Upload
dhita-anggraini-annisa
View
224
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
Laporan Praktikum Mandiri Hari/Tanggal : Senin, 4 Desember 2012
Teknologi Bahan Penyegar Dosen : Dr. Indah Yuliasih, S.Tp.,M.Si
Asisten Praktikum :
1. Nisa Urahmi /F34090086
2. Intan Ayu Lestari /F34090088
PENGEMBANGAN PRODUK TURUNAN BAHAN PENYEGAR
“KIREI Body Soap : Sabun Mandi Beraroma Green Tea yang Mengandung
Ekstrak dan Scrub Green Tea”
Oleh :
Daud Geraldy S. (F34100001)
Krisna Cahyo Prasetyo (F34100008)
Khoirunisa Prawita Sari (F34100016)
Dhita Anggraini Annisa (F34100025)
Fairuz Sartika Dewi (F34100033)
Fauziah Fiardilla (F24125002)
2012
Departemen Teknologi Industri Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teh telah dikenal oleh masyarakat dunia sebagai bahan baku minuman yang dapat memberikan
rasa kesegaran bagi tubuh. Teh mulai dikenal oleh bangsa China selama 5000 tahun lalu, yaitu ditemukan
oleh kaisar Shen Nung pada tahun 2737 SM (Anonim 2010). Kemudian mulai saat itu teh menyebar ke
seluruh penjuru dunia termasuk Indonesia. Teh berasal dari tanaman Camellia sinensis. Teh adalah
minuman yang mengandung polifenol dan senyawa flavonoid yang dapat menyegarkan tubuh sehingga teh
dapat dimanfaatkan secara luas, bukan hanya sekedar menjadi bahan penyegar untuk diminum saja.
Seiring perkembangan zaman dan teknologi, teh turut mengalami perkembangan dan berbagai modifikasi
dalam hal pengonsumsiannya.
Indonesia merupakan Negara penghasil teh terbesar ke lima di dunia. Prestasi ini sangat
membanggakan dan seharusnya mengantarkan Indonesia sebagai Negara yang memiliki agroindustri
berbahan baku teh yang berkembang. Tetapi pada kenyataannya, perkembangan agroindustri teh di
Indonesia masih belum sepenuhnya berkembang. Agroindustri teh yang bergerak dalam skala besar di
Indonesia masih sebatas industri minuman teh siap minum maupun teh bubuk dan celup instan.
Pengolahan bahan baku teh menjadi produk non pangan yang bernilai tambah belum banyak dilakukan
oleh industri agro di Indonesia. Padahal, teh banyak mengandung senyawa polifenol sebagai anti oksidan
dan anti radiant yang dapat digunakan sebagai bahan untuk menjaga dan merawat kulit. Selain itu teh
memiliki kandungan senyawa tannin yang dibutuhkan oleh industri penyamak kulit. Senyawa polifenol
dapat menghaluskan kulit serta mencegah timbulnya noda atau flek hitam pada wajah sehingga teh sangat
berpotensi untuk menjadi kandungan utama penyusun produk – produk kosmetik. Aroma dan efek
kesegaran serta sensasi herbal yang dihasilkan teh juga dapat dikembangkan pada produk personal care
dan parfum. Bila teh dapat dimanfaatkan lebih jauh sebagai bahan baku produk – produk non pangan
seperti yang disebutkan di atas, maka industri yang mengolahnya akan mendapatkan nilai tambah yang
besar. Selain itu teh telah dikenal khasiatnya di dunia sehingga aspek pemasarannya luas serta berpotensi
untuk menguasai permintaan pasar didukung oleh isu back to nature yang berkembang saat ini dan
mempengaruhi masyarakat untuk mengonsumsi produk – produk berbahan baku herbal.
Melihat besarnya potensi teh untuk dikembangkan lebih jauh menjadi berbagai macam produk
non pangan dan besarnya peluang pasar yang diciptakan oleh khasiat teh, maka penulis mengembangkan
produk turunan non pangan yang berbahan baku teh sebagai salah satu bahan penyegar terpopuler. Penulis
mengembangkan sabun mandi batang herbal berscrub dan mengandung ekstrak green tea sebagai inovasi
produk non pangan terkini. Hal ini disebabkan sabun batang berscrub belum tersedia di pasaran Indonesia
secara umum. Selain itu, sabun herbal yang ada harganya masih belum dapat dijangkau oleh masyarakat
kalangan menengah ke bawah. Padahal, sabun herbal ini sangat berpotensi menguasai pasar dengan target
pasar masyarakat Indonesia khususnya yang berkelamin perempuan yang jumlahnya sekitar 60 % lebih
dari jumlah masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, penulis optimis dan mencoba mengembangkan produk
sabun mandi batang herbal berscrub dan mengandung ekstrak green tea ini.
B. Tujuan
Tujuan dikembangkannya produk sabun mandi batang herbal ini diantaranya adalah untuk
menyediakan sabun herbal berscrub yang mengandung ekstrak green tea yang baik untuk kulit dengan
harga. Selain itu pengembangan produk ini juga ditujukan untuk mengembangkan pemanfaatan bahan
penyegar terutama teh untuk menjadi produk non pangan yang bernilai tambah dan ramah lingkungan.
II. ASPEK TEKNIS DAN TEKNOLOGI
A. Pengenalan Produk
Sabun termasuk salah satu jenis surfaktan yang terbuat dari minyak atau lemak alami.
Surfaktan mempunyai struktur bipolar. Bagian kepala bersifat hidrofilik dan bagian ekor bersifat
hidrofobik. Karena sifat inilah sabun mampu mengangkat kotoran (biasanya lemak) dari badan dan
pakaian. Selain itu, pada larutan, surfaktan akan menggerombol membentuk misel setelah melewati
konsentrasi tertentu yang disebut Konsentrasi Kritik Misel (KKM) (Sitanggang, 2011).
Sabun dibuat dengan dua bahan utama, yaitu bahan baku dan bahan pendukung. Bahan baku
merupakan bahan utama penyusun struktur sabun. Bahan baku dalam pembuatan sabun adalah
senyawa alkali dan minyak lemak. Banyak sekali senyawa basa yang dapat dibuat sebagai bahan baku
sabun, tetapi pada umunya senyawa yang digunakan pada pembuatan sabun adalah NaOH (Natrium
Hidroksida atau Sodium Hidroksida) dan KOH (Kalium Hidroksida). Selain senyawa alkali, bahan
baku sabun yang utama adalah minyak lemak. Minyak lemak ini dapat berasal dari berbagai sumber ;
hewani, nabati, lilin ataupun minyak ikan laut. Komponen minyak lemak sebagai salah satu bahan
baku penyusun sabun menjadi suatu daya tarik produk tersendiri yang dapat dikembangkan oleh
industry untuk membuat produknya unggul. Kekhasan minyak berikut komponen yang dikandungnya
dapat memperkarya produk yang diciptakan serta menambah nilai jual dari produk tersebut kepada
konsumen.
Sedangkan bahan pendukung merupakan bahan yang dapat meningkatkan kualitas sabun
baik dari segi nilai guna maupun daya tarik sehingga nilai jual sabun pun bertambah. Bahan
pendukung yang digunakan dalam pembuatan sabun diantaranya adalah zat pewarna, pewangi
(fragrance), garam – garaman, buffer, senyawa ekstrak tambahan serta bahan scrub. Zat pewarna
digunakan sebagai bahan untuk mempercantik kenampakan sabun sehingga menarik konsumen untuk
membelinya. Selain itu, pemberian warna yang berbeda – beda juga dapat digunakan industri untuk
membuat variasi produk atau menyesuaikan produk dengan tema atau bahan fragrance-nya. Bahan
pewangi sangat dibutuhkan untuk menciptakan aroma khas dari produk sabun yang dibuat serta
memberikan efek kesegaran, kenyamanan dan parfum. Senyawa buffer seperti Natrium Karbonat,
Natrium Fosfat dan lainnya sangat berguna sebagai penstabil pH pada proses penyabunan
(saponifikasi). Senyawa ekstrak tambahan dapat ditambahkan ke dalam produk sabun sebagai
keunggulan tersendiri dari produk ang ingin ditampilkan sebagai bahan promosi produk di pasaran.
Senyawa ekstrak ini dapat berupa senyawa alkaloid atau senyawa lainnya yang diekstrak dari bahan –
bahan alami seperti buah – buahan, daun, bunga, maupun biji yang dapat memberikan efek
kelembutan atau nutrisi bagi kulit. Bahan scrub juga dapat ditambahkan sebagai bahan pengangkat sel
– sel kulit mati yang menempel pada kulit dan sulit diangkat oleh sabun. Bahan utama maupun bahan
pendukung sabun mandi batang herbal ini akandi jelaskan lebih lanjut pada sub bab ketersediaan
bahan baku.
Pada praktikum mandiri ini, penulis melakukan beberapa inovasi dengan memanfaatkan
ekstrak teh hijau atau green tea. Penulis memilih untuk mengembangkan teh sebagai bahan tambahan
pada produk sabun batang ber – scrub karena ketersediaan bahan baku teh yang melimpah di
Indonesia. Teh menyumbang devisa bersih sekitar 178 juta Dolar AS pada tahun 2010. Sedang
rentang tahun 1997 sampai 2001, industri teh menyumbang sekitar 110 juta dolar AS per tahun
(Wikipedia 2012). Teh sebagai komoditas penyumbang devisa mempunyai peranan penting dalam
pembangunan ekonomi negara. Indonesia yang sempat menempati posisi ke-5 negara eksportir teh
dunia. Selain itu, teh merupakan sumber alami kafein, teofilin dan antioksidan dengan kadar
lemak, karbohidrat atau protein mendekati nol persen. Senyawa volatile dan kandungan senyawa
polifenol yang ada di teh menjadikan teh dapat diolah menjadi parfume (minyak atsiri) serta macam
– macam pewangi dalam campuran produk sabun cair, sabun batang, hand and body, facial foam,
masker dan sebagainya.
Bagian teh yang dimanfaatkan adalah ampas teh hijau dan ekstrak teh hijau. Ekstrak teh
hijau kaya akan polifenol dan asenyawa antiradian lain yang dapat menghambat penuaan dini serta
mengikat senyawa radikal bebas yang dapat menyebabkan flek hitam serta kerutan pada kulit,
terutama wajah. Ampas teh sendiri juga dapat dijadikan scrub untuk bermacam – macam produk
kecantikan seperti sabun karena banyak mengandung senyawa antioksidan yang menghaluskan kulit.
Selain itu,penambahan scrub pada sabun batang akan memperkaya fungsi sabun itu sendiri. Sabun
batang yang selama ini banyak dikonsumsi oleh sebagian masyarakat Indonesia khususnya kaum
masyarakat menengah ke bawah hanya memberikan kepuasan dan kesan yang dipandang dari
banyaknya busa dan parfum serta warna sabun. Ketersediaan nutrisi untuk kulit, kekesatan, dan
kebersihan tidak terlalu diperhatikan oleh industri – industri sabun. Adanya ampas green tea sebagai
scrub pada sabun batang herbal ini dapat membantu sabun mengangkat sel – sel kulit mati pada
tubuh, menghaluskan dan memberikan nutrisi pada kulit karena adanya kandungan polifenol, senyawa
anti oksidan dan senyawa anti radian.
B. Ketersediaan Bahan Baku
Bahan – bahan yang digunakan untuk membuat sabun mandi batang herbal ini terbagi
menjadi dua. Seperti yang telah dijabarkan di atas, ada dua bahan yang menyusun sabun yaitu bahan
utama dan bahan pendukung. Bahan utama meliputi komponen minyak atau lemak dan basa.
Komponen minyak yang digunakan pada sabun ini adalah minyak kelapa dan asam stearate.
Sedangkan komponen basa yang digunakan adalah NaOH. Minyak kelapa banyak diproduksi oleh
industri rumah tangga di hampir seluruh daerah di Indonesia. Harganya pun cukup murah. Selain itu
ketersediaan tanaman kelapa di sepanjang pantai utara dan selatan Indonesia menjadikan bahan baku
minyak kelapa tersedia dalam jumlah yang besar. Pengolahan buah kelapa untuk menjadi minyak
kelapa pun tergolong mudah dan dapat dilakukan secara tradisional dalam skala industri rumah
tangga. Bahan berikutnya adalah senyawa alkali atau basa. Pada formula sabun dibutuhkan larutan
NaOH 30% yang didapat dari melarutkan 30 gram NaOH Kristal dalam air destilata sebanyak 70 ml.
NaOH Kristal dapat dibeli di toko – toko kimia dengan harga yang terjangkau. Penggunaan NaOH
ditujukan untuk mereaksikan komponen minyak agar terbentuk reaksi penyabunan.
Bahan – bahan pendukung seperti NaCl, etanol, cocoDEA, gliserin dan asam sitrat banyak
diproduksi oleh industri kimia yang ada di Indonesia.untuk produksi sabun dalam skala home industry
, pasokan bahan – bahan tersebut dapat dibeli di toko – toko kimia. Sedangkan untuk produksi skala
industri besar, bahan – bahan tersebut dapat didapat melalui pasokan langsung dari industri kimia.
Bahan lain seperti air destilata dapat digantikan oleh air biasa. Fragrance green tea dapat dibeli dari
penjual parfume dalam skala kecil atau besar. Sedangkan Pewarna yang dipakai disini adalah pewarna
makanan bewarna hijau (merek koepoe – koepoe) untuk menambah warna hijau dari produk agar
mencerminkan teh hijau itu sendiri. Selain itu penggunaan pewarna makanan ditujukan untuk
menghindari efek iritasi dan akumulasi zat warna sintetik berbahaya pada kulit.
Pada aspek inovasi, kami menambahkan unsur teh hijau pada produk dalam bagian ekstrak
dan scrub. Kebun – kebun teh yang ada hampir di setiap dataran tinggi di Indonesia menyediakan
bahan baku teh hijau yang melimpah dengan harga yang terjangkau. Menurut Dinas perkebunan
(2010), pada tahun 2009 kebun teh yang tersebar di Indonesia seluas 123.506 hektar yang 78,2 persen
atau 96.652 hektar di antaranya berada di Jawa Barat. Luasan kebun teh tersebut menghasilkan
produksi teh Indonesia yang mencapai 156.901 ton per tahun. Luas kebun teh rakyat di Jabar tercatat
49.651 hektar atau 51,3 persen dari total kebun teh di Jabar, 31 persen PTPN, dan sisanya perkebunan
swasta. Produksi teh tersebut dapat menopang semua industri yang bergerak pada pemanfaatan teh.
Sayangnya masih sangat sedikit pemanfaatan teh pada ranah industri non pangan. Kemudian nilai jual
Pada industri sabun ini, tanaman teh yang dimanfaatkan untuk menjadi ekstrak dan scrub adalah
bagian daun. Daun teh hijau dapat diolah degan teknologi ekstraksi menjadi ekstrak teh, kemudian
memakai teknologi pengeringan untuk membuat ampas teh sisa ekstrak menjadi scrub. Teknologi
pembuatan sabun selengkapnya akan dibahas pada aspek teknologi proses.
C. Teknologi Proses
Proses Penyabunan
Sabun adalah surfaktan atau campuran surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan
membersihkan lemak (kotoran). Sabun memiliki struktur kimiawi dengan panjang rantai karbon C12
hingga C16. Sabun bersifat ampifilik, yaitu pada bagian kepalanya memiliki gugus hidrofilik (polar),
sedangkan pada bagian ekornya memiliki gugus hidrofobik (non polar). Oleh sebab itu, dalam fungsinya,
gugus hidrofobik akan mengikat molekul lemak dan kotoran, yang kemudian akan ditarik oleh gugus
hidrofilik yang dapat larut di dalam air. Sabun terbuat dari garam alkali asam lemak dan dihasilkan
menurut reaksi asam basa. Proses pembuatan sabun disebut saponifikasi. Saponifikasi menurut Hicks
(1981), adalah reaksi hidrolisis asam lemak dan basa alkali seperti yang terlihat pada reaksi di bawah ini :
[Minyak (Lemak) + Alkali → Sabun + Gliserol]
Selain reaksi penyabunan yang dihasilkan dari reaksi antara senyawa alkali dengan komponen minya,
sabun ini memiliki kandungan sukrosa atau gula juga gliserin yang berfungsi sebagai humektan sehingga
dapat membuat kulit lembab dan halus.
Dilihat dari transparan atau tidaknya, sabun padat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu sabun opaque,
sabun translucent, dan sabun transparan. Ketiga jenis sabun ini hanya berbeda dalam hal transparansinya
saja. Sabun opaque yang tidak transparan tidak ditambahkan transparent agent. Sabun translucent yang
sedikit transparan ditambahkan lebih sedikit transparent agent. Sabun transparan ditambahkan lebih
banyak transparent agent. Dalam hal ini , sabun Kirei dapat digolongkan menjadi sabun translucent.
Dalam pembuatan sabun dibutuhkan beberapa bahan, dimana masing-masing bahan memiliki
fungsi yang berbeda dengan bahan yang lain. Bahan yang paling utama yaitu minyak. Minyak nabati
berfungsi sebagai sumber asam lemak. Setiap jenis minyak menghasilkan karakteristik sabun yang
berbeda-beda. Minyak yang digunakan oleh kelompok kami adalah minyak kelapa. Asam lemak yang
paling dominan dalam minyak kelapa adalah asam laurat (HC12H23O2). Asam laurat sangat diperlukan
dalam pembuatan sabun karena asam laurat mampu memberikan sifat pembusaan yang sangat baik untuk
produk sabun.
Asam stearat adalah jenis asam lemak dengan rantai hidrokarbon yang panjang, mengandung
gugus karboksil di salah satu ujungnya dan gugus metil di ujung yang lain. Asam stearat memiliki 18 atom
karbon dan merupakan asam lemak jenuh karena tidak memilikiikatan rangkap di antara atom karbonnya.
Menurut (Mitsui, 1997), asam stearat sering digunakan sebagai bahan dasar pembuatan krim dan sabun.
Asam stearat berbentuk padatan berwarna putih kekuningan dan berperan dalam memberikan konsistensi
dan kekerasan padasabun.
Natrium hidroksida adalah senyawa alkali berbentuk butiran padat berwarna putih dan memiliki
sifat higroskopis, serta reaksinya dengan asam lemak menghasilkan sabun dan gliserol. NaOH sering
digunakan dalam industri pembuatan hard soap. NaOH merupakan salah satu jenis alkali (basa) kuat yang
bersifat korosif serta mudah menghancurkan jaringan organik yang halus. Banyaknya alkali yang akan
digunakan dalam pembuatan sabun transparan dapat ditentukan dengan melihat besarnya bilangan
penyabunan.
Gliserin merupakan produk samping pemecahan minyak atau lemak untuk menghasilkan asam
lemak. Gliserin diperoleh sebagai hasil samping pembuatan sabun dari berbagai asam lemak, berbentuk
cairan jernih, tidak berbau dan memiliki rasa agak manis. Kegunaan gliserin berubah-ubah sesuai dengan
produknya. Pada pembuatan sabun transparan, gliserin berfungsi untuk menghasilkan penampakan yang
transparan dan memberikan kelembaban pada kulit (humektan). Humektan (moisturizer) adalah skin
conditioning agents yang dapat meningkatkankelembaban kulit. Menurut Mitsui (1997), gliserin telah
digunakan sejak lama sebagaihumektan karena gliserin merupakan komponen higroskopis yang dapat
mengikat air dan mengurangi jumlah air yang meninggalkan kulit. Efektifitas gliserin tergantung pada
kelembaban lingkungan di sekitarnya. Humektan contohnya gliserin dan propilen glikol, dapat
melembabkan kulit pada kondisi kelembaban tinggi. Mitsui (1997) juga menyatakan bahwa gliserin
dengan konsentrasi 10% dapat meningkatkan kehalusan dan kelembutan kulit.
Etanol (etil alkohol) berbentuk cair, jernih dan tidak berwarna, merupakan senyawa organik
dengan rumus kimia C2H5OH. Etanol pada proses pembuatan sabun digunakan sebagai pelarut karena
sifatnya yang mudah larut dalam air dan lemak. Penambahan etanol dilakukan pada tahap akhir
pembuatan sabun untuk mencegah menguapnya etanol karena etanol merupakan bahan yang mudah
menguap.
Gula pasir (sukrosa) berbentuk kristal putih. Pada proses pembuatan sabun transparan, gula pasir
berfungsi untuk membantu terbentuknya transparansi pada sabun. Penambahan gula pasir dapat membantu
perkembangan kristal pada sabun. Penambahan gula pasir dilakukan pada tahap akhir pembuatan sabun
untuk mencegah terjadinya karamelisasi yang dapat membuat warna sabun menjadi cokelat.
Coco-DEA merupakan dietanolamida yang terbuat dari minyak kelapa. Dalam formula sediaan
kosmetik, DEA berfungsi sebagai surfaktan dan penstabil busa. Surfaktan adalah senyawa aktif penurun
tegangan permukaan yang bermanfaat untuk menyatukan fasa minyak dengan fasa air.
Natrium klorida (garam) merupakan bahan berbentuk kristal putih, tidak berwarna dan bersifat
higroskopik rendah. Penambahan NaCl selain bertujuan untuk pembusaan sabun, juga untuk
meningkatkan konsentrasi elektrolit agar sesuai dengan penurunan jumlah alkali pada kahir reaksi
sehingga bahan-bahan pembuat sabun tetap seimbang selama proses pemanasan.
Asam sitrat memiliki bentuk berupa kristal putih. Berfungsi sebagai agen pengelat (chelating
agent) yaitu pengikat ion-ion logam pemicu oksidasi, sehingga mampu mencegah terjadinya oksidasi pada
minyak akibat pemanasan. Asam sitrat juga dapat dimanfaatkan sebagai pengawet dan pengatur pH.
Penambahan asam sitrat pada sabun dapat menurunkan PH sehingga meminimisasi kemungkinan iritasi
yang ditimbulkan oleh sabun akibat tingginya nilai PH.
Air merupakan pelarut yang bersifat polar dan tidak dapat bercampur dengan fraksi lemak. Air
merupakan sebuah molekul air terdiri dari sebuah atom oksigen yang berikatan kovalen dengan dua atom
hidrogen. Dalam pembuatan sabun transparan air digunakan sebagai pengemulsi.
Asam-asam lemak merupakan komponen utama penyusun lemak atau minyak. Karakteristik
suatu sabun sangat dipengaruhi oleh karakteristik minyak yang dipakai. Tiap-tiap minyak memiliki jenis
asam lemak yang dominan. Asam-asam lemak inilah yang nantinya akan menentukan karakteristik dari
sabun yang dihasilkan. Menurut Cavitch (2001), setiap asam lemak memberikan sifat yang berbeda pada
sabun yang dihasilkan. Sabun yang dihasilkan dari asam lemak dengan bobot molekul kecil akanlebih
lunak dari pada sabun yang dibuat dari asam lemak dengan bobot molekul besar. Asam lemak yang
digunakan dalam pembuatan sabun adalah yang memiliki rantai karbon berjumlah 12-18 (C12-C18).
Asam lemak dengan rantai karbon kurang dari 12 tidak memiliki efek sabun (soapy effect) dan asam dapat
menimbulkan iritasi pada kulit, sementara asam lemak denganrantai karbon lebih dari 20 memiliki
kelarutan yang sangat rendah. Asam lemak dengan rantai karbon 12-14 memberikan fungsi yang baik
untuk pembusaan sementara asam lemak denganrantai karbon 16-18 baik untuk kekerasan dan daya
detergensi. Secara umum dapat dikatakan bahwa penggunaan asam lemak yang memiliki rantai panjang,
khususnya C16 dan C18, akan menghasilkan sabun dengan struktur yang lebih kompak dan dapat
mencegah atau memperlambat disintegrasi sabun saat terpapar oleh air. Asam-asam lemak dengan rantai
pendek, misalnya asam laurat dan asam-asam lemak lain yang memiliki kelarutan tinggi, berperan dalam
kemampuan sabun untuk menghasilkan busa.
Tingkat kekerasan ditentukan dengan mengukur kedalaman jarum penetrasi pada sabun.
Kedalaman inibiasanya dinyatakan dalam sepersepuluh milimeter dari nilai yang tercantum pada skala
penetrometer. Semakin tinggi kedalaman penetrasi jarum menunjukan bahwa suatu sampel semakin lunak.
Bila sabun terlalu lunak akan menyebabkan sabun mudah larut dan menjadi cepat rusak. Menurut
Shrivastava (1982), kekerasan sabun dipengaruhi oleh adanya asam lemak jenuh dalam sabun. Semakin
banyak jumlah asam lemak jenuh dalam sabun maka sabun akan menjadi semakin keras. Faktor lain yang
berpengaruh pada kekerasan sabun adalah kadar air. Semakin tinggi kadar air maka sabun akan semakin
lunak. Sabun yang keras dan padat memiliki umur simpan lebih lama dari pada sabun yang lunak. Uji
kekerasan tidak dilakukan pada produk sabun Kirei.
Parameter terakhir yang menentukan kualitas sabun adalah busa. Busa merupakan salah satu
parameter penting dalam penentuan mutu sabun mandi. Pada penggunaannya, busa berperan dalam proses
pembersihan dan melimpahkan wangi sabun pada kulit. Adanya senyawa tidak jenuh (asam lemak tidak
jenuh) dalam campuran minyak, tidak akan menstabilkan busa (Gromophone, 1983).
Proses Ekstraksi dan Pengeringan
Selain proses penyabunan, terdapat beberapa proses lain yang digunakan untuk pembuatan sabun
Kirei yaitu proses ekstraksi dan pengeringan pada ekstrak green tea. penambahan ekstrak green tea pada
pembuatan sabun kirei menggunakan ekstrak green tea berbentuk serbuk. Hal ini disebabkan agar tidak
merusak tekstur dan warna dari hasil produk sabun Kirei. Sehingga diperlukan proses ekstraksi daun green
tea atau teh hijau dengan air kemudian didapatkan ekstrak green tea berbentuk cairan dan dikeringkan
menjadi serbuk dengan proses spray dryer.
Ekstraksi daun teh hijau dilakukan dengan perbandingan 1 : 5 , dimana lima gram daun teh hijau
di ekstrak dengan air mineral panas sebanyak 25 ml. Setelah lima hingga sepuluh menit, ekstrak disaring
kemudian dikeringkan dengan spray dryer hingga menghasilkan bubuk green tea yang kemudian
ditambahkan pada pembuatan sabun Kirei.
D. Analisis Produk
Karakteristik Produk
Sabun Kirei Body Soap merrupakan sabun mandi batang yang mengandung ekstrak , scrub dan
aroma teh hijau yang memiliki manfaat karena mengandung senyawa polifenol, antiradian , dan anti
oksidan. Ekstrak teh hijau kaya akan polifenol dan asenyawa antiradian lain yang dapat menghambat
penuaan dini serta mengikat senyawa radikal bebas yang dapat menyebabkan flek hitam serta kerutan
pada kulit, terutama wajah. Sabun teh ini diperkaya dengan ampas teh hijau yang banyak mengandung
senyawa antioksidan yang dapat menghaluskan kulit. Selain itu, penambahan scrub pada sabun batang
akan memperkaya fungsi sabun itu sendiri. Sabun batang yang selama ini banyak dikonsumsi oleh
sebagian masyarakat Indonesia khususnya kaum masyarakat menengah ke bawah hanya memberikan
kepuasan dan kesan yang dipandang dari banyaknya busa dan parfum serta warna sabun. Ketersediaan
nutrisi untuk kulit, kekesatan, dan kebersihan tidak terlalu diperhatikan oleh industri – industri sabun.
Adanya ampas green tea sebagai scrub pada sabun batang herbal ini dapat membantu sabun mengangkat
sel – sel kulit mati pada tubuh, menghaluskan dan memberikan nutrisi pada kulit karena adanya
kandungan polifenol, senyawa anti oksidan dan senyawa anti radian.
Kenampakan fisik dari Kirei body soap ini adalah bewarna cokelat kehijauan dengan degradasi
warna orange dibawahnya. Didalam sabun tampak ampas green tea yang merupakan scrub dari sabun itu
sendiri. Bentuk Kirei Body Soap tersedia dalam berbagai macam bentuk wajah hewan yang lucu – lucu
juga dalam bentuk wajah princess sehingga diharapkan konsumen dapat tertarik untuk membelinya. Selain
itu kemasan produk yang menyerupai teh celup diharapkan dapat memberikan kesan bahwa sabun tersebut
mengandung ekstrak dan ampas teh sehingga menjadi aspek promosi nutrisi produk secara tidak langsung
dan juga mwenambah keunikan dari produk.
Formulasi Produk
Pembuatan sabun Kirei body soap terinspirasi dari resep sabun transparan sebagai berikut :
Formulasi Resep Sabun :
Bahan Gram / batch Persentase
Minyak
kelapa
20 gram 22,4 %
Asam Stearat 7 gram 7,8 %
NaOH 30 % 20 ml 22,4 %
Air Destilata 4,5 ml 5 %
Asam Sitrat 3 gram 3,4 %
Etanol 70 % 15 ml 16.8 %
CocoDEA 3 ml 3.4 %
Fragrance 2 ml 2.2 %
Pewarna 1,5 ml 1,7 %
Gliserin 13 ml 14.6 %
NaCl 0,2 gram 0.3 %
Total 89,2 100 %
Kemudian kami memodifikasi formula tersebut dengan menambahkan ekstrak green tea, ampas
green tea, fragrance green tea dan sukrosa. Sehinnga formulasinya menjadi sebagai berikut :
Formulasi Sabun Kirei :
Bahan Gram /
batch
Persentase Harga / Kg
atau / L (Rp)
Harga/Batch
(Rp)
Keterangan
Minyak
kelapa
20 ml 18,7 % 7000 140
Asam
Stearat
7 gram 6,5 % 190.000 1330
NaOH 19,5 ml 18,2 % (Kristal) 17.000 332 ±19,5 ml
6 gram
Air Destilata 2 ml 1,9 % 3.000 6
Asam Sitrat 3 gram 2,8 % 22.000 66
Etanol 70 % 15 ml 14 % 15.000 225
CocoDEA 3,5 ml 3,3 % 5.600 19,6
Fragrance 1 ml 0,9 % 500.000 500
Pewarna 1 ml 0,9 % 20.000 20
NaCl 0,2 gram 0,2 % 5.000 1
Ekstrak Teh
Hijau
2 gram 1,9 % 60.000 120
Ampas Teh
Hijau
10 gram 9,2 % 5.000 50
Sukrosa 8 gram 7,5 % 11.000 88
Gliserin 15 ml 14 % 50.000 750
Total 107.2 gram 100 % 3647,6
Formulasi tersebut menghasilkan ± 100 gram sabun yang dapat menghasilkan dua sabun dengan
netto 50 gram, sehingga harga persabun sebesar Rp 1.823,8. Kemudian pada aspek pengemasan Sabun :
Bahan Harga Satuan
(Rp)
Harga/Batch
(Rp)
Keterangan
Kertas
minyak
700/ satuan 120 Satu kertas
dapat
menghasilkan
6 kemasan
sabun
Tali Nilon 2500/ gulung 25 Satu gulung
= 10 meter.
Satu kemasan
= 10 cm
Maka satu
gulung = 100
kemasan
Barcode 150/kemasan 150 -
Plastik PP 50/kemasan 50 -
Kardus
Tersier
300/kemasan 300 -
Total 645
Sehingga untuk menghasilkan satu sabun mandi batang ber – scrub netto 50 gram memerlukan biaya :
Biaya Harga
Produksi Rp 1.823,8
Pengemasan Rp 645
Total Rp 2.468,8
Jika hari produksi dalam satu bulan adalah 20 hari, dan rata – rata jumlah produksi perhari adalah 50
sabun maka jumlah sabun yang diproduksi dalam satu bulan adalah sbb :
Jumlah produksi sabun : 20 hari x 50 sabun = 1.000 sabun
Uji yang Terkait pada Produk
Uji pengawasan mutu sangat diperlukan untuk produk personal care ini. Hal sangat diperlukan
untuk melindungi konsumen dari kandungan bahan – bahan yang berbahaya yang mungkin terkandung
dalam sabun. Selain itu, uji mutu juga dapat menambah tingkat kepercayaan konsumen akan produk yang
dikonsumsinya.
Uji Nilai PH
Uji nilai PH memberikan informasi mengenai nilai PH dari produk sabun yang diproduksi. Nilai pH merupakan nilai yang menunjukkan derajat keasaman suatu bahan. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1996), rentang standar pH sabun mandi pada SNI 06-4085-1996, yaitu pH 8-11. pH optimum untuk sabun mandi adalah 9,2, karena bila lebih tinggi, warna sabun akan menjadi lebih gelap. Berikut adalah hasil uji PH pada produk sabun Kirei :
Pengujian Nilai PH
Satu 10
Dua 10
Nilai PH rata – rata 10
Sehingga dapat dinyatakan bahwa sabun Kirei memenuhi standar SNI 06 – 4085 – 1996 sehingga aman
untuk dipakai sebagai sabun mandi.
Uji Organoleptik
Selain uji nilai PH, uji organoleptik juga dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan
konsumen / masyarakat terhadap produk yang dihasilkan dengan resep yang termodifikasi dengan produk
sabun yang dihasilkan dari resep awal. Hal ini akan membantu produsen (dalam hal ini kami) untuk
menilai apakah inovasi yang diberikan telah sesuai dan disukai oleh konsumen. Sehingga produsen dapat
mengetahui tingkat kesukaan konsumen pada produk tersebut sebatas apa, dan produsen dapat
menciptakan atau memperbaiki produk tersebut melalui R&D. Sehingga produsen dapat mengantisipasi
kerugian yang ditimbulkan apabila produk yang diproduksi dan dipasarkan tidak diminati. Berikut hasil uji
organoleptik :
Berdasarkan hasil uji organoleptik (dengan hasil terlampir) terhadap warna menunjukkan bahwa 30
panelis mampu membedakan secara nyata 4 dari 5 perlakuan sabun pada taraf 5%. Hasil dari uji
organoleptik bahwa rata-rata perbandingan warna sabun yang memakai formula awal (I) dan yang
memakai formula termodifikasi (II) memiliki Fhitung yang lebih besar dari Ftabel yang menunjukan
adanya perbedaan nyata antara kedua sabun dengan formulasi berbeda. Dari analisis lanjutan (uji duncan)
diketahui bahwa sabun dengan formulasi awal lebih disukai daripada formula termodifikasi. Sama halnya
dengan tekstur, aroma,dan busa dengan melakukan uji anova didapatkan hasil bahwa kedua jenis sabun
memiliki perbedaan yang nyata. Sabun dengan formulasi awal lebih disukai daripada formulasi
termodifikasi. Tapi untuk kekesatan dari sabun, didapat Fhitung yang lebih kecil daripada Ftabel.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari segi kekesatan sabun forumulasi awal tidak berbeda nyata dengan
sabun formula termodifikasi.
[Sabun formulasi awal] [Sabun dengan formulasi termodifikasi]
III. ASPEK PEMASARANPada praktikum kali ini produk yang dibuat adalah sabun kirei body soap : sabun mandi beraroma
green tea yang mengandung ekstrak dan scrub green tea. Produk ini diharapkan akan menjadi produk
yang diproduksi pada skala home industry. Kelebihan dari kirei body soap yang kami buat adalah
memiliki aroma green tea yang mengandung ekstrak dan scrub green tea yang alami serta berkhasiat
dalam meremajakan kulit dan mengangkat sel – sel mati. Selain itu kirei body soap yang diproduksi
memiliki kemasan yang unik sehingga dapat menambah nilai jual dari sabun tersebut. Target pasar dari
produk kirei body soap ini adalah seluruh masyarakat Indonesia khususnya yang berkelamin wanita kaum
menengah ke atas. Promosi dilakukan di tempat- tempat keramaian seperti kampus, mall, pasar, toko
souvenir, pemesanan untuk souvenir, dll.
Jadi pada analis swot ini kami membandingkan produk kami yaitu kirei body soap : sabun mandi
beraroma green tea yang mengandung ekstrak dan scrub green tea dengan sabun komersial lain yang telah
ada di pasaran yaitu sabun give. Sabun give yang biasanya beredar di pasaran juga mengandung ekstrak
bahan-bahan alami seperti madu, kedelai, dll. Ada juga kelebihan lainnya yaitu memiliki beraneka ragam
jenis produk dengan warna dan aroma yang berbeda-beda dan memiliki bentuk yang menarik. Akan tetapi
sabun give yang berdar di pasaran tidak mengandung scrub alami seperti sabun yang kami hasilkan dan
kemasan yang digunakan standar seperti sabun-sabun biasa pada umumnya.
Harga : Rp 15.000,00 Harga : Rp 5.800,00
[Gambar sabun yang biasa di pasaran] [Gambar Produk Sabun Kirei]
Analisis SWOT
Analisis swot S (strengths) kekuatan
1. Menawarkan sabun mandi
herbal dengan scrub alami.
2. Sabun herbal yang dapat
menghaluskan kulit karena
terbuat dari bahan alami
3. Harga relatif murah dari pada
sabun herbal lainnya
(W) Weaknesses kelemahan
1. dari segi penampilan (warna,
tekstur dan bentuk) kurang
menarik.
2. busa sabun yang dihasilkan
tidak banyak
4. Kemasan yang unik
5. Strategi pemasaran yang
menarik
(O) Opportunities:
Kesempatan
1. Kesempatan dalam
memasarkan produk cukup
luas karena industri yang
menghasiilkan produk
sabun herbal masih sedikit
2. Dewasa ini produk- produk
kecantikan herbal sangat
digemari masyarakat.
SO
1. Mengangkat aspek herbal,
mengndung scrub green tea,
serta aroma khas green tea
yang menyejukkan.
2. Mempromosikan produk ini di
berbagai tempat yang strategis
seperti kampus, mall, pasar,
sebagai cinderamata di tempat
wisata dan tempat-tempat
ramai lainnya.
WO
1. Melakukan pengolahan
dengan teknologi yang lebih
canggih dan pencampuran
bahan yang merata agar
dihasilkan sabun dengan
penampilan yang lebih
menarik.
2. Penambahan konsentrasi
garam yang dimasukkan
dengan pengadukan yang
rata untuk menghasilkan
busa yang lebih banyak.
(T) Threats:
Tantangan
1. Peralatan dan teknologi
yang digunakan belum
canggih
2. Batch yang digunakan
masih skala industri rumah
tangga.
ST
1. Konsep pemasaran dan
kemasan yang menarik
sehingga akan menambah
daya pikat produk .
2. Optimalisasi kualitas produk
dan penambahan variasi dari
produk.
WT
1. Melakukan teknik produksi
yang lebih baik
2. Meningkatkan pengenalan
produk lewat promosi
3. Melakukan inovasi dari
produk.
IV. KELAYAKAN USAHA Analisis kelayakan usaha ini dihitung berdasarkan asumsi produksi sabun Kirei dalam satu bulan.
Diasumsikan bahwa dalam satu bulan, terdapat dua puluh hari produktif untuk memproduksi sabun
dengan kapasitas produksi sebesar lima puluh sabun / hari. Sehingga dalam satu bulan perusahaan
dapat ,memproduksi sebanyak 1000 sabun.
Biaya Investasi
Peralatan Harga Jumlah Satuan Total harga
(Rp)
Masa pakai Biaya
Penyusutan
(Rp)
Mixer 3.200.000 1 unit 3.200.000 60 bulan 53.333,33
Mold
(cetakan)
17.000 13 buah 221.000 6 bulan 36833,33
Total harga (Rp) 3.421.000 Total biaya
penyusutan
(Rp)
90.166,66
Biaya Produksi per bulan (u/ 1000 sabun)
Bahan baku Harga/batch per
sabun (Rp)
Total harga (Rp)
Minyak kelapa 70 70.000
Asam stearat 665 665.000
NaOH 30% 166 166.000
Air destilata 3 3.000
Asam sitrat 33 33.000
Etanol 70% 112 112.000
CocoDEA 9,8 9.800
Fragrance greentea 250 250.000
Pewarna 10 10.000
NaCl 0,5 500
Ekstrak greentea 60 60.000
Ampas greentea 25 25.000
Sukrosa 44 44.000
Gliserin 375 375.000
Kemasan
Kertas minyak 120 120.000
Tali nilon 25 25.000
Barcode 150 150.000
Plastik PP 50 50.000
Kardus tersier 300 300.000
Total 2.468,8 2.468.800
Biaya Operasional u/ 1000 sabun
Operasional Biaya (Rp) Jumlah Satuan Total harga
(Rp)
Keterangan
Transportasi 5.000 5.000
Kemasan Kardus
Besar
1.000 20 Kardus 20.000 1 kemasan
tersier untuk
50 sabun
Listrik 1.000 20 Hari 20.000
Sewa rumah
produksi
300.0000 1 Bulan 300.000
Total biaya 345.000
Total Biaya
Biaya Produksi Rp 2.468.800,00/ bulan Rp 29.625.600 / tahun
Biaya Investasi Rp 3.421.000,00 / bulan Rp 3.421.000/ tahun
Biaya Operasional Rp 345.000,00 / bulan Rp 4.140.000 / tahun
Total Rp 37.186.600/tahun
Harga Pokok Produksi (HPP) : (basis satu tahun produksi)
Biaya tetap = biaya investasi
= Rp 3.421.000,00
*biaya penyusutan tidak diperhitungkan
Biaya tidak tetap = biaya produksi + biaya operasional
= Rp 29.625.600,00 + Rp 4.140.000,00
= Rp 33.765.600,00
maka HPP (Harga Pokok Produksi = (biaya tetap + biaya tidak tetap) / jumlah produksi per tahun
= ( Rp 3.421.000,00 + Rp 33.765.600,00 ) / 12.000
= Rp 3.098,8
Analisis R/C
Total biaya per tahun = Rp 33.765.600,00
Total pendapatan (Rp 5.000,00 x 12.000) = Rp 69.600.000,00
* asumsi harga/ sabun Rp 5.800,00
Keuntungan = total pendapatan – total biaya produksi
= Rp 69.600.000,00 - Rp 33.765.600,00
= Rp 35.834.400,00 / tahun
R/C = pendapatan (revenue) / total biaya
= Rp 69.600.000,00 / Rp 33.765.600,00
= 2,06
Analisis ROI
ROI = keuntungan
totalbiaya produksi x 100% =
35.834.40033.765.600
x 100% = 106 %
Jangka Waktu Pengembalian Modal
Jangka waktu pengembalian modal = biayainvestasi × massa produksi
keuntungan =
3.421.000 ×12 bulan35.834.400
= 1,1 bulan (1 – 2 bulan)
Kelayakan Usaha
Analisis B/C
B/C = Rp 35.834.400,00 / Rp 33.765.600,00
= 1,06
Apabila Net B/C ≥ 1, maka proyek tersebut dianggap layak untuk dilaksanakan, namun apabila net B/C <
1, maka proyek tersebut dianggap tidak layak untuk dilaksanakan.
Dari analisis kelayakan usaha tersebut, maka dapat diketahui bahwa dalam produksi sabun Kirei/
bulan dengan kapasitas produksi sebesar 1000 buah/ bulan atau 12.000 buah / tahun maka akan
memerlukan total biaya sebesar 37.186.600 rupiah per tahun dengan biaya investasi sebesar 3.421.000
rupiah, biaya operasional sebesar 4.140.000 rupiah dan biaya produksi sebesar 29.625.600 rupiah.
Sehingga di dapatkan harga pokok produksi per sabun sebesar 3.098,8 rupiah dan harga jual per sabun
sebesar 5.800 rupiah sehingga menghasilkan pendapatan sebesar 69.600.000/tahun dengan produksi
12.000 sabun/tahun. Pada perhitungan juga didapatkan perkiraan jangka waktu pengembalian modal yaitu
selama 1 - 2 bulan dan mendapatkan keuntungan sebesar 35.834.400 rupiah per tahun atau sekitar 106 %
dari biaya produksi. Kemudian didapatkan hasil R/C sebesar 2,06 artinya pendapatan dari produksi sabun
Kirei 2,06 kali dari total biaya produksi. Selain itu, usaha ini layak dijalankan dengan nilai B/C sebesar
1,06.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Sabun Kirei merupakan produk sabun mandi herbal beraroma dan mengandung ekstrak serta
scrub green tea yang kaya nutrisi bagi kulit. Senyawa polifenol yang banyak terdapat dalam teh hijau
dapat berfungsi sebagai senyawa anti radian dan anti oksidan bagi kulit sehingga dapat melindungi kulit
dari senyawa radikal bebas dan kotoran. Selain itu kandungan minyak kelapa pada sabun dapat
menghaluskan dan melembabkan kulit juga dapat berfungsi sebagai anti bakteri. Produk tersebut
merupakan produk inovasi yang mengembangkan cara mengonsumsi teh hijau dengan menjadikannya
bahan herbal untuk memperkaya nutrisi sabun mandi. Pengemasan yang unik juga ditambahkan kepada
produk untuk meningkatkan minat konsumen untuk membeli. Produk sabun Kirei disediakan dalam
bentuk sabun batang seharga Rp 5.800,00 dengan berbagai kelebihan yang patut dikembangkan lebih jauh
untuk menciptakan sabun herbal komersial dengan harga dan pemasaran yang dapat diterima konsumen.
Selain itu, usaha ini dinyatakan telah memenuhi syarat kelayakan usaha dengan nilai B/C sebesar 1,06,
yang artinya mendapatkan keuntungan 106 % satu tahun produksi.
B. Saran
Pada percobaan pembuatan sabun Kirei pada skala laboratorium memiliki beberapa hambatan
diantaranya kurangnya ketersediaan alat yang dapat menunjang pembuatan sabun sehingga hasil kurang
maksimal yang terlihat pada sampel produk dengan aroma, warna, tekstur dan busa yang kurang disukai
oleh panelis pada uji organoleptik. Oleh karena itu diharapkan teknologi proses pembuatan sabun Kirei
dapat dikembangkan lebih lanjut sehingga dapat menghasilkan sabun yang berkualitas baik serta dapat
diproduksi lebih banyak. Selain itu diharapkan ketersediaan alat – alat lab yang lebih canggih dan siap
untuk praktikum pembuatan produk non pangan seperti sabun sehingga praktikum dapat berjalan lebih
lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Sejarah dan Khasiat Teh Hijau. [Terhubung berkala]. http://Www. wikipedia.com (10
Desember 2012)
Cavitch, S. M. 2001. Choosing Yours Oil, Oil Propeties of Fatty Acid. [Terhubung berkala]
http://users.siloverlink.net/~timer/soapdesign.html (10 Desember 2012)
Dinas Perkebunan Jawa Barat. 2011. Perkembangan Kebun Teh Di Indonesia - Berita Subahoon.
[Terhubung berkala]. http://beritasubahoon.blogspot.com (12 Desember 2012)
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1996. Mutu dan Cara Uji Sabun Mandi. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.
Gromophone, M.A. 1983. Lather Stability of Soap Solutions. JAOCS. 60(5):1022-1024.
Hicks, J. 1981. Comprehensive Chemistry SI Edition, Edisi 2. London : The Macmillan Press Ltd.
Mitsui, T. 1997. New Cosmetics Science. Tokyo : Shiseido Co., Ltd.
Shrivastava, S.B. 1982. Soap, Detergent, and Parfume Industry. New Delhi: Small Industry Research
Institute.
Sitanggang, Ivina. 2011. Mengenal Scrub Lebih Dalam. Femina Group. [Terhubung berkala].
http://www.Femina.com (10 Desember 2012)
Wikipedia.2012.Teh. [Terhubung berkala]. http://id.wikipedia.org/wiki/Teh (10 Desember 2012)
LAMPIRANLampiran 1. Alat dan Bahan yang Digunakan
Lampiran 2. Metode
yang Digunakan
Asam stearat dipanaskan (60ºC) ± 15 menit
Minyak Kelapa ditambahkan kedalam As. Stearat lalu diaduk
merata
Ketika suhu ± 70-80ºC ditambahkan NaOH lalu diaduk
dengan kecepatan tinggi dan homogen selama 2 – 4 menit hingga terbentuk trace (pasta
kental seperti sabun)
Kemudian ditambahkan Gliserin, Asam sitrat, etanol, coco DEA, NaCl dan di aduk
hinggga homogen selama 7- 10 menit
Setelah agak dingin (50º C) ditambahkan ekstrak teh + air, scrub, fragrance green tea, dan pewarna ke dalam campuran
lalu diaduk
Sabun kemudian dituang ke dalam cetakan dan dibiarkan
mengeras selama 24 jam
Setelah sabun sudah mengeras kemudian dikeluarkan dari cetakan dan dikemas lalu simpan pada tempat yang
tepat
v
Lampiran 3. Uji Organoleptik
AROMA
Panelis
sampel 1 Pembanding Total Panelis
Aroma Aroma Yi ∑iY2ij (Yi)2
1 3 4 7 25 625
2 4 4 8 32 1024
3 3 4 7 25 625
4 2 4 6 20 400
5 4 5 9 41 1681
6 4 5 9 41 1681
7 3 4 7 25 625
8 3 4 7 25 625
9 3 4 7 25 625
10 3 4 7 25 625
11 2 4 6 20 400
12 4 4 8 32 1024
13 4 4 8 32 1024
14 4 4 8 32 1024
15 3 4 7 25 625
16 3 4 7 25 625
17 4 3 7 25 625
18 5 5 10 50 2500
19 5 2 7 29 841
20 4 4 8 32 1024
21 4 4 8 32 1024
22 3 4 7 25 625
23 4 3 7 25 625
24 3 3 6 18 324
25 4 4 8 32 1024
26 4 5 9 41 1681
27 2 4 6 20 400
28 4 3 7 25 625
29 3 4 7 25 625
30 3 3 6 18 324
Yj 104 117 221 25525
∑jY2ij 378 469 847
(Yj)2 142884 219961 362845
Rata-rata 5.2 5.85
Faktor koreksi 814.0166667
jumlah kuadrat total 32.98333333
jumlah kuadrat perlakuan 2.816666667
jumlah kuadrad kelompok 14.48333333
jumlah kuadrat galat 15.68333333
Daftar analisis varian sampel teh ( daftar sidik ragam)
Sumber Keragaman db JK KT F hitung
Perlakuan 1 2.816666667 2.816667 5.639816
Kelompok 29 14.48333333 0.499425
Galat 29 15.7
Total 59 33.0
Perbandingan Fhitung dengan Ftabel ( lampiran 4 dan lampiran 5), pada beda nyata 5% = 4.2.
ternyata nilai Fhitung lebih besar dari ftabel
maka dapat disimpulkan bahwa sampel yang digunakan berbeda nyata dengan pembanding
karena memberikan hasil berbeda nyata maka untuk mengetahui perlakuan perlakuan mana yang
sama atau lebih dari yang lain memerlukan analisis lanjut terhadap perlakuan tersebut.
langkah a
hitung parameter Sy ( Standar Error rata - rata )
nilai standar error rata-rata = akar dari KT Galat/jumlah kelompok)
Sy = 0.129
langkah b
p 2 3
range 2.9 3.04
LSR 0.3741 0.39216
langkah c
Perlakuan
sampe
l pembanding
Rata-rata 5.2 5.85
5,2-5,85 = 0,65 > 0,3973 jadi sampel ≠ pembanding
jadi dapat disimpulkan tingkat kesukaan panelis terhadap aroma dari sampel dan pembanding
yang diujikan berbeda.
Pembanding lebih disukai dari pada sampel karna memiliki penilaian paling tinggi yaitu 5,85
WARNA
Panelis
Sampel Pembanding
Warna Warna Yi ∑iY2ij (Yi)2
1 3 5 8 34 64
2 2 5 7 29 49
3 3 5 8 34 64
4 4 5 9 41 81
5 3 4 7 25 49
6 4 4 8 32 64
7 2 4 6 20 36
8 2 4 6 20 36
9 2 4 6 20 36
10 2 2 4 8 16
11 4 4 8 32 64
12 2 4 6 20 36
13 4 4 8 32 64
14 4 4 8 32 64
15 3 4 7 25 49
16 4 4 8 32 64
17 2 4 6 20 36
18 3 5 8 34 64
19 4 4 8 32 64
20 2 4 6 20 36
21 2 4 6 20 36
22 1 4 5 17 25
23 2 4 6 20 36
24 2 5 7 29 49
25 2 4 6 20 36
26 2 4 6 20 36
27 2 4 6 20 36
28 2 4 6 20 36
29 2 3 5 13 25
30 3 4 7 25 49
Y.j 79 123 202 1400
∑jY2ij 231 515 746
(Yj)2 6241 15129 21370
2.63333
3 4.1
Faktor koreksi =
680.066
7
Jumlah kuadrat total =
65.9333
3
Jumlah kuadrat perlakuan =
32.2666
7
Jumlah kuadrat kelompok =
19.9333
3
Jumlah kuadrat galat =
13.7333
3
Daftar analisis varian sampel teh ( daftar sidik ragam)
Sumber Keragaman db JK KT F hitung
Perlakuan 1 32.3 32.26667 46.94314
Kelompok 29 19.9 0.687356
Galat 29 13.7
Total 59 65.9
Perbandingan Fhitung dengan Ftabel ( lampiran 4 dan lampiran 5), pada beda nyata 5% = 4.2.
ternyata nilai Fhitung lebih besar dari ftabel maka dapat disimpulkan bahwa sampel
yang digunakan berbeda nyata dengan pembanding.
karena memberikan hasil berbeda nyata maka untuk mengetahui perlakuan
perlakuan mana yang sama atau lebih dari yang lain memerlukan analisis lanjut
terhadap perlakuan tersebut.
langkah a
hitung parameter Sy ( Standar Error rata - rata )
nilai standar error rata-rata = akar dari KT Galat/jumlah kelompok)
Sy = 0.15
langkah b
p 2 3
range 2.9 3.04
LSR 0.435 0.456
langkah c
Perlakuan sampel pembanding
Rata-rata 2.63 4.1
2,63-4,1 = 1,47 > 0,435 jadi sampel ≠ pembanding
jadi dapat disimpulkan tingkat kesukaan panelis terhadap warna dari sampel dan
pembanding yang diujikan berbeda.
Pembanding lebih disukai dari pada sampel karna memiliki penilaian paling tinggi yaitu 4,1
TEKSTUR
Panelis
Sampel Pembanding
Tekstur Tekstur Yi ∑iY2ij (Yi)2
1 3 4 7 25 49
2 4 4 8 32 64
3 4 5 9 41 81
4 4 5 9 41 81
5 4 5 9 41 81
6 2 5 7 29 49
7 3 4 7 25 49
8 2 5 7 29 49
9 2 4 6 20 36
10 3 4 7 25 49
11 3 3 6 18 36
12 3 4 7 25 49
13 4 3 7 25 49
14 3 4 7 25 49
15 3 4 7 25 49
16 3 4 7 25 49
17 3 4 7 25 49
18 3 4 7 25 49
19 3 5 8 34 64
20 3 5 8 34 64
21 2 4 6 20 36
22 1 4 5 17 25
23 1 4 5 17 25
24 3 4 7 25 49
25 2 5 7 29 49
26 2 4 6 20 36
27 2 4 6 20 36
28 3 4 7 25 49
29 2 4 6 20 36
30 2 3 5 13 25
Y.j 82 125 207 1461
∑jY2ij 244 531 775
(Yj)2 6724 15625 22349
2.7333333 4.166666667
Faktor koreksi = 714.15
Jumlah kuadrat total = 60.85
Jumlah kuadrat perlakuan =
30.8166
7
Jumlah kuadrat kelompok = 16.35
Jumlah kuadrat galat =
13.6833
3
Daftar analisis varian sampel teh ( daftar sidik ragam)
Sumber Keragaman db JK KT F hitung
Perlakuan 1 30.8 30.81667 54.65953
Kelompok 29 16.4 0.563793
Galat 29 13.7
Total 59 60.9
Perbandingan Fhitung dengan Ftabel ( lampiran 4 dan lampiran 5), pada beda nyata 5% = 4.2.
ternyata nilai Fhitung lebih besar dari ftabel
maka dapat disimpulkan bahwa sampel yang digunakan berbeda nyata dengan pembanding
karena memberikan hasil berbeda nyata maka untuk mengetahui perlakuan perlakuan
mana yang sama atau lebih dari yang lain memerlukan analisis lanjut terhadap perlakuan tersebut.
langkah a
hitung parameter Sy ( Standar Error rata - rata )
nilai standar error rata-rata = akar dari KT Galat/jumlah kelompok)
Sy = 0.137
langkah b
p 2 3
range 2.9 3.04
LSR 0.3973 0.41648
langkah c
Perlakuan sampel pembanding
Rata-rata 2.73 4.17
2,73-4,17 = 1,44 > 0,3973 jadi sampel ≠ pembanding
jadi dapat disimpulkan tingkat kesukaan panelis terhadap tekstur dari sampel dan
pembanding yang diujikan berbeda.
Pembanding lebih disukai dari pada sampel karna memiliki penilaian paling tinggi yaitu 4,17
KEKESATAN
Panelis sampel 1 Pembanding Total Panelis
Kekesatan Kekesatan Yi ∑iY2ij (Yi)2
1 3 3 6 18 324
2 2 3 5 13 169
3 4 4 8 32 1024
4 3 3 6 18 324
5 4 3 7 25 625
6 3 4 7 25 625
7 2 3 5 13 169
8 4 4 8 32 1024
9 5 3 8 34 1156
10 4 3 7 25 625
11 3 2 5 13 169
12 4 2 6 20 400
13 4 3 7 25 625
14 3 3 6 18 324
15 4 3 7 25 625
16 4 4 8 32 1024
17 3 4 7 25 625
18 3 2 5 13 169
19 3 3 6 18 324
20 3 4 7 25 625
21 3 4 7 25 625
22 4 4 8 32 1024
23 4 2 6 20 400
24 4 3 7 25 625
25 4 2 6 20 400
26 4 3 7 25 625
27 4 4 8 32 1024
28 4 5 9 41 1681
29 4 3 7 25 625
30 3 4 7 25 625
Yj 106 97 203 18629
∑jY2ij 388 331 719
(Yj)2 150544 109561 260105
Rata-rata 5.3 4.85
Faktor koreksi 686.8166667
jumlah kuadrat total 32.18333333
jumlah kuadrat perlakuan 1.35
jumlah kuadrad kelompok 15.68333333
jumlah kuadrat galat 15.15
Daftar analisis varian sampel teh ( daftar sidik ragam)
Sumber
Keragaman
d
b JK KT F hitung
Perlakuan 1 1.35 1.35
2.49628
1
Kelompok
2
9
15.6833
3
0.54080
5
Galat
2
9 15.2
Total
5
9 32.2
Perbandingan Fhitung dengan Ftabel ( lampiran 4 dan lampiran 5), pada beda nyata 5% = 4.2.
ternyata nilai Fhitung lebih kecil dari ftabel
maka dapat disimpulkan bahwa sampel yang digunakan tidak berbeda nyata dengan pembanding
BUSA
Panelis
sampel 1 Pembanding Total Panelis
Busa Busa Yi ∑iY2ij (Yi)2
1 4 2 6 20 400
2 3 3 6 18 324
3 3 3 6 18 324
4 4 3 7 25 625
5 3 4 7 25 625
6 3 4 7 25 625
7 4 4 8 32 1024
8 3 5 8 34 1156
9 2 3 5 13 169
10 2 2 4 8 64
11 3 3 6 18 324
12 4 3 7 25 625
13 3 3 6 18 324
14 4 3 7 25 625
15 3 4 7 25 625
16 3 4 7 25 625
17 3 4 7 25 625
18 4 3 7 25 625
19 4 3 7 25 625
20 4 3 7 25 625
21 1 4 5 17 289
22 1 4 5 17 289
23 2 4 6 20 400
24 4 3 7 25 625
25 2 4 6 20 400
26 3 4 7 25 625
27 3 3 6 18 324
28 3 4 7 25 625
29 3 4 7 25 625
30 3 4 7 25 625
Yj 91 104 195 15811
∑jY2ij 297 374 671
(Yj)2 88209 139876 228085
Rata-rata 4.55 5.2
Faktor koreksi 633.75
jumlah kuadrat total 37.25
jumlah kuadrat perlakuan 2.816666667
jumlah kuadrad kelompok 11.75
jumlah kuadrat galat 22.68333333
Daftar analisis varian sampel teh ( daftar sidik ragam)
Sumber Keragaman db JK KT F hitung
Perlakuan 1 2.816667 2.816667 6.951773
Kelompok 29 11.75 0.405172
Galat 29 22.7
Total 59 37.3
Perbandingan Fhitung dengan Ftabel ( lampiran 4 dan lampiran 5), pada beda nyata 5% = 4.2.
ternyata nilai Fhitung lebih besar dari ftabel
maka dapat disimpulkan bahwa sampel yang digunakan berbeda nyata dengan pembanding
karena memberikan hasil berbeda nyata maka untuk mengetahui perlakuan perlakuan mana yang sama
atau lebih dari yang lain memerlukan analisis lanjut terhadap perlakuan tersebut.
langkah a
hitung parameter Sy ( Standar Error rata - rata )
nilai standar error rata-rata = akar dari KT Galat/jumlah kelompok)
Sy = 0.116
langkah b
p 2 3
range 2.9 3.04
LSR 0.3364 0.35264
langkah c
Perlakuan sampel pembanding
Rata-rata 4.55 5.2
54,55-5,2 = 0,65 > 0,33 jadi sampel ≠ pembanding
jadi dapat disimpulkan tingkat kesukaan panelis terhadap busa dari sampel dan pembanding yang diujikan berbeda.
Pembanding lebih disukai dari pada sampel karna memiliki penilaian paling tinggi yaitu 5,2