21
 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkecambahan merupakan salah satu cara yang dilakukan tumbuhan untuk mempertahankan spesiesnya dari kepunahan. Perkecambahan ini berawal dari biji. Biji mengandung embrio dan cadangan makanan serta kulit biji yang menyelubunginya. Pada sebagian tumbuhan, nuselus dan endosperm sebagai tempat cadangan makanan, hanya diperluakan dalam tahap awal perkembangan embrio. Perkecambahan pada biji terjadi ketika radikula mulai mincul dari kulit biji dalam kondisi baku. Hal ini berarti bahwa meskipun biji cukup air dan diberi kondisi y ang baik untuk perkembangan tetap tidak akan berkecambah. Namun jika kondisi untuk mematahan dormansi berjalan, biji akan berkecambah (Sallisbury, 1995). Dalam perkecambahan, biji selalu mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan adalah proses kenaikan v olume karena adanya penambahan substansi  bahan dasar yang bersi fat irreversibel (tidak dapat kembali). Sedangkan, perkembangan adalah proses menuju tercapainya kedewasaan yang tidak dapat diukur. Pertumbuhan dalam suatu perkecambahan biji dapat langsung diukur apabila tunasnya sudah keluar dan tumbuh. Sama halnya dengan pertumbuhan, perkembangan juga dapat dilihat dari tunas awal, hanya saja tidak diukur melainkan melihat apa saja struktur tubuh kecambah yang mulai ada dari awal tun as muncul. Seperti pada awalny a, berkembang batang, akar, dan daun. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas didapatkan rumusan masalah : Bagaimana pengaruh lama perendaman biji dalam air terhadap perkecambahan biji Cabe? C. Tujuan Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah : Untuk mengetahui pengaruh lama perendaman biji dalam air terhadap perkecambahan  biji.

Laporan Pengaruh Lama Perendaman Biji Terhadap Perkecambahan

  • Upload
    poufizh

  • View
    991

  • Download
    111

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Laporan praktikum fisiologi tumbuhan, perendaman biji keras

Citation preview

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Perkecambahan merupakan salah satu cara yang dilakukan tumbuhan untuk

    mempertahankan spesiesnya dari kepunahan. Perkecambahan ini berawal dari biji. Biji

    mengandung embrio dan cadangan makanan serta kulit biji yang menyelubunginya. Pada

    sebagian tumbuhan, nuselus dan endosperm sebagai tempat cadangan makanan, hanya

    diperluakan dalam tahap awal perkembangan embrio.

    Perkecambahan pada biji terjadi ketika radikula mulai mincul dari kulit biji dalam

    kondisi baku. Hal ini berarti bahwa meskipun biji cukup air dan diberi kondisi yang baik

    untuk perkembangan tetap tidak akan berkecambah. Namun jika kondisi untuk

    mematahan dormansi berjalan, biji akan berkecambah (Sallisbury, 1995).

    Dalam perkecambahan, biji selalu mengalami pertumbuhan dan perkembangan.

    Pertumbuhan adalah proses kenaikan volume karena adanya penambahan substansi

    bahan dasar yang bersifat irreversibel (tidak dapat kembali). Sedangkan, perkembangan

    adalah proses menuju tercapainya kedewasaan yang tidak dapat diukur. Pertumbuhan

    dalam suatu perkecambahan biji dapat langsung diukur apabila tunasnya sudah keluar dan

    tumbuh. Sama halnya dengan pertumbuhan, perkembangan juga dapat dilihat dari tunas

    awal, hanya saja tidak diukur melainkan melihat apa saja struktur tubuh kecambah yang

    mulai ada dari awal tunas muncul. Seperti pada awalnya, berkembang batang, akar, dan

    daun.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas didapatkan rumusan masalah :

    Bagaimana pengaruh lama perendaman biji dalam air terhadap perkecambahan biji Cabe?

    C. Tujuan

    Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah :

    Untuk mengetahui pengaruh lama perendaman biji dalam air terhadap perkecambahan

    biji.

  • BAB II

    KAJIAN TEORI

    Biji merupakan rantai penyambung yang hidup antara induk dan keturuannya

    merupakan alat penyebaran yang utama. Biji seringkali harus bertahan untuk melawan

    lingkungan yang ekstreme (keadaan beku, api banjir, atau dimakan hewan) selama

    menunggu kondisi yang menguntungkan bagi perkecambahan dan pertumbuhan. Secara

    biologis suatu biji adalah bakal biji yang masak dan telah dibuahi (Dwijoseutro, 1994).

    A. Perkembangan Biji

    Biji berasal dari hasil mikrosporogenesis dan megagametogenesis yaitu, berturut-

    turut pembentukan butir serbuk sari (gametofit jantan) dan pembentukan embrio

    (gametofit betina). Sel induk mikrospora dalam kepala sari dan sel induk megaspora

    dalam kantung embrio kemudian membelah lagi tidak secara meiosis, menghasilkan sel

    anak yang haploid, kemudian secara mitosis untuk melipatgandakan jumlah inti

    haploidnya. Hasil akhir adalah sel atau butir serbuk sari masing-masing dengan dua inti

    dan kantung embrio membelah untuk membentuk sel telur dan sebuah inti yang

    membelah lagi untuk membentuk inti kutub dari bakal biji (Sastramihardja, 1993).

    Pada fertilisasi, satu dari dua inti serbuk sari berfusi dengan sel telur pada katung

    embrio, untuk membentuk embrio sehingga mengembalikan kantung diploid,

    kromosom (2N). Inti sperma yang kedua berfusi dengan inti kutub untuk membentuk

    endosperma (3N) (Sastramihardja, 1993).

    Pada tumbuhan monokotil, endosperma merupakan suatu satuan struktural utama

    biji yang mempunyai ciri tersendiri. Endosperma monokotil tersusun atas sel parenkim

    yang tidak mengalami diferensiasi yang terbungkus dalam kantung lapisan luar yang

    tipis, yang membungkus sel hidup dan kaya akan protein, yaitu aleuron (Lovelles,

    1999).

    Pada tumbuhan dikotil, endosperma sebagian besar atau seluruhnya diserap oleh

    embrio, khususnya oleh kotiledon atau daun biji. Kulit biji atau testa merupaka derivat

    dari integumen luar ovarium yang merupakan jaringan induk. Hilum merupakan bekas

    ari-ari biji (penghubung pembuluh). Hilum ini membantu lewatnya air dan oksigen

    terlarut secara bolak-balik, keduanya penting bagi perkecambahan. Air dan gas terlarut

    juga masuk ke dalam mikrofil, suatu saluran yang mikroskopis bekas tempat masuknya

    pembuluh serbuk menuju ke integumen. Seringkali hilum dilengkapi dengan suatu

  • sumbat untuk memungkinkan terjadinya kehilangan air tetapi bukan pemasukan air

    (Lovelles, 1999).

    Biji yang masak mempunyai empat komponen yang secara fisiologis maupun

    ekologis penting bagi kelangsungan hidupnya yaitu 1). kulit biji, suatu pebungkus

    pelindung, 2). embrio, suatu bakal tanaman atau sporofit, 3). cadangan makanan

    cadangan mineral yang memberi maka sporofit muda hingga dapat berdiri sendiri, 4).

    Enzim dan hormon yang diperlukan untuk mencera cadangan makanan dan untuk

    menyusun jaringan baru dalam semai selama perkecambahan. Keadaan tersebut juga

    memelihara biji dengan mekanisme perlindungan untuk mempertahankan diri terhadap

    lingkungan yang amat buruk selama dalam keadaan dorman (istirahat dalam keadaan

    kering). Dalam keadaan dorman, biji tidak aktif tetapi masih hidup. Suatu keadaan yang

    berlangsung hingga kondisi meguntungkan bagi perkecambahan. Kandungan

    kelembaban dan laju metabolisme pada biji selama dormansi, mungkin hanya

    sepersepuluh atau kurang dibandingkan pada jaringan tumbuhan (Lovelles, 1999).

    B. Perkecambahan

    Definisi perkecambahan menurut seorang analis biji yaitu sebagai suatu

    perubahan morfologis, seperti penonjolan akar lembaga (radikula), tetapi bagi seorang

    petani, perkecambahan adalah munculnya semai. Secara tehnis, perkecambahan adalah

    permulaan munculnya pertumbuhan aktif yang menghasilkan pecahnya kulit biji dan

    munculnya semai (Santoso, 1990).

    Pada perkecambahan meliputi peristiwa-peristiwa fisiologi dan morfologi,

    sebagai berikut :

    a. imbibisi dan absorpsi air

    b. hidrasi jaringan

    c. absorpsi oksigen

    d. pengaktifan ezim dan penceraan

    e. trasport molekul yang dihidrolisis ke sumbu embrio

    f. peningkatan respirasi dan asimilasi

    g. inisiasi pembelahan dan pembesaran sel

    h. munculnya embrio

    Pada pertumbuhan suatu embrio, awal mula pertumbuhan akar lembaga (radikula)

    lebih cepat daripada pucuk lembaga (plumula) dan umumnya radikula pertama muncul

    dari kulit biji yang pecah. Berat kering pada pucuk melampaui berat kering akar dalam

  • waktu beberapa hari. Berat keseluruhan semai mengalami kemunduran dalam waktu

    kira-kira 10 hari karena hilangnya respirasi. Suatu urutan pertumbuhan dengan

    pertumbuhan akar mendahului pertumbuhan pucuk. Tampaknya menguntungkan bagi

    kelangsungan hidup suatu semai (Dwijoseputro, 1994).

    C. Metabolisme Cadangan Makanan

    Perkecambahan dan munculnya semai memerlukan suatu energi yang tinggi lewat

    respirasi cadangan makanan biji. Energi dalam ikatan kimia pada karbohidrat, lemak,

    dan protein dilepaskan oleh pencernaan dan fosforilasi oksidatif, yang menghasilkan

    nukleotida berenergi tinggi, seperti adenosin trifosfat (ATP), di dalam mitokondria

    yang merupakan tempat terjadinya respirasi (Sallisbury, 1995). Apabila ATP diubah

    menjadi adenosin difosfat (ADP) dilepaskan energi untuk aktivitas biologis sebagai

    berikut :

    (ADP + Pi) ATP

    Karbohidrat,lemak ---------------------hasil degradasi --------------------biosintesis

    atau protein ATP (ADP + Pi)

    Tepung dihidrolisis oleh - dan - amilase, diperantarai oleh giberelin, menjadi

    gula maltose (disakarida) dan glukose Beberapa glukose diubah oleh enzim invertase

    menjadi sukrose, gula yang umumnya ditranspor pada tumbuhan. Metabolisme glukose

    dilakukan dengan (1). Glikolisis, yang membentuk dua molekul asam piruvat dan ATP,

    dan (2). Oksidasi lewat daur krebs atau daur asam trikarboksilat, yang secara lengkap

    dapat mengoksidasi asam perantara menjadi CO2, H2O, dan ATP atau kemungkinan

    lain menjadi jalur lintas pentosa fosfat (Sallisbury, 1995).

    D. Germinabilitas (kemampuan berkecambah) dan Viabilitas

    Biji yang masak viable (terkecambahkan) sebelum berpisah atau saat berpisah

    dengan tumbuhan induknya, tetapi biji tersebut mungkin tidak dapat dikecambahkan

    (mampu berkecambah dengan cepat dalam kondisi yag meguntungkan). Biji pada

    beberapa spesies adalah dorman dan dapat menjadi dikecambahkan hanya sesudah

    dikenai kondisi tertentu. Biji tanaman budidaya adalah viabel dan dorman (yaitu,

    hidup tetapi tidak berkecambah karena kondisi lingkungan kurang mendukung untuk

    perkecambahan, seperti tidak cukup air atau temperatur yang tidak cocok) dan

    umumnya dapat dikecambahkan apabila dipisahkan dari tumbuhan induknya

    (Salisbury, 1995).

  • Kebanyakan dari biji atau hampir semua spesies liar dan spesies budidaya

    makanan ternak tertentu tetap dorman, walaupun kondisinya menguntungkan bagi

    perkecambahan. Karena itu germinabilitas dan viabilitas mungkin berbeda 100% pada

    populasi biji yang berbeda. Perkecambahan tidak berlangsung hingga masa dormansi

    berlalu, walaupun biji viabel dan germinabel (dapat dikecambahkan). Pada umumnya

    viabilitas mengalami penurunan dan germinabilitas mengalami peningkatan sejalan

    dengan umur, karena secara alami terjadi pemecahan faktor-faktor dormansi pada biji

    (lpvelles, 1999).

    E. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan

    1. Air

    Air merupakan faktor yang paling penting, karena biji berada dalam keadaan

    terdehidrasi. Secara normal biji mengandung sekitar 5-20% dari berat totalnya dan

    harus menyerap sejumlah air sebelum perkecambahan dimulai. Tahap awal

    perkecambahan adalah pengambilan air dengan cepat yang disebut imbibisi

    (Salisbury, 1995).

    Biji yang hidup atau mati mengalami imbibisi air dan membengkak.

    Banyaknya air imbibisi tergantung pada komposisi kimia biji. Protein, getah, dan

    pektin lebih bersifat koloid dan hidrofilik dan lebih banyak mengalami imbibisi air

    daripada zat tepung. Laju perkecambahan berlangsung lebih lambat pada

    kelembaban tanah yang mendekati titik layu. Kandungan air yang kurang dari batas

    optimum biasanya menghasilkan imbibisi sebagian dan memperlambat atau

    menahan perkecambahan. Komposisi medium, khususnya kandungan zat terlarut

    mempengaruhi ketersediaan air (Salisbury, 1995).

    2. Temperatur atau suhu

    Selain imbibisi, proses perkecambahan juga meliputi sejumlah proses

    katabolisme dan anabolisme yang dikendalikan enzim dan karenanya sangat

    responsive terhadap temperatur. Temperatur kardinal (maksimum, minimum, dan

    optimum) untuk perkecambahan pada kebanyakan biji tanaman budidaya pada

    dasarnya merupakan temperatur kardinal untuk pertumbuhan vegetative yang

    normal.temperatur optimum adalah temperatur yang memberikan persentase

    perkecambahan yang paling tinggi dalam periode waktu yang paling pendek

    (Salisbury, 1995).

  • 3. Gas

    Perkecambahan memerlukan tingkatan O2 yang tinggi kecuali bila respirasi

    yang berhubungan dengan hal ini terjadi karena fermentasi. Kebanyakan spesies

    memberikan respon yang baik terhadap komposisi udara normal: 20 % O2. 0,03 %

    CO2, dan 80 % N. Penurunan kandungan O2 udara di bawah 20 % biasanya

    menurunkan kegiatan perkecambahan. Pada beberapa biji dapat berkecambah secara

    anaerob, tetapi hal ini akan menghasilkan kecambah yang abnormal. Sementara

    perkecmbahan biji pada kebanyakan spesies berlangsung dengan baik pada

    kandungan O2 udara normal atau pada konsentrasi O2 yang lebih tinggi (Salisbury,

    1995).

    4. Cahaya

    Biji membutuhkan cahaya untuk perkecambahan, yang berpengaruh sebagai

    pemicu dalam memeahkan macam dormansi. Cahaya memberikan respon pada

    perkecambahan biji sama seperti dengan mekanisme pengendalian proses formatif

    lainnya seperti pembungaan, pembentukan pigmen, pemanjangan batang, dan

    pelurusan kait hipokotil. Panjang gelombang yang paling efektif unutk

    menggalakkan dan menghambat perkecambahan bijji berturut-turut yaitu merah dan

    infra merah (Dwijoseputro, 1994).

    5. Senyawa kimia eksogen

    Dalam Fisiologi Tumbuhan, (Sallisbury, 1995) sejumlah senyawa kimia dalam

    medium menggalakkan perkecambahan beberapa spesies. Senyawa kimia hanya

    hanya sebagai perangsang dan bukan prasyarat perkecambahan. Beberapa senyawa

    kimia yang lebih penting digunakan untuk merangsang perkecambahan adalah

    sebagai berikut :

    a. Kalium nitrat (KNO3)

    b. Tiourea atau CS(NH2)2

    c. Hidrogen peroksida (H2O2)

    d. Etilen (C2H4)

    e. Giberelin (GA)

    6. Kematangan

    Di dalam lingkungan yang menguntungkan sekalipun, perkecambahan tidak

    akan terjadi sampai berlangsung tingkat morfogenesis minimum di dalam biji.

  • Umumnya terjadi perkembangan yang cukup untuk viabilitas dan germinabilitas,

    jauh sebelum biji mengalami pemasakan. Umumnya dormansi biji meningkat

    dengan terjadinya pemasakan biji (Sallisbury, 1995).

    Hormon-hormon Perkecambahan

    Pada dasarnya perkecambahan biji diatur oleh sejumlah hormon yang kerjanya

    bertahap. Adapun hormon yang memulai dan memperantai proses perkecambahan, yaitu

    fitohormon. Selain itu ada beberapa aktivitas hormon pertumbuhan lain yang penting,

    yakni giberelin yang berfungsi untuk menggiatkan enzim hodrolitik serta sitokinin yang

    berfungsi untuk merangsang pembelahan sel, munculnya radikula dan plumula serta

    auksin yang berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan (Kimball, 1983).

    Adapun mekanisme kerja hormon-hormon ini dalam perkecambahan, yaitu

    pertama kali absorbsi air dari tanah menyebabkan embrio memproduksi sejumlah kecil

    giberelin yang kemudian berdifusi kedalam selapis sel aleuron yang mengelilingi sel

    cadangan makanan endospora, yang menyebabkan sel endospora itu mengalami

    pemecahan dan mencair. Dan akibat hal ini, sitokinin dan auksin terbentuk. Sehingga

    aktivitas dua hormon ini mengaktifkan pertumbuhan embrio dengan membuat sel-sel

    membelah dan membesar sehingga terjadi perkecambahan (Kimball, 1983).

  • BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian ini adalah eksperimental, karena dilakukan percobaan untuk

    menjawab rumusan masalah, dan terdapat variabel-variabel dalam penelitian yang

    dilakukan, yaitu variabel kontrol, variabel manipulasi dan variabel respon.

    B. Variabel Penelitian

    Variabel Manipulasi : lama perendaman biji (4 jam, 3 jam, 2 jam, 1 jam dan 0 jam

    (tanpa perendaman).

    Variabel Kontrol : jenis biji (biji cabe), tempat mengecambahkan (toples),

    volume air untuk perendaman.

    Variabel Respon : perkecambahan biji (jumlah biji yang berkecambah).

    C. Alat Dan Bahan

    Alat

    - Toples 5 buah

    - Kapas secukupnya

    - Gelas ukur 1 buah

    Bahan

    - Biji cabe 250 biji

    - Air secukupnya

    D. Langkah Kerja

    1. Merendam biji cabe selama 4 jam, 3 jam, 2 jam, 1 jam dan 0 jam/tanpa perendaman.

    2. Menanam biji cabe pada toples yang telah dialasi kapas basah, masing-masing toples

    berisi 50 biji cabe.

    3. Menutup toples dan menyimpannya di tempat yang tidak terkena sinar matahari

    secara langsung.

    4. Mengamati dan menghitung biji yang berkecambah setiap hari, hingga dicapai 75%

    kemudian pisahkan biji yang telah berkecambah pada tempat lain.

    5. Menghitung IKP biji yang berkecambah setelah diperoleh 75%, dengan cara :

    IKP (Indeks kecepatan perkecambahan) = 1

    X1 + 2

    X 2 + 3

    X3 + + n

    X n

  • Prosentase perkecambahan =bijin keseluruhajumlah

    hberkecamba yang bijijumlah x 100%

    E. Alur Kerja

    - Direndam dalam air selama 4 jam, 3 jam, 2 jam 1 jam, dan 0 jam (tanpa

    direndam) masing-masing 50 biji

    - Ditanam dalam waktu bersamaan pada

    toples yang sudah dialasi kapas basah

    - Ditutup kemudian disimpan ditempat

    gelap

    - Diamati setiap hari berapa jumlah biji

    yang berkecambah selama 10 hari

    - Dipisahkan antara biji yang belum berkecambah dengan biji yang sudah

    berkecambah dan sudah dilakukan

    penghitungan

    250 Biji Cabe

    Jumlah Biji yang

    Berkecambah

  • BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil

    Tabel Pengaruh Lama Perendaman Biji dalam Air terhadap Perkecambahan Biji Cabe

    Hari ke-

    Jumlah biji yang berkecambah pada perendaman

    4 jam 3 jam 2 jam 1 jam

    Tanpa

    direndam

    1 0 0 0 0 0

    2 2 0 0 0 0

    3 2 10 2 0 0

    4 6 7 14 0 0

    5 3 2 9 10 0

    6 20 24 23 25 35

    7 8 2 1 14 14

    8 0 4 0 0 0

    9 4 0 0 0 0

    10 5 0 0 0 0

    Total biji yang

    berkecambah 50 50 49 49 49

    Persentase

    perkecambahan 100% 100% 98% 98% 98%

    IKP 11,64 10,39 9,94 8,3 7,83

  • Histogram Pengaruh Lama Perendaman Biji dalam Air terhadap Perkecambahan Biji Cabe

    Keterangan:

    X = Lama perendaman (jam)

    Y = Indeks Kecepatan Perkecambahan

    B. Analisis Data

    Berdasarkan data dan grafik yang diperoleh dalam percobaan ini, dapat

    diambil suatu analisis bahwa lama perendaman dalam air dapat mempengaruhi

    perkecambahan biji. Pada perendaman 4 jam, biji mulai berkecambah pada hari ke

    dua, dengan jumlah biji yang berkecambah adalah 2, begitu juga pada hari ke tiga.

    Pada hari ke empat, biji yang berkecambah meningkat menjadi 6 biji. Namun, pada

    hari ke lima jumlah biji yang berkecambah menurun menjadi 3 biji. Pada hari ke

    enam, jumlah biji yang berkecambah meningkat pesat menjadi 20 biji. Pada hari ke

    tujuh jumlah biji yang berkecambah menurun menjadi 8. Biji tidak mengalami

    perkecambahan pada hari ke 8. Namun, biji kembali berkecambah pada hari ke

    sembilan dengan jumlah biji yang berkecambah adalah 4 biji, dan pada hari ke

    sepuluh ada 5 biji yang berkecambah. Jumlah seluruh biji yang berkecamabh adalah

    50 biji, dengan persentase perkecambahan adalah 100% dan IKP 11,64.

    Pada perendaman 3 jam, biji mulai berkecambah pada hari ke tiga, dengan

    jumlah biji yang berkcambah adalah 10 biji. Pada hari ke empat, jumlah biji yang

    berkecambah mengalami penurunan menjadi 7 biji, begitu juga pada hari ke lima,

    jumlah biji yang berkecambah adalah 2 biji. Pada hari ke enam jumlah biji yang

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    12

    14

    0 1 2 3 4

  • berkecambah meningkat tajam menjadi 24 biji. Namun, biji yang berkecambah

    kembali menurun pada hari ke tujuh, menjadi 2 biji. Semua biji yang ditanam sudah

    berkecambah pada hari ke delapan, dengan penambahan 4 biji. Persentase

    perkecambahan pada perendaman 3 jam adalah 100% dan IKP 10,39.

    Pada perendaman 2 jam, biji juga mulai tumbuh pada hari ke tiga, dengan

    jumlah biji yang berkecambah adalah 2. Pada hari ke empat, jumlah biji yang

    berkecmbah meningkat menjadi 14 biji. Namun, pada hari ke lima jumah biji yang

    berkecambah menurun menjadi 9 biji. Jumlah biji yang berkecambah kembali

    meningkat pada hari ke enam, dengan jumlah iji yang berkecambah adalah 23 biji.

    Pada hari hari ke tujuh, hanya ada 1 biji yang berkecambah. Pada hari ke delapan

    hingga sepuluh, tidak ada biji yang berkecambah, jumlah total biji yang berkecambah

    adalah 49. Persentase perkecambahan adalah 98%, dengan IKP 9,94.

    Pada perendaman 1 jam, perkecambahan biji berlangsung lambat. Biji mulai

    berkecambah pada hari ke 5, dengan jumlah biji yang berkecambah adalah 10 biji.

    Pada hari ke enam, jumlah biji yang berkecambah meningkat menjadi 25 biji. Namun,

    jumlah biji yang berkecambah menurun pada hari ke tujuh, dengan jumlah biji yang

    berkecambah adalah 14 biji. Pada hari ke delapan hingga sepuluh, 1 biji yang tersisa

    tidak mengalami perkecambahan. Jumlah total biji yang berkecambah adalah 49 biji,

    dengan persentase perkecambahan 98% dan IKP 8,3.

    Pada perendaman 0 jam atau tidak direndam, perkecambahan biji berlangsung

    paling lambat. Biji mulai berkecambah pada hari ke enam, dengan jumlah biji yang

    berkecambah adalah 35. Pada hari berikutnya, yaitu hari ke tujuh, terdapat 14 biji

    yang berkecambah. Namun, pada hari ke delapan hingga sepuluh, 1 biji yang tersisa

    tidak mengalami perkecambahan. Jumlah total biji yang berkecambah adalah 49 biji,

    dengan persentase perkecambahan 98% dan IKP 7,83.

    C. Pembahasan

    Tumbuhan memerlukan nutrisi untuk pertumbuhan dan perkembangan. Nutrisi

    atau zat makanan terdiri dari unsur-unsur atau senyawa-senyawa kimia. Nutrisi yang

    diperlukan merupakan sumber energi dan sumber materi untuk sintesis berbagai

    komponen sel yang diperlukan selama pertumbuhan. Sebelum tumbuhan mengalami

    perkembangan lebih dewasa, maka akan dimulai terlebih dahulu dengan fase embrio.

    Embrio yang tumbuh belum memiliki klorofil, sehingga embrio belum dapat

  • membuat makanan sendiri. Pada tumbuhan dikotil embrio mengambil makanan dari

    kotiledon, sedangkan monokotil dari endosperma.

    Pengambilan nutrisi dari tanah pada umumnya bersamaan dengan air. Air

    dibutuhkan tumbuhan sebagai pelarut bagi kebanyakan reaksi dalam tubuh tumbuhan

    dan sebagai medium reaksi enzimatis.

    Pada percobaan ini, biji yang direndam lebih lama, 4 jam, memiliki persentase

    perkecambahan dan Indeks Kecepatan Perkecambahan (IKP) yang lebih besar

    dibandingkan dengan biji yang direndam selama 3 jam, 2 jam, 1 jam atau biji yang

    tidak direndam. Hal tersebut disebabkan oleh, semakin lama biji direndam, maka

    semakin besar masuknya air ke dalam endosperma biji. Perendaman biji dalam air

    mengakibatkan kulit biji lembab dan lebih lunak memungkinkan pecah dan robek

    sehingga perkembangan embrio dan endosperm lebih cepat terjadi, serta untuk

    memberikan fasilitas masuknya oksigen (larut dalam air) kedalam biji. Selain itu air

    juga berfungsi mengencerkan protoplasma sehingga dapat mengaktifkan berbagai

    fungsinya serta sebagai alat transport larutan makanan dari endosperm atau kotiledon

    ke titik tumbuh, dimana akan terbentuk protoplasma baru.

    Perkecambahan dimulai dari masuknya air kedalam sel-sel biji, atau disebut

    proses imbibisi. Proses ini merupakan proses fisika. Imbibisi menyebabkan enzim-

    enzim dalam biji dapat bekerja. Bekerjanya enzim merupakan proses kimia. Pada saat

    air diserap oleh biji maka enzim amilase yang ada pada biji dapat bekerja memecah

    tepung menjadi maltosa, selanjutnya maltosa dihidrolisis oleh maltase menjadi

    glukosa. Saat proses ini berlangsung, protein juga dipecah menjadi berbagai macam

    asam amino. Senyawa glukosa masuk ke dalam proses metabolisme dan dipecah

    menjadi energi atau diubah menjadi senyawa karbohidrat yang menyusun struktur

    tubuh. Berbagai macam asam amino yang terbentuk nantinya akan dirangkai menjadi

    protein yang berfungsi untuk menyusun enzim-enzim baru. Sedangkan asam lemak

    terutama dipakai untuk menyusun membrane sel.

    Air yang diserap oleh biji akan mempercepat proses metabolisme dalam biji,

    karena air dibutuhkan tumbuhan sebagai pelarut bagi kebanyakan reaksi di dalam

    tubuh tumbuhan dan dipakai sebagai medium reaksi enzimatis, sehingga proses

    metabolisme yang terjadi dalam biji yang direndam lebih lama akan berlangsung lebih

    cepat dan menyebabkan perkecambahan biji juga akan lebih cepat dan lebih efisien.

  • Sebaliknya pada biji yang tidak direndam, kulit biji menjadi keras sehingga

    proses perkembangannya menjadi lambat. Keberadaan air bagi biji akan mengimbibisi

    dinding sel biji dan menentukan turgor sel sebelum membelah.

    Biji dapat diketahui berkecambah jika yang pertama muncul dari biji tersebut

    adalah radikula (akar lembaga) yang berasal dari kulit biji yang pecah akibat

    pembengkakan biji setelah biji mengalami proses imbibisi. Pada biji yang kering gas

    O2 akan masuk ke dalam sel secara difusi. Apabila dinding sel kulit biji dan embrio

    telah menyerap air, maka suplai okigen akan meningkat pada sel-sel hidup, sehingga

    memungkinkan untuk terjadinya proses respirasi dan CO2 yang dihasilkan lebih

    mudah berdifusi keluar. Sedangkan untuk biji yang tidak direndam, dinding selnya

    hampir tidak permeable untuk gas, sehingga masuknya O2 ke dalam biji akan menjadi

    lambat. Pada biji yang direndam dengan air dapat membentuk alat transport makanan

    yang berasal dari endosperm, kotiledon pada titik tumbuh, pada embrionik di ujung

    yang nantinya akan digunakan untuk membentuk protoplasma baru. Namun, ketika

    suplai air rendah atau tidak tersedia maka pembentukan sitoplasma baru akan

    berlangsung sangat lambat.

    Air berpengaruh terhadap kecepatan reaksi biokimia dalam sel yang

    berhubungan dengan kerja enzim. Perkecambahan memerlukan suhu yang tepat untuk

    aktivitas enzim, sehingga dalam percobaan ini diletakkan pada tempat gelap. Keadaan

    gelap berpengaruh terhadap bentuk luar dan laju perpanjangan. Tumbuhan yang

    diletakkan di tempat gelap akan tumbuh lebih cepat daripada yang ditempatkan di

    tempat yang terkena cahaya. Hal ini dilakukan untuk menjaga intensitas cahaya yang

    diterima tumbuhan agar pertumbuhan berlangsung dengan baik.

    Salah satu faktor dalam yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

    tanaman adalah hormone tumbuhan. Pada biji cabe mengalami masa dormansi namun

    tidak lama. Ketika dormansi biji cabe telah hilang maka biji akan membentuk hormon

    giberelin dan sitokinin yang diperlukan untuk mengungguli efek kerja asam absisat

    yang penghambat pertumbuhan, sehingga pertumbuhan pun dapat dimulai. Dalam

    keadaaan tersebut, apabila dilakukan perendaman dalam air maka biji pun akan

    berkecambah.

    Kadar air dalam sel berpengaruh terhadap pembentukan hormon, sehingga

    biji cabe yang direndam selama 4 jam akan lebih cepat berkecambah, akibatnya nilai

    IKP tinggi dan persentase perkecambahanpun juga tinggi. Sebaliknya dengan biji

    cabe yang tidak direndam dalam air memiliki nilai IKP yang rendah, akibat hormon

  • giberelin dan sitonin ketika sudah dihasilkan tidak dapat diteruskan pada proses lebih

    lanjut yaitu perkecambahan karena ketersediaan air tidak mencukupi. Oleh karena itu

    ketersediaan air mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan.

    Proses perkecambahan biji juga dipengaruhi oleh oksigen, suhu dan cahaya.

    Oksigen dipakai untuk proses oksidasi dan reduksi sel, untuk menghasilkan energi.

    Perkecambahan memerlukan suhu yang tepat untuk proses aktivasi enzim.

    Perkecambahan tidak dapat berlangsung dalam suhu yang tinggi, karena suhu yang

    tinggi dapat merusak enzim. Perkecambahan umumnya berlangsung baik dalam

    keadaan gelap, karena proses ini membutuhkan hormon auksin dan hormon ini mudah

    mengalami kerusakan pada intensitas cahaya tinggi.

    Jika sudah terjadi perkecambahan maka tahap selanjutnya adalah

    pembentukan akar, batang dan daun. Pada ujung akar dan ujung batang terdapat sel-

    sel meristem yang dapat berdiferensiasi menjadi sel-sel yang memiliki struktur dan

    fungsi yang khusus. Aktivitas meristem sel menyebabkan batang dan akar tumbuh

    memanjang.

  • BAB V

    PENUTUP

    A. Simpulan

    Dari hasil percobaan ini dapat diperoleh simpulan, yaitu ada pengaruh

    perendaman biji dalam air terhadap perkecambahan, biji yang direndam lebih lama

    memiliki persentase perkecambahan yang lebih besar dibandingkan dengan biji yang

    direndam lebih singkat atau yang tidak direndam. Begitu pula dengan indeks

    kecepatan perkecambahan (IKP), biji yang direndam lebih lama memiliki IKP lebih

    besar dibandingkan biji yang direndam dalam waktu singkat atau tidak direndam.

    B. Saran

    Saran yang dapat praktikan berikan untuk praktikan lain yang akan melakukan

    percobaan yang sama antara lain:

    1. Tanamlah biji pada media tanam dan tempat yang sama, sebagai variabel

    kontrol,

    2. Pisahkan biji yang sudah berkecambah dengan biji yang belum berkecambah

    untuk mempermudah penghitungan

    3. Hitung dan amati kecambah yang tumbuh pada waktu yang sama setiap hari,

    4. Ambillah biji yang terkena jamur dari media tanam, agar jamur tidak

    menyerang biji-biji yang lain.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Dwijoseputro. D. 1994. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia Pustaka Tama.

    Kimball, John. 1983. Biologi jilid II edisi ke lima. Jakarta: Erlangga.

    Rahayu, Yuni dkk. 2014. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Surabaya

    Santoso. 1990. Fisiologi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM Press.

    Sastramihardja, D. dkk. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: Biologi FMIPA ITB

    Soerodikosoemo, Wibisono. 1993. Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Departemen

    Pendidikan dan Kebudayaan.

    Sallisbury dan Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: ITB Press.

    Lovelles, A. R. 1999. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik. Jakarta: PT.

    Gramedia Indonesia.

  • Gambar 1. Biji pada hari pertama Gambar 2. Biji yang direndam 4 jam

    dalam air

    Gambar 3. Biji yang direndam 3 jam

    dalam air

    Gambar 4. Biji yang direndam 2 jam

    dalam air

    LAMPIRAN

  • Gambar 5. Biji yang direndam 1 jam

    dalam air

    Gambar 6. Biji yang tidak direndam

    dalam air

  • Perhitungan Persentase Perkecambahan

    Prosentase perkecambahan =bijin keseluruhajumlah

    hberkecamba yang bijijumlah x 100%

    Perhitungan IKP

    IKP (Indeks kecepatan perkecambahan) = 1

    X1 + 2

    X 2 + 3

    X3 + + n

    X n