Upload
risno-andriano-siregar
View
100
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN PRAKTIKUM
METROLOGI INDUSTRI
PENGGUNAAN & KALIBRASI MISTAR INGSUT
oleh :
NAMA : SAKAL H. D. SINAGA
NIM : 11071 35629
KELOMPOK : 1 7
LABORATORIUM PENGUKURAN
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU
DESEMBER, 2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas rahmat-Nya
yang melimpah sehingga penulis bisa menyelesaikan laporan mingguan ini
dengan baik dan tepat waktu. Laporan mingguan merupakan salah satu syarat
dalam penilaian mata kuliah metrologi industri.
Penulis juga tak lupa mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu
yang selalu senantiasa membimbing dan mengajari kami para mahasiswa. Dalam
penulisan laporan praktikum ini terdapat latar belakang, tujuan, dan manfaat
praktikum serta teori dasar dan alat dan bahan praktikum.
Dalam penulisan laporan mingguan ini sangat jauh dari sempurna, maka
dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran pembaca demi menyempurnakan
laporan ini untuk dapat digunakan kedepannya. Atas perhatiannya penulis ucapan
terimakasih.
Pekanbaru, Desember 2012
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iv
DAFTAR TABEL....................................................................................................v
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG...............................................................................1
1.2 TUJUAN...................................................................................................1
1.3 ALAT UKUR............................................................................................1
1.4 BENDA UKUR.........................................................................................2
1.5 PROSEDUR PRAKTIKUM.....................................................................3
BAB II......................................................................................................................4
TEORI DASAR.......................................................................................................4
2.1 PENGERTIAN..........................................................................................4
2.2 JENIS-JENIS MISTAR INGSUT.............................................................4
BAB III....................................................................................................................7
DATA PENGAMATAN..........................................................................................7
3.1 DATA........................................................................................................7
BAB IV..................................................................................................................13
ANALISA DATA..................................................................................................13
BAB V....................................................................................................................14
PENUTUP..............................................................................................................14
5.1 KESIMPULAN.......................................................................................14
5.2 SARAN...................................................................................................14
LAMPIRAN...........................................................................................................15
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1 Mistar ingsut nonius............................................................................1
Gambar 1. 2 Mistar ingsut jam ukur........................................................................2
Gambar 1. 3 Mistar ingsut digital............................................................................2
Gambar 1. 4 Bantalan...............................................................................................2
Gambar 1. 5 V-block................................................................................................3
Gambar 2. 1 Mistar ingsut nonius............................................................................5
Gambar 2. 2 Mistar ingsut jam ukur........................................................................6
Gambar 2. 3 Mistar ingsut digital............................................................................6
DAFTAR TABEL
Tabel 3. 1 Data V-block pengamat A......................................................................7
Tabel 3. 2 Data V-block pengamat B.......................................................................8
Tabel 3. 3 Data pengukuran bantalan pengamat A................................................10
Tabel 3. 4 Data pengukuran bantalan pengamat B................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Untuk memahami suatu mata kuliah, dibutuhkan suatu praktek nyata
sebagai pengaplikasian dari ilmu yang telah didapat. Bukan hanya menguasai teori
namun juga praktek nyata. Proses pengukuran pada benda sangat penting dalam
dunia industri. Pengukuran dapat dilakukan dengan alat-alat pengukuran seperti
jangka sorong, micrometer dan alat pengukuran lainnya. Yang mana mistar ingsut
merupakan alat ukur yang paling praktis dan sering digunakan dalam pengukuran
komponen-komponen mesin. Diharapkan setelah praktikum ini, praktikan mampu
menggunakan mistar ingsut dan mampu mengaplikasikan pada dunia kerja.
1.2 TUJUAN
Praktikum dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :
a. Dapat menggunakan mistar ingsut (vernier caliper) berbagai jenis dengan baik
dan benar.
b. Kalibrasi mistar ingsut.
1.3 ALAT UKUR
1. Mistar ingsut nonius
Gambar 1. 1 Mistar ingsut nonius
2. Mistar ingsut jam ukur
1
Gambar 1. 2 Mistar ingsut jam ukur
3. Mistar ingsut digital
Gambar 1. 3 Mistar ingsut digital
1.4 BENDA UKUR
Benda ukur yang digunakan adalah bantalan dan V-Block
Gambar 1. 4 Bantalan
2
Gambar 1. 5 V-block
1.5 PROSEDUR PRAKTIKUM
Benda ukur digambar dan diberi kode disetiap bagian pengukuran.
Pengukuran dilakukan dengan tiga jenis mistar ingsut (skala nonius, jam ukur
dan digital).
Hasil pengukuran dengan tiap-tiap mistar ingsut dicatat sesuai dengan kode
pada setiap bagian benda ukur.
Dicatat setiap hasil pengukuran menurut kode masing –masing.
Pengukuran dilakukan pada dua benda ukur, bantalan dan V-block.
Setelah semua hasil pengukuran dicatat, lalu bandingkan dengan perhitungan
persentase eror antara mistar ingsut nonius dan jam ukur terhadap mistar
ingsut digital.
Alat ukur dan benda ukur dibersihkan dan diletakkan ketempat semula.
.
3
BAB II
TEORI DASAR
2.1 PENGERTIAN
Mistar ingsut (mistar geser, jangka sorong, jangka geser atau schuifmaat,
caliper) merupakan alat ukur linear serupa dengan mistar ukur. Alat ukur ini
memiliki skala linear pada batang dengan ujung yang berfungsi sebagai sensor
penahan benda ukur (dinamakan rahang ukur tetap). Suatu peluncur dengan sisi
yang dibuat sejajar dengan pemukaan rahang ukur tetap dinamakan sebagai
rahang ukur gerak yang bisa digeserkan pada batang ukur.
Benda ukur ditahan pada salah satu sisi/permukaannya oleh rahang ukur
tetap, kemudian peluncur digeserkan sehingga rahang ukur gerak menempel pada
sisi lainnya. Pada saat benda ukur dijepit seperti ini pengukur dapat membaca
posisi garis indeks pada skala ukur (atau terlebih dahulu mistar ingsut dikeluarkan
dari benda ukur dengan hati-hati tanpa mengubah posisi rahang ukur tetap, bila
perlu dikunci, kemudian baru dibaca hasil pengukurannya).
2.2 JENIS-JENIS MISTAR INGSUT
a. Mistar ingsut nonius (vernier caliper)
Ada dua jenis utama mistar ingsut nonius. Jenis pertama hanya digunakan
untuk mengukur dimensi luar dan dimensi dalam, sedangkan jenis kedua selain
untuk mengukur dimensi luar dan dalam dapat juga digunakan untuk mengukur
kedalaman celah.
Biasanya mistar ingsut mempunyai kapasitas ukur sampai dengan 150
mm, sementara untuk jenis yang besar dapat sampai 1000 mm, kecermatan
pembacaan bergantung pada skala noniusnya yaitu 0,10; 0,05 atau 0,02 mm.
Beberapa hal yang harus diperhatikan saat memakai mistar ingsut adalah :
Rahang ukur gerak (peluncur) harus dapat meluncur pada batang ukur
dengan baik tanpa bergoyang.
4
Periksa kedudukan nol serta kesejajaran permukaan kedua rahang dengan
cara mengatupkan rahang.
Benda ukur sedapat mungkin jangan diukur hanya dengan menggunakan
ujung rahang ukur (harus agak kedalam), supaya kontak antara permukaan
sensor dengan benda ukur cukup panjang sehingga terjadi efek pemosisian
mandiri (self aligning) yang akan meniadakan kesalahan kosinus.
Tekanan pengukuran jangan terlampau kuat yang bisa melenturkan rahang
ukur ataupun lidah ukur kedalaman sehingga mengurangi ketelitian (ada
kesalahan sistematik akibat lenturan). Ketepatan (keterulangan; precision/
repeatability) pengukuran bergantung pada ketepatan (keterulangan)
penggunaan tekanan yang mencukupi.
Pembacaan skala nonius mungkin dilakukan setelah mistar ingsut diangkat
dari objek ukur dengan hati-hati (setelah peluncur dimatikan). Miringkan
mistar ingsut ini sehingga bidang skala nonius hampir sejajar dengan
bidang pandangan, dengan demikian mempermudah penentuan garis nonius
yang menjadi segaris dengan garis skala utama.
Gambar 2. 1 Mistar ingsut nonius
b. Mistar ingsut jam (Dial caliper)
Mistar ingsut jam memakai jam ukur sebagai ganti skala nonius dalam
menginterpolasikan posisi garis indeks relatif terhadap skala pada batang ukur.
Gerakan translasi peluncur diubah menjadi gerakan putaran jarum penunjuk
5
dengan perantaraan roda gigi pada poros jam ukur dan batang bergigi yang
dilekatkan disepanjang batang ukur.
Kecermatan mistar ingsut jam serupa dengan kecermatan mistar ingsut
nonius, yaitu 0,10 mm, 0,05 mm, atau 0,02 mm. Pada mistar ingsut dengan
kecermatan 0,10 mm, satu putaran jam penunjuk terbagi dalam 100 bagian skala,
yang berarti untuk satu kali putaran, sensor (rahang ukur gerak) bergeser sejauh
100 x 0,10 mm atau 10 mm. Tiap sepuluh bagian skala jam ukur diberi angka
satuan mm, dengan demikian pembagian skala utamanya (pada batang ukur)
cukup dinyatakan 1 cm, atau dikatakan kecermatan skala batang ukur adalah 10
mm.
Gambar 2. 2 Mistar ingsut jam ukur
c. Mistar ingsut digital
Mistar ingsut digital ini memiliki sistem kerja yang sama dengan mistar
ingsut lainnya. Namun dalam pembacaanya memiliki keteitian yang lebih tinggi
karna hasil pengukuran langsung dapat terbaca pada digital.
Gambar 2. 3 Mistar ingsut digital
6
BAB III
DATA PENGAMATAN
3.1 DATA
Tabel 3. 1 Data V-block pengamat A
UKURANPengamat A % error % error
Hasil pengukuran dengan nonius-digital
jam ukur-digitalNonius Jam ukur digital
1 6,18 6,17 6,12 0,98 0,822 6 6,13 6,1 1,64 0,493 15 15,5 15,05 0,33 2,994 14,8 14,48 14,85 0,34 2,495 11,44 11,36 11,27 1,51 0,806 11 11,2 11,03 0,27 1,547 14,7 14,06 14,72 0,14 4,488 15,1 15,03 15,02 0,53 0,079 70,2 70,04 70,28 0,11 0,3410 34,8 34,86 34,76 0,12 0,2911 35,2 35,05 35,14 0,17 0,2612 4,9 5,05 4,86 0,82 3,9113 4,9 4,98 4,92 0,41 1,2214 5 5,05 5,08 1,57 0,5915 5,1 4,98 5,01 1,80 0,6016 4 4,42 4,01 0,25 10,2217 3,8 3,38 3,86 1,55 12,44
Contoh perhitungan :
% error=|nonius−digitaldigital |× 100 %
% error1=|6,18−6,126,12 |×100 %=0,98
% error2=|6−6,16,1 |×100 %=1,64
% error3=|15−15,0515,05 |×100 %=2,99
7
% error 4=|14,8−14,8514,85 |×100 %=0,34
% error=| jam ukur−digitaldigital |×100 %
% error1=|6,17−6,126,12 |×100 %=0,82
% error2=|6,13−6,16,1 |×100 %=0,49
% error3=|15,5−15,0515,05 |×100 %=2,99
% error 4=|14,48−14,8514,85 |×100 %=2,49
Tabel 3. 2 Data V-block pengamat B
UKURANPengamat B % error % error
Hasil pengukuran dengan nonius-digital
jam ukur-digitalNonius jam ukur digital
1 6,18 6,19 6,12 0,98 1,142 6 6,15 6,1 1,64 0,823 15 15,5 15,03 0,20 3,134 14,8 14,48 14,05 5,34 3,065 11,4 11,36 11,27 1,15 0,806 11 11,22 11,05 0,45 1,547 14,7 14,6 14,75 0,34 1,028 15,1 15,05 15,05 0,33 0,009 70,2 70,04 70,28 0,11 0,3410 34,8 34,86 34,78 0,06 0,2311 35,4 35,05 35,25 0,43 0,5712 5 5,05 4,91 1,83 2,8513 5 5,05 4,95 1,01 2,0214 5 5,05 5,03 0,60 0,4015 5,1 4,98 5,04 1,19 1,1916 4,2 4,42 4,02 4,48 9,9517 3,8 3,38 3,89 2,31 13,11
8
Contoh perhitungan :
% error=|nonius−digitaldigital |× 100 %
% error1=|6,18−6,126,12 |×100 %=0,98
% error2=|6−6,16,1 |×100 %=1,64
% error3=|15−15,0315,03 |×100 %=0,20
% error 4=|14,8−14,0514,05 |×100 %=5,34
% error=| jam ukur−digitaldigital |×100 %
% error1=|6,19−6,126,12 |×100 %=1,14
% error2=|6,15−6,16,1 |×100 %=0,82
% error3=|15,05−15,0315,03 |×100 %=3,13
% error 4=|14,48−14,0514,05 |×100 %=3,06
9
Tabel 3. 3 Data pengukuran bantalan pengamat A
UKURANPengamat A % error % error
Hasil pengukuran dengan nonius-digital
jam ukur-digitalNonius Jam ukur digital
1 11,65 11,58 11,75 0,85 1,452 11,05 10,02 10,57 4,54 5,203 11,8 11,18 11,9 0,84 6,054 12,3 12,27 12,26 0,33 0,085 11,65 10,03 10,23 13,88 1,966 6,5 6,45 6,23 4,33 3,537 5,8 6,15 5,95 2,52 3,368 17,8 17,32 17,56 1,37 1,379 12,25 11,17 11,45 6,99 2,4510 17,85 17,25 17,84 0,06 3,3111 18,35 18,35 17,34 5,82 5,8212 44,35 44,52 44,49 0,31 0,0713 54,1 54,43 54,09 0,02 0,6314 19,4 19,45 19,46 0,31 0,0515 23,9 23,84 23,902 0,01 0,2616 4,85 4,9 4,78 1,46 2,5117 23,88 24,45 23,92 0,17 2,2218 11,6 11,12 11,44 1,40 2,8019 3,24 3,36 3,02 7,28 11,26
Contoh perhitungan :
% error=|nonius−digitaldigital |× 100 %
% error1=|11,65−11,7511,75 |× 100 %=0,85
% error2=|11,05−10,5710,57 |× 100 %=4,54
% error3=|11,8−11,911,9 |×100 %=0,84
10
% error 4=|12,3−12,2612,26 |×100 %=0,33
% error=| jam ukur−digitaldigital |×100 %
% error1=|11,58−11,7511,75 |× 100 %=1,45
% error2=|10,02−10,5710,57 |×100 %=5,20
% error3=|11,18−11,911,9 |×100 %=6,05
% error 4=|12,27−12,2612,26 |×100 %=0,08
Tabel 3. 4 Data pengukuran bantalan pengamat B
UKURANPengamat B % error % error
Hasil pengukuran dengan nonius-digital
jam ukur-digitalNonius jam ukur digital
1 11,45 11,6 11,75 2,55 1,282 11,3 10,03 10,58 6,81 5,203 11,95 11,17 11,91 0,34 6,214 12,5 12,28 12,26 1,96 0,165 11,2 10,03 10,24 9,37 2,056 6,25 6,45 6,23 0,32 3,537 6,05 6,16 5,96 1,51 3,368 17,9 17,33 17,56 1,94 1,319 12,2 11,17 11,45 6,55 2,4510 17,75 17,25 17,84 0,50 3,3111 18,2 18,35 17,34 4,96 5,8212 44,2 44,53 44,49 0,65 0,0913 54,05 54,42 54,09 0,07 0,6114 19,48 19,45 19,47 0,05 0,1015 23,85 23,84 23,9 0,21 0,2516 4,95 4,9 4,78 3,56 2,5117 23,49 24,46 23,92 1,80 2,2618 11,62 11,13 11,45 1,48 2,79
11
19 3,25 3,37 3,05 6,56 10,49
% error=|nonius−digitaldigital |× 100 %
% error1=|11,45−11,7511,75 |× 100 %=2,55
% error2=|11,3−10 ,5 810 , 5 8 |×100 %=6,81
% error3=|11,95−11,9111,91 |×100 %=0,34
% error 4=|12,5−12,2612,26 |×100 %=1,96
% error=| jam ukur−digitaldigital |×100 %
% error1=|11,6−11,7511,75 |×100 %=1,28
% error2=|10,03−10,5810,58 |×100 %=5,20
% error3=|11,17−11,9111,91 |×100 %=6,21
% error 4=|12,28−12,2612,26 |×100 %=0,16
12
BAB IV
ANALISA DATA
Berdasarkan hasil pengolahan data pada BAB 3 ada beberapa hal yang
dapat dianalisa. Pada pengolahan data pengukuran V-block terdapat beberapa
pengukuran yang % error-nya terlalu tinggi dan ada juga yang terlalu rendah. Hal
ini kemungkinan besar disebabkan oleh kesalahan manusia saat melakukan
pengukuran. Bisa dilihat antara pengamat A dan pengamat B terdapat perbedaan
ukuran yang cukup besar jadi bisa dipastikan tiap-tiap orang mempunyai cara
pengukuran yang berbeda-beda.
Disamping kesalahan manusia, kerataan meja tempat pengukuran bisa juga
menjadi penyebab kesalahan pengukuran. Karena saat pengukuran benda harus
dalam keadaan lurus untuk mendapat pengukuran yang mendekati ideal. Dalam
pengukuran menggunakan mistar ingsut ini digunakan mistar ingsut digital yang
menjadi acuan karena hanya mistar ingsut digital lah yang mempunyai ketelitian
yang paling tinggi.
Ketelitian seorang pengukur diperlukan juga untuk mendapat hasil
pengukuran yang mendekati ideal. Tapi karena saat praktikum kelompok kami
terlalu banyak yang tidak serius maka dari itu banyak hasil ukuran yang bisa
dibilang tidak logis. Maka dari itu keseriusan dan ketelitian bisa dibilang adalah
salah satu hal yang penting dalam melakukan pengukuran.
13
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Ketelitian tiap-tiap mistar ingsut bisa menghasilkan pengukuran yang
berbeda-beda.
Perbedaan pengamat dapat menghasilkan pengukuran yang berbeda.
Kesalahan pengukuran sebagian besar disebabkan oleh manusia.
Saat melakukan diperlukan juga ketelitian dari orang yang melakukan
pengukuran
Mistar ingsut mempunyai ketelitian lebih besar dari pada mistar ingsut nonius
dan jam ukur.
Kondisi sirkulasi udara dan temperatur ruangan yang baik diperlukan juga
untuk melakukan pengukuran yang baik.
5.2 SARAN
Saat melakukan pengukuran lakukan dengan serius
Ikuti petunjuk dari instruktur.
Bersihkan alat ukur setelah selesai digunakan.
14
LAMPIRAN
15