus karena adan!a gangguan mekanik 5sumbatan7 maka terjadi peningkatan
peristaltik usus sebagai usaha untuk mengatasi hambatan. Ileus ini dapat berupa
ileus sederhana !aitu obstruksi usus !ang tidak disertai terjepitn!a pembuluh darah
dan dapat bersi&at total atau parsial, pada ileus stangulasi obstruksi disertai
terjepitn!a pembuluh darah sehingga terjadi iskemi !ang akan berakhir dengan
nekrosis atau ganggren dan akhirn!a terjadi per&orasi usus dan karena pen!ebaran
bakteri pada rongga abdomen sehingga dapat terjadi peritonitis 5Cau$i et al , 2++87.
Ti&us abdominalis adalah pen!akit in&eksi akut usus halus !ang disebabkan
kuman S. T!phi !ang masuk tubuh manusia melalui mulut dari makan dan air !ang
ter$emar. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung, sebagian lagi masuk
keusus halus dan men$apai jaringan lim&oid plaQue pe!eri di ileum terminalis !ang
mengalami hipertropi ditempat ini komplikasi perdarahan dan per&orasi intestinal
dapat terjadi, per&orasi ileum pada ti&us biasan!a terjadi pada penderita !ang
demam selama kurang lebih 2 minggu !ang disertai n!eri kepala, batuk
dan malaise !ang disusul oleh n!eri perut, n!eri tekan, de&ansmuskuler, dan
keadaan umum !ang merosot karena toksemia 5Cau$i et al , 2++87.
%er&orasi tukak peptik khas ditandai oleh perangsangan peritoneum !ang
mulai di epigastrium dan meluas keseluruh peritonium akibat peritonitis
generalisata. %er&orasi lambung dan duodenum bagian depan men!ebabkan
peritonitis akut. %enderita !ang mengalami per&orasi ini tampak kesakitan hebat
seperti ditikam di perut. >!eri ini timbul mendadak terutama dirasakan di daerah
26
8/17/2019 Laporan Tutor Traumatologi Skenario 3 Kelompok B5 Angkatan 2013
27/37
epigastrium karena rangsangan peritonium oleh asam lambung, empedu dan atau
enim pankreas. Kemudian men!ebar keseluruh perutmenimbulkan n!eri seluruh
perut pada a3al per&orasi, belum ada in&eksi bakteria, kadang &ase ini disebut &ase
peritonitis kimia, adan!a n!eri di bahu menunjukkan
rangsanganperitoneum berupa mengen$eran at asam garam !ang merangsang, ini
akan mengurangi keluhan untuk sementara sampai kemudian terjadi peritonitis
ba$teria 5Cau$i et al , 2++87.
%ada apendisitis biasan!a biasan!a disebabkan oleh pen!umbatan lumen
apendiks oleh hiperplasi &olikel lim&oid, &ekalit, benda asing, striktur karena
&ibrosis dan neoplasma. bstruksi tersebut men!ebabkan mukus !ang diproduksi
mukosa mengalamibendungan,makin lama mukus tersebut makin ban!ak,
namun elastisitas dinding apendiks mempun!ai keterbatasansehingga men!ebabkan peningkatan tekanan intralumen dan menghambat aliran
lim&e !ang mengakibatkan oedem, diapedesis bakteri, ulserasi mukosa, dan
obstruksi "ena sehingga udem bertambah kemudian aliran arteri terganggu akan
terjadi in&ark dinding apendiks !ang diikuti dengan nekrosis atau ganggren
dinding apendiks sehingga menimbulkan per&orasi dan akhirn!a mengakibatkan
peritonitis baik lokal maupun general 5Cau$i et al , 2++87.
%ada trauma abdomen baik trauma tembus abdomen dan trauma tumpul
abdomen dapat mengakibatkan peritonitis sampai dengan sepsis bila mengenai
organ !ang berongga intra peritonial. Rangsangan peritonial !ang timbul sesuai
dengan isi dari organ berongga tersebut, mulai dari gaster !ang bersi&at kimia
sampai dengan kolon !ang berisi &eses. Rangsangan kimia onsetn!a paling $epat
dan &eses paling lambat. =ila per&orasi terjadi dibagian atas, misaln!a didaerah
lambung maka akan terjadi perangsangan segera sesudah trauma dan akan terjadi
gejala peritonitis hebat sedangkan bila bagian ba3ah seperti kolon, mula#mula
tidak terjadi gejala karena mikroorganisme membutuhkan 3aktu untukberkembang
biak baru setelah 2 jam timbul gejala akut abdomen karena perangsangan
peritoneum 5Cau$i et al , 2++87.
M'(>,/'/ K(/
Gejala dan tanda biasan!a berhubungan dengan proses pen!ebaran di dalam
rongga abdomen. =ertan!a gejala berhubungan dengan beberapa &aktor !aitu:
laman!a pen!akit, perluasan dari kontaminasi $a"um peritoneum dan kemampuan
tubuh untuk mela3an, usia serta tingkat kesehatan penderita se$ara umum 5(ole et
al')9+7.
27
8/17/2019 Laporan Tutor Traumatologi Skenario 3 Kelompok B5 Angkatan 2013
28/37
Mani&estasi klinis dapat dibagi menjadi 5)7 tanda abdomen !ang berasal
dari a3al peradangan dan 527 mani&estasi dari in&eksi sistemik. %enemuan lokal
meliputi n!eri abdomen, n!eri tekan, kekakuan dari dinding abdomen, distensi,
adan!a udara bebas pada $a"um peritoneum dan menurunn!a bising usus !ang
merupakan tanda iritasi dari peritoneum parietalis dan men!ebabkan ileus.
%enemuan sistemik meliputi demam, menggigil, takikardi, berkeringat, takipneu,
gelisah, dehidrasi, oliguria, disorientasi dan pada akhirn!a dapat menjadi s!ok
5Dohert!, 2++/7.
G,''
Nyeri abdomen
>!eri abdomen merupakan gejala !ang hamper selalu ada pada peritonitis.
>!eri biasan!a dating dengan onset !ang tiba#tiba, hebat dan pada penderitadengan per&orasi n!erin!a didapatkan pada seluruh bagian abdomen5Dohert!,
2++/7.
Seiring dengan berjalann!a pen!akit, n!eri dirasakan terus#menerus, tidak
ada henti#hentin!a, rasa seperti terbakar dan timbul dengan berbagai gerakan.
>!eri biasan!a lebih terasa pada daerah dimana terjadi peradangan peritoneum.
Menurunn!a intensitas dan pen!ebaran dari n!eri menandakan adan!a lokalisasi
dari proses peradangan, ketika intensitasn!a bertambah meningkat diserta dengan
perluasan daerah n!eri menandakan pen!ebaran dari peritonitis 5S$h3art et al ,
)87.
P (nore)sia' mual' muntah dan demam
%ada penderita juga sering didapatkan anoreksia, mual dan dapat diikuti
dengan muntah. %enderita biasan!a juga mengeluh haus dan badan terasa seperti
demam sering diikuti dengan menggigil !ang hilang timbul. Meningkatn!a suhu
tubuh biasan!a sekitar 18( sampai + ( 5S$h3art et al , )87.
P Facies *ipocrates
%ada peritonitis berat dapat ditemukan &as$ies 0ipo$rates. Gejala ini
termasuk ekspresi !ang tampak gelisah, pandangan kosong, mata $o3ong, kedua
telinga menjadi dingin, dan muka !ang tampak pu$at 5(ole et al')9+7.
%enderita dengan peritonitis lanjut dengan &as$ies 0ipo$rates biasan!a
berada pada stadium pre terminal. 0al ini ditandai dengan posisi mereka berbaring
dengan lutut di &leksikan dan respirasi interkosta !ang terbatas karena setiap
gerakan dapat men!ebabkan n!eri pada abdomen 5S$h3art et al , )87.
28
8/17/2019 Laporan Tutor Traumatologi Skenario 3 Kelompok B5 Angkatan 2013
29/37
Tanda ini merupakan patognomonis untuk peritonitis berat dengan tingkat
kematian !ang tinggi, akan tetapi dengan mengetahui lebih a3al diagnosis dan
pera3atan !ang lebih baik, angka kematian dapat lebih ban!ak berkurang 5(oleet
al')9+7.
P Syo)
%ada beberapa kasus berat, s!ok dapat terjadi oleh karena dua &a$tor.
%ertama akibat perpindahan $airan intra"askuler ke $a"um peritoneum atau ke
lumen dari intestinal. Lang kedua dikarenakan terjadin!a sepsis
generalisata5(ole et al')9+7.
Lang utama dari septi$emia pada peritonitis generalisata melibatkan kuman
gram negati"e diman dapat men!ebabkan terjadin!a tahap !ang men!erupai s!ok.
Mekanisme dari &enomena ini belum jelas, akan tetapi dari penelitian diketahui bah3a e&ek dari endotoksin pada binatang dapat memperlihatkan sindrom atau
gejala#gejala !ang mirip seperti gambaran !ang terlihat pada manusia 5(ole et
al')9+7.
T'(#'
P #anda Vital
Tanda "ital sangat berguna untuk menilai derajat keparahan atau
komplikasi !ang timbul pada peritonitis. %ada keadaan asidosis metaboli$ dapat
dilihat dari &rekuensi perna&asan !ang lebih $epat daripada normal sebagai
mekanisme kompensasi untuk mengembalikan ke keadaan normal. Takikardi,
berkurangn!a "olume nadi peri&er dan tekanan nadi !ang men!empit dapat
menandakan adan!a s!ok hipo"olemik. 0al#hal seperti ini harus segera diketahui
dan pemeriksaan !ang lebih lengkap harus dilakukan dengan bagian tertentu
mendapat perhatian khusus untuk men$egah keadaan !ang lebih buruk
5S$h3art et al , )87.
P +nspe)si
Tanda paling n!ata pada penderita dengan peritonitis adalah adan!a
distensi dari abdomen. 4kan tetapi, tidak adan!a tanda distensi abdomen tidak
men!ingkirkan diagnosis peritonitis, terutama jika penderita diperiksa pada a3al
dari perjalanan pen!akit, karena dalam 2#1 hari baru terdapat tanda#tanda distensi
abdomen. 0al ini terjadi akibat penumpukan dari $airan eksudat tapi keban!akan
distensi abdomen terjadi akibat ileus paralitik 5(ole et al')9+7.
29
8/17/2019 Laporan Tutor Traumatologi Skenario 3 Kelompok B5 Angkatan 2013
30/37
P (us)ultasi
4uskultasi harus dilakukan dengan teliti dan penuh perhatian. Suara usus
dapat ber"ariasi dari !ang bernada tinggi pada seperti obstruksi intestinal sampai
hamper tidak terdengar suara bising usus pada peritonitis berat dengan ileus.
4dan!a suara borborygmi dan peristalti$ !ang terdengar tanpa stetoskop lebih baik
daripada suara perut !ang tenang. Ketika suara bernada tinggi tiba#tiba hilang pada
abdomen akut, pen!ebabn!a kemungkinan adalah per&orasi dari usus !ang
mengalami strangulasi 5(ole et al')9+7.
P ,er)usi
%enilaian dari perkusi dapat berbeda tergantung dari pengalaman
pemeriksa. 0ilangn!a pekak hepar merupakan tanda dari adan!a per&orasi
intestinal, hal ini menandakan adan!a udara bebas dalam $a"um peritoneum !ang
berasal dari intestinal !ang mengalami per&orasi. =iasan!a ini merupakan tanda
a3al dari peritonitis 5(ole et al')9+7.
@ika terjadi pneumoperitoneum karena rupture dari organ berongga, udara
akan menumpuk di bagian kanan abdomen di ba3ah dia&ragma, sehingga akan
ditemukan pekak hepar !ang menghilang 5S$h3art et al , )87.
P ,alpasi
%alpasi adalah bagian !ang terpenting dari pemeriksaan abdomen pada
kondisi ini. Kaidah dasar dari pemeriksaan ini adalah dengan palpasi daerah !ang
kurang terdapat n!eri tekan sebelum berpindah pada daerah !ang di$urigai
terdapat n!eri tekan. Ini terutama dilakukan pada anak dengan palpasi !ang kuat
langsung pada daerah !ang n!eri membuat semua pemeriksaan tidak berguna.
Kelompok orang dengan kelemahan dinding abdomen seperti pada 3anita !ang
sudah sering melahirkan ban!ak anak dan orang !ang sudah tua, sulit untuk
menilai adan!a kekakuan atau spasme dari otot dinding abdomen. %enemuan !ang
paling penting adalah adan!a n!eri tekan !ang menetap lebih dari satu titik. %ada
30
8/17/2019 Laporan Tutor Traumatologi Skenario 3 Kelompok B5 Angkatan 2013
31/37
stadium lanjut n!eri tekan akan menjadi lebih luas dan biasan!a didapatkan
spasme otot abdomen se$ara in"olunter. rang !ang $emas atau !ang mudah
dirangsang mungkin $ukup gelisah, tapi di keban!akan kasus hal tersebut dapat
dilakukan dengan mengalihkan perhatiann!a. >!eri tekan lepas timbul akibat
iritasi dari peritoneum oleh suatu proses in&lamasi. %roses ini dapat terlokalisir
pada apendisitis dengan per&orasi lo$al, atau dapat menjadi men!ebar seperti pada
pan$reatitis berat. >!eri tekan lepas dapat han!a terlokalisir pada daerah tersebut
atau menjalar ke titik peradangan !ang maksimal 5(ole et al')9+7.
%ada peradangan di peritoneum parietalis, otot dinding perut melakukan
spasme se$ara in"olunter sebagai mekanisme pertahanan. %ada peritonitis, re&lek
spasme otot menjadi sangat berat seperti papan 5S$h3art et al , )87.
P,-,$*/''( P,(.('()• Laboratorium
"aluasi laboratotium han!a dilakukan jika adan!a hubungan antara
ri3a!at pen!akit dengan pemeriksaan &isik. Tes !ang paling sederhana dilakukan
adalah termasuk hitung sel darah dan urinalisis. %ada kasus peritonitis hitung sel
darah putih biasan!a lebih dari 2+.+++-mm1, ke$uali pada penderita !ang sangat
tua atau seseorang !ang sebelumn!a terdapat in&eksi dan tubuh tidak dapat
mengerahkan mekanisme pertahanann!a 5(ole et al')9+7.%ada perhitungan di&erensial menunjukkan pergeseran ke kiri dan
didominasi oleh polimor&onuklear !ang memberikan bukti adan!a peradangan,
meskipun jumlah leukosit tidak menunjukkan peningkatan !ang n!ata
5S$h3art et al , )87.
4nalisa gas darah, serum elektrolit, &aal pembekuan darah serta tes &ungsi
hepar dan ginjal dapat dilakukan 5Dohert!, 2++/7.
• Radiologi
%emeriksaan radiologi pada keban!akan kasus peritonitis han!a men$akup
&oto thorak %4 dan lateral serta &oto polos abdomen. %ada &oto thorak dapat
memperlihatkan proses pengisian udara di lobus in&erior !ang menunjukkan proses
intraabdomen. Dengan menggunakan &oto polos thorak di&ragma dapat terlihat
terangkat pada satu sisi atau keduan!a akibat adan!a udara bebas dalam $a"um
peritoneum daripada dengan menggunakan &oto polos abdomen 5(ole et al')9+7.
Ileus merupakan penemuan !ang tidak khas pada peritonitis, usus halus dan
usus besar mengalami dilatasi, udara bebas dapat terlihat pada kasus per&orasi.
Coto polos abdomen paling tidak dilakukan dengan dua posisi, !aitu posisi
31
8/17/2019 Laporan Tutor Traumatologi Skenario 3 Kelompok B5 Angkatan 2013
32/37
berdiri-tegak lurus atau lateral de$ubitus atau keduan!a. Coto harus dilihat ada
tidakn!a udara bebas. Gas harus die"aluasi dengan memperhatikan pola, lokasi
dan jumlah udara di usus besar dan usus halus 5(ole et al')9+7.
T'' L'*/'('
Tatalaksana utama pada peritonitis antara lain pemberian $airan dan
elektrolit, kontrol operati& terhadap sepsis dan pemberian antibiotik sistemik
5Dohert!, 2++/7.
P,('()'('( P$,,$'>
• Resusitasi Cairan
%eradangan !ang men!eluruh pada membran peritoneum men!ebabkan
perpindahan $airan ekstraseluler ke dalam $a"um peritoneum dan ruang
intersisial 5S$h3art et al , )87.
%engembalian "olume dalam jumlah !ang $ukup besar melalui
intra"askular sangat diperlukan untuk menjaga produksi urin tetap baik dan status
hemodinamik tubuh. @ika terdapat anemia dan terdapat penurunan dari hematokrit
dapat diberikan trans&usi %R( 5 ,ac)ed Red -ells% atau = 5Whole .lood%.
8/17/2019 Laporan Tutor Traumatologi Skenario 3 Kelompok B5 Angkatan 2013
33/37
• Antibiotik
=akteri pen!ebab tersering dari peritonitis dapat dibedakan menjadi bakteri
aerob !aitu /0 -oli' golongan /nterobacteriaceae dan Streptococcus, sedangkan
bakteri anaerob !ang tersering adalah .acteriodes spp' -lostridium'
,eptostreptococci0 4ntibiotik berperan penting dalam terpai peritonitis, pemberian
antibiotik se$ara empiris harus dapat mela3an kuman aerob atau anaerob !ang
mengin&eksi peritoneum 5S$h3art et al , )87.
%emberian antibiotik se$ara empiris dilakukan sebelum didapatkan hasil
kultur dan dapat diubah sesuai dengan hasil kultur dan uji sensiti"itas jika masih
terdapat tanda in&eksi. @ika penderita baik se$ara klinis !ang ditandai dengan
penurunan demam dan menurunn!a hitung sel darah putih, perubahan antibiotik
harus dilakukan dengan hati#hati meskipun sudah didapatkan hasil dari ujisensiti"itas 5(ole et al')9+7.
&ek pemberian antibiotik pada peritonitis tergantung kondisi#kondisi
seperti: 5)7 besar ke$iln!a kontaminasi bakteri, 527 pen!ebab dari peritonitis
trauma atau nontrauma, 517 ada tidakn!a kuman oportunistik seperti $andida. 4gar
terapi menjadi lebih e&ekti&, terpai antibiotik harus diberikan lebih dulu, selama
dan setelah operasi 5S$h3art et al , )87.
%ada umumn!a %eni$illin G ).+++.+++ I' dan streptom!$in ) gram harussegera diberikan. Kedua obat ini merupakan bakterisidal jika dipertahankan dalam
dosis tinggi dalam plasma. Kombinasi dari peni$illin dan streptom!$in juga
memberikan $akupan dari bakteri gram negati&. %enggunaan beberapa juta unit
dari peniillin dan 2 gram streptom!$in sehari sampai didapatkan hasil kultur
merupakan regimen terpai !ang logis. %ada penderita !ang sensiti& terhadap
peni$illin, tetra$!$line dosis tinggi !ang diberikan se$ara parenteral lebih baik
daripada $hlorampheni$ol pada stadium a3al in&eksi 5(ole et al')9+7.
%emberian $lindam!$in atau metronidaole !ang dikombinasi dengan
aminoglikosida sama baikn!a jika memberikan $ephalosporin generasi
kedua5S$h3art et al , )87.
4ntibiotik a3al !ang digunakan $ephalosporin generasi ketiga untuk gram
negati&, metronidaole dan $lindam!$in untuk organisme anaerob 5Dohert!, 2++/7.
Da!a $akupan dari mikroorganisme aerob dan anerob lebih penting
daripada pemilihan terapi tunggal atau kombinasi. %emberian dosis antibiotikal
a3al !ang kurang adekuat berperan dalam kegagalan terapi. %enggunaan
aminoglikosida harus diberikan dengan hati#hati, karena gangguan ginjal
33
8/17/2019 Laporan Tutor Traumatologi Skenario 3 Kelompok B5 Angkatan 2013
34/37
merupakan salah satu gambaran klinis dari peritonitis dan penurunan p0
intraperitoneum dapat mengganggu akti"itas obat dalam sel. %emberian antibiotik
diberikan sampai penderita tidak didapatkan demam, dengan hitung sel darah putih
!ang normal 5Dohert!, 2++/7.
• Oksigen dan Ventilator
%emberian oksigen pada hipoksemia ringan !ang timbul pada peritonitis
$ukup diperlukan, karena pada peritonitis terjadi peningkatan dari metabolism
tubuh akibat adan!a in&eksi, adan!a gangguan pada "entilasi paru#paru. ;entilator
dapat diberikan jika terdapat kondisi#kondisi seperti 5)7 ketidakmampuan untuk
menjaga "entilasi al"eolar !ang dapat ditandai dengan meningkatn!a %a(2 *+
mm0g atau lebih tinggi lagi, 527 hipoksemia !ang ditandai dengan %a 2 kurangdari ** mm0g, 517 adan!a na&as !ang $epat dan dangkal 5S$h3art et al , )87.
• Intubasi, Pemasangan ateter !rin dan "onitoring #emodinamik
%emasangan nasogastric tube dilakukan untuk dekompresi dari abdomen,
men$egah muntah, aspirasi dan !ang lebih penting mengurangi jumlah udara pada
usus. %emasangan kateter untuk mengetahui &ungsi dari kandung kemih dan
pengeluaran urin. Tanda "ital 5temperature, tekanan darah, nadi danrespiration
rate7 di$atat paling tidak tiap jam. "aluasi biokimia preoperati"e termasuk serum elektrolit, kratinin, glukosa darah, bilirubin, alkali &os&atase dan urinalisis
5S$h3art et al , )87.
P,('()'('( O,$'>
Terapi primer dari peritonitis adalah tindakan operasi. perasi biasan!a
dilakukan untuk mengontrol sumber dari kontaminasi peritoneum. Tindakan ini
berupa penutupan per&orasi usus, reseksi usus dengan anstomosis primer atau
dengan eteriorasi. %rosedur operasi !ang spesi&ik tergantung dari apa !ang
didapatkan selama operasi berlangsung, serta membuang bahan#bahan dari $a"um
peritoneum seperti &ibrin, &eses, $airan empedu, darah, mu$us lambung dan
membuat irigasi untuk mengurangi ukuran dan jumlah dari bakteri
"irulen5S$h3art et al , )87.
• K($ S,//
Tujuan dari penanganan operati& pada peritonitis adalah untuk
menghilangkan semua material#material !ang terin&eksi, mengkoreksi pen!ebab
utama peritonitis dan men$egah komplikasi lanjut. Ke$uali pada peritonitis !ang
34
8/17/2019 Laporan Tutor Traumatologi Skenario 3 Kelompok B5 Angkatan 2013
35/37
terlokalisasi, insisi midline merupakan teknik operasi !ang terbaik. @ika didapatkan
jaringan !ang terkontaminasi dan menjadi &ibrotik atau nekrosis, jaringan tersebut
harus dibuang. Radikal debridement !ang rutin dari seluruh permukaan
peritoneum dan organ dalam tidak meningkatkan tingkat bertahan hidup. %en!akit
primer lalu diobati, dan mungkin memerlukan tindakan reseksi 5ruptur apendik
atau kandung empedu7, perbaikan 5ulkus per&orata7 atau drainase 5pankreatitis
akut7. %emeriksaan kultur $airan dan jaringan !ang terin&eksi baik aerob maupun
anaerob segera dilakukan setelah memasuki ka"um peritoneum 5Dohert!, 2++/7.
• Peritoneal Lavage
%ada peritonitis di&us, lavage dengan $airan kristaloid isotonik 5E 1 liter7 dapat
menghilangkan material#material seperti darah, gumpalan &ibrin, serta bakteri.
%enambahan antiseptik atau antibiotik pada $airan irigasi tidak berguna bahkan berbaha!a karena dapat memi$u adhesi 5misal: tetrasiklin, po"idone#iodine7.
4ntibiotik !ang diberikan $e$ara parenteral akan men$apai le"el bakterisidal pada
$airan peritoneum dan tidak ada e&ek tambahan pada pemberian bersamalavage.
Terlebih lagi, lavage dengan menggunakan aminoglikosida dapat men!ebabkan
depresi na&as dan komplikasi anestesi karena kelompok obat ini menghambat kerja
dari neuromus$ular jun$tion. Setelah dilakukan lavage, semua $airan di ka"um
peritoneum harus diaspirasi karena dapat menghambat mekanisme pertahananlokal dengan melarutkan benda asing dan membuang permukaan dimana &agosit
menghan$urkan bakteri 5Dohert!, 2++/7.
• Peritoneal $rainage
%enggunaan drain sangat penting untuk abses intra abdominal dan peritonitis lokal
dengan $airan !ang $ukup ban!ak. Drainase dari ka"um peritoneal bebas tidak
e&ekti& dan tidak sering dilakukan, karena drainase !ang terpasang merupakan
penghubung dengan udara luar !ang dapat men!ebabkan kontaminasi. Drainase
pro&ilaksis pada peritonitis di&us tidak dapat men$egah pembentukan abses,
bahkan dapat memi$u terbentukn!a abses atau &istula. Drainase berguna pada
in&eksi &okal residual atau pada kontaminasi lanjutan. Drainase diindikasikan
untuk peradangan massa terlokalisasi atau ka"itas !ang tidak dapat direseksi
5Dohert!, 2++/7.
P,()'('('( P/,$'>
35
8/17/2019 Laporan Tutor Traumatologi Skenario 3 Kelompok B5 Angkatan 2013
36/37
Monitor intensi&, bantuan "entilator, mutlak dilakukan pada pasien !ang tidak
stabil. Tujuan utama adalah untuk men$apai stabilitas hemodinamik untuk per&usi
organ#organ "ital., dan mungkin dibutuhkan agen inotropik disamping pemberian
$airan. 4ntibiotik diberikan selama )+#) hari, bergantung pada keparahan
peritonitis. Respon klinis !ang baik ditandai dengan produksi urin !ang normal,
penurunan demam dan leukositosis, ileus menurun, dan keadaan umum membaik.
Tingkat kesembuhan ber"ariasi tergantung pada durasi dan keparahan peritonitis.
%elepasan kateter 5arterial, (;%, urin, nasogastri$7 lebih a3al dapat menurunkan
resiko in&eksi sekunder 5Dohert!, 2++/7.
K-*'/
Komplikasi postoperati& sering terjadi dan umumn!a dibagi menjadi
komplikasi lokal dan sistemik. In&eksi pada luka dalam, abses residual dan sepsisintraperitoneal, pembentukan &istula biasan!a mun$ul pada akhir minggu pertama
postoperasi. Demam tinggi !ang persisten, edema generalisata, peningkatan
distensi abdomen, apatis !ang berkepanjangan merupakan indikator adan!a in&eksi
abdomen residual. 0al ini membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut misaln!a (T#
S$an abdomen. Sepsis !ang tidak terkontrol dapat men!ebabkan kegagalan organ
!ang multipel !aitu organ respirasi, ginjal, hepar, perdarahan, dan sistem imun
5Dohert!, 2++/7.
BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
Kondisi a3al pasien !aitu pasien mengalami n!eri perut kanan atas disebabkan luka
tusuk menggunakan pe$ahan botol. %asien mengeluh sesak na&as dan lemas. Sesak na&as
akibat kekurangan ban!ak darah setelah penusukan dan lemas akibat akibat penumpukan
asam laktat dari hasil metabolisme anaerob tubuh sebagai kompensasi pas$a trauma. Setelah
itu dilakukan interpretasi pemeriksaan &isik dan pemeriksaan status lokalis pasien untuk
menilai kasus pasien lebih dalam. %ada kasus tersebut diperoleh diagnosis banding peritonitis
36
8/17/2019 Laporan Tutor Traumatologi Skenario 3 Kelompok B5 Angkatan 2013
37/37
dan hemothora. Selain itu perlu juga diketahui ;isum et Repertum !ang terkait dengan kasus
pada skenario.
SARAN
'ntuk mahasis3a:
Sebaikn!a mahasis3a lebih berusaha memahami materi dan mengumpulkan materi
dari sumber serta melakukan pemahaman lebih lanjut dan mengkaji sumber tersebut apakah
in&ormasi !ang diberikan sumber tersebut memiliki keterkaitan dengan learning objective
!ang dibahas. Serta memperban!ak sumber supa!a ada masukan#masukan tambahan sehingga
materi !ang di# share oleh mahasis3a menjadi lebih padat dan lengkap. Setiap anggota tutorial
disarankan berperan lebih akti& lagi dalam diskusi tutorial.
'ntuk tutor pembimbing:
Tutor pembimbing sudah baik, kompeten, dapat mengarahkan mahasis3a utuk menuju
learning objective !ang hendak di$apai serta memberikan masukan# masukan dalam diskusi.
Tutor pembimbing juga mampu memberi dorongan kepada para mahasis3a untuk
berpartisipasi dalam jalann!a diskusi sehingga membuat materi !ang diterima oleh mahasis3a
lebih beragam.