71
Laporan Diagnosis Komunitas Kepatuhan Berobat Penyandang Diabetes Mellitus di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati Disusun Oleh: Adityo Darmawan 0806323675 Lyriestrata Anisa 0906508251 Nuril Rahmatika 0906508365 Sukmi Ayu Tri W 0806324545 Siti Rahma Indah PP 0806320925 Pembimbing: Dr. Setyawati Budiningsih, MPH 1

Laporan Komdi B1 Final

Embed Size (px)

DESCRIPTION

test

Citation preview

Page 1: Laporan Komdi B1 Final

Laporan Diagnosis Komunitas

Kepatuhan Berobat Penyandang Diabetes Mellitus

di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati

Disusun Oleh:

Adityo Darmawan 0806323675

Lyriestrata Anisa 0906508251

Nuril Rahmatika 0906508365

Sukmi Ayu Tri W 0806324545

Siti Rahma Indah PP 0806320925

Pembimbing:

Dr. Setyawati Budiningsih, MPH

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA

JAKARTA 2014

1

Page 2: Laporan Komdi B1 Final

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

Kami yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa laporan diagnosis komunitas ini

dan semua sumber baik yang dikutip telah kami nyatakan dengan benar tanpa tindakan

plagiarisme sesuai dengan peraturan yang berlaku di Universitas Indonesia. Jika di kemudian

hari ternyata kami melakukan tindakan plagiarisme, kami akan bertanggung jawab

sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Universitas Indonesia.

1. Nama :Adityo Darmawan, S. Ked

NPM : 0806323675

Tanggal : 07-07-2014

Tanda Tangan :

2. Nama : Lyriestrata Anisa, S. Ked

NPM : 0906508251

Tanggal : 07-07-2014

Tanda Tangan :

3. Nama : Nuril Rahmatika, S. Ked

NPM : 0906508365

Tanggal : 07-07-2014

Tanda Tangan :

4. Nama : Sukmi Ayu Tri Wahyuni, S. Ked

NPM : 0806324545

Tanggal : 07-07-2014

Tanda Tangan :

5. Nama : Siti Rahma Indah PP, S. Ked

NPM : 0806320925

Tanggal : 07-07-2014

Tanda Tangan :

2

Page 3: Laporan Komdi B1 Final

LEMBAR PERSETUJUAN

Makalah ini telah diperiksa dan disetujui oleh dosen pembimbing Modul Klinik Ilmu

Kedokteran Komunitas di RSUPN Cipto Mangunkusumo sebagai syarat menyelesaikan

modul Klinik Ilmu Kedokteran Komunitas.

Kepatuhan Berobat Penyandang Diabetes Mellitus

di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati

Jakarta, 7 Juli 2014

Mengetahui dan Menyetujui:

Dosen Pembimbing,

dr. Setyawati Budiningsih, MPH

3

Page 4: Laporan Komdi B1 Final

ABSTRAK

Kepatuhan Berobat Penyandang Diabetes Mellitus dan Faktor-Faktor yang Berhubungan di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati

Darmawan A*, Anisa L*, Rahmatika N*, Tri SA*, Pakaya SRIPP**Mahasiswa Tingkat V Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Latar Belakang: Diabetes mellitus merupakan penyakit non-infeksi yang sering ditemukan di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati. Dari 60-70 kasus, 60% diantaranya didapatkan gula darah yang belum terkontrol. Diabetes mellitus tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikendalikan dengan kontrol secara rutin. Semakin buruk tingkat kepatuhan berobat seseorang, maka semakin tinggi tingkat komplikasi yang dapat terjadi. Metode: Penelitian menggunakan desain potong lintang dengan metode pengambilan sampel consecutive sampling terhadap semua pasien diabetes mellitus yang memenuhi kriteria inklusi di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati. Data diperoleh dengan cara wawancara menggunakan kuesioner. Hasil: Didapatkan 65 subyek penelitian dengan mayoritas berumur 46-55 tahun, pendidikan terakhir tamat SMA, pekerjaan ibu rumah tangga dan berpenghasilan < Rp2.441.000, lama menderita DM <5 tahun, tidak memiliki riwayat DM dalam keluarga, dan gula darah tidak terkontrol. Berdasarkan indikator kepatuhan berobat didapatkan 83,1% subyek patuh, dan 16,9 % tidak patuh berobat. Didapatkan juga hasil bahwa subyek penelitian memiliki pengetahuan yang baik (78,5%), sikap positif (95,4%) dan perilaku yang baik (75,4%). Diskusi: Dalam penelitian ini ditemukan 83,1% pasien diabetes mellitus di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati patuh berobat. Hal ini dapat didukung oleh mayoritas subyek memiliki pengetahuan dan perilaku yang baik dan sikap positif, sedangkan 16,9 % lainnya tidak patuh berobat dan banyak faktor yang mempengaruhi hal tersebut diantaranya tingkat pendidikan, ekonomi, dan pelayanan kesehatan. Intervensi per individual perlu dilakukan secara komprehensif dari berbagai bidang yang terkait. Kesimpulan: Ditemukan 83,1% pasien DM di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati patuh berobat.

Kata Kunci: Kepatuhan berobat, diabetes mellitus

4

Page 5: Laporan Komdi B1 Final

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS.................................................ii

LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................iii

ABSTRAK..........................................................................................................iv

DAFTAR ISI.........................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................5

BAB III METODE.............................................................................................16

BAB IV HASIL .................................................................................................21

BAB V PEMBAHASAN.....................................................................................29

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................35

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................36

LAMPIRAN........................................................................................................39

5

Page 6: Laporan Komdi B1 Final

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Saat ini penyakit tidak menular (PTM) sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat

di dunia, terutama di Indonesia. Menurut WHO tahun 2010, 60% penyebab kematian di dunia

adalah karena penyakit tidak menular. Diabetes mellitus menduduki peringkat ke-6 sebagai

penyebab kematian di dunia. Diabetes Mellitus merupakan ancaman serius karena dapat

menyebabkan berbagai komplikasi yang sangat mempengaruhi kualitas hidup

penyandangnya, seperti kebutaan, penyakit kardiovaskular, stroke, gagal ginjal, dan kaki

diabetik. Diabetes mellitus tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikendalikan kadar gula

darahnya, salah satu caranya adalah dengan kontrol secara rutin.1,2 Kontrol rutin merupakan

suatu keharusan bagi penyandang diabetes mellitus. Namun pada kenyataannya, kebanyakan

penyandang diabetes mellitus tidak kontrol atau berobat secara teratur bila tidak ada keluhan.

Semakin buruk tingkat kepatuhan berobat seseorang, maka semakin mudah seseorang terkena

komplikasi.1

Secara epidemiologi, WHO memperkirakan pada tahun 2030 prevalensi diabetes

mellitus di Indonesia mencapai 21,3 juta jiwa. Sedangkan hasil Riset kesehatan dasar

(Riskesdas) tahun 2007, proporsi penyebab kematian akibat diabetes mellitus pada kelompok

umur 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki peringkat ke-2 yaitu 14,7%. Dan di

pedesaan, diabetes mellitus menduduki peringkat ke-6 yaitu 5,8%.1,2 Prevalensi diabetes

mellitus di Indonesia tahun 2013 sebesar 2,1% dengan jumlah kasus terbanyak di Sulawesi

Tengah sebesar 3,7%. Sedangkan prevalensi diabetes mellitus di wilayah DKI Jakarta sebesar

2,5%.3 Berdasarkan laporan penyakit di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati tahun 2013,

tercatat 3078 kasus diabetes mellitus.4

Diabetes mellitus merupakan penyakit non-infeksi yang sering ditemukan pada pasien

di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati. Berdasarkan wawancara langsung dengan petugas

kesehatan di poliklinik khusus DM, beberapa bulan terakhir penyandang diabetes mellitus

meningkat, sekitar 60-70 pasien perharinya. Penyakit diabetes mellitus bukanlah penyakit

non-infeksi dengan angka tertinggi di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati, tetapi masih

terdapatnya kendala pada kepatuhan menjalankan pengobatannya walaupun pasien

mengatakan telah teratur minum obat. Pada penelitian sebelumnya, didapatkan tingkat

kepatuhan berobat terhadap 35 penyandang diabetes mellitus diabetes mellitus Puskesmas

Pucang Sewu Surabaya sebanyak 37,1 % dinyatakan patuh berobat, 51,4% kurang patuh dan

6

Page 7: Laporan Komdi B1 Final

11,1% tidak patuh.5 Sedangkan pada penelitian lain didapatkan proporsi tidak patuh sebesar

66% responden sedangkan proporsi patuh sebesar 34% responden.6 Kepatuhan berobat dinilai

dari kepatuhan dalam minum obat dan kontrol menurut anjuran dokter. Keberhasilan

penatalaksanaan diabetes mellitus dipengaruhi oleh banyak faktor di antaranya keteraturan

kontrol, kepatuhan meminum obat, penyesuaian diet, peningkatan aktivitas fisik dan

penggunaan obat antidiabetik.2

Dalam menanggulangi masalah tersebut, Puskesmas Kramat Jati memiliki program

untuk penanganan penyakit diabetes mellitus, yaitu adanya Poliklinik Khusus DM dan Lansia

serta prolanis. Namun, Kegiatan prolanis ini merupakan suatu program baru yang

dilaksanakan bulanan. Kegiatan tersebut terdiri dari penyuluhan, pemeriksaan dan pembagian

obat perbulan. Kegiatan tersebut baru dilaksanakan pada tanggal 18 Juni 2014, dengan tujuan

pasien dapat kontrol secara rutin dan dapat mengambil obat perbulan.

Ketika peneliti sedang melakukan kerja lapangan, peneliti menemukan insiden kadar

gula darah belum terkontrol. Dari 60-70 kasus, didapatkan 60% diantaranya masih

didapatkan gula darah yang belum terkontrol. Akibat kadar gula darah yang masih tidak

terkontrol tersebut mengakibatkan pasien datang dengan membawa keluhan penyerta seperti

kesemutan, pandangan kabur, dan luka yang tidak sembuh.

Oleh karena itu, perlu dilakukan diagnosis komunitas untuk mengidentifikasi masalah

diabetes mellitus di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati, terutama mengenai kepatuhan

berobat penyandang diabetes mellitus. Karakteristik pasien, pengetahuan, sikap, dan perilaku

pasien tentang kepatuhan berobat dievaluasi untuk menentukan solusi yang tepat. Diagnosis

komunitas diselenggarakan untuk menilai dan mengetahui sejauh mana angka kesakitan

masyarakat terhadap suatu penyakit tertentu dan faktor-faktor apa saja yang dapat

mempengaruhi serta solusi apa yang dapat dilakukan agar penyakit tersebut tidak menjadi

endemis ataupun masalah.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sebaran karateristik sosiodemografi berdasarkan usia, jenis kelamin, status

pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan responden di Puskesmas Kecamatan Kramat

Jati?

2. Bagaimana sebaran profil diabetes mellitus berdasarkan lama menderita diabetes

mellitus, riwayat keluarga dan kadar gula darah responden di Puskesmas Kecamatan

Kramat Jati?

7

Page 8: Laporan Komdi B1 Final

3. Bagaimana tingkat kepatuhan berobat responden di Puskesmas Kecamatan Kramat

Jati?

4. Bagaimana pengetahuan, sikap, dan perilaku responden tentang kepatuhan berobat di

Puskesmas Kecamatan Kramat Jati?

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui tingkat kepatuhan berobat penyandang diabetes mellitus di Puskesmas

Kecamatan Kramat Jati.

1.3.2.Tujuan Khusus

1. Diketahuinya sebaran karateristik sosiodemografi berdasarkan usia, jenis kelamin,

status pendidikan, status pekerjaan, dan status penghasilan responden di Puskesmas

Kecamatan Kramat Jati.

2. Diketahuinya sebaran profil diabetes mellitus berdasarkan lama menderita diabetes

mellitus, riwayat keluarga dan kadar gula darah responden di Puskesmas Kecamatan

Kramat Jati.

3. Diketahuinya tingkat kepatuhan berobat responden di Puskesmas Kecamatan Kramat

Jati.

4. Diketahuinya pengetahuan, sikap, dan perilaku responden tentang kepatuhan berobat

di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati.

1.4. Manfaat Diagnosis Komunitas

1.4.1. Manfaat Bagi Mahasiswa

1. Sebagai sarana pembelajaran dan pelatihan melakukan diagnosis komunitas

2. Sebagai upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis, daya nalar, dan analisis

secara sistematis dalam menentukan permasalah di suatu komunitas

3. Sebagai sarana pelatihan kerjasama dalam tim peneliti

1.4.2. Manfaat Bagi Perguruan Tinggi

1. Sebagai sarana dalam menjalin kerjasama yang harmonis antara mahasiswa dengan

staf pengajar FKUI.

2. Mewujudkan Universitas Indonesia sebagai universitas riset dan teknologi dan

mewujudkan Visi FKUI 2014.

8

Page 9: Laporan Komdi B1 Final

1.4.3. Manfaat Bagi Masyarakat

1. Sebagai sarana pemberian informasi mengenai pentingnya kepatuhan dalam

pengobatan diabetes mellitus

2. Sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalankan

pengobatan diabetes mellitus

9

Page 10: Laporan Komdi B1 Final

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Diagnosis Komunitas

Menurut WHO, diagnosis komunitas adalah bentuk deksripsi kualitatif dan kuantitatif

dari keadaan kesehatan dari penduduk dan faktor-faktor yang mempengaruhi.7

Langkah membentuk diagnosis komunitas:7

1. Inisiasi

Dalam inisiasi, dibutuhkan komitmen setiap anggota untuk menjalankan kegiatan ini

seperti mengidentifikasi sumber daya lalu menentukan diagnosis serta cakupan yang didata,

kemudian terbentuk rancangan kerja dan laporan kegiatan. Kegiatan ini melibatkan kerjasama

antara pemerintah, tenaga kesehatan profesional, dan juga organisasi kesehatan.

2. Pengumpulan Data danAnalisa

Data yang dikumpulkan sebagai berikut: data kuantitatif, kualitatif, dan gambaran

sosio-demografis. Data dikumpulkan dari kuesioner atau wawancara. Analisa status

kesehatan komunitas ini menggunakan berbagai indicator kesehatan seperti :

1. Indikator Mortalitas

2. Indikator Morbiditas

3. Angka kecacatan

4. Indikator status nutrisi

5. Indikator pelayanan kesehatan

6. Angka pemanfaatan

7. Indikator kesehatan mental

8. Indikator lingkungan

9. Indikator sosio-ekonomi

10. Indikator kebijakan kesehatan

11. Indikator kualitas hidup

12. Indikator lainnya.

3. Diagnosis

Analisa data yang sudah dilakukan menjadi dasar terbentuknya diagnosis komunitas

itu sendiri. Data ini meliputi status kesehatan komunitas, faktor-faktor yang mempengaruhi

kesehatan komunitas, dan potensi peningkatan kesehatan.

10

Page 11: Laporan Komdi B1 Final

4. PenyebaranInformasi

Setelah sudah selesai membuat laporan diagnosis komunitas serta hasil sudah dapat

dilaporkan, tetap dilakukan pelaporan kepada pembuat kebijakan dan tenaga kesehatan

professional dalam komunitas tersebut, serta komunitas itu sendiri.

2.2. Diabetes Mellitus

2.2.1. Pengertian Diabetes Mellitus

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010, Diabetes mellitus

merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang

terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya.2

2.2.2. Epidemiologi Diabetes Mellitus

Di Indonesia, hasil penelitian riset kesehatan dasar menunjukkan kecenderungan

peningkatan prevalensi diabetes mellitus tahun 2013 adalah 2,1 persen (Indonesia), lebih

tinggi dibanding tahun 2007 (1,1%). Dua provinsi, yaitu Papua Barat dan Nusa Tenggara

Barat terlihat ada kecenderungan menurun, 31 provinsi lainnya menunjukkan kenaikan

prevalensi diabetes mellitus yang cukup berarti seperti Maluku (0,5% menjadi 2,1%),

Sulawesi Selatan (0,8% menjadi 3,4%), dan Nusa Tenggara Timur (1,2% menjadi 3,3%).4

2.2.3. Klasifikasi Diabetes Mellitus

Klasifikasi diabetes mellitus,sebagai berikut:2

a. Tipe 1: destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut, autoimun

atau idiopatik

b. Tipe 2: bervariasi, mulai yang dominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin

relatif sampai yang dominan defek sekresi insulin disertai resistensi insulin

c. Tipe lain:

Defek genetic fungsi sel beta

Defek genetic kerja insulin

Penyakit eksokrin pancreas

Endokrinopati

Karena obat atau zat kimia

Infeksi

Sebab imunologi yang jarang

Sindrom genetic lain yang berkaitan dengan diabetes mellitus

d. Diabetes mellitus gestasional.2

2.2.4. Diagnosis Diabetes Mellitus

11

Page 12: Laporan Komdi B1 Final

a. Pedoman Diagnosis Diabetes Mellitus Menurut PERKENI 2011

Kecurigaan adanya diabetes mellitus perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik diabetes

mellitus seperti di bawah ini:2

Keluhan klasik: poliuria (banyak kencing dalam arti jumlah air seni lebih banyak

daripada normal), polidipsia (sering merasa haus), polifagia (sering cepat lapar), dan

penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.

Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi pada

pria, serta pruritus vulvae pada wanita.2

Diagnosis diabetes mellitus dapat ditegakkan melalui tiga cara:2

1. Jika keluhan klasik ditemukan, maka pemeriksaan glukosa sewaktu >200 mg/dL

sudah cukup untuk menegakkan diagnosis diabetes mellitus,

2. Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dL dengan adanya keluhan klasik.

3. Tes toleransi glukosa oral (TTGO).2

Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau diabetes mellitus, bergantung

pada hasil yang diperoleh, maka dapat digolongkan ke dalam kelompok:2

1. TGT: Diagnosis TGT ditegakkan bila setelah pemeriksaan TTGO didapatkan glukosa

plasma 2 jam setelah beban antara 140 – 199 mg/dL (7,8-11,0 mmol/L).

2. GDPT: Setelah pemeriksaan glukosa plasma puasa didapatkan antara 100 – 125

mg/dL (5,6 – 6,9 mmol/L) dan pemeriksaan TTGO gula darah 2 jam < 140 mg/dL.2

b. Pedoman diagnosis Diabetes Mellitus menurut ADA 20112

1. Gejala klasik diabetes mellitus + glukosa plasma sewaktu 200 mg/dL (11,1 mmol/L)

Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa

memperhatikan waktu makan terakhir,

Atau

2. Gejala klasik diabetes mellitus + Kadar glukosa plasma puasa 126 mg/dL (7.0

mmol/L)

Puasa diartikan pasien tak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam,

Atau

3. Kadar gula plasma 2 jam pada TTGO 200 mg/dL (11,1 mmol/L). TTGO yang

dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75

g glukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam air.2

2.2.5.Pemeriksaan Penyaring Diabetes MellitusTabel 2.1. Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan diagnosis diabetes mellitus (mg/dL).2

12

Page 13: Laporan Komdi B1 Final

Bukan diabetes

mellitus

Belum pasti

diabetes mellitus

diabetes mellitus

Kadar glukosa

darah sewaktu

Plasma vena

Darah kapiler

<100

<90

100-199

90-199

≥200

≥200

Kadar glukosa

darah puasa

Plasma vena

Darah kapiler

<100

<90

100-125

90-199

≥126

≥100

2.2.6. Pilar Penatalaksanaan Diabetes Melitus

a. Edukasi Diabetes Mellitus

Untuk mencapai keberhasilan perubahan perilaku. Dibutuhkan edukasi yang

komprehensif dan upaya peningkatan motivasi. Pengetahuan tentang pemantauan glukosa

darah mandiri, tanda dan gejala hipoglikemia serta cara mengatasinya harus diberikan kepada

pasien. Pemantauan kadar glukosa darah dapat dilakukan secara mandiri, setelah mendapat

pelatihan khusus.2

b. Terapi Gizi Medis Diabetes Mellitus

Karena penting bagi pasien untuk pemeliharaan pola makan yang teratur, maka

penatalaksanaan dapat dilakukan dengan perencanaan makanan. Tujuan perencanaan

makanan dan dalam pengelolaan diabetes adalah sebagai berikut :2

Mempertahankan kadar glukosa darah dan lipid dalam batas-batas normal

Menjamin nutrisi yang optimal untuk pertumbuhan anak dan remaja, ibu hamil dan

janinnya

Mencapai dan mempertahankan berat badan idaman.2

c. Latihan Jasmani Diabetes Mellitus

Dalam pengelolaan diabetes, latihan jasmani yang teratur memegang peran penting

terutama pada diabetes mellitus tipe 2. Manfaat latihan jasmani yang teratur pada diabetes

adalah memperbaiki metabolisme atau menormalkan kadar glukosa darah dan lipid darah,

meningkatkan kerja insulin, membantu menurunkan berat badan, meningkatkan kesegaran

jasmani dan rasa percaya diri, mengurangi risiko kardiovaskuler.2

d. Intervensi Farmakologis Diabetes Mellitus

13

Page 14: Laporan Komdi B1 Final

Jika pasien telah melaksanakan program makan dan latihan jasmani teratur, namun

pengendalian kadar glukosa darah belum tercapai, perlu ditambahkan obat hipoglikemik baik

oral maupun insulin. Obat hipoglikemik oral (OHO) dapat dijumpai dalam bentuk:2

1. Pemicu sekresi insulin: sulfonylurea dan glinid

2. Peningkat sensitivitas terhadap insulin: metformin dan tiazolidindion

3. Penghambat gluconeogenesis (metformin)

4. Penghambat absorpsi glukosa: penghambat glukosidase alfa

5. DPP-IV inhibitor.2

2.3. Program Pemerintah terkait Diabetes Mellitus

Salah satu langkah strategi pengendalian penyakit tidak menular di Indonesia melalui

kerja sama lintas program dan lintas sektor serta kemitraan dengan dunia usaha. Sejak tahun

2009 sudah ada jejaring kemitraan yang dikembangkan di Indonesia antara lain Tim Jejaring

Kerja Nasional Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Tim JKN-PPTM) yang dikukuhkan

melalui Keputusan Menteri Kesehatan.8

Program ini berjalan dengan cara meningkatkan kapasitas sumber daya kesehatan,

baik untuk pelayanan di Puskesmas maupun untuk kegiatan Pos Pembinaan Terpadu Penyakit

Tidak Menular (Posbindu PTM) di masyarakat, sehingga target yang ingin dicapai pada tahun

2014 yaitu setiap Kabupaten/Kota diharapkan mempunyai minimal satu Puskesmas yang

mampu melayani Penyakit Tidak Menular dengan baik termasuk Diabetes Mellitus, dan

minimal 10% desa di Indonesia dapat menyelenggarakan Posbindu PTM.8

Dalam program JKN-PPTM ini terdapat pengorganisasian penemuan dini dan

tatalaksana kasus diabetes mellitus, sebagai berikut:

A. Penemuan dini Penyakit diabetes mellitus

Penemuan dini meliputi pemeriksaan faktor risiko dan wawancara terarah dapat dilakukan di

tempat-tempat, seperti:

a. Masyarakat, misalnya: posyandu lansia atau kelompok-kelompok diabetes dan

sejenisnya dalam pembinaan puskesmas dengan metode wawancara dan pemeriksaan

faktor risiko diabetes mellitus. Pemeriksaan dapat dilakukanoleh kader kesehatan

yang sudah melalui pelatihan dasar yang meliputi: pengertian diabetes mellitus dan

keluhannya, pengenalan faktor risiko diabetes mellitus, pengukuran berat badan ideal,

14

Page 15: Laporan Komdi B1 Final

tekanan darah, aktivitas fisik sederhana, pengetahuan diet sehat, aktivitas

fisik/olahraga yang sehat.

b. Puskesmas

c. Rumah sakit/fasilitas kesehatan lain.8

B. Tatalaksana Penyakit Diabetes Mellitus

Tatalaksana penyakit diabetes mellitus dapat dilakukan secara berjenjang, meliputi:8

1. Masyarakat, dalam hal ini kader yang sudah terlatih dapat melakukan kegiatan

tatalaksana kasus diabetes mellitus ini meliputi: edukasi, pengelolaan makanan

sederhana, aktivitas fisik, pengawasan minum obat, melakukan rujukan ke puskesmas.

2. Puskesmas

a. Edukasi.

Puskesmas selain melakukan pembinaan kepada kader juga memberikan

informasi melalui penyuluhan langsung ke masyarakat maupun secara tidak

langsung menggunakan poster, leaflet, dan lain-lain yang meliputi materi

dasar yang telah diberikan pada pelatihan penemuan dini, yaitu:

Pengertian diabetes mellitus dan keluhannya,

Pengenalan faktor risiko diabetes mellitus,

Pengukuran berat badan ideal,

Pengukuran tekanan darah,

Aktivitas fisik sederhana,

Pengetahuan diet sehat,

Aktivitas fisik/olahraga yang sehat.

b. Pengelolaan Makanan

Kader yang sudah dilatih dapat melakukan penyuluhan kesehatan tentang

pengelolaan makanan sederhana, yang meliputi:

Pengukuran Berat Badan Ideal,

Pengetahuan Diet Sehat

c. Aktivitas fisik

Puskesmas melakukan pembinaan kepada kader kesehatan mengenai aktivitas

fisik atau olahraga yang sehat, sehingga dapat terbentuk kelompok-kelompok

senam di masyarakat.

d. Pengobatan

15

Page 16: Laporan Komdi B1 Final

Puskesmas dapat melakukan diagnosis diabetes mellitus dan

melakukan pengobatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku,

Memotivasi kader dan keluarga penyandang diabetes untuk melakukan

pengawasan minum obat, pola makan sehat tinggi serat rendah gula,

dan aktivitas fisik rutin penyandang diabetes.

e. Melakukan rujukan

Puskesmas mampu melakukan pengobatan tingkat dasar dan

melakukan rujukan pasien sesuai dengan tingkat kemampuan

puskesmas,

Puskesmas mampu melakukan perencanaan kebutuhan obatnya guna

pemenuhan kebutuhan penyandang diabetes sesuai peraturan yang ada.

3. Rumah Sakit

a. Menerima rujukan medik

b. Melakukan pembinaan terhadap penyandang diabetes melalui penyuluhan

lanjutan meliputi pengobatan komplikasi dan upaya rehabilitasi

c. Melakukan fasilitasi peningkatan kemandirian masyarakat melalui

pembentukan kelompok-kelompok penyandang diabetes.8

2.4. Kepatuhan Pengobatan Diabetes Melitus

Kepatuhan merupakan perilaku seseorang untuk mengikuti saran dari orang yang

berwenang, seperti dokter, perawat, atau petugas kesehatan. Kepatuhan dalam menjalankan

pengobatan menandakan pasien telah mengerti penggunaan obat tersebut sehingga akan

memiliki motivasi untuk melaksanakan pengobatan dan terapi yang diinginkan9. Perilaku

kepatuhan berobat pasien diabetes melitus dipengaruhi oleh faktor karakteristik penyakit dan

pengobatan, faktor intra-personal, faktor inter-personal, dan faktor lingkungan.10

1. Karakteristik penyakit dan pengobatan

Kepatuhan pengobatan berkaitan dengan tiga elemen pengobatan, yaitu kompleksitas

pengobatan, lama menderita penyakit, dan pemberian layanan. Indikator kompleksitas

penyakit adalah frekuensi pengobatan seperti frekuensi minum obat. Pasien yang

makan obat satu kali sehari dapat lebih patuh dibandingkan yang makan obat tiga kali

sehari. Faktor lama menderita penyakit dapat mempunyai pengaruh yang negatif

karena akan membuat pasien jenuh dalam menjalankan pengobatannya. Faktor

pemberian layanan dapat berupa pelayanan kesehatan primer dan pelayanan secara

16

Page 17: Laporan Komdi B1 Final

multidisiplin tim diabetes. Masalah biaya pelayanan dan akses pelayanan juga dapat

mempengaruhi kepatuhan dalam pengobatan diabetes melitus.10

2. Faktor intra-personal

Faktor-faktor intra-personal yang berhubungan dengan kepatuhan pengobatan pasien

diabetes melitus adalah umur, jenis kelamin, disiplin diri, kepribadian individu, dan

penggunaan alkohol. Faktor umur berkaitan dengan aktivitas fisik seseorang. Semakin

dewasa seseorang dianggap akan lebih sedikit melakukan aktivitas fisik dan lebih

patuh pada pengobatan diabetes melitus dengan menggunakan obat-obatan.9,10

3. Faktor inter-personal

Dua faktor yang paling berkaitan dengan kepatuhan pengobatan ialah kualitas yang

baik antara hubungan pasien dengan petugas pelayanan kesehatan serta dukungan

keluarga dan sosial.9,10

4. Faktor lingkungan

Dua faktor yang paling berkaitan dengan kepatuhan pengobatan ialah sistem

lingkungan dan situasi dengan risiko tinggi. Lingkungan meliputi lingkungan

keluarga, lingkungan kerja, lingkungan pekerjaan, dan sebagainya. Setiap perubahan

yang terjadi pada lingkungan diperlukan penyesuaian pula pada setiap individu yang

menjalaninya. Situasi dengan risiko tinggi merupakan situasi yang dapat

mengakibatkan ketidakpatuham dalam nerobat, seperti saat liburan, pesta, bosan, atau

situasi-stuasi lainnya. Sistem lingkungan yang mempengaruhi kepatuhan seperti

sistem ekonomi, budaya, politik, geografi, ekologi, dan kesehatan.10

Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan pengobatan ialah9

1. Identifikasi faktor risiko

2. Penyusunan rencana tatalaksana yang disesuaikan berdasarkan karakteristik individu

(Aktivitas dan jadwal)

3. Memberikan informasi pengobatan sesuai dengan pendidikan pasien baik secara lisan,

instruksi tertulis, peralatan audiovisual, terapi terkontrol, atau perlatan lainnya

4. Memberikan motivasi kepada pasien

5. Memantau pengobatan yang telah dilakukan9

Hal-hal yang memperlihatkan kepatuhan penyandang diabetes melitus dalam

menjalankan pengobatan diabetes melitus adalah:11

1. Tingkat kepatuhan pasien dalam menjalankan pengobatan sesuai anjuran

17

Page 18: Laporan Komdi B1 Final

- Makan obat sesuai aturan yang telah diberikan oleh dokter dan tidak

menggunakan obat lainnya tanpa didahului konsultasi dengan dokter

- Melakukan diet sesuai dengan anjuran dokter, yaitu memilih makanan yang

mengandung karbohidrat yang aman, mengurangi makanan yang berlemak tinggi,

mengurangi makanan yang manis, dan makan makanan yang berserat.

- Melakukan pengecekan kadar gula darah teratur11

2. Tingkat kepatuhan pasien dalam melakukan aktivitas fisik sesuai anjuran

- Melakukan olahraga dengan mengikuti prinsip FITT (Frekuensi, intensitas, tempo,

dan tipe). Olahraga pada pasien diabetes melitus bermanfaat untuk menurunkan

kadar gula darh, menurunkan berat badan, mengurangi stres, dan memperkuat

jantung.

a. Frekuensi : olahraga 3-5 kali dalam satu minggu

b. Intensitas : olahraga yang memiliki intensitas ringan-sedang

c. Tempo : olahraga selama 30-60 menit

d. Tipe : olahraga yang disarankan untuk penyandang diabetes melitus adalah

bersepeda, berenang, dan berjalan kaki11

3. Menjaga kebersihan

Penyandang diabetes melitus dapat mengalami kerusakan pada saraf terutama jika

gula darah yang tidak terkontrol. Kerusakan saraf tersebut dapat berupa kesemutan,

nyeri, atau bahkan telah baal pada kaki dan tangan. Oleh karena itu, kebersihan perlu

seslalu dijaga untuk mengurangi terjadinya infeksi, seperti setelah berolahraga. Saat

berolahraga kemungkinan kaki dapat mengalami lecet karena gesekan antara kaki

dengan sepatu.11

2.5. Pengetahuan

Pengetahuan (Knowledge) adalah hasil yang didapat setelah melakukan

penginderaan kepada objek tertentu. Penginderaan terjadi sebagian besar melalui mata

dan telinga.12 Kategori atas pengukuran tingkat pengetahuan dapat dibagi atas baik,

cukup, kurang atau rendah, sedang, tinggi.13 Faktor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuan yakni pengalaman, tingkat pendidikan, keyakinan, penghasilan, dan

social budaya.12 Pengukuran terhadap pengetahuan dapat dilakukan dengan

mewawancarai subyek penelitian melalui kuesioner dengan disesuaikan tingkatan

pengetahuan.14

18

Page 19: Laporan Komdi B1 Final

Pengetahuan mempunyai enam tingkatan mulai dari yang terendah sampai

yang kompleks yaitu: Tahu (Know) yang artinya mengetahui dan mengingat bahan

yang sudah dipelajari sebelumnya, dan ini merupakan tingkatan terendah.

Pemahaman (Comprehension) merupakan kemampuan untuk menafsirkan arti dari

sesuatu yang dipelajari.Penerapan/Aplikasi (Aplication) yaitu kemampuan

menggunakan suatu ilmu yang telah dipelajari dan menerapkannya melalui suatu

metode atau konsep.Analisa (Analyis) adalah kemampuan menjabarkan suatu obyek

ke dalam komponen yang masih ada kaitan dengan lainnya.Sintesis (Syntesis)

merupakan kemampuan dalam menghubungkan bagian dalam bentuk baru.Evaluasi

(Evaluation) berhubungan dengan kemampuan menggunakan pengetahuan dalam

membuat penelitian.14

2.6. Perilaku

Perilaku adalah respon atau reaksi seseorang kepada stimulus yang

didapat.Perilaku dibedakan menjadi dua yaitu: Perilaku tidak terlihat (covert

behavior) seperti ketika kita sedang berpikir, memberikan tanggapan, dan perilaku

terlihat (overt behavior) seperti jalan, bicara, memakai pakaian. Faktor-faktor perilaku

dibedakan menjadi tiga macam, yaitu faktor predisposisi termasuk pengetahuan

individu terhadap penyakit yang diderita, sikap individu terhadap kepatuhan

berobatnya, dan unsur-unsur lain dalam diri individu tersebut. Kedua adalah faktor

pendukung (enabling factors) dimana tersedianya sarana pelayanan kesehatan,

terakhir yang ketiga adalah faktor pendorong (reinforcing factors) dimana kita

memengaruhi perilaku seseorang.14

2.7. Sikap

Sikap menunjukkan konotasi dari kecocokan reaksi kepada suatu stimulus di

kehidupan sehari-hari yang menunjukkan ciri reaksi yang bersifat emosional.15 Sikap

memiliki beberapa tingkatan yakni: Menerima (receiving) ketika seseorang menerima

stimulus yang diberikan, merespon (responding) memberikan jawaban, menghargai

(valuating)mendiskusikan suatu permasalahan, bertanggungjawab (responsible)

adalah sikap tertinggi dimana kita bertanggung jawab atas sesuatu yang kita pilih.12,15

Pengukuran sikap bisa dilakukan secara langsung maupun tidak langsung,

yaitu dengan menggunakan sekumpulan pertanyaan sikap (attitude statement).

19

Page 20: Laporan Komdi B1 Final

Penelitian ini menggunakan teknik penyusunan skala sikap menurut Thurstone yaitu

mengukur sikap dari sesorang/subyek penelitian yang didasari oleh pendapat pribadi

dengan memberi pernyataan secara singkat dengan pilihan ya atau tidak, dan benar

atau salah. Setelah sudah didapatkan hasil, selanjutnya akan diklasifikasikan menjadi

dua kategori sikap yaitu favourable (positif) dan unfavourable (negatif).15

2.8. Kerangka Konsep

20

Penyandang Diabetes mellitus

Kepatuhan Berobat

Sosiodemografi responden

Usia

Jenis Kelamin

Pendidikan

Pekerjaan

Penghasilan

Internal

Pengetahuan

Sikap

Perilaku

Variabel yang diteliti

Profil Diabetes Mellitus

Lama menderita diabetes mellitusRiwayat KeluargaKadar Gula darah

Page 21: Laporan Komdi B1 Final

BAB III

METODE

3.1. Desain

Desain penelitian yang digunakan pada diagnosis komunitas ini menggunakan

pendekatan observasional dengan metode cross-sectional, yaitu subjek hanya diamati

sebanyak satu kali dan tidak diberikan intervensi atau perlakuan.

3.2. Lokasi dan Waktu

Pengambilan data dilakukan di wilayah binaan Puskesmas Kecamatan Kramat Jati,

Jakarta Timur. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 17 dan 19 Juni 2014.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi Target

Populasi target penelitian ini seluruh warga yang menderita DM (Diabetes Mellitus)

dalam wilayah binaan Puskesmas Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur.

3.3.2 . Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau dari penelitian ini adalah seluruh warga yang menderita diabetes

mellitus yang datang ke Puskesmas pada waktu penelitian.

3.3.3. Sampel Penelitian

Sampel penelitian ini adalah populasi terjangkau yang tersaring dari kriteria inklusi

dan eksklusi.

3.4. Kriteria Inklusi, Eksklusi dan Drop Out

3.4.1. Kriteria Inklusi

a. Warga penyandang DM (Diabetes Mellitus) yang datang berobat ke Puskesmas

b. Bersedia diwawancara dan mengisi kuisioner.

3.4.2 Kriteria Eksklusi

Pasien bukan penyandang DM (Diabetes Mellitus)

3.4.3 Kriteria Drop Out

Pasien penyandang diabetes mellitus yang tidak menyelesaikan kuesioner

21

Page 22: Laporan Komdi B1 Final

3.5 Cara Kerja

3.5.1 Identifikasi Variabel

Variabel yang diteliti: Sosiodemografi, kepatuhan berobat, pengetahuan, sikap dan perilaku

pasien diabetes mellitus mengenai pengobatan, lama menderita diabetes mellitus, riwayat

keluarga diabetes mellitus, terkontrol/tidaknya kadar gula darah, dan mutu pelayanan

kesehatan.

3.5.2 Besar Sampel

Besar sampel dihitung menggunakan rumus:

Keterangan:

= jumlah sampel minimal

= batas kemaknaan digunakan 5%

= tingkat batas kepercayaan dengan = 0,05 =1,96

= proporsi kepatuhan pasien diabetes mellitus terhadap pengobatan yang diambil dari

penelitian serupa sebelumnya. Berdasarkan penelitian tahun 2008 di Poli Penyakit Dalam RS

Bhayangkara HS. Syamsoeri Mertoyoso Surabaya yaitu proporsi kepatuhan pasien terhadap

pengobatan diabetes mellitus sebesar 34%.

= 100% 100% 34% = 66%

= derajat kesalahan yang masih dapat diterima (kurang dari 20%), pada studi ini peneliti

mengambil nilai 12%

Perhitungan besar sampel dengan menggunakan rumus di atas adalah sebagai berikut:

Maka besar sampel minimal yang dibutuhkan adalah responden. Dalam studi ini

didapatkan sampel sebanyak responden.

22

Page 23: Laporan Komdi B1 Final

3.5.3 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner pengetahuan, sikap dan

perilaku yang dibuat sendiri oleh peneliti dan telah dilakukan validasi. Peneliti mewawancara

sekelompok pasien diabetes mellitus mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku dalam

pengobatan diabetes mellitus. Pengisian kuesioner dilaksanakan dengan metode terstruktur

(guided questionnaire), yaitu pewawancara memberikan arahan kepada responden dalam

menjawab pertanyaan.

3.5.4 Analisis Data

a. Verifikasi Data

Verifikasi data dilakukan oleh peneliti yang melakukan wawancara. Data yang

didapatkan dari pengisian kuesioner diperiksa kelengkapan dan kesesuaiannya segera setelah

pengambilan data selesai dilakukan.

b. Entry Data

Data yang diperoleh diklasifikasikan sesuai dengan skala pengukurannya masing-

masing, menjadi data numerik atau kategorik setelah dipastikan lengkap dan sesuai. Uji

statistik dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0. Uji statistik bersifat deskriptif

dengan memperlihatan sebaran data di kalangan responden. Tidak dilakukan uji statistik

bivariat dan mutivariat.

3.5.5 Penyajian Data

Data disajikan dalam bentuk tabel disertai dengan penjelasan yang bersifat deskriptif.

3.6 Etika

Sebelum menjawab kuesioner responden diberikan penjelasan lisan mengenai

penelitian ini. Data yang diperoleh dijamin kerahasiaannya. Responden berhak menolak

berpartisipasi dalam penelitian ini. Setelah menyatakan setuju dilakukan wawancara terhadap

responden.

3.7 Batasan Operasional

3.7.1. Data Umum

1. Responden adalah pasien penyandang diabetes mellitus yang kontrol ke Poli DM di

Puskesmas Kecamatan Kramat Jati.

23

Page 24: Laporan Komdi B1 Final

2. Umur untuk usia dewasa dibagi menjadi lima kategori berdasarkan pembagian dari

Departemen Kesehatan RI tahun 2009 yaitu 2 – 35 tahun (masa dewasa awal), 3 –

45 tahun (masa dewasa akhir), 4 – 55 tahun (masa lansia awal), 5 - 5 tahun (masa

lansia akhira) dan lebih dari (>) 5 tahun (masa manula).16

3. Pendidikan adalah pendidikan formal terakhir yang dicapai sampai mendapatkan surat

tanda lulus atau ijazah. Pendidikan dibagi menjadi tidak tamat SD/tidak sekolah,

tamat SD, tamat SLTP, tamat SLTA dan akademi/PT (Perguruan Tinggi).

4. Pekerjaan adalah kegiatan yang menghasilkan upah bagi diri orang tersebut yaitu

yang menjadi mata pencaharian utama. Pekerjaan dikategorikan pensiunan/tidak

bekerja, PNS/TNI/POLRI, wiraswasta/pedagang, pegawai swasta, ibu rumah tangga

dan lain-lain.

5. Penghasilan keluarga perbulan merupakan pendapatan yang didapatkan oleh anggota

keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga dalam satu bulan. Penghasilan keluarga

dibagi menjadi < Rp2.441.000 atau > Rp2.441.000 sesuai dengan UMR (Upah

Minimum Regional) DKI Jakarta pada tahun 2014.17

6. Riwayat keluarga yaitu riwayat penyakit diabetes mellitus pada kedua orang tua

pasien yang dikategorikan menjadi ada, tidak ada atau tidak tahu.

7. Lama mengidap diabetes mellitus yaitu sejak kapan mulai terdiagnosis diabetes

mellitus. Pada saat input data, lama mengidap diabetes mellitus dibagi menjadi tiga

kategori yaitu kurang dari (<) 5 tahun, 5-10 tahun dan lebih dari (>) 10 tahun.

8. Kadar gula darah puasa (GDP) merupakan kadar gula darah yang diambil setelah

pasien puasa selama 8 jam (<110) Sedangkan kadar gula darah post prandial (GDPP)

diambil 2 jam setelah pasien makan besar (<140). Darah yang diambil dapat berasal

dari darah vena maupun darah kapiler.2

9. Pengetahuan adalah informasi yang diketahui responden mengenai pengertian

penyakit diabetes mellitus dan penggunaan obat. Pengetahuan dibagi menjadi tiga

kategori yaitu baik (skor 15-18), cukup (skor 10-14) dan kurang (6-9).

10. Sikap adalah reaksi atau respon responden dalam pengobatan diabetes mellitus dan

dikaitkan dengan kepatuhan berobat. Sikap dibagi menjadi dua kategori yaitu

favourable (skor 4-6) dan unfavourable (skor 0-3).

11. Perilaku adalah tindakan atau kegiatan yang dilakukan responden berkaitan dengan

pengobatan dan kepatuhan berobat. Perilaku dibagi menjadi tiga kategori yaitu baik

(skor 15-18), cukup (skor 10-14) dan kurang (6-9).

24

Page 25: Laporan Komdi B1 Final

12. Kepatuhan berobat yaitu responden mengikuti pengobatan sesuai dengan instruksi dan

anjuran dari dokter maupun petugas kesehatan lainnya.

13. Mutu pelayanan yaitu berkaitan dengan pelayanan di puskesmas, pelayanan oleh

petugas kesehatan termasuk penjelasan atau edukasi mengenai diabetes mellitus,

sistem jaminan kesehatan yang berlaku di puskesmas dan sistem pemberian obat

diabetes mellitus.

25

Page 26: Laporan Komdi B1 Final

BAB IV

HASIL

4.1. Profil Puskesmas

4.1.1 Kondisi Geografis

Kecamatan Kramat Jati merupakan salah satu kecamatan yang terletak di Jakarta

Timur dengan luas wilayah 13,34 km2. Kecamatan ini memiliki tujuh kelurahan yaitu

Kelurahan Cawang, Cililitan, Kramat Jati, Batu Ampar, Balekambang, Kp. Tengah, dan

Dukuh. Wilayah Kecamatan Kramat Jati terdiri dari 65 RW dan 653 RT.

Gambar 1. Peta Wilayah Kecamatan Kramat Jati

Batas utara wilayah Kecamatan Kramat Jati adalah Kecamatan jatinegara, terusan Jl.

Letjen MT Haryono.Batas selatan adalah Kecamatan Ciracas dan Kecamatan Pasar Rebo,

bersebelahan dengan jalan lingkar luar. Batas timur adalah Kecamatan Makasar,

bersebelahan dengan Jl. Tol Jagorawi. Batas barat adalah Kecamatan Pasar Minggu,

bersebelahan dengan sungai Ciliwung.3

4.1.2Kondisi Demografis

26

Page 27: Laporan Komdi B1 Final

Jumlah penduduk di Kecamatan Kramat Jati pada tahun 2013 adalah 287.766 jiwa,

dengan jumlah kepala keluarga 87.788 KK. Kepadatan penduduk 215,80

jiwa/km2.Perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan adalah 148.311 jiwa

(51,54%) dan 139.455 jiwa (48,46 %).3

4.1.3 Fasilitas Kesehatan

Fasilitas kesehatan yang terdapat di Kecamatan Kramat Jati dapat dilihat dalam tabel

berikut.3

Tabel 4.1. Fasilitas Kesehatan di Kecamatan Kramat Jati pada Tahun 2013

Fasilitas Kesehatan Jumlah

Puskesmas 9

Rumah Sakit dan RSB 8

Klinik Umum/Gigi 33

Posyandu 105

Praktek Bidan 20

Apotik 17

4.1.4 Gambaran Puskesmas

Puskesmas Kecamatan Kramat Jati telah didirikan dan beroperasi sejak 4 Juni 1997.

Gedung puskesmas dibangun di atas tanah seluas 4.500 m2, dengan luas bangunan 1.500 m2.

Gedung puskesmas kecamatan Kramat Jati mempunyai 3 lantai, yang terdiri dari lantai 1

terdapat Unit Pelayanan Kesehatan 24 jam, Rumah Bersalin, ruang apotik, layanan kesehatan

ibu dan anak beserta KB, layanan methadone, ruang loket KIA/KB, ruang rekam medis dan

ruang SIK/Satker untuk sistem informasi kesehatan atau pencatatan dan pelaporan puskesmas

(SP2TP) beserta sever datanya.3

Di lantai 2 terdapat poliklinik umum, poliklinik semi spesialis (TB/MH, THT,

DIABETES MELLITUS, poli Jiwa, poli Anak, MTBS, poli PAL, IMS, Gigi, Gizi, Sanitasi),

kamar tindakan, laboratorium dan loket pendaftaran. Di lantai 3 terdapat ruang kepala

puskesmas, ruang tata usaha (adiabetes mellitusinistrasi, perencanaan, keuangan), ruang

kesehatan masyarakat bagi pemegang program, ruang pertemuan layanan kesehatan, ruang

mutu, rontgen dan ruang pertemuan aula. Puskesmas Kecamatan Kramat Jati memiliki ruang

rawat inap yang bersebelahan dengan ruang 24 jam.3

27

Page 28: Laporan Komdi B1 Final

Puskesmas Kecamatan Kramat Jati dalam melaksanakan kegiatan programnya, dibantu

oleh 8 puskesmas kelurahan, yaitu Kelurahan Cawang, Cililitan, kramat Jati I, Kramat Jati 2,

Batu Ampar, Balekambang, Kp Tengah, dan Dukuh. Adapun program yang dimaksud, antara

lain upaya kesehatan wajib, upaya kesehatan pengembangan dan upaya kesehatan penunjang.

Upaya kesehatan wajib meliputi upaya promosi kesehatan, upaya kesehatan lingkungan,

upaya kesehatan ibu dan anak (KIA) serta keluarga berencana, upaya pencegahan dan

pemberantasan penyakit menular, dan upaya pengobatan.3

Upaya kesehatan pengembangan meliputi upaya kesehatan anak, upaya perawatan

kesehatan masyarakat, upaya penyakit tidak menular, upaya kesehatan gigi dan mulut, upaya

kesehatan jiwa, upaya pembinaan peran serta masyarakat, dan upaya kesehatan lanjut usia.

Upaya kesehatan penunjang meliputi upaya laboratorium, upaya radiologi, serta upaya

pencatatan dan pelaporan.3

Puskesmas Kecamatan Kramat Jati telah mendapat sertifikat ISO 9001–2000 pada

tanggal 4 Juni 2003, yang diganti menjadi versi ISO 9001–2008 pada tahun 2009 sampai

sekarang.3

4.1.5 Gambaran Data Penyakit

Dalam data 3 bulan terakhir (Maret, April, Mei) tahun 2014, penyakit terbanyak pada

Puskesmas Kecamatan Kramat Jati adalah infeksi akut saluran napas atas (4179 kasus).

Penyakit dengan urutan kedua adalah Gastritis, urutan ketiga adalah penyakit virus HIV dan

Campak, urutan keempat adalah hipertensi, urutan kelima adalah diare, urutan keenam adalah

penyakit arthritis, urutan ketujuh adalah dermatitis, urutan kedelapan adalah tuberkulosis,

urutan kesembilan adalah penyakit saluran digestif, dan kesepuluh adalah TTH (penyakit

susunan saraf). 3

Diabetes mellitus merupakan penyakit terbanyak ke 11 (395 kasus) dari 25 jenis

penyakit pada masyarakat yang datang ke Puskesmas Kecamatan Kramat Jati. Mayoritas

penyandang diabetes mellitus yang datang untuk kontrol ke Puskesmas Kecamatan Kramat

Jati belum mencapat target yang diinginkan yaitu gula darah terkontrol, sehingga masih

banyak penyandang diabetes mellitus di masyarakat Puskesmas Kecamatan Kramat Jati yang

kemudian mengalami komplikasi.3

4.2 Karakteristik Sosiodemografi Penyandang Diabetes Mellitus di Puskesmas

Kecamatan Kramat Jati

28

Page 29: Laporan Komdi B1 Final

Tabel 4.2 memperlihatkan prevalensi diabetes melitus di Puskesmas Kecamatan Kramat

Jati berdasarkan karakteristik sosiodemografi.

Tabel 4.2 Karakteristik

Sosiodemografi Penyandang Diabetes Melitus di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati

Berdasarakan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa penyandang diabetes melitus di

Puskesmas Kecamatan Kramat Jati paling banyak ditemukan pada usia 46-55 tahun dengan

jumlah 22 jiwa (33,8) diikuti oleh yang berusia 56-65 tahun berjumlah 20 jiwa (30,8), > 65

tahun berjumlah 13 jiwa (20,0), 36-45 tahun berjumlah 8 jiwa (12,3), dan 26-35 tahun

29

Karakteristik Jumlah n (%)

Umur- 26-35 tahun- 36-45 tahun- 46-55 tahun- 56-65 tahun- >65 tahun

Jenis Kelamin- Laki-laki- Perempuan

Pendidikan- Tidak tamat SD/Tidak sekolah- Tamat SD- Tamat SLTP- Tamat SLTA- Akademi/PT

Pekerjaan- Pensiunan/Tidak bekerja- PNS/TNI/POLRI- Wiraswata/Pedagang- Pegawai Swasta- Ibu Rumah Tangga (IRT)- Lain-lain

Penghasilan- < Rp2.441.000,-- ≥ Rp2.441.000,-

2 (3,1)8 (12,3)22 (33,8)20 (30,8)13 (20,0)

25 (38,5)40 (61,5)

12 (18,5)14 (21,5)14 (21,5)18 (27,7)7 (10,8)

8 (12,3)0 (0)12 (18,5)4 (6,2)34 (52,3)7 (10,8)

54 (83,1)11 (16.9)

Page 30: Laporan Komdi B1 Final

berjumlah 2 jiwa (3,1). Penyandang diabetes melitus di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati

ditemukan lebih banyak pada perempuan dengan jumlah 40 jiwa (61,5%), sedangkan

penyandang yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 25 jiwa (38,5). Penyandang diabetes

melitus di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati rata-rata memiliki pendidikan terakhir SMA

dengan jumlah 18 jiwa (27,7%) diikuti dengan tamat SD dan SMP yang berjumlah sama

yaitu 14 jiwa (21,5), tidak tamat SD/tidak sekolah berjumlah 12 jiwa (18,5), dan akademi/PT

berjumlah 1 (10,8). Pekerjaan sebagai ibu rumah tangga adalah pekerjaan yang paling

banyak ditemui pada penyandang diabetes melitus di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati,

yaitu berjumlah 34 jiwa (52,3%) diikuti dengan wiraswata/pedagang berjumlah 12 jiwa

(18,5), pensiunan/tidak bekerja berjumlah 8 jiwa (12,3), lain-lain berjumlah 7 jiwa (10,8), dan

pegawai swasta berjumlah 4 jiwa (6,2). Sebagian besar penyandang diabetes melitus di

Puskesmas Kecamatan Kramat Jati memiliki penghasilan < Rp2.441.000,-, yaitu berjumlah

54 jiwa (83,1%), sedangkan sisanya yang berjumlah 11 jiwa (16,9) mempunya penghasilan ≥

Rp 2.441.000,-.

4.3 Profil Diabetes Mellitus Responden di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati

Prevalensi penyandang diabetes mellitus di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati berdasarkan

lama responden menderita diabetes mellitus, ada/tidanya riwayat keluarga dan

terkontrol/tidaknya gula darah responden, disajikan pada tabel 4.3.

Tabel 4.3 Profil Penyandang Diabetes Melitus di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati

Variabel Jumlah Respondenn (%)

Lama Penyakit <5 tahun 5-10 tahun >10 tahun

40 (61,5)19 (29,5)6 (9,2 )

Riwayat Keluarga DM Ada Tidak ada Tidak tahu

23 (35,4)33 (50,8)9 (13,8)

Gula Darah Terkontrol Tidak terkontrol

7 (10,8)58 (89,2)

30

Page 31: Laporan Komdi B1 Final

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat berdasarkan variable lama responden menderita

diabetes mellitus didapatkan bahwa sebagian besar responden telah mengalami diabetes

mellitus < 5 tahun, yaitu 61,5%, hanya 9,2% yang mengalami diabetes mellitus > 10 tahun

dan 29,5% menderita diabetes mellitus selama 5-10 tahun. Sedangkan untuk variabel riwayat

keluarga menderita diabetes mellitus, diperoleh gambaran bahwa sebagian besar responden

tidak memiliki riwayat keluarga menderita diabetes mellitus yaitu 50,8%. Selain itu, pada

tabel diatas juga memperlihatkan bahwa berdasarkan variabel gula darah, sebagian besar

responden didapatkan gula darah yang tidak terkontrol yaitu sebanyak 89,2%, hanya 10,8%

yang gula darahnya terkontrol.

4.4 Tingkat Kepatuhan Berobat di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati

Pada tabel 4.4 disajikan mengenai tingkat kepatuhan berobat responden di Puskesmas

Kecamatan Kramat Jati.

Tabel 4.4. Kepatuhan Berobat Pasien DM di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati

Variabel Jumlah (n,%)

Patuh berobat 54 (83,1)

Tidak Patuh berobat 11 (16,9)

Pada tabel 4.4. didapatkan hasil sebanyak 83,1% pasien DM di Puskesmas Kecamatan

Kramat Jati patuh berobat, dan sebanyak 11% tidak patuh berobat. Tingkat kepatuhan berobat

ini diukur melalui tiga pertanyaan yang terdapat di dalam kuesioner perilaku. Tiga pertanyaan

tersebut adalah apabila obat habis apa yang responden akan lakukan, seberapa sering

responden memeriksa kadar gula darah, dan responden memakan obat sesuai dengan

petunjuk atau arahan dokter atau tidak.

4.5 Alasan Responden Tidak Datang Berobat di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati

Bedasarkan tingkat kepatuhan berobat, masih didapatkan responden yang tidak patuh berobat

ke Puskesmas Kecamatan Kramat Jati. Untuk melihat apa alasan responden tidak datang

berobat, dapat dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5 Alasan Pasien Tidak Datang Berobat

Variabel Frekuensi (%)

31

Page 32: Laporan Komdi B1 Final

Malas 3 (4,6) Rumah jauh dari Puskesmas 3 (4,6)Tidak ada keluhan 16 (24,6)Rutin berobat 32 (49,2)Keperluan keluarga 9 (13,8)Jadwal kerja tabrakan 2 (3,1)

Total 65 (100)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pasien penyandang diabetes mellitus

rutin minum obat sebesar 49,2%. Persentase tersebut menandakan bahwa angka kepatuhan

minum obat pada sampel tergolong tinggi, hampir mencapai 50% dari total sampel yang

diambil. Persentase alasan pasien tidak patuh minum obat didapatkan 40,8% meliputi alasan

karena pasien malas sebesar 4,6%, jauh dari puskesmas sebesar 4,6%, 24,6% karena sudah

tidak ada keluhan, dan sebesar 17% menjawab alasan lain-lain (keperluan keluarga dan

jadwal kerja yang bertabrakan).

4.6 Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Responden tentang Kepatuhan Berobat di

Puskesmas Kecamatan Kramat Jati

Tabel 4. 6 memperlihatkan prevalensi pengetahuan, sikap dan perilaku penyandang diabetes

mellitus di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati.

Tabel 4.6 Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penyandang Diabetes Mellitus di

Puskesmas Kecamatan Kramat Jati

Variabel Jumlah Responden

Pengetahuan

Baik

Cukup

Kurang

Sikap

Favourable

Unfavourable

Perilaku

51 (78,5%)

14 (21,5%)

0 (0%)

62 (95,4%)

3 (4,6%)

32

Page 33: Laporan Komdi B1 Final

Baik

Cukup

Kurang

49 (75,4%)

15 (23,1%)

1 (1,5%)

Data yang telah dikumpulkan, kemudian dilakukan analisis dan mendapatkan hasil

yang ditampilkan dalam Tabel 4.5. Hasil yang didapatkan bahwa sebagian besar memiliki

pengetahuan (78,5%), sikap (95,4%) dan perilaku (75,4%) yang baik. Pengetahuan sendiri

dibagi menjadi tiga kategori yaitu baik sebanyak 51 responden (78,5%), cukup sebanyak 14

responden (21,5%) dan kurang (0%). Sikap dibagi menjadi dua kategori yaitu favourable

sebanyak 62 responden (95,4%) dan unfavourable sebanyak 3 responden (4,6%). Untuk

perilaku seperti pengetahuan dibagi menjadi tiga kategori yaitu baik sebanyak 49 responden

(75,4%), cukup sebanyak 15 responden (23,1%) dan kurang hanya sebanyak 1 responden

(1,5%).

4.7. Tingkat Kepuasan Responden terhadap Mutu Pelayanan Kesehatan di Puskesmas

Kecamatan Kramat Jati

Kepatuhan berobat juga dapat dipengaruhi oleh kepuasan responden terhadap mutu pelayanan

kesehatan di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati. Hal tersebut disajikan pada tabel 4.7

Tabel 4.7 Tingkat Kepuasan Responden terhadap Mutu Pelayanan Kesehatan di

Puskesmas

Tingkat Kepuasan n (%)

Puas 64 (98,5)

Tidak puas 1 (1,5)

Pelayanan puskesmas dianggap baik berdasarkan kuesioner yang diisi oleh

penyandang diabetes mellitus yang datang berobat. Hampir sebagian besar dari 65 sampel

kuesioner yang disebar didapatkan 64 responden menyatakan puas dalam mendapatkan

pelayanan puskesmas. Sementar hanya 1 orang responden yang menyatakan

ketidakpuasannya terhadap pelayanan puskesmas. Responden banyak menyatakan

kepuasannya dalam hal edukasi yang baik oleh para kader, sistem pelayanan yang tidak

rumit, pelayanan yang cepat, dan para petugas puskesmas yang dinilai ramah.

33

Page 34: Laporan Komdi B1 Final

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Sosiodemografi Penyandang Diabetes Mellitus di Puskesmas

Kecamatan Kramat Jati

Berdasarkan tabel 4.2 yang menunjukkan karakteristik sosiodemografi pada penyandang

diabetes melitus di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati didapatkan prevalensi yang tinggi

pada penyandang yang berusia 46-55 tahun (33,8), berjenis kelamin perempuan (61,5),

memiliki pendidikan terakhir SMA (27,7), pekerjaan ibu rumah tangga (52,3%), dan

memiliki penghasilan < Rp 2.441.000,- (83,1). Dari data tersebut terlihat bahwa seiring

dengan peningkatan usia akan meningkatkan pula prevalensi diabetes melitus. Penyebab

risiko diabetes melitus meningkat seiring dengan penambahan usia adalah karena terjadinya

menurunnya kemampuan sel β pankreas dalam memproduksi insulin dan menurunnya

aktivitas mitokondria pada sel-sel otot sebesar 35% yang dapat mengakibatkan resistensi

insulin.19

Pada penelitian ini didapatkan prevalensi diabetes melitus lebih banyak ditemukan pada

perempuan. Berdasarkan penelitian oleh Irawan (2010) wanita memiliki risiko lebih tinggi

mengalami diabetes melitus dibandingkan pria dikarenakan terdapat kemungkinan

mengalami peningkatan indeks tubuh yang lebih besar yang disebabkan oleh sindroma siklus

bulanan. Sindroma siklus bulanan, pasca menopause dapat mengakibatkan akumulasi

distribusi lemak tubuh. Tingkat pendidikan juga mempunyai pengaruh pada prevalensi

34

Page 35: Laporan Komdi B1 Final

diabetes melitus. Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi dianggap memiliki

pengetahuan yang banyak mengenai kesehatan. Oleh karena itu, mereka akan mempunyai

kesadaran yang tinggi untuk menjaga kesehatan. Pada penelitian ini, tingkat pendidikan

dibagi menjadi tidak tamat SD/tidak sekolah, tamat SD, tamat SLTP, tamat SLTA, dan

akademi/PT. Berdasarkan tabel 4.2 terlihat bahwa penyandang diabetes melitus di Puskesmas

Kecamatan Kramat Jati paling banyak ialah tamat SMA. Hasil tersebut tidak sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Trisnawati SK dan Setyorogo S (2013) yang mendapatkan

jumlah penyandang diabetes melitus paling banyak ditemukan pada tingkat pendidikan

rendah, yaitu tidak bersekolah hingga tamat SMP (67,9%). Hasil yang tidak sesuai tersebut

kemungkinan disebabkan oleh tempat penelitian yang dilakukan di daerah perkotaan dan

jumlah sampel yang kurang banyak. Namun, pada penelitian yang dilakukan oleh Mihardja L

(2009) didapatkan jumlah penyandang diabetes melitus pada tingkat pendidikan rendah

sebesar 156 jiwa (56,3%), pendidikan menengah 85 jiwa (30,7%), dan pendidikan tinggi 36

jiwa (13,0%). Dari data tersebut terlihat bahwa penyandang diabetes melitus yang memiliki

pendidikan menengah memiliki jumlah yang cukup tinggi.19,20

Pekerjaan juga memiliki keterkaitan dengan prevalensi diabetes melitus. Jenis pekerjaan

akan mempengaruhi aktivitas fisik. Pada penelitian ini didapatkan penyandang diabetes

melitus di Puskesmas Kecamatan Kramat paling banyak memiliki pekerjaan sebagai ibu

rumah tangga. Berdasarkan analisis univariat oleh Trisnawati SK dan Setyorogo S (2013)

didapatkan tidak terdapat hubungan antara pekerjaan dengan diabetes melitus. Kemungkinan

penyebabnya ialah responden yang menjadi subjek penelitian kebanyakan adalah wanita yang

bekerja sebagai ibu rumah tangga, sehingga terjadi ketidakseimbangan jumlah responden

yang bekerja dengan responden yang bekerja sebagai ibu rumah tangga atau yang tidak

bekerja. Penyandang diabetes melitus di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati juga lebih

banyak ditemukan memiliki penghasilan Rp 2.441.000,00, yaitu sebesar 54 jiwa (83,1%).

Namun pada penelitian yang dilakukan oleh Mirhardja L (2009) didapatkan jumlah

penyandang diabetes melitus lebih banyak ditemukan yang termasuk kategori tidak miskin

atau yang berada pada kuntil 3-5, yaitu sebesar 236 jiwa (90,8%). Kemungkinan

penyebabnya ialah penyandang diabetes melitus di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati paling

banyak ialah wanita yang bekerja sebagai ibu rumah tangga, sehingga tidak memiliki

penghasilan sendiri. Selain itu, usia penyandang diabetes melitus di Puskesmas Kecamatan

Kramat Jati yang paling banyak ditemukan adalah > 46 tahun, sehingga penyandang diabetes

melitus atau pasangannya banyak yang sudah tidak bekerja.19,20

35

Page 36: Laporan Komdi B1 Final

5.2 Profil Diabetes Mellitus Responden di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati

Profil diabetes mellitus dijabarkan berdasarkan lama responden menderita diabetes

mellitus, ada/tidaknya riwayat keluarga, dan terkontrol/tidaknya kadar gula darah responden.

Berdasarkan lama responden menderita diabetes mellitus, sebagian besar responden

yang diteliti telah menderita diabetes mellitus < 5 tahun, sebesar 61,5%. Diabetes mellitus

merupakan suatu penyakit kronis yang tidak dapat disembuhkan melainkan dapat dikontrol.

Secara teoritis, setiap diabetes mellitus tipe 2 berisiko mengalami komplikasi kronis (5-10

tahun dari onset), salah satunya penyakit jantung koroner. Berdasarkan penelitian sebelumnya

(Safitri, 2013) menunjukkan bahwa lama menderita diabetes mellitus berhubungan dengan

kejadian penyakit jantung koroner, dengan nilai p=0,043, dimana pada penelitian tersebut

disebutkan bahwa proporsi penyakit jantung koroner pada penyandang diabetes mellitus tipe

2 ditemukan paling banyak pada lama menderita > 10 tahun (81,8%).18 Pada penelitian ini,

sebagian besar telah menderita diabetes mellitus < 5 tahun, tapi tidak menutup kemungkinan

jika pasien telah mengalami keluhan kearah penyakit jantung koroner atau komplikasi lain

seperti neuropati perifer, gagal ginjal atau komplikasi lainnya. Sehingga dalam hal ini, sangat

penting dilakukan pencegahan agar tidak terjadi komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi

pada penyandang diabetes mellitus.

Kadar gula darah yang tidak terkontrol pada penyandang diabetes mellitus akan

meningkatkan risiko terjadinya komplikasi kronik seperti neuropati perifer, penyakit jantung

koroner, ginjal, stroke dan lain sebagianya.18,21 Tidak hanya komplikasi kronik, kadar gula

darah yang tidak terkontrol juga dapat menyebabkan komplikasi akut seperti hipoglikemi

atau ketoasidosis diabetik.2 Sebagian responden pada penelitian ini didapatkan bahwa 61,5%

tidak terkontrol. Hal ini yang dapat meningkatnya timbulnya komplikasi akut maupun

kronik.2

Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya (Mihardja, 2009), kadar gula

darah 2 jam post prandial tidak terkontrol didapatkan 68% laki-laki dan 81,1% pada

perempuan.20 Kadar gula darah dikatakan normal apabila gula darah puasa antara

76-110mg/dL dan dua jam setelah makan <140mg/dL. Secara teori, kepatuhan kontrol

memiliki hubungan yang signifikan terhadap tingkat kepatuhan pasien diabetes mellitus.

Dengan kontrol secara rutin sesuai anjuran, diharapkan kadar gula darah dalam rentang

normal. Namun, kepatuhan berobat bukan satu-satunya faktor yang mempengarhui kadar gula

darah. Faktor yang mempengaruhi kadar gula darah seseorang adalah makanan, faal hati,

aktivitas, obat, penyakit dan alkohol. Hal tersebut akan berpengaruh pada meningkatkan

kadar gula darah.22

36

Page 37: Laporan Komdi B1 Final

Berdasarkan variabel riwayat keluarga menderita diabetes mellitus, diperoleh

gambaran bahwa sebagian besar responden tidak memiliki riwayat keluarga menderita

diabetes mellitus yaitu 50,8% dan hanya 35,4% yang memiliki keluarga yang menderita

diabetes mellitus. Diabetes mellitus cenderung diturunkan, anggota keluarga diabetes

memiliki kemungkinan besar mengalami penyakit ini dibandingkan dengan anggota keluarga

yang tidak menderita diabetes. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa riwayat keluarga

menderita diabetes mellitus bukanlah satu-satunya faktor yang berhubungan dengan kejadian

diabetes mellitus tipe 2, meskipun faktor keturunan memiliki pengaruh dalam menentukan

seseorang berisiko terkena diabetes mellitus atau tidak, gaya hidup juga memiliki peran yang

besar terhadap risiko terjadinya penyakit diabetes mellitus. Hal ini didukung oleh penelitian

sebelumnya (Kekenusa, 2014), sekitar 41% responden yang telah mengalami diabetes

mellitus namun tidak memiliki riwayat keluarga menderita diabetes mellitus.21

5.3 Tingkat Kepatuhan Berobat di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati

Dalam penelitian ini didapatkan hasil sebanyak 83,1% pasien DM di Puskesmas

Kecamatan Kramat Jati patuh berobat, dan sebanyak 11% tidak patuh berobat. Secara teori,

kepatuhan berobat memiliki hubungan yang bermakna terhadap kadar gula darah pasien

diabetes mellitus.23 Rutin datang untuk kontrol dan rutin datang sesuai jadwal pengambilan

obat akan berdampak pada terhadap hasil pemeriksaan tingkat kadar gula yang terkontrol

pada pasien diabetes mellitus. Kepatuhan berobat merupakan salah satu faktor internal dalam

pengedalian penyakit diabetes mellitus.10,23

Satu hal yang masih menjadi suatu masalah pada komunitas di Puskesmas Kecamatan

Kramat Jati khususnya pada pasien DM adalah gula darahtidak terkontrol atau kadar gula

darah tinggi. Hal ini memang dapat disebabkan oleh ketidakpatuhan berobat dari pasien DM

tersebut, tetapi kepatuhan berobat bukan satu-satunya faktor yang menentukan kadar gula

darah terkontrol atau tidak terkontrol.

Berdasarkan hasil kuesioner mengenai alasan pasien DM tidak patuh berobat,

responden banyak menjawab karena jadwal yang seharusnya untuk mengambil obat ataupun

berobat digunakan untuk keperluan urusan keluarga, seperti memomong cucu, timbulnya rasa

malas berobat, rumah yang jauh dari puskesmas, pasien merasa tidak ada keluhan sehingga

tidak datang berobat serta jadwal kontrol yang bentrok dengan jadwal berobat. Namun

sebagian besar responden telah rutin berobat sehingga persentase pasien patuh berobat

tergolong besar yaitu 49,2% atau 32 orang, hampir separuh dari total responden.

37

Page 38: Laporan Komdi B1 Final

5.4 Alasan Pasien Tidak Datang Berobat

Untuk penelitian sebelumnya yang mendahului alasan kenapa pasien tidak patuh

berobat, peneliti belum mendapatkan penelitian yang shahih atau layak namun peneliti

menemukan keterkaitan kepatuhan minum obat dengan edukasi yang diterima pasien.

Edukasi yang baik dan tepat akan menggugah kesadaran penderita untuk mau melaksanakan

anjuran kesehatan. Penderita DM yang tidak mendapatkan edukasi memiliki risiko 4 kali

lebih tinggi terkena komplikasi dibandingkan yang mendapatkan edukasi.24

Banyak aspek yang terkait dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, sehingga

untuk mengukur mutu perlu membandingkan kebutuhan dan permintaan para pemakai jasa

pelayanan kesehatan dalam berbagai dimensi. Mutu pelayanan kesehatan merupakan produk

akhir dari interaksi dan ketergantungan yang rumit antara berbagai komponen atau aspek

pada fasilitas kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan.25

Berkaitan dengan mutu pelayanan kesehatan terdapat pendapat sebagai berikut:

tingkatan atau derajat yang menunjukan kesempurnaan pelayanan kesehatan dalam

menimbulkan rasa puas pada setiap pasien sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk

yang menjadi sasaran utama institusi kesehatan dimana penyelenggaraan pelayanan

kesehatan sesuai dengan kode etik standar dan pelayanan yang ditetapkan.24 Penelitian

mengenai mutu pelayanan kesehatan mengatakan bahwa mutu pelayanan kesehatan lebih

tergantung pada dimensi ketanggapan petugas memenuhi kebutuhan pasien, kelancaran

komunikasi pasien, keprihatinan pasien, atau kesembuhan penyakit yang sedang diderita oleh

pasien.24,25

Ada lima dimensi utama yang mempengaruhi tingkat kepuasan pasien atau

pelanggan, yaitu : kualitas pelayanan kesehatan termasuk seni merawat dan ketaatan terhadap

standar diagnosa dan standar pengobatan, aksesibilitas meliputi jarak ke lembaga pelayanan

kesehatan, waktu tunggu, dan kemudahan membuat janji, pembiayaan termasuk keluwesan

mekanisme pembayaran, lingkungan fisik termasuk suasana yang menyenangkan, dan

kondisi fasilitas yang bersih, kesediaan tenaga, peralatan dan obat-obatan.24,25

Dari segi penilaian terhadap mutu pelayanan Puskesmas, hampir seluruh

penyandang DM yang berobat ke Puskesmas Kecamatan Kramat Jati menyatakan puas atau

baik dalam hal pelayanan. Kepuasannya dalam hal edukasi yang baik oleh para kader, sistem

pelayanan yang tidak rumit, pelayanan yang cepat, dan para petugas puskesmas yang dinilai

38

Page 39: Laporan Komdi B1 Final

ramah. Sementara hasil ketidakpuasaan dalam pelayanan kesehatan menurut responden yaitu

waktu menunggu yang cukup lama dalam menunggu giliran.

5.4 Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Responden tentang Kepatuhan Berobat di

Puskesmas Kecamatan Kramat Jati

Pengetahuan adalah informasi yang diketahui responden mengenai pengertian

penyakit diabetes mellitus dan penggunaan obat. Pengetahuan sendiri dibagi menjadi tiga

kategori yaitu baik sebanyak 51 responden (78,5%), cukup sebanyak 14 responden (21,5%)

dan kurang (0%). Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan responden sebagian besar sudah

baik. Hasil ini tidak terlepas dari peran petugas kesehatan dalam memberikan edukasi

mengenai pengobatan diabetes mellitus serta upaya responden untuk mencari tahu informasi

tersebut.26

Sikap adalah reaksi atau respon responden dalam pengobatan diabetes mellitus dan

dikaitkan dengan kepatuhan berobat. Sikap dibagi menjadi dua kategori yaitu favourable

sebanyak 62 responden (95,4%) dan unfavourable sebanyak 3 responden (4,6%). Seperti

halnya pengetahuan, sebagian besar responden menunjukkan sikap yang favourable atau

sikap yang positif terhadap pengobatan diabetes mellitus. Hal ini tentu saja berkaitan dengan

pengetahuan baik yang dimiliki.26

Penelitian terkait yang dilakukan oleh Antonio dkk (2007) mengenai pengetahuan dan

sikap pasien diabetes mellitus menunjukkan bahwa 78,05% responden memiliki pengetahuan

yang baik. Sedangkan responden menyatakan sikap kesulitan dalam mengatasi penyakitnya.

Dapat disimpulkan bahwa walaupun responden memperoleh skor yang baik terhadap

pengetahuan, sikap responden dalam mengatasi penyakitnya tidak berubah. Penelitian lain di

Yogyakarta menunjukkan bahwa pengetahuan yang dimiliki cukup baik dan mempunyai

sikap yang positif terhadap diabetes mellitus.27

Perilaku adalah tindakan atau kegiatan yang dilakukan responden berkaitan dengan

pengobatan dan kepatuhan berobat. Untuk perilaku seperti pengetahuan dibagi menjadi tiga

kategori yaitu baik sebanyak 49 responden (75,4%), cukup sebanyak 15 responden (23,1%)

dan kurang hanya sebanyak 1 responden (1,5%). Seperti halnya pengetahuan dan sikap,

sebagian besar responden memiliki perilaku yang baik yaitu sebanyak 75,4%. Hal ini dapat

dikaitkan dengan landasan pengetahuan dan sikap yang sudah baik maka akan menyebabkan

perilaku yang baik pula.

39

Page 40: Laporan Komdi B1 Final

BAB VI.

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Penelitian kami menunjukkan tingkat kepatuhan berobat di Puskesmas Kecamatan

Kramat Jati cukup baik, dari 65 responden sebanyak 83,1% diantaranya patuh berobat. Dari

data yang didapatkan bahwa sebagian besar responden berusia 46-55 tahun (33,8%), dengan

mayoritas responden perempuan (61,5%), rata-rata memiliki pendidikan terakhir SMA

(27,7%), dan sebagian besar bekerja sebagai ibu rumah tangga (52,3%). Selain itu, sebagian

besar responden telah menderita diabetes < 5 tahun (61,5%) dan mayoritas responden tidak

memiliki riwayat diabetes (50,8%). Dinilai dari segi pengetahuan, 78,5 % responden

memiliki pengetahuan baik tentang kepatuhan berobat. Hal tersebut didukung dengan sikap

yang positif terhadap kepatuhan berobat (95,4%) dan perilaku yang baik (75,4%). Walaupun

demikian, masih ditemukan 1,5% yang masih memiliki perilaku yang kurang terhadap

kepatuhan berobat. Hal tersebut juga didukung dengan masih terdapat 16,9% yang belum

patuh berobat. Adapun alasan yang membuat responden tidak patuh berobat karena sudah

tidak ada keluhan (24,6%). Jika dilihat dari mutu pelayanan kesehatan di puskesmas,

sebagian besar pasien merasa puas dengan pelayanan yang diberikan (98,5%). Permasalahan

yang terjadi pada penelitian ini, didapatkan sebagian besar responden gula darahnya masih

belum terkontrol, yaitu sebanyak 89,2%. Dapat disimpulkan bahwa kepatuhan berobat bukan

satu-satunya faktor yang mempengaruhi kadar gula darah, adapun faktor lain yang dapat

40

Page 41: Laporan Komdi B1 Final

mempengaruhi kadar gula darah diantaranya adalah edukasi, aktivitas fisik, pengaturan pola

makan, serta faktor stress dimana hal tersebut tidak kami telliti.

6.2 Saran

Keberhasilan penatalaksanan diabetes mellitus membutuhkan evaluasi dan perubahan

terutama terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi hal tersebut. Salah satu upaya terpenting

adalah dengan pemberian edukasi terhadap masyarakat mengenai 1) pentingnya minum obat

secara teratur dan kembali kontrol apabila obat telah habis dan tidak ada keluhan 2)

pentingnya aktivitas fisik dan pengaturan pola makan, serta 3) memberikan penjelasan

mengenai komplikasi atau bahaya dari kadar gula darah yang tidak terkontrol. Selain itu,

diperlukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang besar untuk mencari faktor-

faktor yang mempengaruhi kadar gula darah yang tidak terkontrol di Puskesmas Kecamatan

Kramat Jati.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan RI. Profil Kesehatan. Diunduh dari

http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=2383

2. PERKENI. Konsesnsus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di

Indonesia. Jakarta: PB. PERKENI; 2011. Hal 1-62.

3. Puskesmas Kecamatan Kramat Jati. Profil Kesehatan Puskesmas Kecamatan Kramat

Jati Tahun 2013. Jakarta; 2013.

4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Riset

kesehatan dasar. Jakarta; 2013.

5. Hafiz Aamirul. Pola Faktor Predisposisi, Faktor Pendukung dan Pendorong terhadap

Kepatuhan Penderita Diabetes Mellitus Berobat ke Dokter di Puskesmas Pucang

Sewu Surabaya. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Surabaya;

2013.

6. Primulyanto, Anugrah Brevmana. Pola Kepatuhan Penggunaan Obat Antidiabetika

Oral dari Pasien di Poli Penyakit Dalam RS. Bhayangkara HS. Syamsoeri Mertoyoso

Surabaya. Universitas Airlangga. Surabaya; 2008.

7. Departement of Health. Basic principles of healthy cities: community diagnosis. 2009.

Di unduh dari http://www.chp.gov.hk

41

Page 42: Laporan Komdi B1 Final

8. Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Pedoman Teknis Penemuan dan

Tatalaksana Penyakit Diabetes Mellitus. Cetakan II. Jakarta; 2008.

9. Setiadi A. Hubungan keyakinan diri dengan kepatuhan minum obat pada lansia

penderita dm tipe II di wilayah kerja puskesmas ayah. Skripsi. Fakultas Kedokteran

dan Ilmu-Ilmu Kesehatan. Purwokerto : Universitas Jendral Soedirman; 2014.

10. Badan POM RI. Kepatuhan pasien : faktor terpenting dalam keberhasilan terapi. Info

POM. Vol 7, No 5, September 2006.

11. Safitri IN. Kepatuhan penderita diabetes tipe II ditinjau dari locus of control. ISSN :

2301-8267. Vol 01, No. 02, Agustus 2013.

12. Notoatmodjo, Soekidjo. Pendidikan dan perilaku kesehatan. 1st ed. Jakarta: PT.

Rineka Cipta; 2003.

13. Wawolumaya C. Survei epidemiologi sederhana bidang perilaku

kedokteran/kesehatan: Skoring. Jakarta: Percetakan Panorama; 2001. p. 59-63.

14. Notoatmodjo, Soekidjo. Konsep perilaku kesehatan. In: Notoatmodjo, Soekidjo, et al,

editors. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Rineka Cipta; 2005. p. 43-

6.

15. Notoatmodjo S. Teknik pengambilan sampel. In: Notoatmodjo S, editor. Metodologi

Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005. p. 80-92.

16. Departemen Kesehatan RI. Kategori Umur. 2009. Cited 4 th July 2014. Available from:

http://www.depkes.go.id/downloads/PROFIL_KESEHATAN_INDONESIA_

2010.pdf

17. Peraturan Gubernur Nomor 62 Tahun 2014. Upah Minimum Sektoral Provinsi Tahun

2014. Cited 4th July 2014. Available from: http://www.jakarta.go.id/web/

produkhukum/category/8

18. Yuliani F, Oenzil F, Iryani D. Hubungan berbagai faktor risiko terhadap kejadian

penyakit jantung koroner pada penyandang Diabetes Mellitus Tipe 2. Jurnal

Kesehatan Andalas. 2014; Cited 24th June 2014. Available from:

http://jurnal.fk.unand.ac.id/images/articles/vol3/no1/37-40.pdf)

19. Trisnawati SK, Setyorogo S. Faktor risiko kejadian diabetes melitus tipe II di

Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat tahun 2012. Jurnal Ilmiah

Kesehatan, 5(1); Jan 2013.

20. Mihardja L. Faktor yang berhubungan dengan pengendalian gula darah pada

penyandang Diabetes Melitus di perkotaan indonesia. Badan penelitian dan

42

Page 43: Laporan Komdi B1 Final

pengembangan departemen kesehatan republik Indonesia. Maj kedokt indon. Jakarta;

2009.

21. Kekenusa JS, Ratag BT, Wuwungan G. Analisis Hubungan antara Umur dan Riwayat

Keluarga Menderita DM dengan Kejadian Penyakit DM Tipe 2 pada Pasien Rawat

Jalan di Poliklinik Penyakit Dalam BLU RSUP Prof. R. D Kandou Manado. Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. 2014.

22. Sugiarto RB, Suprihatin. Kepatuhan kontrol dengan tingkat kadar gula darah pasien

diabetes mellitus di Rumah Sakit Baptis Kediri. Jurnal STIKES. Volume 5, No. 2,

Desember 2012.

23. Wilson, Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta: Buku

Kedokteran EGC; 2002.

24. Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta. 2007

25. Rokx, C., Giles, J., Satriawan, E., Marzoeki, P., Harimurti, P., et al.. New insights into

the supply and quality of health services in Indonesia: A health workforce study.

Washington DC: The World Bank. 2010

26. Ramadona A. Pengaruh konseling obat terhadap kepatuhan pasien diabetes mellitus

tipe 2 di Poliklinik Khusus Rumah Sakit Umum Pusat DR. M. Djamil Padang. Tesis.

Program Pascasarjana Universitas Andalas. 2011. Cited 24th June 2014. Available

from:http://pasca.unand.ac.id/id/wp-content/uploads/2011/09/ARTIKEL-ADE-

RAMADONA-S.Farm-Apt-0821213056.pdf

27. Tazkiyya I. Hubungan pengetahuan dan sikap dengan perilaku terhadap upaya

pencegahan sekunder pada klien diabetes mellitus tipe II di Layanan Kesehatan

Cuma-Cuma (LKC) Ciputat Tangerang Selatan Tahun 2010. Skripsi. Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah. 2010. Cited 24th June 2014. Available from:

http://perpus.fkik.uinjkt.ac.id/file_digital/ SKRIPSI%20IRMA%20TAZKIYYA.pdf.

43

Page 44: Laporan Komdi B1 Final

LAMPIRAN

Kuesioner Penelitian Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penyandang Diabetes Mellitus

dalam Kepatuhan Berobat di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati

No. Responden :

Tanggal wawancara :

DATA RESPONDEN

1. Nama Responden:

2. Alamat Responden:

3. Nomor Telepon:

4. Umur:

5. Jenis Kelamin: (lingkari angka sesuai jawaban anda)

1. Laki-laki 2. Perempuan

6. Pendidikan: (lingkari angka sesuai jawaban anda)

1. Tidak Tamat SD/Tidak Sekolah

2. SD

3. SLTP

4. SLTA

5. Akademi/PT

7. Pekerjaan: (lingkari angka sesuai jawaban anda)

44

Page 45: Laporan Komdi B1 Final

1. Pensiunan/Tidak Bekerja

2. PNS/TNI/POLRI

3. Wiraswasta/Pedagang

4. Pegawai swasta

5. Ibu Rumah Tangga (IRT)

6. Lain-lain

8. Penghasilan: (lingkari angka sesuai jawaban anda)

1. < (kurangdari) Rp2.441.000,- 2. > (lebihdari) Rp2.441.000,-

9. Adakah salah satu atau kedua orang tua Anda menderita diabetes mellitus:

(lingkari angka sesuai jawaban anda)

1. Ada

2. Tidak ada

3. Tidak tahu

10. Sudah berapa lamakah Anda menderita diabetes mellitus?

……………………………………………………………………………………………..

11. Berapa kadar gula darah puasa Anda yang terakhir?

………………..bulan………………………………………………………………………

12. Berapakah kadar gula darah 2 jam setelah makan Anda yang terakhir?

……………….bulan………………………………………………………………………

PENGETAHUAN

1. Apa yang Anda ketahui tentang penyakit kencing manis? (boleh pilih jawaban lebih dari

1)

a. Penyakit kencing manis adalah penyakit dimana kadar gula darah melebihi batas

normal (3)

b. Penyakit kencing manis adalah suatu penyakit yang tidak dapat sembuh tetapi dapat

dikontrol (3)

c. Tidak tahu (1)

d. Lain-lain, ……………………………………………………………………………(2)

45

Page 46: Laporan Komdi B1 Final

2. Berapakah kadar gula darah saat puasa yang normal?

a. < 126 mg/dl (3)

b. > 126 mg/dl (1)

c. Tidak tahu (1)

3. Menurut Anda apa cara yang baik untuk mengobati penyakit kencing manis?

a. Makan obat saja (2)

b. Makan obat dengan teratur dan mengatur pola makan sesuai arahan petugas

puskesmas (3)

c. Tidak tahu (1)

4. Nama obat untuk penyakit kencing manis yang Anda ketahui adalah (boleh pilih jawaban

lebih dari 1)

a. Metformin (3)

b. Glibenklamid (3)

c. Tidak tahu (1)

d. Lain-lain, ……………………………………………………………………………(2)

5. Apakah yang Anda ketahui tentang cara pemberian obat gula (kencing manis)?

a. Obat minum dan obat suntik (insulin) (3)

b. Obat minum saja (2)

c. Obat suntik (insulin) saja (2)

6. Obat metformin diminum pada saat………………………………………………………...

a. Sebelum makan (1)

b. Setelah makan (3)

c. Setelah bangun tidur (1)

SIKAP

No Pernyataan Ya Tidak

1 Saya merasa penyakit kencing manis tidak perlu diobati 0 1

2 Saya minum obat teratur agar gula darah saya terkontrol 1 0

3 Saat gula darah saya sudah/ mendekati normal, saya tidak 0 1

46

Page 47: Laporan Komdi B1 Final

perlu minum obat lagi

4 Saya minum obat rutin setiap hari 1 0

5 Jika obat habis, saya kembali ke puskesmas untuk kontrol 1 0

6 Selain minum obat secara teratur, saya juga harus mengatur

pola makan saya

1 0

PERILAKU

1. Apa yang Anda lakukan jika obat anda telah habis?

a. Tidak melakukan apa-apa (1)

b. Berobat hanya bila ada keluhan (1)

c. Segera berobat ke dokter (3)

2. Apa alasan Andatidak datangberobat? ( bisa pilih lebih dari 1)

a. Malas (1)

b. Rumah jauh dari puskesmas (1)

c. Sudah tidak ada keluhan (1)

d. Rutin berobat (3)

e. Lain-lain……………………………………………………………………….. (1)

3. Jika kadar gula darah anda normal, apa yang Anda lakukan?

a. Tetap minum obat sesuai anjuran dokter (3)

b. Minum obat jarang-jarang (1)

c. Berhenti minum obat (1)

4. Seberapa sering Anda memeriksa kadar gula darah Anda?

a. Sebulan sekali (3)

b. Enam bulan sekali (2)

c. Jika ada keluhan (1)

5. Apakah Anda meminum obat sesuai petunjuk dokter?

a. Selalu (3)

b. Kadang-kadang (1)

c. Tidak pernah (1)

6. Jika anda mengalami keluhan mual sebagai efek samping dari obat yang diminum, apa

yang Anda lakukan?

a. Tetap melanjutkan pengobatan (3)

47

Page 48: Laporan Komdi B1 Final

b. Berhenti minum obat (1)

c. Segera berobat ke puskesmas (3)

MUTU PELAYANAN KESEHATAN

1. Apakah Anda puas dengan pelayanan di puskesmas Kec. Kramat Jati?

A. Ya, alasan…………………………………………………………………………

B. Tidak,alasan………………………………………………………………………

2. Apakah Anda merasa puskesmas Kec. Kramat Jati terlalu jauh dari rumah Anda?

A. Ya, alasan…………………………………………………………………………

B. Tidak

3. Informasi apa saja yang sudahdiberikan oleh petugas kesehatan Puskesmas

Kecamatan Kramat Jati? (Lingkarijawaban, jawaban dapat dipilih lebih dari satu)

A. Pengertianpenyakit kencing manis

B. Cara mengendalikan/memantaupenyakit kencing manis

C. Pengaturan pola makan

D. Aktivitas fisik/olahraga

E. Nama-namaobatdancarameminumobat

F. Lain-

lain……………………………………………………………………………….....

4. Apakah Anda merasa puas dengan penjelasan yang diberikan oleh petugas kesehatan

di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati?

A. Ya,alasan……………………………………………………………………………

B. Tidak, alasan………………………………………………………………………..

5. Apakah sistem jaminan sosial yang sekarang (BPJS) Anda rasakan lebih baik

darisistem jaminan sosial sebelumnya?

A. Ya,

alasan………………………………………………………………………………

B. Tidak,alasan………………………………………………………………………

6. Apakah Anda merasa puas dengan sistem pemberian obat penyakit kencing manis di

Puskesmas Kecamatan Kramat Jati?

a. Ya, alasan…………………………………………………………………………..

b. Tidak, alasan ……………………………………………………………………….

48