Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN
PENGABDIAN MASYARAKAT
LATIHAN FISIK ATLET KEMPO PROVINSI
KALIMANTAN SELATAN
Oleh :
Ramadhan Arifin, S.Pd., M.Pd
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI
JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2018
iii
KATA PENGANTAR
Puji suyukur kehadirat Allah Subhanahu Wataala kaerana dengan
limpahanNya jualah kami dapat melaporkan hasil pengabdian masyarakat ini
dengan tema “Latihan Fisik Atlet Kempo Provinsi Kalimantan Selatan”.
Proposal ini disusun sebagai bukti pelaksanaan kegiatan msyarakat oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lambung Mangkurat
Banjarmasin.
Banjarbaru, November 2018
Peneliti
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 3
BAB II TARGET DAN TUJUAN
A. Target .............................................................................................. 16
B. Tujuan .............................................................................................. 16
BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Metode ............................................................................................. 17
B. Peserta ............................................................................................ 17
C. Pendanaan ........................................................................................ 17
BAB IV JADWAL DAN PROGRAM LATIHAN ...................................... 18
A. Jadwal Pelaksanaan ......................................................................... 18
B. Program Latihan .............................................................................. 18
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 19
A. Kesimpulan ...................................................................................... 19
B. Saran ................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 20
LAMPIRAN .................................................................................................... 21
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Olahraga beladiri adalah olahraga yang menggunakan kontak fisik baik itu
memukul, menendang, membanting. Olahraga ini sangat populer tidak saja di
kalangan anak muda tapi juga orang tua, olahraga ini banyak digemari. Cabang
olahraga tersebut pada dasarnya mempunyai agresivitas yang tinggi. Selain
mengajarkan kuat fisik dan pandai bertarung, beladiri juga mengajarkan sikap
mental. Sikap mental tersebut antara lain pengendalian diri, berani disiplin, dan
cenderung memiliki sifat agresif yang tinggi. (Fahmi, 2014
Sikap, kebiasaan, dan kegemaran berolahraga memang sejak dahulu
kala telah dimiliki oleh bangsa Indonesia, terutama olahraga yang bersifat
kependekaran seperti beladiri. Beraneka ragam aliran bela diri tumbuh dengan
amat suburnya dikalangan masyarakat Indonesia. Anggoro (2011)
dalam bukunya yang berjudul Top 10 di Dunia olahraga mengatakan, olahraga
beladiri pada awalnya dikembangkan sebagai alat pertahanan diri meliputi
kekuatan mental dan fisik dan telah dilakukan oleh jutaan orang di dunia.
Meskipun mayoritas olahraga beladiri berasal dari Asia, mereka sangat populer
di seluruh dunia.
Salah satu cabang olahraga beladiri yang populer dan memiliki peminat
cukup tinggi adalah karate. Cabang olahraga ini berasal dari jepang, dan di
Indonesia dikenal sejak tahun 1963 dan didemonstrasikan oleh mahasiswa-
2
mahasiswa Indonesia yang baru pulang dari jepang. Peminat cabang beladiri ini
dari semua kalangan, baik dari usia muda sampai usia tua. Bahkan ada bebrapa
sekolah yang menerapkan cabang olahraga karate pada ekstrakulikuler. (Fahmi,
2014).
Cabang olahraga beladiri lain yang juga populer adalah Kempo. Di UKM
Universitas Hasanuddin, Kempo merupakan salah satu beladiri yang membuka
ekstrakulikuler di beberapa Fakultas. Menurut ketua UKM Kempo periode 2016,
Fikri, bahwa latihan keras dan disiplin adalah kunci seorang atlet untuk meraih
prestasi yang gemilang. Untuk itu dibutuhkan latihan yang baik salah satunya
adalah latihan kardiovaskular demi menunjang prestasi para atlet.
Dalam pertarungan atlet kempo harus memiliki kardiovaskular endurance
yang baik, seperti yang disampaikan Paulus Levianus Pasurney (2001)
bahwasanya “cabang-cabang olahraga yang membutuhkan endurance aerob dan
aneorob yaitu judo, karate, teakwondo dan yang sejenis”. Pernyataan tersebut
menegaskan bahwasanya olahraga beladiri membutuhkan kardiovaskular
endurance. Karena di dalam pertandingan atlet akan senantiasa bergerak untuk
menendang (menyerang), membalas (Counter) lawan (Harsono. 1999).
Olahraga kardio merupakan olahraga jenis aerobik yang memerlukan
oksigen. Dengan latihan ini, jantung yang terlatih akan meningkatkan asupan
distribusi oksigen lebih maksimal. Asupan dan distribusi oksigen maksimal lalu
meningkatkan kesehatan sel-sel darah secara keseluruhan dan meningkatkan
pembakaran kalori (Santoso, 2010). Aspek latihan merupakan salah satu yang
menentukan pencapaian prestasi atlet dalam olahraga, seperti latihan kondisi fisik
3
untuk mempertahankan fisik menghadapi stres fisik dalam latihan dan
pertandingan. Latihan kondisi fisik harus mengacu kepada suatu program latihan
yang dilakukan secara sistematis, berencana, dan progresif yang tujuannya ialah
untuk meningkatkan kemampuan fungsional dari seluruh sistem tubuh agar
demikian prestasi atlet akan meningkat (Santoso, 2010).
Tahir (2012), mengungkapkan dalam teorinya bahwa pecapaian prestasi
optimal dalam bidang olahraga merupakan upaya yang kompleks karena
dipengaruhi banyak faktor. Tersedianya energi yang cukup merupakan salah satu
faktor penting yang menentukan keberhasilan seseorang atlet dalam mencapai
prestasi puncak. Kenaikan kebutuhan energi memberikan penekanan pada
kemampuan tubuh untuk menyediakan oksigen dan bahan bakar yang diperlukan
oleh otot. Salah satu parameter yang dipakai untuk mengatur kapasitas
fungsional sel adalah volume oksigen maksimal atau biasa disebut VO2 maks.
VO2 maks dibutuhkan oleh hampir semua cabang olahraga yang memerlukan
daya tahan kadiovaskular seperti kempo.
B. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Kondisi Fisik
Latihan kondisi fisik adalah proses memperkembangkan kemampuan
aktivitas gerak jasmani yang dilakukan secara sistematik dan ditingkatkan secara
progresif untuk mempertahankan atau meningkatkan derajat kebugaran jasmani
agar tercapai kemampuan kerja fisik yang optimal. Tujuan utamanya adalah
untuk meningkatkan potensi fungsional atlet dan mengembangkan kemampuan
4
biomotor ke derajat yang paling tinggi. Kondisi fisik merupakan unsur yang
sangat penting hampir diseluruh cabang olahraga. Oleh karena itu latihan kondisi
fisik perlu mendapat perhatian yang serius direncanakan dengan matang dan
sistematis sehingga tingkat kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional alat-
alat tubuh lebih baik.
2. Latihan kondisi fisik
a. Kekuatan (Strength)
Strength adalah kemampuan otot untuk membangkitkan tegangan tehadap suatu
tahanan (Harsono:1988). Selanjutnya menurut Thomas (1992), yang dimaksud
dengan kekuatan adalam kemampuan untuk mengeluarkan tenaga secara
maksimal dalam suatu usaha. Hal ini dapat diukur dengan satu repetisi usaha
maksimum atau "1RM". Kekuatan merupakan komponen yang paling mendasar
dan sangt penting dalam olahraga. Karena kekuatan merupakan daya penggerak
setiap aktivitas fisik, berperan untuk mencegah cedera, dan merupakan komponen
dasar bagi komponen kondisi fisik lainnya.
Meskipun banyak aktivitas olahraga lebih memerlukan agilitas, speed,
keseimbangan koordinasi dan sebagainya, tetapi faktor tersebut harus
dikombinasikan dengan kekuatan agar diperoleh hasil yang baik. Jadi kekuatan
merupakan basis bagi komponen kondisi fisik lainnya. Berapa banyak kekuatan
dibutuhkan oleh seseorang dalam suatu cabang olahraga ? hal itu tidak ada
jawaban yang jelas. Karena setiap atlet dan cbang olahraga memiliki kekhasan
masing-masingyang berbeda. Tetapi yang pasti bahwa atlet bulutangkis harus
memiliki kekuatan untuk melakukan aktivitas olahraganya secara efisien.
5
Latihan-latihan untuk mengembangkan kekuatan diantaranya adalah latihan tahan.
Menurut type kontraksi ototnya latihan tahanan dapat dibedakan yaitu latihan
kontraksi isometris, kontraksi isotonis, dan kombinasi kedua kontraksi tersebut
yaitu isokinetis.
Dalam latihan kontraksi isotonis akan nampak adanya gerakan dari
anggota tubuh. Hal ini terjadi karena ada gerakan memendek dan memanjangnya
otot, sehingga terdapat perubahan dalam panjang otot. Kontraksi ini disebut juga
kontraksi dinamis. Latihan kontraksi isokinetis merupakan kombinasi dari
isometrik dan isotonis yaitu dilakukan melalui alat-alat tertentu yang diatur
sedemikian rupa sehingga jika latihan diawali dengan isometrik kemudian setelah
beberapa detik terjadi kontraksi isotonis. Misalnya seseorang berusaha mendorong
mobil yang direm, maka mobil tersebut tidak dapat bergerak setelah beberapa
detik remnya dilepas maka mobil bergerak dan terjadilah kontraksi isotonis.
b. Daya Tahan
Yang dimaksud dengan daya tahan dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu
daya tahan otot atau muscle endurance dan daya tahan cardio respiratori. Yang
dimaksud dengan daya tahan otot (muscle endurance) yaitu kemampuan otot
untuk melakukan kontraksi atau bekerja dalam waktu yang relatif lama.
Sedangkan yang dimaksud dengan daya tahan cardiorespiratori atau daya tahan
peredaran darah dan pernafasan adalah keadaan atau kondisi tubuh yang mampu
untuk bekerja dalam waktu yang lama, tanpa mengalami kelelahan yang
berlebihan setelah menyelesaikan pekerjaan tersebut. Daya tahan sirkulasi
repiratori biasanya disebut juga cardio vasculer endurance. Oleh karena itu untuk
6
melatih komponen daya tahan otot dan daya tahan respiratori sedikit berbeda.
Untuk meningkatkan daya tahan respiratori diperlukan beberapa bentuk latihan
dalam waktu yang relatig lama. Daya tahan otot dan respiratori adalah sistem
kerja pada tingkat aerobik yaitu pemasukan (supply) oksigen masih cukup untuk
memenuhi kebutuhan pekerjaan yang dilakukan oleh otot.
Latihan untuk meningkatkan daya tahan diantaranya adalah ; fartlek,
interval training, dan cross country.
a). Fartlek
Disebut juga speed play, yaitu suatu sistem latihan endurance yang maksudnya
adalah untuk membangun, mengembalikan, atau memelihara kondisi tubuh
seseorang. Diciptakan oleh Gosta Holmer dari Swedia. Fartlek merupakan salah
satu bentuk latihan yang sangat baik untuk mengembangkan daya tahan hampir
pada semua cabang olahraga, terutama cabang olahraga yang memerlukan daya
tahan. Menururt penciptanya, fartlek dilakukan dialam terbuka yang ada bukit-
bukit, belukar, tanah rumpt, tanah lembek dan sebagainya. Maksudnya adalah
bahwa fartlek tersebut bukan dilakukan pada jalan raya atau trek yang
pemandangannya membosankan. Dalam melakukan fartlek, atlet atlet dapat
menentukan sendiri intensitas dan lamanya latihan tergantung kepada kondisi atlet
yang bersangkutan pada saat itu.
Olah karena itu, atlet bebas untuk bermain-main dengan kecepatannya
sendiri serta bebas membuat variasi kecepatan, jarak, dan rute yang akan
dilaluinya. Sebaiknya latihan fartlek dilakukan pada awal-awal musim latihan
jauh sebelum masa pertandingan atau preseason. Tetapi ada pula beberapa pelatih
7
yang memberikan latihan fartlek ini pada musim-musim peningkatan juara atau
menjelang pertandingan sebagai variasi latihan guna menghindari kejenuhan
dalam menghadapi latihan yang relatif padat.
b. Interval Training
Interval training adalah latihan atau sistem latihan yang diselingi interval-
interval berupa masa istirahat. Jadi dalam pelaksanaannya adalah ; istirahat -
latihan -istirahat - latihan - istirahat dan seterusnya. Interval trainingmerupakan
cara latihanyang penting untuk dimasukan ke dalam program latihan keseluruhan.
Banyak pelatih menganjurkan menggunakan interval training untuk melaksanakan
latihan karena hasilnya sangat positif untuk mengembangkan daya tahan
keseluruhan maupun stamina atlet. Bentuk latihan interval dapat berupa latihan
lari (interval running) atau renang (internal swimming) dapat pula dilakukan
dalam program weight training maupun circuit training. Latihan interval dapat
dilakukan dalam semua cabang olahraga yang membutuhkan daya tahan dan
stamina, seperti atletik, basket ball, renang, voli, sepakbola, bulutangkis dan
sebagainya. Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam internal training,
yaitu;
a). intensitas/beban latihan
b). lamanya latihan
c.) repetisi/ulangan latihan, dan
d). recovery internal (masa istirahat diantara latihan)
Beban latihan dapat diterjemahkan kedalam tempo, kecepatan dan beratnya
beban. Sedangkan lamanya latihan dapat dilihat dari jarak tempuh atau waktu,
8
Repetisi dapat ditinjau dari ulangan latihan yang harus dilakukan; kemudian masa
istirahat adalah masa berhenti melakukan latihan/istirahat diantara latihan-latihan
tersebut.
Contoh interval training untuk endurance yang dilakukan dalam lari (interval
running):
Jarak lari : 400 meter
Tempo lari : 75 detik
Repetisi : 12 kali
Istirahat : 3 5 menit
Bentuk latihan interval ini harus disesuaikan dengan kemampuan atlet yang
bersangkutan.
3. Fleksibilitas (kelentukan)
Kelentukan atau fleksibilitas adalah kemampuan melakukan gerakan
persendian seluas-luasnya dan keelastisan otot-otot disekitar persendian. Menurut
Harsono (1988) yang dimaksud dengan kelentukan atau fleksibilitas adalah
"kemampuan untuk melakukan gerak dalam ruang gerak sendi. Kecuali oleh
ruang gerak sendi, kelentukan juga ditentukan oleh elastisitas otot-otot, tendon,
dan ligamen. Fleksibilitas sangat penting dalam hampir seluruh cabang olahraga.
Terutama dalam cabang olahraga yang membutuhkan dan menuntut gerakan
persendian seperti senam, beberapa nomor atletik, dan hampir seluruh cabang
olahraga permainan. Untuk mengembangkan fleksibilitas dapat dilakukan melalui
latihan-latihan peregangan otot dan memperluas ruang gerak sendi-sendi. Untuk
itu dapat dilakukan dengan beberapa bentuk latihan peregangan, antara lain;
9
peregangan statis, peregangan dinamis, peregangan pasif, dan peregangan
kontraksi - rileksasi. Yang dimaksud dengan peregangan statis, peregangan
dinamis, peregangan pasif, dan peregangan kontraksi - rileksasi. Yang dumaksud
dengan peregangan statis adalah latihan-latihan peregangan yang mengambil
sikap sedemikian rupa sehingga meregangkan kelompok otot tertentu, selanjutnya
dipertahankan selama beberapa detik. Sedangkan peregangan dinamis dilakukan
dengan cara menggerak-gerekan anggota tubuh secara berirama dengan gerakan-
gerakan memutar dan memperluas ruang sendi secara beraturan, dengan harapan
dapat mengembangkan secara progresif ruang gerak sendi-sendi. Peregangan pasif
adalah bentuk latihan peregangan untuk memperluas ruang sendi dengan cara
dibantu oleh orang lain.
Dalam melakukan latihan peregangan pasif, pelaku menekuk kelompok
otot tertentu (persendian), kemudian dibantu temannya meregangkan otot tersebut
secara perlahan-lahan sampai titik fleksibilitas maksimal dan dipertahankan
beberapa detik misalnya 12 detik, selanjutnya dikembalikan secara perlahan pula.
4. Kecepatan (speed)
Yang dimaksud dengan kecepatan dalam olahraga adalam sebagai gerak
laju yang dihasilkan oleh kontraksi otot. Menurut Gallahue (1982: 282), "Speed is
the ability to cover a short distance in as short a period of time as possible. Speed
is influenced by reaction time". Jadi kecepatan adalah kemampuan untuk
menempuh jarak tertentu dalam waktu yang sangat cepat/pendek, dan kecepatan
dipengaruhi oleh waktu reaksi. Waktu reaksi adalah waktu yang dibutuhkan antara
mulai adanya rangsang sampai terjadinya gerakan. Menururt Harsono (1988),
10
kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan yang sejenis
secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, atau kemampuan
untuk menempuh suatu jarak dalam waktu sesingkat-singkatnya. Dalam
permainan bulutangkis kecepatan gerak sangat dibutuhkan, mulai dari datangnya
shuttle cock ke arah tertentu, kemudian pemain bergerak dengan cepat untuk
menguasai shutle cock dan berusaha mengembalikannya ke lapangan lawan ke
tempat yang sulit dijangkau lawan. Komponen kecepatan bergantung kepada
beberapa komponen lain yang mempengaruhinya, yaitu; kekuatan, fleksibilitas,
dan waktu reaksi. Menururt Harsono (1988), "Jadi kalau berlatih untuk
mengembangkan kecepatan, atlet harus pula dilatih kekuatan, fleksibilitas, dan
kecepatan reaksinya, dan tidak hanya semata-mata berlatih kecepatan saja."
Latihan untuk kecepatan gerak dalam olahraga bulutangkis salah satunya
adalah dengan cara melakukan gerakan secepat-cepatnya. Contohnya memukul
shuttle cock yang berulang-ulang dengan waktu yang cepat atau dengan berlari
secepat-capatnya.
3. Efek Dari Latihan
Terdapat sejumlah perbedaan yang muncul antara atlit yang terlatih dan
sekelompok orang yang kurang aktif atau tidak terlatih. Para atlit yang terlatih
memiliki level kapasitas kerja yang tinggi dibandingkan dengan sekelompok
orang yang tidak terlatih. Perbedaan yang muncul adalah perubahan pada sistem
kardiovaskuler, perubahan pada sistem respirasi, dan perubahan pada sistem
metabolik.
11
a. Perubahan pada Sistem Kardiovaskuler
1. Perubahan yang terjadi saat istirahat
Perubahan yang terjadi adalah denyut nadi istirahat pada atlit yang terlatih akan
mengalami penurunan karena:
1) Terjadi penurunan impuls simpatetik yang disertai dengan penurunan level
Norefinefrin dan efinefrin.
2) Terjadi penurunan denyut nadi arteri yang bersifat sekunder terhadap
perubahan biokimia dalam otot dan level asitilkolin, norefinefrin dan efinefrin di
dalam atrium.
3) Terjadi suatu peningkatan tonus parasimpatetik yang bersifat sekunder
terhadap penurunan tonus simpatetik.
Disamping itu perubahan lain yang terjadi adalah penurunan tekanan darah. Hal
ini disebabkan karena :
1) Adanya penurunan tahanan periper vaskular.
2) Adanya penurunan yang sangat besar pada tekanan darah sistolik
Selain hal tersebut diatas perubahan lain yang terjadi adalah peningkatan volume
darah dan hemoglobin yang memfasilitasi kapasistas pengiriman oksigen dalam
sistem kardiovaskuler.
4. Perubahan yang terjadi saat latihan
Perubahan yang terjadi saat latihan berkaitan dengan peningkatan
stroke volume, cardiac output, kebutuhan oksigen oleh otot yang bekerja,
penurunan aliran darah per kilogram pada otot yang bekerja dan penurunan
komsumsi oksigen miocardiac. Peningkatan stroke volume terjadi karena :
12
1) Adanya peningkatan kontraksi miocardiac
2) Adanya peningkatan volume ventrikular.
Peningkatan cardiac output umumnya merupakan hasil dari peningkatan stroke
volume. Besarnya perubahan pada cardiac output secara langsung berkaitan
dengan peningkatan stroke volume dan besarnya penurunan denyut nadi
istirahat.
Perubahan lain yang terjadi adalah peningkatan VO2 Maks. umumnya
para atlit yang terlatih memiliki level VO2 Maks yang tinggi. Hal ini berkaitan
dengan peningkatan cardiac output sehingga terjadi peningkatan pengiriman
oksigen ke otot-otot yang bekerja. Sedangkan otot mengalami peningkatan
kemampuan menyerap oksigen yang cepat dari darah sehingga terjadi
peningkatan penggunaan oksigen dalam otot.
b. Perubahan pada Sistem Respirasi
1. Perubahan saat istirahat
Perubahan yang terjadi adalah volume paru menjadi lebih besar karena
adanya perbaikan fungsi pulmonal tanpa adanya perubahan tidal volume. Adanya
perbaikan fungsi pulmonal dapat menghasilkan kapasitas difusi yang lebih besar
karena adanya peningkatan volume paru dan peningkatan area permukaan kapiler
alviolar.
2. Perubahan saat latihan
Kapasitas difusi yang besar dapat meningkatkan ventilasi pulmonal
maximal per menit dan peningkatan efisiensi ventilatori. Jumlah udara ventilasi
13
yang rendah pada komsumsi oksigen yang sama tidak menyebabkan perubahan
pada kapasitas difusi maximum.
c. Perubahan pada sistem metabolik
1. Perubahan saat istirahat
Perubahan yang terjadi adalah otot nampak hypertropi dan terjadi
peningkatan kepadatan kapiler. Pada otot juga terjadi peningkatan jumlah dan
ukuran mitokondria sehingga dapat meningkatkan kapasitas otot untuk
membangkitkan ATP secara aerobik. Selain itu terjadi peningkatan konsentrasi
mioglobin dalam otot yang dapat meningkatkan kecepatan transportasi oksigen
dan kecepatan difusi oksigen pada mitokondria
2. Perubahan saat latihan
Perubahan yang terjadi adalah penurunan kecepatan deplesi glikogen otot
pada level kerja sub maximal. Hal ini disebabkan karena :
a. Peningkatan Kapasitas memobilisasi dan mengoksidasi lemak.
b. Peningkatan mobilisasi lemak dan enzim-enzim metabolik
Disamping itu terjadi penurunan level asam laktat di dalam darah,
berkurangnya fosfokreatin dan ATP dalam otot skeletal. Hal ini akan diikuti oleh
peningkatan kemampuan untuk mengoksidasi karbohidrat karena :
1. Meningkatnya potensial oksidatif didalam mitokondria.
2. Peningkatan simpanan glikogen didalam otot
3. Kardiovaskular Endurance
Menurut Sajoto (1988) daya tahan umum atau cardiorespiratory endurance
adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan sistem jantung, pernafasan
14
dan peredaran darahnya, secara efektif dalam menjalankan kerja terus
menerus.Yang melibatkan kontraksi sejumlah otot-otot besar, dengan intensitas
tinggi dengan waktu yang cukup lama.
Daya tahan Cardiovaskuler-respiratory atau daya tahan jantung paru
menurut Harsini (1988) adalah keadaan atau kondisi tubuh yang mampu untuk
bekerja untuk waktu yang lama, tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan
setelah menyelesaikan perkerjaan tersebut. Oleh karena batasan endurance adalah
seperti yang diuraikan di atas, yakni kemampuan untuk bekerja atau berlatih
dalam waktu yang lama. Maka latihan-latihan untuk mengembangkan komponan
endurance haruslah sesuai dengan batasan-batasan tersebut, yaitu latihan skipping.
Endurance tubuh merupakan kemampuan seseorang melakukan latihan dinamik
pada beberapa group otot besar seperti berjalan, berenang, dan atau bersepeda
dalam jangka waktu yang lama. Daya tahan tubuh menuntut adanya daya tahan
jantung paru sehingga dibutuhkan kemampuan tubuh untuk beraktivitas atau
bekerja tanpa mengalami kelelahan yang berarti. Perbaikan endurance tubuh
selalu dihasilkan oleh aerobik training seperti jogging, berenang, berlari atau
bersepeda. Beberapa adaptasi dapat terjadi dalam otot dan dapat melibatkan
sistem energi. Perubahan lainnya yang dapat terjadi adalah perubahan pada sistem
kardiovaskular, perbaikan sirkulasi ke otot dan di dalam otot. Menurut Halim
Nur Ikhsan (2011), faktor-faktor yang mempengaruhi diantaranya:
a. Genetik
Kardiovaskular endurance dipengaruhi oleh faktor genetik yakni sifat-sifat
spesifik yang ada dalm tubuh seseorang dari sejak lahir.
15
b. Umur
Pada kardiovaskular endurance ditemukan, sejak usia anak- anak sampai
sekitar umur 20 tahun, kardiovaskular endurance meningkat maksimaldi usia 20-
30 tahun. Endurance tersebut akan makin menurun sejalan dengan bertambahnya
usia namun penurunan ini dapt berkurang bila seseorang rajin berolahraga sejak
dini.
c. Jenis Kelamin
Kesegaran jasmani antara pria dan wanita berbeda karena adanya
perbedaan ukuran tubuh yang terjadi selama masa pubertas. Kardiovaskular
endurance pada usia anak-anak antara pria dan wanita tidak berbeda namun
setelah masa pubertas terdapat perbedaan karena wanita memiliki jaringan lemak
lebih banyak dan kadar hemoglobin lebih rendah dibanding dengan pria.
d. Kegiatan fisik
Kegiatan fisik sangat mempengaruhi semua kompenen kesegaran jasmani,
latihan yang bersifat aerobik yang dilakukan secara teratur akan meningkatkan
kardiovaskular endurance dan dapat mengurangi lemak tubuh. Dengan latihan
olahraga yang baik dan benar berartiorgan tubuh dipacu untuk menjalankan
fungsinya sehingga mampu beradaptasi terhadap semua pembebanan yang
diberikan.
16
BAB II
TARGET DAN TUJUAN
A. Target
Target dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah membantu
meningkatkan kondisi fisik atlet Kempo untuk bertanding pada kejuaraan
nasional.
B. Tujuan
Dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini tujuan yang dicapai adalah
sebagai dasar untuk menjadi pemain sepakbola. Adapun beberapa tujuan
dalam pembekalan pelatihan ini:
1. Atlet memiliki kondisi fisik yang prima saat bertanding
2. Meraih juara saat bertanding
17
BAB III
METODE PELAKSANAAN
A. Metode
Metode yang akan digunakan dalam program ini adalah memberikan latihan
kepada atlet Kempo Provinsi Kalimantan Selatan.
B. Peserta
Peserta pengabdian masyarakat ini adalah atlet kempo wanita provinsi
Kalimantan Selatan.
C. Pendanaan
Pendanaan dalam kegiatan ini menggunakan biaya mandiri dari pelaksana
sendiri.
18
BAB IV
JADWAL DAN PROGRAM LATIHAN
A. Jadwal Kegiatan
Berikut jadwal kegiatan yang dilaksanakan pada tanggal Juli sampai bulan
September 2018.
Jadwal latihan pada:
- Pagi : 07.00 – 08.30 (senin – sabtu)
- Sore : 16.00-18.00 (senin- sabtu)
Latihan fisik dilaksanakan
- Senin s/d Jumat 07.00 – 08.30
B. Bentuk latihan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
100 1
VOLUME 90 2
INTENSITAS 80 3
PEAKING 70 4
60 5
50
FISIK 40
TEKNIK 30
TAKTIK 20
PSIKOLOGIS 10
0
STRENGTH
TRAINING PHASE
MAXIMUM CONVERSION
SPECIFIC SPEED A & RSPEED
ENDURANCE AEROBIC AEROBIC & ANAEROBIC SPECIFIC ENDURANCE
NUTRITION
MACRO CYCLE
PSYCHOLOGY
TECHNIC BASIC TRAINING SPECIFIC TRAINING
GOAL SETTING STRESS MANAGEMENT
3
MICRO CYCLE
PEAKING INDEX 5 4 5 4
TESTING DATES
MEDIC CONTROL
CAMP
PEA
KIN
G
RELAX
DIET BALANCE HIGH PROTEIN
PERS. UMUM PERSIAPAN KHUSUS
AA
AEROB AEROBIC & ANAEROBIC
1 2 3 4 5 6
MODELING
19
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari kegiatan pelatihan kondisi fisik
ini sebagai berikut:
1. Meningkatkan Kondisi Fisik Atlet
2. Meraih Juara pada pertandingan Kempo di Nasional
B. Saran
Hal yang dapat disarankan dari hasil kegiatan ini sebagai berikut:
1. Pemberian pengetahuan tentang latihan perlu dioptimalkan terutama kepada
para atlet.
2. Perlunya Nutrisi yang baik untuk menunjang fisik saat latihan
3. Istirahat yang cukup
20
DAFTAR PUSTAKA
Astrand P.O., and K. Rodahl. 1986. Textbook of Work Physiology. 3rd ed. New
York : McGraw-Hill Book Company
Anggoro, Dwi. 2011. Melatih Diri Olahraga Untuk Kebugaran . Jakarta: Sentosa
Budiawanto, S. 2004.Pengetahuan dasar melatih olahraga. Malang: Depdiknas
universitas negri malang.
Bompa. T.O. 1994. Theory and Metodologi of Training. The Key to Athletic
Peformance, 3th Edition. Dubuque IOWA: Kendalhunt Publishing
Company
Guyton A.C. 2000. Text Book of Medical Physiology. 10th. Ed. USA. W.B.
Saunders Co.
Halim, Nur Ikhsan. 2011. Tes dan Pengukuran Kesegaran Jasmani, Makassar:
Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar
Harsono. 1999.Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis Dalam Coaching. Jakarta:
CV. Kurnia.
Hasyim Efendi, 1983. Fisiologi Kerja dan Olahraga serta Peranan Tes Kerja
(Exercise Test) untuk Diagnostik. Bandung : Penerbit Alumni. Kosasih,
Engkos. 1985. Olahraga Teknik dan Program Latihan. Jakarta.
Sajoto, Mochamad. 1988. Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Jakarta :
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi
Sajoto. 1993. Peningkatan dan Pembinaan Kondisi Fisik. Semarang: IKIP
Semarang.
Santoso, L. D. 2010. Rahasia Diet 2 : the home gym. Jakarta: PT BPK Gunung
Mulia.
Sherwood, Lauralee, 2011. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, Edisi 6. Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Sukadiyanto. 2005. Pengantar Teori Metodologi Melatih Fisik. Yogyakarta:
Fakultas ilmu Keloahragaan. Universitas Negeri Yogyakarta.
Yamaguchi, Gogen. 1999. Goju Ryu Karate Do Kyohan. Canada: Masters
Publication
21
LAMPIRAN
22
LAMPIRAN FOTO
23
24
25