94
LAPORAN KINERJA (LKJ) BADAN KETAHANAN PANGAN DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 BADAN KETAHANAN PANGAN DAERAH PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2016

LAPORAN KINERJA (LKJ) BADAN KETAHANAN PANGAN … · Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung ini merupakan perwujudan pertanggungjawaban atas kinerja pencapaian

  • Upload
    lymien

  • View
    233

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

LAPORAN KINERJA (LKJ) BADAN KETAHANAN PANGAN DAERAH

TAHUN ANGGARAN 2016

BADAN KETAHANAN PANGAN DAERAH PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG

TAHUN 2016

iii

KATA PENGANTAR

Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung ini merupakan

perwujudan pertanggungjawaban atas kinerja pencapaian tujuan dan sasaran

strategis. Laporan Kinerja tahun 2016 merupakan laporan tahun kedua pelaksanaan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2015 – 2019.

Penyusunan Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Daerah mengacu pada

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja

Instansi Pemerintah, Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 53

tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata

Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

Laporan Kinerja ini merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas yang

berfungsi, antara lain sebagai alat penilai kinerja secara kuantitatif, merupakan wujud

akuntabilitas pelaksanaan tugas dan fungsi Badan Ketahanan Pangan Daerah provinsi

Lampung menuju terwujudnya Good Govermance dan sebagai wujud transparansi

serta pertanggungjawaban kepada masyarakat disatu sisi dan di sisi lain merupakan

alat kendali dan alat pemacu peningkatan kinerja di setiap bidang lingkup Badan

Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung.

Kinerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung diukur atas dasar

penilaian indikator kinerja utama (IKU) yang merupakan indikator keberhasilan

pencapaian tujuan dan sasaran strategis sebagaimana telah ditetapkan dalam

Penetapan Kinerja Perubahan Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung

Tahun 2016. Secara umum capaian kinerja sasaran telah sesuai dengan rencana yang

telah ditetapkan, meskipun beberapa sasaran belum menunjukkan capaian sesuai

target. Berdasarkan analisis dan evaluasi obyektif yang disampaikan melalui Laporan

Kinerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2016 ini,

diharapkan dapat terjadi optimalisasi dari peningkatan efisiensi, efektivitas dan

produktivitas kinerja seluruh pejabat dan pelaksana di Badan Ketahanan Pangan

Daerah pada tahun-tahun selanjutnya, sehingga dapat mendukung Kinerja Badan

Ketahanan Pangan Daerah dalam mewujudkan Good Govermance dan Clean

Government.

Bandar Lampung, Februari 2017

Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung,

Ir. KUSNARDI, M.Agr.Ec Pembina Utama Madya 19631123 198803 1 005

iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

IKHTISAR EKSEKUTIF ................................................................................ iii

DAFTAR ISI ................................................................................................. iv

DAFTAR TABEL ........................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... viii

BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1

1.2 Maksud dan Tujuan .................................................................. 2

1.3 Tugas Pokok dan Fungsi BKPD ................................................ 2

1.4 Struktur Organisasi BKPD ........................................................ 4

1.5 Isu Strategis/Permasalahan SKPD .............................................. 4

BAB II. PERENCANAAN KINERJA ........................................................... 5

2.1 Rencana Strategis BKPD 2015-2019 ......................................... 5

2.2 Perjanjian Kinerja Perubahan Tahun 2016 ................................. 11

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA ......................................................... 15

3.1 Capaian Indikator Kinerja Utama Tahun 2016 ............................ 16

3.2 Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja ....................................... 19

3.3 Realisasi Anggaran Kinerja Tahun 2016 .................................... 64

3.4 Analisis Efisiensi ..................................................................... 65

BAB IV. PENUTUP ...................................................................................... 66

LAMPIRAN-LAMPIRAN

v

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hubungan antara Misi, Tujuan dan Indikator Tujuan .................. 7

Tabel 2. Sasaran Strategis, Indikator Kinerja dan Target Kinerja .............. 8

Tabel 3. Program Tahun 2016 untuk Mendukung Pencapaian Sasaran

Strategis ................................................................................... 10

Tabel 4. Sasaran Pembangunan Bidang Ketahanan Pangan di Provinsi

Lampung Taun 2016.................................................................. 11

Tabel 5. Perjanjian Kinerja Perubahan Badan Ketahanan Pangan Daerah

Provinsi Lampung Tahun Anggaran 2016................................... 11

Tabel 6. Rencana Belanja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi

Lampung Tahun Anggaran 2016 ................................................ 12

Tabel 7. Alokasi Anggaran Rutin Badan Ketahanan Pangan Daerah

Provinsi Lampung ..................................................................... 13

Tabel 8. Alokasi per Sasaran Pembangunan Tahun Anggaran 2016 .......... 13

Tabel 9. Perbandingan Antara Target dan Realisasi Capaian Kinerja Badan

Ketahanan Pangan Daerah Provins Lampung Tahun 2015 ........... 16

Tabel 10. Realisasi dan Capaian Kinerja IKU Badan Ketahanan Pangan

Daerah Provinsi Lampung Tahun 2015 per Triwulan .................. 17

Tabel 11. Pencapaian Kinerja Tahun 2015 di Bandingkan dengan Target

Kinerjanya, Target RPJMD dan Perjanjian Kinerja Tahun 2016 .. 18

Tabel 12. Rencana dan Realisasi Capaian Sasaran Terpenuhinya Kebutuhan

Konsumsi Pangan per Kapita Masyarakat untuk Memenuhi

Kecukupan Energi dan Keamanan Pangan .................................. 19

Tabel 13. Rencana dan Realisasi Indikator Skor Pola Pangan Harapan (PPH)

Ketersediaan ............................................................................. 21

Tabel 14. PPH Ketersediaan di Provins Lampung 2012 - 2016 ................... 22

Tabel 15. Surplus/Minus Bahan Makanan Prov. Lampung Thn.2012-2016 . 23

Tabel 16. Ketersediaan Energi dan Protein Berdasarkan NBM Provinsi

Lampung Tahun 2012 – 2016 .................................................... 23

Tabel 17. Ketersediaan Energi dan Protein Menurut Sumbernya................. 26

Tabel 18. Skor PPH Ketersediaan Provinsi Lampung Berdasarkan NBM

Tahun 2016 ............................................................................... 27

Tabel 19. Ketersediaan dan Konsumsi Bahan Pangan di Provinsi Lampung

Tahun 2016 (Atap Tahun 2015) ................................................. 30

Tabel 20. Target dan Realisasi Pencapaian Sasaran Menurunnya Jumlah

Penduduk Rawan Pangan ........................................................... 32

vi

Tabel 21. Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Lampung

Tahun 2012 - 2016 .................................................................... 32

Tabel 22. Target Nasional, Target Renstra dan Capaian Kinerja dalam

Penurunan Penduduk Miskin di Provinsi Lampung Tahun

2012 – 2016 .............................................................................. 33

Tabel 23. Target dan Realisasi Capaian Indikator Harga Pangan Pokok

Di Tingkat Produsen dan Konsumen .......................................... 39

Tabel 24. Data harga Tingkat Produsen, Grosir dan Eceran di Provinsi

Lampung Tahun 2016 ................................................................ 40

Tabel 25. Kondisi Kestabilan Harga Pangan Tingkat Eceran Tahun

2016 di Provinsi Lampung ......................................................... 41

Tabel 26. Pencapaian Kinerja Harga GKP di Tingkat Produsen di

Bandingkan dengan Target Nasional dan Target Renstra

Tahun 2012 – 2016 .................................................................... 41

Tabel 27. Pencapaian Kinerja Harga GKP di Tingkat Produsen di

Bandingkan dengan Target Nasional dan Target Renstra

Tahun 2012 – 2016 .................................................................... 42

Tabel 28. Target dan Realisasi Capaian Indikator Skor Pola Pangan

Harapan, Konsumsi Energi dan Konsumsi Protein pada

Tahun 2016 ............................................................................... 47

Tabel 29. Skor PPH Konsumsi di Provinsi Lampung Tahun 2016 .............. 48

Tabel 30. Perbandingan Target Nasional, Terget Renstra dan Realisasi

Kinerja Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi .................. 49

Tabel 31. Target dan Realisasi Capaian Indikator Konsumsi Energi

Di Provinsi Lampung Tahun 2016.............................................. 50

Tabel 32. Perbandingan Antara Target Nasional, Target Renstra

Dan Capaian Kinerja di Provinsi Lampung Tahun 2016 .............. 51

Tabel 33. Perkembangan PPH Konsumsi Provinsi Lampung Tahun

2012 – 2016 .............................................................................. 52

Tabel 34. Target dan Realisasi Capaian Indikator Peningkatan Produk

Pangan Segar yang Tersertifikasi ............................................... 56

Tabel 35. Pelaku Usaha dan Kebun yang sudah Teregister dan Sudah

Tersertiifikasi ............................................................................ 56

Tabel 36. Target dan Realisasi Capaian Indikator Tingkat Keamanan

Pangan Segar yang di Uji ........................................................... 59

Tabel 37. Rekap Hasil Uji Cepat (Formalin, Boraks, Methyl Yellow,

Pestisida dan Rhodamin B dan Uji Laboratorium Provinsi

Lampung Tahun 2016 ................................................................ 61

vii

Tabel 38. Pencapaian Kinerja dan Anggaran .............................................. 64

Tabel 39. Efisiensi Penggunaan Sumber Daya ........................................... 66

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Persentase Pencapaian IKU BKPD Provinsi Lampung Tahun 2016 17

Gambar 2. Skor PPH Ketersediaan Prov. Lampung Th. 2012–2016.............. 22

Gambar 3. Ketersediaan Energi di Lihat dari Sumbernya Tahun

2012 – 2016 .............................................................................. 24

Gambar 4. Ketersediaan Protein Berdasarkan Sumbernya tahun 2012-

2016.......................................................................................... 24

Gambar 5. Persentase Ketersediaan Energi, Tahun 2016 .............................. 26

Gambar 6. Persentase Ketersediaan Protein, Tahun 2016 ............................. 26

Gambar 7. Persentase Kontribusi Kelompok Pangan Tahun 2016................. 27

Gambar 8. Perbandingan Skor Maksimum dan Skor PPH Menurut

Kelompok Pangan ..................................................................... 28

Gambar 9. Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Lampung Tahun

2012 – 2016 .............................................................................. 33

Gambar 10. Perbandingan antara Target Nasional, Target Renstra

Dan Realisasi Kinerja dalam Penurunan Penduduk Rawan

Pangan ...................................................................................... 34

Gambar 11. Perbandingan antara Target Nasional, Target Renstra

Dan Capaian Kinerja Skor Pola Pangan Harapan (PPH)

Konsumsi Tahun 2012 – 2016 .................................................... 50

Gambar 12. Perbandingan antara Target Nasional, Target Renstra dan

Realisasi Kegiatan untuk Skor PPH, Konsumsi Energi dan

Konsumsi Protein Tahun 2016 ................................................... 51

Gambar 13. Skor PPH Konsumsi Provinsi Lampung Tahun 2012-2016.......... 52

Gambar 14. Perkembangan Konsumsi Energi di Provinsi Lampung Tahun

2012 – 2016 .............................................................................. 52

Gambar 15. Perkembangan Konsumsi Protein di Provinsi Lampung

Tahun 2012 – 2016 .................................................................... 53

iii

RINGKASAN EKSEKUTIF

Sesuai dengan Rencana Kinerja Tahun 2016 Badan Ketahanan Pangan Daerah

Provinsi Lampung menetapkan 6 sasaran strategis dengan 9 indikator. Selanjutnya

sasaran strategis tersebut diwujudkan dalam 5 (lima) program dan 44 (Empat Puluh

Empat) kegiatan yang dibiayai dengan dana APBD Tahun 2016. Secara keseluruhan

dapat diinformasikan bahwa capaian kinerja sasaran strategis yang ditetapkan rata-

rata mencapai 88,89%. Dengan demikian tugas yang diamanatkan di dalam Rencana

Strategis dapat dilaksanakan dengan baik.Sehingga secara ke seluruhan tercapainya

target-target pembangunan tadi menggambarkan adanya komitmen yang kuat dari

unsur pimpinan maupun staf Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung

dalam melaksan akan tugas pokok dan fungsinya.

Capaian kinerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2016,

pada penurunan persentase jumlah penduduk miskin mencapai 0,43% hal ini berarti

kinerja Badan Ketahanan Pangan Daerah tahun 2016 tidak mencapai target (1%),

Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan 75,08 belum mencapai target 85,60,

Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat Produsen sudah melebihi target yaitu

Rp. 3.776 dari target Harga Pembelian Pemerintah (HPP) sebesar Rp. 3.700,-,

Koefisien Variasi Pangan (beras) di tingkat konsumen telah mencapai target,

Coefisien Variabel (CV) dari hasil pemantauan telah mencapai 2% dari target CV <

10%, Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi belum mencapai target yaitu 78,0

dari target 85,0, konsumsi energi 1.856,7 kkal/kapita/hari belum mencapai target

2.019 kkal/kapita/hari dan konsumsi protein belum mencapai target 56,3

gr/kapita/hari terealisasi 50,30 gr/kapita/hari, untuk PPH konsumsi, konsumsi energi

dan konsumsi protein menggunakan angka sementara, karena angka tetap baru akan

diketahui nanti sekitar bulan Juni 2017, untuk Peningkatan Produk Pangan Segar

yang Tersertifikasi mencapai 7,33% dari target 10%, dan Tingkat Keamanan Pangan

Segar yang di Uji telah melebihi target 80% (dibawah ambang batas) terealisasi

83,78. Secara ringkas seluruh capaian kinerja tersebut diatas telah memberikan

pelajaran yang sangat berharga bagi Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi

Lampung untuk meningkatkan kinerja dimasa-masa yang akan datang. Capaian

kinerja tersebut merupakan hasil dari upaya–upaya dan langkah-langkah yang

dirumuskan sebagai strategi pemecahan masalah yang selama ini ditemui. Tentunya

upaya-upaya tersebut akan dimodifikasi sesuai dengan perkembangan situasi dan

kondisi serta kemampuan sumber daya yang dimiliki guna pencapaian kinerja yang

lebih tinggi ditahun berikutnya guna mewujudkan visi Gubernur Lampung

“Lampung Maju Sejahtera 2019”.

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ketahanan pangan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan bangsa

karena pemenuhan pangan merupakan hak azasi setiap manusia.Selain itu, ketahanan

pangan juga merupakan salah satu pilar ketahanan nasional suatu bangsa, dan

menunjukkan eksistensi kedaulatan bangsa. Terkaitdengan hal tersebut, ketahanan

pangan tidak akan dapat terwujud dengan hanya melibatkan satu komponen bangsa, tapi

harus melibatkan seluruh komponen bangsa,baik pemerintah maupun masyarakat, harus

bersama-sama membangun ketahanan pangan secara sinergi. Hal inilah yang kemudian

dijabarkan dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, yang

merumuskan ketahanan pangan sebagai “kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah

tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun

mutunya, aman, halal, merata,dan terjangkau” dan ketahanan pangan merupakan

tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Undang-undang tentang

Pangan tersebut kemudian dijabarkan dalam berbagai Peraturan Pemerintah untuk

diimplementasikan dalam keputusan Pimpinan Pemerintah. Dalam rangka mencapai

ketahanan pangan yang mantap dan berkesinambungan, ada 3 (tiga) komponen pokok

yang harus diperhatikan:

1. Ketersediaan pangan yang cukup dan merata;

2. Keterjangkauan pangan yangefektif dan efisien; serta

3. Konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, amandan halal.

Ketiga komponen tersebut perlu diwujudkan sampai tingkat rumah tangga,dengan:

1. Memanfaatkan potensi sumberdaya lokal yang beragam untuk peningkatan

ketersediaan pangan dengan teknologi spesifik lokasi dan ramah lingkungan;

2. Mendorong masyarakat untuk mau dan mampu mengkonsumsi pangan yang

beragam, bergizi seimbang, dan aman untuk kesehatan;

3. Mengembangkan perdagangan pangan regional dan antar daerah, sehingga menjamin

pasokan pangan ke seluruh wilayah dan terjangkau oleh masyarakat dalam kerangka

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI);

4. Memanfaatkan pasar pangan internasional secara bijaksana bagi pemenuhan

konsumen yang beragam;serta

5. Memberikan jaminan bagi masyarakat miskin di perkotaan dan perdesaan dalam

mengakses pangan yang bersifat pokok.

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 2

Upaya untuk mewujudkan pemantapan ketahanan pangan tersebut, kemudian dijabarkan

dalam berbagai kegiatan pembangunan ketahanan pangan yang dilaksanakan oleh Badan

Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung (BKPD). Guna mengetahui kinerja

pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan ketahanan pangan tersebut selama

tahun 2016, disusunlah Laporan Kinerja Instansi Pemerintah

1.2 Maksud dan Tujuan

Laporan Kinerja (LKj) tahun 2016 disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban kinerja

Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Kepada Gubernur Lampung selaku

Pimpinan Daerah tertinggi di Provinsi Lampung.

Tujuan penyusunan laporan ini adalah untuk :

1. Mengetahui sejauhmana kinerja Badan Ketahanan Pangan tahun 2016;

2. Memenuhi kewajiban Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung dalam

melaksanakan tugas dan fungsinya selama tahun 2016.

1.3. Tugas Pokok dan Fungsi SKPD

Tugas Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung yaitu : “Melaksanakan

penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang ketahanan pangan, tugas

dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang diberikan pemerintah kepada Gubernur serta

tugas lain sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Gubernur berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku”.

Dalam melaksanakan tugas tersebut Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi

Lampung mempunyai funngsi, sebagai berikut :

1. Perumusan kebijakan teknis pengelolaan ketahanan pangan;

2. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang

ketahanan pangan;

3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang ketahanan pangan

4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur di bidang Ketahanan Pangan;

5. Pengelolaan administrative.

Pembangunan ketahanan pangan, sangat diperlukan kerjasama yang sinergis dan terarah

antar institusi dan komponen masyarakat serta koordinasi program dankegiatan berbagai

subsektor dan sektor. Guna mewujudkan sinergi dan harmonisasi kebijakan dan

program, serta memperkuat koordinasi peningkatan ketahanan pangan antar sektor, antar

wilayah, dan antar waktu, dibentuk Dewan Ketahanan Pangan(DKP) yang bertugas

merumuskan kebijakan serta melaksanakan evaluasi dan pengendalian dalam

mewujudkan ketahanan pangan nasional melalui Peraturan Gubernur Lampung Nomor 9

tanggal 2 April tahun 2008 yang disempurnakan dengan Peraturan Gubernur Lampung

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 3

Nomor 25 tahun 2013 tentang Dewan Ketahanan Pangan (DKP), dalam peraturan ini

Gubernur berkedudukan sebagai ketua dan Wakil Gubernur sebagai ketua harian.

BKP selaku Sekretariat DKP memfasilitasi pelaksanaan tugas Wakil Gubernur selaku

Ketua Harian DKP dalam membantu Gubernur untuk :

1. Merumuskan kebijakan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan di Provinsi

Lampung dengan memperhatikan kebijakan yang ditetapkan Dewan Ketahanan

Pangan Nasional; dan

2. Merumuskan kebijakan dalam rangka mendorong keikutsertaan masyarakat dalam

penyelenggaraan ketahanan pangan

3. Melaksanakan evaluasi dan pengendalian perwujudan ketahanan pangan.

Tugas Badan Ketahanan Pangan Daerah meliputi kegiatan di bidang: penyediaan

pangan, distribusi pangan, cadangan pangan, penganekaragaman pangan, serta mutu dan

keamanan pangan. Dalam melaksanakan tugas sehari-hari, Badan Ketahanan Pangan

Daerah Provinsi Lampung didukung oleh 6 Eselon III dengan struktur organisasi, yaitu:

1. Sekretariat Badan,

mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis dan administratif kepada seluruh

unit organisasi di lingkungan Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung.

2. Bidang Ketersediaan dan Kerawanan Pangan,

mempunyai tugas melaksanakan pengkajian, penyiapan perumusan kebijakan,

pengembangan, pemantauan, pemantapan ketersediaan dan akses pangan serta

pencegahan dan penanggulangan kerawanan pangan

3. Bidang Distribusi dan Harga Pangan,

mempunyai tugas melaksanakan koordinasi, identifikasi, pembinaan,

pengembangan dan pemantauan distribusi dan harga pangan serta cadangan pangan.

4. Bidang Konsumsi dan Penganekaragaman Pangan

mempunyai tugas melaksanakan pengkajian, penyiapan perumusan kebijakan,

pengembangan, pemantauan, dan pemantapan konsumsi dan keamanan pangan.

5. Bidang Mutu dan Keamannan Pangan

Mempunyai tugas melaksanakan koordinasi, identifikasi, pembinaan,

pengembangan dan pemantauan serta pengendalian mutu dan keamanan pangan

6. UPT

Mempunyai tugas melaksanakan koordinasi dan penyelenggaranan pelayanan

administrasi di bidang sertifikasi mutu dan keamanan pangan produk hasil pertanian

secara terpadu dengan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, simplifikasi,

keamanan pangan dan kepastian.

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 4

1.4 Struktur Organisasi Badan Ketahanan Pangan Daerah

1.5 Isu Strategis/Permasalahan Badan Ketahanan Pangan Daerah

1. Penanganan kerawanan pangan

2. Peningkatan stabilitas pasokan, harga dan distribusi pangan

3. Peningkatan penganekaragaman konsumsi pangan masyarakat

4. Pengawasan dan pembinaan keamanan pangan segar

KEPALA BADAN

SUB BAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN

SUB BIDANG DISTRIBUSI

PANGAN

SEKRETARIS

BIDANG KETERSEDIAAN

DAN KERAWANAN PANGAN

BIDANG KONSUMSI DAN

PENGANEKA-RAGAMAN PANGAN

BIDANG MUTU DAN

KEAMANAN PANGAN

BIDANG DISTRIBUSI DAN HARGA PANGAN

SUB BAGIAN KEUANGAN

SUB BAGIAN PERENCANAAN DAN

EVALUASI

SUB BIDANG KETERSEDIAAN DAN

AKSES PANGAN

SUB BIDANG KERAWANAN

PANGAN

SUB BIDANG HARGA DAN CADANGAN PANGAN

SUB BIDANG KONSUMSI PANGAN

SUB BIDANG PENGANEKA-RAGAMAN PANGAN

UPT

SUB BIDANG MUTU PANGAN

DAN GIZI

SUB BIDANG KEAMANAN PANGAN

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 5

BAB II.

PERENCANAAN KINERJA

2.1 Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2015 – 2019

Terdapat beberapa dokumen perencanaan nasional dan daerah yang menjadi dasar bagi

perencanaan kinerja. Beberapa dokumen tersebut adalah Rencana Pembangunan

Nasional dan Daerah berupa Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Nasional (RPJPN), Rencana Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional (RPJMN), Rencana Pembangunan Jangka Menegah Daerah

(RPJMD). Pada lingkup Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dokumen perencanaan

lima tahunan berupa dokumen Rencana Strategis (Renstra) SKPD yang merupakan

penjabaran dari RPJMD.

Berdasarkan RPJMD Provinsi Lampung maka disusunlah Rencana Strategik Badan

Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung tahun 2015 – 2019 yang merupakan

dokumen perencanaan yang bersifat indikatif yang memuat arah, kebijakan dan strategi

serta program – program pembangunan ketahanan pangan yang akan dilaksanakan

langsung oleh Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung maupun mendorong

Badan Ketahanan Pangan Daerah Kabupaten/Kota serta peran aktif masyarakat.

Renstra Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung merupakan dokumen

perencanaan yang bersifat indikatif yang memuat program pembangunan ketahanan

pangan yang akan dilaksanakan selama kurun waktu 2015 – 2019 dengan penekanan

pada pencapaian sasaran prioritas Nasional, Daerah dan Standar Pelayanan Minimal

(SPM).Renstra Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung ini memuat visi,

misi, tujuan, sasaran, kebijakan, program, indikator yang akan dicapai sampai tahun

2019.

2.1.1 Visi dan Misi

Pada periode Renstra 2015 – 2019 tidak ada lagi visi dan misi SKPD namun mengikuti

Visi Gubernur yaitu :

“ Lampung Maju dan Sejahtera 2019”

Visi tersebut dimaksudkan untuk menjadikan Provinsi Lampung merupakan daerah yang

maju dan berdaya saing. Menjadi wilayah maju mempunyai pengertian Provinsi

Lampung menjadi daerah dengan kinerja ekonomi tinggi dimana untuk menjadi daerah

yang maju harus di dukung dengan kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber

daya yang tinggi akan didapatkan bila status kesehatan masyarakat Provinsi Lampung

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 6

juga tinggi. Menjadi wilayah sejahtera mempunyai pengertian bahwa masyarakat

Provinsi Lampung yang sejahtera dalam arti sejahtera secara ekonomi, makmur dengan

pembagian yang lebih adil dan merata, jumlah penduduk terkendali, derajat kesehatan

tinggi, angka harapan hidup tinggi, kualitas pelayanan sosial lebih baik. Masyarakat

sejahtera juga harus terjamin hak-haknya dan memiliki kesempatan yang sama untuk

meningkatkan hidup, memperoleh pekerjaan, pendidikan, kesehatan dan pelayanan

sosial serta kebutuhan dasar yang layak

Pada periode Renstra 2015 – 2019 tidak ada lagi misi SKPD namun mengikuti Misi

Gubernur. Untuk mewujudkan Visi Gubernur Lampung maka telah dirumuskan menjadi

5 (lima) misi yaitu:

1. Meningkatkan pembangunan ekonomi dan memperkuat kemandirian daerah

2. Meningkatkan infrastruktur untuk pengembangan ekonomi dan pelayanan sosial

3. Meningkatkan kualitas pendidikan, kesehatan, IPTEK dan inovasi, budaya

masyarakat dan Toleransi kehidupan beragama

4. Meningkatkan pelestarian SDA dan kualitas lingkungan hidup yang berkelanjutan

5. Menegakkan supremasi hukum, mengembangkan demokrasi berbasis kearifan lokal,

dan memantapkan kepemerintahan yang baik dan antisipatif

Sektor Ketahanan Pangan masuk dalam Misi Pertama dalam RPJMD (Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah) 2015-2019 Provinsi Lampung yaitu

:“Meningkatkan Pembangunan Ekonomi dan Memperkuat Kemandirian

Daerah”.

2.1.2 Tujuan

Mengacu kepada misi yang telah ditetapkan, maka tujuan yang hendak dicapai atau

dihasilkan dalam kurun waktu 5 tahun adalah sebagai berikut :

Misi Pertama : Meningkatkan pembangunan ekonomi dan memperkuat kemandirian

pangan

Tujuan : 1. Memperkuat penyediaan pangan yang beragam berbasis sumber

daya lokal

2. Menurunkan jumlah penduduk rawan pangan

3. Memperkuat sistem distribusi dan stabilisasi harga pangan pokok

4. Meningkatkan konsumsi pangan yang beragam, bergizi,

seimbang dan aman melalui penguatan pengetahuan dan

kesadaran masyarakat

5. Meningkatkan konsumsi pangan masyarakat untuk memenuhi

kecukupan gizi yang bersumber dari pangan lokal

6. Meningkatkan keamanan pangan segar

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 7

Indikator Tujuan : 1. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan

2. Persentase penurunan jumlah penduduk rawan pangan (%)

3. Harga gabah kering panen ( GKP) di tingkat produsen (Rp.)

4. Koefisien variasi pangan (beras) di tingkat konsumen (%)

5. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi

6. Jumlah Konsumsi Energi (kkal/kap/hr)

7. Jumlah Konsumsi Protein (gram/kap/hr)

8. Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi

9. Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang diuji (%)

Tabel 1. Hubungan antara Misi, Tujuan dan Indikator Tujuan

No. Tujuan Indikator Tujuan Satuan Kondisi Akhir 2019

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Memperkuat penyediaan pangan yang beragam berbasis sumber daya lokal

Menurunkan jumlah penduduk rawan pangan

Memperkuat sistem distribusi dan stabilisasi harga pangan pokok

Meningkatkan konsumsi pangan yang beragam, bergizi, seimbang dan aman melalui penguatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat

Meningkatkan konsumsi pangan masyarakat untuk memenuhi kecukupan gizi yang bersumber dari pangan lokal

Meningkatkan keamanan pangan segar

1. Skor PPH ketersediaan

2. Persentase penurunan jumlah penduduk rawan pangan

3. Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat produsen

4. Koefisien Variasi Pangan (beras) di tingkat konsumen

5. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi

6. Jumlah Konsumsi energi

7. Jumlah Konsumsi Protein

8. Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi

9. Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang diuji

-

%

Rp.

%

-

Kkal/kap/hr

Gram/kap/hr

%

%

88,7

1

≥ HPP

CV<10%

87,7

2.064

57,0

10

80% (dibawah ambang batas)

2.1.3 Sasaran Strategis

Mengacu pada misi yang telah ditetapkan, maka sasaran yang hendak dicapai atau

dihasilkan dalam kurun waktu 5 tahun adalah sebagai berikut :

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 8

Misi Pertama : Meningkatkan pembangunan ekonomi dan memperkuat kemandirian

pangan

sasaran : 1. Peningkatan ketersediaan pangan yang beragam

2. Penurunan jumlah penduduk rawan pangan

3. Stabilnya harga pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen

4. Peningkatan keragaman konsumsi pangan yang sehat dan aman

5. Peningkatan konsumsi pangan yang sesuai angka kecukupan gizi

(AKG)

6. Tercapainya keamanan pangan segar

Tabel 2. Sasaran Strategis, Indikator Kinerja dan Target Kinerja

NO Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Kondisi

Awal (2015)

Kondisi Akhir

RPJMD

1.

2.

3. 4. 5. 6.

Peningkatan ketersediaan pangan yang beragam

Penurunan jumlah penduduk rawan pangan Stabilnya harga pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen Peningkatan keragaman konsumsi pangan yang sehat dan aman Peningkatan konsumsi pangan yang sesuai angka kecukupan gizi (AKG) Tercapainya keamanan pangan segar

1. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan

2. Persentase Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan

3. Harga Gabah Kering Panen

(GKP) di Tingkat produsen

4. Koefisien Variasi Pangan (beras) di tingkat konsumen

5. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi

6. Jumlah Konsumsi Energi 7. Jumlah Konsumsi Protein 8. Persentase Peningkatan

Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi

9. Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang diuji

-

%

Rp/Kg

%

-

Kkal/kap/hr Gram/kap/hr

%

%

87,52

1 ≥ HPP

CV<10%

84,1 2.004 56,1 10 80% (dibawah ambang batas)

88,70

1 ≥ HPP

CV<10%

87,70 2.064 57 10 80% (dibawah ambang batas)

2.1.4 Strategi, Arah Kebijakan Daerah, Program dan Indikator Kinerja Dalam Renstra 2015 – 2019

Berdasarkan visi, misi serta tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, maka upaya

pencapaiannya selanjutnya dijabarkan secara sistematis melalui perumusan strategis,

arah kebijakan dan program. Selain itu untuk mengukur capaian kinerjanya maka

dirumuskan pula indikator sebagai tolok ukur kinerjanya.

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 9

2.1.4.1 Strategi

Strategi untuk mencapai misi pertama : Meningkatkan pembangunan ekonomi dan

memperkuat kemandirian daerah, adalah terpenuhinya kebutuhan konsumsi pangan

yang beragam, bergizi, seimbang dan aman untuk memenuhi kecukupan energi per

kapitadengan cara :

1. Memprioritaskan pembagunan ekonomi berbasis pertanian dan perdesaan untuk

meningkatkan pendapatan masyarakat

2. Pemenuhan pangan bagi kelompok masyarakat terutama masyarakat miskin transien

dan kronis akibat bencana alam melalui pendistribusian bantuan pangan

3. Pemberdayaan masyarakat agar mampu memanfaatkan pangan beragam, bergizi dan

aman (B2SA) berbasis sumberdaya lokal

4. Promosi dan edukasi kepada masyarakat untuk memanfaatkan pangan B2SA

berbasis sumberdaya lokal

5. Pengawasan dan pemantauan keamanan pangan segar

2.1.4.2 Arah Kebijakan Daerah

Arah kebijakan daerah untuk mencapai Misi pertama Meningkatkan pembangunan

ekonomi dan memperkuat kemandirian daerah, adalah untuk pemantapan ketahanan

pangan, yang meliputi aspek :

1. Aspek ketersediaan pangan

Dalam aspek ketersediaan pangan difokuskan pada peningkatan ketersediaan pangan

yang beranekaragam berbasis potensi sumberdaya lokal dan memantapkan

penanganan kerawanan pangan untuk mengurangi jumlah penduduk miskin dan

kelaparan

2. Keterjangkauan pangan

Difokuskan pada stabilisasi harga dan pasokan pangan serta pengelolaan cadangan

pangan

3. Pemanfaatan pangan.

Difokuskan pada pemantapan penganekaragaman konsumsi pangan melalui

pemberdayaan pekarangan pangan dan percepatan penganekaragaman konsumsi

pangan berbasis sumber daya dan kearifan lokal ditunjang dengan pengawasan

keamanan pangan segar.

2.1.4.3 Program untuk mencapai sasaran

Berdasarkan visi, misi, tujuan, sasaran strategis dan arah kebijakan yang telah ditetapkan

dalam Renstra Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung, maka upaya yang

dilakukan untuk pencapaiannya dijabarkan secara sistematis melalui perumusan program

prioritas daerah. Adapun Program Prioritas untuk mendukung masing-masing sasaran

tahun 2016 adalah sebagai berikut :

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 10

Tabel 3. Program Tahun 2016 untuk Mendukung Pencapaian Sasaran Strategis

No Sasaran Strategis Indikator Jumlah Program

1.

2.

3.

4.

5.

6.

.

Peningkatan ketersediaan pangan yang beragam Penurunan jumlah penduduk rawan pangan Stabilnya harga pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen Peningkatan keragaman konsumsi pangan yang sehat dan aman Peningkatan konsumsi pangan yang sesuai angka kecukupan gizi (AKG) Tercapainya keamanan pangan segar

1. Skor Pola Pangan Harapan Ketersediaan

2. Persentase Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan (%/tahun)

3. Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen (Rp./Kg)

4. Koefisien variasi pangan (beras) di tingkat konsumen (CV)

5. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi

6. Jumlah Konsumsi Energi (kkal/kap/hari)

7. Jumlah Konsumsi Protein (gr/kap/hari)

8. Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi (%)

9. Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang Diuji (%)

1 Program

2.1.5 Tema, Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah

2.1.5.1 Tema Pembangunan Daerah

Peraturan Gubernur Lampung nomor 36 tahun 2015 tentang Rencana Kerja Pemerintah

Daerah (RKPD), tema dan prioritas pembangunan Provinsi Lampung tahun 2016 adalah

Memperkuat sinergi pembangunan infrastruktur, pelayanan publik dan ekonomi untuk

mengurangi kesenjangan antar wilayah menuju Lampung maju dan sejahtera.

2.1.5.2 Prioritas Pembangunan Daerah

Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) tahun 2016, priortas

pembangunan Daerah Lampung adalah sebagai berikut :

1. Memperkuat daya dukung infrastruktur dan konektivitas wilayah

2. Revitalisasi pertanian dalam rangka pemantapan ekonomi daerah untuk peningkatan

rakyat yang berkeadilan

3. Memperluas kesempatan kerja dan akses pelayanan pendidikan dan kesehatan

4. Penguatan inovasi teknologi, pematapan IPTEK, industri dan perdagangan serta

energi terbarukan

5. Peningkatan pariwisata dan kebudayaan daerah melalui snergi antar pemangku

kepentingan

6. Pemantapan pengelolaan sumber daya alam, lingkungan dan penanggulangan

bencana

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 11

7. Reformasi birokrasi melalui peningkatan kerjasama dan tatakelola pemerintahan

yang baik

Bidang ketahanan pangan masuk dalam prioritas kedua, yaitu revitalisasi pertanian

dalam rangka pemantapan ekonomi daerah untuk peningkatan rakyat yang berkeadilan.

2.1.5.3 Sasaran Pembangunan Daerah

Untuk mendukung pelaksanaan tema pembangunan tersebut diatas, maka ditetapkan

prioritas pembangunan Provinsi Lampung tahun 2016 bersama dengan sasarannya

sebagai berikut :

Tabel 4. Sasaran Pembangunan Bidang Ketahanan Pangan di Provinsi Lampung tahun 2016

NO PRIORITAS SASARAN 1 Bidang Ketahanan Pangan :

“Revitalisasi pertanian dalam rangka pemantapan ekonomi daerah untuk peningkatan rakyat yang berkeadilan ”

1. Peningkatan ketersediaan pangan yang beragam 2. Penurunan jumlah penduduk rawan pangan 3. Stabilnya harga pangan pokok di tingkat

produsen dan konsumen 4. Peningkatan keragaman konsumsi pangan yang

sehat dan aman 5. Peningkatan konsumsi pangan yang sesuai angka

kecukupan gizi (AKG) 6. Tercapainya keamanan pangan segar

2.2 Perjanjian Kinerja (PK) Perubahan Tahun 2016

Dokumen Perjanjian Kinerja (PK) merupakan dokumen pernyataan atau kesepakatan

atau perjanjian antara atasan dan bawahan untuk mencapai target kinerja yang ditetapkan

suatu instansi. Dokumen ini memuat sasaran strategis, indikator kinerja utama beserta

target kinerja dan anggaran. Penyusunan PK 2015 dilakukan dengan mengacu kepada

RPJMD, RKPD 2015, IKU dan APBD.

Tabel 5. Perjanjian Kinerja Perubahan Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun Anggaran 2016

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target

1. 2.

3.

4.

Peningkatan ketersediaan pangan yang beragam Penurunan jumlah penduduk rawan pangan

Stabilnya harga pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen

Peningkatan keragaman konsumsi pangan yang

1. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan

2. Persentase Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan (%/thn)

3. Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat produsen (Rp./Kg)

4. Koefisien Variasi Pangan (beras) di tingkat konsumen (CV)

5. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi

85,6 1

≥ HPP CV < 10% 85,0

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 12

5.

6.

sehat dan aman

Peningkatan konsumsi pangan yang sesuai angka kecukupan gizi (AKG) Tercapainya keamanan pangan segar

6. Jumlah Konsumsi Energi

(kkal/kap/hr)

7. Jumlah Konsumsi Protein (gr/kap/hari)

8. Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi (%)

9. Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang di Uji (%)

2.019 56,3 10% 80% (dibawah ambang batas)

Program :

1. Pelayanan Administrasi Perkantoran

2. Peningkatan Sarana dan Prasarana

Aparatur

3. Peningkatan Disiplin Aparatur

4. Peningkatan Pengembangan Sistem

Pelaporan Capaian Kinerja dan

Keuangan

5. Peningkatan Diversifikasi dan

Peningkatan Ketahanan Pangan

Anggaran

Rp. 607.831.250,-

Rp. 119.000.000,-

Rp. 3.600.000,-

Rp. 77.007.000,-

Rp. 4.375.466.750,-

Keterangan

APBD

APBD

APBD

APBD

APBD

J u m l a h APBD Rp. 5.182.905.000,-

6. Peningkatan Diversifikasi dan

Ketahanan Pangan Masyarakat

Rp. 16.433.042.000,- APBN

J u m l a h APBN Rp. 16.433.042.000,-

T O T A L Rp. 21.615.947.000,-

2.2.1 Rencana Anggaran Tahun 2016 Jumlah Anggaran untuk Badan Ketahanan Pangan Provinsi Lampung tahun 2016

sebesar Rp. 11.099.541.790,- yang digunakan untuk membiayai Belanja Tidak Langsung

dan Belanja Langsung, secara rinci rencana anggaran Belanja Tidak Langsung dan

Belanja Langsung dapat dillihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 6. Rencana Belanja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun Anggaran 2016

No. Uraian Rencana % 1.

2.

Belanja Tidak Langsung

Belanja Langsung

5.916.636.790

5.182.905.000

53,30

46,70

J u m l a h 11.099.541.790 100 Sumber : DPA Perubahan BKPD TA. 2016

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 13

Alokasi anggaran Belanja Langsung Tahun Anggaran 2016 yang dialokasikan untuk

membiayai program pendukung kelancaran kegiatan yang langsung mendukung

pencapaian sasaran BKPD Provinsi Lampung, sebagai berikut:

Tabel 7. Alokasi Anggaran Rutin Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung

No. Program Anggaran (Rp.) % Program Pendukung (Rutin) 1. 2. 3. 4.

Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Program Peningkatan Disiplin Aparatur Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan capaian Kinerja dan Keuangan

607.831.250

119.000.000

3.600.000

77.007.000

11,73

2,30

0,07

1,48

Program Pencapaian Sasaran 1. Program Peningkatan Diversifikasi

dan Peningkatan Ketahanan Pangan 4.375.466.750 84,42

J u m l a h 5.182.905.000 100

Alokasi anggaran Belanja Langsung Tahun Anggaran 2016 yang dialokasikan untuk

membiayai kegiatan-kegiatan prioritas yang langsung mendukung pencapaian sasaran

pembangunan adalah sebagai berikut :

Tabel 8. Alokasi per Sasaran Pembangunan Tahun Anggaran 2016

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Anggaran % 1. 2.

3.

4.

5.

6.

Peningkatan ketersediaan pangan yang beragam Peningkatan keragaman konsumsi pangan yang sehat dan aman

Peningkatan konsumsi pangan yang sesuai angka kecukupan gizi (AKG)

Penurunan jumlah penduduk rawan pangan

Stabilnya harga pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen

Tercapainya keamanan pangan segar

1. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan

2. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi

3. Jumlah Konsumsi Energi (kkal/kap/hr)

4. Jumlah Konsumsi Protein (gr/kap/hari)

5. Persentase Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan (%/thn)

6. Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat produsen (Rp./Kg)

7. Koefisien Variasi Pangan (beras) di tingkat konsumen (CV)

8. Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi (%)

9. Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang di Uji (%)

637.165.750

397.000.000

196.312.000

2.813.839.000

331.150.000

14,56

9,07

4,49

64,31

7,57

J U M L A H 4.375.466.750 100

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 14

Pada tabel di atas, jumlah anggaran untuk program/kegiatan sebesar Rp. 4.375.466.750,

untuk pencapaian indikator Skor Pola Pangan Harapan (PPH) ketersediaan, Skor Pola

Pangan Harapan (PPH) konsumsi, jumlah konsumsi energi, jumlah konsumsi protein

dibiayai dengan anggaran sebesar 14,56%, untuk pencapaian indikator persentase

penurunan jumlah penduduk rawan pangan dibiayai dengan anggaran sebesar 9,07%,

untuk pencapaian indikator Harga Gabah Di Tingkat Produsen dan Harga Beras di

Tingkat Konsumen di biayai dengan anggaran 4,09%, untuk pencapaian indikator

Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi sebesar 64,31 karena didalamnya

termasuk dana DAK untuk pembangunan gedung Laboratorium dan gedung UPT Balai

Sertifikasi Mutu dan Keamanan Pangan. Sementara untuk pencapaian target indikator

Tingkat Keamanan Pangan Segar yang di Uji dibiayai dengan anggaran 7,57% dari

anggaran kegiatan untuk pencapaian indikator (Program Peningkatan Diversifikasi dan

Peningkatan Ketahanan Pangan).

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 15

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

Pendekatan manajemen pembangunan berbasis kinerja, yang utama adalah bahwa

pembangunan diorientasikan pada pencapaian menuju perubahan yang lebih baik. Hal

ini mengandaikan bahwa fokus dari pembangunan bukan hanya sekedar melaksanakan

program/kegiatan yang sudah direncanakan. Esensi dari manajemen pembangunan

berbasis kinerja adalah orientasi untuk mendorong perbaikan, dimana program/kegiatan

dan sumber daya anggaran adalah alat yang dipakai untuk mencapai rumusan perubahan,

baik pada level keluaran, hasil maupun dampak. Pendekatan ini juga sejalan dengan

prinsip Good Govermance dimana salah satu pilarnya, yaitu akuntabilitas, akan

menunjukkan sejauh mana sebuah instansi pemerintahan telah memenuhi tugas dan

mandatnya dalam penyediaan layanan public yang langsung bisa dirasakan hasilnya oleh

masyarakat, sehingga pengendalian dan pertanggungjawaban program/kegiatan menjadi

bagian penting dalam memastikan akuntabilitas kinerja pemerintah daerah kepada public

telah dicapai.

Dalam hal ini, Laporan Kinerja pemerintah merupakan bentuk realisasi kinerja dari

pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercakan kepada setiap instansi pemerintah atas

penggunaan anggaran. Hal terpenting yang diperlukan dalam pemyusunan laporan

kinerja adalah pegukuran kinerja dan evaluasi serta pengungkapan secara memadai hasil

analisis terhadap pengukuran kinerja (Permenpan Nomor 53 tahun 2014 tentang

petunjuk teknis perjanjian kinerja, pelaporan kinerja dan tata cara reviu atas laporan

kinerja instansi pemerintah).

Sedangkan untuk skala penilaian terhadap kinerja pemerintah, menggunakan pijakan

Permendagri No. 54 tahun 2010, sebagai berikut :

No. Interval Nilai Realisasi Kinerja

Kriteria Penilaian Realisasi Kinerja Kode

1. 91 ≤ Sangat Tinggi

2. 76 ≤ 90 Tinggi

3. 66 ≤ 75 Sedang

4. 51 ≤ 65 Rendah

5. ≤ 50 Sangat Rendah

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 16

3.1 Capaian Indikator Kinerja Utama Tahun 2016

Pengukuran tingkat capaian kinerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung

Tahun 2016 dilakukan dengan cara membandingkan antara target indikator kinerja

sasaran dengan realisasinya. Rincian tingkat capaian kinerja masing-masing indikator

sasaran tersebut dapat diilustrasikan dalam tabel dibawah ini:

Tabel 9. Perbandingan Antara Target dan Realisasi Capaian Kinerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2016

No Indikator Kinerja Capaian 2015

Tahun 2016 Target Akhir

Renstra

Capaian s/d 2016

terhadap 2019 (%)

Target Capaian %

1.

Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan

70,31 85,6 75,08 87,71 96,32 77,95

2. Persentase Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan (%/th)

0,68 1 0,43 43 1% 43

3. Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat produsen (Rp/Kg)

≥ HPP Rp. 4.100

≥ HPP Rp. 3.700

≥ HPP Rp. 3.776

100 ≥ HPP

HPP tahun 2019 belum

diketahui

4. Coefisien Variasi

pangan beras di tingkat konsumen

CV : 6% CV<10% CV : 2% 100 CV <10% 100

5. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi

79,3 85,0 78,0

91,76 92,5 84,32

6.

Jumlah Konsumsi energi(kkal/kap/hr)

1.841,5 2.019 1.856,7 91,96 2.150 86,36

7. Jumlah Konsumsi Protein(gr/kap/hr)

49,6 56,3 50,3 89,34 57 88,25

8. Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi (%)

3,16 10 7,33 73,3 10 73,3

9. Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang di Uji (%)

91,39

80% 83,78 104,73 80% 104,73

Dari 9 indikator kinerja sasaran yang merupakan indikator kinerja utama (IKU) Badan

Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2016, 5 indikator menunjukkan

capaian lebih dari 91, 2 indikator kinerja memiliki capaian 76 ≤ 90, 1 indikator kinerja

memiliki capaian 66 ≤ 75 dan 1 indikator menunjukkan capaian kinerja antara ≤ 50.

berdasarkan skala nilai peringkat kinerja pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

54 tahun 2010 terdapat 5 indikator menunjukkan capaian sangat tinggi, 2 indikator

menunjukkan capaian tinggi, 1 indikator menunjukkan capaian sedang dan 1 indikator

menunjukkan capaian sangat rendah.

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 17

Gambar 1. Persentase Pencapaian IKU BKPD Provinsi Lampung Tahun 2016

Sementara bila dilihat dalam kerangka triwulan, perbandingan antara rencana dan

realisasi kinerja untuk seluruh sasaran adalah sebagai berikut :

Tabel 10. Realisasi dan Capaian Kinerja IKU Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2016 per Triwulan

No Sasaran Strategi Indikator Kinerja Satuan Target Tahun

an Triwulan Target Realisasi %

1. Peningkatan ketersediaan pangan yang beragam

Skor pola pangan harapan (PPH) ketersediaan

- 85,6 Triwulan I 85,6 79,3 92,64 Triwulan II 85,6 79,3 92,64 Triwulan III 85,6 79,3 92,64 Triwulan IV 85,6 75,08 87,71

2. Penurunan jumlah penduduk rawan pangan

Pesentase Penurunan jumlah penduduk rawan pangan

% 1 Triwulan I 1 0,68 68 Triwulan II 1 0,68 68 Triwulan III 1 0,68 68 Triwulan IV 1 0,43 43

3. Stabilnya harga pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen

Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat produsen

Rp/kg 3.700≤ Triwulan I 3.700 ≤ 3.915 100 Triwulan II 3.700 ≤ 3.577 99 Triwulan III 3.700 ≤ 3.822 100 Triwulan IV 3.700 ≤ 3.776 100

Coefisien Variasi pangan beras di tingkat konsumen

% 10% > Triwulan I 10% > 6 100 Triwulan II 10% > 6 100 Triwulan III 10% > 6 100 Triwulan IV 10% > 2 100

4. Peningkatan keragaman konsumsi pangan yang sehat dan aman

Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi

- 85,0 Triwulan I 85,0 79,3 93,29 Triwulan II 85,0 79,3 93,29 Triwulan III 85,0 79,3 93,29 Triwulan IV 85,0 78,0*) 91,76

5. Peningkatan konsumsi pangan yan sesuai angka kecukupan gizi (AKG)

Jumlah Konsumsi Energi

Kkal/kap/hr 2.019 Triwulan I 2.019 1.841,5 91,21 Triwulan II 2.019 1.841,5 91,21 Triwulan III 2.019 1.841,5 91,21 Triwulan IV 2.019 1.856,7*) 91,96

Jumlah Konsumsi Protein

Gram/kap/hr 56,3 Triwulan I 56,3 49,6 88,10 Triwulan II 56,3 49,6 88,10 Triwulan III 56,3 49,6 88,10 Triwulan IV 56,3 50,3*) 89,34

6. Tercapainya keamanan pangan segar

Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi

-% 10 Triwulan I 10 7,4 74 Triwulan II 10 7,4 74 Triwulan III 10 7,4 74 Triwulan IV 10 7,33 73,3

Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang di Uji

% 80 Triwulan I 80 91,39 114,24 Triwulan II 80 91,39 114,24 Triwulan III 80 91,39 114,24 Triwulan IV 80 83,78 104,73

Catatan *) menggunakan angka sementara karena hasil realisasi baru diketahui pada bulan Juni 2016

Sangat Tinggi 55,56% Tinggi

22,22%

Sangat Rendah 11,11%

Sedang 11,11%

Tingkat Capaian IKU Tahun 2016

Sangat Tinggi 55,56%

Tinggi 22,22%

Sedang 11,11%

Sangat Rendah 11,11%

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 18

Beberapa IKU yang diuraikan diatas, penetapan target dan pengukuran realisasi triwulan

dilakukan dengan menggunakan proxy indikator karena karakter indikator yang spesifik,

termasuk tentang metode pengukuran indikator. Indikator yang dimaksud dan penjelasan

mengapa dipergunakan proxy indikator adalah sebagai berikut :

1. Sebagian indikator merupakan indikator pada level outcome, dimana pelaksanaan

kegiatan pada tahun berjalan, belum tentu akan berkontribusi pada pencapaian target

kinerja IKU secara langsung, seperti indikator penurunan jumlah penduduk rawan

pangan.

2. Sebagian indikator mempergunakan data yang dihasilkan oleh pengukuran secara

periodik oleh lembaga diluar Badan Ketahanna pangan Daerah, yang biasanya

dilakukan sekali dalam setahun, indikator yang masuk dalam kategori ini adalah

PPH Ketersediaan, Skor pola pangan harapan (PPH) konsumsi, Konsumsi energi

dan Konsumsi Protein.

Tabel 11. Pencapaian Kinerja Tahun 2016 Dibandingkan dengan Target Kinerjanya, Target RPJMD dan Perjanjian Kinerja Tahun 2017

No Sasaran Strategi

Indikator Kinerja Satuan

Tahun 2016 Tahun 2017

Target Capaian Realisasi Target RPJMD PK

1. Peningkatan ketersediaan pangan yang beragam

Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan - 85,6 75,08 87,71 88,0 88,0

2. Penurunan jumlah penduduk rawan pangan

Persentase Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan

%/Tahun 1 0,43 43 1 1

3. Stabilnya harga pangan pokok d tingkat produsen dan konsumen

Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat produsen

Rp/Kg HPP≤

3.700≤ 3.776 100 3.700 3.700

Coefisien Variasi pangan beras di tingkat konsumen

% <10% 2% 100 < 10% < 10%

4. Peningkatan keragaman konsumsi pangan yang sehat dan aman

Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi - 85,0 78,0 91,76 85,9 85,9

5. Peningkatan konsumsi pangan yan sesuai angka kecukupan gizi (AKG)

Jumlah Konsumsi Energi Kkal/kap/hr 2.019 1.856,7 91,96 2.034 2.034

Jumlah Konsumsi Protein Gram/kap/hr 56,3 50,3 89,34 56,5 56,5

6. Tercapainya keamanan pangan segar

Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi

% 10 7,33 73,3 10 10

Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang di Uji

%

80% (dibawah ambang batas)

83,78 104,73 80 % 80 %

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 19

3.2 Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja

Bagian ini akan menguraikan evaluasi dan analisis capaian kinerja yang menjelaskan

laporan kinerja secara umum sebagaimana telah diuraikan dalam sub bab sebelumnya.

Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung memiliki 6 sasaran, yaitu :

1. Peningkatan ketersediaan pangan yang beragam

2. Penurunan jumlah penduduk rawan pangan

3. Stabilnya harga pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen

4. Peningkatan keragaman konsumsi pangan yang sehat dan aman

5. Peningkatan konsumsi pangan yang sesuai angka kecukupan gizi (AKG)

6. Tercapainya keamanan pangan segar

yang diukur dengan 9 indikator, yaitu :

1. Skor pola pangan harapan (PPH) ketersediaan

2. Persentase penurunan jumlah penduduk rawan pangan

3. Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen

4. Coefisien variasi pangan beras di tingkat konsumen

5. Skor pola pangan harapan (PPH) konsumsi

6. Jumlah konsumsi energi

7. Jumlah konsumsi protein

8. Persentase peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi

9. Persentase tingkat keamanan pangan segar yang di uji

Penyajian untuk sub bab ini akan disajikan per indikator. Beberapa indikator yang

terkait digabungkan menjadi satu dalam analisis ini.

Capaian kinerja tahun 2016 merupakan capaian kinerja tahun kedua dari periode 5

(lima) tahun RPJMD dan Renstra Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung.

Adapun gambaran pencapaian indikator kinerja pada tahun 2016 adalah sebagai berikut:

Tabel 12. Rencana dan Realisasi Capaian Indikator Kinerja BKPD TA. 2016

NO Sasaran Srategis Indikatir Kinerja Satuan

2016 2019

Target Realisasi % Target RPJMD %

1. Peningkatan ketersediaan pangan yang beragam

1. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan

- 85,6 75,08 87,71 96,32 77,95

2. Penurunan jumlah penduduk rawan pangan

2. Persentase Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan

%/Tahun 1 0,43 43 1 43

3.

Stabilnya harga pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen

3. Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat produsen

Rp/Kg HPP≤

3.700

3.776 100 HPP≤ Belum diketahui HPP nya

4. Coefisien Variasi pangan beras di

% <10% 2% 100 <10% 100

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 20

NO Sasaran Srategis Indikatir Kinerja Satuan

2016 2019

Target Realisasi % Target RPJMD %

tingkat konsumen

4. Peningkatan keragaman konsumsi pangan yang sehat dan aman

5. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi

- 85,0 78,0*) 91,76 92,5 84,32

5. Peningkatan konsumsi pangan yan sesuai angka kecukupan gizi (AKG)

6. Jumlah Konsumsi Energi

Kkal/kap/hr 2.019 1.856,7*) 91,96 2.150 86,36

7. Jumlah Konsumsi Protein

Gram/kap/hr 56,3 50,30*) 89,34 57 88,25

6. Tercapainya keamanan pangan segar

8. Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi

% 10 7,33 73,3 10 73,3

9. Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang di Uji

% 80% (dibawah ambang batas)

83,78 104,73 80 104,73

Catatan *) Angka sementara

Keberhasilan Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung dalam menjalankan

Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat diukur

berdasarkan pencapaian outcome. Pengukuran tersebut dilakukan mengingat outcome

merupakan hasil dari berfungsinya output yang telah dilaksanakan bidang yaitu Bidang

Ketersediaan dan Kerawanan Pangan, Bidang Distribusi dan Harga Pangan, Bidang

Penganekaragaman dan Konsumsi Pangan, Bidang Mutu dan Keamanan Pangan, UPT

serta Sekretariat Badan Ketahanan Pangan Daerah. Pengukuran capaian kinerja Badan

Ketahanan Pangan Daerah tersebut dilaksanakan secara tahunan, sedangkan pengukuran

realisasi keuangan dan fisik output kegiatan dipantau secara bulanan dan tri wulanan

melalui Laporan realisasi kinerja dan realisasi keuangan.

Pengukuran kinerja didasarkan pada indikator kinerja yang terstandarisasi agar mampu

menghasilkan hasil evaluasi kinerja yang relevan dan reliable sebagai bahan

pertimbangan perencanaan selanjutnya. Hasil pengukuran menjadi dasar untuk

menyimpulkan kemajuan kinerja, mengambil tindakan dalam rangka mencapai target

kinerja yang ditetapkan dan menyesuaikan strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran.

Analisis dan evaluasi capaian kinerja diperoleh dari hasil pengukuran kinerja kegiatan

yang mendukung tercapainya sasaran. Beberapa indikator kinerja dapat dilaksanakan

melalui beberapa kegiatan yang saling terkait digabung menjadi satu dalam analisis ini.

Hasil analisis dan evaluasi capaian kinerja tahun 2016 Badan Ketahanan Pangan Daerah

Provinsi Lampung per indikator dapat dijelaskan sebagai berikut :

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 21

SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH) KETERSEDIAAN

Ketahanan pangan nasional masih merupakan isu yang strategis bagi Indonesia

mengingat kecukupan produksi, distribusi dan konsumsi pangan memiliki dimensi yang

terkait dengan dimensi sosial, ekonomi dan politik.Ketahanan pangan merupakan suatu

sistem yang terintegrasi yang terdiri atas berbagai subsistem, subsistem utamanya adalah

ketersediaan pangan, keterjangkauan dan pemenuhan konsumsi pangan. Terwujudnya

ketahanan pangan merupakan sinergi dari interaksi ketiga subsistem tersebut. Subsistem

ketersediaan pangan mencakup aspek produksi dan cadangan pangan.

Ketersediaan pangan harus dikelola sedemikian rupa sehingga walaupun produksi

pangan bersifat musiman, terbatas dan tersebar antar wilayah, tetapi volume pangan

yang tersedia bagi masyarakat harus cukup jumlah dan jenisnya serta stabil

penyediaannya dari waktu ke waktu. Untuk itu aspek cadangan pangan merupakan salah

satu komponen penting dalam ketersediaan pangan yang dapat berfungsi menjaga

kesenjangan antara produksi dengan kebutuhan, disamping itu juga dapat digunakan

untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kekurangan pangan yang bersifat

sementara disebabkan gangguan atau terhentinya pasokan bahan pangan, misalnya

karena putusnya prasarana dan sarana transportasi akibat bencana alam.

Realisasi pencapaian indikator skor pola pangan harapan (PPH) ketersediaan, dapat

dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 13. Rencana dan Realisiasi Indikator Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan

No Indikator Kinerja Capaian 2015

Tahun 2016 Target Akhir

Renstra

Capaian s/d 2016

terhadap 2019 (%)

Target Capaian %

1.

Skor Pola Pangan Harapan Ketersediaan

70,31 85,60

75,08

87,71

88,70

84,64

Pada indikator skor pola pangan harapan (PPH) Ketersediaan pada tahun 2016 ini

ditargetkan 85,6 dan terealisasi 75,08 atau 87,71%, meskipun pencapaian kinerjanya

belum mencapai 100% tetapi pencapaian kinerjanya sudah tergolong tinggi yaitu

mencapai 87,71%.

Untuk mengetahui perkembangan skor pola pangan harapan (PPH) ketersediaan selama

lima tahun terakhir di Provinsi Lampung dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 22

Tabel 14. Pola Pangan Harapan (PPH Ketersediaan) di Provinsi Lampung 2012 – 2016

Kelompok Pangan Skor Maks

Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan 2012 2013 2014 2015 2016

Padi-Padian Umbi-Umbian Pangan Hewani Minyak dan Lemak Buah/Biji Berminyak Kacang-Kacangan Gula Sayur dan Buah Lain-Lain

25 2,5 24 5 1

10 2,5 30

-

25 2,5

7,08 5,0

0

1,55 2,5

30,0 -

25 1,97

10,06 2,36

-

1,97 2,5 30

-

25 2,00 9,87 2,82

-

1,72 2,50

30,00 -

25 1,65 9,40 1,03

-

0,73 2,50

30.00 -

25 1,0

10,7 3,2 1,0

1,6 2,5

30,0 -

T O T A L 100 73,63 73,86 73,92 70,31 75,08 Sumber : Badan Ketahanan Pangan Daerah Prov. Lampung

Sumber Data : Badan Ketahanan Pangan Daerah prov. Lampung

Gambar2. Skor PPH Ketersediaan Provinsi Lampung Tahun 2012 – 2016

Jika dilihat dari tabel diatas menunjukkkan bahwa PPH ketersediaan di Provinsi

Lampung sejak tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 mengalami peningkatan, hanya

saja pada Tahun 2015 mengalami penurunan hal ini dikarenakan ada beberapa

komoditas yang mengalami penurunan ketersediaannya sehingga masih dibawah skor

maksimal, untuk komoditi padi-padian, gula, sayur dan buah ketersediaannnya sudah

melebihi dari skor maksimal, sementara untuk kelompok pangan umbi-umbian, hewani,

minyak dan lemak, buah/biji berminyak, dan kacang-kacangan ketersediaannya masih di

bawah skor maksimal yang menyebabkan skor PPH ketersediaan di Provinsi Lampung

belum ideal yang menunjukkan bahwa ketersediaan bahan pangan di Provinsi Lampung

belum beragam/berimbang. Dan pada tahun 2016 skor pola pangan harapan (PPH)

ketersediaan mengalami peningkatan yaitu 75,08, meskipun mengalami peningkatan di

73,63 73,86 73,92

70,31

75,08

67

68

69

70

71

72

73

74

75

76

Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016

SKOR PPH KETERSEDIAAN

Series 1

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 23

tahun 2016 ini, tapi PPH ketersediaan menunjukkan bahwa ketersediaan pangan di

Provinsi Lampung belum beragam/seimbang karena belum mencapai 100.

Sementara jika dilihat dari surplus atau minus ketersediaan bahan pangan selama lima

tahun terakhir di provinsi Lampung dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 15. Surplus/Minus Bahan Makanan Provinsi Lampung Th. 2012 – 2016

No. Komoditas Surplus (+)/Minus (-) (ton)

2012 2013 2014 2015 2016 I 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.

Pangan Nabati Beras Jagung Kedelai Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar Sayur Buah Minyak Goreng Gula Pasir

889.523

1.508.442 -87.733

1.671 -2.796

6.810.249 11.125

-340.047 1.230.602

49.240 650.819

952.622

1.506.991 -91.857

1.442 -3.469

6.752.862 8.367

-360.415 1.609.894

-48.954 722.018

780.725

1.557.589 -85.814

274 -77

8.122.537 19.889

-444.243 1.481.576

-63.528 628.267

873.967

1.509.246 -80.588

7.257 -9

6.657.508 14.042

- 20.764.046

- -

1.020.287 1.315.733

- 87.702 2.440

- 1 6.101.486

1.337 - -

16.613 531.241

II. 1. 2. 3. 4.

Pangan Hewani Daging Telur Susu Ikan

-4.528 87.443

-341.961 248.798

19.134 98.106

-350.308 491.323

5.927 3.176

-362.463 367.435

-

-15.943 -

7.913

6.897 2.231

- 362.707 -

Sumber Data : Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung

Data Neraca Bahan Makanan (NBM) menunjukkan bahwa ketersediaan bahan pangan di

Provinsi Lampung telah cukup, dicerminkan dengan tersedianya energi dan protein yang

telah melebihi standar yang ditetapkan melalui Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi

(WNPG). Sebagai gambaran ketersediaan bahan pangan Provinsi Lampung dapat dilihat

pada Tabel dibawah ini.

Tabel 16. Ketersediaan Energi dan Protein Berdasarkan NBM Provinsi Lampung Tahun 2012 – 2016.

No. Uraian Standar WNPG

Tahun 2012 (ATAP 2011)

Tahun 2013 (ATAP 2012)

Tahun 2014 (ATAP 2013)

Tahun 2015 (ATAP 2014)

Tahun 2016 (ATAP 2015

1

Energi (kal/kap/hr) 2.200 2.870,04 2.911,84 2.987,84 2.735,29 2.819

a. Nabati 2.791,68 2.800,13 2.877,91 2.630,63 2.686

b. Hewani 78,36 111,71 109,93 104,66 133

2

Protein (gram/kap/hr) 57 58,31 68,23 55,90 67,93 68,67

a. Nabati 49,36 55,47 43,57 55,65 51,82

b. Hewani 8,95 12,76 12,33 12,28 16,85 Sumber : Badan Ketahanan Pangan daerah Prov. Lampung

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 24

Gambar 3. Ketersediaan Energi dilihat dari Sumbernya tahun 2012 - 2016

Gambar 4. Ketersediaan Protein Berdasarkan Sumbernya Tahun 2012 – 2016

Dalam upaya pencapaian indikator skor pola pangan harapan (PPH) ketersediaan, Badan

Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung telah melakukan penyusunan Neraca

Bahan Makanan (NBM).Tabel Neraca Bahan Makanan ini menyajikan gambaran

menyeluruh tentang pola penyediaan pangan di suatu wilayah dalam periode tertentu.

Neraca Bahan Makanan (NBM) digunakan sebagai salah satu bahan dalam menyusun

kebijakan ketersediaan pangan, maka NBM harus disusun secara lengkap, tepat waktu

dan berkelanjutan dari suatu periode ke periode berikutnya. Tabel NBM ini dapat

digunakan untuk mengevaluasi pengadaan, penggunaan pangan, komposisi atau pola

ketersediaan energi atau zat gizi lainnya. Selain itu juga digunakan sebagai acuan dalam

-

500,00

1.000,00

1.500,00

2.000,00

2.500,00

3.000,00

Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016

78,36 111,71 109,93 104,66 133,00

2.791,68 2.800,13 2.877,91

2.630,63 2.686,00

2.870,04 2.911,84 2.987,84

2.735,29 2.819,00

Sumber Hewani

Sumber Nabati

Total Energi

0

10

20

30

40

50

60

70

Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016

8,95 12,76 12,33 12,28

16,85

51,19 49,36

55,47

43,57

51,82

66,41

58,31

68,23

55,9

68,67

Sumber Hewani

Sumber Nabati

Total Protein

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 25

perencanaan produksi/pegadaan pangan serta sebagai bahan dalam penetapan kebijakan

pangan dan gizi.

Pada tahun 2016 ini ditargetkan skor Pola Pangan Harapan (PPH) ketersediaan sebesar

85,6 tetapi dari hasil penyusunan NBM ternyata PPH ketersediaan di Provinsi Lampung

baru mencapai 75,08, masih lebih rendah dari yang di inginkan. Hal ini menunjukkan

bahwa ketersediaan pangan di Provinsi Lampung belum beragam/seimbang karena

belum mencapai 100. Dari hasil penghitungan ketersediaan atau hasil dari Neraca

Bahan Makanan (NBM) menunjukan bahwa ketersediaan pangan di provinsi Lampung

masih di dominasi oleh kelompok pangan padi-padian (66,54%), kelompok gula

(7,96%), kelompok sayur/buahan (10,97%), pangan hewani (4,55%), minyak dan lemak

(5,51%), kelompok umbi-umbian (1,73%), serta diikuti kelompok kacang-kacangan

dengan kontribusi energi sebesar 0,69%.

Penyebab belum idealnya ketersediaan pangan tersebut disebabkan karena Komposisi

skor PPH untuk masing-masing kelompok bahan pangan tersebut belum seluruhnya

mencapai skor maksimum,. Sedangkan kelompok pangan yang memiliki skor dibawah

skor maksimal PPH yaitu kelompok umbi-umbian sebesar 1,0 (skor maksimal 2,5),

kelompok pangan hewani sebesar 10,7 (skor maksimal 24) kelompok kacang-kacangan

sebesar 1,6 (skor maksimal 10) dan kelompok minyak dan lemak sebesar 3,2 (skor

maksimal 5). Hal ini mengakibatkan tidak seimbangnya ketersediaan kecukupan gizi

yang dipersyaratkan. Sedangkan kelompok bahan pangan yang melebihi skor maksimal

akan memberikan kelebihan kontribusi ideal pangan dalam komposisi gizi seimbang.

Untuk pemenuhan ketersediaan energi, protein dan lemak yang berimbang, maka untuk

komoditas yang produksinya masih rendah (kelompok umbi-umbian, kacang-

kacangan,kelompok pangan hewani, kelompok minyak dan lemak) agar dilakukan

peningkatan produksi dengan memanfaatkan potensi lahan yang tersedia, sementara

kelebihan ketersediaan untuk beberapa komoditas pangan di Provinsi Lampung seperti

beras dan ubi kayu dapat dimanfaatkan sebagai aset provinsi untuk di eksport guna

meningkatkan pendapatan daerah.

Salah satu cara untuk mengetahui tingkat ketahanan pangan adalah dengan mengukur

rasio ketersediaan dengan konsumsi pangan. Rasio pangan ini berguna sebagai masukan

bagi pemangku kepentingan untuk memperbaiki dan meningkatkan penyediaan pangan

dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan Provinsi Lampung. Untuk melihat kecukupan

ketersediaan dan konsumsi, dilakukan perbandingan antara ketersediaan dan konsumsi

aktual dengan angka kecukupan ketersediaan dan konsumsi dalam bentuk energi dan

protein. Ketersediaan pangan per kapita mengindikasikan rata-rata individu memperoleh

bahan pangan. Pada tahun 2016 ini angka kecukupan energi tingkat ketersediaan di

targetkan 2.400 Kkal/kapita/hari, dari hasil penyusunan neraca bahan makanan Provinsi

Lampung tahun 2016 angka kecukupan energi tingkat ketersediaan mencapai 2.819

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 26

Kkal/kapita/hari (117,45% dari target angka kecukupan energi di tingkat ketersediaan

sebesar 2.400 Kkal/kapita/hari). Dari total ketersediaan energi, sumbangan terbesar

berasal dari pangan nabati yaitu sebesar 2.686 kkal/kapita/hari atau 95,28% dan sisanya

4,72% yang berasal dari pangan hewani. Secara rinci sumber energi dari kelompok

pangan tersebut sebagai berikut :

Tabel17. Ketersediaan Energi dan Protein Menurut Sumbernya

Sumber Pangan Ketersediaan energi Ketersediaan Protein

Kkal/kapita/hari % Gram/kap/hari %

Nabati 2.686 95,28 51,82 75,46

Hewani 133 4,72 16,85 24,54

Total 2.819 100 68,67 100 Sumber : Data NBM Badan Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2016

Gambar 5. Persentase Ketersediaan Energi, Tahun 2016

Gambar 6. Persentase Ketersediaan Protein, Tahun 2016

NABATI; 95,28%

HEWANI; 4,72%

KETERSEDIAAN ENERGI

75,46%

24,54%

Ketersediaan Protein Nabati Hewani

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 27

Total ketersediaan protein adalah sebesar 68,67 gram/kapita/hari atau lebih besar 9 %

dari angka yang dianjurkan yakni 63 gram/kapita/hari. Jika dilihat sumbangannya

menurut masing-masing kelompok pangan, ketersediaan energi, protein dan lemak

masih di dominasi kelompok padi-padian yaitu sebesar 1.876 kkal/kapita/hari atau

66,55%, kemudian diikuti kelompok buah-buahan 10,03%, gula 7,95%, makanan berpati

1,74%, daging 1,06%, minyak dan lemak 5,36%, ikan 2,66%, sayuran 0,99%, telur

0,92%, dan buah/biji berminyak 2,69%. Sedangkan yang memberi sumbangan yang

paling kecil adalah kelompok susu dengan ketersediaan energi yang hanya mencapai 1%

per 1000 kkal/kapita/hari. Selengkapnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 7. Persentase Kontribusi Kelompok Pangan Tahun 2016

Berdasarkan penghitungan ketersediaan pangan atau hasil dari Neraca Bahan Makanan

tahun 2016 didapatkan Pola Pangan Harapan (PPH) Provinsi Lampung menurut

kelompok pangan sebagai berikut :

Tabel 18. Skor PPH Ketersediaan Provinsi Lampung berdasarkan NBM Th. 2016

Kelompok Pangan

Perhitungan Skor Pola Pangan Harapan (PPH)

Kalori % % AKE*) Bobot Skor

Aktual Skor AKE

Skor Maks

Skor PPH

Padi-padian 1.876 66,54 78,2 0,50 33,27 39,09 25,00 25,00 Umbi-umbian 49 1,73 2,0 0,50 0,87 1,02 2,50 1,0 Pangan Hewani 128 4,55 5,4 2,00 9,11 10,70 24,00 10,7 Minyak &Lemak 155 5,51 6,5 0,50 2,75 3,23 5,00 3,2 Buah/Biji Berminyak 58 2,04 2,4 0,50 1,02 1,20 1,00 1,0

Kacang-kacangan 20 0,69 0,8 2,00 1,39 1,63 10,00 1,6 Gula 224 7,96 9,3 0,50 3,98 4,67 2,50 2,50 Sayur dan Buah 309 10,97 12,9 5,00 54,85 64,44 30,00 30,00 Lain-lain - - - - - - - - Total 2.819 100 117,5 107,24 125,98 100 75,08

Padi-Padian ; 66,55%

Buah-Buahan ; 10,03%

Gula 7,95%

Minyak dan Lemak 5,36%

Ikan 2,66%

Makanan Berpati 1,74%

Daging 1,06%

Sayuran 0,99%

Telur 0,92%

% KONTRIBUSI KELOMPOK PANGAN

Padi-Padian 66,55%

Buah-Buahan 10,03%

Gula 7,95%

Minyak dan Lemak 5,36%

Buah/Biji Beminyak 2,69%

Ikan 2,66%

Makanan Berpati 1,74%

Daging 1,06%

Sayuran 0,99%

Telur 0,92%

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 28

Gambar 8. Perbandingan Skor Maksimum dan Skor PPH menurut Kelompok Pangan

Bila dilihat dari persentase AKE bahwa situasi ketersediaan pangan berdasarkan pola

pangan harapan (Kualitas) di Provinsi Lampung pada tahun 2016 memiliki ketersediaan

energi sebesar 2.819 kkal/kapita/hari atau lebih 17,45% dari angka kecukupan gizi

(2.400 kkal/kapita/hari) dengan skor PPH 75,08 yang menyatakan bahwa ketersediaan

pangan di Provinsi Lampung belum beragam/seimbang karena belum mencapai 100.

Meskipun ketersediaan energi berdasarkan Neraca Bahan Makanan (Kuantitas) telah

mencapai 2.819 kkal/kapita/hari atau surplus sebesar 17,45% dari angka kecukupan gizi

(2.400 kkal/kapita/hari) namun secara kualitas (skor PPH 75,08) belum ideal. Penyebab

belum idealnya ketersediaan pangan tersebut disebabkan karena :

1. Komposisi skor PPH untuk masing-masing kelompok bahan pangan tersebut belum

seluruhnya mencapai skor maksimal hal ini berakibat tidak seimbangnya

ketersediaan kecukupan gizi yang dipersyaratkan

2. Kelompok pangan yang terlalu melebihi skor maksimal akan memberikan kelebihan

kontribusi ideal pangan dalam komposisi gizi seimbang

3. Penyebab belum idealnya kualitas ketersediaan pangan ini juga disebabkan pada

beberapa kelompok pangan masih dibawah skor maksimal, yaitu pangan hewani

(4,55%), minyak dan lemak (5,51%), kelompok umbi-umbian (1,73%), serta diikuti

kelompok kacang-kacangan dengan kontribusi energi sebesar 0,69%. Kondisi ini

dikarenakan produksi untuk masing-masing kelompok pangan tersebut relatif masih

rendah.

Ketersediaan Bahan Pangan di Provinsi Lampung Tahun 2016 (Atap 2015)

menunjukkan bahwa ketersediaan yang mengalami surplus antara lain : beras surplus

1.020.287 ton, Jagung surplus 1.315.733 ton, Kacang Tanah surplus 2.440 ton, Ubi

Skor Maksimum

0,00

10,00

20,00

30,00 25,00

2,50

24,00

5,00 1,00

10,00

2,50

30,00

0,00

25,00

1,00

10,70

3,20 1,00 1,60 2,50

30,00

0,00 Skor Maksimum

Skor PPH

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 29

Kayu surplus 6.101.486 ton, Ubi Jalar surplus 1.337 ton, cabe merah 4.122, daging sapi

6.897 ton, daging ayam ras dan buras 7.157 ton, telur 2.231 ton, gula pasir 531.241 ton,

dan minyak goreng 16.613 ton, sedangkan untuk komoditas kedelai, kacang hijau,

bawang merah, dan susu ketersediaannya mengalami kekurangan/minus. Untuk kedelai

minus 87.702 ton, kacang hijau minus 1 ton, bawang merah minus 315. 220 ton, dan

susu minus 362.707 ton. Data lengkap ketersediaan bahan pangan di Provinsi Lampung

tahun 2016 (atap 2015) dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 30

Tabel 19. Ketersediaan dan Konsumsi Bahan Pangan di Provinsi Lampung Tahun 2016 (Atap Tahun 2015)

No. Komoditas Produksi (Ton) Benih/Pakan/Tercecer Ketersediaan

(Ton)

Jumlah Penduduk

(Jiwa)

Konsumsi/kapita (Kg/Kap/Th)

Total Konsumsi (Ton) Surplus/Minus

Ketersediaan/Konsumsi

(%) Skor % (Ton)

Padi 3.641.895 7,3 265.858 3.376.037

1. Beras 2.133.655 3,3 70.411 2.063.245 9.890.538 105,45 1.042.957 1.020.287 197,83 1

2. Jagung 1.502.800 11 165.308 1.337.492 9.890.538 2,20 21.759 1.315.733 6.146,79 1

3. Kedelai 9.815 5 491 9.324 9.890.538 9,81 97.026 - 87.702 9,61 4

4. Kacang Tanah 4.963 5 248 4.715 9.890.538 0,23 2.275 2.440 207,26 1

5. Kacang Hijau 2.445 7 171 2.274 9.890.538 0,23 2.275 - 1 99,96 3

6. Ubi Kayu 7.387.084 15 1.108.063 6.279.021 9.890.538 17,95 177.535 6.101.486 3.537 1

7. Ubi Jalar 28.494 12 3.419 25.075 9.890.538 2,40 23.737 1.337 105,63 1

8. Bawang Merah 1.987 1.987 9.890.538 33,18 317.207 - 315.220 0,63 4

Cabe Merah 31.273 31.273 9.890.538 2,84 27.151 4.122 115,18 1

9. Daging Sapi 12.337 12.337 9.890.538 0,55 5.440 6.897 226,79 1

10. Daging ayam ras

dan buras

57.203 57.203 9.890.538 5,06 50.046 7.157 114,30 1

Susu 78,19 78 9.890.538 36,68 362.785 - 362.707 0,02 4

11. Telur (ayam,itik) 79.377 79.377 9.890.538 7,80 77.146 2.231 102,89 1

Gula Pasir 723.711 723.711 9.890.538 19,46 192.470 531.241 376,01 1

12. Minyak Goreng 129.167 129.167 9.890.538 11,38 112.554 16.613 114,76 1

Keterangan : Skor 1 : Surplus (rasio > 114%) Skor 2 : Swasembada ( rasio 100 – 114%) Skor 3 : Cukup (rasio 95 – 100%) Skor 4 : Defisit (rasio < 95%)

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 31

Jika dibandingkan dengan tahun 2015, pencapaian skor pola pangan harapan (PPH)

ketersediaan pada tahun 2016 mengalami peningkatan, pada tahun 2015 skor pola

pangan harapan (PPH) ketersediaan mencapai 70,31 dan pada tahun 2016 naik menjadi

75,08. Hal ini dikarenakan persentase kontribusi kelompok pangan ada yang mengalami

peningkatan seperti kelompok pangan umbi-umbian, kelompok pangan hewani, minyak

dan lemak, dan kelompok kacang-kacangan.

Pencapaian indikator skor pola pangan harapan (PPH) ketersediaan juga di bandingkan

dengan target di renstra dan target nasional jauh lebih rendah target renstra dan nasional

pada tahun 2016 sebesar 85,6, sedangkan pencapaian di tahun 2016 baru 75,08 atau baru

mencapai 87,71% dari target renstra dan nasional

Ada beberapa masalah dalam pencapaian indikator skor pola pangan harapan (PPH)

ketersediaan, antara lain :

1. Ketersediaan pangan sangat fluktuatif dari tahun ketahun sehingga untuk

mempertahankan dan meningkatkan ketersediaan pangan perlu adanya program dan

kegiatan yang mendukung tercapainya ketersediaan pangan suatu wilayah.

Solusi

1. Untuk menghadapi ketersediaan pangan yang sangat fluktuatif kiranya perlu

dilakukan penekanan laju pertumbuhan penduduk, penekanan laju alih fungsi lahan,

serta penekanan tingkat konsumsi yang melebihi standar

2. Ketersediaan pangan di Lampung yang masih rendah perlu ditingkatkan melalui

peningkatan produksi dan produktivitas dengan memanfaatkan potensi wilayah

3. Penguatan distribusi pangan karena pergerakan komoditas sangat mobile dan di

Provinsi Lampung masih terdapat beberapa komoditas yang sangat tergantung

pasokan dari luar

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 32

PERSENTASE PENURUNAN JUMLAH PENDUDUK RAWAN PANGAN (%)

Realisasi pencapaian indikator persentase penurunan jumlah penduduk rawan pangan,

sebagai berikut :

Tabel 20. Target dan Realisasi Pencapaian Sasaran Persentase Menurunnya Jumlah Penduduk Rawan Pangan

No Indikator Kinerja Capaian 2015

Tahun 2016 Target Akhir

Renstra

Capaian s/d 2016

terhadap 2019 (%)

Target Capaian %

1.

Persentase Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan (%)

0,68 1

0,43

43 1%

43

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa target indikator persentase penurunan jumlah

penduduk rawan pangan pada tahun 2016 sebesar 1% hanya bisa dicapai 0,43% atau

terealisasi 43%. Hal ini menunjukkan bahwa sasaran menurunnya jumlah penduduk

rawan pangan pada tahun 2016 sebesar 1% tidak tercapai. Berdasarkan skala nilai

peringkat kinerja pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 tahun 2010, indikator

persentase penurunan jumlah penduduk rawan pangan menunjukkan capaian sangat

rendah,

Dalam pencapaian target penurunan jumlah penduduk rawan pangan 1% ini sulit untuk

tercapai karena kemiskinan terdiri dari banyak faktor yang mempengaruhi dan harus

diselesaikan secara lintas sektoral. kemiskinan berhubungan erat dengan kerawanan

pangan yang ditinjau dalam dua dimensi:

a. Kedalaman dengan kategori ringan, sedang, dan berat

b. Jangka waktu/periode kejadian dengan kategori kronis untuk jangka panjang dan

transien untuk jangka pendek/fluktuasi

Selain itu kemiskinan juga berhubungan erat dengan tingkat pengangguran, karena

terkait dengan pendapatan penduduk (faktor ekonomi) dan daya beli masyarakat.

Berdasarkan tabel dibawah ini dapat dilihat bahwa perkembangan jumlah penduduk dan

jumlah penduduk miskin sejak tahun 2011 – 2016 cenderung turun :

Tabel 21. Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Lampung Tahun 2012 – 2016

Tahun Jumlah Penduduk Miskin (Ribu Jiwa) Persentase Penduduk Miskin

Kota Desa Jumlah Kota Desa Jumlah 2012 (Maret)

2012 (Sept)

2013 (Maret)

2013 (Sept)

241,10

240,11

235,47

224,81

1.023,39

990,05

939,88

919,95

1.264,48

1.230,16

1.175,35

1.144,76

12,00

11,88

11,59

10,89

17,63

16,96

15,99

15,62

16,18

15,65

14,86

14,39

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 33

2014 (Maret)

2014 (Sept)

2015 (Maret)

2015 (Sept)

2016 (Maret)

2016 (Sept)

230,63

224,21

233,27

197,94

233,39

227,44

912,28

919,73

930,22

902,74

936.21

912,34

1.142,92

1.143,93

1.163,49

1.100,68

1.169,60

1.139,78

11,08

10,68

10,94

9,25

10,53

10,15

15,41

15,46

15,56

15,05

15,69

15,24

14,28

14,21

14,35

13,53

14,29

13,86

Sumber Data : BPS Provinsi Lampung

Gambar 9. Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Lampung Th. 2012 - 2016

Berdasarkan penyebaran penduduk miskin tahun 2012 - 2016, bahwa jumlah penduduk

miskin di perdesaan lebih tinggi dari perkotaan. Pada tahun 2016 penurunan penduduk

miskin sebesar 0,43% sementara target nasional dan target Rencana Strategis

(RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Pada tahun 2016

dalam penurunan penduduk rawan pangan yaitu 1%, hal ini berarti bahwa kinerja Badan

Ketahanan Pangan Provinsi Lampung tahun 2016 dalam menurunkan jumlah penduduk

rawan pangan sebesar 1% per tahun tidak mencapai target, sementara kalau dilihat dari

rata-rata penurunan penduduk rawan pangan selama lima tahun yaitu 1,08%

menunjukkan bahwa kinerja Badan ketahanan Pangan Provinsi Lampung selama lima

tahun telah melebihi target dalam upaya penurunan penduduk rawan pangan.

Tabel 22. Target Nasional, Target Renstra dan Capaian Kinerja dalam Penurunan Penduduk Miskin di Provinsi Lampung Tahun 2012 - 2016

Tahun 2012

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2015

Tahun 2016

Target Nasional 1% 1% 1% 1% 1%

Target Renstra 1% 1% 1% 1% 1%

Realisasi Capaian Kinerja 0,92% 1,26% 0,18% 0,68% 0,43%

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016

11,88 10,89 10,68

9,25 10,15

16,96 15,62 15,46 15,05 15,24 15,65

14,39 14,21 13,53 13,86

Kota

Desa

Jumlah

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 34

Gambar 10. Perbandingan antara Target Nasional, Target Renstra dan Realisasi Kinerja dalam Penurunan Penduduk Rawan Pangan

Kegiatan yang di kelola oleh Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung dalam

rangka mewujudkan penurunan penduduk rawan pangan yaitu :

a. Pengembangan desa mandiri pangan

b. Analisa dan pemantauan SKPG dan PDRP

c. Pengembangan cadangan pangan pemerintah

d. Pengembangan lumbung pangan masyarakat

e. Analisa dan penyusunan peta ketahanan dan kerentanan pangan.

f. Akses Pangan

g. Konsolidasi Dewan Ketahanan Pangan

Pada tahun 2016 ini pengembangan desa mandiri pangan selain dilakukan pemantauan

dan pembinaan di 97 desa mandiri pangan juga dilakukan pembinaan dan pemantauan di

6 kawasan mandiri pangan.evaluasi dari hasil pemantaun dan pembinaan, dampak dari

kegiatan pengembangan desa mandiri pangan, antara lain :

· meningkatkan kelembagaan khususnya Kelompok Afinitas dan Lembaga Keuangan

Desa (LKD) namun masih kurang untuk Tim Pendamping Desa (TPD)

· Menurunkan tingkat kemiskinan

· Menurunkan kerawanan pangan

· Meningkatkan tahan pangan

· Meningkatkan pola pikir

Pada tahun 2016 ini ada 6 kawasan desa mandiri pangan tahap pengembangan yang

tersebar di 6 kabupaten, yaitu Kabupaten Lampung Selatan, Way Kanan, Tanggamus,

Lampung Utara, Tulang Bawang, dan Lampung Barat. Dari Hasil pembinaan dan

pemantauan untuk kegiatan kawasan mandiri pangan ini dampaknya belum terlihat

0,92%

1,26%

0,18%

0,68%

0,43%

1% 1% 1% 1% 1%

0,00%

0,20%

0,40%

0,60%

0,80%

1,00%

1,20%

1,40%

Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016

Realisasi Kinerja

Target Renstra

Target Nasional

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 35

karena rata-rata pemberian bantuan modal dari anggaran APBN ke kawasan desa

mandiri pangan untuk usaha kelompok belum menunjukkan perubahan yang signifikan,

pada umumnya dana tersebut untuk usaha pertanian, seperti menanam bawang merah,

jahe, memelihara ikan dsb.

Berdasarkan analisa Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) situasi pangan dan

Gizi di Provinsi Lampung dalam kondisi rawan, dengan faktor penyebab dominan yaitu

indikator ketersediaan, dari 15 Kabupaten tidak ada satupun dalam kondisi aman, untuk

faktor ketersediaan pangan dalam kondisi waspada yaitu Kabupaten Lampung Barat,

Tanggamus, Lampung Timur, Lampung Tengah, Pesawaran, Pringsewu, Mesuji, dan

Tulang Bawang Barat, sementara Kabupaten yang dalam kondisi rawan yaitu Kabupaten

Lampung Selatan, Lampung Utara, Way Kanan, Tulang Bawang, Bandar Lampung dan

Metro. Dari hasil analisa SKPG rasio ketersediaan terhadap konsumsi mormatif serealia

dan umbi umbian di provinsi Lampung memiliki rasio ketersediaan pangan yang baik,

hanya di Kota Metro dan Kota Bandar Lampung. Sedangkan akses terhadap pangan,

Provinsi Lampung masih dikategorikan aman, dari 15 Kabupaten tiadak ada yang posisi

rawan, untuk akses pangan di Provinsi Lampung dalam kondisi aman dan waspada.

Sementara untuk indikator pemanfaatan pangan di Provinsi Lampung masih relatif

aman, hanya Kabupaten Tanggamus dan Bandar Lampung yang kondisi rawan untuk

pemanfaatan pangannya. Jika dilihat secara keseluruhan dari ketiga indikator

(Komposit) yang dalam kondisi aman hanyalah Kabupaten Pringsewu, kondisi waspada

yaitu Kabupaten Lampung Barat, Lampung Timur, Lampung Tengah, Pesawaran,

Mesuji dan Tulang Bawang Barat, sementara Kabupaten yang rawan jika dilihat dari ke

tiga indikator tersebut yaitu Tanggamus, Lampung Selatan, Lampung Utara, Way

Kanan, Tulang Bawang, Bandar Lampung dan Metro.

Dari hasil penyusunan peta kerentanan dan ketahanan pangan (FSVA) di 2.632 desa di

bagi dalam 4 kelompok prioritas, yaitu : 130 desa/pekon pada prioritas 1, 358

desa/pekon pada prioritas 2, 719 desa/pekon prioritas 3, 1.425 desa/pekon prioritas 4.

Faktor yang menyebabkan desa/pekon tersebut menjadi rawan terhadap kerentanan

pangan disebabkan oleh :

a. Tingginya rasio rumah tangga dengan tingkat kesejahteraan terendah rata-rata

0,2004. Hal ini diasumsikan bahwa terdapat 2 – 4 rumah tangga dari 10 rumah

tangga dengan tingkat kesejahteraan terendah.

b. Tingginya rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas buang air besar dengan rata-

rata data rasio sebesar 0,0831 hal ini diasumsikan bahwa terdapat 7 – 8 rumah

tangga dari 10 rumah tangga yang tidak memiliki sanitasi yang baik.

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 36

c. Tingginya Rumah Tangga yang tidak memiliki akses terhadap listrik dengan rata-

rata 0,0369. Hal ini diasumsikan bahwa terdapat 3 – 4 rumah tangga dari 10 rumah

tangga yang tidak memiliki akses ke air bersih.

d. Tingginya rumah tangga yang tidak memiliki akses terhadap air bersih dengan rata-

rata 0,2450. Hal ini diasumsikan bahwa terdapat 3 – 4 rumah tangga dari 10 rumah

tangga dengan tingkat kesejahteraan terendah.

Pada tahun 2016 kegiatan cadangan pangan tidak direalisasikan karena adanya surat

dari bulog Nomor 384/08010/08/2015 tanggal 28 Agustus 2015 tentang perjanjian

pengelolaan cadangan pangan yang didalamnya antara lain berisi adanya kenaikan harga

berdasarkan keputusan direksi perum bulog no. KD-199/DK000/07/2015 ditetapkan

sebesar Rp. 8.790/kg, dan kita diharuskan melakukan penyesuaian harga terhadap stock

milik Badan Ketahanan Pangan Provinsi Lampung yang di titipkan di gudang Bulog

sebagai kompensasi terhadap biaya penitipan dan perawatan barang. Pada tahun 2016 ini

kegiatan cadangan pangan pemerintah daerah tidak direalisasikan karena adanya surat

dari bulog nomor : 384/08010/08/2015 tanggal 28 Agustus 2015 tentang perjanjian

pengelolaan cadangan pangan yang didalamnya antara lain berisi adanya kenaikan harga

berdasarkan keputusan direksi perum bulog No. KD-199/DK000/07/2015 ditetapkan

sebesar Rp. 8.790/kg, dan kita diharuskan melakukan penyesuaian harga terhadap stok

milik Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung yang dititipkan di gudang

bulog sebagai kompensasi terhadap biaya penitipan dan perawatan barang. Dengan

adanya surat tersebut Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung tidak

merealisasikan pengadaan cadangan pangan pemerintah yang akan dititipkan ke bulog,

karena belum ditemukan jalan keluar untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan

dengan surat penyesuaian harga tersebut terhadap stok cadangan pangan pemerintah

yang sudah dititipkan di bulog. Sehingga pada APBD-P tahun 2016 kegiatan cadangan

pangan anggarannya diubah.

Dalam rangka pengembangan cadangan pangan, selain melalui cadangan pangan

pemerintah diupayakan juga dari cadangan pangan yang ada di masyarakat yaitu

lumbung pangan masyarakat. Berdasarkan Undang-undang No. 18 tahun 2012 tentang

Pangan menyatakan bahwa ketahanan pangan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi

rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun

mutunya, aman, merata dan terjangkau. Peranan lumbung pangan di masa lalu lebih

bersifat sosial dan sebagai tempat untuk menyimpan hasil panen yang dapat

dimanfaatkan oleh masyarakat di musim paceklik.

Peranan lumbung ini pernah diupayakan untuk digantikan oleh kelembagaan alternatif

dengan mengintegrasikan seluruh lembaga sosial pedesaan dalam suatu organisasi

modern. Namun kelembagaan alternatif tersebut ternyata mengalami kegagalan dan

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 37

menyebabkan petani selalu berada dalam posisi lemah. Berdasarkan hasil penelitian

PSP-LP IPB tahun 2001, menunjukkan bahwa lumbung pangan pedesaan di beberapa

daerah terbukti memiliki daya adaptasi yang lebih tinggi dari jenis-jenis lembaga

alternatif yang diintervensi dari luar. Lumbung pangan tersebut tidak hanya efektif

dalam melayani kebutuhan pangan anggotanya pada saat krisis tetapi juga melayani

kebutuhan finansial anggotanya dari hasil pengelolaan lumbung.

Revitalisasi kelembagaan perlu dilakukan melalui proses pemberdayaan secara

sistematis, utuh terpadu dan berkesinambungan sehingga mampu menjadi salah satu

lembaga penggerak ekonomi pedesaan. Lumbung pangan adalah salah satu kelembagaan

yang ada di masyarakat yang telah lama berperan dalam pengadaan pangan terutama

dalam musim paceklik. Upaya revitalisasi perlu dilakukan, mengingat (1) keberadaan

lumbung pangan pada akhir-akhir ini sudah semakin memudar seiring dengan kemajuan

sistem perdagangan dan berkembangnya lembaga logistik formal pemerintah; (2)

terjadinya reformasi peran BULOG pada tahun 1998, lumbung pangan dipandang

sebagai salah satu solusi dalam menindaklanjuti berbagai logistik (cadangan pangan) di

pedesaan dan perkotaan; dan (3) terbatasnya anggaran pemerintah untuk membiayai

program stabilisasi harga, sehingga lumbung pangan dipandang sebagai salah satu

alternatif untuk membantu mengatasi kekurangan pangan/defisit pangan di musim

paceklik, serta merosotnya harga pangan (padi) pada saat panen raya di wilayah sentra

produksi. Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung sejak tahun 2011

melaksanakan kegiatan pengembangan cadangan pangan masyarakat, dan pada tahun

2016 pengembangan lumbung pangan masyarakat untuk pengisian lumbung

dianggarkan dari dana APBN, masing-masing lumbung mendapat anggaran Rp.

20.000.000,- untuk pengisian lumbung.Pada tahun 2016 di targetkan untuk 38 lumbung

dan terealisasi 38 lumbung yang berada di Kabupaten Tulang Bawang Barat, yaitu :

No. Nama Kelompok Alamat Lumbung

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

Bangun Karya I

Jaya Lestari

Karya Maju

Margo Seto

Mekar Jaya

Rejosari II

Subur Makmur

Suka Maju

Sumber Rejeki

Harapan Tani II

Baru Muncul

Kp. Daya Sakti, Tumijajar, Tulang Bawang Barat

Kp. Sumber Rejo, Tumijajar, Tulang Bawang Barat

Kp. Makarti, Tumijajar, Tulang Bawang Barat

Kp. Gunung Timbul, Tumijajar, Tulang Bawang Barat

Kp. Daya Murni, Tumijajar, Tulang Bawang Barat

Kp. Karta Sari, Tulang Bawang Udik, Tuba Barat

Kp. Mulya Asri, Tulang Bawang Tengah, Tuba Barat

Kp. Mekar Yekti Jaya, Lambu Kibang, Tuba Barat

Kp. Margo Dadi, Tumijajar, Tuba Barat

Kp. Gunung Menanti, Tumijajar, Tuba Barat

Kp. Marga Kencana, Tulang Bawang Udik, Tuba Barat

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 38

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

24.

25.

26.

27.

28.

29.

30.

31.

32.

33.

34.

35.

36.

37.

38.

Mugi lestari

Rukun

Sentosa

Sido Dadi

Sido Makmur

Sido Dadi

Trimo Maju

Tunas Baru I

Tunas Remaja

Untung Jaya

Ngudi Makmur

Tani Maju

Setia Bakti

Tirta Waru

Flamboyan

Harapan Jaya

Sederhana

Sumber Nabati

Tri Kencana

Tani Maju

Muda Karya

Sumber Makmur

Ngudi Agung

Ngudi Santoso

Ngudi Luhur

Mekar Sari

Margo Mukti II

Kp. Mekar Sari Jaya, Lambu Kibang, Tuba Barat

Kp. Panca Marga, Batu Putih, Tulang Bawang Barat

Kp. Marga Sari, Gunung Terang, Tuba Barat

Kp. Marga Kencana, Tulang Bawang Udik, Tuba Barat

Kp. Marga Kencana, Tulang Bawang Udik, Tuba Barat

Kp. Murni Jaya, Tumijajar, Tulang Bawang Barat

Kp. Mulya Pulung Kencana, Tuba Tengah, Tuba Barat

Kp. Karta Sari, Tuba Udik, Tulang Bawang Tengah

Kp. Pulung Kencana, Tuba Tengah, Tuba Barat

Kp. Toto Katon, Gunung Terang, Tulang Bawang Barat

Kp. Daya Murni, Tumijajar Tulang Bawang Barat

Kp. Daya Asri, Tumijajar, Tulang Bawang Barat

Kp. Daya Murni, Tumijajar, Tulang Bawang Barat

Kp. Daya Murni, Tumijajar, Tulang Bawang Barat

Kp. Daya Murni, Tumijajar, Tulang Bawang Barat

Kp. Daya Asri, Tumijajar, Tulang Bawang Barat

Kp. Tiyuh Tunas Asri, Tuba Tengah, Tuba Barat

Kp. Mulya Jaya Kencana, Tuba Tengah, Tuba Barat

Kp. Panaragan, Tuba Tengah, Tulang Bawang Barat

Kp. Candra Kencana, Tuba Tengah, Tuba Barat

Kp. Pulung Kencana, Tuba Tengah, Tuba Barat

Kp. Kata Raharja, TB. Udik, Tulang Bawang Barat

Kp. Bujung Sari Marga, Lambu Kibang, Tuba Barat

Kp. Bujung Sari Marga, Lambu Kibang, Tuba Barat

Kp. Bujung Sari Marga, Lambu Kibang, Tuba Barat

Kp. Marga Sari, Gunung Terang, Tulang Bawang Barat

Kp. Penumangan Baru, TB. Tengah, Tuba Barat

Sementara untuk pembinaan dan pemantauan lumbung melalui dana APBD tahun 2016,

didapatkan hasil dana bansos cair pada saat petani tidak ada panen, maka rata-rata

kelompk lumbung membeli gabah cukup tinggi yaitu antara Rp. 4.500 – Rp. 5.000, tapi

masih sesuai dengan RUK. Dari hasil pembinaan dan pemantauan diharapkan kelompok

lumbung meningkatkan pertemuan rutin untuk membahas kegiatan kelompok agar

dalam pengelolaan lumbung ini bisa berhasil dan bermanfaat.

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 39

HARGA GABAH KERING PANEN (GKP) DI TINGKAT PRODUSEN DAN KOEFISIEN VARIASI PANGAN (BERAS) DI TINGKAT KONSUMEN

Harga pangan merupakan salah satu indikator yang dapat menjelaskan

kondisi ketahanan pangan suatu wilayah. Pengamatan terhadap kondisi harga

bahan pangan dapat berguna untuk berbagai hal seperti ketersediaan pasokan,

permintaan, kelancaran distribusi pangan, kondisi perdagangan di pasar

internasional, dampak implementasi kebijakan pemerintah, daya beli

masyarakat, kesejahteraan petani/produsen, dsb. Dengan menganalisis

informasi harga pangan, akan dapat dirumuskan kebijakan-kebijakan yang

diperlukan untuk mengatasi berbagai masalah yang terkait dengan harga dan

ketahanan pangan.

Realisasi pencapaian target sasaran stabilnya harga bahan pangan pokok di tingkat

produsen dan konsumen, dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 23. Target dan Realisasi Capaian Indikator Harga Bahan Pangan Pokok di Tingkat Produsen dan Konsumen

No Indikator Kinerja Capaian 2015

Tahun 2016 Target Akhir

Renstra

Capaian s/d 2016

terhadap 2019 (%)

Target Capaian %

1.

2.

Harga Gabah Kering Panen (GKP)) di Tingkat produsen

Koefisien Variasi Pangan (beras) di tingkat konsumen

4.000 (HPP : 3.700)

CV : 6%

≥ HPP (3.700)

CV<10%

≥ HPP (3.776)

CV = 2%

100

100

≥ HPP

CV<10%

HPP tahun 2019 belum

diketahui

100

Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat Produsen

Agar kebijakan dapat dirumuskan dengan tepat dan sesuai dengan

kondisi yang sebenarnya, diperlukan adanya data dan informasi harga pangan

yang akurat, tepat waktu, objektif dan konsisten, melalui rangkaian kegiatan

pemantauan, pengumpulan, kompilasi, pengolahan dan analisis data.

Mengingat besarnya implikasi ketersediaan informasi harga pangan terhadap

kebijakan pemerintah baik pusat maupun daerah, diperlukan upaya agar data

harga pangan dapat tersedia dan dapat digunakan sebagai acuan dalam

perumusan kebijakan. Oleh karena itu diperlukan pedoman sebagai acuan

pelaksanaan pengumpulan dan analis data harga pangan terutama bagi instansi

yang terkait dengan ketahanan pangan di daerah.

Stabilitas pasokan dan harga merupakan indikator penting yang menunjukkan kinerja

subsistem distribusi pangan. Stabilnya harga pangan sangat dipengaruhi beberapa aspek

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 40

antara lain kemampuan memproduksi bahan pangan, kelancaran arus distribusi pangan

dan pengaturan impor pangan, misalnya beras dan kedelai.

Ketidakstabilan harga pangan dapat memicu tingginya harga pangan di dalam negeri

sehingga aksesibilitas masyarakat terhadap pangan secara ekonomi akan menurun yang

pada akhirnya dapat meningkatkan angka kerawanan pangan.

Situasi harga tahun 2016 pada tingkat produsen, grosir dan eceran di Provinsi Lampung

sebagai berikut :

Tabel 24. Data Harga Tingkat Produsen, Grosir dan Eceran di Provinsi Lampung Tahun 2016

Nama Bahan Pangan Harga Rata-Rata per Kg Produsen Grosir Eceran

Padi.Gabah - GKP - GKPG - GKG

3.776 4.049 4.603

- - -

- - -

Beras - Premium - Medium - Asalan

8.719 8.034

-

9.937 8.797 7.982

10.558 9.374 8.505

Kacang kedelai - Kering 6.268 8.648 9.962 Jagung pipilan kering - Kering 3.052 4.371 5.363 Cabe - Merah Keriting 26.081 34.750 39.415 Bawang Merah - Bawang Merah 28.520 31.604 36.110 Daging - Sapi di tingkat pemotong

- Sapi hidup tingkat peternak - Daging sapi murni - Ayam broiler/potong

- - - -

103.661 45.440

- 27.194

- -

116.755 30.808

Telur - Ayam ras - 19.153 21.183 Gula Pasir - Dalam Negeri/Lokal - 12.889 14.201 Minyak Goreng - - 12.279 Tepung Terigu - - 7.451

Untuk indikator Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat Produsen dilihat dari

tabel diatas menunjukkan telah mencapai target, yaitu lebih tinggi dari harga pembelian

pemerintah (HPP). Berdasarkan Inpres No. 5 Tahun 2015, Harga HPP Tahun 2016 untuk

Gabah kering Panen yaitu Rp. 3.700/kg. Berdasarkan Panel harga yang dilakukan

dihasilkan harga gabah kering panen di produsen pada tahun 2016 di Provinsi Lampung

mencapai Rp. 3.776/kg atau lebih tinggi 2,05% dari harga pembelian pemerintah (HPP).

Koefisien Variasi Pangan (Beras) di Tingkat Konsumen

Koefisien variasi (CV) merupakan suatu ukuran variasi yang dapat digunakan untuk

membandingkan suatu distribusi data yang mempunyai satuan yang berbeda atau

perbandingan antara simpangan baku dengan nilai rata-rata yang dinyatakan dengan

persentase. Dalam analisis harga koefisien variasi digunakan untuk mengetahui tingkat

kestabilan harga, jika koefisien variasi semakin kecil, maka harga tersebut semakin

stabil, bila CV tersebut lebih besar dari target CV, maka harga komoditas tersebut tidak

stabil. Kondisi kestabilan harga pangan tingkat eceran di Provinsi Lampung Tahun 2016

dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 41

Tabel 25. Kondisi Kestabilan Harga Pangan Tingkat Eceran tahun 2016 di Provinsi Lampung

No. Komoditas Tahun 2016

Target CV Realisasi CV Ket.

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.

Jagung Pipilan Kering Biji Kedelai Kering Beras Premium Beras Medium Beras Termurah Bawang merah Cabai Merah Keriting Gula Pasir Lokal Daging Ayam Ras Telur Ayam Ras Daging Sapi Murni Tepung Terigu Minyak goreng

5 5 5 5 5 25 25 10 10 10 10 10 10

2 3 2 2 2 7 35 6 4 5 2 2 4

S S S S S S

TS S S S S S S

Keterangan :CV : Koefisien Variasi S : Stabil TS : Tidak Stabil

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa indikator Koefisien Variasi Pangan

(Beras) di tingkat konsumen mencapai target yaitu CV < 10%. Dari Tabel diatas dapat

diketahui bahwa pada tahun 2016 harga beras baik yang kualitas premium, medium

ataupun beras termurah dalam kondisi stabil, yang ditunjukkan dengan nilai CV < 10%.

Tabel 26. Pencapaian Kinerja Harga GKP di Tingkat Produsen dibandingkan dengan Target Nasional dan Target Renstra Tahun 2012 – 2016

Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016

Target Nasional (>HPP) Rp. 3.300 Rp. 3.300 Rp. 3.300 Rp. 3.700 Rp. 3.700

Target Renstra (>HPP) Rp. 3.300 Rp.3.300 Rp. 3.300 Rp. 3.700 Rp. 3.700

Capaian Kinerja Rp. 3.453 Rp. 3.350 Rp. 3.557 Rp. 4.067 Rp. 3.776

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa harga gabah kering panen (GKP) di tingkat

produsen dari tahun 2012 – 2016 sudah diatas harga pembelian pemerintah (HPP). Dan

pencapaian koefisien variasi pangan (beras) di tingkat konsumen jika dibandingkan

dengan target nasional dan target renstra dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 27. Pencapaian Kinerja Harga GKP di Tingkat Produsen dibandingkan dengan Target Nasional dan Target Renstra Tahun 2012 - 2016

Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016

Target Nasional CV < 10% CV < 10% CV < 10% CV < 10% CV < 10%

Target Renstra CV < 10% CV < 10% CV < 10% CV < 10% CV < 10%

Capaian Kinerja CV : 2% CV : 2% CV : 6% CV : 6% CV : 2%

Sumber Data : BKPD Provinsi Lampung

Di wilayah sentra produksi pertanian khususnya padi dan jagung memiliki topografi

yang beragam, ketersediaan sarana dan prasarana yang mendukung sektor tersebut

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 42

(produksi, pengolahan, dan penyimpanan) bervariasi dari satu wilayah dengan wilayah

lain, waktu panen yang tidak bersamaan di beberapa wilayah, dan iklim yang kurang

mendukung pada saat tanam maupun panen raya sehingga petani, kelompok tani

maupun gabungan kelompok tani selalu dihadapkan pada berbagai masalah :

- Keterbatasan modal usaha untuk melakukan kegiatan pengolahan, penyimpanan,

pendistribusian/pemasaran

- Posisi tawar petani yanng rendah pada saat panen raya yang bersamaan dengan

datangnya hujan, sehingga petani terpaksa menjual produknya dengan harga rendah

kepada para pelepas uang (pedagang perantara)

- Keterbatasan akses pangan (beras) saat paceklik yang disebabkan karena tidak

memiliki cadangan pangan yang cukup.

Dampak dari ketidakberdayaan petani, poktan dan gapoktan dalam mengolah,

menyimpan dan mendistribusikan/memasarkan hasil produksinya dapat menyebabkan :

- Ketidakstabilan harga di wilayah sentra produksi pertanian pada saat terjadi panen

raya

- Kekurangnya pangan pada saat musim paceklik

Guna mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh petani, kelompok tani, gapoktan di

daerah sentra produksi padi dan jagung, pemerintah melalui Kementerian pertanian cq

Badan Ketahanan Pangan, sejak tahun 2009 telah mengalokasikan dana APBN untuk

memperkuat modal dan kemampuan gapoktan sehingga mempunyai akses terhadap

pangan melalui kegiatan penguatan lembaga distribusi pangan masyarakat (Penguatan-

PLDPM). Dan melalui Dana APBD di lakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi

terhadap gapoktan PLDPM yang telah mendapat bantuan modal melalui dana APBN.

Upaya yang dilakukan dalam mencapai target indikator harga gabah kering panen (GKP)

di tingkat produsen dan koefiisien variasi pangan (beras) di tingkat konsumen yaitu

melalui kegiatan

a. Pemberdayaan gapoktan dalam rangka stabilisasi harga pangan

b. Pemantauan dan pengendalian mobilitas pangan

Dalam rangka untuk mewujudkan sasaran stabilnya harga pangan pokok di tingkat

produsen dan konsumen dengan indikator kinerja harga gabah kering panen (GKP) di

tingkat produsen dan indikator coefisien variasi pangan beras di tingkat konsumen, salah

satunya melalui kegiatan pemberdayaan gapoktan dalam rangka stabilisasi harga

pangan. Masalah yang sering di hadapi oleh Gapoktan ataupun poktan antara lain :

1. Keterbatasan modal usaha untuk melakukan kegiatan pengolahan, penyimpanan,

pendistribusian/pemasaran;

2. Posisi tawar petani yang rendah pada saat panen raya yang bersamaan dengan

datangnya hujan, sehingga petani terpaksa menjual produknya dengan harga rendah;

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 43

3. Keterbatasan akses pangan (beras) saat paceklik yang disebabkan karena tidak

memiliki cadangan pangan yang cukup.

Dampak dari ketidak berdayaan petani dalam mengolah, menyimpan dan

pendistribusikan/memasarkan hasil produksinya dapat menyebabkan :

1. Ketidakstabilan harga di wilayah sentra produksi pertanian pada saat panen raya

2. Kekurangan pangan pada saat musim paceklik.

Untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh petani/Gapoktan di daerah sentra produksi

padi dan jagung, maka pemerintah melalui kementerian pertanian Cq. Badan Ketahanan

Pangan, sejak tahun 2009 telah mengalokasikan dana APBN untuk memperkuat modal

dan kemampuan Gapoktan sehingga mempunyai akses terhadap pangan melalui

Program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat ( Penguatan LDPM).

Provinsi Lampung dari tahun 2009 sampai tahun 2016 telah mengalokasikan anggaran

APBN untuk PLDPM kepada 113 gapoktan yang tersebar di 9 Kabupaten/Kota yaitu

Kabupaten Lampung Tengah, Lampung Selatan, Lampung Barat, Tulang Bawang,

Tanggamus, Lampung Timur, Way Kanan dan Kota Bandar Lampung. Gapoktan yang

sudah masuk ke tahap mandiri, untuk pembinaannya dilanjutkan dengan dana yang

dialokasikan dari APBD Provinsi Lampung. Pembinaan, monitoring dan evaluasi

PLDPM tahap mandiri (PLDPM tahun 2009 - 2012) pada tahun 2016 dilaksanakan di 83

Gapoktan di 5 Kabupaten/Kota yaitu Kabupaten Lampung Tengah, Lampung Timur,

Tulang Bawang, Lampung Selatan dan Tanggamus.

Dalam pembinaan, monitoring dan evaluasi didapatkan hasil sebagai berikut :

1. Perkembangan Unit Distribusi/Pemasaran

Tahun 2009 gapoktan yang mendapat dana P- LDPM sebanyak 25 gapoktan,

tahun 2010 sebanyak 20 Gapoktan, Tahun 2011 sebanyak 17 Gapoktan, dan

tahun 2012 sebanyak 21 Gapoktan, total Gapoktan yang mendapat dana P-LDPM

dari tahun 2009 – 2012 sebanyak 83 Gapoktan. Dana pada unit distribusi

mengalami kenaikan sebesar 10,8% untuk Gapoktan Tahun 2009, untuk

Gapoktan tahun 2010 naik 11%, Gapoktan Tahun 2011 naik sebesar 10,7% dan

perkembangan dana bansos gapoktan tahun 2012 sebesar 9,5%.

2. Perkembangan Unit Cadangan Pangan

Perkembangan pada unit cadangan pangan sangat kecil hal ini dikarenakan unit

ini diasumsikan oleh anggota sebagai unit sosial, stok cadangan pangan di

butuhkan padaa saat paceklik dan dikembalikan pada saat panen dengan

penambahan sebanyak 5 – 10%.

Dari hasil evaluasi di ketahui beberapa permasalahan-permasalahan yang dihadapi,

antara lain :

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 44

1. Jaringan pemasaran gapoktan belum/kurang luas, masih sebatas antar

desa/kecamatan

2. Persaingan dengan tengkulak, dimana tengkulak dapat meminjamkan modal

untuk saprodi

3. SDM gapoktan yang belum memadai

4. Masih rendahnya mutu/kualitas gabah/jagung anggota gapoktan/petani

5. Sarana transportasi yang kurang mendukung (jalan rusak, jarak jauh, dll)

sehingga biaya angkut jadi tinggi

6. Pembukuan dan pelaporan yang dibuat oleh gapoktan masih banyak yang tidak

sesuai dengan yang telah ditentukan.

7. Pengurus Gapoktan kurang tertib dalam mengisi pembukuan

8. Masih banyak pendamping yang kurang dalam melakukan pembinaan terhadap

gapoktan yang menjadi tanggungjawabnya dengan alasan kesibukan diluar tugas

sebagai PPL.

Dengan adanya kegiatan pemberdayaann gapoktan ini, daya beli kelompok tani

terhadap hasil produksi kelompoknya semakin meningkat karena adanya bantuan modal

dari pemerintah, Dengan semakin meningkatnya daya beli kelompok terhadap hasil

produksi kelompoknya sehingga diharapkan harga tetap stabil baik pada saat panen raya

ataupun pada saat musim paceklik dan harga bisa diatas harga pembelian pemerintah

(HPP), harga tidak lagi dipermainkan oleh tengkulak, yang biasanya pada musim panen

raya harga jual turun dan pada saat paceklik harga naik, hal ini sangat merugikan petani.

Dan diharapkan melalui kegiatan pemberdayaan gapoktan ini gabungan kelompok

tani/kelompok tani sudah mulai berorientasi ke bisnis.

Dilema yang belum teratasi dalam berproduksi bahan pangan adalah ketergantungan

pada alam (musim) dan antisipasi pemasaran . Dengan ketergantungan yang tinggi pada

ketersediaan air hujan dan pemasaran menghadapi hari-hari besar, makan sebagian

besar sentra produksi pangan mengikuti pola tanam serempak yang berarti juga

mengalami pola panen serempak. Jika panen serempak berlangsung di wilayah yang

luas, maka disebut dengan musim panen raya. Pada saat dilema panen raya, volume hasil

panen yang dijual ditingkat petani jauh melebihi permintaan , akibatnya para petani

mengahadapi harga jual yang rendah . Pada usaha tani padi, harga gabah ditingkat petani

umumnya berada di bawah Harga Pembeli Pemerintah (HPP) dan harga panen asal

temak/ikan di tingkat petani kadang-kadang berada di bawah harga biaya produksi.

Sebaliknya, pada musim paceklik ketersediam pangan di tingkat produsen (petani)

sengat rendah sehingga tingkat harga cukup tinggi. Dampak ketajaman fluktuasi tersebut

sangat berpengaruh terhadap pendapatan petani, yang pada giliranya juga berdampak

pada tingginya resiko ketahanan pangan di tingkat rumah tangga petani. Lemahnya daya

"Tawar" petani sangat dipengaruhi oleh tersedianya modal usaha, tingkat penerapan

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 45

teknologi pasca panen, ketersediaan sarana dan prasarana pasca panen, serta kondisi

prasarana angkutan. Oleh sebab itu, karena alasan, "Cash Flow", petani pada umumnya

segera menjual basil produksinya setelah panen, tanpa melalui proses pengolahan dan

penyimpanan terlebih dahulu.

Salah satu upaya untuk mengurangi fluktuasi harga dan over suplay hasil pertanian pada

saat panen raya adalah dengan mengembangkan modal sistem "tunda jual " yang sesuai

dengan kondisi lokal spesifik . pengembangan modal sistem tunda jual di daerah sentra

produksi pangan bertujuan untuk memperkuat permodalan kelompok tani yang selama

ini masih menjadi kendala besar di Provinsi Lampung diharapkan melalui kegiatan ini

maka posisi tawar dan nilai jual produk pertanian akan meningkat. Dengan demikian,

sasaran untuk meningkatkan pendapatan petani dan ketahanan pangan daerah/rumah

tangga dapat terealisasi.

Distribusi pangan merupakan suatu proses yang diperlukan untuk menyalurkan produk

komoditas pangan dari produsen agar dapat sampai ke konsumen secara tepat waktu dan

jumlah yang cukup serta terjangkau oleh daya beli masyarakat. Aspek distribusi dalam

hal ini sangat berperan dalam rangka stabilisasi harga pangan, sehingga ketersediaan

data dan informasi distribusi pangan yang terkini serta mudah di akses merupakan salah

satu upaya untuk mengantisipasi permasalahan distribusi. Pada tahun 2016 kegiatan

mobilitas pangan dilaksanakan di Kabupaten Lampung Selatan, Lampung Timur, Way

Kanan, Mesuji, dan Kota Bandar Lampung, komditas yang di pantau yaitu gabah/beras,

cabai merah, bawang merah, daging sapi, daging ayam ras, telur ayam ras dan pangan

pokok lainnya. Pelaksanaan pengamatan mobilitas dan pasokan komoditas pangan di

Kabupaten/Kota yang berupa jembatan timbang gayam dan way urang Kabupaten

Lampung Selatan, Way Umpu Kabupaten Way Kanan dan Simpang Pematang

Kabupaten Mesuji. Pelabuhan laut dan pelabuhan sungai : pelabuhan Panjang Kota

Bandar Lampung, pelabuhan Labuhan Marunggai, Lampung Timur, pelabuhan Kota

Agung Kabupaten Tanggamus, Pasar Induk : Pasir Gintung Kta Bandar Lampung.

Pencapaian indikator harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen dan koefisien

variasi harga pangan (beras) di tingkat konsumen pada tahun 2016 ini telah memenuhi

target, baik itu target di perjanjian kinerja, target di Renstra maupun target nasional.

Dalam pencapaian target indikator Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat Produsen

dan indikator koefisien variasi harga pangan (beras) di tingkat konsumen menemui

beberapa masalah di antaranya :

1. Ketidakstabilan harga dan rendahnya efisiensi system pemasaran hasil-hasil pangan

merupakan kondisi yang kurang kondusif bagi produsen dan konsumen pangan

khususnya pada saat panen raya, pada musim paceklik dan hari-hari besar

disebabkan karena lemahnya disiplin dan penegakan peraturan untuk menjamin siste

pemasaran yang adil dan bertanggungjawab, terbatasnya fasilitas perangkat keras

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 46

dan lunak untuk mendukung transparansi informasi pangan dan terbatasnya

kemampuan teknis petugas dan pelaku pemasaran.

2. Distribusi pangan yang tidak merata, sarana dan prasarana kurang memadai serta

terjadinya bencana alam

3. Modal yang dimiliki oleh gapoktan masih kecil sehingga sering kalah bersaing

dengan para tengkulak

4. Gapoktan belum memiliki wawasan dan keahlian dalam menjalin kemitraan, baik

dengan pihak perbankan maupun pihak swasta

5. Pola pikir anggota gapoktan belum ke arah bisnis dalam menjalankan usahanya

6. Kualitas SDM yang masih kurang

7. Gapoktan belum menguasai pembukuan sehingga rata-rata administrasi masih

berantakan

Solusi

1. Peningkatan peran pelaku usaha dalam perdagangan dan jasa pemasaran serta

pemerintah pusat maupun daerah dalam memfasilitasi prasarana umum distribusi

serta pengaturan agar proses distribusi pangan terselenggara secara teratur, adil dan

bertanggung jawab. Begitu juga peran masyarakat baik bersifat individu skala kecil,

usaha kelompok/koperasi hingga perusahaan besar dalam pengembangan usaha

distribusi di bidang jasa, pemasaran, pengangkutan, pengolahan dan penyimpanan

perlu terus di tinngkatkan

2. Koordinasi dalam perumusan kebijakan distribusi pangan, penyempurnaan program

dan kegiatan dalam pengembangan sistem distribusi melalui peningkatan

pemantauan dan analisa harga pangan serta pengembangan kelembagaan distribusi

pangan masyarakat serta peningkatan akses pangan.

3. Pendampingan ke Gapoktan dalam menyusun pembukuan dan menjalin kemitraan

agar usahanya lebih berkembang

4. Merubah pola pikir anggota gapoktan agar berorientasi kea rah bisnis melalui

pelatihan dan pendampingan

5. Meningkatkan kualitas SDM melalui pelatihan dan bimtek

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 47

SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH) KONSUMSI, JUMLAH KONSUMSI ENERGI DAN JUMLAH KONSUMSI PROTEIN

Pembahasan Indikator Skor Pola Pangan Harapan (PPH) konsumsi, Indikator Jumlah

Konsumsi Energi dan Jumlah Konsumsi Protein digabung menjadi satu, karena kegiatan

yang mendukung untuk pencapaian ke 3 indikator tersebut sama.

Bidang konsumsi dan penganekaragaman pangan sebagai salah satu bidang di Badan

Ketahanan Pangan memiliki tugas pokok melaksanakan koordinasi, identifikasi,

pembinaan, pengembangan dan pemantauan konsumsi dan penganekaragaman pangan.

Meningngkatkan kualitas konsumsi pangan beragam bergizi seimbang dan aman

berbasis pada pangan pokok lokal merupakan salah satu tugas badan ketahanan pangan

daerah khususnya bidang konsumsi dan penganekaragaman pangan. untuk

meningkatkan kualitas konsumsi dilaksanakan melalui beberapa kegiatan, antara lain :

Analis situasi konsumsi pangan, Bimtek analisis konsumsi pangan (pelatihan bagi

petugas/aparat Kabupaten/Kota), Lomba cipta menu tingkat Provinsi dan Nasional,

Pemantauan, monitoring dan evaluasi percepatan penganekaragaman konsumsi pangan

(P2KP), Promosi P2KP, Pengembangan usaha pangan lokal.

Realisasi pencapaian indikator skor pola pangan harapan (PPH) Konsumsi, Jumlah

Konsumsi Energi dan Jumlah Konsumsi Protein pada tahun 2016 dapat dilihat pada

tabel dibawah ini :

Tabel 28. Target dan Realisasi Capaian Indikator Skor Pola Pangan Harapan, Jumlah Konsumsi Energi dan Jumlah Konsumsi Protein pada Tahun 2016

No Indikator Kinerja Capaian 2015

Tahun 2016 Target Akhir Renstra

Capaian s/d 2016 terhadap 2019 (%) Target Capaian %

1.

2.

3.

Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi

Jumlah Konsumsi Energi(kkal/kap/hr)

Jumlah Konsumsi Protein (Gr/kap/hr)

79,3

1.841,5

49,6

85,0

2.019

56,3

78,0*)

1.856,7*)

50,3*)

91,76

91,96

89,34

87,7

2.064

57

88,94

89,96

88,25

Sumber data : BKPD Prov. Lampung Keterangan *) Angka Sementara Pencapaian indikator skor pola pangan harapan (PPH) konsumsi, dapat dijelaskan

sebagai berikut :

Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi

Pengertian Pola Pangan Harapan (PPH) atau Desirable Dietary Pattern adalah susunan

keberadaan pangan yang didasarkan pada sumbangan energi dari kelompok pangan

utama (baik secara absolut maupun relative) dari suatu pola ketersediaan dan atau

konsumsi pangan. FAO –RAPA (1989) mendefinisikan PPH sebagai komposisi

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 48

kelomok pangan utama yang bila dikonsumsi dapat memenuhi kebutuhan energi dan zat

gizi lainnya.Dengan demikian PPH merupakan susunan beragam pangan yang

didasarkan atas proporsi keseimbangan energi dari berbagai kelompok pangan untuk

memenuhi kebutuhan gizi baik dalam jumlah, maupun mutu dengan pertimbangan segi

daya terima, ketersediaan pangan, ekonomi budaya dan agama.Mutu konsumsi pangan

penduduk dapat dilihat dari skor pangan (dietary score) dan dikenalnya sebagai skor

PPH. Semakin tinggi skor PPH, konsumsi pangan semakin berimbang dan seimbang.

Pangan yang dikonsumsi secara beragam dalam jumlah cukup dan seimbang akan

mampu memenuhi kebutuhan zat gizi. Keanekaragaman pangan tersebut mencakup

kelompok : padi padian, umbi umbian, pangan hewani, minyak dan lemak, buah/biji

berminyak, kacang kacangan, gula, sayur dan buah, dll. Skor PPH di nilai dengan angka

100.Kegunaan PPH merupakan instrummen sederhana untuk menilai situasi konsumsi

pangan penduduk, baik jumlah maupun komposisi pangan menurut jenis pangan yang

dinyatakan dalam skor PPH. Skor PPH merupakan indikator mutu gizi dan keragaman

konsumsi pangan sehingga dapat digunakan untuk merencanakan kebutuhan konsumsi

pangan pada tahun tahun mendatang.PPH dapat digunakan sebagai pedoman dalam

evaluasi dan perencanaan penyediaan, produksi dan konsumsi pangan penduduk, baik

secara kuantitas, kualitas maupun keragamannya dengan mempertimbangkan aspek

sosial, ekonomi.Budaya, agama dan cita rasa. Pada tahun 2016 ini, skor PPH di Provinsi

Lampung ditargetkan 85,0 dan ternyata dari hasil analisis target PPH tahun 2016

tercapai yaitu 78,0 (Angka Sementara), seperti terlihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 29. Skor PPH Konsumsi di Provinsi Lampung Tahun 2016

Kelompok Pangan

Perhitungan Skor Pola Pangan Harapan (PPH)

Kalori % % AKE*) Bobot Skor

Aktual Skor AKE

Skor Maks

Skor PPH

Padi-padian 1.038,4 55,9 51,9 0,5 28,0 26,0 25,0 25,0 Umbi-umbian 25,9 1,4 1,3 0,5 0,7 0,6 2,5 0,6 Pangan Hewani 160,5 8,6 8,0 2,0 17,3 16,0 24,0 16,0 Minyak &Lemak 284,4 15,3 14,2 0,5 7,7 7,1 5,0 5,0 Buah/Biji Berminyak 59,8 3,2 3,0 0,5 1,6 1,5 1,0 1,0

Kacang-kacangan 75,5 4,1 3,8 2,0 8,1 7,6 10,0 7,6 Gula 100,7 5,4 5,0 0,5 2,7 2,5 2,5 2,5 Sayur dan Buah 81,1 4,4 4,1 5,0 21,8 20,3 30,0 20,3 Lain-lain 30,5 1,6 1,5 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 Total 1.856,7 100 92,8 87,9 81,6 100 78,0

Sumber Data : BKPD Provinsi Lampung Keterangan : Penghitungan menggunakan data sementara

Untuk skor pola pangan harapan (PPH) konsumsi tahun 2016 yang ditampilkan pada

tabel diatas merupakan angka sementara (ASEM) karena angka tetapnya baru akan

keluar sekitar bulan Juni 2017.

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 49

Pola Pangan masyarakat Provinsi Lampung masih di dominasi oleh beras/padi-padian,

sementara konsumsi umbi-umbian masih dibawah standar, untuk itu perlu ditingkatkan

kampanye peningkatan pengolahan makanan yang berbahan pangan dari umbi-

umbian.Konsumsi pangan yang berasal dari hewani juga masih kurang, masih bisa

ditingkatkan mengingat Provinsi Lampung merupakan penghasil ikan dan daging yang

cukup besar. Untuk itu gerakan makan ikan atau daging dan telur perlu ditingkatkan,

namun yang lebih penting lagi adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat, karena

harga produk hewani cukup mahal. Maka perlu dipertimbangan di kegiatan kawasan

rumah pangan lestari (KRPL) di kembangkan ternak ayam atau ternak ikan.

Sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan untuk membangun bangsa

Indonesia dalam menghadapi persaingan era global. Untuk itu, tubuh memerlukan

makanan yang mengandung zat gizi lengkap sesuai dengan kebutuhan untuk dapat

menjalankan aktivitas secara aktif dan produktif.

Makanan yang di konsumsi sehari-hari harus mengandunng lima kelompok zat gizi,

yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral dalam jumlah yang cukup dan

tidak berlebihan namun juga tidak kekurangan. Disamping itu manusia juga memerlukan

air dan serat untuk memperlancar berbagai proses dalam tubuh. Zat-zat gizi tersebut

akan terpenuhi bila pangan yang kita konsumsi beragam, karena secara alami komposisi

setiap jenis bahan pangan memiliki kelebihan dan kekurangan akan zat gizi tertentu,

sehingga dengan mengkonsumsi jenis pangan yang beragam, pangan satu dengan yang

lainnya akan saling melengkapi. Pangan yang bergizi seimbang ini tidak harus berharga

mahal bahkan dapat diperoleh dengan harga yang sangat murah, dengan memanfaatkan

apa yang ada di sekitar kita, misalnya pekarangan.

Sehubungan dengan itu, pemerintah melalui kegiatan penganekaragaman konsumsi

pangan mengupayakan agar pola konsumsi pangan penduduk lebih beranekaragam,

seimbang serta aman dalam jumlah dan komposisi yang cukup (Beragam, Bergizi

Seimbang dan Aman) yang dimulai dari masing-masing rumah tangga.

Tabel 30. Perbandingan Target Nasional, Target Renstra dan Realisasi Kinerja Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi

2012 2013 2014 2015 2016

Target Nasional 89,8 91,5 93,3 84,10 86,2

Target Renstra 89,8 91,5 93,3 84,10 85,0

Realisasi Kinerja 86,5 84,3 83,4 79,3 78,0

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 50

Gambar 11. Perbandingan antara Target Nasional, Target Renstra dan Capaian Kinerja Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi Tahun 2012 - 2016

Jumlah Konsumsi Energi (kkal/kapita/hari); Jumlah Konsumsi Protein (gr/kapita/hari)

Pada tahun 2016 untuk indikator jumlah konsumsi energi terealisasi 1.856,7 kkal/

kapita/hari dari target 2.019 kkal/kapita/hari atau 91,96%, sedangkan untuk jumlah

konsumsi protein terealisasi 50,3 gram/kapita/hari dari yang ditargetkan sebesar 56,3

atau 89,34%. Untuk kedua indikator yaitu jumlah konsumsi energi dan jumlah konsumsi

protein capaian kinerjanya termasuk tinggi karena pencapainnya antara dari 76 ≤ 90%.

Secara rinci pencapaian jumlah konsumsi energi dan jumlah konsumsi protein dapat

dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 31. Target dan Realisasi Capaian Indikator Jumlah Konsumsi Energi di Provinsi Lampung Tahun 2016

No Indikator Kinerja Capaian 2015

Tahun 2016 Target Akhir Renstra

Capaian s/d 2016 terhadap

2019 (%) Target Capaian %

1.

2.

Jumlah Konsumsi Energi(kkal/kap/hr)

Jumlah Konsumsi Protein (gr/kap/hr)

1.841,5

49,6

2.016

56,3

1.856,7*)

50,3*)

92,10

89,34

2.064

57

89,96

88,25

Sumber Data BKPD Prov. Lampung

Keterangan *) Angka Sementara

Aspek kuantitas konsumsi pangan adalah jumlah pangan yang dikonsumsi dalam satuan

Kkal/Kap/Hari atau Gram/Kap/Hari. Penilaian aspek ini ditinjau dari volume pangan

yang dikonsumsi dan konsumsi zat gizi yang dikandung bahan pangan. Kedua hal

tersebut digunakan untuk melihat apakah konsumsi pangan sudah dapat memenuhi

kebutuhan yang layak untuk hidup sehat yang dikenal dengan angka kecukupan gizi

(AKG) yang direkomendasikan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi ( WNPG). Untuk

Target Nasional Target Renstra

Realisasi Kinerja 70

75

80

85

90

95

2012 2013 2014 2015 2016

89,8 91,5

93,3

84,1 86,2

89,8 91,5

93,3

84,1 85

86,5 84,3

83,4

79,3 78

Target Nasional

Target Renstra

Realisasi Kinerja

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 51

menilai kuantitas konsumsi pangan masyarakat digunakan parameter Tingkat Konsumsi

Energi (TKE) dan Tingkat Konsumsi Protein (TKP). Beberapa kajian menunjukkan

bahwa bila jumlah konsumsi energi dan protein terpenuhi sesuai dengan norma atau

angka kecukupan gizi dan konsumsi pangan beragam, maka zat-zat lain juga akan

terpenuhi dari konsumsi pangan.

Pangan dalam aspek penilaian situasi konsumsi wilayah lebih ditekankan pada aspek

gizi yang didasarkan pada penganekaragaman pangannya, bukah hanya beranekaragam

makanan pokoknya saja tetapi juga beranekaragam konsumsi bahan pangan lainnya.

Perbandingan antara target nasional, target Renstra dan capaian kinerja akan disajikan

pada tabel di bawah ini :

Tabel 32. Perbandingan antara Target Nasional, Target Renstra dan Capaian Kinerja di Provinsi Lampung Tahun 2016

PPH Jumlah

Konsumsi Energi

Jumlah Konsumsi

Protein

Target Nasional

Target Renstra

Capaian Kinerja

86,2

85,0

78,0*)

2.040

2.019

1.856,7*)

56,4

56,3

50,30*)

Keterangan *) Data Sementara

Gambar 12. Perbandingan antara Target Nasional, Target Renstra dan Realisasi Kegiatan untuk Skor PPH, Konsumsi Energi dan Konsumsi Protein Tahun 2016

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa capaian kinerja tahun 2016 untuk indikator skor

pola pangan harapan (PPH) konsumsi, jumlah konsumsi protein dan jumlah konsumsi

energi masih dibawah target nasional dan target di renstra. .

86,2 56,4

2.040

85,0 56,3

2.019

78,0 50,3

1.856,7

0

500

1000

1500

2000

2500

PPH Konsumsi Protein Konsumsi Energi

Target Nasional

Target Renstra

Realisasi Kinerja

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 52

Perkembangan skor pola pangan harapan (PPH) konsumsi, konsumsi energi dan

konsumsi protein di Provinsi Lampung dari tahun 2012 – 2016 dapat dilihat pada tabel

dibawah ini :

Tabel 33. Perkembangan PPH Konsumsi Provinsi Lampung Tahun 2012 - 2016

Uraian Th. 2012 Th. 2013 Th. 2014 Th. 2015 Th. 2016

Skor PPH Konsumsi 86,5 84,3 83,4 79,3 78,0*) Jumlah Konsumsi Energi

2.228 2.156 2.067 1.841,5 1.856,7*)

Jumlah Konsumsi Protein

59,5 57,2 54,8 49,6 50,3*)

Sumber Data : BKPD Provinsi Lampung Keterangan : *) Angka Sementara

Grafik 13. Skor PPH Konsumsi Provinsi Lampung Tahun 2012 – 2016

Grafik 14. Perkembangan Konsumsi Energi di Provinsi Lampung Tahun 2012-2016

86,5

84,3 83,4

79,3 78,0

72

74

76

78

80

82

84

86

88

Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016

SKOR PPH KONSUMSI

PPH

2.228,0 2.156,0 2.067,0 1.841,5 1.856,7

0,0

500,0

1.000,0

1.500,0

2.000,0

2.500,0

Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016

Konsumsi Energi

Konsumsi Energi

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 53

Grafik 15. Perkembangan Konsumsi Protein di Provinsi Lampung Tahun 2012-2016

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa skor pola pangan harapan (PPH) konsumsi

masyarakat Provinsi Lampung sudah mulai mengarah kepada beragam, bergizi,

Seimbang dan Aman (B2SA), PPH konsumsi dari tahun 2012 – 2016 terjadi penurunan,

hal ini dikarenakan terjadi revisi hasil justifikasi data BPS dan BKP Pusat. Dan pada

tahun 2015 terjadi perubahan cara penghitungan dalam pengelompokan jenis pangan.

Upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam meningkatkan skor PPH konsumsi ini

yaitu melalui beberapa kegiatan diantaranya terus mensosialisasikan dan

mengkampanyekan keseimbangan pangan melalui lomba cipta menu dan makanan

sehat, pameran dan penyuluhan-penyuluhan melalui PPL dan PKK.

upaya upaya yang dilakukan dalam meningkatkan angka PPH antara lain :

a. Gerakan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan

b. Lomba cipta menu tingkat Provinsi dan Nasional

c. Pengembangan usaha pangan lokal

Penilaian situasi konsumsi pangan dapat dilakukan dengan menganalisa dua aspek

penilaian yaitu : aspek kuantitas konsumsi (% AKE) dan aspek kualitas konsumsi (mutu

Konsumsi : Skor PPH). Mutu pangan atau kualitas pangan dalam hal ini dapat mencakup

aspek fisik pangan, kualitas kimiawi pangan dan mikrobiologi/aspek keamanan pangan,

aspek organoleptic dan aspek gizi. Pangan dalam aspek penilaian situasi konsumsi

wilayah lebih ditekankan pada aspek gizi yang didasarkan pada penganekaragaman

pangannya, bukan hanya beranekaragaman untuk makanan pokok saja tetapi juga

anekaragaman konsumsi bahan pangan lainnya. Semakin beragam dan seimbang pangan

yang dikonsumsi akan semakin baik kualitas gizinya, karena pada hakekatnya tidak ada

satu jenis pangan yang mempunyai kandungan gizi yang lengkap dan cukup jumlah

jenisnya. Untuk menilai keanekaragaman pangan digunakan pendekatan Pola Pangan

Harapan (PPH). Semakin tinggi skor mutu pangan yang dihitung menggunakan

pendekatan PPH menunjukkan konsumsi pangan semakin beragam dan komposisinya

59,5

57,2

54,8

49,6 50,3

44 46 48 50 52 54 56 58 60 62

Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016

Konsumsi Protein

Konsumsi Protein

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 54

semakin baik dan seimbang.Apabila keragaman konsumsi pangan berada di bawah

anjuran, maka tingkat konsumsi masyarakat perlu ditingkatkan melalui peningkatan

pendapatan dan pengetahuan pangan dan gizi.

Pada tahun 2016 untuk meningkatkan PPH di Provinsi Lampung, Badan Ketahanan

Pangan Daerah telah melakukan beberapa upaya diantaranya melalui kegiatan gerakan

penganekaragaman konsumsi pangan dengan sasaran anak SD/usia dini, petugas

Kabupaten/Kota, Kepala sekolah, Dewan guru, dan kelompok wanita tani di 3

Kabupaten/Kota yaitu Kabupaten Lampung Utara, Way Kanan dan Bandar Lampung.

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan bagi

kelompok tani dan anak-anak SD dalam mewujudkan pola konsumsi pangan yang

beragam, bergizi, seimbang dan aman (B2SA).Serta mengurangi ketergantungan

terhadap bahan pokok beras.

Selain kegiatan gerakan penganekaragaman konsumsi pangan juga di lakukan sosialisasi

gerakan penganekaragaman konsumsi pangan dan konsumsi pangan beragam, bergizi,

seimbang dan aman (B2SA) kepada tim penggerak PKK, karena tim penggerak PKK

merupakan organisasi wanita yang mempunyai anggota sampai pada tingkat desa, oleh

karena itu TP_PKK merupakan mitra yang sangat cocok dan tepat dalam

mensosialisasikan dan menyebarluaskan gerakan Percepatan Penganekaragaman

Konsumsi Pangan (P2KP) dan konsumsi pangan B2SA. TP-PKK bisa dijadikan ujung

tombak dalam menyukseskan program P2KP dan pangan B2SA kepada masyarakat.

Guna memotivasi masyarakat agar mau mengkonsumsi makanan yang beragam, bergizi,

seimbang dan aman (B2SA), maka Badan Ketahanan Pangan Daerah harus melakukan

sosialisasi secara terus menerus untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan

masyarakat serta mengubah pola konsumsi pangan masyarakat menuju beragam, bergizi,

seimbang dan aman. Dalam rangka mempercepat pemahaman masyarakat tentang

konsumsi pangan yang beragam, bergizi, seimbang dan aman, Badan Ketahanan Pangan

daerah melaksanakan lomba cipta menu beragam, bergizi, seimbang dan aman yang

diikuti oleh perwakilan dari Kabupaten/Kota se Provinsi Lampung. Pada tahun 2016 ini

lomba dilaksanakan di halaman kantor Gubernur pada tanggal 10 Oktober 2016 yang

diikuti oleh 13 tim penggerak PKK Kabupaten/Kota. Adapun 2 Kabupaten tidak ikut

yaitu Lampung Timur dikarenakan tidak dianggarakan oleh APBD setempat dan

Kab. Tulang Bawang karena harus menyiapkan diri mengikuti LCM tingkat nasional

tahun 2016 sebagai wakil Provinsi Lampung, karena pada tahun 2015 Kabupaten

Tulang Bawang menjadi pemenang di LCM tingkat Provinsi.

Lomba cipta menu beragam, bergizi, seimbang dan aman (B2SA) ini merupakan salah

satu upaya untuk mendorong kemandirian masyarakat khususnya ibu-ibu rumah tangga

dalam pengembangan pangan lokal guna mendukung percepatan diversifikasi

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 55

penganekaragaman pangan, dan diharapkan dapat diterapkan di tingkat rumah tangga

untuk mewujudkan ketahanan pangan keluarga menuju ketahanan pangan nasional.

Dan untuk lebih memacu upaya penganekaragaman pangan berbasis sumber daya lokal

dilakukan dengan cara pengembangan usaha pangan lokal. Usaha pengolahan pangan

lokal berbasis sumber daya lokal, pada saat ini semakin sulit berkembang dan makin

terpinggirkan oleh produk-produk makanan produk industri yang umumya berbahan

baku terigu. Pada tahun 2016, Badan Ketahanan Pangan daerah provinsi Lampung

memberikan bantuan alat penepung kepada kelompok wanita di 7 Kabupaten, yaitu

No Nama Kelompok Ketua Kelompok Kecamatan Kabupaten

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

TLAWUNG SARI

TRESNO MAJU

DEWI SRI

KUNTUM BERSERI

SERUNAI

KARYA SEJAHTERA

PERMATA BUNDA

Samitri

Hindun Muasoma

Dewi Novita Sari

Suparni

Titik Sadarsih

Darsilah

Tri Handayani

Gunung Sugih

Way Kenanga

Tanjung Raya

Sumberejo

Gading Rejo

Tanjung Sari

Bengkunat

Lampung Tengah

Tlg. Bawang Barat

Mesuji

Tanggamus

Pringsewu

Lampung Selatan

Pesisir Barat

Masalah dan solusi dalam pencapaian indikator skor pola pangan harapan (PPH)

konsumsi, jumlah konsumsi energi dan jumlah konsumsi protein, sebagai berikut :

Masalah

1. Pendapatan masyarakat masih rendah dibandingkan harga kebutuhan pangan secara

umum, sehingga menurunya daya beli masyarakat disebabkan oleh kenaikan harga

pangan daripada masalah ketersediaan sehingga kualitas konsumsi pangan masih

rendah, kurang beragam dan masih di dominasi pangan sumber karbohidrat serta

masih rendahnya konsumsi protein hewani, umbi-umbian, aneka kacang serta sayur

dan buah

2. Keterbatasan dalam memberikan dukukngan program bagi dunia usaha dan asosiasi

yang mengembangkan aneka produk olahan pangan lokal

3. Konsumsi beras per kapita masih tinggi hai ini dikarenakan harga pangan pokok

bersumberdaya lokal sebagai pengganti beras harganya masih relative lebih tinggi

daripada harga beras, selain itu juga adanya anggapan yang salah dimasyarakat yaitu

belum makan kalau belum makan nasi serta masih terbatasnya dukungan sosialisasi,

promosi dalam penganekaragaman konsumsi pangan melalui berbagai media.

Solusi

1. Peningkatan pengetahuan kelompok wanita tentang pentingnya pemanfaatan

pekarangan untuk tambahan gizi keluarga dan untuk meningkatkan pendapatan

keluarga.

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 56

2. Peningkatan koordinasi dalam perumusan kebijakan konsumsi dan keamanan

pangan melalui peningkatan pemantauan dan analisis pola konsumsi pangan serta

pengembangan kelembagaan pedesaan dalam diversifikasi konsumsi pangan.

3. Fasilitasi kepada kelompok pengembangan bisnis pangan lokal dan makanan

tradisional serta mendorong peran aktif swasta dan dunia usaha dalam

pengembangan industri dan bisnis pangan lokal (MP3L)

PENINGKATAN PRODUK PANGAN SEGAR YANG TERSERTIFIKASI (%)

Target indikator peningkatan produk pangan segar yang bersertifikasi pada tahun 2016

sebesar 10% dan terealisasi 7,33% atau 73,3%. Secara rinci di sajikan pada tabel di

bawah ini :

Tabel 34.Target dan Realisasi Capaian Indikator Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi

No Indikator Kinerja Tahun 2016 Target Akhir Renstra

Capaian s/d 2016 terhadap

2019 (%) Target Capaian %

1..

Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi

10% 7,33%

73,3%

10% 73,3%

Realisasi pencapaian kinerja indikator peningkatan produk pangan segar yang

tersertifikasi baru mencapai 7,33% dari yang ditargetkan. Target renstra dan target

nasional untuk indikator peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi adalah

10%, pada tahun 2014 peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi belum

dijadikan indikator kinerja, baru tahun 2015 dijadikan indikator. Peningkatan produk

pangan segar yang tersertifikasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 35. Pelaku Usaha dan Kebun yang sudah Teregister & sudah Tersertiifikasi

Tahun Jumlah Kebun dan lahan usaha yang sudah Teregister

Jumlah kebun dan lahan usaha yang sudah tersertifikasi Presentase

Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016

360 430 468

42 76 117

11,67 17,67 25,00

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa peningkatan produk pangan segar yang

tersertifikasi dari tahun 2015 sampai tahun 2016 baru mencapai 7,33% atau 73,30% dari

yang ditargetkan yaitu 10%.

Upaya yang dilakukan dalam peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi yaitu

dengan cara merubah pola pikir petani dengan cara sosiallisasi atau pelatihan pelatihan

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 57

dan bimbingan teknis tentang cara untuk menghasilkan produk yang aman. Dalam

upaya meningkatkan daya saing produk agribisnis dalam perdagangan domestik dan

internasional, penerapan sistem jaminan/manajemen mutu dan keamanan pangan produk

(food safety) agribisnis terutama untuk produk segar adalah sanngat penting dan menjadi

satu keharusan, sehingga Petani/pelaku usaha dituntut menjalankan proses produksi

yang baik, yang berujung pada penerapan Hazard analysis critical control point

(HACCP), selain hal tersebut, untuk dapat melakukan penanganan keamanan pangan

segar dengan benar diperlukan pengenalan teknologi penanganan keamanan pangan

segar sesuai dengan ketentuan yang berlaku, pengawasan dan pembinaan. Bentuk

jaminan mutu produk hasil pertanian adalah sertifikasi jaminan mutu dan atau label yang

menyatakan kesesuaian produk terhadap standar nasional Indonesia (SNI) atau standar

lain yang diacu. Untuk mendapatkan sertifkat jaminan mutu dan keamanan pangan,

petani/pelaku usaha harus menerapkan system jaminan mutu dan mengajukan

permohonan sertifikat ke lembaga sertifikasi terkait seperti Otoritas Kompeten

Keamanan Pangan Daerah (OKKP-D) yang ada di Badan Ketahanan Pangan Daerah

Provinsi Lampung.

Dalam pencapaian target indikator peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi

sebesar 10% ini agak mengalami kesulitan dikarenakan beberapa faktor, yaitu :

1. Dari segi pelaku usaha

Dari pelaku usaha ini masih banyak pelaku usaha yang belum memahami tentang

tata cara pengajuan sertifikasi baik sertifikasi prima 3 maupun prima 2 dan belum

memahami nilai tambah yang akan diperoleh atas produk yang sudah

bersertifikat/teregistrasi sehingga perlu kerja keras dari OKKP-D untuk

mensosialisasikan tata cara pengajuan sertifikat/registrasi dan merubah pola pikir

petani/pelaku usaha untuk menghasilkan produk yang aman yang mungkin selam ini

kurang dipahami dan kurang diperhatikan

2. Dari segi konsumen

Belum adanya tuntutan dari konsumen agar produk memilliki sertifikasi sehingga

pelaku usaha belum begitu memperhatikan dan menganggap penting sertifikat

untuk produk pangan segar asal tumbuhan yang dihasilkannya.

3. Dari segi pasar

Pasar belum menghargai sertifikat/registrasi yang dimiliki oleh petani/pelaku usaha,

dipasaran harga produk pertanian baik yang bersertifikat maupun yang tidak

memiliki sertifikat tidak ada bedanya, hal ini menjadi salah satu sebab petani

enggan untuk mengajukan sertifikasi atas produk pangan segar yang dihasilkannya.

Menghadapi kendala – kendala dilapangan seperti ini maka UPT melakukan beberapa

upaya, diantaranya yaitu melakukan bimbingan teknis tentang penerapan mutu dan

keamanan pangan, melakukan surveilen terhadap produk yang sudah memiliki sertifikat

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 58

agar tetap konsisten menerapkan mutu dan keamanan pangan dalam budidaya produk

pangan segarnya, melakukan sosialisasi tentang manfaat sertifikasi dan registrasi

produknya, dan juga melakukan pameran untuk produk produk yang sudah disertifikasi

dan registrasi agar lebih dikenal di masyarakat sehingga akan menaikkan nilai jualnya.

Masalah yang dihadapi dalam pencapaian indikator peningkatan produk pangan segar

yang tersertifikasi, antara lain :

1. Konsumen belum menuntut produk yang bersertifikat maupun yang teregister

2. Petani/pelaku usaha belum memahami nilai tambah yang dapat diperoleh atas

produk yang telah bersertifikat/teregister

3. Sistem pemasaran belum menghargai mutu (sertifikasiregistrasi yang dimiliki oleh

petani/pelaku usaha)

4. Pasar modern belum menuntut produk segar yang bersertifikat/teregistrasi

Solusi pemecahan masalah sebagai berikut :

1. Melakukan edukasi konsumen (retailer, supplier, dan konsumen akhir) untuk lebih

menghargai mutu dan keamanan pangan melalui berbagai media massa secara

intensif

2. Melakukan rintisan kerjasama dengan supplier, pasar modern, eksportir dalam hal

pemasaran produk segar bersertifikat/teregistrasi

3. Memperkuat infrastruktur penerapan dan sertifikasi/registrasi

4. Meningkatkan kepedulian stakeholder tentang pentingnya sertifikasi/registrasi

dalam rangka peningkatan keamanan, mutu dan daya saing produk hortikultura

PERSENTASE MENINGKATNYA KEAMANAN PANGAN SEGAR

Untuk mendukung kebijaksanaan pusat, Pemerintah Provinsi Lampung telah

menerbitkan Peraturan Gubernur Lampung No. 36 Tahun 2013 tentang Sistem

Keamanan Terpadu Provinsi Lampung dan adanya Surat Keputusan Gubernur Lampung

No. G/564/II.06/HK/2015, tanggal 2 Desember 2015 tentang Pembentukan Tim

Koordinasi Jejaring Keamanan Pangan Daerah Provinsi Lampung merupakan revisi dari

Surat Keputusan Gubernur Lampung Nomor G/744/II.05/HK/2013 tanggal 30

September 2013 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Jejaring Keamanan Pangan

Daerah Provinsi Lampung dengan menambahkan tim pelaksana pengawasan terhadap

bahan berbahaya yang disalahgunakan dalam pangan. Penanganan Keamanan Pangan

Segar dilakukan melalui Pemantauan dan Pengawasan oleh Petugas Badan Ketahanan

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 59

Pangan Daerah Provinsi Lampung bersama sama dengan Tim Jejaring Keamanan

Pangan Daerah Provinsi Lampung.

Realisasi pencapaian sasaran meningkatnya pengawasan mutu dan keamanan pangan

segar, dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 36.Target dan Realisasi Capaian Indikator Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang Diuji (%)

No Indikator Kinerja Capaian 2015

Tahun 2016 Target Akhir

Renstra

Capaian s/d 2016 terhadap 2019 (%)

Target Capaian %

1.

Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar (Uji Lab)

91,39% (114,24%)

80% (dibawah ambang batas)

83,78% 104,73

80% (dibawah ambang batas)

104,73

Dalam rangka pengawasan keamanan pangan segar di Provinsi Lampung, pada tahun

2016 tim koordinasi jejaring keamanan pangan daerah Provinsi Lampung melakukan

inspeksi mendadak (SIDAK) ke pasar tradisional dan pasar modern. Sidak dilaksanakan

dalam rangka hari besar keagamaan yaitu pada saat menyambut bulan suci ramadhan

1437 H dan hari raya idul fitri 1437 H serta menjelang hari raya natal tahun 2016.

Dari hasil pengawasan keamanan pangan segar di Provinsi Lampung, di dapatkan hasil

tingkat keamanan pangan segar di Provinsi lampung mencapai 83,78% dari target 80%.

Meskipun dari uji cepat dan uji laboratorium menunjukkan ada beberapa sampel yang

mengandung bahan berbahaya seperti Formalin, borak, residu pestisida dan lain lain tapi

kadarnya masih di bawah ambang batas, sehingga masih aman untuk di konsumsi.

Indikator keamanan pangan segar (uji lab) pada tahun 2016 Badan Ketahanan Pangan

Daerah menargetkan 80% dan terealisasi 83,78%. Upaya Badan Ketahanan Pangan

Daerah Provinsi Lampung dalam mewujudkan keamanan pangan segar antara lain

melalui kegiatan

a. Peningkatan, penerapan standar mutu BMR (Batas Maksimum Residu)

b. Pengembangan jejaring keamanan pangan dan promosi keamanan pangan segar

c. Pengembangan produk pangan segar yang bermutu dan bersertifikat

d. Sosialisasi dan promosi peningkatan gizi pangan keluarga

Masalah keamanan pangan tidak dapat diselesaikan oleh satu institusi saja, tetapi

merupakan tugas bersama antara institusi dan stake holder dengan membentuk jejaring

kerja (Networking) yang berjalan secara efektif dan efisien. Keamanan pangan menjadi

sangat penting mengingat bahwa pada saat ini tuntutan akan mutu dan keamanan pangan

oleh masyarakat dan dunia semakin tinggi.

Permasalahan dalam penanganan keamanan pangan segar di Provinsi Lampung pada

tahun 2016 ini adalah terbatasnya SDM dalam penanganan keamanan pangan, masih

rendahnya kesadaran masyarakat (produsen/petani/pedagang/konsumen) tentang

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 60

keamanan pangan, kurangnya monitoring yang terintegrasi antara instansi yang

berwenang. Dari permasalahan tersebut tindak lanjut yang diharapkan berupa pengadaan

pelatihan atau bimtek untuk peningkatan kapasitas dan kapabilitas petugas pengawas

serta meningkatkan sarana dan prasarana penunjang pengawas keamanan pangan,

koordinasi dan sinkronisasi dalam wadah jejaring keamanan pangan serta menggiatkan

sosialisasi dan promosi keamanan pangan secara berkesinambungan. Jejaring keamanan

pangan daerah menjadi kunci kesuksesan program keamanan pangan di daerah, oleh

karena itu memerlukan upaya penguatan berupa penguatan aspek legalitas, mengaktivasi

fungsi-fungsi jejaring keamanan pangan daerah (JKPD) dan mengintegrasikan program

yang ada di daerah.

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 61

TABEL 37. REKAP HASIL UJI CEPAT ( FORMALIN, BORAKS, METHYL YELLOW, PESTISIDADAN RHODAMIN B DAN UJI LABORATORIUM PROV. LAMPUNG TH. 2016

No. Kabupaten Jenis uji

Jumlah Sampel yang

Diuji

Hasil Uji Jumlah Komoditi

Asal Komoditi

Negatif Positif

Terdeteksi Aman

dikonsumsi 1 Lampung Barat Formalin 6 4 2 4 Buah dan Sayur Pasar Liwa dan Pasar Ham tebiu Pestisida**) 4 4 0 4 Sayur Pasar Liwa dan Pasar Ham tebiu 2 Pringsewu Formalin 1 1 0 1 Buah (jeruk madu) Pasar Sukoharjo, Gading Rejo

Rhodamin B 3 0 3 0

Kolkan dadu, cendol aci pink,

merah Pasar Sukoharjo, Gading Rejo

Pestisida**) 18 15 3 15 Buah dan Sayur Pagelaran, Pasar Pringsewu dan Pasar Gading Rejo 3 Tanggamus Formalin 6 4 2 4 Buah Pasar Talang Padang, Pasar Gisting Pestisida**) 15 11 4 11 Buah dan Sayur Pasar Talang Padang, Pasar Gisting

Rhodamin B 1 0 1 0 Cendol merah Pasar Talang Padang, Pasar Gisting

4 Pesawaran Formalin 3 3 0 3 Buah Pasar Sukaraja, Gedong Tataan Pestisida**) 19 18 1 18 Buah dan Sayur Pasar Wiyono dan Pasar Sukaraja Gedong Tataan 5 Tulang Bawang Formalin 5 5 0 5 Buah Pasar Unit II Pestisida**) 5 5 0 5 Sayur Pasar Unit II 6 Metro Formalin 9 7 2 7 Buah dan Sayur Pasar Margorejo, cendrawasih Pestisida**) 12 11 1 11 Buah dan Sayur Pasar Margorejo, cendrawasih 7 Bandar Lampung Formalin*) 17 10 7 10 Buah dan Sayur Pasar tradisional dan pasar modern Bandar Lampung Pestisida**) 0 0 0 0 Buah dan sayur Pasar Tradisional dan Modern Bandar Lampung 8 Lampung Timur Formalin 7 7 0 7 Buah dan Sayur Pasar Pekalongan Pestisida**) 14 12 2 12 Buah dan Sayur Pasar Pekalongan 9 Lampung Selatan Formalin*) 10 10 0 10 Buah dan Sayur Pasar Natar Pestisida**) 19 17 2 17 Buah dan Sayur Pasar Natar

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 62

10 Lampung Tengah Formalin 7 4 3 4 Buah Pasar Wates Pestisida**) 13 10 3 10 Sayuran dan Buah Pasar Wates

11 Lampung Utara Pestisida**) 15 15 0 15 Buah dan Sayur Pasar Impres Formalin 8 7 1 7 Buah Pasar Impres

12 Way Kanan Formalin 5 4 1 4 Buah Pasar Baradatu Pestisida**) 5 5 0 5 Sayur Pasar Baradatu

13 Tulang Bawang Barat Pestisida**) 4 4 0 4 Buah dan Sayur Pasar Mulya Asri Formalin 6 4 2 4 Buah Pasar Mulya Asri

14 Mesuji Pestisida**) 5 5 0 5 Sayur Pasar Brabasan dan Gedung Ram Formalin 7 6 1 6 Buah Pasar Brabasan dan Gedung Ram

15 Pesisir Barat Pestisida**) 5 5 0 5 Sayuran dan Buah Pasar Pesisir Barat Formalin 5 4 1 4 Sayuran dan Buah Pasar Pesisir Barat

Jumlah 259 217 42 217 Persentase (%) 100 83,78 16,22 83,78

Ket; *) Telah dilakukan Uji Lab.terhadap anggur, hasil positif formalin

**) Telah dilakukan uji Laboraturium pestisida, hasilnya beberapa komoditi positif terdeteksi pestisida, namum masih dibawah batas maksimum residu (BMR) (Masih aman untuk dikonsumsi)

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 63

Permasalahan :

1. Terbatasnya SDM dalam penanganan keamanan pangan

2. Masih rendahnya kesadaran masyarakat (produsen/petani/pedagang/konsumen)

tentang keamanan pangan

3. Kurangnya monitoring yang terintegrasi antara instansi yang berwenang.

4. Belum tersedianya laboratorium pengujian mutu dan keamanan pangan

Solusi :

Beberapa solusi dalam menangani permasalahan keamanan pangan segar di Provinsi

Lampung, Badan Ketahanan pangan Daerah, antara lain :

1. Penguatan kelembagaan keamanan pangan segar termasuk penguatan SDM

2. Pengawasan keamanan pangan segar, termasuk pengambilan sampel keamanan

pangan segar

3. Promosi dan sosialisasi keamanan pangan segar

4. Penguatan koordinasi lintas sektor, baik instansi pemerintah daerah maupun vertical

yang terkait dengan penanganan keamanan pangan dengan membentuk tim

koordinasi jejaring keamanan pangan daerah

5. Dukungan pemerintah pusat dan daerah dalam rangka penanganan mutu dan

keamanan pangan baik dari segi aturan maupun sarana pendukung seperti

pembangunan sarana dan prasarana untuk laboratorium.

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 64

3.3 Realisasi Anggaran Kinerja Tahun 2016

Penyerapan anggaran belanja langsung pada tahun 2016 sebesar 98,83% dari total yang

dianggaran yang di alokasikan. Jika dilihat dari realisasi anggaran per sasaran

penyerapan anggaran terbesar pada kegiatan untuk indikator Skor pola pangan harapan

(PPH) ketersediaan, Skor PPH konsumsi, Jumlah konsumsi energi, dan Jumlah

konsumsi protein (99,47%). Sedangkan penyerapan terkecil pada

kegiatan untuk indikator Persentase penurunan jumlah penduduk rawan pangan

(97,24%).

Efisiensi anggaran menunjukkan bagaimana sasaran dengan indikator yang dirumuskan

telah berhasil dicapai dengan memanfaatkan sumber daya/input tertentu. Semakin tinggi

jumlah sumber daya yang dikeluarkan untuk mencapai keluaran tertentu, maka

efisiensinya akan semakin rendah, begitu juga sebaliknya semakin rendah sumber daya

yang dihabiskan untuk mencapai sasaran, maka efisiensi anggarannya akan semakin

tinggi.

Pencapaian kinerja dan anggaran pada tahun 2016 secara umum tidak menunjukkan

tingkat efisiensi anggaran. Hal ini bisa dilihat bahwa mayoritas dari seluruh indikator

menunjukkan realisasi anggarannya hampir sama dengan realisasi kinerjanya. Ini bisa

bermakna bahwa secara umum, pencapaian kinerja sesuai dengan anggaran yang

dianggarkan.

Memang terdapat indikator yang realisasinya lebih rendah daripada realisasi

anggarannya, seperti indikator penurunan jumlah penduduk rawan pangan, yang realisasi

anggarannya mencapai 97,24% namun realisasi kinerjanya baru mencapai 43%, untuk

indikator semacam ini, perlu mengkaji lebih jauh factor apa sajakah yang menyumbang

kepada situasi diatas, seperti menguji seberapa baik koordinasi dan sinergi dengan

stakeholder telah terbangun untuk menjawab persoalan kerawanan pangan karena faktor

kemiskinan, karena masalah kemiskinan tidak bisa diatasi oleh satu instansi saja tapi

harus melibatkan lintas sektor. Selain itu juga perlu mengidentifikasi, bagaimana

membuat efisiensi anggaran bisa ditingkatkan menjadi lebih baik.

Anggaran dan realisasi belanja langsung tahun 2016 yang dialokasikan untuk membiayai

kegiatan dalam pencapaian indikator pembangunan di sajikan dalam tabel berikut :

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 65

Tabel 38. Pencapaian Kinerja dan anggaran

Sasaran Indikator Kinerja Anggaran

Target Realisasi % Realisasi Target Realisasi % Realisasi

1. Peningkatan ketersediaam pangan yang beragam

2. Peningkatan keragaman konsumsi pangan yanng sehat dan aman

3. Peningkatan konsumsi pangan yang sesuai angka kecukupan gizi (AKG)

1. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan

2. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi

3. Jumlah Konsumsi Energi 4. Jumlah Konsumsi Protein

85,6

85,0

2.019

56,3

75,08

78,0*)

1.856,7*)

50,30*)

87,71

91,76

91,96

89,34

637.165.750

633.781.000

99,47

4. Penurunan jumlah penduduk rawan pangan

5. Persentase Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan

1 0,43 43 397.000.000 386.025.000 97,24

5. Stabilnya hasil pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen

6. Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat Produsen

7. Coefisien Variasi Pangan (beras) di Tingkat Konsumen

HPP ≤ (HPP : 3.700)

CV<10%

3.776

2 %

100

100

196.312.000

192.648.800

98,13

6. Tercapainya keamanan pangan segar

8. Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi

10 % 7,33 % 73,3 % 2.813.839.000.

2.789.545.300

99,14

9. Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang di Uji

80%

83,78 104,73 331.150.000

328.028.000

99,06

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 66

3.4 Analisis Efisiensi

Bagian yang disajikan dalam tabel ini terkait dengan efisiensi anggaran untuk indikator

yang pencapaian kinerjanya mencapai atau lebih dari 100%, terlihat bahwa dari 9

indikator menunjukkan pencapaian yang sama atau lebih dari 100%, yaitu sebanyak 3

indikator, sebagaimana ditunjukkan dalam tabel dibawah ini, sebagai contoh indikator

harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen dengan realisasi anggaran sebesar

98,13 dari total anggaran telah mencapai kinerja 100%, Indikator persentase tingkat

keamanan pangan segar yang diuji dengan realisasi anggaran 99,06% telah mencapai

kinerja 104,73%.

Tabel 39. Efisiensi Penggunaan Sumber Daya

Sasaran Strategis Indikator %

Capaian Kinerja

% Penyerapan Anggaran

Tingkat Efisiensi

1. Stabilnya harga pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen

2. Tercapainya keamanan

pangan segar

1. Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat

2. Coefisien Variasi Pangan (beras) di Tingkat Konsumen

3. Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang di Uji

100

100

104,73

98,13

98,13

99,06

1,87

1,87

0,94

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 67

BAB IV PENUTUP

Laporan Kinerja (LKj) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung telah

memaparkan sasaran dan indikator yang ada pada perencanaan strategis untuk

mengetahui keberhasilan dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya. Selama ini

keberhasilan suatu instansi pemerintah lebih ditekankan kepada kemampuan instansi

dalam menyerap sumber daya keuangan. Melalui pengukuran kinerja yang terdapat

dalam LKj, maka keberhasilan suatu instansi pemerintah akan lebih dilihat dari

kemampuan instansi tersebut berdasarkan sumberdaya yang dikelolanya untuk mencapai

hasil sesuai dengan rencana yang telah dituangkan dalam perencanaan strategis.

Berdasarkan hasil pengukuran dan evaluasi kinerja yang dilakukan terhadap kinerja

Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung dalam merealisasikan visi, misi,

tujuan dan sasaran yang tertuang dalam Rencana Strategis, dengan cara

mempertimbangkan nilai indikator kinerja masukan (input), keluaran (output), hasil

(outcome), manfaat (Benefit) dan dampak (impact), maka nilai capaian kinerja Badan

ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung pada tahun anggaran 2016 sebesar 88,89%.

Menurut skala pengukuran ordinal, maka nilai capaian kinerja tersebut dapat

dikategorikan Baik dan Berhasil.

Demikian Laporan Kinerja Instansi (LKj) Badan Ketahanan Pangan daerah Provinsi

Lampung ini disusun, dengan harapan dapat memberikan umpan balik bagi seluruh

aparat yang ada pada Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung agar dapat

lebih meningkatkan kinerjanya di masa yang akan datang.

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 68

L A M P I R A N

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 69

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 70

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 71

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 72

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 73

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 74

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 75

LAMPIRAN

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 76

TARGET REALISASI % REALISASI TARGET REALISASI % REALISASI

3 4 5 6 7 8

1. Peningkatan ketersediaan 1. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan 85,6 75,08 87,71pangan yang beragam

2. Peningkatan keragaman 2. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi 85,0 78,0 91,76konsumsi pangan yang

sehat dan aman

3. Peningkatan konsumsi 3. Jumlah Konsumsi Energi 2.019 1.856,7 91,96pangan yang sesuai angka

kecukupan gizi (AKG) 4. Jumlah Konsumsi Protein 56,3 50,3 89,34a. Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi 180 anak SD 180 anak SD 100 65.080.000 62.465.000 95,98

Pangan 15 Kab/Kota 15 Kab/Kota

b. Lomba Cipta Menu Tingkat Provinsi dan Nasional 2 kali 2 kali 100 85.555.000 85.555.000 100,00

c. Promosi Pangan Segar dan Olahan 0 0 0 - - -

d. Hari Pangan Sedunia TK. Provinsi dan TK. Nasional 2 kali 2 kali 100 283.965.750 283.905.000 99,98

e. Pengembangan Usaha Pangan Lokal 7 Unit 7 Unit 100 131.655.000 131.305.000 99,73

f. Penyusunan Pola Pangan Harapan 1 Laporan 1 Laporan 100 33.400.000 33.319.000 99,76

g. Pembinaan dan Pemantauan Kawasan Rumah Pangan 15 Kab/Kota 15 Kab/Kota 100 37.510.000 37.232.000 99,26

Lestari (KRPL)

4. Penurunan jumlah penduduk

rawan pangan

a. Pengembangan Desa Mandiri Pangan 6 Kawasan 6 Kawasan 100 88.600.000 88.499.200 99,89

b. Analisa dan Pemantauan SKPG dan PDRP 1 Dokumen 1 Dokumen 100 55.500.000 45.389.000 81,78

SASARAN

1

TABEL PENCAPAIAN KINERJA DAN ANGGARAN TAHUN 2016

386.025.000 97,24 397.000.000

INDIKATOR/KEGIATANKINERJA ANGGARAN

2

637.165.750 633.781.000 99,47

5. Persentase Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan 1 0,43 43,0

TARGET REALISASI % REALISASI TARGET REALISASI % REALISASI

3 4 5 6 7 8

SASARAN

1

INDIKATOR/KEGIATANKINERJA ANGGARAN

2

637.165.750 633.781.000 99,47

c. Pengembangan Cadangan Pangan Pemerintah 0 0 1.000.000 1.000.000 100,00

Daerah

d. Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat 18 Lumbung 18 lumbung 100 25.000.000 24.920.000 99,68

e. Analisa dan Penyusunan Peta Ketahanan Pangan 1 Dokumen 1 Dokumen 100 68.850.000 68.796.800 99,92

dan Kerentanan Pangan

f. Konsolidasi Dewan Ketahanan Pangan 4 Kegiatan 4 Kegiatan 100 158.050.000 157.420.000 99,60

5. Stabilnya harga pangan 6. Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat Produsen HPP ≤ 3.776 100pokok di tingkat produsen HPP = Rp. 3.700dan konsumen

7. Coefisien Variasi Pangan (beras) Tingkat Konsumen CV < 10% CV = 2% 100

a. Pemberdayaan Gapoktan dalam rangka Stabilisasi 83 Gapoktan 83 Gapoktan 100 100.000.000 97.558.000 97,56

Harga Pangan

b. Pemantauan dan Pengendalian Mobilitas Pangan 1 Komoditi 1 Komoditi 100 50.000.000 49.476.000 98,95

c. Kegiatan Akses Pangan 15 Kab/Kota 15 Kab/Kota 100 46.312.000 45.614.800 98,49

6. Tercapainya keamanan

pangan segar

a. Operasional Pengawasan Mutu dan Keamanan 12 Bulan 12 Bulan 100 50.000.000 49.877.400 99,75

Pangan OKKPD

b. Surveilen dan Pengawasan Produk Hasil Pertanian 15 Pelaku Usaha 15 Pelaku Usaha 100 60.092.000 60.081.800 99,98

yang sudah Sertifikasi/Regristrasi/Produk yang

Beredar

196.312.000 192.648.800 98,13

99,14 8. Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi 10% 7,33% 73,3% 2.813.839.000 2.789.545.300

TARGET REALISASI % REALISASI TARGET REALISASI % REALISASI

3 4 5 6 7 8

SASARAN

1

INDIKATOR/KEGIATANKINERJA ANGGARAN

2

637.165.750 633.781.000 99,47

c. Penyempurnaan Dokumen Sistem Mutu Mengacu 4 Dokumen 4 Dokumen 100 14.000.000 12.433.000 88,81

pada ISO/IEC 17065

d. Sertifikasi, Regristrasi Produk Labelisasi Prima 3 35 Pelaku Usaha 34 Pelaku Usaha 97,14 146.588.000 146.262.200 99,78

Mendukung Terminal Agrobisnis

e. Audit Internal 3 Bidang (adm, 100 8.170.000 8.170.000 100,00

Mutu, Teknis)

f. Promosi Produk Unggulan Lampung yang sudah 1 Kali 1 Kali 100 25.000.000 24.957.000 99,83

Sertifikas/Regristrasi

g. Pembangunan Gedung Kantor dan Laboratorium 1 Unit 1 Unit 100 2.509.989.000 2.487.763.900 99,11

Pengujian Mutu dan Sarana Prasarana OKKPD

Provinsi Lampung

a. Peningkatan Penerapan Standar BMR (Batas 15 Kab/Kota 15 KabKota 100 96.250.000 96.055.000 99,80

Maksimum Residu)

b. Pengembangan Jejaring Keamanan Pangan dan 15 Kab/Kota 15 Kab/Kota 100 128.900.000 128.162.000 99,43

Promosi Keamanan Pangan Segar

c. Pengembangan Produk Pangan Segar yang Bermutu dan 1 Dokumen 1 Dokumen 100 80.000.000 79.088.000 98,86

Bersertifikat

d. Sosialisasi dan Promosi Peningkatan Gizi Pangan Keluarga 15 Kab/Kota 15 Kab/Kota 100 26.000.000 24.723.000 95,09

328.028.000 99,06 9. Persentase Tingkat Keamanan Pangan yang di Uji 80% 83,78 104,73 331.150.000

3 Bidang (Adm,

Mutu, Teknis)

PENYERAHAN ALAT PENGEMBANGAN PANGAN LOKAL

LOMBA CIPTA MENU TK. PROVINSI TAHUN 2016

MENGENALKAN MAKANAN B2SA KEPADA ANAK –ANAK SD

INSPEKSI LAPANG DAN PENGAMBILAN CONTOH UNTUK PENERBITAN SERTIFIKASI PRIMA 3 KOMODITAS JERUK DI LAMPUNG SELATAN

INSPEKSI LAPANG DAN PENGAMBILAN CONTOH UNTUK PENERBITAN SERTIFIKASI HEALTH CERTIFICATE ( HC ) PALA

KAWASAN MANDIRI PANGAN

KELOMPOK BUDIDAYA IKAN TAWAR DI KAWASAN MANDIRI PANGAN

Pengambilan sampel buah anggur di pasar tradisional

Pemusnahan buah yang positif formalin oleh managemen swalayan

PENYERAHAN PENGHARGAAN ADHIKARYA PANGAN NUSANTARA (APN) TK. PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2016 PADA SAAT PERINGATAN HPS KE 36

PENYERAHAN HADIAH PEMENANG LOMBA KUDAPAN BERBAHAN SINGKONG

PENYERAHAN HADIAH PEMENANG LCM B2SA TK. PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2016

PEMBINAAN KE KELOMPOK LUMBUNG

PEMANTAUAN HARGA PASAR