23
LAPORAN OBSERVASI BIMBINGAN KONSELING di SMP 1 KSATRIAN SEMARANG Laporan ini disusun guna memenuhi tugas akhir semester mata kuliah Bimbingan dan Konseling Dosen Pengampu : Dra. Sinta Saraswati Disusun Oleh : Rochmah Tri Mulyatiningsih 1601409052 Rombel 01 PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2012

Laporan Observasi Bk Di Smp 1 Ksatrian

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan tugas kuliah

Citation preview

Page 1: Laporan Observasi Bk Di Smp 1 Ksatrian

LAPORAN OBSERVASI

BIMBINGAN KONSELING di SMP 1 KSATRIAN SEMARANG

Laporan ini disusun guna memenuhi tugas akhir semester mata kuliah Bimbingan dan Konseling

Dosen Pengampu : Dra. Sinta Saraswati

Disusun Oleh :

Rochmah Tri Mulyatiningsih

1601409052

Rombel 01

PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2012

Page 2: Laporan Observasi Bk Di Smp 1 Ksatrian

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas yang telah diberikan kepada saya berupa makalah dengan judul “Laporan Observasi Bimbingan dan Konseling di SMP 1 Ksatrian, Semarang”.

Dalam penyusunan makalah ini saya yakin masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, saya mengharap kepada para pendidik khususnya dan para pembaca umumnya untuk memberikan saran dan kritik, dalam rangka penyempurnaan makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Hanya kepada Allah SWT kami memohon semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Semarang, 2 Januari 2012

Penyusun

Page 3: Laporan Observasi Bk Di Smp 1 Ksatrian

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Anak-anak usia sekolah merupakan anak dengan usia perkembangan dimana dalam diri mereka mengalami perkembangan baik perkembangan fisik maupun perkembangan psikis. Dalam perkembangan psikisnya anak-anak usia sekolah terkadang mengalami hambatan atau gangguan. Adanya gangguan dalam perkembangan pada usia sekolah secara tidak langsung

Tujuan Penulisan Makalah

Makalah ini disusun dengan tujuan :

a) Untuk mengetahui layananan Bimbingan dan Konseling di SMP 1 Ksatrian, Semarang

b) Untuk mengetahui peranan guru bidang studi dalam pelaksanaan Bimbingan dan Konseling

c) Untuk mengetahui sejauh mana kerjasama guru bidang studi dengan guru Bimbingan dan Konseling dalam pelaksanaan pelayanan Bimbingan dan Konseling

d) Untuk mengetahui presepsi siswa mengenai Bimbingan dan Konseling di sekolah

Page 4: Laporan Observasi Bk Di Smp 1 Ksatrian

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Landasan Filosofis

Landasan filosofis merupakan landasan yang dapat memberikan arahan dan pemahaman khususnya bagi konselor dalam melaksanakan setiap kegiatan bimbingan dan konseling yang lebih bisa dipertanggungjawabkan secara logis, etis maupun estetis. Landasan filosofis dalam bimbingan dan konseling terutama berkenaan dengan usaha mencari jawaban yang hakiki atas pertanyaan filosofis tentang : apakah manusia itu ? Untuk menemukan jawaban atas pertanyaan filosofis tersebut, tentunya tidak dapat dilepaskan dari berbagai aliran filsafat yang ada, mulai dari filsafat klasik sampai dengan filsafat modern dan bahkan filsafat post-modern. Dari berbagai aliran filsafat yang ada, para penulis Barat .(Victor Frankl, Patterson, Alblaster & Lukes, Thompson & Rudolph, dalam Prayitno, 2003) telah mendeskripsikan tentang hakikat manusia sebagai berikut :

1. Manusia adalah makhluk rasional yang mampu berfikir dan mempergunakan ilmu untuk meningkatkan perkembangan dirinya.

2. Manusia dapat belajar mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya apabila dia berusaha memanfaatkan kemampuan-kemampuan yang ada pada dirinya.

3. Manusia berusaha terus-menerus memperkembangkan dan menjadikan dirinya sendiri khususnya melalui pendidikan.

4. Manusia dilahirkan dengan potensi untuk menjadi baik dan buruk dan hidup berarti upaya untuk mewujudkan kebaikan dan menghindarkan atau setidak-tidaknya mengontrol keburukan.

5. Manusia memiliki dimensi fisik, psikologis dan spiritual yang harus dikaji secara mendalam.

6. Manusia akan menjalani tugas-tugas kehidupannya dan kebahagiaan manusia terwujud melalui pemenuhan tugas-tugas kehidupannya sendiri.

7. Manusia adalah unik dalam arti manusia itu mengarahkan kehidupannya sendiri.

8. Manusia adalah bebas merdeka dalam berbagai keterbatasannya untuk membuat pilihan-pilihan yang menyangkut perikehidupannya sendiri. Kebebasan ini memungkinkan manusia berubah dan menentukan siapa sebenarnya diri manusia itu adan akan menjadi apa manusia itu.

Page 5: Laporan Observasi Bk Di Smp 1 Ksatrian

9. Manusia pada hakikatnya positif, yang pada setiap saat dan dalam suasana apapun, manusia berada dalam keadaan terbaik untuk menjadi sadar dan berkemampuan untuk melakukan sesuatu.

Dengan memahami hakikat manusia tersebut maka setiap upaya bimbingan dan konseling diharapkan tidak menyimpang dari hakikat tentang manusia itu sendiri. Seorang konselor dalam berinteraksi dengan kliennya harus mampu melihat dan memperlakukan kliennya sebagai sosok utuh manusia dengan berbagai dimensinya.

B. Landasan Psikologis

Landasan psikologis merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman bagi konselor tentang perilaku individu yang menjadi sasaran layanan (klien). Untuk kepentingan bimbingan dan konseling, beberapa kajian psikologi yang perlu dikuasai oleh konselor adalah tentang : (a) motif dan motivasi; (b) pembawaan dan lingkungan, (c) perkembangan individu; (d) belajar; dan (e) kepribadian.

C. Landasan Sosial-Budaya

Landasan sosial-budaya merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman kepada konselor tentang dimensi kesosialan dan dimensi kebudayaan sebagai faktor yang mempengaruhi terhadap perilaku individu. Seorang individu pada dasarnya merupakan produk lingkungan sosial-budaya dimana ia hidup. Sejak lahirnya, ia sudah dididik dan dibelajarkan untuk mengembangkan pola-pola perilaku sejalan dengan tuntutan sosial-budaya yang ada di sekitarnya. Kegagalan dalam memenuhi tuntutan sosial-budaya dapat mengakibatkan tersingkir dari lingkungannya. Lingkungan sosial-budaya yang melatarbelakangi dan melingkupi individu berbeda-beda sehingga menyebabkan perbedaan pula dalam proses pembentukan perilaku dan kepribadian individu yang bersangkutan. Apabila perbedaan dalam sosial-budaya ini tidak “dijembatani”, maka tidak mustahil akan timbul konflik internal maupun eksternal, yang pada akhirnya dapat menghambat terhadap proses perkembangan pribadi dan perilaku individu yang besangkutan dalam kehidupan pribadi maupun sosialnya.

Dalam proses konseling akan terjadi komunikasi interpersonal antara konselor dengan klien, yang mungkin antara konselor dan klien memiliki latar sosial dan budaya yang berbeda. Pederson dalam Prayitno (2003) mengemukakan lima macam sumber hambatan yang mungkin timbul dalam komunikasi sosial dan penyesuain diri antar budaya, yaitu : (a) perbedaan bahasa; (b) komunikasi non-verbal; (c) stereotipe; (d) kecenderungan menilai; dan (e) kecemasan. Kurangnya penguasaan bahasa yang digunakan oleh pihak-pihak yang berkomunikasi dapat menimbulkan kesalahpahaman. Bahasa non-verbal pun sering kali memiliki makna

Page 6: Laporan Observasi Bk Di Smp 1 Ksatrian

yang berbeda-beda, dan bahkan mungkin bertolak belakang. Stereotipe cenderung menyamaratakan sifat-sifat individu atau golongan tertentu berdasarkan prasangka subyektif (social prejudice) yang biasanya tidak tepat. Penilaian terhadap orang lain disamping dapat menghasilkan penilaian positif tetapi tidak sedikit pula menimbulkan reaksi-reaksi negatif. Kecemasan muncul ketika seorang individu memasuki lingkungan budaya lain yang unsur-unsurnya dirasakan asing. Kecemasan yanmg berlebihan dalam kaitannya dengan suasana antar budaya dapat menuju ke culture shock, yang menyebabkan dia tidak tahu sama sekali apa, dimana dan kapan harus berbuat sesuatu. Agar komuniskasi sosial antara konselor dengan klien dapat terjalin harmonis, maka kelima hambatan komunikasi tersebut perlu diantisipasi.

Terkait dengan layanan bimbingan dan konseling di Indonesia, Moh. Surya (2006) mengetengahkan tentang tren bimbingan dan konseling multikultural, bahwa bimbingan dan konseling dengan pendekatan multikultural sangat tepat untuk lingkungan berbudaya plural seperti Indonesia. Bimbingan dan konseling dilaksanakan dengan landasan semangat bhinneka tunggal ika, yaitu kesamaan di atas keragaman. Layanan bimbingan dan konseling hendaknya lebih berpangkal pada nilai-nilai budaya bangsa yang secara nyata mampu mewujudkan kehidupan yang harmoni dalam kondisi pluralistik.

Page 7: Laporan Observasi Bk Di Smp 1 Ksatrian

BAB III

HASIL OBSERVASI

Pelaksanaan Observasi : Sabtu, 10 Desember 2011

Waktu : 09.00 – 11.00 WIB

1) Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah

a) Profil Sekolah

SMP 1 KSATRIAN SEMARANG

Jl. Gajahmada No. 123 Telp (024)8318990

Visi

Utama dalam iman dan prestasi, Berlandaskan kedisiplinan dan kekeluargaan

Misi

1. Mewujudkan perangkat kurikulum yang lengkap mutakhir berwawasan ke depan dan relevan dengan kebutuhan

2. Mewujudkan proses belajar mengajar dan bimbingan yang efektif untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki siswa

3. Mewujudkan pendidikan yang menghasilkan lulusan yang cerdas dan memiliki keunggulan kompetitif

4. Mewujudkan sikap disiplin, memiliki pribadi santun dan unggul dalam prestasi akademik maupun non akademik

5. Mewujudkan pemberian bekal ketrampilan (vocation skill) di bidang Bahasa Inggris dan Desain Grafis.

b) Latar Belakang BK di Sekolah, Struktur Organisasi dan Fasilitas

Latar Belakang Bimbingan Konseling di SMP 1 Ksatrian, Semarang adalah munculnya berbagai permasalahan/hambatan yang berjalan seiring dengan perkembangan anak didik. Latar Belakang tersebut meliputi tiga aspek yaitu latar belakang psikologis (perkembangan individu, perbedaan individu, kebutuhan individu, penyesuaian diri, masalah belajar), latar belakang sosial budaya (status

Page 8: Laporan Observasi Bk Di Smp 1 Ksatrian

social ekonomi, latar belakang keluarga) dan latar belakang pedagogis (perkembangan pendidikan, peranan guru).

Bimbingan Konseling yang baik mempunyai struktur organisasi yang tersusun secara jelas. Berikut gambaran struktur organisasi Bimbingan Konseling di SMP 1 Ksatrian, Semarang.

STRUKTUR ORGANISASI BK SMP 1 KSATRIAN

Fasilitas penunjang kegiatan Bimbingan Konseling di SMP 1 Ksatrian dirasa cukup mendukung. Fasilitas tersebut diantaranya adalah ruang guru BK dan ruang konseling. Kedua ruang tersebut letaknya terpisah, hal ini mempunyai pengaruh yang baik terhadap kegiatan konseling karena pada saat kegiatan konseling berlangsung seorang klien akan merasa nyaman untuk menceritakan masalahnya dan tidak terganggu dengan kegiatan konseling yang berlangsung secara bersamaan. Masing-masing ruang (ruang guru BK dan ruang Konseling) mempunyai luas sekitar 12 m².

2) Manajemen BK di SMP 1 Ksatrian

a) Perencanaan Program Bimbingan dan Konseling

KEPALA SEKOLAH

WAKASEK

PIKET WALI KELASKOORDINATOR dan

GURU PEMBIMBING

KOMITE SEKOLAH TATA USAHA

GURU

PETUGAS LAIN

Page 9: Laporan Observasi Bk Di Smp 1 Ksatrian

Program bimbingan konseling di SMP 1 Ksatrian tersusun dari kebutuhan siswa yang mempunyai berbagai macam permasalahan. Program tahunan kemudian di rumuskan lagi ke dalam program semesteran. Pelaksanaan program-program yang tersusun pada tiap semester akan dijelaskan pada Pelaksanaan dan Pengarahan Program Bimbingan dan Konseling.

b) Pelaksanaan dan Pengarahan Program Bimbingan dan Konseling

Proses pelaksanaan dan pengarahan program bimbingan konseling di SMP 1 Ksatrian dilaksanakan berdasarkan program tahunan yang telah dibuat dalam bentuk kurikulum. Di kurikulum yang telah dibuat Program Bimbingan dan Konseling dilaksanakan 45 menit x 1 minggu dan pelaksanaannya dalam bentuk mata pelajaran. Namun ada juga pelaksanaan bimbingan yang dilakukan secara incidental/ sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan anak didik.

Selain dalam bentuk pembelajaran dan bimbingan secara incidental di SMP 1 Ksatrian juga melaksanakan program lain yaitu program sosialisasi yang dalam pelaksanaannya melibatkan langsung anak didik, guru bimbingan dan konseling, guru bidang studi, dan wali murid. Kegiatan sosialisasi yang pernah diadakan di SMP 1 Ksatrian yaitu sosialisasi tentang “Kenakalan Remaja” dalam kegiatan sosialisasi tersebut pihak sekolah mengundang wali murid. Selain sosialisasi tentang Kenakalan Remaja ada sosialisasi lain yang pernah diadakan SMP 1 Ksatrian yaitu sosialisasi tentang “Bahaya Narkoba”, sosialisasi tentang “Peraturan Sekolah” dilaksanakan oleh guru BK. Tujuan dari diadakannya sosialisasi di SMP 1 Ksatrian sendiri adalah untuk memberikan fungsi pemahaman kepada anak didik, guru BK, guru bidang dan wali murid tentang hal-hal yang berkaitan dengan bimbingan dan konseling. Kegiatan sosialisasi tersebut terkadang mendatangkan narasumber dari pihak luar sekolah, semisal dari pihak Dinas Kesehatan atau dari Kepolisian.

Untuk mengontrol hasil belajar dan sikap perilaku anak didik di sekolah maupun di rumah pihak SMP 1 Ksatrian membuat buku absensi ganda dimana satu buku dipegang guru bidang studi dan buku yang lainnya dipegang guru BK, hal ini dilakukan untuk mengontrol kedisplinan siswa. Pada tiap bulannya dari pihak sekolah memberikan laporan berkala. Laporan berkala tersebut dibuat dalam format seperti rapor hasil belajar. Adanya laporan berkala tersebut dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan dan hambatan siswa.

Kadangkala guru bimbingan dan Konseling di SMP 1 Ksatrian mengadakan kunjungan ke rumah siswa (home visit) hal ini dilakukan untuk menyekinambungkan bimbingan di sekolah dan di rumah. Akan lebih baik

Page 10: Laporan Observasi Bk Di Smp 1 Ksatrian

bila bimbingan dilakukan tidak hanya di sekolah melainkan juga dilakukan di rumah oleh orang tua siswa.

Kegiatan test potensi akademik merupakan salah satu kegiatan bimbingan dan konseling di SMP 1 Ksatrian. Kegiatan tersebut bertujuan untuk mengetahui bakat, minat dan kemampuan siswa.

c) Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling

Evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling di SMP 1 Ksatrian dilaksanakan tiap akhir tahun pelajaran. Guru BK mengevaluasi kegiatan selama satu tahun terakhir kemudian dari hasil evaluasi tersebut guru BK mendiskusikan dengan guru BK yang lain untuk membuat perencanaan kegiatan bimbingan konseling di tahun pelajaran selanjutnya. Hasil perencanaan yang telah didiskusikan kemudian diajukan ke Kepala Sekolah untuk mendapat persetujuan. Apabila Kepala Sekolah menyetujui perencanaan kegiatan kemudian Guru BK mengadakan sosialisasi kepada guru bidang studi, siswa maupun orang tua siswa.

3) Peran Guru Bidang Studi Terhadap Pelaksanaan Pelayanan Bimbingan dan Konseling

Narasumber : Mukhid, S. Pd

Jabatan :Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

1. Kerjasama antara Guru Bidang Studi dengan Guru BK

Menurut guru bidang studi, BK berperan penting dalam mendidik budi pekerti dan moral siswa. Sebagaimana dengan tugas dasar dari BK untuk mengembangkan potensi dan melayani kebutuhan siswa, guru BK di SMP Ksatrian 1 Semarang dapat melaksanakannya dengan baik. Kaitannya dengan mata pelajaran bahasa Indonesia, guru mapel mengaku dapat melatih aspek kebahasaan siswa dalam bertutur kata. Dalam kesehariannya, disiplin siswa harus selalu diperhatikan untuk dapat membentuk pribadi yang berkarakter. Bahasa Indonesia sebagai ilmu yang berkaitan dengan aspek berbicara memberikan kontribusi pada pelayanan Bimbingan dan Konseling untuk melatih tutur siswa dalam berperilaku.

Selain dari aspek kebahasaan, kerjasama antara guru BK dengan guru mapel bahasa Indonesia terwujud dalam hal absensi dan masalah yang dialami oleh siswa. Di SMP Ksatrian 1 Semarang absensi dibagi menjadi dua, yaitu yang dipegang oleh wali kelas dengan yang dibawa oleh guru BK. Contoh kolaborasi antara dua guru

Page 11: Laporan Observasi Bk Di Smp 1 Ksatrian

dalam hal absensi seperti jika ada siswa yang tidak masuk kelas tanpa alasan yang jelas, maka guru apel dapat mengkonsultasikaannya dengan guru BK untuk melakukan tindak lanjut. Dari segi perkembangan siswa, jika ada siswa yang mengalami masalah terlebih dahulu guru mata pelajaran akan mencoba menyelesaikannya terlebih dahulu. Namun jika masalah yang terjadi sudah kompleks maka guru mapel dapat meminta bantuan dari guru BK untuk menyelesaikannya. Sejauh ini guru mapel mengaku dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh siswa tanpa harus meminta bantuan dari guru BK. Namun beberapa siswa yang kemudian diantarkan pada guru BK mengaku merasa terbantu dengan pelayanan yang diberikan oleh konselor. Secara keseluruhan BK dapat membantu menyelesaikan masalah siswa dengan baik.

Ruang lingkup kolaborasi pelayanan antara guru mata pelajaran dengan guru BK tidak hanya seputar pada masalah sekolah. Jika masalah yang dihadapi oleh siswa tidak terjadi disekolah namun mempengaruhi konsentrasi belajar, maka guru mata pelajaran akan menghubungi orang tua untuk mengkonsultasikan apa yang terjadi pada siswa. Dalam hal ini kerjasama antara pihak sekolah dan pihak wali murid sangat diperhatikan agar terjadi hubungan yang harmonis dalam rangka mencapai perkembangan siswa yang optimal.

Pada dasarnya jam ajar untuk pelayan BK hanya 45 menit dalam satu minggu. Namun sekolah memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat “shharing” atau “curhat” kepada wali kelas mengenai masalah-masalah yang mereka hadapi. Pelayanan tersebut dikemas dalam satu pertemuan yang lebih akrab mereka sebut dengan Perwalian. Pertemuan antara wali kelas dan siswa ini dilakukan pada setiap hari senin pagi selama satu jam pelajaran sebagai pengganti jika tidak dilaksanakan upacara.

2. Guru Bimbingan dan Konseling

Guru Bimbingan dan Konseling di SMP 1 Ksatrian, Semarang terdapat tiga orang pengampu. Salah seorang dari ketiganya mempunyai latar belakang pendidikan sarjana BK, seorang berlatar belakang sarjana social dan salah seorang lainnya masih menempuh pendidikan dan mengambil jurusan Bimbingan dan Konseling. Ketiga guru BK di SMP 1 Ksatrian rata-rata sudah mengampu BK selama lebih dari 10 tahun. Pada mulanya ada guru yang mengampu ketrampilan di tugaskan oleh kepala sekolah untuk mengampu BK. Hal tersebut terjadi karena adanya kelebihan guru bidang studi dan dialihkan untuk membantu BK. Masing-masing guru bertanggung jawab terhadap satu jenjang atau tingkatan kelas dan proses Bimbingan Konseling berlangsung sampai siswa yang mereka pegang lulus (rotasi). Misalnya, bu Mus bertanggung jawab terhadap siswa kelas VII, ketika kenaikan kelas ( kelas VII ke kelas VIII) bu Mus masih memegang tanggung siswa tersebut begitu pula selanjutnya. Sehingga Setiap guru BK paham dan mengerti

Page 12: Laporan Observasi Bk Di Smp 1 Ksatrian

seperti apa kondisi siswa. Ketiga guru tersebut bertanggung jawab terhadap siswa yang berjumlah 575 siswa (per desember).

3. Langkah-Langkah dalam Penanganan Kasus atau Pelanggaran

Menurut pengakuan narasumber, siswa kebanyakan terbuka pada guru jika mereka mengalami kesulitan ataupun masalah. Guru mata pelajaran membantu mengentaskan masalah siswa dengan mengorek keterangan dari siswa melalui pertanyaan-pertanyaan ringan. Jika masalah yang dihadapi siswa dapat diselesaikan dengan baik oleh guru mapel, maka keadaan tersebut tidak akan diperpanjang dan akan dianggap selesai pada saat itu juga. Namun jika ada siswa yang tidak mau menceritakan masalahnya atau siswa memiliki masalah yang cukup rumit maka guru mata pelajaran akan berkonsultasi dengan wali kelas dan guru BK untuk penanganan lebih agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Mekanisme cara untuk menyikapi siswa yang melakukan pelanggaran dalam kelas secara garis besar adalah sebagai berikut :

a. Memperingatkan dengan bahasa yang santun

b. Jika siswa masih tidak menggubris, naikkkan sedikit nada bicara

c. Tidak ada kekerasan fisik

d. Jika tidak dapat diperingatkan dengan santun lagi, maka nasehari secara

langsung atau melalui sindiran-sindiran

e. Jika masih tidak berpengaruh maka akan diantarkan pada guru BK

Guru mata pelajaran merasa tidak banyak menemukan kesulitan dalam membagi waktu dan strategi antara saat harus menjadi seorang guru mapel dengan saat menjadi pembimbing moral siswa. Guru BK yang ada di SMP Ksatria 1 diakui telah cukup mahir dan profesional sehingga kontribusi guru mata pelajaran tidak begitu diperlukan. Melihat dari kacamata seorang guru mapel, mereka mengaku jika BK sangat diperlukan disekolah sebagai dokter siswa. Dokter siswa diartikan sebagai wahanan untuk mengembangkan potensi siswa dan mengentaskan siswa dari masalah jika diperlukan. BK di sekolah tersebut bukan merupakan polisi sekolah melainan sebagai tempat untuk berbagi cerita sehingga siswa tidak takut jika berhadapan dengan BK.

4. Peran Siswa dalam Pelaksanaan Pelayanan Bimbingan dan Konseling

Narasumber : 1) Fadlila Ardiyani (IX B)

: 2) Betaviano Wahyudi (IX B)

Page 13: Laporan Observasi Bk Di Smp 1 Ksatrian

Selain manajemen bimbingan dan konseling, manajemen lain yang perlu diperhatikan adalah pendapat dari siswa mengenai kenyamanan dari pelayanan yang diberikan oleh pihak BK . Dalam hal ini, kami mengambil sampel sebanyak 6 siswa dari jumlah 575 (per Desember) untuk dimintai pendapat mengenai manajemen dan pelayanan Bimbingan dan Konseling.

Menurut pandangan siswa, BK merupakan sebuah lembaga yang membantu siswa untuk mengembangkan kepribadiannya. Pelayanan yang diberikan oleh pihak BK antara lain berfungsi untuk :

a. Membantu siswa menghadapi kehidupan bermasyarakat yang semakin

kompleks

a. Memberi solusi bagi siswa yang sedang menghadapi masalah

b. Membantu siswa untuk bersosialisasi agar dapat berinteraksi dalam

lingkungan sekolah

c. Membentuk pola perilaku siswa di sekolah dan masyarakat agar keberadaan

siswa dapat diterima dengan baik

Model pengajaran yang diterapkan oleh guru Bimbingan dan Konseling di SMP Kesatrian 1 Semarang adalah model indoor atau belajar dalam kelas. Pengajaran guru bersifat klasik, yaitu dengan memberikan materi, pengarahan, dan nasehat pada siswa sehingga kebanyakan siswa merasa bosan atau mengantuk. Terkadang guru melakukan sharring mengenai masalah yang sedang marak terjadi dalam lingkungan siswa. Untuk siswa kelas VII dan VIII, guru BK menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) sebagai sarana untuk mengetahui perkembangan siswa. Namun bagi kelas IX tidak diberlakukan LKS karena guru lebih memilih untuk melakukan interaksi langsung dengan siswa di dalam kelas.

Selain materi dan pengarahan yang diberikan guru saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, guru biasanya juga melakukan bedah peraturan yang diterapkan oleh sekolah. Guru BK akan memonitor pelanggaran-pelanggaran apa saja yang telah dilakukan oleh siswa dan berapa jumlah kredit point yang sudah diperoleh siswa. Dengan begitu guru BK akan melakukan tindakan perventif maupun pengentasan agar siswa tidak melakukan pelanggaran-pelanggaran lagi yang dapat mengancam status siswa sebagai pelajar aktif di SMP kesatrian 1 Semarang. Dari pelayanan yang diberikan, siswa mengaku tidak merasa takut terhadap guru BK yang biasanya menjadi momok polisi sekolah. Mereka sudah memahami bahwa BK datang untuk membantu siswa, bukan untuk menakut-nakuti siswa.

Fasilitas yang ada di rungan BK tidak begitu istimewa. Dalam ruangan berukuran kurang lebih 4x4 meter tersebut hanya ada 3 meja pembimbing dan beberapa dokumen yang diperlukan untuk melakukan bimbingan. Beberapa kursi

Page 14: Laporan Observasi Bk Di Smp 1 Ksatrian

disediakan untuk siswa yang akan berkonsultasi mengenai masalah yang dihadapinya. Namun siswa mengaku jarang mendatangi guru BK untuk melakukan konsultasi. Siswa lebih sering datang ke ruang BK untuk mengambil absensi yang diperlukan.

Selain sebagai pihak yang betugas mengembangkan potensi siswa, BK juga ikut bertanggungjawab dalam penerapan tata tertib. Berdasarkan pengalaman siswa, BK bertugas sebagai pemantau dan hakim tata tertib. Siswa yang melanggar tata tertib dalam skala kecil akan mendapat teguran khusus dari BK. Jika pelanggaran yang dilakukan telah mencapai ambang batas tertentu maka siswa akan mendapat surat panggilan dari BK yang lazim mereka sebut dengan larangan. Namun jika dengan cara tersebut siswa masih tetap melakukan pelanggaran hingga mencapai jumlah kredit point 1000 maka siswa akan dikeluarkan.

Dalam proses belajar, seringkali siswa mengalami kesulitan dalam menyerap bahan ajar. Jika hal tersebut dialami oleh siswa, mereka lebih memilih diam karena merasa sudah tertolong dengan adanya Program Belajar Intra Kurikuler (PPIK) dan Program Peningkatan Hasil Belajar (PPHB) yang dilaksanakan oleh sekolah. Siswa yang mengalami kesulitan belajar lebih suka berkeluh kesah kepada sahabatnya dari pada kepada guru BK maupun guru Mata Pelajaran. Mereka mengaku lebih memilih sahabat karena merasa jauh lebih dekat dengan teman. Namun meskipun demikian, siswa merasa keberadaan BK di sekolah mereka dianggap penting mengingat banyak kontribusi yang diberikan melalui pelayanan BK.

Page 15: Laporan Observasi Bk Di Smp 1 Ksatrian

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab sebelumnya telah dipaparkan mengenai hasil observasi Bimbingan dan Konseling di SMP 1 Ksatrian, Semarang. Secara umum, pelaksanaan pelayanan Bimbingan dan Konseling di SMP 1 Ksatrian berjalan dengan baik. Namun, ada beberapa hal yang perlu diperbaiki yaitu :

1. Aspek Peran Guru dalam Bimbingan dan Konseling (Guru BK)

Jumlah guru BK yang kurang sebanding dengan jumlah siswa dirasa kurang efektif dalam pelaksanaan pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah. Satu guru di SMP 1 Ksatrian mengampu sekitar 180 sampai dengan 200 bahkan lebih. Padahal idealnya satu guru mengampu 120 siswa. Selain itu hal lain yang perlu diperbaiki adalah metode yang digunakan guru saat tatap muka dengan siswa harus bervariatif. Ketika kami mewancarai salah seorang siswa, mereka mengaku kurang tertarik dengan apa yang dijelaskan guru BK di kelas. Hal tersebut terjadi karena para siswa merasa bosan dengan metode yang digunakan oleh guru BK yang hanya masuk kelas kemudian bercerita atau menerangkan. Bimbingan dan konseling bukan termasuk dalam mata pelajaran sehingga penyampaian metrinya pun bukan di sampaikan dengan cara yang sistematis. Ada baiknya penyampaian materi bimbingan dan konseling diampaikan dengan implementasi langsung atau dengan metode demonstrasi (peragaan). Guru BK juga bisa memanfaatkan berbagai media pembelajaran yang ada, semisal menggunakan laptop dan layar proyektor untuk memberikan contoh-contoh langsung kepada para siswa. Penggunaan media pembelajaran dirasa akan lebih menarik perhatian para siswa. Kalaupun media elektronik tidak tersedia di sekolah guru bisa menyiasati dengan menggunakan media cetak (koran).

2. Aspek Peran Siswa dalam Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Berdasarkan wawancara saya dengan siswa, para siswa di SMP 1 Ksatrian mengetahui dengan baik apa fungsi BK, peran penting pelayanan BK dan manfaat BK di sekolah mereka. Meskipun para siswa mengetahui dan paham tentang peran BK di sekolah mereka enggan sharing/berkonsultasi dengan BK apabila mengalami hambatan dalam proses pembelajaran di sekolah maupun di rumah. Para siswa lebih nyaman sharing dengan teman sebaya mereka. Para siswa beralasan bahwa teman sebaya mereka lebih paham tentang kondisi mereka karena mereka dalam masa perkembangan yang sama.

Page 16: Laporan Observasi Bk Di Smp 1 Ksatrian

BAB V

PENUTUP

SIMPULAN

Secara keseluruhan pelaksananaan pelayanan bimbingan dan konseling di SMP 1 KSATRIAN, SEMARANG sudah berjalan dengan baik. Namun ada beberapa hal yang perlu diperbaiki yaitu mengenai metode pembelajaran yang digunakan guru BK dan partisipasi siswa dalam pemanfaatan pelayanan bimbingan dan konseling yang ada di sekolah.

SARAN

Peran semua pihak yang ada di sekolah diperlukan untuk mewujudkan terlaksananya program bimbingan dan konseling yang telah disusun. Pendekatan-pendekatan secara intensif perlu dilakukan oleh semua pihak baik guru BK maupun pihak lainnya. Ada baiknya bila guru BK menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi.

Page 17: Laporan Observasi Bk Di Smp 1 Ksatrian

DAFTAR PUSTAKA

Mugiarso, Heru dkk. 2010. Bimbingan dan Konseling. Semarang : Pusat Pengembangan MKU / MKDK-LP3 Unnes

Sudrajat, Akhmad. 2008. Landasan Bimbingan dan Konseling.http//akhmadsudrajat.2008.landasanbimbingandankonseling.htm.25 Januari 2008

--------------------.2008. Pelayanan Konseling di Sekolah.http//akhmadsudrajat.2008.pelayanankonselingdisekolah.htm. 20 April 2008