30
STEREOM (SKLERENKIM DAN KOLENKIM) LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI TUMBUHAN Oleh : Lukita Octavia 208 203 935 Nacevi Maulana 208 203 946 Hanifah Nugraha 208 203 915 Nurkomalasari 208 203 953 Istiqomah 208 203 926 Ira Qurratulaini H 208 203 921 FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI/IV/B UNIVERSITAS ISLAM NEGRI

Laporan Praktikum IV Stereom

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Laporan Praktikum IV Stereom

STEREOM (SKLERENKIM DAN KOLENKIM)

LAPORAN

PRAKTIKUM ANATOMI TUMBUHAN

Oleh :

Lukita Octavia 208 203 935

Nacevi Maulana 208 203 946

Hanifah Nugraha 208 203 915

Nurkomalasari 208 203 953

Istiqomah 208 203 926

Ira Qurratulaini H 208 203 921

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI/IV/B

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI

SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2010

Page 2: Laporan Praktikum IV Stereom

Nama

1. Lukita Octavia L 208 203 935

2. Nacevi Maulana 208 203 946

3. Hanifah Nugraha 208 203 915

4. Istiqomah 208 203 926

5. Ira Qurratulaini H 208 208 921

6. Nurkomalasari 208 203 953

Tgl praktikum : 5 April 2010

JUDUL : Stereom (Kolenkim & Sklerenkim)

TUJUAN:

1. Mengidentifikasi jaringan kolenkim (kolenkim angular, lamelar, anular atau

lakukar) dan sel-sel pembangunnya pada berbagai jenis tumbuhan.

2. Mengidentifikasi jaringan sklerenkim (serabut dan sklereid) dan sel-sel

pembangunnya pada berbagai jenis tumbuhan

DASAR TEORI

Pada banyak tumbuhan, penguat pada tingkat-tingkat awal pertumbuhannya

diberikan oleh suatu jaringan yang lunak tetapi kuat yang dikenal sebagai kolenkima.

Jaringan penguat pada tumbuhan, yaitu kolenkima dan sklerenkima, dari sudut

pandang fisiologis secara kolektif disebut stereom. Pada organ tumbuhan, kolenkima

dan sklerenkima mungkin dapat ditemukan keduanya, misalnya pada daerah korteks

batang Vernonia. Jaringan penguat tertentu terpusat di daerah rusuk sedangkan

jaringan penguat lainnya berada di daerah lainnya (Susetjoadi Setjo, 2004).

Kolenkim, seperti halnya sklerenkim, merupakan jaringan mekanik yang

bertugas menyokong tumbuhan. Bagian tumbuhan yang tumbuh dengan lambat

mengalami pertumbuhan sedikit saja sehingga dukungan oleh turgor dalam sel

parenkim sudah cukup. Kolenkim terbentuk oleh sejumlah sel memanjang yang

menyerupai sel prokambium dan berkembang dalam stadium awal promeristem. Sel

kolenkim adalah sel hidup, bentuknya sedikit memanjang dan pada umumnya

Page 3: Laporan Praktikum IV Stereom

memiliki dinding yang tak teratur penebalannya. Dinding sekunder pada kolenkim

tidak ada, dinding primernya lunak, lentur dan tidak berlignin (Estiti B. Hidayat,

1995).

Kolenkima berfungsi sebagai jaringan penunjang pada organ muda yang

sedang tumbuh, dan pada tumbuhan herba tetap ada meskipun organnya sudah tua.

Kolenkima yang terdapat pada organ yang sedang tumbuh menyebabkan sifat plastis

dan lentur terhadap organ tersebut. Kolenkima yang sudah dewasa kurang bersifat

plastis, lebih keras dan lebih rapuh dibandungan dengan kolenkima yang masih

muda. Antara kolenkima dan parenkima ada hubungan fisiologis dan morfologis dan

pada tempat kedua jaringan tersebut letaknya berdampingan, bentuk transisi dapat

ditemukan diantara kolenkima dan parenkima tipikal (Susetjoadi Setjo, 2004).

Sel kolenkim tetap memiliki protoplas aktif yang mampu melenyapkan

penebalan dinding bila sel dirangsang untuk membelah seperti pada waktu sel

tersebut membentuk kambium gabus atau menanggapi luka. Dinding sel sklerenkim

lebih bertahan dan tak dapat seera dilenyapkan, meskipun protoplas masih ada.

Kebanyakan sel sklerenkim kehilangan protoplasnya setelah dewasa (Estiti B.

Hidayat, 1995).

Seperti halnya parenkima, kolenkima mungkin mengandung kloroplas. Pada

sel-sel kolenkima tertentu mungkin kandungan kloroplasnya banyak seperti halnya

pada parenkima, mungkin juga kloroplasnya lebih sedikit atau di dalam kolenkima

yang kebanyakan terdiri atas sel-sel yang sempit dan memanjang, tidak mengandung

kloroplas sama sekali. Sel-sel kolenkima juga mengandung tanin (Sustejoadi Setjo,

2004).

Kolenkim dapat ditemukan pada batang, daun, serta pada bagan bunga dan

buah. Pada akar, kolenkim bisa dibentuk, terutama bila akan didedahkan kepada

Page 4: Laporan Praktikum IV Stereom

cahaya. Biasanya kolenkim terdapat langsung di bawah epidermis. Pada batang,

kolenkim bisa membentu silinder penuh atau tersusun menjadi berkas yang

memanjang sejajar sumbu batang. Pada daun, kolenkim terdapat di kedua sisi tulang

daun utama atau pada satu sisi saja, serta terdapat pula sepanjang tepi daun (Estiti B.

Hidayat, 1995).

Ukuran dan bentuk sel kolenkim beragam. Sel dapat berupa prisma pendek

atau bisa pula panjang seperti serat dengan ujung meruncing, namun antara kedua

bentuk tersebut bentuk peralihan. Menurut penebalan dindingnya, dibedakan menjadi

tiga jenis utama :

1. Kolenkim sudut, dengan penebalannya memanjang pada satu sudut sel. Pada

penampang melintang, penebalan sudur terlihat di tempat pertemuan tiga sel

atau lebih. Contoh : pada Solanum tuberosum.

2. Kolenkim papan, dengan penebalan terutama pada dinding tangensial.

Contohnya pada korteks Sambucus nigra.

3. Kolenkim lakuna, yang mirip kolenkim sudut, namun banyak mengandung

ruang antar sel. Contohnya pada batang Ambrosia.

(Estiti B. Hidayat, 1995)

Sklerenkima adalah jaringan yang tersusun dari sel-sel dengan dinding sel

berpenebalan sekunder, berlignin atau tidak. Jaringan ini mempunyai fungsi utama

sebagai penguat dan kadang-kadang sebagai pelindung. Sel sklerenkima berdinding

tebal dan sering berlignin tersebut diperkirakan melindungi organ tumbuhan untuk

melawan berbagai tegangan, misalnya akibat tarikan, pembelokan, beban dan

tekanan, tanpa kerusakan yang tidak pada tempatnya terhadap sel-sel yang lunak dan

berdinding tipis. Kata sklerenkima berasal dari bahasa yunani yang merupakan

gabungan dua kata, yaitu sclerous (keras) dan echyma (seduhan/infusi), yang

Page 5: Laporan Praktikum IV Stereom

menekankan pada kekerasan dinding sklerenkima. Sel-sel sklerenkima secara

individual disebut sel skelerenkima. Dalam pengertian sel sel mekanik secara

keseluruhan suatu tumbuhan, kolenkima dan skelerenkima digabung dalam konsep

fisiologis stereom. Meskipun demikian, dinding primer yang mengandung banyak air

dan bersifat plastis pada kolenkima membedakannya dari skelerenkima dengan

dinding sekunder yang elastis dan keras (Susetyoadi Setjo, 2004).

Biasanya skelerenkim dibagi menjadi serat dan skelereid. Serat skelerenkim

adalah sel panjang, sedangkan sklereid adalah sel pendek. Namun, pembagian ini

kadang-kadang kurang tepat karena ada serat syang pendek dan skelereid yang

panjang. Sklereid dibentuk dari sel parenkim yang dindingnya menjadi tebal,

sedangkan sel serat sklerenkim berkembang dari sel mersitematik, jadi telah

ditentukan sejak asalnya. Namun, ada pula pengecualian terhadap ketemtuan itu

(Estiti B Hidayat, 2004).

Sklereid. Sklereid terdapat di berbagai tempat di berbagai tempat dalam

tubuh tumbuhan. Sering sklereid berhimpun menjadi kelompok sel keras diantara sel

parenkim sekelilingnya. Tempurung kelapa, misalnya, hampir seluruhnya terdiri dari

skelereid. Sering pula skelereid terdapat sebagai idioblas, yakni sel yang segera dapat

dibedakan dari sel sekelilingnya karena berbeda ukuran, bentuk dan tebal

dindingnya. Sklereid dapat dibedakan menjadi 4 macam, (1) Brakisklereid atau sel

batu yang bentuknya hampir isodiametrik, misalnya floem kulit kayu pohon; (1)

Makrosklereid yang berbentuk batang sering ditemukan dalam kulit biji, misalnya

pada Leguminosae; (3) Osteosklereid yang berbentuk tulang dengan ujung-ujung

yang membesar kadang-kadang sedikit bercabang; (4) Asterosklereid yang

bercabang-cabang dan berbentuk batang sering terdapat pada daun (Estiti B. Hidayat,

1995).

Serat terdapat di berbagai tempat dalam tubuh tumbuhan. Serat dapat

ditemukan sendiri-sendiri sebagai idioblas, misalny dalam anak daun Cycas (pakis

Page 6: Laporan Praktikum IV Stereom

haji). Namun serat lebih sering ditemukan sebagai berkas, jalinan atau silinder

berongga. Serat paling sering ditemukan di antara jaringan pembuluh, namun di

sejumlah besar tumbuhan juga terdapat dalam jaringan dasar. Menurut tempatnya

dalam tubuh, dibedakan serat xilem dan serat ekstra xilem (luar-xilem) (Estiti B.

Hidayat, 1995).

Serat xilem merupakan bagian jaringan pembuluh dan berkembang dari

prokambium, yakni jaringan yang menghasilkan jaringan pembuluh. Dua macam

serat xilem yang dibedakan berdasarkan tebal dinding serta jumlah noktah adalah

serat libriform dan serang trakeid. Serat libriform mempunyai serat floem dan

biasanya lebih panjang dari pada trakeid tumbuhan. Dindingnya amat tebal dan

jumlah noktahnya sedikit. Serat trakeid adalah serat yang merupakan bentuk

peralihan antara trakeid dan serat libriform. Noktah serat trakeid tergolong serat

terlindung, namun ruang noktah lebih kecil dibandingkan dengan yang ada pada

trakeid. Beberapa macam bentuk noktah terdapat pada serat trakeid. Perkembangan

sklereid bercabang serta sel serat yang panajng menimbulkan penyesuaian di antara

sel serta mengindikasikan kebebasan dari pengaruhsel di sekelilingnya. Mula-mula

bakal sel sklereid bercabang tidak berbeda dari sel parenkim di sekitarnya. Namun

selanjutnya cabang sel sklereid tumbuh memasuki ruang antar sel dihadapannya

bahkan menyelinap di antara sel lain. Dalam perkembangannya, serat juga

mengalami pertumbuhan secara terkoordinasi dahulu selambersama dengan sel

sekelilingnya. Kemudian, kedua ujung bakal serat akan memanjang dengan

pertumbuhan intrusiti. Pada rami, pertumbuhan intrusiti di ujung atas sel berlangsung

lebih lama dibandingkan dengan pertumbuhan di ujung bawah. Denga pertumbuhan

yang berlangsung lama itu serat dapat tumbuh menjadi amat panjang. Serat floem di

kulit kayu pada dikotil merupakan serat yang diperdagangkan. Serat tersebut

digolongkan ke dalam serat lunak karena meskipun berlignin atau tidak berlignin,

senantiasa lunak dan lemas atau lentur. Beberapa contoh serat kulit kayu yang

terkenal serta banyak kegunaannya adalah jute (Corchorus capsularis) yang dipakai

sebagai tali temali dan tekstil kasar, linen (Linum usitatissiumum) menghasilkan kain

linen dan benang, dan rami(Boehmeria nivea) yang menghasilkan tali dan tekstil.

Serat pada daun monokotil tergolong serat kasar, dindingnya berlignin dan bersifat

keras dan kaku. Contoh sumber serat serta kegunaannya adalah serat ananas

(Annanas comosus) yang dipakai untuk menghasilkan tekstil, dan sisal(Agave

sisalana) yang menghasilkan tali. Selain itu, serat daun yang dipakai sebagai bahan

Page 7: Laporan Praktikum IV Stereom

baku kertas adalah daun jagung (Zea mays) dan tebu (Saccharu officinarum) (Estiti B

Hidayat. 1994).

METODE PENELITIAN

ALAT KERJA DAN BAHAN

ALAT BAHAN

Mikroskop Petiolus carica papaya

Objek glass Batang Ageratum conizoides

Cover glass Batang / petriolus sambucus

Silet tajam Endocarp cocos nucifera

Tissue Batang / petioles camellia sp

Reagen

PROSEDUR KERJA

1. Kolenkim dan sel-sel pembangunnya pada petiolus carica papaya, batang

ageratum conizoides, dan batang atau petiolus sambacus.

Buat Sayatan Melintang Pada Bahan Menggunakan Pisau/Silet

Letakan Hasil Sayatan Pada Object Glass

masing-masing 1 jenis tumbuhan

Tetesi Dengan Aquadest Secukupnya

Tutup Dengan Cover Glass

Amati Dengan Mikroskop Cahaya

Page 8: Laporan Praktikum IV Stereom

Hasil Pengamatan

Gambar dan beri keterangan

Lakukan determinasi terhadap jenis kolenkim yang diamati

2. Sklereid dan sel-sel pembangunnya pada endocarp cocos nucifera, batang

petiolus cammelia sp, dan batang ageratum conyzoides.

Buat Sayatan Melintang Pada Bahan Menggunakan Pisau/Silet

Letakan Hasil Sayatan Pada Object Glass

masing-masing 1 jenis tumbuhan

Tetesi Dengan Aquadest Secukupnya

Tutup Dengan Cover Glass

Amati Dengan Mikroskop Cahaya

Page 9: Laporan Praktikum IV Stereom

Hasil Pengamatan

Gambar dan beri keterangan

HASIL PENGAMATAN

1. Ageratum conyzoides

Klasifikasi

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji) 

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Asteridae

Ordo : Asterales

Famili : Asteraceae

Genus : Ageratum

Spesies : Ageratum conyzoides L.

Habitus : Herba, 1 tahun, tinggi 10-120 cm.

Batang : Tegak atau terbaring.

Daun : Tegak atau terbaring. Tunggal, bulat telur, ujung

runcing, pangkal tumpul,tepi beringgit, panjang 3-4

cm, lebar 1-2,5 cm,

Pertulangan : menyirip, tangkai pendek, berwarna hijau.

Bunga : Majemuk, di ketiak daun, bongkol menyatu

menjadi karangan, bentuk malai rata, panjang 6-8 mm,

tangkai berambut,kelopak berbulu, hijau, mahkota bentuk

lonceng, putih atau ungu.

Buah : Padi, bulat panjang, bersegi lima, gundul atau

berambut jarang, hitam.

Biji : Kecil, hitam.

Page 10: Laporan Praktikum IV Stereom

Akar : Tunggang, putih kotor.

Kandungan kimia Daun dan bunga Ageratum conyzoides

mengandung saponin, flavonoida dan polifenol, di samping itu

daunnya juga mengandung minyak atsiri.

2. Cocos nucifera

Klasifikasi

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)     

Sub kingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)  

Divisi : Magnoliophyta(Tumbuhan berbunga)

Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)            

Sub Kelas : Arecidae                         

Ordo : Arecales                           

Famili : Arecaceae (suku pinang-

pinangan)                                 

Genus : Cocos

Spesies : Cocos nucifera

 Pohon dengan batang tunggal atau kadang-kadang bercabang. Akar serabut,

tebal dan berkayu, berkerumun membentuk bonggol, adaptif pada lahar berpasir

pantai. Batang beruas-ruas namun bila sudah tua tidak terlalu tampak, khas tipe

monokotil dengan pembuluh menyebar (tidak konsentrik), berkayu. Kayunya kurang

baik digunakan untuk bangunan. Daun tersusun secara majemuk, menyirip sejajar

tunggal, pelepah pada ibu tangkai daun pendek, duduk pada batang, warna daun,

hijau kekuningan. Bunga tersusun majemuk pada rangkaian yang dilindungi oleh

bractea; terdapat bunga jantan dan betina, berumah satu, bunga betina terletak di

pangkal karangan, sedangkan bunga jantan di bagian yang jauh dari pangkal. Buah

besar, diameter 10 cm sampai 20 cm atau bahkan lebih, berwarna kuning, hijau, atau

coklat; buah tersusun dari mesokarp berupa serat yang berlignin, disebut sabut,

melindungi bagian endokarp yang keras (disebut batok) dan kedap air; endokarp

melindungi biji yang hanya dilindungi oleh membran yang melekat pada sisi dalam

endokarp. Endospermium berupa cairan yang mengandung banyak enzim, dan fase

padatannya mengendap pada dinding endokarp ketika buah menua; embrio kecil dan

Page 11: Laporan Praktikum IV Stereom

baru membesar ketika buah siap untuk berkecambah (disebut kentos). Kelapa secara

alami tumbuh di pantai dan pohonnya mencapai ketinggian 30 m. Ia berasal dari

pesisir Samudera Hindia, namun kini telah tersebar di seluruh daerah tropika.

Tumbuhan ini dapat tumbuh hingga ketinggian 1000 m dari permukaan laut, namun

akan mengalami pelambatan pertumbuhan.

3. Carica papaya

Klasifikasi Ilmiah

Kerajaan Plantae

(tidak

termasuk)Eudicots

(tidak

termasuk)Rosids

Ordo Brassicales

Famili Caricaceae

Genus Carica

Spesies C. papaya

Nama binomial Carica papaya

Pohon pepaya umumnya tidak bercabang atau bercabang sedikit, sehingga

tumbuh setinggi 5-10 m dengan daun-daunan yang membentuk serupa spiral pada

batang pohon bagian atas. Daunnya menyirip lima, dengan tangkai yang panjang dan

berlubang di bagian tengah. Bentuknya dapat bercangap ataupun tidak. Pepaya

kultivar biasanya bercangap dalam.

Pepaya adalah monodioecious' (berumah tunggal sekaligus berumah dua)

dengan tiga kelamin: tumbuhan jantan, betina, dan banci (hermafrodit). Tumbuhan

jantan dikenal sebagai "pepaya gantung", yang walaupun jantan kadang-kadang

dapat menghasilkan buah pula secara "partenogenesis". Buah ini mandul (tidak

menghasilkan biji subur), dan dijadikan bahan obat tradisional. Bunga pepaya

memiliki mahkota bunga berwarna kuning pucat dengan tangkai atau duduk pada

batang. Bunga jantan pada tumbuhan jantan tumbuh pada tangkai panjang. Bunga

biasanya ditemukan pada daerah sekitar pucuk.

Page 12: Laporan Praktikum IV Stereom

Bentuk buah bulat hingga memanjang, dengan ujung biasanya meruncing.

Warna buah ketika muda, hijau gelap, dan setelah masak hijau muda hingga kuning.

Bentuk buah membulat bila berasal dari tanaman betina dan memanjang (oval) bila

dihasilkan tanaman banci. Tanaman banci lebih disukai dalam budidaya karena dapat

menghasilkan buah lebih banyak dan buahnya lebih besar. Daging buah berasal dari

karpela yang menebal, berwarna kuning hingga merah, tergantung varietasnya.

Bagian tengah buah berongga. Biji-biji berwarna hitam atau kehitaman dan

terbungkus semacam lapisan berlendir (pulp) untuk mencegahnya dari kekeringan.

Dalam budidaya, biji-biji untuk ditanam kembali diambil dari bagian tengah buah.

Kelamin jantan pepaya ditentukan oleh suatu kromosom Y-primitif, yang

10% dari keseluruhan panjangnya tidak mengalami rekombinasi. Suatu penanda

genetik RAPD juga telah ditemukan untuk membedakan pepaya berkelamin betina

dari pepaya jantan atau banci.

4. Akar Anggrek

Klasifikasi Ilmiah

Kerajaan Plantae

Divisi Magnoliophyta

Kelas Liliopsida

Ordo Asparagales

Famili Orchidaceae

Anggrek berdasarkan tempat hidupnya bisa digolongkan

kedalam tiga jenis, yang pertama adalah anggrek epifit atau

anggrek yang pada habitat aslinya hidup menempel di tanaman

lain. anggrek bukanlah tanaman parasit yang menghisap sari

makanan inangnya, tetapi hanya ikut menempel saja dan

mendapatkan keuntungan dengan hidup di tempat yang tinggi

untuk memperoleh cahaya, udara dan nutrisi yang lebih baik

dibandingkan hidup di tanah. akar anggrek epifit pada umumnya

bersimbiosis dengan jenis mikoriza tertentu. Mikoriza ini biasanya

adalah sejenis jamur yang mengambil nutrisi dari humus yang akan

dipergunakan oleh anggrek, sedangkan jamur tersebut

Page 13: Laporan Praktikum IV Stereom

mendapatkan keuntungan hasil assimilasi berupa gula. Yang kedua

adalah anggrek tanah atau terestrik, jenis anggrek ini seperti

halnya tanaman lain mampu hidup ditanah tetapi akan lebih baik

apabila medianya adalah tanah yang berporous atau berongga

dibandingkan tanah pada umumnya, seperti diketahui bahwa

anggrek kurang menyukai air yang menggenang karena akan

sangat rentan terhadap kebusukan akar dan mudahnya tumbuh

jamur. Yang ketiga adalah anggrek saprofit yaitu anggrek yang

hidupnya mampu menyesuaikan diri dengan humus atau bahan

organik lainnya. Anggrek jenis ini seperti halnya anggrek epifit

bersimbiosis dengan mikoriza, tetapi akarnya tidak sekuat anggrek

epifit dan hanya menempel pada humus saja. Anggrek ini tidak

memiliki daun sama sekali dan bunganya semuanya berwarna

putih, karena tidak melakukan fotosintesa sedangkan nutrisi

didapatkannya karena kemampuan anggrek tersebut untuk

mengambil CO2 dari udara secara langsung sedangkan serapan

nutrisi dari akar sangat minim.

Akar anggrek umumnya lebih besar dibandingkan akar

tanaman yang seukuran dengannya. Akar ini lunak, bersifat spongy

karena memiliki lapisan velamen, dindingnya licin tetapi pada

ujung akar biasanya sedikit lengket. Ujung akar juga bisanya

berkedudukan lebih padat dan berwarna hijau cerah atau hijau

gelap bergantung kepada bunganya. Biasanya bunga yang gelap

akarnya juga sedikit gelap dan yang terang akarnya juga sedikit

terang. Ujung akar akan mencari tempat yang lebih lembab atau

berair, ketika menyentuh media akan cepat menempel. Akar yang

mati atau sudah tua berwarna coklat dan ketika dipegang mudah

terbawa, kecuali bagian dalam akar sedikit liat. Anggrek juga

memiliki akar aerial atau akar yang keluar dari batang dan tidak

berada di media, umumnya besar dan biasanya bercabang.

Page 14: Laporan Praktikum IV Stereom

Anggrek 10 x 10

PEMBAHASAN

1. SEL SILIKA DAN SEL GABUS

Pada Gramineae, terdapat di antara sel-sel epidermis. Yang memanjang yang

disebut sel panjang terdapat juga yang dinamakan sel pendek. Sel pendek ini terdiri

atas 2 tipe sel, yaitu : sel silika dan sel gabus. Kedua macam sel ini sering dibentuk

dalam pasangan di sepanjang daun.

Sel silika : mengandung badan-badan silika (SiO2) yang berbentuk bulatan, elips,

halter/pelana. Dijumpai juga pada tanaman Cyperaceae, Equisetinae dan Ficus dan

beberapa monokotil lainnya. Kandungan silikon dalam sel muda rendah,

akumulasinya tinggi pada sel yang mengalami proses menua. Sel gabus : dinding

selnya disisipi suberin (gabus). Fungsi sel gabus dan sel silika : memperkuat batang,

kulit batang menjadi keras.

Sel gabus (Manihot utilissima) yang dipotong melintang tampak berbentuk

heksagonal, sel yang satu dengan sel yang lainnya tersusun rapi dan rapat, di dalam

dinding sel terlihat kosong. Hal ini menyatakan bahwa sel gabus adalah sel mati.

Untuk mengamati sel gabus ini praktikan harus mengiris gabus secara melintang dan

tipis sehingga preparat dapat ditembus cahaya dan terlihat jelas melalui mikroskop

elektron dengan perbesaran 40 x. Warna dari sel gabus sendiri agak coklat muda.

Page 15: Laporan Praktikum IV Stereom

Sel Gabus Sel Silika

2. Perbedaan Stomata pada tumbuhan Monokotil & Dikotil

Daun tumbuhan tersusun atas epidermis yang berkutikula dan terdapat stomata

atau trikoma. Sistem jaringan dasar pada daun monokotil dan dikotil dapat

dibedakan. Pada tumbuhan dikotil sistem jaringan dasar (mesofil) dapat dibedakan

atas jaringan pagar dan bunga karang, tidak demikian halnya pada monokotil

khususnya famili Graminae. Sistem berkas pembuluh terdiri atas xilem dan floem

yang terdapat pada tulang daun.

Daun, berfungsi sebagai tempat fotosintesis; tempat evaporasi (penguapan air);

gutasi (penetesan air); tempat pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida (pada

stomata). Daun tersusun atas epidermis atas – mesofil (terdiri atas jaringan

palisade/jaringan tiang dan jaringan bunga karang/jaringan spons) – jaringan

pengangkut – epidermis bawah. Pertulangan daun dikotil menjari atau menyirip,

sedangkan pada daun monokotil melengkung atau sejajar.

korteks pada tumbuhan dikotil terdapat diantara berkas pembuluh dan epidermis,

sedangkan pada monokotil batas tersebut tidak jelas. Pada tumbuhan dikotil terdapat

juga jaringan dasar lain selain korteks yaitu empulur yang mengisi bagian tengah

batang. Penumpukan pati pada umumnya terdapat pada empulur ini. Pada epidermis

atas dan bawah daun dijumpai pori-pori kecil yang disebut dengan stomata (tunggal :

stoma). Pada tumbuhan darat jumlah stomata pada epidermis bawah daun lebih

banyak dari epidermis atas daun, yang merupakan adaptasi tumbuhan untuk

meminimalisasi hilangnya air dari daun. Celah stomata terbentuk apabila sepasang

sel penjaga stoma mengkerut. Sel penjaga ini mengatur ukuran stomata, berperan

penting dalam pertukaran gas (CO2 dan O2) yang terdapat di dalam daun

dengan lingkungan luar, selain itu juga berperan dalam pengaturan hilangnya air dari

tumbuhan. jaringan dasar pada daun disebut dengan mesofil. Pada daun tumbuhan

dikotil, mesofilnya terdiferensiasi menjadi jaringan pagar dan bunga karang. Yang

umumnya terdiri dari Proses fotosintesis terjadi dalam mesofil. Jaringan pagar dapat

mengandung lebih dari 80 % kloroplas daun, sedangkan jaringan bunga karang

Page 16: Laporan Praktikum IV Stereom

karena sel-selnya tersusun longgar dengan ruang interselular yang banyak, jaringan

ini merupakan tempat pertukaran gas.

3. Bagian-Bagian dari Sklereid

Sklereid disebut juga sel batu yang terdiri atas sel - sel pendek, sedangkan

serabut sel – selnya. panjangsklereid berasal dari sel-sel parenkim, sedangkan serabut

berasal dari sel - sel meristem. Sklereid terdapat di berbagai bagian tubuh. Sel –

selnya membentuk jaringan yang keras, misalnya pada tempurung kelapa, kulit biji

dan mesofil daun. Serabut berbentuk pita dengan anyaman menurut pola yang khas.

Serabut sklerenkim banyak menyusun jaringan pengangkut.

Bentuk sel sklereid isodiameter (agak membulat), mempunyai dinding

sekunder yang tebal dan sangat keras. Kulit kacang menjadi keras karena adanya

sklereid, selain itu sklereid juga dijumpai tersebar dalam jaringan parenkim daging

buah misalnya pada buah pir. Berbeda dengan sklereid sel serat berbentuk panjang

dan ramping dengan ujung meruncing, biasanya terdapat dalam berkas

(kumpulan). Beberapa spesies tumbuhan mempunyai serat bernilai ekonomi tinggi,

misalnya serat manila yang digunakan sebagai bahan dasar tali.

Berdasarkan bentuknya sklereid dibagi menjadi brakisklereid, trikosklereid,

akrosklereid, osteosklereid dan asterosklereid. Brakisklereid adalah sklereid

yang berbentuk seperti insang ikan yang dapat dijumpai pada floem kulit kayu serta

daging buah tertentu, seperti buah pir. Trikosklereid adalah sklereid berbentuk

memanjang seperti benang dengan satu percabangan yang teratur, contohnya pada

daun atau batang teratai (tumb. Hidrofil). Akrosklereid adalah sklereid berbentuk

tongkat atau tubular dapat dijumpai pada kulit biji kacang-kacangan. Osteosklereid

adalah sklereid berbentuk tulang dengan ujung membesar dan kadang-kadang

bercabang, seperti pada kulit biji tumbuhan Dycotiledoniaea. Asterosklereid adalah

sklereid berbentuk cabang-cabang seperti bintang yang terdapat pada daun.

Page 17: Laporan Praktikum IV Stereom

Serat dan Sklereid Sklereid Berbentuk Bulat

KESIMPULAN

Stereom adalah jaringan penguat pada tumbuhan, terdiri dari kolenkim dan

sklerenkim. Kolenkim merupakan sel hidup dan mempunyai sifat yang sama dengan

parenkim, kolenkim bertugas menyokong tumbuhan. Bagian tumbuhan yang tumbuh

dengan lambatmengalami pertumbuhan sedikit saja sehingga dukungan oleh turgor

dalam sel parenkim sudah cukup. Kolenkim terdiri atassel-sel yang berupa dengan

parenkimtapi dengan penebalan pada dinding sel primer. Umumnya terletak pada

bagian peripheral batang dan beberapa bagian daun. Dinding sel yang plastis dan

fleksibel pada kolenkim memberi dukungan yang cukup untuk sel-sel tetangganya.

Menurut penebalan dindingnya, dibedakan tiga jenis utama :

1. Kolenkim sudut

Dengan penebalan memanjang pada sudut sel. Pada penampang melintang.

Penebalan sudut terlihat di tempat pertemuan tiga sel atau lebih. Contoh : pada

batang solanum Tuberosum dan pada salvia

2. Kolenkim papan

Dengan penebalan terutama pada dinding tangensial. Contoh : pada korteks

batang sambucus nigra

3. Kolenkim lacuna

Yang mirip kolenkim sudut, namun banyak mengandung ruang antar sel.

Penebalan dinding terjadi di sekitar ruang antar sel itu. Contoh : pada batang

ambrosia.

Page 18: Laporan Praktikum IV Stereom

Sklerenkim merupakan jaringan penyokong tumbuhan, yang sel-selnya

mengalami penebalan sekunder dengan lignin dan menunjukan sifat elastic.

Sklerenkim tersusun atas dua kelompok sel, yaitu sklereid dan serabut. Sklereid

disebut juga sel batu yang terdiri atas sel-sel pendek, sedangkan serabut sel-

selnya panjang.

Macam-macam sel sklerenkim

1. Sklereid

Sklereid terdapat di berbagai tempat dalam tubuh tumbuhan. Sering

sklereid berhimpun menjadi kelompok sel keras di antara sel parenkim

sekelilingnya. Tempurung kelapa misalnya, hamper seluruhnya terdiri dari

sklereid. Sering pula sklereid terdapat sebagai idioblas, yakni sel yang

segera dapat dibedakan dari sel sekelilingnya karena berbeda ukuran,

bentuk dan tebal dindingnya.

Sklereid dapat dibagi menjadi 4 macam, yaitu :

a. Brakisklereid

b. Makrosklereid

c. Osteosklereid

d. Asterosklereid

2. Serat

Serat terdapat di berbagai tempat di dalam tubuh tumbuhan. Serat

dapat ditemukan sendiri-sendiri sebagai idiolas. Misalnya dalam anak daun

Cycas (pakis haji). Namun, sering lebih ditemukan sebagai berkas, jalinan,

atau berupa silinder berongga. Serat paling sering ditemukan di antara

jaringan pembuluh. Namun di sejumlah besar tumbuhan juga terdapat

dalam jaringan dasar. Menurut tempatnya dalam tubuh, dibedakan serat

xylem dan serat ekstra xylem (luar xylem).

Serat xylem merupakan bagian jaringan pembuluh dan berkembang dari

prokambium, yakni jaringan yang menghasilkan jaringan pembuluh. Dua

macam serat xylem yang dibedakan berdasarkan tebal dinding serta jumlah

noktah adalah serat libriform dan serat trakeid.

Pertanyaan

1. Dimana jaringan kolenkim dari setiap organ tumbuhan tersebut diatas

berada? Apakah sel-selnya masih hidup? Bagaimana ciri-cirinya?

Page 19: Laporan Praktikum IV Stereom

2. Bagaiman bentuk dan ukuran sel kolenkim pada setiap bagian tumbuhan

diatas dibandingkan sel epidermis dan sel praenkim disekitarnya?

3. Kolenkim apakah (angular, lamelar, lakunar) yang dimilki oleh masing-

masing tumbuhan tersebut diatas? Bagaimana ciri sel kolenkim tersebut

(bagaimana penebalan dinding selnya dan apakh ada ruang antar selnya)?

4. Dari setiap objek yang diamati pada kegiatan 2, apakah anda menemukan

serabut dan sklereidnya? Bagaimana ciri yang dapat anda temukan (bnetuk

sel, lumen, penebalan dinding, dan saluran noktahnya)?

5. Pada jaringan apa anda menemukan serabut dan sklereid? Apakah serabut

dan sklereid yang anda temukan berupa sel tunggal atau berad adalam

kelompok-kelompok (bergerombol)?

6. Apakah serabut dan sklereid yang anda temukan beruap sel hidup atau sel

mati? Jelaskan ciri-ciri yang dapat anda temukan untuk menyatakan bahwa

sel tersebut hidup atau mati!

7. Apakah serabut yang anda temukan berupa serabut xilar atau extra xilar?

Coba jelaskan perbedaannya!

8. Pada tumbuhan apa saja sklereid dapat anda temukan? Bagaimana betuknya

dan apakah nama sklereid itu?

Jawaban

1. Di tangkai / di batang. Ya, jaringan kolenkim mengalami penebalan

2. Untuk ukuran kolenkim mengalami pembelahan, sehingga terjadi

pembelahan. Sehingga membuat bentuk kolenkim berubah-ubah sedangkan

epidermis dalam parenkim tidak.

3. Tangkai daun pepaya ; kolenkim sudut (angular) terdapat ruang antar sel dan

terjadi penebalan sudut (agular).

4. Dari pegamatan yang telah dilakukan dari tempurung kelapa ditemukan sel

batu (sklereid) dimana terdapat sel-sel yang mengalami penebalan sekunder.

5. Sklereid ditemukan pada jaringan dasar, sklereid yang ditemukan berupa sel

tunggal

6. Organ dewasa pad umumnya sel mati, namun adapun sel hidup apabila organ

yang ditempatnya masih hidup.

7. Xilar terbenuk dari xilem, dan axtra xilar terbentuk dari jaringan dasar dan

floem.

Page 20: Laporan Praktikum IV Stereom

8. Pada tempurung kelapa bentuknya makrosklereid. Sklereid dapat ditemukan

pada cocosnucifera (kelapa) dimana berupa sel tunggal / membulat.

Daftar Pustaka

Estiti B. Hidayat. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung : Penerbit ITB.

http://preparatpecah.tripod.com/index_files/page596.htm

Susetjo Setjo. 2004.

Sutrian, yayan. 2004. Pengantar anatomi tumbuh-tumbuhan tentang sel dan

jaringan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

TABEL PEMBAGIAN TUGAS

No Nama Pembagian

1 Nacevi Maulana Dasar Teori, Metode

Praktikum

2 Lukita Octavia Pembahasan, Hasil

Pengamatan

3 Hanifah Nugraha Kesimpulan,

Pertanyaan dan

Jawaban

4 Ira Qurratulaini H Pembahasan, Hasil

Pengamatan

5 Istiqomah Hasil Pengamatan,

Pembahasan

6 Nurkomalasari

Page 21: Laporan Praktikum IV Stereom