Upload
vudiep
View
223
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
GAMBARAN SINGLE NUCLEOTIDE
POLYMORPHYSM rs 1801252 GEN Ser49Gly PADA
PASIEN DI KPKM BUARAN DAN RENI JAYA
TANGGERANG SELATAN DENGAN
MENGGUNAKAN TEKNIK SEQUENCING
LAPORAN PENELITIAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK
MEMPEROLEH GELAR SARJANA KEDOKTERAN
Disusun oleh :
Muhammad Rizki Dwi Saputra
1113103000034
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2016 M
ii
iii
iv
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan ridho-Nya serta shalawat dan salam selalu tercurah
kepada junjungan Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan
pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Dengan rahmat dan ridho-Nya penulis
dapat menyelesaikan penelitian dan laporan penelitian dengan judul
“GAMBARAN SINGLE NUCLEOTIDE POLYMORPHYSM rs 1801252 GEN
Ser49Gly PADA PASIEN DI KPKM BUARAN DAN RENI JAYA
TANGGERANG SELATAN DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK
SEQUENCING.”
Penyusunan laporan penelitian ini dapat terselesaikan karena bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada
yang terhormat:
1. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes. selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Keseharatan UIN Jakarta,
2. dr. Achmad Zaki,Sp.OT, M.Epid selaku Ketua Program Studi Kedokteran
dan Profesi Dokter,
3. dr. Flori Ratna Sari, Ph.D selaku Penanggung Jawab Modul Riset Program
Studi Kedokteran dan Profesi Dokter 2013,
4. dr. Siti Nur Aisyah Jauharoh, Ph.D dan dr.Erike Anggraini Suwarsono,
M.Pd selaku pembimbing pertama dan kedua saya yang selalu
membimbing, mengajarkan, memfasilitasi, dan menyemangati hingga akhir
penelitian.
5. Kedua orang tua saya, Iman Sayogyo dan Sutini yang selalu memberikan
kasih sayang, cinta, doa, dan semangat, sehingga memotivasi dan
menguatkan saya dalam melakukan penelitian ini.
6. Kakak dan adik saya tercinta, Fitria Yuniarti dan Sella Safitri Oktavia yang
telah memberikan semangat dalam menyelesaikan penelitian ini.
vi
7. Seluruh petugas serta responden di KPKM Buaran dan Reni Jaya Tangerang
Selatan.
8. Laboran di laboratorium kultur genetik, biologi, dan biokimia yang telah
membantu berlangsungya penelitian ini. Serta kepada Anisa mahasiswa
UNJ program studi Biologi angkatan 2012 yang telah membimbing dan
membantu penelitian ini.
9. Teman sekelompok dan seperjuangan penelitian, Reza Aulia Fikri, Hafiez
Muhammad Ikhsan, Siti Fauziah dan Nabilah Putri Hazima yang telah
menyemangati, membantu, dan berjuang bersama di dalam penelitian ini.
10. Teman rumah mediterania, Wildana Aqila Dzaky, Riski Bastanta Ginting,
Sandy Rahmando yang selalu mengingatkan serta memberi semangat di
dalam penelitian ini
11. Seluruh mahasiswa PSPD UIN Jakarta angkatan 2013.
12. Serta untuk semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari dalam penyusunan laporan ini masih banyak terdapat
kekurangan. Kritik dan saran yang membangun dari semua pihak akan penulis
terima demi laporan penelitian yang lebih baik. Penulis berharap penelitian ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan. Akhir kata, semoga segala
bantuan yang telah diberikan kepada penulis akan mendapat balasam, rahmat, dan
ridho dari Allah SWT, Amin.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Ciputat, 11 November 2016
Penulis
vii
ABSTRAK
Muhammad Rizki Dwi Saputra. Program Studi Kedokteran dan Profesi
Dokter. Gambaran Single Nucleotide Polymorphysm rs 1801252 Gen Ser49Gly
Pada Pasien Hipertensi dan Normotensi di KPKM Buaran dan Reni Jaya
Tanggerang Selatan Dengan Menggunakan Teknik Sequencing.
Salah satu faktor risiko dari penyakit hipertensi adalah gen, salah satu gen yang
menjadi faktor risiko adalah gen Ser49Gly yang berpolimorfisme. Gen Ser49Gly
terdeteksi pada β1 adrenergik (ADRB1) merupakan G-Protein substrat dari
postsynaptic reseptor, yang memediasi efek fisiologi katekolamin, efek
katekolamin itu sendiri yaitu : meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah,
sehingga dapat meningkatkan risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui
polimorfisme apa saja pada gen Ser49Gly pada penderita hipertensi dan
normotensi, sebuah studi genom dilakukan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
dengan menggunakan studi penelitian deskriptif observasional, dan desain
penelitian cross sectional dengan skala pengukuran kategorik nominal dikotom.
Sampel yang di gunakan ialah pasien yang datang ke KPKM Buaran dan Reni Jaya
Tanggerang selatan (N=31). Pemeriksaan yang digunakan untuk memeriksa
adanya polimorfisme adalah sekuensing dengan metode sanger. Hasilnya, frekuensi
polimorfisme gen Ser49Gly rs 1801252 pada pasien hipertensi adalah wildtype
(0%), heterozigot (0%) dan variant (100%). Sedangkan, frekuensi polimorfisme
gen Ser49Gly rs 1801252 pada normotensi ialah wildtype (0%), heterozigot (0%),
dan variant (100%).
viii
ABSTRACT
Muhammad Rizki Dwi Saputra. The Study Program of Medicine and The
Medical Profession. Representation of Single Nucleotide Polymorphysm RS
1801252 Gen Ser49Gly In Hypertension and normotension at KPKM Buaran
and Reni Jaya South Tanggerang Using Sequensing Techniques
One of the risk factor of hypertension are genes, gene to be risk factor are genes
Ser49Gly polymorphism. Ser49Gly genes was detected in β1 adrenergic (ADRB1)
is a G-protein substrate of postsynaptic receptors, which mediate physiological
effect of catecholamines, catecholamine effect itself to increase heart rate and blood
pressure, which can increase the risk of hypertension. To find out what the gene
Ser49Gly polymorphism hypertensive and normotensive, a genome studies
conducted at UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, using a descriptive observational
research studies and cross-sectional study design with nominal dichotomous
categorical measurement scale. The sample used was a patient who came to KPKM
Buaran and Reni Jaya South Tanggerang (N=31). Inspection is used to check for
the presence of polymorphism is sequenced by the sanger method. As a result, the
frequency in hypertensive patients is wildtype (0%), heterozygote (0%) and variant
(100%). Meanwhile, the frequency of gene Ser49Gly polymorphism rs 1801252 in
normotensive is wildtype (0%), heterozygote (0%), and variant (100%).
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL i
LEMBAR PERNYATAAN __________ ii
LEMBAR PERSETUJUAN ___________________________________ iii
LEMBAR PENGESAHAN _____ iv
KATA PENGANTAR _____ v
ABSTRAK ____ vii
ABSTRACT ___ viii
DAFTAR ISI ____ ix
DAFTAR TABEL ___ xii
DAFTAR GAMBAR _ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ___ xvii
BAB I PENDAHULUAN _ 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penelitian 2
1.3.1 Tujuan Umum 2
1.3.2 Tujuan Khusus 2
1.4 Manfaat Penelitian 3
1.4.1 Secara Umum 3
1.4.2 Bagi Peneliti 3
1.4.3 Bagi Peneliti Lain 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA _____ 4
2.1 Landasan Teori 4
2.1.1 Definisi Hipertensi 4
2.1.2 Klasifikasi Hipertensi 4
2.1.3 Epidemiologi Hipertensi 8
2.1.4 Etiologi Hipertensi 10
x
2.1.5 Patogenesis dan Patofisiologis Hipertensi 14
2.1.6 Manifestasi Klinis Hipertensi 16
2.1.7 Faktor Risiko Hipertensi 16
2.1.8 Diagnosis Hipertensi 16
2.1.9 Komplikasi Hipertensi 18
2.1.10 Prognosis Hipertensi 18
2.1.11 Tata Laksana Hipertensi 18
2.1.12 Pengaruh Genetik Terhadap Hipertensi 20
2.1.13 Gen Ser49Gly 22
2.2 Kerangka Teori 23
2.3 Kerangka Konsep 24
2.4 Definisi Operasional 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ____ 27
3.1 Desain Penelitian 27
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian 27
3.2.1 Waktu Penelitian 27
3.2.2 Tempat Penelitian 27
3.3 Populasi dan Sempel Penelitian 27
3.3.1 Populasi 27
3.3.2 Besar Sampel yang digunakan 27
3.3.3 Kriteria Sampel Penelitian 28
3.4 Cara Kerja Penelitian 29
3.4.1 Alat dan BahanPenelitian 29
3.4.2 Penyuluhan dan Skrining 29
3.4.3 Ekstraksi DNA 30
3.4.4 Pemeriksaan Konsentrasi dan Kemurnian 31
3.4.5 Polymerase Chain Reaction (PCR) 31
3.4.6 DNA Sequensing Sanger 32
3.4.7 Alur Penelitian 33
3.5 Pengolahan dan Analisa Data 34
xi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 35
4.1 Deskripsi Hasil Data Penelitian 35
4.2 Data Karakteristik Responden 35
4.2.1 Deskripsi Subyek Penelitian 35
4.2.2 Hasil Analisis Sequencing Genotip _ 36
4.2.3 Jenis Kelamin Terhadap Tekanan Darah 37
4.2.7 Usia Terhadap Tekanan Darah 38
4.3 Pembahasan 38
4.4 Keterbatasan Penelitian 40
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 41
5.1. Kesimpulan 41
5.2. Saran 41
BAB VI KERJASAMA RISET 42
DAFTAR PUSTAKA 43
LAMPIRAN 46
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC 4
Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO 5
Tabel 2.3 Klasifikasi Hipertensi Hasil KPHI 5
Tabel 2.4 Definisi Operasional 25
Tabel 4.1 Deskripsi Subyek Penelitian 35
Tabel 4.2 Jenis Kelamin Terhadap Tekanan Darah 37
Tabel 4.3 Usia Terhadap Tekanan Darah 38
Tabel 7.5.1 Hasil Kemurnian dan Konsentrasi DNA Sampel 55
Tabel 7.8.1 Data Karakteristik Responden 60
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Prevalensi Tekanan Darah Pada Usia 20 Tahun Keatas 8
Gambar 2.2 Grafik Prevalensi Hipertensi Berdasarkan Pengukuran Tekanan
Darah _ 9
Gambar 2.3 5 Provinsi Dengan Prevalensi Hipertensi Tertinggi Dalam Jumlah
Absolut 10
Gambar 2.4 5 Provinsi Dengan Prevalensi Hipertensi Terendah Dalam Jumlah
Absolut 10
Gambar 2.5 Grafik Prevalensi Hipertensi Berdasarkan Jenis
Kelamin 10
Gambar 2.6 Otoregulasi Peningkatan Tekanan Darah 15
Gambar 2.7 Baroreseptor Tubuh Terhadap Tekanan Darah 16
Gambar 2.8 Algoritma Terapi Hipertensi yang Disadur Dari A Statement by
The American Soiety and The International Society of Hypertension 2013 20
Gambar 2.9 Kerangka Teori 23
Gambar 2.10 Kerangka Konsep 24
Gambar 2.11 Alur Penelitian 33
Gambar 4.1 Karakteristik Genotyping Ser49Gly Terhadap Jenis Kelamin 36
Gambar 4.2 Karakteristik Genotyping Ser49Gly Terhadap Katagori Tekanan
Darah 36
Gambar 4.3 Karakteristik Genotyping Ser49Gly Terhadap Usia 37
Gambar 7.3.1 Single Nucleotide Polymorphism Arg389Gly rs1801253 48
Gambar 7.3.2 Primer Forward 49
Gambar 7.3.3 Primer Reverse 49
Gambar 7.4.1 Penyuling Aquades 50
Gambar 7.4.2 Spin 50
Gambar 7.4.3 Vortex 50
xiv
Gambar 7.4.4 Disposafe 50
Gambar 7.4.5 CoolRoom 50
Gambar 7.4.6 Alkohol 70% 50
Gambar 7.4.7 Micropipet 50
Gambar 7.4.8 Primer 50
Gambar 7.4.9 Taq Polymerase 51
Gambar 7.4.10 Oven 51
Gambar 7.4.11Timbangan Digital 51
Gambar 7.4.12 Tip 100-1000µL 51
Gambar 7.4.13 Loading Dye 51
Gambar 7.4.14 Autoclaf 51
Gambar 7.4.15 Nanometer 51
Gambar 7.4.16 Marker DNA 50bp 51
Gambar 7.4.17 Agarose 52
Gambar 7.4.18 ddH₂O 52
Gambar 7.4.19 DNA Genom Kit 52
Gambar 7.4.20 Plate Sequensing 52
Gambar 7.4.21 Handscone 52
Gambar 7.4.22 Waterbath 52
Gambar 7.4.23 Sentrifuge 52
Gambar 7.4.24 Freezer 52
Gambar 7.4.25 Microwave 53
Gambar 7.4.26 Elektroforesis 53
Gambar 7.4.27 Sampel DNA 53
Gambar 7.4.28 Vacutainer 53
Gambar 7.4.29 Filter Tube 53
xv
Gambar 7.4.30 Larutan DNA Genom Kit 53
Gambar 7.4.31 Tube Isolasi DNA 53
Gambar 7.4.32 Tip 0,1-10µL 53
Gambar 7.4.33 Marker 54
Gambar 7.4.34 Tip 10-50µL 54
Gambar 7.4.35 Tube PCR 54
Gambar 7.4.36 Thermal Cycler 54
Gambar 7.4.37 Wadah Agar 54
Gambar 7.4.38 Ethium Bromide 54
Gambar 7.4.39 DNA Rehydration 54
Gambar 7.4.40 Gel Dock 54
Gambar 7.4.41 Ice Pack 54
Gambar 7.4.42 Dokumentasi 54
Gambar 7.6.1 Gel documentation hasil elektroforesis agarose isolasi DNA
sampel 56
Gambar 7.6.2 Gel documentation hasil elektroforesis agarose dari PCR 56
Gambar 7.7.1 HT1 57
Gambar 7.7.2 HT2 57
Gambar 7.7.3 HT3 57
Gambar 7.7.4 HT4 57
Gambar 7.7.5 HT5 57
Gambar 7.7.6 HT6 57
Gambar 7.7.7 HT7 57
Gambar 7.7.8 HT8 57
Gambar 7.7.9 HT9 57
Gambar 7.7.10 HT10 57
xvi
Gambar 7.7.11 HT11 57
Gambar 7.7.12 HT12 57
Gambar 7.7.13 HT13 57
Gambar 7.7.14 HT14 57
Gambar 7.7.15 HT15 57
Gambar 7.7.16 HT16 58
Gambar 7.7.17 N1 58
Gambar 7.7.18 N2 58
Gambar 7.7.19 N3 58
Gambar 7.7.20 N4 58
Gambar 7.7.21 N5 58
Gambar 7.7.22 N6 58
Gambar 7.7.23 N7 58
Gambar 7.7.24 N8 58
Gambar 7.7.25 N9 58
Gambar 7.7.26 N10 58
Gambar 7.7.27 N11 58
Gambar 7.7.28 N12 58
Gambar 7.7.29 N13 58
Gambar 7.7.30 N14 58
Gambar 7.7.31 N15 59
Gambar 7.7.32 N16 59
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Permohonan Ethical Approval Penelitian 46
Lampiran 2. Lembar Persetujuan Responden 47
Lampiran 3. Fragmen gBlock dan Primer 48
Lampiran 4. Alat dan Bahan Penelitian 50
Lampiran 5. Hasil Kemurnian dan Konsentrasi DNA Sampel 55
Lampiran 6. Gel documentation hasil elektroforesis agarose 56
Lampiran 7. Hasil Sequencing 57
Lampiran 8. Data Karakteristik Responden 60
Lampiran 9. Hasil Uji Statistik 62
Lampiran 10. Curriculum Vitae Peneliti 65
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gen merupakan substansi kimia dalam kromosom yang bertanggung jawab
terhadap pewarisan sifat yang diturunkan orangtua kepada anaknya, apa yang
diinfokan oleh gen ialah apa yang dapat kita lihat didalam individu makhuluk
tersebut, seperti contoh rambut hitam, tinggi, pendek, kulit putih dan
sebagainya. Bukan hanya penampakan fisik saja yang diturunkan oleh gen
namun pewarisan penyakit pun diatur oleh gen. Pada setiap gen memiliki risiko
mutasi yang pada umumnya bersifat merugikan seperti contoh kedua orangtua
yang mewariskan penyakit menurun yaitu hipertensi, diabetes melitus.
Sebagai salah satu penyakit menurn hipertensi masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat yang serius di dunia, WHO memperkirakan lebih dari 1
(satu) miliyar manusia di dunia hidup dengan hipertensi dan diperkirakan akan
meningkat sebanyak 60% pada tahun 20251, di Indonesia sendiri pasien
hipertensi sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer, sesuai dengan
data riskesdas tahun 2013 yaitu sebesar 25,8%2. Hal ini merupakan masalah
kesehatan dengan prevalensi yang tinggi. Prevalensi hipertensi yang didapat
melalui pengukuran pada umur ≥ 18 tahun sebesar 25,8 %, tertinggi di Bangka
Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur
(29,6%), dan Jawa Barat (29,4%)3. Menurut klasifikasi World Health
Organization (WHO).
Hipertensi merupakan sebuah tantangan bagi dunia kesehatan. Khususnya
dunia kedokteran, sebab masalah utama hipertensi adalah sebagai the “Silent
Killer” karena sering sekali tanpa gejala4, dan rata-rata pasien hipertensi tidak
menyadari bahwa mereka terkena hipertensi. Pasien baru menyadari setelah
timbul kerusakan pada organ baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kerusakan organ-organ yang umum ditemui pada pasien hipertensi adalah
penyakit Jantung (hipertrofi ventrikel kiri, angina atau infark miokardium, gagal
jantung), otak (stroke), penyakit ginnjal kronis, penyakit arteri perifer, dan
retinopati6. Selain itu, hipertensi juga menjadi beban ekonomi yang cukup berat
2
di berbagai negara berkembang, Hipertensi menjadi sebuah penyakit mayoritas
dan tentu saja berdampak pada perekonomian negara yang semakin terbebani,
hipertensi menimbulkan efek beban sosial ekonomi di Indonesia angkanya
mencapai hingga Rp 5 triliun/tahun5.
Sembilan puluh lima persen penderita hipertensi tidak diketahui
penyebabnya dan dikenal sebagai hipertensi esensial atau primer, hipertensi
esensial adalah penyakit multifaktorial6, merupakan penyakit yang kompleks
karena melibatkan faktor genetik dan lingkungan atau interaksi keduanya7,8.
Polimorfisme menentukan terjadinya hipertensi esensial.
Besarnya pengaruh variasi gen pada kondisi hipertensi maupun normotensi
serta berkembangnya penelitian genetik di berbagai negara, saya sebagai
mahasiswa pendidikan dokter tertarik melakukan penelitian mengenai salah
satu polimorfisme yang berhubungan dengan hipertensi yaitu gen Ser49Gly
sebagai gen penyandi aldosterone synthase. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalasis persentase gambaran polimorfisme gen Ser49Gly pada pasien
hipertensi dengan normotensif pada pasien di KPKM Buaran dan Reni Jaya di
Tanggerang Selatan, serta besar harapan peniliti mendapat disiplin ilmu dan
pengalaman baru mengenai polimorfisme gen.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran polimorfisme gen Ser49Gly pada pasien hipertensi
dan normotensi di KPKM Buaran dan Reni Jaya.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui gambaran polimorfisme gen Ser49Gly pada pasien hipertensi
dan normotensi di KPKM Buaran dan Reni Jaya.
1.3.2 Tujuan Khusus
Mengetahui proporsi variasi gen Ser49Gly pada pasien hipertensi dan
normotensi di KPKM Buaran dan Reni Jaya.
3
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Secara umum
1. Mengetahui gambaran polimorfisme gen Ser49Gly pada pasien hipertensi dan
normotensi di KPKM Buaran dan Reni Jaya
2. Memberikan informasi bagi masyarakat di KPKM Buaran dan Reni Jaya
mengenai penyakit Hipertensi essensial oleh karena gen.
3. Memberikan infomarsi kepada pasien akan kemungkinan Hipertensi
merupakan penyakit keturunan.
1.4.2 Bagi peneliti
Memberikan pengalaman dan pengetahuan tentang cara ekstraksi DNA di
laboratorium riset FKIK UIN Syarif Hidayatullah Tanggerang
1.4.3 Bagi peneliti lain
1. Sebagai acuan bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis dengan
waktu dan tempat yang berbeda
2. Meningkatkan pengetahuan dan pengalaman terkait dengan penelitian serta
menambah wawasan mengenai studi genetik
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Definisi Hipertensi
Peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah
diastolic lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang
waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang2.
2.1.2 Klasifikasi Hipertensi
Hipertensi dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal.
a. Hipertensi berdasarkan tingkat keparahan :
Klasifikasi hipertensi menurut JNC (Joint National Comitte on the
prevention, detection, evaluation, and treatment of high blood
pressure) VII 20032
Tabel 2.1
Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC2
Klasifikasi Tekanan
Darah
Tekanan Darah
Sistol (mmHg)
Tekanan Darah
Diastol (mmHg)
Normal <120 <80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi Stage I 140-159 90-99
Hipertensi Stage II ≥160 ≥100
5
Tabel 2.2
Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO17
Tabel 2.3
Klasifikasi Hipertensi Hasil Konsensus Perhimpunan Hipertensi
Indonesia15
Kategori Sistol (mmHg) Dan/atau Diastole (mmHg)
Optimal < 120 Dan < 80
Normal 120 – 129 Dan / atau 80 – 84
Normal tinggi 130 – 139 Dan / atau 84 – 89
Hipertensi
derajat 1
140 - 159 Dan / atau 90-99
Hipertensi
derajat 2
160 - 179 Dan / atau 100 – 109
Hipertensi
derajat 3
≥ 180 Dan / atau ≥ 110
Kategori Tekanan Darah
Sistol (mmHg)
Tekanan Darah
Diatol (mmHg)
Optimal
Normal
Normal-Tinggi
< 120
< 130
130-139
< 80
< 85
85-89
Tingkat 1 (Hipertensi Ringan)
Sub-group: perbatasan
140-159
140-149
90-99
90-94
Tingkat 2 (Hipertensi Sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (Hipertensi Berat) ≥ 180 ≥ 110
Hipertensi sistol terisolasi
(Isolated systolic
hypertension)
Sub-group: perbatasan
≥ 140
140-149
< 90
<90
6
Hipertensi
sistol terisolasi
≥ 140 Dan < 90
b. Hipertensi berdasarkan penyebab :
1. Hipertensi Primer / Hipertensi Esensial
Hipertensi Primer adalah suatu kategori umum untuk
peningkatan tekanan darah yang disebabkan oleh beragam
penyebab yang tidak diketahui dan bukan suatu entitas tunggal.
Penyebab yang mendasari 90% kasus hipertensi adalah tidak
diketahui (idiopatik). Orang yang dengan kecenderungan
genetik yang kuat serta dipercepat atau diperburuk oleh faktor
risiko misalnya obesitas, stres, merokok, atau kebiasaan makan.,
kemungkinan potensial bagi hipertensi : gangguan penanganan
garam oleh ginjal, asupan garam berlebihan, diet yang
mengandung buah, sayuran, dan produk susu, kelainan
membran plasma misalnya gangguan pompa Na+ + K+, variasi
dalam gen yang menyanding angiotensinogen, bahan endogen
mirip digitalis, kelainan pada NO, endotelin, dan bahan kimia
vasoaktif, kelebihan vasopresin6.
2. Hipertensi Sekunder / Hipertensi Non Esensial
Hipertensi yang diketahui penyebabnya. Pada sekitar 5-10%
penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada
sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau
pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB)2. Beberapa contoh
seperti Hipertensi ginjal, hipertensi endokrin, hipertensi
neurogenik
c. Hipertensi berdasarkan bentuk :
Hipertensi diastolik (diastolic hypertension), Hipertensi campuran
(sistol dan diastol yang meninggi), Hipertensi sistolik (isolated
systlic hypertension).2
d. Hipertensi berdasarkan keadaan tertentu :
1. Hipertensi Pulmonal
7
Suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah
pada pembuluh darah arteri paru-paru yang menyebabkan sesak
nafas, pusing dan pingsan pada saat melakukan aktivitas.
Berdasar penyebabnya hipertensi pulmonal dapat menjadi
penyakit berat yang ditandai dengan penurunan toleransi dalam
melakukan aktivitas dan gagal jantung kanan. Hipertensi pulmonal primer sering didapatkan pada usia muda dan usia
pertengahan, lebih sering didapatkan pada perempuan dengan
perbandingan 2:1, angka kejadian pertahun sekitar 2-3 kasus
per 1 juta penduduk, dengan mean survival sampai timbulnya
gejala penyakit sekitar 2-3 tahun.7
Kriteria diagnosis untuk hipertensi pulmonal merujuk pada
National Institute of Health; bila tekanan sistolik arteri
pulmonalis lebih dari 35 mmHg atau "mean"tekanan arteri
pulmonalis lebih dari 25 mmHg pada saat istirahat atau lebih 30
mmHg pada aktifitas dan tidak didapatkan adanya kelainan
katup pada jantung kiri, penyakit myokardium, penyakit
jantung kongenital dan tidak adanya kelainan paru.7
2. Hipertensi pada Kehamilan :
Pada dasarnya terdapat 4 jenis hipertensi yang umumnya
terdapat pada saat kehamilan, yaitu:
i. Preeklampsia-eklampsia atau disebut juga sebagai
hipertensi yang diakibatkan kehamilan/keracunan
kehamilan ( selain tekanan darah yang meninggi, juga
didapatkan kelainan pada air kencingnya ). Preeklamsi
adalah penyakit yang timbul dengan tanda-tanda
hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena
kehamilan.
ii. Hipertensi kronik yaitu hipertensi yang sudah ada sejak
sebelum ibu mengandung janin.
iii. Preeklampsia pada hipertensi kronik, yang merupakan
gabungan preeklampsia dengan hipertensi kronik.
8
iv. Hipertensi gestasional atau hipertensi yang sesaat.
Penyebab hipertensi dalam kehamilan sebenarnya belum jelas.
Ada yang mengatakan bahwa hal tersebut diakibatkan oleh
kelainan pembuluh darah, ada yang mengatakan karena faktor
diet, tetapi ada juga yang mengatakan disebabkan faktor
keturunan, dan lain sebagainya.7
2.1.3 Epidemiologi Hipertensi
Penduduk amerika yang berusia diatas 20 tahun menderita hipertensi
hingga 74,5 juta jiwa, sekitar 90-95% idiopatik2. Di Indonesia sendiri
pervalensi hipertensi pada penduduk berusia 18 tahun ke atas mencapai
28% dan lebih tinggi pada kelompok usia lanjut9. Data statistik
American Heart Association (AHA) tahun 2013 menunjukan bahwa
77,9 juta (1 dari 3) dewasa memiliki tekanan darah tinggi dan rata – rata
laki – laki cenderung lebih berisiko dari pada perempuan hingga usia
45 tahun10. Data dari NHANES tahun 2007-2010 menunjukan 47,5%
masyarakat amerika memiliki hipertensi tidak terkontrol, dan ras kulit
hitam lebih berisiko di bandingkan dengan ras kulit putih10.
Gambar 2.1 Prevalensi tekanan darah pada usia 20 tahun keatas
9
Grafik dari NCHS dan NHLBI, klasifikasi hipertensi 140/90 mmHg
Sampai tahun 2009 sendiri data kematian yang diakibatkan karena
tekanan darah tinggi di amerika serikat berjumlah 61.762.
Gambar 2.2 Grafik Prevalensi Hipertensi Berdasarkan Pengukuran
Tekanan Darah2
Di Indonesia sendiri, prevalensi hipertensi pada penduduk umur 18
tahun ke atas tahun 2007 adalah sebesar 31,7%. Menurut provinsi,
prevalensi hipertensi tertinggi di Kalimantan Selatan (39,6%) dan
terendah di Papua Barat (20,1%).2
Sedangkan jika dibandingkan dengan tahun 2013 terjadi penurunan
sebesar 5,9% (dari 31,7% menjadi 25,8%) angka kejadian hipertensi di
Indonesia. Penurunan ini bisa terjadi karena berbagai macam faktor,
seperti alat pengukur tensi yang berbeda, masyarakat yang sudah mulai
sadar akan bahaya penyakit hipertensi. Prevalensi tertinggi di Provinsi
Bangka Belitung (30,9%), dan Papua yang terendah (16,8)%)2.
Selanjutnya gambaran di tahun 2013 dengan menggunakan unit analisis
individu menunjukkan bahwa secara nasional 25,8% penduduk
Indonesia menderita penyakit hipertensi. Jika saat ini penduduk
Indonesia sebesar 252.124.458 jiwa maka terdapat 65.048.110 jiwa
yang menderita hipertensi. Suatu kondisi yang cukup mengejutkan.
Terdapat 13 provinsi yang persentasenya melebihi angka nasional,
10
dengan tertinggi di Provinsi Bangka Belitung (30,9%) atau secara
absolut sebanyak 30,9% x 1.380.762jiwa = 426.655 jiwa.2, 8
Gambar 2.3 5 Provinsi dengan Prevalensi Hipertensi Tertinggi dalam Jumlah Absolut1
Gambar 2.4 5 Provinsi dengan Prevalensi Hipertensi Tertinggi dalam Jumlah Absolut2
Gambar 2.5 Grafik Prevalensi Hipertensi Berdasarkan Jenis Kelamin 2
Sumber: Riskesdas 2007 & 2013, Balitbangkes, Kemenkes
2.1.4 Etiologi Hipertensi
Hipertensi Primer
Penyebab yang mendasari 90% kasus hipertensi tidak diketahui.
Hipertensi semacam ini dikenal sebagai hipertensi primer (esensial atau
idiopatik)6. Hipertensi primer adalah penyakit multifaktorial yang
timbul karena interaksi beberapa faktor risiko antaral lain : 1. Faktor
risiko : diet dan asupan garam, stress, ras, obesitas, merokok, genetic 2.
11
Sistem saraf simpatis : tonus simpatis dan variasi diurnal 3.
Keseimbangan antara modulator vasodilator dan vasokonstriksi 4.
Pengaruh sistem rennin angiotensi dan aldosteron11. Namun selain
faktor risiko diatas kejadian hipertensi juga dapat diperburuk atau
dipercepat oleh faktor konstribusi misalnya kegemukan, stress,
merokok 6. Salah satu kemungkinan potensial bagi hipertensi primer
yang sedang kami teliti adalah gangguan hipertensi akibat variasi dalam
gen yang menyandi reseptor β-adrenergik, yang mana gen Ser49Gly
dikaitkan dengan downregulation reseptor β-adrenergik,
mengakibatkan peningkatan ekspresi agonis, produksi aktivitas
adrenergik akan meningkat seperti yang di alami oleh orang yang
hipertensi. Kemungkinan potensial lain bagi hipertensi primer adalah :
a. Ganguan penanganan garam oleh ginjal. Gangguan fungsi ginjal
yang terlalu kecil untuk menimbulkan tanda-tanda penyakit ginjal,
mungkin secara diam-diam menjadi penyebab akumulasi perlahan
garam dan air di tubuh, yang mengakibatkan peningkatan progresif
tekanan darah6.
b. Asupan garam berlebihan. Karena garam secara osmotis menahan
air, sehingga dapat meningkatkan volume darah dan berperan dalam
kontrol jangka panjang tekanan darah, maka asupan garam
berlebihan secara teoris dapat menyebabkan hipertensi. Namun
masih diperdebatkan apakah pembatasan asupan garam perlu
dianjurkan sebagai cara untuk mencegah dan mengobati tekanan
darah tinggi. Data riset sampai saat ini belum konklusif dan
menimbulkan interpretasi beragam.6
c. Diet yang kurang mengandung buah, sayuran, dan produk susu
(yaitu, rendah K⁺ dan Ca²⁺). Terdapat faktor makanan lain selain
garam yang dibuktikan berpengaruh besar pada tekanan darah.
Studi DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension)
menemukan bahwa diet rendah lemak, kaya buah, sayur, dan
produk susu dapat menurunkan tekanan darah pada orang dengan
hipertensi ringan sama seperti pemberian terapi dengan satu jenis
12
obat. Penelitian memperlihatkan bahwa asupan K⁺ tinggi yang
berkaitan dengan banyak makan buah dan sayur dapat menurunkan
tekanan darah dengan melemaskan arteri. Selain itu, kurangnya
asupan Ca²⁺ dari produk susu, diidentifikasi sebagai pola diet yang
paling sering pada orang dengan hipertensi yang tidak diobati,
meskipun peran Ca²⁺ dalam mengatur tekanan darah masih belum
jelas.6
d. Kelainan membran plasma misalnya ganguan pompa Na⁺-K⁺.
Kelainan semacarn ini, dengan mengubah gradien elektrokimia
menembus membran plasma, dapat mengubah kepekaan dan
kontraktilitas jantung dan otot polos di dinding pembuluh darah
sedemikian rupa sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. Selain
itu, pompa Na⁺-K⁺ sangat penting dalam penanganan garam oleh
ginjal. Defek genetik pompa Na⁺-K⁺ pada tikus laboratorium yang
rentan hipertensi adalah keterkaitan antara hipertensi-gen yang
pertama ditemukan.6
e. Variasi dalam gen yang menyandi angiotensinogen.
Angiotensinogen adalah bagian dari jalur hormon yang
menghasilkan vasokonstriktor kuat angiotensin II serta mendorong
retensi garam dan air. Salah satu varian gen pada manusia
tampaknya berkaitan dengan peningkatan insidens hipertensi. Para
peneliti berspekulasi bahwa versi gen yang dicurigai ini
menyebabkan sedikit peningkatan pembentukan angiotensinogen
sehingga jalur penambah tekanan darah ini menjadi aktif. Ini adalah
keterkaitan hipertensi-gen yang pertama kali ditemukan pada
manusia.6
f. Bahan endogen mirip digitalis. Bahan semacam ini bekerja mirip
dengan obat digitalis untuk meningkatkan kontraktilitas jantung
serta mempersempit pembuluh darah dan mengurangi eliminasi
garam dari urin, yang semuanya dapat menyebabkan hipertensi
kronik.6
13
g. Kelainan pada NO, endotelin, dan bahan kimia uasoaktif lokal
lainnya. Sebagai contoh, kekurangan NO dapat ditemukan di
dinding pembuluh darah sebagian pasien hipertensi yang
menyebabkan gangguan kemampuan vasodilatasi. Selain itu, suatu
kelainan di gen yang menyandi endotelin, suatu vasokonstriktor
kerja lokal, diduga kuat berperan sebagai penyebab hipertensi,
terutama pada orang Amerika keturunan Afrika.6
h. Kelebihan vasopresin. Bukti-bukti eksperimen terakhir
mengisyaratkan bahwa hipertensi dapat disebabkan oleh malfungsi
sel penghasil vasopresin di hipotalamus. Vasopresin adalah
vasokonstriktor kuat dan juga mendorong retensi air.6
Apapun penyebab yang mendasari, sekali terbentuk hipertensi
tampaknya akan terus berlanjut. Pajanan terus menerus ke tekanan yang
tinggi menyebabkan dinding pembuluh mudah mengalami
aterosklerosis, yang semakin meningkatkan tekanan darah.6
Hipertensi Sekunder
Kausa pasti hipertensi hanya dapat ditemukan pada 10% kasus.
Hipertensi yang terjadi akibat masaiah primer lain disebut hipertensi
sekunder. Inilah beberapa contoh hipertensi sekunder;
a. Hipertensi ginjal. Sebagai contoh lesi aterosklerotik yang menonjol
ke dalam lumen suatu arteri renalis atau penekanan eksternal
pembuluh ini oleh suatu tumor dapat mengurangi aliran darah ke
ginjal. Ginjal berespons dengan mengaktifkan jalur hormon yang
melibatkan angiotensin II. Jalur ini mendorong retensi garam dan
air sewaktu pembentukan urin sehingga volume darah bertambah
untuk mengompensasi berkurangnya aliran darah ginjal. Ingatlah
bahwa angiotensin II juga merupakan vasokonstriktor kuat.
Meskipun kedua efek ini (peningkatan volume darah dan
vasokonstriksi yang dipicu oieh angiotensin) adalah mekanisme
kompensasi untuk memperbaiki aliran darah ke arteri renalis yang
14
menyempit namun keduanya juga menjadi penyebab meningkatnya
tekanan darah arteri secara keseluruhan.6
b. Hipertensi endokrin. Sebagai contoh, feokromositoma adalah suatu
tumor medula adrenal yang mengeluarkan epinefrin dan
norepinefrin secara berlebihan. Peningkatan abnormal kadar kedua
hormon ini menyebabkan peningkatan curah jantung dan
vasokonstriksi perifer generalisata, di mana keduanya berperan
menyebabkan hipertensi khas pada penyakit ini.6
c. Hipertensi neurogenik. Salah satu contoh adalah hipertensi yang
disebabkan oleh kesalahan kontrol tekanan darah karena defek di
pusat konrrol kardiovaskular.6
2.1.5 Patogenesis dan Patofisiologis Hipertensi
Proses terjadinya hipertensi sendiri melibatkan banyak faktor baik
secara genetik maupun gaya hidup, hipertensi merujuk pada tekanan
perifer dan curah jantung yang meningkat, peningkatan curah jantung
pada hipertnsi hiperdinamik disebabkan oleh peningkatan frekuensi
denyut jantung atau volume ekstrasel yang meningkat menyebabkan
volume darah sentral meningkat, begitu pula peningkatan aktivitas
simpatis dari sistem saraf pusat akan meningkatkan kecepatan jantung,
kekuatan kontraksi jantung, di arteriol dan vena akan membuat arteri
vasokonstriksi sehingga curah jantung akan meningkat12.
Hipertensi resistansi terutama disebabkan oleh vasokonstriksi
perifer yang sangat tinggi(arteriol) atau beberapa penyempitan
pembuluh darah perifer lain, tetapi dapat juga akibat peningkatan
viskositas darah. Vasokonstriksi terutama berasal dari peningkatan
aktivitas simpatis (dari saraf atau medulla spinalis), peningkatan respon
katekolamin atau peningkatan konsenstrasi angiotensin II. Selain itu,
mungkin terjadi hipertrofi otot vasokonstriktor. Akhirnya hipertensi.
Dapat menyebabkan kerusakan vaskular yang akan meningkatkan TPR,
selain itu, stress psikologis kronis yang mungkin berhubungan denga
pekerjaan atau dasar kepribadiannya (misalnya frustasi) dapat memicu
hipertensi, beberapa orang yang “sensitive” terhadap garam dapat
15
memicu hipertensi, namun hubungan sebenarnya antara sensitivitas
NaCl dan hipertensi primer belum dapat diungkap sepenuhnya, tetapi
kemungkinan yang dapat dipertimbangkan adalah respons terhadap
katekolamin meningkat pada orang yang sensitife terhadap NaCl.13
Gambar 2.6 Otoregulasi Peningkatan Tekanan Darah13
Tubuh mempunya mekanisme pertahanan agar saat tekanan darah
tinggi/rendah dapat normal kembali, mekanisme ini disebut refleks
baroreseptor, setiap perubahan pada tekanan arteri rerata dapat memicu
suatu rekleks baroreseptor otomatis yang mempengerahu jantung dan
pembuluh darah untuk menyesuaikan curah jantung dan resistensi
perifer total dalam upaya memulihkan tekanan darah untuk normal
kembali. Refleks baroreseptor mencakup reseptor, jalur eferen, pusat
integrase, jalur eferen dan organ efektor.
Ketika tekanan arteri meningkat, potensial baroreseptor meningkat
sehingga kecepatan lepas muatan di neuron-neuron aferen terkait akan
meningkat. Sebaliknya, penurunan tekanan arteri rerata memperlambat
kecepatan lepas muatan yang dibentuk di neuron aferen oleh
baroreseptor13. Yang menerima impuls aferen tentang keadaan
teknanan arteri rerata adalah pusat control kardiovaskular, yang terletak
16
di medulla di dalam batang otak. Jalur eferenya adalah sistem saraf
otonom.
Gambar 2.7 Baroreseptor Tubuh Terhadap Tekanan Darah13
2.1.6 Manifestasi Klinis Hipertensi
Pada umumnya hipertensi jarang ditemukan gejala yang spesifik, gejala
dapat bervariasi pada setiap individu, namun gejala yang sering
dikeluhkan saat pasien sudah terkena hipertensi ialaah sakit kepala,
pusing, nyeri di tengkuk, nyeri dada, pandangan kabur, rasa berdebar
debar, impoten, cepat capek, sesak napas.6,11,14
2.1.7 Faktor Risiko Hipertensi
Faktor risiko pada pasien hipertensi antara lain merokok, obesitas,
kurangnya aktivitas fisik, dyslipidemia, diabetes melitus, usia, riwayat
keluarga dengan penyakit kardiovaskular premature,
microalbuminuria.6,11,14
2.1.8 Diagnosis Hipertensi
a. Anamnesis : kebanyakan pasien hipertensi bersifat asimtomatik
(tidak ada gejala). Beberapa pasien mengalami sakit kepal. rasa
beputar, atau penglihatan kabur. Hal lain yang menjadi penunjang
diagnosis hipertensi sekunder adalah sakit kepala paroksismal,
takikardi, palpitasi (feokromositoma) dan riwayat penyakit ginjal di
17
keluarga maupun di pasien sebelumnya14, episode berkeringat,
keccemasan11. Selain indikasi – indikasi diatas perlu dievaluasi
kembali jika pasien memiliki faktori risiko : riwayat hipertensi atau
karidovaskular pada pasien atau keluarga, riwayat hyperlipidemia
pada pasien atau keluarga, riwayat Diabetes Melitus (DM),
kebiasaan merokok, kegemukan dengan intensitas olahraga yang
kurang11
b. Pemeriksaan fisis : nilai tekanan darah yang diambil dari rerata dua
kali pengukuran dengan sela 1 sampai 5 menit pada setiap kali
kunjungan ke dokter. Apabila tekanan darah 140/90 mmHg pada
dua kali atau lebih kunjungan, hipertensi dapat ditegakkan.
Pemeriksaan harus di lakukan dengan alat yang baik, ukuran dan
peletakan manset (panjang 12-13 cm, lebar 35 cm untuk standar
orang dewasa) dan stetoskop harus benar (gunakan suara korotkoff
fase I dan V untuk penentuan sistolik dan diastolik)14,11.
c. Pemeriksaan Penunjang :
1. memeriksa komplikasi yang telah atau sedang terjadi: cek darah
lengkap, kadar ureum, kreatinin, gula darah, lemak darah, elektrolit,
kalsium, asam urat, dan urinalisis. Cek juga pemeriksaan lain
seperti: EKG, funduskopi, USG ginjal, foto thoraks, dan
ekokardiografi
2. Pemeriksaan penunjang untuk kecurigaan klinis hipertensi
sekunder:
fungsi tidoird (TSH, FT4, FT3),
fungsi paratiroid kadar PTH, Ca2+,
Hiperaldosteronisme primer : kadar aldosterone plasma,
renin plasma, CT-scan abdomen, kadar serum Na+,K+,
peningkatan ekskresi K+ dalam urin, ditemukan alakalosis
metabolik.
Feokromaositoma : kadar metanefrin, CT-scan/MRI
abdomen.
Sindroma Cushing : kadar kortisol urin 24 jam
18
Hipertensi renovaskular : CT-angiografi arteri renalis, USG
ginjal, Doppler sonografi.
2.1.9 Komplikasi Hipertensi
Komplikasi hipertensi bedasarkan target organ antara lain :
Serebrovaskular : stroke, transient ischemic at tacks, demensia
vascular
Mata : retinopati hipertensif
Kardiovaskular : penyakit jantung hipertensif, disfungsi atau
hipertrofi ventrikel kiri, penyakit jantung coroner
Ginjal : nefropati hipertensif, albuminuria, penyakit ginjal
kronis
Arteri perifer : klaudikasio intermiten14
2.1.10 Prognosis Hipertensi
Hipertensi merupakan penyakit yang irreversible artinya pengobatan
pasien hipertensi pada umumnya akan berlangsung seumur hidup.
Pasien harus sering di kontrol tekanan darahnya, pengehentian obat saat
sudah merasa baikan cepat atau lambat akan diikuti dengan peningkatan
tekanan darah kembali. Walaupun demikian dengan pemakaian obat
ruti ada kemungkinan untuk menurunkan dosis dan jumlah obat
antihipertensi secara bertahap bagi pasien yang terdiagnosis hipertensi.
Bila pasien memiliki penyulit seperti diabetes melitus atau komplikasi
ke organ maka prognosisnya malam.
2.1.11 Tata Laksana Hipertensi
Modifikasi Gaya Hidup
Tatalakasana awal yang bisa dilakukan pada hipertensi adalah
menjalani pola hidup sehat dan telah terbukti dapat menurunkan tekana
darah. Apda pasien hipertensi derajat 1 tanpa faktor risiko dapat
diberikan poka hidup yang sehat setidaknya dijalani selama 4 – 6 bulan
dengan pola hidup sehat yang dianjurkan oleh banyak guidelines
adalah15 :
19
Penurunan berat badan : mengganti makanan tidak sehat dengan
memperbanyak asupan sayuran dan buah – buahan15, dengan target
untuk orang Asia-Pasifik 18,5-22,9 Kg/m1
Mengurangi asupan garam : pada pasien dengan hipertensi derajat
≥ 2. Dianjurkan asupan garam tidak melebihi 2 gr/hari, dan untuk
hipertensi derajat ≤ 2 disarankan <6 g/hari
Olah raga : olahraga teratur sebanyak 30 – 60 menit/hari, minimal
3 hari/minggu. Apabila pasien tidak memiliki waktu luang
diberikan rekomendasi agar berjalan atau bersepeda ke kantor,
lebih sering menggunakan tangga dalam aktivitas di tempat kerja.
Menghentikan konsumsi alcohol
Berhenti merokok
Terapi farmakologi
Terapi farmakologi pada hipertensi dapat dimulai pada hipertensi
derajat 1 yang tidak mengalami penurunan tekanan darah setelah > 6
bulan menjalani pola hidup sehat dan pasien dengan hipertensi derajat ≥
2. Menurut National Institute for Health and Care Excellence (NICE)
2013, usia pasien < 55 tahun lebih disarankan memulai terapi dengan
penghambat ACE atau ARB, sementara usia > 55 tahun dengan CCB,
berbeda dengan National Institue fore Health and Care Excellence
(NICE) JNC 8 mengklasifikasikan terapi antihipertensi tidak hanya
berdasarkan umur melainkan juga ras, serta ada atau tidaknya DM dan
penyakit ginjal kronis (PGK). Di Indonesia sendiri PERKI membuat
guidline terapi untuk hipertensi. Berikut ini adalah algoritma dari
pedoman tatalaksana hipertensi pada penyakit kardiovaskular PERKI
yang disadur dari A Statement by the American Soceity of Hypertension
and the International Society of Hypertension 201315.
20
Gambar 2.8 Algoritma terapi hipertensi yang disadur dari A Statement by the American
Society and the International Society of Hypertension 2013.
2.1.12 Pengaruh genetika terhadap hipertensi
Genetika merupakan ilmu yang mempelajari sebab, perkembangan
dan pewarisan sifat pada individu. Kumpulan gen yang lengkap pada
suatu individu yang bertugas mengendalikan metabolisme tubuh
disebut genom. Genom manusia terdiri dari 38.000 gen yang tersusun
dalam lokus – lokus gen di kromosom. Bentuk pasangan alternative dari
gen yang menempati satu lokus pada kromosom disebut alel. Alel yang
normal atau umum didapatkan di dalam populasi disebut wild type. Bila
alel pada 1 lokus bersifat identic, maka disebut homozigot, sedangkan
bila berbeda disebut heterozigot21. Gen manusia dibagi dalam 23
kromosom yang berbeda, dimana 22 diantaranya merupakan autosom
dan ditambah kromosom seks (X dan Y)22. Sel pada orang dewasa
merupakan sel diploid, yang artinya terdiri dari 2 set homolog dari 22
autosom dan sepasang kromosom seks, kromosom XX pada wanita dan
XY pada pria22. Di dalam genetika sendiri susunan gen pada suatu
individu disebut genotip sedangkan fenotip adalah bentuk struktural
21
atau biokimia atau fisiologik yang tampak yang dipengerahui oleh
genotip dan faktor lingkungan. Genetik, ketika berinteraksi dengan
lingkungan, akan menjadi kunci utama menentukan variasi fenotip
manusia. Variasi tersebut dapat berupa mutase atau polimorfisme.
Mutasi didefinisikan sebagai perubahan apapun pada sekuen nukleotida
primer dan memberi konsekuensi berupa perubahan fungsi dari sekuen
tersebut. Perubahan tersebut dapat bersifat letal, atau bahkan secara
evolutioner memberikan manfaat. Pada umumnya, kondisi
polimorfisme tidak menyebabkan gangguan fenotip dan tidak
mengganggu proses coding protein. Bentuk polimorfisme yang paling
umum adalah Single Nucleotide Polymorphism (SNP) yaitu terjadinya
subtitusi pada satu pasang basa16. Namun pada beberapa kondisi,
polimorfisme dapat menggangu stabilitas, proses translasi serta
frameshift pada sekuen, pada kasus hipertensi juga terjadi kondisi
seperti ini, yaitu interaksi antara kondisi genetik dan lingkungan
seseorang. Variasi genetik tersebut kemudian menyebabkan perubahan
pada kondisi normal regulasi tekanan darah. Terjadinya hipertensi akan
didukung dengan berbagai determinan dari lingkungan, seperti stress,
obesitas, merokok, kurang aktivitas fisik, dan konsumsi makanan.
Kombinasi antara keduanya akan menyebabkan fenotip tekanan darah
tinggi pada seseorang22.
DNA manusia terdiri dari 3 milyar pasang basa (basepair) DNA tiap
genom haploid. Panjang sebuah DNA normalnya dihitung dalam 1000
bp (kilobases, kb) atau 1,000,000 bp (megabases,mb) unit. Tidak semua
gen memiliki fungsi spesifik dalam sebuah sel, namun hanya berperan
dalam fungsi struktural dari DNA itu sendiri didalam kromatin,
sehingga gen tersebut bersifat non-repetitif22.
Deoxyribonucleic acid (DNA) merupakan rantai dengan untaian
ganda yang tersusun dari 4 jenis basa : Adenin (A), Thymidin (T),
Guanin (G) dan Sitosin (c). Adenin berpasangan dengan Thymidin, dan
Guanin berpasangan dengan Sitosin oleh ikatan hidrogen antara
keduanya. Kedua rantai tersebut saling terikat sehingga membentuk
22
struktur untai DNA ganda yang stabil. Struktur untai ganda dari DNA
akan tersusun dalam sel eukariot bersama dengan protein histon, dan
akan membentuk kromosom22.
2.1.13 Gen Ser49Gly
Gen Ser49Gly dari studi-studi sebelumnya merupakan polimorfisme
dari gen reseptor β-1 adrenergik (ADRB1), merupakan G-protein
substrat dari postsynaptic receptor, yang memediasi efek fisiologis
katekolamin19. Katekolamin akan meningkat pada pasien hipertensi
essensial, dari sekitar 62 orang yang diteliti 52(81%) orang dilaporkan
terjadi peningkatan katekolamin18. Efek dari katekolamin itu sendiri
yaitu : meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah. ADRB1
dikodekan oleh 45 asam amino dan terletak pada kromosom 10q24-26,
perubahan adenine ke guanine pada posisi 145 menghasilkan perubahan
asam amino serin ke glisin (Ser49Gly). Pada tahun 1987, gen pada
reseptor β1 adrenergik dikloning, dan terlokalisasi pada kromosom.
Polimorfisme Ser49Gly terletak di amino-terminal ekstraseluler
reseptor. Dua polimorfisme yang umum, Ser49Gly dan Arg389Gly,
diidentifikasi pada tahun 199919.
23
2.2 Kerangka Teori
Gambar 2.9 Kerangka Teori
Hipertensi
Faktor yang
dapat
dimodifikasi
Faktor
risiko
Faktor
yang tidak
dapat
dimodifikas
i
Jenis
kelamin Umur
variasi
Genetik
polimorfise
me
Mutasi
Ser49G
ly
ADRB1
Katekolamin
meningkat
Peningkatan curah
jantung & resistensi
perifer
Gaya hidup
Merokok Konsum
si garam
berlebih
Penurunan
aktivitas
fisik
Risiko obesitas
Tekanan Darah
Tingggi
Mengaktifkan
simpatis
24
2.3 Kerangka Konsep
Gambar 2.10 Kerangka Konsep
Pasien Hipertensi
Sampel darah
pasien hipertensi
Isolasi DNA
PCR
PCR Sekuensing Sanger
Genotip gen
Faktor risiko
Jenis
kelamusia
Pola
hidup
Gel
elektrofore
wildtype Heterozygote Variant
Sampel darah
pasien
normotensi
25
2.4 Definisi Operasional
Tabel 2.4 Definisi Operasional
N
o
Variabel Definisi Alat Ukur Cara
Pengukuran
Skala
1 Gen Ser49Gly Gen pengkode
protein β-1
adrenergik(ADR
B1), merupakan
G-protein
substrat dari
postsynaptic
receptor
Gel
elektroforesis
Teridentifikasi
adanya pita
DNA
Kategorik
2 Variasi
genetik gen
Ser49Gly
Bentuk/variasi
alel dalam gen
Ser49Gly
(Homozygot
wildtype,
Homozygot
Mutated dan
Heterozygot)
Sanger
Sequensing
Teridentifikasi
melalui kurva
pada software
pembaca hasil
sanger
sequensing
Kategorik
3 Pasien
hipertensi
peningkatan
tekanan darah
sistolik lebih dari
140mmHg dan
tekanan darah
diastolik lebih
dari 90mmHg
Sfigmomano
meter
Pada
pengukuran
akan terdengar
bunyi
korotkoff 1
sebagai sistolik
dan korotkoff
2 sebagai
diastolik
Kategorik
26
4 Usia 1. 30-40
2. 41-50
3. 51-60
4. 61-70
Kuisioner Wawancara Kategorik
5 Jenis Kelamin Perempuan atau
laki-laki
Pengamatan Pengamatan Kategorik
27
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan studi deskriptif observasional dengan desain
penelitian cross sectional dan skala pengukuran kategorik nominal.
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian
3.2.1. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada Agustus 2014 – Oktober 2016
3.2.2. Tempat Penelitian
1. Pengambilan spesimen serum di lakukan di KPKM Buaran dan KPKM
Reni Jaya, Tanggerang Selatan
2. Proses ekstraksi DNA dari spesimen serum dilakukan di Laboratorium
Riset lantai II FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan jl. Kertamukti No. 05, Pisangan
Ciputat 15419, Tangerang Selatan.
3.3. Populasi dan Kriteria Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel spesimen
yang di ambil dengan cara punksi vena dengan jumlah spesimen ± 3cc.
Dengan
Populasi target : pasien hipertensi dan normotensi yang berobat
ke KPKM Reni Jaya dan Buaran
Populasi terjangkau : Pasien hipertensi dan normotensi yang
berobat ke KPKM pada bulan Agustus 2016
3.3.2 Besar sampel yang digunakan
Penghitungan jumlah sampel menggunakan rumus penelitian deskriptif
observasional dengan sekala pengukuran nominal dikotom
28
𝑛 =𝑍𝛼2𝑃𝑄
𝑑2
𝑁 =(1.96)2(0.151)(0.849)
0.132
=(0,492)
0,0169
𝑁 = 30
Keterangan:
N = jumlah sampel
Zα = nilai Z pada derajat kemaknaan
P = perkiraan prevalensi pada penelitian sebelumnya
Q = 1-P
d = kesalahan penelitian yang masih bisa diterima untuk
memprediksi proporsi yang akan diperoleh
panduan untuk mennetukan nilai preisi (d)
N x (1-P) > 5
30 x (1-0.151) > 5
30 x 0.849 > 5
25.47 > 5
3.3.3 Kriteria Sampel Penelitian
a. Kriteria Inklusi
Pasien hipertensi
Pasien normotensi
Pasien menyetujui dan menandatangani lembar
informconsent
b. Kriteria Eksklusi
Pasien sedang hamil
Pasien dengan riwayat hipertensi emergensi/urgensi
c. Kriteria Drop Out
Pasien menolak dilakukan pengambilan darah
29
Data karakteristik pasien tidak lengkap
Sample yang digunakan rusak selama proses penelitian
3.4. Cara Kerja Penelitian
3.4.1. Alat dan Bahan Penelitian
a. Pengambilan sampel darah
Tahap Pengambilan darah (Flebotomi) dan Pemeriksaan Gula Darah,
Asam Urat, Kolesterol ,Tekanan Darah, Berat badan, Tinggi badan,:
Vacutainer, spuit 3cc, handschoen, kapas alkohol, torniquet, strip
glukosa darah, strip asam urat dan strip kolesterol, glukometer,
stetoskop, sphygmomanometer, antropometer set, cooler box.
b. Tahap Ekstraksi DNA
Geneaid™ Genomic DNA Mini Kit (Blood/Cultured Cells)
GB100/GB300, tube 1,5 ml; tip 10-20 mikroliter, tip 500 mikroliter, tip
50-100mikroliter, agar gel, handschoen,mikropipet, mesin pendingin.
c. Elektroforesis Genom DNA
Agarose, Ethidium bromide, loading dye, Plastik wrap, Marker 50-
100bp DNA, penggaris sumur, gel doc system, Elektroforesis ATTO My
Power II 300 AE-8135, Timbangan analtik AdventureTM.
d. Tahap Polymerase Chain Reaction (PCR)
Enzim Taq Polymerase, ddH2O, Primer Forward, Primer Reverse,
Thermal Cycler.
3.4.2. Penyuluhan dan pengambilan sampel
Sebelum dilakukan pengambilan sampel, dilakukan penyuluhan sederhana
kepada pasien KPKM Buaran dan Reni Jaya mengenai hipertensi dan kemudian
dilakukan informed consent kepada pasien mengenai penelitian yang sedang
dilakukan dengan menekankan bahwa penelitian ini tidak membahayakan dan
akan sangat bermanfaat bagi keilmuan dalam bidang kesehatan di masa yang
akan datang.
Setelah dilakukan seminar, pasien satu persatu dianamnesis terutama
mengenai faktor resiko hipertensi yang mungkin dimiliki oleh pasien. Setelah
30
dianamnesis, pasien diukur tinggi badan dan berat badannya untuk kemudian
ditentukan status gizi pasien. Setelah itu, pasien diukur nilai gula darah,
kolesterol, asam urat dan tekanan darahnya sebelum akhirnya dilakukan
flebotomi atau pengambilan darah yang akan menjadi sampel penelitian.
3.4.3. Ekstraksi DNA
Setelah mendapatkan sampel darah pasien, kemudian dilakukan proses
ekstraksi DNA dengan menggunakan protokol Geneaid™ Genomic DNA
Mini Kit (Blood/Cultured Cells) GB100/GB300. Sampel yang sudah
diekstraksi kemudian disimpan pada mesin pendingin sebelum nantinya
akan dilakukan penilaian menggunakan mesin PCR. Ekstraksi dilakukan
dengan langkah sebagai berikut : Siapkan tabung berisi 50 μL Elution Buffer
untuk tiap satu sampel, kemudian diinkubasi pada suhu 600 C. Pada tabung
lain masukan 900 μL Lysis Buffer kedalam tabung 1,5 ml mikrosentrifugasi,
Lysis buffer mengandung unsur sabun yang berfungsi sebagai pemecah
ikatan lipid billayer, Tambahkan 300 μL darah dan dikocok, diamkan
tabung selama 10 menit dalam suhu ruang. Tabung disentrifuge selama 5
menit dengan kecepatan 3000 rpm, lalu buang bagian supernatant.
Tambahkan 100 μL RBC Lysis Buffer untuk meresuspensi endapan leukosit
kemudian kocok. Tambahkan 200 μL GB buffer kedalam tabung. Inkubasi
tabung pada suhu 60o C selama 10 menit dalam water bath. Dinginkan
dahulu dengan suhu ruang. Tambahkan 200 μL ethanol absolute, ethanol
absolute berfungsi sebagai pengikat strand DNA yang telah terkumpul,
strand DNA yang terikat oleh ethanol absolute akan nampak seperti benang-
benang putih yang terapung di atas filtrat. Lalu kocok kuat jika ada endapan.
Siapkan GD Column pada 2 mL Collection Tube. Pindahkan campuran
ethanol absolute ke dalam GD Column. Sentrifugasi dengan kecepatan
14.000 rpm selama 5 menit. Buang cairan pada Collection Tube. Tempatkan
kembali GD Column pada Collection Tube. Tambahkan 400 μL W1 Buffer
kedalam GD Column kemudian sentrifugasi dengan kecepatan 14.000 rpm
selama 1 menit. Buang cairan pada Collection Tube. GD Column
ditempatkan kembali pada Collection Tube. Tambahkan 600 μL Wash
31
Buffer kedalam GD Column. Sentrifugasi tabung pada 14.000 rpm selama
1 menit. Buang cairan pada Collection Tube. Tempatkan kembali GD
Column pada Collection Tube. Sentrifugasi kembali tabung selama 1 menit
untuk mengeringkan matriks kolumn. Pindahkan GD Collumn yang sudah
kering kedalam tabung mikrosentrifugasi yang steril. Tambahkan 50 μL
Elution Buffer yang sudah diinkubasi kedalam matriks kolumn, biarkan
selama 3 menit di suhu ruang. Sentrifugasi kembali dengan kecepatan
14.000 rpm selama 1 menit.
3.4.4. Pemeriksaan Konsentrasi dan Kemurnian
Pada tahap ini hasil isolasi DNA yang telah terpurifikasi diperiksa nilai
konsentrasi serta kemurnianya menggunakan alat spektrofotometer
DenoVix®. Dengan langkah sebagai berikut : Hidupkan alat
spektrofotometer, pilih dsDNA pada menu utama. Teteskan DNA
rehydration sebanyak 1 μL, lalu klik blanc. Lap dengan tisu dengan cara
ditekan secara perlahan. Teteskan kembali aquadest sebanyak 1 μL, lalu klik
blanc. Lap dengan tisu dengan cara ditekan secara perlahan. Teteskan
sampel yang telah diekstraksi sebanyak 1 μL, lalu tekan enter maka keluar
hasil kemurnian dan konsentrasi
3.4.5. Pemeriksaan PCR
Buat larutan Master Mix PCR (ddH2O, Primer Reverse, Primer Forward,
dan enzim Taq Polymerase) pada saat mencampurkan kita harus
menempatkan es dibawah tabung, lalu taruh pipet larutan Mix PCR ke
dalam tabung reaksi PCR yang telah diberi label, lalu teteskan sampel DNA
yang telah di iolasi kedalam masing-masing tabung reaksi PCR lalu aduk
menggunakan vortex, untuk menghilangkan busa dan gelembung ketuk
tabung menggunakan jari secara perlahan, kemudian atur mesin PCR
dengan 30-40 siklus dengan pengaturan suhu denaturasi 94° C selama 3
menit, 94° C 30 detik, fase annealing 65°C selama 15 detik selama 35
siklus,fase ekstensi 72°C selama 10 detik dan 72°C selama 1 menit diakhiri
32
dengan fase ekstensi akhir 20°C dengan waktu tidak terbatas. Setelah itu
masukan PCR ke dalam gel elektroforesis dah hidupkan power supply
dengan tegangan 100 volt selama 30 menit, amati tebaran cahaya
menggunakan UV illuminator menggunakan alat gel dock.
3.4.6. DNA Sekuensing Sanger
Sekuensing merupakan teknik yang digunakan untuk menentukan urutan
nukleotida suatu molekul DNA, sekuensing DNA bisa dimanfaatkan untuk
menentukan identits maupun fungsi gen atau menentukan mutase pada suatu
gen. Teknik sekuensing DNA pertama kali dikembangkan tahun 1970-an
pada decade berikutnya dikembangkan secara independen oleh tim Walter
Gilbert di Amerika Serikat dan tim Frederick Sanger di Inggris. Sekuensing
sendiri memiliki beberapa metode yaitu metode Maxam-Gilbert, metode
Sanger, metode dye primer, metode cara kimia, Autodiography, cara
enzimatis, chain termination, dye-terminator, metode Fluorochromes.20
Tahapan metode sekuensing sanger : Menyediakan dsDNA, memotong
dsDNA menjadi ssDNA. Mengambil template DNA dari ssDNA hasil
potongan dari dsDNA. Menyediakan seluruh alat dan bahan untuk
sekuensing DNA yaitu : template DNA, primer, dNTP, ddNTP, dan enzyme
polymerase. Sediakan 4 tabung reaksi yang masing-masing tabung reaksid
diberikan ddNTP yang berbeda yaitu ddGTP, ddCTP, ddATP, dan ddTTP
Masukan masing-masing tabung dengan dNTP, yaitu dGTP, dCTP, dATP,
dan dTTP. Kemudian masukan primer ke dalam masing-masing tabung
reaksi. Primer berfungsi sebagai landasan untuk memulai polimerisasi. Lalu
masukan enzim taq polymerase agar terjadi proses polimerisasi. Keempat
tabung reaksi tersebut di alirkan pada gel agarose, maka akan terbentuk
perbedaan panjang polinukleotida, mengakibatkan perbedaan letak pada gel
agarose. Pembacaan hasil sekuensing dari arah 5’ ke 3’.20,21
33
3.4.7. Alur Penelitian
Gambar 2.11 Alur Penelitian
Persiapan alat
Responden mengisi form identitas
serta pemeriksaan BB dan TB
Pengambilan specimen darah
sample dengan plebotomy
Transport ke laboratorium kultur sel
genetik UIN Syarif Hidayatullah
Ekstrasi DNA
Nano Drops Gel Elektroforesis
PCR
Gel elektroforesis
Sekuensing
34
3.5 Pengolahan dan Analisa Data
Data dalam penelitian ini dianalis dengan metode uji deskriptif yang
menggunakan SPSS (Statistical Product and Service Solution) 23 untuk
windows, yaitu melihat gambaran jumlah pasien hipertensi dengan
polimorfisme gen berdasarkan jenis kelamin, kategorik umur, dan tahun di
KPKM Reni Jaya dan KPKM Buaran
35
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Hasil Data Penelitian
Penelitian ini menggunakan sample berupa serum darah dari responden
yang datang ke KPKM Buaran dan Reni Jaya.yang mendapat penyuluhan. Dari
semua peserta yang datang ke penyuluhan 70 orang menyetujui menjadi
responden penelitian. Responden penelitian dibagi berdasarkan karakteristik
tekanan darah menurut WHO yaitu hipertensi dan normotensi. Pasien hipertensi
sebanyak 20 orang dan pasien normotensi sebanyak 50 orang, setelah melalui
tahapan kriteria inklusi, eksklusi dan drop out terpilihlah sampel untuk diteliti
sebanyak 16 hipertensi dan 15 normotensi. Responden terdiri dari 23
perempuan dan 8 laki-laki. Data deskriptif dari 31 subjek penelitian disajikan
dalam tabel di bawah ini (tabel 4.1)
4.2 Data Karakteristik Responden
4.2.1 Deskripsi Subyek Penelitian
Tabel 4.1 Deskripsi Subyek Penelitian
Variable N (%)
Jenis Kelamin Laki-laki 8 (25)
Perempuan 23 (75)
Usia 30-40 tahun 5 (16,1)
41-50 tahun 13 (41,9)
51-60 tahun 9 (29)
61-70 tahun 4 (12,9)
Kategori Tekanan Darah Hipertensi 16 (51,6)
Normotensi 15 (48,4)
Hasil Sekuensing Wildtype 0 (0)
Heterozygot 0 (0)
Variant 31 (100)
36
4.2.2 Hasil Analisis Sequencing Genotip Wildtype, Heterozygote, dan
Variant
Gambar 4.1 Karakteristik Genotyping Ser49Gly terhadap jenis
kelamin
Gambar 4.2 Karakteristik genotyping Ser49Gly terhadap katagori
tekanan darah
00
8
Laki-laki
Wildtype Heterozygot
Variant
00
23
Perempuan
Wildtype Heterozigot
Variant
00
15
Normotensi
Wildtype Heterozigot
Variant
00
16
Hipertensi
Wildtype Heterozigot
Wildtype
37
Gambar 4.3 Karakteristik genotyping Ser49Gly terhadap usia
Dari gambar 4.4 diketahui bahwa dari 31 responden yang
diteliti dikatagorikan dalam rentang 10 tahun, didapatkan dengan
rincian usia 30-40 tahun sebanyak 5 orang(16,1%), usia 41-50 tahun
sebanyak 13 orang(41,9%), usia 51-60 sebanyak 9 orang(29%), dan
usia 61-70 sebanyak 4(12,9%).
4.2.3 Jenis Kelamin Terhadap Tekanan Darah
Tabel 4.2 Jenis kelamin terhadap tekanan darah
Laki-laki Perempuan Total
Hipertensi 7 9 16
Normotensi 1 14 15
Total 8 23 31
00
5
30-40
Wildtype Heterozigot Variant
00
13
41-50
Wildtype Heterozigot Variant
00
9
51-60
Wildtype Heterozigot Variant
00
4
61-70
Wildtype Heterozigot Variant
38
Bedasarkan tabel 4.2 dari jumlah sample 31 didapatkan bahwa
persentase penderita hipertensi pada riset ini, laki-laki (87,5%) lebih
banyak dari perempuan (39,13%).
4.2.4 Usia Terhadap Tekanan Darah
Tabel 4.3 Usia Terhadap Tekanan Darah
30-40 41-50 51-60 61-70 Total
Hipertensi 3 6 5 2 16
Normotensi 2 7 4 2 15
Total 5 13 9 4 31
Bedasarkan tabel 4.3 dari 31 sampel didapatkan bahwa persentase
hipertensi terbanyak pada riset ini bedasarkan rentang usia yaitu usia
30-40(60%) dan persentase tersedikit yaitu rentang usia 41-
50(46,15%).
4.3 Pembahasan
Jenis kelamin dan usia memiliki hubungan dengan meningkatnya
resiko hipertensi. Dari jumlah 31 sampel didapatkan bahwa
persentase penderita hipertensi pada riset ini, laki-laki (87,5%) lebih
banyak dari perempuan (39,13%). Di Indonesia, prevalensi
hipertensi berdasarkan jenis kelamin tahun 2007 maupun tahun 2013
prevalensi hipertensi perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki2,3.
Perempuan memiliki ambang batas stres yang lebih rendah daripada
laki-laki. Stress memicu aktifasi berlebih saraf simpatis, sehingga
dapat mengakibatkan vasokonstriksi dan peningkatan curah
jantung6. Hal ini dapat disebabkan karena tidak setaranya
perbandingan antara jumlah responden laki-laki banding perempuan
39
(8 : 23), sehingga terjadi ketidaksesuaian antara hasil riset dengan
tinjauan pustaka.
Dari jumlah 31 sampel didapatkan bahwa persentase hipertensi
terbanyak pada riset ini bedasarkan rentang usia yaitu usia 30-
40(60%) dan persentase tersedikit yaitu rentang usia 41-
50(46,15%). Adapun dengan meningkatnya usia, maka kemampuan
endothelium pembuluh darah untuk menginhibisi efek kontraksi dari
norepinefrin semakin berkurang. Hal ini menyebabkan
vasokonstriksi yang lebih panjang akibat relaksasi yang lama.
Selain itu terdapat kelainan dari faktor relaksasi endothelium pada
keadaan hipertensi.13 Hal ini juga dibuktikan oleh adanya
peningkatan prevalensi hipertensi pada laki-laki dengan usia lebih
dari 55 tahun dan wanita dengan usia lebih dari 65 tahun6. Hal ini
dapat disebabkan karena berbagai macam faktor risiko hipertensi
baik berupa fisik maupun psikis, sehingga terjadi ketidaksesuaian
antara hasil riset dengan tinjauan pustaka.
Variasi genetik memiliki hubungan dengan peningkatan risiko
hipertensi. ADRB-1 merupakan G-Protein substrat dari postsynaptic
receptor, yang memediasi efek fisiologis katekolamin. Katekolamin
yang meningkat berefek pada peningkatan denyut jantung dan
tekanan darah. Variasi gen Ser49Gly baik berupa polimorfisme atau
mutasi, dipercaya memiliki hubungan dengan terjadinya berbagai
bentuk penyakit yang salah satunya adalah hipertensi.
Berdasarkan hasil data penelitian ini diketahui dari 31 orang
responden 16 orang menderita hipertensi dan 15 orang menderita
normotensi, dari 16 penderita hipertensi 7 orang laki-laki dan 9
orang perempuan. Dari hasil sekuensing didapatkan bahwa dari 31
responden bermutasi semua menjadi variant. Jika dibandingkan
pada penelitian yang dilakukan di Swedia Selatan. Sebanyak 292
pasien hipertensi dan 265 pasien normotensi dilibatkan dalam studi
asosiasi case-control. Polimorfisme Arg389Gly dan Ser49Gly
dibandingkan antara pasien hipertensi dan normotensi. Hasil
40
polimorfisme Arg389Gly lebih umum pada pasien dengan
hipertensi dibandingkan normotensi. Hasil polimorfisme Ser49Gly
sama pada pasien hipertensi dan normotensi. Jadi pada penelitian
yang dilakukan di Swedia Selatan ini, disimpulkan bahwa
polimorfisme Ser49Gly tidak dikaitkan dengan hipertensi.
Sementara untuk polimerfisme Arg389Gly terdapat hubungan pada
peningkatan risiko hipertensi23. Hasil penelitian sebelumnya sesuai
dengan hasil riset ini polimorfisme Ser49Gly tidak dapat dikaitkan
dengan hipertensi.
4.4 Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian ini didapatkan beberapa faktor keterbatasan dalam
proses penelitian, Faktor – faktor tersebut adalah :
1. Metode pengambilan sampling secara konsekutif, sehingga tidak
mewakilkan dalam suatu komunitas
2. Primer yang kami gunakan mengikuti riset sebelumnya sehingga
menghasilkan base pairs (bp) <100 hal ini menyebabkan
pendeknya susunan basa yang terbaca oleh sequensing
41
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.Kesimpulan
Bedasarkan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Dari 31 orang yang menjadi responden 100% mutasi menjadi variant
2. Proporsi jenis kelamin perempuan yang terdiagnostik hipertensi lebih
banyak dari laki-laki, dengan proporsi 9 perempuan(29%) dan 7 laki-
laki(22%) dari total sampling
3. Dari 31 responden rentang usia 41-50 tahun paling banyak terkena
hipertensi, dan rentang usia 61-70 tahun paling sedikit terkena hipertensi
5.2. Saran
1. Agar lebih mewakili sebuah populasi penelitian ini sebaiknya menggunakan
metode random sampling.
2. Pada penelitian ini menggunakan primer dari kepustakaan sehingga
didapatkan base pairs (bp) yang sangat kecil, sebaiknya untuk mendapat
base pairs (bp) yang besar menggunakan desain primer.
42
BAB VI
KERJASAMA RISET
Penelitian ini merupakan bagian kerjasama riset mahasiswa dan kelompok riset
genetik dan hipertensi PSKPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang dibiayai
oleh Kementrian Agama Republik Indonesia dibawah bimbingan dokter Siti Nur
Aisyah Djauharoh, PhD.
43
DAFTAR PUSTAKA
1. Horacio J, Adrogue MD, Nicolaos E, and Madias MD. Sodium and potasium in
the pathogenesis of Hypertension. The New England Journal of Medicine.
2007;356 : 1966-1978
2. InfoDATIN Pusat Data dan Informasi Kementria Kesehatan RI 17 Mei-Hari
Hipertensi Sedunia tahun 2013
3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Keseharan RI.
Riset Kesehatan Dasar. Jakarta : RISKESDAS. 2013
4. Gunung. Agung. Sustrani L., 2006. Hipertensi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama. Wardoyo, 1996
5. http://beritadewata.com/Gaya-Hidup/Kesehatan/Hipertensi-di-Indonesia-
Timbulkan-Beban-Sosial-Ekonomi-Rp-5-Triliun.html di akses tanggal
10/18/2015 yg dikutip dari Jumpres 11th Asia Pasific Congress Of
Hypertension di Nusa Dua, Bali
6. Sudoyo, Aru W. dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Edisi V. Jakarta.
Interna Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam
7. Cathrine JC, Eleanor D,Niall HA, etal.Alpha-Adducin and Angiotensinogen I
Converting Enzym Polymophisms Essensial Hypertension.
Hypertension.2000;36:990-997
8. Ester B, Melanie MK, Abraham AK, Wilko S, Monique JL, and Peter WL.
Alpha-Adducin Gly 460 Trp Polimorphism and renal Hemodynamics in
Essensial Hypertension. Hypertension. 2004;44:419-523.
44
9. chris tanto, frans liwang, sonia hanifati, eka adip pradipta. Kapita selekta
kedokteran. Jakarta. Media Aesculapius. 2014
10. statistical fact sheet 2013 Update, American Heart Association di unduh tanggal
28/09/2016 jam 10.55
11. Sudoyo A, et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI 2006.
12. Sibernagl Stefan, Lang Florian. Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakrta.
EGC. 2012.
13. Sherwood, Lauralee.Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem.Edisi 6. Jakarta.
EGC. 2012
14. rif, Mansjoer, dkk., ( 2000 ). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Medica.
Aesculpalus. FKUI. Jakarta. Carpenito
15. Soenarta Arieska Ann, Erwinanto, Mumpuni A Sari S, dkk. Pedoman
Tatalaksana Hipertensi Pada Penyakit Kardiovaskular. Edisi Pertama.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular. Indonesia
16. single Nucleotide Polymorphism Arg389Gly rs1801253 [Internet]. Oktober
2016 [diakses pada 22 Oktober 2016]. Tersedia pada :
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/projects/SNP/snp_ref.cgi?rs=1801252
17. http://www.who.int/cardiovascular_diseases/guidelines/hypertension/en/
tanggal 6/11/2016 jam 13.37
18. Goldstein David S. Plasma Catecholamines and Essentioal Hypertension An
Analytical Review di unduh tanggal 5/10/2016 jam 13.00
45
19. KOKUT Suleyman, ATAY Inci Meltem, AKPINAR Abdullah, UZ Efkan,
DERMIRDAS Arif. The polymorphisms of Ser49Gly and Gly389Arg in Beta-
I-Adrenergic Receptor Gene in Major Depression di unduh tanggal 4/10/2016
jam 04.00
20. Balsover, S.R., J.S. Hyams, S. Jones, E.A. Shepard & H.A. White. 1997. From
Genes to Cells. John Wiley & Sons. New York.
21. Buckingham, Lela dan Maribeth L. Flaws. 2015. Molecular Diagnostics. BSE
Campbell, Reece, Mitchel. 2002. Biologi Terjemahan edisi kelima jilid 1.
Jakarta. Erlangga.
22. Longo D, Fauci A, Kasper D, Hauser S, Jameson J, Loscalzo J. Harrison’s
Principle of Internal Medicine. 18th edition. USA: McGrawHill Companies;
2012.
23. Bengtsson Kristina MD, Melander Olle MD PHD, Orho-Melander Marju PHD,
et al. Polymorphism in the β1-Adrenergic Receptor Gene and Hypertension.
Circulation. 2001;104;187-190
46
Lampiran 1. Lembar Permohonan Ethical Approval Penelitian
Permohonan Ethical Approval Penelitian
No. :
Hal : Permohonan Ethical Approval Penelitian
Kepada:
Yth. Ketua Komite Etik Penelitian
FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Di Ciputat
Dengan Hormat,
Bersama ini kami mohon bantuan kepada komite etik penelitian kedokteran
FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dapat memberikan keterangan Lolos
Kaji Etik (Ethical Approval) untuk penelitian kami yang berjudul
Gambaran Single Nucletotide Polymorphysm rs1801252 Gen Ser49Gly
pada Pasien di KPKM Buaran dan Reni Jaya Tangerang Selatan
dengan Menggunakan Teknik Sequensing.
Terlampir kami sampaikan (masing-masing 4 kopi),
1. Proposal Penelitian
2. Formulir informed consent
Dengan permohonan kami, atas bantuan dari Bapak/Ibu kami mengucapkan
banyak terimakasih.
Hormat saya,
Peneliti, Pembimbing,
Muhammad Rizki Dwi Saputra dr. Siti Nur Aisyah Jauharoh, Ph.D
NIM 1113103000034 NIP. 19770102 200501 2 007
Mengetahui,
Ketua Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter
dr. Achmad Zaki,M.Epd,Sp.OT
NIP. 19780507 200501 1 005
47
Lampiran 2. Lembar Persetujuan Responden
SURAT PERSETUJUAN PENELITIAN
Saat ini saya Muhammad Rizki Dwi S. mahasiswa PSKPD UIN Jakarta
angkatan 2013 sedang melakukan penelitian dengan judul Gambaran
Single Nucletotide Polymorphysm rs1801252 Gen Ser49Gly pada
Pasien di KPKM Buaran dan Reni Jaya Tangerang Selatan dengan
Menggunakan Teknik Sequensing. Pada penelitian ini saya akan
melakukan pemeriksaan dengan pengambilan darah responden
sebanyak satu kali yaitu 3-5 cc. Darah tersebut akan dibawa ke
laboratorium untuk dilakukan skrining. Pengambilan darah dilakukan
oleh analis yang sudah berpengalaman. Untuk itu, dengan hormat saya
memohon kesediaan Bapak/Ibu untuk ikut serta dalam penelitian ini.
Setelah membaca penjelasan diatas, bahwa yang bertanda tangan
dibawah ini:
Nama:
Umur: tahun
Alamat:
Dengan sukarela diikutsertakan dalam penelitian ini. Segala hal yang
menyangkut kerahasiaan tentang responden akan terjaga dengan baik
oleh peneliti.
Jakarta, Agustus 2016
Mengetahui,
(________________) ( Muhammad Rizki Dwi Saputra )
Responden Peneliti
48
Lampiran 3. Fragmen gBlock dan Primer
Fragmen gBlock wildtype asam amino Serin
TGCTGGTGCCCGCGTCGCCGCCCGCCTCGTTGCTGCCTCCCG
CCAGCGAAAGCCCCGAGCCGCTGTCTCAGCAGTGGACAGCG
GGCATGGGTCTGCTGAT
Fragmen gBlock variant asam amino Glycin
TGCTGGTGCCCGCGTCGCCGCCCGCCTCGTTGCTGCCTCCCGCC
AGCGAAGGCCCCGAGCCGCTGTCTCAGCAGTGGACAGCGGG
CATGGGTCTGCTGAT
Fragmen primer forward
5’- GTC GCC GCC CGC CTC GTT–3’
Fragmen primer reverse
5’– CCA TGC CCG CTG TCC ACT GCT -3’
Gambar 7.3.1 Single Nucleotide Polymorphism Arg389Gly rs180125216
49
Gambar 7.3.2 Primer Forward
Gambar 7.3.3 Primer Reverse
50
Lampiran 4. Alat dan Bahan Penelitian
Gambar 7.4.1 Penyuling Aquades Gambar 7.4.2 Spin
Gambar 7.4.3 Vortex Gambar 7.4.4 Disposafe
Gambar 7.4.5 CoolRoom Gambar 7.4.6 Alkohol 70%
Gambar 7.4.7 Micropipet Gambar 7.4.8 Primer
51
Gambar 7.4.9 Taq Polymerase Gambar 7.4.10 Oven
Gambar 7.4.11 Timbangan Digital Gambar 7.4.12 Tip 100-1000µL
Gambar 7.4.13 Loading Dye Gambar 7.4.14 Autoclaf
Gambar 7.4.15 Nanometer Gambar 7.4.16 Marker DNA 50bp
52
Gambar 7.4.17 Agarose Gambar 7.4.18 ddH₂O
Gambar 7.4.19 DNA Genom Kit Gambar 7.4.20 Plate Sequencing
Gambar 7.4.21 Handscone Gambar 7.4.22 waterbath
Gambar 7.4.23 Sentrifuge Gambar 7.4.24 Freezer
53
Gambar 7.4.25 Microwave Gambar 7.4.26 elektroforesis
Gambar 7.4.27 sampel DNA Gambar 7.4.28 Vakutainer
Gambar 7.4.29 Filter Tube Gambar 7.4.30 Larutan DNA Genom Kit
Gambar 7.4.31 Tube Isolasi DNA Gambar 7.4.32 Tip 0,1-10µL
54
Gambar 7.4.33 Marker Gambar 7.4.34 Tip 10-50µL
Gambar 7.4.35 Tube PCR Gambar 7.4.36 Thermal Cycler
Gambar 7.4.37 Wadah Agar Gambar 7.4.38 Ethium Bromide
Gambar 7.4.39 DNA Rehydration Gambar 7.4.40 Gel DOck
Gambar 7.4.41 Ice Pack Gambar 7.4.42 Dokumentasi
55
Lampiran 5. Hasil Kemurnian dan Konsentrasi DNA Sampel
Tabel 7.5.1 Hasil Kemurnian dan Konsentrasi DNA Sampel
No Konsentrasi (ng/µl) Kemurnian (260/280)
1 128,282 1,83
2 177,814 1,81
3 135,519 1,74
4 74,119 1,77
5 48,604 1,67
6 69,515 1,49
7 104,650 1,87
8 97,942 1,77
9 292,557 1,81
10 67,443 1,74
11 71,624 1,77
12 52,264 1,94
13 285,150 1,70
14 64,236 1,65
15 65,613 1,73
16 108,990 1,77
17 68,100 1,83
18 107,454 1,83
19 53,262 1,90
20 79,036 1,81
21 76,875 1,74
22 60,662 1,73
23 55,207 1,86
24 54,059 1,74
25 82,903 1,70
26 80,840 1,80
27 73,635 1,80
28 51,431 1,85
56
29 63,182 1,78
30 48,471 1,72
31 59,013 1,85
32 128,733 1,68
Lampiran 6. Gel documentation hasil elektroforesis agarose
Gambar 7.6.1 Gel documentation hasil elektroforesis agarose dari isolasi
DNA sampel
Gambar 7.6.2 Gel documentation hasil elektroforesis agarose dari PCR
57
Lampiran 7. Hasil Sequencing
Gambar 7.7.1 HT1 Gambar 7.7.2 HT2 Gambar 7.7.3 HT3
Gambar 7.7.4 HT4 Gambar 7.7.5 HT5 Gambar 7.7.6 HT6
Gambar 7.7.7 HT7 Gambar 7.7.8 HT8 Gambar 7.7.9 HT9
Gambar 7.7.10 HT10 Gambar 7.7.11 HT11 Gambar 7.7.12 HT12
Gambar 7.7.13 HT13 Gambar 7.7.14 HT14 Gambar 7.7.15 HT15
58
Gambar 7.7.16 HT16 Gambar 7.7.17 N1 Gambar 7.7.18 N2
Gambar 7.7.19 N3 Gambar 7.7.20 N4 Gambar 7.7.21 N5
Gambar 7.7.22 N6 Gambar 7.7.23 N7 Gambar 7.7.24 N8
Gambar 7.7.25 N9 Gambar 7.7.26 N10 Gambar 7.7.27 N11
Gambar 7.7.28 N12 Gambar 7.7.29 N13 Gambar 7.7.30 N14
59
Gambar 7.7.31 N15 Gambar 7.7.32 N16
60
Lampiran 8. Data Karakteristik Responden
Tabel 7.8.1 Data Karakteristik Responden
No
Tekanan
Darah Kelamin Usia Wildtype Heterozygot Variant
1 Hipertensi P 50 - - +
2 Hipertensi P 52 - - +
3 Hipertensi L 63 - - +
4 Hipertensi P 50 - - +
5 Hipertensi L 54 - - +
6 Hipertensi P 52 - - +
7 Hipertensi P 60 - - +
8 Hipertensi P 48 - - +
9 Hipertensi L 56 - - +
10 Hipertensi L 65 - - +
11 Hipertensi L 44 - - +
12 Hipertensi L 38 - - +
13 Hipertensi P 37 - - +
14 Hipertensi P 39 - - +
15 Hipertensi L 42 - - +
16 Hipertensi P 42 - - +
17 Normal P 44 DO DO DO
18 Normal P 30 - - +
19 Normal P 58 - - +
20 Normal P 42 - - +
21 Normal P 65 - - +
22 Normal P 50 - - +
23 Normal P 44 - - +
24 Normal P 52 - - +
25 Normal L 64 - - +
26 Normal P 31 - - +
27 Normal P 57 - - +
61
28 Normal P 54 - - +
29 Normal P 48 - - +
30 Normal P 45 - - +
31 Normal P 45 - - +
32 Normal P 50 - - +
62
Lampiran 9. Hasil Uji Statistik
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid L 8 25.8 25.8 25.8
P 23 74.2 74.2 100.0
Total 31 100.0 100.0
Tekanan Darah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Hipertensi 16 51.6 51.6 51.6
Normotensi 15 48.4 48.4 100.0
Total 31 100.0 100.0
Genotip
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid V 31 100.0 100.0 100.0
Descriptive Statistics
N Range
Minimu
m
Maximu
m Sum Mean
Std.
Deviation
Varianc
e
Statisti
c
Statisti
c Statistic Statistic
Statisti
c
Statisti
c
Std.
Error Statistic Statistic
Jenis Kelamin 31 1 1 2 54 1.74 .080 .445 .198
Usia 31 3 1 4 74 2.39 .165 .919 .845
Tekanan
Darah 31 1 1 2 46 1.48 .091 .508 .258
Genotip 31 0 3 3 93 3.00 .000 .000 .000
Valid N
(listwise) 31
63
Usia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 30-40 5 16.1 16.1 16.1
41-50 13 41.9 41.9 58.1
51-60 9 29.0 29.0 87.1
61-70 4 12.9 12.9 100.0
Total 31 100.0 100.0
Jenis Kelamin * Usia Crosstabulation
Count
Usia
Total 30-40 41-50 51-60 61-70
Jenis Kelamin L 1 2 2 3 8
P 4 11 7 1 23
Total 5 13 9 4 31
Tekanan Darah * Jenis Kelamin Crosstabulation
Count
Jenis Kelamin
Total L P
Tekanan Darah Hipertensi 7 9 16
Normotensi 1 14 15
Total 8 23 31
Tekanan Darah * Jenis Kelamin Crosstabulation
Jenis Kelamin
Total L P
Tekanan Darah Hipertensi Count 7 9 16
% within Tekanan Darah 43.8% 56.3% 100.0%
Normotensi Count 1 14 15
% within Tekanan Darah 6.7% 93.3% 100.0%
Total Count 8 23 31
% within Tekanan Darah 25.8% 74.2% 100.0%
64
Tekanan Darah * Usia Crosstabulation
Usia
Total 30-40 41-50 51-60 61-70
Tekanan Darah Hipertensi Count 3 6 5 2 16
% within Tekanan
Darah 18.8% 37.5% 31.3% 12.5% 100.0%
Normotensi Count 2 7 4 2 15
% within Tekanan
Darah 13.3% 46.7% 26.7% 13.3% 100.0%
Total Count 5 13 9 4 31
% within Tekanan
Darah 16.1% 41.9% 29.0% 12.9% 100.0%
65
Lampiran 10. Curriculum Vitae Peneliti
CURICULUM VITAE
Nama : Muhammad Rizki Dwi Saputra
Panggilan : Rizki
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 06 Mei 1995
Usia : 21 Tahun
Golongan Darah : B
Mobile : 089636975517
Agama : Islam
E-mail : [email protected]
Alamat : GG. Manggis XIII/19 Rt 007/04, Kodepos
11470, Tanjung Duren Selatan, Grogol
Petamburan, Jakarta Barat, Indonesia.
Pendidikan
a. Taman Kanak-kanak : TK Aisyah Bustanul Atfal
b. Sekolah Dasar : SDI Al-Achsanah
c. Sekolah Menengah Pertama : SMPN 89 Jakarta
d. Sekolah Menengah Atas : SMAN 16 Jakarta
e. Kuliah : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta