94

LAPORAN PENELITIAN - UNUD

  • Upload
    others

  • View
    25

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LAPORAN PENELITIAN - UNUD
Page 2: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

LAPORAN PENELITIAN

STUDI PELAKSANAAN PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN

LINGKUNGAN HIDUP DI PELABUHAN BENOA BALI

PERIODE SEMESTER II TAHUN 2016

Oleh:

Dr.Drs.Ketut Gede Dharma Putra,M.Sc

PUSAT STUDI PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

UNIVERSITAS UDAYANA

2016

Page 3: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

i

KATA PENGANTAR

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup mencantumkan bahwa perlindungan

dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan

untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran

dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan,

pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum. Peraturan

perundangan yang berlaku mensyaratkan adanya upaya pengelolaan dan pemantauan

lingkungan terhadap suatu kegiatan yang potensial mencemari lingkungan seperti

kegiatan di Pelabuhan Benoa. Kegiatan pengelolaan lingkungan hidup tersebut

dilakukan untuk dapat mengendalikan dampak yang ditimbulkan oleh limbah hasil

kegiatan. Sebagai pelabuhan yang memiliki fungsi melayani kapal penumpang,

pariwisata, kapal bahan bakar, kapal perikanan khusus export, kapal peti kemas barang-

barang export-import, maka PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Benoa

berupaya untuk melakukan kegiatan pengelolaan lingkungan hidup agar lingkungan di

sekitar pelabuhan tetap terjaga kualitasnya.

Penelitian yang berjudul Studi Pelaksanaan Pengelolaan dan pemantauan

Lingkungan Hidup di Pelabuhan Benoa Bali Periode Semester II Tahun 2016

dilaksanakan dalam rangka mengetahui efektifitas rencana pengelolaan lingkungan

hidup dan rencana pemantauan lingkungan hidup pada periode semester II Tahun 2016.

Penyusunan laporan penelitian ini mengacu pada Keputusan Menteri Lingkungan

Hidup Nomor 45 Tahun 2005. Diharapkan dengan melaksanakan pemantauan

lingkungan hidup secara berkala, dapat diketahui secara dini, upaya pengelolaan

lingkungan hidup yang harus dilaksanakan untuk mewujudkan lingkungan hidup yang

lestari.

Denpasar, 19 Desember 2016 Dr. Drs. Ketut Gede Dharma Putra,M.Sc.

Page 4: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI

ABSTRAK

ii iii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang I-1 1.2 Identitas Perusahan I-3 1.3 Lokasi Kegiatan I-5 1.4 Deskripsi Kegiatan I-12 1.5 Perkembangan Lingkungan Sekitar I-27 BAB II. PELAKSANAAN DAN EVALUASI 2.1 Pelaksanaan II-1 2.1.1 Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup II-1 2.1.2 Rencana Permantauan Lingkungan Hidup II-19 2.2. Evaluasi II-51 2.2.1 Evaluasi Kecenderungan II-51 2.2.2 Evaluasi Tingkat Kritis II-56 2.2.3 Evaluasi Penaatan II-57 BAB III KESIMPULAN 3.1 Efektivitas Pengelolaan Lingkungan Hidup III-1 3.2 Kesesuaian Hasil Pelaksanaan RKL-RPL III-2 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Page 5: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

iii

ABSTRAK

Studi Pelaksanaan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup di Pelabuhan Benoa Bali Periode Semester II Tahun 2016

Oleh : Ketut Gede Dharma Putra

Pusat Studi Pembangunan Berkelanjutan LPPM Universitas Udayana Bali Email: [email protected]

Telah dilakukan penelitian tentang pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup di Pelabuhan Benoa Bali pada periode semester 2 tahun 2016. Penelitian dilakukan dengan mengevaluasi rencana pengelolaan lingkungan hidup di Pelabuhan Benoa yang tertuang dalam dokumen RKL dan melaksanakan kegiatan monitoring kualitas air laut, kualitas udara, tingkat kebisingan, dan keberadaan biota perairan di sekitar Pelabuhan Benoa Bali. Berdasarkan hasil evaluasi terhadap hasil pengamatan, survey lapangan, dan pengukuran parameter kualitas lingkungan di Pelabuhan Benoa dapat disimpulkan beberapa hal, diantaranya: (1) Status mutu air laut di perairan Pelabuhan Benoa apabila dianalisis sesuai Peraturan Gubernur Bali No. 16 Tahun 2016 tentang Baku Mutu Lingkungan Hidup dan Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup serta Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut pada lima lokasi pengukuran termasuk kategori baik karena memenuhi baku mutu lingkungan untuk kualitas air laut peruntukan pelabuhan. Empat titik pengukuran lainnya termasuk kategori cemar ringan. Parameter yang melebihi baku mutu lingkungan meliputi bau, benda terapung/sampah, dan senyawa ammonia. Kondisi tersebut menunjukan aktivitas bongkar muat, pemeliharaan kapal, buangan limbah perusahan prosesing ikan di pelabuhan, serta polutan yang berasal dari aliran air dari kawasan sekitar pelabuhan merupakan sumber pencemar ke dalam perairan laut di lokasi pengamatan. (2)Kualitas udara dan tingkat kebisingan di Pelabuhan Benoa menunjukan kondisi yang berada di bawah baku mutu lingkungan. Walaupun kualitas udara di kawasan pelabuhan berada dalam kondisi baik, namun tingginya kandungan debu di lokasi yang berdekatan dengan pintu masuk ke pelabuhan perlu dikelola dengan baik agar tidak mengganggu aktivitas di kawasan lainnya. (3)Tingkat keragaman phytoplankton dan zooplankton di perairan laut Pelabuhan Benoa masih dalam klasifikasi tercemar ringan. Hal ini menunjukan kondisi perairan pelabuhan masih memungkinkan kehidupan biota perairan yang memenuhi kondisi peraiaran di sekitar pelabuhan yang tidak dimanfaatkan secara penuh untuk aktivitas masyarakat. (4)Kondisi lingkungan hidup seperti yang dipantau menunjukan masih adanya limbah dan sampah yang masuk ke kawasan perairan di sekitar pelabuhan tanpa terlebih dahulu mengalami pengolahan . Kata Kunci: Status Mutu, Kualitas Lingkungan.

Page 6: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

Pendahuluan ................................... I -1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup mencantumkan bahwa

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu

yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya

pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan,

pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum.

Peraturan perundangan yang berlaku mensyaratkan adanya upaya pengelolaan dan

pemantauan lingkungan terhadap suatu kegiatan yang potensial mencemari

lingkungan seperti kegiatan di Pelabuhan Benoa. Semua kegiatan pembangunan di

pelabuhan harus mengacu pada konsep pembangunan berkelanjutan sebagai upaya

sadar dan terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi

ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta

keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan

generasi masa depan.

Laporan Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan

Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) ini mengacu pada hasil studi Analisis

Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) Pengembangan Pelabuhan Benoa

Bali yang telah mendapat persetujuan dari Menteri Perhubungan berdasarkan

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 44 Tahun 1994 tanggal 4 Juni 1994

tentang Persetujuan Laporan Akhir Studi Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL)

Pengembangan Kawasan Pelabuhan Benoa-Denpasar Bali yang selanjutnya diikuti

dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: SK.3/LT.504/Phb-96 tanggal 15

Januari 1996 tentang Persetujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan

Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) Rencana Pengembangan Pelabuhan

Benoa Bali. Acuan lainnya adalah Keputusan Menteri Perhubungan Nomor SK.7/LT

Page 7: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

Pendahuluan ................................... I -2

504/PHB-99 tanggal 25 Juni 1999 tentang Persetujuan Analisis Dampak Lingkungan

Hidup (ANDAL), Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL), dan Rencana

Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) Kegiatan Reklamasi Pelabuhan Benoa Bali.

Sementara itu untuk kegiatan alur pelabuhan, pada tanggal 1 April 2008 Gubernur Bali

telah mengeluarkan Keputusan Gubernur Bali Nomor 283/04-A/Hk/2008 tentang

Penetapan Kelayakan Lingkungan Kegiatan Perluasan Alur Masuk ke Pelabuhan

Benoa. Dalam upaya tersebut, Departemen Perhubungan, Direktorat Jenderal

Perhubungan Laut melalui PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Benoa telah

secara rutin melaksanakan kegiatan pemantauan lingkungan hidup untuk mengamati

efektivitas pelaksanaan rencana pengelolaan lingkungan hidup yang ada. Hal ini sesuai

dengan arahan yang tertuang dalam dokumen rencana pengelolaan lingkungan hidup

(RKL) dan rencana pemantauan lingkungan hidup (RPL) kegiatan pengembangan dan

pembangunan di Pelabuhan Benoa.

Kegiatan pelabuhan seperti yang dilaksanakan di Pelabuhan Benoa, yang

terletak di Kawasan Teluk Benoa pada bagian Selatan Pulau Bali, tepatnya pada

koordinat 08044’22” LS dan 115012’30” BT merupakan kegiatan yang berpotensi

menimbulkan dampak kepada lingkungan hidup. Hal ini dikarenakan Pelabuhan

Benoa dioperasikan sebagai pelabuhan multipurpose untuk pelayanan petikemas,

general cargo, curah cair, penumpang, perikanan dan marina. Hal tersebut sesuai

dengan fungsi Pelabuhan Benoa sebagaimana dinyatakan dalam Peraturan Daerah

(Perda) Provinsi Bali Nomor 16 Tahun 2009, yaitu untuk melayani kapal penumpang,

pariwisata, kapal BBM, kapal perikanan khusus ekspor, kapal petikemas barang-

barang ekspor-impor kerajinan rakyat, seni dan garmen serta kapal yang membawa

sembilan bahan pokok (sembako). Aktivitas-aktivitas tersebut menyebabkan

timbulnya limbah yang dihasilkan dari semua kegiatan yang dilaksanakan di

pelabuhan dimana limbah tersebut perlu dikelola dengan baik agar tidak mengganggu

kelestarian lingkungan hidup.

Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 45 Tahun 2005

tentang Pedoman Penyusunan Laporan Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan

Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL), pihak pemrakarsa

kegiatan perlu melaksanakan kegiatan pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan

arahan yang tercantum di dalam dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup

Page 8: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

Pendahuluan ................................... I -3

(RKL) dan dilaporkan kegiatan pemantauannya sesuai dengan arahan di dalam

dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) Pengembangan Kawasan

Pelabuhan Benoa Denpasar Bali. Kegiatan monitoring kualitas lingkungan ini

dilaksanakan sebagai bentuk komitmen PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) dalam

melaksanakan pembangunan yang berwawasan lingkungan.

Sesuai arahan dalam dokumen ANDAL Pengembangan Kawasan Pelabuhan

Benoa Denpasar Bali tahun 1996 serta dokumen ANDAL Kegiatan Pendukungan

Perluasan Alur masuk ke Pelabuhan Benoa tahun 2008, kegiatan pengembangan

kawasan Pelabuhan Benoa bertujuan untuk:

1. Mengembangkan pelabuhan yang representatif bagi kapal-kapal wisata manca

negara sekaligus sebagai pelabuhan kapal barang konvensional.

2. Melakukan pengembangan fasilitas pelabuhan umum yang harmonis dengan

fasilitas penumpang.

3. Memanfaatkan teknologi modern dalam pengembangan sistem pelayanan.

1.2 Identitas Perusahaan

Kegiatan pemantauan lingkungan hidup di kawasan Pelabuhan Benoa ini

dilaksanakan oleh:

a. Nama Perusahan : PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero)

Cabang Benoa

b. Jenis Badan Hukum : Perseroan Terbatas

c. Alamat : Jln. Raya Pelabuhan Benoa

Banjar/Lingkungan Pesanggaran

Kelurahan Pedungan

Kecamatan Denpasar Selatan

Kota Denpasar 80222

d. Nomor Telepon : (0361) 720560 – 723352

e. Nomor Fax : (0361) 723351

f. Email : [email protected]

g. Status Pemodalan : Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

h. Bidang Usaha : Kepelabuhanan (Operator Terminal)

Page 9: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

Pendahuluan ................................... I -4

i. SK AMDAL yang disetujui : 1. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 44

Tahun 1994 tanggal 4 Juni 1994 tentang

Persetujuan Laporan Akhir Studi Analisis

Dampak Lingkungan (ANDAL) Pengembangan

Kawasan Pelabuhan Benoa-Denpasar Bali

2. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor:

SK.3/LT.504/Phb-96 tanggal 15 Januari 1996

tentang Persetujuan Rencana Pengelolaan

Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana

Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) Rencana

Pengembangan Pelabuhan Benoa Bali

3. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor

SK.7/LT 504/PHB-99 tanggal 25 Juni 1999

tentang Persetujuan Analisis Dampak

Lingkungan Hidup (ANDAL), Rencana

Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL), dan

Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL)

Kegiatan Reklamasi Pelabuhan Benoa Bali

4. Keputusan Gubernur Bali Nomor 283/04-

A/Hk/2008 tanggal 1 April 2008 tentang

Penetapan Kelayakan Lingkungan Kegiatan

Perluasan Alur Masuk ke Pelabuhan Benoa

j. Penanggung jawab : Ali Sodikin

k. Jabatan : General Manager

Page 10: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

Pendahuluan ................................... I -5

1.3 Lokasi Kegiatan

Pelabuhan Benoa terletak di Kawasan Teluk Benoa yang termasuk wilayah

Banjar/Lingkungan Pesanggaran Kelurahan Pedungan Kecamatan Denpasar Selatan

Kota Denpasar.

Pelabuhan Benoa terletak di Teluk Benoa dengan posisi geografis pada

koordinat 08° 44’ 22" Lintang Selatan dan 115° 12' 30" Bujur Timur. Secara

administratif lokasi kegiatan Pelabuhan Benoa berada di Banjar Pesanggaran,

Kelurahan Pedungan, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Provinsi Bali.

Batas-batas daerah kegiatan adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Teluk Benoa dan wilayah daratan Banjar Pesanggaran

Sebelah Timur : Teluk Benoa dan Kawasan Serangan

Sebelah Barat : Teluk Benoa dan Jalan Tol Bali Mandara

Sebelah Selatan : Teluk Benoa dan Kawasan Tanjung Benoa

Orientasi lokasi Pelabuhan Benoa dapat dilihat pada Gambar 1.1, layout

eksisting pada Gambar 1.2, sementara peta rencana pola ruang wilayah Kota Denpasar,

Kabupaten Badung,Provinsi Bali dan Kawasan Perkotaan Sarbagita pada Gambar 1.3

sampai Gambar 1.5.

Page 11: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

Pendahuluan ................................... I -6

Gambar 1.1 Orientasi Lokasi Pelabuhan Benoa

Page 12: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

Pendahuluan ................................... I -7

Gam

bar 1

.2 L

ayou

t Eks

istin

g Pe

labu

han

Ben

oa

Page 13: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

Pendahuluan ................................... I -8

Gambar 1.3 Peta Rencana Pola Ruang Wilayah Kota Denpasar

Page 14: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

Pendahuluan ................................... I -9

Gambar 1.4 Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Badung

Page 15: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

Pendahuluan ................................... I -10

Gambar 1.5. Peta Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali

Page 16: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

Gambar 1.6. Peta Pola Ruang Kawasan Perkotaan Sarbagita

Page 17: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

I - 12

1.4 Deskripsi Kegiatan

Kegiatan di Pelabuhan Benoa merupakan kegiatan jasa pelayanan pelabuhan

umum dan pariwisata yang merupakan bagian dari aktivitas kegiatan perhubungan.

Pada saat pelaksanaan kegiatan pemantauan lingkungan hidup, status pelaksanaan

kegiatan termasuk tahap operasional. Berdasarkan kelas pelabuhan di wilayah operasi

PT Pelabuhan Indonesia III (Persero), Pelabuhan Benoa merupakan pelabuhan

Internasional Kelas II. Selain itu berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan

Nomor: KP 414 Tahun 2013 tanggal 17 April 2013 tentang Penetapan Rencana Induk

Pelabuhan Nasional (RIPN), Pelabuhan Benoa termasuk kategori Pelabuhan Utama.

Luas areal pelabuhan terdiri dari zona fasilitas pokok 25,8 Ha dan zona fasilitas

penunjang seluas 32,2 Ha. Perairan pelabuhan Benoa berada pada Daerah Lingkungan

Kerja Perairan yang luasnya 227,6 Ha yang terdiri dari kolam pelabuhan sebesar 21,97

Ha; Fasilitas umum sebesar 72,50 Ha; perairan potensial yang belum dimanfaatkan

sebesar 24,39 Ha; dan perairan dangkal yang belum dapat dimanfaatkan sebesar

108,84 Ha. Adapun kegiatan / fasilitas Pelabuhan Benoa eksisting disajikan pada Tabel

1.1 berikut.

Tabel 1.1 Kegiatan / Fasilitas Pelabuhan Benoa Eksiting

NO KEGIATAN KETERANGAN

1 DERMAGA a. Sisi Timur Kolam dermaga sisi timur memiliki

dimensi (662 x 150) M2, dengan kedalaman bervariasi antara -5 s.d. -10 m LWS

1) Dermaga Timur Dimensi (290 x 20) M2 Kedalaman kolam depan dermaga

-9 s.d. - 10 MLWS Konstruksi beton bertulang

2) DUKS (5 dermaga) 5 dermaga dengan dimensi per dermaga (20 x 10) M2

Kedalaman kolam depan dermaga -5 M LWS

Konstruksi kayu 3) Dermaga Pandu Dimensi (33 x3) M2

Kedalaman kolam depan dermaga -3,5 M LWS

Konstruksi kayu 4) Mooring Dolphin untuk

kapal cruise Dimensi (4,1 x 4,1) m2 Konstruksi beton bertulang

b. Sisi Selatan Kolam dermaga sisi selatan memiliki

dimensi (600 x 350) M2, dengan

Page 18: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

I - 13

NO KEGIATAN KETERANGAN

kedalaman bervariasi antara -5 s.d. -9 M LWS

1) Dermaga Selatan Dimensi (206 x 21) M2 Kedalaman kolam depan dermaga

-8 s.d. -9 M LWS Konstruksi beton bertulang

2) DUKS (3 dermaga) I. Dimensi (58 x 8) M2 II. Dimensi (40 x 8) M2 III. Dimensi (70 x 8) M2

Kedalaman kolam depan dermaga -5 M LWS

Konstruksi beton bertulang

c. Sisi Barat Kolam dermaga sisi barat memiliki dimensi Dimensi (900 x 150) M2, dengan kedalaman bervariasi -2,5 s.d. -3,5 m LWS

1) Dermaga Barat Selatan Dimensi (150 x 8) M2 Kedalaman kolam depan dermaga

-3,5 M LWS Konstruksi beton bertulang

2) DUKS (10 dermaga) I. Dimensi (100 x 10) M2 II. Dimensi (35 x 10) M2 III. Dimensi (30 x 10) M2 IV. Dimensi (40 x 10) M2 V. Dimensi (40 x 10) M2 VI. Dimensi (46 x 10) M2 VII. Dimensi (20 x 10) M2 VIII.Dimensi (15 x 10) M2 IX. Dimensi (15 x 10) M2 X. Dimensi (7 x 10) M2

Kedalaman kolam depan dermaga -3 M LWS

Konstruksi kayu

3) Dermaga Barat Utara 8 dermaga dengan dimensi per dermaga (32 x 8) M2

Dimensi (72 x 8 ) M2 Kedalaman kolam depan dermaga

-3 M LWS Konstruksi beton bertulang

2 ZONA FASILITAS POKOK Total 25,8 Ha

a. Zona Terminal Luas 21,4 Ha 1) Lapangan penumpukan

16,9 Ha, terdiri dari:

a) General cargo 3,3 Ha Tidak difungsikan b) Petikemas 2,4 Ha c) Curah Kering 6,5 Ha Tidak difungsikan

Page 19: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

I - 14

NO KEGIATAN KETERANGAN

d) Curah Cair 4,6 Ha 2) Terminal Penumpang 5,2

Ha

b. Zona Pariwisata/Marina Luas 3,7 Ha 3 ZONA FASILITAS

PENUNJANG Total 32,2 Ha

a. Zona Port Associate Industry (PAI)

Luas 19,3 Ha

b. Zona Perkantoran dan Bisnis Maritim

Luas 4 Ha

c. Zona Fasilitas Umum Luas 2,9 Ha d. Sarana Jalan dan Penghijauan; Luas 6 Ha

4 TURNING BASIN Diameter 300 m dengan kedalaman

-10 m LWS

Sumber: PT Pelabuhan Indonesia III (Persero), 2015

Gambaran secara singkat mengenai kegiatan eksisting Pelabuhan Benoa diuraikan

sebagai berikut :

1. Dermaga

a. Sisi Timur

Fasilitas dermaga yang tersedia di Pelabuhan Benoa sisi timur terdiri dari

beberapa dermaga, yaitu Dermaga Timur, Dermaga Untuk Kepentingan Sendiri

(DUKS) dan dermaga pandu. Kolam dermaga sisi timur memiliki dimensi

(662 x 150) m2, dengan kedalaman bervariasi antara -5 sampai -10 m LWS.

Dermaga Timur difungsikan sebagai tempat tambat dan berlabuhnya kapal-kapal

penumpang, tamu negara dan petikemas. Dermaga Selatan ini hanya mampu

menampung 2 (dua) unit kapal dalam waktu yang bersamaan dengan ukuran

panjang 180 m dan 100 m. DUKS di sisi timur berfungsi sebagai terminal

pariwisata / marina, sementara dermaga pandu untuk tempat tambat kapal pandu

dan tunda. Selain itu juga terdapat mooring dolphin untuk tambatan kapal cruise

dengan dimensi (4,1 x 4,1) m2.

Page 20: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

I - 15

b. Sisi Selatan

Fasilitas dermaga yang tersedia di sisi sebelah selatan terdiri dari Dermaga

Selatan dan DUKS. Dermaga Selatan difungsikan sebagai tempat tambat dan

berlabuh kapal-kapal survei, kapal negara, dan kapal general cargo. Kolam

pelabuhan berukuran panjang 600 m, lebar 350 m dan kedalaman rata-rata -6,0

m LWS. Kemampuan olah putar kapal di kolam sisi selatan sekitar 350 m.

Dermaga Selatan hanya mampu menampung 2 (dua) unit kapal yang tambat

dalam waktu bersamaan dengan ukuran panjang kapal 100 meter. Sedang DUKS

difungsikan untuk tempat tampat kapal curah air dan hanya mampu menampung

2 (dua) unit kapal ukuran panjang 80 m secara bersamaan.

c. Sisi Barat

Fasilitas dermaga yang tersedia di sisi sebelah barat terdiri dari Dermaga Barat

Selatan, Dermaga Barat Utara, dan DUKS. Seluruh dermaga di sisi barat ini

difungsikan untuk tempat tambat kapal perikanan. Kolam pelabuhan berukuran

panjang 900 m, lebar 150 m dan kedalaman kolam antara -2,50 m LWS sampai

dengan -4,00 m LWS yang dipergunakan untuk melayani bongkar muat kapal

perikanan dengan ukuran kapal maksimum 150 GT (Gross Tonage), panjang

kapal (Length Over All / LOA) 30 m, lebar maksimum 7 m, dan sarat maksimum

3 m. Dengan kondisi fasilitas seperti tersebut, maka dermaga sisi selatan hanya

mampu menampung maksimum 15 unit kapal tambat dan 75 unit kapal labuh

susun sirip.

Kondisi eksisting dermaga dapat dilihat pada Gambar 1.7 sampai Gambar 1.9

berikut ini.

Page 21: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

I - 16

Dermaga Timur

Dermaga Pariwisata

DUKS

DUKS

Mooring dolphin

Dermaga Pandu

Gambar 1.7 Kondisi Eksisting Dermaga Sisi Timur

Page 22: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

I - 17

Dermaga Selatan

DUKS

Gambar 1.8 Kondisi Dermaga Sisi Selatan Eksisting

Dermaga Barat Selatan

Dermaga Barat Utara

DUKS

DUKS

Gambar 1.9 Kondisi Eksisting Dermaga Sisi Barat

2. Fasilitas Pokok

Fasilitas pokok pelabuhan terdiri dari zona terminal dan zona pariwisata / marina.

Total zona fasilitas pokok adalah seluas ±25,8 Ha, dengan rincian sebagaimana

Tabel 1.1. Adapun rincian fasilitas pokok pelabuhan benoa dapat dijabarkan

sebagai berikut.

Page 23: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

I - 18

a. Zona Terminal

1) Lapangan Penumpukan dengan luas ±16,9 Ha, terdiri dari :

Lapangan penumpukan general cargo seluas ±3,3 Ha yang berada di utara

dan selatan Pelabuhan Benoa. Area general cargo tidak difungsikan

karena sesuai arahan Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 16 Tahun

2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali Tahun 2009-

2029 bahwa Pelabuhan Benoa bukan untuk pelayanan general cargo. Area

ini akan dikembangkan atau dialihfungsikan menjadi zona terminal lain.

Di area general cargo sisi selatan terdapat 3 (tiga) gudang dengan

konstruksi bangunan permanen. Gudang 1 seluas 450 m2 saat ini

difungsikan sebagai terminal penumpang domestik sementara, Gudang 2

seluas 806 m2 dan Gudang 3 seluas 600 m2 tidak ada kegiatan. Foto lokasi

general cargo ditampilkan pada Gambar 1.10.

Area ex-General cargo

Gudang 1

Gudang 2

Gudang 3

Gambar 1.10 Kondisi Eksisting Lapangan General cargo

Page 24: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

I - 19

Lapangan petikemas berada di area seluas ±2,4 Ha. Container Yard (CY),

yaitu lapangan untuk penumpukan petikemas berada di kawasan

petikemas dengan luas efektif 15.922 m2 atau setara kapasitas 200 TEUs.

Saat ini jumlah penumpukan di CY mencapai 1.800 TEUs/bulan. Foto

lapangan petikemas dapat dilihat pada Gambar 1.11 berikut ini.

CY

CY

CY

CY

Gambar 1.11 Kondisi Eksisting Container Yard

Lapangan penumpukan curah kering seluas ±6,5 Ha berada sisi paling

utara. Sama seperti general cargo, sesuai arahan Peraturan Daerah

Provinsi Bali Nomor 16 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Provinsi Bali Tahun 2009 – 2029 bahwa Pelabuhan Benoa bukan untuk

pelayanan curah kering sehingga area ini tidak difungsikan. Area ini akan

dikembangkan atau dialihfungsikan menjadi zona terminal lain. Foto area

curah kering dapat dilihat pada Gambar 1.12.

Page 25: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

I - 20

Gambar 1.12 Kondisi Eksisting Lapangan Curah Kering

Lapangan curah cair berada di sebelah selatan seluas ±4,7 Ha. Di area ini

terdapat fasilitas curah cair yang dimiliki PT Pertamina dan PT AKR

dimana kedua perusahaan ini sudah memiliki UKL-UPL sendiri. Foto

lokasi lapangan curah cair dapat dilihat pada Gambar 1.13 berikut.

PT Pertamina

PT AKR

Gambar 1.13 Kondisi Eksisting Lapangan Curah Cair

Page 26: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

I - 21

2) Terminal Penumpang

Terminal penumpang berada di lahan seluas ±5,2 Ha. Selain kapal domestik

(perjalanan antar pulau), Pelabuhan Benoa juga disinggahi kapal (cruise)

internasional. Dalam area ini terdapat beberapa fasilitas, antara lain gedung

terminal domestik dan internasional, parkir terminal domestik dan

internasional, dan kios-kios. Gedung terminal penumpang adalah tempat

dimana para penumpang kapal menunggu sebelum naik ke atas kapal.

Gedung terminal penumpang domestik seluas 1.383 m2 dengan ±800 orang,

sementara gedung terminal internasional yang berada di sebelah selatan

gedung terminal domestik seluas 1.538 m2 dengan kapasitas ±900 orang.

Lapangan parkir domestik dan internasional masing-masing seluas 5.405 m2

dan 5.787 m2. Lapangan parkir domestik dapat menampung 20 kendaraan

roda 2 dan 150 kendaraan roda 4, sementara lapangan parkir internasional

dapat menampung 250 kendaraan roda 4.

Kapal penumpang domestik dengan jumlah 281 kapal/tahun dan rata-rata 24

kapal/bulan (1-2 kapal/hari) dengan rata-rata jumlah penumpang per hari

yang naik ataupun turun sekitar 3.539 penumpang, dimana total jumlah

penumpang per tahun sebesar 509.681 orang dan rata-rata per bulan 42.473

orang. Kapal cruise internasional dengan jumlah 50 kapal/tahun atau sekitar

5 kapal per bulan dengan rata-rata jumlah penumpang per tahun sebesar

45.483 orang dan rata-rata per bulan 3.970 orang.

Selain fasilitas tersebut, di dalam area ini juga terdapat kios seluas 168 m2

dengan konstruksi kayu. Kondisi terminal penumpang ditunjukkan pada

Gambar 1.14 dan 1.15.

Page 27: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

I - 22

Gedung terminal penumpang domestik

(luar)

Gedung terminal penumpang domestik

(dalam)

Ruang VIP

Parkir terminal penumpang domestik

Gambar 1.14 Kondisi Eksisting Terminal Penumpang Domestik

Page 28: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

I - 23

Gedung terminal penumpang

internasional (luar)

Gedung terminal penumpang

internasional (dalam)

Parkir terminal penumpang

internasional (paving)

Parkir terminal penumpang

internasional (aspal)

Kios

Gambar 1.15 Kondisi Eksisting Terminal Penumpang Internasional

Page 29: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

I - 24

b. Zona Pariwisata / Marina

Zona ini seluas ±2,5 Ha. Zona ini adalah zona yang dipergunakan untuk

pendirian bangunan yang berkaitan dengan kegiatan wisata/rekreasi, dimana

lokasi bangunan biasanya langsung berada di dekat tambatan kapal wisata yacht

dan kegiatan wisata laut lainnya. Kondisi zona marina dapat dilihat pada

Gambar 1.16.

Gambar 1.16 Kondisi Eksisting Zona Pariwisata

3. Zona Fasilitas Penunjang

Zona Fasilitas penunjang seluas ±32,2 Ha yang terdiri dari :

a. Zona Port Associate Industry (PAI)

Zona PAI Pelabuhan Benoa menempati lahan seluas ±19,3 Ha. Zona ini zona

yang dipergunakan untuk penempatan fasilitas dan kegiatan industri yang

berkaitan dengan kegiatan jasa kepelabuhanan yang berlokasi berdekatan

dengan fasilitas pelabuhan. PAI di Pelabuhan Benoa didominasi dengan industri

perikanan khususnya untuk processing dan cold storage.

b. Zona Perkantoran dan Bisnis Maritim

Zona Perkantoran dan Bisnis Maritim Pelabuhan Benoa menempati lahan seluas

±4 Ha. Fungsi zona perkantoran bisnis maritim merupakan zona yang

dipergunakan untuk penempatan fasilitas dan kegiatan perkantoran yang

berkaitan dengan kegiatan operasional kepelabuhanan. Di dalam area ini

terdapat gedung kantor PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Benoa,

Page 30: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

I - 25

kantor instnasi pemerintahan yang berkaitan dengan kegiatan pelabuhan, bank,

koperasi dan kios-kios / warung.

c. Zona Fasilitas Umum

Zona fasilitas umum Pelabuhan Benoa menempati lahan seluas

±2,9 Ha. Fasilitas umum merupakan lahan yang ditentukan fungsinya sebagai

fasilitas untuk kepentingan umum yang dapat bersifat bukan komersiil dan

komersiil berdasarkan status pengelolaan masing-masing fasilitas umum

tersebut. Di dalam area ini terdapat tempat ibadah, lapangan, dan lahan kosong

yang belum dimanfaatkan.

d. Jalan dan Penghijauan

Jalan di Pelabuhan Benoa kurang lebih ±6 Ha. Jalan adalah semua jalan di dalam

daerah lingkungan kerja daratan (DLKr Daratan) yang berfungsi untuk kegiatan

lalu lintas kendaraan maupun orang dan bagi kepentingan umum termasuk badan

jalan dan trotoar, selokan, jalur penghijauan, dan lain-lain yang berada di dalam

Daerah Milik Jalan (DMJ).

Kondisi Zona Fasilitas Penunjang ditunjukkan pada Gambar 1.17 sampai

Gambar 1.20.

Gambar 1.17 Kondisi Eksisting Zona Port Associate Industry (PAI)

Page 31: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

I - 26

Gambar 1.18 Kondisi Eksisting Perkantoran dan Bisnis Maritim

Lapangan

Masjid

Gambar 1.19 Kondisi Eksisting Zona Fasilitas Umum

Gambar 1.20 Kondisi Eksisting Jalan Eksisting

Page 32: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

I - 27

4. Turning Basin

Turning basin atau kolam putar adalah area kolam yang dipergunakan untuk

memutar haluan kapal. Turning basin Pelabuhan Benoa berada tepat di sebelah

tenggara Dermaga Selatan berseberangan dengan Tanjung Benoa, dengan dimensi:

diameter 300 m dan kedalaman kolam -10 m LWS.

Gambar 1.21 Kondisi Eksisting Turning Basin

1.5 Perkembangan Lingkungan Sekitar

Pelabuhan Benoa terletak pada kawasan Bali bagian Selatan yang sangat padat

dengan berbagai aktivitas yang berpotensi memberikan sumbangan pencemaran

lingkungan seperti kegiatan Bandar Udara Internasional Ngurah Rai, Kolam

Pengolahan Sumber Air Baku Air Minum/ Estuary Dam, Tempat Penampungan Akhir

(TPA) sampah di Pesanggaran, Instalasi Pengolahan Air Limbah Denpasar Seweerage

Development Project (DSDP), Pengelolaan Kawasan Hutan Mangrove/ Taman Hutan

Raya Mangrove, Depo Minyak Pertamina, Pembangkit Listrik

PT Indonesia Power UPJP Pesanggaran Bali, serta berbagai aktivitas pariwisata,

perdagangan dan industri yang termasuk kawasan Kota Denpasar dan Kabupaten

Badung. Seluruh kegiatan disekitar lokasi kegiatan pemantauan di pelabuhan Benoa

sangat berpotensi menimbulkan peningkatan polutan di lingkungan sekitar lokasi

pemantauan lingkungan hidup, terutama keberadaan TPA Sampah yang luasnya

± 40 Ha. Oleh karena itu, kualitas lingkungan hidup di sekitar lokasi pemantauan

Page 33: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

I - 28

lingkungan tidak semata-mata hanya dihasilkan dari aktivitas yang dilakukan di

kawasan Pelabuhan Benoa.Polutan datang dari kegiatan-kegiatan di sekitar pelabuhan

Benoa ikut memberikan kontribusi pada hasil pemantauan lingkungan yang dilakukan.

Pada periode pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup semester 2 tahun 2015,

di kawasan pelabuhan Benoa sedang dilakukan kegiatan pengerukan alur pelabuhan

oleh Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Benoa (KSOP Benoa) dan di-

dumping ke utara pelabuhan. Aktivitas dumping di lokasi yang terbuka pada saat

kemarau berpeluang memberikan sebaran partikel debu ke kawasan sekitarnya. Selain

itu, sedang sudah mulai dioperasikan penyaluran LNG dari dermaga selatan ke

Indonesia Power UPJP Pesanggaran Bali untuk memenuhi komitmen penggunaan

energy bersih di Provinsi Bali melalui upaya penggantian penggunaan minyak

solar/HSD/MFO menjadi gas.

Page 34: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

Pelaksanaan dan Evaluasi ……………..II- 1

BAB II

PELAKSANAAN DAN EVALUASI

2.1. Pelaksanaan

Berdasarkan arahan rencana pengelolaan lingkungan hidup (RKL) dan rencana

pemantauan lingkungan hidup (RPL) yang tercantum dalam dokumen lingkungan

hidup PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Benoa terdapat beberapa

komponen lingkungan yang perlu dikelola dan dipantau secara berkelanjutan seperti

kualitas udara, kebisingan, kualitas air laut, biota perairan dan beberapa dilakukan

pengamatan dan observasi mendalam. Pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup dan

pemantauan lingkungan hidup periode semester 2 tahun 2016 ini termasuk pada tahap

kegiatan operasional Pelabuhan Benoa.

2.1.1. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup

1. Jenis Dampak : Penurunan Kualitas Air

Komponen lingkungan hidup yang terkena dampak adalah kualitas air laut di

sekitar Pelabuhan Benoa yang termasuk Kawasan Teluk Benoa. Sumber dampak

meliputi kegiatan operasional di pelabuhan yang meliputi aktivitas di dermaga

pariwisata, dermaga selatan dan dermaga perikanan. Tolok ukur dampak

meliputi kualitas air laut untuk parameter fisik dan kimia. Lokasi pengelolaan di

kawasan Pelabuhan Benoa dimana periode pengelolaan dilaksanakan setiap

terjadi kegiatan operasional.

Pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan adalah dengan pengamanan

terhadap kemungkinan masuknya limbah cair akibat sistem pengolahan ikan di

kawasan pelabuhan. Setiap perusahan pengolahan ikan di Pelabuhan Benoa

diharapkan memenuhi standar kerja yang memadai dengan tidak membuang

langsung limbah cair olahan ikannya langsung ke laut. Pengawasan terhadap

aktivitas perbaikan kapal yang berlabuh dilakukan dengan koordinasi yang

terpadu dengan Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Benoa (KSOP)

Page 35: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

Pelaksanaan dan Evaluasi ……………..II- 2

selaku penyelenggara pelabuhan dan Polisi Perairan. Masyarakat sekitar

memiliki tanggung jawab melakukan pengawasan terhadap aktivitas yang

menimbulkan dampak negatif terhadap kualitas perairan laut di sekitar

pelabuhan.

Selain dari limbah cair pengolahan ikan, pengelolaan lain yang dilakukan yaitu:

a. Melaksanakan prosedur bongkar muat barang yang ditetapkan dengan ketat

dan menempatkan petugas pengawas setiap proses bongkar muat

Gambar 2.1 Proses Bongkar Muat Barang dan Petikemas

PT Pelindo III (Persero) Cabang Benoa

Page 36: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

Pelaksanaan dan Evaluasi ……………..II- 3

Gambar 2.2 Proses Bongkar Muat Penumpang

PT Pelindo III (Persero) Cabang Benoa

b. Melaksanakan pengelolaan limbah padat domestik di kawasan pelabuhan.

Pengelolaan sampah/limbah padat Pelabuhan Benoa berdasarkan pada

prosedur MK3L (Mutu,K3, dan Lingkungan) yaitu Penanganan Limbah

Padat (P-LK-03).

Gambar 2.3 Pengelolaan Limbah di PT Pelindo III (Persero) Cabang Benoa

Page 37: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

Pelaksanaan dan Evaluasi ……………..II- 4

Pada tahun 2016 ini tidak pernah terjadi tumpahan minyak di Pelabuhan Benoa.

Apabila terjadi ceceran minyak, Pelabuhan Benoa telah memiliki Prosedur

Penanggulangan Darurat yang digunakan sebagai pedoman dalam pemberian

respon terhadap kondisi darurat.

c. Pemeliharaan sistem saluran/drainase

Gambar 2.4 Pembersihan sistem saluran di lingkungan PT Pelindo III

(Persero) Cabang Benoa

d. Menginformasikan kepada pekerja dan pengunjung pelabuhan agar

melakukan pembuangan limbah dan sanitasi yang benar

Gambar 2.5 Himbauan Kepada Pekerja dan Pengunjung Pelabuhan di

Wilayah PT Pelindo III (Persero) Cabang Benoa

Page 38: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

Pelaksanaan dan Evaluasi ……………..II- 5

e. Jika terjadi tumpahan atau ceceran minyak, penanganan dilaksanakan sesuai

dengan sistem dan prosedur

PT Pelindo III (Persero Cabang Benoa memiliki prosedur MK3L (Mutu, K3,

dan Lingkungan) yang didalamnya melingkupi prosedur terkait dengan

mutu, K3, dan lingkungan. Dalam prosedur terkait pengelolaan lingkungan

terdapat prosedur yang mencakup penanganan terhadap bahan berbahaya

serta timbulnya ceceran dari bahan berbahaya tersebut. Prosedur-prosedur

tersebut meliputi :

Tabel 2.1

Prosedur terkait Penanganan Bahan Berbahaya

PT Pelindo III (Persero) Cabang Benoa

No Nomor Prosedur

1 P-K3L-03 Penanganan Tumpahan Bahan Kimia

2 P-K3L-04 Penumpukan Container, General Cargo, B3, dan

Penanganan Limbah B3

2 IK-LK3-02 Instruksi Kerja Penanganan Bocoran Gas

3 IK-LK3-05 Instruksi Kerja Penanganan Tumpahan Bahan Kimia

Sumber : PT Pelindo III (Persero) Cabang Benoa, 2016

Pada tahun 2016 ini tidak pernah terjadi tumpahan minyak di Pelabuhan

Benoa. Apabila terjadi ceceran minyak, Pelabuhan Benoa telah memiliki

Prosedur Penanggulangan Darurat yang digunakan sebagai pedoman dalam

pemberian respon terhadap kondisi darurat. Dalam Prosedur MK3L PT

Pelindo III (Persero) Cabang Benoa, Prosedur keadaan darurat meliputi:

Page 39: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

Pelaksanaan dan Evaluasi ……………..II- 6

Tabel 2.2

Prosedur terkait Keadaan Darurat

PT Pelindo III (Persero) Cabang Benoa

No Nomor Prosedur

1 P-K3L-06 Perencanaan Penanganan Keadaan Darurat

2 IK-LK3-06 Instruksi Kerja Penyebaran Informasi

Keadaan Darurat

Sumber : PT Pelindo III (Persero) Cabang Benoa, 2016

f. Menyediakan fasilitas septic tank dengan pengurasan rutin dilakukan setiap

setahun sekali

2. Jenis Dampak : Perubahan Pola Arus

Komponen lingkungan hidup yang terkena dampak adalah perubahan pola arus

di sekitar Pelabuhan Benoa. Sumber dampak meliputi kegiatan operasional di

pelabuhan yang meliputi aktivitas di dermaga pariwisata, dermaga selatan dan

dermaga perikanan. Tolok ukur dampak meliputi sedimentasi, pengendapan

lumpur, dan pendangkalan kolam pelabuhan. Lokasi pengelolaan di perairan

Pelabuhan Benoa dimana periode pengelolaan dilaksanakan pada tahap

operasional.

Kawasan perairan di Pelabuhan Benoa berada di Kawasan Teluk Benoa yang

memiliki karakteristik sangat khusus. Pola arus dan kecepatan arus mengalami

perubahan sesuai dengan kesibukan lalu lintas pelayaran. Pengelolaan

lingkungan yang dilakukan adalah dengan menerapkan sistem navigasi dan

pengawasan lalu lintas kapal yang harus disesuaikan dengan tonase yang

dipersyaratkan dimana pelaksanaannya berkoordinasi dengan KSOP Benoa.

Pasang surut, arus dan gelombang merupakan faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap dinamika pesisir di samping faktor lainnya yaitu angin dan sedimentasi.

Page 40: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

Pelaksanaan dan Evaluasi ……………..II- 7

3. Jenis Dampak : Terjadinya Erosi/Sedimentasi

Komponen lingkungan hidup yang terkena dampak adalah terjadinya

erosi/sedimentasi. Sumber dampak meliputi kegiatan operasional Pelabuhan

Benoa. Tolok ukur dampak meliputi adanya sedimentasi atau erosi di Pelabuhan

Benoa. Lokasi pengelolaan di perairan Pelabuhan Benoa.

Pelabuhan Benoa berada di dalam kawasan Teluk Benoa. Selain merupakan

muara dari sungai-sungai, Pelabuhan Benoa berdekatan dengan Pulau Serangan.

Erosi dan sedimentasi terutama berasal dari kawasan Pulau Serangan yang

berdekatan dengan lokasi Pelabuhan Benoa dan beberapa sungai yang bermuara

ke kawasan perairan Teluk Benoa. Pengelolaan yang dilakukan adalah dengan

melakukan pengerukan berkala di sepanjang alur dan kolam pelabuhan, dimana

pengerukan ini dilakukan sesuai dengan kebutuhan. Pada bulan April tahun

2015, PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Benoa bersama dengan

Dinas Hidro-oseanografi TNI-AL (DISHIDROS) melakukan Survei Bathymetry

Alur dan Pelabuhan Benoa dengan hasil baik kedalaman maupun kontur tidak

terdapat perbedaan yang signifikan dengan peta laut tahun 2013 dan hasil survei

DISHIDROS pada tahun 2013. Secara umum garis pantai merupakan pantai

buatan berupa Pelabuhan Benoa saat ini.

Selain itu, pada tahun 2016 ini KSOP Benoa melaksanakan pemeliharaan alur

pelayaran dimana material sedimen yang didapatkan dipergunakan untuk

meninggikan kawasan-kawasan yang akan dijadikan lokasi daratan di sekitar

pelabuhan sesuai dengan Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Benoa.

Page 41: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

Pelaksanaan dan Evaluasi ……………..II- 8

No Lokasi Hasil Survey Bathymetri Tahun 2013 Hasil Survey Bathymetri Tahun 2015

1 Kedalaman di perairan alur masuk pelayaran pelabuhan Benoa, Bali rata-rata berkisar antara 10 meter sampai dengan 25 meter pada saat surut terendah. Di beberapa tempat seperti pada Barat dan Timur dari Rambu Suar No. 2 terdapat kedalaman diatas 9.7 dan 9.8 meter. Terdapat pula kedalaman dibawah 10 meter di beberapa tempat, sehingga hal ini perlu diwaspadai bagi kapal-kapal yang memiliki draft lebih dari 10 meter.

Kedalaman < 10 meter di alur luar pelayaran pelabuhan Benoa

99

Page 42: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

Pelaksanaan dan Evaluasi ……………..II- 9

No Lokasi Hasil Survey Bathymetri Tahun 2013 Hasil Survey Bathymetri Tahun 2015

2 Kedalaman di perairan alur pelayaran pelabuhan Benoa, Bali rata-rata berkisar antara 12 meter sampai dengan 15 meter pada saat surut terendah. Di beberapa tempat seperti pada mulut Teluk Benoa dan sebelah utara Tg. Benoa terdapat kedalaman diatas 20 meter. Terdapat pula kedalaman dibawah 10 meter di beberapa tempat, sehingga hal ini perlu diwaspadai bagi kapal-kapal yang memiliki draft lebih dari 10 meter.

Kedalaman > 20 meter di alur pelayaran pelabuhan Benoa (utara Tg. Benoa)

Page 43: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

Pelaksanaan dan Evaluasi ……………..II- 10

No Lokasi Hasil Survey Bathymetri Tahun 2013 Hasil Survey Bathymetri Tahun 2015

Kedalaman <10 meter di alur pelayaran pelabuhan Benoa

(TimurLaut Tg. Benoa)

Page 44: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

Pelaksanaan dan Evaluasi ……………..II- 11

No Lokasi Hasil Survey Bathymetri Tahun 2013 Hasil Survey Bathymetri Tahun 2015

3 Kedalaman di Pelabuhan Benoa Bali yaitu sekitar Dermaga Umum rata-rata berkisar antara 8 meter sampai dengan 9 meter pada saat surut terendah, namun di sekitar dermaga Pelindo kedalaman kurang dari 5 meter \

Kedalaman di sekitar Dermaga Timur Pelindo Pelabuhan Benoa, Bali

Page 45: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

Pelaksanaan dan Evaluasi ……………..II- 12

No Lokasi Hasil Survey Bathymetri Tahun 2013 Hasil Survey Bathymetri Tahun 2015

4 Kedalaman di Dermaga Pertamina dan Dermaga Selatan Pelabuhan Benoa Bali rata-rata berkisar antara 5 meter sampai dengan 8 meter pada saat surut terendah, namun pada bagian yang terdekat dengan dermaga kedalaman kurang dari 5 meter, hal ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Kedalaman di sekitar Dermaga Pertamina Dan Dermaga Selatan Pelabuhan

Benoa, Bali

Page 46: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

Pelaksanaan dan Evaluasi ……………..II- 13

No Lokasi Hasil Survey Bathymetri Tahun 2013 Hasil Survey Bathymetri Tahun 2015

5 Kedalaman di Turning Basin Pelabuhan Benoa Bali rata-rata berkisar antara 10 meter sampai dengan 12 meter pada saat surut terendah, namun pada bagian yang terdekat dengan dermaga kedalaman kurang dari 10 meter

Kedalaman di sekitar Turning Basin Pelabuhan Benoa, Bali

Page 47: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

Pelaksanaan dan Evaluasi ………………. II- 14

4. Jenis Dampak : Terganggunya Keselamatan Pelayaran

Komponen lingkungan hidup yang terkena dampak adalah terjadinya

terganggunya keselamatan pelayaran. Sumber dampak meliputi kegiatan

operasional Pelabuhan Benoa. Tolok ukur dampak meliputi adanya kecelakaan

pelayaran di alur dan kolam pelabuhan. Lokasi pengelolaan di perairan

Pelabuhan Benoa.

Pengelolaan terhadap dampak gangguan keselamatan pelayaran dilaksanakan

dengan menerapkan sistem manajemen pelayaran dengan standar internasional.

Pelaksanaannya berkoordinasi dengan KSOP Benoa. Fasilitas penunjang

keselamatan pelayaran yang saat ini ada di Pelabuhan Benoa meliputi

sarana/prasarana navigasi, SAR, GAMAT/Kesyahbandaran, KAMLA, Bea dan

Cukai, imigrasi dan karantina. Fasilitas navigasi yang terdapat di Pelabuhan

Benoa, secara rinci adalah sebagai berikut:

a. Pilot Service

Pilot Service

Pilot Tug boat Pilot boat Number of pilot VHF radio Service hour Other anchorage

Compulsory 1 unit (2 X 5571 HP) 1 unit (2 X 115 HP) 2 orang CH. 12 ; 14 24 hour 080 46’ 20” S // 1150 14’ 15” E

b. Beacon and Light at Navigational Channel

Facilities Position Characters

Entrance buoy (RWVS) No.2 Buoy Red No.1 Buoy Green No.4 Buoy Red No.6 Buoy Red No.8 Buoy Red No.5 Beacon Green No.7 Beacon Green No.9 Beacon Green Benoa light house Transit line at the outer channel : Front Rear

08045’07,63”S//115015’33,7”E 08045’18,45”S//115014’19”E 08045’23,3”S//115013’29,4”E 08045’16,5”S//115015’29,4”E 08045’11,1”S//115015’14”E 08045’51,6”S//115015’55,9”E 08045’09”S//115015’27”E 08045’1,9”S//115015’47”E 08045’51,6”S//115015’55,9”E 08045’48”S//115015’37,8”E 08045’29”S//115015’36”E 08045’34,8”S//115015’17,5”E

FL.W.10.SEC10M FL.R.6.SEC 4M FL.G.3.SEC 4M FL.R.5.SEC 4M FL.R.6.SEC 4M FL.R.5.SEC 4M FL.G.5.SEC 4M FL.G.5.SEC 4M FL.G.5.SEC 6M FL.W.5.SEC16M FL.W.3.SEC 8M FL.W.3.SEC 9M

Page 48: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

Pelaksanaan dan Evaluasi ………………. II- 15

5. Jenis Dampak : Perubahan Kualitas Udara

Komponen lingkungan hidup yang terkena dampak adalah perubahan kualitas

udara, khususnya terjadinya penurunan kualitas udara. Sumber dampak meliputi

kegiatan operasional Pelabuhan Benoa terutama aktivitas transportasi di areal

pelabuhan. Tolok ukur dampak meliputi tingkat kualitas udara memenuhi baku

mutu. Lokasi pengelolaan di Pelabuhan Benoa.

Tindakan pengelolaan lingkungan hidup yang dilaksanakan adalah:

a. Melaksanakan loading dan unloading barang sesuai prosedur dan

dilaksanakan dengan hati-hati

b. Penanaman dan pemeliharaan pohon

Gambar 2.6 Kondisi Jalan Akses dan Transportasi di PT Pelindo III

(Persero) Cabang Benoa

Page 49: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

Pelaksanaan dan Evaluasi ………………. II- 16

Gambar 2.6 Penyiraman Pohon PT Pelindo III (Persero) Cabang Benoa

Gambar 2.7 Proses Bongkar Muat (Barang, Petikemas, dan Penumpang PT Pelindo III

(Persero) Cabang Benoa

6. Jenis Dampak : Gangguan Terhadap Biota Perairan

Komponen lingkungan hidup yang terkena dampak adalah gangguan terhadap

biota perairan. Sumber dampak meliputi kegiatan operasional di pelabuhan yang

meliputi aktivitas di dermaga pariwisata, dermaga selatan dan dermaga

perikanan. Tolok ukur dampak meliputi keragaman dan populasi biota perairan.

Lokasi pengelolaan di kawasan Pelabuhan Benoa dimana periode pengelolaan

dilaksanakan pada tahap operasional.

Kegiatan pengelolaan dalam upaya meminimalkan terjadinya dampak gangguan

terhadap biota perairan adalah dengan mengikuti pengelolaan dampak

Page 50: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

Pelaksanaan dan Evaluasi ………………. II- 17

penurunan kualitas air, dimana pengelolaan dampak tersebut telah dilaksanakan

sesuai bab 2.1 poin 1.

7. Jenis Dampak : Terjadinya Gangguan Lalu Lintas

Komponen lingkungan hidup yang terkena dampak adalah gangguan lalu lintas.

Sumber dampak meliputi kegiatan operasional di pelabuhan yang meliputi

aktivitas di dermaga pariwisata, dermaga selatan dan dermaga perikanan. Tolok

ukur dampak meliputi kecelakaan dan kemacetan lalu lintas baik darat maupun

laut. Lokasi pengelolaan di kawasan Pelabuhan Benoa dimana periode

pengelolaan dilaksanakan pada tahap operasional.

Dampak gangguan lalu lintas terutama terjadi akibat banyaknya arus kedatangan

kapal menuju dan dari pelabuhan yang mengangkut barang maupun dan

penumpang. Pada saat kedatangan, lalu lintas menjadi ramai akibat kendaraan-

kendaraan baik untuk pengangkut barang maupun mobil para

pengantar/penjemput penumpang. Selain itu juga berasal dari kendaraan-

kendaraan akibat kegiatan perkantoran dan industri pelabuhan.

Pada tahun 2016, PT Indonesia Power UPJP Pesanggaran Bali sudah mulai

menyalurkan LNG dari dermaga selatan Pelabuhan Benoa sampai ke lokasi PT

Indonesia Power di sebelah utara pelabuhan.

Pengelolaan yang dilakukan antara lain:

a. Penyaluran LNG dari Dermaga Selatan

Gambar 2.8 Penyaluran LNG dari Dermaga Selatan menuju PT Indonesia Power

Page 51: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

Pelaksanaan dan Evaluasi ………………. II- 18

b. Pemeliharaan alur dan kolam pelabuhan

c. Menempatkan petugas khusus yang mengatur pergerakan kendaraan

terutama truk-truk yang keluar masuk pelabuhan

d. Memasang rambu-rambu yang menunjukkan terdapat kegiatan dan mengatur

alur kendaraan jika terdapat perubahan rute jalan akibat adanya kegiatan

Gambar 2.9 Pengaturan Jalan serta Rambu-Rambu Arah dan Kegiatan

di PT Pelindo III (Persero) Cabang Benoa

8. Gangguan Kamtibmas

Komponen lingkungan hidup yang terkena dampak adalah gangguan

kamtibmas. Sumber dampak meliputi kegiatan operasional di pelabuhan yang

meliputi aktivitas di dermaga pariwisata, dermaga selatan dan dermaga

perikanan. Tolok ukur dampak meliputi adanya gangguan kamtibmas, narkotika,

mabuk-mabukan dan prostitusi di kawasan pelabuhan. Lokasi pengelolaan di

kawasan Pelabuhan Benoa dimana periode pengelolaan dilaksanakan pada tahap

operasional.

Pengelolaan lingkungan yang dilakukan antara lain :

a. Pengoperasian pos keamanan dengan baik

Page 52: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

Pelaksanaan dan Evaluasi ………………. II- 19

b. Bekerjasama dengan KP3 pelabuhan

c. Pemeriksaan barang bongkar muat beserta dengan dokumennya

berkoordinasi dengan bea cukai

9. Kesempatan kerja dan berusaha

Komponen lingkungan hidup yang terkena dampak adalah kesempatan kerja dan

berusaha. Sumber dampak meliputi kegiatan operasional di pelabuhan. Tolok

ukur dampak meliputi jumlah tenaga kerja atau lapangan usaha yang ada dalam

kegiatan Pelabuhan Benoa, terutama masyarakat sekitar Pelabuhan dan atau

penduduk lokal. Lokasi pengelolaan di kawasan Pelabuhan Benoa dimana

periode pengelolaan dilaksanakan pada tahap operasional.

Pengelolaan lingkungan yang dilakukan antara lain :

a. Melakukan pengumuman setiap ada perekrutan pegawai atau adanya

kesempatan kerja secara terbuka

b. Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berusaha di dalam

pelabuhan

c. Memberikan bantuan kredit lunak kepada masyarakat untuk berusaha

2.1.2 Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup

Komponen-komponen lingkungan hidup yang berpotensi terkena dampak penting

rencana kegiatan meliputi komponen lingkungan abiotik, lingkungan biotik dan

lingkungan sosial. Rencana pemantauan lingkungan hidup bertujuan untuk melihat

efektivitas pengelolaan lingkungan hidup yang telah dilaksanakan.

2.1.2.1 Metode Pelaksanaan Pemantauan Lingkungan Hidup

1). Metode pengumpulan dan analisis data fisik-kimia

Pengumpulan data fisik-kimia meliputi kualitas udara, kebisingan dan kualitas air laut

dilakukan untuk kegiatan pemantauan kualitas lingkungan di Pelabuhan Benoa Bali

dengan pengambilan data primer. Pengukuran dilakukan secara langsung dengan

peralatan sampling di lokasi yang telah ditentukan, kemudian dilakukan analisis data

di laboratorium.

Page 53: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

Pelaksanaan dan Evaluasi ………………. II- 20

a. Kualitas udara dan kebisingan

Data kualitas udara dan kebisingan diukur langsung di sembilan lokasi (sesuai

gambar pengambilan sampel) yang meliputi parameter debu, SO2, O3, NO2, Pb dan

CO. Pengukuran parameter kebisingan diukur dengan alat Sound Level Meter tipe

2322, sedangkan parameter kualitas udara diambil mempergunakan impinger, reagen

kit dan dianalisis di Laboratorium Analisis Kualitas Lingkungan KSL- FMIPA

Universitas Udayana. Hasil pengukuran kualitas udara kemudian dibandingkan

dengan buku mutu kualitas udara ambien yang berlaku yaitu Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999, dan Peraturan Gubernur Bali No. 8 Tahun

2007 tentang Baku Mutu Lingkungan Hidup dan Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan

Hidup.

Tabel 2.3 Metode analisis dan prakiraan kualitas udara.

No. Parameter Absorben/alat Analisis

1 Debu High volume sampler Gravimetri 2 SO2 Impinger Spektrofotometri 3 HC Impinger-Chorminulencent Spektrofotometri 4 NO2 CuSO4 Spektrofotometri 5 CO HATCH Reagent-NDIR NDIR Analyser 6 Pb Gravimetrik AAS 7 Kebisingan Sound Level meter LTMS

b. Kualitas air laut

Pengukuran kualitas air laut diambil di sembilan lokasi (sesuai gambar

pengambilan sampel) dengan parameter fisik air (warna, bau, kekeruhan, padatan

tersuspensi, benda terapung/sampah, lapisan minyak dan suhu), serta parameter kimia

(pH, salinitas, surfaktan, sulfide,hidrokarbon total,surfaktan, ammonia total, senyawa

fenol total, raksa, kadminum, tembaga, seng dan timbal) serta coliform total.

Pengukuran kualitas air yang dilakukan di lapangan (in-situ) untuk parameter DO, pH,

temperatur, nitrat dan nitrit. Parameter lainnya diukur di laboratorium analisis kualitas

lingkungan KSL-FMIPA Universitas Udayana Bukit Jimbaran dari sampel air yang

diambil di lokasi pengambilan. Teknik pengambilan contoh air untuk analisis sifat fisik

Page 54: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

Pelaksanaan dan Evaluasi ………………. II- 21

dan kimia dilakukan dengan menggunakan alat pengambil contoh air (water sampler).

Untuk sampel air pada kedalaman tertentu dipergunakan pemberat sesuai dengan

kedalaman yang diinginkan. Pengambilan sampel air laut dilakukan di sembilan lokasi

untuk mendapatkan gambaran kondisi kualitas air di pelabuhan setelah kegiatan

pengembangan kawasan pelabuhan Benoa dilaksanakan.

2.1.2.2. Metode pengumpulan data biologi

Data biologi yang diambil adalah data phytoplankton dan zooplankton. Data

yang diambil di sembilan lokasi yakni di areal zona perikanan, alur masuk ke

pelabuhan, sebelah timur jalan masuk, sebelah selatan kolam perikanan, dan areal zona

pariwisata. Dari data yang terkumpul dianalisis SDR (Summed Dominant Ratio),

indek keanekaan jenis, jenis yang mempunyai nilai ekonomis, endemik, dilindungi dan

yang mempunyai manfaat khusus. Adapun tolok ukur dari indeks tersebut adalah

sebagai berikut:

H > 3 = Keragaman tinggi, perairan relatif tidak tercemar

1<H<3 = Keragaman sedang, perairan setengah tercemar

H<1 = Keragaman rendah, perairan tercemar

E > 0.6 = Keseragaman rendah

0.5<E<0.6 =Keseragaman sedang

0<E<0.5 = Keseragaman tinggi, terdapat sekelompok jenis tertentu

yang jumlahnya relatif berlimpah.

2.1.2.4.Lokasi pengambilan sampel

Sampel kualitas air, kualitas udara dan kebisingan untuk kegiatan pemantauan

lingkungan hidup di Pelabuhan Benoa diambil di 9 lokasi. Lokasi pengambilan sampel

udara dan kebisingan dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 55: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

Pelaksanaan dan Evaluasi ………………. II- 22

Tabel 2.4 Lokasi Pengambilan Sampel Kualitas Udara dan Kebisingan

Lokasi Pengukuran Bujur Timur Lintang Selatan

1 115o 12.900 08o 43.240

2 115o 12.913 08o 43.589

3 115o 12.779 08o 43.298

4 115o 12.791 08o 43.368

5 115o 12.681 08o 43.794

6 115o 12.431 08o 43.533

7 115o 12.368 08o 43.248

8 115o 12.382 08o 43.785

9 115o 12.876 08o 43.263

Lokasi sampling kualitas air dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.5 Lokasi Pengambilan sampel kualitas air

Lokasi Pengukuran Bujur Timur Lintang Selatan

1 115o 12.959 08o 43.452

2 115o 12.966 08o 43.649

3 115o 12.803 08o 44.326

4 115o 12.803 08o 44.383

5 115o 12.685 08o 44.779

6 115o 12.420 08o 44.574

7 115o 12.312 08o 44.232

8 115o 12.236 08o 44.182

9 115o 12.163 08o 44.151

Page 56: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

Pelaksanaan dan Evaluasi ………………. II- 23

Gambar 2.10 Foto udara Pelabuhan Benoa Gambar 2.11 Titik lokasi sampling pemantauan kualitas lingkungan di Pelabuhan Benoa

2.1.2.5 Pelaksanaan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup

1. Jenis Dampak : Penurunan Kualitas Air

Dampak penurunan kualitas air dilihat dengan melakukan pengukuran

beberapa parameter kualitas air laut. Pengukuran kualitas air laut yang

dilaksanakan pada tanggal 1 Desember 2016 s.d. 4 Desember 2016 meliputi

kualitas fisik dan kimiawi.

Page 57: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

Pelaksanaan dan Evaluasi ………………. II- 24

Tabel 2.6. Kualitas Air Laut Lokasi 1

Keterangan : Baku Mutu Air Laut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 51 Tahun 2004,

Pergub Bali No 8 Tahun 2007

Kualitas air laut di lokasi 1 apabila dibandingkan dengan baku mutu air laut untuk

kegiatan pelabuhan tidak terdapat parameter yang melebihi baku mutu. Berdasarkan

hasil pengukuran kualitas air laut di lokasi 1 yang berada di areal yang sudah dijadikan

areal untuk aktivitas wisata, pihak pengelola telah melakukan upaya yang dapat

menjaga kualitas lingkungan perairan dengan baik.

No Parameter Satuan Baku Mutu Lokasi I Pelabuhan

1 Kecerahan m >3 4,6 2 Kebauan Organoleptik Tidak Berbau Tidak Berbau 3 Padatan Tersuspensi Total mg/l 80 55,8 4 Benda Terapung/Sampah mg/l Nihil Nihil 5 Minyak dan Lemak mg/l 5 0,08 6 Suhu 0C Alami 26,12 7 pH - 6,5-8,5 7,7 8 Salinitas o/oo Alami 30,24 9 Sulfida mg/l 0,03 0,007 10 Hidrokarbon total mg/l 1 0,078 11 Surfaktan mg/l 1 0,225 12 Ammonia Total (NH3-N) mg/l 0,3 0,26 13 Senyawa Fenol Total mg/l 0,002 0,001 14 PCB (poliklor bifenil) g/l 0,01 Tidak terdeteksi 15 TBT(tri butil tin) g/l 0,01 Tidak terdeteksi 16 Raksa (Hg) mg/l 0,003 Tidak terdeteksi 17 Kadmium (Cd) mg/l 0,01 0,001 18 Tembaga (Cu) mg/l 0,05 0,001 19 Timbal (Pb) mg/l 0,05 0,001 20 Seng (Zn) mg/l 0,1 0,002 21 Coliform total MPN/100 ml 1000 855

Page 58: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

Pelaksanaan dan Evaluasi ………………. II- 25

Tabel 2.7 Kualitas Air Laut Lokasi 2

Keterangan : Baku Mutu Air Laut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 51 Tahun 2004, Pergub Bali No 8 Tahun 2007

Hasil pengukuran kualitas air laut di lokasi 2 menunjukan kondisi alami yang masih

baik. Kualitas air laut di lokasi 2 apabila dibandingkan dengan baku mutu air laut

untuk kegiatan pelabuhan tidak terdapat parameter yang melebihi baku mutu, namun

di kawasan daratannya apabila tidak dilakukan pengelolaan dengan baik berpotensi

mengurangi mutu perairan laut karena adanya sampah yang dibuang sembarangan.

No Parameter Satuan Baku Mutu Lokasi II Pelabuhan

1 Kecerahan m >3 4,1 2 Kebauan Organoleptik Tidak Berbau Tidak Berbau 3 Padatan Tersuspensi Total mg/l 80 42,14 4 Benda Terapung/Sampah mg/l Nihil Nihil 5 Minyak dan Lemak mg/l 5 0,18 6 Suhu 0C Alami 26,22 7 pH 6,5-8,5 7,7 8 Salinitas o/oo Alami 30,24 9 Sulfida mg/l 0,03 0,008 10 Hidrokarbon total mg/l 1 0,092 11 Surfaktan mg/l 1 0,664 12 Ammonia Total (NH3-N) mg/l 0,3 0,253 13 Senyawa Fenol Total mg/l 0,002 0,001 14 PCB (poliklor bifenil) g/l 0,01 Tidak terdeteksi 15 TBT(tri butil tin) g/l 0,01 Tidak terdeteksi 16 Raksa (Hg) mg/l 0,003 Tidak terdeteksi 17 Kadmium (Cd) mg/l 0,01 0,001 18 Tembaga (Cu) mg/l 0,05 0,002 19 Timbal (Pb) mg/l 0,05 0,001 20 Seng (Zn) mg/l 0,1 0,004 21 Coliform total MPN/100 ml 1000 715

Page 59: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

Pelaksanaan dan Evaluasi ………………. II- 26

Tabel 2.8.Kualitas Air Laut Lokasi 3

Keterangan : Baku Mutu Air Laut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 51 Tahun 2004, Pergub Bali No 8 Tahun 2007

Kualitas air laut di lokasi 3 apabila dibandingkan dengan baku mutu air laut untuk

kegiatan pelabuhan tidak terdapat parameter yang melebihi baku mutu.Sumber

pencemaran berasal dari aktivitas di kawasan daratan yang banyak mempergunakan

material yang dapat menghasilkan polutan yang bias masuk ke perairan melalui aliran

air permukaan maupun hembusan angina dan mengendap ke kawasan perairan.

No Parameter Satuan Baku Mutu Lokasi III Pelabuhan

1 Kecerahan m >3 5,2 2 Kebauan Organoleptik Tidak Berbau Tidak Berbau 3 Padatan Tersuspensi Total mg/l 80 22,6 4 Benda Terapung/Sampah mg/l Nihil Nihil 5 Minyak dan Lemak mg/l 5 0,155 6 Suhu 0C Alami 26,26 7 pH 6,5-8,5 7,7 8 Salinitas o/oo Alami 30,26 9 Sulfida mg/l 0,03 0,008 10 Hidrokarbon total mg/l 1 0,0772 11 Surfaktan mg/l 1 0,336 12 Ammonia Total (NH3-N) mg/l 0,3 0,17 13 Senyawa Fenol Total mg/l 0,002 0,001 14 PCB (poliklor bifenil) g/l 0,01 Tidak terdeteksi 15 TBT(tri butil tin) g/l 0,01 Tidak terdeteksi 16 Raksa (Hg) mg/l 0,003 Tidak terdeteksi 17 Kadmium (Cd) mg/l 0,01 0,001 18 Tembaga (Cu) mg/l 0,05 0,004 19 Timbal (Pb) mg/l 0,05 0,001 20 Seng (Zn) mg/l 0,1 0,004 21 Coliform total MPN/100 ml 1000 555

Page 60: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

Pelaksanaan dan Evaluasi ………………. II- 27

Tabel 2.9 Kualitas Air Laut Lokasi 4

Keterangan : Baku Mutu Air Laut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 51 Tahun 2004, Pergub Bali No 8 Tahun 2007

Hasil pengukuran kualitas air laut di lokasi yang termasuk areal tempat berlabuhnya

kapal wisata, kondisi perairannya terlihat alami. Kualitas air laut di lokasi 4 apabila

dibandingkan dengan baku mutu air laut untuk kegiatan pelabuhan tidak terdapat

parameter yang melebihi baku mutu lingkungan hidup.

No Parameter Satuan Baku Mutu Lokasi IV Pelabuhan

1 Kecerahan m >3 5,2 2 Kebauan Organoleptik Tidak Berbau Tidak Berbau 3 Padatan Tersuspensi Total mg/l 80 36,75 4 Benda Terapung/Sampah mg/l Nihil Nihil 5 Minyak dan Lemak mg/l 5 0,44 6 Suhu 0C Alami 26,25 7 pH 6,5-8,5 7,7 8 Salinitas o/oo Alami 30,28 9 Sulfida mg/l 0,03 0,009 10 Hidrokarbon total mg/l 1 0,074 11 Surfaktan mg/l 1 0,185 12 Ammonia Total (NH3-N) mg/l 0,3 0,28 13 Senyawa Fenol Total mg/l 0,002 0,001 14 PCB (poliklor bifenil) g/l 0,01 Tidak terdeteksi 15 TBT(tri butil tin) g/l 0,01 Tidak terdeteksi 16 Raksa (Hg) mg/l 0,003 Tidak terdeteksi 17 Kadmium (Cd) mg/l 0,01 0,001 18 Tembaga (Cu) mg/l 0,05 0,003 19 Timbal (Pb) mg/l 0,05 0,001 20 Seng (Zn) mg/l 0,1 0,001 21 Coliform total MPN/100 ml 1000 645

Page 61: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

Pelaksanaan dan Evaluasi ………………. II- 28

Tabel 2.10.Kualitas Air Laut Lokasi 5

Keterangan : Baku Mutu Air Laut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 51 Tahun 2004, Pergub Bali No 8 Tahun 2007

Hasil pengukuran kualitas air laut di lokasi dermaga selatan yang padat aktivitas

pelayaran menunjukan adanya sumber polutan seperti padatan terapung/sampah, dan

senyawa nitrogen. Kualitas air laut di lokasi 5 apabila dibandingkan dengan baku mutu

air laut untuk kegiatan pelabuhan terdapat dua parameter yang melebihi baku mutu

yakni benda terapung/sampah dan ammonia.

No Parameter Satuan Baku Mutu Lokasi V Pelabuhan

1 Kecerahan m >3 5,4 2 Kebauan Organoleptik Tidak Berbau Tidak Berbau 3 Padatan Tersuspensi Total mg/l 80 42,65 4 Benda Terapung/Sampah mg/l Nihil Ada

5 Minyak dan Lemak mg/l 5 0,68 6 Suhu 0C Alami 26,29 7 pH 6,5-8,5 7,7 8 Salinitas o/oo Alami 30,29 9 Sulfida mg/l 0,03 0,007 10 Hidrokarbon total mg/l 1 0,0778 11 Surfaktan mg/l 1 0,835 12 Ammonia Total (NH3-N) mg/l 0,3 0,322

13 Senyawa Fenol Total mg/l 0,002 0,001 14 PCB (poliklor bifenil) g/l 0,01 Tidak terdeteksi 15 TBT(tri butil tin) g/l 0,01 Tidak terdeteksi 16 Raksa (Hg) mg/l 0,003 Tidak terdeteksi 17 Kadmium (Cd) mg/l 0,01 0,001 18 Tembaga (Cu) mg/l 0,05 0,002 19 Timbal (Pb) mg/l 0,05 0,002 20 Seng (Zn) mg/l 0,1 0,003 21 Coliform total MPN/100 ml 1000 825

Page 62: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

Pelaksanaan dan Evaluasi ………………. II- 29

Tabel 2.11 Kualitas Air Laut Lokasi 6

Keterangan : Baku Mutu Air Laut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 51 Tahun 2004, Pergub Bali No 8 Tahun 2007

Hasil pengukuran kualitas air laut di lokasi dermaga barat yang padat dengan aktivitas

perbaikan kapal dan labuhnya kapal-kapal perikanan menimbulkan tekanan kepada

perairan di sekitarnya. Kualitas air laut di lokasi 6 apabila dibandingkan dengan baku

mutu air laut untuk kegiatan pelabuhan terdapat tiga parameter yang melebihi baku

mutu meliputi bau, sampah, dan ammonia.

No Parameter Satuan Baku Mutu Lokasi VI Pelabuhan

1 Kecerahan m >3 3,1 2 Kebauan Organoleptik Tidak Berbau Berbau

3 Padatan Tersuspensi Total mg/l 80 77,85 4 Benda Terapung/Sampah mg/l Nihil Ada

5 Minyak dan Lemak mg/l 5 0,64 6 Suhu 0C Alami 26,27 7 pH 6,5-8,5 7,8 8 Salinitas o/oo Alami 30,23 9 Sulfida mg/l 0,03 0,021 10 Hidrokarbon total mg/l 1 0,0885 11 Surfaktan mg/l 1 0,67 12 Ammonia Total (NH3-N) mg/l 0,3 0,342

13 Senyawa Fenol Total mg/l 0,002 0,001 14 PCB (poliklor bifenil) g/l 0,01 Tidak terdeteksi 15 TBT(tri butil tin) g/l 0,01 Tidak terdeteksi 16 Raksa (Hg) mg/l 0,003 Tidak terdeteksi 17 Kadmium (Cd) mg/l 0,01 0,002 18 Tembaga (Cu) mg/l 0,05 0,005 19 Timbal (Pb) mg/l 0,05 0,002 20 Seng (Zn) mg/l 0,1 0,005 21 Coliform total MPN/100 ml 1000 825

Page 63: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

Pelaksanaan dan Evaluasi ………………. II- 30

Tabel 2.12 Kualitas Air Laut Lokasi 7

Keterangan : Baku Mutu Air Laut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 51 Tahun 2004,

Pergub Bali No 8 Tahun 2007

Kualitas air laut di lokasi 7 apabila dibandingkan dengan baku mutu air laut untuk

kegiatan pelabuhan terdapat beberapa parameter yang melebihi baku mutu meliputi

bau, sampah, dan ammonia. Sumber pencemaran berasal dari aktivitas perbaikan

kapal perikanan yang banyak menggunakan material yang bias meningkatkan padatan

terapung ke laut serta adanya aktivitas pembusukan bahan organic yang tersangkut

di areal dermaga sehingga menimbulkan bau dan senyawa ammonia di perairan.

No Parameter Satuan Baku Mutu Lokasi VII Pelabuhan

1 Kecerahan m >3 3,2 2 Kebauan Organoleptik Tidak Berbau Berbau

3 Padatan Tersuspensi Total mg/l 80 82,66 4 Benda Terapung/Sampah mg/l Nihil Ada

5 Minyak dan Lemak mg/l 5 0,84 6 Suhu 0C Alami 26,22 7 pH 6,5-8,5 7,8 8 Salinitas o/oo Alami 30,26 9 Sulfida mg/l 0,03 0,008 10 Hidrokarbon total mg/l 1 0,062 11 Surfaktan mg/l 1 0,744 12 Ammonia Total (NH3-N) mg/l 0,3 0,322

13 Senyawa Fenol Total mg/l 0,002 0,001 14 PCB (poliklor bifenil) g/l 0,01 Tidak terdeteksi 15 TBT(tri butil tin) g/l 0,01 Tidak terdeteksi 16 Raksa (Hg) mg/l 0,003 Tidak terdeteksi 17 Kadmium (Cd) mg/l 0,01 0,001 18 Tembaga (Cu) mg/l 0,05 0,005 19 Timbal (Pb) mg/l 0,05 0,001 20 Seng (Zn) mg/l 0,1 0,001 21 Coliform total MPN/100 ml 1000 835

Page 64: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

Pelaksanaan dan Evaluasi ………………. II- 31

Tabel 2.13 Kualitas Air Laut Lokasi 8

Keterangan : Baku Mutu Air Laut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 51 Tahun 2004, Pergub Bali No 8 Tahun 2007

Hasil pengukuran kualitas air laut di lokasi perairan laut di sebelah barat pelabuhan

menunjukan kondisi yang masih alami. Kualitas air laut di lokasi 8 apabila

dibandingkan dengan baku mutu air laut untuk kegiatan pelabuhan tidak terdapat

parameter yang melebihi baku mutu.

No Parameter Satuan Baku Mutu Lokasi VIII Pelabuhan

1 Kecerahan m >3 4,8 2 Kebauan Organoleptik Tidak Berbau Tidak Berbau 3 Padatan Tersuspensi Total mg/l 80 38,55 4 Benda Terapung/Sampah mg/l Nihil Nihil 5 Minyak dan Lemak mg/l 5 0,12 6 Suhu 0C Alami 26,28 7 pH 6,5-8,5 7,8 8 Salinitas o/oo Alami 30,21 9 Sulfida mg/l 0,03 0,006 10 Hidrokarbon total mg/l 1 0,0244 11 Surfaktan mg/l 1 0,332 12 Ammonia Total (NH3-N) mg/l 0,3 0,11 13 Senyawa Fenol Total mg/l 0,002 0,001 14 PCB (poliklor bifenil) g/l 0,01 Tidak terdeteksi 15 TBT(tri butil tin) g/l 0,01 Tidak terdeteksi 16 Raksa (Hg) mg/l 0,003 Tidak terdeteksi 17 Kadmium (Cd) mg/l 0,01 0,001 18 Tembaga (Cu) mg/l 0,05 0,002 19 Timbal (Pb) mg/l 0,05 0,001 20 Seng (Zn) mg/l 0,1 0,001 21 Coliform total MPN/100 ml 1000 525

Page 65: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

Pelaksanaan dan Evaluasi ………………. II- 32

Tabel 2.14 Kualitas Air Laut Lokasi 9

Keterangan : Baku Mutu Air Laut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 51 Tahun 2004, Pergub Bali No 8 Tahun 2007

Kualitas air laut di lokasi 9 apabila dibandingkan dengan baku mutu air laut untuk

kegiatan pelabuhan tidak terdapat parameter yang melebihi baku mutu.

2. Jenis Dampak : Perubahan Pola Arus

Pemantauan pola arus dilaksanakan dengan mengambil data-data yang terdapat

di lembaga terkait seperti dari Dinas Pekerjaan Umum, Bappeda dan BLH

Provinsi Bali, serta Komandan Angkatan Laut di Pesanggaran. Pola arus di

sekitar Pelabuhan Benoa dipengaruhi oleh kondisi pasang surut di perairan

teluk Benoa bersifat ganda (semi diurnal), yaitu terjadi dua kali pasang dan dua

kali surut dalam sehari. Menurut hasil pengamatan oleh Mc. Mullan Nolan &

Partners kondisi pasang surut pada pelabuhan Benoa adalah sebagai berikut:

Highest Astronomical Tide (HAT) : 2,95 m

Mean High Water Springs (MHWS) : 2,41 m

Mean High Water Neaps (MHWN) : 1,57 m

No Parameter Satuan Baku Mutu Lokasi IX Pelabuhan

1 Kecerahan m >3 4,7 2 Kebauan Organoleptik Tidak Berbau Tidak Berbau 3 Padatan Tersuspensi Total mg/l 80 48,23 4 Benda Terapung/Sampah mg/l Nihil Nihil 5 Minyak dan Lemak mg/l 5 0,44 6 Suhu 0C Alami 26,21 7 pH 6,5-8,5 7,8 8 Salinitas o/oo Alami 30,21 9 Sulfida mg/l 0,03 0,004 10 Hidrokarbon total mg/l 1 0,0449 11 Surfaktan mg/l 1 0,432 12 Ammonia Total (NH3-N) mg/l 0,3 0,18 13 Senyawa Fenol Total mg/l 0,002 0,001 14 PCB (poliklor bifenil) g/l 0,01 Tidak terdeteksi 15 TBT(tri butil tin) g/l 0,01 Tidak terdeteksi 16 Raksa (Hg) mg/l 0,003 Tidak terdeteksi 17 Kadmium (Cd) mg/l 0,01 0,001 18 Tembaga (Cu) mg/l 0,05 0,001 19 Timbal (Pb) mg/l 0,05 0,001 20 Seng (Zn) mg/l 0,1 0,001 21 Coliform total MPN/100 ml 1000 555

Page 66: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

Pelaksanaan dan Evaluasi ………………. II- 33

Mean Sea Level (MSL) : 1,30 m

Mean Low Water Neaps (MLWN) : 0,90 m

Mean Low Water Springs (MLWS) : 0,23 m

Chart Datum (CD) : 0,00 m

Lowest Astronomical Tide (LAT) : -0,22 m

Ketinggian Chart Datum adalah 4,315 m di bawah BM Hidro A1.

Berdasarkan data dari HIDROS-AL, tunggang pasang surut maksimum

pelabuhan Benoa adalah 2,6 m, sedangkan hasil pengukuran tunggang pasang

surut sebesar 2,4 m. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh JICA (1989)

di daerah Benoa, arus sekitar pulau Bali dipengaruhi oleh arus Samudra Hindia.

Pada umumnya arus laut pulau Bali berkisar 0,7 knot dengan arah barat ke

timur pada musim hujan (November-Maret) dan 0,8 knot dengan arah timur-

barat pada musim kemarau (April-Oktober). Di sekitar kawasan pantai Selatan

pulau Bali, arus juga dipengaruhi oleh angin dan pasang surut lokal serta

bentuk dari pantai itu sendiri.

Pada saat pasang, air laut mengalir ke teluk Benoa melalui kanal utara (antara

pulau Serangan dan Sanur dan kanal selatan (antara pulau Serangan dan

Tanjung Benoa). Pola aliran pada saat pasang menyebar ke seluruh teluk Benoa

dengan kecepatan yang berbeda-beda. Pada perairan di sebelah timur

pelabuhan Benoa, terjadi pertemuan arus pasang yang melewati kanal utara dan

kanal selatan. Pada daerah ini terjadi stagnasi atau aliran bergolak setempat.

Sedangkan pada saat surut akan terjadi aliran sebaliknya Pada umumnya

kecepatan aliran baik pada saat pasang maupun pada saat surut terkonsentrasi

pada alur yang dalam yang terdapat pada kanal utara dan selatan.

Page 67: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

Pelaksanaan dan Evaluasi ………………. II- 34

Gambar 2.12 Grafik Kecepatan Arus Hasil Pengukuran dan Pola Pasang Surut di

Pelabuhan Benoa

Tunggang pasang surut setiap hari tidak sama, sedangkan kecepatan aliran

akibat pasang surut sebagian besar didominasi oleh kondisi pasang surut yang

terjadi. Hal ini akan menyebabkan kecepatan aliran pada suatu titik

pengamatan selalu berbeda. Berdasarkan data dari HIDROS-AL, AWACS

REPORT, kecepatan arus Teluk Benoa berkisar antara 0,05 m/dt sampai 1,2

m/dt. Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan pada bulan Oktober 2015,

kecepatan arus di sekitar perairan laut Pelabuhan Benoa masih berkisar antara

0,06 m/dt hingga 1,2 m/dt. Kondisi perairan laut pada hari Kamis, 1 Oktober

2015, matahari terbit di Benoa pada pukul 5:04 dan terbenam pada pukul 17:14.

Hari dimulai dengan bulan tampak di langit. Bulan akan menghilang pada

pukul 7:39 di barat (284º) arah tenggara. Pada akhirnya, bulan akan kembali

muncul dari timur (75º) pada pukul 20:28. Berdasarkan grafik pasang naik dan

pasang surut, pasang surut pertama terjadi pada pukul 4:45 dan pasang surut

selanjutnya pada pukul 16:50. Pasang naik pertama terjadi pada pukul 10:50

dan pasang naik selanjutnya pada pukul 23:05. Koefisien pasang surut air laut

adalah 89. Dengan koefisien setinggi ini, didapatkan bahwa pasang surut air

laut besar dan arus juga akan terlihat sangat jelas. Ketinggian pasang surut air

laut adalah 0,1 m, 2,3 m, 0,2 m dan 2,5 m. Dengan membandingkan level-level

kondisi pasang surut maka didapatkan pasang naik maksimum yaitu 2,7 m

Page 68: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

Pelaksanaan dan Evaluasi ………………. II- 35

dengan ketinggian minimum -0,1 m. Fase bulan Oktober 2015 adalah Bulan

Cembung dengan kondisi penyinaran matahari selama 12 jam 10 menit. Transit

matahari terjadi pada pukul 11:09 dan bulan akan tampak selama 11 jam 11

menit.

3. Jenis Dampak : Terjadinya Erosi dan Sedimentasi

Dampak erosi dan sedimentasi memiliki kaitan dengan adanya aliran air

permukaan dari kawasan daratan pada musim hujan serta aliran sungai yang

bermuara ke Kawasan Teluk Benoa. Untuk melihat proses erosi dan

sedimentasi kawasan Teluk Benoa, perlu ditinjau keadaan pantai selatan pulau

Bali. Hasil studi JICA (1989) di daerah pantai selatan Bali bagian timur, pola

transpor sedimen sejajar pantai di utara pantai Sanur adalah ke arah utara. Nusa

Dua yang terletak di selatan pulau Bali berfungsi sebagai head land yang

memnatasi supali angkutan sedimen ke daerah utara. Hal tersebut dapat

dibuktikan dari distribusi gradasi butiran yang semakin halus ke arah utara.

Gaya utama yang mengangkut sedimen pantai adalah gelombang angin. Dari

hasil analisis gelombang, terlihat bahwa gelombang besar yang cukup dominan

adalah dari selatan. Karena dari arah selatan suplai sedimen sudah dibatasi oleh

head land Nusa Dua, maka sumber sedimen utama ke daerah pantai berasal

dari sungai-sungai yang bermuara disana. Melihat dari lokasi pulau Serangan

dan Tanjung Benoa, pulau ini berada daerah Teluk Benoa yang terlindung oleh

head land Nusa Dua. Selain itu pulau Serangan juga terlindung oleh hamparan

karang dibagian timur. Berdasarkan hal tersebut, gelombang laut dalam akan

dihalangi dan diredam oleh dataran karang sehingga gelombang yang mencapai

pantai tidak akan begitu besar sehingga tidak akan menyebabkan terjadinya

erosi. Kerusakan pantai cenderung diakibatkan oleh pasang surut gelombang

yang memasuki Teluk Benoa dan menimbulkan arus yang cukup besar. Selain

itu erosi juga disebabkan oleh gelombang yang terjadi akibat lalu lintas kapal

pelabuhan Benoa.

Berdasarkan hasil pengamatan di lokasi perairan laut di dekat Pelabuhan

Benoa Tahun 2015 proses sedimentasi berlangsung secara terus menerus yang

Page 69: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

Pelaksanaan dan Evaluasi ………………. II- 36

berasal dari alur alur yang membawa sedimen dari daratan. Kondisi tersebut

mengakibatkan adanya proses pendangkalan dari kondisi pengukuran pada

tahun 2013 dengan tahun 2015. Kedalaman di perairan alur masuk pelayaran

pelabuhan Benoa, Bali rata-rata berkisar antara 10 meter sampai dengan 25

meter pada saat surut terendah. Di beberapa tempat seperti pada Barat dan

Timur dari Rambu Suar No. 2 terdapat kedalaman diatas 9.7 dan 9.8 meter.

Kedalaman di perairan alur pelayaran pelabuhan Benoa, Bali rata-rata berkisar

antara 12 meter sampai dengan 15 meter pada saat surut terendah. Di beberapa

tempat seperti pada mulut Teluk Benoa dan sebelah utara Tg. Benoa terdapat

kedalaman diatas 20 meter. Terdapat pula kedalaman dibawah 10 meter di

beberapa tempat, sehingga hal ini perlu diwaspadai bagi kapal-kapal yang

memiliki draft lebih dari 10 meter. Kedalaman di Pelabuhan Benoa Bali yaitu

sekitar Dermaga Umum rata-rata berkisar antara 8 meter sampai dengan 9

meter pada saat surut terendah, namun di sekitar dermaga Pelindo kedalaman

kurang dari 5 meter.

Kedalaman di Dermaga Pertamina dan Dermaga Selatan Pelabuhan Benoa Bali

rata-rata berkisar antara 5 meter sampai dengan 8 meter pada saat surut

terendah, namun pada bagian yang terdekat dengan dermaga kedalaman kurang

dari 5 meter. Kedalaman di Turning Basin Pelabuhan Benoa Bali rata-rata

berkisar antara 10 meter sampai dengan 12 meter pada saat surut terendah,

namun pada bagian yang terdekat dengan dermaga kedalaman kurang dari 10

meter

4. Jenis Dampak : Terganggunya Kerselamatan pelayaran

Aktivitas di Pelabuhan Benoa yang semakin padat berdampak terhadap adanya

gangguan keselamatan pelayaran. Terlebih lagi setelah alur masuk diperbaiki,

semakin banyak kapal pesir yang bisa berlabuh di dermaga pelabuhan. Industri

kapal pesiar merupakan salah satu industri yang berkembang cepat di sektor

perekonomian dunia. Perkembangan kedatangan kapal pesiar ini pada tahun

2011 meningkat hampir 3 kali lipat dibandingkan tahun 2010.

Page 70: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

Pelaksanaan dan Evaluasi ………………. II- 37

Tipe–tipe kapal pesiar yang berkunjung ke Pelabuhan Benoa terbagi menjadi

tiga kategori yaitu kapal kecil, kapal sedang dan kapal besar.

Kapal Kecil : Kapasitas: sampai 500 penumpang. Ukuran: 100 – 175 m; 2000 - 25.000 tons. Clipper Oddysey, Arion, Hansetic, Seabourn Spirit, Sillver

Cloud, Funchal, Collumbus

Kapal Sedang: Kapasitas 500 - 1000 penumpang. Ukuran: 176 – 217 m; 25.000 – 50.000 tons. Astor, Silver Shadow, Silver Whisper, Crow Odyssety,

Asuka, Maxim Gordy, The World, Europe, Seven Seas Voyager & Mariner

Kapal Besar: Kapasitas: > 1000 penumpang. Ukuran: >230m; 50.000 – 150.000 tons. Rotterdam, Amsterdam, Oriana, Legend of The Sears,

Aurora, Diamond Pricess, Queen Elizabeth 2, Sappire Princes

Kunjungan kapal pesiar di Pelabuhan Benoa Bali dalam kurun waktu lima

tahun terkhir menunjukkan tren meningkat seiring dengan banyaknya kegiatan

internasional yang diadakan di Bali.

Berdasarkan data tahun 2015 kondisi keselamatan pelayaran sangat

dipengaruhi oleh semakin banyaknya kapal-kapal besar berlabuh ke Pelabuhan

Benoa sehingga terjadi potensi adanya gangguan terhadap keselamatan

pelayaran. Apalagi, adanya aktivitas wisata bahari seperti banana boat, flying

banana dan kegiatan masyarakat lainnya di Tanjung Benoa yang kadang

masuk terlalu jauh ke areal alur masuk pelabuhan mengakibatkan potensi

gangguan terhadap keselamatan pelayaran semakin besar. Walaupun, hingga

bulan Nopember 2016, belum ada data laporan yang menyebutkan adanya

kecelakaan pelayaran di kawasan Pelabuhan benoa, namun kondisi tersebut

harus diwaspadai sebagai potensi gangguan yang besar.

Page 71: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

Pelaksanaan dan Evaluasi ………………. II- 38

5. Jenis Dampak : Perubahan Kualitas Udara

Rencana pemantauan lingkungan untuk komponen kualitas udara dilakukan

dengan pengukuran langsung di lokasi pelabuhan. Kegiatan survey di lokasi

pelabuhan hingga pengukuran laboratorium dilaksanakan pada tanggal 1

Desember 2016 s.d. 5 Desember 2016. Pengukuran parameter kualitas udara

seperti SO2, CO, NO2, Debu, Pb, dan HC di Pelabuhan Benoa menunjukan

keadaan yang normal. Hasil pengukuran kualitas udara dari lokasi 1 hingga

lokasi 9 masih menunjukan kualitas yang berada di bawah baku mutu

lingkungan. Kemungkinan kondisi tersebut disebabkan karena lokasi

pengukuran berada di areal terbuka, dekat dengan perairan laut yang luas serta

sumber pencemaran udara yang terbatas. Parameter kualitas udara yang diukur

tersebut di bandingkan dengan standar baku mutu lingkungan berdasarkan

Peraturan Gubernur Bali No.8 Tahun 2007. Hasil pengukuran kualitas udara

ditampilkan pada tabel-tabel berikut:

Tabel 2.15 Hasil Pengukuran Kualitas Udara pada Lokasi 1

No Parameter Satuan Baku Mutu Aq-1

1 SO2 g/Nm3 900 25.68 2 CO g/Nm3 30.000 986.25 3 NO2 g/Nm3 400 20.15 4 Debu g/Nm3 230 88.35 5 Pb g/Nm3 2 0.01 6 HC g/Nm3 160 15.62

Page 72: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

Pelaksanaan dan Evaluasi ………………. II- 39

Tabel 2.16 Hasil Pengukuran Kualitas Udara pada Lokasi 2

No Parameter Satuan Baku Mutu Aq-2

1 SO2 g/Nm3 900 24.33 2 CO g/Nm3 30.000 825.75 3 NO2 g/Nm3 400 17.32 4 Debu g/Nm3 230 82.77 5 Pb g/Nm3 2 0.01 6 HC g/Nm3 160 13.48

Tabel 2.17 Hasil Pengukuran Kualitas Udara pada Lokasi 3

No Parameter Satuan Baku Mutu Aq-3

1 SO2 g/Nm3 900 17.55 2 CO g/Nm3 30.000 572.89 3 NO2 g/Nm3 400 13.22 4 Debu g/Nm3 230 59.37 5 Pb g/Nm3 2 0.01 6 HC g/Nm3 160 17.83

Tabel 2.18 Hasil Pengukuran Kualitas Udara pada Lokasi 4

No Parameter Satuan Baku Mutu Aq-4

1 SO2 g/Nm3 900 30.22 2 CO g/Nm3 30.000 1043.45 3 NO2 g/Nm3 400 30.26 4 Debu g/Nm3 230 115.47 5 Pb g/Nm3 2 0.02 6 HC g/Nm3 160 17.54

Tabel 2.19 Hasil Pengukuran Kualitas Udara pada Lokasi 5

No Parameter Satuan Baku Mutu Aq-5

1 SO2 g/Nm3 900 26.77 2 CO g/Nm3 30.000 881.85 3 NO2 g/Nm3 400 23.55 4 Debu g/Nm3 230 99.12 5 Pb g/Nm3 2 0.02 6 HC g/Nm3 160 24.65

Page 73: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

Pelaksanaan dan Evaluasi ………………. II- 40

Tabel 2.20 Hasil Pengukuran Kualitas Udara pada Lokasi 6

No Parameter Satuan Baku Mutu Aq-6

1 SO2 g/Nm3 900 36.55 2 CO g/Nm3 30.000 1136.75 3 NO2 g/Nm3 400 44.42 4 Debu g/Nm3 230 126.88 5 Pb g/Nm3 2 0.02 6 HC g/Nm3 160 27.32

Tabel 2.21 Hasil Pengukuran Kualitas Udara pada Lokasi 7

No Parameter Satuan Baku Mutu Aq-7

1 SO2 g/Nm3 900 48.55 2 CO g/Nm3 30.000 1232.65 3 NO2 g/Nm3 400 44.54 4 Debu g/Nm3 230 121.87 5 Pb g/Nm3 2 0.02 6 HC g/Nm3 160 59.32

Tabel 2.22 Hasil Pengukuran Kualitas Udara pada Lokasi 8

No Parameter Satuan Baku Mutu Aq-8

1 SO2 g/Nm3 900 39.45 2 CO g/Nm3 30.000 982.86 3 NO2 g/Nm3 400 47.43 4 Debu g/Nm3 230 97.22 5 Pb g/Nm3 2 0.02 6 HC g/Nm3 160 38.11

Tabel 2.23 Hasil Pengukuran Kualitas Udara pada Lokasi 9

No Parameter Satuan Baku Mutu Aq-9

1 SO2 g/Nm3 900 37.54

2 CO g/Nm3 30.000 998.33

3 NO2 g/Nm3 400 33.84

4 Debu g/Nm3 230 97.26

5 Pb g/Nm3 2 0.02

6 HC g/Nm3 160 39.26

Page 74: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

Pelaksanaan dan Evaluasi ………………. II- 41

6. Jenis Dampak : Peningkatan Kebisingan

Pengukuran tingkat kebisingan di kawasan Pelabuhan Benoa menunjukan

tingkat kebisingan yang bervariasi tergantung dari lokasi pengukuran. Pada

umumnya, sumber kebisingan berasal dari aktivitas transportasi darat dan laut

seperti kendaraan bermotor dan kapal-kapal pelayaran. Beberapa aktivitas

konstruksi, perbaikan kapal, dan kegiatan perdagangan di pelabuhan juga

sebagai sumber kebisingan. Hasil pengukuran yang dilaksanakan pada

tanggal 12 Mei 2016 dan pengolahan data sampai tanggal 2 Juni 2016

menunjukan kondisi yang berada di bawah baku mutu kebisingan untuk

kawasan perdagangan dan jasa sebesar 70 dB, namun beberapa tingkat

kebisingan maksimal menunjukan kondisi yang lebih tinggi dari baku mutu

tersebut. Hasil pengukuran kebisingan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.24 Tingkat Kebisingan pada Lokasi 1

Posisi Pengukuran Satuan

Lokasi I Koordinat E : 115o 12,313 S: 08o 44,232

Terendah Tertinggi Rata-Rata

Utara dB 54.45 64.72 59.59

Selatan dB 54.53 64.76 59.65

Timur dB 54.56 64.32 59.44

Barat dB 54.61 64.76 59.69

Tabel 2.25 Tingkat Kebisingan pada Lokasi 2

Posisi Pengukuran Satuan

Lokasi II Koordinat E : 115o 12,916 S: 08o 43,590

Terendah Tertinggi Rata-Rata

Utara dB 57.76 66.18 61.97

Selatan dB 57.47 66.18 61.83

Timur dB 57.55 66.14 61.85

Barat dB 57.72 65.23 61.48

Page 75: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

Pelaksanaan dan Evaluasi ………………. II- 42

Tabel 2.26 Tingkat Kebisingan pada Lokasi 3

Posisi Pengukuran Satuan

Lokasi III Koordinat E : 115o 12,787 S: 08o 44,364

Terendah Tertinggi Rata-Rata

Utara dB 54.76 63.15 58.96

Selatan dB 54.32 63.18 58.75

Timur dB 54.21 63.16 58.69

Barat dB 54.18 63.11 58.65

Tabel 2.27 Tingkat Kebisingan pada Lokasi 4

Posisi Pengukuran Satuan

Lokasi IV Koordinat E : 115o 12,676 S: 08o 44,785

Terendah Tertinggi Rata-Rata

Utara dB 60.23 65.87 63.05

Selatan dB 60.14 65.16 62.65

Timur dB 60.54 65.12 62.83

Barat dB 60.78 65.08 62.93

Tabel 2.28 Tingkat Kebisingan pada Lokasi 5

Posisi Pengukuran Satuan

Lokasi V Koordinat E : 115o 12,374 S: 08o 44,765

Terendah Tertinggi Rata-Rata

Utara dB 61.78 67.34 64.56

Selatan dB 61.54 67.45 64.495

Timur dB 61.33 67.33 64.33

Barat dB 61.45 67.12 64.285

Tabel 2.29 Tingkat Kebisingan pada Lokasi 6

Posisi Pengukuran Satuan

Lokasi VI Koordinat E : 115o 12,363 S: 08o 44,260

Terendah Tertinggi Rata-Rata

Utara dB 64.14 67.32 65.73

Selatan dB 64.12 67.33 65.725

Timur dB 64.15 67.27 65.71

Barat dB 64.11 67.15 65.63

Page 76: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

Pelaksanaan dan Evaluasi ………………. II- 43

Tabel 2.30 Tingkat Kebisingan pada Lokasi 7

Posisi Pengukuran Satuan

Lokasi VII Koordinat E : 115o 12,374 S: 08o 44,765

Terendah Tertinggi Rata-Rata

Utara dB 64.11 67.32 65.72

Selatan dB 64.12 67.34 65.73

Timur dB 64.07 67.26 65.67

Barat dB 64.03 67.21 65.62

Tabel 2.31 Tingkat Kebisingan pada Lokasi 8

Posisi Pengukuran Satuan

Lokasi VIII Koordinat E : 115o 12,415 S: 08o 44,569

Terendah Tertinggi Rata-Rata

Utara dB 64.18 67.12 65.65

Selatan dB 64.13 67.12 65.625

Timur dB 64.13 67.13 65.63

Barat dB 64.12 67.11 65.615

Tabel 2.32 Tingkat Kebisingan pada Lokasi 9

Posisi Pengukuran Satuan

Lokasi IX Koordinat E : 115o 12,331 S: 08o 44,239

Terendah Tertinggi Rata-Rata

Utara dB 63.22 66.93 65.08

Selatan dB 63.21 66.67 64.94

Timur dB 63.21 66.54 64.88

Barat dB 63.19 66.28 64.74

7.Jenis Dampak : Gangguan Terhadap Biota Perairan

Dampak gangguan terhadap biota perairan yang bersumber pada kegiatan

operasional di pelabuhan yang meliputi aktivitas di dermaga pariwisata, dermaga

selatan dan dermaga perikanan dipantau dengan melakukan pengamatan terhadap

kondisi biota perairan yang menggunakan parameter phytoplankton dan zooplankton.

Kegiatan monitoring parameter plankton diperairan laut sekitar kawasan Benoa

menunjukan adanya kualitas lingkungan yang perlu dikelola dengan lebih baik.

Phytoplankton adalah parameter yang penting untuk dipantau agar dapat diketahui

tingkat kesuburan atau produktivitas suatu ekosistem perairan berkaitan dengan

fungsinya sebagai piramida makanan. Komunitas plankton merupakan terminologi

Page 77: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

Pelaksanaan dan Evaluasi ………………. II- 44

yang diberikan untuk kumpulan beberapa jenis organisma air yang berukuran

mikroskopis, yang mana keberadaannya melayang-layang (nonmoving) di dalam air,

yang terdiri dari plankton nabati (phytoplankton) dan hewani (zooplankton).

Keberadaan plankton sebagai salah satu mata rantai sistem ekologis perairan

merupakan indikator dan komponen penting untuk menilai kesuburan, kestabilan atau

pencemaran suatu perairan. Keberadaan phytoplankton di kawasan sekitar Pelabuhan

Benoa yang didapatkan selama kegiatan pemantauan lingkungan dapat dilihat pada

tabel berikut.

Tabel 2.33 Phytoplankton di perairan Benoa

No Species

LOKASI

I II III IV V VI VII VIII IX I Chlorophyta

1 Zygnema pectinatum 2 7 2 4 3 5 4 3 5

2 Botryococcus braunii 7 3 2 2 3 4 3

3 Microspora sp. 2 4 4 3

4 Micrasterias ceratophora 4 7 5 4 3 5 5 4

5 Penium spirostriolatum 5 3

6 Gonatozygon monoaenium 5 2 5 3 3 4 5 6 3

II Cyanophyta

1 Mycrocystis aeruginosa 5 3 7 2 2 3 6 3 3

2 Trichosdesmium thiebauti 5 5 5 3 3 3 2

III Bacillariophyta 1 Hemiaulus sp. 3 5 5 3 3 3

2 Rhizosolenia styliformis 3 5 5 5 2 6 3

3 Licmophora lingbyei 5 3 5 5 3

4 Chaetoceros decipiens 5 2 3 3 5 3 5

5 Melosira sp. 5 5

7 Skeletonema costatum 3 3 3 5 3 3

8 Pleurosigma sp. 9 Lauderia borealis 3 3 4 5 2 5

IV Radiolaria

1 Spharozoum geminatum 5 3 3 3 5 5 5 5 3

V Dinoflagellata 1 Ceratiun tripos 3 3 5 5

VI Phyrrophyta

1 Nematodium armatum 5 3 5 3 3 5

Page 78: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

Pelaksanaan dan Evaluasi ………………. II- 45

Kondisi kehidupan organisme pada ekosistem perairan pesisir dan laut ditentukan oleh

sifat-sifat airnya yang meliputi: sifat-sifat fisik, kimia dan zat terlarut di dalamnya serta

interaksinya dengan organisme lain termasuk manusia. Selain itu, kondisi pasang surut

dan gelombang sangat berpengaruh terhadap keberadaan organisme laut di kawasan

Benoa. Hasil pengukuran zooplankton di perairan Pelabuhan Benoa dapat dilihat pada

tabel berikut.

Tabel 2.34 Data Pengamatan Zooplankton ORGANISME

ZOOPLANKTON

LOKASI

I II III IV V VI VII VIII IX

PROTOZOA 1. Codonellopsis sp. 3 3 5 3 3 7 3 2. Tintinnopsis sp. 5 2 3 2 3 LARVA OF GASTROPODA 1. Aflunia sp. 2 3 2 2 3 3 3 3

LARVA OF PELECYPODA 1. Chepaladolla sp. 4 5 5 2 3 4 4 CRUSTACEAE 1. NaupHus (Stadia) 2 5 5 3 3 5 3 7 4 2. Acartia sp. 2 5 2 4 3 2 5 3. Corycocus sp. 2 7 3 2

4. Euterpina sp. 5 3 5 2

5. Oncaea sp. 5 3 2 3 2 6. Ofthona sp. 3 7 3 3 5 2 2 7. Paracalanus sp. 3 3 4 7 3

APPENDICULARIA 1. Oikhopleura sp. 3 2 7 3 LARVA OF POLYCHAETA 1.Glysera sp 5 3 3 3

Kawasan Teluk Benoa dan sekitarnya mempunyai keanekaragaman habitat

(ekosistem) yang relatif tinggi, yaitu hutan bakau, terumbu karang (coral reefs) padang

lamun (segarass beds), dan dataran pasang surut (tidal flats). Ekosistem-ekosistem

pesisir tersebut umumnya dikenal sebagai habitat kritis (critical habitats) yang

mempunyai peranan penting dalam hal habitat, konservasi alam, dan pengawetan

plasma nuftah serta keanekaragaman hayati; serta nilai produksi dan

Page 79: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

Pelaksanaan dan Evaluasi ………………. II- 46

rekreasi/pariwisata. Interaksi ekosistem perairan pantai tersebut memperkaya

keragaman spesies di wilayah Teluk Benoa.

7.Jenis Dampak : Terjadinya Gangguan Lalu Lintas

Dampak gangguan lalu lintas bersumber dari kegiatan operasional di pelabuhan yang

meliputi aktivitas di dermaga pariwisata, dermaga selatan dan dermaga perikanan.

Berdasarkan hasil pengamatan lapangan, belum tercatat kejadian kecelakaan dan

kemacetan lalu lintas di jalur jalan pelabuhan. Pengaturan lalu lintas akibat adanya

aktivitas pemasangan pipa sudah dilakukan dengan melakukan koordinasi jadwal

konstruksi dengan pihak terkait. Gangguan lalu lintas di perairan laut akibat lalu lintas

kapal yang keluar masuk pelabuhan belum menunjukan adanya gangguan yang

berarti. Berdasarkan pengamatan, aktivitas lalu lintas pelayaran sudah dikendalikan

dengan baik oleh otoritas pelabuhan dan navigasi pelayaran. .

8.Jenis Dampak : Gangguan Kamtibmas

Dampak gangguan kamtibmas bersumber pada kegiatan operasional di pelabuhan

yang meliputi aktivitas di dermaga pariwisata, dermaga selatan dan dermaga

perikanan. Berdasarkan pengamatan, aktivitas di pelabuhan berjalan dengan normal

tanpa adanya laporan kejadian gangguan keamanan dan ketertiban. Terjadinya

aktivitas yang berkaitan dengan jual beli dan peredaran narkotika diawasi oleh aparat

keamanan yang melaksanakan tugasnya secara bertanggungjawab. Belum ada

tercatat selama periode pemantauan laporan aktivitas masyarakat yang melakukan

kegiatan mabuk-mabukan dan prostitusi yang menimbulkan gangguan keamanan dan

ketertiban masyarakat.Berdasarkan pengamatan di lokasi pelabuhan setiap usaha yang

terdapat di areal pelabuhan sudah memiliki kerjasama dengan petugas keamanan dari

Banjar/Lingkungan Pesanggaran Kelurahan pedungan kecamatan Denpasar Selatan

Kota Denpasar yang akan mengawasi aktivitas yang mencurigakan dan

melaporkannya kepada aparat keamanan/kepolisian.

Page 80: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

Pelaksanaan dan Evaluasi ………………. II- 47

9.Jenis Dampak : Kesempatan Kerja dan Berusaha

Operasional pelabuhan Benoa merupakan aktivitas yang banyak memberikan

kesempatan kerja dan berusaha bagi masyarakat. Berdasarkan pengamatan terhadap

kesempatan kerja dan berusaha di kawasan pelabuhan, sebagian besar pekerjaan yang

dilakukan oleh masyarakat berkaitan dengan kegiatan di aktivitas perikanan seperti

awak kapal perikanan, pekerjaan perbaikan kapal saat sandar, aktivitas bongkar muat

ikan untuk dibawa ke perusahan perosesing, pekerjaan di perusahaan pengolahan

ikan/kegiatan ekspor ikan tangkapan, dan kegiatan distribusi produk perikanan. Selain

itu, terdapat juga kesempatan kerja dibidang jasa pendukung aktivitas pelabuhan

seperti jasa kuliner/warung makan, toko bahan dan peralatan yang berhubungan

dengan aktivitas pelabuhan, toko kebutuhan sehari-hari dan jasa transportasi.

Lapangan kerja sektor formal meliputi pekerjaan kepelabuhan, keamanan, kesehatan,

imigrasi/bea cukai, energi dan migas, air dan pengolahan limbah, dan lain lain.

PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Benoa telah melakukan usaha penyewaan lahan

kepada masyarakat sekitar (lokal maupun non lokal) untuk lahan usaha, contohnya

seperti warung, kios, dan lain-lain yang berada di dalam area pelabuhan. Sementara

itu untuk pegawai untuk mendukung kegiatannya, PT Pelabuhan Indonesia III

(Persero) memiliki 2 jenis pegawai, yaitu pegawai tetap dan pegawai outsourcing.

Sistem perekrutan pegawai tetap terdiri dari 2 cara, yaitu perekrutan pegawai dan

perekrutan Penerimaan Putra Daerah (PPD), sementara untuk pegawai outsourcing

bekerja sama dengan PT Pelindo Daya Sejahtera (PT PDS).

Sistem perekrutan pegawai tetap yang pertama, perekrutan pegawai termasuk dalam

lingkup perekrutan PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Kantor Pusat, dimana dalam

hal ini PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Benoa sebagai pihak cabang

bertindak sebagai fasilitator/perantara untuk penempatan di Cabang Benoa. Proses

perekrutan pegawai tersebut dilakukan oleh Kantor Pusat melalui jasa konsultan. PT

Pelabuhan Indonesia III (Persero) Kantor Pusat melakukan perekrutan secara terpusat

dan kemudian dilakukan penempatan ke seluruh cabang yang ada, dalam hal ini

termasuk pada Cabang Benoa. PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Kantor Pusat

melakukan perekrutan pegawai secara transparan/terbuka, dimana untuk perekrutan

tersebut penyebebarluasan informasi rekrutmen dilakukan secara terbuka melalui

Page 81: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

Pelaksanaan dan Evaluasi ………………. II- 48

media-media umum untuk disampaikan ke seluruh masyarakat lokal maupun non lokal

dan terdiri dari beberapa tahapan proses seleksi yang harus djalani/diikuti oleh masing-

masing pelamar. Sistem perekrutan pegawai tetap yang kedua yaitu program

perekrutan yang disebut dengan Penerimaan Putra Daerah (PPD) dimana target utama

perekrutan pegawai PPD adalah masyarakat lokal/daerah di masing-masing cabang.

Dalam sistem pelaksanaan perekrutan PPD, Cabang tetap bertindak sebagai fasilitator

dimana sistem dan keseluruhan proses perekrutan dilakukan oleh PT Pelabuhan

Indonesia III (Persero) Kantor Pusat melalui jasa konsultan.

Berdasarkan data kekuatan Sumber Daya Manusia (SDM) PT Pelabuhan Indonesia III

(Persero) Cabang Benoa, kondisi eksisting SDM pegawai tetap di PT Pelabuhan

Indonesia III (Persero) Cabang Benoa berdasarkan klasifikasi pegawai, jenis kelamin,

daerah asal dan dan tingkat pendidikan adalah sebagaimana Tabel berikut.

Tabel 2.35 Kekuatan SDM Pegawai Tetap PT Pelabuhan Indonesia III (Persero)

Cabang Benoa Tahun 2016

No Klasifikasi Pegawai

Jenis Kelamin Daerah Asal Pendidikan

LK PR Jumlah Lokal Non Lokal

S2/setara S1/setara Diploma SMA

1 General Manajer 1 - 1 - 1 1 - - -

2 DIvisi Operasi dan Komersial

10 - 10 8 2 - 7 2 1

3 Divisi Properti dan Aneka Usaha

8 - 8 2 6 - 8 - -

4 Divisi Keuangan 4 1 5 0 5 - 4 1 -

5 Divisi SDM, Umum dan Kesisteman

7 3 10 2 8 - 6 2 2

5 Divisi Teknik 5 1 6 0 6 1 3 2 -

Total 35 5 40 12 28 2 28 7 3

Page 82: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

Pelaksanaan dan Evaluasi ………………. II- 49

Tabel 2.36 Kekuatan SDM untuk Pegawai outsourcing PT Pelabuhan

Indonesia III (Persero) Cabang Benoa Tahun 2016

No Klasifikasi Pegawai Jenis Kelamin Daerah Asal Pendidikan

LK PR Jumlah Lokal Non Lokal

S1/setara Diploma SMA

1 Administrasi/Entri Data

5 2 7 5 2 2 1 4

2 Teknis/pelaksana 6 - 6 5 1 - - 6

3 Driver 3 - 3 3 - - - 3

4 Petugas Lapangan 3 - 3 3 - - - 3

5 Security 14 - 14 13 1 - - 14

5 PMK 4 - 4 3 1 - - 4

Total 35 2 37 32 5 2 1 34

Tabel 2.37 Kekuatan SDM Pemagang PT Pelabuhan Indonesia III (Persero)

Cabang Benoa Tahun 2016

No Klasifikasi Pegawai Jenis Kelamin Daerah Asal Pendidikan

LK PR Jumlah Lokal Non Lokal

S1/setara Diploma SMA

1 DIvisi Operasi dan Komersial

2 - 2 - 2 - - 2

2 Divisi Properti dan Aneka Usaha

2 1 3 1 2 - 1 2

3 Divisi Keuangan 1 3 4 1 3 - 2 2

4 Divisi SDM, Umum dan Kesisteman

2 1 3 - 3 1 - 2

5 Divisi Teknik 3 - 3 1 2 1 1 1

Total 10 5 15 3 12 2 4 9

Sumber: PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Benoa, 2016

Selain telah melakukan penyerapan pegawai dari masyarakat sekitar yang memiliki

kualifikasi sesuai kebutuhan SDM di pelabuhan, PT Pelabuhan Indonesia III (Persero)

Cabang Benoa. juga telah melakukan pemberdayaan masyarakat dengan melakukan

penyewaan lahan kepada masyarakat sekitar untuk melakukan usaha seperti

warung/kios, rumah makan, dan lain-lain. Daftar Sewa Tanah dan Bangunan Benoa

dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Page 83: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

Pelaksanaan dan Evaluasi ………………. II- 50

Tabel 2.38 Daftar Sewa Tanah dan Bangunan Pelabuhan Benoa

No Peruntukan Luas (m2)

1 KANTIN 400

2 MINIMARKET 425,50

3 KIOS 156

4 KIOS / WARUNG 40

5 KIOS / WARUNG 40

6 KIOS / WARUNG 40

7 KIOS / WARUNG 40

8 KIOS / WARUNG 144

10 KIOS / WARUNG 38

11 KIOS / WARUNG 54,54

12 KIOS / WARUNG 47

13 KANTOR 144

14 KANTIN 36

15 KIOS / WARUNG 80

16 BENGKEL 490,25

17 TOKO 65

18 TOKO 60

19 TOKO 80

20 BENGKEL 383,6

21 KIOS / TOKO 95

22 BENGKEL / SPARE PART 363

23 KIOS / WARUNG 80

24 KIOS / WARUNG 85,8

25 KIOS /WARUNG 69

26 BENGKEL 958,75

27 KIOS/WARUNG 228

28 BENGKEL 475

29 BENGKEL 320

30 KOPERASI 100

TOTAL : 5.538,44

Sumber: PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Benoa, 2016

Dari Tabel 2.38 di atas dapat diketahui jumlah kegiatan usaha yang ada di Pelabuhan

Benoa terdiri dari 2 kantin, 1 minimarket, 14 kios/warung/toko, 6 bengkel/sparepart, 1

koperasi, 1 kantor, dan 3 toko. Hingga saat ini PT Pelabuhan Indonesia III (Persero)

Cabang Benoa juga melakukan pelayanan penyediaan air bersih untuk memenuhi

kebutuhan air bersih di seluruh area Pelabuhan Benoa termasuk kepada masyarakat

sekitar. Bagi para nelayan pemilik perahu juga mendapatkan kesempatan untuk

menyewakan perahunya kepada Pelabuhan Benoa ketika diperlukan, contoh: dalam

rangka survey kualitas lingkungan, survey kondisi mangrove dan lain-lain.

Page 84: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

Pelaksanaan dan Evaluasi ………………. II- 51

2.2. Evaluasi

2.2.1 Eavaluasi Kecenderungan

Evaluasi kecenderungan perubahan kualitas lingkungan di Pelabuhan benoa pada

periode semester 2 Tahun 2016 dapat dilihat dari hasil pengamatan, survey lapangan,

dan observasi di lokasi pelabuhan. Pada evaluasi kecenderungan perubahan kualitas

air dilakukan dengan menentukan status mutu air laut di kawasan Pelabuhan Benoa

dibandingkan dengan baku mutu air laut sesuai Peraturan Gubernur Bali No. 16

Tahun 2016 tentang Baku Mutu Lingkungan Hidup dan Kriteria Baku Kerusakan

Lingkungan Hidup serta Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No 51 Tahun 2004

tentang Baku Mutu Air Laut. Kebijakan baku mutu lingkungan untuk kualitas air laut

yang tercantum dalam kedua peraturan tersebut membedakan kondisi air laut untuk

perairan pelabuhan, wisata bahari dan biota laut. Dalam melakukan evaluasi kualitas

air laut di Pelabuhan Benoa baku mutu yang diacu adalah untuk perairan pelabuhan.

Berdasarkan acuan pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun

2003 tentang Penentuan Status Mutu Air dengan Metode Storet, kualitas air laut

kegiatan pemantauan Kualitas Lingkungan di Pelabuhan Benoa pada periode

Desember 2008 ditentukan berdasarkan Metode Storet. Hal ini dilakukan dengan

mengacu sistem nilai dari lembaga perlindungan lingkungan Amerika /US-EPA

(United States-Environmental Protection Agency) dengan klasifikasi mutu air dalam

empat kelas yakni: Kelas A : baik sekali skor = 0 memenuhi baku mutu; Kelas B :

baik, skor -1 s.d. -10, cemar ringan; Kelas C : sedang, skor = -11 s.d. -30 cemar sedang;

dan Kelas D: buruk, skor -31 cemar berat.

Berdasarkan hasil evaluasi kualitas air laut di Pelabuhan Benoa dengan

mempergunakan baku mutu air laut untuk peruntukan perairan pelabuhan (Peraturan

Gubernur Bali No. 16 Tahun 2016 tentang Baku Mutu Lingkungan Hidup dan Kriteria

Baku kerusakan Lingkungan Hidup dan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No 51

Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut) maka status mutu air laut di lokasi 1 hingga

3 dan lokasi 8 dan 9 masih tergolong baik karena tidak ada yang melebihi baku mutu,

Page 85: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

Pelaksanaan dan Evaluasi ………………. II- 52

sedangkan lokasi lainnya termasuk klasifikasi cemar ringan. Parameter yang melebihi

baku mutu adalah bau, benda terapung/sampah, dan ammonia.

Tabel 2.39 Status mutu air laut di Pelabuhan Benoa peruntukan pelabuhan

Lokasi Sampling

Baku Mutu* Nilai STORET Total Nilai STORET

Status Kualitas Lingkungan

Fisik (P) Kimiawi (C) Fisik Kimiawi

I - -

- - 0 Memenuhi baku mutu

II - -

- - 0 Memenuhi baku mutu

III - -

- - 0 Memenuhi baku mutu

IV Sampah Ammonia

-3 -3 -6 Cemar ringan

V Sampah Ammonia

-3 -3 -6 Cemar ringan

VI Bau, Sampah

Ammonia

-6 -3 -9 Cemar ringan

VII Bau, sampah

Ammonia

-6 -3 -9 Cemar ringan

VIII - -

- - 0 Memenuhi baku mutu

IX - -

- - 0 Memenuhi baku mutu

* Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No 51 Tahun 2004; Peraturan Gubernur Bali No. 8 /2007

Pada umumnya kondisi perairan laut termasuk kategori baik di lima titik pengambilan

sampel. Kondisi perairan pelabuhan Benoa yang termasuk status mutu cemar ringan

banyak dipengaruhi oleh aktivitas kapal yang padat. Kegiatan perbaikan kapal serta

kegiatan bongkar muat menyebabkan banyak limbah kapal begitu saja di buang ke

perairan sehingga menyebabkan akumulasi berbagai pencemar di dalam perairan.

Selain itu aktivitas di sekitar pelabuhan juga berpotensi menambah polutan keperairan

laut di Benoa seperti lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Pesanggaran

yang bersebelahan dengan lokasi pelabuhan Benoa di duga menyebarkan sampah

yang dibawa aliran air laut menuju pelabuhan. Selain itu, muara sungai yang membawa

sampah domestik menuju perairan Teluk Benoa diduga memberikan polutan berupa

sampah dan senyawa ammonia yang berasal dari pembusukan benda organik.

Page 86: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

Pelaksanaan dan Evaluasi ………………. II- 53

Tingginya konsentrasi senyawa nitrogen dapat menimbulkan dampak pada gangguan

kehidupan biota laut akibat adanya potensi dominasi pertumbuhan spesies alga

tertentu yang dapat menghambat pertumbuhan spesies lainnya yang menjadi

rangkaian rantai makanan. Kedaan tersebut dapat digambarkan dari reaksi berikut:

2NH3 + 3 O2 2 NO2 + 2 H+ + 2 H2O

2 NO2- + O2 2 NO3

-

Senyawa ammoniak yang dihasilkan oleh aktivitas bakteri akan digunakan langsung

oleh tumbuhan laut sehingga kemungkinan terjadinya pertumbuhan alga akan besar

yang akhirnya akan menkonsumsi seluruh persediaan oksigen di dalam air.Hasil

evaluasi kualitas air laut perairan Pelabuhan Benoa apabila dilihat dari peruntukan

biota laut pada umumnya memiliki status mutu cemar sedang

Evaluasi kecenderungan perubahan kualitas udara dan kebisingan pada periode

semester 2 tahun 2016 dilihat dari hasil analisis kualitas udara dan kebisingan di

seluruh lokasi pengukuran dan dibandingkan dengan Peraturan Gubernur Bali Nomor

16 Tahun 2016 tentang Baku Mutu Lingkungan Hidup dan Baku Kerusakan

Lingkungan Hidup dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun

1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Pada lokasi II dan III konsentrasi debu

terukur lebih tinggi dibandingkan dengan lokasi pengukuran lainnya. Hal ini

kemungkinan disebabkan aktivitas penumpukan material pasir dan batuan karang

yang dipergunakan untuk kegiatan pengamanan pantai di wilayah Bali Selatan. Selain

itu terdapat kegiatan penumpukan sedimen hasil pengerukan yang akibat angin yang

kencang beterbangan ke kawasan lainnya.

Berdasarkan hasil pemantauan lingkungan hidup terhadap kualitas udara di lokasi

kegiatan ditemukan adanya kecenderungan meningkatnya konsentrasi parameter

kualitas udara seperti SO2, NO2,HC,CO,Pb, dan debu namun peningkatannya relatif

kecil. Apabila dibandingkan dengan baku mutu lingkungan hidup kualitas udara

terukur masih berada di bawah baku mutu lingkungan hidup berdasarkan Peraturan

Gubernur Bali Nomor 16 tahun 2016. Kondisi tersebut menunjukan kualitas udara di

lokasi Pelabuhan Benoa termasuk kategori baik.

Page 87: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

Pelaksanaan dan Evaluasi ………………. II- 54

Hasil analisis Indeks Standar Pencemaran Udara berdasarkan Keputusan Kepala

Bapedal Nomor 107 Tahun 1997 didapatkan seperti dalam uraian berikut:

Tabel 2.40 Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU)

No Lokasi Parameter Kualitas Udara ISPU

SO2 CO NO O3 Debu Pb HC 1 I 0 0 0 0 0 0 0 Baik 2 II 0 0 0 0 0 0 0 Baik 3 III 0 0 0 0 0 0 0 Baik 4 IV 0 0 0 0 0 0 0 Baik 5 V 0 0 0 0 0 0 0 Baik 6 VI 0 0 0 0 0 0 0 Baik 7 VII 0 0 0 0 0 0 0 Baik 8 VIII 0 0 0 0 0 0 0 Baik 9 IX 0 0 0 0 0 0 0 Baik Total Nilai ISPU Baik

Keterangan: 0 = Dibawah baku mutu

Tingkat kebisingan pada saat kegiatan pemantauan lingkungan hidup dilaksanakan

terukur bervariasi. Namun besarannya masih di dalam rentang baku mutu lingkungan

untuk kawasan pelabuhan. Demikian juga kualitas air laut sebagian besar masih

memenuhi baku mutu lingkungan hidup untuk kegiatan pelabuhan. Kualitas air laut

yang melebihi baku mutu terletak di kawasan dermaga perikanan di sebelah barat

pelabuhan yang memerlukan pengelolaan yang lebih baik agar tidak mencemari

kawasan perairan sekitarnya. Tingkat kebisingan di kawasan pelabuhan Benoa,

sebagian besar diakibatkan karena aktivitas kendaraan yang padat memasuki

pelabuhan dan aktivitas bongkar muat dan perbaikan kapal. Namun karena lokasinya

yang agak jauh dari daerah pemukiman, tingkat kebisingan tersebut masih dapat

ditoleransi.

Evaluasi kecenderungan perubahan kualitas komponen biologi dapat dilhat

berdasarkan data monitoring phytoplankton dan zooplankton. Kondisi phytoplankton

dapat diketahui dari hasil pengukuran indeks keragaman yang pada lokasi I nilai

2,724 menunjukan perairan laut di lokasi tersebut tercemar ringan ( Wilha,1975).

Indeks keragaman pada lokasi II,III,IV, V VI,VII,VIII dan IX berkisar antara nilai 2,3

Page 88: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

Pelaksanaan dan Evaluasi ………………. II- 55

s.d. 2,7 yang masih termasuk kondisi tercemar ringan. Kondisi tersebut menunjukan

klasifikasi keragaman sedang.

Indeks keseragaman pada lokasi pengukuran masih berkisar antara 0 dan 1 yang

menunjukan keadaan spesies pada kondisi normal. Walaupun dapat dilihat bahwa

pada lokasi I,II,III,IV dan V kondisinya lebih baik dibandingkan dengan lokasi

VI,VII,VIII, dan IX. Hasil evaluasi kondisi phytoplankton di perairan Pelabuhan

Benoa dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.41 Kualitas Phytoplankton di Pelabuhan Benoa

Parameter Lokasi Pengukuran

I II III IV V VI VII VIII IX JUMLAH TAKSA (S) 19 15 9 6 7 19 15 9 8 JUMLAH IND/LITER (N) 75 58 39 34 31 71 60 39 33

KERAGAMAN (H) 2.832 2.724 2.648 2.642 2.511 2.643 2.612 2.423 2.452 Hmaks 4.452 4.435 3.554 3.623 3.668 4.324 4.225 3.622 3.678 KESERAGAMAN (E) 0.632 0.625 0.573 0.622 0.617 0.615 0.625 0.526 0.537

Indeks keragaman (H) zooplankton masih berkisar pada kisaran 3,3 yang menunjukan

perairan tersebut pada kondisi tercemar ringan (Wilha,1975). Komponen lingkungan

yang terdiri atas organisme hidup (biotik) dan organisme yang sudah mati akan

mempengaruhi kelimpahan dan keanekaragaman biota di perairan. Kelimpahan

individu dapat dijadikan acuan dalam menilai kondisi perairan yang diamati.

Indeks keseragaman dari zooplankton di perairan pelabuhan Benoa masih menunjukan

nilai 0,8. Keadaan ini menunjukan keragaman yang normal. Hal ini dapat dimengerti

karena kondisi perairan di pelabuhan Benoa masih dalam batas-batas yang bisa

diterima oleh kehidupan zooplankton. Walaupun kondisi perairannya termasuk

klasifikasi tercemar sedang hingga tercemar berat, namun akibat adanya bahan

makanan yang cukup melimpah yang didapatkan dari aliran sungai yang menuju ke

Teluk Benoa, maka kehidupan zooplankton masih dalam kategori normal. Hasil

evaluasi kualitas zooplanton diperairan pelabuhan Benoa dapat dilihat pada tabel

berikut.

Page 89: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

Pelaksanaan dan Evaluasi ………………. II- 56

Tabel 2.42 Kualitas Zooplankton di Pelabuhan Benoa

Lokasi Pengambilan Sampel

I II III IV V VI VII VIII IX JUMLAH IND/LITER (N) 26 43 35 18 24 34 32 36 20 KERAGAMAN (H) 3.335 3.342 3.363 3.328 3.338 3.348 3.329 3.325 3.325 KESERAGAMAN (E) 0.816 0.825 0.815 0.826 0.817 0.826 0.826 0.826 0.856

Kawasan perairan sekitar Pelabuhan Benoa mengalami tingkat sedimentasi yang relatif

tinggi apabila dilihat dari hasil pengamatan kedalaman alur di sekitar pelabuhan.

Kecenderungan terjadinya proses sedimentasi ini ditunjukan dari data semakin

dangkalnya alur perairan sehingga perlu dilakukan kegiatan pemeliharaan alur

pelabuhan secara rutin dengan kegiatan pendalaman alur/pengerukan alur.

2.2.2 Evaluasi Tingkat Kritis

Berdasarkan hasil pemantauan lingkungan hidup terhadap beberapa parameter kualitas

lingkungan seperti kualitas udara, tingkat kebisingan, kualitas air laut, kondisi flora

fauna di sekitar lokasi Pelabuhan Benoa tingkat kekritisan dampak tidak menunjukan

kondisi yang berubah secara berarti. Hal ini dilihat dari trend perubahan yang lebih

banyak disebabkan karena operasional bongkar muat kapal dalam waktu yang sangat

terbatas. Oleh karena itu, tidak ada potensi resiko dampak yang melebihi baku mutu

lingkungan sesuai Peraturan Gubernur Bali Nomor 16 tahun 2016 yang tidak mampu

dikelola dengan pendekatan yang ada yakni pendekatan teknologi, pendekatan sosial

ekonomi dan pendekatan institusi. Sebagain besar sumber pencemaran berasal dari

aktivitas di dermaga perikanan yang memiliki aktivitas bongkar muat dan perbaikan

kapal, sehingga perlu dilakukan peningkatan kualitas pelayanan kepelabuhan di

kawasan ini. Tingkat kritis kemungkinan berasal dari keberadaan Tempat Pemrosesan

Akhir (TPA) Suwung yang jaraknya hanya sekitar 300 meter dari kawasan pelabuhan.

Potensi terjadinya kebakaran serta cairan lindi yang berasal dari TPA Suwung dapat

menimbulkan situasi kritis dikemudian hari.

Page 90: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

Pelaksanaan dan Evaluasi ………………. II- 57

2.2.3 Evaluasi Penaatan

Evaluasi penaatan terhadap peraturan perundangan yang berlaku perlu lebih

ditingkatkan mengingat beberapa kawasan perairan laut masih melebihi baku mutu

lingkungan. Pengelolaan lingkungan hidup yang harus dilakukan dengan memenuhi

ketentuan pengolahan limbah cair dan padat yang dihasilkan oleh aktivitas pelabuhan.

Tingkat kepatuhan dari pemrakarsa terhadap ketentuan yang berlaku dilihat dari

pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup dapat dikategorikan baik.

Hal ini dapat diukur dari pemenuhan semua ketentuan yang dipersyaratkan dalam

kesepakatan dengan masyarakat sekitar termasuk ketentuan yang terkandung dalam

perizinan yang dikeluarkan oleh pemerintah.

Page 91: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

Kesimpulan ………………..III - 1

BAB III

KESIMPULAN

3.1 Efektivitas pengelolaan lingkungan hidup

Berdasarkan hasil pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan

hidup yang dilakukan PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Benoa Periode

Semester 2 Tahun 2016 dapat disimpulkan bahwa efektivitas pengelolaan lingkungan

hidup berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil pemantauan lingkungan

hidup untuk parameter kualitas udara, kebisingan yang masih memenuhi baku mutu

lingkungan hidup berdasarkan Peraturan Gubernur Bali Nomor 16 Tahun 2016. Tidak

ditemukan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan

lingkungan hidup. Hal ini disebabkan lokasi kegiatan berada dalam kawasan

pelabuhan yang sudah berkembang dengan kondisi sarana dan prasarana penunjang

yang baik.

Berdasarkan hasil evaluasi terhadap hasil pengamatan, survey lapangan, dan

pengukuran parameter kualitas lingkungan di Pelabuhan Benoa dapat disimpulkan

beberapa hal, diantaranya:

1) Status mutu air laut di perairan Pelabuhan Benoa apabila dianalisis sesuai

Peraturan Gubernur Bali No. 16 Tahun 2016 tentang Baku Mutu Lingkungan

Hidup dan Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup serta Keputusan Menteri

Lingkungan Hidup No 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut pada lima

lokasi pengukuran termasuk kategori baik karena memenuhi baku mutu

lingkungan untuk kualitas air laut peruntukan pelabuhan. Empat titik pengukuran

lainnya termasuk kategori cemar ringan. Parameter yang melebihi baku mutu

lingkungan meliputi bau, benda terapung/sampah, dan senyawa ammonia. Kondisi

tersebut menunjukan aktivitas bongkar muat, pemeliharaan kapal, buangan limbah

perusahan prosesing ikan di pelabuhan, serta polutan yang berasal dari aliran air

dari kawasan sekitar pelabuhan merupakan sumber pencemar ke dalam perairan

laut di lokasi pengamatan.

Page 92: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

Kesimpulan ………………..III - 2

2) Kualitas udara dan tingkat kebisingan di Pelabuhan Benoa menunjukan kondisi

yang berada di bawah baku mutu lingkungan. Walaupun kualitas udara di kawasan

pelabuhan berada dalam kondisi baik, namun tingginya kandungan debu di lokasi

yang berdekatan dengan pintu masuk ke pelabuhan perlu dikelola dengan baik

agar tidak mengganggu aktivitas di kawasan lainnya.

3) Tingkat keragaman phytoplankton dan zooplankton di perairan laut Pelabuhan

Benoa masih dalam klasifikasi tercemar ringan. Hal ini menunjukan kondisi

perairan pelabuhan masih memungkinkan kehidupan biota perairan yang

memenuhi kondisi peraiaran di sekitar pelabuhan yang tidak dimanfaatkan secara

penuh untuk aktivitas masyarakat.

4) Kondisi lingkungan hidup seperti yang dipantau menunjukan masih adanya limbah

dan sampah yang masuk ke kawasan perairan di sekitar pelabuhan tanpa terlebih

dahulu mengalami pengolahan .

3.2 Kesesuaian hasil pelaksanaan RKL dan RPL

Berdasarkan hasil pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan

hidup, dapat disimpulkan bahwa kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan

hidup yang dilakukan oleh pemrakarsa sudah sesuai dengan yang dicantumkan dalam

dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan

Lingkungan Hidup (RPL). Untuk menghindari terjadinya pencemaran lingkungan

hidup yang lebih parah, maka ada beberapa kegiatan yang harus dilaksanakan oleh PT

Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Benoa yang meliputi:

1) Memberikan prioritas yang utama kepada rencana untuk membangun instalasi

pengolahan air limbah (IPAL) dan sarana pengolahan sampah pelabuhan yang

melayani aktivitas di Kawasan Pelabuhan Benoa.

2) Melakukan penertiban terhadap aktivitas disekitar Pelabuhan Benoa yang

membuang limbah ke perairan laut tanpa pengolahan. Aktivitas tersebut meliputi

kegiatan bongkar muat ikan dan barang yang tidak memenuhi persyaratan

kebersihan, perbaikan kapal-kapal yang membuang limbahnya secara langsung ke

laut, serta aktivitas procesing yang membuang limbah langsung ke laut melalui

saluran drainase.

Page 93: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

Kesimpulan ………………..III - 3

3) Melakukan kegiatan pemantauan terhadap limbah dari perusahan/aktivitas di

sekitar pelabuhan secara rutin (enam bulan sekali), dan melakukan penindakan

bagi yang terbukti mencemari lingkungan.

4) Mencantumkan klausal dalam pembuatan surat perjanjian penggunaan perairan

dan atau pengunaan tanah/lahan di pelabuhan Benoa bahwa pengguna

berkewajiban untuk menjaga kualitas lingkungan hidup dan apabila terbukti

memiliki potensi membuang limbah keperairan dan atau daerah lingkungan kerja

pelabuhan Benoa, maka PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Benoa

memiliki kewajiban untuk melakukan tindakan hukum berdasarkan UU No

32/2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

5) Melakukan koordinasi secara terus menerus dengan pemerintah Kota Denpasar,

dan Provinsi Bali dalam upaya meningkatkan kualitas lingkungan hidup di sekitar

areal Pelabuhan Benoa.

6) Meningkatkan partisipasi masyarakat di sekitar pelabuhan dalam menjaga

kelestarian lingkungan hidup, berperilaku bersih, serta turut serta menjaga

keamanan kawasan pelabuhan.

Page 94: LAPORAN PENELITIAN - UNUD

1

DAFTAR PUSTAKA Arnorld E Greenberg, et al, 1999, Standard Methods for the Examination of Water

and Wastewater, APHA, Washington. Baker,A.M,Kaeonian Y, 1995, Coastal Organism, Youth Publisher,Hawai Dharma Putra.K.G.,2003, Bahan Ajar Kimia Lingkungan, FMIPA Universitas

Udayana Dharma Putra,K.G.2009, Petunjuk Teknis Pemantauan Kualitas Air, Udayana

University Press. Denpasar Clair N Sawyer, Perry L McCarty,1977, Chemistry for Sanitary Engineers, McGraw-

Hill Book Company, New York. Clark,F.1992, Marine Ecology, MacGraw Hill,New York F.W.Fifield and P.J.Haines, 1995, Environmental Analytical Chemistry, Blackie

Academic & Professional, London. Kementrian Lingkungan Hidup, 2004, Peraturan Perundang-undangan, Buku I dan

Buku II, Jakarta Odum,E.P.,1971, Fundamental of Ecology, Third Edition, Philadepphia:

W.B.Sounders Co. Stanley E Manahan, 1994, Environmental Chemistry, Lewis Publisher, Boca Raton. Wilha, J.J.,1975., Marine Ecology,Second Edition, Cambride Uni Press. WMO,1988, Manual on Water Quality Monitoring: Planing and Implementation of

Sampling and Field Testing,UNEP,WHA.