Upload
almaydhaindraswati
View
315
Download
29
Embed Size (px)
DESCRIPTION
laporan pendahuluan
Citation preview
LAPORAN PENDAHULUAN
PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR
MODUL MESIN LAS
OLEH:
DWI ARDINIA
4414215016
LABORATORIUM TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PANCASILA
2015
I. TUJUAN
Maksud dan tujuan dalam mempelajari mesin las adalah sebagai berikut:
1. Mengenal mesin las dan mempelajari cara kerjanya.
2. Mengetahui cara peggunaan mesin las.
3. Mengetahui cara-cara penyambungan dengan teknik las.
4. Mengetahui aspek K3 dalam pengelasan.
II. TEORI
A. Sambungan (Joining)
Sambungan (joining) adalah suatu proses yang dibutuhkan untuk
merakit dua komponen/ lebih sehingga menjadi suatu produk yang
dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya.
Suatu proses penyambungan umumnya dilakukan atas
pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
1. Adanya produk yang mustahil untuk dibuat dari satu bagian saja
2. Proses pembuatan lebih hemat bila dibuat secara terpisah lalu
dirakit.
3. Untuk mempermudah proses pemeliharaan dan perbaikan selama
pemakaian.
4. Fungsi produk akan lebih sesuai bila dibuat secara terpisah.
5. Proses pengiriman lebih mudah dan murah, bila dilakukan secara
terpisah baru dirakit.
B. Pengelasan (Welding)
Teknik penyambungan logam dapat dilakukan secara mekanik
(menggunanan metoda pengikatan dengan mur maupun ulir) atau
dengan cara pengelasan. Saat ini, pengelasan merupakan cara
pnyambungan logam yang paling umum digunakan.
Definisi pengelasan menurut DIN (Deutsche Industrie Normen)
adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan
yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair. Dengan kata lain, las
adalah sambungan setempat dari beberapa batang logam dengan
menggunakan energi panas. Dalam proses penyambungan ini
adakalanya disertai dengan tekanan dan material tambahan (filler
material).
Teknik pengelasan secara sederhana telah ditemukan dalam
rentang waktu antara 4000 sampai 3000 SM. Setelah energi listrik
dipergunakan dengan mudah, teknologi pengelasan maju dengan
pesatnya sehingga menjadi sesuatu teknik penyambungan yang
mutakhir. Hingga saat ini telah dipergunakan lebih dari 40 jenis
pengelasan. Pada tahap-tahap permulaan dari pengembangan teknologi
las, biasanya pengelasan hanya digunakan pada sambungan-
sambungan dari reparasi yang kurang penting. Tapi setelah melalui
pengalaman dan praktek yang banyak dan waktu yang lama, maka
sekarang penggunaan proses-proses pengelasan dan penggunaan
konstruksi-konsturksi las merupakan hal yang umum di semua negara di
dunia.
Hasil las dikatakan baik apaila daerah lasan (weldmeent) yang
dihasilkan dapat memberikan kontinuitas yang komplit antara bagian
yang disambung dengan setiap bagian sambungan sehingga
sambungan dan logam induknya tidak menunjukan perbedaan yang
jelas. Oleh karena itu ada kondisi-kondisi yang harus dipenuhi dalam
proses pengelasan, antara lain:
1. Adanya suplai energi.
2. Harus bebas dari kontaminasi seperti oksida-oksida dan kotoran-
kotoran lainnya.
3. Proteksi terhadap atmosfir (oksidasi) yang baik.
4. Metalurgi las yang terkontrol
C. Klasifikasi Cara-cara Pengelasan dan Pemotongan
Secara konvensional klasifikasi las dapat dibagi dua golongan, yaitu
klasifikasi berdasarkan energi yang digunakan (sumber panas) dan
klasifikasi berdasarkan cara kerja.
Ditinjau berdasarkan sumber panasnya klasifikasi pengelasan dapat
dibedakan tiga:
1. Las busur listrik
Pada busur listrik (arc welding) sambungan terjadi oleh panas yang
ditimbulkan oleh busur listrik yang terjadi antara benda kerja dan
elektroda. Elektroda atau logam pengisi dipanaskan sampai
mencair dan diendapkan pada sambungan sehingga tterjadi
sambungan las.
2. Las gas
Las gas reaksi kimia (Thermochemical welding) merupakan proses
pengelasan dimana panas yang digunakan untuk mencairkan
logamyang akan disambung berasal dari hasil reaksi kimia.
3. Las resistansi listrik
Pengelasan tahanan listrik (resistance welding) merupakan proses
dimana panas yang dibutuhkan dihasilkan dengan menggunakan
tahanan listrik antara kedua objek yang akan disambung. Pada las
tahanan listrik, logam dalam bentukpelat yang akan disambung
permukkaannya ditekan satu sama lain dan pada saat yang sama
arus listrik dialirkan sehingga permukaan tersebut menjadi panas
dan mencair karena adanya resistansi listrik.
4. Pengelasan radiasi
Merupakan pengelasan yang menggunakan enersi radiasi sebagai
sumber panasnya.
5. Pengelasan padat
Merupakan proses pengelasan tanpa adanya proses pencairan
pada bagian yang logam yang disambung.
Ditinjau berdasarkan cara kerjanya klasifikasi pengelasan dapat
dibagi dalam tiga kelas utama yaitu :
1. Pengelasan cair
Pengelasan cair adalah cara pengelasan dimana sambungan
dipanaskan sampai mencair dengan sumber panas dari busur listrik
atau sumber api gas yang terbakar.
2. Pengelasan tekan
Pengelasan tekan adalah pcara pengelasan dimana sambungan
dipanaskan dan kemudian ditekan hingga menjadi satu.
3. Pematrian
Pematrian adalah cara pengelasan dimana sambungan diikat dan
disatukan denngan menggunakan paduan logam yang mempunyai
titik cair rendah. Dalam hal ini logam induk tidak turut mencair.
III. SKEMA ALAT
A. Mesin Las
Jika ditinjau dari arus yang ke luar, pesawat las dapat digolongkan
menjadi :
1. Pesawat Las Arus Bolak-Balik (AC)
Pesawat las jenis ini terdiri dari transformator yang dihubungkan
dengan jala PLN atau dengan pembangkit listrik, motor disel,
atau motor bensin. Kapasitas trafo biasanya 200 sampai 500
ampere. Sedangkan voltase (tegangan) yang ke luar dari pesawat
trafo ini antara 36 sampai 70 volt, dan ini bervariasi menurut pabrik
yang mengeluarkan pesawat las trafo ini. Gambar memperlihatkan
salah satu jenis pesawat las transformator AC.
Gambar 1. Mesin Las
2. Pesawat Las Arus Searah (DC)
Pesawat ini dapat berupa pesawat tranformator rectifier,
pembangkit listrik motor disel atau motor bensin, maupun pesawat
pembangkit listrik yang digerakan oleh motor listrik digerakkan oleh
motor listrik (motor generator).
3. Pesawat Las AC-DC
Pesawat las ini merupakan gabungan dari pesawat las arus bolak-
balik dan arus searah. Dengan pesawat ini akn lebih banyak
kemungkinan pemakainya karena arus yang keluar dapat searah
maupun bolak-balik (AC-DC). Pesawat las jenis ini mialnya
tranformator rectifier maupun pembangkit listrik motor disel.
B. Alat-alat Bantu Las
1. Kabel Las
Kabel las biasanya dibuat dari tembaga yang dipilin dan
dibungkus dengan karet isolasi. Yang disebut kabel las ada tiga
macam, yaitu :
a. Kabel elektroda , yaitu kabel yang menghubungkan pesawat las
dengan elektroda.
b. Kabel masa, yaitu yang menghubungkan pesawat las dengan
benda kerja.
c. Kabel tenaga, yaitu kabel yang menghubungkan sumber
tenaga atau jaringan lisrtik dengan pesawat las.
Gambar 2. Kabel Las
2. Pemegang Elektroda
Ujung yang berselaput dari elektroda dijepit dengan pemegang
elektroda. Ini terdiri dari mulut penjepit dan pemegang yang
dibungkus oleh bahan penyekat (biasanya dari embonit).
3. Palu Las
Palu ini digunakan untuk melepaskan dan mngeluarkan terak
las pada jalur las dengan jalan memukulkan atau menggoreskan
pada daerah las. Gunakanlah kaca mata terng pada waktu
poembersihan terak, sebeb dapat memercikan pada mata.
4. Sikat Kawat
Gambar 3. Pemegang Elektroda
Gambar 4. Palu Las
Gambar 5. Sikat Kawat
Sikat kawat digunakan untuk :
a. Membersihkan benda kerja yang akan dilas,
b. Membersihkan terak las yang sudah dilepas dari jalur las oleh
pukulan palu las
5. Klem Massa
Ini adalah alat untuk menghubungkan kabel masa ke benda
kerja. Terbuat dari bahan yang menghantar dengan baik (tembaga).
Klem masa dilengkapi dengan pegas yang kuat, yang dapat
menjepit benda kerja dengan baik. Tempat yang dijepit harus bersih
dari kotoran (karet, cat, minyak dan sebagainya).
6. Penjepit
Ini digunakan untuk memegang atau memindahkan benda kerja
yang masih panas sehabis pengelaan.
Gambar 6. Klem Massa
Gambar 7. Penjepit
7. Elektroda
Elektroda yang dipergunakan pada alas busur mempunyai
perbedaan komposisi selaput maupun kawat inti. Diantaranya
adalah elektroda berselaput. Pada elektroda ini pengelasan fluksi
pada kawat inti dapat dengan cara destruksi, semprot atau celup.
Ukuran standar diameter kawat inti dari 1,5 sampai 7 mm dengan
panjang antara 350 sampai 450 mm.
.
Gambar 8. Elektroda