Upload
fahmi-ekaputra
View
650
Download
11
Embed Size (px)
DESCRIPTION
laporan resmi Kesuburan Tanah UGM angkatan 2010
Citation preview
ACARA I
KOLEKSI PUPUK
ABSTRAKSI
Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 26 September 2012 di Laboratorium Kimia Dan Kesuburan Tanah, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Bahan yang digunakan pada praktikum acara ini adalah Pupuk Permata Hijau, sedangkan alat yang digunakan ialah peralatan tulis dan alat dokumentasi. Pupuk dibeli di Toko Tani Maju, Jalan Magelang km 5.6, Yogyakarta. Jumlah pupuk yang dikumpulkan 1.000 ml lalu dicatat keterangan yang tertera pada pupuk tersebut. Pupuk ini mempunyai komposisi N ± 17 %, P ± 17 %, K ± 4 %, Mg, Ca, S, Fe, Mn, Zn, Co, Cu, B, Mb. Manfaat pupuk antara lain untuk mengubah sifat fisik, kimia atau biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan tanaman, meningkatkan sekaligus merangsang pertumbuhan tanaman karena mengandung unsur hara makro dan mikro, serta zat pembasah yang sangat dibutuhkan oleh tanaman.
.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pupuk merupakan bahan yang ditambahkan untuk menambah unsur-unsur hara dalam
tanah. Pupuk biasanya diberikan pada tanah, tetapi dapat pula diberikan lewat daun atau batang
sebagai larutan. Dengan menambahkan pupuk, diharapkan kebutuhan tanaman akan unsur hara
makro maupun mikro dapat terpenuhi sehingga pertumbuhan tanaman lebih optimum. Pupuk
dapat dibagi menjadi pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk yang dijual di pasaran pada
umumnya merupakan pupuk anorganik yang diproduksi oleh perusahaan tertentu. Di dalam
pupuk anorganik umumnya terkandung bahan-bahan aktif yang mengandung unsur-unsur yang
dibutuhkan tanaman. Pada umumnya, pupuk yang dijual memiliki kandungan N, P, dan K karena
unsur-unsur tersebutlah yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah banyak. Sebelum
menggunakan pupuk, sebaiknya kita mengetahui sifat dari pupuk tersebut serta membaca
petunjuk yang tercantum pada kemasan. Dengan begitu, diharapkan pemakaian pupuk dapat lebih
efektif, efisien, serta aman bagi tanaman maupun penggunanya.
Kualitas dan kuantitas hasil panen sangat ditentukan oleh kesuburan pada tanah. Kesuburan
dapat ditingkatkan dengan melakukan pemupukan. Pupuk adalah suatu bahan yang digunakan
untuk mengubah sifat fisik, kimia, atau biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi
pertumbuhan tanaman. Adanya pupuk yang bermacam jenisnya membantu petani dalam usaha
peningkatan hasil pertaniannya. Dalam pupuk buatan pabrik telah tersedia komposisi yang sesuai
1
untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Namun, komposisi ini kurang begitu berarti apabila
tidak diimbangi dengan penggunaan pupuk yang benar baik dalam hal dosis, konsentrasi, cara
pemupukan yang benar, serta waktu yang tepat untuk pemupukan. Banyaknya pupuk yang
beredar di pasaran membawa dampak positif maupun negatif bagi dunia pertanian.Penggunaan
pupuk yang terlalu berlebihan ataupun terlalu sedikit berdampak negatif bagi pertanaman yang
nantinya dapat menyebabkan penurunan hasil produksi.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam memanfaatkan suatu bahan untuk dipergunakan
sebagai bahan pupuk, antara lain : ketersediaan bahan dalam jangka panjang, kandungan hara,
tingkat perombakan, bebas dari senyawa meracun, dan kemudahan pengolahan.
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum acara 1 yang berjudul ”Koleksi Pupuk” adalah untuk membuat dan
mengenal koleksi pupuk.
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
Kesuburan tanah adalah salah satu faktor produksi pertanian, penurunan kesuburan tanah
terjadi akibat penanaman yang tidak diimbangi dengan pemupukan yang tepat, penurunan bahan
organik, kekeringan, kebanjiran, dan erosi. Di lain pihak, kecepatan dekomposisi bahan organik
yang ditambahkan ke dalam tanah masih meragukan opara ahli dan praktisi pertanian. Kecepatan
dekomposisi bahan organik tidak seiring dengan kecepatan peertumbuhan tanaman sehingga
produksi yang diperoleh dari pertanian organik jauh lebih rendah daripada pertanian anorganik
atau kimia (Wididana, 2004).
Dalam arti luas, pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk mengubah sifat kimia,
fisika, dan biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan tanaman. Dalam
pengertian yang khusus, pupuk adalah suatu bahan yang mengandung satu atau lebih hara
tanaman. Dengan pengertian ini, kegiatan tersebut di atas hanya urea yang dianggap sebagai
pupuk karena bahan tersebut mengandung hara tanaman, yakni unsur nitrogen (Rusmarkam dan
Wiyono, 2002).
Secara umum unsur pupuk hanya 3 macam yaitu N (nitrogen), P (fosfor), K (kalium).
Namun sekarang oleh karena variasi pupuk sangat banyak serta adanya pengertian untuk
menggunakan banyak unsur yang terkandung dalam tanah maka jaminan tentang hara dalam
pupuk tidak dibatasi pada ketiga unsur tersebut, namun ada kecenderungan ditambah dan
ditambah. Ada banyak unsur dalam pupuk terutama pupuk komplit (Gressel, 2000).
Tiap bahan pupuk apakah pupuk tunggal atau pupuk majemuk lengkap yang siap untuk
digunakan harus mempunyai jaminan tentang kadar haranya. Bentuk yang tepat umumnya
ditentukan ole negara di mana pupuk itu dibuat. Jumlah nitrogen total biasanya dinyatakan dalam
bentuk unsurnya (N), fosfor disebutkan dengan istilah fosfor yang tersedia (P2O5) atau fosfor
tersedia, sedangkan kalium disebutkan sebagai kalium larut dalam air (K) atau kalium oksida
(K2O5) tersedia. Jaminan untuk pupuk sederhana seperti sulfat dari amonia (Maas, 1996).
Kesuburan tanah adalah kemampuan tanah untuk memasok hara pada tanaman dalam
jumlah yang seimbang. Beberapa faktor yang mempengaruhi kesuburan tanah adalah : cadangan
hara, ketersediaan, besarnya pasokan, tidak adanya bahan racun maupun bahan yang
menghambat penyerapan hara oleh tanaman (Sutanto, 1999).
3
Pemantapan tanah (soil conditioner) yang bertujuan untuk memperbaiki sifat–sifat fisika
tanah dengan menggunakan bahan kimia baik secara buatan maupun secara alami. Sifat – sifat
fisika ynag diperbaiki ini terutama mngenai pembentukan struktur tanah yang baik dalam hal tata
udara dan airnya, porositas baik, sehingga memperlancar laju infiltrasi air, dan keadaannya
mantap sehingga tahan terhadap erosi (Sarief, 1985).
Jenis pupuk yaitu : pupuk kandang : kompos dan pupuk buatan. Pupuk buatan biasanya
mengandung unsure makro yang dibutuhkan tanaman yaitu Nitrogen. Posfat, Kalium, Ca dan mg
(Samino, 2011). Pupuk Anorganik : Pupuk hasil proses rekayasa secara kimia, fisik dan atau
biologis dan merupakan hasil industri atau pabrik pembuat pupuk. Pupuk Organik : Pupuk yang
sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau
hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat dibentuk padat atau cair yang digunakan untuk
mensuplai bahan organik, memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Kandungan hara tidak
sebanyak pupuk buatan, tetapi hampir semua nutrisi terkandung didalamnya (Listianingsih,
2008).
4
III. METODOLOGI
Praktikum Koleksi Pupuk Anorganik dilaksanakan pada hari Rabu, 26 September 2012 di
Laboratorium Kesuburan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Bahan yang digunakan pada praktikum acara ini adalah Pupuk Permata Hijau, sedangkan alat
yang digunakan ialah peralatan tulis, dan alat dokumentasi.
Langkah kerja pada praktikum kali ini ialah yang pertama dicari pupuk organik yang belum
ada di Laboratorium Tanah. Selanjutnya pupuk organik dibeli di Toko Tani Maju, Jalan
Magelang km 5.6, Yogyakarta. Pupuk yang dibeli adalah Pupuk Permata Hijau dengan volume
per kemasan adalah 1000 ml. Kemudian ditulis datanya atau leafletnya yang memuat sifat dan
cara aplikasinya.
5
IV. HASIL PENGAMATAN
Nama dagang : Pupuk Permata Hijau
Komposisi : N ± 17 %, P ± 17 %, K ± 4 %, Mg, Ca, S, Fe, Mn,
Zn, Co, Cu, B, Mb
Kegunaan :
Pupuk Pupuk Permata Hijau ini adalah pupuk perangsang pertumbuhan vegetatif tanaman,
membuat daun tanaman hijau, memacu pertumbuhan akar dan pembentukan sistem perakaran.
6
Aturan Pakai :
N
noJenis Tanaman Dosis per 1 Liter Air Interval Aplikasi
1 Cabai 2 ml/lt air3 minggu setelah tanam,
diulang 2 minggu sekali
2 Tomat 2 ml/lt air4 minggu setelah tanam,
diulang 2 minggu sekali
3 Bawang 1 ml/lt air3 minggu setelah tanam,
diulang 2 minggu sekali
4 Tembakau1 ml/ lt air 5 minggu setelah tanam,
diulang 2 minggu sekali
5 Padi 1 lt/haSaat pembentukan anakan dan
diulang 2 minggu sekali
Tabel 1.1. Aturan Pemakaian Pupuk Permata Hijau
7
V. PEMBAHASAN
1. Nama Pupuk : Permata Hijau
2. Produsen : PT. Surya Cipata Perkasa Indonesia
3. Fungsi : Pupuk Pupuk Permata Hijau ini untuk perangsang pertumbuhan vegetatif
tanaman, membuat daun tanaman hijau, memacu pertumbuhan akar dan pembentukan sistem
perakaran.
4. Sifat fisik : Bentuk cair
5. Sifat kimia : Senyawa kimia = N : 17 %
P : 17 %
K: 4 %
Mg, Ca, S, Fe, Mn, Zn, Co, Cu, B, Mb
6. Kemasan : Botol
7. Tanggal Pembuatan dan Tanggal kadaluarsa : -
Pupuk ini mengandung unsur hara makro utama yaitu N, P, dan K. unsur N diperlukan oleh
tanaman sebagai penyusun asam amino, protein, dan klorofil. Apabila tanaman kekurangan unsur
N akan menunjukkan gejala antara lain klorosis pada daun. Gejala kekurangan N pertama kali
akan muncul pada daun tertua. Fosfat (P) berfungsi untuk pengedar dan penyimpan energi yang
diperlukan untuk proses pertumbuhan dan proses reproduktif. Kalium (K) memiliki peranan yaitu
mengatur berbagai mekanisme metabolik seperti fotosintesis, translokasi karbohidrat, sintesis
protein, dan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit. Kalium terdapat pada tanaman
sebagai larutan garam anorganik dan garam dari asam organik didalam sel. Pergerakan kalium
cepat di bagain tanaman yang masih muda. Pada bagian yang tua biasa kehilangan K karena
unsur ini di transport ke titik-titik tumbuh. Kekurangan Kalium terlihat ada perubahan warna
pinggiran daun yang menguning, urat-urat daun klorosis, banyak daun gugur, tanaman kerdil, dan
nekrosis pada daun dimulai dari pinggir terus ke dalam bagian daun.
Pupuk adalah zat yang ditambahkan pada tumbuhan agar berkembang dengan baik. Pupuk
dapat dibuat dari bahan organik ataupun non-organik. Dalam pemberian pupuk perlu diperhatikan
kebutuhan tumbuhan tersebut, agar tumbuhan tidak mendapat terlalu banyak zat makanan.
Terlalu sedikit atau terlalu banyak zat makanan dapat berbahaya bagi tumbuhan. Dalam arti luas
yang dimaksud pupuk ialah suatu bahan yang digunakan untuk mengubah sifat fisik, kimia atau
8
biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan tanaman. Termasuk dalam
pengertian ini adalah pemberian bahan kapur dengan maksud untuk meningkatkan pH tanah yang
masam, pemberian legin bersama benih tanaman kacang-kacangan serta pemberian pembenah
tanah (soil conditioner) untuk memperbaiki sifat fisik tanah. Demikian pula pemberian urea
dalam tanah yang miskin akan meningkatkan kadar N dalam tanah tersebut. Semua usaha
tersebut dinamakan pemupukan. Dengan demikian bahan kapur, legin, pembenah tanah dan urea
disebut pupuk.
Kegunaan pupuk adalah sebagai berikut:
fisika : memperbaiki struktur tanah, memperbaiki aerasi tanah, meningkatkan daya
penyangga air tanah, menekan laju erosi.
Kimia : menyangga dan menyediakan hara tanaman, meningkatkan efisiensi pemupukan,
menetralkan sifat racun Al dan Fe.
Biologi : sumber energi bagi jasad renik / microba tanah yang mampu melepaskan hara
bagi tanaman.
Berikut ini macam-macam pupuk yang dipasarkan:
Pupuk dibedakan berdasarkan Fasanya:
a) Pupuk padat
Pupuk padat umumnya mempunyai kelarutan yang beragam mulai yang mudah larut air
sampai yang sukar larut. Pupuk padat diperdagangkan dalam bentuk onggokan, remahan,
butiran, atau kristal. Pupuk padatan biasanya diaplikan ke tanah/media tanam, contoh: urea
dan TSP.
b) Pupuk cair
Pupuk ini berupa cairan, cara penggunaannya dilarutkan dulu dengan air, Umumnya
pupuk ini disemprotkan ke daun. Karena mengandung banyak hara, baik makro maupun
mikro, harganya relatif mahal.. Pupuk amoniak cair merupakan pupuk cair yang kadar N nya
sangat tinggi sekitar 83%, penggunaannya dapat lewat tanah (injeksikan).
c) Pupuk gas
Pupuk ini berupa gas, misalnya ammonia. Penggunaan gas amonia bermacam-macam
ada yang langsung digunakan sebagai pupuk, pembuatan pulp untuk kertas, pembuatan garam
nitrat dan asam nitrat, berbagai jenis bahan peledak, pembuatan senyawa nitro dan berbagai
9
jenis refrigeran. Dari gas ini juga dapat dibuat urea, hidrazina dan hidroksilamina. Gas
amonia banyak juga yang langsung digunakan sebagai pupuk, namun jumlahnya masih terlalu
kecil untuk menghasilkan jumlah panen yang maksimum. Maka dari itu diciptakan pupuk
campuran, yaitu pupuk yang mengandung tiga unsur penting untuk tumbuhan (N + P2O5 +
K2O). Pemakaian yang intensif diharapkan akan menguntungkan semua pihak.
Berdasarkan asalnya dibedakan:
a) Pupuk alam ialah pupuk yang terdapat di alam atau dibuat dengan bahan alam
tanpa proses yang berarti. Misalnya: pupuk kompos, pupuk kandang, guano, pupuk hijau dan
pupuk batuan P.
b) Pupuk buatan ialah pupuk yang dibuat oleh pabrik. dengan
kandungan unsur hara tertentu. Pada umumnya kandungan haranya lebih tinggi, mudah larut
dan cepat diserap oleh akar tanaman. Alasan inilah yang membuat pupuk ini banyak
digunakan. Akan tetapi pupuk ini mempunyai kelemahan jika penggunaannya berlebihan
akan mengakibatkan kerusakan lingkungan dan tanaman. Pupuk ini dibuat oleh pabrik dengan
mengubah sumber daya alam melalui proses fisika dan/atau kimia. Misalnya: TSP, urea,
rustika dan nitrophoska.
Berdasarkan senyawanya dibedakan:
a). Pupuk organik ialah pupuk yang berupa senyawa organik. Kebanyakan pupuk alam
tergolong pupuk organik: pupuk kandang, kompos, guano. Pupuk alam yang tidak termasuk
pupuk organik misalnya rock phosphat, umumnya berasal dari batuan sejenis apatit
[Ca3(PO4)2].
b). Pupuk anorganik atau mineral merupakan pupuk dari senyawa anorganik. Hampir
semua pupuk buatan tergolong pupuk anorganik.
Berdasarkan jumlah hara yang dikandungnya dibedakan:
a). Pupuk yang hanya mengandung satu hara tanaman saja, dinamakan pupuk tunggal
Misalnya: urea hanya mengandung hara N, TSP hanya dipentingkan P saja (sebetulnya juga
mengandung Ca).
b). Pupuk majemuk ialah pupuk yang mengandung dua atau lebih dua hara tanaman.
Contoh: NPK, amophoska, nitrophoska dan rustika.
Berdasarkan reaksi fisiologisnya dibedakan:
10
a). Pupuk yang mempunyai reaksi fisiologis masam artinya bila pupuk tersebut diberikan
ke dalam tanah ada kecenderungan tanah menjadi lebih masam (pH menjadi lebih rendah).
Misalnya: Za dan Urea.
b). Pupuk yang mempunyai reaksi fisiologis basis ialah pupuk yang bila diberikan ke
dalam tanah menyebabkan pH tanah cenderung naik misalnya: pupuk chili salpeter, calnitro,
kalsium sianida.
Berdasarkan macam hara tanaman dibedakan:
a). Pupuk makro ialah pupuk yang mengandung hanya hara makro saja: NPK,
nitrophoska, gandasil.
b). Pupuk mikro ialah pupuk yang hanya mengandung hara mikro saja misalnya:
mikrovet, mikroplek, metalik.
c). Campuran makro dan mikro misalnya pupuk gandasil, bayfolan, rustika. Sering juga
ke dalam pupuk campur makro dan mikro ditambahkan juga zat pengatur tumbuh (hormon
tumbuh).
Berdasarkan cara penggunaannya dibedakan:
a). Pupuk daun ialah pupuk yang cara pemupukan dilarutkan dalam air dan disemprotkan
pada permukaan daun.
b). Pupuk akar atau pupuk tanah ialah pupuk yang diberikan ke dalam tanah disekitar
akar agar diserap oleh akar tanaman.
11
VI. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Jenis pupuk yang dikoleksi adalah Pupuk Permata Hijau.
2. Suatu bahan yang digunakan untuk mengubah sifat fisik, kimia atau biologi tanah
sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan tanaman, meningkatkan sekaligus merangsang
pertumbuhan tanaman karena mengandung unsur hara makro dan mikro, serta zat pembasah yang
sangat dibutuhkan oleh tanaman.
3. Komposisi pupuk ini antara lain : N ± 17 %, P ± 17 %, K ± 4 %, Mg, Ca, S, Fe,
Mn, Zn, Co, Cu, B, Mb
B. Saran
Untuk menambah wawasan mahasiswa tentang pupuk, perlu diperbanyak koleksi pupuk
yang sudah tersedia di laboratorium.
12
DAFTAR PUSTAKA
Gressel, N. 2000. Soil testing and plant analysis part II. vol 29 : 149-160.
Listianingsih, D. 2008. Pupuk. <http://luki2blog.wordpress.com/2008/05/10/apa-itu-pupuk-anorganik-apa-itu-pupuk-organik-apa-itu-pupuk-berimbang/>. Di akses tanggal 11 November 2012.
Maas, Azwar. 1996. Ilmu Tanah dan Pupuk. Akademi Penyuluhan Pertanian, Yogyakarta.
Roesmarkam, A. dan Yuwono, N.W. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius, Yogyakarta.
Samino. 2011. Manfaat Pupuk Bagi Tanaman. <http://cybex.deptan.go.id/lokalita/manfaat-pupuk-bagi-tanaman>. Diakses tanggal 11 November 2012.
Sarief, E.S. 1985. Konservasi Tanah dan Air. Pustaka Buana, Bandung.
Sutanto, Rachman. 1999. Pertanian Organik. Sekretariat Pelayanan Tani–Nelayan Hari Pangan Sedunia, Yogyakarta.
Wididana, G. N. 2004. Application of effective microorganisms technology (EM) in
Indonesia agriculture. vol 5: 179 – 187.
13
ACARA II
SIFAT PUPUK
AbstraksiPraktikum Kesuburan Tanah Acara II, Sifat Pupuk dilaksanakan pada tanggal 3 Oktober
2012 di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah pupuk tunggal, pupuk majemuk dan pupuk alternatif dan pembenah tanah. Cara kerja praktikum ini adalah dengan mengamati pupuk dan brosur yang tersedia, kemudian dicatat/digambar/difoto. Tujuan praktikum ini adalah untuk mengenal berbagai jenis pupuk dan mencirikan sifat-sifat pupuk berdasarkan koleksi yang sudah ada dengan mengetahui sifat suatu jenis pupuk maka kita dapat menentukan aplikasi yang tepat, waktu pemupukan, dan dosis pemupukan.
I.PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pupuk merupakan setiap bahan yang diberikan ke dalam tanah atau disemprotkan pada
tanaman dengan maksud untuk menambah unsur hara yang diperlukan oleh tanaman.
Berdasarkan pada proses terjadinya, pupuk dapatdi golongkan menjadi 2 golongan yaitu pupuk
buatan adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik dengan meramu bahan kimia (anorganik) dengan
kadar hara yang tinggi; dan pupuk alam adalah pupuk yang terjadi dari akibat mekanisme alam
terhadap bahan-bahan alami melalui proses degradasi dan dekomposisi. Berdasarkan pada
kandungan kimia dari bahan pupuknya pupuk dapat digolongkan menjadi 2 yaitu pupuk organik
yaitu pupuk yang terdiri dari senyawa-senyawa organik seperti C, H, dan O; dan pupuk anorganik
yaitu pupuk yang tersusun atas senyawa-senyawa anorganik.
Berdasarkan bahan/unsur utama yang terkandung di dalamnya, pupuk dapat dibedakan
menjadi pupuk tunggal, pupuk majemuk, serta pupuk alternatif dan pembenah tanah. Sebelum
melakukan pemupukan, mengenal jenis dan sifat pupuk sangatlah penting karena akan
menjadikan pengaplikasian pupuk tersebut sesuai dengan sifatnya dan dapat terserap oleh
tanaman. Sifat yang diamati tersebut dapat berupa sifat fisik (bentuk, ukuran butir, warna,
higroskopisitas, kadar lengas, dan BV), sifat kimia (senyawa kimia, kadar hara, sifat
fisiologis/kemasaman), kemasan, produsen, tanggal pembuatan, tanggal kadaluarsa, aplikasi (cara
dan takaran penggunaan), serta keterangan lain yang dianggap perlu. Oleh karenanya, pengenalan
14
sifat pupuk penting dilakukan untuk proses pemupukan dalam usaha perbaikan kesuburan tanah
yang akan dijadikan lahan budidaya.
B. Tujuan
Mengenal berbagai jenis pupuk dan mencirikan sifat-sifat pupuk berdasarkan koleksi yang
sudah ada.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Sejarah penggunaan pupuk pada dasarnya merupakan bagian daripada sejarah pertanian
itu sendiri. Penggunaan pupuk diperkirakan sudah mulai pada permulaan dari manusia mengenal
bercocok tanam >5.000 tahun yang lalu. Bentuk primitif dari pemupukan untuk memperbaiki
kesuburan tanah terdapat pada kebudayaan tua manusia di negeri-negeri yang terletak di daerah
aliran sungai-sungai Nil, Euphrat, Indus, di Cina, Amerika Latin, dan sebagainya (Honcamp,
1931). Lahan-lahan pertanian yang terletak di sekitar aliran-aliran sungai tersebut sangat subur
karena menerima endapan lumpur yang kaya hara melalui banjir yang terjadi setiap tahun.
Sifat pupuk sangat penting berkaitan dengan penanganan, pengangkutan, penyimpanan di
gudang dan penggunaannya di lapangan. Sifat kimia diperlukan dalam pemilihan jenis dan
jumlah pupuk yang akan digunakan (Rosmarkam dan Yuwono, 2001).
Sifat-sifat yang penting untuk penilaian suatu pupuk adalah (Sastrohoetomo, 1968) :
Kadar unsur
Kadar atau kandungan unsur ini adalah ukuran pertama yang digunakan untuk
menilai pupuk. Kadar ini menentukan kemampuan suatu pupuk untuk merubah kesuburan
kimiawi secara mutlak (absolut). Pada dasarnya makin tinggi kadar unsurnya semakin
baik. Kadar dinyatakan dalam % (persen).
Higroskopisitas
Bila kelembaban nisbi udara melebihi batas tertentu, maka pupuk mulai menarik /
menjerap air. Dan sifat ini disebut higroskopisitas. Sesudah menarik air ini ada pupuk
yang hanya menjadi lembab, ada yang menjadi basah dan melunak dan adapula yang
mencair. Bila kelembaban nisbi turun, maka pupuk mengering kembali dan dapat menjadi
bongkah-bongkah keras. Pupuk pada suhu udara rata-rata berbagai jenis pupuk buatan
mulai menarik air pada kelembaban nisbi berkisar 51-90%.
15
Kelarutan
Kelarutan pupuk sangat menentukan mudah tidaknya unsur-unsur yang terkandung
diambil oleh tanaman. Dengan pasti dapat dikatakan bahwa pupuk yang sukar larut sukar
pula dihisap unsur-unsurnya oleh tanaman.
Pupuk N dan K mudah sekali larut dalam air. Sedang pupuk P dapat dibedakan atas
pupuk yang larut dalam air (Superphosphate, ammophos), yang larut dalam asam sitrat
atau ammonium sitrat netral (Fused magnesium phosphate) dan yang larut dalam asam
keras (fosfat alam).
Keasaman
Karena sifat kimiawinya pupuk dapat merubah keasman tanah. Ada pupuk yang
meningkatkan, ada yang mempertahankan dan ada pula yang mengurangi keasaman.
Keasaman dapat mempengaruhi tanaman baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pertanaman menghendaki tanah dengan kemasaman sedang (netral).
Bekerjanya
Yang dimaksud adalah waktu yang diperlukan hingga pupuk tersebut dapat dihisap
tanaman dan memperlihatkan pengaruhnya.
Pupuk buatan yang dibuat oleh pabrik, jumlah dan macamnya sangat banyak. Bahan pupuk
selain mengandung hara tanaman umumnya mengandung bahan lain yakni (Rosmarkam dan
Yuwono, 2001) :
a. Zat oembawa (carrier). Double superfosfat (DS) zat pembawanya adalah CaSO4 dan
hara tanamannya fosfor (P).
b. Senyawa-senyawa lain berupa kotoran (impurites) atau campuran bahan lain dalam
jumlah relatif sedikit. Misalnya ZA sering mengandung kotoran sekitar 3% berupa klor, asam
bebas (H2SO4) dan sebagainya.
c. Bahan mantel (coated), yakni bahan yang melapisi pupuk dengan maksud agar pupuk
tersebut mempunyai nilai lebih baik. Misalnya kelarutannya berkurang, nilai higroskopisnya
menjadi lebih rendah, dan mungkin agar penampilannya lebih menarik. Bahan yang digunakan
untuk selaput berupa aspal, lilin, malam, wax, dan sebagainya. Pupuk yang bermantel harganya
lebih mahal dibandingkan dengan pupuk tanpa mantel.
16
d. Pengisi (filler). Pupuk majemuk atau pupuk campur yang kadarnya tinggi sering diberi
filler agar ratio fertilizer tepat sesuai keinginan juga dengan maksud agar mudah disebar lebih
merata.
Suatu pupuk majemuk memiliki grade 15-10-15 artinya pupuk tersebut mengandung 15%
N, 10% P2O5, dan 15% K2O. untuk mendapatkan angka aktual, angka masing-masing hara harus
dikonversikan. N = N aktual, P2O5 x 0,44 = P aktual, K2O x 0,83 = K aktual. Jika kita memiliki
100 kg pupuk dengan grade 6-12-6 artinya sama dengan 200 kg pupuk yang memiliki grade 3-6-
3. karena keduanya mengandung 6 kg N, 12 kg P2O5, dan 6 kg K2O. Selisih berat 100 kg
merupakan filter yang ditambahkan (Jones, 1979 cit Yuwono, 1999).
Menurut asalnya pupuk dibedakan menjadi 2, yaitu:
Pupuk buatan (anorganik) : pupuk N (urea), P (TSP), dan K (KCL)
Pupuk alam (organik) : pupuk kandang, kompos.
Menurut cara pemberiannya (Lingga, 1997) :
Pupuk akar : diberi lewat akar misalnya : TSP, ZA, KCL, dan kompos.
Pupuk daun : diberi lewat daun penyemprotan.
Menurut unsur yang dikandungnya :
Pupuk tunggal : pupuk (buatan atau alam) yang mengandung 1 unsur hara
(misalnya urea)
Pupuk majemuk : pupuk yang mengandung lebih dari 1 unsur hara, misalnya
: NPK dan beberapa pupuk daun, dan kompos.
Pupuk lengkap : mengandung unsur lengkap secara keseluruhan (unsur hara
makro maupun mikro).
Hasil-hasil penelitian yang ada menunjukkan bahwa efisiensi pemupukan N masih sangat
rendah. Hara N yang diserap oleh tanaman pada kebanyakan tanaman hanya berkisar antara 30 -
50 % dari hara N yang diberikan melalui pupuk (Miller, 1982). Efisiensi pemupukan N rendah
tersebut disebabkan karena sebagian hara N hilang melalui proses denitrifikasi (5 – 30 %),
pencucian dalam bentuk NO3- (5 – 20 %), dan erosi serta hilang melalui penguapan dalam
bentuk NH3 khususnnya pada tanah-tanah alkaline. Oleh karena itu di dalam budidaya tebu
biasanya diperlukan pupuk N dalam jumlah besar.
Besarnya derajad cekaman kekurangan N bervariasi terhadap kategori tanaman (PC atau
17
ratoon). Pada awal pertumbuhan, besarnya derajad cekaman kekurangan N dapat mengurangi
jumlah anakan, dan jumlah batang pada ratoon, daun menjadi kuning, pendek dan sempit.
Kekurangan N pada saat mendekati panen, dapat menyebabkan menurunnya diameter batang dan
jumlah batang yang dapat diperah (millable cane) (Yang et al., 2006). LNS (low nitrogen stress)
mengurangi laju fotosintesis dan sangat berpengaruh pada awal pertumbuhan dibanding dengan
late growth serta berpengaruh besar terhadap PC dari pada ratoon (Yang et al., 2006) .
Pupuk N konvensional yang banyak beredar dan telah digunakan oleh pekebun tebu secara
luas saat ini adalah Urea dan ZA. Pupuk Urea dan ZA selain digunakan untuk tanaman tebu juga
digunakan secara intensif pada tanaman pangan (padi dan palawija) dan tanaman lainnya.
Sementara itu ketersediaan kedua jenis pupuk tersebut di pasaran akhir-akhir ini mulai terbatas
sehingga sering menimbulkan persoalan serius dan menganggu sistem produksi tanaman. Pada
kondisi demikian dan mengingat kebutuhan pupuk selalu meningkat dari tahun ke tahun maka
kehadiran produk pupuk-pupuk alternatif akan sangat membantu para petani dan pekebun(Ismail,
2005).
18
III. METODOLOGI
Praktikum Kesuburan Tanah Acara II yang berjudul “Sifat Pupuk” dilaksanakan pada hari
Rabu, tanggal 3 Oktober 2012, di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Jurusan Tanah,
Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Adapun bahan yang diperlukan dalam
praktikum ini meliputi pupuk tunggal berupa pupuk N (Urea, ZA), pupuk P (SP-36), pupuk K
(KCl); pupuk majemuk berupa pupuk NP, NPK, NK, PK, NPK+ hara mikro. Selanjutnya pupuk
alternatif dan pembenah tanah berupa batuan fosfat, kompos, pupuk kandang, pupuk hayati,
zeolit.
Cara kerjanya yaitu pertama diamati pupuk dan brosur yang tersedia kemudian
dicatat/digambar/difoto mengenai sifat fisik berupa bentuk, ukuran butir, warna, higroskopisitas,
kadar lengas dan BV. Sifat kimia berupa senyawa kimia, kadar hara, sifat fisiologis/ kemasaman.
Selanjutnya mengenai kemasan, produsen, tanggal pembuatan, dan tanggal kadaluwarsa.
Aplikasinya berupa cara dan takaran penggunaan. Selain itu keterangan-keterangan lain yang
dianggap perlu.
19
IV. HASIL PENGAMATAN
1. Bio Calcium
Sifat Fisik
Bentuk : Tepung
Ukuran : Butiran Kecil Sekali
Warna : Putih
Higroskopisitas: Kurang Baik
Sifat Kimia
Senyawa kimia : Kalsium CaCO3 95%, Magnesium MgO 3 %, Boron B3O3 0,5%
Kemasan
Produsen : CV. TUNAS JAYA MANDIRI
Tgl kadaluarsa : -
Aplikasi
Diencerkan dengan air. Masa jovenik 1-2 gr/l, maturing 2-3 gr/l, mencegah rontok
3gr/l.
2. SAPUTRA NUTRIENT
Sifat Fisik
Bentuk : Powder
Ukuran : Kecil Sekali
Warna : Coklat
Higroskopis : Kurang Baik
Sifat kimia
Senyawa kimia : Nitrogen, Fosfor, Kalsium, Kalium, Magnesium
Kemasan
Produsen: PT. Saputra Nutrient
Tgl Kadaluarsa : -
Aplikasi
1 sendok makan ditambahkan 5 liter air, lalu disemprotkan ke tanah, akar, daun
dan batang.
Bulan ke-1 semprot 1x seminggu20
Bulan ke-2 semprot 2x seminggu
Bulan ke-3 semprot 1x sebulan
3. 88 Spalding Super
Sifat fisik
Bentuk : Cair
Warna : Merah
Higroskopisitas : -
Sifat kimia
Senyawa kimia : N 7,83%; P2O5 8,08 %; K2O 8,92%; S 2,25%; Fe
1,724%; Mg 1,989%; Zn 18 ppm; Mn 24 ppm; Ca 1,002%; Cu 3,01%; NI 2,71%;
A,B,E NIACIN
Kemasan
Produsen: PT. DELTA SATRIA MANDALA
Tgl Kadaluarsa : -
Aplikasi
Dilarutkan dengan air dan gunakan alat penyemprot, semprot di daun dan batang.
Dapat juga dicampur pestisida yang tidak bersifat alkali dan bebas ionic. Tomat 1-2 ml/L
4. Green Grano
Sifat Fisik
Bentuk : Cair
Ukuran : Molekul
Warna : Coklat
Higroskopis : -
Sifat kimia
Senyawa kimia : N 8,6%; P 5,4%; K 7,2%; Ca 4,12%; S 0,7%; Mg
2,7%; Mn 18,9 ppm; Cl 0,1 %; Fe 0,06%; Zn 3,4 ppm; Cu 0,02 ppm; Na
0,02 ppm; Si 1,31%; B 10 ppm; C/N 3
Kemasan
Produsen: PT. Cipta Arum Lestari
21
Tgl Kadaluarsa : -
Aplikasi
Dilarutkan dalam air dan disemprot.
Padi / Palawija 5cc/2L
Umbi-umbian 5cc / 2L
Sayur dan tanaman hias 3cc / 2L
Tanaman Perkebunan 5cc/2L
5. BIO NUTRIMAX
Sifat Fisik
Bentuk : Cair
Ukuran : Molekul
Warna : Kuning tua
Higroskopis : -
Sifat kimia
Senyawa kimia : N 4,8%; P2O5 0,23%; K2O 0,58%; Ca 1048,01
ppm; S 10,67 ppm; Mg 128,63 ppm; Mn 178,35 ppm; Cl 0,87 ppm; Fe
301,8 ppm; Zn 11,54 ppm; Cu 9,65 ppm; Na 43,51 ppm;; B 20,27 ppm;
Mo 45,01 ppm; CO 0,36 ppm
Kemasan
Produsen: PT. ZELFAGRO INDOPRIMA
Tgl Kadaluarsa : -
Aplikasi
Padi
2-3 hari sebelum tanam 50cc/10L disiram
Pembentukan anakan 50cc/10L disemprot
Sebelum berbunga 50cc/10L disemprot
Jagung
10-15 hari sekali 30cc/10L disemprot
Pembentukan tongkol 40cc/10L disemprot
22
6. GRO-MATE Ls
Sifat Fisik
Bentuk : Cair
Ukuran : molekul
Warna : Hitam
Higroskopisitas : -
Sifat kimia
Senyawa kimia : Nitrogen, Fosfor, Kalium, Magnesium, Zink, Besi,
Boron, Carbon Organik.
Kemasan
Produsen: -
Tgl Kadaluarsa : -
Aplikasi
Pada Tanah diencerkan 1,25-2,5cc/L air
Pada Daun diencerkan 1-1,2cc/L air
7.
TOP SP
Sifat Fisik
Bentuk : Cair
Ukuran : -
Warna : Biru
Higroskopis : -
Sifat kimia
Senyawa kimia : Nitrogen, Fosfor, Kalsium, Kalium, Magnesium,
Sulfur, Mangan, Alumunium.
Kemasan
Produsen: Proton Chemical Division
Tgl Kadaluarsa : -
Aplikasi
Kakao, kopi, cengkeh, tebu, apel, jeruk,the = 2-4cc/L air (1-2 mst)
23
Padi = 2-4cc/L air (tiap 7-14 hari)
Kacang-kacangan = 2-3cc/L air
Umbi-umbian= 1-2cc/L air
8. Biosan
Sifat Fisik
Bentuk : Cair
Ukuran : -
Warna : bening
Higroskopis : Cukup Baik
Sifat kimia
Senyawa kimia : Nitrogen, Fosfor, Kalsium, Kalium, Magnesium,
Boron, Zink, Mangan, Besi
Kemasan
Produsen: PT. Noeralisa corporation
Tgl Kadaluarsa : -
Aplikasi
Cabai, Tomat, Melon 1,5-2 cc/L
Kedelai 2cc/L
Buah-buahan 2-3cc/L
Tanaman Hias 1-1,5cc/L
9. Super Tonik
Sifat Fisik
Bentuk : Cair
Ukuran : -
Warna : -
Higroskopis : -
Sifat kimia
Senyawa kimia : Nitrogen, Fosfor, Kalsium, Kalium, Magnesium,
Mangan, Alumunium, Sulfur, GA
Kemasan
24
Produsen: CV. Agro Jaya Oktaviant
Tgl Kadaluarsa : -
Aplikasi
Kakao 2-4 cc/L ( 1-2 mst )
Padi 2-4cc/L ( tiap 7-14 mst )
Umbi-umbian 1-2 cc/L ( 4-5 mst )
10. Agri Simba
Sifat Fisik
Bentuk : Cair
Ukuran : -
Warna : Coklat
Higroskopis : -
Sifat kimia
Senyawa kimia : Nitrogen, Fosfor, Kalsium, Kalium, Magnesium,
Boron, Zink, Mangan, Besi, Natrium, Chloride
Kemasan
Produsen: PT. Rekayasa Sumber Daya Hayati, Bandung
Tgl Kadaluarsa : -
Aplikasi
Larutkan dalam air, siram ke tanah, pupuk kimia dikurangi 50%, dilakukan 2 kali
setahun
25
V. PEMBAHASAN
Pupuk anorganik atau pupuk buatan adalah jenis pupuk yang dibuat oleh pabrik dengan cara
meramu berbagai bahan kimia sehingga memiliki persentase kandungan hara yang tinggi.
Menurut jenis unsur hara yang dikandungnya dapat dibagi menjadi dua , yakni pupuk tunggal
dan pupuk majemuk.
Pupuk tunggal adalah pupuk yang jenis unsur hara yang dikandungnya hanya satu macam,
biasanya berupa jenis unsur hara makro primer, misalnya urea yang hanya mengandung Nitrogen
saja. Sedangkan pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu jenis unsur hara.
Dalam praktikum sifat pupuk kali ini, kita bisa mempelajari secara tidak langsung mengenai
sifat fisika, sifat kimia, higroskopis, aplikasi, serta fungsi dari berbagai macam pupuk. Pupuk
dikelompokkan ke dalam pupuk majemuk dan pupuk tunggal. Dari data yang di dapat, yang
merupakan kategori pupuk majemuk adalah : Bio Calcium, Saputra Nutrient, 88 Spalding Super,
Green Grano, Bio Nutrimax, GRO-MATE Ls, TOP SP, Biosan, Super Tonik dan Agri Simba.
Sedangkan yang termasuk pupuk tunggal tidak ada, namun dapat dicontohkan yaitu pupuk ZA,
Urea, dan SP-36.
Pupuk majemuk saat ini sudah sangat luas. Berbagai merk, kualitas, dan analisis telah
tersedia di pasaran. Kendati harganya relatif lebih mahal, pupuk majemuk tetap dipilih karena
kandungan haranya lebih lengkap. Efisiensi pemakaian tenaga kerja pada aplikasi pupuk
majemuk juga lebih tinggi daripada aplikasi pada pupuk tunggal yang harus diberikan dengan
cara dicampur. Pupuk majemuk berkualitas prima memiliki besar butiran yang seragam dan tidak
terlalu higroskopis , sehingga tahan disimpan dan tidak cepat menggumpal. Hampir semua pupuk
majemuk bereaksi asam, kecuali yang telah mendapatkan perlakuan khusus seperti penambahan
Ca dan Mg.
Dalam praktikum kita juga mempelajari sifat higroskopisitas. Higroskopisitas adalah sifat
pupuk yang berkaitan dengan potensinya dalam mengikat uap air dari udara. Pupuk dianggap
bersifat sangat higroskopis jika ditempat terbuka mudah sekali mencair Sifat ini sangat
menentukan sekali daya simpan pupuk. Pupuk yang bersifat higroskopis sebaiknya tidak
disimpan terlalu lama dan harus disimpan di dalam wadah yang kedap udara. Jika tidak, pupuk
akan mencair atau menggumpal dengan cepat.
Selain higroskopisitas, daya larut suatu pupuk juga penting dalam pengaplikasian pupuk.
Yang dimaksud dengan daya larut adalah kemampuan suatu jenis pupuk untuk terlarut di dalam 26
air. Daya larut juga menentukkan cepat atau lambatnya unsur hara yang ada di dalam pupuk
untuk diserap tanaman atau hilang karena tercuci. Pupuk dengan daya larut tinggi lebih cepat
diserap oleh tanaman, tetapi mudah tercuci oleh hujan.
Setelah pupuk ditebarkan ke tanah, pH tanah dapat berubah menjadi lebih tinggi atau lebih
rendah. Jenis pupuk yang menyebabkan pH tanah menurun disebut pupuk bereaksi asam dan
pupuk yang menyebabkan pH tanah meningkat disebut pupuk bereaksi basa. Pengaruh aplikasi
suatu jenis pupuk yang menyebabkan kenaikkan pH sering disajikan dalam daftar equivalen
kebasaan atau disebut equivalen CaCO3. Yang dimaksud equivalen kebasaan adalah jumlah
CaCO3 yang diperlukan untuk meningkatkan pH yang nilainya sama , seperti yang dilakukan oleh
100 kg pupuk bereaksi basa.
27
VI. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pupuk yaitu bahan-bahan kimia dari unsur-unsur makro dan mikro yang
ditambahkan oleh manusia ke tanah atau medium pertumbuhan lainnya untuk meningkatkan
suplaiunsur-unsur hara tanaman bagi tanaman.
2. Berbagai jenis pupuk dengan sifat fisika dan kimia dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan penggunaan terhadap kesuburan tanah dan unsur-unsur hara yang
diperlukan bagi tanaman.
3. Setiap unsur hara mempunyai peranan masing-masing dan dapat menunjukkan
gejala tertentu pada tanaman apabila ketersediaanya kurang.
4. Pemupukan yang efisien dan tepat sasaran meliputi penentuan jenis pupuk, dosis
pupuk, metode pemupukan, waktu, frekuensi pemupukan serta pengawasan mutu pupuk.
5. Kemasan pupuk beranekaragam, yaitu kemasan botol, sachet, kantung plastik.
6. Warna pupuk bermacam-macam ada yang berwarna merah, hijau, putih dan abu-
abu.
7. Aplikasi pupuk menggunakan beberapa metode di semprot melalui daun, disebar,
dikocor dan ditabur.
8. Termasuk pupuk tunggal : ZA, Urea, dan SP-36.
9. Termasuk pupuk majemuk : Bio Calcium, Saputra Nutrient, 88 Spalding Super,
Green Grano, Bio Nutrimax, GRO-MATE Ls, TOP SP, Biosan, Super Tonik dan Agri Simba.
B. Saran
1. Dalam pengemasan pupuk sebaiknya dilengkapi pula dengan tanggal kadaluarsa,
karena dapat dimungkinkan bahwa kandungan zat di dalam pupuk akan berkurang seiring
berjalannya waktu.
28
DAFTAR PUSTAKA
Honcamp, F. 1931. Historisches über die Entwicklung der Pflanzenernährungslehre, Düngung
und Düngemittel. In F. Honcamp (Ed.). Handbuch der Pflanzenernährung und
Düngelehre, Bd. I und II. Springer, Berlin.
Ismail, I. 2005. Pengujian Pupuk N-Aternatif pada Tebu Tanaman Pertama (PC) di PG Pesantern Baru dan PG Jombang Baru. Jombang.
Jones, U.S. 1979. Fertilizer and Soil Fertility. Reston Pub. Co. Virginia.
Miller, F. P. 1982. Fertilizers and our environment. Dalam. W.C. White & D.N. Collins (eds).
The fertilizer hand book p. 21-68. The Fertilizer Institute, Wangsington.
Rosmarkam, A dan N.M Yuwono. 2001. Ilmu Kesuburan Tanah. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Sastrohoetomo, A. 1968. Pupuk Buatan dan Penggunaannya. Djambatan. Jakarta.
Yang, Rong-Zhong, Yu-MoTan, Li-Ming Liu, Lun-Wang Wang, Fang Tan and Yang-Rui Li.
2006b. Effect of low nitrogen stress on early growth, phisio-morphological and quality
attributes of sugarcane. Proc.Internl. Symp.on Technologies to Improve Productivity in
Developing Countries. Guilin. P.R. China. P. 483 -486.
29
LAMPIRAN
30
ACARA III
CARA PEMUPUKAN
ABSTRAKSIPraktikum Acara 3 cara pemupukan dilaksanakan oleh masing-masing kelompok.
Praktikum ini bertujuan untuk mengenal berbagai cara pemupukan tanaman dan membuat dokumentasi dalam bentuk digital. Ada beberapa macam pemupukan yang lazim dilakukan yaitu broadcasting, ring placement, spot placement, foliar application, dan fertigation. Untuk menentukan cara pemupukan yang tepat harus diketahui jenis tanaman yang dibudidayakan, kondisi tanah, dan luas lahan. Praktikum dilaksanakan tanggal 21 Oktober 2012 di Desa Bantengan Kecamatan Banguntapan, Bantul. Cara pemupukan yang dilakukan pada praktikum ini adalah foliar application. Praktikum ini direkam dengan kamera video. Metode foliar application sering digunakan karena dianggap lebih sederhana, hemat tenaga dan praktis tetapi disisi lain, metode foliar application kurang efisien karena akan banyak N yang hilang melalui proses nitrifikasi dan denitrifikasi, penguapan amonia dan pencucian. Selain itu, dapat memacu pertumbuhan gulma dimana pertumbuhan gulma dapat menekan populasi tanaman budidaya.
I. PENDAHULUANA. Latar Belakang
Unsur hara merupakan komponen penting dalam pertumbuhan tanaman, unsur hara
banyak tersedia dialam, sehingga tumbuhan bisa memanfaatkannya untuk kebutuhan
metabolismenya. Tetapi ketersediaan unsur hara di beberapa tempat tidak sama, ada yang
berkecukupan sehingga pertumbuhan tanaman menjadi baik namun ada juga yang kekurangan,
sehingga pertumbuhannya menjadi terhambat. Khusus untuk tanaman budidaya kebutuhan unsur
haranya sangat tinggi, hal ini dikarenakan pada lahan atau tempat yang sama ditanami tanaman
tertentu yang membutuhkan jumlah unsur yang sama setiap waktunya. Sedangkan persediaan
dialam terus berkurang akibat diserap oleh tanaman budidaya yang ditanam dilahan tersebut
musimnya (intensif), sehingga untuk dapat memenuhi kebutuhan tanaman akan unsur hara harus
dilakukan penambahan unsur hara dalam bentuk pupuk dalam jumlah yang cukup.
Kebutuhan tanaman akan unsur hara berbeda – beda bergantung pada umur, jenis
tanaman, dan kebutuhan tanaman itu sendiri. Yang perlu diingat tanaman tidak dapat menyerap
unsur hara dalam bentuk tunggal tetapi tanaman menyerap unsur hara tersebut dalam bentu ion
seperti unsur hara N dapat diserap tanaman dalam bentuk NH4 dan NO3- begitu juga unsur lain
juga diserap tanaman dalan bentuk ion, yang sering disebut sebagai bentuk tersedia bagi tanaman. 31
Tetapi permasalahannya jika unsur N diberikan dalam jumlah yang berlebih justru dapat
mengakibatkan produksi tanaman menurun, hal ini dikarenakan pemberian unsur N dalam jumlah
yang banyak atau melebihi kebutuhan tanaman dapat mengekibatkan fase vegetative tanaman
lebih panjang sehingga pembentukan organ generative tidak maksimal. Akibatnya selain
produktivitasnya menurun, kualitas yang dihasilkan juga menurun. Selain itu pemeberian asupan
yang terlalu banyak berpengaruh terhadap kesuburan tanah.
B. Tujuan
Mengetahui pengaruh pupuk terhadap kesuburan tanah.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Pemupukan adalah usaha pemberian pupuk yang bertujuan untuk menambah persediaan
unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman untuk peningkatan produksi maupun mutu hasil
tanaman (Nelson, 1956).
Pemupukan menurut pengertian khusus ialah pemberian bahan yang dimaksudkan untuk
menambah hara tanaman (pupuk) pada tanah. Pemberian bahan yang dimaksudkan untuk
memperbaiki suasana tanah, baik fisik, kimia ataupun biologi, disebut pembenahan
(amandement) yang berarti perbaikan (reparation) dan penggantian (restitution). Bahan-bahan
ini mencakup mulsa (pengawetan lengas tanah), pembenah tanah (soil conditioner, untuk
memperbaiki struktur tanah), kapur pertanian (menaikkan pH yang terlalu rendah atau melawan
racun Al dan Mn), tepung belerang (menurunkan pH yang terlalu tinggi), dan gips (menurunkan
kegaraman tanah yang terlalu tinggi). Kotoran ternak dan hijauan legume diberikan ke tanah
dengan maksud sebagai pupuk ataupun amandeman (Notohadiprawiro et al., 2002).
Pemberian pupuk dengan cara yang berbeda-beda dilakukan dengan mempertimbangkan
faktor letak geografis lahan pertanaman, tujuan yang ingin dicapai dari pemupukan tersebut,
kondisi atau keadaan lahan atau tanah pertanaman, jenis tanaman, bentuk dari pupuk itu sendiri,
keefisienan dan keefektifannya dalam pemberian pupuk (Foth, 1988).
Pemberian pupuk padat dilakukan dengan cara ditugal, disebar di atas tanah atau di sebelah
tanaman, sedangkan pemberian pupuk daun dengan cara menyemprotkan pada daun, bersama air
disemprotkan sebagai perlakuan tambahan. Pemupukan secara disebar mempunyai kelemahan
bahwa pupuk mudah menguap ataupun terikat dalam tanah. Sebenarnya tanah merupakan sumber
32
unsur-unsur hara. Suatu hasil yang tinggi dari tanaman akan mengangkut keluar unsur lebih
banyak daripada tanaman yang berdaya hasil rendah (Anonim, 2008).
Pemupukan secara foliar application yaitu cara pemupukan dengan cara penyemprotan
pupuk cair pada permukaan daun. Cara ini dilakukan untuk melengkapi pemberian pupuk melalui
tanah. Unsur hara yang diberikan, terutama hara mikro masuk ke dalam tanaman melalui stomata
secara difusi atau secara otomatis. Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:
1. Kepekatan pupuk harus cukup rendah (0,1-0.5%).
2. Tegangan muka larutan pupuk harus rendah, sehingga kontak dengan permukaan
daun lebih besar.
3. Kadar biuret pada urea harus kurang dari 2%.
4. Kondisi lingkungan harus menguntungkan.
Cara pemupukan ini biasanya relatif lebih cepat pengaruhnya terhadap tanaman
dibandingkan dengan pemupukan lewat akar. Tetapi untuk unsur makro penyerapan lewat daun
hanya sebagian kecil saja dibandingkan lewat akar untuk memenuhi seluruh kebutuhan tanaman.
Problem aplikasi pemupukan lewat daun adalah (Anonim, 2008):
a. Penetrasi akar sangat lambat pada tanaman yang mempunyai kutikula tebal.
b. Lapisan luar yang hidrofobik sering menyebabkan larutan tidak mau menempel.
c. Terbatasnya kcepatan pemindahan unsur dari daun ke organ yang lain terutama
pada tempat penyerapan daun tua untuk unsur tertentu seperti Ca2+.
d. Adanya gejala kerusakan daun kalau kadar larutan melampaui ambang batas.
Menurut (Mulyanto et.al, 2006), ada dua kemungkinan mengapa produksi yang diperoleh
tidak seperti yang diharapkan, yaitu:
1. Hara yang berasal dari pupuk tidak dapat diambil oleh tanaman karena waktu
pemupukan dan atau penempatan pupuk yang salah, atau karena adanya perubahan bentuk
hara sehingga pupuk yang diberikan tidak tersedia bagi tanaman.
2. Meskipun hara dapat diambil oleh tanaman, tetapi hara tidak digunakan untuk
memproduksi, akibatnya adanya faktor pembatas pertumbuhan.
Untuk mendapatkan efisiensi pemupukan yang optimal pupuk harus diberikan dalam
jumlah yang mencukupi kebutuhan tanaman, tidak berlebihan dan tidak kekurangan. Bila pupuk
33
diberikan berlebihan maka besar kemungkunan tanaman tersebut akan mengalami keracunan,
sebaliknya bila pupuk diberikan kurang dari yang seharusnya maka pengaruh pemupukan pada
tanaman mungkun tidak nampak. Dengan waktu konsentrasi pemupukan yang tepat akan
diperoleh produksi maksimum (Maas, 1996).
34
III. METODOLOGI
Praktikum Acara 3 dengan judul Cara Pemupukan dilaksanakan pada tanggal 21 Oktober
2012 di Desa Bantengan Kecamatan Banguntapan, Bantul. Alat yang dibutuhkan adalah alat
penyemprot, ember, dan kamera video. Bahan yang digunakan adalah pupuk daun, air dan
sampel tanaman.
Cara pemupukan yang dilakukan adalah foliar application. Cara kerja yang dilakukan
mula-mula adalah ditentukan pupuk yang akan digunakan serta tanaman yang akan dipupuk.
Selanjutnya diukur kebutuhan pupuk untuk satu satuan lahan sesuai dengan populasi tanaman.
Pupuk dimasukkan dalam tabung penyemprot, lalu disemprotkan secara merata pada bagian
permukaan daun.
35
IV. HASIL PENGAMATAN
Hasil pengamatan dari Acara 3 ini dengan judul Cara Pemupukan telah dikumpulkan dalam
bentuk video yang dimasukan ke media CD. Kelompok kami membuat video cara pemupukan
dengan teknik Foliar Application.
V. PEMBAHASAN
Pemupukan merupakan salah satu usaha pengelolaan kesuburan tanah. Dengan
mengandalkan sediaan hara dari tanah asli saja, tanpa penambahan hara, produk pertanian akan
semakin merosot. Hal ini disebabkan ketimpangan antara pasokan hara dan kebutuhan tanaman.
Hara dalam tanah secara berangsur-angsur akan berkurang karena terangkut bersama hasil panen,
pelindian, air limpasan permukaan, erosi atau penguapan. Pengelolaan hara terpadu antara
pemberian pupuk dan pembenah akan meningkatkan efektivitas penyediaan hara, serta menjaga
mutu tanah agar tetap berfungsi secara lestari.
Pemupukan berfungsi untuk memperbaiki strutur tanah sesuai dengan yang dikehendaki
oleh tanaman, menggantikan unsur hara yang hilang atau habis sehingga dapat mempertahankan
keseimbangan unsur hara dalam tanah dan kesuburan tanah meningkat, meningkatkan daya ikat
terhadap air sehingga kebutuhan tanaman terhadap air dapat tercukupi, mengikat fraksi tanah,
mengurangi bahaya erosi karena tanaman tumbuh subur, meningkatkan produksi baik kuantitas
maupun kualitas.
Tujuan utama pemupukan adalah menjamin ketersediaan hara secara optimum untuk
mendukung pertumbuhan tanaman sehingga diperoleh peningkatan hasil panen. Penggunaan
pupuk yang efisien pada dasarnya adalah memberikan pupuk bentuk dan jumlah yang sesuai
dengan kebutuhan tanaman, dengan cara yang tepat dan pada saat yang tepat sesuai dengan
kebutuhan dan tingkat pertumbuhan tanaman tersebut. Tanaman dapat menggunakan pupuk
hanya pada perakaran aktif, tetapi sukar menyerap hara dari lapisan tanah yang kering atau
mampat. Efisiensi pemupukan dapat ditaksir berdasarkan kenaikan bobot kering atau serapan
hara terhadap satuan hara yang ditambahkan dalam pupuk tersebut.
Metode pemupukan yang dikenal antara lain :
1. Foliar application
36
Foliar application ialah metode yang dilakukan dengan bantuan alat penyemprot, yang
kemudian diaplikasikan langsung pada tanaman dengan cara disemprot. Keuntungan dari
metode ini adalah pupuk langsung mengenai sasaran dan lebih mudah pengaplikasiannya.
Sedangkan kerugian dari penggunaan metode ini adalah pupuk akan lebih mudah hilang
yang dapat diakibatkan oleh intensitas curah hujan yang tinggi. Cara kerjanya adalah sebagai
berikut:
a. Siapkan larutan pupuk sesuai takaran (misalnya Urea 0.5%).
b. Masukkan kedalam tabung penyemprot.
c. Lakukan pemupukan pada permukaan daun.
2. Broadcasting
Pemupukan cara broadcasting dilakukan dengan menyebarkan pupuk yang akan
diaplikasikan. Metode broadcasting dapat dibedakan menjadi dua cara yaitu top dressing
(pemakaian di atas permukaan tanah) dan side dressing (pemakaian disamping tanaman).
Dalam top dressing, pupuk disebarkan merata pada permukaan tanah sesudah tanaman
tumbuh. Dalam side dressing, pupuk ditempatkan di sepanjang atau diantara baris sesudah
tanaman tumbuh. Pupuk Nitrogen biasanya diberikan pada tanah dengan cara ini untuk
mengurangi kehilangan N. Metode broadcasting sering digunakan karena dianggap lebih
sederhana, hemat tenaga dan praktis akan tetapi disisi lain,tetapi metode broadcasting kurang
efisien karena akan banyak N yang hilang melalui proses nitrifikasi dan denitrifikasi,
penguapan amonia dan pencucian. Selain itu dapat memacu pertumbuhan gulma yang dapat
menekan populasi tanaman budidaya. Cara kerjanya sebagai berikut:
a. Tentukan kebutuhan pupuk (200 kg urea/hektar).
b. Lakukan pemupukan secara merata keseluruh lahan dengan cara disebar.
3. Fertigation
Pemupukan cara ini memanfaatkan sistem irigasi yang mengairi lahan. Masalah yang
dihadapi yaitu tidak ada keseragaman distribusi pupuk, dan tersematnya P serta beberapa
hara mikro pada permukaan tanah dimana mereka pada dasarnya tidak tersedia bagi akar dan
pemberiaan pupuk tidak akan sampai semua kerena hilang ditengah jalan.. Walaupun begitu
metode fertigasi ini merupukan metode aplikasi pupuk yang paling praktis, nyaman, dan
37
murah yaitu biaya energi, tenaga dan perlengkapanya yang lebih rendah. Cara kerjanya
adalah sebagai berikut:
a. Siapkan larutan pupuk sesuai takaran (misalnya 1 sendok dalam 10 L air).
b. Siramkan kedalam media pertanaman.
4. Spot placement
Pada pemupukan cara spot placement, pupuk ditempatkan dalam dasar lubang atau
dasar alur khusus yang sudah disediakan sedalam 10 cm, pupuk dibenamkan dan ditutup
kembali dengan tanah sebelum ditanam. Pemupukan dengan cara placement memiliki
keuntungan yaitu tanaman lebih mudah menyerap unsur hara yang diberikan karena unsur
hara yang diberikan tidak ada yang hilang sehingga kehilangan unsur hara dapat dikurangi,
karena langsung ditempatkan dan diuraikan dalam tanah. Kerugiannya dengan metode ini
kurang hemat waktu dan memerlukan tenaga dan biaya yang besar, terutama apabila tanaman
yang butuh pupuk tersebut berada dalam lahan yang luas.
5. Ring placement
Pemupukan cara ini dilakukan dengan membuat parit sedalam 10-15 cm mengelilingi
tanaman selebar tajuk terluar. Pupuk ditaburkan secara merata, kemudian parit ditimbun
dengan tanah.
38
VI. PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Pemupukan adalah usaha pemberian pupuk yang bertujuan untuk
menambah persediaan unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman untuk peningkatan
produksi maupun mutu hasil tanaman.
2. Ada beberapa cara pemupukan yang lazim dilakukan, yaitu
broadcasting, ring placement, spot placement, foliar application, dan fertigation.
3. Pemupukan secara foliar application adalah suatu cara pemupukan
dengan penyemprotan bahan pupuk cair pada permukaan daun.
B. SARAN
Sebelum melakukan praktek pemupukan, sebaiknya praktikan mencari petani yang memang
memiliki jadwal untuk memupuk sehingga praktikan dapat mengetahui persis bagaimana cara
petani melakukan pemupukan khususnya pada metode ini.
39
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Tata Cara Pemupukan. <http://pusri.wordpress.com>. Diakses
Tanggal 10 November 2012.
Anonim. 2008. Teknik Budidaya Tanaman. <http://fp.uns.ac.id/~hamasains /BAB
%20VIIIdasgro.htm>. Diakses tanggal 10 November 2012.
Foth, H. 1988. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Maas, A. 1996. Ilmu Tanah dan Pupuk. APP, Yogyakarta.
Mulyanto, B.,Eka L., Dyah T. 2006. Perbandingan efisiensi pemupukan sawah
baru dan lama di Kecamatan Cugening, Cianjur. Agrista 2: 162-168.
Nelson, W and Tisdale, S. 1956. Soil Fertility and Fertilizers. Macmillan
Publishing, New York.
Notohadiprawiro, T., Soeprapto S., & E. Sukana. 2002. Pengelolaan kesuburan
tanah dan peningkatan efisiensi pemupukan. Buletin Fakultas Pertanian UGM 21: 1-
24.
40
ACARA IV
PEMBUATAN KOMPOS
ABSTRAKSI
Praktikum Kesuburan, Kesehatan, dan Pemupukan Tanah Acara IV yang berjudul
“Pembuatan Kompos” dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 17 Oktober 2012, di Laboratorium
Kimia dan Kesuburan Tanah, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta. Praktikum ini bertujuan untuk mengenal pembuatan kompos dan mengamati
perombakan kompos dari berbagai sampai organik. Bahan yang dibutuhkan pada pratikum ini
antara lain bahan utama kompos berupa seresah (daun-daunan, jerami, dan pupuk kandang), air,
dan aktivator EM4. Alat yang digunakan antara lain plastik bening dan kertas label.Cara kerja
pada praktikum ini antara lain diawali dengan disiapkannya bahan utama kompos berupa (daun-
daunan, jerami, dan pupuk kandang), yang dipotong menjadi ukuran kecil-kecil sekitar ±2 cm.
Perlakuan yang dilakukan yaitu kontrol, ditambah aktivator, dan ditambah tanah. Lalu diaduk
sampai merata dan diatur kadar airnya sehingga tercapai sekitar 30%. Kemudian dimasukkan ke
dalam plastik bening, ditutup rapat dan diberi label. Setiap minggu, diamati kenampakan yang
terjadi. Pada minggu ke-2, diambil contoh untuk pengujian pH dan DHL. Bahan utama kompos
yang mengalami proses pematangan paling cepat adalah kompos dari dedaunan, diikuti pukan
kambing, jerami, kemudian pukan sapi. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengomposan
antara lain rasio C/N, ukuran partikel, aerasi, porositas, kelembaban (moisture content), suhu, ph,
kandungan hara, kandungan bahan berbahaya, dan lama pengomposan. Bau menyerupai humus
(agak harum), strukturnya lunak, warna coklat kehitaman, kadar air sekitar 30%, suhunya
mendekati suhu awal pengomposan, pH 6-7 (agak netral), kadar bahan organik 30-60%, dan nisbah
C/N sekitar 15.
41
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam tanah memang sudah tersedia berbagai macam unsur hara baik yang makro
maupun yang mikro secara alamiah. Namun, tidak semua tanah dapat menyediakan hara yang
cukup bagi tanaman. Oleh karena itu, tanah yang tidak/kurang menyediakan unsur hara yang
dibutuhkan oleh tanaman perlu diberi tambahan unsur hara dari luar (organik maupun anorganik)
yang diberikan langsung ke dalam tanah. Tambahan unsur hara ini biasanya disebut pupuk,
sedangkan pengaplikasian pupuk disebut pemupukan.
Pupuk yang ada di pasaran terdiri dari berbagai macam jenis dan bentuk. Berdasarkan
bahan bakunya, jenis pupuk tersebut dapat digolongkan menjadi dua, yaitu pupuk organik dan
pupuk anorganik. Pupuk organik (pupuk alami) dapat dibedakan menjadi pupuk kompos, hijau,
guano, dan pupuk kandang sedangkan pupuk anorganik identik dengan pupuk buatan dari pabrik
(pupuk kimiawi). Bahan organik yang terdapat pada pupuk organik berfungsi untuk menyediakan
unsur hara bagi tanaman, dapat menyumbangkan mikrobia aktif yang dapat memperbaiki struktur
tanah dan merombah bahan organik tanah, dan meningkatkan kesuburan tanah melalui perbaikan
sifat fisika, buatan, dan biologi tanah. Penggunaan pupuk buatan secara berlebihan dapat merusak
tanah berupa sifat fisika, buatan, maupun biologi tanah, misalnya saja strukturnya menjadi
gumpal padat, dan teksturnya lempungan. Selain itu juga dapat menurunkan populasi mikrobia
tanah dan mencemari perairan disekitar lahan pengaplikasian pupuk buatan tersebut. Mengingat
pentingnya fungsi bahan organik dan makin intensifnya penggunaan pupuk buatan di zaman
modern ini, maka perlu diperhatikan kebutuhan tanah akan bahan-bahan organik tersebut. Salah
satu kebutuhan ini bisa dipenuhi oleh kompos, sebagai salah satu pupuk organik (pupuk alami).
B. Tujuan
Mengenal pembuatan kompos dan mengamati perombakan kompos dari berbagai sampah
organik.
42
II. TINJAUAN PUSTAKA
Tanah adalah benda alam yang tersusun atas padatan (mineral dan bahan organik), cairan,
dan gas yang menempati permukaan daratan, dan dicirikan oleh horizonhorizon atau lapisan-
lapisan yang dapat dibedakan dari bahan asalnya sebagai hasil dari proses penambahan,
penghilangan, pemindahan, dan transformasi energi dan materi, yang memiliki kemampuan
mendukung tanaman berakar didalam lingkungan alami (Soil Survey Staff 1998). Menurut
Soepardi (1983), tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman mengandung 45% bahan mineral,
5% bahan organik, 20-30% gas/udara, dan 20-30% cairan/air.
Bahan organik merupakan salah satu penyusun tanah yang berperan penting dalam
merekatkan butiran tanah primer menjadi butiran sekunder untuk membentuk agregat tanah yang
mantap. Kondisi seperti ini besar pengaruhnya pada porositas, penyimpanan dan penyediaan air,
aerasi, dan suhu tanah. Bahan organik dengan C/N tinggi, seperti jerami dan sekam berpengaruh
besar terhadap perbaikan sifat fisika tanah. Bahan organik memiliki peran penting seperti: (1)
penyedia hara makro (N, P, K, Ca, Mg, dan S) dan hara mikro (Zn, Cu, Mo, Co, B, Mn, dan Fe),
meskipun jumlahnya relative sedikit; (2) meningkatkan kapasitas tukar kation; dan (3) dapat
membentuk senyawa kompleks dengan ion logam
yang meracuni tanaman seperti Al, Fe, dan Mn (Suriadikarta dan Simanungkalit 2006).
Bahan organik juga merupakan sumber energi bagi kehidupan organisme tanah yang
menjalankan berbagai proses penting di dalam tanah.
Keberadaan bahan organik di dalam tanah ditunjukkan oleh lapisan berwarna gelap atau
hitam, biasanya pada lapisan atas setebal 10-15 cm. Jumlah dan ketebalan lapisan atas ini
bergantung pada proses yang terjadi seperti pelapukan, penambahan, mineralisasi, erosi,
pembongkaran dan pencucian (leaching), serta pengaruh lingkungan seperti drainase,
kelembapan, suhu, ketinggian tempat, dan keadaan geologi (Suhardjo et al. 1993).
Pada usaha pertanian intensif seperti padi sawah diperlukan sarana produksi untuk
menunjang produktivitas yang tinggi, seperti benih varietas unggul, pupuk, pestisida, dan
pengolahan tanah yang tepat. Namun, usaha tani intensif menyebabkan petani lebih menyukai
menggunakan pupuk buatan seperti urea, SP36, dan KCl dibanding pupuk organik karena dapat
langsung diserap oleh tanaman. Sisa panen seperti jerami sebagian besar dibakar atau untuk
pakan ternak, bahan pembuatan kertas, atau untuk budi daya jamur agar tanah segera dapat diolah
untuk penanaman berikutnya. Keadaan demikian sudah berlangsung cukup lama dan
43
menyebabkan tanah menjadi ”rusak” atau terdegradasi. Sifat tanah memburuk, sulit diolah karena
pejal (padat), terjadi akumulasi fosfat, dan keadaan mikrobiologi tanah kurang serasi sehingga
kegiatan jasad mikro dalam tanah merosot (Suhardjo et al. 1993).
Komponen utama limbah padat pertanian adalah selulosa. Selulosa merupakan senyawa
yang secara alami sulit untuk didekomposisi. Hal ini menyebabkan petani lebih suka membakar
jeraminya di lahan pertanian daripada mengembalikannya lagi ke tanah dalam bentuk kompos,
sebab pengomposan secara alami membutuhkan waktu yang lama (4-5 bulan), terlebih pada
bahan organik berlignin pada tanaman perkebunan seperti pelepah daun dan tandan kosong
kelapa sawit yang mengandung lignin tinggi. Lignin merupakan polimer structural fenilpropan
pada tanaman dan mengikat serat dinding sel, berfungsi menurunkan permeasi air melintasi
dinding jaringan xylem dan membuat kayu resisten terhadap serangan mikroba. Di dalam tanah
lignin dari tanaman mati didegradasi oleh mikroba menjadi humus, air dan karbon dioksida.
Humus pada permukaan tanah penting untuk struktur tanah, meningkatkan aerasi dan moisture-
holding capacity. Humus berfungsi sebagai penukar ion dasar dan mampu menyimpan serta
melepaskan hara di sekitar tanaman ( Eriksson et. al., 1989).
Bahan dasar pupuk organik yang berasal dari sisa tanaman umumnya sedikit mengandung
bahan berbahaya. Namun penggunaan pupuk kandang, limbah industri dan limbah kota sebagai
bahan dasar kompos/pupuk organik cukup mengkhawatirkan karena banyak mengandung bahan
berbahaya seperti misalnya logam berat dan asam-asam organik yang dapat mencemari
lingkungan. Selama proses pengomposan, beberapa bahan berbahaya ini justru terkonsentrasi
dalam produk akhir pupuk. Untuk itu diperlukan seleksi bahan dasar kompos yang mengandung
bahan-bahan berbahaya dan beracun (B3). Bahan/pupuk organik dapat berperan sebagai
“pengikat” butiran primer menjadi butir sekunder tanah dalam pembentukan agregat yang
mantap(Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, 2006).
Keadaan ini besar pengaruhnya pada porositas, penyimpanan dan penyediaan air, aerasi
tanah, dan suhu tanah. Bahan organik dengan C/N tinggi seperti jerami atau sekam lebih besar
pengaruhnya pada perbaikan sifat-sifat fisik tanah dibanding dengan bahan organik yang
terdekomposisi seperti kompos. Pupuk organik/bahan organik memiliki fungsi kimia yang
penting seperti: (1) penyediaan hara makro (N, P, K, Ca, Mg, dan S) dan mikro seperti Zn, Cu,
Mo, Co, B, Mn, dan Fe, meskipun jumlahnya relative sedikit. Penggunaan bahan organik dapat
mencegah kahat unsur mikro pada tanah marginal atau tanah yang telah diusahakan secara
44
intensif dengan pemupukan yang kurang seimbang; (2) meningkatkan kapasitas tukar kation
(KTK) tanah; dan (3) dapat membentuk senyawa kompleks dengan ion logam yang meracuni
tanaman seperti Al, Fe, dan Mn (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan
Pertanian, 2006).
Penggunaan pupuk hayati pernah terdata dengan baik beberapa waktu, yaitu ketika pupuk
hayati (inokulan rhizobia) merupakan salah satu komponen paket produksi untuk proyek
intensifikasi kedelai pemerintah. Pemerintah mengadakan kontrak pesanan inokulan untuk
seluruh areal intensifikasi kedelai. Karena adanya sistem kontrak ini beberapa pabrik inokulan
berdiri karena dengan sistem ini produksi inokulan mereka terjamin pembelinya(Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, 2006).
Pada periode 1983-1986, inokulan (Legin) sebanyak 68.034,67 kg telah digunakan untuk
menginokulasi tanaman kedelai seluas 453.564 ha pada 25 provinsi di Indonesia (Sebayang and
Sihombing, 1987). Pada musim tanam tahun 1997/1998, jenis inokulan lain (pupuk hayati
majemuk Rhizoplus) sebanyak 41.348,75 kg digunakan untuk menginokulasi 330.790 ha kedelai
di 26 provinsi (Saraswati et al., 1998).
45
III. METODOLOGI
Praktikum Kesuburan, Kesehatan, dan Pemupukan Tanah Acara IV yang berjudul
“Pembuatan Kompos” dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 17 Oktober 2012, di Laboratorium
Kimia dan Kesuburan Tanah, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta. Bahan yang dibutuhkan pada pratikum ini antara lain bahan utama kompos berupa
seresah (daun-daunan, jerami, dan pupuk kandang), air, dan aktivator EM4. Alat yang digunakan
antara lain plastik bening dan kertas label.
Cara kerja pada praktikum ini antara lain diawali dengan disiapkannya bahan utama
kompos berupa (daun-daunan, jerami, dan pupuk kandang), yang dipotong menjadi ukuran kecil-
kecil sekitar ±2 cm. Perlakuan yang dilakukan yaitu kontrol, ditambah aktivator, dan ditambah
tanah. Lalu diaduk sampai merata dan diatur kadar airnya sehingga tercapai sekitar 30%.
Kemudian dimasukkan ke dalam plastik bening, ditutup rapat dan diberi label. Setiap minggu,
diamati kenampakan yang terjadi. Pada minggu ke-2, diambil contoh untuk pengujian pH dan
DHL.
46
IV. HASIL PENGAMATAN
N Indikator
Kenampakan yang terjadi
Dedaunan JeramiKotoran
kambingKotoran sapi
K
ontrol
T
anah
E
M4
K
ontrol
T
anah
E
M4
K
ontrol
T
anah
E
M4
K
ontrol
T
anah
E
M4
1 Bau
+
+
+
+
++
+
+
++
+++
+
++
++
2 Warna
+
++
++
++
++
++
++
+++
++
+
++
+
3 Kadar Air
+
+
++
+++
++
+++
++
++
++
++
++
++
4Tingkat
Perombakan
+
++
++
++
++
+++
+
++
++
+
++
++
Ket : tanda (+) lebih banyak menunjukkan kualitas yang lebih baik.
Tabel 4.1. Hasil pengamatan pupuk
V. PEMBAHASAN
Salah satu jenis pupuk organik adalah kompos. Bahan organik yang berasal dari sisa-sisa
tanaman, kotoran hewan, dan sebagainya mengalami proses perubahan dahulu agar dapat
digunakan oleh tanaman. Tanpa perubahan, unsure hara dalam bahan-bahan tersebut tetap dalam
keadaan terikat sehingga tidak bias diserap oleh tanaman. Selama proses perubahan dan
penguraian bahan organik, unsure hara mengalami perubahan dan menjadi bentuk larut yang bias
diserap tanaman. Proses perubahan ini disebut pengomposan.
Pada pembuatan kompos ini dilakukan dengan perlakuan yaitu kotoran sapi ditambahkan
dengan biang kompos. Penambahan biang kompos dimaksudkan untuk mempercepat
terbentuknya kompos matang.
47
Metode dalam pembuatan kompos ini yaitu metode indore (penimbunan) yang dilakukan
didalam ruangan. Bahan kompos ditimbun dan jangan sampai padat tetapi dibuat longgar,hal ini
bertujuan agar proses penghawaan (aerasi) berjalan dengan lancar. Bahan kompos juga lebih baik
dicincang dulu agar mudah terdekomposisi.
Selama proses pengomposan terjadi reaksi eksotermik sehingga akan timbul panas akibat
pelepasan energi. Kenaikan temperature dalam timbunan bahan organik akan menghasilkan
temperature yang menguntungkan bagi mikroorganisme termofilik dalam merombak bahan
organik dalam hal ini bahan kompos. Suhu pada pengamatan tidak sampai tinggi sehingga tidak
dikhawatirkan akan membunuh mikroorganisme yang berperan dalam proses dekomposisi.
Proses pengomposan yang baik untuk menghasilkan kompos yang cepat matang yaitu yang
yang memerlukan penghawaan yang lancar. Pembalikan kompos yang dilakukan tiap minggu
bertujuan untuk memperlancar sirkulasi udara dan mempercepat proses perombakan bahan
organik. Hal ini dikarenakan aktivitas mikrobia memrlukan aliran udara yang lancar.
Pada saat pengomposan dilakukan penyiraman, hal ini berhubungan dengan kandungan air
yang dibutuhkan untuk proses pengomposan. Kandungan air yang cukup selama proses
pengomposan merupakan kunci keberhasilan dalam pengomposan. Kompos jangan sampai
terlalu basah karena akan kompak dan berlendir, tetapi jangan pula terlalu kering karena akan
menghambat proses dekomposisi.
Selama proses pengomposan berlangsung didapatkan data pengamatan yang menunjukkan
terjadinya perubahan secara kuantitatif maupun kualitatif. Dari segi sifat kualitatif dapat
ditunjukkan dengan adanya perubahan warna, bau dan strukturnya. Warna akan menjadi hitam
kecoklatan, bau seperti humus (tidak berbau bangkai/ busuk) dan strukturnya akan remah dan
lunak, tidak menggumpal dan melumpur.. Proses pengomposan kebanyakan menghasilkan asam-
asam organik, sehingga pH menyebabkan pH turun. Pembalikan timbunan mempunyai dampak
netralisasi keasaman. Makin tinggi kadar pH dalam timbunan kompos maka makin cepat terjadi
peruraian bahan. Untuk memperoleh kadar pH tinggi, timbunan kompos dapat ditambah dengan
kapur atau abu. Hasil pengamatan menunjukkan pada pH sekitar 6-7, yang merupakan pH ideal
dalam proses pengomposan.
Timbunan bahan kompos akan lebih cepat mengalami peruraian bila suhunya tepat. Suhu
ideal untuk proses pengomposan adalah 30 – 45 C, salah satu cara menjaga kestabilan suhu
dalam pembuatan kompos adalah dengan menimbun bahan dalam ketinggian tertentu. Timbunan
48
yang terlalu rendah dapat menyebabkan panas mudah menguap, seblaiknya timbunan terlalu
tinggi membuat bahan-bahan menjadi memadat. Suhu terlalu tinggi bias membunuh bakteri
pengurai. Sedangkan kondisi yang kurang uadara dapat memacu pertumbuhan baktreri anaerobic
sehingga menimbulkan bau tidak sedap.
Dari hasil pengamatan menunjukkan pengomposan dengan penambahan biang kompos
menyebabkan DHL-nya cukup tinggi yaitu berkisar antara 0.7 – 1.0. Hal ini menunjukkan bahan
kompos tersebut memiliki KTK yang tinggi. Agar pemupukan pada suatu tanah efektif maka
tanah harus memiliki kapasitas tukar kation tinggi. Dengan demikian kompos dapat membantu
meningkatkan KTK suatu tanah.
kompos matang mempunyai karakteristik fisik yaitu:
►Struktur, bahan kopos matang bersifat remah; merupakan media yang lepas-
lepas tidak kompak maupun tidak dikenali kembali bahan dasarnya.
►Warna, terbaik adalah warna coklat kehitaman. Warna hitam murni menunjukkan
proses fermentasi yang kurang baik karena terlalu banyak lengas dan kekurangan udara.
►Status kelengasan, apabila segumpal kompos kita ambil kemudian diperas tidak
ada air yang keluar.
►Bau, kompos yang baik harus berbau seperti humus atau tanah. Apabila kompos
berbau busuk menandakan bahwa proses dekomposisi belum selesai dan proses peruraian
masih berlangsung.
►Kemasaman, mempunyai PH netral sampai agak masam. Kisaran PH kompos
yang baik adalah 6,0-7,5.
49
V. PENUTUP
B. Kesimpulan
1. Bahan utama kompos yang mengalami proses pematangan paling cepat adalah
kompos dari jerami, diikuti pukan kambing, pukan sapi, kemudian dedaunan.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengomposan antara lain rasio C/N,
ukuran partikel, aerasi, porositas, kelembaban (moisture content), suhu, ph, kandungan hara,
kandungan bahan berbahaya, dan lama pengomposan.
3. Bau menyerupai humus (agak harum), strukturnya lunak, warna coklat kehitaman,
kadar air sekitar 30%, suhunya mendekati suhu awal pengomposan, pH 6-7 (agak netral), kadar
bahan organik 30-60%, dan nisbah C/N sekitar 15.
C. Saran
1. Berat bahan utama yang digunakan untuk pembuatan komposa disamakan agar
data yang didapat lebih akurat.
2. Terlebih dahulu dilakukan uji jenis tanah, karena jika tanah yang digunakan tidak
sesuai dengan jenis tanah yang dibutuhkan akan menimbulkan kerancuan dalam pemahaman.
50
DAFTAR PUSTAKA
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. 2006. Pupuk Organik
dan Pupuk Hayati. Bogor.
Eriksson, K.E.L., R.A. Blanchette, and P. Ander. 1989. Microbial and Enzymatic Degradation of
Wood and Wood Components. Springer Verlag Heildeberg. New York.
Saraswati, R., D.H. Goenadi, D.S. Damardjati, N. Sunarlim, R.D.M. Simanungkalit, dan Djumali
Suparyani. 1998. Pengembangan Rhizo-plus untuk Meningkatkan Produksi, Efisiensi
Pemupukan Menunjang Keberlanjutan Sistem Produksi Kedelai, Laporan Akhir Penelitian
Riset Unggulan Kemitraan I Tahun (1995/1996-1997-1998). Balai Penelitian Bioteknologi
Tanaman Pangan.
Sebayang, K. dan D.A. Sihombing 1987. The technology impact on soybean yield in Indonesia.
pp. 37-48. In J.W.T. Bottema, F. Dauphin, and G. Gijsbers (Eds.). Soybean Research and
Development in Indonesia. CGPRT Centre, Bogor.
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Soil Survey Staff. 1998. Kunci Taksonomi Tanah. Edisi kedua.
Suhardjo, H., M. Supartini, dan U. Kurnia. 1993. Bahan organik tanah. Dalam Informasi
Penelitian Tanah, Air, Pupuk, dan Lahan. Serial Populer No.3/PP/SP/1993. Pusat
Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor.
Suriadikarta, D.A. dan R.D.M. Simanungkalit. 2006. Pendahuluan. hlm. 1-10. Dalam Pupuk
Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan
Pertanian, Bogor.
51
LAMPIRAN
1. EM4
2. Tanah
3. Kontrol
52
ACARA V
UJI MUTU KOMPOS
ABSTRAKSI
Praktikum Kesuburan Tanah acara V yaitu Uji Mutu Kompos dilaksanakan pada hari Rabu 24 Oktober 2012 di Rumah kaca, Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui mutu kematangan kompos dengan metode perkecambahan dan pertumbuhan vegetatif. Bahan yang digunakan adalah pupuk kompos (pukan sapi, pukan kambing), sekam dan benih sawi. Sedangkan alat yang digunakan antara lain label, alat tulis, pot dan semprotan. Untuk cara kerjanya, pertama - pertama disiapkan 5 pot kosong, lalu 5 pot tersebut masing – masing diisi dengan sekam (sebagai kontrol), (pukan sapi), (pukan kambing), sekam + (pukan sapi), sekam + (pukan kambing), (pukan sapi) + (pukan kambing) dan (pukan kambing) + (pukan sapi) + sekam, yang dibuat oleh tiap-tiap kelompok. Kemudian benih bayam cabut sebanyak 10 biji disebarkan merata pada permukaan media pot tersebut (1 pot = 10 biji), lalu disemprot dengan air untuk menjaga kelengasan (kelembaban) selama percobaan. Setelah itu pot diberi label agar memudahkan dalam pengamatan (tidak tertukar dengan kelompok lain), serta tidak lupa diamati pertumbuhan biji bayam cabut tersebut selama 7 hari. Setelah 7 hari, dihitung biji yang berkecambah, Gaya berkecambah, dan Indeks vigor. Uji mutu kompos penting untuk mengetahui kesiapan kompos sebelum digunakan sebagai pupuk. Kompos yang tidak matang akan menghambat atau mematikan tanaman. Hasil yang diperoleh menunjukkan perkecambahan kompos bahan pupuk kandang sapi sebanyak 80%, pupuk kandang kambing 20%, sekam 0%, pupuk kandang sapi dengan sekam 10%, pupuk kandang sapi dengan pupuk kandang kambing 5-%, pupuk kandang kambing dengan sekam 80%, dan campuran pupuk kandang sapi dengan kambing dan sekam sebanyak 40%. Pupuk yang telah siap digunakan ialah yang memiliki GB baik yaitu diatas 75% untuk benih ortodoks sayur.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Untuk meningkatkan kesuburan tanah, pemberian pupuk anorganik (buatan) saja tidak
cukup, perlu diberikan pupuk organik dan salah satu diantaranya adalah kompos. Kompos selain
mudah didapat dan murah harganya serta merupakan media yang baik untuk pertumbuhan
mikroorganisme bermanfaat di dalam tanah. Ditambahkan oleh bahwa bahan organik atau pupuk
kandang akan diuraikan oleh mikroorganisme tanah menghasilkan bahan humus yang mampu
meningkatkan agregasi tanah. Agregasi tanah yang baik akan menjamin tata udara dan air yang
baik sehingga aktifitas mikroorganisme berlangsung baik sehingga dapat meningkatkan
ketersediaan beberapa unsur hara. Hasil pembuatan kompos tidak langsung dapat digunakan,
melainkan harus dilakukan pengujian terhadap mutu kompos terlebih dahulu. Perlu diketahui
bahwa kompos yang belummatang jika diaplikasikan di lahan pertanian dapat menghambat atau
53
mematikan tanaman. Untuk itu petani harus menentukan kematangan kompos sebelum digunakan
sebagai media tumbuh atau dicampurkan dengan tanah.
B. Tujuan
Untuk mengetahui mutu kematangan kompos dengan metode perkecambahan dan
pertumbuhan vegetatif.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Kompos adalah pupuk alami (organik) yang terbuat dari bahan - bahan hijauan dan bahan
organik lain yang sengaja ditambahkan untuk mempercepat proses pembusukan, misalnya
kotoran ternak atau bila dipandang perlu, bisa ditambahkan pupuk buatan pabrik, seperti urea.
Sampah kota bisa juga digunakan sebagai kompos dengan catatan bahwa sebelum diproses
menjadi kompos sampah kota harus terlebih dahulu dipilah-pilah, kompos yang rubbish harus
dipisahkan terlebih dahulu. Jadi yang nantinya dimanfaatkan sebagi kompos hanyala sampah-
sampah jenis garbage saja (Wied 2004 cit. Sulistyorini 2005).
Kompos dapat memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan
organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air
tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan
penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari
tanah. Aktivitas mikroba tanah juga d iketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan
penyakit. Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik kualitasnya daripada
tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia, misal: hasil panen lebih tahan disimpan, lebih berat,
lebih segar, dan lebih enak. Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek,
diantaranya adalah (Anonim, 2011) :
A. Aspek Ekonomi :
1. Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah
2. Mengurangi volume/ukuran limbah
3. Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
54
B. Aspek Lingkungan :
1. Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan pelepasan gas metana
dari sampah organik yang membusuk akibat bakteri metanogen di tempat pembuangan sampah
2. Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan
C. Aspek bagi tanah/tanaman:
1. Meningkatkan kesuburan tanah
2. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
3. Meningkatkan kapasitas penyerapan air oleh tanah
4. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
5. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen)
6. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
7. Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman
8. Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah
Kriteria Kualitas Kompos menurut World Bank adalah persyaratan minimal dalam
pembuatan kompos, maka sebaiknya dalam pembuatan kompos diperhatikan kualitas kompos
setara dengan pupuk organik seperti yang dibakukan oleh Standar Internasional dan preferensi
beberapa pengguna / pembeli kompos yang disajikan dalam Tabel 2 (Anonim, 2006).
PARAMETER KUALITAS
SATUAN STANDAR KUALITAS
1KUALITAS
UMUM
a
.
Kadar Air % < 45
b C/N Ratio Dimensionless < 20
55
.
2 KADAR LOGAM BERAT
a
.
Cr (Khrom) mg/kg berat
kering
< 45
b
.
Cu
(Tembaga)
mg/kg berat
kering
< 150
c
.
Pb (Timbal) mg/kg berat
kering
< 150
d
.
Zn (Seng) mg/kg berat
kering
< 400
Selama pasca pematangan terbentuk komplek lempung-humus. Hal ini berarti bahwa
makin matang kompos maka kandungan hara kompos yang tersedia untuk tanaman turun dan
dikarakterisasikan dengan perbaikan sifat fisik tanah. Pasca pematangan dicirikan suhu yang
lebih rendah daripada tahap dekomposisi utama. Setelah kenaikan suhu yang terjadi dalam waktu
yang singkat pada proses konversi, suhu turun dan akhirnya mencapai suhu udara ambien.
Selama proses pendinginan, populasi organisme dan cacing tanah membantu mencampur
komponen mineral dan organik (Irwanti, 2003)
Bahan organik berperan besar dalam memperbaiki struktur tanah,mampu meningkatkan
kemampuan menahan air, menyeimbangkan nisbahpori mikro dan makro guna memperbaiki
aerasi tanah, meningkatkan kesuburan kimia tanah dan meningkatkan aktivitas biologi jasad
mikroorganisme tanah dalam mendokomposisi bahan organik.Bahan organk dapat berasal dari
kotoran cair dan padat dari hewan (pupuk kandang),sisa-sisa tanaman (pupuk hijau), sampah dan
limbah organik (kompos), jasad penambat nn udara. Semakin mudah diurai, bahan organik yang
lebih sukar diurai memerlukan waktu lama untuk menunjukkan pengaruhnya, namun
efektivitasnya dapat berlangsung lebih lama (Brady, 1974).
56
Petani menjaga ketersediaan bahan dengan memperhatikan kuantitas pupuk yang
diproduksi dengan berbagai macam kotoran ternak dan dengan menyediakan nutrisi penting
bagi tanaman yang termuat dalam pupuk. Hal ini penting untuk mengenal pengaruh pengelolaan
yang dilakukan untuk mengembalikan kualitas pupuk pada pertanian yang berbeda. Secara
umum, terlebih – lebih tergantung pada pemupukan sebagai sumber nutrisi di dalam tanah. Pada
beberapa tempat, bagaimanapun juga pupuk harus mempertimbangkan penambahan materi ke
tanah. Termasuk beberapa pertimbangan nutrisi yang disediakan oleh pupuk kandang dan pupuk
penyubur (Millar, 1955).
III. METODOLOGI
57
Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 24 Oktober 20012 di Laboratorium Kimia dan
Kesuburan Tanah, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta. Adapun alat yang digunakan yaitu pot dan bahan yang digunakan yaitu benih bayam
cabut, lalu media yaitu pupuk kandang sapi, pupuk kandang kambing, sekam, campuran pupuk
kandang sapi-kambing, campuran pupuk kandang sapi-sekam, campuran pupuk kandang sapi-
kambing-sekam.
Mula-mula pot yang sudah diisi label dimasukan media sesuai dengan perlakuan masing-
masing. Setelah itu media sedikit disiram air agar basah dan disebar benih bayam cabut. Diamati
gaya berkecambah dari benih tersebut selama 7 hari. Setelah data GB didapat selama 7 hari
pengamatan dilihat hasilnya, buat pembahasan mengenai besarnya GB dengan kelayakan pupuk
yang digunakan sebagai perlakuan. Diamati pula pH dan Daya Hantar Listrik (DHL) media yang
digunakan sebagai perlakuan.
Presentase ( % ) =Jumlahbiji yang tumbuh hari ke−7
Biji yang dikecambahkan x100%
Rumus Gaya Berkecambah (GB ¿= Jumlah biji berkecambahsampai hari ke−nJumlah biji yangdikecambahkan
x 100 %
Rumus Indeks Vigor ( IV ¿= Jumlahbijiberkecambah pada hari ke−nhari ke−n
58
no
PerlakuanJumlah benih tumbuh hari ke- G
B1 2 3 4 5 6 7
1 Pukan sapi 0 2 4 6 7 7 88
0%
2 Pukan kambing 0 0 0 0 1 1 22
0%
3 Sekam 0 0 0 0 0 0 00
%
4 Sapi+Sekam 0 0 0 0 1 1 11
0%
5 Sapi+Kambing 0 2 3 4 5 5 55
0%
6 Kambing+Sekam 0 3 6 8 8 8 88
0%
7Kambing+Sapi+Se
kam 0 0 1 2 4 4 44
0%IV. HASIL PENGAMATAN
Tabel 5.1. GB benih tiap perlakuan
no
Perlakuanp
HD
HL
1 Pukan sapi6.52
0.4
2 Pukan kambing7.57
0.3
3 Sekam7.57
0.1
4 Sapi+Sekam7.83
0.2
5 Sapi+Kambing6.85
0.2
6 Kambing+Sekam7.83
0.1
7Kambing+Sapi+Se
kam7.2
0.3
Tabel 5.2. pH dan DHL tiap perlakuan
59
no
PerlakuanIV
1 2 3 4 5 6 7
1 Pukan sapi 0 1 1.333331
.51
.4 1.16667 1.14286
2 Pukan kambing 0 0 0 00
.2 0.16667 0.28571
3 Sekam 0 0 0 0 0 0 0
4 Sapi+Sekam 0 0 0 00
.2 0.16667 0.14286
5 Sapi+Kambing 0 1 1 1 1 0.83333 0.71429
6 Kambing+Sekam 01
.5 2 21
.6 1.33333 1.14286
7Kambing+Sapi+Se
kam 0 0 0.333330
.50
.8 0.66667 0.57143
Tabel 5.3. IV benih tiap perlakuan
60
V. PEMBAHASAN
Kompos adalah hasil penguraian parsial atau tidak lengkap dari campuran bahan-bahan
organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam
kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik. Kompos disebut juga
sebagai pupuk organik. Seperti yang telah kita ketahui pupuk organik memiliki sifat – sifat
penting yang mempengaruhi kesuburan tanah, diantaranya adalah :
1. Mempengaruhi sifat fisik tanah.
Bahan organik membuat tanah menjadi gembur dan lepas-lepas, sehingga aerasi dan
pengatusan dakhil menjadi lebih baik serta lebih mudah ditembus perakaran tanaman. Pada tanah
yang bertekstur pasiran, bahan organik akan meningkatkan pengikatan antar partikel dan
meningkatkan kapasitas mengikat air. Sifat fisik bahan organik yang baik sangat ideal apabila
dicampur terlebih dahulu dengan pupuk kimia sebelum dimanfaatkan sebagai pupuk. Dari
penambahan bahan organik ini, warna tanah yang dulunya cerah akan berubah menjadi kelam.
2. Mempengaruhi sifat kimia tanah
Kapasitas tukar kation (KPK) dan ketersediaan hara meningkat dengan penggunaan bahan
organik. Asam yang dikandung humus akan membantu meningkatkan proses pelapukan bahan
mineral.
3. Mempengaruhi sifat biologi tanah
Bahan organik akan menambah energi yang diperlukan kehidupan mikroorganisme tanah.
Tanah yang kaya bahan organik akan mempercepat perbanyakan fungi , bakteri, mikro flora dan
mikro fauna tanah lainnya.
Pada umumnya kandungan hara pupuk organik rendah dan kadarnya bervariasi. Rendahnya
kandungan hara ini tergantung pada jenis bahan dasarnya. Kandungan hara yang rendah ini
memiliki arti pada biaya untuk setiap unit unsur hara yang digunakan nisbi yang lebih mahal.
Hara yang berasal dari bahan organik ini diperlukan untuk kegiatan mikrobia yang bermanfaat di
dalam tanah. Mikroba – mikroba tanah tersebut akan merubah bentuk ikatan kompleks organik
yang tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman menjadi bentuk senyawa organik dan anorganik
sederhana yang dapat diserap oleh tanaman. Kebanyakan unsur di dalam tanah biasanya terlindi
dalam bentuk unsur tersedia dari hasil perombakan bahan organik. Pupuk organik juga
menyediakan hara untuk tanaman dalam jumlah yang terbatas dan tidak cukup.
61
Kompos dapat dibuat dari semua material organik yang mengandung karbon dan nitrogen,
misalnya seperti kotoran hewan, sampah hijauan, sampah kota, lumpur cair dan limbah industri
pertanian. Namun untuk material organik seperti tulang, tanduk, dan rambut, sulit untuk
dikomposkan (dibuat kompos). Proses pengomposan (pembuatan kompos) akan segera
berlangsung setelah material – material organik dicampur. Proses pengomposan secara sederhana
dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap pematangan. Selama tahap-tahap awal
proses, oksigen dan senyawa-senyawa yang mudah terdegradasi akan segera dimanfaatkan oleh
mikroba mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan meningkat dengan cepat. Demikian pula akan
diikuti dengan peningkatan pH kompos. Suhu akan meningkat hingga di atas 50o - 70o C. Suhu
akan tetap tinggi selama waktu tertentu. Mikroba yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba
Termofilik, yaitu mikroba yang aktif pada suhu tinggi. Pada saat ini terjadi
dekomposisi/penguraian bahan organik yang sangat aktif. Mikroba-mikroba di dalam kompos
dengan menggunakan oksigen akan menguraikan bahan organik menjadi CO2, uap air dan panas.
Setelah sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu akan berangsur-angsur mengalami
penurunan. Pada saat ini terjadi pematangan kompos tingkat lanjut, yaitu pembentukan komplek
liat humus. Selama proses pengomposan akan terjadi penyusutan volume maupun biomassa
bahan. Pengurangan ini dapat mencapai 30 – 40% dari volume/bobot awal bahan. Proses
pengomposan dapat terjadi secara aerobik (menggunakan oksigen) atau anaerobik (tidak ada
oksigen). Proses yang dijelaskan sebelumnya adalah proses aerobik, dimana mikroba
menggunakan oksigen dalam proses dekomposisi bahan organik. Proses dekomposisi dapat juga
terjadi tanpa menggunakan oksigen yang disebut proses anaerobik. Namun, proses ini tidak
diinginkan, karena selama proses pengomposan akan dihasilkan bau yang tidak sedap. Proses
anaerobik akan menghasilkan senyawa-senyawa yang berbau tidak sedap, seperti: asam-asam
organik (asam asetat, asam butirat, asam valerat, puttrecine), amonia, dan H2S (Anonim, 2011).
Dalam pembuatan kompos perlu diperhatikan tingkat kematangannya. Kompos yang belum
matang dapat menghambat atau mematikan tanaman. Kompos matang biasanya dilihat dari hasil
uji rasio C/N. Namun uji ini harus dilakukan di laboratorium kimia. Sebenarnya ada cara yang
sederhana dan mudah untuk menguji kualitas kompos, yaitu dengan uji kecambah dan uji dengan
tanaman.
62
0 2 4 6 8 10 120
2
4
6
8
10
12
GB benih bayam cabut
Pukan sapiPukan kambingsekamsapi+sekamkambing+sekamkambing+sapi+sekamsapi+kambing
hari ke-n
jum
lah
beni
h
Grafik 5.1. GB benih bayam cabut
Pada Grafik ini dapat terlihat bahwa pada perlakuan menggunakan pupuk kandang kambing
serta pupuk kandang kambing dan pupuk kandang sapi dengan campuran sekam memiliki gaya
berkecambah yang paling tinggi yaitu mencapai 80%. Ini sangat berbeda dengan keadaan GB
benih pada perlakuan hanya menggunakan sekam yaitu 0%. Ini menunjukan bahwa pupuk
kambing sudah memiliki sifat yang cocok untuk perkecambahan suatu benih. Ini dapat terlihat
dengan benih yang tumbuh sudah melebihi batas standar perkecambahan benih ortodoks sayur
yang biasanya adalah sebesar 75%. Pada saat perkecambahan suatu benih dibutuhkan
kelembaban, kadar air sekitar benih, aerasi (kandungan oksigen), serta keadaan pH pada sekitar
benih. Untuk percobaan ini aspek terpenting yang kita soroti dalam hal agronomis
perkecambahan ialah pH. Dari yang kita ketahui bahwa pupuk yang belum matang atau belum
siap diaplikasikan memiliki efek panas terhadap organ tanaman. Ini adalah disebabkan oleh pH
dari benih tersebut yang terlalu rendah. Selain itu pupuk yang belum matang kita ketahui bahwa
teksturnya belum membentuk remah sehingga jika benih yang kita tanam dibenamkan terlalu
dalam akan kekurangan oksigen pada perkecambahannya. Adapula faktor tekstur dapan
mempengaruhi dari penyimpanan air padahal air adalah hal yang paling penting dari
perkecambahan. Air nantinya akan menginisiasi enzim pertumbuhan serta menginisiasi enzim
lainnya seperti contohnya yang bekerja untuk merombak kandungan lemak pada biji untuk
dikonversi menjadi ATP dan digunakan untuk membentuk protein dalam pembelahan sel.
63
0 2 4 6 8 10 120
2
4
6
8
10
12
IV benih bayam cabut
Pukan sapiPukan kambingsekamsapi+sekamkambing+sekamkambing+sapi+sekamsapi+kambing
hari ke-n
IV
Grafik 5.2. IV benih bayam tiap perlakuan
Indeks vigor dalam segi agronomis tidak kalah penting dibandingkan dengan Gaya
Berkecambah benih. Indeks vigor ialah sebagai nilai keserempakan suatu benih berkecambah
pada suatu waktu (dalam hitungan hari). Dari data yang telah diolah menjadi grafik menunjukan
bahwa IV pada perlakuan pupuk kambing+sekam dan pupuk sapi memiliki titik puncak yang
paling tinggi. Ini juga dapat menjadi suatu variabel yang memperkuat bahwa pupuk kandang sapi
dan pupuk kandang kambing+sekam sudah cukup baik dan matang untuk diaplikasikan pada
tanaman budidaya.
Pupuk kandang dan pupuk kompos adalah salah satu pupuk yang cukup mudah untuk
dibuat oleh masyarakat. Hanya dengan menggunakan limbah dari pekarangan ataupun dari hewan
ternak. Namun untuk penggunaan dari pupuk yang dibuat ini haruslah dilakukan pengujian mutu
pupuk terlebih dahulu. Pupuk yang belum matang tidak akan membantu pertumbuhan tanaman
bahkan dapat meracuni tanaman budidaya. Pada umumnya pupuk yang belum siap untuk
diaplikasikan atau biasa disebut belum ‘matang’ akan memberikan efek panas terhadap organ
yang terkena oleh pupuk tersebut. Selain dengan dilihat dari dampak yang terjadi pada tanaman,
kematangan pupuk juga dapat dilihat dari teksturnya yang sudah remah, tidak berair, memiliki
warna yang gelap menyerupai tanah, pH yang netral 6-7, aroma yang tidak busuk atau bau seperti
bahan awal, dan memiliki kadar bahan organik hingga 60% serta nisbah C/N 15. Adapun benih
64
bayam dipilih karena memiliki kecepatan yang tumbuh cukup cepat, yaitu sudah mencapai
perkecambahan yang baik dalam waktu sekitar 7 hari.
VI. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pupuk kandang kotoran sapi dan pupuk kandang kotoram kambing dengan
campuran sekam sudah memiliki kematangan yang baik untuk diaplikasikan pada tanaman
budidaya.
B. Saran
Menurut info dari salah satu asisten, seharusnya pada praktikum acara ini tidak
menggunakan pupuk murni pada saat percobaan. Sebaiknya pupuk perlakuan dicampurkan pada
tanah sehingga dapat terlihat secara jelas dampak dari pupuk yang dijadikan perlakuan.
65
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2006. Standar Kualitas Kompos Menurut Bank Dunia. <
www.mnlh.go.id/kompos >. diakses pada tanggal 11 November 2011.
Anonim. 2011. Kompos. < http://id.wikipedia.org/wiki/Kompos#Jenis-jenis_kompos >.
Diakses pada tanggal 11 November 2012.
Brady, N.C. 1974. The Nature and Properties of The Soils. 8th ed. Macmillan Pub Co, New
York.
Irwanti, I. 2003. Pengaruh metode pengomposan terhadap waktu pematangan kompos.
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan IV (6) : 35-48.
Millar, G. E. 1955. Soil Fertility. John Willey and Sons Inc, New York.
Sulistyorini, L. 2005. Pengelolaan sampah dengan cara menjadikan kompos. Jurnal
Kesehatan Lingkungan 2(1) : 77 – 84.
66
ACARA VI
KESUBURAN TANAH AKTUAL
ABSTRAKSI
Praktikum Kesuburan Tanah acara VI dengan judul Kesuburan Tanah Aktual dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 3 Oktober 2012 di Rumah Kaca, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Bahan yang digunakan yaitu benih jagung (Zea mays), tanah Ultisol, Vertisol, dan Inceptisol yang berasal dari tempat yang berbeda. Alat yang digunakan yaitu cetok, alat tulis dan dokumentasi. Metode pelaksanaan praktikum yaitu 3 benih jagung (Zea mays) per pot (jika sudah tumbuh akan dijarangkan menjadi 2 tanaman jagung). Pot tersebut ditanami dengan tanaman jagung dan diberi air secukupnya setiap hari. Kemudian diamati kenampakan visual tanaman jagung pada setiap pot, diukur, dan dicatat tinggi tanaman, jumlah daun dan tingkat kehijauan daun seminggu sekali. Dari beberapa jenis tanah yang digunakan tersebut, maka tanah inseptisol adalah tanah yang paling subur karena memiliki rata-rata tinggi tanaman yang paling baik. Hal ini dapat diduga bahwa tingkat kesuburan tanah aktual dari beberapa jenis tanah yang digunakan adalah berbeda-beda. Dari hasil pengamatan diperoleh bahwa jenis tanah inseptisol merupakan jenis tanah yang memiliki kesuburan tanah aktual yang paling baik, dengan tinggi tanaman 45,03 cm dan jumlah daun 5 helai. Sedangkan jenis tanah yang paling jelek kesuburan tanah aktualnya adalah jenis tanah ultisol dengan tinggi tanaman 37,23 cm dan jumlah daun 4 helai. Tingkat urutan kesuburan aktual tanah dari tertinggi hingga terendah yaitu tanah inceptisol > vertisol > ultisol.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beragam masalah kesuburan tanah yang muncul di lapangan dapat diidentifikasi dengan
berbagai cara. Hasil identifikasi ini sangat menentukan dalam memutuskan tindakan yang harus
diambil unutk memecahkan masalah. Cara identifikasi yang tepat akan menghasilkan keputusan
kesuburan tanah yang tepat dan efisien. Cara-cara identifikasi dapat dilakukan dengan cara:
mengamati penampakan visual tanaman, analisis tanah, analisis bagian tanaman, dan percobaan
pemupukan.
Kesuburan tanah didefinisikan sebagai kualitas yang memungkinkan suatu tanah untuk
menyediakan unsur-unsur hara yang memadai, baik dalam jumlah maupun imbangannya untuk
pertumbuhan spesies tanaman bila temperatur dan faktor lain mendukungnya. Produktivitas tanah
untuk memproduksi satu spesies tanaman tertentu atau sekelompok tanaman di bawah suatu
sistem managemen yang khusus. Agar tanah itu produktif maka tanah itu harus subur. Tetapi
tidak harus berarti bahwa tanah yang subur selalu produktif. Banyak tanah subur yang berada di
67
daerah kering akan tetapi dengan sistem managemen yang tidak menggunakan irigasi, tanah itu
tidak akan produktif untuk tanaman jagung maupun padi.
Pada prinsipnya tanah yang subur adalah tanah yang secara konsisten dapat memberikan
hasil yang baik tanpa penambahan pupuk dan bahan-bahan lain yang menunjang pertumbuhan
tanaman secara optimal. Tanah kemungkinan mempunyai kesuburan asli yang tinggi, tetapi hasil
produksinya rendah karena faktor produksi lainnya yang dapat menghambat pertumbuhan
tanaman. Tanah yang memiliki kesuburan asli tanpa dilakukan usaha perbaikan atau peningkatan
kesuburannya disebut dengan kesuburan tanah aktual. Jenis tanah tertentu mempunyai potensi
kesuburan yang tinggi, tetapi karena tidak dilakukan perbaikan tingkat kesuburannya maka hanya
diperoleh hasil dengan aras yang sedang. Namun demikian jenis tanah memiliki tingkat
kesuburan tanah aktual yang berbeda-beda tergantung sifat fisik dan kimia dari setiap jenis tanah
tersebut.
B. Tujuan
Tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah untuk mengetahui kesuburan aktual tanah
dari berbagai jenis tanah.
68
II. TINJAUAN PUSTAKA
Tanah ialah lapisan atas bumi yang dikerjakan setiap waktu untuk selanjutnya ditanami dan
dipungut hasilnya. Dapat dikatakan bahwa tanah ialah tempat tanaman dapat tumbuh dan berdiri
tegak, tempat tanaman dapat menghisap air yang mengandung zat-zat makanan yang diperlukan
untuk hidupnya tumbuh-tumbuhan (Rismunandar, 1990).
Kemampuan tanah sebagai habitat tanaman menghasilkan bahan yang dapat dipanen sangat
ditentukan oleh tingkat kesuburan atau sebagai alternatif kapasitas berproduksi atau
produktivitas. Kesuburan tanah dibedakan menjadi dua, yaitu kesuburan tanah potensial, yakni
maksimum hasil yang diperoleh dengan cara mengoptimalisasi semua faktor produksi.
Sedangkan kesuburan tanah aktual, yakni kesuburan asli tanah tanpa dilakukan usaha perbaikan
atau peningkatan kesuburannya. Jenis tanah tertentu mempunyai potensi kesuburan yang tinggi,
tetapi karena tidak dilakukan perbaikan tingkat kesuburannya maka hanya diperoleh hasil dengan
aras yang sedang (Sutanto, 2005).
Kesuburan tanah diberi batasan sebagai mutu kemampuan suatu tanah untuk menyediakan
unsur hara pada takaran yang diperlukan dan keseimbangan tertentu secara sinambung, untuk
menunjang pertumbuhan suatu jenis tanaman pada lingkungan dengan faktor pertumbuhan
lainnya dalam keadaan yang menguntungkan. Tanah dikatakan subur bila mampu memacu
pertumbuhan dan perkembangan sampai aras yang memungkinkan fungsi-fungsi pertumbuhan
dan perkembangan optimum tanaman (Poerwowidodo, 1993).
Pada umumnya penggunaan lahan tergantung dari 2 segi yaitu kemampuan lahan dan
lokasi. Oleh karena itu tanah punya nilai ekonomis dan nilai pasar yang berbeda. Untuk lahan
pertanian nilai ekonomis lahan didasarkan pada tingkat kesuburan, lereng permukaan,
kemampuan menahan air, dan lokasi (Fachrur, 2007).
Uji kesuburan tanah diperlukan sebelum mengusahakan lahan pertanian sehingga dapat
diketahui potensi lahan dan kendala yang harus diatasi. Dalam hal ini tanaman dapat digunakan
sebagai indikator kesuburan yaitu dengan melihat kenampakan fisik tanaman (Davidescu dan
Davidescu, 1982).
Karakteristik kimiawi dan fisika tanah dapat berbeda dari satu tempat ke tempat lain. Jika
terdapat perbedaan/variasi faktor pembentuk tanah antar tempat tersebut. Di dataran tinggi, suhu
relatif rendah, mengakibatkan pelapukan lebih lambat sedangkan di dataran rendah suhu lebih
69
tinggi mendukung pelapukan lebih cepat. Perbedaan karekteristik kimia dan fisika kimia tanah
tersebut mengakibatkan berbedanya pengelolaan yang diperlukan (Basyaruddin, 2001).
Tujuan utama pemberian pupuk dan kapur adalah memberikan takaran pupuk dan kapur
yang akan menghasilkan keuntungan paling besar bagi tanaman yang diproduksi. Ada juga tujuan
lain seperti suatu mutu tanaman, hasil maksimum, konversi tanah dan mutu lingkungan. Takaran
pupuk dan kapur yang diperlukan untuk memenuhi tujuan – tujuan yang disebut terakhir mungkin
berbeda dari yang untuk keuntungan maksimum. Untuk mencapai salah satu dari tujuan ini,
digunakan pendekatan perumusan hara yang serupa (Whitney et al., 1997).
Tanaman mengabsorbsi N pada waktu tanaman tumbuh aktif tetapi tidak selalu pada tingkat
kebutuhan yang sama. Banyaknya N yang dapat diabsorbsi setiap hari per satuan berat tanaman
adalah maksimum pada saat masih muda dan berangsur-angsur menurun dengan bertambahnya
usia tanaman. Terjadi kekurangan N yang hebat akan menghentikan proses pertumbuhan dan
reproduksi. Kekurangan N adalah salah satu penyebab tanaman menjadi kerdil sehingga faktor-
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman dibagi menjadi dua yaitu faktor genetik dan
faktor lingkungan (Anonim, 2009).
Begitu juga menurut Anonim (2006), bahwa dengan pemupukan N disamping akan
berpengaruh terhadap proses-proses fisiologi juga akan meningkatkan indeks luas daun
maksimal, berat kering organ vegetatif, dan konsentrasi N daun.
Inseptisol merupakan tanah yang baru berkembang. Walaupun demikian tanah ini tidak
hanya berupa bahan asal atau induk tetapi harus sudah terjadi proses pembentukan tanah yang
menghasilkan epipedon okhrik. Pada inseptisol mungkin juga ditemukan epipedon anthropik,
horison albik dan agrik. Akumulasi garam, besi oksida dan lain-lain mungkin ditemukan juga tapi
pada kedalaman lebih dari 1 meter (Hardjowigeno, 1993).
Banyak tanah inseptisol yang digunakan untuk usaha pertanian misalnya daerah endapan
sungai atau daerah rawa-rawa pantai. Tanah ini berasal dari bahan aluvium umumnya merupakan
tanah subur. Perbaikan drainase di daerah rawa-rawa menyebabkan munculnya cat clay yang
sangat masam akibat oksidasi sulfida menjadi sulfat (Hardjowigeno, 1993).
70
III. METODOLOGI
Praktikum acara VI dengan judul Kesuburan Tanah Aktual dilaksanakan pada hari Rabu
tanggal 3 Okober 2012 di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Bahan
yang digunakan dalam praktikum ini yaitu tong fiber, tanah lapis olah yaitu vertisol, inceptisol,
ultisol dan tanaman jagung (Zea mays) sebagai indikator kesuburan aktual tanah. Alat yang
dikgunakan yaitu alat tulis, penggaris dan alat dokumentasi.
Cara kerja yang digunakan yaitu Tong fiber dengan volume 120 L yang telah dilubangi
bagian bawahnya disiapkan dan diberi label nama kelompok, lokasi dan tanggal pengambilan
tanah. Selanjutnya tanah lapis olah yang diambil dari berbagai lokasi pada lahan pertanian
dengan jenis tanah yang berbeda-beda disiapkan untuk kemudian dimasukkan pada masing-
masing tong fiber. Tanah lapis olah tersebut dimasukkan secara bertahap agar tanah lebih mudah
digemburkan dan untuk mencegah bagian tanah yang padat. Setelah tanah menjadi gembur maka
benih jagung (Zea mays) siap ditanam ke dalam masing-masing tong. Pada 1 MST dilakukan
penjarangan dengan mencabut satu tanaman dan sisakan dua tanaman yang paling baik
kenampakan visualnya. Kenampakan visual tanaman (morfologi dan warna daun) diamati setiap
minggunya (pada hari Rabu) dan juga diukur tinggi tanamannya dan jumlah daunnya. Setiap hari
tanaman juga perlu disiram untuk menghindari terjadinya kekeringan pada tanaman.
71
IV. HASIL PENGAMATAN
Jenis Tanah Pengamatan minggu ke- (cm)
I II III
Ultisol 11,29 29,29 37,23
Vertisol 11,87 30,61 40,46
Inceptisol 12,88 31,04 45,03
Tabel 6.1. Tinggi Tanaman Jagung (Zea mays) pada Kesuburan Tanah Aktual
Jenis Tanah Pengamatan minggu ke- (helai)
I II III
Ultisol 3 4 4
Vertisol 2 4 5
Inceptisol 3 4 5
Tabel 6.2. Jumlah Daun Tanaman Jagung (Zea mays) pada Kesuburan Tanah Aktual
Jenis Tanah Pengamatan minggu ke-
I II III
Ultisol + ++ ++
Vertisol + ++ ++
Inceptisol + ++ ++
Tabel 6.3. Tingkat Kehijauan Daun Tanaman Jagung (Zea mays) Kesuburan Tanah Aktual
72
V. PEMBAHASAN
Kesuburan tanah adalah mutu tanah untuk bercocok tanam, yang ditentukan oleh
salingtindak (interaction) sejumlah sifat fisika, kimia dan biologi bagian tubuh tanah yang
menjadi habitat akar-akar aktif tanaman. Kesuburan tanah pada hakekatnya ditentukan oleh sifat-
sifat fisik, kimia dan biologi tanahnya. Sehingga seringkali orang lebih senang menggunakan
istilah kesuburan fisik, kimia, dan biologi tanah. Kesuburan kimiawi tanah ditentukan terutama
oleh kemampuan tanah memasok unsur-unsur hara bagi tanaman, sedangkan kesuburan fisik
tanah mencakup pengertian kemampuan tanah memberikan dukungan mekanik yang sesuai bagi
pertumbuhan tanaman. Secara rampat dukungan tersebut mengunjuk pada galah ukur (parameter)
struktur tanah. Struktur tanah yang baik bukan saja akan memberikan dukungan mekanik yang
layak bagi perakaran tanaman, tetapi juga secara tak langsung akan mempengaruhi aerasi tanah.
Dan pada gilirannya akan menciptakan peluang terbaik bagi perakaran tanaman untuk
menjangkau unsur hara dan lengas yang tersedia di dalam tanah. Kondisi fisik dan kimiawi tanah
yang baik akan berarti tersedianya lingkungan hidup yang sesuai bagi organisme tanah.
Organisme tersebut sangat berperan dalam proses pendauran materi di dalam tanah.
Pengertian kesuburan tanah secara umum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kesuburan
aktual dan kesuburan potensial. Kesuburan aktual adalah kesuburan tanah alamiah sedang
kesuburan potensial adalah kesuburan tanah maksimum yang dapat dicapai dengan
mengoptimumkan semua faktor yang dibantu oleh adanya masukan teknologi. Kelayakan
masukan teknologi yang diterapkan sangat ditentukan oleh: 1) imbangan antara tambahan hasil
panen atau nilai tambah mata dagangan (komoditi) yang diharapkan dapat dihasilkan dan
tambahan biaya produksi yang harus dikeluarkan, 2) kemampuan masyarakat dalam membiayai
masukan teknologi, 3) ketrampilan teknik masyarakat dalam menerapkan masukan teknologi
secara sinambung, 4) sifat dan kelakuan tanah.
Kesuburan aktual adalah kesuburan yang dapat diciptakan oleh tanah itu sendiri tanpa
adanya suplai hara atau spesial treatment untuk tanaman yang ada diatasnya jadi dengan kata lain
kemampuan maksimal dari tanah tersebut untuk dapat terus menompang hidup tanaman tanpa
adanya perbaikan atau perubahan baik dari segi fisik, kimia atau biologi tanah itu sendiri.
Kesuburan potential adalah kesuburan yang paling optimal yang dapat diberikan tanah setelah
segala faktor penghalang yang merugikan tanaman disingkirkan atau diminimumkan. Pada
73
kesuburan potensial terdapat campur tangan dari manusia seperti perbaikan struktur tanah dan
pemupukan jadi pada kesuburan potensial, tanah diusahakan sebagaiman mungkin baik untuk
pertumbuhan tanaman. Kesuburan tanah itu sendiri adalah kualitas dan mutu dari tanah itu sendiri
yang digunakan untuk berbagai kegiatan bercocok tanam diatasnya dimana tanaman yang ada
diatasnya berinteraksi dengan sifat fisik, kimiawi dan biologis dari tanah itu sendiri. Kesuburan
tanah tidak dapat dipatok nilai standarnya sehingga tingkat kesuburan untuk tiap tanah selalu
berbeda
Masukan-masukan teknologi tersebut antara lain adalah usaha-usaha pemupukan atau
pengapuran. Nutrisi atau unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman terdiri dari unsur hara
makro (N, P, K, Ca, Mg, S) dan unsur hara mikro (Fe, Mn, Bo, Mo, Cu, Zn, Cl, dan Co) dalam
bentuk anion dan kation. Dalam setiap panenan banyak sekali unsur hara yang terangkut dari
dalam tanah. Oleh karena itu maka kalau panenan terus-menerus dilakukan pada lahan pertanian
tersebut berarti sekian banyak nutrisi yang telah terangkut tanpa dikembalikan lagi ke dalam
tanah. Sehingga pengetahuan tentang cara menjaga kesuburan tanah dengan menjaga kandungan
unsur hara bagi tanaman sangat penting bagi petani.
Tanah merupakan campuran antara padatan anorganik dan organik , udara, air, dan
mikroorganisme. Semuanya berinteraksi satu dengan lainnya. Reaksi dari padatan mempengaruhi
kualitas air dan udara, air dan udara melapukkan padatan, dan mikroorganisme mengkatalis
beberapa reaksi. Proses-proses yang terjadi di dalam tanah sesungguhnya sangat kompleks. Ia
begitu kompleks sehingga jauh sekali dari bayangan kita yang sederhana. Hal ini seringkali
menyulitkan identifikasi masalah kesuburan yang akan timbul. Tanah ialah lapisan atas bumi
yang dikerjakan setiap waktu untuk selanjutnya ditanami dan dipungut hasilnya. Dapat dikatakan
bahwa tanah ialah tempat tanaman dapat tumbuh dan berdiri tegak, tempat tanaman dapat
menghisap air yang mengandung zat-zat makanan yang diperlukan untuk hidupnya tumbuh-
tumbuhan. Berbagai jenis tanah di Indonesia ada yang subur dan ada juga yang tidak subur.
Tanah yang subur banyak dimanfaatkan penduduk untuk kegiatan pertanian yang berguna untuk
memenuhi kebutuhan hidup manusia.
Vertisol merupakan tanah yang belum matang dengan perkembangan profil yang lebih
lemah dibanding dengan tanah matang. Profilnya mempunyai horison yang dianggap
pembentukannya agak lamban sebagai hasil alterasi bahan induk. Inceptisol banyak dijumpai
74
pada tanah sawah memerlukan masukan yang tinggi baik untuk masukan anorganik (pemupukan
berimbang N, P, dan K) maupun masukan organik (pencampuran sisa panen ke dalam tanah saat
pengolahan tanah. Inceptisol adalah tanah-tanah yang kecuali dapat memiliki epipedon okrik dan
horizon albik seperti yang dimiliki tanah inseptisol juga memiliki sifat penciri horison kambik.
Tanah Vertisol memiliki kesuburan yang lebih tinggi dibandingkan tanah lain. Hal tersebut
dikarenakan tanah ini memiliki nilai KPK yang paling tinggi dan kandungan bahan organiknya
juga tinggi. Nilai KPK ditandai dengan banyaknya mineral lempung pada tanah ini. Nilai KPK
yang tinggi menunjukan kemampuan tanah untuk menyediakan hara dan pertukarannya dalam
tanah untuk tanaman. Sedangkan nilai KPK tanah Inceptisol lebih tinggi dibandingkan tanah
Ultisol. Tanah Inceptisol merupakan tanah muda, tanah yang belum berkembang sehingga nilai
KPK tanah tersebut lebih rendah daripada tanah Vertisol.
Inceptisol dapat dianggap sebagai tanah tua karena telah mencapai tingkat akhir dalam
proses pembentukan tanah dan pada horizon B mengandung liat yang sangat tinggi (argilik).
Adanya kandungan liat mudah mengembang dan mengkerut yang tinggi merupakan masalah
utama tanah ini. Faktor penting dalam pembentukan tanah ini adalah adanya musim kering dalam
setiap tahun dengan musim basah 1-2 bulan. Vertisol merupakan tanah yang memiliki potensial
cukup baik, akan tetapi yang menjadi kendala adalah dalam hal pengolahan tanahnya yang relatif
cukup sulit, bersifat sangat lekat bila basah dan sangat keras bila dalam keadaan kering, jadi
harus diketahui kelengasan tanah pada lapisan permukaan yang memungkinkan untuk dilakukan
pengelolaan tanah untuk persiapan lahan baik untuk pembibitan maupun penanaman. Tanah yang
termasuk ordo Inceptisol merupakan tanah muda. Kata inceptisol berasal dari kata Inceptum yang
berarti permulaan. Umumnya mempunyai horison kambik. Padanan dengan sistem klasifikasi
lama adalah termasuk tanah aluvial, andosol, regosol, gleihumus, dll. Tanah ini mempunyai
produktivitas alami yang beragam karena tidak memiliki sifat fisik dan kimia yang khas. Dengan
demikian tingkat kesuburan tanah ini tergantung sifat fisik dan kimia tanah inceptisol. Namun
karena tanah ini belum berkembang lanjut, sehingga kebanyakan dari tanah ini cukup subur.
Inceptisol adalah tanah yang belum matang (immature) dengan perkembangan profil yang
lebih lemah dibanding dengan tanah yang matang dan masih banyak menyerupai sifat bahan
induknya. Tanah Inceptisol yang terdapat di dataran rendah solum yang terbentuk pada umumnya
tebal, sedangkan pada daerah-daerah berlereng curam solum yang terbentuk tipis. Warna tanah
Inceptisol beranekaragam tergantung dari jenis bahan induknya. Warna kelabu bahan induknya 75
dari endapan sungai, warna coklat kemerah-merahan karena mengalami proses reduksi, warna
hitam mengandung bahan organik yang tinggi.
Tanah Ultisol memiliki kemasaman kurang dari 5,5 sesuai dengan sifat kimia, komponen
kimia tanah yang berperan terbesar dalam menentukan sifat dan ciri tanah umumnya pada
kesuburan tanah. Nilai pH yang mendekati minimun dapat ditemui sampai pada kedalaman
beberapa cm dari dari batuan yang utuh (belum melapuk). Tanah-tanah ini kurang lapuk atau
pada daerah-daerah yang kaya akan basa-basa dari air tanah pH meningkat pada dan di bagian
lebih bawah solum.
Tanah Ultisol sering diidentikkan dengan tanah yang tidak subur, tetapi sesungguhnya bisa
dimanfaatkan untuk lahan pertanian potensial, asalkan dilakukan pengelolaan yang
memperhatikan kendala (constrain) yang ada pada Ultisol ternyata dapat merupakan lahan
potensial apabila iklimnya mendukung. Tanah Ultisol memiliki tingkat kemasaman sekitar 5,5 .
Untuk meningkatkan produktivitas Ultisol, dapat dilakukan melalui pemberian kapur,
pemupukan, penambahan bahan organik, penanaman tanah adaptif, penerapan tekhnik budidaya
tanaman lorong (atau tumpang sari), terasering, drainase dan pengolahan tanah yang seminim
mungkin. Pengapuran yang dimaksudkan untuk mempengaruhi sifat fisik tanah, sifat kimia dan
kegiatan jasad renik tanah. Pengapuran pada Ultisol di daerah beriklim humid basah seperti di
Indonesia tidak perlu mencapai pH tanah 6,5 (netral), tetapi sampai pada pH 5,5 sudah dianggap
baik sebab yang terpenting adalah bagaimana meniadakan pengaruh meracun dari aluminium dan
penyediaan hara kalsium bagi pertumbuhan tanaman
Perbedaan kesuburan tanah aktual disetiap daerah disebabkan adanya perbedaan pada
faktor-faktor pembentuk tanah. Batuan induk, iklim, relief, organism, dan waktu yang berbeda-
beda menghasilkan jenis tanah dan kesuburan yang berbeda pula. Pada lahan pertanian
manajemen kesuburan oleh petani sangat mempengaruhi kesuburan tanah aktual di suatu daerah.
Ketersediaan hara dalam tanah harus dijaga antara yang hilang dari tanah dan jumlah yang
dimasukan ke dalam tanah.
76
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh grafik hasil untuk tinggi tanaman jagung pada
beberapa jenis tanah adalah
1 2 305
101520253035404550
Grafik Tinggi Tanaman Vs Minggu Pengamatan
UltisolVertisolInceptisol
Minggu ke-
Ting
gi T
anam
an (c
m)
Grafik 6.1. Tinggi Tanaman Jagung pada Kesuburan Tanah Aktual
Dari grafik dapat ketahui tinggi tanaman Jagung paling baik pada tanah Inseptisol,
kemudian Vertisol, terakhir Ultisol. Hal ini dapat diketahui dari rata-rata tinggi tanaman tiap
minggunya. Dari minggu 1 hingga minggu 3 tinggi tanaman terus bertambah hal ini dikarenakan
kebutuhan tanaman akan hara dan air masih terpenuhi. Pertumbuhan tinggi tanaman yang
berbeda dikarenakan kesuburan aktual masing-masing jenis tanah juga berbeda. Tanah Vertisol
memiliki nilai KPK dan bahan organik yang paling tinggi dibandingkan Inceptisol dan Ultisol.
Hal tersebut dapat dimungkinkan sehingga hara tidak menjadi faktor penghambat bagi tanaman.
Selain itu penyiraman tanaman yang teratur juga menentukan pertumbuhan tanaman. Namun
pada hasil pengamatan diketahui bahwa tanah inseptisol memiliki kesuburan lebih tinggi daripada
vertisol, hal ini dikarenakan tanah vertisol pengelolaan tanahnya relatif cukup sulit, bersifat
sangat lekat apabila basah dan bersifar keras apabila dalam keadaan kering. Pada tanah inseptisol
sering digunakan untuk areal persawahan dan sudah mengalami pengolahan tanah sehingga
tanahnya lebih subur.
77
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh histogram hasil jumlah daun tanaman jagung pada
beberapa jenis tanah adalah
Histogram 6.1. Jumlah daun Tanaman Jagung pada Kesuburan Tanah Aktual
Dari grafik dapat ketahui pertumbuhan jumlah daun tanaman Jagung paling baik pada tanah
Inceptisol, kemudian Vertisol, dan Ultisol. Bertambahnya jumlah daun dikarenakan kebutuhan
tanaman akan hara dan air masih terpenuhi. Pertambahan jumlah daun tanaman yang berbeda
dikarenakan kesuburan aktual masing-masing jenis tanah juga berbeda. Tanah Vertisol memiliki
nilai KPK dan bahan organik yang paling tinggi dibandingkan Inceptisol dan Ultisol. Hal tersebut
dapat dimungkinkan sehingga hara tidak menjadi faktor penghambat bagi tanaman. Selain itu
penyiraman tanaman yang teratur juga menentukan pertumbuhan tanaman. Namun pada hasil
pengamatan diketahui bahwa tanah inseptisol memiliki kesuburan lebih tinggi daripada vertisol,
hal ini dikarenakan tanah vertisol pengelolaan tanahnya relatif cukup sulit, bersifat sangat lekat
apabila basah dan bersifar keras apabila dalam keadaan kering. Pada tanah inseptisol sering
digunakan untuk areal persawahan dan sudah mengalami pengolahan tanah sehingga tanahnya
lebih subur.
Tingkat kehijauan daun berkaitan erat dengan kandungan klorofil dalam daun. Klorofil
berkorelasi positif dengan kandungan nitrogen dalam tanah. Apabila kandungan nitrogen dalam
tanah optimum maka kandungan klorofil optimum sehingga warna daun semakin hijau, dengan
begitu proses fotosintesis tanaman akan berjalan dengan baik dan menghasilkn produksi tanaman 78
1 2 30
1
2
3
4
5
6
Histogram Jumlah Daun
UltisolVertisolInceptisol
Minggu ke-
Jum
lah
Daun
yang maksimal. Warna daun kuning mengindikasi kekurangan unsure nitrogen dalam tanah. Pada
hasil pengamatan diperoleh tingkat kehijauan daun dari 1 MST samapai 3 MST memiliki
intensitas kehijauan yang sama, hal ini mengindikasikan bahwa unsure nitrogen dalam tanah
inseptisol, vertisol dan ultisol memiliki jumlah yang sama.
79
VI. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Tanah memiliki kesuburan yang berbeda-beda tergantung faktor pembentuk tanah,
yaitu bahan induk, iklim, relief, organisme, dan waktu.
2. Kesuburan tanah aktual adalah kesuburan asli tanah tanpa dilakukan usaha
perbaikan atau peningkatan kesuburannya misalnya dengan pemupukan atau penambahan bahan-
bahan yang dapat meningkatkan kesuburan tanah tersebut.
3. Berdasarkan hasil percobaan tanah Inseptisol memiliki kesuburan aktual yang
tinggi bila dibandingkan dengan Vertisol dan Ultisol.
4. Tanah Inceptisol memiliki kesuburan tanah aktual yang tinggi dilihat dari
pengukuran pertumbuhan yang paling tinggi selama 3 minggu, dengan tinggi tanaman 45,03 cm
dan jumlah daun 5 helai.
5. Pengetahuan untuk menjaga kesuburan tanah sangat penting dalam menjamin
keberhasilan suatu kegiatan pertanian dengan menjaga ketersediaan hara dalam tanah bagi
pertumbuhan tanaman.
6. Penilaian tingkat kesuburan tanah dari berbagai jenis tanah dapat dilihat dari
kenampakan visual (morfologi dan warna) serta tinggi tanaman dan jumlah daun.
7. Tingkat kehijauan tanaman jagung dari ketiga jenis tanah adalah sama.
B. Saran
Pengetahuan tentang kesuburan tanah yang akan digunakan sebagai media tanam yang
akan dijalankan sangat lah penting guna mendapatkan hasil pertumbuhan tanaman atas kebutuhan
tanaman akan unsur hara yang terkandung pada tanah tersebut.
Karena tingkat pertumbuhan pada tiap jenis tanah berbeda, pemupukan diperlukan untuk
menambah keharaan tanah yang keadaannya semakin lama semakin menipis karena
dipergunakan secara terus menerus oleh tanaman selama pertumbuhannya untuk mencapai
produksi yang optimum dan kualitas yang baik.
80
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Kesuburan Tanah. <http://blogbintang.com/kesuburan-tanah>. Diakses tanggal 3 November 2012.
Anonim, 2006. Peranan Pupuk N Pada Tanaman. <www.ferdinap.org/ipns>. Diakses tanggal 3 November 2012.
Basyarudin. 2001. Karakteristik kimiawi dan fisiko-kimiawi andisol yang berkembang pada berbagai ketinggian di Sumatra Utara. Jurnal Penelitian Pertanian 2 : 67-78.
Davidescu, D., and V. Davidescu. 1982. Evaluation of Fertility by Plant and Soil Analysis. Abacus Press, England.
Fachrur, R. 2007. Nilai ekonomi dalam mempertahankan kelestarian sumberdaya lahan. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Edisi Khusus Balitkabi 10: 112-119.
Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika Pressindo, Jakarta.
Poerwowidodo. 1993. Telaah Kesuburan Tanah. Angkasa, Bandung.
Rismunandar. 1990. Pengetahuan Dasar Tentang Perabukan. Sinar Baru, Bandung.
Sutanto. 1993. Peranan Pertanian dalam Menciptakan Keterpaduan Pertanian, Kelembagaan Pemerintah, dan Kepencintaalaman dalam Mengelola Ekosistem. Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Whitney, D.A., J.T. Cooped an L.F.Welch. 1997. Fertilizer Technology. GMUP, Yogyakarta.
81
LAMPIRAN
FOTO TANAMAN JAGUNG SETIAP MINGGUNYA
Minggu ke-0 (0MST)
Minggu ke-1 (1 MST)
82
Minggu ke-2 (2MST)
Minggu ke-3 (3MST)
83
LAMPIRAN
ACARA VI
KESUBURAN AKTUAL TANAH
TABEL HASIL PENGAMATAN ACARA 6
KESUBURAN TANAH AKTUAL
N
o
J
enis
tanah
U
langan
Tinggi tanaman
minggu ke- (cm)
Jumlah Daun
minggu ke- (helai)
Tingkat kehijauan
daun minggu ke-
1 2 3 1 2 3 1 2 3
1U
ltisol
A
1 siang
1
1,5
2
2,2
3
03 4 4 +
+
+
+
+
A
1 sore
1
0
3
0,6
4
7,13 5 6 +
+
++
+
+
A
3 siang
1
2,65
2
2,55
2
8,153 5 5 +
+
+
+
+
A
3 sore
1
2,4
4
3,3
4
8,653 5 5
+
+++
+
+++
+
++
A
5 siang
1
4,99
4
0,85
4
2,343 5 5 +
+
+
+
+
A
5 sore
6
,22
1
6,25
2
7,172 3 3 +
+
+
+
+
R
ata-rata
1
1,29
2
9,29
3
7,233 4 4 +
+
+
+
+
2 V
ertisol
A
1 siang
1
2,45
2
9,15
4
3,05
3 4 4 + +
+
+
+
84
A
1 sore
1
1,55
2
7,1
4
0,652 4 5 +
+
++
+
+
A
3 siang
1
1,45
3
5,4
4
5,453 4 5 +
+
+
+
+
A
3 sore
1
2,13
3
4,64
4
1,303 5 6
+
+++
+
+++
+
++
A
5 siang
1
2,35
3
5,04
4
2,883 4 5 +
+
+
+
+
A
5 sore
1
1,30
2
2,37
2
9,433 3 4 +
+
+
+
+
R
ata-rata
1
1,87
3
0,61
4
0,462 4 5 +
+
+
+
+
3
I
nseptis
ol
A
1 siang
1
0,5
2
5,3
5
5,23 4 6 +
+
+
+
+
A
1 sore
1
4.8
4
0.5
5
03 4 4 +
+
++
+
+
A
3 siang
7
,2
2
5,1
3
2,32 4 4 +
+
+
+
+
A
3 sore
1
8,8
3
8,5
5
0,23 4 5
+
++
+
++
+
+
A
5 siang
1
2,75
3
4,15
4
1,53 5 6 +
+
+
+
+
A
5 sore
1
5,17
3
2,17
4
1,003 3 3 +
+
+
+
+
R
ata-rata
1
2,88
3
1,04
4
5,033 4 5 +
+
+
+
+
Tabel 6.4. Data pengamatan jagung
85
Keterangan:
TT : Tinggi Tanaman (cm)
JD : Jumlah Daun (helai)
Minggu 0 : 3 Oktober 2012
Minggu I : 10 Oktober 2009
Minggu II : 17 Oktober 2009
Minggu III : 24 Oktober 2009
(***) : tanaman mati
(-) : tidak ada tanaman / tanaman belum dapat diukur tingginya.
+ : tingkat kehijauan daun
ACARA VII
PENGARUH PEMUPUKAN
ABSTRAKSIPraktikum Kesuburan Tanah Acara VII dengan judul Pengaruh Pemupukan dilaksanakan
di rumah kaca Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 10 Oktober 2012. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk terhadap kesuburan tanah. Alat yang digunakan dalam praktikum ini meliputi pot plastik, alat tulis, penggaris, oven, dan gunting. Bahan yang digunakan pada praktikum ini antara lain tanah lapis olah, pupuk NPK, pupuk organik, dan benih jagung. Langkah kerja yang dilakukan pertama kali adalah tanah lapis olah diambil di lahan pertanian, kemudian digemburkan dan dimasukan ke dalam pot plastik 6 L yang berlubang di bagian bawahnya. Setiap pot ditanami 3 benih jagung. Setelah tumbuh dipilih 1 tanaman yang terbaik untuk dipelihara. Ditambahkan air secukupnya (dijaga sekitar kapasitas lapangan) dilakukan setiap hari agar tanaman tumbuh dengan baik. Kemudian pada masing-masing pot dibuat
86
perlakuan yaitu (a) tanpa pupuk (kontrol), (b) +NPK 0,5 sendok teh, (c) pupuk organik 100 gram, dan (d) +NPK 0,5 sendok teh + pupuk organik 100 gram. Pupuk NPK diberikan saat usia tanaman 1 minggu, sedangkan pupuk organik dicampur merata dengan tanah pada saat persiapan. Pengamatan dilakukan setiap minggu, dicatat tinggi tanaman, jumlah daun dan kenampakan visual dari tanaman tersebut untuk setiap perlakuan. Pada akhir percobaan tanaman dipotong tepat pada pangkal batangnya. Ditimbang bobot segar dan bobot kering berangkasan. Bobot kering diperoleh setelah jaringan tanaman tersebut dioven pada temperatur 60 °C selama >48 jam. Penambahan pupuk menunjukkan pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung. Tanaman yang diberi pupuk NPK tumbuh lebih baik daripada tanaman yang diberi tambahan pupuk lainnya karena memiliki tinggi tanaman yang paling tinggi. Sedangkan untuk jumlah daun, tanaman yang diberi pupuk NPK dan pupuk NPK+organik memiliki jumlah daun yang lebih banyak dibandingkan perlakuan lainnya.
I. TINJAUAN PUSTAKA
Pemupukan bertujuan untuk memenuhi jumlah kebutuhan hara yang tidak sesuai di dalam
tanah sehingga produksi meningkat. Hal ini berarti penggunaan pupuk dan input lainnya
diusahakan agar mempunyai efisiensi tinggi. Keefisienan pupuk adalah jumlah kenaikan hasil
yang dapat dipanen atau parameter pertumbuhan lainnya yang diukur sebagai akibat pemberian
satu satuan pokok atau hara (Foth, 1988).
Pemupukan bertujuan untuk menggantikan hara yang hilang terbawa panen, volatilisasi,
pencucian, fiksasi, dan sebagainya. Untuk lahan sawah, pemupukan N dapat dilakukan pada
kisaran 100-150 kg N/ha atau 200-300 kg urea/ha, bergantung pada N tanah, potensi hasil dan
penggunaan bahan organik serta pupuk hayati (biofertilizer). Untuk lahan kering masam, P-alam
reaktif dengan takaran 1 t/ha diberikan sekali dalam 6 musim tanaman pangan semusim. Pupuk
hayati adalah bahan dari mikroba yang diformulasikan sebagai pupuk dan dapat digunakan untuk
memperbaiki kesuburan tanah. Contoh pupuk hayati adalah rhizobium, mikroba pelarut fosfat,
azospirillum, dan cendawan mikoriza. Beberapa produk pupuk hayati antara lain adalah BioPhos
dan BioDek. BioPhos adalah pupuk hayati yang bermanfaat untuk meningkatkan kelarutan fosfat
dan efisiensi pemupukan P sampai 50-60% dari takaran anjuran. BioDek merupakan kumpulan
mikroba perombak bahan organik yang mampu mengubah lingkungan mikro tanah dan
komunitas mikroba serta meningkatkan kualitas tanah dan produksi tanaman (Anonim, 2006).
Pada umumnya suplai unsur hara memegang peran penting untuk membangun tubuh
tanaman. Nitrogen, Fosfor, dan Kalium adalah unsur makro yang sangat penting bagi kehidupan
87
tanaman. Unsur N dapat mempercepat pertumbuhan dan memberikan hasil yang lebih besar,
mendorong pertumbuhan vegetatif seperti daun, batang dan akar yang mempunyai peranan
penting dalam beberapa tanaman. Unsur P sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan
pertumbuhan tanaman, yaitu berfungsi dalam metabolisme sel, menstimulir pertumbuhan,
perkembangan perakaran tanaman, memperbaiki kualitas hasil, dan mempercepat masa
pematangan. Unsur K bagi tanaman berperan dalam metabolisme air tanaman, mempertahankan
turgor, dan membentuk batang yang kuat (Abidin et al., 2002).
Pupuk berdasarkan kandungan unsur haranya dibagi menjadi 2 golongan, yaitu (Maas,
1996) :
1. Pupuk tunggal, yaitu pupuk yang hanya mengandung satu macam unsur
hara (misalnya: Urea, ZK, dan TSP).
2. Pupuk majemuk, yaitu pupuk yang mengandung lebih dari satu macam
unsur hara (misalnya : DAP).
Pupuk majemuk mengandung dua atau lebih hara tanaman (makro maupun mikro). Banyak
sekali pupuk majemuk yang beredar di pasaran baik untuk pertanian, perkebunan, pertanaman,
hidrofonik, maupun khusus untuk tanaman anggrek. Pupuk yang ditujukan untuk komoditas yang
bernilai tinggi umumnya mengandung banyak hara tanaman terutama N,P,dan K (Rosmarkam et
al., 2002).
Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-
150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua
untuk tahap pertumbuhan generatif. Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman
jagung umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi
6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan.
Meskipun beberapa varietas dapat menghasilkan anakan (seperti padi), pada umumnya jagung
tidak memiliki kemampuan ini (Anonim, 2010).
Pupuk anorganik mempunyai beberapa kebaikan di samping keburukan. Kebaikan-kebaikan
pupuk anorganik adalah dapat memberikan pada tanaman sejumlah unsur hara yang sesuai
dengan kebutuhan tanaman, mudah larut dalam air sehingga unsur hara yang dikandungnya
mudah tersedia tersedia bagi tanaman, unsur hara yang diperlukan dapat diberikan dalam
komposisi yang sesuai dengan kebutuhan tanaman, dapat diberikan pada saat yang tepat sesuai
88
dengan tingkat pertumbuhan tanaman, dan pemakaiannya lebih praktis, demikian pula
pengangkutannya lebih mudah karena konsentrasinya tinggi (Rauf et al., 2000).
89
II. METODOLOGI
Praktikum Kesuburan Tanah Acara VII yang berjudul Pengaruh Pemupukan dilaksanakan
pada hari Rabu, 10 Oktober 2012 di rumah kaca Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk terhadap
kesuburan tanah. Alat yang digunakan dalam praktikum ini meliputipot plastik, alat tulis,
penggaris, oven, dan gunting. Bahan yang digunakan pada praktikum ini antara lain tanah lapis
olah, pupuk NPK, pupuk organik, dan benih jagung.
Langkah kerja yang dilakukan pertama kali adalah tanah lapis olah diambil di lahan
pertanian, kemudian digemburkan dan dimasukan ke dalam pot plastik 6 L yang berlubang di
bagian bawahnya. Setiap pot ditanami 3 benih jagung. Setelah tumbuh dipilih 1 tanaman yang
terbaik untuk dipelihara. Ditambahkan air secukupnya (dijaga sekitar kapasitas lapangan)
dilakukan setiap hari agar tanaman tumbuh dengan baik. Kemudian pada masing-masing pot
dibuat perlakuan yaitu (a) tanpa pupuk (kontrol), (b) +NPK 0,5 sendok teh, (c) pupuk organik
100 gram, dan (d) +NPK 0,5 sendok teh + pupuk organik 100 gram. Pupuk NPK diberikan saat
usia tanaman 1 minggu, sedangkan pupuk organik dicampur merata dengan tanah pada saat
persiapan. Pengamatan dilakukan setiap minggu, dicatat tinggi tanaman, jumlah daun dan
kenampakan visual dari tanaman tersebut untuk setiap perlakuan. Pada akhir percobaan tanaman
dipotong tepat pada pangkal batangnya. Ditimbang bobot segar dan bobot kering berangkasan.
Bobot kering diperoleh setelah jaringan tanaman tersebut dioven pada temperatur 60 °C selama
>48 jam.
90
III. HASIL PENGAMATAN
Perlakuan
Tinggi tanaman minggu ke-
(cm)
1 2 3
Tanpa pupuk 5,11
30,
5
35,
6
+ Pupuk organik
13,2
5
40,
2
44,
8
+ Pupuk organik dan pupuk
NPK
11,2
5
26,
8
36,
4
+ Pupuk NPK
15,1
7
46,
1 50
Tabel 7.1. Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman Jagung.
Perlakuan
Jumlah daun minggu ke-
(helai)
1 2 3
Tanpa pupuk 2 4 4
+ Pupuk organik 3 5 4
+ Pupuk organik dan pupuk
NPK 4 4 5
+ Pupuk NPK 4 5 5
Tabel 7.2. Hasil Pengamatan Jumlah Daun Tanaman Jagung.
91
PerlakuanWarna daun minggu ke-
1 2 3
Tanpa pupuk + ++ ++
+ Pupuk organik + ++ ++
+ Pupuk organik dan pupuk
NPK + ++ ++
+ Pupuk NPK ++ ++ ++
Tabel 7.3. Hasil Pengamatan Warna Daun Tanaman Jagung (Tanda + menunjukkan tingkat kehijauan daun.
92
IV. PEMBAHASAN
Pupuk adalah bahan yang diberikan ke dalam tanah baik yang organik maupun yang
anorganik dengan maksud untuk menganti kehilangan unsur hara dari dalam tanah dan bertujuan
untuk meningkatkan produksi tanaman dalam keadaan faktor keliling atau lingkungan yang baik.
Pupuk juga merupakan salah satu sarana produksi pertanian yang sangat menentukan kualitas dan
kuantitas hasil panen.
Pemupukan terhadap satu pertanaman berarti menambahkan/menyediakan unsur hara untuk
tanaman. Dengan demikian program pemupukan berimbang dapat saja menggunakan pupuk
tunggal (Urea/ZA, TSP/SP-36 dan KCl) dan atau pupuk majemuk (Chemical process atau
Physical Blending).
Pemupukan dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi jumlah kebutuhan hara yang tidak
sesuai di dalam tanah sehingga produksi meningkat. Hal ini berarti penggunaan pupuk dan input
lainnya diusahakan agar mempunyai efisiensi tinggi. Keefisienan pupuk adalah jumlah kenaikan
hasil yang dapat dipanen atau parameter pertumbuhan lainnya yang diukur sebagai akibat
pemberian satu satuan pokok atau hara. Pemupukan meningkatkan produktivitas tanaman,
sehingga apabila tanaman yang diberi tambahan pupuk mengalami penurunan kesuburan berarti
pemupukan yang dilakukan tergolong gagal. Hal ini tentu saja menyebabkan kerugian ganda bagi
petani. Karena disamping petani mengeluarkan dana lebih untuk pembelian pupuk, juga kerugian
akibat penurunan kualitas hasil pertanian mereka.
Aplikasi pupuk organik pada tanah selain dapat meningkatkan kesuburan tanah, juga
menambah unsur hara mikro dalam tanah, menggemburkan tanah, memperbaiki kemasaman
tanah (meningkatkan PH tanah), memperbaiki porositas tanah dan meningkatkan kemampuan
tanah dalam menyediakan oksigen bagi perakaran tanaman. Yang lebih penting dari itu semua,
penggunaan pupuk organik akan menjaga tanah sebagai tempat tumbuh tanaman tetap “sehat”.
Aplikasi pupuk organik pada media tanam dapat sebagai sumber hara, memperbaiki sruktur,
permeabilitas, daya ikat lengas, mengandung mikrobia dalam jumlah cukup yang berperan dalam
proses dekomposisi bahan organik, dan dapat meningkatkan KPK tanah. Sedangkan pupuk
organik memasok berbagai macam hara terutama berupa senyawa organik berkonsentrasi rendah
yang tidak mudah larut. Karena memasok hara dalam konsentrasi rendah dan tidak mudah larut
dan diperlukan waktu yang lebih lama bagi tanaman untuk menyerap pupuk organik dibanding
93
dengan pupuk anorganik. Namun dapat memberikan hasil yang baik dalam jangka panjang.
Dalam praktikum ini terlihat bahwa perlakuan dengan pupuk organik mempunyai kenampakan
visual yang baik daripada perlakuan yang lain yaitu hijau tua.
Pupuk yang akan digunakan adalah pupuk NPK sebab memiliki unsur-unsur lengkap yang
dibutuhkan oleh tanaman. Nitrogen merupakan salah satu unsur hara yang sangat penting dan
dapat disediakan melalui pemupukan. Tanaman menyerap unsur ini terutama dalam bentuk NO3-,
namun bentuk lain yang dapat juga diserap adalah NH4+ dan urea (CO(NH2)2) dalam bentuk NO3
-.
Nitrogen yang tersedia bagi tanaman dapat mempengaruhi pembentukan protein, dan disamping
itu unsur ini juga merupakan bagian yang integral dari klorofil.Bersama-sama N dan K tergolong
ke dalam unsur hara utama. Phosphor terdapat di dalam setiap tanaman, walaupun jumlahnya
tidak sebanyak N dan K. Unsur ini terutama diserap tanaman dalam bentuk orthophosphate
primer, H2PO4-. Kalium diserap tanaman dalam bentuk ion K+, dan dijumpai di dalam tanah
dalam jumlah yang bervariasi, namun jumlahnya dalam keadaan tersedia bagi tanaman biasanya
kecil.
Ketiga unsur N, P, dan K mempunyai peran yang sangat penting terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman, dimana ketiga unsur ini saling berinteraksi satu sama lain dalam menunjang
pertumbuhan tanaman, unsur nitrogen dapat diperoleh dari pupuk Urea dan ZA. unsur P dari
pupuk TSP/SP-36, sedangkan K dalam KCI dan Z Unsur N adalah merupakan unsur yang cepat
kelihatan pengaruhnya terhadap tanaman. Peran utama unsur ini adalah merangsang pertumbuhan
vegetatif (batang dan daun), meningkatkan jumlah anakan, dan meningkatkan jumlah bulir atau
rumpun. Kurang unsur N menyebabkan pertumbuhannya kerdil, daun tampak kekuning-
kuningan, dan sistem perakaran terbatas. Kelebihan unsur N menyebabkan tanaman adalah
pertumbuhan vegetatif memanjang (lambat panen), mudah rebah, menurunkan kualitas bulir, dan
respon terhadap serangan hama-penyakit.
Secara detail fungsi posfor dalam pertumbuhan tanaman sukar di utarakan, namun demikian
fungsi-fungsi utama posfor dalam pertumbuhan tanaman adalah memacu terbentuknya bunga,
menurunkan aborsitas, perkembangan akar halus dan akar rambut, memperkuat jerami sehingga
tidak mudah rebah, dan memperbaiki kualitas gabah. Kekurangan posfor menyebabkan
pertumbuhan kerdil, jumlah anakan sedikit, dan daun meruncing berwarna hijau gelap.
94
Kalium merupakan satu-satunya kation monovalen yang esensial bagi tanaman. Peranan
utama kalium dalam tanaman ialah sebagai aktivator berbagai enzim. Dengan adanya kalium
yang tersedia dalam tanah menyebabkan ketegaran tanaman terjamin, merangsang pertumbuhan
akar, tanaman lebih tahan terhadap hama dan penyakit, memperbaiki kualitas bulir, dan dapat
mengurangi pengaruh kematangan yang dipercepat oleh posfor. Kekurangan Kalium
menyebabkan pertumbuhan kerdil, daun kelihatan kering dan terbakar pada sisi-sisinya,
menghambat pembentukan hidrat arang pada biji, permukaan daun memperlihatkan gejala
klorotik yang tidak merata, dan munculnya bercak coklat mirip gejala penyakit pada bagian yang
berwarna hijau gelap. Kelebihan kalium dapat menyebabkan daun cepat menua sebagai akibat
kadar magnesium daun dapat menurun, kadang-kadang menjadi tingkat terendah sehingga
aktifitas fotosintesis terganggu.
1 2 30
10
20
30
40
50
60
Tanpa pupuk
+ Pupuk organik
+ Pupuk organik dan pupuk NPK
+ Pupuk NPK
Minggu ke-
Ting
gi ta
nam
an (c
m)
Grafik 7.1. Tinggi Tanaman
Berdasarkan grafik 1 terlihat bahwa tanaman jagung yang diberi perlakuan pupuk NPK
lebih tinggi pada minggu ke 3 dari pada perlakuan lainnya. Kemudian perlakuan yang baik pada
pertumbuhan tinggi lainnya bagi tanaman jagung adalah pupuk organik, diikuti oleh pupuk NPK
+ pupuk organik kemudian tanpa pupuk (kontrol). Pada perlakuan dengan pupuk NPK paling
baik bagi pertumbuhan tanaman jagung karena peran utama unsur ini adalah merangsang
95
pertumbuhan vegetatif (batang dan daun), meningkatkan jumlah anakan, dan meningkatkan
jumlah bulir atau rumpun. Sehingga perlakuan dengan pupuk NPK lebih baik.
Tanpa pupuk
+ Pupuk organik
+ Pupuk organik
dan pupuk NPK
+ Pupuk NPK
0
1
2
3
4
5
6
Minggu ke-1Minggu ke-2
Perlakuan
Jum
lah
Daun
Histogram 7.1. Jumlah Daun
Berdasarkan diagram 1 terlihat bahwa tanaman jagung yang diberi perlakuan pupuk NPK
dan perlakuan pupuk NPK + pupuk organik jumlah daunnya lebih banyak pada minggu ke 3 dari
pada perlakuan pupuk organik dan kontrol. Pada perlakuan dengan pupuk NPK paling baik bagi
pertambahan jumlah daun pada tanaman jagung karena peran utama unsur ini adalah merangsang
pertumbuhan vegetatif (batang dan daun), meningkatkan jumlah anakan, jumlah daun dan
meningkatkan jumlah bulir atau rumpun. Sehingga perlakuan dengan pupuk NPK lebih baik pada
pertambahan jumlah daun.
Warna daun tanaman jagung pada semua perlakuan sama tingkat kehijauannya pada
minggu ke-3, hanya saja perlakuan pupuk NPK menunjukkan warna hijau yang lebih pekat mulai
minggu ke-1. Hal ini berbeda dengan perlakuan lain yang menunjukkan warna daun hijau pekat
mulai minggu ke-2.
96
V. KESIMPULAN
1. Pupuk adalah bahan yang diberikan ke dalam tanah baik yang organik maupun
yang anorganik dengan maksud untuk menganti kehilangan unsur hara dari dalam tanah dan
bertujuan untuk meningkatkan produksi tanaman dalam keadaan faktor keliling atau
lingkungan yang baik.
2. Penambahan pupuk menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan
dan pertambahan jumlah daun tanaman jagung.
3. Tanaman jagung yang diberi perlakuan pupuk NPK tumbuh lebih baik daripada
perlakuan lainnya.
4. Penggunaan pupuk harus memperhatikan jenis tanaman, umur tanaman, tipe
perakaran tanaman, iklim, ketersediaan air, jenis tanah dan jenis pupuk yang digunakan.
97
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z, N. Nurtika dan Suwandi. 2002. Pengaruh pengapuran dan pemupukan NPK terhadap
pertumbuhan dan hasil bayam cabut. Buletin Penelitian Hortikultura 18: 48-55.
Anonim. 2006. Teknologi Pemupukan. <http://primatani.litbang.deptan.go.id/>. Diakses tanggal
10 November 2012.
Anonim. 2010. Jagung. <http:// id.wikipedia.org/wiki/Jagung >. Diakses tanggal 10 November
2012.
Foth. 1988. Soil Elementary. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Maas, Azwar. 1996. Ilmu Tanah Dan Pupuk. Akademi Penyuluhan Pertanian Yogyakarta,
Yogyakarta.
Rauf, A.W., T. Syamsudin, dan S.R. Sihombing. 2000. Peranan pupuk NPK pada tanaman padi.
Penelitian dan Pengembangan Pertanian Irian Jaya 10 : 1-9.
Rosmarkam, A dan N. W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Penerbit Kanisus, Yogyakarta.
98
LAMPIRAN
99
ACARA VIII
MANAJEMEN KESUBURAN TANAH
ABSTRAKSIPraktikum Kesuburan Tanah yang berjudul Manajemen Kesuburan Tanah ini
dilaksanakan pada tanggal 21 Oktober 2012 di Desa Bantengan, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Praktikum mengenai Manajemen Kesuburan Tanah ini bertujuan untuk mengetahui cara memelihara cara memelihara kesuburan tanahyang dilakukan oleh petani. Metode yang digunakan adalah dengan cara observasi (pengamatan langsung), wawancara pada narasumber, pengisian lembar pengamatan, dokumentasi serta dilanjutkan dengan pembuatan makalah dan slide unuk presentasi. Alat-alat yang digunakan adalah lembar pengamatan, kamera digital dan laptop. Hasil dari pengamatan ini adalah cara manajemen kesuburan tanah oleh petani untuk memelihara kesuburan tanahnya. Dari hasil pengamatan diperoleh lembar pengamatan, lembar hasil wawancara, dan foto bersama dengan narasumber.
I.PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam bidang pertanian mengusahakan tanaman dengan hasil yang tinggi secara kuantitas
dan kualitas erat kaitannya dengan media tanam yaitu tanah. Tanah merupakan media penyedia
unsur hara bagi tanaman, namun dari tanah ini juga mampu membuat tanaman sakit. Tanah yang
kekurangan unsur hara atau terdapat patogen akan mengakibatkan tanaman sakit. Tanaman yang
sakit dapat menurunkan hasil tanaman secara kuantitas dan kualitas. Maka dari itu manejemen
kesuburan tanah perlu dilakukan. Manajemen kesuburan tanah sendiri dapat dilakukan dengan
pemupukan. Pemupukan adalah usaha memberikan bahan organik maupun anorganik ke dalam
tanah dengan tujuan mempertahankan produktivitas lahan.
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui cara memelihara kesuburan tanah yang
dilakukan oleh petani.
100
II. TINJAUAN PUSTAKA
Tanah adalah produk transformasi mineral dan bahan organik yang terletak di permukaan
sampai kedalaman tertentu yang dipengaruhi oleh faktor-faktor genetis dan lingkungan, yaitu
bahan induk, iklim, organisme hidup (mikro dan makro), topografi, dan waktu yang berjalan
selama kurun waktu yang sangat panjang, yang dapat dibedakan dari cirri-ciri bahan induk
asalnya baik secara fisik, kimia, biologi dan morfologi (Sugeng W, 2005).
Tanah juga sebagai sumber unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Berdasarkan fungsi
spesifik di dalam tanaman, ada 16 unsur hara yang mutlak dibutuhkan tanaman disebut unsure
hara esensiil. Dari 16 unsur hara esensiil tersebut ada 13 unsur yang diambil tanaman dari tanah,
sedangkan lainnya yaitu C, H dan O diambil dari udara dan air. Konsentrasi ketigabelas unsur
tersebut bervariasi dan berubah-ubah berdasarkan tempat dan waktu (Bohn et al, 1979).
Tanah juga merupakan media yang sangat baik untuk mendaur ulang dan mengurangi sifat-
sifat meracun dari bahan organik. Juga dapat mendaur ulang banyak unsur dan gas-gas global.
Karena kemampuan tanah tersebut maka hingga sekarang, tanah menjadi alternatif pertama untuk
pembuangan limbah yang sangat murah. Tanah yang dapat menjalankan fungsi-fungsinya dengan
baik tanah dikatakan tanah tidak subur atau istilah populer sekarang adalah tanaman sakit.
Sehingga usaha-usaha untuk menyehatkan tanah sangat penting untuk kelangsungan hidup di
muka bumi ini (Hardjowigeno, 1993).
Tanah yang sehat adalah tanah yang mempunyai produktifitas tanah yang tinggi.
Produktifitas tanah sendiri merupakan kemampuan suatu tanah untuk menghasilkan produk
tertentu suatu tanaman di bawah suatu sistem pengelolaan tanah tertentu. Suatu tanah atau lahan
dapat menghasilkan produk tanaman yang baik dan menguntungkan dapat dikatakan tanah
produktif. Dan tanah yang produktifitas didukung adanya kesuburan tanah (Sirrapa et al, 2001).
Kesuburan tanah adalah kemampuan atau kualitas suatu tanah yang menyediakan unsur-
unsur hara tanaman dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan tanaman, dalam bentuk senyawa
yang dapat dimanfaatkan tanaman, dan dalam perimbangan yang sesuai untuk pertumbuhan
tanaman tertentu apabila suhu dan faktor-faktor pertumbuhan lainnya mendukung pertumbuhan
normal tanaman. Maka dari itu, manajemen kesuburan tanah sangat penting dilakukan oleh petani
untuk menjaga kemampuan dan kualitas tanah (Sugeng W, 2005).
101
III. METODOLOGI
Praktikum Kesuburan Tanah Acara 10 mengenai Manajemen Kesuburan Tanah
dilaksanakan pada hari Minggu, 21 Oktober 2012, di Desa Bantengan, Kecamatan Banguntapan,
Kabupaten Bantul, Yogyakarta.
Alat-alat yang digunakan adalah lembar pengamatan, kamera digital dan laptop. Cara kerja
dari praktikum ini adalah dilakukan secara kelompok datang pada lahan pertanian. Pengamatan
langsung (observasi) dilakukan kelompok di lahan petani. Perlakuan wawancara narasumber, dan
mengisi lembar pengamatan dan penelusuran data terkait. Kemudian pengamatan langsung
diabadikan lewat dokumentasi yang dicantumkan pada lembar lampiran. Hasl pengamatan dan
wawancara dituangkan lewat makalah dan slide yang digunakan unuk presentasi. Di dalam
makalah akan dilengkapi pembahasan mengenai apa saja yang dikerjakan petani untuk menjaga
kesuburan tanah.
102
IV. HASIL PENGAMATAN
A. Profil petani
Nama : Sukimin Susilo
Umur : 63 tahun
Pekerjaan : Pamong desa
Status : Bapak dari 3 anak
Mengelola tanah begkok sebagai gajinya
B. Lembar pengamatan
1. Umum
Hari : Minggu Tanggal : 21 Oktober 2012 Waktu : 09.00-11.00 WIB
Dusun : Desa : Bantengan
Kecamatan : Banguntapan Kabupaten : Bantul
Sketsa lokasi :
Altitude (Ketinggian tempat) : 120 m dpl
Kelerengan : 0 - 2%
Fisiografi : dataran
Topografi : datar
Erosi : ringan
Landuse : sawah dan tegalan
Irigasi : sederhana
103
Cuaca : cerah, panas
Jeluk mempan : 0-20 cm
Jenis tanah : tanah regosol
2. Petak yang diamati
Panjang : 80 m, lebar : 10 m
Jarak lahan dari jalan aspal : 2 m
Akses ke jalan besar : bagus
3. Pematang
Lebar : 25 cm, Tinggi : 25 cm, Panjang : 10 m x 8 m
Tanaman di pematang:
Cabai lokal , tinggi : 50 cm, jarak tanam : 40 cm, fungsi: memenuhi kebutuhan
pribadi, jika sisa baru dijual
Cabai kombinasi , tinggi : 70 cm, jarak tanam : 60 cm, fungsi: memenuhi kebutuhan
pribadi, jika sisa baru dijual
Terong , tinggi : 60 cm, jarak tanam : 100cm, fungsi: memenuhi kebutuhan
pribadi, jika sisa baru dijual
4. Keadaan tanah permukaan (top soil)
Tekstur (rabaan) : kasar (pasir)
Warna tanah : kelabu
Struktur : gumpal
Kelengasan : lembab
5. Lahan ada tanaman
Varietas : Padi IR 64 Jarak tanam : 25 cm x 25 cm
Umur sekarang : 5 minggu Umur panen : 3 bulan
Pengolahan tanah : traktor 2 roda
Pupuk hijau : 0,5 ton/ha, jenis: jerami, daun-daunan
Pupuk kandang : 1 ton/ha, jenis: kotoran ayam Kondisi: segar
104
Urea : 6 kg/ha, diberikan : 14 hst,
6. Tidak ada tanaman
Ditanam tgl: Sebulan lagi
Terdapat:
mulsa jerami dan jerami dibenamkan
Bekas jerami yang dibakar menyebar,
Pupuk kandang disebar
Ditumbuhi gulma jenis rumputan
Jerami dimanfaatkan untuk: dikembalikan lagi dalam tanah sebagai pupuk alami dan ada
yang dijadikan mulsa
7. Pola tanam (Kombinasi antara tumpang sari dan rotasi)
Tumpang sari : suatu usaha menanam beberapa jenis tanaman pada lahan dalam waktu
yang sama, yang diatur sedemikian rupa dalam barisan-barisan tanaman. Penanaman dengan cara
ini bisa dilakukan pada dua atau lebih jenis tanaman yang relatif seumur
Rotasi tanaman : menanam tanaman secara bergulir di suatu lahan pertanian. tanaman
ditanam secara berselang seling untuk memberikan waktu pada tanah mengembalikan
kesuburannya.
8. Produktivitas
MT I, bulan : September , hasil : 420 ton/ha gabah kering
105
V. PEMBAHASAN
Jenis tanah yang berada di banguntapan, tempat dimana kami melakukan wawancara yaitu
tanah regosol. Tanah regosol merupakan jenis tanah terbanyak di daerah kecamatan banguntapan.
Untuk orang-orang yang ingin melakukan budidaya tanaman di daerah ini, perlu mengetahui jenis
tanah. Karena tanah berfungsi sebagai sumber unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Berdasarkan
fungsi spesifik di dalam tanaman, ada 16 unsur hara yang mutlak dibutuhkan tanaman disebut
unsure hara esensiil. Dari 16 unsur hara esensiil tersebut ada 13 unsur yang diambil tanaman dari
tanah, sedangkan lainnya yaitu C, H dan O diambil dari udara dan air. Konsentrasi ketigabelas
unsur tersebut bervariasi dan berubah-ubah berdasarkan tempat dan waktu.
Tanah adalah produk transformasi mineral dan bahan organik yang terletak di permukaan
sampai kedalaman tertentu yang dipengaruhi oleh faktor-faktor genetis dan lingkungan, yaitu
bahan induk, iklim, organisme hidup (mikro dan makro), topografi, dan waktu yang berjalan
selama kurun waktu yang sangat panjang, yang dapat dibedakan dari cirri-ciri bahan induk
asalnya baik secara fisik, kimia, biologi dan morfologi. Tanah regosol pun dapat dibedakan
secara sifat fisik, kimia dan biologi (Hardjowigeno, 1993).
Berdasarkan sifat fisik dari tanah regosol yaitu mempunyai tekstur tanah yang kasar,
struktur tanah menggumpal menggupal menyudut, warna tanah keabuan karena mengandung
pasir, kelengasan kering karena struktur tanah yang menggumpal membuat air mudah menguap
atau mengalami perlindian. Sifat kimia tanah regosol secara teori yaitu mempunyai pH 6-7,
konsistensi tanah teguh pada saat kering dan lekat pada saat basah, mempunyai bahan organik
yang banyak, mempunyai kandungan Mn yang rendah, kandungan kapur yang tinggi, umumnya
cukup mengandung unsur P dan K, tetapi kekurangan unsur N. Pada tanah regosol mempunyai
biologi tanah dengan total mikroorganisme tanah yang cukup banyak, karena terdapat suplai
energi yang tersedia pada tanah, dengan teori di tanah terdapat bahan organik yang banyak
(Hardjowigeno, 1993)..
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesuburan tanah adalah sifat fisika, kimia dan biologi
tanah. Kesuburan tanah ditentukan dengan adanya ketersediaan unsur hara yang cukup dan
berimbang, kondisi tata tanah air yang optimal, kondisi tata udara tanah yang optimal, dan
kondisi mikrobia tanah yang baik. Sifat fisik yaitu tekstur dan struktur tanah mempengaruhi
jumlah air dan udara. Sifat kimia yang memunyai pH terlalu asam atau basa dapat menghambat 106
ketersediaan unsur hara yang penting bagi tanaman. Dan keberadaan mikroorganisme sangat
mendukung tersedianya kondisi tata uara tanah yang optimal bagi tanaman (Sugeng, 2005).
Tanaman yang dibudidayakan pada daerah ini adalah Padi IR 64, dengan alasan varietas ini
adalah varietas yang tahan pada serangan hama. Padi dipilih oleh sang narasumber karena dapat
memenuhi kebutuhan mereka pribadi sebagai bahan makanan buat keluarga beliau. Beliau
menerapkan pola tanam yang rotasi dan tumpang sari. Pola tanama rotasi dipilh beliau untuk
menjaga dan mengembalikan kesuburan tanah. Sedangkan tumpang sari dipilih supaya menekan
serangan hama, dan memanfaatkan lahan yang kosong disela-sela tanaman yang akhirnya dapat
digunakan untuk tambahan memenuhi kebutuhan pribadi.
Usaha yang dilakukan petani menjaga kesuburan tanah yaitu menggunakan pupuk urea
untuk mengembalikan unsur N, pupuk kompos untuk bahan pangan tanaman, pupuk kandang,
pola tanam rotasi, pengairan yang cukup dan membalik tanah untuk memperbaiki aerasi. Semua
yang diusahakan petani sudah sesuai dengan teori, namun masih ada tambahan saran dari
kelompok kami yaitu ada perlunya usaha untuk mengurangi penggunaan pestisida kimia untuk
melindungi tanaman dari serangan hama dan penyakit. Dengan penggunaan pestisida yang
berlebihan selain mengakibatkan hama dan penyakit menjadi resisten, juga dapat merusak sifat
biologi tanah. Akan bannyak mikroorganisme sebagai dekomposr dan memperbaiki tanah akan
ikut mati juga, sehingga dapat mengancam kesuburan tanah itu sendiri.
107
VI. PENUTUP
A. Kesimpulan
Cara manajemen kesuburan tanah yang dilakukan oleh petani hampir sama dengan teori.
Dengan pemupukan sesuai kebutuhan, pola tanam rotasi, pengairan yang cukup, pengolahan
tanah secara teknis. Saran yang dianjurkan adalah mengurangi penggunaan pestisida.
B. Saran
Pada saat pengambilan sampel seharusnya dilakukan pada ketinggian tanah yang sama,
sehingga pada pemilihan lahan untuk pengambilan sampel sebaiknya dipilih tanah lapang yang
luas dan memiliki kedataran yang sama dan tidak berbukit.
108
DAFTAR PUSTAKA
Bohn, H. L. Brain L. McNeal and George A. O’Connor. 1979. Soil Chemistry. A Willey – Interscience Publication. John Willey & Sons. Toronto.
Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi tanah dan Pedogenesis. Akademika Pressindo. Jakarta.
Pang, X. P., Letey. 2000. Organik Farming : Challenge of Timing Nitrogen Availability to Crop Nitrogen Requirements. Soil Sci. Soc. Amer. J. 64:247-253.
Sirrapa, M. P.,S. Sabiham, D. Sopandie dan Suwarno. 2001. Studi Kalibrasi Tanah Hara N dalam Penentuan Batas Kritis Kelas N Total Tanah, dan Rekomendasi Pemupukan N pada Tanaman Jagung. J. Tanah Tropika. 13: 23-35.
Sugeng, Winarso. 2005. Kesuburan Tanah : Dasar Kesehatan Tanah dan Kualitas Tanah. Penerbit Gava Media. Yogyakarta.
109
ACARA IX
PENCUPLIKAN TANAH
ABSTRAKSI
Praktikum kesuburan tanah dengan acara pencuplikan tanah ini dilakukan di daerah
Pathuk, Gunung kidul. Jenis tanah yang diambil sampel adalah tanah ultisol. Tanah yang berwarna
merah ini mengandung banyak lempung dan sangat kering saat pengambilan contoh sehingga kami
sedikit kesulitan saat pengambilan. Metode pengambilan yang dilakukan ialah dengan cara random
pada beberapa titik, kemudian hasil dari berbagai tempat pengambilan dijadikan satu untuk
menjadi contoh komposit tanah.
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam pengembangan lahan pertanian perlu adanya penelitian untuk mengetahui sifat-
sifat dan keadaan tanah. Analisis tanah memberikan data sifat fisika dan kimia serta status unsur
hara di dalam tanah. Selain untuk uji tanah, analisis tanah juga diperlukan untuk klasifikasi tanah
dan evaluasi lahan. Uji tanah digunakan dalam penelitian kesuburan agar dapat memberikan
rekomendasi.
Tanah adalah benda alami di permukaan bumi yang terbentuk dari bahan induk tanah
(bahan organik dan atau bahan mineral) oleh proses pembentukan tanah dari interaksi faktor-
faktor iklim, relief/ bentuk wilayah, organisma (mikro-makro) dan waktu, tersusun dari bahan
padatan (organik dan anorganik), cairan dan gas, berlapis-lapis dan mampu mendukung
pertumbuhan tanaman. Batas atas adalah udara, batas samping adalah air dalam > 2 meter atau
singkapan batuan dan batas bawah adalah sampai kedalaman aktivitas biologi atau padas yang
tidak tembus akar tanaman, dibatasi sampai kedalaman 2 meter.
Pencuplikan tanah dilakukan untuk mendapatkan sampel tanah dari suatu lahan untuk
diteliti lebih lanjut tingkat kesuburannya. Pengambilan contoh tanah merupakan tahapan
terpenting di dalam program uji tanah. Analisis kimia dari contoh tanah yang diambil diperlukan
untuk mengukur kadar hara, menetapkan status hara tanah dan dapat digunakan sebagai petunjuk
penggunaan pupuk dan kapur secara efisien, rasional dan menguntungkan. Namun, hasil uji tanah
110
tidak berarti apabila contoh tanah yang diambil tidak mewakili areal yang dimintakan
rekomendasinya dan tidak dengan cara benar. Oleh karena itu pengambilan contoh tanah
merupakan tahapan terpenting di dalam program uji tanah.
B. TUJUANMengetahui cara mengambil cuplikan tanah untuk uji kesuburan tanah
II. TINJAUAN PUSTAKA
Tanah merupakan suatu sistem yang kompleks, berperan sebagai sumber kehidupan
manusia yaitu air, udara dan unsur hara. Tembaga (Cu), seng (Zn), besi (Fe) dan mangan (Mg)
merupakan beberapa unsur hara mikro yang esensial bagi tanaman karena walaupun diperlukan
dalam jumlah relatif sedikit tapi sangat besar peranannya dalam metabolisme di dalam tanah
(Syukur, 2002).
Kesuburan tanah diberi batasan sebagai kemampuan tanah menyediakan unsur hara pada
takaran dan keseimbangan tertentu secara sinambung, untuk menunjang pertumbuhan suatu jenis
tanaman pada lingkungan dengan faktor pertumbuhan lainnya dalam keadan menguntungkan.
Tanah dikatakan subur bila mampu memacu pertumbuhan dan perkembangan sampai aras yang
memungkinkan fungsi-fungsi pertumbuhan dan perkembangan optimum tanaman
(Poerwowidodo, 1993).
Contoh tanah dapat diambil setiap saat, namun tidak boleh dilakukan beberapa hari
setelah pemupukan. Keadaan tanah saat pengambilan contoh tanah pada lahan kering sebaiknya
pada kondisi kapasitas lapang (kelembaban tanah sedang yaitu keadaan tanah kira-kira cukup
untuk pengolahan tanah). Sedang pengambilan pada lahan sawah sebaiknya diambil pada kondisi
basah (BPPT, 2006).
Setelah dilakukan deskripsi tentang tanah maka diambil sampel untuk dianalisis di
laboratorium. Dalam pengambilan sampel tanah sebaiknya dari lapisan yang terbawah kemudian
disusul lapisan di atasnya. Sampel yang diambil sebaiknya di plastik tertutup dan diberi notasi
sesuai kode profil dan lapisannya. Mengenai macam unsur dianalisis tergantung untuk tujuan
studi (Purwanto, 2005).
Dalam analisis tanah, pengambilan contoh tanah harus mewakili suatu areal tertentu.
Contoh tanah yang dianalisis untuk suatu jenis hara hanya memerlukan beberapa gram saja. Oleh 111
karena itu kesalahan dalam pengambilan contoh tanah menyebabkan kesalahan dalam evaluasi
dan interpretasi. Pengambilan contoh tanah untuk mengetahui status hara (kesuburan tanah)
menggunakan sistem composite sample, yaitu pencampuran contoh yang diambil dari areal yang
dikehendaki. Contoh tanah tersebut mewakili areal yang relatif agak seragam dalam hal jenis
tanah, topografi, kemiringan, dan bahan induk (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).
Pengambilan contoh tanah umumnya dengan berjalan sambil mengambil contoh tanah
dengan mengiris tipis sedalam sekitar 25 cm (daerah perakaran). Suatu areal diambil sebanyak 10
- sampai 20 contoh (umumnya diambil dengan jumlah ganjil) misalnya sebanyak 15 lokasi.
Tanah dari 15 lokasi tersebut dikumpulkan dan dicampur sehomogen mungkin. Dari campuran
tanah yang dianggap homogen tersebut diambil contoh untuk dianalisis. Sebagian tanah yang
berasal dari campuran inilah yang digunakan untuk analisis (Hidayat, 2003).
Pengolahan tanah penting bagi pertumbuhan tanaman untuk mencapai hasil yang tinggi.
Pengolahan tanah diperlukan bila kepadatan, kekuatan dan aerasi tanah tidak mendukung
penyediaan air dan penggembangan akar. Perlu tidaknya tanah diolah harus dilihat dari
kepadatan, kekuatan dan aerasi tanah (Soame dan Pedgin, 1975).
112
III. METODOLOGI
Praktikum Kesuburan Tanah acara Pencuplikan Tanah ini dilaksanakan pada hari Sabtu 6
Oktober 2012, yang bertempat di daerah Pathuk, Kabupaten Gunung Kidul. Adapun alat yang
digunakan sekop kecil dan karung atau plastik. Sedangkan bahan yang digunakan adalah contoh
tanah pada suatu hamparan.
Cara kerja yang dilakukan yaitu ditentukan lahan yang akan diamati kesuburannya.
Contoh tanah komposit diambil setelah panen atau menjelang pengolahan tanah yang pertama
kali. Cuplikan tanah komposit dengan sub cuplikan 16-20 yang diambil secara acak. Setelah itu,
rumput-rumput, batu-batuan atau kerikil, sisa-sisa tanaman atau bahan organik segar/seresah
yang terdapat di permukaan tanah disisihkan/dibersihkan. Pada saat pengambilan contoh,
sebaiknya tanah dalam kondisi lembab tidak terlalu basah atau terlalu kering. Contoh tanah
tunggal diambil menggunakan sekop dari lapisan olah (0-20 cm). Contoh tanah tunggal yang
diambil dengan sekop diusahakan sama banyak (kedalaman dan ketebalannya) dari satu titik
dengan titik lainnya, misalnya sekitar setengah kg dari masing-masing titik. Contoh-contoh tanah
tunggal dari masing-masing titik dicampur dan diaduk sampai merata, jika ada sisa tanaman,
akar, atau kerikil dibuang. Untuk selanjutnya, tanah siap untuk dianalisis.
113
IV. HASIL PENGAMATAN
Jenis Tanah : Ultisol
Lokasi : Pathuk, Gunungkidul
Tanggal Pengambilan :
Tekstur (rabaan) : halus
Warna tanah : merah
Ultisol menggambarkan penyebaran tanah-tanah dengan tekstur lempung dan mempunyai
warna gelap, pH yang relatif rendah serta kejenuhan basa <35%. Ultisol merupakan tanah yang
memiliki horizon argilik dimana terdapat akumulasi lempung pada horizon tersebut, berwarna
merah karena banyak mengandung oksida-oksida besi.
114
V. PEMBAHASAN
Pengambilan contoh tanah dalam praktikum ini dilakukan secara random. Cara
pengambilan ini digunakan karena dianggap cara inilah yang tepat untuk mewakili suatu
hamparan lahan tertentu. Selain cara pengambilan sampel tanah dengan cara random juga
terdapat cara yang lain seperti: diagonal, zig-zag, dan linear. Tanah yang diambil merupakan
tanah pada lapisan tanah olah, yaitu tanah yang berada pada kedalaman antara 0-20 cm dari
permukaan tanah. Digunakan tanah pada lapisan tersebut, karena pada lapisan tanah olah ini
sangat erat pengaruhnya terhadap ketersediaan hara bagi tanaman.
Pada dasarnya metode pencuplikan tanah dibagi menjadi empat menurut pola sebaran titik
yang diambil, yaitu:
1. Linear. Pola pengambilan sampel tanahnya berupa garis lurus.
2. Diagonal. Dilakukan dengan cara menetapkan 1 titik sebagai titik pusat pada lahan yang akan
diambil contoh tanahnya. Kemudian menentukan titik-tititk di sekelilingnya sebanyak 4 titik.
Jarak antara setiap titik kurang lebih 50 m diukur dari titik pusat.
3. Acak. Pengambilan contoh tanah secara acak dilaksanakan dengan menentukan titik-titik
pengambilan contoh tanah secara acak, tetepi menyebar rata di seluruh bidang tanah yang
diwakili. Setiap titik yang diambil mewakili daerah sekitarnya. Persyaratan dan cara pengambilan
contoh tanahnya sama seperti metode lainnya.
4. Zig-zag. Cara pengambilan contoh tanah ini dilaksanakan dengan menetukan titik-titik yang akan
digunakan sebagai tempat pengambilan contoh tanah. Metode ini memiliki kelebihan dapat
mencakup atau mewakili keseluruhan lahan yang dijadikan sampel uji.
Pengambilan contoh tanah yang dilakukan di daerah Pathuk tanahnya termasuk jenis
tanah Ultisol. Ultisol merupakan tanah yang sudah mengalami perkembangan lanjut. Warna
tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain bahan organik yang menyebabkan warna
gelap atau hitam, kandungan mineral primer fraksi ringan seperti kuarsa dan plagioklas yang
memberikan warna putih keabuan, serta oksida besi seperti goethit dan hematit yang memberikan
warna kecoklatan hingga merah. Makin coklat warna tanah umumnya makin tinggi kandungan
goethit, dan makin merah warna tanah makin tinggi kandungan hematit
Ultisol dapat berkembang dari berbagai bahan induk, dari yang bersifat masam hingga
basa. Namun sebagian besar bahan induk tanah ini adalah batuan sedimen masam. Ciri
115
morfologi yang penting pada Ultisol adalah adanya peningkatan fraksi lempung dalam jumlah
tertentu pada horizon seperti yang disyaratkan dalam Soil Taxonomy (Soil Survey Staff 2003).
Horizon tanah dengan peningkatan lempung tersebut dikenal sebagai horizon argilik. Horizon
tersebut dapat dikenali dari fraksi lempung hasil analisis di laboratorium maupun dari penampang
profil tanah. Horizon argilik umumnya kaya akan Al sehingga peka terhadap perkembangan akar
tanaman, yang menyebabkan akar tanaman tidak dapat menembus horizon ini dan hanya
berkembang di atas horizon argilik.
Metode acak digunakan agar komposit tanah mewakili seluruh hamparan yang homogen
dari areal tersebut. Sebelum pengambilan contoh tanah, perlu diperhatikan keseragaman areal
atau hamparan. Keseragaman tersebut meliputi topografi, tekstur, warna tanah, pertumbuhan
tanaman, dan input (pupuk, kapur, bahan organik, dan sebagainya). Hamparan tanah yang
homogen tidak mencirikan perbedaan- perbedaan yang nyata, antara lain warna tanah dan
pertumbuhan tanaman kelihatan sama.
VI. PENUTUP
A. KESIMPULAN1. Pengambilan contoh tanah ini harus mewakili kondisi tanah dalam areal tertentu.
2. Tanah yang diambil sebagai contoh adalah tanah yang berada pada lapisan olah (0-20
cm).
3. Pengambilan contoh tanah ini mewakili areal yang relatif agak seragam dalam hal jenis
tanah, topografi, kemiringan, dan bahan induk.
4. Metode yang digunakan adalah acak yang dilakukan pada hamparan lahan yang
homogen.
B. SARANAgar pengambilan sampel dapat mewakili kondisi hamparan, maka harus digunakan
metode yang paling tepat, yang disesuaikan dengan kondisi tempatnya.
116
DAFTAR PUSTAKA
Bppt. 2006. Cara Pengambilan Contoh Tanah Untuk Analisis (Uji Tanah).
<Http://Www.Sulsel.Litbang.Deptan.Go.Id/Index.Php?
Option=Com_Content&View=Article&Id=138:Cara-Pengambilan-Contoh-Tanah-Untuk-
Analisis-Uji-Tanah-&Catid=48:Panduanpetunjuk-Teknis-Leaflet&Itemid=53>. Diakses
Tanggal 6 November 2012.
Hidayat, A.2003. Komposisi unsur dalam cuplikan partikulat udara daerah Bandung dan
Lembang tahun 1999. Jurnal Sains Dan Teknologi Nuklir Indonesia, Vol. IV (2).
Purwanto, B. H. 2005. Hand Out Mata Kuliah Kesuburan Tanah. Jurusan Tanah
FakultasPertanian Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Poerwowidodo. 1993. Telaah Kesuburan Tanah. Penerbit Angkasa, Bandung
Soame, B. D, And J.D Pedgin. 1975. Tillage requirement relation to soil physical properties. Soil
Science 5: 376-385.
Syukur, A.2002. Pengaruh pengenangan terhadap fraksi-fraksi Fe, Mn, Zn, dan Cu pada entisol.
Jurnal Ilmu Tanah 3: 10-17.
Yuwono, N., dan A. Roesmarkam. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius. Yogyakarta.
117
ACARA 10
UJI CEPAT TANAH
ABSTRAKSI
Praktikum Kesuburan Tanah yang berjudul Uji Cepat Tanah ini dilaksanakan pada tanggal 24 Oktober 2012 di Laboratorium Kesuburan Tanah, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Praktikum mengenai Uji Cepat Tanah ini bertujuan untuk mengenal penggunaan perangkat uji tanah sawah secara cepat untuk menentukan kebutuhan pupuk N, P dan K. Metode yang digunakan adalah menggunakan dua perangkat, yaitu PUTS (Perangkat Uji Tanah Sawah) dan PUTK (Perangkat Uji Tanah Kering). Ketiga jenis tanah tersebut diuji menggunakan PUTS dan PUTK. Pada pengujian PUTS, tanah yang diuji adalah Tanah Inseptisol dan tanah Vertisol. Dari kedua jenis tanah tersebut dilakukan pengujian N, P, K dan pH. Pada pengujian PUTK, tanah yang diuji adalah Tanah Inseptisol dan tanah Vertisol. Dari kedua jenis tanah tersebut dilakukan pengujian pH, C-Organik, K dan Kapur. Setelah melakukan pengujian, hasil yang didapat dicocokkan pada tabel rekomendasi yang disediakan dalan satu paket pada PUTK dan PUTS. Data yang didapat adalah dalam pengujian PUTS pada tanah Inseptisol, rekomendasi N yaitu urea 300 kg/ha, rekomendasi P yaitu SP-36 50 kg/ha dan rekomendasi K adalah KCl 50 kg/ha. Dalam pengujian PUTS pada tanah Vertisol, rekomendasi N yaitu urea 200 kg/ha, rekomendasi P yaitu SP -36 100 kg/ha dan rekomendasi K adalah KCl 50 kg/ha. Dalam pengujian PUTK pada tanah Inseptisol, rekomendasi K adalah 50 kg/ha (jagung, kedelai dan padi gogo) dan C-organik 2t/ha. Dalam pengujian PUTK pada tanah Vertisol, rekomendasi K untuk jagung 75 kg/ha, kedelai 100 kg/ha dan padi 75 kg/ha, rekomendasi C-organik 2t/ha, rekomendasi P adalah jagung 250 kg/ha, kedelai 200 kg/ha dan padi 200 kg/ha dan rekomendasi K adalah jagung 6500 kg/ha dan kedelai 1000 kg/ha. Setelah didapatkan data rekomendasi, dapat dibahas dengan teori yang bersangkutan.
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kemajuan teknologi yang pesat dalam sektor pertanian diikuti dengan pertumbuhan
jumlah penduduk, berdampak pada kebutuhan akan pangan dan produk-produk pertanian lain
terus meningkat. Untuk menghasilkan produk-produk pertanian perlu adanya usaha menjaga
kesuburan tanah. Kesuburan tanah sangat erat kaitannya dengan hasil produksi nantinya. Secara
teori kesuburan tanah dapat ditingkatkan dengan program intensifikasi. Intensifikasi dapat
dilakukan dengan pemupukan, penggunaan bibit unggul, pengairan, dan pengolahan tanah.
Sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian sangat penting untuk mempunyai wawasan dalam
memanajemen kesuburan tanah, maka dari itu perlu adanya pembelajaran tentang kesuburan
tanah secara teori maupun pengamatan langsung di lapangan.
118
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah mengenal penggunaan perangkat uji tanah sawah secara
cepat untuk menentukan kebutuhan pupuk N, P dan K.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Salah satu faktor pertumbuhan tanaman adalah unsur hara, pengaruh unsur hara terhadap
pertumbuhan tanaman dapat melalui keberadaannya (bentuk ketersediaan), konsentrasi maupun
kesetimbangannya dengan unsur hara lain. Kondisi unsur hara di dalam tanah, baik bentuk,
konsentrasi dan kesetimbangannya dengan unsur hara lainnya dalam tanah dapat/mudah
dikendalikan, sehingga sesuai dengan kebutuhan untuk pertumbuhan tanaman dan menjaga
kualitas tanah atau lingkungan. Unsur hara di dalam tanaman yang mempunyai fungsi spesifik
dan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan kualitas tanaman tersebut disebut unsur hara esensiil
(Hardjowigeno, 1993).
Unsur hara tanaman dikatakan esensil jika : 1) unsur hara tersebut dibutuhkan dan
berfungsi sangat spesifik dalam pertumbuhan tanaman, 2) jika kondisinya rendah atau tidak
sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan tanaman akan menghambat atau bahkan menyebabkan
kematian, 3) karena fungsi di dalam tanaman sangat spesifik sehingga tidak bisa digantikan
dengan unsur hara lainnya. Unsur-unsur tersebut ada 16 macam dengan berbagai konsentrasi,
yaitu C, H, O (diambil dari udara dan air, ketiga unsur ini mendominasi unsure dalam jaringan
tanaman yaitu sekitar 90% dari total); N, P, K (diambil dari tanah, yang selanjutnya disebut
unsure hara makro karena dibutuhkan dalam jumlah banyak); Ca, Mg, S (diambil dari tanah yang
selanjutnya disebut unsur hara sekunder, karena dibuthkan cukup banyak); Fe, Cu, Mn, Zn, B,
Mo, Cl (diambil dari tanah yang selanjutnya disebut unsur hara mikro, karena dibutuhkan dalam
jumlah sedikit) (Sirrapa et al, 2001).
N merupakan salah satu unsur hara esensiil yang keberadaannya mutlak untuk
kelangsungan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Sebagian tanah untuk mencukupi
kebutuhan tanaman tersebut perlu diberikan tambahan dalam bentuk pupuk. Kebutuhan akan N di
Indonesia selalu meningkat, tanpa pemberian dosis yang tepat dapat mengurangi hasil produksi.
Nitrogen mampu menaikkan produksi jika dikombinasikan dengan P dan K. Maka dari itu
pengujian kandungan tanah penting, untuk mendapatkan dosis pupuk yang tepat tanah (Sugeng,
2005).
119
III. METODOLOGI
Praktikum Kesuburan Tanah Acara 10 mengenai Uji Cepat Tanah dilaksanakan pada hari
Rabu, 24 Oktober 2012, di Laboratorium Kesuburan Tanah, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian,
Universitas Gadjah Mada , Yogyakarta.
Alat-alat yang digunakan adalah Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS). Bahan yang
digunakan adalah tanah inceptisol dan tanah vertisol. Cara kerja dari praktikum ini adalah
menggunakan dua perangkat, yaitu PUTS (Perangkat Uji Tanah Sawah) dan PUTK (Perangkat
Uji Tanah Kering). Ketiga jenis tanah tersebut diuji menggunakan PUTS dan PUTK. Pada
pengujian PUTS, tanah yang diuji adalah Tanah Inseptisol dan tanah Vertisol. Dari kedua jenis
tanah tersebut dilakukan pengujian N, P, K dan pH. Pada pengujian PUTK, tanah yang diuji
adalah Tanah Inseptisol dan tanah Vertisol. Dari kedua jenis tanah tersebut dilakukan pengujian
pH, C-Organik, K dan Kapur. Setelah melakukan pengujian, hasil yang didapat dicocokkan pada
tabel rekomendasi yang disediakan dalan satu paket pada PUTK dan PUTS. Setelah didapatkan
data rekomendasi, dapat dibahas dengan teori yang bersangkutan.
120
IV. HASIL PENGAMATAN
1. PUTS (Perangkat Uji Tanah Sawah)
No Jenis Tanah Uji Hasil Rekomendasi
1 N Rendah Urea 300 kg/ha
Tanah Sawah P Tinggi SP-36 50 kg/ha
I K Sedang Pupuk KCl 50 kg/ha
Inseptisol KCl+Jerami 5t jerami/ha
pH Agak Masam Sistem drainase konvensional
(pH 5-6) Pupuk N dalam bentuk ZA
2 N Sangat Tinggi Urea 200 kg/ha
Tanah Sawah P Rendah SP-36 100 kg/ha
II K Tinggi KCl 50 kg/ha
Vertisol KCl+Jerami 5t jerami/ha
pH Netral Sistem drainase konvensional
(pH 6-7) Pupuk N dalam bentuk Urea
Tabel 10.1. Data pengamatan PUTS
2. PUTK (Perangkat Uji Tanah Kering)
No Jenis Tanah Uji Hasil Rekomendasi
1 pH Netral (pH 6-7)
Tanah Kering
Jagung -> 50 kg/ha
I K Tinggi Kedelai -> 50 kg/ha
Inseptisol Padi gogo -> 50 kg/ha
C-Organik Rendah 2 t/ha
Kapur Netral (pH 6-7) -
2 Jagung -> 75 kg/ha121
K Sedang Kedelai -> 100 kg/ha
Padi gogo -> 75 kg/ha
pH Agak Masam -
Tanah Kering (pH 5-6)
II C-Organik Rendah 2 t/ha
Vertisol Jagung -> 250 kg/ha
P Rendah Kedelai -> 200 kg/ha
Padi gogo -> 200 kg/ha
Kapur < 4 tetes Kedelai -> 1000 kg/ha
Jagung -> 6500 kg/ha
Tabel 10.2. Data pengamatan PUTK
V. PEMBAHASAN
PUTS (Perangkat Uji Tanah Sawah) adalah alat bantu analisis kadar hara tanah N, P, K
dan pH tanah sawah yang dapat digunakan di lapangan dengan cepat, mudah, murah dan akurat.
Sedangkan PUTK (Perangkat Uji Tanah Kering) dipakai dan digunakan pada tanah kering.
Manfaat PUTS dapat digunakan untuk mengukur status hara N, P, K dan pH tanah sawah secara
cepat dan mudah, sebagai dasar penetuan dosis rekomendasi pupuk N, P, K dan ameliorant tanah
sawah, berfungsi menghemat penggunaan pupuk, meningkatkan pendapatan petani dan menekan
pencemaran lingkungan (Bohn et al, 1979).
Prinsip kerja PUTS adalah mengukur kadar hara N, P da K tanah dalam bentuk tersedia,
yaitu hara yang larut dan terikat lemahdalam kompleks jerapan koloid tanah. Kadar atau status
hara N, P dan K dalam tanah ditentukan dengan cara mengekstrak dan mengukur hara tersedia di
dalam tanah. Oleh karena itu, pereaksi atau bahan kimia yang digunakan dalam alat uji tanah ini
terdiri atas larutan pengekstrak dan pembangkit warna. Bentuk hara yang diekstrak dengan PUTS
untuk nitrogen adalah NO3 dan NH4, untuk fosfat adalah orthophosphate (HPO4, PO43-) dan kalium
adalah K+. Pengkuran kadar hara dilakukan secara kuantitatif dengan metode kolorimetri
(pewarnaan). Hasil analisis N, P dan K tanah ini selanjutnya digunakan sebagai kriteria
penentuan rekomendasi pemupukan N, P dan K spesifik lokasi untuk tanaman padi sawah dengan
produktifitas setara IR-64.
122
Satu unit Perangkat Uji Tanah Sawah terdiri dari; 1) satu paket bahan kimia dan alat
untuk ekstraksi kadar N, P, K dan pH, 2) bagan warna untuk penetapan kadar pH N, P dan K, 3)
Buku petunjuk Penggunaan serta Rekomendasi Pupuk untuk padi sawah, 4) Bagan Warna Daun
(BWD). Rekomendasi pemupukan pada berbagai kelas status hara tanah yang diberikan mengacu
pada hasil kalibrasi uji tanah. Sedangkan pada satu perangkat Uji tanah Kering; 1) larutan
ekstraksi P, K, bahan organik, pH dan kebutuhan kapur, 2) peralatan pendukung, 3) bagan warna
P dan pH tanah, bagan K, kebutuhan kapur dan bahan organic tanah, dan 4) buku petunjuk
penggunaan.
Pada pengujian PUTS pada tanah Inseptisol diketahui tanah berkandungan unsur N yang
rendah, P yang tinggi dan K yang sedang. Mempunyai pH yang agak masam. Secara teori tanah
ini memang tidak cocok sebagai persawahan, cocok sebagai perkebunan. Seharusnya kandungan
hara yang terkandung tinggi, namun pada sampel kandungan N rendah. Ini dapat disebabkan
karena adanya pertanian tanpa olah tanah yang menggunakan tanah terus-menerus sepanjang
tahun. Tanah tidak dibiarkan untuk beristirahat memulihkan kandungan unsur hara yang ada, jika
memang ingin mempunyai angka produksi yang sama seperti sebelumnya rekomendasi
penggunaan pupuk N yang banyak dapat meningkatkan produksi tanaman (Pang et al, 2000).
Sedangkan pada tanah vertisol diktahui tanah berkandungan N sangat tinggi, P yang
rendah, K yang tinggi dan pH yang netral. Pada umumnya tanah vertisol mempunyai karakteristik
unsur hara yang tak berimbang, sering mengalami defisiensi unsur P karena pelapukan batuan
yang tak sempurna. pH pada tanah secara teori sangat tinggi, dan perbedaan pada tanah ini bisa
saja diakibatkan sering digunakannya untuk pertanaman sawah yang pengairannya
mengakibatkan turunnya pH. Maka dari itu penggunaan PUTS dan PUTK dapat membuat kita
mendapatkan dosis yang tepat untuk memberikan unsure hara yang berimbang pada tanah, demi
pertumbuhan yang ptimal untuk tanaman.
Pupuk anorganik yang pupuk tunggal yaitu pupuk N, P dan K. Pupuk tunggal N yaitu
pupuk urea (CO(NH2)2), pupuk ZA atau Ammonium Sulfat, pupuk Amonium Klorida atau
NH4Cl, pupuk ASN dan pupuk natrium nitrat. Sedangkan pupuk tunggal P yaitu pupuk
superfosfat, pupuk FMP, pupuk Alumunium Fosfat, dan pupuk besi III fosfat. Sedangkan pupuk
K tunggal yaitu pupuk kalium klorida dan pupuk ZK.
.
123
VI. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dalam pengujian PUTS pada tanah Inseptisol, rekomendasi N yaitu urea 300 kg/ha,
rekomendasi P yaitu SP-36 50 kg/ha dan rekomendasi K adalah KCl 50 kg/ha.
2. Dalam pengujian PUTS pada tanah Vertisol, rekomendasi N yaitu urea 200 kg/ha,
rekomendasi P yaitu SP -36 100 kg/ha dan rekomendasi K adalah KCl 50 kg/ha.
3. Dalam pengujian PUTK pada tanah Inseptisol, rekomendasi K adalah 50 kg/ha (jagung,
kedelai dan padi gogo) dan C-organik 2t/ha
4. Dalam pengujian PUTK pada tanah Vertisol, rekomendasi K untuk jagung 75 kg/ha,
kedelai 100 kg/ha dan padi 75 kg/ha, rekomendasi C-organik 2t/ha, rekomendasi P adalah
jagung 250 kg/ha, kedelai 200 kg/ha dan padi 200 kg/ha dan rekomendasi K adalah
jagung 6500 kg/ha dan kedelai 1000 kg/ha
B. Saran
Penggunaan PUTK dan PUTS adalah salah satu solusi untuk petani yang ingin meningkatkan
produksi tanamannya tanpa meracuni tanah.
124
DAFTAR PUSTAKA
Bohn, H. L. Brain L. McNeal and George A. O’Connor. 1979. Soil Chemistry. A Willey – Interscience Publication. John Willey & Sons. Toronto.
Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi tanah dan Pedogenesis. Akademika Pressindo. Jakarta.
Pang, X. P., Letey. 2000. Organic Farming : Challenge of Timing Nitrogen Availability to Crop Nitrogen Requirements. Soil Sci. Soc. Amer. J. 64:247-253.
Sirrapa, M. P.,S. Sabiham, D. Sopandie dan Suwarno. 2001. Studi Kalibrasi Tanah Hara N dalam Penentuan Batas Kritis Kelas N Total Tanah, dan Rekomendasi Pemupukan N pada Tanaman Jagung. J. Tanah Tropika. 13: 23-35.
Sugeng, Winarso. 2005. Kesuburan Tanah : Dasar Kesehatan Tanah dan Kualitas Tanah. Penerbit Gava Media. Yogyakarta.
125