49
0 | Page LAPORAN PENELITIAN BERBASIS PUBLIKASI INTERNASIONAL PERAN KAYU MANIS (Cinnamommum cassia) DALAM MENCEGAH KEMATIAN SEL JANTUNG (APOPTOSIS) TIKUS DENGAN DIABETES MELLITUS Diajukan oleh : dr. Flori Ratna Sari, Ph.D KELOMPOK PENELITIAN DIABETES MELLITUS DAN REGENERASI PANKREAS FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014

FLORI RATNA SARI-FKIK.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: FLORI RATNA SARI-FKIK.pdf

0 | P a g e

LAPORAN

PENELITIAN BERBASIS PUBLIKASI INTERNASIONAL

PERAN KAYU MANIS (Cinnamommum cassia) DALAM

MENCEGAH KEMATIAN SEL JANTUNG (APOPTOSIS) TIKUS

DENGAN DIABETES MELLITUS

Diajukan oleh :

dr. Flori Ratna Sari, Ph.D

KELOMPOK PENELITIAN DIABETES MELLITUS DAN REGENERASI

PANKREAS

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014

Page 2: FLORI RATNA SARI-FKIK.pdf

1 | P a g e

DAFTAR ISI

BAB I

Pendahuluan 3

Batasan masalah 6

Tujuan Penelitian 6

Hipotesa atau argumen utama 6

BAB II

Definisi dan klasifikasi diabetes mellitus 7

Patofisiologi dan patogenesis pada penyakit jantung 9

Apoptosis jantung pada diabetes mellitus 15

Kayu manis 18

Kerangka konsep 21

BAB III

Desain 22

Tempat 22

Adaptasi hewan coba 22

Ekstraksi kayu manis 23

Page 3: FLORI RATNA SARI-FKIK.pdf

2 | P a g e

Pemberian ekstrak kayu manis 23

Sampel dan induksi diabetes 24

Pengukuran kadar glukosa darah 26

Pengukuran berat badan 27

Analisis kematian sel jantung (apoptosis) dengan tunel method 28

BAB IV

Hasil 30

Pembahasan 39

BAB V

Kesimpulan dan saran 42

DAFTAR PUSTAKA 44

LAMPIRAN

Page 4: FLORI RATNA SARI-FKIK.pdf

3 | P a g e

BAB I

LATAR BELAKANG

1.1 PENDAHULUAN

Diabetes mellitus (DM) atau lebih dikenal sebagai penyakit kencing manis

merupakan salah satu penyakit yang sudah ada sejak lama dan penderitanya

terdapat di seluruh dunia. Faktor genetik, perubahan gaya hidup modern dan

pola makan yang tidak seimbang menjadikan DM sebagai salah satu penyakit

endemik dengan jumlah penderita yang meningkat terus menerus dari tahun ke

tahun. Diperkirakan saat ini terdapat 346 juta orang yang menderita DM di

seluruh dunia dan jumlah penderitanya diprediksi akan meningkat menjadi dua

kali lipat pada tahun 2030 menurut World Health Organization (WHO).

Setengah dari angka tersebut tersebar di Asia terutama India, Cina, Pakistan dan

Indonesia.1-3

American Diabetes Association (ADA) mendefinisikan DM

sebagai suatu kelompok penyakit dengan kelainan metabolik yang terjadi karena

kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya dan ditandai dengan

karakteristik hiperglikemia.1-3

Page 5: FLORI RATNA SARI-FKIK.pdf

4 | P a g e

Selain tingginya biaya pengobatan yang dihabiskan, DM juga menimbulkan

berbagai macam komplikasi yang menjadi penyebab utama kesakitan dan

kematian pada penderitanya. Di antara komplikasi yang paling sering

menyebabkan kematian adalah komplikasi pada jantung dan ginjal. Secara

statistik, kematian pada pasien penyakit jantung meningkat menjadi dua hingga

empat kali lipat jika disertai dengan DM.4 Beberapa studi telah menunjukkan

bahwa kondisi kadar gula yang sangat tinggi di dalam darah (hiperglikemia)

pada pasien DM dapat menimbulkan kerusakan jantung secara langsung dan

menimbulkan komplikasi yang dikenal sebagai diabetik kardiomiopati atau

jantung diabetik.4-8

Pada jantung diabetik, respon awal sel otot jantung dalam

menghadapi keadaan hiperglikemia adalah dengan timbulnya gangguan proses

metabolisme, kerusakan sel, kerusakan ekspresi gen dan pada akhirnya

menimbulkan kematian sel jantung (apoptosis).9-11

Lebih jauh lagi, kematian sel

jantung dapat mengakibatkan hilangnya kemampuan kontraksi jantung,

penurunan fungsi jantung sebagai pompa darah dan kompensasi pembesaran

jantung karena turunnya perfusi darah.10

Pada manusia, peningkatan kematian

sel jantung juga terjadi pada jantung pasien DM jika dibandingkan dengan

manusia normal, menggambarkan hubungan yang lebih jelas antara kondisi

hiperglikemia pada DM dan kematian sel jantung.12

Page 6: FLORI RATNA SARI-FKIK.pdf

5 | P a g e

Hubungan penting antara hiperglikemia dan komplikasi penyakit DM

menjadikan pengendalian kadar gula sebagai salah satu strategi terpenting dalam

terapi DM. Dengan terkendalinya kadar gula darah maka diharapkan komplikasi

yang hadir dapat diminimalisir. Ini menjadikan penelitian obat DM adalah salah

satu penelitian farmakologi yang paling pesat di dunia.

Kayu manis (Cinnamomum cassia) termasuk salah satu tanaman herbal yang

juga merupakan komoditas ekspor utama Indonesia. Kulit dan ranting kayu

manis selama ini sudah digunakan masyarakat untuk mengobati beberapa

penyakit seperti diare, gangguan pencernaan, gastritis, jantung koroner dan nyeri

dada. Pada penelitian lebih jauh ditemukan bahwa kayu manis juga memberi

efek anti-diabetes pada pasien DM maupun hewan coba yang diinduksi DM.

Efek anti-diabetes ini diperkirakan timbul karena fraksi dasar kayu manis

memiliki efek mimetik insulin.13

Pada hewan coba dengan DM, pemberian

ekstrak kayu manis dengan dosis 200 mg/kg BB dapat menurunkan kadar gula

darah yang meningkat.14

Lebih jauh lagi, pemberian 1, 3 dan 6 g kayu manis

pada pasien DM tipe 2 dapat menurunkan kadar gula darah hingga 29 persen.15,16

Walaupun sudah banyak laporan manfaat kayu manis pada penurunan kadar gula

darah pasien DM, namun belum ada laporan apakah kayu manis dapat

memproteksi proses kematian sel jantung pada hewan coba dengan DM.

Page 7: FLORI RATNA SARI-FKIK.pdf

6 | P a g e

Penelitian ini bertujuan untuk melihat kemungkinan kayu manis sebagai agen

pencegah kematian sel jantung pada penyakit DM tipe 2.

1.2 BATASAN MASALAH

Bagaimana kematian sel pada jantung tikus yang diinduksi DM dengan atau

tanpa pemberian ekstrak kayu manis (Cinnamomum cassia) ?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

1. Mengetahui kadar gula darah, berat badan dan berat jantung tikus DM

dengan atau tanpa pemberian ekstrak kayu manis (Cinnamomum cassia).

2. Mengetahui ekspresi TUNEL pada jantung tikus DM dengan atau tanpa

pemberian ekstrak kayu manis (Cinnamomum cassia).

1.4 HIPOTESA ATAU ARGUMEN UTAMA (THESIS STATEMENT)

Hipotesis nol :

Tidak ada hubungan antara pemberian kayu manis dengan kematian sel jantung

pada tikus DM

Hipotesis satu :

Page 8: FLORI RATNA SARI-FKIK.pdf

7 | P a g e

Terdapat hubungan antara pemberian kayu manis dengan kematian sel jantung

pada tikus DM

BAB II

LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEP

LANDASAN TEORI

2.1 DEFINISI DAN KLASIFIKASI DIABETES MELITUS (DM)

DM adalah kelainan metabolisme yang ditandai dengan defisiensi atau

resistensi insulin, kadar gula darah yang tinggi dan kerusakan progresif sel beta

pankreas. Diperkirakan saat ini terdapat 346 juta orang yang menderita DM di

seluruh dunia dan jumlah penderitanya diperkirakan akan meningkat menjadi

dua kali lipat pada tahun 2030 menurut WHO.1-3

Secara garis besar,

mekanisme yang menjadi dasar semua jenis DM adalah gangguan fungsi

pankreas dalam mengeluarkan insulin. Pada DM tipe 1, terjadi kerusakan

permanen pankreas karena mekanisme autoimun dari tubuh. Sementara, pada

DM tipe 2 pankreas mengalami disfungsi, yang ditandai dengan pengeluaran

insulin secara normal namun insulin tidak mampu berfungsi secara baik.

Kondisi ini yang dikenal dengan nama resistensi insulin.1-3

Secara definisi, DM

Page 9: FLORI RATNA SARI-FKIK.pdf

8 | P a g e

ditetapkan sebagai penyakit kronis yang ditandai dengan adanya peningkatan

kadar glukosa darah dan gangguan metabolisme dari karbohidrat, protein, dan

lemak yang berhubungan dengan insufisiensi sekresi insulin dan dengan

berbagai tingkat resistensi insulin.17

Klasifikasi DM berdasarkan American Diabetes Association (ADA) adalah

seperti yang tercantum pada tabel 2.1 :18,19

Tabel 2.1 Klasifikasi DM berdasarkan penyebab

TIPE PENYEBAB

Tipe 1 Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi

absolut

Tipe 2 Bervariasi, mulai yang dominan resistensi insulin

disertai defisiensi insulin relatif sampai yang

dominan defek sekresi insulin disertai resisensi

insulin

Tipe lain Defek genetik fungsi sel beta

Defek genetik kerja insulin

Penyakit eksokrin pankreas

Page 10: FLORI RATNA SARI-FKIK.pdf

9 | P a g e

Endokrinopati

Karena obat atau zat kimia

Infeksi

Sebab imunologi yang jarang

Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM

Diabetes melitus

gestasional

Sumber : PERKENI, 2011

2.2 PATOFISIOLOGI DAN PATOGENESIS DIABETES MELLITUS

Patofisiologi diabetes melitus berawal dari organ pankreas. Pankreas adalah

suatu organ yang terdiri dari jaringan eksokrin dan endokrin (Gambar 2.1).

Page 11: FLORI RATNA SARI-FKIK.pdf

10 | P a g e

Gambar 2.1 Anatomi pankreas

Diambil dari : www.londonlivercentre.co.uk

Bagian eksokrin mengeluarkan larutan basa encer dan enzim-enzim pencernaan

melalui duktus pankreatikus ke dalam lumen saluran pencernaan. Di antara sel-

sel eksokrin pankreas tersebar kelompok-kelompok, atau “pulau-pulau” sel

endokrin yang dikenal juga dengan pulau-pulau Langerhans (Islet of

Langerhans) (Gambar 2.2). Jenis sel endokrin yang paling banyak ditemukan

adalah sel β (beta), tempat sintesis dan sekresi insulin. Yang penting juga

adalah sel α (alfa), yang menghasilkan glukagon. Sel D (delta) adalah tempat

Page 12: FLORI RATNA SARI-FKIK.pdf

11 | P a g e

sintesis somatostatin, sedangkan sel endokrin yang paling jarang, sel F yang

mengeluarkan polipeptida pankreas (PP).

Insulin memiliki efek penting pada berbagai metabolisme seperti metabolisme

karbohidrat, lemak, dan protein. Hormon ini berfungsi menurunkan kadar

glukosa, asam lemak, dan asam amino dalam darah serta mendorong

penyimpanannya. Insulin menjalankan efeknya yang beragam dengan

mengubah transportasi nutrien spesifik dari darah ke dalam sel atau dengan

mengubah aktivitas enzim-enzim yang terlibat dalam jalur metabolik tertentu.

Insulin akan disekresikan oleh sel β pankreas ke dalam darah jika terjadi

peningkatan glukosa darah (kontrol utama), begitupun juga bila kadar asam

amino meningkat di darah. Insulin yang telah tersekresi akan menempel pada

sel-sel yang memiliki reseptor insulin, dan menyebabkan terbentuknya sinyal

sehingga GLUT (glucose transporter) berpindah ke permukaan sel dan

membuat glukosa darah masuk ke dalam sel dan dapat dimanfaatkan oleh sel

menjadi banyak hal, seperti menghasilkan energi, atau sintesis glikogen, lipid

dan asam amino sehingga kadar glukosa dalam darah menurun karena dapat

dimanfaatkan oleh sel-sel.18,19

Page 13: FLORI RATNA SARI-FKIK.pdf

12 | P a g e

Gambar 2.2 Histologi kelenjar eksokrin dan endokrin pankreas. Islet of

Langerhans, sel endokrin pankreas yang mengeluarkan insulin

Diambil dari : www.micro2tele.com

Pada orang DM regulasi insulin terhadap glukosa darah mengalami gangguan,

akibat tidak tersekresinya insulin oleh sel β pankreas seperti yang terjadi pada

DM tipe 1 ataupun terjadi ketidakpekaan sel-sel target insulin (resistensi

insulin) terhadap keberadaan insulin seperti yang terjadi pada DM tipe 2. Hal

ini menyebabkan keadaan hiperglikemia dan menyebabkan banyak efek

merugikan pada tubuh.18

Page 14: FLORI RATNA SARI-FKIK.pdf

13 | P a g e

Tidak adanya insulin akan mempengaruhi metabolisme protein. Pada pasien

DM terjadi penurunan berat badan (BB) yang berarti, hal ini karena terjadi

pergeseran netto ke arah katabolisme protein, sehingga terjadi penguraian

protein-protein dan menyebabkan otot rangka lisut dan melemah. Jika keadaan

ini berlangsung terus-menerus penurunan BB pun terjadi.18

Selain pada karbohidrat dan protein, insulin sangat membantu berjalannya

metabolisme lemak secara fisiologis. Efek insulin pada lemak antara lain: (1)

meningkatkan transportasi glukosa ke dalam jaringan adiposa sebagai

prekursor pembentukan asam lemak dan gliserol (2) insulin mengaktifkan

lipoprotein lipase (3) meningkatkan masuknya asam-asam lemak darah ke

dalam sel adiposa (4) insulin menghambat lipolisis sehingga kadar asam lemak

di darah rendah. Berdasarkan pengaruhnya terhadap lipid, jika terjadi defisiensi

atau resistensi insulin maka keseimbangan metabolisme lipid akan terganggu,

dan berakhir dengan keadaan hiperlipidemia pada pasien DM.18

Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa insulin mengatur jalur-jalur

biosintetik yang menyebabkan peningkatan pemasukan glukosa, peningkatan

penyimpanan glukosa dan lemak, dan meningkatkan sintesis protein. Karena

itu, hormon ini akan menurunkan kadar glukosa, asam lemak, dan asam amino

Page 15: FLORI RATNA SARI-FKIK.pdf

14 | P a g e

dalam darah. Jika sekresi insulin rendah, yang terjadi adalah efek yang

berlawanan.18

Pada tingkat seluler, studi otopsi pada manusia menunjukkan bahwa DM dapat

terjadi karena terdapat gangguan pada sel pankreas secara histologis. Jumlah

sel beta pankreas pada pasien DM berkurang hingga 50 persen ketika

dibandingkan dengan manusia normal.20-22

Dalam penelitian lebih lanjut

ditemukan bahwa berkurangnya jumlah sel beta pankreas ini terjadi bukan

karena pembentukan (neogenesis) yang berkurang,23,24

tetapi karena ada

gangguan keseimbangan antara neogenesis dan kematian sel (apoptosis), di

mana pada DM terjadi peningkatan kecepatan proses apoptosis.25

Ada banyak

mekanisme yang dilaporkan mendasari peningkatan kecepatan proses apoptosis

pada DM, antara lain perbedaan genetik, kadar stress oksidatif pada sel,26-29

dan peningkatan kadar metabolit seperti asam lemak bebas yang mengganggu

keseimbangan apoptosis.30-33

Sebagai tambahan, peningkatan kadar glukosa

berlebih dapat secara langsung menyebabkan apoptosis pada sel beta pankreas

pada manusia melalui aktivasi Fas ligand yang lebih jauh lagi akan

mengaktifkan caspase-3 dan caspase-8, regulator apoptosis dalam tubuh.34

Dalam beberapa kepustakaan ditemukan bahwa caspase-3 dan caspase-8 adalah

Page 16: FLORI RATNA SARI-FKIK.pdf

15 | P a g e

jenis caspase yang cukup kuat menginduksi proses apotosis dan bisa

mengaktifkan caspase dan protein apoptosis yang lain.35

2.3 APOPTOSIS JANTUNG PADA DIABETES MELLITUS

Apoptosis adalah salah satu bentuk kematian sel yang melibatkan program di

tingkat molekuler dan seluler. Kematian sel jantung secara terprogram ini dapat

terjadi pada gagal jantung, infark miokard, aritmia dan diabetes.11

Beberapa

kondisi yang merupakan pemicu kuat hadirnya apoptosis adalah radikal bebas,

sitokin, stress, metabolit sphingolipid dan atokoid.11

Apoptosis dapat berakibat jauh pada kegagalan progresif pompa jantung,

aritmia dan remodeling jantung.11

Diabetes dapat mengakibatkan berbagai

macam komplikasi pada jantung dan disebut sebagai jantung diabetes (diabetik

kardiomiopati). Jantung diabetes menjadi penyebab utama morbiditas dan

mortalitas pasien dengan diabetes. Kematian pada penyakit jantung diabetes

meningkat dua hingga empat kali lipat dibandingkan pada pasien dengan

penyakit jantung tanpa diabetes. Beberapa studi menunjukkan kadar glukosa

yang tinggi dalam darah (hiperglikemia) adalah penyebab langsung kerusakan

jantung namun mekanisme pastinya belum dapat dijelaskan.4

Page 17: FLORI RATNA SARI-FKIK.pdf

16 | P a g e

Beberapa kelainan yang timbul pada jantung diabetes antara lain meliputi

penurunan massa jantung, hipertrofi otot jantung, fibrosis jaringan dan

perivaskuler, abnormalitas metabolisme, defek subseluler, ekspresi gen

abnormal yang pada akhirnya semua mengakibatkan pada kematian sel

jantung.4 Lebih jauh lagi kematian sel jantung ini dapat berakibat pada

hilangnya jaringan kontraktil jantung, hipertrofi kompensatorik pada sel

jantung dan remodeling serta fibrosis jantung.4

Dalam salah satu penelitian dilaporkan bahwa kondisi hiperglikemia

mengakibatkan pelepasan sitokrom c mitokondrial, aktivasi caspase-3 dan

peningkatan stress oksidatif yang merupakan stimuli kuat terjadinya apoptosis

di sel jantung. Lebih jauh lagi, pengendalian kondisi hiperglikemia dengan

suplementasi insulin dapat secara langsung mencegah kelainan morfologi

jantung dan proses apoptosis di jantung. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

kematian sel jantung pada diabetes berhubungan sangat erat dengan kadar

glukosa dalam darah.4 Kematian sel jantung dapat dideteksi dengan memonitor

proses pemecahan DNA nuklear melalui metode DNA ladder dan terminal

deoxy-uridine nick end labeling (TUNEL). Proses apoptosis pada sel jantung

dapat dilihat pada gambar 2.3, 2.4 dan 2.5.

Page 18: FLORI RATNA SARI-FKIK.pdf

17 | P a g e

Gambar 2.3 Proses apoptosis pada sel otot jantung yang melibatkan stimulus

dari radikal bebas yang mengakibatkan aktivasi jalur apoptosis

Diambil dari : www.ajpheart.physiology.org

Gambar 2.4 Kematian sel otot jantung dengan pewarnaan TUNEL, (A)

gambaran histologi normal jantung, (B) gambaran kematian sel jantung

(ditandai dengan panah)

Diambil dari : www.spandidos-publications.com

A B

Page 19: FLORI RATNA SARI-FKIK.pdf

18 | P a g e

Gambar 2.5 Mekanisme caspase-3 menginduksi apoptosis

Diambil dari : www.intechopen.com

2.4 KAYU MANIS

Kayu manis (gambar 2.6) adalah tanaman yang berasal dari Cina utara,

Bangladesh, Vietnam dan Indonesia dan sudah dipergunakan secara luas oleh

berbagai kebudayaan sebagai bumbu masak. Menurut Dirjen Perkebunan

(2007) nama umum yang digunakan di Indonesia: Holim (Batak), Kayu Manis

Page 20: FLORI RATNA SARI-FKIK.pdf

19 | P a g e

(Melayu), Madang Kulit Manih (Minangkabau), Mentek (Sunda), Onte

(Sasak), Kaninggu (Sumba), Puudinga (Flores).

Terdapat berbagai macam jenis kayu manis antara lain kayu manis Cina

(Cinnamomum cassia), kayu manis Ceylon (Cinnamomum verum), kayu manis

Vietnam (Cinnamomum loureiroi) dan kayu manis Indonesia (Cinnamomum

burmanii).

Jenis kayu manis yang dikenal di dunia sebanyak 300 klon dan 12 klon

diantaranya berada di Indonesia, salah satunya adalah Cinnamomum cassia.

Kayu manis (Cinnamomum cassia) dikenal juga dengan nama kayu manis

Cina, merupakan tanaman asli dari Bima dan banyak dijumpai di daerah Jawa

Tengah (Kebumen, Baturaden dan Purwokerto). Tanaman kayu manis

(Cinnamomum sp.) memiliki klasifikasi ilmiah sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Mangnoliophyta

Kelas : Mangnoliopsida

Ordo : Laurales

Famili : Lauraceae

Genus : Cinnamomum

Spesies : Cinnamomum cassia

Page 21: FLORI RATNA SARI-FKIK.pdf

20 | P a g e

Kayu manis tumbuh pada tanah yang subur, gembur dengan drainase yang baik

serta kaya bahan organik. Sebagian besar tanaman tumbuh di daerah yang

memiliki suhu berkisar 10-23˚C, pada ketinggian 100-1200 m dpl. Pada

dataran rendah (300-400 m dpl) tanaman dapat tumbuh baik, tetapi produksi

kulit rendah dengan ketebalan kulit kurang 2 mm serta warna kulit kuning

kecoklatan. Semakin tinggi tempat tumbuhnya maka terjadi perubahan warna

kulit coklat sampai kecoklatan.

Dalam kaitannya dengan DM, beberapa penelitian sudah mempublikasikan

mekanisme kayu manis sebagai anti-diabetik antara lain proantosianidin kayu

manis menghambat gangguan pembentukan polipeptida islet pankreas.36,37

Sebagai tambahan, cinnamaldehyde, bahan aktif dari kayu manis, dilaporkan

memiliki efek menekan insulin pada tikus dengan DM tipe 2.38

Walaupun

sudah banyak laporan manfaat kayu manis pada penurunan kadar gula darah

pasien DM, namun belum ada laporan apakah kayu manis dapat memproteksi

proses apoptosis yang diinduksi oleh caspase-3 pada hewan coba yang

diinduksi DM. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kemungkinan kayu manis

sebagai agen anti-apotosis pada penyakit DM tipe 2.

Page 22: FLORI RATNA SARI-FKIK.pdf

21 | P a g e

Gambar 2.6 Batang kayu manis

Diambil dari : www.kayu-manis.com

KERANGKA KONSEP

Hiperglikemia

Kematian sel jantung

DM

Penurunan berat badan

Streptozotocin

Kerusakan pankreas

Komplikasi

Disfungsi pankreas

Jantung

Kayu Manis

Yang dilakukan penelitian

Ginjal Pankreas

Page 23: FLORI RATNA SARI-FKIK.pdf

22 | P a g e

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 DESAIN

Desain penelitian adalah eksperimental laboratorium

3.2 TEMPAT

Penelitian diadakan di laboratorium farmakologi, laboratorium biokimia,

laboratorium histopatologi, laboratorium riset dan animal house (kandang

binatang) Program Studi Pendidikan Dokter (PSPD) Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan (FKIK).

3.3 ADAPTASI HEWAN COBA

Hewan coba diadaptasikan di animal house selama 7 hari dari waktu kedatangan

(gambar 3.1). Waktu adaptasi digunakan untuk membiasakan hewan coba

terhadap tempat tinggal baru, pemberian makanan dan minuman yang diberikan

secara bebas terhadap semua tikus (ad libitum) dan observasi penyakit yang

mungkin dibawa hewan coba.

Page 24: FLORI RATNA SARI-FKIK.pdf

23 | P a g e

Gambar 3.1 Adaptasi hewan coba pada lingkungan baru dengan populasi 3 ekor /

kandang.

3.4 EKSTRAKSI KAYU MANIS

Bahan utama yang digunakan untuk terapi dalam penelitian adalah kulit kayu

manis (Cinnamomum cassia) yang diperoleh dan dideterminasi dari pusat

konservasi Kebun Raya, Bogor. Kulit kayu manis yang didapat selanjutnya

diekstraksi di Institut Pertanian Bogor (IPB) sehingga didapatkan bentuk ekstrak

kering kayu manis.

3.5 PEMBERIAN EKSTRAK KAYU MANIS

Ekstrak kering kayu manis diberikan kepada tikus yang sudah diinduksi diabetes

selama 28 hari dengan dosis 200 dan 400 mg/kg BB (gambar 3.2). Sebelum

Page 25: FLORI RATNA SARI-FKIK.pdf

24 | P a g e

diberikan kepada tikus diabetes, ekstrak kering kayu manis dilarutkan dalam air

akuades. Sebagai kontrol efek kayu manis, ekstrak kayu manis juga diberikan

pada tikus yang tidak diinduksi diabetes.

Gambar 3.2 Pemberian ekstrak kayu manis dengan cara dekoksi (cekok)

3.6 SAMPEL DAN INDUKSI DIABETES :

Sesudah 7 hari masa adaptasi, tikus jantan jenis Sprague Dawley ditimbang berat

badan, diukur kadar gula darah dengan strip Medi-safe dan diinduksi diabetes

dengan memberikan suntikan tunggal intra-peritoneal streptozotocin yang

dilarutkan dalam buffer sitrat (pH 4) dengan dosis 50 mg/kg BB (Gambar 3.3).

Lima hari sesudah induksi streptozotocin, kadar gula darah kembali dihitung dan

tikus dengan kadar gula darah ≥ 300 mg/dL dianggap sebagai diabetes. Pada

penelitian ini terdapat 5 kelompok tikus yang terdiri dari kelompok diabetes (D, n

Page 26: FLORI RATNA SARI-FKIK.pdf

25 | P a g e

= 6), kelompok tikus diabetes yang diberi ekstrak kayu manis 200 mg/kg BB

(KM200, n = 6) dan kelompok tikus diabetes yang diberi ekstrak kayu manis 400

mg/kg BB (KM400, n = 6). Sebagai kontrol terhadap diabetes adalah kelompok

tikus yang normal, tanpa induksi obat (N, n = 6). Dan sebagai kontrol terhadap

efek kayu manis adalah kelompok tikus yang normal dengan terapi kayu manis

200 mg/kg BB (NKM200, n=6). Selama eksperimen, tikus dijaga dengan akses

bebas terhadap makanan dan minuman, dan diperlakukan sesuai dengan panduan

institusi tentang etika hewan coba.

Gambar 3.4 Induksi tunggal streptozotocin intraperitoneal

Page 27: FLORI RATNA SARI-FKIK.pdf

26 | P a g e

3.7 PENGUKURAN KADAR GLUKOSA DARAH

Pengambilan darah dilakukan sebanyak enam kali, yaitu : (1) Sesudah masa

adaptasi, sebelum induksi diabetes dan pemberian ekstrak kayu manis; (2) Hari

ke-5 sesudah induksi diabetes (dihitung sebagai hari pertama jika tikus sudah

diabetes dan diberi ekstrak kayu manis); (3) Hari ke-7 pemberian ekstrak kayu

manis; (4) Hari ke-14 pemberian ekstrak kayu manis; (5) Hari ke-21 pemberian

ekstrak kayu manis; dan (6) Hari ke-28 pemberian ekstrak kayu manis, sebelum

sacrifice (gambar 3.4). Pengambilan darah dilakukan dengan memotong ujung

ekor tikus sepanjang 1 mm. Sebelum pengambilan darah, tikus dibius

menggunakan larutan ether untuk mengurangi rasa sakit. Darah yang keluar dari

ujung ekor diteteskan pada strip pengukur glukosa darah dan diukur dengan

glukometer. Pengukuran yang dilakukan dengan cara ini adalah pengukuran

untuk mengukur kadar glukosa darah sewaktu tikus dan dinyatakan dalam satuan

mg/dL.

Page 28: FLORI RATNA SARI-FKIK.pdf

27 | P a g e

Gambar 3.4 Pengukuran kadar gula darah sewaktu menggunakan glukometer

digital. Darah tikus diambil dari ujung ekor.

3.8 PENGUKURAN BERAT BADAN

Berat badan tikus diukur setiap hari dimulai dari hari pertama hingga hari ke-28

pemberian ekstrak kayu manis. Hasil pengukuran dinyatakan dalam satuan g.

Kenaikan atau penurunan berat badan dinyatakan dalam bentuk persentase yang

didapat dari pengukuran berat badan hari ke-28 pemberian ekstrak kayu manis

per berat badan hari ke-1 pemberian ekstrak kayu manis dikali dengan seratus.

Nilai lebih dari 100% menunjukkan kenaikan berat badan sementara nilai kurang

dari 100% menunjukkan penurunan berat badan.

Page 29: FLORI RATNA SARI-FKIK.pdf

28 | P a g e

3.9 ANALISIS KEMATIAN SEL JANTUNG (APOPTOSIS) DENGAN TUNEL

METHOD

Untuk menilai kematian sel jantung (apoptosis), dari masing-masing kelompok

hewan coba diambil 3 sediaan jantung hewan coba yang representatif. Sediaan

jantung yang tersedia dibuat slide paraffin jaringan yang akan digunakan untuk

pemeriksaan dengan metode TUNEL sesuai dengan panduan pada kit deteksi

apoptosis (MK 500, Takara Bio Inc, Japan). Prosedur deteksi apoptosis adalah

sebagai berikut : (1) Deparafinisasi slide jaringan parafin dengan xylene dan

berbagai konsentrasi etanol; (2) Inaktivasi peroksida endogen dengan hidrogen

peroksida 3%; (3) Proses labeling dengan kit labeling; (4) Konjugasi antibodi

dengan larutan anti-FITC HRP conjugate; (5) Pewarnaan dengan DAB substrat;

(6) Pewarnaan ulang dengan 3% methyl green; dan (7) Rehidrasi slide jaringan

dengan xylene dan berbagai konsentrasi etanol. Dari satu sediaan diambil

sekurang-kurangnya 50 foto pada pembesaran 40x. Sel jantung yang mengalami

apoptosis dinyatakan sebagai sel TUNEL positif, yaitu inti sel yang mengalami

fragmentasi dan berwarna coklat di bawah mikroskop. Penilaian apoptosis

secara semi-kuantitatif dinyatakan sebagai tidak ada atau ada apoptosis.

Penilaian apoptosis secara kuantitatif dinyatakan sebagai perbandingan dalam

Page 30: FLORI RATNA SARI-FKIK.pdf

29 | P a g e

arbitrary unit (AU) yang didapat dari menghitung rata-rata jumlah apoptosis

pada seluruh lapang pandang dalam satu kelompok sediaan.

3.10 ANALISIS STATISTIK

Data dipresentasikan sebagai rata-rata dan standar deviasi. Perbandingan antara

grup dianalisis dengan ANOVA atau t-test sesuai dengan keadaan data.

Perbedaan dinyatakan sebagai signifikan jika probability value < 0.05

Page 31: FLORI RATNA SARI-FKIK.pdf

30 | P a g e

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL

4.1 KADAR GULA DARAH

Lima hari sesudah injeksi intraperitoneal streptozotocin, kadar gula darah

meningkat secara signifikan pada tikus. Tikus dengan kadar gula darah > 300

mg/dl didefinisikan sebagai diabetes dan dibagi secara random menjadi 3

kelompok yaitu : (1) kelompok diabetes (D, n = 6, diabetes tanpa terapi ekstrak

kayu manis); (2) kelompok diabetes dengan terapi (KM200, n = 6, diabetes

dengan terapi ekstrak kayu manis 200 mg/kg BB) dan (3) kelompok diabetes

dengan terapi (KM 400, n = 6, diabetes dengan terapi ekstrak kayu manis 400

mg/kg BB).

Pada tabel 4.1 dapat dilihat bahwa kadar gula darah pada hari ke-28 kelompok N

dan NKM adalah 101,33 mg/dl dan 107,50 mg/dl. Perbedaan nilai kadar gula

darah tidak jauh dan secara statistik tidak mencapai nilai signifikan. Sehingga

dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa esktrak kayu manis tidak memberikan

pengaruh pada kelompok tikus normal.

Sebagai tambahan, pada gambar 4.1 dapat dilihat bahwa kadar gula darah hari

ke-1 hingga hari ke-28 pada kelompok D cenderung meningkat sementara pada

Page 32: FLORI RATNA SARI-FKIK.pdf

31 | P a g e

kelompok KM200 dan KM400 mengalami penurunan, walaupun belum

mencapai nilai normal seperti pada kelompok N dan NKM.

Dari penghitungan didapatkan kadar gula darah pada kelompok D bernilai > 300

mg/dl dan nilai ini bertahan secara permanen hingga hari ke-28. Rata-rata kadar

gula darah di hari ke-28 pada kelompok N, NKM, D, KM200 dan KM 400

adalah 101,33 mg/dl, 107,50 mg/dl, 579,00 mg/dl, 496,00 mg/dl dan 432.33

mg/dl secara berurutan. Dari data ini dapat dilihat bahwa nilai kadar gula darah

di kelompok KM200 dan KM400 lebih kecil dari kelompok D. Hasil analisis

statistik untuk kemaknaan menunjukkan lebih jauh bahwa walaupun terdapat

penurunan kadar gula darah di hari ke-21 dan ke-28 sesudah terapi pada

kelompok KM200 jika dibandingkan dengan kelompok D, namun perbedaan ini

belum mencapai kemaknaan secara statistik. Hal ini dapat terjadi pada kelompok

KM200 di hari ke-21 karena walaupun terdapat empat ekor tikus yang

mengalami penurunan kadar glukosa darah, namun masih ada dua tikus yang

tidak mengalami perubahan kadar gula darah sedikitpun, sehingga hasil ini

mempengaruhi penghitungan secara statistik. Perbedaan yang bermakna

(p<0.05) dapat dilihat pada kelompok KM400 di hari ke-28 jika dibandingkan

dengan kelompok D dimana nilai kadar gula darah berkisar antara 193,00 mg/dl

hingga 505,00 mg/dl dan tidak ada nilai kadar gula darah mencapai nilai 600

mg/dl.

Page 33: FLORI RATNA SARI-FKIK.pdf

32 | P a g e

Gambar 4.1 Gambar rerata kadar gula darah pada hari ke-1, ke-7, ke-14, ke-21

dan ke-28 pemberian ekstrak kayu manis. N = tikus normal tanpa terapi, NKM =

tikus normal dengan terapi kayu manis 200 mg/kg BB, D = tikus diabetes,

KM200 = tikus diabetes yang mendapat terapi kayu manis 200 mg/kg BB dan

KM400 = tikus diabetes yang mendapat terapi kayu manis 400 mg/kg BB.

Kad

ar g

ula

dar

ah s

ewak

tu (

mg/d

l)

Waktu pemberian ekstrak

Page 34: FLORI RATNA SARI-FKIK.pdf

33 | P a g e

Tabel 4.1 Perubahan kadar gula darah pada tikus yang diinduksi dengan streptozotocin

Kelompok Hari 1 Hari 7 Hari 14 Hari 21 Hari 28

N

NKM

D

KM200

KM400

108,50 ± 17,67

107.50 ± 8.78

491,33 ± 132,80**

472,17 ± 129,05

522,67 ± 94,60

101,33 ± 14,39

82,83 ± 72,60

520,50 ± 62,65**

470,67 ± 187,29

509,83 ± 127,66

108,50 ± 17,67

124,25 ± 43,87

564,00 ± 45,04**

458,00 ± 233,09

449,20 ± 163,27

115,17 ± 15,34

111,67 ± 26,88

530,83 ± 35,72**

372,67 ± 174,81

407,83 ± 165,83

101,33 ± 14.39

107.50 ± 8.78

579,00 ± 51,44**

496,00 ± 179,41

432,33 ± 122,92#

Semua nilai diekspresikan sebagai rata-rata dan standar deviasi

N = tikus normal tanpa terapi, NKM = tikus normal dengan terapi kayu manis 200 mg/kg BB, D = tikus diabetes, KM200 = tikus

diabetes yang mendapat terapi kayu manis 200 mg/kg BB dan KM400 = tikus diabetes yang mendapat terapi kayu manis 400 mg/kg

BB. ** p < 0,01 dibandingkan dengan kelompok N; # p < 0,05 dibandingkan dengan kelompok D

Page 35: FLORI RATNA SARI-FKIK.pdf

34 | P a g e

4.2 PERUBAHAN BERAT BADAN

Pada gambar 4.2 dapat dilihat bahwa berat badan pada kelompok D cenderung

turun terus dari hari ke-21 hingga hari ke-28, sementara berat badan pada

kelompok N dan NKM mengalami peningkatan secara stabil. Pada kelompok

terapi KM200 juga terdapat penurunan berat badan pada tikus namun penurunan

berat badan tidak sebanyak seperti pada kelompok D. Lebih jauh lagi, pada

kelompok KM400, walaupun sempat terjadi penurunan berat badan hingga hari

ke-14, kenaikan berat badan menuju normal terjadi mulai hari ke-21 hingga hari

ke-28.

Dari tabel 4.2 dapat dilihat secara jelas, terdapat kenaikan berat badan secara

konstan pada kelompok N dan NKM. Rata-rata berat tikus di awal eksperimen

adalah 261,33 g dan meningkat menjadi 307,33 g pada hari ke-28. Tidak

terdapat perbedaan pada kelompok NKM, di awal eksperimen 263,00 g menjadi

292,67 g. Sama dengan pada kadar gula darah, pemberian kayu manis tidak

berefek pada tikus normal. Sebagai tambahan, penurunan berat badan secara

konstan terjadi pada kelompok D dari hari ke-7, ke-14, ke-21 dan ke-28 dengan

nilai rata-rata 189,50 g, 188,17 g, 171,00 g, 173,17 g. Pada kelompok KM200,

tidak ditemukan penurunan berat badan yang signifikan dimana berat rata-rata

tikus selama eksperimen relatif stabil dari hari ke-7, ke-14, ke-21, ke-28 yaitu

221,17 g, 223,50 g, 222,83 g, 214,40 g. Kenaikan berat badan terlihat pada

Page 36: FLORI RATNA SARI-FKIK.pdf

35 | P a g e

kelompok KM400 dimana berat badan berubah dari 233,17 g di awal

eksperimen menjadi 235,17 g di akhir eksperimen.

Hasil analisis statistik, menunjukkan lebih jauh bahwa perbedaan berat badan

yang ada antara kelompok KM200 dan KM400 jika dibandingkan dengan

kelompok D adalah signifikan, menunjukkan kemungkinan bahwa pemberian

kayu manis dapat mencegah kehilangan berat badan akibat katabolisme protein

pada diabetes.

Gambar 4.2 Gambar rerata berat badan pada hari ke-1, ke-7, ke-14, ke-21 dan

ke-28 pemberian ekstrak kayu manis. N = tikus normal tanpa terapi, NKM =

tikus normal dengan terapi kayu manis 200 mg/kg BB, D = tikus diabetes,

KM200 = tikus diabetes yang mendapat terapi kayu manis 200 mg/kg BB dan

KM400 = tikus diabetes yang mendapat terapi kayu manis 400 mg/kg BB.

Ber

at b

adan

(g)

Page 37: FLORI RATNA SARI-FKIK.pdf

36 | P a g e

Tabel 4.2 Perubahan berat badan pada tikus yang diinduksi dengan streptozotocin

Kelompok Hari 1 Hari 7 Hari 14 Hari 21 Hari 28

N

NKM

D

KM200

KM400

261,33 ± 35,06

263,00 ± 29,27

209,50 ± 20,23

226,17 ± 44,65

233,17 ± 31,38

274,33 ± 33,42

255,67 ± 38,78

189,50 ± 27,63

223,50 ± 44,68

222,17 ± 36,37

283,17 ± 37,62

276,33 ± 22,46

188,17 ± 23,36

223,50 ± 50,06

222,17 ± 37,24

290,00 ± 37,85

286,17 ± 17,41

171,00 ± 19,15

222,83 ± 52,56

221,50 ± 39,04

307,33 ± 38,10

292,67 ± 21,66

173,17 ± 19,71**

214,40 ± 35,98##

235,17 ± 46,57##

Semua nilai diekspresikan sebagai rata-rata dan standar deviasi

N = tikus normal tanpa terapi, NKM = tikus normal dengan terapi kayu manis 200 mg/kg BB, D = tikus diabetes, KM200 = tikus

diabetes yang mendapat terapi kayu manis 200 mg/kg BB dan KM400 = tikus diabetes yang mendapat terapi kayu manis 400 mg/kg

BB. ** p < 0,01 dibandingkan dengan kelompok N; ## p < 0,01 dibandingkan dengan kelompok D

Page 38: FLORI RATNA SARI-FKIK.pdf

37 | P a g e

4.3 APOPTOSIS

Dari gambar 4.3 dapat dilihat secara kualitatif dengan metode TUNEL terdapat

apoptosis pada kelompok D jika dibandingkan dengan kelompok N maupun

NKM. Apoptosis juga terlihat lebih sedikit pada kelompok KM200 dan KM400.

N

NKM

Page 39: FLORI RATNA SARI-FKIK.pdf

38 | P a g e

D

KM200

Page 40: FLORI RATNA SARI-FKIK.pdf

39 | P a g e

Gambar 4.3 Gambar representasi hasil pemeriksaan apoptosis sel jantung dengan

metode TUNEL. Apoptosis ditunjukkan dengan tanda panah. N = tikus normal

tanpa terapi, NKM = tikus normal dengan terapi kayu manis 200 mg/kg BB, D =

tikus diabetes, KM200 = tikus diabetes yang mendapat terapi kayu manis 200

mg/kg BB dan KM400 = tikus diabetes yang mendapat terapi kayu manis 400

mg/kg BB.

PEMBAHASAN

Diabetes adalah kondisi yang ditandai dengan hiperglikemia kronik dan

progresif yang mengakibatkan metabolisme abnormal dan dapat mengakibatkan

komplikasi. Pengendalian kadar glukosa darah merupakan strategi utama pada

terapi diabetes. Kayu manis (Cinnamomum cassia) termasuk salah satu tanaman

herbal yang juga merupakan komoditas ekspor utama Indonesia. Kulit dan

KM400

Page 41: FLORI RATNA SARI-FKIK.pdf

40 | P a g e

ranting kayu manis selama ini sudah digunakan masyarakat untuk mengobati

beberapa penyakit seperti diare, gangguan pencernaan, gastritis, jantung koroner

dan nyeri dada. Pada penelitian lebih jauh ditemukan bahwa kayu manis juga

memberi efek anti-diabetes pada pasien DM maupun hewan coba yang diinduksi

DM. Efek anti-diabetes ini diperkirakan timbul karena fraksi dasar kayu manis

memiliki efek mimetik insulin.13

Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa

pemberian kayu manis 200 mg/kg BB selama 28 hari dapat menurunkan kadar

gula darah tikus diabetes namun belum mencapai kemaknaan secara statistik.

Lebih jauh lagi, pemberian 400 mg/kg BB kayu manis selama 28 hari dapat

menurunkan kadar gula darah secara signifikan. Pada penelitian lain didapatkan

pemberian ekstrak kayu manis dengan dosis 200 mg/kg BB dapat menurunkan

kadar gula darah yang meningkat.14

Perbedaan hasil ini dapat dipengaruhi oleh

jenis, spesies, dosis dan durasi pemberian kayu manis. Pada uji klinik didapatkan

hasil, pemberian 1, 3 dan 6 g kayu manis pada pasien DM tipe 2 dapat

menurunkan kadar gula darah hingga 29 persen.15,16

Pada penelitian ini juga didapatkan data bahwa kayu manis pada dosis 200

mg/kg BB dan 400 mg/kg BB dapat mengurangi penurunan berat badan secara

drastis pada diabetes. Efek ini diperkirakan karena fraksi dasar kayu manis

memiliki efek mimetik insulin, sehingga uptake glukosa ke dalam otot

Page 42: FLORI RATNA SARI-FKIK.pdf

41 | P a g e

meningkat, kondisi hiperglikemia berkurang, sehingga tidak ada pemecahan

sumber energi lain yang mengakibatkan katabolisme otot dan penurunan berat

badan.13

Dari penelitian ini juga didapatkan hasil bahwa secara kualitatif, pemberian

kayu manis pada dosis 200 mg/kg BB dan 400 mg/kg BB, mengurangi apoptosis

pada sel jantung. Walaupun data kuantitatif pada sampel dan sediaan yang lebih

banyak masih diperlukan untuk membuktikan hal ini.

Page 43: FLORI RATNA SARI-FKIK.pdf

42 | P a g e

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan :

1. Pemberian kayu manis 200 mg/kg BB selama 28 hari, dapat mencegah

kehilangan berat badan drastis secara signifikan pada tikus diabetes dan dapat

menurunkan kadar glukosa darah walaupun belum mencapai kemaknaan secara

statistik.

2. Pemberian kayu manis 400 mg/kg BB selama 28 hari, dapat mencegah

kehilangan berat badan drastis secara signifikan pada tikus diabetes dan dapat

menurunkan kadar glukosa darah secara signifikan pada tikus diabetes.

3. Secara kualitatif, pemberian kayu manis 200 mg/kg BB dan 400 mg/kgBB

selama 28 hari dapat mengurangi apoptosis sel jantung.

SARAN

Saran untuk penelitian berikutnya :

1. Menambah jumlah sampel dan sediaan untuk meningkatkan kepekaan statistik.

Page 44: FLORI RATNA SARI-FKIK.pdf

43 | P a g e

DAFTAR PUSTAKA

1. Raducanu A, Lickert H. Understanding pancreas development for β-cell

repair and replacement therapies. Curr Diab Rep 2012;12(5):481-9.

2. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Konsensus Pengelolaan dan

Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. 2005.

3. Tandra H. Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes

Melitus. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2008.

4. Cai L, Li W, Wang G, Guo L, Jiang Y, Kang YJ. Hyperglycemia-induced

apoptosis in mouse myocardium : mitochondrial cytochrome C-mediated

caspase-3 activation pathway. Diabetes 2002;51(6):1938-48.

5. Johnstone M. Diabetes and Cardiovascular Disease. Totowa, NJ, Humana,

2000

6. Rubler S, Dlugash J, Yuceoglu YZ, Kumral T, Branwood AW, Grishman A.

New type of cardiomyopathy associated with glomerulosclerosis. Am J

Cardiol 1972;30:595–602.

7. Devereux RB, Roman MJ, Paranicas M, O’Grady MJ, Lee ET, Welty TK,

Fabsitz RR, Robbins D, Rhoases ER, Howard BV. Impact of diabetes on

cardiac structure and function: the strong heart study. Circulation

2000;10:2271–2276.

8. Singh JP, Larson MG, O’Donnell CJ, Wilson PF, Tsuji H, Lloyd-Jones DM,

Levy D. Association of hyperglycemia with reduced heart rate variability

(The Framingham Heart Study). Am J Cardiol 2000;86:309–312.

Page 45: FLORI RATNA SARI-FKIK.pdf

44 | P a g e

9. Cai L, Kang YJ. Oxidative stress and diabetic cardiomyopathy. Cardiovasc

Toxicol 2001;1:181–193.

10. Swynghedauw B. Molecular mechanisms of myocardial remodeling. Physiol

Rev 1999;79:215–262.

11. Feuerstein GZ, Young PR. Apoptosis in cardiac diseases: stress- and

mitogen-activated signaling pathways. Cardiovasc Res 2000;45:560–569.

12. Frustaci A, Kajstura J, Chimenti C, Jakoniuk I, Len A, Maseri A, Nadal-

Ginard B, Anversa P: Myocardial cell death in human diabetes. Circ Res

2000;87:1123–1132.

13. Ling Z, Hannaert JC, Pipeleers D: Effect of nutrients, hormones, and serum

on survival of rat islet b-cells in culture. Diabetologia 37:15–21, 1994

14. Kim SH, Hyun SH, Choung SY. Anti-diabetic effect of cinnamon extract on

blood glucose in db/db mice. J Ethnopharmacol 2006;104:119-23.

15. Khan A, Safdar M, Ali Khan MM, Khattak KN, Anderson RA. Cinnamon

improves glucose and lipids of people with type 2 diabetes. Diabetes Care

2003;26:3215-3218.

16. Vafa M, Mohammadi F, Shidfar F, Sormaghi MS, Heidari I, Golestan B,

Amiri F. Effects of cinnamon consumption on glycemic status, lipid profile

and body composition in type 2 diabetic patients. Int J Prev Med 2012;3:531-

536.

Page 46: FLORI RATNA SARI-FKIK.pdf

45 | P a g e

17. Goodman HM. Basic Medical Endocrinology, 3rd ed. Academic Press. San

Diego. 2003.

18. Price, SA. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit vol. 1, edisi 6.

Jakarta:EGC. 2005.

19. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Konsensus Pengelolaan dan

Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. 2011.

20. Kloppel G, Lohr M, Habich K, Oberholzer M, Heitz PU: Islet pathology and

the pathogenesis of type 1 and type 2 diabetes mellitus revisited. Surv Synth

Pathol Res 4:110 –125, 1985

21. Clark A, Wells CA, Buley ID, Cruickshank JK, Vanhegan RI, Matthews DR,

Cooper GJ, Holman RR, Turner RC: Islet amyloid, increased A-cells,

reduced B-cells and exocrine fibrosis: quantitative changes in the pancreas in

type 2 diabetes. Diabetes Res 9:151–159, 1988

22. Weir GC, Bonner-Weir S: Insulin secretion in non-insulin-dependent diabetes

mellitus. In Diabetes Mellitus. Taylor SI, Olefsky JM, LeRoith D, Eds.

Philadelphia, Lippincott-Raven, 1996, p. 503–509

23. Zhu M, Noma Y, Mizuno A, Sano T, Shima K: Poor capacity for

proliferation of pancreatic b-cells in Otsuka-Long-Evans-Tokushima rat: a

model of spontaneous NIDDM. Diabetes 45:941–946, 1996

Page 47: FLORI RATNA SARI-FKIK.pdf

46 | P a g e

24. Movassat J, Saulnier C, Serradas P, Portha B: Impaired development of

pancreatic b-cell mass is a primary event during the progression to diabetes in

the GK rat. Diabetologia 40:916–925, 1997

25. Pick A, Clark J, Kubstrup C, Levisetti M, Pugh W, Bonner-Weir S, Polonsky

KS. Role of apoptosis in failure of beta-cell mass compensation for insulin

resistance and beta-cell defects in the male Zucker diabetic fatty rat. Diabetes.

1998 Mar;47(3):358-64.

26. Coleman DL: Lessons from studies with genetic forms of diabetes in the

mouse. Metabolism 32 (Suppl. 1):162–164, 1983

27. Swenne I, Andersson A: Effect of genetic background on the capacity for

islet cell replication in mice. Diabetologia 27:464–467, 1984

28. Welsh M, Mares J, Oberg C, Karlsson T: Genetic factors of importance for

bcell proliferation. Diabetes Metab Rev 9:25–36, 1993

29. Ling Z, Hannaert JC, Pipeleers D: Effect of nutrients, hormones, and serum

on survival of rat islet b-cells in culture. Diabetologia 37:15–21, 1994

30. Ankarcrona M, Dypbukt JM, Brune B, Nicotera P: Interleukin-1-b-induced

nitric oxide production activates apoptosis in pancreatic RINm5F cells. Exp

Cell Res 213:172–177, 1994

31. Iwahashi H, Hanafusa T, Eguchi Y, Nakajima H, Miyagawa J, Itoh N, To m i

t a K, Namba M, Kuwajima M, Noguchi T, Tsujimoto Y, Matsuzawa Y:

Page 48: FLORI RATNA SARI-FKIK.pdf

47 | P a g e

Cytokineinduced apoptotic cell death in a mouse pancreatic b-cell line:

inhibition by Bcl-2. Diabetologia 39:530–536, 1996

32. Hoorens A, Van de Casteele M, Kloppel G, Pipeleers D: Glucose promotes

survival of rat pancreatic B cells by activating synthesis of proteins which

suppress a constitutive apoptotic program. J Clin Invest 98:1568–1574, 1996

33. Chung W, Zheng M, Chua M, Kershaw E, Power-Kehoe L, Tsuji M, Wu-

peng XS, Williams J, Chua SC, Leibel RL: Genetic modifiers of Lepr fa

associated with variability in insulin production and susceptibility to

NIDDM. Genomics 41:332–344, 1997

34. Maedler K, Spinas GA, Lehmann R, Sergeev P, Weber M, Fontana A, Kaiser

N, Donath MY. Glucose induces beta-cell apoptosis via upregulation of the

Fas receptor in human islets. Diabetes. 2001 Aug;50(8):1683-90.

35. Chandra J, Zhivotovsky B, Zaitsev S, Juntti-Berggren L, Berggren

PO, Orrenius S. Role of apoptosis in pancreatic beta-cell death in diabetes.

Diabetes. 2001 Feb;50 Suppl 1:S44-7.

36. Jiao L, Zhang X, Huang L, Gong H, Cheng B, Sun Y, Li Y, Liu Q, Zheng L,

Huang K. Proanthocyanidins are the major anti-diabetic components of

cinnamon water extract. Food Chem Toxicol. 2013 Mar 7 (Epub ahead of

print).