Laporan Pendahuluan Hygroma Colly Kemuni

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/15/2019 Laporan Pendahuluan Hygroma Colly Kemuni

    1/22

    LAPORAN PENDAHULUAN

    ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

    DENGAN HYGROMA COLLY

    untuk memenuhi salah satu syarat profesi stase anak

    Disusun Oleh:

    RR. Herning Putri Ganiswari

    220112150066

    PROGRAM PROFESI NERS XXX

    FAKULTAS KEPERAWATAN

    UNIVERSITAS PADJADJARAN

    2015

  • 8/15/2019 Laporan Pendahuluan Hygroma Colly Kemuni

    2/22

    HYGROMA COLLI

    PENDAHULUAN

    Higroma dalam bahasa Yunani berarti tumor yang berisi air. Higroma merupakan kelainankongenital dari sistem limfatik. Higroma pertama kali dideskripsikan oleh Wernher pada tahun

    1843 sebagai lesi kista limfatik yang dapat mengenai berbagai daerah anatomi pada tubuh manusia.

    Akan tetapi, sebagian besar mengenai daerah kepala dan leher (75%), dengan predileksi sebelah

    kiri.

    Higroma colli yang besar dapat menimbulkan penekanan terhadap saluran nafas dan

     pencernaan sehingga memerlukan penatalaksanaan sesegera mungkin.Modalitas terapi utama

     berupa tindakan eksisi bedah untuk membuang lesi kista.Prognosis kista higroma colli bergantung

     pada ukurannya dan tindakan yang dilakukan karena jarang ada kasus yang mengalami regresi

    spontan. 

    Bayi dan anak-anak yang ditemukan dengan massa di leher sering diajukan ke radiologist

    untuk evaluasi lebih lanjut. Berbagai modalitas seperti USG , CT-Scandan MRIdapat membantu

    membedakan jenis massa pada leher ini.Foto polos diindikasikan apabila ada kompresi dan

     pergeseran struktur pada leher.

  • 8/15/2019 Laporan Pendahuluan Hygroma Colly Kemuni

    3/22

    I.  Definisi

    Higroma Colli, dikenal juga dengan limfangioma, jugular limfatik obstruktif, dan

    higroma colli kistikum. Higroma adalah suatu kantong berisi cairan yang obstruksi sistem

    limfatik akibat defek perkembangan sistem limfatik. Higroma biasanya ditemukan di daerah

    kepala dan leher pada trigonum colli posterior tepat di atas klavikula dan jarang ditemukan

    di aksila dan trungkus, tetapi dapat pula muncul pada seluruh daerah aliran limfe.6

    II.  Epidemiologi

    Insiden higroma di dunia berjumlah 1 kasus setiap 6.000-16.000 kelahiran.Dari

    sumber lain disebutkan bahwa kasus higroma berkisar 1,7:10.000 kehamilan. Prevalensi

     pada fetus adalah sekitar 0,2-3%.Byrne dkk. melaporkan higroma colli ditemukan pada 0,5%

    dari kasus abortus spontan dengan crown-lump length besar dari 30 mm.7

    Sebagian besar kasus higroma (50-65%) ditemukan saat lahir, dengan 80-90% kasus

    terdeteksi sebelum usia 2 tahun. Higroma dapat terjadi baik pada anak laki-laki maupun anak

     perempuan dengan frekuensi yang sama. Kejadiannya sama pada populasi kulit berwarna

    maupun kulit putih.8

    Kebanyakan (sekitar 75%) higromaterdapat di daerah leher, dan secara tipikal sering

     berada di posterior dan lateral leher dibandingkan bagian anterior leher, dan sering juga

    terjadi bilateral dengan tampilan yang tidak simetris.Kelainan ini antara lain juga ditemukan

    di aksilla (20%), mediastinum dan regio inguinalis (5%).8 

    Angka kematian akibat kelainan ini dilaporkan sebesar 2-6%, yang biasanya

    merupakan sekunder dari pneumonia, bronkiektasis, dan gangguan jalan napas akibat lesi

    yang besar. Lesi ini juga dapat menekan struktur di sekitarnya seperti saraf, pembuluh darah,

    dan pembuluh limfe sehingga menimbulkan berbagai kelainan berdasarkan struktur yang

    terkena.8 

    III. 

    Anatomi

    Leher merupakan bagian tubuh yang memisahkan kepala dari bagian tubuh lainnya.

    Komponen utama yang terdapat di leher adalah vena jugularis, arteri karotis, saraf-saraf,

    esofagus, pita suara atau laring, vertebra servikal, dan otot sternokleidomastoideus(Gambar

    2.1).9

  • 8/15/2019 Laporan Pendahuluan Hygroma Colly Kemuni

    4/22

     

    Gambar 2.1 Anatomi Leher 10

    Vena jugularis terdiri dari vena jugularis interna dan eksterna. Vena jugularis interna

    menerima aliran darah dari wajah, otak, dan leher. Sedangkan vena jugularis eksterna

    menerima aliran darah dari cranium dan wajah bagian dalam(Gambar 2.2).9

    Gambar 2.2 Vena Jugularis11

    Arteri karotis mendistribusikan darah ke kepala dan leher. Terdapat dua arteri karotis

    mayor yang terdapat pada masing-masing sisi leher. Arteri karotis sinistra berasal dari

    cabang arkus aorta, sedangkan arteri karotis dextra berasal dari cabang trunkus

     brachiocephalika. Masing-masing arteri karotis ini bercabang menjadi arteri karotis interna

    dan eksterna.9

  • 8/15/2019 Laporan Pendahuluan Hygroma Colly Kemuni

    5/22

    Saraf-saraf di daerah leher merupakan cabang-cabang saraf cranial dan servikal.

    Faring, laring, trakea dan sebagian esofagus disebut sebagai kolumna viseralis. Sedangkan

    tulang-tulang yang terdapat di leher terdiri dari tujuh tulang vertebra servikal yang berfungsi

    untuk pergerakan kepala, melindungi korda spinalis, serta menyokong otot-otot dan

    ligamen-ligamen leher.9

    Otot-otot leher merupakan struktur yang rumit, sehingga dibagi menjadi komponen-

    komponen segitiga untuk memudahkan dalam memahami anatomi. Otot

    sternokleidomastoideus yang berinsersi di prosesus mastoideus tulang temporal dan berorigo

    di sternum membagi leher menjadi dua segitiga mayor, yaitu regio segitiga posterior dan

    anterior(Gambar 2.3).9

    Gambar 2.3Ilustrasi diagram anatomi segitiga anterior dan posterior leher 11

    Regio segitiga posterior memiliki komponen otot yang lebih banyak daripada segitiga

    anterior. Daerah ini dibatasi oleh otot trapezius (posterior), sternokleidomastoideus (anterior), dan

    klavikula (inferior). Sedangkan daerah segitiga anterior di dibatasi oleh mandibula (superior),

    midline (medial), dan sternokleidomastoideus (lateral)(Gambar 2.3).9

    Pada potongan axial daerah anatomi leher dibagi menjadi lima kompartemen atau ruang

    utama, yaitu :(Gambar 2.4).10

    1.  Ruang viseral

  • 8/15/2019 Laporan Pendahuluan Hygroma Colly Kemuni

    6/22

    Merupakan ruang sentral yang terdiri dari organ visera seperti laring, tiroid, hipofaring,

    dan esofagus servikal.

    2.  Ruang karotid

    Merupakan sepasang ruangan di lateral dari ruang viseral yang terdiri dari arteri karotis

    interna, vena jugularis interna, dan beberapa struktur saraf.

    3.  Ruang retrofaringeal

    Merupakan ruangan kecil yang hanya berisi jaringan lemak dan berhubungan dengan

    ruang suprahyoid dan mediastinum medial.

    4.  Ruang Servikal Posterior

    Merupakan sepasang ruangan yang terdapat di posterolateral ruang karotid dan terdiri

    atas jaringan lemak, nodus limfoid, dan elemen saraf.

    5. 

    Ruang Perivertebral

    Ruangan ini merupakan ruangan luas yang mengelilingi korpus vertebra termasuk otot-

    otot pre dan paravertebral. 

    Gambar 2.4 Potongan axial leher 9

    IV.  Etiologi

    Higroma dapat terjadi sebagai temuan tunggal atau dapat juga ditemukan bersamaan

    dengan defek lainnya sebagai suatu sindrom. Penyebabnya bervariasi melibatkan faktor

    lingkungan, genetik, dan faktor yang tidak diketahui.12

    Faktor lingkungan :

  • 8/15/2019 Laporan Pendahuluan Hygroma Colly Kemuni

    7/22

    -  Infeksi virus maternal seperti Parvovirus

    -   Maternal substance abuse, seperti konsumsi alkohol selama kehamilan.

    Faktor genetik yang berhubungan dengan higroma :

    -  Sebagian besar diagnosis prenatal dari higroma berhubungan dengan sindrom Turner,

    yaitu abnormalitas kromosom sex pada wanita dimana hanya terdapat satu kromosom

    X.

    -  Abnormalitas kromosom lain seperti trisomi 13, 18, dan 21.

    -  Sindrom Noonan

    Higroma yang berupa temuan tunggal dapat diturunkan sebagai kelainan autosomal

    resesif dimana orang tuanya adalah silent carrier . Akan tetapi, banyak kelainanhigroma

    ini ditemukan dengan penyebab yang tidak diketahui.

    V.  Patofisiologi

    Saluran limfe terbentuk pada usia kehamilan minggu keenam. Dari saluran ini, akan

    terbentuk sakus yang akan menyediakan drainase ke sistem vena. Kegagalan drainase ke

    sistem vena ini akan menyebabkan dilatasi dari saluran limfe, dan apabila berukuran besar

    maka akan menjadi suatu higroma. Pada embrio, drainase sistem limfatiknya menuju ke

    sakus limfatik jugularis.4,12

    Hubungan antara struktur primitif sistem limfatik dengan vena jugularis terbentuk

     pada usia 40 hari kehamilan. Kegagalan pembentukan hubungan struktur ini menyebabkan

    terjadinya stasis aliran limfe dan sakus limfatik jugularis akan melebar sehingga terbentuklah

    suatu kista di daerah leher. Apabila sistem drainase ke sistem vena tidak juga terbentuk pada

    masa ini, maka akan terjadi lymphooedem perifer yang progresif dan dapat menyebabkan

    kematian intrauterine.12 

    Aliran limfe yang statis akan menyebabkan kista membesar dan muncul sebagai suatu

    massa pada leher bayi baru lahir. Obstruksi napas serius yang diakibatkan oleh higroma ini

     jarang terjadi pada bayi baru lahir.. Obstruksi napas mungkin terjadi akibat beberapa faktor,

    diantaranya: a) infiltrasi, dimana pada beberapa kasus, telah ditemukan perluasan sampai ke

    linguae frenum  dan regio sub-milohyoid, b) makroglossia, dan c) efek dari perdarahan,

    yang mungkin timbul karena trauma pada saat lahir yang menyebabkan perluasan kista

    sehingga terjadi peningkatan tegangan dan tekanan dari trakea.13

  • 8/15/2019 Laporan Pendahuluan Hygroma Colly Kemuni

    8/22

    Pada anamnesis pasien didapatkan keluhan utama berupa tumor di leher sebelah kanan

    yang dialami sejak lahir. Tumor ini berasal dari saluran linfatik leher. Saluran limfe

    terbentuk pada usia kehamilan minggu keenam. Dari saluran ini, akan terbentuk sakus yang

    akan menyediakan drainase ke sistem vena. Kegagalan drainase ke sistem vena ini akan

    menyebabkan dilatasi dari saluran limfe, dan apabila berukuran besar maka akan menjadi

    suatu higroma. Pada embrio, drainase sistem limfatiknya menuju ke sakus limfatik jugularis. 

    Hubungan antara struktur primitif sistem limfatik dengan vena jugularis terbentuk

     pada usia 40 hari kehamilan. Kegagalan pembentukan hubungan struktur ini menyebabkan

    terjadinya stasis aliran limfe dan sakus limfatik jugularis akan melebar sehingga terbentuklah

    suatu kista di daerah leher seperti yang terdapat pada pasien ini

    Aliran limfe yang statis akan menyebabkan kista membesar dan muncul sebagai suatu

    massa pada leher bayi baru lahir. Obstruksi napas serius yang diakibatkan oleh higroma ini

     jarang terjadi pada bayi baru lahir.. Obstruksi napas mungkin terjadi akibat beberapa faktor,

    diantaranya: a) infiltrasi, dimana pada beberapa kasus, telah ditemukan perluasan sampai ke

    linguae frenum  dan regio sub-milohyoid, b) makroglossia, dan c) efek dari perdarahan,

    yang mungkin timbul karena trauma pada saat lahir yang menyebabkan perluasan kista

    sehingga terjadi peningkatan tegangan dan tekanan dari trakea.

    VI. 

    Gambaran KlinisKeluhan adalah adanya benjolan di leher yang telah lama atau sejak lahir tanpa nyeri

    atau keluhan lain. Benjolan ini berbentuk kistik, berbenjol-benjol, dan lunak. Permukaannya

    halus, lepas dari kulit, difus, berbatas tegas, dan sedikit melekat pada jaringan dasar. Pada

     palpasi teraba ireguler. Kebanyakan terletak di regio trigonum posterior colli. Sebagai tanda

    khas, pada pemeriksaan transluminasi positif tampak terang sebagai jaringan diafan (tembus

    cahaya).1

    Higroma kecil dan sedang biasanya asimptomatis.Benjolan ini jarang menimbulkan

    gejala akut, tetapi suatu saat dapat cepat membesar karena radang dan menimbulkan gejala

    gangguan pernafasan akibat pendesakan saluran nafas seperti trakea, orofaring, maupun

    laring. Bila lebih besar maka perluasan terjadi ke arah wajah, lidah, kelenjar parotis, laring,

    atau dada (15% meluas ke mediastinum) dan dapat disertai komplikasi-komplikasi lain.

  • 8/15/2019 Laporan Pendahuluan Hygroma Colly Kemuni

    9/22

    Dapat timbul gangguan menelan dan bernafas, sementara perluasan ke aksilla dapat

    menyebabkan penekanan pleksus brakhialis dengan berbagai gejala neurologik.1

    VII.  Diagnosis

    Pada 80% kasus, lokasi higroma berada pada regio cervico-facial . Oleh karena itu,

    higroma harus selalu menjadi pertimbangan pertama dalam diagnosis banding setiap lesi

    kistik yang memiliki onset pada waktu lahir. Lebih dari 60%higroma memiliki onset saat

    lahir, dan sekitar 90% ditemukan sebelum usia dua tahun.1

    Tampilan awalhigroma pada saat bayi lahir adalah berupa massa yang tidak nyeri pada

    leher. Gejala lainnya berhubungan dengan komplikasi atau efek dari kista higroma seperti

    respiratory distress, gangguan makan, demam, peningkatan ukuran yang tiba-tiba dan

    infeksi pada lesi. Pada pemeriksaan klinis, lesi ini tampak lembut, compressible,

    transluminant, dan tanpa bunyi.1

    Pemeriksaan radiologi seperti USG dapat menunjukkan gambaran kista multipel dan

    dengan USG Doppler tidak tampak adanya aliran darah dalam lesi tersebut. Modalitas lain

    seperti CT-Scan dapat juga memperlihatkan gambaran kista multiplel, homogen,batas tegas,

    dan tidak ada invasi ke jaringan sekitar. CT-Scan sangat membantu dalam melihat perluasan

    lesi dan hubungannya dengan saraf dan pembuluh darah sekitarnya.4,14

    Diagnosis prenatalhigroma dapat dilakukan menggunakan USG. Karakteristik

    gambaran USG pada antenatal adalah tampak massa kistik yang multiseptum dan berdinding

    tipis.8

    Penegakan diagnosis pada prenatal higroma meliputi:15

    a.  Ultrasound lengkap, temasuk echocardiogram, untuk melihat jenis anomali yang

    lain untuk menentukan penyebab dari higroma.

     b.  Riwayat keluarga yang lengkap untuk menilai apakah test diindikasikan untuk

    sindroma herediter.

    c. 

    Amniosintesis atau CVS untuk melihat abnormalitas kromosom atau sindrom

    genetik spesifik.

    d.  Pengkajian virus pada cairan amnion dilakukan jika ada indikasi adanya hydrops.

    Skrining serum maternal tidak membantu dalam menilai prognosis janin

    denganhigroma.

  • 8/15/2019 Laporan Pendahuluan Hygroma Colly Kemuni

    10/22

    e.  Evaluasi ultrasound secara periodik dibutuhkan untuk melihat adanya resolusi

    kista dan atau perkembangan anomali-anomali yang lain atau fetal hydrops. 

    VIII. Pemeriksaan Radiologis

    A.  Rontgen

    Radiografi atau foto polos rontgen tidak membantu dalam mendiagnosahigroma.

    Massa higromaterdiri dari jaringan lunak sehingga tidak memberikan gambaran dengan

    kontras yang baik pada foto polos rontgen. Tampilan higroma pada foto polos hanya

    sebagai soft tissue mass dengan densitas sama dengan jaringan lunak sekitar leher.16,17

    Foto polos rontgen bermanfaat bila higroma meluas atau berlokasi pada rongga

    tubuh, terutama jika tidak terdapat CT Scan dan MRI. Sebagai contoh, foto rontgen

    toraks normal menyingkirkan adanya perluasan limfangioma servikal yang besar ke

    mediastinum. Foto rontgen juga berguna untuk mengevaluasi trakea dan sangat

    membantu pada tindakan anestesi dan intubasi trakea.6

    B.  Ultrasonografi (USG)

    Telah diketahui bahwa diagnosis prenatal untuk higroma dapat dilakukan oleh USG

    transvaginal.Faktanya, kondisi ini sering didiagnosa selama penggunaan USG prenatal

    dan penemuannya bisa tepat dan tidak diragukan. Karakteristik USG pada higroma

    dapat dijelaskan dengan gambar dibawah ini.3

    Gambar 2.5 Gambaran USG potongan longitudinal oblik yang diperoleh melalui kepala dan

    dada janin. Tanda panah merah menunjukkan higroma. Kantong normal di sekelilingnya

    merupakan cairan amnion.3

    http://refimgshow%281%29/

  • 8/15/2019 Laporan Pendahuluan Hygroma Colly Kemuni

    11/22

     

    Gambar 2.6 Transulensi nuchal normal (tanda panah merah) pada daerah sagital dari fetus.

    Membran amnion digambarkan terpisah (tanda panah hijau).3

    Gambar 2.7 Gambaran USG potongan transversal oblik dari  fetal skull  yang menunjukkan

    higroma posterior.3

    Gambar 2.8 Gambaran USG longitudinal yang diperoleh melalui kepala dan dada janin

    menunjukkan higroma yang meluas ke bagian atas kepala. (tanda panah).3

    Penemuan klasik pada higroma adalah massa kista dengan multipel septum yang muncul

    sebagai kista yang berdinding tipis, asimetris dan multipel yang berhubungan dengan bagian

     posterior dari leher. Massa ini berkaitan dengan aneuploidi.3

    http://refimgshow%285%29/http://refimgshow%283%29/http://refimgshow%282%29/

  • 8/15/2019 Laporan Pendahuluan Hygroma Colly Kemuni

    12/22

     

    Gambar 2.9 Gambaran USG transversal dari dada janin dengan hydrops.Perhatikandinding

    yang menebaldan jaringansubkutandengan beberaparuangkistikkecil. Perhatikan juga

    adanya pengumpulan pada pleura janin.3

    Jika higroma membesar, kista dapat meluas ke daerah lateral atau anterior dari leher

    (gambar pertama). Adanya ligament nuchal   (gambar kedua) yang ditunjukkan sebagai

     posterior midline band  yang meluas melalui kista merupakan penemuan yang khas.3

    Gambar 2.10 Gambaran ultrasonogram yang melalui leher janin menunjukkan higroma

    meluas mengelilingi leher sampai ke daerah anterior.3

    Gambar 2.11 Gambaran ultrasonogram menunjukkan higroma posterior besar (tanda panah)

    di belakang thorak sebelah kiri dan di daerah tengkorak sebelah kanan.Perhatikan ligament

    nuchal  yang meluas dari spina pada kedua gambar. H merupakan jantung.3

    http://refimgshow%287%29/http://refimgshow%286%29/http://refimgshow%2810%29/

  • 8/15/2019 Laporan Pendahuluan Hygroma Colly Kemuni

    13/22

    USG membutuhkan keahlian dari operator dan harus dilakukan oleh petugas yang

    memiliki kemampuan dalam mengevaluasi kelainan pada janin.Pemeriksaan janin dengan

    seksama menunjukkan hasil yang dapat dipercaya. Seringkali USG merupakan teknik yang

     penting untuk menegakkan diagnosis prenatal.3

    Higroma pada janin harus bisa dibedakan dari ensefalokel posterior (gambar di

     bawah), dimana terdapat defek di tengkorak dan dari mielomeningokel servikal, dimana

    terdapat defek pada daerah vertebral.3

    Gambar 2.12 Ensefalokel posterior berukuran besar. Perhatikan defek pada tengkorak pada

    gambaran USG janin dengan higroma.3

    Oligohidramnion dapat terjadi tapi bukan penemuan yang khas. Adanya

    oligohidramnion dapat menghalangi penemuan kelainan pada jantung dan organ lainnya

    yang dapat terjadi bersamaan dengan higroma.3

    Seperti yang disebutkan sebelumnya, higroma dapat salah diagnosa ketika adanya

    oligohidramnion yang berat. Higroma dapat disalahartikan dengan kantong amnion

    (perhatikan gambar dibawah).3

    Gambar 2.13 Gambaran USG menunjukkan higroma posterior masif (tanda panah merah)

    dibelakang thorax (tanda panah biru).Gambar tersebut menunjukkan kemungkinan higroma

    yang dapat disalahartikan sebagai kanting amnion.Perhatikan septum internal. Tanda panah

    hijau merupak spina.3

    http://refimgshow%284%29/http://refimgshow%289%29/

  • 8/15/2019 Laporan Pendahuluan Hygroma Colly Kemuni

    14/22

    Sebuah artefak biasa disebabkan oleh adanya loop dari tali pusar dekat tulang

     belakang servikal janin. Pada keadaan tertentu, loop ini dapat mensimulasi terjadinya

    kista servikal. Higroma pada janin juga harus dibedakan dari massa leher dan kista

    lainnya, seperti kista higroma anterior, gondok, dan teratoma servikal. Dibandingkan

    dengan massa lainnya, massa kista anterior pada leher janin mempunyai prognosis yang

    lebih baik dan dapat sembuh spontan.3 

    C. CT Scan

    Computed Tomography (CT) juga menyediakan informasi yang diberikan oleh

    USG dan sangat ideal untuk evaluasi jaringan lunak yang berdekatan dengan

     pertumbuhan massayang lebih besar yang tidak dapat seluruhnya divisualisasikan

    dengan USG. Selain itu, CT sangat baik untuk mendeteksi kalsifikasi dan vaskularisasi

    lesi jika ditambahkan penggunaan bahan kontras dalam pemeriksaan. Bersama MRI,

    gambaran CT scan lebih baik digunakan untuk melihat batas massa dan ada atau

    tidaknya perluasan kearah mediastinum.18

    Pada gambar CT, higroma kistik cenderung muncul sebagai poorly circumscribed,

    multioculated, dan hypoattenuated mass. Mereka biasanya memiliki karakteristik

    atenuasi fluida homogen.16

    .

    Gambar 2.14 Higroma colli pada seorang pria 28 tahun dengan riwayat 4 minggu

     pembengkakan menyakitkan dari sisi kiri leher yang tidak responsif terhadap antibiotik.

    Aspirasi jarum halus menghasilkan cairan serosa. Kontras ditingkatkan dan CT scan

    menunjukkan hypoattenuated mass (h) dalam ruang servikal posterior yang masuk

    sampai ke otot sternokleidomastoid. Pada pembedahan massa itu menempel pada vena

     jugularis interna. 16

  • 8/15/2019 Laporan Pendahuluan Hygroma Colly Kemuni

    15/22

     

    Gambar 2.15 Sagital CT scan menunjukkan erosi dari mandibula yang merupakan

    invasi dari rongga mulut.19

     Infected lesions menunjukkan higher attenuation daripada yang terlihat pada

     simple fluid . Biasanya massa terpusat di segitiga posterior atau di ruang submandibula.

    Hal yang tidak lazim terjadi pada beberapa lesi dimana lesi ini memanjang dari suatu

    ruang di leher ke ruang lain sebagai akibat dari sifat infiltrasi mereka.16

  • 8/15/2019 Laporan Pendahuluan Hygroma Colly Kemuni

    16/22

    Gambar 2.16 Gambar CT Scan. Higromaterletak pada lantai kanan mulut pada seorang

     pasien dewasa muda.19

    Gambar 2.17 Higroma pada seorang gadis 20 bulan dengan bengkak di bawah rahang

    kanan dan leher.Kontras-enhanced CT Scan menunjukkan sebuah massa di sisi kanan

    leher dengan  fluid level (panah) menunjukkan perdarahan.20 CT scan menggunakan

    radiasi pengion sehingga merupakan kontraindikasi pada kehamilan kecuali terdapat

     pertimbangan utama.16

     D.   Magnetic Resonance Imaging (MRI)

    MRI dapat digunakan untuk menunjukkan hubungan antara higroma dengan

     jaringan lunak yang berdekatan di leher dan menilai sejauh mana infiltrasi dari kista

    ke struktur di sekitarnya. MRIdengan kemampuan multiplanar dan resolusi kontras

    yang superior, menunjukkan jangkauan yang luas terhadap gambaran suatu massa dan

    memberikan informasi tambahan yang penting untuk perencanaan pra operatif yang

    akurat. Hal ini dapat sangat relevan dalam kasus perluasan ke mediastinum atau ruang

    dalam dari leher. Selain itu, pencitraan MRI menawarkan resolusi superior untuk

    mengevaluasi massa yang terletak di daerah anatomis yang kompleks, seperti dasar

    mulut.21

    Pola paling umum adalah massa dengan intensitas sinyal rendah atau menengah

     pada T1 dan hyperintensity  pada T2. Jarang ditemukan lesi ini hyperintense  pada

     potongan T1, jika ditemukan kemungkinan berhubungan dengan adanya suatu

  • 8/15/2019 Laporan Pendahuluan Hygroma Colly Kemuni

    17/22

    gumpalan darah atau high lipid (chyle).  Dalam kasus perdarahan, fluid level dapat

    diamati.19 

    (a) 

    (b)Gambar 2.18 (a) Potongan aksial T1 menunjukkan intensitas sinyal yang heterogen dalam

    massa (m), yang mengisi ruang parotis kanan dan bagian dari ruang mandibula. Wilayah

    hyperintensity sesuai dengan daerah perdarahan. (b) Potongan koronal T1 menunjukkan

     perpanjangan massa ke dalam ruang submandibula dan sublingual.19

    Gambar 2.19 Higroma pada wanita 36 tahun dengan massa leher sisi kiri yang membesar

    saat virus infeksi saluran pernapasan atas. Potongan T1 koronal menunjukkan massa

    hypointense besar di sisi kiri leher memanjang dari ruang submandibula ke cerukan dada.

    Beberapa septum (panah) menyilang pada lesi.19

  • 8/15/2019 Laporan Pendahuluan Hygroma Colly Kemuni

    18/22

     

    Gambar 2.20 Higroma. Potongan Aksial T1 menunjukkan suatu well-defined mass (m) di

    ruang kanan serviks posterior yang menggantikan otot sternokleidomastoid yang

     berdekatan.19

    IX.  Penatalaksanaan

    Seorang bayi dengan diagnosis prenatal sebagai kista higroma harus dilahirkan di

     pusat pelayanan kesehatan yang memiliki sarana lengkap untuk mewaspadai komplikasi

    neonatal. Seorang obstetri biasanya memutuskan metode melahirkan yang sesuai. Jika

    higromanya besar, harus dipersiapkan operasi sesar dan bekerja sama dengan neonatalogist,

    otolaryngologist, pediatric surgeon dan anesthesiologist.8

    Setelah lahir, neonatus dengan kista higroma yang persisten harus diawasi terhadapobstruksi jalan napas. Observasi neonatus oleh neonatalogist setelah lahir sangat

    direkomendasikan. Jika resolusi kista tidak terjadi setelah lahir, ahli bedah anak harus

    dikonsul.14

    Modalitas terpilih untuk higroma adalah eksisi bedah, akan tetapi sudah ada beberapa

    laporan kasus yang mendokumentasikan hasil yang cukup baik dengan menggunakan agen

    sclerosant. Higroma merupakan lesi jinak dan bisa tetap asimptomatik dalam periode waktu

    yang cukup lama. Indikasi pengobatan adalah apabila terjadi infeksi pada lesi, respiratory

    distress, disfagia, perdarahandi dalam kista, peningkatan ukuran yang tiba-tiba, dan

    terbentuk sinus.  Respiratory distress  ditangani dengan melakukan trakeostomi apabila

    terjadi kompresi laring atau trakea oleh massa kista. Regresi spontan lesi ini jarang terjadi,

    meskipun ada beberapa pasien yang menunjukkan terjadinya regresi parsial spontan.1

  • 8/15/2019 Laporan Pendahuluan Hygroma Colly Kemuni

    19/22

    1.  Eksisi

    Eksisi kista ini tidak mudah, karena melibatkan struktur dalam dan vital.

    Perawatan ekstrim harus dilakukan untuk menghindari komplikasi selama operasi.

    Komplikasi yang mungkin terjadi selama operasi adalah kerusakan nervus fasialis,

    arteri fasial, arteri karotid, vena jugularis interna, duktus torasikus dan pleura, serta

    eksisi inkomplit. Komplikasi post operasi yang mungkin terjadi adalah infeksi luka

    operasi, perdarahan, hypertrophic scar , dan keluarnya cairan limfe dari luka operasi.

    Pada 20% kasus, ditemukan adanya rekurensi setelah eksisi komplit.1

    Eksisi total merupakan pilihan utama. Pembedahan ini dimaksudkan untuk

    mengambil keseluruhan massa kista. Akan tetapi, bila tumor besar dan telah menyusup

    ke organ penting, seperti trakea, esofagus, atau pembuluh darah, ekstirpasi total sulit

    dikerjakan. Oleh karena itu, penanganannya cukup dengan pengambilan sebanyak-

     banyaknya kista, namun mungkin perlu dilakukan beberapa kali tindakan operasi.

    Kemudianpascabedah dilakukan infiltrasi bleomisin subkutan untuk mencegah

    kekambuhan. Hal ini merupakan cara penanganan yang paling baik dan aman. Pada

    akhir pembedahan, pemasangan penyalir isap sangat dianjurkan.1

    2.  Aspirasi

    Aspirasi perkutan diikuti oleh reakumulasi cepat dari cairan dalam kista atau oleh

     perkembangan infeksi.Aspiras ihigroma bisa dilakukan sebagai penanganan sementara

    untuk mengurangi ukuran dari kista sehingga dapat mengurangi efek tekanan terhadap

    saluran pernafasan dan pencernaan. Trakeostomi dan gastrostomi dilakukan terutama

     pada pasien dengan gangguan menelan dan pernafasan yang berat.1

    X.  Komplikasi

    Higroma merupakan lesi yang jinak, akan tetapi dapat menimbulkan beberapa komplikasi

    seperti:1

    1. 

    Infeksi pada Lesi

    Sumber infeksi dari higroma ini biasanya merupakan sekunder dari fokus infeksi di traktus

    respiratorius, meskipun bisa juga bersifat infeksi primer. Selama proses infeksi, ukuran

    kista membesar dan menjadi hangat, merah, dan nyeri. Infeksi bisa melibatkan seluruh kista

  • 8/15/2019 Laporan Pendahuluan Hygroma Colly Kemuni

    20/22

    atau sebagian kista. Selama infeksi aktif, transiluminasi bisa tidak terlihat lagi dan kadang-

    kadang bisa menjadi abses.1

    2.  Perdarahan

    Pada perdarahan, kista menjadi keras dan tegang. Ruptur spontan pada higroma leher yang

     besar pernah dilaporkan sehingga memerlukan intervensi bedah segera.1

    3.  Gangguan Pernafasan dan Disfagia

    Gangguan ini disebabkan oleh penekanan oleh massa kista pada saluran pernafasan dan

     pencernaan.1

    XI.  Prognosis

    Prognosis higroma tergantung pada ukuran kista dan komplikasi-komplikasi yang terjadi.

    Pertumbuhan kista dan pertumbuhan ke jaringan sekitar tidak dapat diprediksi. Sebagian kista

    dapat mereda secara spontan. Akan tetapi,tetap ada kemungkinan terjadi rekurensi.13 

    Higroma yang berkembang pada trimester ketiga (setelah 30 minggu kehamilan) atau

     periode postnatal biasanya tidak berhubungan dengan abnormalitas kromosom. Ada kemungkinan

    rekurensi kista higroma setelah pengangkatan secara bedah. Kemungkinan rekurensi tergantung

    atas perluasan kista higroma dan apakah dinding kista dapat diangkat sempurna.13

    Sebuah higroma umumnya mulai berkembang pada usia kehamilan minggu ke 6- ke 9, hal

    ini merupakan kegagalan dalam kantong limfatik jugular untuk mengalir ke vena jugular internal,

    yang menghasilkan dilatasi dari kantong limfatik menjadi kista dan menyebabkan obstruksi limfe

     jugular dan hydrops fetalis. Prognosis pada kasus ini adalah buruk. Higroma ini terjadi hampir

    75% pada leher dan leher lateral dan belakang lebih sering dibandingkan bagian depan leher, sering

    terjadi secara bilateral dalam posisi yang tidak simetris.8

  • 8/15/2019 Laporan Pendahuluan Hygroma Colly Kemuni

    21/22

    DAFTAR PUSTAKA

    1.  Acevedo L.Jason.2011.Cystic Hygroma.Diunduh dari

    http://www.emedicine.medscape.com/article/994055-overview#a0101 pada tanggal 6

    Oktober 2011.

    2.  Bilal Mirza, Lubna Ijaz, Muhammad Saleem, Muhammad Sharif , Afzal Sheikh.2011.Cystic

     Higroma. Department of Pediatric Surgery, The Children's Hospital and The Institute of

    Child Health, Lahore, Pakistan. Diunduh dar iwww.jcasonline.com pada tanggal 6 Oktober

    2011.

    3.  Sabih, Durre. 2011. Cystic Hygroma Imaging.Diunduh dari

    www.medicine.medscape.com/article/402757-overview pada tanggal 6 Oktober 2011. 

    4. 

    Turkington et all. Neck Masses in Children. In British Journal Radiologi (2005) 78, 75-88.

     British Institute of Radiology. Diunduh

    dar iwww.bjr.birjournals.org/cgi/content/full/78/925/75 pada tanggal 6 Oktober 2011. 

    5.  Varma, Thangam R. Cystc hygroma, colli.London: St. George’s Hospital & Medical School.

    Diunduh dari www.sonoworld.com/fetus/page.aspx?id=202 pada tanggal 6 Oktober 2011. 

    6.  Trager,Jochen: Seidensticker, Peter. 2008. Head and Neck in Paediatric Imaging Text Book ,

    Chapter 3:39-40. 

    7. 

    Wiley, John. 2003.  Prenatal Diagnosis of a Huge Cystic Hygroma Colli. Journal

    Ultrasound Obstet Gynecol; 22: 323 – 324. Published online in Wiley InterScience. Diunduh

    dari www.onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/uog.219/pdf  pada tanggal 6 Oktober 2011. 

    8.  Sandhyarani, Ningthoujam. Anatomy of neck . Diunduh dari

    www.buzzle.com/articles/anatomy-of-neck.html pada tanggal 6 Oktober 2011. 

    9.   Pameijer, Frank et all. 2009. Neck spaces - Infrahyoid Neck ;Normal Anatomy and

     Pathology. Radiology Department of the University Medical Centre of Utrecht, the Rijnstate

    Hospital in Arnhem and the Rijnland hospital in Leiderdorp, the Netherlands. Diunduh dari

    www.radiologyassistant.nl/en/49c603213caff  pada tanggal 6 Oktober 2011. 

    10.  Ellis, Harrold. 2006.The Vein of The Head and Neck. In Clinical Anatomy Text Book. UK:

     Blackwell publishing. Part 5::304. 

    11.  Departemen of Human Genetics of Medicals Genetics. Cystic Higroma. Emory University of

     Human Genetics. Diunduh

    http://www.emedicine.medscape.com/article/994055-overview#a0101http://www.emedicine.medscape.com/article/994055-overview#a0101http://www.jcasonline.com/searchresult.asp?search=&author=Bilal+Mirza&journal=Y&but_search=Search&entries=10&pg=1&s=0http://www.jcasonline.com/searchresult.asp?search=&author=Bilal+Mirza&journal=Y&but_search=Search&entries=10&pg=1&s=0http://www.jcasonline.com/searchresult.asp?search=&author=Lubna+Ijaz&journal=Y&but_search=Search&entries=10&pg=1&s=0http://www.jcasonline.com/searchresult.asp?search=&author=Lubna+Ijaz&journal=Y&but_search=Search&entries=10&pg=1&s=0http://www.jcasonline.com/searchresult.asp?search=&author=Lubna+Ijaz&journal=Y&but_search=Search&entries=10&pg=1&s=0http://www.jcasonline.com/searchresult.asp?search=&author=Muhammad+Saleem&journal=Y&but_search=Search&entries=10&pg=1&s=0http://www.jcasonline.com/searchresult.asp?search=&author=Muhammad+Saleem&journal=Y&but_search=Search&entries=10&pg=1&s=0http://www.jcasonline.com/searchresult.asp?search=&author=Muhammad+Saleem&journal=Y&but_search=Search&entries=10&pg=1&s=0http://www.jcasonline.com/searchresult.asp?search=&author=Muhammad+Sharif&journal=Y&but_search=Search&entries=10&pg=1&s=0http://www.jcasonline.com/searchresult.asp?search=&author=Muhammad+Sharif&journal=Y&but_search=Search&entries=10&pg=1&s=0http://www.jcasonline.com/searchresult.asp?search=&author=Muhammad+Sharif&journal=Y&but_search=Search&entries=10&pg=1&s=0http://www.jcasonline.com/searchresult.asp?search=&author=Afzal+Sheikh&journal=Y&but_search=Search&entries=10&pg=1&s=0http://www.jcasonline.com/searchresult.asp?search=&author=Afzal+Sheikh&journal=Y&but_search=Search&entries=10&pg=1&s=0http://www.jcasonline.com/searchresult.asp?search=&author=Afzal+Sheikh&journal=Y&but_search=Search&entries=10&pg=1&s=0http://www.jcasonline.com/http://www.jcasonline.com/http://www.jcasonline.com/http://www.medicine.medscape.com/article/402757-overviewhttp://www.bjr.birjournals.org/cgi/content/full/78/925/75http://www.bjr.birjournals.org/cgi/content/full/78/925/75http://www.sonoworld.com/fetus/page.aspx?id=202http://www.sonoworld.com/fetus/page.aspx?id=202http://www.onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/uog.219/pdfhttp://www.onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/uog.219/pdfhttp://www.buzzle.com/authors.asp?author=21405http://www.buzzle.com/authors.asp?author=21405http://www.buzzle.com/articles/anatomy-of-neck.htmlhttp://www.radiologyassistant.nl/en/49c603213caffhttp://www.radiologyassistant.nl/en/49c603213caffhttp://www.buzzle.com/articles/anatomy-of-neck.htmlhttp://www.buzzle.com/authors.asp?author=21405http://www.onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/uog.219/pdfhttp://www.sonoworld.com/fetus/page.aspx?id=202http://www.bjr.birjournals.org/cgi/content/full/78/925/75http://www.medicine.medscape.com/article/402757-overviewhttp://www.jcasonline.com/http://www.jcasonline.com/searchresult.asp?search=&author=Afzal+Sheikh&journal=Y&but_search=Search&entries=10&pg=1&s=0http://www.jcasonline.com/searchresult.asp?search=&author=Muhammad+Sharif&journal=Y&but_search=Search&entries=10&pg=1&s=0http://www.jcasonline.com/searchresult.asp?search=&author=Muhammad+Saleem&journal=Y&but_search=Search&entries=10&pg=1&s=0http://www.jcasonline.com/searchresult.asp?search=&author=Lubna+Ijaz&journal=Y&but_search=Search&entries=10&pg=1&s=0http://www.jcasonline.com/searchresult.asp?search=&author=Bilal+Mirza&journal=Y&but_search=Search&entries=10&pg=1&s=0http://www.emedicine.medscape.com/article/994055-overview#a0101

  • 8/15/2019 Laporan Pendahuluan Hygroma Colly Kemuni

    22/22

    dariwww.genetics.emory.edu/.../Emory_Human_Genetics_Cystic_Hy... - Amerika

    Serikat  pada tanggal 6 Oktober 2011. 

    12.  Wilson, JW.1995. Neonatal Respiratory Obstruction due to Hygroma Colli Cysticum.

    Hospitals Group, Northern Ireland, City and County Hospital, Londonderry. Diunduh dari

    www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/.../pdf/ulstermedj00154-0089.pdf  pada tanggal 6

    Oktober 2011. 

    13.  Domansky, Mark etc all. 2007. Pediatric Neck Masses. Diunduh

    dar iwww.utmb.edu/otoref/grnds/pedi-neck-mass.../pedi-neck-mass-071021.pdf  pada tanggal

    6 Oktober 2011. 

    14.  Estroff JA. 2001. Nuchal translucency in Turner syndrome. In: Cohen HL, Sivit CJ, eds.

    Fetal & Pediatric Ultrasound. Columbus, OH: McGraw-Hill; 36-8. 

    15. 

    Amin,Umar et All. 2007. Cystic Hygroma an Unusual Cause of Induced Abortion in

    Journal: J Ayub Med Coll Abbottabad 2007; 19(1) :61. Diunduh dari

    www.docpdf.info/articles/hygroma+report+a+case.html pada tanggal 6 Oktober 2011. 

    16.  Graesslin, et al.2007. Characteristics and Outcome of Fetal Cystic Hygroma Diagnosed In

    the First Trimester . Acta obstet Gynecol Scand. 86(12):1442-6.

    17.  Chervenak,FA, et al. 1983. Fetal Cystic Higroma. Cause ang Natural History. N ; J Med,

    Oct 6; 309(14):822-5.

    18.  Rasidaki M, Sifakis S, Vardaki E, Et al. Prenatal diagnosis of a fetal chest wall cystic

    lymphangioma using ultrasonography and MRI: a case report with literature review.Fetal

    Diagn Ther. Nov-Dec 2005; 20 (6):504-7.

    19.  Cohen HL. Ascites and pleural effusion in hydrops. In: Cohen HL, Sivit CJ, eds. Fetal and

    Pediatric Ultrasound. New York, NY: McGraw-Hill;2001:79-82.

    20.  Ameh, Emmanuel, et All. Lymphangiomas.661-669.

    21.  Mota R, Ramalho C, Monteiro J, et al. Envolving indication for the exit procedure:

    usefulness of combining ultrasound and fetal MRI. Fetal Diagn Ther.2007; 22(2):107-11.

    http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/.../pdf/ulstermedj00154-0089.pdfhttp://www.utmb.edu/otoref/grnds/pedi-neck-mass.../pedi-neck-mass-071021.pdfhttp://www.utmb.edu/otoref/grnds/pedi-neck-mass.../pedi-neck-mass-071021.pdfhttp://www.docpdf.info/articles/hygroma+report+a+case.htmlhttp://www.docpdf.info/articles/hygroma+report+a+case.htmlhttp://www.utmb.edu/otoref/grnds/pedi-neck-mass.../pedi-neck-mass-071021.pdfhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/.../pdf/ulstermedj00154-0089.pdf