36
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh sebuah agen biologi (seperti virus, bakteria atau parasit), bukan disebabkan faktor fisik (seperti luka bakar) atau kimia (seperti keracunan). Salah satu agen biologi yang dapat menyebabkan penyakit infeksi yaitu Protozoa. Protozoa merupakan hewan berukuran mikroskopis yang terdiri dari satu sel. Istilah Protozoa berasal dari bahasa Yunani, yaitu protos berarti pertama dan zoon berarti hewan. Sel protozoa tersusun dari organela–organela yang merupakan kesatuan lengkap dan sanggup melakukan semua fungsi kehidupan. Sebagian besar protozoa hidup bebas di alam, tetapi beberapa jenis hidup sebagai parasit pada binatang dan manusia. Klasifikasi protozoa berdasarkan alat geraknya yakni, sarcodina (bergerak secara amoboid) contoh: Entamoba histolitica, mastigophora (bergerak menggunakan flagel) contohnya: Trichomonas vaginalis, ciliate (bergerak menggunakan silia) contohnya Balantidium coli, sporozoa (tidak menggunakan alat gerak) contohnya: Plasmodium. Beberapa protozoa adalah hewan parasit yang menyerang manusia maupun hewan yang dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas. Untuk menginfeksi inang protozoa 1

LAPORAN SKENARIO 3 Peran Lingkungan Terhadap Infeksi Parasit

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Sistem Tubuh 3

Citation preview

Page 1: LAPORAN SKENARIO 3 Peran Lingkungan Terhadap Infeksi Parasit

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh sebuah agen biologi

(seperti virus, bakteria atau parasit), bukan disebabkan faktor fisik (seperti luka

bakar) atau kimia (seperti keracunan). Salah satu agen biologi yang dapat

menyebabkan penyakit infeksi yaitu Protozoa. Protozoa merupakan hewan

berukuran mikroskopis yang terdiri dari satu sel. Istilah Protozoa berasal dari

bahasa Yunani, yaitu protos berarti pertama dan zoon berarti hewan. Sel protozoa

tersusun dari organela–organela yang merupakan kesatuan lengkap dan sanggup

melakukan semua fungsi kehidupan. Sebagian besar protozoa hidup bebas di

alam, tetapi beberapa jenis hidup sebagai parasit pada binatang dan manusia.

Klasifikasi protozoa berdasarkan alat geraknya yakni, sarcodina (bergerak secara

amoboid) contoh: Entamoba histolitica, mastigophora (bergerak menggunakan

flagel) contohnya: Trichomonas vaginalis, ciliate (bergerak menggunakan silia)

contohnya Balantidium coli, sporozoa (tidak menggunakan alat gerak) contohnya:

Plasmodium. Beberapa protozoa adalah hewan parasit yang menyerang manusia

maupun hewan yang dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas. Untuk

menginfeksi inang protozoa memiliki dua siklus hidup yakni tropozoit dan kista.

Bentuk tropozoid adalah bentuk aktif dari protozoa untuk menginfeksi inang dan

kista adalah bentuk pertahanan dari protozoa itu sendiri, protozoa masuk ke dalam

inang juga dalam bentuk kista.

Infeksi oleh protozoa didukung oleh beberapa faktor, seperti kebersihan

individu; parasitnya sendiri; tuan rumah reservoir; faktor lingkungan; dan

sebagainya. Salah satu yang sangat mendukung penyebaran infeksi dari protozoa

yaitu faktor lingkungan, yang antara lain kepadatan penduduk; kondisi sosial-

ekonomi; iklim; sanitasi lingkungan dan faktor kultural sangat berpengaruh

terhadap meluasnya penyebaran infeksi oleh protozoa.

1

Page 2: LAPORAN SKENARIO 3 Peran Lingkungan Terhadap Infeksi Parasit

1.2 Skenario

Penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa merupakan penyebab utama

morbiditas dan mortalitas pada bayi dan anak pada banyak bagian dunia. Salah

satu penyakit yang disebut amebiasis dapat merupakan penyebab ketiga kematian

pada skala global. Prevalensi infeksi amoeba di seluruh dunia bervariasi, dari 5%-

81%. Di Indonesia, amebiasis kolon banyak ditemukan dalam keadaan endemi.

Prevalensi di berbagai daerah di Indonesia berkisar antara 10-18% hal ini

disebabkan oleh faktor kepadatan penduduk, hiegene individu, dan sanitasi

lingkungan hidup serta kondisi sosial ekonomi dan cultural yang menunjang.

1.3 Rumusan Masalah

Dari latar belakang dan scenario diatas, dapat dirumuskan beberapa masalah,

antara lain sebagai berikut:

1. Bagaimana cara protozoa menginfeksi inangnya?

2. Apa saja faktor yang mempengaruhi infeksi protozoa?

1.4 Tujuan Pembelajaran

Dari beberapa hal diatas, tujuan pembelajaran yang ingin kami capai, antara

lain sebagai berikut:

1. Menjelaskan bagaimana protozoa menginfeksi inangnya

2. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi infeksi protozoa

2

Page 3: LAPORAN SKENARIO 3 Peran Lingkungan Terhadap Infeksi Parasit

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Protozoa berasal dari bahasa yunani, yaitu protos yang artinya pertama dan

zoon yang artinya hewan. Protozoa merupakan hewan yang bersifat  uniseluler,

dimana setiap satu sel protozoa merupakan satu keseluruan dari organisme itu

sendiri. Protoplasma dari protozoa dapat mengadakan modifikasi – modifikasi

atau penonjolan – penonjolan yang dapat bersifat sementara atau tetap. Penonjolan

– penonjolan yang bersifat sementara misalnya penonjolan yang berfungsi sebagai

kaki pseudopodia (Lahay, 2007).

Protozoa adalah organisme uniseluler, hidup bebas atau parasit, beberapa

diantaranya bersimbiosis dengan mahluk hidup lain.  Pencernaan secara

intraseluler di dalam vakuola makanan. Alat gerak berupa psedium, cilia, atau

flagella pengambilan makanan secara holozik, saprozoik dan holophitik.

Umumnya berkembang biak melalui pembelahan sel dan konjugasi. Alat gerak

berupa kaki semu, flagel dan silia. Terdiri atas 4 kelas yaitu 1). Mastigopora 2).

Rhizopoda 3). Sprozoa 4). Ciliata

Siklus hidup parasit secara umum dapat dibedakan menjadi siklus hidup

secara langsung dan tak langsung. Siklus hidup secara langsung adalah untuk

melangsungkan hidup parasit memerlukan hanya satu hospes (hospes definitif)

dan parasit ini memiliki fase bebas. Fungsi hidup protozoa dilakukan oleh

protoplasma, suatu zat yang bergranula kasar atau halus, yang terdiri dari

nukleoplasma dan sitoplasma. Sitoplasma sering terdiri atas ektoplasma, yaitu

bagian luar yang tipis, dan endoplasma yaitu bagian dalam yang lebih besar.

Ektoplasma mempunyai fungsi dalam pergerakan, mengambil makanan, eksresi,

respirasi, dan melindungi diri. Endoplasma yang bergranula mengurus gizi sel dan

karena mengandung nukleus juga mengurus reproduksi.

Tiap protozoa merupakan kesatuan lengkap yang sanggup melakukan fungsi

fisiologi yang dalam jasad lebih besar dapat dikerjakan oleh sel-sel khusus.

Sebagian besar protozoa hidup bebas, tetapi beberapa jenis hidup sebagai

parasit,setelah menyesuaikan diri dengan kehidupan yang berlainan di dalam

3

Page 4: LAPORAN SKENARIO 3 Peran Lingkungan Terhadap Infeksi Parasit

tubuh hospes. Manusia merupakan hospes daripada sekurang-kurangnya enam

spesies amoeba, yang termasuk 4 genus, yaitu (1) Entamoeba Histolytica (2)

E.Colli (3) E.Ginggivalis (4) Dientamoeba Fragilis, (5) Endolimax Nana, dan (6)

Iodamoeba Butschlii. Semuanya hidup didalam rongga usus besar, tetapi hanya

satu spesies yaitu Entamoeba Histolytica, merupakan parasit patogen yang

penting untuk manusia. Entamoeba Histolytica dapat menyebabkan penyakit yang

bernama amebiasis yang merupakan patogen kolon yang lazim di Negara

berkembang, terdapat di seluruh dunia terutama di daerah tropis dan subtropis.

Infeksi protozoa ini ada dalam dua bentuk, yaitu dalam bentuk kista yang infektif

dan bentuk lain yang rapuh, berupa tropozoit yang patogen. Kista sampai pada

manusia melalui air dan sayur-mayur yang terkena kontaminasi dengan tinja yang

infektif, melalui makanan yang dikontaminasi oleh lalat atau tangan orang-orang

yang menyajikan makanan, atau karena penularan langsung dari pengandung

kista. Sumber-sumber air di desa-desa kecil yang sering terkena kontaminasi

dengan kotoran setempat, dapat menyebabkan infeksi. Entamoeba gingivalis

merupakan protozoa yang tidak patogen dalam jumlah yang kecil, protozoa ini

disebut patogen ketika terjadi keradangan gingival dan terutama ditemukan pada

gigi berlubang.

4

Page 5: LAPORAN SKENARIO 3 Peran Lingkungan Terhadap Infeksi Parasit

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Mapping

3.2 Protozoa

3.2.1 Morfologi Protozoa

Semua protozoa mempunyai vakuola kontraktil. Vakuola dapat

berperan sebagai pompa untuk mengeluarkan kelebihan air dari sel, atau

untuk mengatur tekanan osmosis. Jumlah dan letak vakuola kontraktil

berbeda pada setiap spesies. Protozoa dapat berada dalam bentuk vegetatif

(trophozoite), atau bentuk istirahat yang disebut kista. Protozoa pada

keadaan yang tidak menguntungkan dapat membentuk kista untuk

mempertahankan hidupnya.

Saat kista berada pada keadaan yang menguntungkan, maka akan

berkecambah menjadi sel vegetatifnya. Protozoa tidak mempunyai dinding

sel, dan tidak mengandung selulosa atau khitin seperti pada jamur dan algae.

Kebanyakan protozoa mempunyai bentuk spesifik, yang ditandai dengan

fleksibilitas ektoplasma yang ada dalam membran sel.. Protozoa merupakan

sel tunggal, yang dapat bergerak secara khas menggunakan pseudopodia

5

Page 6: LAPORAN SKENARIO 3 Peran Lingkungan Terhadap Infeksi Parasit

(kaki semu), flagela atau silia, namun ada yang tidak dapat bergerak aktif

(Parasitologi Kedokteran Edisi Ketiga FKU UI).

3.2.2 Fisiologi Protozoa

Fungsi hidup protozoa dilakukan oleh protoplasma, suatu zat yang

bergranula kasar atau harus, yang terdiri dari nukleoplasma dan sitoplasma.

Sitoplasma sering terdiri atas ektoplasma , bagian luar yang tipis, dan

endoplasma, bagian dalam yang lebih besar.

Ektoplasma mempunyai fungsi dalam pergerakan, mengambil

makanan, ekskresi, respirasi dan melindungi diri. Alat pergerakan ialah

bagian dari ektoplasma yang memanjang dan dikenal sebagai plasmodium,

cilium, flagellum, atau membrane bergelombang.

Endoplasma yang bergranula mengurus gizi sel dank arena

mengandung nucleus juga mengurus reproduksi. Endoplasma berisi vakuola

makanan, makanan cadangan, benda asing, vakuola kontraktil dan benda

kromatid. Vakuola kontraktil mempunyai fungsi dalam mengatur tekanan

osmose dan membuang bahan-bahan sampah.

Fungsi reproduksi dan fungsi bertahan diri, dilaksanakan oleh

protoplasma yang mempunyai sifat sifat khusus atau oleh bagian

protoplasma dengan struktur dan fungsinya yang telah disesuaikan, yang

disebut organel. Pergerakan dipergunakan untuk memperoleh makanan dan

untuk bereaksi terhadap rangsangan fisik dan kimia. Protozoa bernafas

secara langsung dengan mengambil oksigen dan mengeluarkan karbon

dioksida, maupun secara tidak langsung dengan menggunakan oksigen yang

dilepaskan dari persenyawaan kompleks oleh aktivitas enzim. Untuk

sebagian besar kelangsungan hidup protozoa berdasarkan kekuatan

reproduksi yang tinggi. Reproduksi protozoa berlangsung secara seksuil dan

aseksuil. Dalam reproduksi aseksuil atau tipe belah pasang, pembelahan inti

telah dimodifikasi secara mitosis dan amitosis.

6

Page 7: LAPORAN SKENARIO 3 Peran Lingkungan Terhadap Infeksi Parasit

3.3 Protozoa Patogen

3.3.1 Entamoeba histolytica

Daur Hidup Entamoeba histolytica

E.histolytica merupakan salah satu dari enam spesies Amoeba kelas

rhizopoda. Parasit ini dapat menyebabkan penyakit yang disebut amebiasis

dengan manusia sebagai hospesnya. Dalam daur hidupnya, E.histolitica

mempunyai 3 stadium, yaitu bentuk histolitika, minuta, dan kista. Bentuk

histolitika dan minuta adalah bentuk trofozoit, perbedaannya terletak pada

sifat dan ukurannya. Bentuk histolitika bersifat patogen dan mempunyai

ukuran yang leih besar. Bentuk ini dapat hidup di jaringan usus besar, hati,

paru, otak, kulit, dan vagina. Sedang bentuk minuta adalah bentuk pokok

(esensial). Tanpa bentuk minuta, daur hidup tidak dapat berlangsung. Lalu

kista dibentuk di rongga usus besar. Bentuk ini tidak patogen, tetapi dapat

merupakan bentuk infektif (Staf Pengajar Bagian Parasitologi, 2006).

Patogenesis Entamoeba histolytica

Patogenesis Entamoeba histolytica tergantung pada (1) resistensi

hospes (2) virulensi dan kemampuan invasi amuba itu, dan (3) keadaan

traktus intestinalis. Resistensi tergantung pada kekebalan bawaan, keadaan

gizi dan bebas tidaknya si penderita daripada infeksi penyakit-penyakit

infeksi yang melemahkan. Virulensi, kemampuan untuk invasi, jumlah

amuba dan keadaan local daripada usus tempat invasi dipermudah oleh

makanan yang terdiri atas karbohidrat, kerusakan fisik dan kimiawi pada

mukosa, stasis dan terutama flora bakteri yang menentukan luas ulkus pada

usus. Bakteri mempertinggi daya invasi amuba atau menciptakan kondisi

yang mempermudah invasi itu.

Siklus hidup Entamoeba histolytica

Bentuk trofozoit (histolitika) memasuki mukosa usus besar yang utuh

dan mengeluarkan enzim yang dapat menghancurkan jaringan (lisis). Enzim

ini adalah suatu cystein proteinase yang disebut histolisin. Kemudian

trofozoit memasuki submukosa dengan menembus lapisan muskularis

mukosa, bersarang di submukosa dan membuat kerusakan yang lebih luas

7

Page 8: LAPORAN SKENARIO 3 Peran Lingkungan Terhadap Infeksi Parasit

daripada di mukosa usus. Akibatnya terjadi luka yang disebut ulkus ameba.

Lesi ini biasanyamerupakan ulkus-ulkus kecil yang letaknya tersebar di

mukosa usus, bentuk rongga ulkus seperti botol dengan lubang sempit dan

dasar yang lebar, dengan tepi yang tidak teratur agak meninggi dan

menggaung. Proses yang terjadi terutama nekrosis dengan lisis sel jaringan.

Bila terjadi infeksi sekunder terjadilah proses peradangan. Proses ini

dapat meluas di submukosa dan melebar ke lateral sepanjang sumbu usus,

maka kerusakan dapat menjadi luas sekali sehingga ulkus-ulkus saling

berhubungan dan terbentuk sinus sinus dibawah mukosa. Bentuk trofozoit

(histolitika) ditemukan dalam jumlah besar di dasar dan dinding ulkus.

Dengan peristaltis usus, bentuk ini dikeluarkan bersama isi ulkus ke rongga

usus kemudian menyerang lagi mukosa usus yang sehat atau dikeluarkan

bersama tinja. Tinja ini disebut tinja disentri yaitu tinja yang bercampur

darah dan lendir (Staf Pengajar Bagian Parasitologi, 2006; Soewondo,

2007). Tempat yang sering dihinggapi (predileksi) adalah sekum, rektum,

sigmoid. Seluruh kolon dan rektum dapat dihinggapi apabila infeksi berat.

Gambar 3.1 Tahapan penginfeksian organ oleh Entamoeba histolytica

8

Page 9: LAPORAN SKENARIO 3 Peran Lingkungan Terhadap Infeksi Parasit

Amebiasis Intestinal

Invasi parasit ini dimulai dengan melalui kripta mukosa usus dan

menyababkan terbentuknya ulkus primer. Pada ulkus primer dapat sembuh

sempurna, sembuh namun meninggalkan berkas yang menetap ataupun

dapat terjadi penyebaran pada lapisan mukosa dan lapisan yang lebih dalam.

Penyerangan ke lapisan yang lebih dalam terhalangi oleh lapisan muskularis

mukosa yang lebih resisten sehingga terjadi penyebaran ke lateral.

Penyebaran ke lateral dapat menyebakan ulkus satu bergabung dengan ulkus

yang lain dan membentuk sinus-sinus tempat ulkus satu dan yang lain

terlihat normal padahal di bawahnya terdapat hubungan satu sama lain. Jika

mukosa diatas terowongan ini lepas akan terbentuk ulkus yang lebih besar.

Lepasnya mukosa tadi disertai dnegan terlepasnya parasit sehingga akan

lebih meluas ke dalam.

Ameba terutama di dapat didasar ulkus atau tersebar di dalam

jaringan. Tampak perubahan histologist meliputi histolisis, thrombosis

kapiler, infiltrasi sel bulat, dan nekrosis. Jika invasi berlanjut dapat

menembus tunika serosa sehingga terjadi perforasi, perdarahan, berlanjut

dengan peritonitis.

Amebiasis Ekstraintestinal

Invasi dapat terjadi pada pembuluh darah sehingga dapat terjadi

penyebaran ke organ dimluar usus melalui aliran darah. Yang paling sering

adalah penyebaran ke hati melalui vena porta. Mula-mula terjadi hepatitis

ameba diffusa yang sebenarnya merupakan reaksi hati nonspesifik terhadap

bakteri, toksin, virus, atau zat lain. Hati membesar dan terasa nyeri yang

akan diikuti terbentuknya abses yang dapat membesar.

Perluasan abses hati (secara perikontinuitatum) dapat menimbulkan

abses subdiafragma yang dapat meluas e sebelah atas menembus diafragma

dan terjadi abses paru-paru yang merupakan urutan kedua setelah abses hati.

Selain itu, penyebaran ke organ lain dapat terjadi yaitu ke otak, limpa,

vagina, prostat dan sebagainya.

9

Page 10: LAPORAN SKENARIO 3 Peran Lingkungan Terhadap Infeksi Parasit

Cara Pencegahan Amebiasis

1. Memasak/merebus air minum

2. Menjaga kebersihan & kerapihan lingkungan serta pembuangan

sampah secara benar

3. Mencuci tangan setelah buang air

4. Menggunakan teknik aseptic

5. Memproses alat bekas pakai

Pengobatan Amebiasis

Sampai pertengahan abad ke 20 beberapa obat untuk disentri amuba

antara lain adalah emetin hidrokhlorin, quinin, khloroquin dan

dehidroemetin. Tahun 1966, dilaporkan bahwa metronidazol sangat baik

untuk pengobatan amebiasis. Obat yang digunakan untuk penderita

amebiasis seyogyanya punya sifat antara lain bekerja sebagai tissue

amoebicide, diserap langsung ke dalam mukosa usus dan segera membunuh

amuba, serta efektif membunuh kista dan trofozoit.

Emetin hidrokhlorin temyata efektif bila diberikan secara parenteral

karena jika diberikan per oral penyerapannya tidak optimal. Bagi penderita

sakit jantung, wanita hamil dan penderita gangguan ginjal pemberian emetin

tidak dianjurkan mengingat toksisitasnya tinggi. Sebaliknya dehidroemetin

relatif kurang toksik dibandingkan dengan emetin dan dapat diberikan per

oral. Emetin efektif membunuh E. histolityca secara langsung dalam bentuk

trofozoit dibandingkan dalam bentuk kista. Dalam urin emetin dapat

dijumpai 20-40 menit setelah penghentian pengobatan, sedangkan

dehidroemetin lebih cepat hilangnya. Baik emetin maupun dehidroemetin

efektif untuk pengobatan amebiasis ekstraintestinal (abses hati).

Penderita amebiasis akut dan ekstraintestinal sebaiknya diobati

dengan metronidazol. Metronidazol merupakan obat pilihan karena terbukti

efektif membunuh E. histolytica baik yang berbentuk kista atau pun

trofozoit. Metronidazol memberikan efek samping yang bersifat ringan

seperti mual, muntah dan pusing. Sebgai contohnya pemberian obat

metronidazol pada anak-anak di RS Pimgadi Medan menunjukkan hasil

10

Page 11: LAPORAN SKENARIO 3 Peran Lingkungan Terhadap Infeksi Parasit

yang memuaskan dan tidak dijumpai efek samping yang berarti pada saat

pemberian maupun saat evaluasi. Pengobatan dengan pemberian

metronidazol bersamaan dengan emetin temyata memberikan hasil yang

lebih baik dengan tidak ditemukannya kista/trofozoit pada pemeriksaan tinja

pada 62,5% penderita. Penderita amebiasis dengan abses hati yang disertai

demam yang berlanjut 72 jam sesudah terapi dengan metronidazol, dapat

dilakukan aspirasi non-bedah. Selain itu klorokuin dapat ditambahkan pada

pengobatan dengan metronidazol atau dehidroemetin untuk pengobatan

abses hati yang sulit disembuhkan. Selama kehamilan trisemester pertama,

sebaiknya jangan menggunakan metronidazol, namun belum ada bukti

adanya teratogenisitas pada manusia.

3.3.2 Balantidinm coli

Morfologi Balantidium coli

Balantidium coli merupakan suatu protozoa yang masuk dalam filum

Ciliophora, kelas Kinetofragminophorea, ordo Trichostomatida, famili

Balantidiae. Memiliki dua stadium, yaitu trofozoit dan kista. Merupakan

protozoa besar, habitatnya pada usus besar dan yang biasa menjadi hospes

adalah babi dan manusia. 

Balantidium coli merupakan protozoa usus manusia yang paling

besar. Memiliki dua bentuk tubuh yaitu, trofozoit dan kista.

1) Bentuk trofozoit seperti kantung, panjangnya 50-200 mμ,

lebarnya 40-70 mμ dan berwarna abu-abu tipis. Silianya tersusun secara

longitudinal dan spiral sehingga geraknya melingkar, sitostoma yang

bertindak sebagai mulut pada B. coli terletak di daerah peristoma yang

memiliki silia panjang dan berakhir pada sitopige yang berfungsi sebagai

anus sederhana. Ada 2 vakuola kontraktil dan 2 bentuk nukleus. Bentuk

nukleus ini terdiri dari makronukleus dan mikronukleus. Makronukleus

berbentuk seperti ginjal, berisi kromatin, bertindak sebagai kromatin

somatis/vegetatif. Mikronukleus banyak mengandung DNA, bertindak

11

Page 12: LAPORAN SKENARIO 3 Peran Lingkungan Terhadap Infeksi Parasit

sebagai nukleus generatif/seksual dan terletak pada bagian konkaf dari

makronukleus. 

 Gambar 3.2 tropozoid Balantidium coli

2) Bentuk kista lonjong atau seperti bola, ukurannya 45-75 mμ,

warnanya hijau bening, memiliki makronukleus, memiliki vakuola kontraktil

dan silia. Kista tidak tahan kering, sedangkan dalam tinja yang basah kista

dapat tahan berminggu-minggu. 

  Gambar 3.3 kista Balantidium coli

12

Page 13: LAPORAN SKENARIO 3 Peran Lingkungan Terhadap Infeksi Parasit

Diagnosis Balantidium coli

Diagnosis Balatidinum Coli tergantung pada behasil tidaknya

menemukan trofozoit dalam tinja encer dan lebih jarang tergantung pada

penemuan kista dalam tinja padat. Tinja iniharus diperiksa beberapa kali,

karena pengeluaran parasit dari badan manusia berbeda-beda.

Cara Penularan Balantidium coli

Pengobatan Balantidium coli

Balantidiasis dapat diobati dengan tetrasiklin 4 x 500 mgr/hari selama

10 hari atau iodokuinol 3 x 650 mgr / hari selama 20 hari obat pilihan adalah

metronidazol 3 x 750 mgr/hari.

13

Di selaput lendir usus besar. Bentuk vegetatif, menyebabkan abses (luka) kecil

Abses pecah

Timbul ulkus yang menggaung ada usus besar

Kolon mengalami infeksi dan bentuk kista mulai muncul

Kista dan bentk vegetatif keluar dari tubuh, berada pada tinja

Manusia terkontaminasi tinja, lalu krista tertelan

Menuju ke usus halus dan menuju kolon

Page 14: LAPORAN SKENARIO 3 Peran Lingkungan Terhadap Infeksi Parasit

3.3.3 Trichomonas vaginalis

Morfologi   Trichomonas vaginalis

Parasit ini terdapat pada genital wanita dan pria, terutama ditemukan

pada saluran kencing kedua jenis kelamin tersebut. Wanita frekuensi lebih

banyak dijumpai daripada pria, dan penyakit ini bersifat kosmopolit.

Morfologi hanya memiliki bentuk tropozoit.

Morfologi berukuran antara 15 - 20 x 10 mikron, tidak berwarna dan

bentuknya cuboid. Sitoplasmanya bergranula, mempunyai membran

bergelombang (um;undulating membrane) berakhir pada pertengahan

tubuh, jadi berflagel. Makanannya adalah kuman-kuman, sel-sel vagina,

hanya dapat hidup pada pH  diatas 5,5 - 7,5.

Gambar 3.4 Trichomonas vaginalis

Siklus Hidup Trichomonas vaginalis

Pada wanita tempat hidup parasit ini di vagina dan pada pria di uterus

dan prostat. Parasit ini hidup di makosa vagina dengan makan bakteri dan

leukosit. Trichomonas vaginalis bergerak dengan cepat berputar-putar di

antara sel-sel epitel dan leukosit dengan menggerakkan flagel antesias dan

membran bergelombang. Trichomonas vaginalis berkembang biak secara

belah pasang longitudinal.

Di luar habitatnya, parasit mati pada suhu 500C, tetapi dapat hidup

selama 5 hari pada suhu 00C. Dalam biakan, parasit ini mati pada pH kurang

dari 4,9, inilah sebabnya parasir tidak dapat hidup di sekitar vagina yang

14

Page 15: LAPORAN SKENARIO 3 Peran Lingkungan Terhadap Infeksi Parasit

asam (pH 3,8 – 4,4). Parasit ini tidak tahan pula terhadap desinfektans dan

antibiotik.

Infeksi terjadi secara langsung waktu bersetubuh melalui bentuk

trofozoit pada keadaan lingkungan sanitasi kurang biak dengan banyak

orang hidup bersama dalam satu rumah. Infeksi secara tidak langsung

melalui alat mandi seperti : lap mandi atau alat sanitasi seperti toilet seat.

Gambar 3.5 Siklus hidup Trichomonas vaginalis

Keterangan gambar ; Trichomonas vaginalis terletak di bawah saluran kelamin

wanita dan di uretra dan prostate pria (1), mereplikasi dengan cara binary fission

(2).  Parasit ini tidak memiliki bentuk kista dan tidak dapat bertahan dilingkungan

luar.  Trichomonas vaginalis ditularkan antar manusia, dengan penularan utama

melalui hubungan sex (3).

Patologi dan Gejala Klinis   Trichomonas vaginalis

Setelah Trichomonas vaginalis berkembang biak cukup banyak,

parasit menyebabkan degenerasi dan deskuamasi sel epitel vagina. Keadaan

ini disusul oleh serangan leukosi, dan disekitar vagina tedapat banyak

15

Page 16: LAPORAN SKENARIO 3 Peran Lingkungan Terhadap Infeksi Parasit

leukosit dan parasit bercampur dengan sel-el epitel. Sekret vagina mengalir

keluar vagina dan menimbulkan gejala flour albus atau keputihan. Setelah

lewat stadium akut, gejala berkurang dan dapat reda sendiri.

Pada pemeriksaan in speculo, tampak kelaian berupa vaginitis,

dinding vagina dan porsio tampak merah meradang dan pada infeksi berat

tampak pula pendarahan-pendarahan kecil. Flour tampak berkumpul di

belakang porsio, encer atau sedikit kental pada infeksi campur, berwarna

putih kekuning-kuningan atau putih kelabu dan berbusa.banyak flour yang

di bentuk tergantung dari beratnya infeksi dan stadium penyakit.

Selain gejala flour albus yang merupakan keluhan utama penderita,

pruritus vagina atau vulva dan disuria (rasa pedih waktu kencing)

merupakan keluhan tambahan. Infeksi dapat menjalar dan menyebabkan

uretritis. Kadang-kadang infeksi terjadi tanpa gejala. Pada pria, infeksi

biasanya terjadi tanpa gejala, atau dapat pula menyebabkan uretritis,

prostatitis dan prostatovisikulitis.

Diagnosa Trichomonas vaginalis

Diagnosis berdasarkan keluhan keputihan atau flour albus, rasa panas

dan gatal pada vulva/vagina dan keluarnya sekret encer, berbusa berbau

tidak sedap dan berwarna kekuning-kuningan, serta adanya rasa bekas

garukan karena gatal dan heperemia pada vagina. Diagnosis laboratorium di

buat dengan menemukan parasit Trichomonas vaginalis pada bahan sekret

vagina, sekret uretra, sekret prostat dan urine. Dengan cara pembuatan

preparatnya sbb : 1) Pada wanita, diambil sekret dari vagina (diambil  pada

bagian yang putih). 2) Pada  laki-laki  dengan cara memasukan  jari

peranum, kemudian  prostat dipijat sampai keluar sekret 1  -  2 tetes

Untuk kontrol pasca pengobatan, pemeriksaan langsung dengan

menggunakan mikroskop perlu di tunjang dengan melakukan pembiakan

sekret vagina atau bahan lain dalam medium yang cocok.

Pengobatan dan Pencegahan Trichomonas vaginalis

Dasar pengobatan ialah memperbaiki keadaan vagina dengan

membersihkan mukosa vagina dan menggunakan obat-obat per os dan lokal.

16

Page 17: LAPORAN SKENARIO 3 Peran Lingkungan Terhadap Infeksi Parasit

Pada saat ini metronidazol merupakan obat yang efektif untuk pengobatan

trikomoniasis, baik untuk pria maupun untuk wanita.dosis per os 2x 250 mg

sehari selama 5-7 hari untuk suami atau istri. Dosis lokal untuk wanita

adalah 500 mg metrodizal dalam bentuk tablet vagina sehari selama 5–7

hari.

Untuk pencegahan, karena kelaian, kasus-kasus tanpa gejala pada pria

perlu mendapat pengobatan yang tuntas. Demikian pula suami dari wanita

yang menderita trichomoniasis perlu di beri pengobatan yang sama seperti

istrinya sampai parasit tiak di temukan lagi pada pembiakan kontrol.

3.3.4 Giardia lamblia

Morfologi Giardia lamblia

Trofozoit flagelata ini berbentuk seperti bola lampu, bilateral simetris,

besarnya 12-15 mikron, mempunyai bagian anterior yang lebar dan

membulat, sedangkan bagian posterior meruncing. Permukaan bagian dorsal

cembung. Alat penghisap seperti cakram yang berbentuk ovoid dan cekung

menempati tigaperempat bagian daripada permukaan vntral yang gepeng.

Terdapat dua nukleus dalam kariosom besar di tengah-tengah, dua buah

axostyl, dua buah blefaroplast, dua buah batang yang bila dipulas berwarna

tua, dan dianggap sebagai benda parabasal, dan empat pasang flagel,

meskipun pernah diperlihatkan adanya lima pasang. Kista yang berupa suatu

elips, besarnya 9-12 mikron, mempunyai dinding halus dan jelass, dan

mempunyai dua sampai empat inti dan mempunyai ciri-ciri yang sama

dengan trofozoit. Flagelata ini tinggal di duodenum dan bagian proksimal

jejunum, dan kadang-kadang mungkin di dalam saluran empedu dan

kandung empedu.

Siklus Hidup Giardia lamblia

Siklus ini akan berlanjut melalui makanan dan minuman yang

terkontaminasi oleh kista, apabila tertelan oleh manusia akan melewati

lambung menuju duodenum. Di dalam duodenum karena enzim yang

bersifat alkalis, maka kista mengalami exitasi menjadi trophozoit.

17

Page 18: LAPORAN SKENARIO 3 Peran Lingkungan Terhadap Infeksi Parasit

Trophozoit dapat keluar dari tubuh manusia bersama faeses dalam keadaan

diare.

Apabila keadaan di usus tidak sesuai, maka trophozoit mengalami

encystasi membentuk kista, dimana kista tersebut dapat membelah menjadi 2

individu. Selain itu, kista dapat keluar bersama faeses. Trophozoit di

duodenum dapat membelah secara longitudinal binary fission.

Transmisi dan Patogenesis Giardia lamblia

Giardia lamblia dapat ditemukan pada saluran gastrointestinal

berbagai macam mamalia termasuk manusia. Protozoa ini dapat ditularkan

melalui cara fecaloral maupun oral-anal. Banyak sumber air seperti danau

dan sungai mengandung kista protozoa ini sebagai akibat dari kontaminasi

oleh feses manusia dan hewan. Transmisi G.lamblia umum terjadi pada

orang yang memiliki risiko tinggi seperti anak-anak yang berada di tempat

penitipan anak, wisatawan yg mengunjungi beberapa area, homoseksual, dan

orang yg sering berhubungan dengan hewan-hewan tertentu. Gejala

giardiasis bervariasi dari yang asimtomatik hingga diare dan malabsorbsi.

Diagnosis dengan ditemukannya kista dan trofozoit dalam feses. Metode

immunofluorescece dan enzyme immuoassay sudah mulai dikembangkan

untuk mendeteksi G. lamblia dalam feses.

Pencegahan Penularan Giardia lamblia

Pencegahannya dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu :

1) Mengkonsumsi air minum yang bersih yang telah menjalani

pemanasan sampai 50° sehingga dapat menginaktifkan kista. Pada

umumnya G. lamblia resisten terhadap klorin, sehingga

penyaringan sangat diperlukan untuk menghilangkan kontaminasi

oleh protozoa patogen ini.

2) Melindungi tempat persediaan air dari hospes reservoir (berang-

berang dan tikus air).

3) Memasyarakatkan kebersihan individu (cuci tangan).

4) Penyediaan makanan yang bersih dan baik.

18

Page 19: LAPORAN SKENARIO 3 Peran Lingkungan Terhadap Infeksi Parasit

3.3.5 Entamoeba gingivalis

Morfologi Entamoeba ginggivalis

Mirip dengan E. Histoytica, tidak ada bentuk kista, di jumpai di gigi,

gusi dan tonsil, 10-35 micrometer, penyebab karies, periodontitis, penularan

melalui contact oral, dapat di jumpai di uterus. Entamoeba ginggivalis hidup

di dalam rongga mulut terutama ditemukan pada gigi berlubang dan kantong

gingival. Sifat yang paling khas yaitu adanya banyak vakuol makanan

didalam sitoplasma dan juga benda-benda yang mudah dipulas, berupa sisa-

sisa inti dari sel yang telah rusak. Amuba ini ditemukan dalam jumlah 10%

pada orang-orang dengan mulut yang sehat, sampai 95% pada orang-orang

dengan gigi yang rusak dan gusi yang sakit.

3.4 Faktor yang Mempengaruhi Penularan Protozoa Patogen

Infeksi penyakit oleh protozoa pathogen dapat menyebar dan ditularkan

kepada seseorang melalui beberapa faktor, beberapa faktor ini dapat memicu

penularan protozoa pathogen, antara lain sebagai berikut:

1. Internal sifat-sifat protozoa patogen

Penularan protozoa patogen dapat disebabkan dari sifat-sifat yang di

bawa parasit itu sendiri yaitu berupa invektivitas, invasi, toksigenitas.

Sifat invasi dan patogenitas dari parasit dengan mekanisme pertahanan

inang yang tidak mencapai kesetimbagan. Jika kesetimbangan ini

terganggu masing2 merupakan agresor yang potensial bagi satu sama

lain. Infeksi ini dapat terjadi apabila parasit sanggup menyusup atau

melalui batas pertahanan inang dan hidup di dalamnya (Noble and Noble,

1989).

2. Pemadatan penduduk

Dengan adanya kepadatan penduduk, maka lingkungan sekitar semakin

terganggu. Hal ini disebabkan oleh seringnya warga membuang sampah

sembarangan. Sehingga hal tersebut membuat lingkungan menjadi kotor.

Berbicara mengenai lingkungan, sering kali kita meninjau dari kondisi

fisik. Terjadinya penumpukan sampah yang tidak dapat dikelola dengan

19

Page 20: LAPORAN SKENARIO 3 Peran Lingkungan Terhadap Infeksi Parasit

baik, polusi udara, air dan tanah juga dapat menjadi penyebab upaya

menjaga lingkungan menjadi tanggungjawab semua pihak untuk itulah

perlu kesadaran semua pihak. Puskesmas sendiri memiliki program

kesehatan lingkungan dimana berperan besar dalam mengukur,

mengawasi, dan menjaga kesehatan lingkungan masyarakat, namun

dilematisnya di puskesmas jumlah tenaga kesehatan lingkungan sangat

terbatas padahal banyak penyakit yang berasal dari lingkungan kita

seperti di diare, demam berdarah, malaria, TBC, cacar, dan sebagainya.

3. Higiene individu

Kesehatan lingkungan individu pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau

keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif pada

terwujudnya status kesehatan yang optimal pula. Penularan dan infeksi

protozoa disebabkan tinja yang mengandung tinja terkontaminasi ke

manusia, dan kontaminasi tinja itu masuk tertelan ke dalam tubuh. Hal ini

bisa disebabkan oleh kontak tangan, dan tangan tidak dicuci dengan

bersih. Oleh karena itu, higiene individu atau kebersihan individu harus

dijaga.

4. Sanitasi lingkungan

Adapun yang dimaksud dengan usaha kesehatan lingkungan adalah suatu

usaha untuk memperbaiki atau mengoptimumkan lingkungan hidup

manusia agar menjadi media yang baik untuk terwujudnya kesehatan

yang optimum bagi manusia yang hidup di dalamnya. Ruang lingkup

kesehatan lingkungan tersebut antara lain mencakup: Perumahan,

pembungan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih, pembungan

sampah, pembuangan air kotor (limbah), rumah hewan ternak (kandang).

Jika sanitasi lingkungan atau pembuangan kotoran manusia tidak sehat

dan tidak bersih, maka dapat menyebabkan penyebaran tinja yang

mengandung kista (infektif). Hal ini disebabkan pula oleh tidak baiknya

pembuangan kotoran manusia.

5. Faktor ekonomi

20

Page 21: LAPORAN SKENARIO 3 Peran Lingkungan Terhadap Infeksi Parasit

Di negara bekembang, khususnya Indonesia, faktor ekonomi ini sangat

berpengaruh pada kebersihan dan kesehatan masyarakat. Kebanyakan

masyarakat Indonesia, masih berada pada garis kemiskinan. Hal ini

menyebabkan, masyarakat tidak memiliki tempat MCK (Mandi Cuci

Kakus) yang baik di rumahnya. Oleh sebab itu, mereka memilih

melakukan MCK di sungai, dan atau tempat yang tidak bersih. Selain itu,

masyarakat juga tidak memiliki air bersih yang mencukupi karena tingkat

ekonomi mereka masih rendah, dan belum mencukupi untuk membeli air

bersih. Sehingga faktor penularan protozoa yang patogen pun semakin

tinggi.

6. Faktor budaya atau kultural

Kebanyakan masyarakat Indonesia, masih melakukan BAB (Buang Air

Besar) di sungai atau di tanah, dimana tempat itu tidak bersih, dan bias

saja terkontaminasi tinja yang mengandung kista (infektif). Kebiasaan

atau kebudayaan ini masih turun-menurun sampai sekarang. Oleh sebab

itu, kebiasaan ini dapat meningkatkan faktor penularan protozoa yang

patogen ke manusia.

21

Page 22: LAPORAN SKENARIO 3 Peran Lingkungan Terhadap Infeksi Parasit

BAB IV

KESIMPULAN

Dari beberapa penjelasan diatas, dapat kami tarik kesimpulan bahwa

protozoa adalah hewan bersel satu yang hidup tunggal atau berkoloni. Sebagian

besar protozoa hidup bebas, tetapi beberapa jenis hidup sebagai parasit dalam

tubuh hospes. beberapa protozoa yang menginfeksi manusia, misalnya:

Entamoeba histolytica, Plasmodium sp., Trichomonas vaginalis, Balantidium coli,

Glandia lambia, dsb. Penginfeksian protozoa parasit ini dipengaruhi oleh faktor

kepadatan penduduk , hiegene individu, sanitasi lingkungan, serta kondisi sosial-

ekonomi dan kultural masyarakat.

22

Page 23: LAPORAN SKENARIO 3 Peran Lingkungan Terhadap Infeksi Parasit

DAFTAR PUSTAKA

drg. IDA. Ratna D., dan drg. Niken P. 2005. Buku Ajar Parasitologi Edisi Revisi.

Jember : Fak. Kedokteran Gigi Universitas Jember.

Eddy Soewandojo. 2002. "Amebiasis -- Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam" Jilid I

Edisi Ketiga. Jakarta : Balai Penerbit FK UJ.

H. Muslim, M. 2009. Parasitologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.

Media Litbang Kesehatan Volume 21 Nomor 1 Tahun 2011.

Natadisastra, Djaenudin. 2009. Parasitologi Kedokteran Ditinjau Dari Organ

Tubuh Yang Diserang. Jakarta : EGC.

Neva FA, Brown HW. 1994. Basic Clinical Paraitology Sixth Edition. Prentice

Hall International Editions.

Soewondo, Eddy Soewandojo. 2007. Amebiasis. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam

Jilid III Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit

Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Staf Pengajar Bagian Parasitologi. 1998. Parasitologi Kedokteran Edisi Ketiga.

Jakarta : Fak. Kedokteran Universitas Jakarta.

Staf Pengajar Bagian Parasitologi. 2006. Parasitologi Kedokteran Edisi Ketiga.

Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Umar Zein. "Diare Akut Infeksius Pada Dewasa". http://library.usu.ac.id/down-

loadlfklpenyakit.dalam.pdf. e-USU.

23