23
LAPORAN PENDAHULUAN PERILAKU KEKERASAN A. DEFINISI Perilaku kekerasan merupakan suatu kaeadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan (Stuard dan Sundeen, 1995) Perilaku kekerasan atau agresif meruoakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai orang lain secara fisik maupun psikologis (Berkowitz, dalam Harnawati, 1993) Suatu keadaan dimana individu mengalami perilaku yang dapat melukai secara fisik baik terhadap diri sendiri atau orang lain ( Thosend, 1998 ) B. FAKTOR PREDISPOSISI Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan menurut teori biologik, teori psikologi, dan teori sosiokultural yang dijelaskan oleh Towsend (1996 dalam Purba dkk, 2008) adalah: 1. Teori Biologik Teori biologik terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh terhadap perilaku: a. Neurobiologik

LAPORAN PENDAHULUAN Perilaku Kekerasan.docx

Embed Size (px)

Citation preview

LAPORAN PENDAHULUANPERILAKU KEKERASAN

A.DEFINISIPerilaku kekerasan merupakan suatu kaeadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan (Stuard dan Sundeen, 1995)Perilaku kekerasan atau agresif meruoakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai orang lain secara fisik maupun psikologis (Berkowitz, dalam Harnawati, 1993)Suatu keadaan dimana individu mengalami perilaku yang dapat melukai secara fisik baik terhadap diri sendiri atau orang lain ( Thosend, 1998 )

B.FAKTOR PREDISPOSISIAda beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan menurut teori biologik, teori psikologi, dan teori sosiokultural yang dijelaskan oleh Towsend (1996 dalam Purba dkk, 2008) adalah: 1. Teori Biologik Teori biologik terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh terhadap perilaku: a. Neurobiologik Ada 3 area pada otak yang berpengaruh terhadap proses impuls agresif: sistem limbik, lobus frontal dan hypothalamus. Neurotransmitter juga mempunyai peranan dalam memfasilitasi atau menghambat proses impuls agresif. Sistem limbik merupakan sistem informasi, ekspresi, perilaku, dan memori. Apabila ada gangguan pada sistem ini maka akan meningkatkan atau menurunkan potensial perilaku kekerasan. Adanya gangguan pada lobus frontal maka individu tidak mampu membuat keputusan, kerusakan pada penilaian, perilaku tidak sesuai, dan agresif. Beragam komponen dari sistem neurologis mempunyai implikasi memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. Sistem limbik terlambat dalam menstimulasi timbulnya perilaku agresif. Pusat otak atas secara konstan berinteraksi dengan pusat agresif.b. Biokimia Berbagai neurotransmitter (epinephrine, norepinefrine, dopamine, asetikolin, dan serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi atau menghambat impuls agresif. Teori ini sangat konsisten dengan fight atau flight yang dikenalkan oleh Selye dalam teorinya tentang respons terhadap stress.c. GenetikPenelitian membuktikan adanya hubungan langsung antara perilaku agresif dengan genetik karyotype XYY. d. Gangguan Otak Sindroma otak organik terbukti sebagai faktor predisposisi perilaku agresif dan tindak kekerasan. Tumor otak, khususnya yang menyerang sistem limbik dan lobus temporal; trauma otak, yang menimbulkan perubahan serebral; dan penyakit seperti ensefalitis, dan epilepsy, khususnya lobus temporal, terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.2. Faktor psikologis a. Frustasion aggresion theory ( teori argesif frustasi) Menurut teori ini perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil akumulasi frustasi yang terjadi apabila keinginan individu untuk mencapai sesuatu gagal atau terhambat. Keadaan tersebut dapat mendorong individu berperilaku agresif karena perasaan frustasi akan berkurang melalui perilaku kekerasan. b. Behavioral theory (teori perilaku) Kemarahan adalah proses belajar, hal ini dapat dicapai apabila tersedia fasilitas atau situasi yang mendukung reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar rumah. Semua aspek ini menstimulai individu mengadopsi perilaku kekerasan. c. Existential theory (teori eksistensi) Bertindak sesuai perilaku adalah kebutuhan yaitu kebutuhan dasar manusia apabila kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi melalui perilaku konstruktif maka individu akan memenuhi kebutuhannya melalui perilaku destruktif. 3. Faktor sosio culturala. Social enviroment theory ( teori lingkungan ) Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam mengekspresikan marah. Budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan diterima. b. Social learning theory ( teori belajar sosial ) c. Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung maupun melalui proses sosialisasi.

C.FAKTOR PRESIPITASIFaktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali berkaitan dengan (Yosep, 2009): 1. Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solidaritas seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian masal dan sebagainya. 2. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi. 3. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melalukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik. 4. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan dirinya sebagai seorang yang dewasa. 5. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa frustasi. 6. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.

D.RENTANG RESPONRespon Adaptif Respon Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif KekerasanKegagalan yang menimbulkan frustasi dapat menimbulkan respon pasif dan melarikan diri / respon melawan dan menantang. Respon melawan dan menentang merupakan respon yang mal adaptif yaitu agresif kekerasan. Perilaku yang ditampakkan di mulai dari yang rendah sampai tinggi yaitu (Keliat, 1999): 1. AsertifMampu menyatakan rasa marah tanpa menyakiti orang lain dan merasa lega. 2. Frustasi Merasa gagal mencapai tujuan disebabkan karena tujuan yang tidak realistis. 3. Pasif Diam saja karena merasa tidak mampu mengungkapkan perasaan yang sedang dialami.4. Agresif Memperlihatkan permusuhan, keras dan menuntut, mendekati ornag lain dengan ancaman, memberi kata-kata ancaman tanpa melukai. Umumnya klien masih dapat mengontrol perilaku untuk tidak melukai orang lain. 5. KekerasanSering juga disebut gaduh gelisah atau amuk. Perilaku kekerasan ditandai dengan menyentuh orang lain secara menukutkan, memberi kata-kata mengancam, melukai, disertai melukai tingkat ringan dan paling berat adalah melukai / merusak secara serius. Klien tidak mampu mengendalikan diri.

PasifAsertifAgresif

Isi pembicaraanNegative dan merendahkan dirinya, contohnya perkataan : dapatkah saya ?dapatkah kamuPositif dan menawarkan diri, contohnya perkataan :saya dapatsaya akanMenyombongkan diri, merendahkan orang lain, contohnya perkataan :kamu selalukamu tidak pernah

Tekanan suaraCepat lambat, mengeluhSedangKeras dan ngotot

Posisi badanMenundukkan kepalaTegap dan santaiKaku, condong kedepan

JarakMenjaga jarak dengan sikap sikap acuh / mengabaikanMempertahankan jarak yang nyamanSiap dengan jarak akan menyerang orang lain

PenampilanLoyo, tidak dapat tenangSikap tenangMengancam, posisi menyerang

Kontak mataSedikit / sama sekali tdakMempertahankan kontak mata sesuai dengan hubunganMata melotot dan dipertahankan

E.PATHWAYRisiko tinggi mencederai diri atau orang lainPERILAKU KEKERASANGangguan proses pikir:waham Koping Keluarga Tidak EfektifRegimen terapeutik inefektifHarga diri rendah kronisIsolasi social : menarik diriGSP Halusinasi

F.MANIFESTASI KLINISYosep (2009) mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku kekerasan adalah sebagai berikut: 1. Fisik a. Muka merah dan tegang b. Mata melotot/ pandangan tajam c. Tangan mengepal d. Rahang mengatup e. Postur tubuh kaku f. Jalan mondar-mandir 2. Verbal a. Bicara kasar b. Suara tinggi, membentak atau berteriakc. Mengancam secara verbal atau fisik d. Mengumpat dengan kata-kata kotor e. Suara keras f. Ketus 3. Perilaku a. Melempar atau memukul benda/orang lain b. Menyerang orang lain c. Melukai diri sendiri/orang lain d. Merusak lingkungan e. Amuk/agresif 4. Emosi Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan dan menuntut. 5. Intelektual Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme. 6. Spiritual Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain, menyinggung perasaan orang lain, tidak perduli dan kasar. 7. Sosial Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran. 8. Perhatian Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.

G.PENATALAKSANAAN MEDISMenurut Yosep (2007) obat-obatan yang biasa diberikan pada pasien dengan marah atau perilaku kekerasan adalah : 1. Medisa. Antianxiety dan sedative hipnotics. Obat-obatan ini dapat mengendalikan agitasi yang akut. Benzodiazepine seperti Lorazepam dan Clonazepam, sering digunakan dalam kedaruratan psikiatrik untuk menenangkan perlawanan klien. Tapi obat ini tidak direkomendasikan untuk penggunaan dalam waktu lama karena dapat menyebabkan kebingungan dan ketergantungan, juga bisa memperburuk simptom depresi. b. Buspirone obat antianxiety, efektif dalam mengendalikan perilaku kekerasan yang berkaitan dengan kecemasan dan depresi. c. Antidepressants, penggunaan obat ini mampu mengontrol impulsif dan perilaku agresif klien yang berkaitan dengan perubahan mood. Amitriptyline dan Trazodone, menghilangkan agresifitas yang berhubungan dengan cedera kepala dan gangguan mental organik.d. Lithium efektif untuk agresif karena manik. e. Antipsychotic dipergunakan untuk perawatan perilaku kekerasan. 2. KeperawatanMenurut Yosep ( 2007 ) perawat dapat mengimplementasikan berbagai cara untuk mencegah dan mengelola perilaku agresif melaui rentang intervensi keperawatan.

Strategi preventifStrategi antisipatifStrategi pengurungan

Dari gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa :a. Strategi preventif Kesadaran diri Perawat harus menyadari bahwa stress yang dihadapinya dapat mempengaruhi komunikasinya dengan klien. Bila perawat tersebut merasa letih, cemas, marah atau apatis maka akan sulit baginya untuk membuat klien tertarik. Oleh karenanya, bila perawat itu sendiri dipenuhi dengan masalah, maka energy yang dimilikinya bagi klien menjadi berkurang. Untuk mencegah semua itu, maka perawat harus terus menerus meningkatkan kesadaran dirinya dan melakukan supervise dengan memisahkan antara masalah pribadi dan masalah klien. Pendidikan klien Pendidikan yang diberikan mengenai cara berkomunikasi dan cara mengekspresikan marah yang tepat. Latihan asertif Kemampuan dasar interpersonal yang harus dimiliki meliputi: Berkomunikasi secara langsung dengan setiap orang. Mengatakan tidak untuk sesuatu yang tidak beralasan. Sanggup melakukan komplain. Mengekspresikan penghargaan dengan tepat. b. Strategi antisipatif Komunikasi Strategi berkomunikasi dengan klien perilaku agresif : bersikap tenang, bicara lembut, bicara tidak dengan cara mengahakimi, bicara netral dan dengan cara konkrit, tunjukkan rasa hormat, hindari intensitas kontak mata langsung, demonstrasikan cara mengontrol situasi, fasilitasi pembicaraan klien dan dengarkan klien, jangan terburu-buru menginterpretasikan dan jangan buat janji yang tidak bisa ditepati. Perubahan lingkungan Unit perawatan sebaiknya menyediakan berbagai aktivitas seperti : membaca, grup program yang dapat mengurangi perilaku klien yang tidak sesuai dan meningkatkan adaptasi sosialnya. Tindakan perilaku Pada dasarnya membuat kontrak dengan klien mengenai perilaku yang dapat diterina dan tidak dapat diterima serta konsekuensi yang didapat bila kontrak dilanggar. c. Strategi pengurungan Managemen krisis Bila pada waktu intervensi awal tidak berhasi, maka diperlukan intervensi yang lebih aktif. Seclusion merupakan tindakan keperawatan yang terakhir dengan menempatkan klien dalam suatu ruangan dimana klien tidak dapat keluar atas kemauannya sendiri dan dipisahkan dengan pasien lain. Restrains adalah pengekangan fisik dengan menggunakan alat manual untuk membatasi gerakan fisik pasien menggunakan manset, sprei pengekang

H. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATANa. PengkajianData yang dikumpulkan melalui data biologis, psikologis, sosial dan spritual pengelompokkan data pada pengkajian kesehatan jiwa dapat pula berupa faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping dan kemampuan yang dimiliki klien. 1. Identitas Klien Meliputi nama, umur, jenis kelamin, tanggal pengkajian, tanggal dirawat, No. MR. 2. Faktor Predisposisi Biasanya klien pernah mengalami gangguan jiwa dan kurang berhasil dalam pengobatan. Pernah mengalami aniaya fisik, penolakan dan kekerasan dalam keluarga. Klien dengan perilaku kekerasan bisa herediter. Pernah mengalami trauma masa lalu yang sangat mengganggu3. FisikPada saat marah tensi biasanya meningkat.4. Psikososial Genogram Pada genogram biasanya ada terlihat ada anggota keluarga yang mengalami kelainan jiwa, pada komunikasi klien terganggu begitupun dengan pengambilan keputusan dan pola asuh. Konsep diri Gambaran diri:Klien biasanya mengeluh dengan keadaan tubuhnya, ada bagian tubuh yang disukai dan tidak disukai. Identitas klien :Klien biasanya tidak puas dengan status dan posisinya baik sebelum maupun ketika dirawat tapi klien biasanya puas dengan statusnya sebagai laki-laki / perempuan. Peran diri :Klien menyadari peran sebelum sakit, saat di rawat peran klien terganggu. Harga diri :Klien biasanya memiliki harga diri rendah sehubungan dengan sakitnya. Ideal diri :Klien biasanya memiliki harapan masa lalu yang tidak terpenuhi. Hubungan Sosial Klien kurang dihargai di keluarga dan lingkungan. Spritual Nilai dan keyakinan Biasanya klien dengan sakit jiwa dipandang tidak sesuai dengan norma dan budaya. Kegiatan ibadah Klien biasanya menjalankan ibadah di rumah sebelumnya, saat sakit ibadah terganggu atau sangat berlebihan. 5. Status Mental PenampilanBiasanya penampilan diri yang tidak rapi, tidak cocok / serasi dan berubah dari biasanya. Pembicaraan Pembicaraan cepat, keras Aktivitas motorik Meningkat, klien biasanya terganggu dan gelisah Alam perasaan Berupa suasana emosi yang memanjang akibat dari faktor presipitasi misalnya : sedih dan putus asa. Afek Afek klien biasanya sesuai Interaksi selama wawancara Selama berinteraksi dapat dideteksi sikap klien yang tampak bermusuhan dan mudah tersinggung. Persepsi Klien dengan perilaku kekerasan biasanya tidak memiliki kerusakan persepsi. Proses pikir Biasanya klien mampu mengorganisir dan menyusun pembicaraan logis dan keheran. Isi Pikir Keyakinan klien konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya klien. Tingkat Kesadaran Biasanya klien tidak mengalami disorientasi terhadap orang, tempat dan waktu. Memori Tidak terjadi gangguan daya ingat jangka panjang maupun jangka pendek klien mampu mengingat kejadian yang baru saja terjadi. Tingkat konsentrasi dan berhitung Klien tidak mengalami gangguan konsentrasi dan berhitung Kemampuan penilaian Klien mampu dalam mengambil keputusan jika menghadapi masalah yang ringan klien mampu menilai dan mengevaluasi diri sendiri. Daya tilik diri Klien biasanya mengingkari penyakit yang diderita dan tidak memerlukan pertolongan, klien juga sering menyalahkan hal-hal diluar dirinya. b. Masalah Keperawatan Dan Data Yang Harus Dikaji1. Masalah keperawatan: Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan Perilaku kekerasan / amuk Perubahan sensori perseptual : halusinasi Isolasi sosial : menarik diri2. Data yang perlu dikaji: Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkunganData Subyektif : Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang. Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah. Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.Data Objektif : Mata merah, wajah agak merah. Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit, memukul diri sendiri/orang lain. Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam. Merusak dan melempar barangbarang. Perilaku kekerasan / amukData Subyektif : Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang. Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah. Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.Data Obyektif Mata merah, wajah agak merah. Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai. Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam. Merusak dan melempar barangbarang. Perubahan sensori perseptual : halusinasiData Subjektif : Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus Klien merasa makan sesuatu Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar Klien ingin memukul/melempar barang-barangData Objektif : Klien berbicara dan tertawa sendiri Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu Disorientasi Isolasi sosial : menarik diriData Subyektif : Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.Data Obyektif : Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup, Apatis, Ekspresi sedih, Komunikasi verbal kurang, Aktivitas menurun, Posisi janin pada saat tidur, Menolak berhubungan, Kurang memperhatikan kebersihanc. Diagnosa Keprawatan1. Perilaku kekerasan2. Gangguan persepsi sosial: Halusinasi3. Isolasi sosial: Menarik Diri

DAFTAR PUSTAKA

Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama.Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : EGC.Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.Nurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta : Momedia.Purba, dkk. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa. Medan : USU Press.Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005 2006. Jakarta : Prima Medika.Stuart, GW. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.