21
LAPORAN TITRASI ASAM BASA Oleh : FITRIA AHIBBA LINNA XI IPA 2

LAPORAN TITRASI FITRIA

Embed Size (px)

Citation preview

LAPORAN TITRASI ASAM BASA

Oleh : FITRIA AHIBBA LINNAXI IPA 2

SMA NEGERI 5 PALANGKA RAYAKOTA PALANGKA RAYABAB IPENDAHULUAN1.1. Tujuan PercobaanSTANDAR KOMPETENSI: Memahami sifat-sifat larutan asam basa, metode pengukuran dan terapannya.KOMPETENSI DASAR: Menghitung banyaknya pereaksi dan hasil reaksi dalam larutan elektrolit dan hasil titrasi asam basa.a) Mengetahui titik ekivalen dan titik akhir pada percobaan titrasi.b) Mengetahui indikator asam basa.c) Mengetahui normalitas zat yang dititrasi.1.2. Landasan Teori1.2.1. TitrasiTitrasimerupakan cara penentuan konsentrasi suatu larutan dengan volume tertentu dengan menggunakan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya dan mengukur volumenya secara pasti. Bila titrasi menyangkut titrasi asam-basa maka disebut dengan titrasi adisi-alkalimetri. Larutan yang telah diketahui konsentrasinya disebut dengan titran.Prinsip dasar titrasi asam basadidasarkan pada reaksi netralisasi asam basa. Titik ekivalen pada titrasi asam basaadalah pada saat di mana sejumlah asam tepat dinetralkan oleh sejumlah basa. Selama titrasi berlangsung terjadi perubahanpH. pH pada titik ekivalen ditentukan oleh sejumlah garam yang dihasilkan dari netralisaasi asam basa. Indikator yang digunakan pada titrasi asam basa adalah yang memiliki rentang pH dimana titik ekivalenberada. Pada umumnya titik ekivalen tersebut sulit untuk diamati, yang mudah diamati adalahtitik akhiryang dapat terjadi sebelum atau sesudah titik ekivalen tercapai. Titrasi harus dihentikan pada saat titikakhir titrasi tercapai, yang ditandai dengan perubahan warna indikator. Titik akhir titrasi tidak selaluberimpit dengan titik ekivalen. Dengan pemilihan indikator yang tepat, kita dapat memperkecil kesalahantitrasi. Pada titrasi asam kuat dan basa kuat, asam lemah dan basa lemah dalam air akan terurau dengan sempurna. Oleh karena itu ion hidrogen dan ion hidroksida selama titrasi dapat langsung dihitung darijumlah asam atau basa yang ditambahkan. Pada titik ekivalen dari titrasi asam ke air, pH sama dengan 7.Pada titrasi, kita juga memerlukan indikator asam-basa untuk mengetahui konsentrasinya. Indikator asam-basaadalahsenyawa halokromikyang ditambahkan dalam jumlah kecil ke dalam sampel, umumnya adalahlarutanyang akan memberikan warna sesuai dengan kondisi [pH] larutan tersebut. Namun, tidak semua titrasi membutuhkan indikator. Dalam beberapa kasus, baik reaktan maupunproduktelah memiliki warna yang kontras dan dapat digunakan sebagai "indikator". Sebagai contoh, titrasiredoksmenggunakan potasium permanganat (merah muda/ungu) sebagai peniter tidak membutuhkan indikator. Ketika peniter dikurangi, larutan akan menjadi tidak berwarna. Setelah mencapai titik ekivalensi, terdapat sisa peniter yang berlebih dalam larutan. Titik ekivalensi diidentifikasikan pada saat munculnya warna merah muda yang pertama (akibat kelebihan permanganat) dalam larutan yang sedang dititer. Akibat adanya sifatlogaritmadalam kurva pH, membuat transisi warna yang sangat tajam; sehingga, satu tetes peniter pada saat hampir mencapai titik akhir dapat mengubah nilai pH secara signifikan, sehingga terjadilah perubahan warna dalam indikator secara langsung. Terdapat sedikit perbedaan antara perubahan warna indikator dan titik ekivalensi yang sebenarnya dalam titrasi. Kesalahan ini diacu sebagai kesalahan indikator, dan besar kesalahannya tidak dapat ditentukan. Kita juga dapat menentukan pH awal dan pH akhir dengan menggunakan rumus V1 . M1 . Val = V2 . M2 . Val.Titrasi asam basa disebut juga titrasi adisi alkalimetri. Kadar atau konsentrasi asam basa larutan dapat ditentukan dengan metode volumetri dengan teknik titrasi asam basa. Volumetri adalah teknik analisis kimia kuantitatif untuk menetapkan kadar sampel dengan pengukuran volume larutan yang terlibat reaksi berdasarkan kesetaraan kimia. Kesetaraan kimia ditetapkan melalui titik akhir titrasi yang diketahui dari perubahan warna indicator dan kadar sampel untuk ditetapkan melalui perhitungan berdasarkan persamaan reaksi.Banyak metode yang dapat digunakan untuk mengindikasikan titik akhir dalam reaksi; titrasi biasanya menggunakan indikator visual (larutan reaktan yang berubahwarna). Dalam titrasi asam-basa sederhana, indikatorpHyang dapat digunakan adalah fenolftalein, di mana fenolftalein akan berubah warna menjadi merah muda ketika larutan mencapai pH sekitar 8.2 atau melewatinya. Contoh lainnya dari indikator pH yang dapat digunakan adalah metiljingga, yang berubah warna menjadi merah dalam asam serta menjadi kuning dalam larutan alkali.1.2.2. Larutan BakuLarutan bakuadalah larutan suatu zat terlarut yang telah diketahui konsentrasinya. Terdapat 2 macam larutan baku, yaitu:1. Larutan baku primer adalah suatu larutan yang telah diketahui secara tepat konsentrasinya melalui metode gravimetri. Nilai konsentrasi dihitung melalui perumusan sederhana, setelah dilakukan penimbangan teliti zat pereaksi tersebut dan dilarutkan dalam volume tertentu. Contoh: K2Cr2O7, AS2O3, NaCl, asam oksalat, asam benzoat. Syarat-syarat larutan baku primer: mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan (jika mungkin pada suhu 110-120 derajat celcius) dan disimpan dalam keadaan murni, tidak bersifat higroskopis dan tidak berubah berat dalam penimbangan di udara. Zattersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji kualitatif dan kepekaan tertentu. Sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan massa ekivalen yang besar, sehingga kesalahan karena penimbangan dapat diabaikan. Zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih, reaksi yang berlangsung dengan pereaksi tersebut harus bersifat stoikiometrik dan langsung. Kesalahan titrasi harus dapat diabaikan atau dapat ditentukan secara tepat dan mudah.2. Larutan baku sekunder adalah suatu larutan di mana konsentrasinya ditentukan dengan jalan pembakuan menggunakan larutan baku primer, biasanya melalui metode titrimetri. Contoh: AgNO3, KMnO4, Fe(SO4)2.3. Syarat-syarat larutan baku sekunder: derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primermempunyai BE yang tinggi untuk memperkecil kesalahan penimbanganlarutannya relatif stabil dalam penyimpanan.

BAB IIALAT DAN BAHAN2.1. Alat yang Digunakan1)Buret2)Pipet tetes3)Gelas piala4)Neraca analitik5)Spatula6)Pipet gondok7)Labu ukur 100 mL8)Gelas ukur9)Batang pengaduk10) Erlenmeyer12) Klem buret13) Indikator phenolphthalein14) Statif/klem

2.2. Bahan1)10 Ml larutan HCl 0,1 M 2)Kristal NaOH3)Fenolftalin (PP)4)Akuades

BAB IIIMETODA KERJA

3.1. Pembuatan Larutan NaOHAmbil kristal NaOHdengan menggunakan spatula. Timbanglah pada neraca analitik sebanyak yang akan dilarutkan ke dalam akuades 50 ml. Masukkan kristal NaOH ke dalam gelas piala, larutkan dengan sedikit akuades. Aduklah sampai larut sempurna.Masukkan larutan NaOH yang telah encer ke dalam labu ukur menggunakan batang pengaduk. Bilaslah gelas piala dengan akuades dan masukan kembali ke dalam akuades, itu bertujuan supaya tidak ada NaOH yang terbuang. Masukkan ke dalam labu ukur dan dilarutkan sampai batas 50 ml dengan menggunakan akuades. Pengenceran ini harus sekali jadi. Maksudnya jangan sampai menambahkan akuades lebih dari yang diperlukan sebab hal ini akan menimbulkan kesalahan yang cukup besar. Oleh karena itu pengenceran harus dilakukan dengan hati-hati, sedikit demi sedikit.3.2. Titrasi Asam-BasaCucilah buret dengan larutan pencuci. Bilaslah dengan larutan standar yang akan dipakai, yaitu larutan NaOH 0,1 M. Isilah buret itu dengan larutan standar sampai skala 0. Pakailah pipet gondok untuk mengambil 10ml HCl 0,1 M. Masukkan HCl ke dalam Erlenmeyer. Tambahkan beberapa teteS PP. Erlenmeyer ini harus digoyang-goyangkan perlahan-lahan.Titrasi diberhentikan ketika penambahan setetes NaOH merubah warna merah sangat muda yang tak mau hilang pada penggoyangan. Pekerjaan diulang tiga kali (triplo). Catat berapa ml larutan standar yang digunakan dengan melihat batas cairan dalam buret.Hitung berapa pH sebelum titik ekivalen, saat titik ekivalen, dan sesudah titik ekivalen dan buat kurva titrasinya.

BAB IVPERTANYAAN DAN HASIL PERCOBAAN3.1. Pertanyaan1. Mengapa kita perlu mengukur volume asam HCl yang akan dititrasi dengan pipet gondok?2. Apa yang menandai bahwa titrasi telah selesai?3. Setelah titrasi dilakukan berulang-ulang, berapakah volume rata-rata dari NaOH untuk menetralkan larutan HCl? Hitunglah konsentrasi (mol/L) dari larutan HCl yang dititrasi!4. Kesimpulan apa yang dapat diambil dari hasil pengamatan pada percobaan diatas?

3.2. Hasil PercobaanPercobaanVolume HClVolume NaOH

I10 ml20 ml

II10 ml18 ml

Rata-rata19 ml

1. Kita perlu mengukur asam HCl yang akan dititrasi dengan pipet gondok agar mencegah terjadinya kesalahan dalam percobaan perhitungan.2. Pada saat volume tertentu, larutan HCl yang dititrasi akan berubah menjadi merah muda. Jika hal ini telah terjadi, maka titrasi telah mencapai titik ekivalennya.3. Volume rata-rata = = 19 ml. Konsentrasi HCl V1 x M1 x Val = V2 x M2 x Val10 x M1 x 1 = 19 x 0,1 x 110M1= 1,9M1= = 0,19 MDalam percobaan titrasi asam basa yang telah saya lakukan,(Titrasi HCl dengan zat titran NaOH), didapatkan data sebagai berikut:Reaksi: HCl(aq)+ NaOH(aq) NaCl(aq)+ H2O(l)Dari reaksi di atas dapat diketahui bahwa perbandingan mol antara HCl dan NaOH sama sehingga untukmenghitung konsentrasi dari larutan HCl yang didasarkan atas hasil percobaan, maka dapat digunakanpersamaan berikut ini:V1x M1x Val = V2x M2 x ValKeterangan:M1= molaritas asam (HCL)M2= molaritas basa kuat (NaOH)V1= volume asamV2= volume basaVal = ValensiDalam percobaan ke-1, HCl 10 ml dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer, kemudian ditambahkan 3 tetes penoftalein, NaOH 0,1 M 50 ml dan dimasukkan ke dalam buret, kemudian dibiarkan menetes setetes demi setetes hingga indikator berubah warna atau titik akhir titrasi tercapai, yaitu pada saat konsentrasi HCl 0,2 M. Sedangkan dalam percobaan ke-2 indikator berubah warna atau titik akhir titrasi tercapai pada saat konsentrasi HCl 0,19 M. Kemudian dapat disimpulkan bahwa konsentrasi HCl pada percobaan pertama dan kedua sama karena 0,19 apabila dibulatkan menjadi 0,2.

Berdasarkan teori, larutan asam bila direaksikan dengan larutan basa akan menghasilkan garam dan air. Sifat asam dan sifat basa akan hilang dengan terbentukanya zat baru yang disebut garam yang memiliki sifat berbeda dengan sifat zat asalnya (dalam percobaan ini adalah NaCl). Karena hasil reaksinya adalah air yang memiliki sifat netral yang artinya jumlah ion H+ sama dengan jumlah ion OH- maka reaksi itu disebut dengan reaksi netralisasi atau penetralan. Pada reaksi penetralan, jumlah asam harus ekivalen dengan jumlah basa. Untuk itu perlu ditentukan titik ekivalen reaksi.Titik ekivalenmerupakan keadaan di mana jumlah mol asam tepat habis bereaksi dengan jumlah mol basa. Untuk menentukan titik ekivalen pada reaksi asam-basa dapat digunakan indikator asam-basa. Ketepatan pemilihan indikator merupakan syarat keberhasilan dalam menentukan titik ekivalen. Pemilihan indikator didasarkan atas pH larutan hasil reaksi atau garam yang terjadi pada saat titik ekivalen. Selain itu, kita juga dapat menentukan titik ekivalen dengan menghitungnya ecara manual. Salah satu kegunaan reaksi netralisasi adalah untuk menentukan konsentrasi asam atau basa yang tidak diketahui. Perubahan warna pada larutan HCl yang diberi beberapa tetes PP yang semula berwarna bening menjadi merah muda disebabkan oleh resonansi isomer elektron. Beberapa indikator mempunyai tetapan ionisasi yang berbeda dan akibatnya akan menunjukkan warna pada range pH yang berbeda. Pada titrasi asam kuat digunakan indikator fenolftalein (trayek pH 8,310) karena kesalahannya paling kecil. Dalam titrasi ini titik akhir pH >7 dan perubahan warna pada titik akhir titrasi adalah merah muda pekat.Konsentrasi HCl V1 x M1 x Val = V2 x M2 x Val10 x M1 x 1 = 19 x 0,1 x 110M1= 1,9M1= = 0,19 MpH awal = 1,9 x 10-1= 1-log 1,9pH sebelum titik ekivalen (NaOH 10 ml)HCl = 10 ml x 0,19 M = 1,9 mmolNaOH = 10 ml x 0,1 M = 1 mmol

HCl(aq)+ NaOH(aq) NaCl(aq)+ H2O(l)m : 1,9 mmol1 mmol-rx : 1 mmol1 mmol1 mmol

sisa :0,9 mmol-1 mmol

[HCl] =

= = 0,045 M = 4,5 x 10-2Ph = -log 4,5 x 10-2= 2-log 4,5

pH saat titik ekivalen (NaOH 19 ml)HCl = 10 ml x 0,19 M = 1,9 mmolNaOH = 19 ml x 0,1 M = 1,9 mmol

HCl(aq)+ NaOH(aq) NaCl(aq)+ H2O(l)m : 1,9 mmol1,9 mmol-rx : 1,9 mmol1,9 mmol1,9 mmol

sisa :0 mmol-1,9 mmol

Apabila sisa reaksi = 0 yang berarti mol asam = mol basa, maka pH = 7. Berarti titrasi HCl 10 ml 0,19 M dan NaOH 19 ml 0,1 M telah mencapai titik ekivalen. pH sesudah titik ekivalen (NaOH 30 ml)HCl = 10 ml x 0,19 M = 1,9 mmolNaOH = 30 ml x 0,1 M = 3 mmol

HCl(aq)+ NaOH(aq) NaCl(aq)+ H2O(l)m : 1,9 mmol3 mmol-rx : 1,9 mmol1,9 mmol1,9 mmol

sisa : - 1,1 mmol 1,9 mmol

[HCl] = = = 0,028 M = 2,8 x 10-2

pOH = -log 2,8 x 10-2= 2-log 2,8PH = 12 (2,8 x 10-2)= 12 + log 2,8= 12 + 0,5= 12,5

3.3. Kurva Titrasi

12,5

7 Titik Ekivalen

1,30,70101930

BAB VKESIMPULANDari hasil kegitan praktikum baik dalam pengamatan, perhitungan serta pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :1. Larutan baku dibagi 2, yaitu: larutan primer dan sekunder.2. Larutan baku dibuat dengan menimbang dan dilarutkan dengan pelarut (akuades).3. Konsentrasi HCl (asam) dapat ditentukan dari proses titrasi dengan mereaksikan HCl (titrat) dengan NaOH (zat penitrat).4. Titrasi dihentikan ketika warnanya berubah menjadi merah muda dengan bantuan PP.5. Volume zat NaOH digunakan untuk menentukan konsentrasi HCl.6. Kita dapat membuat kurva titrasi dengan menghitung secara manual dengan menggunakan rumus dasar x M1 x Val = V2 x M2 x Val.