Laporan Silvika

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Skarifikasi, cekaman air, cekaman cahaya dan cekaman hara

Citation preview

LAPORAN SILVIKA

Oleh :Endah Dwi PurwaningsihC1L 012 015

PROGRAM STUDI KEHUTANANUNIVERSITAS MATARAM2014HALAMAN PENGESAHANLaporan ini disusun sebagai syarat untuk mengikuti respon akhir dan untuk memenuhi nilai praktikum mata kuliah Silvika. Mataram, 16 Juni 2014

MENGETAHUI :

Dosen Pembimbing Co.Ass

(Indriyatno, S.Hut.,MP) 1. (Dewi Sintya P.J.P.) NIP. 19760831 200812 1 004 C1L 011 012Kepala Laboratorium Silvikultur dan Teknologi Hasil Hutan

(Irwan Mahakam Lesmono Aji, S.Hut,M.For.Sc) 2. (Nilam Candra Ayuning.S) NIP. 19791119 200312 1 001 C1L 011 038 Penanggung Jawab Laboratorium

(M. Tauhid S.Hut) 3. (Maul Hayati) C1L 011 032 Praktikan

(Endah Dwi Purwaningsih) 4. (Fitri Mariatun) C1L 012 015 C1L 011 019

KATA PENGANTARPuji syukur saya sebagai penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat karunia-Nya saya dapat menyelesaikan laporan ini yang berjudul SILVIKA tepat pada waktunya. Laporan ini saya buat bertujuan agar pembaca dapat memperluas cakrawala pemahaman dalam hal penanganan dilapangan yang menjadi acuan pembaca dalam mengambil tindakan baik itu secara teknis ataupun material. Terima kasih kepada seluruh Co. Ass yang telah membimbing kami dalam melaksanakan praktikum SILVIKA ini, yang di mana pada praktikum tersebut mengetahui tingkat pertumbuhan benih Lamtoro atau Leucaena leucephala dengan metode Skarifikasi, Cekaman Cahaya dan Cekaman Air, serta bibit Mahoni (Swietenia mahagoni) pada cekaman hara. Harapan penulis tidak lain adalah mudah-mudahan laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, serta mampu menambah wawasan serta keilmuannya sehingga dapat bermanfaat bagi para pembacanya

Mataram, 16 Juni 2014

Penulis DAFTAR ISIHALAMAN PENGESAHANiiKATA PENGANTARiiDAFTAR ISIiiiACARA I SKARIFIKASI1BAB I PENDAHULUAN2A. Latar Belakang2B. Tujuan3BAB II TINJAUAN PUSTAKA4BAB III METODELOGI PRAKTIKUM6A. Waktu dan Tempat6B. Alat dan Bahan6C. Cara Kerja6BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN8A. Hasil Pengamatan8B. Pembahasan9BAB V PENUTUP12A. Kesimpulan12B. Saran12ACARA II CEKAMAN CAHAYA13BAB I PENDAHULUAN14A. Latar Belakang14B. Tujuan14BAB II TINJAUAN PUSTAKA14BAB III METODELOGI PRAKTIKUM15A. Waktu dan Tempat17B. Alat dan Bahan17C. Cara Kerja17BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN17A. Hasil Pengamatan18B. Pembahasan19BAB V PENUTUP22A. Kesimpulan22B. Saran22ACARA III CEKAMAN AIR23BAB I PENDAHULUAN24A. Latar Belakang24B. Tujuan24BAB II TINJAUAN PUSTAKA25BAB III METODELOGI PRAKTIKUM27A. Waktu dan Tempat27B. Alat dan Bahan27C. Cara Kerja27BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN28A. Hasil Pengamatan28B. Pembahasan29BAB V PENUTUP30A. Kesimpulan30B. Saran30ACARA IV CEKAMAN HARA31BAB I PENDAHULUAN32A. Latar Belakang32B. Tujuan33BAB II TINJAUAN PUSTAKA34BAB III METODELOGI PRAKTIKUM36A. Waktu dan Tempat36B. Alat dan Bahan36C. Cara Kerja36BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN38A. Hasil Pengamatan38B. Pembahasan38BAB V PENUTUP41A. Kesimpulan41B. Saran41DAFTAR PUSTAKA42LAMPIRAN

ACARA ISKARIFIKASI

BAB I. PENDAHULUAN1. Latar belakangBenih merupakan komponen penting teknologi kimiawi-biologis yang pada setiap musim tanam untuk komoditas tanaman pangan masih menjadi masalah karena produksi benih bermutu masih belum bisa mencukupi permintaan pengguna atau petani bahkan peternak. Mendapatkan benih yang bermutu bukanlah pekerjaan yang mudah. Terlebih lagi benih hijauan makanan ternak (legum) kebanyakan mempunyai kulit yang keras, sehingga untuk membantu proses perkecambahan perlu dilakukan scarifikasi sehingga dapat mengubah kulit yang tidak permeabel menjadi permeabel terhadap gas dan air. Skarifikasi merupakan salah satu upaya pretreatment atau perlakuan awal pada benih yang ditujukan untuk mematahkan dormansi dan mempercepat terjadinya perkecambahan benih yang seragam. Skarifikasi (pelukan kulit benih) adalah cara untuk memberikan kondisi benih yang impermeabel menjadi permeabel melalui penusukan, pembakaran, pemecahan, pengikiran, dan penggoresandengan bantuan pisau, jarum, pemotong kuku, kertas, amplas, dan alat lainnya. Kulit benih yang permeabel memungkinkan air dan gas dapat masukke dalam benih sehingga proses imbibisi dapat terjadi. Benih yang diskarifikasi akan menghasilkan proses imbibisi yang semakin baik. Air dan gas akan lebih cepat masuk ke dalam benih karena kulit benih yang permeabel. Air yang masuk ke dalam benih menyebabkan proses metabolisme dalam benih berjalan lebih cepat akibatnya perkecambahan yang dihasilkan akan semakin baik. Dengan demikian perlu diketahui macam cara skarifikasi dan pengaruh skarifikasi baik fisik, kimia maupun mekanik terhadap perkecambahan benih Leucaena leucocephala (Lamtoro) yang di hasilkannya . Persemaian dimulai dengan berakhirnya masa dormansi. Masa dormansi adalah masa berhentinya pertumbuhan pada tumbuhan dikarenakan kondisi lingkungan yang tidak sesuai. Perkecambahan atau persemaian terjadi karena pertumbuhan radikula (calon batang). Untuk itu perlu diketahui bagaimana proses perkecambahan dan meningkatkan persentase kecambah dengan baik dan benar.

1. TujuanTujuan diadakan praktek ini yaitu untuk :1. Mempercepat proses perkecambahan dan meningkatkan persentase kecambah1. Mengetahui berbagai macam cara skarifikasi (perawatan) baik fisik, kimia maupun mekanis pada benih Leucaena leucocephala (Lamtoro) dan pengaruhnya terhdap perkecambahan yang dihasilkan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKAScarifikasi merupakan cara untuk memecahkan dormansi biji yang bertujuan untuk mengubah kulit benih yang tidak permeable menjadi permeable terhadap gas-gas dan air (Sutopo, 1998). Dalam silvikultur pengetahuan mengenai benih dan perkecambahan merupakan faktor yang sangat penting sebagai suatu teknik perbanyakan tanaman dengan cara generatif. Perbanyakan dengan biji biasanya melalui perkecambahan. Perkecambahan merupakan peristiwa penting yang terjadi sejak biji dorman hingga biji tumbuh (Setyati, 1979). Pada umumnya biji akan berkecambah bila diberi air dan udara yang cukup, mendapatkan suhu dan kisaran yang memadai serta pada keadaan tertentu mendapatkan satu periode yang terang dan gelap yang sesuai. Namun ada sekumpulan tumbuhan yang bijinya tidak segera berkecambah meskipun sudah diletakkan pada kondisi kandungan air, suhu, udara dan cahaya yang memadai. Hal ini dikenal dengan istilah dormansi. Dormansi pada benih dapat berlangsung beberapa hari, semusim atau juga beberapa tahun tergantung dari jenis tanaman dan tipe dormansinya (Purwanto, 1984). Pada umumnya biji tidak segera tumbuh menjadi tanaman baru akan tetapi memerlukan waktu istirahat yang cukup lama. Pertumbuhan tidak akan terjadi selama benih belum melalui masa dormansinya atau sebelum dikenakan suatu perlakuan khusus terhadap benih tersebut. Dormansi dapat dipandang sebagai keuntungan biologis dari benih dalam menghadapi siklus pertumbuhan tanaman terhadap keadaan lingkungannya, baik musim maupun kemungkinan- kemungkinan variasi yang akan terjadi. Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh keadaan fisik dari biji/kulit biji, keadaan fisiologis dari embrio atau kombinasi dari kedua keadaan tersebut (Sutojo, 1976). Benih yang memliki masa dormansi yang spesifik memerlukan perlakuan benih yang lebih spesifik pula. Perlakuan terhadap benih yang memiliki dormansi dimaksudkan untuk mempercepat masa dormansi dengan tujuan agar perkecambahan dapat berlangsung secepatnya. Karena alasan ini dormansi harus dipecahkan secara bertahap dan dilengkapi dengan stratifikasi benih (Baker, 1987). Beberapa cara untuk memecahkan dormansi yaitu :a.Perlakuan mekanis yaitu pematahan dormansi dengan cara melakukan penggosokan terhadap kulit biji dimana tempat kecambah akan keluar, hingga biji mudah dan cepat berkecambah karena air mudah masuk kedalam biji. Perlakuan ini umumnya dipergunakan untuk memecahkan benih yang disebabkan oleh impermeabilitas kulit biji baik terhadap air atau gas, resistensi mekanis kulit perkecambahan yang terdapat pada kulit biji. Perlakuan mekanis ini meliputi : Skarifikasi : mencakup caracara seperti mengikir atau menggosok kulit biji dengan amplas, melubangi kulit biji dengan pisau, perlakuan impaction (goncangan) untuk benihbenih yang memiliki sumbat gabus. Tujuan perlakuan ini untuk melemahkan kulit biji sehigga lebih permeabel terhadap air atau gas. Tekanan : Benihbenih dari Sweet Clover (Melilatus alba) dan alfalfa (Medicago sativa) setelah diberi tekanan dengan hidraulik 2000 atm pada 18C selama 5 20 menit perkecambahannya meningkat 50 200 %. b. Perlakuan fisis yaitu melakukan perendaman biji di dalam air pada suhu yang tinggi dengan maksud agar kulit biji dapat lebih lembab, dengan demikian kulit biji dapat ditembus oleh embrio dan plamula dengan mudah. Beberapa jenis benih terkadang diberi perendaman dengan air panas dengan tujuan untuk memudahkan penyerapan oleh air benih.c. Perlakuan khemis yaitu melakukan perendaman biji didalam larutan kimia (H2SO4) pada waktu yang ditentukan. Tujuannya adalah menjadikan agar kulit biji lebih mudah dimasuki oleh air pada proses imbibisi. Larutan asam sulfat pekat dan asam nitrat dengan konsentrasi pekat akan membuat kulit biji menjadi lebih lunak sehingga dapat dilalui oleh air dengan mudah. ( Ahmad, 2003 )

BAB III. METODELOGI PRAKTIKUM1. Waktu dan TempatPraktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 5 Mei 2014 pukul 15.00-16.00 WITA di Laboratorium Silvikultur dan Teknologi Hasil Hutan Program Studi Kehutanan Universitas Mataram.1. Alat dan Bahan1. Alata. Kertas dan alat tulisb. Potrai c. Spreyer dan gembord. Amplas 1. Bahan1. Benih Lamtoro atau Leucaena leucephala1. Kapas1. Air1. Cara Kerja1. Dipilih benih Lamtoro atau Leucaena leucephala, seragamkan ukuran, kenampakan warna, dan kesehatannya (tidak cacat fisiknya).1. Disiapakan media tabur tiap kelompok 10 media kemudian dilubangi di bagian bawah dan diberi kapas di bagian atasnya lalu dibasahi dengan air, Selanjutnya, 1. Untuk sekarifikasi fisik lakukanlah perendaman benih pada :1. Air ledeng selama 1 jam,12 jam dan 24 jam1. Air dingin selama 1 jam,12 jam, dan 24 jam1. Air dengan suhu 80 o C selama 1 jam, 12 jam dan 24 jamBenih yang telah direndam ditabur di tabur di bedeng tabur masing-masing perlakuan 30 butir dan diberi label1. Untuk skarifikasi chemis/kimia rendamlah benih dalam larutan H2SO4 dengan konsentrasi 5 %, 10 % dan 15 % selama 5 menit, setelah itu bilaslah dengan air ledeng, masing-masing perlakuan 30 butir. Larutan yang dipakai jangan terlalu banyak, cukup agar seluruh benih terendamBenih yang telah direndam ditabur di tabur di bedeng tabur masing-masing perlakuan 30 butir dan diberi label1. Untuk sekarifikasi mekanis, lakukan penggosokan benih pada : 1. Akan keluar akarnya1. Keliling benih1. Seluruh permukaan benih1. Sebagai control hitunglah benih sebayak 30 butir, kemudian benih kontrol dan benih yang telah diberi perlakuan ditabur dalam waktu yang bersamaan, dengan menggunakan media kapas yang telah dibasahi terlebih dahulu.1. Diamati pertumbuhan tanaman selama 15 hari meliputi junlah biji yang berkecambah setiap hari selama pengamtan.1. Bila kondisi kapas kering maka kapas perlu dibasahi dengan spreyer.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN1. Hasil Pengukuran dan Analisis Data1. Hasil PengukuranHasil pengukuran terlampirparameterRata-rata

ASP1ASP2ASP3

Tinggi batang15,2619,4110.01

Jumlah daun5,3311,223,22

Tabel 1. Rata-rata pertumbuhan

Grafik 1. Rata-rata pertumbuhan

2. Analisis Data Skarifikasi secara kimia dengan perendaman asam sulfat selama 5 menit% hidup =% hidup = X 100 %% hidup = 33,3 %

Skarifikasi secara kimia dengan perendaman asam sulfat selama 10 menit% hidup =% hidup = X 100 %% hidup = 44,4 %

Skarifikasi secara kimia dengan perendaman asam sulfat selama 15 menit% hidup =% hidup = X 100 %% hidup = 33,3 %

Skarifikasi% hidup

Kimia37 %

Mekanik51,8 %

Fisik40,7 %

Tabel 1.persentasi hidup

1. PembahasanSkarifikasi merupakan cara untuk memecahkan dormansi biji yang bertujuan untuk mengubah kulit benih yang tidak permeable menjadi permeable terhadap gas-gas dan air.Pada praktikum skarifikasi tanaman menggunakan skarifikasi kimia dengan merendam benih pada larutan asam sulfat (H2SO4), selama 5 menit, 10 menit dan 15 menit terhadap benih Lamtoro Leucaena leucocephala. Pada perlakuan pertama yaitu merendam benih lamtoro dalam larutan asam sulfat selama 5 menit dengan 9 kali ulangan sehingga didapat rata-rata tinggi 15,26 cm, dan rata-rata jumlah daun 5,33 helai daun. Sedangkan untuk perlakuan kedua, benih direndam selama 10 menit dan didapat hasil rata-rata tinggi 19,41cm, jumlah daun 11,22 helai daun. Dan pada perlakuan ketiga benih lamtoro direndam dalam larutan asam sulfat selama 15 menit didapat rata-rata tinggi 10,01 cm, dan jumlah daun 3,22 helai daun. Dari ketiga perlakuan ini perlakuan dengan perendaman 10 menit yang paling tinggi rata-rata parameter tinggi dan parameter daun.Pada perlakuan pertama, yaitu benih direndam selama 5 menit, pada ulangan 1,2,4,6, dan 9 tidak ada daunnya yang tumbuh. Sedangkan pada ulanagan 1,2 dan 4 tidak ada pertumbuhan pada tingginya. Pada hari ke 15 ulangan 3 jumlah parameter daun pada ulanagan 3, yaitu 1 helai, ulangan ke 7 14 helai dan ulangan 9 1 helai. Sedangkan pada ulanagan ke 5 dan ke 8 tidak mengalami pertumbuhan melainkan mati.Pada parameter tinggi ulangan 1,2,4 dan 6, tudak ada pertumbuhan. Sedangkan pada hari ke 15 ulangan ke 3 memiliki tinggi 10 cm, ulangan ke 7 15 cm, ulangan 9 7 cm. Dan pada ulangan ke 5 dan ulangan ke 8 pada hari 15 mati.Pada percobaan kedua, yaitu benih direndam selama 10 menit, pada ulangan 3, 8 dan 9 tidak ada pertumbuhan pada daun. Pada hari ke 15, ulangan 1 jumlah daun 1 helai, ulangan 2 kecambah patah, ulangan ke 4 tidak ada, ulangan ke 5 sebanyak 14 helai, dan pada ulangan ke 6 sebanyak 1 helai daun.Sedangkan dilihat dari parameter tinggi, pada hari ke 15 ulangan 1 setinggi 9 cm, ulangan ke 2 dan 4 mati, ulangan ke 5 setinggi 15,2 cm, ulangan ke 6 6 cm. Sedangkan pada ulangan ke 3, 8 dan 9 tidak terjadi pertumbuhan.Percobaan ketiga yaitu dengan merendam biji lamtoro pada larutan asam sulfat selama 15 menit. Dari percobaan tersebut diperoleh pada ulangan 1,ulangan 2, ulangan 4, ulangan 6 dan ulangan 7 tidak ada benih yang tumbuh begitupula dengan daunnya tidak ada yang tumbuh. Ulangan ke 3 benih baru tumbuh pada hari ke 13 dengan tinggi 3 cm dan hari ke 15 setinggi 10,5 cm dengan jumlah daun hanya sehelai dan baru terlihat pada hari ke 15. Ulangan ke 5 baru terjadi pertumbuhan pada 9 hari setelah penanaman yaitu setinggi 4,5 cm,lalu 10,5 cm ,12 cm dan 13 cm, sementara parameter daunnya baru ada pada pengamatan hari ke 9 sebanyak sehelai dan statis hingga hari ke 13, pada hari ke 15 bertambah menjadi 8 helai daun. Ulangan ke 8 padda hari ke 11 tumbuh dengan tinggi 4,7 cm dan setelah itu mati sebelum memiliki daun. Terakhir pada ulangan ke 9, pertumbuhan terjadi pada hari ke 9 setinggi 3 cm dan daun sehelai, lalu 7,4 cm dengan daun tetap satu, lalu 10,5 cm dan daun bertambah menjadi 4 helai, pada hari ke 15 tinggi benih menjadi 11 cm dengan daun sebanyak 11 helai. Berdasarkan hasil analisis data maupun garafik 1 yang ada persentasi hidup dari tanaman lamtoro dengan melakukan skarifikasi secara kimia lebih tinggi dengan merendam biji lamtoro pada larutan asam sulfat selama 10 menit daripada dengan merendam selama 5 menit atau 15 menit. Dari praktikum yang dilakukan ternyata banyak benih yang tidak mampu bertahan dan akhirnya mati, ada juga yang terlalu tinggi dan akhirnya patah dan mati, hal ini dikarenakan oleh media tanamnya (kapas) sedikit sehingga akar benih yang tumbuh tidak tertanam dengan baik sehingga tidak kuat menahan diri, akibatnya benih akan mudah patah dan mati.Dilihat dari persentasi hidup maupun tabel 1 tanaman lamtoro, perbandingan antara menggunakan skarifikasi kimia, mekanik atau fisik, metode mekaniklah yang lebih tinggi persentasi hidupnya. Hal ini karena skarifikasi mekanik akan mematahan dormansi dengan menggosokan kulit biji dimana tempat kecambah akan keluar,hingga biji mudah dan cepat berkecambah karena air mudah masuk kedalam biji. Perlakuan ini umumnya dipergunakan untuk memecah benih yang disebabkan oleh impermiabel kulit biji baik terhadap air atau gas, resensi mekanis kulit perkecambahan yang terdapat pada kulit biji.

BAB V. PENUTUP

1. Kesimpulan1. Untuk mempercepat proses perkecambahan benih dapat dilakukan 3 macam skarifikasi yaitu skarifikasi fisis, skarifikasi khemis dan skarifikasi mekanis2. Skarifikasi mekanik memiliki persentase hidup lebih tinggi dari pada skarifikasi kimia maupun skarifikasi fisik.2. Saran Untuk melakukan percobaan sakrifikasi dengan benih Lamtoro pada persentase hidup atau tingkat keberhasilannya, skarifikasi mekanih lebih baik daripada skarifikasi fisik maupun skarifikasi kimia.

ACARA IICEKAMAN CAHAYA

BAB I. PENDAHULUAN1. Latar Belakang

Cekaman adalah segala kondisi perubahan lingkungan yang mungkin akanmenurunkan ataumerugikan pertumbuhanatau perkembangan tumbuhan. Salahsatu cabang penting fisiologi lingkungan yang mempelajari cara tumbuhan dan hewan menaggapi kondisi lingkungan yang sangan menyimpang dari kondisi optimal bagi organisme tertentu, atau dalam pengertian yang lebih luas, bagi organisme pada umumnya. Titik kompensasi cahaya untuk tumbuhan cocok ternaung lebih rendah dibadingkan tumbuhan cocok terbuka. Untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, suatu tanaman tidak dapat terlepas dari sifat genetiknya dan faktor lingkungandimana tanaman itu tumbuh. Faktorlingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan ada perkembangan tanaman dibedakan atas lingkungan biotik dan abiotik. Lingkungan abiotik dapat dibagi atas beberapa faktoryaitu :suhu, air,cahaya, tanah, dan atmosfir. Setiap makhluk hidup dapat saja mengalami faktor cekaman, baik dilingkungan aslinya maupun di lingkungan barunya. Tanaman pada tanah lapang paling produktif pun mengalami cekaman. Namun, kita dapat menciptakan lingkungan yang baik bagi tanaman agar hasilnya lebih banyak. Pengetahuan tentang pengaruh cekaman cahaya sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Oleh karena itu praktikum cekaman cahaya ini penting dilakukan.

1. TujuanTujuan diadakan praktek ini yaitu untuk mengetahui respon tanaman dalam berbagai kondisi cekaman cahaya.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKAKekurangan air pada tanaman terjadi karenaketersedian air dalammedia tidakcukup dan transipirasi yang berlebihan. Dilapangan walaupun di dalam tanah air cukup tersedia, tanaman bisa kekurangan air. Hal ini terjadi jikakecepatan absorpsi tidak dapat mengimbangi kehilangan air melalui transpirasi Cekaman air langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman (proses ini dalam sel tanaman ditentukan oleh tegangan turgor). Hilangnya turgiditas dapat menghentikan pertumbuhan sel yang akibatnya pertumbuhan tanaman terhambat. Hubungan tanah, tanaman, air dan hara didalam ekosistem, merupakan bagian yang paling dinamis.Tanaman menyerap hara dan airdaridalam tanah untukdipengaruhi dalam proses metabolismedalam tubuhnya. Sebaliknya tanaman meberikan masukan bahan organik melalui sersah yang tertimbun dipermukaan tanah berupa daun ranting dan cabang yang rontok. Bagian akar tanaman memberikan masukan bahan organik melalui akar-akar dan tudung akar yang telah mati serta proses eksudasi akar(Bewly, 1984). Unsur hara esensial berdasarkan perbedaan konsentrasinya yang dianggapberkecukupan dalam jaringan tumbuhan, dibedakan dalam unsur makro dan mikro. Unsur makro merupakan unsur esensial dengan konsentrasi 0,1% (1000 ppm) atau lebih, sedangkan unsur dengan konsentrasi kurang dari 0,1% digolongkan sebagai unsur mikro . Unsur esensial memiliki karakteristik sebagai berikut : 1) tumbuhan tidak dapatmelajutkan daur hidupnya tanpa unsur tersebut, 2) unsur tersebut menjadi bagian dari molekul atau kandungan tumbuhan yang esensial bagian tumbuhan (nitrogen dalamprotein dan magnesium dalam klorofil) dan 3) secara langsung berperan dalam tumbuhan dan bukan menyebabkan suatu unsur lain menjadi lebih mudah tersedia atau melawan unsur efek lain Jika ketersediaan unsur hara esensial kurang dari jumlahyang dibutuhkan tanaman. Maka tanaman akan terganggu metabolismenya yang secara visual dapat dilihat dari penyimpangan-penyimpangan pada pertumbuhan. Gejala kekurangan unsur hara ini dapat berupa pertubuhan akar, batang, daun yang terhambat (kerdil) dan klorosis atau nekrosisi pada berbagai organ tanaman gejala yang ditampakkan tanaman karena kekurangan unsur hara dapat menjadi petunjuk kasar dari fungsi unsur hara yangbersangkutan (Mulyani, 2006). Titik kompensasi cahaya untuk tumbuhan cocok ternaung lebih rendah dibadingkantumbuhan cocok terbuka. Untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, suatu tanaman tidak dapat terlepas dari sifat genetiknya dan faktor lingkungandimana tanaman itu tumbuh. Faktorlingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan ada perkembangan tanaman dibedakan atas lingkungan biotik dan abiotik. (Jumin, 2008). Cahaya merupakan salah satu kunci penerus dalam proses metabolisme dan fotosintesis tanaman. Cahaya dibutuhkan oleh tanaman mulai dari proses perkecambahan biji sampai tanaman dewasa. Respon tanaman terhadap cahaya berbeda-beda antara jenis satu dengan jenis lainnya. Ada tanaman yang tahan ( mampu tumbuh) dalam kondisi cahaya yang terbatasatau sering disebut dengan tanaman toleran dan ada tanaman yang tidak mampu tumbuh dalam kondisi cahaya terbatas atau tanaman intoleran (Mahmuddin, 2009). Kedua kondisi cahaya tersebut memberikan respon yang berbeda-beda terhadap tanaman, baik secara anatomis maupun secara morfologis. Tanaman yang tahan terhadap kondisi cahaya terbatas secara umum mempunyai ciri morfologi yaitu daun lebar dan tipis, sedangkan pada tanaman yang intoleran akan mempunyai ciri morfologi daun kecil dan tebal (Cambell, 2003).

BAB III. METODELOGI PRAKTIKUM1. Waktu Dan TempatPraktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 12 Mei 2014 pada pukul 15.00-16.00 WITA bertempat di Laboratorium Silvikultur dan Teknologi Hasil Hutan Program Studi Kehutanan Universitas Mataram. 1. Alat dan Bahan1. AlatAdapun alat yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu kertas dan alat tulis, polybag, spreyer dan gembor dan bendeng semai.2. BahanAdapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu Benih Lamtoro atau Leucaena leucephala, pasir/tanah dan air.1. Cara Kerja1. Dipilih benih Lamtoro atau Leucaena leucephala, sergamkan ukuran, kenampakan warna, dan kesehatannya (tidak cacat fisiknya) yang telah direndam dengan air dengan suhu 80C selama 12 jam.1. Disiapkan media dengan mengisi polybag sebanyak 9 polybag terdiri dari 3 perlakuan, 3 ulangan, tiap perlakuan 1 tanaman.1. Diletakkan polybag pada kondisi cahaya yang berbeda yaitu:1. Tanpa naungan (kontrol) (0%)1. Naungan 60%1. Naungan 100%1. Ditanam benih pada polybag yang telah disediakan, tiap polybag diberi 2 benih.1. Dilakukan pemeliharaan setiap 2 kali sehari dengan penyiraman dan pembersihan gulma.1. Diamati pertumbuhan tanaman selama 15 hari.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN1. Hasil Pengamatan1. Hasil pengukuran terlampir2. Analisis dataparameterRata-rata

G1P1G1P2G1P3

Tinggi batang2,1313,2664,91

Jumlah daun0,67538,67

Tabel 3. Rata-rata pertumbuhan cekaman cahaya

Grafik 2. Rata-rata pertumbuhan cekaman cahaya Persentasi hidup pada naungan 0 %% hidup =% hidup = X 100 %% hidup = 33,3 % Persentasi hidup pada naungan 60 %% hidup =% hidup = X 100 %% hidup = 33,3 % Persentasi hidup pada naungan 100 %% hidup =% hidup = X 100 %% hidup =66,6 %

Tabel 2. persentasi hidup tanaman terhadap cekaman cahayaNaunganPersentasi hidup

0 %33,3 %

60 %33,3 %

100 %66,6 %

A. PembahasanKekurangan cahaya matahari akan mengganggu proses fotosintesis dan pertumbuhan, meskipun kebutuhan cahaya tergantung pada jenis tumbuhan. Selain itu, kekurangan cahaya saat perkembangan berlangsung akan menimbulkan gejala etiolasi, dimana batang kecambah akan tumbuh lebih cepat namun lemah dan daunnya berukuran kecil, tipis dan berwarna pucat ( tidak hijau ). Gejala etiolasi tersebut disebabkan oleh kurangnya cahaya atau tanaman berada di tempat yang gelap. Cahaya juga dapat bersifat sebagai penghambat (inhibitor) pada proses pertumbuhan, hal ini terjadi karena dapat memacu difusi auksin ke bagian yang tidak terkena cahaya. Cahaya yang bersifat sebagai inhibitor tersebut disebabkan oleh tidak adanya cahaya sehingga dapat memaksimalkan fungsi auksin untuk penunjang sel sel tumbuhan sebaliknya, tumbuhan yang tumbuh ditempat terang menyebabkan tumbuhan tumbuhan tumbuh lebih lambat dengan kondisi relative pendek, lebih lebar, lebih hijau, tampak lebih segar dan batang kecambah lebih kokoh. Dikarenakan sinar matahari sangat penting dan memberikan pengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman, maka pada tugas kelompok kali ini, akan dibahas lebih lanjut dan mendalam mengenai peranan dan pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan tanaman dari sudut pandang proses fisiologi, pertumbuhan vegetatif, dan pertumbuhan generatif tanaman. Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, untuk mengetahui cekaman cahaya pada tanaman lamtoro dan bagaimana reaksi tanaman ini intensitas cahaya matahari yang berbeda-beda dapat dilihat dari beberapa parameter yakni parameter tinggi, parameter jumlah daun, parameter jumlah akar dan parameter panjang akar. Dari hasil pengamatan selama 15 hari dengan 3 kali ulangan diperoleh hasil sebagai berikut, benih lamtoro yang di tanam pada naungan 0% baru tumbuh pada hari ke 11 setinggi 0,5 cm, selanjutnya 2,2 cm dan 3,2 cm terakhir pada pengamatan hari ke 15 setinggi 2,6 cm dan 3,8 cm. jumlah daun yang tumbuh sebanyak dua helai, jumlah akar 2 buah dan panjang akar 1 dan 1,5 cm. Pada naungan 60%, pada ulangan pertama hingga hari ke-5 terjadi pertambahan tinggi setinggi 2 cm akan tetapi pada pengamatan di hari ke tujuh benih mati dan tidak menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan lagi. Namun pada ulangan 3, dari pengamatan hari ke 3 sudah menunjukkan tanda pertumbuhan benih dengan tinggi 3 cm dan hari-hari seterusnya 4,5 cm,4,6 cm, 4,7 cm, 5,2 cm, 6,3 cm dan 9,5 cm.Daun mulai muncul pada hari ke 7 sebanyak 9 helai daun, lalu 24, helai, 32 helai, 37 helai dan 60 helai dengan jumlah akar 9 buah dengan panjang 10,5 cm. Benih lamtoro yang ditanam pada naungan 100% dengan 3 kali ulangan. Pada ulangan pertama beinh tumbuh pada hari ke 3 pengamatan setinggi 1 cm, hari selanjutnya 8 cm, 9,5 cm dan 5,5 cm, 10 cm dan 9 cm, 9,2 cm, 9,6 cm, 11,5 cm dan 11,6 cm. Berbeda dengan ulangan 2, benih mulai tumbuh pada pengamatan hari ke 5 yakni setinggi 4 cm dan pada hari berikutnya bertambah berturut-turut 9,2 cm dan 1,5 cm, 9,8 cm dan 0,8 cm, 9,5 cm dan turun menjadi 9 cm (tanaman bengkok) lalu 10,1 cm dan 10,3 cm. ulangan ke 3 pada hari ke 3 sudah tumbuh dengan tinggi 1 cm,kemudian pada pengamatan berikutnya terus menunjukkan pertumbuhan dengan panjang sebagai berikut 8cm, 9,2 cm, 11,9 cm, 13 vm, 13,2 cm, 13,4 cm dan 13,6 cm. Berbeda dengan parameter tinggi yang mengalami pertumbuhan sangat cepat, daun tanaman lambat tumbuh, Hal ini terlihat dari ulangan pertama, daun baru tumbuh pada hari ke 9, hanya sehelai dan pada hari berikutnya tetap sama sebanyak 2 helai daun, selain itu panjang akarnya hanya 1,2 cm dengan hanya sebayak 3 buah. Di ulangan ke 2 hanya satu helai daun yang tumbuh, akarnya haya satu buah dengan panjang 9,5 cm. Di ulangan ke 3 daun mulai tumbuh pada hari ke 7 sebanyak 1 helai daun, kemudian 3 helai daun dan 4 helai daun, banyak akar hanya 2 buah dengan pankjang 4,6 cm. Berdasarkan hasil dari analisis data dapat dilihat bahwa benih lamtoro mengalami pertumbuhan dan perkembangan dengan baik pada naungan 60%, walaupun hanya pada ulangan kedua saja benih yang tumbuh, hal ini disebabkan oleh kesalahan praktikan dalam memilih bibit yang baik, atau bisa jadi karena penempatan media tumbuh benih yang salah atau terlalu miring. Berdasarkan hasil analisis pada naungan 100% benih tumbuh dengan cepat dan rata-rata tinggi yang lebih tinggi daripada pada naungan 60% atau 0%, akan tetapi jumlah daun, morfologi benih pucat, batangnya kurus serta lurus ke atas dan parameter akarnya sedikit ditambah lagi dengan warna daun yang hijau kekuningan. Dilihat dari grafik di atas, menunjukkan bahwa parameter tinggi pada naungan 60% lebih baik daripada dibawah naungan 0% maupun 100%, tetapi jumlah daun, morfologi benih pucat, batangnya kurus serta lurus ke atas dan parameter akarnya sedikit ditambah lagi dengan warna daun yang hijau kekuningan. Beda halnya dengan parameter daun, pada naungan 100% lebih baik dari pada dibawah naungan 0% dan 60%. Hal ini terjadi karena tanaman kekurangan cahaya matahari sehingga tanaman tidak mampu berfotosintesi dengan baik akibatnya perkembangannya terganggu. Dan apabila dilihat dari tabel1, untuk persentase hidup perlakuan dibawah naungan 100% lebih baik daripada dibawah naungan 0% maupun 60%.

BAB V. PENUTUPA. Kesimpulan Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, jika dilihat dari parameter tinggi, benih Lamtoro pada naungan 100% lebih baik daripada dibawah naungan 0% maupun 60%. Sedangkkan pada parameter jumlah daun, pada perlakuan naungan dibawah 60% lebih baik atau lebih banyak daripada dibawah naungan 0% dan 100%. B. Saran Untuk menghasilkan persentase hidup yang tinggi pada benih Lamtoro Leucaena leucephala dapat dilakukan dengan perlakuan dibawah naungan 100%

ACARA IIICEKAMAN AIR

BAB I. PENDAHULUAN1. Latar BelakangCekaman air pada tanaman terjadi karena (1) ketersediaan air pada media tidak cukup, (2) transpirasi yang berlebihan atau kombinasi kedua faktor tersebut. Walaupun di dalam tanah air cukup tersedia, tanaman dapat mengalami cekaman air. Hal ini terjadi jika kecepatan absorbsi tidak dapat mengimbangi kehilangan air melalui proses transpirasi. Jika kecepatan absorbsi lebih rendah dari transpirasi, maka akan terjadi cekaman air. Supaya aliran air dari dalam tanah ke tanaman tetap harus berlangsung, maka :a. Agar perbedaan potensial (potential gradient), tetap, penurunan potensial air tanah harus diikuti penurunan potensial air tanaman pada tingkatan yang sama.b. Dengan menurunnya potensial air tanah, sm, difusivitas air tanah, D, turun. Jadi hambatan pergerakan air dari tanah ke permukaan akar meningkat. Dengan demikian, untuk mempertahankan agar kecepatan aliran air tetap untuk menghindari agar tanaman tidak layu, penurunan potensial air dalam akar tanaman harus lebih tinggi dibandingkan penurunan potensial air tanah.Cekaman air mempengaruhi semua aspek pertumbuhan tanaman. Dalam hal ini cekaman air mempengaruhi proses fisiologi dan biokimia tenaman serta menyebabkan terjadinya anatomi dan morfologi tanaman. Cekaman air banyak pengaruhnya terhadap tekanan tugor sel. Pengaruh cekaman air juga menyebabkan menurunnya potensial air tanaman dan menyebabkan adanya penurunan potensial osmotik dalam tubuh tanaman.Kebutuhan air bagi tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain jenis tanaman dalam hubungannya dengan tipe dan perkembangannya, kadar air tanah dan kondisi cuaca. Oleh karena itu, praktikum ini penting dilakukan untuk melihat kemampuan tanaman bertahan terhadap cekaman air.

1. TujuanTujuan diadakan praktek ini yaitu untuk mengetahui respon tanaman dalam berbagai kondisi cekaman air.BAB II. TINJAUAN PUSTAKAPerkecambahan dimulai saat air masuk ke dalam biji (imbibisi) dan berakhir dengan diawali elongasi/perpanjangan sumbu embrionik, biasanya radikula. Perkecambahan diikuti oleh banyak peristiwa yaitu hidrasi protein, perubahan struktur subseluler, respirasi, makromolekul sintesis, dan pemanjangan/elongasi sel. Pada perkecambahan, tumbuhan meneruskan pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi saat embrio tidak aktif. Beberapa biji akan segera berkecambah pada lingkungan yang sesuai (Lambers, 1998).Perkecambahan biji bergantung pada imbibisi, penyerapan air akibat potensial air yang rendah pada biji kering. Air yang berimbibisi menyebabkan biji mengembang dan memecahkan kulit pembungkusnya serta memicu perubahan metabolik pada embrio yang menyebabkan biji melangsungkan pertumbuhan. Organ pertama yang muncul dari biji yang berkecambah adalah radikula, yaitu akar embrionik. Berikutnya, ujung tunas harus menembus permukaan tanah (Tohari, 1997).Faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahaan biji yang berasal dari dalam biji yaitu keadaan cadangan makanan (endosperm) dan keadaan embrio. Cadangan makanan berupa karbohidrat. Cadangan makanan dalam biji harus cukup selama proses perkecambahan hingga kecambah dapat mencari makan dalam tanah. Embrio harus dalam keadaan sehat karena menentukan proses pertumbuhan dan hasil produksi. Faktor lingkungan yang berasal dari luar biji bisa membantu proses perkecambahan biji. Faktor lingkungan antara lain: air, O2 (oksigen), dan sinar matahari (Zoko, 2009).Air yang dapat diserap oleh tanaman tergantung dari yang tersedia di dalam tanah. Air yang tersedia ini berada dalam kisaran kapasitas lapang dan titik layu permanen. Jumlah air yang berada dalam kisaran sangat beragam tergantung kadar bahan organik, tekstur, dan tipe lempung suatu tanah. Kelebihan dan kekurangan air di media tumbuh akan mempengaruhi pertumbuhan dan hasil produksi. Kekurangan air bisa menyebabkan turgiditas, pengecilan sel, gangguan fotosintesis dan respirasi, serta gangguan proses yang lain pada tumbuhan (Nurhayati, 2009).Tanaman sering mengalami periode tanah dan defisit air selama siklus hidupnya. Tanggapan tanaman terhadap kelangkaan air yang kompleks bisa membuat perubahan dan atau merusak tubuh tumbuhan. Perubahan yang terjadi yaitu perubahan akar, kemampuan akar dalam mencari air atau unsur hara semakin tertekan sehingga akar bisa panjang. Cadangan makanan di dalam batang yang disertai dengan perubahan metabolisme nitrogen dan karbon. Pada tingkat daun, disipasi energi eksitasi melalui proses fotosintesis selain metabolisme karbon merupakan mekanisme pertahanan yang penting dalam kondisi stres air (Sinaga, 2001).Efek stres air pada tanaman bervariasi sesuai dengan jenis dan derajat toleransi, serta dengan besarnya defisit air. Umumnya, kekeringan mempengaruhi proses yang terkait dengan turgiditas sel dan pertumbuhan pada jaringan meristem. Bila kekeringan terjadi secara terus-menerus akan mempengaruhi proses fisiologis yang lain. Misalnya, perubahan pembukaan stomata yang menyebabkan penurunan laju fotosintesis, transportasi air melalui xylem, dan menurunkan fluks transportasi nutrisi (Mepagu, 2006).

BAB III. METODELOGI PRAKTIKUM1. Waktu Dan TempatPraktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 19 Mei 2014 pada pukul 15.00-16.00 WITA bertempat di Laboratorium Silvikultur dan Teknologi Hasil Hutan Program Studi Kehutanan Universitas Mataram dan Kebun percobaan Program Studi Kehutanan Universitas Mataram

1. Alat dan Bahan3. AlatAdapun alat yang digunakan dalam praktikum ini, antara lain :a. Kertas dan alat tulisb. Polybagc. Spreyer dan gembord. Bedeng semai4. BahanAdapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini, antara lain :a. Benih Lamtoro atau Leucaena leucephalab. Pasir/tanahc. Air

1. Cara KerjaAdapun cara kerja yang dilakukan dalam praktikum ini, yaitu :1. Dipilih benih Lamtoro atau Leucaena leucephala, sergamkan ukuran, kenampakan warna, dan kesehatannya (tidak cacat fisiknya) yang telah direndam dengan air dengan suhu 80C selama 12 jam.1. Disiapkan media dengan mengisi polybag sebanyak 9 polybag terdiri dari 3 perlakuan, 3 ulangan, tiap perlakuan 3 tanaman.1. Diletakkan polybag pada tempat yang telah disediakan dengan rapi.1. Ditanam benih pada polybag yang telah disediakan, tiap polybag diberi 2 benih.1. Dilakukan penyiraman setiap 1 hari, 2 hari dan 3 hari sekali.1. Diamati pertumbuhannya selama 15 hari.BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN1. Hasil Pengamatan1. Hasil pengukuran terlampir2. Analisis dataparameterRata-rata

G1P1G1P2G1P3

Tinggi batang48,222,6046,8

Jumlah daun137,560,6788,67

Tabel 1. Rata-rata Pertumbuhan

Grafik 1. Rata-rata Pertumbuhan

Persentasi hidup Penyiraman setiap hari% hidup =% hidup = X 100 %% hidup = 100 % Persentasi hidup Penyiraman 2 hari sekali% hidup =% hidup = X 100 %% hidup =66,6 % Persentasi hidup Penyiraman 3 hari sekali% hidup =% hidup = X 100 %% hidup =66,6 %

Tabel 3. Persentasi hidup tanaman terhadap cekaman airPenyiramanPersentasi hidup

Setiap hari100 %

2 hari sekali66,6 %

3 hari sekali66,6 %

1. Pembahasan

Cekaman air pada tanaman terjadi karena (1) ketersediaan air pada media tidak cukup, (2) transpirasi yang berlebihan atau kombinasi kedua faktor tersebut. Walaupun di dalam tanah air cukup tersedia, tanaman dapat mengalami cekaman air. Hal ini terjadi jika kecepatan absorbsi tidak dapat mengimbangi kehilangan air melalui proses transpirasi. Jika kecepatan absorbsi lebih rendah dari transpirasi, maka akan terjadi cekaman air Pada praktikum-praktikum sebelumnya, praktikum cekaman air kali ini masih menggunakan benih lamtoro (Leucaena leucephala) dengan perendaman seperti biasa yaitu 80oC selama 12 jam. Pada tiap benih tersebut dibagi ke dalam 3 kelompok yang kemudian akan dilakukan 3 penyiraman berbeda, yaitu penyiraman setiap 1 hari sekali, 2 hari sekali dan 3 hari sekali. Dari setiap perlakuan tersebut di dapat hasil yang berebeda pula yaitu pada penyiraman 3 hari sekali terdapat beberapa benih yang tidak mengalami pertumbuhan yaitu pada polybag dengan kode P3U3 baik pertumbuhan pada parameter daunnya maupun parameter tingginya. Pada polybag P3U2 hanya 1 benih yang mengalami pertumbuhan yaitu pada hari k-3 dengan tinggi 2,5 cm yang kemudian di hari k-15 bertambah tingginya menjadi 15,2 cm dan munculnya daun baru terjadi pada hari k-7 sebanyak 6 helai. Sedangkan pada P3U1 pada hari ke 3 tinggi 1,9 cm hingga har ke 15 15,2 cm dengan jumlah daun pada hari ke 15 sebanyak 54 helai. Hal ini menun jukkan bahwa benih (Leucaena leucephala) sulit mengalami pertumbuhan jika jarang sekali di lakukan penyiraman, karena setiap benih sangatlah membutuhkan air untuk media pertumbuhannya. Sama seperti perlakuan penyiraman 3 hari sekali. Perlakuan penyiraman 2 hari sekali terdapat satu polybag dengan kode P2U3 tidak mengalami pertumbuhan sama sekali, baik itu pada parameter tinggi serta parameter daun serta akarnya. Pada polybag dengan kode P2U2 hanya 1 benih saja yang mengalami pertumbuhan, yaitu mengalami pertumbuhan tinggi pada hari k-9 dengan tinggi 1,3 cm yang kemudian bertambah menjadi 8,6 cm di hari k-15 sedangkan parameter daun mulai muncul di hari k-11 sebanyak 10 helai dan pada hari ke 15 sebanyak 22 helai. Sedangkan pada polybag P2U1 mengalami oertumbuhan tinggi dimualai pada hari ke3 dengan parameter tinggi 1,2 cm dan pada hari ke 15 setinggi 11 cm dengan paraneter daun sebanyak 40. Hal tersebut menunjukkan bahwa dengan penyiraman yang cukup dapat memberikan efek yang cukup signifikan pada benih sehingga sejumlah benih mampu tumbuh dengan baik. Beda halnya dari kedua hasil pengamatan di atas. Perlakuan penyiraman 1 hari sekali sangatlah berdampak positif bagi benih (Leucaena leucephala) yang di mana pada seluruh polybag tersebut masing-masingnya mengalami pertumbuhan sebanyak 2 benih, yang masing-masingnya pula mengalami pertumbuhan. Pada P1U1 hari ke 5 parameter tinggi 2,7 cm dan parameter daun sebanyak 10 pada hari ke 7. Dari analisis data, persentase hidup pada penyiraman sekali sehari 100% dapat hidup. Hal membuktikan bahwa dengan diberlakukannya penyiraman 1 hari sekali bisa dikatakan berhasil, benih akan tumbuh lebih baik tanpa ada yang mengalami kematian dibandingkan dengan perlakuan penyiraman 2 kasi sehari maupun 3 kali sehari.

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan Tingkat keberhasilan dari benih lamtor yang di beri perlakuan penyiraman setiap hari lebih baik pertumbuhan parameter tinggi maupun parameter daun dari pada polybag yang di beri perlakuan penyiraman 2 kali sehari maupun 3 kali sehari.B. SaranUntuk mendapatkan persentase hidup dengan cekaman air, benih Leucaena leucephala (Lamtoro) dapat dilakukan dengan perlakuan penyiraman setiap hari.

ACARA IVCEKAMAN HARA

BAB I. PENDAHULUAN1. Latar BelakangUnsur hara merupakan komponen penting dalam pertumbuhan tanaman, unsur hara banyak tersedia dialam, sehingga tumbuhan bisa memanfaatkannya untuk kebutuhan metabolismenya. Tetapi ketersediaan unsur hara di beberapa tempat tidak sama, ada yang berkecukupan sehingga pertumbuhan tanaman menjadi baik namun ada juga yang kekurangan, sehingga pertumbuhannya menjadi terhambat. Khusus untuk tanaman budidaya kebutuhan unsur haranya sangat tinggi, hal ini dikarenakan pada lahan atau tempat yang sama ditanami tanaman tertentu yang membutuhkan jumlah unsur yang sama setiap waktunya. Sedangkan persediaan dialam terus berkurang akibat diserap oleh tanaman budidaya yang ditanam dilahan tersebut musimnya (intensif), sehingga untuk dapat memenuhi kebutuhan tanaman akan unsur hara harus dilakukan penambahan unsur hara dalam bentuk pupuk dalam jumlah yang cukup.Berdasarkan ke esensialannya unsur hara yang dibutuhkan tanaman terbagi menjadi dua yakni unsur hara esensial dan unsur hara non- esensial atau beneficial. Unsur hara esensial terdiri atas unsur hara makro dan mikro, unsur hara esensial merupakan unsur hara yang mutlak dibutuhkan tanaman dan fungsinya tidak bisa digantikan oleh unsur lain, tidak terpenuhinya salah satu unsur hara akan mengakibatkan tanaman tersebut tidak dapat menyelsaikan siklus hidupnya. Sedangkan unsur beneficial adalah unsur tambahan yang tidak dibutuhkan oleh semua tanaman, namun perannanya cukup penting pada tanaman tertentu.Tanaman membutuhkan makanan untuk hidup, makanan untuk tanaman disebut unsur hara. Dalam hidupnya tanaman paling sedikit membutuhkan 16 macam unsur, 3 unsur (oksigen, hidrogen dan karbondioksida) diperoleh dari udara (gratis, tanpa perlu mengusahakanya), sementara 13 lainya diserap tanamam melalui tanah. Ke-13 unsur ini dibagi menjadi 2, yaitu: unsur hara makro (dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak), dan unsur hara mikro (dibutuhkan tanaman dalam jumlah sedikit).Unsur hara K (kalium) merupakan salah satu unsur esensial yang sangat di butuhkan oleh tanaman sebagai makanan hidup tanaman, selain itu merupakan salah satu faktor pendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman.Praktikum cekaman hara ini sangat penting dilakukan untuk mengetahui kemampuan tanaman merespon lingkungan dalam berbagai kondisi cekaman hara.1. TujuanTujuan diadakan praktek ini yaitu untuk mengetahui respon tanaman dalam berbagai kondisi cekaman hara

BAB II. TINJAUAN PUSTAKAUnsur hara esensial adalah unsur-unsur yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan dan keberadannya tidak bisa digantikan dengan unsur yang lain (Sarief,1985). . Di dalam tanah banyak sekali unsur-unsur yang terdapat di dalamnya. Seringkali tanah mengandung unsur yang diperlukan maupun yang tidak diperlukan bagi tanaman. Dalam konsentrasi yang tinggi unsur-unsur tersebut dapat merusak tanaman. Unsur yang diperlukan dalam jumlah yang banyak seperti nitrogen, fosfor, kalium, dan sebagainya biasanya tidak begitu berbahaya bagi tanaman walaupun dalam jumlah yang berlebihan. Lain halnya dengan unsur-unsur yang hanya diperlukan dalam jumlah yang kecil umpamanya mangan, molybdenum, boron dan sebagainya. Efek yang merugikan dari unsur tersebut tergantung dari macam tanaman dan macam unsurnya.Gangguan pada tanaman dapat terjadi karena efek langsung dari unsur-unsur tertentu pada protoplasma sel-sel tanaman termasuk gangguan pada enzim-enzimnya atau gangguan pada fungsi-fungsi utamanya. Selain itu unsur-unsur tertentu dapat pula mengganggu absorbsi atau fungsi dari unsur-unsur lainnya sehingga akan timbul gejala defisiensi dari unsur yang diganggu. Hal ini terlihat bahwa kelebihan kalium seringkali menimbulkan gejala kekurangan kalsium pada tanaman dan dapat menimbulkan defisiensi besi pada tanaman. Kelebihan garam natrium antara lain NaCL, NaSO4 dan Na2CO3 meninggikan pH tanah. Gangguan ini menimbulkan berbagai macam gejala pada berbagai macam tanaman seperti khlorosa, pertumbuhan yang terhambat, layu, dan sebagainya. Selain itu dapat pula menyebabkan kematian pada tanaman kecambah atau tanaman muda (Mashari, 2008). Unsur hara kalium di dalam tanah selain mudah tercuci, tingkat ketersediaanya sangat dipengaruhi oleh pH dan kejenuhan basa. Pada pH rendah dan kejenuhan basa rendah kalium mudah hilang tercuci, pada pH netral dan kejenuhan basa tinggi kalium diikat oleh Ca. Kapasitas tukar kation yang makin besar meningkatkan kemampuan tanah untuk menahan K, dengan demikian larutan tanah lambat melepaskan K dan menurunkan potensi pencucian (Allison, 1973) . Unsur ini diserap tanaman dalam bentuk ion K+ dan dapat dijumpai di dalam tanah dalam jumlah yang bervariasi, namun jumlahnya dalam keadaan tersedia bagi tanaman biasanya kecil. K yang ditambahkan kedalam tanah dalam bentuk garam-garam mudah larut seperti KCl, K2SO4, KNO3, dan K-Mg-SO4 (Lakitan, 2001). Persediaan kalium di dalam tanah dapat berkurang karena tiga hal, yaitu pengambilan kalium oleh tanaman, pencucian kalium oleh air, dan erosi tanah. Fungsi utama K antara lain, membantu perkembangan akar, membantu proses pembentukan protein, menambah daya tahan tanaman terhadap penyakit dan merangsang pengisian biji (Soemarno, 2011).

BAB III. METODELOGI PRAKTIKUM

1. Waktu dan TempatPraktikum ini dilaksanakan pada hari Senin 26 Mei 2014 pukul 15.00-16.00 WITA di Laboratorium Silvikultur dan Teknologi Hasil Hutan dan di Kebun Kehutanan Program Studi Kehutanan Universitas Mataram.

1. Alat dan Bahan5. Alat-alata. Kertas dan alat tulisb. Spreyer dan gemborc. Timbangan6. Bahan-bahana. Benih Mahoni Swietenia mahagonib. Pupuk kandangc. Tanah d. Air1. Cara Kerja1. Dipilih benih Mahoni Swietenia mahagoni, sergamkan ukuran, kenampakan warna, dan kesehatannya (tidak cacat fisiknya), beri label pada setiap tanaman yang akan diperlakukan dengan mencatat tinggi, diameter dan jumlah daun sebagai data awal. Buat 4 perlakuan (tanah, pupuk, tanah+pupuk 1:1, tanah+pupuk 1:2) setiap perlakuan terdapat 3 tanaman.1. Dibersihkan tanaman dengan cara dicabut/dibersihkan rumput disekitar tanaman.1. Disiapkan pupuk kandang dengan membuat pupuk kandang menjadi kompos, kemudian diisikan kedalam polibag.1. Diletakkan pupuk kandang pada tempat yang telah disediakan sesuai dengan label yang telah dibuat.1. Dilakukan pemupukan pupuk kandang tiap tanaman (tanah, pupuk, tanah+pupuk 1:1, tanah+pupuk 1:2).1. Dilakukan penyiraman setiap hari.1. Diamati pertumbuhan tanaman setelah 3 minggu dengan mencatat tinggi, diameter dan jumlah daunnya.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil PengamatanparameterRata-rata

G1P1G1P2G1P3G1P4

Tinggi batang0001

Jumlah daun1000

Grafik 1.

1. PembahasanUnsur hara merupakan komponen penting dalam pertumbuhan tanaman, unsur hara banyak tersedia dialam, sehingga tumbuhan bisa memanfaatkannya untuk kebutuhan metabolismenya. Tetapi ketersediaan unsur hara di beberapa tempat tidak sama, ada yang berkecukupan sehingga pertumbuhan tanaman menjadi baik namun ada juga yang kekurangan, sehingga pertumbuhannya menjadi terhambat. Khusus untuk tanaman budidaya kebutuhan unsur haranya sangat tinggi, hal ini dikarenakan pada lahan atau tempat yang sama ditanami tanaman tertentu yang membutuhkan jumlah unsur yang sama setiap waktunya. Sedangkan persediaan dialam terus berkurang akibat diserap oleh tanaman budidaya yang ditanam dilahan tersebut musimnya (intensif), sehingga untuk dapat memenuhi kebutuhan tanaman akan unsur hara harus dilakukan penambahan unsur hara dalam bentuk pupuk dalam jumlah yang cukup. Pada praktikum sebelumnya yang menggunakan benih (Leucaena leucephala), pada parktikum kali ini kami menggunakan bibit mahoni (Swietenia mahagoni). Pada praktikum cekaman hara kali ini, di mana bibit (Swietenia mahagoni) akan di beri 4 perlakuan yang kemudian setiap perlakuan akan di bagi ke dalam 3 polybag yang di mana pada perlakuan pertama akan menggunakan tanpa di beri tanah saja, kemudian pada perlakuan kedua akan diberi pupuk kandang tanpa di campur oleh tanah. Pada perlakuan ketiga tanah akan di campur dengan pupuk kandang dengan perbandingan yaitu 1:1, sedangkan pada perlakuan keempat tanah akan di campuri oleh pupuk kandang akan tetapi pupuk kandang lebih banyak dari tanah dengan perbandingan yang berbeda pada perlakuan ketiga yaitu 1:2. Kemudian pada setiap perlakuan akan di lakukan penyiraman setiap harinya hingga hari k-15. Pada perlakuan yang hanya di beri tanah saja, tidak ada perubahan parameter tinggi dari ke 3 polybag. Tetapi pada parameter daun hanya U2 yang mengalami pertamabahan parametr daun di hari ke 5, dari 4 helai menjadi 5 helai. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan bibit mahoni (Swietenia mahagoni) pada perlakuan yang hanya di beri tanah saja mengalami penaikan hanya pada parameter daun tidak pada tingginya. Pada perlakuan yang hanya di beri pupuk kandang saja terdapat 2 pertumbuhan yang mengalami penurunan jumlah parameter daun, yaitu pada U1 pada hari 1 sebanyak 4, hingga pada hari ke 15 menjadi 1 helai. Begitu pula dengan U2 pada hari 1 sebanyak 2 menjadi 1 helai pada hari ke 15. Sedangkan pada polybag U3 tidak mengalami petumbuhan maupun penurunan. Parameter tinggi polybag kode U1, U2 maupun U3 tidak mengalami perubahan dari hari 1 hingga hari ke 15. Hal ini menunjukkan bahwa dengan hanya di berinya pupuk kandang saja tidak menjamin adanya pertumbuhan yang sangat meningkat karena terlalu banyak unsur hara yang di dapat dari pupuk tanpa adanya unsur hara lain dapat menyebabkan dampak negatif seperti kedua polybag tadi yang hanya memiliki tinggi serta jumlah daun yang tetap hingga akhir penelitian. Pada perlakuan yang diberi tanah tanah serta di tambah dengan pupuk dengan perbandingan yaitu 1:1. Seluruh polybag memiliki tinggi yang tetap kecuali polybag kode U2 yang mengalami penurunan parameter tinggi pada hari ke 7 dari 13 cm menjadi 12 cm. Pada polibag U1, U2 maupun U3 tidak ada perubahan parameter daun dari hari pertama hingga hari ke 15. Hal ini menunjukkan dengan perbandingan tanah serta pupuk dengan jumlah yang sama akan memberikan pertumbuhan dengan jumlah yang sama pula, maksudnya di sini yaitu pertumbuhan tinggi yang tetap sejak hari pertama hingga hari k-15. Sama dengan perlakuan di atas yaitu mencampur tanah dengan pupuk. Akan tetapi kali ini perbandingannya yaitu pupuk lebih banyak dengan perbandingan 1:2. Pada perlakuan ini, hanya satu polibag yang mengalami pertmabahan tinggi yaitu U3 pada hari ke 7 dari 16 cm menjadi 18 cm. Sedangkan jumlah parameter daun tidak ada perubahan pada hari pertama hingga hari ke 15. Hal ini menunjukkan bahwa dengan diberinya pupuk yang lebih banyak dari tanah akan memberikan dampak positif yaitu pertambahan tinggi.

BAB V. PENUTUP

c. Kesimpulan Unsur hara merupakan komponen penting dalam pertumbuhan tanaman, unsur hara banyak tersedia dialam, sehingga tumbuhan bisa memanfaatkannya untuk kebutuhan metabolismenya. Tingkat keberhasilan pada parameter tinggi bibit Mahoni terjadi pada pupuk : tanah (2:1) lebih baik dari pada hanya tanah, hanya pupuk maupun tanah : pupuk (1:1). Sedangkan pada jumlah parametr jumlah daun terlihat lebih baik pada perlakuan yang diberi tanah saja.

d. SaranUntuk persentase parameter hidup bibit Mahoni, lebih baik beri perlakuan dengan pupuk berbanding tanah 2:1.

DAFTAR PUSTAKAAhmad, 2003. Penuntun Praktikum Silvika. Laboratorium Kehutanan. Fakultas Pertanian. Universitas Bengkulu. Bengkulu

Allison, F.E., 1973. Soil Organic Matter and Its Role in Crop Production. ElsevierBandung. xvi + 197p

Baker, 1987. PrinsipPrinsip Silvikultur. Gajah Mada. Universitas Press. Yogyakarta

Bewly. 1984. Conservation and Development Forest. Forestry Paper. Rome

Cambell,at al. 2003. Biologi jilid 2. Jakarta:Erlangga.

Jumin, H.B.2008. dasar-dassar agronomi. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Lakitan, Benyamin . 2001. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Grafindo persada. Jakarta.

Lambers, H., F. Stuart Chapin, Thijs L. Pons. 1998. Plant Physiological Ecology. Springer. New York.

Mahmuddin. 2009. Cekaman pada makhluk hidup.yogakarta:Kanisius.

Mepagau. 2006.Pengaruh Cekaman Air Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max L.Merr). Jurnal ilmiah pertanian KULTURA (41)1:43-51. Mashari, A. 2008. Gejala Umum Kekurangan Unsur Hara. http://www.tanindo.com/ Diakses tanggal 11 Desember 2009.

Mulyani, Sri E. S. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Kanisius.

Nurhayati.2009. Pengaruh Cekaman Air Pada Dua Jenis Tanah Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Kedelai ( Glycine max (L.) MERRIL). Jurnal pertanian 4:55-64.Purwanto, 1984. Fisiologi Biji. Proyek Peningkatan dan Pengembangan Perguruan Tinggi. Universitas Bengkulu. Bengkulu.

Sarief, S.E. 1985. Kesuburan clan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana.Scientific Publishing Co., Amsterdam VI + 637p

Setyati. S, 1979. Pengantar Agronomi. PT. Gramedia. Jakarta

Sinaga, S. 2002. Asam Absisik Sebuah Mekanisme Adaptasi Tanaman Terhadap Cekaman Kekeringan. Hal 1-6. Diakses dari http://www.daneprairie.com

Sutopo, 1988. Teknologi Benih. Bharata. Jakarta.

Sutojo, S., 1976, Agronomi Umum .Departemen Agronomi, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Soemarno, MS. 2011. Hubungan Tanah, Hara dan Tanaman. Bahan kajian Bahan kajian MK. Pemupukan Jurusan Tanah Fakultas brawijaya.

Tohari. 1994. Fisiolog Tanaman Budidaya Tropik. Jogjakarta : Gajah Mada University.

Zoko, G. 2009. Cekaman Kekeringan. Diakses dari gozomora.blogspot.com