40
1 LAPORAN PENELITIAN PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL TAHUN 2014 STRATEGI KETAHANAN BUDAYA DESA BALI AGA DALAM MENGHADAPI ARUS GLOBALISASI (STUDI KASUS: DESA TENGANAN, KARANGASEM) TIM PENELITI 1. SUKMA SUSHANTI, S.S., M.A. 2. PUTU RATIH KUMALA DEWI, S.H., M.HUB.INT. Dibiayai dana DIPA dengan Nomor Perjanjian 1125B/UN14.47.II/DT/KONTRAK/2014 PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS UDAYANA TAHUN 2014

LAPORAN PENELITIAN PROGRAM STUDI HUBUNGAN … · Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa Indonesia ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami nusantara (sebelum

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LAPORAN PENELITIAN PROGRAM STUDI HUBUNGAN … · Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa Indonesia ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami nusantara (sebelum

1

LAPORAN PENELITIAN

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

TAHUN 2014

STRATEGI KETAHANAN BUDAYA DESA BALI AGA

DALAM MENGHADAPI ARUS GLOBALISASI

(STUDI KASUS: DESA TENGANAN, KARANGASEM)

TIM PENELITI

1. SUKMA SUSHANTI, S.S., M.A.

2. PUTU RATIH KUMALA DEWI, S.H., M.HUB.INT.

Dibiayai dana DIPA dengan Nomor Perjanjian

1125B/UN14.47.II/DT/KONTRAK/2014

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS UDAYANA

TAHUN 2014

Page 2: LAPORAN PENELITIAN PROGRAM STUDI HUBUNGAN … · Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa Indonesia ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami nusantara (sebelum

2

HALAMAN PENGESAHAN ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------- 1. Judul Penelitian : Strategi Ketahanan Budaya Desa Bali Aga Dalam

Menghadapi Globalisasi (Studi Kasus: Desa Tenganan,

Karangasem) ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------- 2. Ketua Peneliti

a. Nama lengkap dengan gelar : Sukma Sushanti, S.S,. M.A b. Pangkat/Gol/NIP : Asisten Ahli/IIIb/ 197910182009122001 c. Jabatan Fungsional/Struktural : Sekretaris Program Studi Hubungan Internasional d. Pengalaman penelitian : (terlampir dalam CV) e. Program Studi : Hubungan Internasional f. Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik g. Alamat Rumah/HP : Jalan Damai, Ling.Banjar Bumi Kerta, Perumahan Bali Gendhis Residence No. 8, Dalung Permai, Badung Bali (+62) 817 356 445 i. E-mail : [email protected]

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------- 3. Jumlah Tim Peneliti : 2 orang ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------- 4. Pembimbing a. Nama lengkap dengan gelar : Dr. Piers Andreas Noak, S.H., M.Si.

b. Pangkat/Gol/NIP : Pembina/ IV a/196302171988031001 c. Jabatan Fungsional / Struktural : Pembantu Dekan III FISIP Unud d. Pengalaman penelitian : (terlampir dalam CV) e. Program Studi / Jurusan : Ilmu Politik f. Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------- 5. Lokasi Penelitian : Desa Tenganan, Kabupaten Karangasem ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------- 7. Jangka waktu penelitian : 4 bulan ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------- 8. Biaya Penelitian : Lima Juta Rupiah

Denpasar, 4 Juli 2014 Mengetahui Ketua Peneliti Ketua Program Studi (D.A. Wiwik Dharmiasih, S.IP., M.A.) (Sukma Sushanti, S.S,. M.A.) NIP. 198209302009122002 NIP. 197910182009122001

Mengetahui Dekan Fisip Unud

(Dr. Drs. I Gst. Pt. Bagus Suka Arjawa, M. Si.)) NIP. 196407081992031003

Page 3: LAPORAN PENELITIAN PROGRAM STUDI HUBUNGAN … · Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa Indonesia ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami nusantara (sebelum

3

A. Judul Penelitian

Strategi Ketahanan Budaya Desa Bali Aga Dalam Menghadapi Arus Globalisasi (Studi Kasus:

Desa Tenganan, Karangasem)

B. Bidang Ilmu

Hubungan Internasional

I. Pendahuluan

Gaung globalisasi, yang sudah mulai terasa sejak akhir abad ke-20, telah membuat

masyarakat dunia, termasuk bangsa Indonesia harus bersiap-siap menerima kenyataan masuknya

pengaruh luar terhadap seluruh aspek kehidupan bangsa. Salah satu aspek yang terpengaruh

adalah kebudayaan. Bagi bangsa Indonesia aspek kebudayaan merupakan salah satu kekuatan

bangsa yang memiliki kekayaan nilai yang beragam, termasuk keseniannya. Kesenian rakyat,

salah satu bagian dari kebudayaan bangsa Indonesia tidak luput dari pengaruh globalisasi.

Globalisasi dalam kebudayaan dapat berkembang dengan cepat, hal ini tentunya

dipengaruhi oleh adanya kecepatan dan kemudahan dalam memperoleh akses komunikasi dan

berita namun hal ini justru menjadi bumerang tersendiri dan menjadi suatu masalah yang paling

krusial atau penting dalam globalisasi. Wacana globalisasi sebagai sebuah proses yang ditandai

dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, komunikasi dan transportasi

internasional telah menghilangkan batas-batas budaya setiap bangsa.

Proses saling mempengaruhi adalah gejala yang wajar dalam interaksi antar masyarakat.

Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa Indonesia ataupun kelompok-

kelompok masyarakat yang mendiami nusantara (sebelum Indonesia terbentuk) telah mengalami

proses dipengaruhi dan mempengaruhi. Kemampuan berubah merupakan sifat yang penting

dalam kebudayaan manusia. Tanpa itu kebudayaan tidak mampu menyesuaikan diri dengan

keadaan yang senantiasa berubah. Perubahan yang terjadi saat ini berlangsung begitu cepat.

Hanya dalam jangka waktu satu generasi banyak negara-negara berkembang telah berusaha

melaksanakan perubahan kebudayaan, padahal di negara-negara maju perubahan demikian

Page 4: LAPORAN PENELITIAN PROGRAM STUDI HUBUNGAN … · Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa Indonesia ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami nusantara (sebelum

4

berlangsung selama beberapa generasi. Pada hakekatnya bangsa Indonesia, juga bangsa-bangsa

lain, berkembang karena adanya pengaruh-pengaruh luar.

Provinsi bali merupakan salah satu provinsi yang cukup terkenal di Indonesia karena

merupakan salah satu aset devisa negara Indonesia yang cukup tinggi di bidang pariwisatanya.

Penduduk Bali terdiri dari dua, yaitu penduduk asli Bali atau disebut juga Bali Aga dan penduduk

bali keturunan Majapahit. Penduduk Bali Aga adalah kelompok masyarakat yang hidup di daerah

pegunungan (pedalaman) Pulau Bali. Penduduk Bali Aga sering juga disebut dengan “ Wong Bali

Mula “ yaitu orang – orang Bali asli (Bali Mula), yang mendiami Pulau Bali ini mandahului

penduduk Bali Pedataran.

Orang – orang yang termasuk kedalam kelompok Bali Aga merupakan kelompok orang

yang telah memiliki kebudayaan yang cukup bernilai dilihat dari aspek kebudayaan. Definisi ini

dekat dengan perilaku masyarakat Tenganan Manggis, Karangasem, yang juga merupakan salah

satu desa wisata di Bali. Penduduk Bali Aga di desa Tenganan masih mempertahankan pola

hidup sebagaimana budaya masyarakat bali kuno. Kemudian, bagaimana bangunan, pekarangan,

dan bagaimana pengaturan letak bangunan adat (pura) dibuat dengan mengikuti aturan adat

istiadat kawasan tersebut yang secara turun-temurun berupaya untuk dipertahankan oleh mereka.

Namun seiring dengan perkembangan arus globalisasi, kita menyadari bahwa bagaimana

masyarakat Bali pada umumnya sangat mudah tergerus arus moderenitas, yang mana membawa

dampak perubahan bagi setiap aspek yang di lingkungan masyarakat. Tingginya dinamika

pariwisata di Bali disertai dengan tingginya dinamika kebudayaan Bali, yang disatu sisi membuka

peluang secara berkelanjutan bagi dialog kebudayaan, memperbesar kesempatan kerja dan

ekonomi. Di sisi lain ancaman komersialisasi, materialisme dan pragmatisme yang cenderung

mendangkalkan dimensi nurani kehidupan manusia justru semakin menguat. Reaksi masyarakat

adat di Bali terhadap transformasi kebudayaan Bali akibat globalisasi sangat beragam, ada yang

berhasil dan mampu mengembangkan adaptasi konstruktif namun ada pula yang berada dalam

posisi “cultural lag” dan justru menjadi terpinggirkan.

Timbul pertanyaan, apakah ditengah menariknya gaya hidup modern yang ditawarkan

oleh globalisasi saat ini, masyarakat Desa Tenganan masih mampu bertahan dan bersaing

ditengah pendiriannya mempertahankan Budaya Bali Kuno, terlebih lagi Desa Tenganan

merupakan salah satu desa wisata. Apakah masyarakat Tenganan benar-benar tidak tergerus

moderenitas arus globalisasi? Konsep Strategi Ketahanan sebagai satu modal mempertahankan

Page 5: LAPORAN PENELITIAN PROGRAM STUDI HUBUNGAN … · Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa Indonesia ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami nusantara (sebelum

5

nilai-nilai kebangsaan dan nilai jual terhadap kedatangan wisatawan ke daerah ini. Konsep-

konsep ini yang dirasa dapat menjawab, strategi-strategi apa saja yang dilakukan untuk tetap

dapat bersaing ditengah era globalisasi ini.

II. Rumusan Masalah

Bagaimana cara desa adat Tenganan dalam mempertahankan budaya bali kuno dan

menghadapi arus globalisasi ?

III. Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui strategi ketahanan budaya yang digunakan masyarakat desa Tenganan

dalam menghadapi arus globalisasi

2. Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan strategi ketahanan budaya masyarakat desa

Tenganan.

Sedangkan manfaat bagi penelitian ini adalah:

1. Memberikan sumbangan teoritis mengenai kajian strategi ketahanan budaya melalui desa

adat.

2. Memberi sumbangan pikiran tentang potensi jangka panjang strategi ketahanan budaya dalam

memelihara kelestarian budaya tradisional

3. Memberikan pandangan tentang pentingnya ketahanan budaya melalui lembaga desa adat

bagi terbinanya identitas/jati diri masyarakat desa adat.

IV. Telaah Pustaka

Tidak dapat dielakan bahwa arus globalisasi sekarang ini telah memasuki sudut-sudut dan

pelosok-pelosok desa di seluruh dunia. Hampir semua produk yang berbau global dapat dinikmati

oleh masyarakat. Informasi dan komunikasi yang disertai pesatnya kemajuan teknologi telah

mamasuki seluruh wilayah di berbagai pelosok dunia. Masyarakat diseluruh dunia ikut

Page 6: LAPORAN PENELITIAN PROGRAM STUDI HUBUNGAN … · Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa Indonesia ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami nusantara (sebelum

6

berpartisipasi menyesuaikan dengan arus budaya yang dibawa oleh globalisasi. Dan bukan

sebaliknya.

Budaya global ditandai oleh integrasi budaya lokal ke dalam suatu tatanan global

(Abdullah,1995: 1). Globalisasi terbangun oleh interaksi sosial yang melibatkan nilai-nilai

sosiokultural individu atau kelompok yang melintasi batas komunikasinya untuk berhubungan

dengan entitas lain (Rahmawati, 2010: 110). Termasuk korelasi antar bidang yang dilewati

globalisasi.

Salah satu yang berhubungan dengan fenomena seni tradisional, tentu saja adalah

globalisasi budaya. Globalisasi budaya terjadi karena adanya ekspansi arus budaya di berbagai

pelosok dunia. Dalam arus globalisasi budaya, khususnya pemahaman tentang kondisi budaya

kita sebagai budaya postkolonial seharusnya mendorong kita untuk melihat ke belakang dan

menemukan bahwa seni budaya kita adalah hasil proses pergulatan dalam kerangka proses

panjang globalisasi yang tidak perlu dihentikan dan dibekukan sebagai seni warisan, justru

dilanjutkan dalam interaksi terbuka dengan unsur-unsur budaya global dan budaya lokal marjinal

di belahan bumi lain (Dharma, 2011: 3).

Interaksi antar budaya di suatu wilayah menjadi lebih intensif dengan terbukanya arus

globalisasi, yang memudahkan manusia berkomunikasi satu sama lain. Namun, peningkatan

kualitas dan kuantitas interaksi sosial yang ditemukan dalam globalisasipun sangat dipengaruhi

oleh temuan-temuan penting di bidang teknologi terutama teknologi komunikasi (Rahmawati,

2010: 111). Peningkatan kualitas dan kuantitas interaksi sosial yang ditemukan dalam globalisasi

lebih banyak disebabkan oleh kendaraan globalisasi yang selalu menyertainya, yaitu ilmu

pengetahuan dan teknologi modern sebagai kondisi dan pendorongnya, dan sekaligus melahirkan

tantangan-tantangan baru yang harus dihadapi umat manusia di masa mendatang (Anwar, 1991:

14).

Era globalisasi yang dicirikan oleh perpindahan orang (ethnoscape), pengaruh teknologi

(technoscape), pengaruh media informasi (mediascape), aliran uang dari negara kaya ke negara

miskin (financescape), dan pengaruh ideologi seperti HAM dan demokrasi (ideoscape)

(Appadurai 1993:296) tidak dapat dihindari oleh kebudayaan di Indonesia, termasuk kebudayaan

Bali. Sentuhan budaya global ini menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan atau kehilangan

orientasi hampir pada setiap aspek kehidupan masyarakat.

Page 7: LAPORAN PENELITIAN PROGRAM STUDI HUBUNGAN … · Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa Indonesia ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami nusantara (sebelum

7

Globalisasi telah menimbulkan pergulatan antara nilai-nilai budaya lokal dan global

menjadi semakin tinggi intensitasnya. Sistem nilai budaya lokal yang selama ini digunakan

sebagai acuan oleh masyarakat tidak jarang mengalami perubahan karena pengaruh nilai-nilai

budaya global, terutama dengan adanya kemajuan teknologi informasi yang semakin

mempercepat proses perubahan tersebut. Proses globalisasi juga telah merambah wilayah

kehidupan agama yang serba sakral menjadi sekuler. Nilai-nilai yang mengalami perubahan

menimbulkan krisis identitas di banyak kalangan masyarakat.

Masyarakat dan kebudayaan Bali tidak luput dari perubahan di era gloBalisasi ini. Seperti

dikatakan oleh Adrian Vickers (2002) bahwa orang Bali kini tengah mengalami suatu paradok

yakni cenderung mengadopsi kebudayaan modern yang mendunia (kosmopolitan), namun di sisi

lain juga sedang mengalami proses parokialisme atau kepicikan yang timbul karena fokus beralih

pada lokalitas, khususnya kepada desa adat.

Begitu pula dengan watak orang Bali telah berubah secara signifikan dalam dekade

terakhir ini. Orang Bali tidak lagi diidentifikasi sebagai orang yang lugu, sabar, ramah, dan jujur

sebagaimana pernah digambarkan oleh Baterson. Demikian pula orang Bali telah dipersepsikan

oleh outsider sebagai orang yang temperamental, egoistik, sensitif, dan cenderung menjadi

human ekonomikus. Perubahan karakter orang Bali disebabkan oleh beberapa faktor antara lain

faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah perubahan fisik yakni alih fungsi lahan yang

setiap tahunnya berkisar sekitar 1000 ha. Budaya agraris yang semula menjadi landaskan

kehidupan budaya dan masyarakat Bali kini berubah menjadi budaya yang berorientasi kepada

jasa dalam kaitannya dengan industri pariwisata. Faktor eksternal bersumber dari kegiatan

industri pariwisata telah menyebabkan terdinya materialisme, individualisme, komersialisme,

komodifikasi, dan gejala profanisasi dalam kebudayaan Bali.

Meskipun terjadi banyak homogenisasi, perlu diingat bahwa di dalam globalisasi terbuka

banyak tantangan sekaligus peluang. Dalam era globalisasi banyak muncul kreativitas beserta

hasilnya yang berlipat ganda.Hal ini didasarkan banyaknya aktor globalisasi yang memiliki

banyak pengetahuan (stock of knowledge) yang dipergunakan untuk memproduksi dan

mereproduksi tindakan aktor tersebut (Rahmawati, 2010: 112). Di sisi lain juga terjadi paradoks

bahwa ekspansi budaya global justru menyebabkan meningkatnya kesadaran terhadap budaya

lokal dan regional (Nashir 1999: 176).

Page 8: LAPORAN PENELITIAN PROGRAM STUDI HUBUNGAN … · Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa Indonesia ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami nusantara (sebelum

8

Hal ini juga dikemukakan oleh J. Nisbit dan Patricia Auberdin yang melihat bahwa

manusia dan kebudayaan Bali mengalami perkembangan fenomena global paradoks yang

bermanifest secara simultan melalui terjadinya pola-pola kehidupan masyarakat yang

merefleksikan gerak globalisasi dan Balinisasi (Geriya: 2000). Gerak global diindikasikan oleh

makin meluas dan berkembangnya jaringan relasi yang terbuka secara internasional, sedangkan

gerakan Balinisasi diindikasikan oleh pencarian jati diri manusia Bali yang tiada henti disertai

dengan proses evolusi ekologi sosial dan kebudayaan.

Peluang dan tantangan ini juga dihadapi oleh Desa adat Tenganan. Keunikan yang

dimiliki oleh desa yang dikenal sebagai sebagai desa Bali Aga atau Bali Kuno ini membuat

banyak penulis yang melakukan penelitian terhadap desa ini, tidak hanya penulis lokal tetapi juga

penulis asing.

Kajian yang sangat mendalam tentang masyarakat Bali Aga ditulis oleh Thomas A.

Reuter dalam buku berjudul Custodians of the Sacred Mountains, Budaya dan Masyarakat di

Pegunungan Bali. Wilayah yang menjadi setting penelitiannya adalah masyarakat dan budaya

Bali Aga, khususnya menyangkut sosio kultural masyarakat serta ritual-ritual penting di Pura

Puncak Penulisan Kintamani.

Dalam penelusurannya tentang budaya dan masyarakat Bali pegunungan tersebut

ditemukan bahwa mereka dipandang sebagai masyarakat yang masih tertinggal dibandingkan

dengan masyarakat Bali yang bertempat tinggal di dataran. Mereka dipandang sebagai

masyarakat yang kurang baik dalam menjalankan ajaran Hindu, kasar, kurang pandai berbahasa

Bali halus, serta berbagai stigma yang kurang baik lainnya. Representasi tentang orang Bali Aga

ini mungkin dihasilkan secara bersama-sama oleh ilmuwan Barat dan tuan rumah mereka orang

Bali, yaitu nara sumber utama mereka di istana-istana dan rumah tangga di Bali bagian selatan.

(Reuter, 2005, 434).

Kenyataan yang ditemukan oleh Reuter setelah penelitian panjangnya adalah bahwa

orang-orang Bali Aga ternyata memiliki kekentalan budaya dalam usaha mereka

mempertahankan eksistensinya melalui proses resistensi, adaptasi, dan revitalisasi terhadap

perubahan-perubahan yang terjadi sebagai akibat persentuhan dengan para pendatang yang

belakangan memasuki Bali melalui sistem benua (Reuter, 2005, 36-37). Dibahas pula tentang

bentuk-bentuk resistensi masyarakat Bali Aga terhadap intervensi yang terlalu jauh dari Badan

Pelaksana Pembina Lembaga Adat serta Parisada Hindu Dharma terhadap tata pelaksanaan ritual

Page 9: LAPORAN PENELITIAN PROGRAM STUDI HUBUNGAN … · Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa Indonesia ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami nusantara (sebelum

9

yang tidak menggunakan pedanda; serta sistem kepemimpinan ulu apad mereka yang dipandang

tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Bentuk-bentuk resistensi yang mereka lakukan adalah

dengan jalan membangkitkan kewajiban keagamaan regional sebagai pembenaran untuk

mempertahankan dewan-dewan desa itu (Reuter,2005: 425).

Kajian Reuter terhadap budaya dan masyarakat Bali Aga memang harus diakui sangat

konprehensif, namun demikian jelas penelitian ini belum memotret keseluruhan dari budaya dan

masyarakat Bali Aga di Bali. Penelitian Reuter cenderung berpandangan bahwa orang-orang Bali

Aga mampu bertahan dengan segala bentuk tradisi keagamannya. Penelitian ini tidak

memberikan informasi tentang strategi masyarakatnya baik secara individual maupun melalui

oganisasi masyarakatnya dalam menghadapi arus globalisasi budaya.

V. Kerangka Pemikiran

5.1 Globalisasi

Perkembangan di bidang teknologi informasi, komunikasi dan transportasi merupakan

faktor pendorong globalisasi, lebih khusus lagi pada globalisasi budaya. Inovasi di bidang

tersebut selain menjadi tenaga pendorong globalisasi melalui penciptaan globalisasi budaya

(cultural globalisation) juga menghasilkan produk-produk yang kemudian menyebabkan

terjadinya pergeseran kebutuhan masyarakat secara global.

Globalisasi adalah sebuah gejala dimana hubungan politik, ekonomi, sosial dan budaya

yang intensif dengan tidak lagi mengenal batas daerah maupun negara. Artikel Mark Rupert dan

M. S. Solomon (2006) mendefinisikan globalisasi sebagai proses pendewasaan gradual

kapitalisme. Globalisasi semula adalah kapitalisme yang semakin meningkat intensitasnya dan

kemudian memuncak membentuk imperialisme.

Thomas Friedman (2000) menyatakan bahwa globalisasi kontemporer menjadi semakin

jauh, cepat, dalam, dan semakin murah, yang menonjolkan 3 hal yaitu meningkatnya kepadatan

jaringan, kecepatan institusi, dan partisipasi transnasional. Globalisasi beserta seluruh

perangkapnya telah meniadakan banyak hal dari dalam diri manusia serta menjangkiti banyak

negara sehingga batas setiap negara menjadi kabur karena persamaan atau homogenisasi telah

terjadi di mana-mana (Held, 2000).

Page 10: LAPORAN PENELITIAN PROGRAM STUDI HUBUNGAN … · Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa Indonesia ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami nusantara (sebelum

10

Definisi globalisasi dimulai dari globalisme yaitu hubungan serta ketergantungan

masyarakat antarbenua yang salah satunya dapat melalui aliran kapital dan barang, informasi dan

ide, arus manusia serta pengaruh lingkungan. Globalisme sosial dan kultural menyertakan

gerakan ide, informasi, pandangan, serta manusia. Fase penting dari globalisme sosial meliputi

tindakan meniru hal-hal yang dilakukan oleh sebuah masyarakat maupun institusi oleh

masyarakat maupun institusi lainnya. Pada level yang lebih mendalam, globalisme sosial

mempengaruhi kesadaran individu dan tingkat laku mereka melalui budaya, politik maupun

identitas sosial. Globalisme sosial dan kultural berinteraksi dengan aktivitas ekonomi, politik,

keamanan dalam menyampaikan informasi serta menggali ide yang mengalir jauh melintasi batas

politik dan geografis.

Sehingga batas – batas lokal (teritorial) dalam kehidupan ekonomi dan kebudayaan global

yang cenderung hanya menghargai segala sesuatu yang bersifat asal baru (novel) dan asal dapat

terjangkau atau terbeli (affordable). Di satu sisi globalisasi budaya meningkatkan saling

keterhubungan sosial masyarakat dunia, namun dapat melemahkan keunikan cara hidup nasional,

budaya lokal dan nilai-nilai non-kapitalis, serta mendorong konvergensi komunikasi dan gaya

hidup masyarakat di seluruh dunia mengikuti tren kebarat-baratan. Proses globalisasi budaya

menggabungkan masyarakat dunia dengan konsumerisme dari model barat sebagai proses

dominan dari globalisasi budaya dengan menargetkan kelompok sosial yang berbeda melalui

etnis, jenis kelamin, kelas, ras, dan lain-lain

Sebagai contohnya terjadi tren McDonalisasi dimana budaya Barat, melalui tren makanan

cepat saji menembus ranah kehidupan masyarakat perkotaan dan pedesaan dan menjadikannya

sebagai gaya hidup (Ritzer: 2010). Tren ini tidak hanya menimbulkan perubahan budaya dan

gaya hidup masyarakat, namun hal ini dapat menimbulkan goncangan ekonomi dengan

membiarkan kapitalisme barat menguasai pasar lokal. Jika demikian berlanjut terus-menerus,

maka sistem ekonomi, kebudayaan dan sosial masyarakat lokal mengalami ancaman.

5.2 Kebudayaan

Kebudayaan berasal dari kata „budi‟ yang merupakan akal atau unsur rohani dalam

kebudayaan dan „daya‟ berarti perbuatan, sehingga kebudayaan diartikan sebagai hasil dari akar

dan ikhtiar manusia. Unsur-unsur kebudayaan menurut J.J. Hoenigman (1963) dibedakan menjadi

Page 11: LAPORAN PENELITIAN PROGRAM STUDI HUBUNGAN … · Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa Indonesia ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami nusantara (sebelum

11

3 yaitu gagasan/wujud ideal, aktivitas/tindakan serta artefak/karya. Wujud ideal kebudayaan

berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai, norma yang sifatnya abstrak

(Koentjaraningrat,1986:18). Sedangkan aktivitas/tindakan adalah wujud kebudayaan sebagai

tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu yang wujudnya disebut sebagai sistem

sosial. Yang terakhir adalah artefak/karya adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari

perbuatan, karya masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba serta dilihat.

Kebudayaan tidak akan pernah ada tanpa sistem yang mendukung kebudayaan tersebut,

yang disebut unsur kebudayaan. Unsur kebudayaan terdiri dari: sistem religi, sistem organisasi

masyarakat, sistem pengetahuan, sistem mata pencaharian hidup, sistem teknologi dan peralatan,

bahasa dan kesenian (Koentjaraningrat,1986: 21). Kesemua hal ini ditunjang oleh sikap yang

dimiliki oleh pelaku kebudayaan yang tergabung dalam suatu organisasi sosial.

Organisasi adat masih memegang prinsip-prinsip kebudayaan tradisional yang

dikembangkan melalui serangkaian interaksi baik itu dalam hal keagamaan, kemasyarakatan,

bahasa, mata pencaharian maupun kesenian. Dari organisasi kemasyarakatan ini pembinaan

terhadap ketahanan budaya dapat dilaksanakan secara aktif dan berkesinambungan dengan tujuan

memelihara nilai-nilai penting dari kebudayaan masyarakat adat.

5.3 Strategi Ketahanan Budaya

Strategi adalah sebuah proses adaptasi yang konstan terhadap kondisi dan keadaan yang

selalu berubah dimana berbagai ambiguitas, ketidakpastian serta kesempatan selalu berusaha

saling mendominasi. Carl Von Clausewitz yang merupakan Bapak strategi modern menyatakan

bahwa dalam suatu kondisi „prinsip, aturan, atau bahkan sistem‟ dari strategi cepat berubah

dipengaruhi oleh berbagai hal kompleks. Tujuan politik dalam strategi adalah memainkan

perannya dalam tindakan diplomatis terhadap aspek ekonomi, sosial maupun budaya. Kultur

suatu wilayah dapat membentuk pola tindakan para pembuat kebijakan serta masyarakatnya.

(Murray dan Grimsley, 1994).

Pembuatan strategi dilakukan melalui proses yang melibatkan pengaruh politik pada

kelompok masyarakat internal serta adanya keistimewaan/keunikan tindakan individu yang

disertai dengan adanya tantangan serta ancaman dari luar. Strategi dapat menggunakan berbagai

macam cara salah satunya melalui proses bertahan (defensif) dan menyerang (ofensif).

Page 12: LAPORAN PENELITIAN PROGRAM STUDI HUBUNGAN … · Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa Indonesia ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami nusantara (sebelum

12

Bennet (1976) mengemukakan bahwa proses adaptasi manusia sebagai pendukung

kebudayaan bersifat dinamis dalam mengembangkan perilaku adaptif serta strategi adaptasi.

Perilaku adaptasi adalah perilaku penyesuaian, serta strategi adaptasi merupakan tindakan yang

dipilih manusia dalam proses pengambilan keputusan serta keberhasilannya sudah dapat

diprediksi. Asumsi dasar adaptasi berkembang dari pemahaman yang bersifat evolusionari yang

senantiasa melihat manusia selalu berupaya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan alam

sekitarnya, baik secara biologis/genetik maupun secara budaya.

Menurut Parson, setiap unsur kebudayaan mengalami proses perubahan, terlebih lagi

dalam era globalisasi dan pertumbuhan ekonomi yang berlangsung cepat, sehingga diperlukan

adaptasi budaya. Parson mengajukan teori tentang 4 sistem tindakan untuk menjaga eksistensi

yaitu adaptation (adaptasi), goal attainment (pencapaian tujuan), integration (integrasi) dan

latency (latensi atau pemeliharaan pola). Adaptasi dalam hubungan ini diartikan bahwa sebuah

sistem harus menanggulangi situasi eksternal yang gawat.

Sistem harus menyesuaikan diri dengan lingkungan serta kebutuhan. Adaptasi erat

kaitannya dengan pola sosiokultural sebab bentuk-bentuk sosiokultural baru muncul sebagai

bentuk adaptasi. Berdasarkan uraian diatas upaya sistematis yang dilakukan oleh manusia untuk

menyesuaikan sistem budaya dengan budaya yang datang dalam rangka mempertahankan

eksistensi budaya yang dapat terjadi baik karena tekanan dari luar maupun keinginan mereka

untuk melakukan perubahan.

Ketahanan budaya diartikan sebagai kondisi dinamik yang berisi keuletan dan

ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan menghadapi dan

mengatasi segala ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan baik yang datang dari dalam

maupun luar. Budaya tradisional memerlukan strategi ketahanan untuk tetap eksis di tengah

berbagai pengaruh globalisasi. Ketahanan budaya pada prinsipnya adalah kekokohan dan

keseimbangan sistemik (makro) serta ketangguhan komponen-komponen budaya (mikro) dalam

menghadapi keberadaan yang makin terbuka secara nasional maupun global, dinamik serta

berbagai ancaman internal dan eksternal.(Geriya: 2000)

Teori ketahanan yang diungkapkan oleh Winston Davis bertumpu pada pandangan

tradisional yaitu bagaimana masyarakat tradisional menyiapkan barikade budaya (cultural

baricade) yang melindungi dirinya dari kemungkinan gangguan yang ditimbulkan dari

perkembangan nilai-nilai progresif yang diintroduksi melalui kapitalisme (Davis dalam Suarsono

Page 13: LAPORAN PENELITIAN PROGRAM STUDI HUBUNGAN … · Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa Indonesia ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami nusantara (sebelum

13

dan SO, 1990). Apa yang sesuangguhnya dikhawatirkan dari masyarakat tradisional adalah

kerusuhan sosial dan kekejian moral akibat tidak adanya batas tata niaga perdagangan dan

kapitalisme itu sendiri. Secara visual melalui teori barikade budaya, Davis menggambarkan

masyarakat tradisional dalam tiga lingkaran yang terkonsentris.

Lingkaran terdalam (c) yang merupakan representasi masyarakat dan nilai terkait dengan

kebutuhan kebutuhan berprestasi dan universalitas.

Lingkaran luar (a) merupakan representasi ekonomi dan nilai-nilai yang terkait dengan status

dan hubungan kekuasaan.

Lingkaran tengah (b) menggambarkan wujud barikade yang ditimbulkan dari masyarakat

tradisional untuk menghalangi perkembangan ekonomi: agama, nilai gaib, moral dan tradisi

masyarakat.

Davis merumuskan konsepsinya tentang lingkaran tengah (b) sebagai pranata bertahan

yang diperlukan untuk mengawasi perkembangan ekonomi. Teori yang dikembangkan Davis,

bahwa pembangunan ekonomi tidak hanya ketika pembangunan mampu menyerang benteng

masyarakat, tetapi juga ketika pembatas tersebut menua dan melemah dan akhirnya mulai sedikit

demi sedikit tumbang, kehilangan semangat dan pegangan serta kemudian menyerah. Teori Davis

menawarkan suatu pendekatan untuk menguji hubungan anatara budaya tradisional yang dijiwai

oleh agama dalam menghadapi kekuatan ekonomi.

Sedangkan tesis dari teori Michael R. Dove menyebutkan keterkaitan budaya tradisional

dengan modernisasi, yaitu budaya tradisional yang terkait dengan perubahan ekonomi, sosial dan

politik dari masyarakat pada tempat budaya tradisional itu tumbuh. Budaya tradisional selalu

mengalami perubahan yang dinamis; budaya tradisional tidak selalu sebagai faktor penghambat

pembangunan dan dalam batas-batas tertentu, budaya tradisional ini dapat berperan positif untuk

mendorong laju modernisasi karena memiliki potensi dalam pemberdayaan. Tesis pokok Dove

merinci tentang 3 hal diantaranya, yaitu: sistem kepercayaan tradisional (religi) memiliki bobot

yang cukup dan mengandung sistem ilmu pengetahuan tentang dunia yang valid, disamping itu

bentuk-bentuk usaha ekonomi tradisional memberikan manfaat fungsional bagi masyarakat

pendukungnya dan dapat dikembangkan dalam skala yang lebih luas, serta budaya tradisional

memiliki peran yang positif serta budaya tradisional yang memiliki ciri yang dinamis dan

mengalami perubahan terus menerus sesuai dengan kekuatan dan tantangan eksternal maupun

internal (Dove dalam Suarsono dan SO, 1990). Berdasarkan teori ketahanan ini, maka ketahanan

Page 14: LAPORAN PENELITIAN PROGRAM STUDI HUBUNGAN … · Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa Indonesia ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami nusantara (sebelum

14

mental yang terkait sikap manusia terhadap kebudayaannya menjadi poin penting yang dikaitkan

dengan barikade budaya itu sendiri. Semakin positif sikap para pendukung kebudayaan maka

semakin tinggi ketahanan kebudayaan yang bersangkutan.

Sementara itu menurut Triguna (1986; Faruk, 2005:14) perubahan yang terjadi pada

masyarakat paling tidak melibatkan dua faktor yaitu internal dan eksternal. Konsep faktor internal

dimaksudkan sebagai hakikat bahwa masyarakat pada intinya tidak statis dan itu didukung oleh

lingkungan sosial budayanya. Sedangkan konsep eksternal yang dimaksud yakni perubahan itu

direncanakan dalam seperangkat rencana pembangunan. Dimensi lain dari perubahan dalam

masyarakat bisa juga dilihat dari dimensi vertikal maupun horizontal. Dalam hal pertama,

menurut Triguna yang mengutip R.Redfield, Swellengrebel dan Mc.Kean menjelaskan bahwa

dinamika masyarakat dan kebudayaan Bali berkembang menurut tingkat-tingkat (1) tradisi kecil;

(2) tradisi besar, dan; (3) tradisi modern. Sementara dalam hal yang kedua, dinamika masyarakat

dan kebudayaan Bali telah memperluas tingkat-tingkat integrasinya melalui integrasi komunitas,

integrasi regional serta integrasi nasional dan atau internasional.

Unsur-unsur tersebut di atas akan menimbulkan perubahan dalam masyarakat. Secara

ideal perubahan tersebut diharapkan bukan menjadi sesuatu yang asing dalam masyarakat,

sehingga dalam gejala tersebut unsur-unsur tradisional dan unsur-unsur yang datang sesudahnya

dapat saling melengkapi. Namun dalam realitas tidak tertutup kemungkinan terjadinya resistensi

terhadap hal yang datang belakangan, akibat ketidak seimbangan antara perubahan struktural dan

kultural.

Berdasarkan teori dan tulisan-tulisan diatas, dapat dipetakan bahwa globalisasi dapat

berpengaruh pada penguatan unsur-unsur kebudayaan masyarakat melalui ketahanan mental dari

sikap manusia terhadap budayanya. Ketahanan mental pelaku kebudayaan menghadapi pengaruh

globalisasi dilakukan melalui strategi bertahan (tindakan defensif) dan adaptasi (tindakan

progresif). Strategi tersebut juga harus diimbangi dengan keseimbangan masyarakat dalam

pengelolaan segala unsur kebudayaan sehingga berdampak pada penguatan jati diri masyarakat

lokal bahkan membuat budaya tradisional semakin tumbuh, mekar dan fleksibel dalam berbagai

tantangan dan ancaman global sebagai refleksi wujud kebudayaan yang hidup secara

berkelanjutan.

Page 15: LAPORAN PENELITIAN PROGRAM STUDI HUBUNGAN … · Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa Indonesia ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami nusantara (sebelum

15

5.4 Desa Adat

Dengan diberlakukannya UU No. 5 Tahun 1979, di Bali dikenal adanya dua pengertian

desa. Pertama, 'desa' dalam pengertian hukum nasional, sesuai dengan batasan yang tersirat dan

tersurat dalam Undang-undang No. 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa. Desa dalam

pengertian ini melaksanakan berbagai kegiatan administrasi pemerintahan atau kedinasan

sehingga dikenal dengan istilah 'Desa Dinas' atau 'Desa Administratif'. Desa dalam pengertian

yang kedua, yaitu desa adat atau Desa Pakraman, mengacu kepada kelompok tradisional dengan

dasar ikatan adat istiadat dan terikat oleh adanya tiga pura utama (Kahyangan Tiga). Dasar

pembentukan desa adat dan desa dinas memiliki persyaratan yang berbeda, sehingga wilayah dan

jumlah penduduk pendukung sebuah desa dinas tidak selalu kongruen dengan desa adat.

Eksistensi Desa adat di Bali diakui oleh pasal 18 UUD 1945 dan dikukuhkan oleh

Peraturan Daerah Propinsi Bali No. 6 Tahun 1986, yang mengatur tentang kedudukan, fungsi dan

peranan Desa adat sebagai kesatuan masyarakat Hukum Adat di Propinsi Daerah Bali.

Kelembagaan Desa adat bersifat permanen dilandasi oleh Tri Hita Karana.

Pengertian Desa adat mencakup dua hal, yaitu : (1) Desa adatnya sendiri sebagai suatu

wadah, dan (2) adat istiadatnya sebagai isi dari wadah tersebut. Desa adat merupakan suatu

lembaga tradisional yang mewadahi kegiatan sosial, budaya dan keagamaan masyarakat umat

Hindu di Bali. Desa adat dilandasi oleh Tri Hita Karana, yaitu : (1) Parahyangan (mewujudkan

hubungan manusia dengan pencipta-Nya yaitu Hyang Widhi Wasa), (2) Pelemahan (mewujudkan

hubungan manusia dengan alam lingkungan tempat tinggalnya), dan (3) Pawongan (mewujudkan

hubungan antara sesama manusia, sebagai makhluk ciptaan-Nya) (Dharmayuda, 2001).

Konsep desa adat ini digunakan dalam penelitian ini u tuk mengkaji sejauh mana peranan

dari lembaga sosial adat di Tenganan dalam mempertahankan budaya bali kuno dan menghadapi

arus globalisasi.

VI. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan dan Metode Penelitian

Dalam penelitian, peneliti dihadapkan dengan berbagai macam metode penelitian.

Metodologi penelitian diperlukan guna mengarahkan dan menuntun pelaksanaan penelitian agar

hasil yang dicapai sama dengan realitas. Pemilihan metode yang tepat dan sesuai dengan jenis

Page 16: LAPORAN PENELITIAN PROGRAM STUDI HUBUNGAN … · Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa Indonesia ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami nusantara (sebelum

16

dan sifat penelitian yang dilakukan guna mendapatkan hasil yang tepat pula. Ada beberapa

metode yang sering dipergunakan dalam Ilmu Hubungan Internasional antara lain metode

kualitatif, metode kuantitatif, serta metode komparatif. Dalam tulisan ini metode penelitian yang

digunakan adalah metode penelitian kualitatif untuk mendapatkan pemahaman yang lebih

mendalam mengenai masalah yang akan diteliti.

Dalam penelitian ini, akan dianalisa mengenai strategi ketahanan budaya desa Tenganan

di Kabupaten Karangasem sebagai salah satu desa Bali Aga dalam mempertahankan nilai-nilai

kebudayaan tradisional yang mereka miliki namun tetap dapat terus berkembang secara luwes

mengikuti arus globalisasi. Maka metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan analitis

untuk menjabarkan strategi ketahanan dan adaptasi yang dilakukan masyarakat desa Tenganan

melalui organisasi desa adat. Data untuk penelitian ini dicari melalui sumber-sumber tertulis

maupun lisan. Sumber tertulis yang digunakan berasal dari dokumen, majalah, surat kabar, dan

jurnal, sedangkan sumber lisan didapatkan dari hasil wawancara terhadap tokoh-tokoh desa adat

serta masyarakat dari desa Tenganan.

2. Lokasi penelitian

Penelitian ini akan mengambil lokasi di Desa Tenganan di Kabupaten Karangasem. Objek

pengamatan yang menjadi fokus kajian dalam riset ini adalah Strategi Ketahanan Budaya Desa

Tenganan sebagai Desa Bali Aga Dalam Menghadapi Arus Globalisasi.

3. Cara Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang lengkap dan komprehensif, pengumpulan data untuk maka

riset studi kasus ini dilakukan dengan beberapa cara yaitu : wawancara mendalam (depth

interview), dan studi dokumen-dokumen yang berkaitan dengan tema penelitian yaitu seputar

kegiatan di lapangan. Wawancara dilakukan terhadap informan kunci (key informan) yang

dianggap mengerti dan memahami berbagai isu dan masalah yang menjadi fokus perhatian dari

penelitian ini, baik dari kalangan tokoh masyarakat, perwakilan lembaga desa adat, serta warga

desa Tenganan.

Page 17: LAPORAN PENELITIAN PROGRAM STUDI HUBUNGAN … · Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa Indonesia ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami nusantara (sebelum

17

4. Analisis data

Data-data yang telah dikumpulkan baik data primer maupun sekunder yang diperoleh dari

hasil wawancara, studi dokumen, kemudian disusun secara sistematis sesuai dengan kategori atau

tema-tema tertentu setelah dilakukan reduksi padanya. Hasil reduksi tersebut kemudian didisplay

sesuai dengan kategori atau tema tertentu agar mudah difahami, sehingga akhirnya dapat diambil

pemahaman-pemahaman darinya sebagai bahan untuk membuat kesimpulan.

Page 18: LAPORAN PENELITIAN PROGRAM STUDI HUBUNGAN … · Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa Indonesia ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami nusantara (sebelum

18

VII. Pembahasan

Kebudayaan Bali pada hakikatnya dilandasi oleh nilai-nilai yang bersumber pada ajaran

agama Hindu. Masyarakat Bali mengakui adanya perbedaaan ( rwa bhineda ), yang sering

ditentukan oleh faktor ruang ( desa ), waktu ( kala ) dan kondisi riil di lapangan (patra ).

Konsep desa, kala, dan patra menyebabkan kebudayaan Bali bersifat fleksibel dan selektif dalam

menerima dan mengadopsi pengaruh kebudayaan luar. Pengalaman sejarah menunjukkan bahwa

komunikasi dan interaksi antara kebudayaan Bali dan budaya luar seperti India (Hindu), Cina,

dan Barat khususnya di bidang kesenian telah menimbulkan kreatifitas baru dalam seni rupa

maupun seni pertunjukkan. Tema-tema dalam seni lukis, seni rupa dan seni pertunjukkan banyak

dipengaruhi oleh budaya India. Demikian pula budaya Cina dan Barat/Eropa memberi nuansa

batu pada produk seni di Bali. Proses akulturasi tersebut menunjukkan bahwa kebudayaan Bali

bersifat fleksibel dan adaptif khususnya dalam kesenian sehingga tetap mampu bertahan dan

tidak kehilangan jati diri. Kebudayaan Bali memiliki kebudayaan yang khas karena belum

terpengaruhi oleh budaya lain.

Namun seiring dengan derasnya arus globalisasi dan semakin berkembangnya kegiatan

ekonomi masyarakat Bali, terutama dari sektor pariwisata kemungkinan akan menimbulkan

sistem budaya yang tersirat dan berangsur–angsur akan mengalami pergeseran atau perubahan.

Menurut Setyadi (2007), transisi yang terjadi adalah transisi masyarakat dan kebudayaan agraris

menuju kebudayaan industri (pariwisata) dan transisi masyarakat yang makin terbuka dengan

kebudayaan global. Dua bentuk transisi tersebut lebih dominan terjadi di desa-desa yang telah

dijadikan sebagai daerah tujuan wisata. Salah satunya adalah Desa Adat Tenganan yang

merupakan daerah tujaun wisata budaya di Kabupaten Karangasem. Perkembangan pariwisata di

Desa Adat Tenganan cukup pesat.

Namun di tengah pesatnya perkembangan pariwisata dan derasanya arus globalisasi Desa

Adat Tenganan mengalami masalah tersendiri yakni struktur desa yang terancam berubah akibat

kepentingan bisnis, dan generasi muda desa yang semakin melupakan kearifan dan budayanya

sendiri seiring derasnya arus informasi yang masuk ke desa. Sisi ketradisionalan sebagai desa tua

di Bali kian terpinggirkan dengan kehidupan modern penduduknya.

Page 19: LAPORAN PENELITIAN PROGRAM STUDI HUBUNGAN … · Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa Indonesia ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami nusantara (sebelum

19

7.1 Profil Desa Adat Tenganan

Desa Adat Tenganan adalah desa yang terletak cukup terpencil dan terletak di Kabupaten

Karangasem. Untuk mencapai desa ini melalui jalan darat dan berjarak sekitar 60km dari pusat

kota Denpasar Bali. Luas wilayah desa Tenganan 917,5 H yang terdiri dari 8% pemukiman 22%

saawah dan sisinya berupa tegalan. Desa tenganan mempunyai luas area sekitar 1.500 hektar. Di

desa Tenganan data penduduk terdapat 225 KK (kepala keluarga) yang ini berjumlah 707 jiwa,

terdiri dari 347 jiwa laki–laki dan 360 jiwa perempuan. Keseluruhan jumlah penduduk tersebut

tergabung ke dalam dan bertempat tinggal di Banjar Kauh, Banjar Tengah, dan Banjar Kangin.

Desa Adat Tenganan sebuah desa dari masa Bali Kuno atau Bali Aga, yaitu sistem sosial

budaya dari masa sebelum masa Majapahit yang dikenal dengan Bali Arya adalah sebuah desa

yang berlokasi di suatu lembah yang memanjang dari Selatan sampai Utara di antara Bukit

Kangin dan Bukit Kauh di Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem.

Masyarakat Desa Adat Tenganan merupakan masyarakat Bali asli (Bali Aga) yang tidak

mendapatkan pengaruh dari kebudayaan Hindu Majapahit (Hindu Jawa) seperti masyarakat Bali

pada umumnya (Bali Apanaga). Keberadaan Desa Adat Tenganan telah ada sejak abad ke-11

yang didasarkan pada penemuan “Prasasti Ujung” yang di dalamnya terdapat istilah „Tenganan‟.

Kehidupan masyarakat Desa Adat Tenganan sangat tertutup yang merupakan cerminan

kewaspadaan terhadap musuh.

Masyarakat Desa Tenganan menganut kepercyaan bahwa Dewa Indra adalah dewa dari

para dewa. Kepercayaan ini tampak dari struktur desa yang berbentuk Jaga Satru yang berarti

waspada terhadap musuh, yang dikelilingi benteng dengan empat pintu di empat arah utama mata

angin. Permukiman Desa tersusun linear dalam tiga banjar, yang membujur dari arah utara ke

selatan, yaitu Banjar Kauh, Tengah, dan Pande (Sadra, 2008). Menurut aturan yang ada di desa

Tenganan, setiap warga yang diperbolehkan dan berhak tinggal disana adalah orang yang

menikah dengan sesama warga di desa tersebut, yang kemudian akan diberikan hak atas

kepemilikan tanah di desa. Penduduk Desa Tenganan secara keseluruhan diberi fasilitas tanah

oleh dinas setempat atau pemerintah desa, kecuali penduduk desa yang menikah dengan selain

desa Tenganan, pasangan tersebut dan keturunannya tersebut tidak diakui oleh pemerintah desa

setempat. Bisa jadi pasangan dan keturunannya tersebut diizinkan untuk tinggal atau menetap di

desa tersebut namun untuk statusnya secara adat ataupun sipil tidak diakui pemerintah desa

setempat, dan bertempat tinggal dibagian lain dari desa. Pembagian tanah dalam masyarakat Desa

Page 20: LAPORAN PENELITIAN PROGRAM STUDI HUBUNGAN … · Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa Indonesia ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami nusantara (sebelum

20

Tenganan bersifat horisontal artinya tidak ada pembedaan antara seseorang yang mempunyai

kedudukan atau kekuasaan dalam masyarakat maupun orang yang mempunyai tingkat

perekonomian yang tinggi.

Bentuk pura yang terdapat pada tiap rumah berbeda – beda sesuai dengan tingkat

kepentingan mereka dalam beribadah dan tentu saja tingkat perekonomian mereka, warga

masyarakat yang mempunyai ekonomi tinggi cenderung mempunyai pura atau tempat

peribadatan didalam rumah yang cenderung kompleks dan dari segi arsitektur lebih bagus bila

dibandingkan dengan keluarga yang mempunyai perekononian sedang mereka cenderung

membangun tempat peribadahan yang sederhana di dalam rumah mereka. Keduanya baik pura

yang relatif besar maupun kecil mempunyai fungsi yang sama yaitu sebagai tempat atau sarana

beribadah mereka sehari – hari.

Desa Tenganan, merupakan salah satu dari sejumlah desa masyarakat Bali Aga yang ada

di Pulau Bali. Pola kehidupan masyarakatnya mencerminkan kebudayaan dan adat istiadat desa

Bali Aga ( pra Hindu ) yang berbeda dari desa-desa lain di Bali. Karenanya Desa Tenganan

dikembangkan sebagai salah satu obyek dan daya tarik wisata budaya. Sebagai obyek wisata

budaya, Desa Tenganan memiliki banyak keunikan dan kekhasan yang menarik untuk dilihat dan

dipahami.

7.2 Kebudayaan dan Pengaruh Globalisasi Terhadap Perubahan Kegiatan Adat Masyarakat Bali

Aga

Dalam perkembangannya desa Tenganan menjadi kawasan strategis pariwisata budaya di

Kabupaten Karangasem dimana hal ini tercantum dalam RTRW Kabupaten Karangasem.

Keluarnya kebijakan tersebut karena melihat potensi pasar wisata yang cukup besar, dan Desa

Adat Tenganan Pegringsingan menjadi daerah tujuan wisata favorit kedua setelah Pura Besakih.

Sebagai desa wisata, kebudayaan merupakan hal yang ditonjolkan dan menjadi daya tarik

tersediri di desa Tenganan ini. Penduduk Tenganan menjaga kebudayaan mereka agar tetap

hidup. Tradisi dan adat istiadat tersebut terdiri atas; tata ruang desa, arsitektur bangunan dan

ruang keluarga, pelaksanaan upacara keagamaan seperti mekare-kare, tenunan tradisional kain

geringsing dan tradisi penulisan naskah diatas daun palem atau pembuatan prasi.Namun di lain

Page 21: LAPORAN PENELITIAN PROGRAM STUDI HUBUNGAN … · Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa Indonesia ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami nusantara (sebelum

21

sisi, penduduk desa mulai membuka diri terhadap dunia luar. Ini membawa beberapa perubahan

dalam berbagai sektor.

Dalam melihat bagaimana kebudayaan masyarakat bali aga di desa Tenganan dan

perubahan yang terjadiu mengacu pada 7 unsur kebudayaan menurut Koentjaraningrat yakni:

a) Sistem Mata Pencaharian

Masyarakat di desa Tenganan ini mayoritas sebagai petani, tapi mereka hanya sebagai

tuan tanah atau pemilik tanah dan yang mengerjakan atau yang mengurusi sawah mereka orang

lain dan biasanya orang itu berasal dari luar desa Tenganan. Sistem budaya yang kuat dimana

penduduk tidak boleh bekerja keluar desa menyebabkan mata pencaharian penduduk otomatis

hanya sebagai petani.

Kini,mayoritas penduduk desa bekerja sebagai pengrajin. Komoditi yang ditawarkan

antara lain kain gringsing, kerajinan ata, painting egg, dan lukisan daun lontar. Secara ekonomi,

pendapatan dari sektor pariwisata memang lebih menjanjikan dibanding pertanian. Selain sebagai

pengrajin, ada juga penduduk yang bermata pencaharian sebagai PNS dan karyawan swasta. Nilai

jual yang tinggi dari setiap kerajinan yang dihasilkan masyarakat Tenganan telah menjadi daya

tarik tersendiri untuk dapat meningkatkan taraf hidup.

b) Sistem Kepercayaan

Masyarakat desa Tenganan beragama Hindhu Darma yang mana dewa yang di anut

adalah sekte Indra. Dimana di desa Tenganan yang menaganut sekte indra ( ibu pertiwi) maka

untuk proses pemakamannya dengan cara dikubur dengan posisi badan tertelungkup dan

telanjang, ini dalam ajaran sekte indra mengambarkan bahwa bayi lahir, mati dan akan kembali

ke bumi pertiwi. masyarakat Tenganan melakukan ritual keagamaan setiap hari untuk menjaga

kemurnian rohani serta keseimbangan sosial desa. Adapun kegiatan yang paling terkenal dan

menjadi pusat perhatian dalam bulan kelima adalah perang pandana mekare-kare (perisai).

Hingga saat ini system kepercayaan ini masih dipegang teguh oleh masyarakat desa adat

Tenganan.

c) Bahasa

Di desa Tenganan bahasa yang mereka gunakan untuk percakapan sehari-hari adalah

menggunakan bahasa jawa bali. Bahasa tersebut dibawa dari jawa ke bali pada masa kerajaan

Majapahit. Seiring arus globalisasi dan berbagai pengaruh dari luar yang masuk melalui sektor

Page 22: LAPORAN PENELITIAN PROGRAM STUDI HUBUNGAN … · Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa Indonesia ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami nusantara (sebelum

22

pariwisata, perkembangan bahasa juga menyesuaikan. Masyarakat desa adat Tenganan tidak

hanya

d) Kesenian

Salah Satu kesenian yang terkenal dari Desa adat Tenganan adalah makare-kare. Mekare-

kare ini merupakan kesenian perang yang bersenjatakan pandan berduri dan tameng rotan sebagai

bagian dari ritual di siang hari, kesenian tersebut adalah sebagai penghormatan terhadap dewa

yang menjadi kepercayaan di desa Tenganan dan kesenian tentang perang pandan mengambarkan

tentang peperangan dewa mereka. Acara ini merupakan rangkaian dari ritual dan menyanyikan

kidung, penampilan tarian sakral Rejang dan Keris. Rangkaian prosesi diakhiri tari Rejang dan

ritual di subak Daha.

Selain perang pandan, kesenian yang terdapat di desa Tenganan ada upacara “ metrune”

upacara ini di lakukan untuk menandakan bahwa perempuan sudah dianggap dewasa tidak hanya

secara fisik tetapi juga sifatnya. Dan setelah melakukan upacara ini perempuan tadi boleh

melakukan perkawinan.

e) Organisasi Sosial

1. Sistem Kekerabatan

Di masayarakat Tenganan di terdapat jenis-jenis dalam proses kekerabatan, terutama

dalam perkawinan. Adapun jenis – jenis perkawinan yakni:

- Kawin pinang, perkawinan ini dilakukan dengan orang tua yang meminang untuk anaknya

yang akan menikah

- Blegadang, perkawinan ini adalah perkawinan yang di lakukan atas paksaan dari orang tua.

- Nganten yaitu perkawinan karena suka sama suka antara laki-laki dengan perempuan.

Adat setempat melarang masyarakat luar untuk menikah dengan masyarakat Tenganan.

Hingga tahun 1925, pernikahan di Tenganan hanya boleh dilangsungkan dengan sesama

masyarakat Tenganan. Akan tetapi, seiring dengan kemajuan zaman, lelaki Tenganan sudah

diperbolehkan untuk menikah dengan wanita dari desa lain dengan kasta yang lebih tinggi

tanpa harus kehilangan hak untuk tetap tinggal di Tenganan.

2. Sistem Pemerintahan

Tenganan di pimpin oleh seorang kepala desa dan terdapat tiga struktur pemerintahan:

- Kerama Desa

Page 23: LAPORAN PENELITIAN PROGRAM STUDI HUBUNGAN … · Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa Indonesia ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami nusantara (sebelum

23

Terdiri dari 28 pasang suami istri, masyarakat Tenganan yang dapat masuk ke dalam

organisasi ini adalah pemuda atau pemudi yang menikah dengan sesama warga Tenganan.

- Bumi Desa

- Kerama Bumi

Yang masuk dalam organisasi ini adalah seluruh masyarakat termasuk yang mengalami cacat

fisik. Jabatan Kerama Desa, waktunya dapat dikatakan tidak menentu, dan syarat seseorang

lengser dari Kerama Bumi apabila meninggal, poligami atau salah satu anaknya menikah,

keanggotaan kerama desa tidak diperbolehkan ada keanggotaan rangkap dalam satu keluarga.

Sehingga apabila salah seorang anaknya menikah dan berkeluarga, sedangkan bapak ibunya

merupakan anggota Kerama Desa, maka jabatannya akan lengser.

f) Sistem Pengetahuan

Tenganan terdapat Balai panjang atau dalam bahasa jawa di sebut pesantren, itu berfungsi

untuk tempat belajar para anak-anak di Tenganan tentang ilmu agama, dan para murid dibina

pemuka agama yang disebut sebagai “mekel” ,yaitu keturunan Mangku ( orang yang ahli agama).

Seiring dengan perkembangan zaman, yang tadinya di masyarakat Tenganan hanya

mengenal pendidikan di Balai Panjang, di sana sekarang sudah mengenal Pedidikan formal ,

untuk sekarang ini banyak anak-anak yang sudah menimba ilmu di perguruan-perguruan tinggi

baik di bali sendiri maupun di luar Bali.

g) Sistem Teknologi

1) Perumahan

Pola permukiman desa Tenganan Pegeringsingan, Karangsasem. Dengan awangan

(Ruang Bersama Tradisi Bali Aga), rumah tinggal warga desa tersusun linier dari Utara-Selatan

dengan pintu pekarangan/jelanan awang menghadap Barat atau Timur. Untuk memasukinya,

mesti melewati awangan yaitu rangkaian halaman depan masing-masing pekarangan rumah

tinggal. Awangan ini berundak-undak dengan lapisan batu kali ciri kebudayaan megalitik makin

ke Utara makin tinggi. Batas awangan yang satu dengan awangan lainnya yang saling berhadapan

adalah selokan air yang disebut boatan. Sedangkan sebagai batas halaman belakang masing-

masing pekarangan rumah tinggal juga berupa selokan air selebar 1m - 1,5m yang disebut teba

pisan. Jumlah awangan sebagai jalan membujur dari Utara ke Selatan adalah 3 buah yaitu

awangan kauh (Barat) yang paling lebar dan berfungsi sebagai awangan utama didirikan paling

Page 24: LAPORAN PENELITIAN PROGRAM STUDI HUBUNGAN … · Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa Indonesia ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami nusantara (sebelum

24

banyak fasilitas umum (bangunan adat dan bangunan suci), awangan tengah,dan awangan kangin

(Timur).

Desa Tenganan pada masa lalu lebih mengutamakan pada kepentingan spiritual dan

kebersamaan, hal tersebut tercermin pada rumah tinggal masyarakat. Sekarang ini sudah mulai

bergeser kearah kepentingan komersial dan pribadi. Dahulu dalam perkarangan masih terdiri

beberapa unit bangunan dengan tata letak mengikuti tata nilai Tri Mandala, tetapi pada aktivitas

sehari-hari terlihat adanya pengaburan fungsi dari bangunan tersebut. Sekarang ini, pada sebagian

perkarangan terjadi perluasan dengan tujuan sebagai tempat menjual barang-barang kerajinan dan

dimensi sakralnya sudah mulai hilang.

2) Pembuatan Kain Tenun Gerising

Tenganan dikenal dengan kain tradisionalnya, Kamben Gringsing, yang memiliki arti

“kain menyala” dan “melawan penyakit”. Satu set yang terdiri dari empat kain gringsing bisa

memakan waktu delapan tahun untuk proses pembuatannya dan setiap potongnya dapat berharga

Rp.32 juta. Beberapa jenis kain gringsing bahkan tidak untuk dijual.

7.3 Strategi Ketahanan Masyarakat Desa Adat Tenganan Dalam Menghadapi Budaya Global

Masyarakat dan kebudayaan Bali tidak luput dari perubahan di era globalisasi ini. Seperti

dikatakan oleh Adrian Vickers (2002) bahwa orang Bali kini tengah mengalami suatu paradok

yakni cenderung mengadopsi kebudayaan modern yang mendunia (kosmopolitan), namun di sisi

lain juga sedang mengalami proses parokialisme atau kepicikan yang timbul karena fokus beralih

pada lokalitas, khususnya kepada desa adat. Dengan kata lain bahwa orang Bali dalam

mengadopsi budaya modern tampaknya masih tetap berpegang kepada ikatan-ikatan tradisi dan

sistem nilai yang dimilikinya. Fenomena paradok ini juga dikemukakan oleh Naisbitt dan

Aburdene (1990:107) yang disebutnya sebagai sikap penolakan (countertrend) terhadap pengaruh

kebudayaan global (budaya asing) sehingga timbul hasrat untuk menegaskan keunikan kultur dan

bahasa sendiri.

Desa Tenganan sebagai desa wisata tentu tidak lupt dari pengaruh-pengaruh globalisasi.

Walaupun sarana dan prasarana seperti listrik dll masuk ke Desa Tenganan ini, tetapi rumah dan

adat tetap dipertahankan seperti aslinya yang tetap eksotik. Desa Tenganan tetap saja berdiri

kokoh tidak peduli dengan perubahan jaman dengan tetap bertahan dengan tiga balai desanya

Page 25: LAPORAN PENELITIAN PROGRAM STUDI HUBUNGAN … · Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa Indonesia ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami nusantara (sebelum

25

yang kusam dan rumah adat yang berderet yang sama persis satu dengan lainnya. Dan tidak

hanya itu didesa ini keturunan juga dipertahankan dengan perkawinan antar sesama warga desa.

Oleh karena itu Desa Tenganan tetap tradisional dan eksotik, walaupun Masyarakat Tenganan

menerima masukan dari dunia luar tetapi tetap saja tidak akan cepat berubah, karena peraturan

desa adat /awig-awig mempunyai peranan yang sangat penting terhadap masyarakat Desa

Tenganan.

Pengembangan desa wisata di Desa Tenganan tidak terlepas dari keterlibatan masayarakat

sekitar Desa Tenganan Pegringsingan (Desa Pakraman). Desa Pakraman adalah kesatuan

masyarakat hukum adat di Propinsi Bali yang mempunyai satu kesatuan tradisi dan tata krama

pergaulan hidup masyarakat umat Hindu secara turun temurun. Desa adat atau desa pakraman di

Bali merupakan salah satu dari berbagai kesatuan hukum masyarakat adat yang ada di Indonesia.

Sebagai desa yang masih tradisional dan selalu menjunjung tinggi awig–awig desa,

kehidupan masyarakat Desa Adat Tenganan selalu mengedepankan prinsip persatuan, kesatuan

dan kebersamaan. Pada dasarnya setiap aspek kehidupan di desa selalu berdasarkan adat. Tatanan

tersebut senantiasa terjaga dengan adanya sistem pemerintahan adat. Sebagai suatu desa

pakraman, sistem pemerintahan adat di Desa Adat Tenganan sangat demokratis.

Peranan masyarakat Desa Pakraman Tenganan dalam melestarikan dan mempertahankan

budaya dan adat istiadat sebagai potensi wisata sangat memegang peranan penting, hal ini karena

seiring dengan perkembangan zaman Desa Tenganan masih tetap memegang teguh budaya dan

adat-istiadat yang ada tanpa adanya pengaruh dari luar. Hal ini karena adanya aturan adat yang

ada di Desa Tenganan yang disebut dengan Awig-awig. Awig-awig Desa Tenganan bertujuan

untuk mempertahankan keutuhan dan keajegan desa adat (Prasetiyo, 2009:6).

Kearifan lokal berupa awig-awig tersebut merupakan warisan leluhur masyarakat

setempat pada abad ke-11. Sampai saat ini awig-awig tersebut masih tetap eksis dalam kehidupan

masyarakat Tenganan. Hal ini ditandai dengan masih kuatnya ikatan awig-awig tersebut terhadap

masyarakat Desa Pakraman Tenganan. Setiap bentuk pelanggaran terhadap awigawig tersebut

akan berbuah sanksi yang diberikan oleh pihak desa pakraman kepada pihak yang melanggar.

Awig-awig desa Tenganan yang disusun pada abad ke-11 dan menjadi pedoman hidup

masyarakat setempat sempat musnah dalam musibah kebakaran pada tahun 1841. Awig-awig

desa adat Tenganan yang ada saat ini dan disucikan di bale agung merupakan hasil penulisan

kembali awig-awig sebagaimana yang disebutkan di atas. Penulisan kitab awig-awig tersebut

Page 26: LAPORAN PENELITIAN PROGRAM STUDI HUBUNGAN … · Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa Indonesia ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami nusantara (sebelum

26

dilatarbelakangi karena masyarakat merasa kehilangan kitab yang berisikan pedoman yang

mengatur tatanan kehidupan bagi masyarakat setempat yang telah diwariskan leluhur mereka

sejak abad ke-11. Keadaan ini menjadikan mereka merasa berkepentingan untuk menulis kembali

awig-awig yang telah menjadi pedoman tersebut agar tidak dilupakan oleh masyarakat. Di

samping itu, dengan menulis kembali awig-awig tersebut sebagai sebuah pedoman yang

mengatur tatanan kehidupan masyarakat setempat, maka dapat memantapkan penerapan aturan-

aturan yang berlaku dalam kehidupan masyarakat Tenganan, termasuk juga memantapkan

penerapan aturan-aturan mengenai pengelolaan hutan di kawasan desa tersebut. Hal ini dapat

dipahami karena kitab awig-awig tersebut dapat memberikan legitimasi terhadap penerapan

aturan dalam kehidupan masyarakat di Desa Pakraman Tenganan.

Sebagaimana yang dinyatakan oleh Sztompka (2010) bahwa tradisi memberikan

legitimasi terhadap pandangan hidup, keyakinan, pranata, dan aturan yang sudah ada, di masa

semuanya ini memerlukan pembenaran agar dapat mengikat anggotanya. Penulisan kembali kitab

awig-awig tersebut dapat pula dipahami sebagai upaya penyebaran atau pewarisan tradisi berupa

aturan-aturan (awig-awig) yang berlaku kepada masyarakat serta generasi selanjutnya.

Pendokumentasian atau pemulisan kembali awig-awig tersebut sebagai upaya pelestarian kearifan

lokal masyarakat Tenganan akan jauh lebih tidak terbatas cakupan penerimanya maupun jangka

waktunya ketimbang hanya melalui lisan.

Dan dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Desa Pakraman Tenganan memiliki

peranan yang penting dalam mempertahankan kebudayaan desa Tenganan sebagai desa bali aga.

Berbagai bidang kehidupan diatur dalam awig-seperti pada bidang pengelolaan kekayaan

alamnya, seperti larangan menjual tanah keluar desa, larangan melakukan simpan pinjam dari

bank, maupun pada aspek acara pernikahan sampai proses ketentuan pembagian harta warisan.

Uniknya lagi sehubungan dengan tanaman „terlarang‟ di kawasan Desa Tenganan, setiap Kepala

Keluarga yang memiliki tanaman tersebut diharuskan membayar pajak karena buah tersebut

dapat dijual ke pasar.

Selain itu desa Pakraman Tenganan juga selalu menjaga dan melestarikan budayanya

sebagai daya tarik utama yang mampu menarik banyak wisatawan untuk datang ke sana. Budaya

Desa Tenganan seperti, adat-istiadatnya, upacara-upacara agama, kerajinan tangan khas Desa

Tenganan, bangunan-bangunan yang masih tradisional serta yang paling banyak menarik para

wisatawan baik itu dalam maupun luar adalah atraksi Mageret Pandan (Makare-karean).

Page 27: LAPORAN PENELITIAN PROGRAM STUDI HUBUNGAN … · Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa Indonesia ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami nusantara (sebelum

27

Budaya inilah yang masih dijaga dan dilestarikan sampai saat ini oleh Desa Pakraman

Tenganan. Selain itu Desa Pakraman juga dilarang untuk merusak lingkungan dan harus menjaga

lingkungan agar tetap asri, peraturan untuk menjaga lingkungan sekitar Desa Tenganan terdapat

pada awig-awig Desa Tenganan. Sehingga Desa Pakraman Tenganan berpegang teguh pada

awig-awig yang di dalam awig-awig juga mengatur tentang menjaga lingkungan dan aturan-

aturan lainnya yang harus dipatuhi oleh Desa Pakraman Tenganan. Hal inilah yang menyebabkan

budaya dan alam di Desa Tenganan masih terjaga sampai sekarang.

Desa Pakraman Tenganan juga menyediakan berbagai fasilitas pendukung pariwisata bagi

wisatawan yang berkunjung ke sana, selain itu Desa Pakraman juga menyediakan peluang usaha

bagi masyarakat lokal untuk mendukung pengembangan desa wisata di Desa Tenganan

pegringsingan dengan memberi kebebasan bagi masyarakat lokal untuk ikut terlibat sebagai

pelaku usaha wisata, namun dengan menuruti sistem peraturan yang telah dibuat agar tidak

terjadi konflik antara sesama pelaku usaha wisata.

Demikian pentingnya peranan dari masyarakat Desa Tenganan dalam menjaga dan

melestarikan budaya dan adat-istiadat dengan mematuhi awig-awig tersebut, karena didalam awi-

awig terdapat semua tata tertib dan kebiasaan masyarakat Desa Pakraman Tenganan dalam

menjaga keajegan dan keutuhan Desa sebagai modal untuk menjadi desa wisata yang menarik

para wisatawan dan membuat lebih berkembang lagi.

Page 28: LAPORAN PENELITIAN PROGRAM STUDI HUBUNGAN … · Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa Indonesia ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami nusantara (sebelum

28

VIII. Penutup

8.1 Kesimpulan

Globalisasi membuat dunia semakin tidak lagi mengenal batas daerah maupun negara

(borderless). Pengaruh-pengaruh luar semakin mudah untuk masuk dan membawa perubahan

dalam berbagai aspek kehidupan dan di berbagai daerah. Masyarakat dan kebudayaan Bali tidak

luput dari perubahan di era globalisasi ini. Ini semakin dipercepat dengan dorongan arus

pariwisata.

Desa Adat Tenganan yang terkenal sebagai desa bali aga (bali kuno) yang kemudian

berkembang menjadi desa wisata juga tidak luput dari pengaruh globalisasi. Beberapa aspek

kebudayaan berubah sesuai pengaruh-pengaruh dari luar. Namun beberapa aspek kebudayaan

lainnya masih dipegang teguh oleh masyarakat adat setempat.

Untuk mempertahankan keaslian kebudayaan bali aga ini tidak terlepas dari peranan desa

pakraman setempat. Desa pakraman Tenganan dengan teguh melaksanakan awig-awig desa.

Awig-awig desa Tenganan ini menjadi peraturan hidup masyarakat setempat yang mengatur

tatanan kehidupan bagi masyarakat setempat yang telah diwariskan leluhur mereka sejak abad ke-

11. Awig-awig tersebut dapat memberikan legitimasi terhadap penerapan aturan dalam berbagai

kehidupan masyarakat di Desa Pakraman Tenganan. Berbagai bidang kehidupan diatur dalam

awig-seperti pada bidang pengelolaan kekayaan alamnya, seperti larangan menjual tanah keluar

desa, larangan melakukan simpan pinjam dari bank, maupun pada aspek acara pernikahan sampai

proses ketentuan pembagian harta warisan. Selain itu awig-awig juga mengatur tentang aspek

lingkungan yang patut dijaga keasriannya.

Penerapan awig-awig oleh desa pakraman Tenganan ini adalah sebagai usaha pelestarian

kebudayaan dan kearifan lokal masyarakat Tenganan. Terlebih lagi desa Tenganan saat ini yang

berkembang menjadi desa wisata tidak luput dari berbagai pengaruh luar yang dapat

mempengaruhi kearifan lokalnya sebagai desa bali aga. Ini juga dilakukan demi menjaga dan

melestarikan budayanya, karena kebudayaan bali aga merupakan daya tarik utama yang mampu

menarik wisatawan untuk datang ke sana. Budaya Desa Tenganan seperti, adat-istiadatnya,

upacara-upacara agama, kerajinan tangan khas Desa Tenganan, bangunan-bangunan yang masih

tradisional serta kesenian tradisional seperti kesenian Makare-kare banyak menarik para

Page 29: LAPORAN PENELITIAN PROGRAM STUDI HUBUNGAN … · Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa Indonesia ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami nusantara (sebelum

29

wisatawan. Budaya inilah yang masih dijaga dan dilestarikan sampai saat ini oleh Desa Pakraman

Tenganan.

Dan dari hasil penelitian menunjukkan peranan desa pakraman Tenganan dalam

menerapkan awig-awig ini merupakan bagian dari strategi ketahanan budaya di era globalisasi.

bahwa Desa Pakraman Tenganan memiliki peranan yang penting dalam mempertahankan

kebudayaan desa Tenganan sebagai desa bali aga. Pembinaan awig-awig melalui desa pakraman

Tenganan dalam menjaga kebudayaan Bali Kuno di era globalisasi ini memiliki peranan yang

sangat penting, karena Desa Pakraman Tenganan memiliki pengetahuan dan kemampuan lokal

dalam mengembangkan unsur-unsur yang ada di desa seperti, budaya dan alam, sehingga

kebudayaan di Desa Tenganan tetap ajeg dan terus berkembang sampai sekarang.

Demikian pentingnya peranan dari masyarakat Desa Tenganan dalam menjaga dan

melestarikan budaya dan adat-istiadat dengan mematuhi awig-awig tersebut, karena didalam

awig-awig terdapat semua tata tertib dan kebiasaan masyarakat Desa Pakraman Tenganan dalam

menjaga keajegan dan keutuhan Desa sebagai modal untuk menjadi desa wisata yang menarik

para wisatawan dan membuat lebih berkembang lagi.

8.2 Saran

Peranan pemerintah serta pemberdayaan lembaga pendidikan, dan pendidikan formal maupun

non formal perlu ditingkatkan untuk menggali dan mengembangkan potensi dan nilai-nilai

kearifan lokal dalam kebudayaan. Melalui pendidikan diharapkan pemahaman generasi muda dan

masyarakat secara keseluruhan terhadap kearifan budaya lokal akan semakin meningkat yang

pada gilirannya menimbulkan kesadaran untuk menjaga keajegannya. Dengan upaya ini diyakini

kearifan lokal mampu bertahan dan berkembang sesuai dengan tuntutan zaman.

Page 30: LAPORAN PENELITIAN PROGRAM STUDI HUBUNGAN … · Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa Indonesia ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami nusantara (sebelum

30

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Irwan. 1995. “Privatisasi Agama: Globalisasi atau Melemahnya Referensi Budaya

Lokal?” Makalah Disampaikan dalam Seminar Sehari tentang Kharisma Warisan Budaya

Islam di Indonesia “Islam dan Kebudayaan Jawa: Akulturasi, Perubahandan

Perkembangan”. Balai Kajian Jarahnitra dan Depdikbud DIY.

Anwar, Chairil. 1991. “Globalisasi: Tinjauan Sisi Iptek”. Prospektif, No. 1 Vol 3.

Appadurai, A. 1993.Disjuncture and Difference in the Global Cultural Economy. Dalam

Featherstone, M. (ed). 1993. Global Culture, Nationalism, Globalization and Modernity.

Pp: 295-310. London: SAGE Publication.

Bachtiar, Wardi. 2006. Sosiologi Klasik (Dari Comte Hingga Parsons). Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya Offset.

Bennet, John. W. The Ecological Transition, Cultural Antropology and Human Adaptation. New

York: Pergamon Press.

Dharma, I. Krishna. 2011. “Seni Tradisi dan Globalisasi: Menyikapi Ekspansi dan Pendalaman

(Deepening) Sistem Dunia dengan Kemantaban Identitas dan Keterbukaan.” Makalah

Disampaikan pada Workshop dan Festival Seni Tradisi: Pelestarian dan Revitalisasi

Musik dan Lagu Rakyat Menuju Ketahanan Budaya di Gedung mandala Bhakti

Wanitatama Yogyakarta, 19-20 Oktober.

Dharmayuda, I.M.S., 2001. Desa Adat Kesatuan Masyarakat Hukum Adat di Bali. Denpasar:

Upada Sastra.

Devine, Fiona. 1995. Qualitative Metode dalam David Marsh & Gerry Stoker (eds), Teory and

Method in Political Science. London: MacMillan.

Friedman, Thomas. 2000 The Lexus and the Olive Tree: Understanding Globalization. New

York: A. A. Knopf.

Geriya, I Wayan. 2000. Kebudayaan Bali memasuki Abad XXI. Denpasar: Perusahaan Daerah

Provinsi Bali.

Held, David. 2000. Regulating Globalization? The Reinvention of Politics. International

Sociology. Vol. 15, No. 2, pp. 394-408

Hoenigman, John J. 1963. Understanding Culture. New York: Harper and Row.

Page 31: LAPORAN PENELITIAN PROGRAM STUDI HUBUNGAN … · Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa Indonesia ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami nusantara (sebelum

31

Koentjaraningrat. 1986. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka. Cipta.

Monika, Eviandaru dan Indrawati. 2003. Perempuan Post-Kolonial dan Identitas Komoditi

Global. Yogyakarta: Kanisius.

Murray, Williamson dan Mark Grimsey. 1994. Introduction on Strategy, dalam Williamson

Murray, MacGregor Knox dan Alvin Bernstein, ed., The Making of Strategy: Ruler,

States and War. Cambridge: Cambridge University Press.

Nashir, Haedar. 1999. Agama & Krisis Kemanusiaan Modern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Rahmawati, Ayu Diasti (et. al.). 2010. “Globalisasi Budaya dan Bahasa Indonesia Sebagai

Indentitas Bangsa”. Multiversa, Journal of International Studies, Vol 1 No1.

Reuter, Thomas and Alexander Horstmann. 2005. Faith in the Future : Understanding The

Revitalization of Religions and Cultural Traditions in Asia.

Ritzer, George 2010. Teori Sosiologi Modern Edisi ke 6. Jakarta : Kencana Premedia Grup.

Rupert, Mark dan M. S. Solomon. 2006. “A Brief History of Globalization”, dalam Globalization

and International Political Economy, Oxford: Rowman & Littlefield, pp. 25-53

Setyadi,Y.B. 2007. Pariwisata Dan Perubahan Nilai-Nilai Sosial Budaya BerdasarkanLingkungan

Tradisi Pada Masyarakat Bali . Jurnal Penelitian Humaniora. (8): 2.

Stiglitz, Joseph E.. 2006. Making Globalization Work. Bandung: PT. Mizan Pustaka.

Suarsono dan Alvin Y. SO. 1990. Perubahan Sosial dan Pembangunan Indonesia. P3SS Jakarta.

Turow, Josseph. 1997. Breaking Up America: Advertiser and the New Media World. Chicago:

University of Chicago Press.

Vickers, A. 2002. Kosmopolitanisme dan Kontradiksi Orang Bali. Kompas 19 Agustus 2002.

Page 32: LAPORAN PENELITIAN PROGRAM STUDI HUBUNGAN … · Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa Indonesia ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami nusantara (sebelum

32

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 33: LAPORAN PENELITIAN PROGRAM STUDI HUBUNGAN … · Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa Indonesia ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami nusantara (sebelum

33

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PEMBIMBING PENELITIAN

(CURRICULUM VITAE)

Keterangan Pribadi

Nama Lengkap : Dr. Piers Andreas Noak, S.H., M.Si.

Tempat Tanggal Lahir: Kupang, 17 Februari 1963

Jenis Kelamin : L

NIP/ Karpeg : 196302171988031001/ E 415104

Pangkat/ Gol. : Pembina/ IV a

Jabatan Fungsional : Lektor Kepala

PS/ Fakultas : Administrasi Negara/ Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Alamat : Jalan Gurita I/ 8X, Sesetan, Denpasar, Bali

Telepon/ E-mail : (+62) 361 721801/ [email protected]

Riwayat Pendidikan

2009 S3 Ilmu Politik, Universitas Airlangga, Surabaya, Jawa Timur

1993 S2 Ketahanan Nasional, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

1987 S1 Fakultas Hukum, Universitas Nusa Cendana, Kupang, Nusa Tenggara

Timur

Riwayat Pekerjaan 2010-Sekarang Dosen pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Udayana,

Bali

2001-Sekarang Dosen MKU pada Universitas Udayana, Bali

2001-2003 Dosen Luar Biasa pada Fakultas Hukum, Universitas Udayana, Bali

1994-2001 Dosen Luar Biasa pada Akademi Keperawatan, Kesehatan Lingkungan

dan Farmasi Kupang, Nusa Tenggara Timur

1994-2001 Dosen Luar Biasa pada UNKRIS Kupang, Nusa Tenggara Timur

1994-2001 Dosen Luar Biasa pada STIM Kupang, Nusa Tenggara Timur

1994-2001 Dosen MKU pada Undana Kupang, Nusa Tenggara Timur

1989-Sekarang Dosen Tetap pada Fakultas Hukum Undana Kupang, Nusa Tenggara

Timur

Kegiatan Ilmiah

Page 34: LAPORAN PENELITIAN PROGRAM STUDI HUBUNGAN … · Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa Indonesia ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami nusantara (sebelum

34

1. Penelitian

2008 Disertasi S3, “Penggunaan Instrumen Identitas

Etnik dan Agama oleh Elite Birokrasi dan Elite Politik dalam Persaingan

Meraih Kekuasaan di Kupang, Nusa Tenggara Timur, Universitas

Airlangga, Surabaya

1998 Penelitian Mandiri Undana Kupang, “Peranan Camat dalam Pelaksanaan

Asas Tugas Pembantuan di Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten

Kupang”, Nusa Tenggara Timur

1997 Efektivitas Peranan Resimen Mahasiswa terhadap Partisipasi Pembelaan

Negara dan Prestasi Lulusan di Kupang, Nusa Tenggara Timur, Penelitian

Kelompok Undana Kupang

1995 Penelitian Kelompok Undana Kupang, “Penggunaan Hak-Hak DPRD

dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara

Timur

1994 Thesis Magister, “Rekruitmen Elite Politik dan Elite Birokrasi di

Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, Universitas Gadjah Mada,

Yogyakarta

2. Pendidikan

2007-Sekarang Tutor pada Universitas Terbuka, Denpasar, Bali

2001-Sekarang Mengajar Mata Kuliah Pancasila dan Kewarganegaraan pada UPT MKU

Universitas Nusa Cendana, Kupang, Nusa Tenggara Timur dan Universitas

Udayana, Denpasar, Bali

2001-2002 Mengajar Mata Kuliah Hukum Laut pada Fakultas Hukum Universitas

Udayana, Denpasar, Bali

2001-2002 Mengajar Mata Kuliah Hukum Internasional pada Fakultas Hukum

Universitas Udayana, Denpasar, Bali

1994-2001 Mengajar Mata Kuliah Hukum Laut pada Fakultas Hukum Universitas

Nusa Cendana, Kupang, Nusa Tenggara Timur

1994-2001 Mengajar Mata Kuliah Hukum Internasional pada Fakultas Hukum

Universitas Nusa Cendana, Kupang, Nusa Tenggara Timur

1994-2001 Mengajar Mata Kuliah Politik Hukum pada Fakultas Hukum Universitas

Nusa Cendana, Kupang, Nusa Tenggara Timur

1994-2001 Mengajar Mata Kuliah Perbandingan Hukum Tata Negara pada Fakultas

Hukum Universitas Nusa Cendana, Kupang, Nusa Tenggara Timur

Page 35: LAPORAN PENELITIAN PROGRAM STUDI HUBUNGAN … · Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa Indonesia ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami nusantara (sebelum

35

3. Pengabdian Kepada Masyarakat

1999 Panitia Pengawas Pemilu Tingkat Propinsi Nusa Tenggara Timur pada 13

Kabupaten dan Kota Madya Nusa Tenggara Timur

1998 Memberi Ceramah Kesadaran Hukum pada Generasi Muda Karang

Taruna di Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara

Timur

1996 Penyuluhan Hukum Pemerintahan Desa di Desa-desa Kecamatan Kupang

Selatan Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur

1996 Penyuluhan Hukum Pemerintahan Desa di Desa-desa Kecamatan Timur

Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur

1995 Penyuluhan Hukum Pemerintahan Desa di Desa-desa Kecamatan Kupang

Barat Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur

1995 Penyuluhan Hukum Pemerintahan Desa di Desa-desa Kecamatan Kupang

Tengah Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur

Demikianlah daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya.

Denpasar, 4 Juli 2014

Dr. Piers Andreas Noak, S.H., M.Si.

NIP. 196302171988031001

Page 36: LAPORAN PENELITIAN PROGRAM STUDI HUBUNGAN … · Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa Indonesia ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami nusantara (sebelum

36

DAFTAR RIWAYAT HIDUP KETUA PENELITI

(CURRICULUM VITAE)

Keterangan Pribadi

Nama Lengkap : Sukma Sushanti, S.S., M.Si

Tempat Tanggal Lahir: Cirebon, 18 Oktober 1979

Jenis Kelamin : P

NIP/ Karpeg : 197910182009122001

Pangkat/ Gol. : Penata Muda Tk. I/ III b

Jabatan Fungsional : -

PS/ Fakultas : Hubungan Internasional/ Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Alamat : Jalan Damai, Ling.Banjar Bumi Kerta, Perumahan Bali Gendhis

Residence No. 8, Dalung Permai, Badung Bali

Telepon/ E-mail : (+62) 817 356 445/ [email protected]

Riwayat Pendidikan

2007 S2 Hubungan Internasional, Sekolah Pasca Sarjana,

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

2004 S1 Sastra Inggris, Fakultas Sastra, Universitas Udayana, Bali

Riwayat Pekerjaan 2010-Sekarang Dosen pada Program Studi Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik, Universitas Udayana, Bali

2010-2012 Sekretaris Eksekutif, Dewan Pengelola Warisan Budaya

Bali, Dinas Kebudayaan Propinsi Bali, Bali

2006-2007 Tutor S2 Hubungan Internasional, Sekolah Pasca Sarjana,

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Kegiatan Ilmiah

1. Penelitian

2011 Penelitian Bersama Cultural Landscape of Bali Province: The Subak

System as a Manifestation of The Tri Hita Karana Philosophy, Denpasar,

Bali

2006-2007 Penelitian tesis, “Karakteristik Gender Dalam Agen Birokrasi Politik Luar

Negeri Amerika Serikat: USAID dan MDA,” Sekolah Pasca Sarjana,

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

2. Pendidikan

2012-2013 Mengemban Mata Kuliah Teori Politik Luar Negeri,

Teori dan Metodologi Hubungan Internasional, Pengantar Ilmu Hubungan

Internasional, Ekonomi Internasional, Pengantar Hukum Internasional,

Page 37: LAPORAN PENELITIAN PROGRAM STUDI HUBUNGAN … · Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa Indonesia ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami nusantara (sebelum

37

Pariwasata Dalam Hubungan Internasional, Regionalisme dan Keamanan,

pada Program Studi Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik, Universitas Udayana, Bali

2011-2012 Mengemban Mata Kuliah Pengantar Ilmu Hubungan Internasional,

Geopolitik, Diplomasi, Organisasi dan Administrasi Internasional, pada

Program Studi Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik, Universitas Udayana, Bali

Publikasi

Juli 2012 “Pertemuan Timur dan Barat: Pasang Surut Negosiasi Turki dengan Uni

Eropa”, Proceeding Paper for Convention of European Studies in

Indonesia 2012, Institute of International Studies, Universitas Gadjah

Mada, Yogyakarta

Juni 2010 “Konsep Global Governance pada Mekanisme Perdagangan

Internasional: Fair Trade”, Jurnal Widyasosiopolitika Vol. 2, No. 1,

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Udayana, Denpasar

Demikianlah daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya.

Denpasar, 4 Juli 2014

Sukma Sushanti, S.S,. M.A.

NIP. 197910182009122001

Page 38: LAPORAN PENELITIAN PROGRAM STUDI HUBUNGAN … · Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa Indonesia ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami nusantara (sebelum

38

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ANGGOTA

(CURRICULUM VITAE)

Keterangan Pribadi

Nama Lengkap : Putu Ratih Kumala Dewi, S.H., M. Hub. Int.

Tempat Tanggal Lahir: Denpasar, 28 Februari 1988

Jenis Kelamin : P

NIP/ Karpeg : -

Pangkat/ Gol. : -

Jabatan Fungsional : -

PS/ Fakultas : Hubungan Internasional/ Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Alamat : Jalan PB Sudirman Denpasar, Bali

Telepon/ E-mail : (+62) 83114124311 / (+62) 81805561448 / [email protected]

Riwayat Pendidikan

2005 - 2009 S1 Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Udayana

2010-2012 S2 Hubungan Internasional, Universitas Airlangga

Pengalaman Kerja

2013-sekarang Dosen Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik, Universitas Udayana

Seminar dan Training

2008 Peserta dalam seminar “ Sosialisasi ASEAN Socio-Cultural Community

(ASCC) Bluprint”, Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN, Departemen

Luar Negeri, bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Bali dan

Universitas Udayana.

2009 Peserta dalam workshop “Training of Good Governance”, Center for Law

and Good Governance Studies Faculty of Law University of Indonesia.

2009 Peserta dalam workshop “Training of Human Rights”, Center for Law and

Good Governance Studies Faculty of Law University of Indonesia.

2011 Peserta dalam seminar nasional Kuliah Tjokroaminoto untuk Kebangsaan

dan Demokrasi dengan tema “ Penguatan Eksistensi dan Indepedensi

Lembaga Penyiaran Publik melalui Revisi Undang-Undang Penyiaran”,

Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Airlangga.

2013 Peserta dalam workshop “Promoting Government Accountability by

Improving Coverage of Reports and Issues in the Press”, JPIP dan USAID

2013 Peserta dalam workshop “Seputar Indonesia Goes to Campus”, RCTI

Page 39: LAPORAN PENELITIAN PROGRAM STUDI HUBUNGAN … · Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa Indonesia ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami nusantara (sebelum

39

2013 Peserta dalam seminar nasional “Tantangan dan Hambatan Birokrasi

dalam Penyaluran Bantuan Sosial”, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Universitas Udayana.

Demikianlah daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya.

Denpasar, 4 Juli 2014

Putu Ratih Kumala Dewi S.H.,M.Hub.Int.

Page 40: LAPORAN PENELITIAN PROGRAM STUDI HUBUNGAN … · Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa Indonesia ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami nusantara (sebelum

40

SURAT PERNYATAAN PERSONALIA PENELITIAN / PENGABDIAN

1. Nama Lengkap : Sukma Sushanti, S.S,. M.A.

NIP : 197910182009122001

PS/Fakultas : Prodi Hubungan Internasional/ FISIP UNUD

Status dalam Penelitian / Pengabdian*) : Ketua

2. Nama Lengkap : Putu Ratih Kumala Dewi, S.H., M.Hub.Int.

NIP : -

PS/Fakultas : Prodi Hubungan Internasional/ FISIP UNUD

Status dalam Penelitian / Pengabdian*) : Anggota

Menyatakan bahwa kami secara bersama-sama telah menyusun proposal penelitian / pengabdian

yang berjudul “Strategi Ketahanan Budaya Desa Bali Aga Dalam Menghadapi Arus Globalisasi

(Studi Kasus: Desa Tenganan, Karangasem)”dengan jumlah usulan dana sebesar Rp.5.000.000.

Apabila proposal ini disetujui maka kami secara bersama-sama akan bertanggung jawab terhadap

pelaksanaan penelitian ini sampai tuntas sesuai dengan persyaratan yang dituangkan dalam Surat

Perjanjian Pelaksanaan Penelitian/Pengabdian.

Demikian Surat Pernyataan ini kami buat dan ditandatangani bersama sehingga dapat digunakan

sebagaimana mestinya.

Denpasar, 4 Juli 2014

(Sukma Sushanti, S.S,. M.A.) (Putu Ratih Kumala Dewi, S.H., M.Hub. Int.)

NIP. 197910182009122001