50
Laporan Praktikum Mandiri Hari/Tanggal : Senin, 4 Desember 2012 Teknologi Bahan Penyegar Dosen : Dr. Indah Yuliasih, S.Tp.,M.Si Asisten Praktikum : 1. Nisa Urahmi /F34090086 2. Intan Ayu Lestari /F34090088 PENGEMBANGAN PRODUK TURUNAN BAHAN PENYEGAR “KIREI Body Soap : Sabun Mandi Beraroma Green Tea yang Mengandung Ekstrak dan Scrub Green TeaOleh : Daud Geraldy S. (F34100001) Krisna Cahyo Prasetyo (F34100008) Khoirunisa Prawita Sari (F34100016) Dhita Anggraini Annisa (F34100025) Fairuz Sartika Dewi (F34100033) Fauziah Fiardilla (F24125002)

Laporan Praktikum Mandiri TBP

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Laporan Praktikum Mandiri TBP

Laporan Praktikum Mandiri Hari/Tanggal : Senin, 4 Desember 2012

Teknologi Bahan Penyegar Dosen : Dr. Indah Yuliasih, S.Tp.,M.Si

Asisten Praktikum :

1. Nisa Urahmi /F34090086

2. Intan Ayu Lestari /F34090088

PENGEMBANGAN PRODUK TURUNAN BAHAN PENYEGAR

“KIREI Body Soap : Sabun Mandi Beraroma Green Tea yang Mengandung

Ekstrak dan Scrub Green Tea”

Oleh :

Daud Geraldy S. (F34100001)

Krisna Cahyo Prasetyo (F34100008)

Khoirunisa Prawita Sari (F34100016)

Dhita Anggraini Annisa (F34100025)

Fairuz Sartika Dewi (F34100033)

Fauziah Fiardilla (F24125002)

2012

Departemen Teknologi Industri Pertanian

Fakultas Teknologi Pertanian

Page 2: Laporan Praktikum Mandiri TBP

Institut Pertanian Bogor

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teh telah dikenal oleh masyarakat dunia sebagai bahan baku minuman yang dapat memberikan

rasa kesegaran bagi tubuh. Teh mulai dikenal oleh bangsa China selama 5000 tahun lalu, yaitu ditemukan

oleh kaisar Shen Nung pada tahun 2737 SM (Anonim 2010). Kemudian mulai saat itu teh menyebar ke

seluruh penjuru dunia termasuk Indonesia. Teh berasal dari tanaman Camellia sinensis. Teh adalah

minuman yang mengandung polifenol dan senyawa flavonoid yang dapat menyegarkan tubuh sehingga teh

dapat dimanfaatkan secara luas, bukan hanya sekedar menjadi bahan penyegar untuk diminum saja.

Seiring perkembangan zaman dan teknologi, teh turut mengalami perkembangan dan berbagai modifikasi

dalam hal pengonsumsiannya.

Indonesia merupakan Negara penghasil teh terbesar ke lima di dunia. Prestasi ini sangat

membanggakan dan seharusnya mengantarkan Indonesia sebagai Negara yang memiliki agroindustri

berbahan baku teh yang berkembang. Tetapi pada kenyataannya, perkembangan agroindustri teh di

Indonesia masih belum sepenuhnya berkembang. Agroindustri teh yang bergerak dalam skala besar di

Indonesia masih sebatas industri minuman teh siap minum maupun teh bubuk dan celup instan.

Pengolahan bahan baku teh menjadi produk non pangan yang bernilai tambah belum banyak dilakukan

oleh industri agro di Indonesia. Padahal, teh banyak mengandung senyawa polifenol sebagai anti oksidan

dan anti radiant yang dapat digunakan sebagai bahan untuk menjaga dan merawat kulit. Selain itu teh

memiliki kandungan senyawa tannin yang dibutuhkan oleh industri penyamak kulit. Senyawa polifenol

dapat menghaluskan kulit serta mencegah timbulnya noda atau flek hitam pada wajah sehingga teh sangat

berpotensi untuk menjadi kandungan utama penyusun produk – produk kosmetik. Aroma dan efek

kesegaran serta sensasi herbal yang dihasilkan teh juga dapat dikembangkan pada produk personal care

dan parfum. Bila teh dapat dimanfaatkan lebih jauh sebagai bahan baku produk – produk non pangan

seperti yang disebutkan di atas, maka industri yang mengolahnya akan mendapatkan nilai tambah yang

besar. Selain itu teh telah dikenal khasiatnya di dunia sehingga aspek pemasarannya luas serta berpotensi

untuk menguasai permintaan pasar didukung oleh isu back to nature yang berkembang saat ini dan

mempengaruhi masyarakat untuk mengonsumsi produk – produk berbahan baku herbal.

Melihat besarnya potensi teh untuk dikembangkan lebih jauh menjadi berbagai macam produk

non pangan dan besarnya peluang pasar yang diciptakan oleh khasiat teh, maka penulis mengembangkan

produk turunan non pangan yang berbahan baku teh sebagai salah satu bahan penyegar terpopuler. Penulis

mengembangkan sabun mandi batang herbal berscrub dan mengandung ekstrak green tea sebagai inovasi

produk non pangan terkini. Hal ini disebabkan sabun batang berscrub belum tersedia di pasaran Indonesia

secara umum. Selain itu, sabun herbal yang ada harganya masih belum dapat dijangkau oleh masyarakat

kalangan menengah ke bawah. Padahal, sabun herbal ini sangat berpotensi menguasai pasar dengan target

pasar masyarakat Indonesia khususnya yang berkelamin perempuan yang jumlahnya sekitar 60 % lebih

dari jumlah masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, penulis optimis dan mencoba mengembangkan produk

sabun mandi batang herbal berscrub dan mengandung ekstrak green tea ini.

Page 3: Laporan Praktikum Mandiri TBP

B. Tujuan

Tujuan dikembangkannya produk sabun mandi batang herbal ini diantaranya adalah untuk

menyediakan sabun herbal berscrub yang mengandung ekstrak green tea yang baik untuk kulit dengan

harga. Selain itu pengembangan produk ini juga ditujukan untuk mengembangkan pemanfaatan bahan

penyegar terutama teh untuk menjadi produk non pangan yang bernilai tambah dan ramah lingkungan.

Page 4: Laporan Praktikum Mandiri TBP

II. ASPEK TEKNIS DAN TEKNOLOGI

A. Pengenalan Produk

Sabun termasuk salah satu jenis surfaktan yang terbuat dari minyak atau lemak alami.

Surfaktan mempunyai struktur bipolar. Bagian kepala bersifat hidrofilik dan bagian ekor bersifat

hidrofobik. Karena sifat inilah sabun mampu mengangkat kotoran (biasanya lemak) dari badan dan

pakaian. Selain itu, pada larutan, surfaktan akan menggerombol membentuk misel setelah melewati

konsentrasi tertentu yang disebut Konsentrasi Kritik Misel (KKM) (Sitanggang, 2011).

Sabun dibuat dengan dua bahan utama, yaitu bahan baku dan bahan pendukung. Bahan baku

merupakan bahan utama penyusun struktur sabun. Bahan baku dalam pembuatan sabun adalah

senyawa alkali dan minyak lemak. Banyak sekali senyawa basa yang dapat dibuat sebagai bahan baku

sabun, tetapi pada umunya senyawa yang digunakan pada pembuatan sabun adalah NaOH (Natrium

Hidroksida atau Sodium Hidroksida) dan KOH (Kalium Hidroksida). Selain senyawa alkali, bahan

baku sabun yang utama adalah minyak lemak. Minyak lemak ini dapat berasal dari berbagai sumber ;

hewani, nabati, lilin ataupun minyak ikan laut. Komponen minyak lemak sebagai salah satu bahan

baku penyusun sabun menjadi suatu daya tarik produk tersendiri yang dapat dikembangkan oleh

industry untuk membuat produknya unggul. Kekhasan minyak berikut komponen yang dikandungnya

dapat memperkarya produk yang diciptakan serta menambah nilai jual dari produk tersebut kepada

konsumen.

Sedangkan bahan pendukung merupakan bahan yang dapat meningkatkan kualitas sabun

baik dari segi nilai guna maupun daya tarik sehingga nilai jual sabun pun bertambah. Bahan

pendukung yang digunakan dalam pembuatan sabun diantaranya adalah zat pewarna, pewangi

(fragrance), garam – garaman, buffer, senyawa ekstrak tambahan serta bahan scrub. Zat pewarna

digunakan sebagai bahan untuk mempercantik kenampakan sabun sehingga menarik konsumen untuk

membelinya. Selain itu, pemberian warna yang berbeda – beda juga dapat digunakan industri untuk

membuat variasi produk atau menyesuaikan produk dengan tema atau bahan fragrance-nya. Bahan

pewangi sangat dibutuhkan untuk menciptakan aroma khas dari produk sabun yang dibuat serta

memberikan efek kesegaran, kenyamanan dan parfum. Senyawa buffer seperti Natrium Karbonat,

Natrium Fosfat dan lainnya sangat berguna sebagai penstabil pH pada proses penyabunan

(saponifikasi). Senyawa ekstrak tambahan dapat ditambahkan ke dalam produk sabun sebagai

keunggulan tersendiri dari produk ang ingin ditampilkan sebagai bahan promosi produk di pasaran.

Senyawa ekstrak ini dapat berupa senyawa alkaloid atau senyawa lainnya yang diekstrak dari bahan –

bahan alami seperti buah – buahan, daun, bunga, maupun biji yang dapat memberikan efek

kelembutan atau nutrisi bagi kulit. Bahan scrub juga dapat ditambahkan sebagai bahan pengangkat sel

– sel kulit mati yang menempel pada kulit dan sulit diangkat oleh sabun. Bahan utama maupun bahan

pendukung sabun mandi batang herbal ini akandi jelaskan lebih lanjut pada sub bab ketersediaan

bahan baku.

Pada praktikum mandiri ini, penulis melakukan beberapa inovasi dengan memanfaatkan

ekstrak teh hijau atau green tea. Penulis memilih untuk mengembangkan teh sebagai bahan tambahan

pada produk sabun batang ber – scrub karena ketersediaan bahan baku teh yang melimpah di

Indonesia. Teh menyumbang devisa bersih sekitar 178 juta Dolar AS pada tahun 2010. Sedang

Page 5: Laporan Praktikum Mandiri TBP

rentang tahun 1997 sampai 2001, industri teh menyumbang sekitar 110 juta dolar AS per tahun

(Wikipedia 2012). Teh sebagai komoditas penyumbang devisa mempunyai peranan penting dalam

pembangunan ekonomi negara. Indonesia yang sempat menempati posisi ke-5 negara eksportir teh

dunia. Selain itu, teh merupakan sumber alami kafein, teofilin dan antioksidan dengan kadar

lemak, karbohidrat atau protein mendekati nol persen. Senyawa volatile dan kandungan senyawa

polifenol yang ada di teh menjadikan teh dapat diolah menjadi parfume (minyak atsiri) serta macam

– macam pewangi dalam campuran produk sabun cair, sabun batang, hand and body, facial foam,

masker dan sebagainya.

Bagian teh yang dimanfaatkan adalah ampas teh hijau dan ekstrak teh hijau. Ekstrak teh

hijau kaya akan polifenol dan asenyawa antiradian lain yang dapat menghambat penuaan dini serta

mengikat senyawa radikal bebas yang dapat menyebabkan flek hitam serta kerutan pada kulit,

terutama wajah. Ampas teh sendiri juga dapat dijadikan scrub untuk bermacam – macam produk

kecantikan seperti sabun karena banyak mengandung senyawa antioksidan yang menghaluskan kulit.

Selain itu,penambahan scrub pada sabun batang akan memperkaya fungsi sabun itu sendiri. Sabun

batang yang selama ini banyak dikonsumsi oleh sebagian masyarakat Indonesia khususnya kaum

masyarakat menengah ke bawah hanya memberikan kepuasan dan kesan yang dipandang dari

banyaknya busa dan parfum serta warna sabun. Ketersediaan nutrisi untuk kulit, kekesatan, dan

kebersihan tidak terlalu diperhatikan oleh industri – industri sabun. Adanya ampas green tea sebagai

scrub pada sabun batang herbal ini dapat membantu sabun mengangkat sel – sel kulit mati pada

tubuh, menghaluskan dan memberikan nutrisi pada kulit karena adanya kandungan polifenol, senyawa

anti oksidan dan senyawa anti radian.

B. Ketersediaan Bahan Baku

Bahan – bahan yang digunakan untuk membuat sabun mandi batang herbal ini terbagi

menjadi dua. Seperti yang telah dijabarkan di atas, ada dua bahan yang menyusun sabun yaitu bahan

utama dan bahan pendukung. Bahan utama meliputi komponen minyak atau lemak dan basa.

Komponen minyak yang digunakan pada sabun ini adalah minyak kelapa dan asam stearate.

Sedangkan komponen basa yang digunakan adalah NaOH. Minyak kelapa banyak diproduksi oleh

industri rumah tangga di hampir seluruh daerah di Indonesia. Harganya pun cukup murah. Selain itu

ketersediaan tanaman kelapa di sepanjang pantai utara dan selatan Indonesia menjadikan bahan baku

minyak kelapa tersedia dalam jumlah yang besar. Pengolahan buah kelapa untuk menjadi minyak

kelapa pun tergolong mudah dan dapat dilakukan secara tradisional dalam skala industri rumah

tangga. Bahan berikutnya adalah senyawa alkali atau basa. Pada formula sabun dibutuhkan larutan

NaOH 30% yang didapat dari melarutkan 30 gram NaOH Kristal dalam air destilata sebanyak 70 ml.

NaOH Kristal dapat dibeli di toko – toko kimia dengan harga yang terjangkau. Penggunaan NaOH

ditujukan untuk mereaksikan komponen minyak agar terbentuk reaksi penyabunan.

Bahan – bahan pendukung seperti NaCl, etanol, cocoDEA, gliserin dan asam sitrat banyak

diproduksi oleh industri kimia yang ada di Indonesia.untuk produksi sabun dalam skala home industry

, pasokan bahan – bahan tersebut dapat dibeli di toko – toko kimia. Sedangkan untuk produksi skala

industri besar, bahan – bahan tersebut dapat didapat melalui pasokan langsung dari industri kimia.

Bahan lain seperti air destilata dapat digantikan oleh air biasa. Fragrance green tea dapat dibeli dari

Page 6: Laporan Praktikum Mandiri TBP

penjual parfume dalam skala kecil atau besar. Sedangkan Pewarna yang dipakai disini adalah pewarna

makanan bewarna hijau (merek koepoe – koepoe) untuk menambah warna hijau dari produk agar

mencerminkan teh hijau itu sendiri. Selain itu penggunaan pewarna makanan ditujukan untuk

menghindari efek iritasi dan akumulasi zat warna sintetik berbahaya pada kulit.

Pada aspek inovasi, kami menambahkan unsur teh hijau pada produk dalam bagian ekstrak

dan scrub. Kebun – kebun teh yang ada hampir di setiap dataran tinggi di Indonesia menyediakan

bahan baku teh hijau yang melimpah dengan harga yang terjangkau. Menurut Dinas perkebunan

(2010), pada tahun 2009 kebun teh yang tersebar di Indonesia seluas 123.506 hektar yang 78,2 persen

atau 96.652 hektar di antaranya berada di Jawa Barat. Luasan kebun teh tersebut menghasilkan

produksi teh Indonesia yang mencapai 156.901 ton per tahun. Luas kebun teh rakyat di Jabar tercatat

49.651 hektar atau 51,3 persen dari total kebun teh di Jabar, 31 persen PTPN, dan sisanya perkebunan

swasta. Produksi teh tersebut dapat menopang semua industri yang bergerak pada pemanfaatan teh.

Sayangnya masih sangat sedikit pemanfaatan teh pada ranah industri non pangan. Kemudian nilai jual

Pada industri sabun ini, tanaman teh yang dimanfaatkan untuk menjadi ekstrak dan scrub adalah

bagian daun. Daun teh hijau dapat diolah degan teknologi ekstraksi menjadi ekstrak teh, kemudian

memakai teknologi pengeringan untuk membuat ampas teh sisa ekstrak menjadi scrub. Teknologi

pembuatan sabun selengkapnya akan dibahas pada aspek teknologi proses.

C. Teknologi Proses

Proses Penyabunan

Sabun adalah surfaktan atau campuran surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan

membersihkan lemak (kotoran). Sabun memiliki struktur kimiawi dengan panjang rantai karbon C12

hingga C16. Sabun bersifat ampifilik, yaitu pada bagian kepalanya memiliki gugus hidrofilik (polar),

sedangkan pada bagian ekornya memiliki gugus hidrofobik (non polar). Oleh sebab itu, dalam fungsinya,

gugus hidrofobik akan mengikat molekul lemak dan kotoran, yang kemudian akan ditarik oleh gugus

hidrofilik yang dapat larut di dalam air. Sabun terbuat dari garam alkali asam lemak dan dihasilkan

menurut reaksi asam basa. Proses pembuatan sabun disebut saponifikasi. Saponifikasi menurut Hicks

(1981), adalah reaksi hidrolisis asam lemak dan basa alkali seperti yang terlihat pada reaksi di bawah ini :

[Minyak (Lemak) + Alkali → Sabun + Gliserol]

Selain reaksi penyabunan yang dihasilkan dari reaksi antara senyawa alkali dengan komponen minya,

sabun ini memiliki kandungan sukrosa atau gula juga gliserin yang berfungsi sebagai humektan sehingga

dapat membuat kulit lembab dan halus.

Dilihat dari transparan atau tidaknya, sabun padat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu sabun opaque,

sabun translucent, dan sabun transparan. Ketiga jenis sabun ini hanya berbeda dalam hal transparansinya

saja. Sabun opaque yang tidak transparan tidak ditambahkan transparent agent. Sabun translucent yang

Page 7: Laporan Praktikum Mandiri TBP

sedikit transparan ditambahkan lebih sedikit transparent agent. Sabun transparan ditambahkan lebih

banyak transparent agent. Dalam hal ini , sabun Kirei dapat digolongkan menjadi sabun translucent.

Dalam pembuatan sabun dibutuhkan beberapa bahan, dimana masing-masing bahan memiliki

fungsi yang berbeda dengan bahan yang lain. Bahan yang paling utama yaitu minyak. Minyak nabati

berfungsi sebagai sumber asam lemak. Setiap jenis minyak menghasilkan karakteristik sabun yang

berbeda-beda. Minyak yang digunakan oleh kelompok kami adalah minyak kelapa. Asam lemak yang

paling dominan dalam minyak kelapa adalah asam laurat (HC12H23O2). Asam laurat sangat diperlukan

dalam pembuatan sabun karena asam laurat mampu memberikan sifat pembusaan yang sangat baik untuk

produk sabun.

Asam stearat adalah jenis asam lemak dengan rantai hidrokarbon yang panjang, mengandung

gugus karboksil di salah satu ujungnya dan gugus metil di ujung yang lain. Asam stearat memiliki 18 atom

karbon dan merupakan asam lemak jenuh karena tidak memilikiikatan rangkap di antara atom karbonnya.

Menurut (Mitsui, 1997), asam stearat sering digunakan sebagai bahan dasar pembuatan krim dan sabun.

Asam stearat berbentuk padatan berwarna putih kekuningan dan berperan dalam memberikan konsistensi

dan kekerasan padasabun.

Natrium hidroksida adalah senyawa alkali berbentuk butiran padat berwarna putih dan memiliki

sifat higroskopis, serta reaksinya dengan asam lemak menghasilkan sabun dan gliserol. NaOH sering

digunakan dalam industri pembuatan hard soap. NaOH merupakan salah satu jenis alkali (basa) kuat yang

bersifat korosif serta mudah menghancurkan jaringan organik yang halus. Banyaknya alkali yang akan

digunakan dalam pembuatan sabun transparan dapat ditentukan dengan melihat besarnya bilangan

penyabunan.

Gliserin merupakan produk samping pemecahan minyak atau lemak untuk menghasilkan asam

lemak. Gliserin diperoleh sebagai hasil samping pembuatan sabun dari berbagai asam lemak, berbentuk

cairan jernih, tidak berbau dan memiliki rasa agak manis. Kegunaan gliserin berubah-ubah sesuai dengan

produknya. Pada pembuatan sabun transparan, gliserin berfungsi untuk menghasilkan penampakan yang

transparan dan memberikan kelembaban pada kulit (humektan). Humektan (moisturizer) adalah skin

conditioning agents yang dapat meningkatkankelembaban kulit. Menurut Mitsui (1997), gliserin telah

digunakan sejak lama sebagaihumektan karena gliserin merupakan komponen higroskopis yang dapat

mengikat air dan mengurangi jumlah air yang meninggalkan kulit. Efektifitas gliserin tergantung pada

kelembaban lingkungan di sekitarnya. Humektan contohnya gliserin dan propilen glikol, dapat

melembabkan kulit pada kondisi kelembaban tinggi. Mitsui (1997) juga menyatakan bahwa gliserin

dengan konsentrasi 10% dapat meningkatkan kehalusan dan kelembutan kulit.

Etanol (etil alkohol) berbentuk cair, jernih dan tidak berwarna, merupakan senyawa organik

dengan rumus kimia C2H5OH. Etanol pada proses pembuatan sabun digunakan sebagai pelarut karena

sifatnya yang mudah larut dalam air dan lemak. Penambahan etanol dilakukan pada tahap akhir

pembuatan sabun untuk mencegah menguapnya etanol karena etanol merupakan bahan yang mudah

menguap.

Gula pasir (sukrosa) berbentuk kristal putih. Pada proses pembuatan sabun transparan, gula pasir

berfungsi untuk membantu terbentuknya transparansi pada sabun. Penambahan gula pasir dapat membantu

perkembangan kristal pada sabun. Penambahan gula pasir dilakukan pada tahap akhir pembuatan sabun

untuk mencegah terjadinya karamelisasi yang dapat membuat warna sabun menjadi cokelat.

Page 8: Laporan Praktikum Mandiri TBP

Coco-DEA merupakan dietanolamida yang terbuat dari minyak kelapa. Dalam formula sediaan

kosmetik, DEA berfungsi sebagai surfaktan dan penstabil busa. Surfaktan adalah senyawa aktif penurun

tegangan permukaan yang bermanfaat untuk menyatukan fasa minyak dengan fasa air.

Natrium klorida (garam) merupakan bahan berbentuk kristal putih, tidak berwarna dan bersifat

higroskopik rendah. Penambahan NaCl selain bertujuan untuk pembusaan sabun, juga untuk

meningkatkan konsentrasi elektrolit agar sesuai dengan penurunan jumlah alkali pada kahir reaksi

sehingga bahan-bahan pembuat sabun tetap seimbang selama proses pemanasan.

Asam sitrat memiliki bentuk berupa kristal putih. Berfungsi sebagai agen pengelat (chelating

agent) yaitu pengikat ion-ion logam pemicu oksidasi, sehingga mampu mencegah terjadinya oksidasi pada

minyak akibat pemanasan. Asam sitrat juga dapat dimanfaatkan sebagai pengawet dan pengatur pH.

Penambahan asam sitrat pada sabun dapat menurunkan PH sehingga meminimisasi kemungkinan iritasi

yang ditimbulkan oleh sabun akibat tingginya nilai PH.

Air merupakan pelarut yang bersifat polar dan tidak dapat bercampur dengan fraksi lemak. Air

merupakan sebuah molekul air terdiri dari sebuah atom oksigen yang berikatan kovalen dengan dua atom

hidrogen. Dalam pembuatan sabun transparan air digunakan sebagai pengemulsi.

Asam-asam lemak merupakan komponen utama penyusun lemak atau minyak. Karakteristik

suatu sabun sangat dipengaruhi oleh karakteristik minyak yang dipakai. Tiap-tiap minyak memiliki jenis

asam lemak yang dominan. Asam-asam lemak inilah yang nantinya akan menentukan karakteristik dari

sabun yang dihasilkan. Menurut Cavitch (2001), setiap asam lemak memberikan sifat yang berbeda pada

sabun yang dihasilkan. Sabun yang dihasilkan dari asam lemak dengan bobot molekul kecil akanlebih

lunak dari pada sabun yang dibuat dari asam lemak dengan bobot molekul besar. Asam lemak yang

digunakan dalam pembuatan sabun adalah yang memiliki rantai karbon berjumlah 12-18 (C12-C18).

Asam lemak dengan rantai karbon kurang dari 12 tidak memiliki efek sabun (soapy effect) dan asam dapat

menimbulkan iritasi pada kulit, sementara asam lemak denganrantai karbon lebih dari 20 memiliki

kelarutan yang sangat rendah. Asam lemak dengan rantai karbon 12-14 memberikan fungsi yang baik

untuk pembusaan sementara asam lemak denganrantai karbon 16-18 baik untuk kekerasan dan daya

detergensi. Secara umum dapat dikatakan bahwa penggunaan asam lemak yang memiliki rantai panjang,

khususnya C16 dan C18, akan menghasilkan sabun dengan struktur yang lebih kompak dan dapat

mencegah atau memperlambat disintegrasi sabun saat terpapar oleh air. Asam-asam lemak dengan rantai

pendek, misalnya asam laurat dan asam-asam lemak lain yang memiliki kelarutan tinggi, berperan dalam

kemampuan sabun untuk menghasilkan busa.

Tingkat kekerasan ditentukan dengan mengukur kedalaman jarum penetrasi pada sabun.

Kedalaman inibiasanya dinyatakan dalam sepersepuluh milimeter dari nilai yang tercantum pada skala

penetrometer. Semakin tinggi kedalaman penetrasi jarum menunjukan bahwa suatu sampel semakin lunak.

Bila sabun terlalu lunak akan menyebabkan sabun mudah larut dan menjadi cepat rusak. Menurut

Shrivastava (1982), kekerasan sabun dipengaruhi oleh adanya asam lemak jenuh dalam sabun. Semakin

banyak jumlah asam lemak jenuh dalam sabun maka sabun akan menjadi semakin keras. Faktor lain yang

berpengaruh pada kekerasan sabun adalah kadar air. Semakin tinggi kadar air maka sabun akan semakin

lunak. Sabun yang keras dan padat memiliki umur simpan lebih lama dari pada sabun yang lunak. Uji

kekerasan tidak dilakukan pada produk sabun Kirei.

Parameter terakhir yang menentukan kualitas sabun adalah busa. Busa merupakan salah satu

parameter penting dalam penentuan mutu sabun mandi. Pada penggunaannya, busa berperan dalam proses

Page 9: Laporan Praktikum Mandiri TBP

pembersihan dan melimpahkan wangi sabun pada kulit. Adanya senyawa tidak jenuh (asam lemak tidak

jenuh) dalam campuran minyak, tidak akan menstabilkan busa (Gromophone, 1983).

Proses Ekstraksi dan Pengeringan

Selain proses penyabunan, terdapat beberapa proses lain yang digunakan untuk pembuatan sabun

Kirei yaitu proses ekstraksi dan pengeringan pada ekstrak green tea. penambahan ekstrak green tea pada

pembuatan sabun kirei menggunakan ekstrak green tea berbentuk serbuk. Hal ini disebabkan agar tidak

merusak tekstur dan warna dari hasil produk sabun Kirei. Sehingga diperlukan proses ekstraksi daun green

tea atau teh hijau dengan air kemudian didapatkan ekstrak green tea berbentuk cairan dan dikeringkan

menjadi serbuk dengan proses spray dryer.

Ekstraksi daun teh hijau dilakukan dengan perbandingan 1 : 5 , dimana lima gram daun teh hijau

di ekstrak dengan air mineral panas sebanyak 25 ml. Setelah lima hingga sepuluh menit, ekstrak disaring

kemudian dikeringkan dengan spray dryer hingga menghasilkan bubuk green tea yang kemudian

ditambahkan pada pembuatan sabun Kirei.

D. Analisis Produk

Karakteristik Produk

Sabun Kirei Body Soap merrupakan sabun mandi batang yang mengandung ekstrak , scrub dan

aroma teh hijau yang memiliki manfaat karena mengandung senyawa polifenol, antiradian , dan anti

oksidan. Ekstrak teh hijau kaya akan polifenol dan asenyawa antiradian lain yang dapat menghambat

penuaan dini serta mengikat senyawa radikal bebas yang dapat menyebabkan flek hitam serta kerutan

pada kulit, terutama wajah. Sabun teh ini diperkaya dengan ampas teh hijau yang banyak mengandung

senyawa antioksidan yang dapat menghaluskan kulit. Selain itu, penambahan scrub pada sabun batang

akan memperkaya fungsi sabun itu sendiri. Sabun batang yang selama ini banyak dikonsumsi oleh

sebagian masyarakat Indonesia khususnya kaum masyarakat menengah ke bawah hanya memberikan

kepuasan dan kesan yang dipandang dari banyaknya busa dan parfum serta warna sabun. Ketersediaan

nutrisi untuk kulit, kekesatan, dan kebersihan tidak terlalu diperhatikan oleh industri – industri sabun.

Adanya ampas green tea sebagai scrub pada sabun batang herbal ini dapat membantu sabun mengangkat

sel – sel kulit mati pada tubuh, menghaluskan dan memberikan nutrisi pada kulit karena adanya

kandungan polifenol, senyawa anti oksidan dan senyawa anti radian.

Kenampakan fisik dari Kirei body soap ini adalah bewarna cokelat kehijauan dengan degradasi

warna orange dibawahnya. Didalam sabun tampak ampas green tea yang merupakan scrub dari sabun itu

sendiri. Bentuk Kirei Body Soap tersedia dalam berbagai macam bentuk wajah hewan yang lucu – lucu

juga dalam bentuk wajah princess sehingga diharapkan konsumen dapat tertarik untuk membelinya. Selain

itu kemasan produk yang menyerupai teh celup diharapkan dapat memberikan kesan bahwa sabun tersebut

mengandung ekstrak dan ampas teh sehingga menjadi aspek promosi nutrisi produk secara tidak langsung

dan juga mwenambah keunikan dari produk.

Formulasi Produk

Pembuatan sabun Kirei body soap terinspirasi dari resep sabun transparan sebagai berikut :

Page 10: Laporan Praktikum Mandiri TBP

Formulasi Resep Sabun :

Bahan Gram / batch Persentase

Minyak

kelapa

20 gram 22,4 %

Asam Stearat 7 gram 7,8 %

NaOH 30 % 20 ml 22,4 %

Air Destilata 4,5 ml 5 %

Asam Sitrat 3 gram 3,4 %

Etanol 70 % 15 ml 16.8 %

CocoDEA 3 ml 3.4 %

Fragrance 2 ml 2.2 %

Pewarna 1,5 ml 1,7 %

Gliserin 13 ml 14.6 %

NaCl 0,2 gram 0.3 %

Total 89,2 100 %

Kemudian kami memodifikasi formula tersebut dengan menambahkan ekstrak green tea, ampas

green tea, fragrance green tea dan sukrosa. Sehinnga formulasinya menjadi sebagai berikut :

Formulasi Sabun Kirei :

Bahan Gram /

batch

Persentase Harga / Kg

atau / L (Rp)

Harga/Batch

(Rp)

Keterangan

Minyak

kelapa

20 ml 18,7 % 7000 140

Asam

Stearat

7 gram 6,5 % 190.000 1330

NaOH 19,5 ml 18,2 % (Kristal) 17.000 332 ±19,5 ml

6 gram

Air Destilata 2 ml 1,9 % 3.000 6

Asam Sitrat 3 gram 2,8 % 22.000 66

Etanol 70 % 15 ml 14 % 15.000 225

CocoDEA 3,5 ml 3,3 % 5.600 19,6

Page 11: Laporan Praktikum Mandiri TBP

Fragrance 1 ml 0,9 % 500.000 500

Pewarna 1 ml 0,9 % 20.000 20

NaCl 0,2 gram 0,2 % 5.000 1

Ekstrak Teh

Hijau

2 gram 1,9 % 60.000 120

Ampas Teh

Hijau

10 gram 9,2 % 5.000 50

Sukrosa 8 gram 7,5 % 11.000 88

Gliserin 15 ml 14 % 50.000 750

Total 107.2 gram 100 % 3647,6

Formulasi tersebut menghasilkan ± 100 gram sabun yang dapat menghasilkan dua sabun dengan

netto 50 gram, sehingga harga persabun sebesar Rp 1.823,8. Kemudian pada aspek pengemasan Sabun :

Bahan Harga Satuan

(Rp)

Harga/Batch

(Rp)

Keterangan

Kertas

minyak

700/ satuan 120 Satu kertas

dapat

menghasilkan

6 kemasan

sabun

Tali Nilon 2500/ gulung 25 Satu gulung

= 10 meter.

Satu kemasan

= 10 cm

Maka satu

gulung = 100

kemasan

Barcode 150/kemasan 150 -

Plastik PP 50/kemasan 50 -

Kardus

Tersier

300/kemasan 300 -

Total 645

Page 12: Laporan Praktikum Mandiri TBP

Sehingga untuk menghasilkan satu sabun mandi batang ber – scrub netto 50 gram memerlukan biaya :

Biaya Harga

Produksi Rp 1.823,8

Pengemasan Rp 645

Total Rp 2.468,8

Jika hari produksi dalam satu bulan adalah 20 hari, dan rata – rata jumlah produksi perhari adalah 50

sabun maka jumlah sabun yang diproduksi dalam satu bulan adalah sbb :

Jumlah produksi sabun : 20 hari x 50 sabun = 1.000 sabun

Uji yang Terkait pada Produk

Uji pengawasan mutu sangat diperlukan untuk produk personal care ini. Hal sangat diperlukan

untuk melindungi konsumen dari kandungan bahan – bahan yang berbahaya yang mungkin terkandung

dalam sabun. Selain itu, uji mutu juga dapat menambah tingkat kepercayaan konsumen akan produk yang

dikonsumsinya.

Uji Nilai PH

Uji nilai PH memberikan informasi mengenai nilai PH dari produk sabun yang diproduksi. Nilai pH merupakan nilai yang menunjukkan derajat keasaman suatu bahan. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1996), rentang standar pH sabun mandi pada SNI 06-4085-1996, yaitu pH 8-11. pH optimum untuk sabun mandi adalah 9,2, karena bila lebih tinggi, warna sabun akan menjadi lebih gelap. Berikut adalah hasil uji PH pada produk sabun Kirei :

Pengujian Nilai PH

Satu 10

Dua 10

Nilai PH rata – rata 10

Sehingga dapat dinyatakan bahwa sabun Kirei memenuhi standar SNI 06 – 4085 – 1996 sehingga aman

untuk dipakai sebagai sabun mandi.

Uji Organoleptik

Selain uji nilai PH, uji organoleptik juga dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan

konsumen / masyarakat terhadap produk yang dihasilkan dengan resep yang termodifikasi dengan produk

sabun yang dihasilkan dari resep awal. Hal ini akan membantu produsen (dalam hal ini kami) untuk

menilai apakah inovasi yang diberikan telah sesuai dan disukai oleh konsumen. Sehingga produsen dapat

Page 13: Laporan Praktikum Mandiri TBP

mengetahui tingkat kesukaan konsumen pada produk tersebut sebatas apa, dan produsen dapat

menciptakan atau memperbaiki produk tersebut melalui R&D. Sehingga produsen dapat mengantisipasi

kerugian yang ditimbulkan apabila produk yang diproduksi dan dipasarkan tidak diminati. Berikut hasil uji

organoleptik :

Berdasarkan hasil uji organoleptik (dengan hasil terlampir) terhadap warna menunjukkan bahwa 30

panelis mampu membedakan secara nyata 4 dari 5 perlakuan sabun pada taraf 5%. Hasil dari uji

organoleptik bahwa rata-rata perbandingan warna sabun yang memakai formula awal (I) dan yang

memakai formula termodifikasi (II) memiliki Fhitung yang lebih besar dari Ftabel yang menunjukan

adanya perbedaan nyata antara kedua sabun dengan formulasi berbeda. Dari analisis lanjutan (uji duncan)

diketahui bahwa sabun dengan formulasi awal lebih disukai daripada formula termodifikasi. Sama halnya

dengan tekstur, aroma,dan busa dengan melakukan uji anova didapatkan hasil bahwa kedua jenis sabun

memiliki perbedaan yang nyata. Sabun dengan formulasi awal lebih disukai daripada formulasi

termodifikasi. Tapi untuk kekesatan dari sabun, didapat Fhitung yang lebih kecil daripada Ftabel.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari segi kekesatan sabun forumulasi awal tidak berbeda nyata dengan

sabun formula termodifikasi.

[Sabun formulasi awal] [Sabun dengan formulasi termodifikasi]

Page 14: Laporan Praktikum Mandiri TBP

III. ASPEK PEMASARANPada praktikum kali ini produk yang dibuat adalah sabun kirei body soap : sabun mandi beraroma

green tea yang mengandung ekstrak dan scrub green tea. Produk ini diharapkan akan menjadi produk

yang diproduksi pada skala home industry. Kelebihan dari kirei body soap yang kami buat adalah

memiliki aroma green tea yang mengandung ekstrak dan scrub green tea yang alami serta berkhasiat

dalam meremajakan kulit dan mengangkat sel – sel mati. Selain itu kirei body soap yang diproduksi

memiliki kemasan yang unik sehingga dapat menambah nilai jual dari sabun tersebut. Target pasar dari

produk kirei body soap ini adalah seluruh masyarakat Indonesia khususnya yang berkelamin wanita kaum

menengah ke atas. Promosi dilakukan di tempat- tempat keramaian seperti kampus, mall, pasar, toko

souvenir, pemesanan untuk souvenir, dll.

Jadi pada analis swot ini kami membandingkan produk kami yaitu kirei body soap : sabun mandi

beraroma green tea yang mengandung ekstrak dan scrub green tea dengan sabun komersial lain yang telah

ada di pasaran yaitu sabun give. Sabun give yang biasanya beredar di pasaran juga mengandung ekstrak

bahan-bahan alami seperti madu, kedelai, dll. Ada juga kelebihan lainnya yaitu memiliki beraneka ragam

jenis produk dengan warna dan aroma yang berbeda-beda dan memiliki bentuk yang menarik. Akan tetapi

sabun give yang berdar di pasaran tidak mengandung scrub alami seperti sabun yang kami hasilkan dan

kemasan yang digunakan standar seperti sabun-sabun biasa pada umumnya.

Harga : Rp 15.000,00 Harga : Rp 5.800,00

[Gambar sabun yang biasa di pasaran] [Gambar Produk Sabun Kirei]

Analisis SWOT

Analisis swot S (strengths) kekuatan

1. Menawarkan sabun mandi

herbal dengan scrub alami.

2. Sabun herbal yang dapat

menghaluskan kulit karena

terbuat dari bahan alami

3. Harga relatif murah dari pada

sabun herbal lainnya

(W) Weaknesses kelemahan

1. dari segi penampilan (warna,

tekstur dan bentuk) kurang

menarik.

2. busa sabun yang dihasilkan

tidak banyak

Page 15: Laporan Praktikum Mandiri TBP

4. Kemasan yang unik

5. Strategi pemasaran yang

menarik

(O) Opportunities:

Kesempatan

1. Kesempatan dalam

memasarkan produk cukup

luas karena industri yang

menghasiilkan produk

sabun herbal masih sedikit

2. Dewasa ini produk- produk

kecantikan herbal sangat

digemari masyarakat.

SO

1. Mengangkat aspek herbal,

mengndung scrub green tea,

serta aroma khas green tea

yang menyejukkan.

2. Mempromosikan produk ini di

berbagai tempat yang strategis

seperti kampus, mall, pasar,

sebagai cinderamata di tempat

wisata dan tempat-tempat

ramai lainnya.

WO

1. Melakukan pengolahan

dengan teknologi yang lebih

canggih dan pencampuran

bahan yang merata agar

dihasilkan sabun dengan

penampilan yang lebih

menarik.

2. Penambahan konsentrasi

garam yang dimasukkan

dengan pengadukan yang

rata untuk menghasilkan

busa yang lebih banyak.

(T) Threats:

Tantangan

1. Peralatan dan teknologi

yang digunakan belum

canggih

2. Batch yang digunakan

masih skala industri rumah

tangga.

ST

1. Konsep pemasaran dan

kemasan yang menarik

sehingga akan menambah

daya pikat produk .

2. Optimalisasi kualitas produk

dan penambahan variasi dari

produk.

WT

1. Melakukan teknik produksi

yang lebih baik

2. Meningkatkan pengenalan

produk lewat promosi

3. Melakukan inovasi dari

produk.

Page 16: Laporan Praktikum Mandiri TBP

IV. KELAYAKAN USAHA Analisis kelayakan usaha ini dihitung berdasarkan asumsi produksi sabun Kirei dalam satu bulan.

Diasumsikan bahwa dalam satu bulan, terdapat dua puluh hari produktif untuk memproduksi sabun

dengan kapasitas produksi sebesar lima puluh sabun / hari. Sehingga dalam satu bulan perusahaan

dapat ,memproduksi sebanyak 1000 sabun.

Biaya Investasi

Peralatan Harga Jumlah Satuan Total harga

(Rp)

Masa pakai Biaya

Penyusutan

(Rp)

Mixer 3.200.000 1 unit 3.200.000 60 bulan 53.333,33

Mold

(cetakan)

17.000 13 buah 221.000 6 bulan 36833,33

Total harga (Rp) 3.421.000 Total biaya

penyusutan

(Rp)

90.166,66

Biaya Produksi per bulan (u/ 1000 sabun)

Bahan baku Harga/batch per

sabun (Rp)

Total harga (Rp)

Minyak kelapa 70 70.000

Asam stearat 665 665.000

NaOH 30% 166 166.000

Air destilata 3 3.000

Asam sitrat 33 33.000

Etanol 70% 112 112.000

CocoDEA 9,8 9.800

Fragrance greentea 250 250.000

Pewarna 10 10.000

NaCl 0,5 500

Page 17: Laporan Praktikum Mandiri TBP

Ekstrak greentea 60 60.000

Ampas greentea 25 25.000

Sukrosa 44 44.000

Gliserin 375 375.000

Kemasan

Kertas minyak 120 120.000

Tali nilon 25 25.000

Barcode 150 150.000

Plastik PP 50 50.000

Kardus tersier 300 300.000

Total 2.468,8 2.468.800

Biaya Operasional u/ 1000 sabun

Operasional Biaya (Rp) Jumlah Satuan Total harga

(Rp)

Keterangan

Transportasi 5.000 5.000

Kemasan Kardus

Besar

1.000 20 Kardus 20.000 1 kemasan

tersier untuk

50 sabun

Listrik 1.000 20 Hari 20.000

Sewa rumah

produksi

300.0000 1 Bulan 300.000

Total biaya 345.000

Total Biaya

Biaya Produksi Rp 2.468.800,00/ bulan Rp 29.625.600 / tahun

Biaya Investasi Rp 3.421.000,00 / bulan Rp 3.421.000/ tahun

Biaya Operasional Rp 345.000,00 / bulan Rp 4.140.000 / tahun

Total Rp 37.186.600/tahun

Page 18: Laporan Praktikum Mandiri TBP

Harga Pokok Produksi (HPP) : (basis satu tahun produksi)

Biaya tetap = biaya investasi

= Rp 3.421.000,00

*biaya penyusutan tidak diperhitungkan

Biaya tidak tetap = biaya produksi + biaya operasional

= Rp 29.625.600,00 + Rp 4.140.000,00

= Rp 33.765.600,00

maka HPP (Harga Pokok Produksi = (biaya tetap + biaya tidak tetap) / jumlah produksi per tahun

= ( Rp 3.421.000,00 + Rp 33.765.600,00 ) / 12.000

= Rp 3.098,8

Analisis R/C

Total biaya per tahun = Rp 33.765.600,00

Total pendapatan (Rp 5.000,00 x 12.000) = Rp 69.600.000,00

* asumsi harga/ sabun Rp 5.800,00

Keuntungan = total pendapatan – total biaya produksi

= Rp 69.600.000,00 - Rp 33.765.600,00

= Rp 35.834.400,00 / tahun

R/C = pendapatan (revenue) / total biaya

= Rp 69.600.000,00 / Rp 33.765.600,00

= 2,06

Analisis ROI

ROI = keuntungan

totalbiaya produksi x 100% =

35.834.40033.765.600

x 100% = 106 %

Jangka Waktu Pengembalian Modal

Jangka waktu pengembalian modal = biayainvestasi × massa produksi

keuntungan =

3.421.000 ×12 bulan35.834.400

= 1,1 bulan (1 – 2 bulan)

Kelayakan Usaha

Analisis B/C

B/C = Rp 35.834.400,00 / Rp 33.765.600,00

= 1,06

Page 19: Laporan Praktikum Mandiri TBP

Apabila Net B/C ≥ 1, maka proyek tersebut dianggap layak untuk dilaksanakan, namun apabila net B/C <

1, maka proyek tersebut dianggap tidak layak untuk dilaksanakan.

Dari analisis kelayakan usaha tersebut, maka dapat diketahui bahwa dalam produksi sabun Kirei/

bulan dengan kapasitas produksi sebesar 1000 buah/ bulan atau 12.000 buah / tahun maka akan

memerlukan total biaya sebesar 37.186.600 rupiah per tahun dengan biaya investasi sebesar 3.421.000

rupiah, biaya operasional sebesar 4.140.000 rupiah dan biaya produksi sebesar 29.625.600 rupiah.

Sehingga di dapatkan harga pokok produksi per sabun sebesar 3.098,8 rupiah dan harga jual per sabun

sebesar 5.800 rupiah sehingga menghasilkan pendapatan sebesar 69.600.000/tahun dengan produksi

12.000 sabun/tahun. Pada perhitungan juga didapatkan perkiraan jangka waktu pengembalian modal yaitu

selama 1 - 2 bulan dan mendapatkan keuntungan sebesar 35.834.400 rupiah per tahun atau sekitar 106 %

dari biaya produksi. Kemudian didapatkan hasil R/C sebesar 2,06 artinya pendapatan dari produksi sabun

Kirei 2,06 kali dari total biaya produksi. Selain itu, usaha ini layak dijalankan dengan nilai B/C sebesar

1,06.

Page 20: Laporan Praktikum Mandiri TBP

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Sabun Kirei merupakan produk sabun mandi herbal beraroma dan mengandung ekstrak serta

scrub green tea yang kaya nutrisi bagi kulit. Senyawa polifenol yang banyak terdapat dalam teh hijau

dapat berfungsi sebagai senyawa anti radian dan anti oksidan bagi kulit sehingga dapat melindungi kulit

dari senyawa radikal bebas dan kotoran. Selain itu kandungan minyak kelapa pada sabun dapat

menghaluskan dan melembabkan kulit juga dapat berfungsi sebagai anti bakteri. Produk tersebut

merupakan produk inovasi yang mengembangkan cara mengonsumsi teh hijau dengan menjadikannya

bahan herbal untuk memperkaya nutrisi sabun mandi. Pengemasan yang unik juga ditambahkan kepada

produk untuk meningkatkan minat konsumen untuk membeli. Produk sabun Kirei disediakan dalam

bentuk sabun batang seharga Rp 5.800,00 dengan berbagai kelebihan yang patut dikembangkan lebih jauh

untuk menciptakan sabun herbal komersial dengan harga dan pemasaran yang dapat diterima konsumen.

Selain itu, usaha ini dinyatakan telah memenuhi syarat kelayakan usaha dengan nilai B/C sebesar 1,06,

yang artinya mendapatkan keuntungan 106 % satu tahun produksi.

B. Saran

Pada percobaan pembuatan sabun Kirei pada skala laboratorium memiliki beberapa hambatan

diantaranya kurangnya ketersediaan alat yang dapat menunjang pembuatan sabun sehingga hasil kurang

maksimal yang terlihat pada sampel produk dengan aroma, warna, tekstur dan busa yang kurang disukai

oleh panelis pada uji organoleptik. Oleh karena itu diharapkan teknologi proses pembuatan sabun Kirei

dapat dikembangkan lebih lanjut sehingga dapat menghasilkan sabun yang berkualitas baik serta dapat

diproduksi lebih banyak. Selain itu diharapkan ketersediaan alat – alat lab yang lebih canggih dan siap

untuk praktikum pembuatan produk non pangan seperti sabun sehingga praktikum dapat berjalan lebih

lancar.

Page 21: Laporan Praktikum Mandiri TBP

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Sejarah dan Khasiat Teh Hijau. [Terhubung berkala]. http://Www. wikipedia.com (10

Desember 2012)

Cavitch, S. M. 2001. Choosing Yours Oil, Oil Propeties of Fatty Acid. [Terhubung berkala]

http://users.siloverlink.net/~timer/soapdesign.html (10 Desember 2012)

Dinas Perkebunan Jawa Barat. 2011. Perkembangan Kebun Teh Di Indonesia - Berita Subahoon.

[Terhubung berkala]. http://beritasubahoon.blogspot.com (12 Desember 2012)

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1996. Mutu dan Cara Uji Sabun Mandi. Jakarta:

Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.

Gromophone, M.A. 1983. Lather Stability of Soap Solutions. JAOCS. 60(5):1022-1024.

Hicks, J. 1981. Comprehensive Chemistry SI Edition, Edisi 2. London : The Macmillan Press Ltd.

Mitsui, T. 1997. New Cosmetics Science. Tokyo : Shiseido Co., Ltd.

Shrivastava, S.B. 1982. Soap, Detergent, and Parfume Industry. New Delhi: Small Industry Research

Institute.

Sitanggang, Ivina. 2011. Mengenal Scrub Lebih Dalam. Femina Group. [Terhubung berkala].

http://www.Femina.com (10 Desember 2012)

Wikipedia.2012.Teh. [Terhubung berkala]. http://id.wikipedia.org/wiki/Teh (10 Desember 2012)

Page 22: Laporan Praktikum Mandiri TBP

LAMPIRANLampiran 1. Alat dan Bahan yang Digunakan

Lampiran 2. Metode

yang Digunakan

Page 23: Laporan Praktikum Mandiri TBP

Asam stearat dipanaskan (60ºC) ± 15 menit

Minyak Kelapa ditambahkan kedalam As. Stearat lalu diaduk

merata

Ketika suhu ± 70-80ºC ditambahkan NaOH lalu diaduk

dengan kecepatan tinggi dan homogen selama 2 – 4 menit hingga terbentuk trace (pasta

kental seperti sabun)

Kemudian ditambahkan Gliserin, Asam sitrat, etanol, coco DEA, NaCl dan di aduk

hinggga homogen selama 7- 10 menit

Setelah agak dingin (50º C) ditambahkan ekstrak teh + air, scrub, fragrance green tea, dan pewarna ke dalam campuran

lalu diaduk

Sabun kemudian dituang ke dalam cetakan dan dibiarkan

mengeras selama 24 jam

Setelah sabun sudah mengeras kemudian dikeluarkan dari cetakan dan dikemas lalu simpan pada tempat yang

tepat

v

Page 24: Laporan Praktikum Mandiri TBP

Lampiran 3. Uji Organoleptik

AROMA

Panelis

sampel 1 Pembanding Total Panelis

Aroma Aroma Yi ∑iY2ij (Yi)2

1 3 4 7 25 625

2 4 4 8 32 1024

3 3 4 7 25 625

4 2 4 6 20 400

5 4 5 9 41 1681

6 4 5 9 41 1681

7 3 4 7 25 625

8 3 4 7 25 625

9 3 4 7 25 625

10 3 4 7 25 625

11 2 4 6 20 400

12 4 4 8 32 1024

13 4 4 8 32 1024

14 4 4 8 32 1024

15 3 4 7 25 625

16 3 4 7 25 625

17 4 3 7 25 625

18 5 5 10 50 2500

19 5 2 7 29 841

Page 25: Laporan Praktikum Mandiri TBP

20 4 4 8 32 1024

21 4 4 8 32 1024

22 3 4 7 25 625

23 4 3 7 25 625

24 3 3 6 18 324

25 4 4 8 32 1024

26 4 5 9 41 1681

27 2 4 6 20 400

28 4 3 7 25 625

29 3 4 7 25 625

30 3 3 6 18 324

Yj 104 117 221 25525

∑jY2ij 378 469 847

(Yj)2 142884 219961 362845

Rata-rata 5.2 5.85

Faktor koreksi 814.0166667

jumlah kuadrat total 32.98333333

jumlah kuadrat perlakuan 2.816666667

jumlah kuadrad kelompok 14.48333333

jumlah kuadrat galat 15.68333333

Daftar analisis varian sampel teh ( daftar sidik ragam)

Sumber Keragaman db JK KT F hitung

Perlakuan 1 2.816666667 2.816667 5.639816

Page 26: Laporan Praktikum Mandiri TBP

Kelompok 29 14.48333333 0.499425

Galat 29 15.7

Total 59 33.0

Perbandingan Fhitung dengan Ftabel ( lampiran 4 dan lampiran 5), pada beda nyata 5% = 4.2.

ternyata nilai Fhitung lebih besar dari ftabel

maka dapat disimpulkan bahwa sampel yang digunakan berbeda nyata dengan pembanding

karena memberikan hasil berbeda nyata maka untuk mengetahui perlakuan perlakuan mana yang

sama atau lebih dari yang lain memerlukan analisis lanjut terhadap perlakuan tersebut.

langkah a

hitung parameter Sy ( Standar Error rata - rata )

nilai standar error rata-rata = akar dari KT Galat/jumlah kelompok)

Sy = 0.129

langkah b

p 2 3

range 2.9 3.04

LSR 0.3741 0.39216

langkah c

Perlakuan

sampe

l pembanding

Rata-rata 5.2 5.85

5,2-5,85 = 0,65 > 0,3973 jadi sampel ≠ pembanding

jadi dapat disimpulkan tingkat kesukaan panelis terhadap aroma dari sampel dan pembanding

yang diujikan berbeda.

Pembanding lebih disukai dari pada sampel karna memiliki penilaian paling tinggi yaitu 5,85

Page 27: Laporan Praktikum Mandiri TBP

WARNA

Panelis

Sampel Pembanding

Warna Warna Yi ∑iY2ij (Yi)2

1 3 5 8 34 64

2 2 5 7 29 49

3 3 5 8 34 64

4 4 5 9 41 81

5 3 4 7 25 49

6 4 4 8 32 64

7 2 4 6 20 36

8 2 4 6 20 36

9 2 4 6 20 36

10 2 2 4 8 16

11 4 4 8 32 64

12 2 4 6 20 36

13 4 4 8 32 64

14 4 4 8 32 64

15 3 4 7 25 49

16 4 4 8 32 64

Page 28: Laporan Praktikum Mandiri TBP

17 2 4 6 20 36

18 3 5 8 34 64

19 4 4 8 32 64

20 2 4 6 20 36

21 2 4 6 20 36

22 1 4 5 17 25

23 2 4 6 20 36

24 2 5 7 29 49

25 2 4 6 20 36

26 2 4 6 20 36

27 2 4 6 20 36

28 2 4 6 20 36

29 2 3 5 13 25

30 3 4 7 25 49

Y.j 79 123 202 1400

∑jY2ij 231 515 746

(Yj)2 6241 15129 21370

2.63333

3 4.1

Faktor koreksi =

680.066

7

Jumlah kuadrat total =

65.9333

3

Jumlah kuadrat perlakuan =

32.2666

7

Jumlah kuadrat kelompok =

19.9333

3

Jumlah kuadrat galat =

13.7333

3

Page 29: Laporan Praktikum Mandiri TBP

Daftar analisis varian sampel teh ( daftar sidik ragam)

Sumber Keragaman db JK KT F hitung

Perlakuan 1 32.3 32.26667 46.94314

Kelompok 29 19.9 0.687356

Galat 29 13.7

Total 59 65.9

Perbandingan Fhitung dengan Ftabel ( lampiran 4 dan lampiran 5), pada beda nyata 5% = 4.2.

ternyata nilai Fhitung lebih besar dari ftabel maka dapat disimpulkan bahwa sampel

yang digunakan berbeda nyata dengan pembanding.

karena memberikan hasil berbeda nyata maka untuk mengetahui perlakuan

perlakuan mana yang sama atau lebih dari yang lain memerlukan analisis lanjut

terhadap perlakuan tersebut.

langkah a

hitung parameter Sy ( Standar Error rata - rata )

nilai standar error rata-rata = akar dari KT Galat/jumlah kelompok)

Sy = 0.15

langkah b

p 2 3

range 2.9 3.04

LSR 0.435 0.456

langkah c

Perlakuan sampel pembanding

Rata-rata 2.63 4.1

2,63-4,1 = 1,47 > 0,435 jadi sampel ≠ pembanding

jadi dapat disimpulkan tingkat kesukaan panelis terhadap warna dari sampel dan

Page 30: Laporan Praktikum Mandiri TBP

pembanding yang diujikan berbeda.

Pembanding lebih disukai dari pada sampel karna memiliki penilaian paling tinggi yaitu 4,1

TEKSTUR

Panelis

Sampel Pembanding

Tekstur Tekstur Yi ∑iY2ij (Yi)2

1 3 4 7 25 49

2 4 4 8 32 64

3 4 5 9 41 81

4 4 5 9 41 81

5 4 5 9 41 81

6 2 5 7 29 49

7 3 4 7 25 49

8 2 5 7 29 49

Page 31: Laporan Praktikum Mandiri TBP

9 2 4 6 20 36

10 3 4 7 25 49

11 3 3 6 18 36

12 3 4 7 25 49

13 4 3 7 25 49

14 3 4 7 25 49

15 3 4 7 25 49

16 3 4 7 25 49

17 3 4 7 25 49

18 3 4 7 25 49

19 3 5 8 34 64

20 3 5 8 34 64

21 2 4 6 20 36

22 1 4 5 17 25

23 1 4 5 17 25

24 3 4 7 25 49

25 2 5 7 29 49

26 2 4 6 20 36

27 2 4 6 20 36

28 3 4 7 25 49

29 2 4 6 20 36

30 2 3 5 13 25

Y.j 82 125 207 1461

∑jY2ij 244 531 775

Page 32: Laporan Praktikum Mandiri TBP

(Yj)2 6724 15625 22349

2.7333333 4.166666667

Faktor koreksi = 714.15

Jumlah kuadrat total = 60.85

Jumlah kuadrat perlakuan =

30.8166

7

Jumlah kuadrat kelompok = 16.35

Jumlah kuadrat galat =

13.6833

3

Daftar analisis varian sampel teh ( daftar sidik ragam)

Sumber Keragaman db JK KT F hitung

Perlakuan 1 30.8 30.81667 54.65953

Kelompok 29 16.4 0.563793

Galat 29 13.7

Total 59 60.9

Perbandingan Fhitung dengan Ftabel ( lampiran 4 dan lampiran 5), pada beda nyata 5% = 4.2.

ternyata nilai Fhitung lebih besar dari ftabel

maka dapat disimpulkan bahwa sampel yang digunakan berbeda nyata dengan pembanding

karena memberikan hasil berbeda nyata maka untuk mengetahui perlakuan perlakuan

mana yang sama atau lebih dari yang lain memerlukan analisis lanjut terhadap perlakuan tersebut.

langkah a

hitung parameter Sy ( Standar Error rata - rata )

nilai standar error rata-rata = akar dari KT Galat/jumlah kelompok)

Sy = 0.137

Page 33: Laporan Praktikum Mandiri TBP

langkah b

p 2 3

range 2.9 3.04

LSR 0.3973 0.41648

langkah c

Perlakuan sampel pembanding

Rata-rata 2.73 4.17

2,73-4,17 = 1,44 > 0,3973 jadi sampel ≠ pembanding

jadi dapat disimpulkan tingkat kesukaan panelis terhadap tekstur dari sampel dan

pembanding yang diujikan berbeda.

Pembanding lebih disukai dari pada sampel karna memiliki penilaian paling tinggi yaitu 4,17

KEKESATAN

Panelis sampel 1 Pembanding Total Panelis

Page 34: Laporan Praktikum Mandiri TBP

Kekesatan Kekesatan Yi ∑iY2ij (Yi)2

1 3 3 6 18 324

2 2 3 5 13 169

3 4 4 8 32 1024

4 3 3 6 18 324

5 4 3 7 25 625

6 3 4 7 25 625

7 2 3 5 13 169

8 4 4 8 32 1024

9 5 3 8 34 1156

10 4 3 7 25 625

11 3 2 5 13 169

12 4 2 6 20 400

13 4 3 7 25 625

14 3 3 6 18 324

15 4 3 7 25 625

16 4 4 8 32 1024

17 3 4 7 25 625

18 3 2 5 13 169

19 3 3 6 18 324

20 3 4 7 25 625

21 3 4 7 25 625

22 4 4 8 32 1024

23 4 2 6 20 400

Page 35: Laporan Praktikum Mandiri TBP

24 4 3 7 25 625

25 4 2 6 20 400

26 4 3 7 25 625

27 4 4 8 32 1024

28 4 5 9 41 1681

29 4 3 7 25 625

30 3 4 7 25 625

Yj 106 97 203 18629

∑jY2ij 388 331 719

(Yj)2 150544 109561 260105

Rata-rata 5.3 4.85

Faktor koreksi 686.8166667

jumlah kuadrat total 32.18333333

jumlah kuadrat perlakuan 1.35

jumlah kuadrad kelompok 15.68333333

jumlah kuadrat galat 15.15

Daftar analisis varian sampel teh ( daftar sidik ragam)

Sumber

Keragaman

d

b JK KT F hitung

Perlakuan 1 1.35 1.35

2.49628

1

Kelompok

2

9

15.6833

3

0.54080

5

Galat

2

9 15.2

Page 36: Laporan Praktikum Mandiri TBP

Total

5

9 32.2

Perbandingan Fhitung dengan Ftabel ( lampiran 4 dan lampiran 5), pada beda nyata 5% = 4.2.

ternyata nilai Fhitung lebih kecil dari ftabel

maka dapat disimpulkan bahwa sampel yang digunakan tidak berbeda nyata dengan pembanding

BUSA

Panelis

sampel 1 Pembanding Total Panelis

Busa Busa Yi ∑iY2ij (Yi)2

1 4 2 6 20 400

2 3 3 6 18 324

3 3 3 6 18 324

4 4 3 7 25 625

5 3 4 7 25 625

6 3 4 7 25 625

7 4 4 8 32 1024

8 3 5 8 34 1156

9 2 3 5 13 169

10 2 2 4 8 64

11 3 3 6 18 324

12 4 3 7 25 625

13 3 3 6 18 324

14 4 3 7 25 625

15 3 4 7 25 625

Page 37: Laporan Praktikum Mandiri TBP

16 3 4 7 25 625

17 3 4 7 25 625

18 4 3 7 25 625

19 4 3 7 25 625

20 4 3 7 25 625

21 1 4 5 17 289

22 1 4 5 17 289

23 2 4 6 20 400

24 4 3 7 25 625

25 2 4 6 20 400

26 3 4 7 25 625

27 3 3 6 18 324

28 3 4 7 25 625

29 3 4 7 25 625

30 3 4 7 25 625

Yj 91 104 195 15811

∑jY2ij 297 374 671

(Yj)2 88209 139876 228085

Rata-rata 4.55 5.2

Faktor koreksi 633.75

jumlah kuadrat total 37.25

jumlah kuadrat perlakuan 2.816666667

jumlah kuadrad kelompok 11.75

jumlah kuadrat galat 22.68333333

Daftar analisis varian sampel teh ( daftar sidik ragam)

Sumber Keragaman db JK KT F hitung

Perlakuan 1 2.816667 2.816667 6.951773

Page 38: Laporan Praktikum Mandiri TBP

Kelompok 29 11.75 0.405172

Galat 29 22.7

Total 59 37.3

Perbandingan Fhitung dengan Ftabel ( lampiran 4 dan lampiran 5), pada beda nyata 5% = 4.2.

ternyata nilai Fhitung lebih besar dari ftabel

maka dapat disimpulkan bahwa sampel yang digunakan berbeda nyata dengan pembanding

karena memberikan hasil berbeda nyata maka untuk mengetahui perlakuan perlakuan mana yang sama

atau lebih dari yang lain memerlukan analisis lanjut terhadap perlakuan tersebut.

langkah a

hitung parameter Sy ( Standar Error rata - rata )

nilai standar error rata-rata = akar dari KT Galat/jumlah kelompok)

Sy = 0.116

langkah b

p 2 3

range 2.9 3.04

LSR 0.3364 0.35264

langkah c

Perlakuan sampel pembanding

Rata-rata 4.55 5.2

54,55-5,2 = 0,65 > 0,33 jadi sampel ≠ pembanding

jadi dapat disimpulkan tingkat kesukaan panelis terhadap busa dari sampel dan pembanding yang diujikan berbeda.

Pembanding lebih disukai dari pada sampel karna memiliki penilaian paling tinggi yaitu 5,2