4
POLIMER MAKROMOLEKUL TUJUAN Mererangkan proses pembentukan polimer (polimerisasi) dan melakukan identifikasi beberapa sifat polimer. PEMBAHASAN Pembuatan Polivinil Alkohol dan Identifikasi Sifat Polimer Pada percobaan pertama akan dijelaskan mengenai proses pembentukan polimer dan mengidentifikasi mengenai sifat-sifat dari polimer. Langkah awal yang perlu dilakukan pada percobaan ini yakni mencampurkan PVA dengan boraks. Berdasarkan dasar teori dia atas diketahui bahwa rumus struktur senyawa PVA dan boraks adalah sebagai berikut. PVA sebenarnya merupakan bahan utama dalam pembentukan polimer, di mana PVA ini memiliki kelarutan yang lambat pada temperatur yang rendah dan akan memiliki kelarutan yang lebih cepat pada temperatur yang lebih tinggi. Bentuk awal dari PVA ini yakni kental. PVA yang dimasukkan ke dalam wadah disposibel selanjutnya diberi pewarna makanan. Pewarna makanan yang digunakan sesuai selera. Penggunaan pewarna makanan ini sebenarnya tidak akan berpengaruh pada bentuk dan proses reaksi yang akan terjadi, karena tujuan pemberian pewarna makanan di sini hanya agar campuran nantinya terlihat lebih menarik saja. PVA yang telah diberi pewarna makanan kemudian ditambahkan dengan boraks, PVA ini akan bereaksi dengan boraks membentuk sebuah campuran yang lebih kental. Penambahan larutan boraks di sini yaitu bertujuan untuk memperkuat ikatan dalam molekul polimer PVA tersebut, sehingga campuran yang terbentuk lebih kental dari bentuk awal senyawa PVA dan membentuk gumpalan. Rantai lurus pada senyawa PVA akan mengalami cross-link dengan borat anion tetrahedral yang berasal dari borak, sehingga reaksi yang terbentuk adalah sebagai berikut. B 4 O 7 2- (aq) + 7H 2 O --> 4H 3 BO 3 (aq) + 2OH - (aq) H 3 BO 3 (aq) + 2H 2 O --> B(OH) 4 - (aq) + H 3 O + (aq)

laporan-polimermakromolekul-140207184930-

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kimia

Citation preview

  • POLIMER MAKROMOLEKUL

    TUJUAN

    Mererangkan proses pembentukan polimer (polimerisasi) dan melakukan identifikasi

    beberapa sifat polimer.

    PEMBAHASAN

    Pembuatan Polivinil Alkohol dan Identifikasi Sifat Polimer

    Pada percobaan pertama akan dijelaskan mengenai proses pembentukan polimer

    dan mengidentifikasi mengenai sifat-sifat dari polimer. Langkah awal yang perlu dilakukan

    pada percobaan ini yakni mencampurkan PVA dengan boraks.

    Berdasarkan dasar teori dia atas diketahui bahwa rumus struktur senyawa PVA dan

    boraks adalah sebagai berikut.

    PVA sebenarnya merupakan bahan utama dalam pembentukan polimer, di mana

    PVA ini memiliki kelarutan yang lambat pada temperatur yang rendah dan akan memiliki

    kelarutan yang lebih cepat pada temperatur yang lebih tinggi. Bentuk awal dari PVA ini yakni

    kental.

    PVA yang dimasukkan ke dalam wadah disposibel selanjutnya diberi pewarna

    makanan. Pewarna makanan yang digunakan sesuai selera. Penggunaan pewarna makanan

    ini sebenarnya tidak akan berpengaruh pada bentuk dan proses reaksi yang akan terjadi,

    karena tujuan pemberian pewarna makanan di sini hanya agar campuran nantinya terlihat

    lebih menarik saja.

    PVA yang telah diberi pewarna makanan kemudian ditambahkan dengan boraks,

    PVA ini akan bereaksi dengan boraks membentuk sebuah campuran yang lebih kental.

    Penambahan larutan boraks di sini yaitu bertujuan untuk memperkuat ikatan dalam molekul

    polimer PVA tersebut, sehingga campuran yang terbentuk lebih kental dari bentuk awal

    senyawa PVA dan membentuk gumpalan.

    Rantai lurus pada senyawa PVA akan mengalami cross-link dengan borat anion

    tetrahedral yang berasal dari borak, sehingga reaksi yang terbentuk adalah sebagai berikut.

    B4O72-(aq) + 7H2O --> 4H3BO3(aq) + 2OH

    -(aq)

    H3BO3(aq) + 2H2O --> B(OH)4-(aq) + H3O

    +(aq)

  • Reaksi ikatan antara senyawa PVA dengan ion borat dapat digambarkan sebagai berikut.

    Cross-linking terjadi ketika PVA ditambahkan ke natrium borate. Oksigen

    elektronegatif pada borate membentuk ikatan hidrogen lemah dengan kelompok-kelompok

    hidroksil dari PVA.

    Senyawa boraks memiliki konsentrasi yang tinggi, sehingga larutan boraks dapat

    mengikat molekul pada PVA dengan kuat. Setelah penambahan senyawa boraks, maka

    polimer-polimer PVA akan melepaskan H+ dari OH dan membentuk ikatan dengan B.

    Pembentukan ikatan ini menyebabkan karakter dari PVA menjadi lebih padat, karena

    polimer-polimernya mengalami penyatuan. Dari reaksi tersebut akan dilepaskan molekul

    kecil H2O, sehingga proses polimerisasi yang terjadi merupakan polimerisasi kondensasi.

    Setelah gumpalan polimer PVA terbentuk, pengamatan dimulai dengan gumpalan

    polimer PVA didorong perlahan dan reaksinya yakni gumpalan menggelinding dengan

    sedikit memantul, sedangkan bentuk gumpalan masih tetap. Pada saat gumpalan polimer

    PVA didorong cepat dan mendadak, reaksinya menggelinding dan bentuk gumpalan sedikit

    berubah di mana menjadi agak gepeng (pipih). Sedangkan saat dijatuhkan dari ketinggian

    kurang lebih 10 cm, reaksi gumpalan memantul dengan bentuk gumpalan tetap. Dan yang

    terakhir pada saat gumpalan ditaruh di tangan dan dipul reaksinya gumpalan menjadi

    beribah bentuk menjadi pipih (gepeng).

    Pengamatan selanjutnya yakni dengan menuliskan suatu kata pada kertas dengan

    menggunakan tinta air dan lalu gumpalan ditekan pada tulisan tersebut sambil ditekan.

    Hasilnya, tulisan tinta air tersebut menempel/membekas pada gumpalan polimer PVA. Hal

    ini dikarenakan adanya kesamaan substrat yang terkandung pada keduanya, di mana tinta

    air memiliki sifat polar dan gumpalan PVA juga bersifat polar sehingga dapat saling

    menyatu/berikatan.

    Sebaliknya, ketika perlakukan yang sama diberikan pada tulisan dengan

    menggunakan tinta ballpoint, tulisan tersebut tidak menempel/membekas pada gumpalan

    polimer PVA. Hal ini dikarenakan antara kedua substrat ini tidak ada saling ketercocokannya,

    di mana tinta ballpoint memiliki sifat non polar sedangkan gumpalan PVA bersifat polar

    sehingga tidak dapat menyatu.

    Sebagai tambahan, saat menambahkan boraks ke dalam PVA harus dilakukan

    perlahan-lahan. Hal ini bertujuan agar boraks yang ditambah dapat tercampur merata

  • dengan PVA. Boraks yang tidak tercampur rata dengan PVA dapat mengakibatkan gumpalan

    PVA yang terbentuk tidak sempurna, sehingga mudah pecah.

    Percobaan yang dilakukan setelah itu, yaitu gumpalan polimer PVA yang telah

    dibentuk tersebut diambil sedikit dan ditetesi 3-4 tetes HCl 0,2 M lalu diaduk. Hasilnya,

    gumpalan menjadi lebih lembek dan lama-kelamaan menjadi lengket dan larut dalam

    larutan HCl 0,2 M. Warna pada gumpalan juga lama-kelamaan memudar. Peristiwa ini

    dikarenakan ikatan yang terbentuk antara monomer terputus dan membuat polimer mulai

    terlepas dan menyebabkan polimer kembali menjadi monomer-monomer seperti

    sebelumnya.

    Saat sedikit potongan gumpalan polimer PVA diberi 3-4 tetes NaOH 0,1 M dan

    diaduk, hasilnya gumpalan masih terbentuk kuat. Hal ini di karenakan pada NaOH terdapat

    gugus OH yang mana gugus OH ini akan berikatan dengan gugus OH pada PVA. Sehingga

    gugus OH akan semakin banyak dan semakin memperkuat ikatan dalam molekul PVA. Oleh

    sebab itu, gumpalan polimer akan semakin keras atau tetap menggumpal.

    Pada jenis perlakuan ketiga dan keempat yakni diberi 3-4 tetes HCl 0,2 M dan NaOH

    0,2 M, serta 3-4 tetes NaOH 0,2 M dan HCl 0,2 M terlihat bahwa gumpalan polimer PVA

    tetap menggumpal seperti semula. Walaupun terdapat larutan HCl 0,2 M yang dapat

    memperlemah ikatan pada gumpalan PVA, namun dengan adanya larutan NaOH 0,2 M yang

    mana mangendung gugus OH yang dapat berikatan dengan gugus OH pada PVA, ikatan

    yang sebelumnya melemah karena HCl dan terputus tersebut dapat menguat dan kembali

    seperti semula kembali.

    Beberapa tindakan di atas sebenarnya berguna untuk mengidentifikasi sifat-sifat dari

    polimer, di mana sifat polimer dibedakan menjadi sifat fisik dan kimiia. Sifat fisik yang

    dimiliki yaitu keras, karena struktur terikat kuat dan memiliki ikatan yang oanjang. PVA ini

    merupakan salah satu jenis termoplastik, di mana pada saat berada pada suhu tinggi akan

    meleleh (hancur). Begitu pula saat PVA dicampur dengan larutan yang memiliki konsentrasi

    tinggi polimer ini juga akan hancur.

    Beberapa hal yang tidak sesuai antara hasil percobaan dengan teori, dapat

    dikarenakan oleh beberapa faktor. Diantaranya, kurang sempurnanya pembentukan polimer

    PVA yang disebabkan kurang meratanya larutan boraks saat dicampur ke dalam PVA.

    Sehingga ikatan pada gumpalan polimer yang terbentuk belum terlalu kuat.

    Mempelajari Pengaruh pH dan Pemanasan Terhadap Sifat dan Struktur Protein

    Pada jenis percobaan kedua untuk mengetahui sifat protein jika berada pada suhu

    tinggi dan tingkat keasaman (pH) yang tinggi. Pada percobaan pertama di mana tabung

    reaksi diisi air kemudian dipanaskan. Setelah mendidih ke dalam tabung reaksi ditambahkan

    beberapa tetes putih telur. Hasil percobaan memperlihatkan bahwa putih telur yang semula

    berwarna bening berubah menjadi gumpalan berwana putih yang berada di permukaan air.

    Sementara itu, pada tabung reaksi kedua diisi air dan beberapa tetes putih telur. Kemudian

    dipanaskan hingga mendidih. Hasil percobaan memperlihatkan campuran air dan putih telur

  • yang semula jernih setelah dipanaskan hingga mendidih warna campuran berubah menjadi

    berwarna putih dan keruh di seluruh larutan.

    Perubahan wujud dan warna putih telur ketika mengalami peningkatan suhu

    dikarenakan pada saat terkena temperatur yang tinggi (panas), protein pada telur

    mengalami denaturasi. Panas dapat mengacaukan ikatan hidrogen dari protein namun tidak

    akan mengganggu ikatan kovalennya. Hal ini dikarenakan dengan meningkatnya suhu akan

    membuat energi kinetik molekul bertambah. Bertambahnya energi kinetik molekul akan

    mengacaukan ikatan-ikatan hidrogen. Dengan naiknya suhu, akan membuat perubahan

    entalpi sistem naik. Selain itu bentuk protein yang terdenaturasi dan tidak teratur juga

    sebagai tanda bahwa entropi bertambah. Entropi sendiri merupakan derajat

    ketidakteraturan, Semakin tidak teratur maka entropi akan bertambah. Pemanasan juga

    dapat mengakibatkan kemampuan protein untuk mengikat air menurun dan menyebabkan

    terjadinya koagulasi.

    Selain itu, putih telur merupakan suatu cairan yang tak berwarna yang mengandung

    albumin, yakni protein globular yang larut. Pemanasan putih telur akan mengakibatkan

    albumin ini membuka lipatan dan mengendap, sehingga dihasilkan suatu zat padat putih.

    Pada tabung pertama endapan putih hanya sebagian dan terdapat di permukaan saja

    dikarenakan saat putih telur dimasukkan, air sudah dalam keadaan panas, sehingga

    penambahan putih telur akan langsung bereaksi pada permukaan air panas tersebut tanpa

    sempat bercampur dengan air. Sedangkan pada tabung kedua endapan putih terjadi di

    seluruh larutan, karena awalnya putih telur dimasukkan pada air biasa (sama dengan suhu

    ruang) sehingga putih telur dapat bercampur/bereaksi dengan air. Sehingga, ketika

    campuran air dan putih telur dipanaskan, susunan protein pada putih telur menjadi rusak

    yang menyebar ke seluruh bagian larutan.

    Pada tabung reaksi ketiga di mana tabung diberi larutan pH 1 dan ditambahkan

    beberapa tetes putih telur. Dari hasil percobaan terlihat bahwa terdapat gumpalan

    berwarna bening. Hal ini juga dikarenakan protein pada putih telur mengalami dinaturasi.

    Protein memiliki titik isoelektrik dimana jumlah muatan positif dan muatan negatif pada

    protein adalah sama. Pada saat ini entalpi pelarutannya akan menjadi tinggi, karena jumlah

    kalor yang dibutuhkan untuk melarutkan sejumlah protein akan bertambah. Sehingga,

    penambahan asam dan basa dapat mengacaukan jembatan garam yang terdapat pada

    protein. Ion positif dan negatif pada garam dapat berganti pasangan dengan ion positif dan

    negatif dari asam ataupun basa sehingga jembatan garam pada protein yang merupakan

    salah satu jenis interaksi pada protein, menjadi kacau dan protein mengalami terdenaturasi.