Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
LAPORAN PENELITIAN
HIBAH KOMPETISI INSTITUSI
PENGARUH VARIASI SUHU TERHADAP STABILITAS SEDIAAN
SHAMPO EKSTRAK ETANOL Pandanus amaryllifolius roxb
Oleh:
Sri Saptuti Wahyuningsih, S.Si.,Apt.M.Kes NIDN 0630077903
Ratna Setyaningsih, S.Kep.Ns.MPH NIDN 0625088401
Linda Putri Maulani NIM 17131023
PROGRAM STUDI D3 FARMASI
POLITEKNIK KESEHATAN BHAKTI MULIA
SUKOHARJO
2020
ii
iii
RINGKASAN
Pandanus amaryllifolius roxb atau yang lebih dikenal daun pandan wangi
merupakan salah satu tanaman yang banyak tumbuh dan ditemukan di Indonesia.
Selama ini pemanfaatan daun pandan wangi sebatas bahan tambahan pada
pembuatan makanan, seperti pewarna dan pengaroma makanan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui apakah variasi suhu berpengaruh secara signifikan
terhadap stabilitas sediaan shampoo ekstrak etanol Pandanus amaryllifolius roxb.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Ekstrak etanol daun
pandan wangi diisolasi dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96%
formula shampo terdiri dari ekstrak daun pandan 20% dengan basis Natrium lauril
sulfat 10%, cocamide DEA 4%, CMC 3%, metil paraben 0,15%, menthol 0,5%,
asam sitrat qs, aquades ad 30mL. Pengujian stabilitas fisik meliputi : organoleptis,
pH, tinggi busa, berat jenis, viskositas. Formula yang telah dibuat sediaan
dilakukan penyimpanan dengan memberikan variasi pada suhu penyimpanan,
yaitu suhu dingin (4°C), suhu kamar (30°C), dan suhu hangat (60°C). Hasil
pengamatan dilakukan uji ANOVA (Analysis of varians) pengaruh perbedaan
suhu penyimpanan terhadap stabilitas sediaan shampoo.
Hasil uji evaluasi sediaan menunjukkan hasil Ph rata – rata dari ketiga
formula adalah 10. Hasil rata-rata tinggi busa Formula I sebesar 1,7 cm, Formula
II sebesar 1,7 cm dan Formula III sebesar 1,6 cm. Sedangkan hasil rata-rata berat
jenis Formula I sebesar 1,0570 b/v, Formula II 1,0570 b/v, dan Formula III
sebesar 1,0551 b/v. Hasil uji viskositas yaitu Formula I sebesar 4,2211 cp,
Formula II sebesar 4,2097 cp, dan Formula III sebesar 4,2092 cp.
.
.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Allah SWT yang telah memberi
rahmat, taufik dan hidayahNya, sehingga kami dapat melaksanakan penelitian
yang berjudul : Pengaruh Variasi Suhu Terhadap Stabilitas Sediaan Shampo
Ekstrak Etanol Pandanus amaryllifolius roxb ini dengan lancar. Kegiatan
penelitian merupakan wujud dari salah satu tri dharma perguruan tingi.
Pelaksanaan penelitian ini tidak lepas dari bantuan, dan arahan yang tak ternilai
harganya dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. dr. Sri Dayaningsih MM selaku direktur Poltekkes Bhakti Mulia atas ijin
kegiatan pelaksanaan kegiatan ini.
2. Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat atas fasilitasinya
3. Semua mahasiswa yang terlibat dalam kegiatan penelitian ini.
Semoga penelitian ini memberi manfaat bagi semua khalayak yang
memerlukannya dan peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
melaksanakan penelitian ini sehingga kritik dan saran yang membangun akan
kami terima dengan senang hati
Sukoharjo, Februari 2020
Ketua peneliti
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... ii
RINGKASAN .............................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iv
DAFTAR ISI ................................................................................................ v
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 4
A. Tanaman Pandan Wangi .................................................................. 4
B. Stabilitas Sediaan Shampo ............................................................... 15
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 22
LAMPIRAN ................................................................................................. 24
Lampiran 1. Justifikasi anggaran ................................................................. 24
Lampiran 2. Surat Tugas .............................................................................. 25
Lampiran 3. Biodata Pengusul ..................................................................... 26
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 : Tanaman Pandan ............................................................ 4
Gambar 2 : Reaksi Saponifikasi ........................................................ 15
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pandanus amaryllifolius roxb atau yang lebih dikenal daun pandan
wangi merupakan salah satu tanaman yang banyak tumbuh dan ditemukan di
Indonesia. Selama ini pemanfaatan daun pandan wangi sebatas bahan
tambahan pada pembuatan makanan, seperti pewarna dan pengaroma
makanan.
Pandanus amaryllifolius roxb merupakan tumbuhan yang kaya akan
polifenol yang memiliki aktivitas anti mikroba. terutama anti jamur seperti
Candida sp penyebab ketombe. Menurut Limbani (2009) gangguan kulit
kepala antara lain seperti sensitif, berminyak dan berketombe, yang
mengganggu pertumbuhan rambut secara normal seringkali terjadi.
Mahataranti (2012) menyatakan bahwa masalah yang masih merupakan
penyebab kepercayaan diri seseorang berkurang dalam beraktivitas ialah
rambut berketombe.
Dahulu sebelum shampo populer, sabun pembersih badan dipakai
untuk membersihkan rambut. Menurut Wasitaatmaja (1997), rambut memang
bisa dibersihkan dari kotoran yang melekat, keringat yang terlepas dengan
sabun, tetapi rambut akan tampak kusam, kasar, dan kering sehingga sukar
ditata atau disisir, dibutuhkan pembersih lain bagi rambut yang tidak hanya
2
membersihkan tetapi sekaligus membuat rambut menjadi indah, dan itulah
tujuan penggunaan shampoo.
Rambut merupakan bagian penting yang dapat dijadikan daya tarik
oleh manusia. Shampo adalah produk yang digunakan untuk menjaga
kebersihan dan kesehatan rambut. Pertumbuhan rambut sangat dipengaruhi
oleh pemilihan jenis shampoo yang tepat.
Sukandar (2006) menyatakan bahwa ketombe adalah suatu keadaan
anomali yang terdapat pada kulit kepala. Pengelupasan pada lapisan tanduk di
kulit kepala secara berlebihan, selanjutnya akan membentuk sisik-sisik yang
halus merupakan karakteristik keberadaan ketombe. Ketombe terkadang
disertai dengan pruritus (gatal-gatal) dan juga peradangan (Toruan, 1989).
Harahap (1990) menyatakan bahwa, ketombe disebabkan oleh berbagai cara,
karena sekresi kelenjar keringat secara berlebihan atau terdapat peranan dari
mikroorganisme pada kulit kepala yang dapat menghasilkan metabolit yang
kemudian menginduksi terbentuknya ketombe pada kulit kepala manusia.
Penelitian shampo anti ketombe dari ekstrak daun pandan wangi,
sebelumnya pernah dilakukan oleh (Nurhikma E et al, 2018). Pada formulasi
ekstrak konsentrasi 10, 15, dan 20%. Ekstrak 20% menunjukkan paling stabil.
Tujuan dari penelitian ini untuk pengembangan sediaan shampo bahan alam
dari ekstrak daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius roxb). Sediaan
shampo dievaluasi secara organoleptis, uji pH, tinggi busa, berat jenis
(Destriani et al, 2018)
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik rumusan masalah sebagai
berikut : apakah variasi suhu berpengaruh secara signifikan terhadap stabilitas
sediaan shampo ekstrak etanol Pandanus amaryllifolius roxb ?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui apakah variasi suhu berpengaruh secara signifikan terhadap
stabilitas sediaan shampoo ekstrak etanol Pandanus amaryllifolius roxb.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Masyarakat
Memperluas wawasan dan menambah pengetahuan tentang tanaman obat
dan obat tradisional yang mampu merawat rambut dengan aman, mudah di
dapat, serta pengolahannya dapat dilakukan sendiri.
2. Bagi Ilmu Pengetahuan
Sebagai dasar untuk melakukan penelitian dalam rangka pengembangan
tanaman obat yang berkhasiat sebagai perawatan rambut.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Daun Pandan Wangi
1. Taksonomi Tanaman Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius roxb)
Gambar 1. Tanaman Daun Pandan (Pandanus amaryllifoliusroxb)
Klasifikasi tanaman daun pandan wangi berdasarkan kondisi adalah
sebagai sebagai berikut:
Regnum : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Classis : Monocotyledonae
Ordo :Pandanales
Familia : Pandanaceae
Genus : Pandanus
Species : Pandanus amaryllifolius Roxb (Van Steenis, 2008)
2. Morfologi Tanaman Daun Pandan Wangi (Pandanusamaryllifolius roxb)
Menurut Rahayu dan Handayani (2008), Pandan wangi adalah
tanaman perdu dengan tinggi 0,5-1 m, batang bulat dengan diameter 3-4
5
cm, akar tunjang kecil dan beberapa keluar di sekitar pangkal batang dan
cabang. Panjang akar 4,5-9 cm, diameter akar 1-2 mm. Daun berukuran
19-34 cm x 1,2-1,5 cm berbentuk memata pedang dengan permukaan atas
mengkilat, dan tepi daun yang berduri kecil hanya terdapat pada ujung
daun permukaan atas dan bawah.
3. Jenis Pandan Wangi
De Gusman and Semonsma (1999) menyatakan bahwa, Pandan
wangi dibedakan menjadi dua yaitu pandan besar dan pandan kecil.
Pandan kecil disebut herba dengan karakteristik yaitu memiliki batang
ramping dengan tinggi 1-1,6 m, diameter batang 2-5 cm. Batang berbaring
atau memanjat, serta akar-akar muncul di batang. Daun berbentuk
oblongus dengan ukuran 25-75 cm x 2-5 cm, bewarna hijau muda.
Kadang-kadang kurus dan lemah, sedangkan bunga dan buah tidak banyak
diketahui.
Pandan besar memiliki karakteristik antara lain, batang yang tegak
dengan tinggi hingga 2-4,5 m, diameter batang mencapai 15 cm. Tidak
bercabang atau jarang bercabang dan dari batang muncul akar. Daun
berbentuk oblong dengan ukuran 150 x 220 cm x 7-9 cm, apek acute,
warna hijau tua dibagian atas. Pembungaan betina tidak diketahui, dan
pembungaan jantan juga jarang ditemukan (de Guzman and Siemonsma
1999). Tanaman Pandan tidak menghasilkan buah, sehingga tanaman
tersebut termasuk tanaman steril. Dengan demikian biasanya diperbanyak
dengan cara vegetatif.
6
4. Kandungan Pandan Wangi
Beberapa senyawa kimia yang terkandung dalam pandan wangi
diantaranya alkaloid, saponin, flavonoid, tanin dan polifenol (Dirjen POM,
2000).
a. Alkaloid
Alkaloid merupakan suatu golongan senyawa organik yang
terbanyak ditemukan di alam. Hampir seluruh alkaloid berasal dari
tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan
tingkat tinggi. Menurut Aisyah (2015), sebagian besar alkaloid
terdapat pada tumbuhan dikotil, sedangkan untuk tumbuhan monokotil
dan pteridofita mengandung alkaloid dengan kadar yang sedikit.
Alkaloid merupakan senyawa organik detoksikan yang menetralisir
racun-racun di dalam tubuh.
b. Saponin
Saponin ada dua, yaitu steroid dan triterpenoid. Saponin
merupakan senyawa glikosida kompleks yaitu senyawa hasil
kondensasi suatu gula dengan suatu senyawa hidroksil organik yang
apabila dihidrolisis akan menghasilkan gula (glikon) dan non gula
(aglikon). Saponin memiliki berat molekul tinggi, larut dalam air dan
alkohol. Terjadinya hemolisis pada sel darah merah disebabkan
konsentrasi saponin rendah. Hal ini bisa berfungsi sebagai antibakteri.
Penyarian senyawa saponin akan memberikan hasil yang lebih baik
7
sebagai antibakteri jika menggunakan pelarut polar seperti etanol 70%
dan aquadest (Harbone, 1973)
c. Flavonoid
Aglikon dan glikosida merupakan bentuk senyawa flavonoid yang
dapat tersari menggunakan pelarut yang sesuai. Flavonoid merupakan
golongan senyawa polifenol yang diketahui memiliki sifat sebagai
penangkap radikal bebas, penghambat enzim hidrolisis dan oksidatif,
dan bekerja sebagai antiinflamasi (Pourmourad dkk., 2006). Menurut
Redha (2010), aktivitas antioksidatif flavonoid sebagai salah satu
kelompok antioksidan alami yang terdapat pada sereal. Selain itu juga
terdapat pada sayur-sayuran dan buah. Flavonoid berperan sebagai
antioksidan dengan beberapa mekanisme penangkapan radikal
(Prochazkova dkk., 2011).
d. Tanin
Menurut Heinrich (2009), Tanin terbagi menjadi dua golongan,
yaitu tannin yang dapat terhidrolisis dan tannin yang tidak dapat
terhidrolisis. Tanin merupakan golongan yang terdiri atas senyawa
polifenol yang larut dalam air. Tanin memiliki bobot molekul tinggi,
sehingga senyawa ini memberikan rasa kelat dan pahit dalam tanaman
dan makanan.
e. Polifenol
Polifenol adalah bahan polimer penting dalam tumbuhan.
Polifenol cenderung mudah larut dalam air karena berkaitan dengan
8
gula sebagai glikosida. Polifenol dapat dideteksi dengan penambahan
besi (III) Klorida dan uji daya reduksi, yaitu dengan penambahan
Fehling A dan Fehling B pada ekstrak. Hal ini menyebabkan
terbentuknya endapan merah bata (Harborne, 1987).
5. Metode Penyari Simplisia
a. Simplisia
Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat, yang
belum mengalami pengolahan apapun kecuali pengeringan. Simplisia
dibagi menjadi tiga yaitu :
1) Simplisia Nabati
Merupakan simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian
tanaman atau eksudat tanaman. Eksudat tanaman adalah isi sel
yang spontan keluar dari tanaman, atau dengan cara tertentu
dikeluarkan dari selnya.
2) Simplisia Hewani
Simplisia yang berupa hewan utuh atau bagian hewan atau zat-
zat yang berguna yang dihasilkan oleh hewan, akan tetapi belum
berupa zat kimia murni.
3) Simplisia Mineral
Simplisia yang berupa bahan mineral, yang belum dilakukan
pengolahan, atau telah mengalami pengolahan dengan cara yang
sederhana dan belum berupa zat kimia murni.
9
b. Maserasi
Maserasi adalah ekstraksi zat aktif yang dilakukan dengan cara
perendaman serbuk dalam pelarut yang sesuai, dilakukan selama
beberapa hari pada suhu kamar dan terlindungi dari cahaya. Pelarut
adalah ethanol, pelarut akan masuk ke dalam sel tanaman melewati
dinding sel. Karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di
dalam sel dengan di luar sel, maka akan terjadi pelarutan. Larutan
yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh
pelarut dengan konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa tersebut
akan berulang sampai terjadi keseimbangan antara larutan di dalam sel
dan larutan di luar sel (Ansel, 1989).
Maserasi biasanya dilakukan pada suhu kamar yaitu 15o– 20
oC,
dilakukan selama 3 hari sampai bahan-bahan melarut (Ansel, 1989).
Pada umumnya maserasi dilakukan dengan cara 10 bagian simplisia
dengan derajat kehalusan yang cocok. Simplisia tersebut dimasukan ke
dalam bejana kemudian dituangi dengan 75 bagian cairan penyari.
Bejana ditutup dan dibiarkan selama 5 hari. Bejana diusahakan
terlindungi dari cahaya, sambil dilakukan pengadukan berulang-ulang.
Setelah 5 hari dilakukan pemerasan ampas. Dilakukan penambahan
cairan penyari pada ampas, kemudian dilakukan pengadukan dan
penyaringan. Dengan demikian diperoleh seluruh sari sebanyak 100
bagian. Bejana ditutup kemudian dibiarkan ditempat sejuk dan
10
terlindungi dari cahaya matahari. Hal ini dilakukan selama 2 hari,
kemudian endapan dilakukan pemisahan.
c. Ekstrak
Menurut Ansel (1989), ekstrak adalah sari pekat tumbuh-
tumbuhan atau hewan yang diperoleh melalui proses pelepasan zat
aktif dari masing-masing simplisia. Menggunakan menstrum yang
cocok, ekstrak yang didapat diuapkan kemudian hasil penguapan
ditetapkan standarnya.
6. Shampo
Shampo adalah salah satu jenis kosmetika yang berfungsi sebagai
pembersih rambut dan kulit kepala. Kosmetik ini memiliki tujuan sebagai
pembersih kulit kepala dari berbagai macam kotoran, seperti debu,
minyak, sel-sel kulit mati dan sebagainya. Proses pembersih ini dilakukan
secara menyeluruh dan aman. Shampo harus memenuhi kriteria sebagai
berikut, yaitu :
a. Mampu membersihkan rambut dan kulit kepala dengan baik.
b. Bersifat membasahi (wetting), mengemulsi (emulsifying), dan
membuat busa (foaming).
c. Dapat membersihkan dan menyehatkan kulit.
d. Mudah dicuci dan dibilas kembali.
e. Membuat rambut lebih mudah disisir dan dipola.
f. Membuat rambut lebih cemerlang.
11
g. Mengandung bahan aktif untuk mengatasi penyakit pada rambut dan
kulit kepala (medicated shampoo).
h. Aman dipakai, tidak menimbulkan iritasi baik pada kulit maupun mata
dan tidak toksis.
i. Memberikan sensasi harum (Suriana, 2013).
Formula shampo :
a. Etanol
Menggunakan etanol sebagai penyari karena : Lebih selektif, Mikroba
sulit tumbuh dalam etanol 20%, Tidak beracun, Netral, Absorsinya
baik, Etanol dapat bercampur dengan air dalam segala perbandingan,
Panas yang di perlukan untuk penarikan lebih sedikit. Sedangkan
kerugian menggunakan etanol karena harga etanol yang mahal.
b. Natrium Lauril Sulfat
Natrium lauril sulfat adalah surfaktan yang sering digunakan
dalam pembuatan sediaan sampo. Natrium lauril sulfat memiliki
keunggulan dalam membersihkan, stabil serta harga yang ekonomis
(Showell, 2006). Tujuan penggunaan shampoo adalah memberikan
daya bersih yang maksimal (Tranggono dan Latifah, 2007).
Mekanisme natrium lauril sulfat dalam mengikat kotoran yaitu dengan
menurunkan tegangan antar muka kemudian membentuk kompleks
surfaktan-kotoran (lapisan misel). Surfaktan-kotoran tersebut
selanjutnya di transportasikan keluar dari permukaan (Showell, 2006).
Menurut Klein (2004), secara estetika kemampuan sediaan sampo
12
untuk menghasilkan busa merupakan salah satu daya tarik dari sediaan
sampo. Perilaku konsumen menunjukan bahwa konsumen akan merasa
puas jika sampo yang digunakan menghasilkan busa yang banyak
(Behn, 2005).
c. Cocamide DEA
Surfaktan sekunder ini berfungsi untuk meningkatkan busa dan
memperbaiki kondisi rambut (sebagai kondisioner).
d. CMC (Carboxy Methyl Cellulose)
Carboxy Methyl Cellulose merupakan garam natrium polikarboksi
metil eter selulosa. CMC mengandung tidak kurang dari 6,5%, tidak
lebih dari 9,5% Natrium dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Pemerian berupa serbuk atau butiran, berwarna putih atau putih kuning
gading. CMC tidak berbau berbentuk higroskopik. Merupakan zat
yang perlu ditambah terutama pada shampo cair jernih dan shampo
krim cair supaya sediaan sampo dapat dituang dengan baik.
Penggunaannya dalam rentang 2-4% (Depkes RI, 1979).
e. Asam Sitrat
Asam sitrat merupakan bahan pengawet yang baik dan alami,
digunakan sebagai penambah rasa asam pada makanan dan minuman
ringan. Asam sitrat dikenal sebagai senyawa antara dalam siklus asam
sitrat yang terjadi di dalam metabolisme makhluk hidup. Zat ini juga
dapat digunakan sebagai zat pembersih yang ramah lingkungan dan
sebagai antioksidan.
13
f. Metil Paraben
Metil paraben adalah zat yang digunakan untuk melindungi
shampoo dari kerusakan. Kerusakan tersebut dapat karena pengaruh
mikroba, yang dapat menyebabkan rusaknya sediaan. Kerusakan dapat
berbentuk perubahan warna, timbul kekeruhan, dan juga timbulnya bau
yang tidak enak.
g. Menthol
Berfungsi untuk memberikan keharuman pada sediaan shampo
supaya mempunyai bau yang menarik.
h. Aquades
Digunakan sebagai bahan pelarut pada sediaan sampo.
7. Saponifikasi
Saponifikasi adalah reaksi yang terjadi ketika minyak atau lemak
campur dengan larutan alkali. Ada dua produk yang dihasilkan dalam
proses ini, yaitu sabun dan gliserin. Istilah saponifikasi dalam literatur
berarti “soap making”. Akar kata “soap” dalam bahasa latin yang artinya
soap/sabun.
Nama sapo menurut legenda Romawi kuno (2800 SM) berasal dari
gunung Sapo, dimana binatang dikorbankan untuk acara keagamaan.
Lemak yang berasal dari binatang tersebut (kambing) dicampur dengan
abu kayu untuk menghasilkan sabun atau sampo dimasa itu (Anonim,
2003).
14
Reaksi penyabunan dipengaruhi beberapa factor, yaitu :
a. Konsentrasi larutan KOH
Konsentrasi basa yang digunakan dihitung berdasarkan stokiometri
reaksinya, dimana penambahan busa harus sedikit lebih dari minyak
agar tersabunnya sempurna. Jika basa yang digunakan terlalu pekat
akan menyebabkan terpecahnya emulsi pada larutan sehingga terlalu
encer, maka reaksi akan membutuhkan waktu yang lebih lama.
b. Suhu
Kenaikan suhu akan mempercepat reaksi. Tetapi jika kenaikan
suhu telah melebihi suhu optimum, maka akan menyebabkan
pengurangan hasil (Levenspiel, 1987).
c. Pengadukan
Pengadukan dilakukan untuk memperbesar probabilitas tumbukan
molekul-molekul reaktan yang bereaksi. Jika tumbuhan antar molekul
reaktan semakin besar, maka kemungkinan terjadinya reaksi besar pula
(Levenspiel, 1987).
d. Waktu
Semakin lama waktu reaksi menyebabkan semakin banyak pula
minyak yang dapat tersabunkan, berarti hasil yang didapat juga semakin
tinggi, tetapi jika reaksi telah mencapai kondisi setimbangannya,
penambahan waktu tidak akan meningkatkan jumlah minyak yang
tersabunkan. Reaksi saponifikasi tidak lain adalah hidrolisis basa suatu
ester dengan alkali (NaOH dengan KOH).
15
Gambar 2. Reaksi Saponifikasi
B. Stabilitas Shampo
Stabilitas pada shampo meliputi uji organoleptis, uji pH dan tinggi
busa. pH shampo harus disesuaikan dengan pH rambut dan kulit kepala,
yaitu sekitar (5-6). pH shampo yang terlalu asam akan merusak ikatan
hidrogen dan jembatan garam pada struktur rambut. Sebaliknya pH lebih
dari 8,5 akan merusak ikatan disulfide, dan pH lebih dari 12 akan merusak
ikatan hydrogen dan jembatan garam pula. Bila ketiga ikatan tersebut
hilang maka rambut akan menjadi kasar kemudian rusak (Corcoran, 1997).
Pengukuran tinggi busa merupakan salah satu cara untuk
pengendalian mutu suatu produk deterjen agar sediaan memiliki
kemampuan yang sesuai dalam menghasilkan busa. Tidak ada syarat tinggi
busa minimum maupun maksimum untuk suatu sediaan shampo, karena
tinggi busa tidak menunjukkan kemampuan dalam membersihkan.
16
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Pengambilan Sampel
Sampel yang digunakan adalah daun pandan wangi. Daun pandan
wangi yang digunakan adalah yang tidak terlalu muda dan tidak terlalu
tua, Jenis pandan yang memiliki tinggi 2-4,5 m dan diameter batang
kurang lebih 15 cm.
2. Pengeringan dan Pembuatan Serbuk
Daun pandan wangi yang telah dipilih dilakukan pencucian sampai
bersih. Daun yang telah bersih dilakukan pemotongan menjadi kecil-kecil.
Selanjutnya dilakukan pengeringan dalam almari pengering pada suhu 40o
C, selama 24 jam. Simplisia yang telah kering dilakukan penghalusan
dengan cara diblender. Hasil simplisia berbentuk serbuk, kemudian
disimpan dalam wadah plastik.
3. Pembuatan Ekstrak
a. Menimbang serbuk daun pandan sebanyak 500 gram.
b. Serbuk dimasukkan kedalam becker glass, ditambah etanol 96%
sebanyak 1500 ml. Becker Glass ditutup dengan plastik hitam agar
pelarut tidak menguap. Perendaman dilakukan selama 2 hari sambil
dilakukan pengadukan, disimpan di tempat yang tidak terkena cahaya
matahari.
17
c. Dilakukan penyaringan menggunakan kain flannel. Hasil penyaringan
disimpan dalam becker glass, ampas di rendam lagi dengan sisa etanol
(1000 ml). Direndam selama 2 hari, kemudian disekai kembali
ampasnya.
d. Filtrat yang didapat dimasukkan dalam cawan porselin dan diuapkan
di atas water bath sampai diperoleh ekstrak kental.
e. Berat ekstrak kental ditimbang.
Rendemen=
x 100% = %
4. Formula Shampo
Tabel 1. Formula shampo
(Malonda Tasya C et al, 2017)
R/ Ekstrak daun pandan 20%
Natrium Lauril Sulfat 10%
Cocamide DEA 4%
CMC 3%
Asam Sitrat qs
Menthol 0,5%
Metil Paraben 0,15%
Aquades ad 30mL
Mf shampo ad 30mL
18
5. Pembuatan Shampo
a. Menyiapkan alat dan bahan
b. Menimbang Na-lauril sulfat, cocamide DEA, CMC, asam sitrat,
menthol, metil paraben, dan ekstrak daun pandan wangi.
c. Melakukan pengembangan CMC pada air panas, lalu didinginkan.
d. CMC mengembang segera ditambahkan dengan campuran larutan Na-
lauril sulfat, cocamide DEA, metil paraben, menthol, dan asam sitrat
diaduk dengan mixer hingga homogen.
e. Setelah homogen ditambahkan ekstrak etanol daun pandan wangi
sambil diaduk perlahan.
f. Menambahkan air aquadest ad 100ml.
g. Memasukkan ke dalam wadah.
6. Uji Fisik Sediaan
a. Organoleptis
Pengamatan organoleptis meliputi kenampakan fisik dari shampo
meliputi bentuk, bau, dan warna (Ansel, 1989).
b. Uji pH
Pengujian pH adalah parameter pengujian mutu dari shampo.
Pengukurannya dengan melakukan shampo dalam air dan diukur
menggunakan indikator universal. Nilai pH shampo SNI 06-29692-
1992 adalah 5,0 – 9,0 dan rata-rata nilai pH kulit kepala dan rambut
adalah 5,0 (Anonim, 1992).
19
c. Tinggi Busa
Shampo sebanyak 0,1 gram dilarutkan kedalam 10 ml air.
Dimasukkan kedalam tabung reaksi, ditutup dan dikocok selama 20
detik dengan cara membalikkan tabung reaksi secara beraturan. Diukur
tinggi busa yang terbentuk (Ratnawulan, 2009). Dengan standart 1,3-
22 cm (Wilkinson, 1982).
d. Berat Jenis
Menimbang piknometer kosong, masukkan air ke dalam
piknometer letakkan baskom dengan es, masukan termometer sampai
suhu menjadi ± 18o C (dibawah 20 C). Piknometer dikeluarkan dari
baskom dan suhu dinaikan menjadi 20oC, piknometer kosong
ditimbang, dihitung bobot jenis air (Dirjen POM, 1995).
e. Viskositas
Menghitung waktu yang dibutuhkan untuk nelewati dua tanda
batas yang tertera pada viskosimeter. Kemudian membandingkan
waktu yang dibutuhkan sediaan shampo untuk melewati dua tanda
batas terhadap waktu alir air untuk mengetahui daya alir shampo
(Dirjen POM, 1979).
7. Uji Stabilitas
Suatu uji yang dilakukan untuk mengetahui stabilitas suatu sediaan
selama proses penyimpanan yang meliputi penampakan fisik, misalnya
tidak mengalami perubahan bentuk, bau, warna, kekerasan, dan tekstur
dengan penyimpanan pada suhu 4oC, 30
oC, 60
oC (Depkes, 1995).
20
A. Analisis Penelitian
1. Analisis Data
a. Hasil rendemen maserasi
Rendemen =
x 100% = %
b. Uji evaluasi sediaan shampo
Meliputi : Organoleptis (bentuk, warna, bau), uji pH, uji tinggi busa,
berat jenis, viskositas, dan uji stabilitas.
c. Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diolah dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.
Dianalisis menggunakan uji ANOVA (Analysis of varians)
menggunakan SPSS versi 22.
2. Analisis Statistik
Ho diterima jika (p<0,05)
Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan dalam penyimpanan sediaan
shampo pada suhu yang berbeda terhadap stabilitas fisik sediaan
shampo.
Hi : Ada pengaruh yang signifikan dalam penyimpanan sediaan shampo
pada suhu yang berbeda terhadap stabilitas fisik sediaan shampo.
21
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Penelitian dilakukan dengan mengisolasi daun Pandan Wangi dengan
metode maserasi dengan perbandingan 1 : 5. Serbuk daun pandan wangi
sebanyak 500 mg dengan pelarut etanol 96% sebanyak 2.500 ml. Hasil proses
maserasi sebagai berikut:
a. Organoleptis Hasil Maserasi
Bentuk : ekstrak kental
Warna : coklat
Bau : khas aromatik
b. Hasil Rendemen Maserasi
Pengujian terhadap evaluasi sediaan shampoo terdiri dari uji
organoleptis, uji pH, tinggi busa, berat jenis dan viskositas. Hasil uji
evaluasi sediaan shampo ekstrak etanol daun pandan wangi (Pandanus
amaryllifolius roxb), didapatkan hasil sebagai berikut:
1. Uji Organoleptis
Hasil pengamatan organoleptis dari Formula I, II dan III
menunjukkan hasil seperti yang tercantum pada tabel berikut :
22
Tabel 3. Hasil Organoleptis Shampo Ekstrak Etanol Daun Pandan
Wangi (Pandanus amaryllifolius roxb) Organoleptis Sediaan I
(Suhu 40C)
Sediaan II
(Suhu 300C)
Sediaan III
(Suhu 600C)
Bentuk Cair agak kental Cair agak kental Cair agak kental
Warna Hijau kehitaman Hijau kehitaman Hijau kehitaman
Bau Khas aromatik Khas aromatik Khas aromatik
Tabel 3 di atas menunjukkan hasil bahwa, Formula I, II dan III
memiliki organoleptis yang sama yaitu berbentuk cair agak kental,
berwarna hijau kehitaman, dan bau khas aromatik.
2. Uji pH
Tabel 4. Hasil Uji pH Shampo Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi
(Pandanus amaryllifolius roxb)
Sediaan Replikasi pH
I 1 10
2 10
3 10
II
III
1
2
3
1
2
3
10
10
10
10
10
10
Tabel 4 di atas menunjukkan hasil bahwa, formula I, II, III
shampo ekstrak etanol daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius
roxb) memiliki pH yang sama yaitu 10.
23
3. Uji Tinggi Busa
Tabel 5. Hasil Uji Tinggi Busa Shampo Ekstrak Etanol Daun Pandan
Wangi (Pandanus amaryllifolius roxb)
Sediaan Replikasi Tinggi Busa
(cm)
Rata-Rata
I
1
2
3
1,7
1,7
1,7
1,7
II 1
2
3
1,7
1,7
1,7
1,7
III 1
2
3
1,6
1,6
1,5
1,6
Tabel 5 di atas menunjukkan hasil, formula I dan II shampo
ekstrak etanol daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius roxb)
memiliki tinggi busa 1,7 cm, sedangkan sediaan III memiliki tinggi
busa 1,6 cm.
4. Uji Berat Jenis
Tabel 6. Hasil Uji Berat Jenis Shampo Ekstrak Etanol Daun Pandan
Wangi (Pandanus amaryllifolius roxb)
Sediaan Replikasi Berat Jenis
(b/v)
Rata-rata
I 1
2
3
1,0570
1,0569
1,0571
1,0570
II 1
2
3
1,0569
1,0570
1,0571
1,0570
III 1
2
3
1,0551
1,0550
1,0552
1,0551
Tabel 6 di atas menunjukkan hasil bahwa, formula I dan II
shampo ekstrak etanol daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius
24
roxb) memiliki berat jenis 1,0570 b/v, sedangakan sediaan III memiliki
berat jenis rata-rata 1,0551 b/v.
B. Uji Viskositas
Tabel 7. Hasil Uji Viskositas Shampo Ekstrak Etanol Daun Pandan
Wangi (Pandanus amaryllifolius roxb)
Sediaan Replikasi Viskositas
(cp)
Rata-rata
I 1
2
3
4,2207
4,2216
4,2211
4,2211
II 1
2
3
4,2099
4,2098
4,2095
4,2097
III 1
2
3
4,2095
4,2093
4,2090
4,2092
Tabel 7 di atas menunjukkan hasil bahwa, dari formula I shampo
ekstrak etanol daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius roxb)
memiliki nilai viskositas 4,2211 cp, sediaan II 4,2097 cp dan sediaan
III 4,2092 cp.
Tahapan penelitian selanjutnya adalah :
1. Pengujian stabilitas sediaan shampoo ekstrak etanol daun pandan wangi
2. Melakukan pengamatan terhadap hasil
3. Identifikasi data hasil penelitian
4. Melakukan uji statitik terhadap stabilitas sediaan shampoo
5. Analisa Data
25
DAFTAR PUSTAKA
Damayanti, D., 2013. Pembuatan sediaan shampo ekstrak seledri
(Apiumgraveolens L) dengan basis minyak kelapa dengan metode
saponifikasi. KaryaTulis Ilmiah. Sukoharjo. Fakultas Farmasi. Politeknik
kesehatan Bhakti Mulia.
Desriani., Azizah. N., Wahyuni. R., Putri. P. E. A. 2018. Formulasi Hair Tonic
Ekstrak Buah Mentimun (Curcumis sativus) sebagai solusi ketombe dan
Rambut Rontok pada Wanita Berhijab. Majalah Farmasi, Sains dan
kesehatan 4:39-41
Harahap, M. 1990. Penyakit kulit. Jakarta : Gramedia
Harbone, J. B.1987. Metode Fitokimia terbitan ke-2. Diterjemahkan oleh Kokasih
Padmawinata dan Iwang Soediro. Bandung: Penerbit ITB
Maulani, LP, 2020. Formulasi dan Uji Sifat Fisik Sediaan Shampo Ekstrak Etanol
Daun Pandan Wangi. Poltekkes Bhakti Mulia. Sukoharjo
Mahataranti, N. 2012. Formulasi Shampo Antiketombe Ekstrak Etanol Seledri
(Apium graveolens L) dan Aktivitasnya Terhadap Jamur Pityrosporum
ovale. Jurnal Pharmacy 9 (2): 128-138.
Nurdianti, L. 2017. Pengembangan Formulasi Sediaan Gel Rambut Antiketombe
Ekstrak Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) dengan
Menggunakan Viscolam sebagai Gelling Agent dan Uji Aktivitasnya
Terhadap Jamur Pityrosporum ovale. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas 7 (2):
456-467.
Nurhikma Eny, Antari Dewi, Tee SA. 2018. Formulasi Sampo Anti Ketombe Dari
Ekstrak Kubis (Brassica oleracea Var. Captilata L.) Kombinasi Ekstrak
Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius roxb). Jurnal Mandala
Pharmacon Indonesia. 4(1) : 61-67
Sitompul. B. M., Yamlean. Y. V. P., Kojong. S. N. 2016. Formulasi dan Uji
Aktivitas Sediaan Shampo Antiketombe Ekstrak Etanol Daun Alamanda
(Allamanda cathartica L.) Terhadap Pertumbuhan Jamur candida albicans
secara In Vitro. Jurnal Ilmiah Farmasi. 5:122-13
Surani, F. 2017. Evaluasi Berbagai Sediaan Shampo Herbal Antiketombe dan
Antikutu: Review Artikel. Jurnal Farmaka 15 (2): 218-232.
Syaputri, F.N. 2017. Formulasi Shampo Cair Transparan Sari Buah Jeruk Nipis
(Citrus aurantifolia S.). Jurnal As-Syifaa 9 (1): 17-26.
26
Toruan, T. 1989. Ketombe dan penanggulangannya. Jakarta : Pustaka.
Van Steenis C.G.G.J. 2008. Flora. Cetakan ke-7. PT Pradnya Paramita. Jakarta
Wasitaatmadja, S.M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik, Universitas Indonesia Press.
Jakarta.
27
Lampiran 1. Justifikasi anggaran
No Komponen Harga
1 Gaji dan upah
1. Ketua
2. Anggota
Rp. 400.000,00
Rp. 300.000,00
2 Bahan habis pakai dan peralatan Rp. 1.800.000,00
3 Transportasi dan akomodasi (penelitian,
pengadaan ATK, konsumsi, parkir, dll)
Rp. 500.000,00
Total Rp. 3.000.000,00
28
Lampiran 2. Surat Tugas
29
Lampiran 3. Biodata Pengusul
BIODATA KETUA PENGUSUL
A. Identitas Diri
1 Nama lengkap (dengan gelar) Sri Saptuti Wahyuningsih, S.Si.Apt.M.Kes
2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Jabatan Fungsional Asisten Ahli
4 NIK 03.003.04
5 NIDN 630077903
6 Tempat dan Tanggal Lahir Sukoharjo, 30 Juli 1979
7 E-mail [email protected]
8 Nomor Telepon / HP 08121519290
9 Alamat Kantor Jl. Raya Solo-Sukoharjo Km.9 Sukoharjo
10 Nomor Telepon / Faks 0271-592577
11 Lulusan yang telah dihasilkan D-3 = 205 mahasiswa
12 Mata Kuliah Yang diampu 1. Farmasetika
2. Farmakologi
3. Praktikum Farmasetika
4. Kesehatan & Keselamatan kerja
B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2
Nama Perguruan
Tinggi
Universitas Setia Budi
Surakarta
Universitas Sebelas
Maret Surakarta
Bidang Ilmu Farmasi Ilmu Kedokteran
Keluarga
Tahun Masuk-Lulus 1997 – 2002 2012 - 2013
Judul Skripsi/Tesis Pemakaian Pati Bengkoang
Sebagai Bahan Penghancur
Pada Tablet Parasetamol
Hubungan Persepsi
Tentang Profesi
Asisten Apoteker Dan
Kecerdasan Emosi
Dengan Prestasi
Belajar Farmasetika
Pada Mahasiswa Prodi
DIII Farmasi
Nama
Pembimbing/Promotor
Drs. Cokrorahardiwanto,
M.Si.Apt
Prof.Dr.Mulyoto,
M.Pd
Prof.Dr.dr.Didik
Tamtomo, MM.M.Kes
30
C. Pengalaman Penelitian dalam 5 tahun terakhir
No Tahun Judul Penelitian Pendanaan
Sumber Jml (Juta Rp)
1 2013 Pembuatan Produk Gel Tabir
Surya Minyak Nyamplung
(Calophylluminophyllum L.)
dan Uji Nilai SPF secara
Invivo (sebagai Anggota)
Dikti Rp. 15.000.000,-
2 2014 Optimasi Sediaan salep yang
mengandung Eugenol dari
Isolasi Minyak Cengkeh
(Eugenia caryophylatta
Thunb)
Poltekkes
Bhakti
Mulia
Rp. 1.500.000,-
3 2015 Uji Efek Analgetik Infusa
Daun Beluntas (Pluchea
indica L) pada mencit jantan
galur Swiss
Poltekkes
Bhakti
Mulia
Rp. 1.500.000,-
3 2016 Formulasi dan Uji Stabilitas
Fisik Gel Ekstrak Etanol
Daun Cocor Bebek
(Kalanchoe pinnata L.)
Sebagai Obat Penyembuh
Luka
Dikti Rp. 11.600.000,-
4 2017 Evaluasi Mutu Fisik Tablet
Antalgin Dengan Bahan
Penghancur Tepung Kulit
Pisang (Musa paradisiacal L)
Metode Granulasi Basah
Dikti Rp. 20.000.000,-
D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 tahun terakhir
No Tahun Judul Pengabdian Kepada
Masyarakat
Pendanaan
Sumber Jml (Juta Rp)
1 2010 Penyuluhan Cara Penggunaan
Obat Yang Benar
Mandiri 1 Juta
2 2011 Penyuluhan tentang penyakit
Diabetes Mellitus pada
masyarakat Desa Plesungan
Kecamatan Gondangrejo
Kabupaten Karanganyar
Institusi 1 Juta
3 2012 Sosialisasi STRTTK dan OSCA
pada lulusan diploma farmasi
kabupaten Sukoharjo
Mandiri 1 Juta
31
4 2013 Pelatihan senam Diabetes
Mellitus dan penyuluhan
tentang penyakit Diabetes
Mellitus di Dusun Setran Desa
Bulakrejo Sukoharjo
Institusi 1 Juta
5 2014 Penyuluhan kesehatan
reproduksi remaja pada siswa-
siswi SMK Negeri 2 Sukoharjo
Institusi 1 Juta
E. Publikasi Artikel Ilmiah Dalam Jurnal dalam 5 Tahun Terakhir
No Judul Artikel Ilmiah Nama Jurnal Volume/Nomor
/Tahun
1 Hubungan pengetahuan dengan
perilaku pencegahan kecelakaan
kerja di laboratorium
IJMS (Indonesian
Journal On
Medicinal Science)
Vol. 1. No. 2,
Juli 2014
2 Optimasi sediaan salep yang
mengandung eugenol dari isolasi
minyak cengkeh (Eugenia
caryophylatta Thunb)
IJMS (Indonesian
Journal On
Medicinal Science)
Vol. 1 No.2,
Juli 2014
3 Emotional Quotient dan persepsi
tentang profesi Asisten Apoteker
dapat meningkatkan prestasi
belajar farmasetika pada
mahasiswa Prodi DIII Farmasi
IJMS (Indonesian
Journal On
Medicinal Science)
Vol. 2. N0. 1,
Januari 2015
4 Uji efek analgetik infusa daun
beluntas (Pluchea indica L.) pada
mencit jantan galur Swiss
Jurnal Biologi
Papua
Vol. 7. No. 2,
Oktober 2015
5 Formulasi gel tabir surya minyak
nyamplung (Tamanu oil) dan uji
SPF secara In Vitro
URECOL
Prosiding Bidang
MIPA dan
Kesehatan
Januari 2015
6 Hubungan Pengetahuan Dengan
Tingkat Kepatuhan pengobatan
JFSP (Jurnal
Farmasi Sains &
Vol II Nomor I
Tahun 2016
32
Pada Pasien Tuberkulosis di
RSUD dr. Soehadi Prijonegoro
Sragen
Praktis)
33
BIODATA ANGGOTA
A. Identitas Diri
1 Nama lengkap (dengan gelar) Ratna Setiyaningsih
2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Jabatan Fungsional -
4 NIK 02.023.10
5 NIDN 0625088401
6 Tempat dan Tanggal Lahir Sukoharjo, 25 Agustus 1984
7 E-mail [email protected]
8 Nomor Telepon / HP 081329655334
9 Alamat Kantor Jl. Raya Solo - Sukoharjo KM. 09
Sukoharjo
10 Nomor Telepon / Faks (0271) 592577
11 Lulusan yang telah
dihasilkan
12 Mata Kuliah Yang diampu Keperawatan Medikal Bedah 1,
Keperawatan Anak, Keperawatan
Jiwa, Etika Keperawatan, Psikologi
B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2
Nama Perguruan
Tinggi
Stikes Surya Global
Yogyakarta
Universitas Sebelas
Maret
Bidang Ilmu Ilmu Keperawatan Ilmu Kesehatan
Masyarakat
Tahun Masuk-Lulus 2003 – 2008 2015 - 2017
Judul Skripsi/Tesis Persepsi Siswa Kelas VII
Tahun Ajaran 2006/2007 SLTP
Negeri I Tawangsari Sukoharjo
Tentang Perubahan Fisik Pada
Masa Pubertas
Penerapan Health
Belief Model: Faktor-
faktor yang
Mempengaruhi
Perilaku Pencegahan
Hipertensi
Nama
Pembimbing/Promotor
Dewi Murdiyanti PP, S. Kep,
Ns
1. Prof. Dr. Didik
Tamtomo, dr., PAK.,
MM., M. kes
2. Prof. Nunuk
Suryani, M. Pd
C. Pengalaman Penelitian dalam 5 tahun terakhir
No Tahun Judul Penelitian Pendanaan
Sumber Jml (Juta Rp)
34
1 201322019 Pengaruh Motivasi,
Dukungan Keluarga dan
Peran Kader Terhadap
Perilaku Pengendalian
Hipertensi
Poltekkes Bhakti
Mulia
D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 tahun terakhir
No Tahun Judul Pengabdian Kepada
Masyarakat
Pendanaan
Sumber Jml (Juta Rp)
1
2
E. Publikasi Artikel Ilmiah Dalam Jurnal dalam 5 Tahun Terakhir
NO Judul Artikel Ilmiah Nama Jurnal Volume/Nomor
/Tahun
1 Penatalaksanaan Terapi Relaksasi
Otot Progresif dengan Masalah
Penurunan Curah jantung pada
pasien hipertensi di RSUD dr.
Soehadi Prijonegoro Sragen
IJMS Vol. 5 / No. 1/
2018
2 Pengaruh motivasi dukungan
keluarga dan peran kader terhadap
perilaku pengendalian hipertensi
IJMS Vol. 6/ No. 1/
2019
35
Lampiran 3. Surat Keterangan UP2M