Upload
sumandari-ardiyanti
View
100
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
sterilisasi
Citation preview
I. PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Dunia kesehatan khususnya dalam bidang mikrobiologi dilakukan
pengembangbiakan suatu mikroorganisme yang nantinya digunakan dalam studi
analisis. Mikroorganisme dapat berkembangbiak dengan alami atau dengan
bantuan manusia. Mikroorganisme yang dapat dikembangkan oleh manusia
diantaranya melalui substrat yang disebut media. Melakukan hal ini, haruslah
dimengerti jenis-jenis nutrien yang diperlukan oleh mikroorgnisme yang
dibiakkan dan juga keadaan lingkungan yang memeberikan kondisi yang optimum
bagi pertumbuhannya. Menyediakan kondisi yang optimum bagi pertumbuhan
mikroba tersebut diperlukan alat-alat dan bahan-bahan/media yang steril.
Mengenai pengertiannya steril berarti bebas dari mikroba baik patogen maupun
tidak. Cara untuk membuat suatu benda menjadi steril disebut sterilisasi (Entjang,
2003). Selain itu dengan keadaan steril akan membantu mendapatkan mikroba
yang murni, atau dengan kata lain dimaksudkan agar tidak ada mikroorganisme
lain yang tidak diinginkan tumbuh dalam media tersebut, yang nantinya dapat
menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang akan dibiakkan dalam media
tersebut (Soemarno, 1987).
1.2. TUJUAN
1.2.1 Untuk mengetahui fungsi dari sterilisasi dalam pertumbuhan mikroba.
1.2.2. Untuk mengetahui macam cara yang dapat digunakan untuk sterilisasi.
1.2.3. Untuk mengetahui keefektifan pada setiap cara dalam sterilisasi.
1.2.4. Untuk mengetahui bagian tubuh yang paling banyak terdapat mikroba
dengan uji swab.
1
II. MATERI DAN METODE
Sterilisasi dilakukan dengan 3 cara yaitu secara fisik, kimiawi, dan mekanik
(Machmud, 2008). Mula-mula media disiapkan, medium NA tegak dituangkan
pada cawan petri dan dibiarkan membeku. Sterilisasi secara fisik digunakan 3
cawan petri dan medinya dibiarkan kontak dengan udara. Cawan petri I, II ,dan III
berturut-turut disinari dengan UV selama 1 menit, 3 menit, dan tetap dibiarkan
terbuka (kontrol). Sterilisasi secara kimia dilakukan dengan alkohol (konsentrasi
40%,70%, dan 96%) dan bahan kimia (wipol, dan superpel). Bagian bawah cawan
petri ditandai menjadi 4 bagian (3 bahan kimia dan 1 kontrol), begitu juga dengan
alkohol beserta kontrolnya. 3 jarum direndam serta 1 kontrol yang digenggam
pada tangan selama 10 menit pada setiap bahan kimia dan alkohol. Lalu jarum
diletakkan dalam cawan petri. Sterilisasi secara kimia dengan sabun (detol dan
lifeboy),Berturut-turut diapuskan jari tangan yang belum dicuci, diapuskan jari
tangan yang dicuci dengan detol dan lifebuoy (dibiarkan mengering tanpa dilap)
di permukaan medium pada cawan petri I, II,dan III. Pemeriksaan dengan metode
swab, cotton bud dicelupkan dalam air steril selama 1 menit, diapuskan pada
permukaan kulit (pipi, belakang telinga, dan permukaan tangan) dan pada tangan
yang belum dicuci (control),diapuskan kembali pada medium. Seluruh cawan
petri diinkubasi terbalik selama 24 jam, dengan UV pada suhu 37° C dan dengan
kimia serta pemeriksaan dengan swab pada suhu 28-30° C. Selanjutnya diamati
pertumbuhan mikroba pada media.
2
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
III.1. HASIL PENGAMATAN
- Terlampir
III.2. PEMBAHASAN
Praktikum ini dilakukan sterilisasi dengan 2 cara yaitu secara fisik dan kimia.
Sterilisasi secara fisik dilakukan dengan menggunakan sinar UV. Hasil yang
didapat dengan sinar UV menunjukkan keefektifan sinar UV. Semakin lama
penyinaran, jumlah mikroba akan semakin sedikit karena sinar UV menghambat
proses replikasi dengan cara merusak DNA mikroba serta mendenaturasi protein
dan asam nukleat sehingga mengakibatkan kerusakan interselluler pada sel
mikroba dan pertumbuhan mikroba terhambat. Akan tetapi, keefektifan sinar UV
dapat menurun jika digunakan terlalu berlebihan dan tidak dikontrol (Melnick dan
Adelberg’s, 2005).
Sterilisasi secara kimia dilakukan dengan menggunakan alkohol dalam
berbagai konsentrasi (40%, 70% dan 96%). Hasil yang didapat sedikit bervariasi,
tetapi secara garis besar alkohol terutama pada konsentrasi tinggi dapat
menghambat pertumbuhan mikroba. Hal ini dikarenakan alkohol membunuh sel
vegetatif mikroba dengan cara melarutkan lipid pada membrane sel mikroba dan
juga mendenaturasi protein pada mikroba serta bersifat racun terhadap sel pada
konsentrasi yang relatif tinggi (Pratiwi, 2008). Pada hasil, alkohol pada
konsentrasi 70% kurang efektif dibandingkan pada konsentrasi 40% dikarenakan
jarum pada konsentrasi 40% bergeser ke konsentrasi 70%. Sterilisasi secara kimia
dengan bahan kimia (wipol dan superpel), diperoleh hasil bahwa mikroba tumbuh
lebih banyak pada kontrol dibandingkan pada medium yang diberi bahan kimia.
Hal ini telah sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa penggunaan bahan
kimia mampu menghambat pertumbuhan mikroba. Pada wipol mengandung
senyawa aktif berupa pine oil 2,5 % dimana pine oil itu sendiri mengandung
minyak atsiri turunan fenol yang bersifat germisida yang dapat mendenaturasi
protein. Sedangkan pada detol mengandung chloroxylenol (C8H9C1) dan
isopropanol yang aktif 98% efektif membunuh mikroba gram positif dan negatif
3
dalam waktu 15 detik dengan mendisrupsi membran sel dan menghambat
pembentukan adenosine triphosphate (Entjang, 2003). Sterilisasi dengan sabun
(detol dan lifebuoy), diperoleh jumlah mikroba pada penggunaan detol relatif
sedikit dibandingkan pada kontrol, bahkan pada penggunaan dengan lifebuoy
tidak ditemukan adanya mikroba. Hal ini dikarena pada sabun terdapat ikatan
antara natrium atau kalium dengan asam lemak tinggi dan bersifat germisida
sehingga dapat menyebabkan penurunan tegangan permukaan pada mikroba,
akibatnya mikroba mudah terlepas dari kulit (Entjang, 2003). Terlebih lagi pada
sabun lifebuoy terkandung Pipper Betle Leaf Oil dimana semua senyawa aktif
tersebut bersifat antiseptik yaitu zat-zat yang dapat membunuh atau mencegah
pertumbuhan mikroba pada jaringan hidup (Anonim, 1979).
Dilakukan juga pengujian dengan swab pada permukaan tubuh (pipi, tangan
dan belakang telinga). Diperoleh hasil yang menunjukkan jumlah mikroba pada
pipi, telinga bagian belakang, dan permukaan tangan sama banyak sedangkan
pada kontrol tidak ditemukan adanya mikroba. Pada pengulangan diperoleh hasil
yang berbeda, pertumbuhan mikroba terbanyak pada kontrol. Hal ini dikarenakan
tangan lebih sering bersentuhan dengan benda lain yang dimungkinkan
mengandung banyak mikroba, terlebih lagi tangan tersebut tidak dicuci.
4
IV. KESIMPULAN
IV.1. Sterilisasi berfungsi untuk membebaskan peralatan atau bahan dari
mikroorganisme yang tidak dikehendaki.
IV.2. Metode-metode sterilisasi yang digunakan yaitu sterilisasi secara fisika
(sinar UV), secara kimia (dengan menggunakan alkohol, bahan kimia,
dan sabun) dan sterilisasi dengan swab.
IV.3. Keefektifan sterilisasi secara fisik dilakukan dengan sinar UV dalam
waktu yang relatif lama dan terkontrol, secra kimia dilakukan dengan
penggunaan alkohol pada konsentrasi lebih tinggi, penggunaan bahan
kimia yaitu superpel dan penggunaan sabun yaitu lifebuoy karena jenis
zat kimia yang dikandung.
IV.4. Pengujian dengan swab menunjukkan jumlah mikroba terbanyak pada
tangan yang belum dicuci.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta
Entjang, I. 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi untuk Akademi Keperawatan. Citra Aditya Bakti. Bandung
Jawetz E., J. L. Melnick, dan E.A. Adelberg. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Salemba Medika. Jakarta
Machmud M. 2008. Teknik Penyimpanan dan Pemeliharaan Mikroba. Balai
Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan, Bogor.
http://anekaplanta.wordpress.com/2008 /03/02/teknik-penyimpanan-dan-
pemeliharaan-mikroba/. Diakses pada tanggal 7 Maret 2012
Pratiwi, Sylvia T.2008. Mikrobiologi Farmasi. Erlangga.Bandung
Soemarno. 1987. Penuntun Praktikum Mikrobaologi. CV.Karyono. Yogyakarta
5
Macam-macam sterilisasi (Machmud, 2008)
Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu
1. Sterilisai secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang berpori
sangat kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada
saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka panas,
misalnya larutan enzim dan antibiotik.
2. Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan dan penyinaran.
Dengan pemanasan antara lain dengan pemijaran (dengan api langsung) yaitu
membakar alat pada api secara langsung, contoh alatnya jarum inokulum, pinset,
batang L, dll, dengan panas kering merupakan sterilisasi dengan menggunakan
oven kira-kira 60-1800C. Sterilisasi panas kering cocok untuk alat yang terbuat
dari kaca misalnya Erlenmeyer atau tabung reaksi, dengan uap air panas yang
prisipkerjanya mirip dengan mengukus, dengan uap air panas bertekanan yang
menggunakan autoklaf, dan penyinaran dengan UV, misalnya untuk membunuh
mikroba yang menempel pada permukaan interior Safety Cabinet dengan disinari
lampu UV.
3. Sterilisaisi secara kimiawi biasanya menggunakan senyawa desinfektan antara
lain alkohol.
6
Entjang, I. 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi untuk Akademi Keperawatan.
Citra Aditya Bakti. Bandung.
Machmud, M. 2008. Teknik Penyimpanan dan Pemeliharaan Mikroba. Balai
Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan, Bogor.
http://anekaplanta.wordpress.com/2008 /03/02/teknik-penyimpanan-dan-
pemeliharaan-mikroba/. Diakses pada tanggal 7 Maret 2012
7