33
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH TENTANG THEODOLITE Oleh : Galih Setiawan NIM A0B009008 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL FAKULTAS PERTANIAN

LAPORAN PRAKTIKUM

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LAPORAN PRAKTIKUM

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU UKUR TANAH

TENTANG THEODOLITE

Oleh :

Galih Setiawan

NIM A0B009008

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PURWOKERTO

2009

Page 2: LAPORAN PRAKTIKUM

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Ilmu ukur tanah merupakan ilmu terapan yang mempelajari dan menganalisis bentuk

topografi permukaan bumi beserta obyek-obyek di atasnya untuk keperluan pekerjaan-pekerjaan

konstruksi. Ilmu Ukur Tanah menjadi dasar bagi beberapa mata kuliah lainnya seperti rekayasa

jalan raya, irigasi, drainase dan sebagainya. Dalam kegiatan hibah pengajaran ini. Misalnya

semua pekerjaan teknik sipil tidak lepas dari kegiatan pengukuran pekerjaan konstruksi seperti

pembuatan jalan raya, saluran drainase, jembatan, pelabuhan, jalur rel kereta api dan sebagainya

memerlukan data hasil pengukuran agar konstruksi yang dibagun dapat dipertanggungjawabkan

dan terhindar dari kesalahan konstruksi.

Untuk memperoleh hasil pengukuran yang baik dan berkualitas baik ditinjau dari segi

biayanya yang murah dan tepat waktu juga dari segi kesesuaian dengan spesifikasi teknis yang

dibutuhkan diperlukan metode pengukuran yang tepat serta peralatan ukur yang tepat pula.

Pengukuran-pengukuran menggunakan waterpas, theodolit. Total station dan sebagainya dapat

mengasilkan data dan ukuran yang dapat dipertanggungjawabkan.

B. TUJUAN

1)      Untuk dapat mengetahui bagaimana cara mengoprasikan Theodolit.

2)      Untuk dapat mengetahui peralatan dan prosedur dalam pengukuran menggunakan Theodolit.

3)      Untuk dapat mengetahui cara menghitung jarak, dan sudut.

C. MANFAAT

1)      Dapat menginformasikan cara mengoprasikan Theodolit.

Page 3: LAPORAN PRAKTIKUM

2)      Dapat menginformasikan peralatan dan prosedur dalam pengukuran menggunakan Theodolit

3)      Dapat menginformasikan cara menghitung jarak, dan sudut.

II. LANDASAN TEORI

Theodolit adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk menentukan tinggi

tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak. Berbeda dengan waterpass yang hanya memiliki

Page 4: LAPORAN PRAKTIKUM

sudut mendatar saja. Di dalam theodolit sudut yang dapat di baca bisa sampai pada satuan sekon

(detik). Theodolite merupakan alat yang paling canggih di antara peralatan yang digunakan

dalam survei. Pada dasarnya alat ini berupa sebuah teleskop yang ditempatkan pada suatu dasar

berbentuk membulat (piringan) yang dapat diputar-putar mengelilingi sumbu vertikal, sehingga

memungkinkan sudut horisontal untuk dibaca. Teleskop tersebut juga dipasang pada piringan

kedua dan dapat diputarputar mengelilingi sumbu horisontal, sehingga memungkinkan sudut

vertikal untuk dibaca. Kedua sudut tersebut dapat dibaca dengan tingkat ketelitian sangat tinggi

(Farrington 1997).

Survei dengan menggunakan theodolite dilakukan bila situs yang akan dipetakan luas dan

atau cukup sulit untuk diukur, dan terutama bila situs tersebut memiliki relief atau perbedaan

ketinggian yang besar. Dengan menggunakan alat ini, keseluruhan kenampakan atau gejala akan

dapat dipetakan dengan cepat dan efisien (Farrington 1997) Instrumen pertama lebih seperti alat

survey theodolit benar adalah kemungkinan yang dibangun oleh Joshua Habermel (de: Erasmus

Habermehl) di Jerman pada 1576, lengkap dengan kompas dan tripod. Awal altazimuth

instrumen yang terdiri dari dasar lulus dengan penuh lingkaran di sayap vertikal dan sudut

pengukuran perangkat yang paling sering setengah lingkaran. Alidade pada sebuah dasar yang

digunakan untuk melihat obyek untuk pengukuran sudut horisontal, dan yang kedua alidade telah

terpasang pada vertikal setengah lingkaran. Nanti satu instrumen telah alidade pada vertikal

setengah lingkaran dan setengah lingkaran keseluruhan telah terpasang sehingga dapat digunakan

untuk menunjukkan sudut horisontal secara langsung. Pada akhirnya, sederhana, buka-mata

alidade diganti dengan pengamatan teleskop. Ini pertama kali dilakukan oleh Jonathan Sisson

pada 1725. Alat survey theodolite yang menjadi modern, akurat dalam instrumen 1787 dengan

diperkenalkannya Jesse Ramsden alat survey theodolite besar yang terkenal, yang dia buat

Page 5: LAPORAN PRAKTIKUM

menggunakan mesin pemisah sangat akurat dari desain sendiri. Di dalam pekerjaan – pekerjaan

yang berhubungan dengan ukur tanah, theodolit sering digunakan dalam bentuk pengukuran

polygon, pemetaan situasi, maupun pengamatan matahari.

Theodolit juga bisa berubah fungsinya menjadi seperti Pesawat Penyipat Datar bila sudut

verticalnya dibuat 90º. Dengan adanya teropong pada theodolit, maka theodolit dapat dibidikkan

kesegala arah. Di dalam pekerjaan bangunan gedung, theodolit sering digunakan untuk

menentukan sudut siku-siku

pada perencanaan / pekerjaan pondasi, theodolit juga dapat digunakan untuk menguker

ketinggian suatu bangunan bertingkat.

Gambar 1. Theodolit Konvensional ( T0 )

Keterangan gambar theodolit 0 (T0) :

1.      Plat dinding pelindung lingkaran vertikal di dalamnya

2.      Ring pengatur lensa tengah

3.      Pengatur fokus benang silang

4.      Alat baca lingkaran vertikal/horisontal

Page 6: LAPORAN PRAKTIKUM

5.      Lensa obyektif

6.      Klem vertikal teropong

7.      Penggerak halus teropong

8.      Klem alhidade horisontal

9.      Penggerak halus horisontal

10.  Nivo kotak alhidade horisontal

11.  Plat dasar instrumen

12.  Nivo tabung alhidade horizontal

A. Syarat-syarat theodolit

Syarat – syarat utama yang harus dipenuhi alat theodolite (pada galon air) sehingga siap

dipergunakan untuk pengukuran yang benar adalah sbb :

                     1.         Sumbu kesatu benar – benar tegak / vertical.

                     2.         Sumbu kedua haarus benar – benar mendatar.

                     3.         Garis bidik harus tegak lurus sumbu kedua / mendatar.

                     4.         Tidak adanya salah indeks pada lingkaran kesatu.

B. Tata Cara Pengukuran Detil Tachymetri Menggunakan

Theodolit Berkompas

Pengukuran detil cara tachymetri dimulai dengan penyiapan alat ukur (Theodolite) titik

ikat dan penempatan rambu di titik bidik. Setelah alat siap untuk pengukuran, dimulai dengan

Page 7: LAPORAN PRAKTIKUM

perekaman data di tempat alat berdiri, pembidikan ke rambu ukur, pengamatan azimuth dan

pencatatan data di rambu BT, BA, BB serta sudut miring m. Tempatkan alat ukur theodolite di

atas titik kerangka dasar atau titik kerangka penolong dan atur sehingga alat siap untuk

pengukuran, ukur dan catat tinggi alat di atas titik ini. Dirikan rambu di atas titik bidik dan

tegakkan rambu dengan bantuan nivo kotak. Arahkan teropong ke rambu ukur sehingga

bayangan tegak garis diafragma berimpit dengan garis tengah rambu. Kemudian kencangkan

kunci gerakan mendatar teropong. Kendorkan kunci jarum magnet sehingga jarum bergerak

bebas. Setelah jarum setimbang tidak bergerak, baca dan catat azimuth magnetis dari tempat alat

ke titik bidik. Kencangkan kunci gerakan tegak teropong, kemudian baca bacaan benag tengah,

atas dan bawah serta catat dalam buku ukur. Bila memungkinkan, atur bacaan benang tengah

pada rambu di titik bidik setinggi alat, sehingga beda tinggi yang diperoleh sudah merupakan

beda tinggi antara titik kerangka tempat berdiri alat dan titik detil yang dibidik.

Kesalahan pengukuran cara tachymetri dengan theodolite berkompas

Kesalahan alat, misalnya:

                     1.         Jarum kompas tidak benar-benar lurus.

                     2.         Jarum kompas tidak dapat bergerak bebas pada prosnya.

                     3.         Garis bidik tidak tegak lurus sumbu mendatar (salah kolimasi).

                     4.         Garis skala 0° – 180° atau 180° – 0° tidak sejajar garis bidik.

                     5.         Letak teropong eksentris.

                     6.         Poros penyangga magnet tidak sepusat dengan skala lingkaran mendatar.

Kesalahan pengukur, misalnya:

a. Pengaturan alat tidak sempurna ( temporary adjustment ).

b. Salah taksir dalam pemacaan

Page 8: LAPORAN PRAKTIKUM

c. Salah catat, dll. nya.

Kesalahan akibat faktor alam, misalnya:

a. Deklinasi magnet.

b. atraksi lokal.

C. MACAM / JENIS THEODOLIT

Macam Theodolit berdasarkan konstruksinya, dikenal dua macam yaitu:

1. Theodolit Reiterasi ( Theodolit sumbu tunggal )

Dalam theodolit ini, lingkaran skala mendatar menjadi satu dengan kiap, sehingga bacaan

skala mendatarnya tidak bisa di atur. Theodolit yang di maksud adalah theodolit type T0 (wild)

dan type DKM-2A (Kem)

2. Theodolite Repitisi

Konsruksinya kebalikan dari theodolit reiterasi, yaitu bahwa lingkaran mendatarnya dapat

diatur dan dapt mengelilingi sumbu tegak.

Akibatnya dari konstuksi ini, maka bacaan lingkaran skala mendatar 0º, dapat ditentukan

kearah bdikan / target myang dikehendaki. Theodolit yang termasuk ke dakm jenis ini adalah

theodolit type TM 6 dan TL 60-DP (Sokkisha ), TL 6-DE (Topcon), Th-51 (Zeiss)

Rambu

Page 9: LAPORAN PRAKTIKUM

Gambar 2. Rambu

Bentuk rambu mirip dengan mistar kayu yang besar, dilengkapi dengan skala pembacaan

tiap satu sentimeter dan skala besarnya merupakan huruf E. Panjang rambu adalah tiga meter.

Bahan rambu ada yang dari kayu maupun alumunium. Rambu berguna untuk membantu

theodolit dalam menentukan jarak secara optis. Hal yang perlu diperhatikan adalah dalam

memegang rambu harus tegak lurus terhadap titik yang ditinjau.

Patok Kayu

Gambar 3. Patok Kayu

Page 10: LAPORAN PRAKTIKUM

Patok kayu dibuat dari reng ¾ atau bujur sangkar dan panjangnya 90 centimeter yang

salah satu ujungnya diruncingkan dan di ujung lainnya di beri paku payung agar pembacaan

nonius lebih akurat.

Pengukuran Poligon

Cara membuat suatu polygon adalah cara pertama untuk menentukan tempat lebih dari

satu titik. Penentuan titik dapat dilakukan dengan beberapa cara:

a.       Penentuan ralatif dengan menempatkan beberapa titik yang terletak di atas satu garis lurus, maka

empat titik-titik itu dapat dinyatakan dengan dengan jejak dari suatu titik yang terletak di atas

garis lurus itu pula. Titik-titik yang diambil sebagai dasar untuk menghitung jarak-jarak

dinamakan titik nol. Karena titik-titik dapatterletak di sebelah kiri dan kanan titik nol (O)> maka

kepada titik yang terletak di sebelah kanan titik nol (o) diberi jarak dengan titik positif (+)dan

titik yang terletak di sebelah kiri titik nol diberi jarak dengan tanda negative (-). Buat skala

dengan bagian yang sama (ke kiri dan ke kanan) dengan satuan jarak 1 m, 10 m, atau 100 m,

tergantung pada jarak-jarak harus dinyatakan.

(B) 0 A

αAB = xa – xb

= (+20) – (-40)

= +60

Cara menentukan tempat titik-titik dengan menggunakan suatu titik nol pada garis harus digunakan

pada pengukuran daerah-daerah yang kecil.

b.      Penentuan dengan koordinat kartesian (salib sumbu)

Page 11: LAPORAN PRAKTIKUM

Hal ini digunakan apabila cara di atas titik tidak dapat dilakukan, karena titik-titik tidak terdapat

di suatu garis lurus. Sebagian besar penentuan tempat titik-titik ialah dua garis lurus yang saling

tegak lurus (salib sumbu).

n = bilangan bulat (belum tentu sama dengan banyaknya titik), harganya harus dicari dengan

memisahkan fβ = 0 dan harga n diambil bilangan bulat yang paling dekat dengan n yang

menghasilkan. Perumusan untuk polygon tertutup, rumus perataannya adalah :

∑β = (n – 2) 1800 + fβ

∑d sin α = (xa – xb) + fx

∑d cos α = (ya – yb) + fx

III. PERALATAN DAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Page 12: LAPORAN PRAKTIKUM

Peralatan yang Digunakan

Dalam praktikum Ilmu Ukur Tanah ini peralatan yang digunakan antara lain,

theodolit konvensional, waterpass, rambu, alat tulis, dan formulir.

Pemeriksaan Alat Ukur

Sebelum dilaksanakannya praktikum,terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan terhadap

alat. Hal ini dilakukan untuk menghindari akan digunakannya alat yang ternyata rusak dan akan

mengakibatkan kesalahan akan data yang didapatkan.

Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal

1. Menyiapkan peralatan yang digunakan, check seluruh peralatan. Hal ini perlu karena siapa

tahu ada salah satu alat yang rusak.

2. Mengambil statif dan tinggikan secukupnya. Usahakan letaknya mendatar atau rata.

3. Pasang alat ukur Theodolite dan kecangkan, hal ini dilakukan agar titik as alat tepat berada

diatas titik pada patok.

4. Stabilkan alat dengan cara meyetel Nivo. Apabila tidak tepat berada diatas titik paku, geser

alat sedikit kearah titik patok, alat kembali distabilkan karena akibat pergeseran ini akan terjadi

perpindahan Nivo.

5. Arahkan teropong ke rambu ukur belakang. Baca angka yang tertera di rambu ukur dengan

menggunakan benang silang (ba,bb,bt).

Untuk mencari jarak (d) = (ba - bb) x 100

Untuk mencari benang tengah = (ba + bb) / 2

6. Baca sudutnya. Catat pada buku ukur.

Page 13: LAPORAN PRAKTIKUM

7. Kemudian alat diarahkan ke titik berikutnya (rambu muka). Kemudian lakukan metode 5

dan 6 seperti diatas.

8. Untuk mencari besaran sudutnya dengan cara diselisihkan antara bacaan sudut kedua titik

tersebut.

9. Begitu juga untuk titik detail yang lain.

10. Apabila pekerjaan di titik selesai, pindahkan alat ukur tersebut ke titik lainnya. Lakukan

pekerjan / metode diatas sampai titik terakhir.

Pengukuran Situasi Detail dengan Metode Tachimetri

1. Theodolite dipasang pada Sta. A. Kemudian dicatat tinggi alat diatas Station.

2. Teropong diatur sehingga terbaca sudut miringnya dan garis bidik jatuh pada titik C di

rambu yang terletak di station B. Catat bacaannya.

3. Kendurkan scrup pengunci lingkaran tegak dan bidik titik kedua D pada rambu. Catat

bacaan rambu dan sudut tegaknya.

4. Hitung perbedaan antara bacaan kedua titik pada rambu. Harga ini dinamakan “selisih

benang” dan biasa notasinya huruf S.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Perhitungan

1. -Muka

Page 14: LAPORAN PRAKTIKUM

Luar biasa → 351°-180°=171°

171°26'30"

Biasa → 171°26'30''

-Belakang

Luar biasa → 155°+180°=335°

335°41'20"

Biasa → 329°10'40"

Muka = biasa+LB = 171° 26' 30" + 171° 26' 20"

2 2

=171° 26' 25"

Belakang = 329° 10' 40" + 335° 41' 20"

2

= 332° 25,5' 30"

< Depan belakang = belakang - muka

= 332° 25,5' 30" - 171° 26' 25"

= 331° 85,5' 30" - 171° 26' 25"

= 160° 59,5' 5"

= 160,99

Page 15: LAPORAN PRAKTIKUM

2 -Muka

Luar biasa → 196°-180°=16°

16° 36' 40"

Biasa → 16° 38' 30''

-Belakang

Luar biasa → 321°-180°=141°

141° 9' 20"

Biasa → 141° 10' 30"

Muka =biasa + LB = 16° 38' 30" + 16° 36' 40"

2 2

= 16° 37' 35"

Belakang= 141° 10' 30" + 141° 9' 20" = 282° 19' 50"

2 2

= 141° 9,5' 25"

< Depan belakang = belakang - muka

= 141° 9,5' 25" - 16° 37' 35"

= 140° 69,5' 25" - 16° 37' 35"

= 124° 31,5' 50"

Page 16: LAPORAN PRAKTIKUM

= 124,54

3. -Muka

Luar biasa → 334°-180°=154°

154° 28' 35"

Biasa → 54° 28' 00''

-Belakang

Luar biasa → 97°+180°=277°

277° 47' 00"

Biasa → 280° 52' 10"

Muka = B + LB = 154° 28' 00" + 154° 28' 35"

2 2

=104° 26' 17,5"

Belakang = 280° 52' 10" + 277° 47' 00" = 557° 99' 10"

2 2

= 278,5° 49,5' 5"

< Depan belakang = belakang - muka

= 278,5° 49,5' 5" - 104° 26' 17,5"

Page 17: LAPORAN PRAKTIKUM

= 278,5° 48,5' 65" - 171° 26' 25"

= 174,5° 22,5' 47,5"

= 174,89

4. -Muka

Luar biasa → 196°-180°=16°

16° 14' 00"

Biasa → 16° 17' 30''

-Belakang

Luar biasa → 24°+180°=204°

204° 7' 20"

Biasa → 203° 58' 40"

Muka = biasa + LB = 16° 17' 30'' + 16° 14' 00"

2 2

= 16° 15,5' 15"

Belakang = biasa + LB = 203°58'40" + 204°7'20"

2 2

= 203,5° 32,5' 30"

Page 18: LAPORAN PRAKTIKUM

< Depan belakang = belakang - muka

= 203° 32,5' 30" - 16° 15,5' 15"

= 187° 17' 15"

= 187,79

5. -Muka

Luar biasa → 194°-180°=14°

14° 11' 10"

Biasa → 14° 13' 5''

-Belakang

Luar biasa → 304°-180°=124°

124° 30' 20"

Biasa → 124° 33' 20"

Muka = B + LB = 14° 13' 5'' + 14° 11' 10"

2 2

= 14° 12' 7,5"

Belakang = B + LB = 124° 33' 20" + 124° 30' 20"

2 2

= 124° 31,5' 20"

Page 19: LAPORAN PRAKTIKUM

< Depan belakang = belakang - muka

= 124° 31,5' 20" - 14° 12' 17,5"

= 110° 19,5' 12,5"

= 110,33

6. -Muka

Luar biasa → 36°+180°=216°

216° 32' 00"

Biasa → 216° 26' 00''

-Belakang

Luar biasa → 130°+180°=310°

310° 00' 00"

Biasa → 310° 2' 30"

Muka = B + LB = 216° 26' 00'' + 216° 32' 00"

2 2

= 216° 29' 00"

Belakang = B + LB = 310° 2' 30" + 310° 00' 00"

2 2

= 310° 1' 15"

< Depan belakang = belakang - muka

= 310° 1' 15" - 216° 29' 00"

Page 20: LAPORAN PRAKTIKUM

= 309° 61' 15" - 216° 29' 00"

= 93° 32' 15"

= 93,54

7. -Muka

Luar biasa → 269°-180°=89°

89° 19' 40"

Biasa → 89° 13' 20''

-Belakang

Luar biasa → 187°-180°=7°

7° 7' 50"

Biasa → 7° 3' 50"

Muka = B + LB = 89° 13' 20'' + 89° 19' 40"

2 2

= 89° 16' 30"

Belakang = B + LB = 7° 3' 50" + 7° 7' 50"

2 2

= 7° 5' 50"

Page 21: LAPORAN PRAKTIKUM

< Depan belakang = belakang - muka

= ° 25,5' 30" - 171° 26' 25"

= 331° 85,5' 30" - 171° 26' 25"

= 160° 59,5' 5"

= 160,99

8. -Muka

Luar biasa → 62°+180°=242°

242° 22' 40"

Biasa → 242° 20' 30''

-Belakang

Luar biasa → 147°+180°=327°

327° 36' 40"

Biasa → 327° 27' 30"

Muka = B + LB= 242° 20' 30'' + 242° 22' 40"

2 2

= 242° 21' 35"

Belakang = B + LB = 327° 27' 30" + 327° 36' 40"

Page 22: LAPORAN PRAKTIKUM

2 2

= 327° 31,5' 35"

< Depan belakang = belakang - muka

= 327° 31,5' 35" - 242° 21' 35"

= 85° 10,5' 00"

= 85,18

9. -Muka

Luar biasa → 306°-180°=126°

126° 51' 20"

Biasa → 126° 49' 00''

-Belakang

Luar biasa → 124°+180°=304°

304° 13' 20"

Biasa → 304° 14' 00"

Muka = B + LB = 126° 49' 00'' + 126° 51' 20"

2 2

= 126° 50' 10"

Belakang = B + LB = 304° 14' 00" + 304° 13' 20"

Page 23: LAPORAN PRAKTIKUM

2 2

= 304° 13,5' 10"

< Depan belakang = belakang - muka

= 304° 13,5' 10" - 126° 50' 10"

= 303° 73,5' 10" - 126° 50' 10"

= 177° 23,5' 00"

= 177,39

10. -Muka

Luar biasa → 121°+180°=301°

301° 19' 30"

Biasa → 301° 21' 30''

-Belakang

Luar biasa → 215°-180°=35°

35° 44' 30"

Biasa → 35° 45' 00"

Muka = B + LB = 301° 21' 30'' + 301° 19' 30"

2 2

= 301° 20' 30"

Belakang = B + LB = 35° 45' 00" + 35° 44' 30"

Page 24: LAPORAN PRAKTIKUM

2 2

= 35° 44,5' 15"

< Depan belakang = belakang - muka

= 332° 25,5' 30" - 171° 26' 25"

= 331° 85,5' 30" - 171° 26' 25"

= 160° 59,5' 5"

= 160,99

11. -Muka

Luar biasa → 57°+180°=237°

237° 53' 20"

Biasa → 237° 51' 20''

-Belakang

Luar biasa → 237°-180°=57°

57° 37' 40"

Biasa → 57° 31' 30"

Muka = B + LB = 237° 51' 20'' + 237° 53' 20"

2 2

= 237° 52' 20"

Page 25: LAPORAN PRAKTIKUM

Belakang = B + LB = 57° 31' 30" + 57° 37' 40"

2 2

= 57° 34' 35"

< Depan belakang = belakang - muka

= 332° 25,5' 30" - 171° 26' 25"

= 331° 85,5' 30" - 171° 26' 25"

= 160° 59,5' 5"

= 160,99

Dari data yang kami peroleh secara langsung di lapangan, dari

sebelas titik yang harus kami hitung ada sedikitnya tiga titik yangtidak dapat

kami hitung, mungkin di karenakan kesalahan pada saat sentringpoint,

ataupun salah dalam pembacaan surveiyor dan pendengaran penulis.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Page 26: LAPORAN PRAKTIKUM

Dari praktikum Ilmu Ukur Tanah yang telah dilaksanakan, dapat ditarik kesimpulan antara

lain :

1. Pengukuran yang digunakan adalah pengukuran poligon tertutup, dimana titik awal dan titik

akhirnya terletak pada titik yang sama.

2. Dari data praktikum poligon dapat diambil beberapa hal, yaitu : sudut, jarak dan azimut dai

suatu daerah.

3. Dari azimut yang didapatkan dapat diketahui koordinat titik – titik poligon yang akan

diplotkan ke kertas gambar.

4. Kesalahan perhitungan poligon dapat disebabkan oleh 3 faktor yaitu : faktor manusia, faktor

alat dan faktor alam.

Saran

1. Mengupayakan ketelitian dalam pembacaan alat, pengutaraan dan kalibrasi.

2. Mengusahakan pemilihan waktu pelaksanaan, keadaan cuaca yang cerah.

3. Pemilihan lokasi patok dengan tanah yang mendukung.