79
LAPORAN KINERJA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM PEMBINAAN KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI RIAU TAHUN 2019

LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

LAPORAN KINERJA

BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM PEMBINAAN KESEHATAN MASYARAKAT

DINAS KESEHATAN PROVINSI RIAU

TAHUN 2019

Page 2: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

KATA PENGANTAR

Bidang Kesehatan Masyarakat sebagai salah satu unit pelaksana Program di Dinas

Kesehatan Provinsi Riau memiliki kewajiban untuk melaksanakan Sistem Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah (SAKIP). Salah satu komponen SAKIP adalah membuat Laporan Kinerja

yang menggambarkan kinerja yang dicapai atas pelaksanaan program dan kegiatan yang

menggunakan APBN.

Penyusunan laporan kinerja berpedoman pada Peraturan Menteri Pendayagunaan

Aparatur Negara dan Reformasi Birokasi (Permenpan) Nomor 53 tahun 2014 tentang Petunjuk

Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi

Pemerintah. Laporan kinerja ini merupakan informasi kinerja yang terukur kepada pemberi

mandat atas kinerja yang telah dan seharusnya dicapai. Dalam laporan kinerja ini juga

menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup

Bidang Kesehatan Masyarakat, untuk meningkatkan kinerjanya pada masa mendatang.

Secara garis besar laporan berisi informasi tentang tugas dan fungsi organisasi; rencana

kinerja dan capaian kinerja sesuai Indikator Prioritas Nasional dan Rencana Stategis (Renstra)

Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019, disertai dengan faktor pendukung dan penghambat

capaian, serta upaya tindak lanjut yang dilakukan. Peningkatan kualitas laporan kinerja ini

menjadi perhatian kami, masukan dan saran membangun sangat kami harapkan untuk

perbaikan dan penyempurnaan penyusunan laporan di tahun yang akan datang. Semoga

laporan ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat dijadikan bahan evaluasi untuk perbaikan

dan pengembangan program di masa mendatang.

Pekanbaru, Februari 2020

i

Page 3: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Indikator Kinerja Bidang Kesehatan Masyarakat Tahun 2019 ……….……….…………. 11

Tabel 2 : Persentase ibu hamil Kurang Energi Kronik yang mendapat makanan tambahan pada

tahun 2019 berdasarkan Kab/Kota ………………………………………………………….……. 17

Tabel 3 : Persentase ibu hamil yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) pada tahun 2019

berdasarkan Kab/Kota ………………………………………………………………………………… 18

Tabel 4 : Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI Eksklusif pada tahun 2019

berdasarkan Kab/Kota …………………………………………………………………………… …. 20

Tabel 5 : Persentase bayi baru lahir mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada tahun 2019

berdasarkan Kab/Kota ………………………………………………………………………………… 23

Tabel 6 : Persentase balita kurus yang mendapat makanan tambahan pada tahun 2019

berdasarkan Kab/Kota ………………………………………………………………………………… 25

Tabel 7 : Persentase remaja puteri yang mendapat tablet tambah darah (TTD) pada tahun

2019 berdasarkan Kab/Kota ……………………………………………………………………….. 26

Tabel 8 : Persentase Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) tahun 2019 berdasarkan Kab/Kota

………………………………………………………………………………………………………………… 29

Tabel 9. Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD Kelas 1 dan Setingkat Tahun 2019 ..33

Tabel 10. Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa Kelas 7 dan 10 Tahun 2019 ……………. 34

Tabel 11 . Presentase Puskesmas Yang Melaksanakan Kesehatan Kerja Dasar Provinsi Riau

Tahun 2019 ……………………………………………………………………………………………. 39

Tabel 13. Jumlah Puskesmas Yang Melaksanakan Kesehatan Olahraga pada kelompok

masyarakat di wilayah kerjanya di Provinsi Riau Tahun 2019 ……………………... 42

Tabel 14. Desa/Kelurahan yang melaksanakan STBM Provinsi Riau Tahun 2019.. 45

Tabel 15. Realisasi Program Pengawasan Kualitas Air Minum Provinsi Riau Tahun

2019 …………………………………………………………………………….. 48

Tabel 16. Capaian Tempat Fasilitas Umum (TFU) Tahun 2019 …………………….. 50

Tabel 17. Capaian Program Pembinaan Limbah Fasyankes (Rumah Sakit) Sesuai Standar di

Provinsi Riau Tahun 2019 ……………………………………………………………………….. 53

Tabel 18. Capaian Program Pembinaan Limbah Fasyankes (Puskesmas) Sesuai Standar di

Provinsi Riau Tahun 2019 ………………………………………………………………………. 54

Tabel 19. Pencapaian Kab/Kota yang Menyelenggarakan Kab/Kota Sehat di Provinsi Riau

Tahun 2019 ………………………………………………………………………………………….. 59

Tabel 20. Capaian Indikator Persentase Kabupaten/Kota Yang Memiliki Kebijakan Phbs Di

Provinsi Riau Tahun 2019 …………………………………………………………………….… 62

Tabel 21. Capaian Indikator Persentase Desa Yang Memanfaatkan Dana Desa Minimal 10%

Untuk Ukbm Di Provinsi Riautahun 2019 …………………………………………………. 64

ii

Page 4: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

Tabel 22. Capaian Indikator Jumlah Dunia Usaha Yang Memanfaatkan Csr-Nya

Untuk Program Kesehatan Di Provinsi Riau Tahun 2019 ……………... 65

Tabel 23. Capaian Indikator Jumlah Organisasi Kemasyarakatan Yang Memanfaatkan

Sumberdayanya Untuk Mendukung Kesehatan Di Provinsi Riau Tahun 2019 .. 66

iii

Page 5: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1 : Capaian Presentase Ibu Hamil KEK yang mendapt PMT Berdasarkan Tahun 2019.. 17

Grafik 2 : Tren Persentase Ibu Hamil yang mendapat Tablet Tambah Darah 90 Tablet selama

Kehamilan ………………………………………………………………………………………………….. 19

Grafik 3 : Tren Persentase Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan yang mendapat ASI Eksklusif Pada

Tahun 2019 ………………………………………………………………………………………………… 21

Grafik 4 : Tren Persentase bayi baru lahir mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada tahun

2019 berdasarkan Kab/Kota …………………………………………………………………………. 23

Grafik 5 : Tren Persentase bayi baru lahir mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD) …………….. 25

Grafik 6 : Tren Persentase remaja puteri yang mendapat tablet tambah darah (TTD) pada

tahun 2019 …………………………………………………………………………………………………. 27

Grafik 7. Cakupan Pelayanan Neonatal Pertama [KN1] di Provinsi Riau Tahun 2019 ………… 30

Grafik 8 : Tren Persentase ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal ke empat (K4)

tahun 2019 …………………………………………………………………………………………………. 31

Grafik 9. Trend Pelayanan Neonatal Pertama [KN1] di Provinsi Riau Tahun 2016 s.d 2019.. 32

Grafik 10. Puskesmas yang melaksanakan Penjaringan Kesehatan Peserta Didik Kelas 1 Tahun

2019 ………………………………………………………………………………………………………… 33

Grafik 11. Puskesmas yang melaksanakan Penjaringan Kesehatan Peserta Didik Kelas 7 dan 10

Tahun 2019 ……………………………………………………………………………………………….. 35

Grafik 12. Tren Target Puskesmas Melaksanakan Kegiatan Kesehatan Remaja Tahun 2015-

2019 ……………………………………………………………………………………………….. 36

Grafik 13: Jumlah Puskesmas Melaksanakan Kegiatan Kesehatan Remaja Tahun 2019 ……. 37

Grafik 14. Persentase Puskesmas yang Melaksanakan Kesehatan Kerja Dasar Di Provinsi Riau

Tahun 2019 ……………………………………………………………………………………………….. 40

Grafik 15. Perbandingan Jumlah Puskesmas dan Jumlah Pos UKK di Provinsi Riau

Tahun 2018 ………………………………………………………………………………………………. 41

Grafik 16. Persentase Puskesmas Yang Melaksanakan Kegiatan Kesehatan Olahraga Pada

Kelompok Masyarakat Di Wilayah Kerjanya Di Provinsi Riau Tahun 2019 ………….. 43

Grafik 17. Jumlah Desa/Kelurahan yang melaksanakan STBM Provinsi Riau Tahun 2019 …... 46

Grafik 18. Jumlah desa/kelurahan yang melaksanakan STBM Provinsi Riau Tahun 2016-

2019 …………………………………………………………………………………………………………… 47

Grafik 19. Rekapitulasi Laporan Hasil IKL Sarana Air Minum Program PKAM Provinsi Riau

Tahun 2019 ………………………………………………………………………………………………… 49

Grafik 20. Capaian Indikator Kinerja Program Pengawasan Kualitas Air Minum Provinsi Riau

Tahun 2019 ………………………………………………………………………………………………… 49

Grafik 21. Capaian Pengawasan Kesehatan Lingkungan Tempat Fasilitas Umum (TFU) Tahun 2019 ………………………………………………………………………………………………...

iv

Page 6: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

Grafik 22. Capaian TFU (Tempat Fasilitas Umum) yang Memenuhi Syarat kesehatan di

Kab/Kota se Provinsi Riau Tahun 2019 ...………………………………..………………... 51

Grafik 23. Persentase Rumah Sakit yang Melakukan Pengelolaan Limbah Medis Fasilitas

Yankes Sesuai Standar di Provinsi Riau Tahun 2019 …………………………………… 54

Grafik 24. Persentase Puskesmas yang melakukan Pengelolaan Limbah Medis Fasilitas Yankes

sesuai Standar di Prov. Riau Tahun 2019 …………………………………………………… 55

Grafik 24. Persentase Capaian TPM yang memenuhi syarat HSP (Bersertifikat + tdk bersifoikat

di Provinsi Riau tahun 2007 s.d 2019 …………………………………………………………. 57

Grafik 26. Persentase Capaian TPM Yang Memenuhi Syarat Hygiene Sanitasi (Bersertifikat +

Tidak Bersertifikat) Dan Bersertifikat Di Provinsi Riau Tahun 2019 ……………….. 57

Grafik 27. Penyelengaraan Kabupaten Kota Sehat (KKS) di Provinsi Riau …………………….. 59

v

Page 7: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………………………….. 1

A. LATAR BELAKANG ………………………………………….……………………………… 1 B. MAKSUD DAN TUJUAN ………………………………………………………………….. 2 C. VISI, MISI DAN STRATEGI ORGANIASI ………………………………………….. 2

BAB II PERENCANAAN KINERJA ……………………………………………………………………. 9 A. PERJANJIAN KINERJA ………………………………………………………………….. 9 B. INDIKATOR KINERJA PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT ……………. 9

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA …………………………………………………………………. 14 A. PENGUKURAN KINERJA ……………………………………………………………….. 14 B. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI …………………………………………………… 14

1.1. PROGRAM PEMBINAAN GIZI MASYARAKAT …………………………. 15 A. PRESENTASE IBU HAMIL KURANG ENERGI KRONIK YANG

MENDAPAT MAKANAN TAMBAHAN ………….…………………….. 16 B. PERSENTASE IBU HAMIL YANG MENDAPAT TABLET TAMBAH

DARAH (TTD) ……………...………………………………………………. 18 C. PERSENTASE BAYI USIA KURANG DARI 6 BULAN YANG MENDAPAT

ASI EKSKLUSIF …… ………………………………………………………. 19 D. PERSENTASE BAYI BARU LAHIR MENDAPAT INISIASI MENYUSU

DINI (IMD) ……………………………………………………………………. 20 E. PERSENTASE BALITA KURUS YANG MENDAPAT MAKANAN

TAMBAHAN ………………………………..…………………………………. 24 F. PERSENTASE REMAJA PUTERI YANG MENDAPAT TABLET TAMBAH

DARAH (TTD)………………………………………………………………… 25 1.2. PROGRAM PEMBINAAN KESEHATAN KELUARGA ………….…………. 28

A. PERSENTASE KUNJUNGAN NEONATAL PERTAMA (KN1) …….. 28 B. PERSENTASE IBU HAMIL YANG MENDAPATKAN PELAYANAN

ANTENATAL KE EMPAT (K4) ……………………………………………. 30

C. PERSENTASE PUSKESMAS YANG MELAKSANAKAN PENJARINGAN KESEHATAN UNTUK PESERTA DIDIK KELAS 1 ………………….. 32

D. PERSENTASE PUSKESMAS YANG MELAKSANAKAN PENJARINGAN KESEHATAN UNTUK PESERTA DIDIK KELAS 7 DAN 10 ………. 34

E. PERSENTASE PUSKESMAS YANG MENYELENGGARAKAN KEGIATAN KESEHATAN REMAJA …………………………………………………….. 35

1.3. INDIKATOR PROGRAM PEMBINAAN UPAYA KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA ……………………………………………………………………….. 38 A. PERSENTASE PUSKESMAS YANG MENYELENGGARAKAN

KESEHATAN KERJA DASAR ……………………………………………. 38 B. JUMLAH POS UKK YANG TERBENTUK DI DAERAH PPI/TPI 40 C. PERSENTASI PUSKEMAS YANG MENYELENGGARAKAN UPAYA

KESEHATAN OLAHRAGA PADA KELOMPOK MASYARAKAT DI WILAYAH KERJANYA …………………………………………………….. 42

1.4. INDIKATOR PROGRAM PEMBINAAN PENYEHATAN LINGKUNGAN 44 A. JUMLAH DESA/KELURAHAN YANG MELAKSANAKAN STBM

(SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT) …………………… 44 B. PERSENTASE SARANA AIR MINUM YANG DILAKUKAN

PENGAWASAN ………………………………………………………………. 47

vi

Page 8: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

C. PERSENTASE TEMPAT FASILITAS UMUM (TFU) YANG MEMENUHI SYARAT KESEHATAN …………………………………………………………. 50

D. PERSENTASE RS DAN PUSKESMAS YANG MELAKUKAN PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS SESUAI STANDAR ……………… 53

E. PERSENTASE TEMPAT PENGOLAHAN MAKANAN (TPM) YANG MEMENUHI SYARAT KESEHATAN ……………………………………….. 56

F. JUMLAH KAB/KOTA YANG MENYELENGGARAKAN TATANAN KAWASAN SEHAT ……………………………………………………………… 58

1.5. INDIKATOR PROGRAM PEMBINAAN PROMOSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ……………………………………………….. 61 A. PERSENTASE KAB/KOTA YANG MEMILIKI KEBIJAKAN PHBS….. 61 B. PERSENTASE DESA YANG MEMANFAATKAN DANA DESA UNTUK

UKBM ………………………………………………………………………………. 62 C. JUMLAH DUNIA USAHA YANG MEMANFAATKAN CSRNYA UNTUK

PROGRAM KESEHATAN ……………………………………………………… 65 D. JUMLAH ORGANISASI KEMASYARAKATAN YANG MEMANFAATKAN

SUMBER DAYANYA UNTUK MENDUKUNG KESEHATAN …………. 65 1.6. INDIKATOR PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN

TUGAS TEKNIS LAINNYA PADA PROGRAM PEMBINAAN KESEHATAN MASYARAKAT ………………………………………………………………………… 66

BAB IV PENUTUP …………………………………………………………………………………………….. 67 KESIMPULAN ……………………………………………………………………………………….. 67

1.1. PROGRAM PEMBINAAN GIZI MASYARAKAT ………………………………….. 67 1.2. PROGRAM PEMBINAAN KESEHATAN KELUARGA …………………………… 68 1.3. PROGRAM PEMBINAAN UPAYA KESEHATAN KERJA, OLAH RAGA DAN

PENYEHATAN LINGKUNGAN ………………………………………………………. 69 1.4. PROMOSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT …………. 70 1.5. DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA

PADA PROGRAM PEMBINAAN KESEHATAN MASYARAKA ………………. 70

vii

Page 9: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

1 | L A P O R A N K I N E R J A B I D A N G K E S M A S T A H U N 2 0 1 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bidang Kesehatan Masyarakat dalam melaksanakan tugas dan fungsinya,

senantiasa membangun akuntabilitas yang dilakukan melalui pengembangan dan

penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas dan terukur. Diharapkan

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan kesehatan dapat berlangsung dengan

bijaksana, transparan, akuntabel, efektif, dan efisien sesuai dengan prinsipprinsip good

governance sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang

Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.

Sasaran pokok RPJMN 2015-2019 adalah: (1) meningkatnya status kesehatan dan

gizi ibu dan anak; (2) meningkatnya pengendalian penyakit; (3) meningkatnya akses dan

mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan

perbatasan; (4) meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu

Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN Kesehatan, (5) terpenuhinya kebutuhan

tenaga kesehatan, obat dan vaksin; serta (6) meningkatkan responsivitas sistem

kesehatan. Berakhirnya pelaksanaan tugas tahun 2016 yang merupakan awal tahun

implementasi Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 yang

ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK 02.02/

Menkes/52/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan, yang mempunyai visi

“Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan”. Pembangunan kesehatan pada periode

2015-2019 adalah Program Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat

kesehatan dan status gizi masyarakat melalui melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan

masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemeratan pelayanan

kesehatan.

Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigma

sehat, penguatan pelayanan kesehatan dan jaminan kesehatan nasional: 1) pilar

paradigma sehat di lakukan dengan strategi pengarusutamaan kesehatan dalam

pembangunan, penguatan promotif preventif dan pemberdayaan masyarakat; 2)

penguatan pelayanan kesehatan dilakukan dengan strategi peningkatan akses pelayanan

kesehatan, optimalisasi sistem rujukan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan,

menggunakan pendekatan continuum of care dan intervensi berbasis risiko. Direktorat

Jenderal Kesehatan Masyarakat merupakan unit yang sangat berperan dalam mewujudkan

pilar pertama dalam “Program Indonesia Sehat”.

Pertanggungjawaban pelaksanaan kebijakan dan kewenangan dalam

penyelenggaraan pembangunan kesehatan harus dapat dipertanggungjawabkan kepada

Page 10: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

2 | L A P O R A N K I N E R J A B I D A N G K E S M A S T A H U N 2 0 1 9

masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Akuntabilitas tersebut salah

satunya diwujudkan dalam bentuk penyusunan laporan kinerja.

Laporan kinerja ini akan memberikan gambaran pencapaian kinerja Bidang

Kesehatan Masyarakat dalam satu tahun anggaran beserta dengan hasil capaian indikator

kinerja dari masing-masing unit satuan kerja yang ada di lingkungan Bidang Kesehatan

Masyarakat di tahun 2019.

B. MAKSUD DAN TUJUAN

Penyusunan Laporan Kinerja Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan

Provinsi Riau merupakan bentuk pertanggungjawaban kinerja pada tahun 2019 dalam

mencapai target dan sasaran program seperti yang tertuang dalam rencana strategis, dan

Indikator Prioritas Nasional 2019.

C. VISI, MISI DAN STRATEGI ORGANIASI

Berdasarkan isu-isu pembangunan kesehatan dan visi misi Gubernur Riau Tahun

2013-2018 yakni Terwujudnya pembangunan ekonomi yang mapan, melalui kesiapan

infrastuktur, peningkatan pembangunan sektor pendidikan, serta menyediakan Jaminan

kehidupan agamis dan pembangunan budaya melayu secara preporsional dan dalam

mendukung Visi Kementerian Kesehatan RI 2010-2014 yakni Masyarakat Sehat Yang

Mandiri dan Berkeadilan, maka Dinas Kesehatan Provinsi Riau merumuskan visi yakni,

“Dinas Kesehatan Provinsi Riau sebagai institusi professional dalam mewujudkan kesehatan

yang berkualitas sebagai upaya peningkatan usia harapan hidup masyarakat Riau”.

Sedangkan misi yang diemban adalah :

1. Meningkatnya upaya pelayanan kesehatan prefosional, terjangkau, terpadu, bermitra

dan berkesinambungan;

2. Meningkatkan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat dalam mewujudkan

kemandirian individu, keluarga dan masyarakat;

3. Meningkatnya Kualitas Kesehatan Ibu dan Anak;

4. Meningkatnya status gizi masyarakat;

5. Mengendalikan penyakit menulkar dan tidak menulas secara komprehensif dengan

pendekatan lingkungan sehat berbasis masyarakat;

6. Mengembangkan sumberdaya kesehatan yang bermutu dan berkualitas;

7. Menjamin ketersediaan, pemerataan dan keamanan obat logistic kesehatan serta

menjamin keamanan produksi dan distribusi makanan/minuman;

8. Mengembangkan system manajemen dan informasi kesehatan yang professional,

transparan, berdayaguna dan berhasilguna;

9. Mengembangkan system Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan Masyarakat;

Page 11: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

3 | L A P O R A N K I N E R J A B I D A N G K E S M A S T A H U N 2 0 1 9

10. Mengoptimalkan peran dan fungsidinas Kesehatan sebagai regulator dan pembina

bidang kesehatan di Provinsi Riau.

Strategi pembangunan kesehatan masyarakat tahun 2015-2019 meliputi:

a. Akselerasi Pemenuhan Akses Pelayanan Kesehatan Ibu, Anak, Remaja, dan Lanjut

Usia yang Berkualitas.

b. Mempercepat Perbaikan Gizi Masyarakat.

c. Meningkatkan Penyehatan Lingkungan.

d. Meningkatkan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.

Sasaran Ditjen Kesehatan Masyarakat

Sasaran Bidang Kesehatan Masyarakat, adalah meningkatnya ketersediaan dan

keterjangkauan pelayanan kesehatan yang bermutu bagi seluruh masyarakat.

Indikator kinerja Bidang Kesehatan Masyarakat selaras dengan Ditjen Kesehatan

Masyarakat yang tertuang dalam perjanjian Kinerja Tahun 2019 Dinas Kesehatan Provinsi

Riau dan Ditjen Kesmas yaitu:

Tabel 1. Indikator Kinerja Bidang Kesehatan Masyarakat Tahun 2019

No. Sasaran

Program/Kegiatan Indikator Kinerja Target

Target Provinsi

1 2 3 4 5

1. Pembinaan Gizi Masyarakat

1. Presentase ibu hamil Kurang Energi Kronik yang mendapat makanan tambahan

80% 80%

2. Persentase ibu hamil yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD)

95% 95%

3. Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI eksklusif

47% 47%

4. Persentase bayi baru lahir mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

47% 47%

5. Persentase balita kurus yang mendapat makanan tambahan

85% 85%

6. Persentase remaja puteri yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD)

25% 25%

2. Pembinaan Kesehatan Keluarga

1. Persentase kunjungan neonatal pertama (KN1)

85% 87%

2. Persentase ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal ke empat (K4)

78% 85%

3. Persentase Puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk peserta didik kelas 1

65% 65%

4. Persentase Puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk peserta didik kelas 7 dan 10

55% 55%

5.

Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kegiatan kesehatan remaja

40% 40%

6. Persentase Puskesmas yang melaksanakan kelas ibu hamil

87% 87%

Page 12: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

4 | L A P O R A N K I N E R J A B I D A N G K E S M A S T A H U N 2 0 1 9

No. Sasaran

Program/Kegiatan Indikator Kinerja Target

Target Provinsi

7. Persentase Puskesmas yang melakukan Orientasi Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)

95% 95%

3. Pembinaan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga

1. Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan kerja dasar

70% 70%

2. Jumlah pos UKK yang terbentuk di daerah PPI/TPI

605 45

3.

Persentase fasiltas pemeriksaan kesehatan TKI yang memenuhi standar

100% 100%

4. Persentase Puskesmas yang melaksanakan kegiatan kesehatan olahraga pada kelompok masyarakat di wilayah kerjanya

50% 50%

4. Penyehatan Lingkungan

1. Jumlah desa/kelurahan yang melaksanakan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat)

40.000 884

2. Persentase Sarana air minum yang dilakukan pengawasan

45% 45%

3. Persentase Tempat-tempat umum (TTU) yang memenuhi syarat kesehatan

56% 56%

4. Persentase RS yang melakukan pengelolaan limbah medis sesuai standar

28% 28%

5. Persentase Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang memenuhi syarat kesehatan

26% 26%

6 Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan tatanan kawasan sehat

376 10

5. Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

1. Persentase Kab/Kota yang memiliki Kebijakan PHBS

70% 70%

2. Persentase desa yang memanfaatkan dana desa 10% untuk UKBM

40% 40%

3. Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSRnya untuk program kesehatan

18% 18%

4. Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber dayanya untuk mendukung kesehatan

12 12

6. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat

1. Persentase realisasi kegiatan administrasi dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Program Kesehatan Masyarakat

93% 98,93%

Tugas Pokok dan Fungsi Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi

Riau yaitu membantu Kepala Dinas Kesehatan dalam melaksanakan Pembinaan Gizi

Page 13: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

5 | L A P O R A N K I N E R J A B I D A N G K E S M A S T A H U N 2 0 1 9

Masyarakat, Pembinaan Kesehatan Keluarga, Pembinaan Upaya Kesehatan Kerja dan

Olahraga, Penyehatan Lingkungan, Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat,

Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Pembinaan

Kesehatan Masyarakat dan melaksanakan tugas lainnya yang dilimpahkan oleh Kepala

Dinas Kesehatan sesuai dengan tugas Bidang Kesehatan Masyarakat.

Dalam melaksanakan tugas, Bidang Kesehatan Masyarakat mempunyai fungsi :

1. Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi terdiri dari :

a. Merencanakan program kegiatan per tahun anggaran Seksi Kesehatan Keluarga

berdasarkan tugas, fungsi dan renstra sebagai pedoman dalam pelaksanaan

kegiatan

b. Membagi tugas pokok kepada bawahan dengan disposisi tugas pokok dan secara

lisan agar tugas pokok tersebut terbagi habis

c. Memberikan petunjuk kepada bawahan baik secara lisan maupun tertulis untuk

menghindari penyimpangan dan kesalahan dalam pelaskanaan tugas

d. Memeriksa hasil pekerjaan bawahan dengan membandingkan anatara hasil kerja

dengan petunjuk kerja untuk penyempurnaan hasil kerja

e. Menilai kinerja bawahan berdasarkan hasil kerja yang dicapai sebagai bahan dalam

pembinaan dan peningkatan karier

f. Menghimpun dan mempelajari peraturan perundang-undangan, kebijakan teknis,

pedoman dan petunjuk teknis serta bahan-bahan lainnya yang berhubungan

dengan Seksi Kesehatan Keluarga secara rutin maupun berkala untuk

pengembangan wawasan pengetahuan dan kemampuan

g. Memberikan saran pertimbangan kepada Kepala Bidang Promosi Kesehatan dan

Kesehatan Keluarga tentang langkah-langkah atau tindakan yang perlu diambil baik

secara maupun lisan sebagai alternative pilihan dalam pengambilan keputusan.

h. Menginventarisasi permasalahan-permasalahan sesuai bidang tugas pokok Seksi

Kesehatan

i. Keluarga secara rutin maupun berkala sebagai bahan dasar pemecahan masalah

j. Mengkonsep naskah dinas sesuai bidang tugas pokok Seksi Kesehatan Keluarga

berdasarkan disposisi atasan agar tersedia konsep naskah dinas yang dibutuhkan

k. Mengevaluasi hasil kegiatan per tahun anggaran seksi kesehatan keluarga

berdasarkan capaian pelaksanaan kegiatan sebagai bahan penyempurnaannya.

l. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan tugasnya berdasarkan peraturan perundang

undangan.

2. Seksi Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja terdiri dari :

a. Merencanakan program/kegiatan dan penganggaran pada Seksi Kesehatan

Lingkungan Dan Kesehatan Kerja;

Page 14: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

6 | L A P O R A N K I N E R J A B I D A N G K E S M A S T A H U N 2 0 1 9

b. Membagi tugas, membimbing, memeriksa dan menilai hasil pelaksanaan tugas

bawahan di lingkungan Seksi Kesehatan Lingkungan Dan Kesehatan Kerja;

c. Melaksanakan program kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga;

d. Melaksanakan surveilans Kesehatan Lingkungan;

e. Melaksanakan Norma, Standar, Prosedur, Kriteria di bidang Kesehatan Lingkungan

Dan Kesehatan Kerja;

f. Melaksanakan analisis resiko Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja

berdasarkan hasil pemantauan dan Pengujian Laboratorium serta rekomendasi

Analisa Mengenai Dampak Lingkungan;

g. Melaksanakan monitoring, bimbingan teknis dan supervisi pelaksanaan Program

Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga;

h. Melaksaaam koordinasi Lintas Program dan Lintas Sektor untuk kemajuan program

Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga;

i. Melaksanakan pengawasan, pemantauan dan mengevaluasi pelaksanaan program

Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga berdasarkan capaian

pelaksanaan kegiatan sebagai bahan penyempurnaan di tingkat Provinsi;

j. Melaksanaan pengelolaan dan pengembangan sistem informasi kesehatan

lingkungan untuk mendukung pelaksanaan program Kesehatan Lingkungan,

Kesehatan Kerja dan Olahraga;

k. Melakukan pemantauan, evaluasi dan membuat laporan pelaksanaan tugas dan

kegiatan pada Seksi Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja;

l. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan atasan sesuai tugas dan

fungsinya.

3. Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat terdiri dari :

a. Merencanakan kegiatan pada Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan

Masyarakat;

b. Membagi tugas, membimbing, memeriksa dan menilai hasil pelaksanaan tugas

bawahan di lingkungan Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat;

c. Melaksanakan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Program Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS),

kewaspadaan dini dalam rangka pencegahan dan penanggulangan Kejadian Luar

Biasa (KLB) dan Bencana Alam;

d. Melaksanakan kemitraan dengan lintas program dan lintas sektor pada seksi

Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat;

e. Melaksanakan fasilitasi strategi promosi kesehatan (PROMKES) untuk

pengembangan desa siaga;

f. Melaksanakan bimbingan teknis dalam rangka peningkatan SDM di Bidang Promosi

Kesehatan (PROMKES) dan penyebarluasan Informasi Kesehatan;

Page 15: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

7 | L A P O R A N K I N E R J A B I D A N G K E S M A S T A H U N 2 0 1 9

g. Melaksanakan Pembinaan Program Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM)

di Tingkat Daerah Provinsi/ Lintas Daerah Kabupaten/Kota termasuk penilaian

Kinerja Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM);

h. Melaksanakan Pembinaan program kesehatan dan promosi kesehatan di Rumah

Sakit (PKMRS) Tingkat Daerah Provinsi/Lintas Daerah Kabupaten/Kota;

i. Melaksanakan penguatan kebijakan publik berwawasan kesehatan;

j. Melaksanakan bimbingan dan supervisi strategi promosi kesehatan;

k. Mengevaluasi dan membuat laporan pelaksanaan tugas yang telah dilaksanakan

secara berkala;

l. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan atasan baik lisan maupun

tertulis sesuai tugas dan fungsinya.

Sistematika penulisan laporan kinerja Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat

adalah sebagai berikut :

Ringkasan Eksekutif

- Kata Pengantar

- Daftar Tabel

- Daftar Isi

- BAB I

Penjelasan umum organisasi Bidang Kesehatan Masyarakat, penjelasan aspek

strategis organisasi serta permasalahan utama (strategic issued) yang sedang

dihadapi organisasi.

- BAB II

Menjelaskan uraian ringkasan / ikhtisar program Bidang Kesehatan Masyarakat

yang diselaraskan dengan perjanjian kinerja Direktorat Jenderal Kesehatan

Masyarakat tahun 2019.

- BAB III

Penyajian capaian kinerja Bidang Kesehatan Masyarakat untuk setiap pernyataan

kinerja sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil pengukuran kinerja

organisasi, dengan melakukan beberapa hal sebagai berikut: Membandingkan

antara target dan realisasi kinerja tahun ini; Membandingkan realisasi kinerja

sampai dengan tahun ini dengan target jangka menengah yang terdapat dalam

dokumen perencanaan strategis organisasi; Analisis penyebab

keberhasilan/kegagalan atau peningkatan/penurunan kinerja serta alternatif

solusi yang telah dilakukan; Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya;

Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan

pencapaian pernyataan kinerja dan melakukan analisa realisasi anggaran.

Page 16: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

8 | L A P O R A N K I N E R J A B I D A N G K E S M A S T A H U N 2 0 1 9

- BAB IV

Penutup, Pada bab ini diuraikan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi

serta langkah di masa mendatang yang akan dilakukan organisasi untuk

meningkatkan kinerjanya.

- LAMPIRAN

Formulir PK : Pengukuran Kinerja

Page 17: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

9 | L A P O R A N K I N E R J A B I D A N G K E S M A S T A H U N 2 0 1 9

BAB II

PERENCANAAN KINERJA

A. PERJANJIAN KINERJA

Standar acuan capaian program Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan

Provinsi Riau tahun 2018 diselaraskan dengan Perjanjian kinerja Direktorat Jenderal

Kesehatan Masyarakat telah ditetapkan dalam dokumen penetapan kinerja yang

merupakan suatu dokumen pernyataan kinerja/perjanjian kinerja antara atasan dan

bawahan untuk mewujudkan target kinerja tertentu dengan didukung sumber daya yang

tersedia.

Indikator dan target kinerja yang telah ditetapkan menjadi kesepakatan yang

mengikat untuk dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan sebagai upaya mewujudkan

pelayanan kesehatan yang berkualitas kepada masyarakat Indonesia. Perjanjian penetapan

kinerja tahun 2019 yang telah ditandatangani bersama oleh Direktur Jenderal Kesehatan

Masyarakat dan Menteri Kesehatan berisi Indikator.

B. INDIKATOR KINERJA PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT

Indikator Kinerja Program Kesehatan Masyarakat tahun 2019 antara lain :

No. Sasaran Program/Kegiatan Indikator Kinerja

1 2 3

1. Pembinaan Gizi Masyarakat 1. Presentase ibu hamil Kurang Energi Kronik yang mendapat makanan tambahan

2. Persentase ibu hamil yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD)

3. Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI eksklusif

4. Persentase bayi baru lahir mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

5. Persentase balita kurus yang mendapat makanan tambahan

6. Persentase remaja puteri yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD)

2. Pembinaan Kesehatan Keluarga 1. Persentase kunjungan neonatal pertama (KN1)

2. Persentase ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal ke empat (K4)

3. Persentase Puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk peserta didik kelas 1

4. Persentase Puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk peserta didik kelas 7 dan 10

5.

Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kegiatan kesehatan remaja Persentase Puskesmas yang melaksanakan

Page 18: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

10 | L A P O R A N K I N E R J A B I D A N G K E S M A S T A H U N 2 0 1 9

No. Sasaran Program/Kegiatan Indikator Kinerja

6. kelas ibu hamil Persentase Puskesmas yang melakukan

7. Orientasi Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)

3. Pembinaan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga

1. Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan kerja dasar

2. Jumlah pos UKK yang terbentuk di daerah PPI/TPI

3.

Persentase fasiltas pemeriksaan kesehatan TKI yang memenuhi standar

4. Persentase Puskesmas yang melaksanakan kegiatan kesehatan olahraga pada kelompok masyarakat di wilayah kerjanya

4.

Penyehatan Lingkungan

1. Jumlah desa/kelurahan yang melaksanakan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat)

2. Persentase Sarana air minum yang dilakukan pengawasan

3. Persentase Tempat-tempat umum (TTU) yang memenuhi syarat kesehatan

4. Persentase RS yang melakukan pengelolaan limbah medis sesuai standar

5. Persentase Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang memenuhi syarat kesehatan

6 Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan tatanan kawasan sehat

5. Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

1. Persentase Kab/Kota yang memiliki Kebijakan PHBS

2. Persentase desa yang memanfaatkan dana desa 10% untuk UKBM

3. Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSRnya untuk program kesehatan

4. Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber dayanya untuk mendukung kesehatan

6. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat

1. Persentase realisasi kegiatan administrasi dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Program Kesehatan Masyarakat

Cakupan dia atas menggambarka secara keselurahan indikator pelayanan yang

dilakukan semua program dan seksi yang di bawahi oleh Bidang Kesehatan Masyarakat

Provinsi Riau. Pembinaan Gizi masyarakat digambarkan oleh Persentase ibu hamil Kurang

Energi Kronik yang mendapat makanan tambahan, Persentase ibu hamil yang mendapat

Tablet Tambah Darah (TTD), Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI

eksklusif, Persentase bayi baru lahir mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD), Persentase

balita kurus yang mendapat makanan tambahan Persentase remaja puteri yang mendapat

Tablet Tambah Darah (TTD).

Untuk program pembinaan kesehatan keluarga yang mendapat perhatian adalah

Persentase kunjungan neonatal pertama (KN1), Persentase ibu hamil yang mendapatkan

Page 19: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

11 | L A P O R A N K I N E R J A B I D A N G K E S M A S T A H U N 2 0 1 9

pelayanan antenatal ke empat (K4), Persentase Puskesmas yang melaksanakan

penjaringan kesehatan untuk peserta didik kelas 1, Persentase Puskesmas yang

melaksanakan penjaringan kesehatan untuk peserta didik kelas 7 dan 10, Persentase

Puskesmas yang menyelenggarakan kegiatan kesehatan remaja, Persentase Puskesmas

yang melaksanakan kelas ibu hamil Persentase Puskesmas yang melakukan Orientasi

Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K).

Untuk Pembinaan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga yang menjadi fokus

perhatian adalah Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan kerja dasar,

Jumlah pos UKK yang terbentuk di daerah PPI/TPI. Persentase fasiltas pemeriksaan

kesehatan TKI yang memenuhi standar, Persentase Puskesmas yang melaksanakan

kegiatan kesehatan olahraga pada kelompok masyarakat di wilayah kerjanya.

Untuk Program Penyehatan Lingkungan yang menjadi fokus adalah Jumlah

desa/kelurahan yang melaksanakan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat), Persentase

Sarana air minum yang dilakukan pengawasan Persentase Tempat-tempat umum (TTU)

yang memenuhi syarat kesehatan, Persentase RS yang melakukan pengelolaan limbah

medis sesuai standar, Persentase Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang memenuhi

syarat kesehatan, Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan tatanan kawasan sehat

Untuk Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat hal yang

menjadi fokus adalah Persentase Kab/Kota yang memiliki Kebijakan PHBS, Persentase desa

yang memanfaatkan dana desa 10% untuk UKBM, Jumlah dunia usaha yang

memanfaatkan CSRnya untuk program kesehatan, Jumlah organisasi kemasyarakatan yang

memanfaatkan sumber dayanya untuk mendukung kesehatan.

Tabel 1. Indikator Kinerja Bidang Kesehatan Masyarakat Tahun 2019

No. Sasaran

Program/Kegiatan Indikator Kinerja Target

Target Provinsi

1 2 3 4 5

1. .

Pembinaan Gizi Masyarakat

1. Presentase ibu hamil Kurang Energi Kronik yang mendapat makanan tambahan

95% 95%

2. Persentase ibu hamil yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD)

98% 98%

3. Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI eksklusif

50% 50%

4. Persentase bayi baru lahir mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

50% 50%

5. Persentase balita kurus yang mendapat makanan tambahan

90% 90%

6. Persentase remaja puteri yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD)

30% 30%

Page 20: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

12 | L A P O R A N K I N E R J A B I D A N G K E S M A S T A H U N 2 0 1 9

No. Sasaran

Program/Kegiatan Indikator Kinerja Target

Target Provinsi

2.

Pembinaan Kesehatan Keluarga

1. Persentase kunjungan neonatal pertama (KN1)

90% 90%

2. Persentase ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal ke empat (K4)

80% 78%

3. Persentase Puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk peserta didik kelas 1

70% 70%

4. Persentase Puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk peserta didik kelas 7 dan 10

60% 50%

5.

Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kegiatan kesehatan remaja

45% 45%

6. Persentase Puskesmas yang melaksanakan kelas ibu hamil Persentase Puskesmas yang melakukan

90% 90%

7. Orientasi Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)

100% 100%

3. Pembinaan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga

1. Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan kerja dasar

80% 80%

2. Jumlah pos UKK yang terbentuk di daerah PPI/TPI

730 200

3.

Persentase fasiltas pemeriksaan kesehatan TKI yang memenuhi standar

100% 100%

4. Persentase Puskesmas yang melaksanakan kegiatan kesehatan olahraga pada kelompok masyarakat di wilayah kerjanya

60% 60%

4. Penyehatan Lingkungan

1. Jumlah desa/kelurahan yang melaksanakan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat)

45.000 994

2. Persentase Sarana air minum yang dilakukan pengawasan

50% 50%

3. Persentase Tempat-tempat umum (TTU) yang memenuhi syarat kesehatan

58% 58%

4. Persentase RS yang melakukan pengelolaan limbah medis sesuai standar

36% 36%

5. Persentase Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang memenuhi syarat kesehatan

32% 32%

6 Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan tatanan kawasan sehat

386 4

Page 21: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

13 | L A P O R A N K I N E R J A B I D A N G K E S M A S T A H U N 2 0 1 9

No. Sasaran

Program/Kegiatan Indikator Kinerja Target

Target Provinsi

5. Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

1. Persentase Kab/Kota yang memiliki Kebijakan PHBS

80% 80%

2. Persentase desa yang memanfaatkan dana desa untuk UKBM

50% 50%

3. Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSRnya untuk program kesehatan

20 8

4. Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber dayanya untuk mendukung kesehatan

15 7

6. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat

1. Persentase realisasi kegiatan administrasi dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Program Kesehatan Masyarakat

94% 98,93%

Page 22: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

14 | L A P O R A N K I N E R J A B I D A N G K E S M A S T A H U N 2 0 1 9

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

A. PENGUKURAN KINERJA

Secara umum pencapaian indikator Renstra 2015-2019 merupakan kinerja bersama

antara pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota hingga fasilitas kesehatan. Sampai

sejauh ini pengukuran kinerja sebagai dasar penilaian keberhasilan atau kegagalan

pelaksanaan program di level provinsi merupakan data pencapaian kinerja kabupaten/kota

bahkan hingga fasilitas kesehatan ditingkat dasar.

Pengukuran kinerja program kesehatan anak yang mengarah pada ‘outcome’ atau

‘dampak’ belum dilakukan karena diperlukan suatu metode khusus seperti survey atau

penelitian. Untuk itu diperlukan mekanisme evaluasi dan pelaporan yang terintegrasi anatar

pusat, provinsi dan kab/kota, lintas program atau penetapan ulang terhadap indicator

kinerja provinsi sesuai dengan tupoksi pemerintahprovinsi.

Kegiatan pengukuran dan evaluasi terhadap kinerja dilakukan untuk mendapatkan

gambaran keberhasilan dan ketidak berhasilan dalam pencapaian tujuan dan sasaran yang

telah ditetapkan di awal program. Didasarkan atas informasi kinerja atau gambaran tingkat

keberhasilan pencapaian masing-masing indicator yang diukur, maka ditindaklanjuti

sebagai bagian pembinaan dan perencanaan program/kegiatan kedepan sehingga setiap

program/kegiatan dapat lebih berhasil gunadanberdayaguna.

Manfaat lain dari pengukuran kinerja adalah memberikan gambaran kepada pihak-

pihak internal dan eksternal tentang pelaksanaan misi organisasi dalam rangka

mewujudkan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam dokumen Renstra atau pun

Penetapan Kinerja. Kategori capaian kinerja [penentuan posisi] beserta symbol warna

capaian,sebagai berikut:

Skor Rentang Capaian Kategori Capaian Simbol warna

4 Lebih dari 100 % Sangat baik

3 > 75 % sampai 100 % Baik

2 55 % sampai 75 % Cukup

1 Kurang dari 55 % Kurang

B. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI

Perbaikan governance dan sistem manajemen merupakan agenda penting dalam

reformasi pemerintahan yang sedang dijalankan oleh pemerintah. Tuntutan terhadap

penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bersih (Good Governance dan Clean

Government) telah mendorong pengembangan dan penerapan sistem manajemen

Page 23: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

15 | L A P O R A N K I N E R J A B I D A N G K E S M A S T A H U N 2 0 1 9

pemerintahan yang berfokus pada peningkatan akuntabilitas dan sekaligus peningkatan

kinerja yang berorientasi pada hasil (outcome).

Berdasarkan Peraturan Gubernur Riau Nomor 67 Tahun 2016 Tentang Kedudukan,

Susunan Organisasi, Tugas dan fungsi, serta Tata Kerja Dinas Kesehatan Provinsi Riau,

menyatakan bahwa Bidang Kesehatan Msyarakat bertanggung jawab dalam menyampaikan

laporan kinerja kepada Kepala Dinas Kesehatan untuk kemudian disampaikan kepada

Gubernur Provinsi Riau.

Pedoman penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKJIP) ditetapkan

melalui Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi/Birokrasi

Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja,

Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

Penyusunan Laporan Kinerja Bidang Kesehatan Masyarakat dimaksudkan sebagai

wujud pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan fungsi dalam mencapai visi dan

misi, tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebagai Perjanjian Kinerja Bidang

Kesehatan Masyarakat Tahun 2018. Pelaporan kinerja juga dimaksudkan sebagai sarana

untuk mengkomunikasikan pencapaian kinerja Bidang Kesehatan Masyarakat dalam satu

tahun anggaran kepada masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya.

INDIKATOR KINERJA PROGRAM

1.1 PROGRAM PEMBINAAN GIZI MASYARAKAT

Capaian Program Pembinaan Gizi Masyarakat adalah sebagai berikut :

No. Sasaran

Program / Kegiatan

Indikator Kinerja Target Target

Provinsi Capaian Program

1 2 3 4 5 6

1.

Pembinaan Gizi Masyarakat

1. Presentase ibu hamil Kurang Energi Kronik yang mendapat makanan tambahan

95% 95% 98,33%

2. Persentase ibu hamil yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD)

98% 98% 79,55%

3. Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI eksklusif

50% 50% 37,21%

4. Persentase bayi baru lahir mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

50% 50% 70,36%

5. Persentase balita kurus yang mendapat makanan tambahan

90% 90% 97,05%

6. Persentase remaja puteri yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD)

30% 30% 52,64%

Page 24: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

16 | L A P O R A N K I N E R J A B I D A N G K E S M A S T A H U N 2 0 1 9

1.1.2 HASIL CAPAIAN PROGRAM GIZI

A. PRESENTASE IBU HAMIL KURANG ENERGI KRONIK YANG MENDAPAT

MAKANAN Tambahan

Menurut Depkes RI (2002) dalam Program Perbaikan Gizi Makro menyatakan

bahwa Kurang Energi Kronis merupakan keadaan dimana ibu penderita kekurangan

makanan yang berlangsung menahun (kronis) yang mengakibatkan timbulnya gangguan

kesehatan pada ibu. KEK dapat terjadi pada wanita usia subur (WUS) dan pada ibu hamil

(bumil). Pada ibu hamil lingkar lengan atas digunakan untuk memprediksi kemungkinan

bayi yang dilahirkan memiliki berat badan lahir rendah. Ibu hamil diketahui menderita KEK

dilihat dari pengukuran LILA, adapun ambang batas LILA WUS (ibu hamil) dengan resiko

KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila ukuran LILA kurang dari 23,5 cm atau di bagian

merah pita LILA, artinya wanita tersebut mempunyai resiko KEK dan diperkirakan akan

melahirkan berat bayi lebih rendah (BBLR). BBLR mempunyai resiko kematian, gizi kurang,

gangguan pertumbuhan dan gangguan perkembangan anak.

Lingkar lengan atas merupakan indicator status gizi yang digunakan terutama untuk

mendeteksi kurang energi protein pada anak-anak dan merupakan alat yang baik untuk

mendeteksi wanita usia subur dan ibu hamil dengan resiko melahirkan bayi dengan berat

badan lahir rendah. Hal ini sesuai dengan Depkes RI (1994) yang dikutip oleh Supariasa,

bahwa pengukuran LILA pada kelompok wanita usia subur (WUS) adalah salah satu cara

deteksi dini yang mudah dan dapat dilaksanakan oleh masyarakat awam, untuk

mengetahui kelompok beresiko kekurangan energi kronis (KEK). Pengukuran LILA tidak

dapat digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka pendek.

Pengukuran LILA digunakan karena pengukurannya sangat mudah dan cepat. Hasil

Pengukuran LILA ada dua kemungkinan yaitu kurang dari 23,5 cm dan diatas atau sama

dengan 23,5 cm. Apabila hasil pengukuran <> 23,5 cm berarti tidak berisiko KEK.

Makanan pada ibu hamil sangat penting, karena makanan merupakan sumber gizi

yang dibutuhkan ibu hamil untuk perkembangan janin dan tubuhnya sendiri. Namun

makanan yang dimakan oleh seorang ibu bukan satu-satinya factor yang mempengaruhi

status gizi ibu hamil. Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi status gizi ibu hamil

diantaranya adalah faktor sosial ekonomi, faktor Biologis, faktor pola Konsumsi dan Faktor

perilaku ibu.

ANALISIS CAPAIAN KINERJA

Persentase ibu hamil Kurang Energi Kronik yang mendapat makanan tambahan

pada tahun 2019 adalah 98,33% dengan distribusi berdasarkan Kab/Kota :

Page 25: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

17 | L A P O R A N K I N E R J A B I D A N G K E S M A S T A H U N 2 0 1 9

Tabel 2 : Persentase ibu hamil Kurang Energi Kronik yang mendapat makanan

tambahan pada tahun 2019 berdasarkan Kab/Kota :

Kab/Kota Persentase Ibu Hamil KEK yang mendapat PMT

Sasaran Absolut Capaian

Kuantan Singingi 1.625 1.562 96,12

Indragiri Hulu 396 396 100,00

Indragiri Hilir 1.536 1.536 100,00

Pelalawan 432 432 100,00

Siak 646 646 100,00

Kampar 2.291 2.267 100,00

Rokan Hulu 777 788 101,42

Bengkalis 1.144 1.068 93.36

Rokan Hilir 2.185 2.121 97,07

Meranti 441 434 98,41

Pekanbaru 949 961 101,26

Dumai 218 218 100,00

Provinsi 12.640 12.429 98,33

Sumber : Laporan Rutin Seksi Kesga dan Gizi Tahun 2019

Ibu hamil KEK dengan defenisi operasional adalah ibu hamil dengan Lingkar Lengan

Atas (LILA) < 23,5 cm, sedangkan makanan tambahan adalah makanan yanhg dikonsumsi

sebagai tambahan asupan zat gizi dikuar makanan utama dalam bentuk makanan

tambahan pabrikan atau makanan tambahan bahan pangan local yang diberikan minimal

selama 90 Hari Makan Ibu (HMI) berturut-turut.

Persentase Ibu hamil KEK yang mendapat makanan tambahan adalah proporsi ibu hamil

KEK yang mendapatkan makanan tambahan terhadap jumlah ibu hamil KEK yang ada

disuatu wilayah pada periode tertentu X 100 %.

Tren cakupan dapat dilihat pada grafik sebagai berikut :

Grafik 1 : Capaian Presentase Ibu Hamil KEK yang mendapt PMT Berdasarkan Tahun 2019

Sumber : Laporan Rutin Seksi Kesga dan Gizi Tahun 2019.

0

20

40

60

80

100

120

Page 26: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

18 | L A P O R A N K I N E R J A B I D A N G K E S M A S T A H U N 2 0 1 9

Bila dilihat pada tabel diatas cakupan tertinggi adalah di Kabupaten Rokan Hulu yaitu

101,42%, Kota Pekanbaru yaitu 101,26%, Kabupaten Indragiri Hulu yaitu 100%,

Kabupaten Indragiri Hilir yaitu 100%, Kabupaten Pelalawan yaitu 100%, Kabupaten Siak

yaitu 100%, Kota Dumai yaitu 100% dan yang terendah adalah Kab. Bengkaslis yaitu

dengan cakupan 93,36%. Dan dari grafil diatas juga terlihat bahwa Ibu hamil KEK yang

mendapatkan PMT Bumil berada dibawah target yang ditentukan untuk tahun 2019

sebesar 95%, capaian 98,33 %, artinya dari 12.640 orang ibu hamil yang menderita KEK,

yang diberikan PMT sebesar 12.429 orang Ibu hamil KEK. Untuk Ibu hamil KEK yang

mendapatkan PMT masuk dalam katagori capaian indikator Sangat Baik yaitu 103,5%.

B.PERSENTASE IBU HAMIL YANG MENDAPAT TABLET TAMBAH DARAH (TTD)

Untuk mencegah anemia saat hamil, Anda dapat mengonsumsi tablet besi atau

tablet tambah darah. Walaupun ada banyak cara untuk mendapatkan zat besi dari

makanan, tetapi ada baiknya Anda juga mengonsumsi tambahan zat besi yang bisa Anda

dapatkan dari tablet tambah darah.

Di Indonesia, pemerintah merekomendasikan konsumsi tablet tambah darah (TTD)/

tablet besi untuk ibu hamil sebanyak 90 tablet atau lebih selama kehamilan guna

mencegah anemia defisiensi besi saat hamil. Anda bisa mendapatkan TTD secara gratis di

puskesmas atau Anda bisa membeli TTD komersial di apotek terdekat.

ANALISIS CAPAIAN KINERJA

Persentase ibu hamil yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) pada tahun 2019

adalah 90,65% dengan distibusi capaian per Kab/Kota sebagai berikut :

Tabel 3 : Persentase ibu hamil yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) pada tahun 2019 berdasarkan Kab/Kota :

Kab/Kota Persentase Ibu Hamil KEK yang mendapat Tablet Tambah

Darah 90 Tablet selama Kehamilan

Sasaran Absolut Capaian

Kuantan Singingi 6573 3606 54,86

Indragiri Hulu 9553 5531 57,90

Indragiri Hilir 14137 10333 73,09

Pelalawan 12150 6322 52,03

Siak 11906 6810 57,20

Kampar 19844 18885 95,17

Rokan Hulu 17289 10211 59,06

Bengkalis 12685 7149 56,36

Rokan Hilir 17060 8140 47,71

Meranti 3342 2572 76,96

Pekanbaru 23231 14228 61,25

Dumai 8065 7311 90,65

Provinsi 143.685 101.098 70,36 Sumber : Laporan Rutin Seksi Kesga dan Gizi Tahun 2019

Page 27: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

19 | L A P O R A N K I N E R J A B I D A N G K E S M A S T A H U N 2 0 1 9

Tren cakupan dapat dilihat dari grafik berikut ini :

Grafik 2 : Tren Persentase Ibu Hamil yang mendapat Tablet Tambah Darah

90 Tablet selama Kehamilan

Sumber : Laporan Rutin Seksi Kesga dan Gizi Tahun 2019

Berdasarkan grafik diatas maka dapat dilihat bahwa cakupan tertinggi adalah di

Kab. Kampar yaitu 95,17% dan yang terendah adalah Kab. Rokan Hilir dengan cakupan

47,71%. Dari target Pusat sebesar 98% dan target Provinsi sebesar 98%, cakupan yang di

dapatkan adalah 70,36%, dimana hal ini belum mencapai target yang di janjikan pada

tahun 2019 di tingkat Pusat dan target di tingkat Provinsi masuk dalam katagori capaian

indikator Baik yaitu 81,17%.

C. PERSENTASE BAYI USIA KURANG DARI 6 BULAN YANG MENDAPAT ASI

EKSKLUSIF

ASI eksklusif memiliki manfaat yang sangat besar, maka sangat disayangkan bahwa

pada kenyataan penggunaan ASI eksklusif belum seperti yang diharapkan. Hal ini

disebabkan karena ibu sibuk bekerja dan hanya diberi cuti melahirkan selama 3 bulan,

serta masih banyak ibu yang masih beranggapan salah sehingga ibu tidak menyusui

bayinya secara eksklusif. Selain itu ibu takut menyusui karena akan merubah bentuk

payudara ibu menjadi jelek dan ibu takut ditinggal suami, takut badan tetap gemuk. Serta

masih adanya mitos atau anggapan bahwa bayi yang tidak diberi ASI tetap berhasil

menjadi orang, sedangkan bayi yang diberi ASI bayinya akan tumbuh menjadi anak yang

tidak mandiri dan manja. Dan alasan lain ibu memberikan makanan pendamping ASI

karena ibu merasa ASI nya tidak mencukupi kebutuhan nutrisi bayinya sehingga ibu

memilih susu formula karena lebih praktis.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Page 28: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

20 | L A P O R A N K I N E R J A B I D A N G K E S M A S T A H U N 2 0 1 9

Pemberian makanan pendamping ASI yang terlalu dini dalam waktu jangka panjang

akan mengakibatkan anak kurang gizi sehingga dapat mempengaruhi perkembangan otak

(Balita Anda Indoglobal Online, 2007). Selain mengalami gangguan di atas, dapat timbul

efek samping lain, yaitu berupa kenaikan berat badan yang terlalu cepat hingga menjurus

ke obesitas dan dapat mengalami alergi dari salah satu zat gizi yang terdapat dalam

makanan pendamping tersebut sehingga dapat menimbulkan diare.

ANALISIS CAPAIAN KINERJA

Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI eksklusif pada tahun

2019 adalah 37,21% dengan distibusi capaian per Kab/Kota sebagai berikut :

Tabel 4 : Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI Eksklusif pada

tahun 2019 berdasarkan Kab/Kota :

Kab/Kota Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan

mendapat ASI Eksklusif

Sasaran Absolut Capaian

Kuantan Singingi 13.080 3.186 24,36

Indragiri Hulu 10.415 3.597 34,54

Indragiri Hilir 24.059 7.231 30,06

Pelalawan 9.999 3.922 39,22

Siak 7.531 4.440 58,96

Kampar 41.647 15.117 36,30

Rokan Hulu 22.251 7.564 33,99

Bengkalis 17.165 5.484 31,95

Rokan Hilir 14.635 8.426 57,57

Meranti 4.991 2.648 53,06

Pekanbaru 23.568 8.830 37,47

Dumai 8.566 3.187 35,65

Provinsi 197.907 73.632 37,21

Sumber : Laporan Rutin Seksi Kesga dan Gizi Tahun 2019

Page 29: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

21 | L A P O R A N K I N E R J A B I D A N G K E S M A S T A H U N 2 0 1 9

Tren cakupan dapat dilihat dari grafik berikut ini :

Grafik 3 : Tren Persentase Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan yang mendapat ASI

Eksklusif Pada Tahun 2019

Sumber : Laporan Rutin Seksi Kesga dan Gizi Tahun 2018

Berdasarkan grafik diatas maka dapat dilihat bahwa cakupan tertinggi adalah di

Kab. Siak yaitu 58,96% dan yang terendah adalah Kab. Kuantan Singingi dengan cakupan

24,36%. Dari target Pusat dan target Provinsi dan target Provinsi sebesar 50%, cakupan

yang di dapatkan adalah 37,21%, dimana hal ini belum mencapai target yang di janjikan

pada tahun 2019. Artinya dari 197.907 jumlah Bayi 6 bulan yang datang ke

Posyandu, 73.632 bayi diantaranya yang mendapatkan ASI Eksklusif, maka

capaian indikatornya adalah sebesar 74,4 % yang termasuk dalam indicator cukup.

D. PERSENTASE BAYI BARU LAHIR MENDAPAT INISIASI MENYUSU DINI (IMD)

Inisiasi menyusu dini adalah program yang sedang dianjurkan pemerintah pada bayi

baru lahir, untuk segera menyusu sendiri pada ibunya dengan cara meletakkan bayi pada

dada ibu, dan biarkan merayap untuk mencari puting susunya sendiri. Untuk melakukan

program ini, harus dilakukan langsung setelah lahir, tidak boleh ditunda dengan kegiatan

menimbang atau mengukur bayi.

Prinsip menyusu/pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin dan secara eksklusif.

Segera setelah bayi lahir, setelah tali pusat dipotong, letakkan bayi tengkurap di dada ibu

dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu, biarkan kontak kulit ke kulit ini menetap selama

setidaknya 1 jam bahkan lebih, sampai bayi dapat menyusui sendiri. Apabila ruang bersalin

dingin, bayi diberi topi dan Protokol evidence based baru yang telah diperbaharui oleh

0

10

20

30

40

50

60

70

Page 30: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

22 | L A P O R A N K I N E R J A B I D A N G K E S M A S T A H U N 2 0 1 9

WHO dan UNICEF mengenai asuhan bayi baru lahir untuk satu jam pertama menyatakan

sebagai berikut :

1. Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan kulit dengan ibunya segera setelah lahir

selama paling sedikit satu jam.

2. Bayi harus dibiarkan untuk melakukan inisiasi menyusu dan ibu dapat mengenali bahwa

bayinya siap untuk menyusu, serta memberi bantuan jika diperlukan.

3. Menunda semua prosedur lainnya yang harus dilakukan kepada bayi baru lahir hingga

inisiasi menyusu selesai dilakukan, prosedur tersebut seperti: memandikan, menimbang,

pemberian vitamin K, obat tetes mata, dan lain-lain.

Faktor-Faktor Yang Menghambat Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Pada

PersalinanNormal tersebut, antara lain :

a. Kondisi ibu yang masih lemah (bagi ibu post partum normal, dalam kondisi kelemahan

ini, ibu tidak mampu untuk melakukan program IMD).

b. Ibu lebih cenderung suka untuk beristirahat saja dari pada harus kesulitan membantu

membimbing anaknya untuk berhasil melakukan program IMD.

Akibat Kegagalan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah :

1. Kegagalan inisiasi menyusu dini tersebut akan berpengaruh pada produksi ASI ibu.

2. Hal ini disebabkan karena hormon oksitosin yang berpengaruh pada produksi ASI ibu

akan dilepaskan jika dipacu dengan isapan bayi pada puting ibu saat menyusui.

3. Sementara itu, bayi tetap membutuhkan ASI sebagai nutrisi dan juga menigkatkan

imunitas tubuhnya.

4. Jika tida tejadi keseimbangan antara produksi ASI ibu denag kebutuhan ASI yang

diperlukan oleh bayi, maka akan berakibat kegagalan program ASI eksklusif 6 bulan

pada bayi.

ANALISIS CAPAIAN KINERJA

Persentase bayi baru lahir mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada tahun 2018

adalah 66,52% dengan distibusi capaian per Kab/Kota sebagai berikut :

Page 31: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

23 | L A P O R A N K I N E R J A B I D A N G K E S M A S T A H U N 2 0 1 9

Tabel 5 : Persentase bayi baru lahir mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada

tahun 2019 berdasarkan Kab/Kota :

Kab/Kota Persentase bayi baru lahir mendapat

Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Sasaran Absolut Capaian

Kuantan Singingi 6573 3606 54.86

Indragiri Hulu 9553 5531 57.90

Indragiri Hilir 14137 10333 73.09

Pelalawan 12150 6322 52.03

Siak 11906 6810 57.20

Kampar 19844 18885 95.17

Rokan Hulu 17289 10211 59.06

Bengkalis 12685 7149 56.36

Rokan Hilir 17060 8140 47.71

Meranti 3342 2572 76.96

Pekanbaru 23231 14228 61.25

Dumai 8065 7311 90.65

Provinsi 143.685 101.098 70.36

Sumber : Laporan Rutin Seksi Kesga dan Gizi Tahun 2019

Tren cakupan dapat dilihat pada grafik berikut :

Grafik 4 : tren Persentase bayi baru lahir mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

pada tahun 2019 berdasarkan Kab/Kota

Sumber : Laporan Rutin Seksi Kesga dan Gizi Tahun 2019

Berdasarkan grafik diatas maka dapat dilihat bahwa cakupan tertinggi adalah di

Kab. Kampar yaitu 95,17% dan yang terendah adalah Kab. Rokan Hilir dengan cakupan

47,71%. Dari target Pusat sebesar 50% dan target Provinsi sebesar 50%, sedangkan

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Page 32: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

24 | L A P O R A N K I N E R J A B I D A N G K E S M A S T A H U N 2 0 1 9

cakupan yang di dapatkan adalah 70,36%, dimana hal ini sudah mencapai target yang di

janjikan pada tahun 2019. Dari 143.865 bayi baru lahir, terdapat 101.098 bayi yang

mendapatkan IMD, maka ini masuk dalam capaian indicator Sangat Baik yaitu capaian

sebesar 140,72 %

E. PERSENTASE BALITA KURUS YANG MENDAPAT MAKANAN TAMBAHAN

Balita membutuhkan menu berimbang yang kaya lemak dengan kandungan serat

cenderung rendah. Ibu dapat memenuhi kebutuhan seratnya dari sayuran dan buah.

Konsumsi cukup serat dapat membantu memperlancar sistem pencernaan.

ANALISIS CAPAIAN KINERJA

Persentase balita kurus yang mendapat makanan tambahan pada tahun 2019

adalah 96,89% dengan distibusi capaian per Kab/Kota sebagai berikut :

Tabel 6 : Persentase balita kurus yang mendapat makanan tambahan pada

tahun 2019 berdasarkan Kab/Kota :

Kab/Kota Persentase bayi baru lahir mendapat

Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Sasaran Absolut Capaian

Kuantan Singingi 2810 2560 91,10

Indragiri Hulu 1372 1323 96,43

Indragiri Hilir 760 760 100,00

Pelalawan 539 539 100,00

Siak 183 183 100,00

Kampar 9814 9721 99,05

Rokan Hulu 386 386 100,00

Bengkalis 2433 2297 94,41

Rokan Hilir 2062 2031 98,50

Meranti 980 975 99,49

Pekanbaru 1446 1337 92,46

Dumai 135 133 100,00

Provinsi 22.920 22.245 97.05

Sumber : Laporan Rutin Seksi Kesga dan Gizi Tahun 2019

Page 33: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

25 | L A P O R A N K I N E R J A B I D A N G K E S M A S T A H U N 2 0 1 9

Tren cakupan dapat dilihat pada grafik berikut :

Grafik 5 : tren Persentase bayi baru lahir mendapat

Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Sumber : Laporan Rutin Seksi Kesga dan Gizi Tahun 2019

Berdasarkan grafik diatas maka dapat dilihat bahwa cakupan tertinggi yang sudah

belebihi target pusat dan provinsi sebesar 90% sudah semua kabupaten/kota tapi yang

mencapai seratus persen adalah Kabupaten Indragiri Hilir, Kab. Pelalawan, Kab. Siak,

target pusat dan provinsi adalah 85% cakupan yang di dapat adalah 97,05%, dimana hal

ini sudah mencapai target yang di janjikan pada tahun 2019. Artinya dari 22.920 orang

balita kurus yang ditemukan 22.245 diantaranya mendapatkan PMT Pemulihan,

dan ini diatas target yang ditentukan 90 % , sehingga capaian indicator 107,8 %

berarti masuk dalam katagori sangat baik

F. PERSENTASE REMAJA PUTERI YANG MENDAPAT TABLET TAMBAH DARAH

(TTD)

Remaja putri memiliki risiko tinggi untuk anemia dan kekurangan gizi Kebutuhan zat

besi pada remaja putri meningkat karena mengalami pertumbuhan yang pesat pada masa

pubertas. Anemia pada remaja putri dapat menurunkan daya tahan tubuh, kebugaran, dan

prestasi belajar. Selain itu, tidak hanya memengaruhi kehidupannya dalam jangka pendek,

namun berpengaruh pada jangka panjang yaitu kehamilan nantinya. Remaja putri

merupakan calon ibu yang dapat meningkatkan risiko Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT),

prematur, BBLR, stunting dan gangguan neurokognitif .

Program pencegahan dan penanggulangan anemia pada remaja putri oleh

Kementerian Kesehatan dimasukkan ke dalam Rencana Strategis (Renstra) 20152019

dengan target pemberian TTD pada remaja putri sebesar 30%. Pada pedoman program

86

88

90

92

94

96

98

100

102

Page 34: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

26 | L A P O R A N K I N E R J A B I D A N G K E S M A S T A H U N 2 0 1 9

pencegahan dan penanggulangan anemia diharapkan nantinya pada remaja putri dapat

tumbuh dan berkembang menjadi calon ibu yang sehat serta melahirkan bayi sehat.

Pemberian TTD pada remaja putri mengandung minimal 60 mg zat besi dan 400 mcg asam

folat. Untuk remaja putri TTD diminum dalam waktu seminggu satu kali dan saat

menstruasi sepuluh hari beturut-turut.

ANALISIS CAPAIAN KINERJA

Persentase remaja puteri yang mendapat tablet tambah darah (TTD) adalah

52,64% dengan distibusi capaian per Kab/Kota sebagai berikut :

Tabel 26. Persentase remaja puteri yang mendapat tablet tambah darah (TTD)

Tahun 2019

Kab/Kota Persentase remaja puteri yang mendapat tablet

tambah darah (TTD)

Sasaran Absolut Capaian

Kuantan Singingi 12496 4201 33,62

Indragiri Hulu 15960 7730 48,43

Indragiri Hilir 18779 9940 52,93

Pelalawan 13619 3639 26,72

Siak 27123 18656 68,78

Kampar 37852 28074 74,17

Rokan Hulu 16512 11871 71,89

Bengkalis 25475 15851 62,22

Rokan Hilir 25732 8202 31,88

Meranti 9688 4643 47,93

Pekanbaru 45998 32842,75 71,40

Dumai 30581 1654 20,88

Provinsi 279.815 147.306 52,64

Sumber : Laporan Rutin Seksi Kesga dan Gizi Tahun 2019

Page 35: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

27 | L A P O R A N K I N E R J A B I D A N G K E S M A S T A H U N 2 0 1 9

Tren cakupan dapat dilihat pada grafik berikut :

Grafik 6 : tren Persentase remaja puteri yang mendapat tablet tambah darah

(TTD) pada tahun 2019

Sumber : Laporan Rutin Seksi Kesga dan Gizi Tahun 2019

Berdasarkan grafik diatas maka dapat dilihat bahwa cakupan tertinggi adalah di

Kota Kampar yaitu 74,17% dan yang terendah adalah Kota Dumai dengan cakupan

20.88%. Dari target Pusat dan target Provinsi sebesar 30%, cakupan yang di dapat adalah

52,64%, dimana hal ini belum mencapai target yang di janjikan pada tahun 2019. Artinya

dari 279.815 remaja putri sasaran dapodik, 147.306 remaja putri mendapatkan TTD

setiap bulannya. Dari target 30 % yang ditentukan, dengan capaian 52,6 % ,maka

capaian indicator untuk remaja putri mendapat TTD sebesar 175,4 % yang

termasuk dalam katagori sangat baik.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Page 36: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

28 | L A P O R A N K I N E R J A B I D A N G K E S M A S T A H U N 2 0 1 9

1.2. PROGRAM PEMBINAAN KESEHATAN KELUARGA

Capaian Program Pembinaan Kesehatan Keluarga adalah sebagai berikut :

No. Sasaran

Program / Kegiatan

Indikator Kinerja Target Target

Provinsi Capaian Program

1 2 3 4 5 6

2. Pembinaan Kesehatan Keluarga

1. Persentase kunjungan neonatal pertama (KN1)

90% 90% 89,7%

2. Persentase ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal ke empat (K4)

80% 78% 81,9%

3. Persentase Puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk peserta didik kelas 1

70% 70% 93,1%

4. Persentase Puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk peserta didik kelas 7 dan 10

60% 50% 91,2%

5.

Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kegiatan kesehatan remaja

45% 45% 76,4%

6. Persentase Puskesmas yang melaksanakan kelas ibu hamil

90% 90%

7. Persentase Puskesmas yang melakukan Orientasi Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)

100% 100%

1.2.1 HASIL CAPAIAN PROGRAM PEMBINAAN KESEHATAN KELUARGA

A. PERSENTASE KUNJUNGAN NEONATAL PERTAMA (KN1)

Dewasa ini kematian bayi sebagian besar terjadi pada usia kurang dari satu bulan.

Upaya yang dilakukan untuk mencegah kematian neonatal diutamakan pada pemeliharaan

kehamilan sebaik mungkin, pertolongan persalinan dan perawatan bayi baru lahir yang

adekuat.

Cakupan kunjungan neonatal pertama atau dikenal dengan KN1, merupakan

indicator yang menggambarkan upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi resiko

kematian pada periode neonatal yaitu 6 – 48 jam setelah lahir yang meliputi, antara lain

kunjungan Pelayanan kesehatan neonatal dasar menggunakan pendekatan komprehensif,

Manajemen Terpadu Balita Muda [MTBM] yang meliputi :

a. Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri, ikterus, diare dan

berat badan rendah

Page 37: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

29 | L A P O R A N K I N E R J A B I D A N G K E S M A S T A H U N 2 0 1 9

b. Perawatan tali pusat

c. ASI eksklusif

d. Pemberian Vitamin K 1 injeksi bila belum di berikan pada saat lahir

e. Hepatitis B 0 (nol) injeksi

f. Konseling perawatan bayi baru lahir

Indicator ini merupakan indicator yang digunakan untuk memantau keberhasilan

program penurunan AKB karena bayi baru lahir merupakan kelompok usia yang sangat

sensitive terhadap berbagai kondisi yang terjadi disekitarnya seperti penyakit menular,

kecukupan gizi serta perubahan yang terjadi disekitar lingkungan tempat orang tua si bayi.

Kondisi ini mengakibatkan bayi baru lahir rentan terhadap penyakit yang dapat berakibat

terjadinya kematian. Indicator ini juga menunjukan akses atau jangkauan pelayanan

kesehatan neonatal. Data tentang persentase pelayanan neonates pertama [KN 1]

diperoleh berdasarkan laporan rutin dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

ANALISIS CAPAIAN KINERJA

Capaian realisasi cakupan pelayanan neonates pertama [KN1] tahun 2019 sebesar

89.70 %, jika dibandingkan dengan target yang sudah ditetapkan yaitu 90%, realisasi

cakupan ini sudah dianggap mencapai target yang ditetapkan dengan capaian sebesar 99

%, seperti terlihat pada table dibawah ini :

Tabel 8 : Persentase Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) tahun 2019

berdasarkan Kab/Kota:

KQBUPATEN/KOTA

CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL PERTAMA

Jumlah Sasaran

(149.675)

Target Capaian

(%) Absolut (%)

1 KUANTAN SINGINGI 6.599 90 5.616 85,1%

2 INDRAGIRI HULU 9.981 90 8.517 85,3%

3 INDRAGIRI HILIR 13.911 90 11.610 83,5%

4 PELALAWAN 12.156 90 10.780 88,7%

5 SIAK 9.430 90 8.695 92,2%

6 KAMPAR 17.108 90 16.610 97,1%

7 ROKAN HULU 16.318 90 15.746 96,5%

8 BENGKALIS 12.266 90 10.680 87,1%

9 ROKAN HILIR 16.411 90 12.711 77,5%

10 KEPULAUAN MERANTI 3.343 90 3.198 95,7%

11 KOTA PEKANBARU 24.123 90 22.221 92,1%

12 KOTA DUMAI 8.029 90 7.929 98,8%

JUMLAH 149.675 90 134.313 89,7%

Cakupan pelayanan neonatal pertama [KN1] yang melebihi dari target

terdapat di Kota Dumai dengan persentase [98.8 %], Kabupaten Kampar dengan

Page 38: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

30 | L A P O R A N K I N E R J A B I D A N G K E S M A S T A H U N 2 0 1 9

persentase [ 97.1 % ], dan Kabupaten Rokan Hulu dengan persentase [96.5 %],

Kabupaten Kepulauan Meranti dengan persentase [95.7 %], Kabupaten Siak dan

Kota Pekanbaru dengan Persentase [ 92.2 % ], sedangkan untuk kab/kota yang

lain capaian cakupannya tidak melebihi target yang di tetapkan, tetapi masih ada

Kab/Kota yang masih jauh dibawah target yakni Kabupaten Indragiri Hilir [ 83.5 %

], Kabupaten Rokan Hilir [ 77.5 % ], dan untuk capaian Provinsi juga masih

dibawah target [ 89.7 % ] seperti terlihat pada grafik dibawah ini :

Grafik 7. Cakupan Pelayanan Neonatal Pertama [KN1]

di Provinsi Riau Tahun 2019

Berdasarkan laporan rutin yang diterima dari kabupaten/kota, cakupan pelayanan

Neonatal yang pertama [KN 1] telah mengalami Penurunan dan peningkatan dari [ 86.37 ]

Tahun 2016, terjadi peningkatan menjkadi [89.44 %] Tahun 2017, terjadi peningkatan

kembali menjadi [89.81 %] tahun 2018 dan terjadi penurunan kembali menjadi [89.7%]

tahun 2019.

B. PERSENTASE IBU HAMIL YANG MENDAPATKAN PELAYANAN ANTENATAL KE

EMPAT (K4)

Kunjungan ibu hamil adalah kontak ibu hamil dengan tenaga profesional untuk

mendapatkan pelayanan ANC sesuai standart yang ditetapkan. Istilah kunjungan disini

tidak hanya mengandung arti bahwa ibu hamil yang berkunjung kefasilitas pelayanan,

tetapi adalah setiap kontak tenaga kesehatan baik di posyandu, pondok bersalin di desa,

85,1 85,3 83,588,7

92,297,1 96,5

87,1

77,5

95,792,1

98,8

89,7

0

20

40

60

80

100

120

90

%

Page 39: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

31 | L A P O R A N K I N E R J A B I D A N G K E S M A S T A H U N 2 0 1 9

kunjungan rumah dengan ibu hamil tidak memberikan pelayanan ANC sesuai dengan

standart dapat dianggap sebagai kunjungan ibu hamil.

K4 Adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang ke empat atau lebih

untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan standar, dengan syarat :

1. Minimal satu kali kontak pada trimester I

2. Minimal satu kali kontak pada trimester II

3. Minimal dua kali kontak pada trimester III

Pelayanan Antenatal Care dengan standard 10 T antara lain :

1. Timbang Berat Badan dan Ukur Tinggi Badan

2. Ukur Tekanan Darah

3. Nilai status gizi (Ukur LILA)

4. Ukur tinggi fundus uteri

5. Presentase janin dan DJJ

6. Nilai status imunisasi TT dan berikan bila perlu

7. Berikan tablet FE minimal 90 Tab

8. Tes Laboratorium ( Rutin dan khusus)

9. Tatalaksana kasus

10. Temu Wicara (konseling) P4K serta KB Pasca Salin

ANALISIS CAPAIAN KINERJA

Persentase ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal ke empat (K4) Pada

tahun 2019 adalah 81,94 % dengan distibusi capaian per Kab/Kota sebagai berikut :

Grafik 8 : tren Persentase ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal ke

empat (K4) tahun 2019

Sumber : Laporan Rutin Seksi Kesga dan Gizi Tahun 2018

Dumai Mer Pku Plw Inhu Bkls Kuans Rohil Kpr Rohul Inhil Siak Prov

Series1 109,56 95,24 92,63 84,5 83,87 82,62 81,05 77,25 76,49 74,11 72,72 69,91 81,94

0

20

40

60

80

100

120

PERSENTASE IBU HAMIL YANG MENDAPATKAN PELAYANAN ANTE

NATAL (K4)

DI PROVINSI RIAU TAHUN 2019

Page 40: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

32 | L A P O R A N K I N E R J A B I D A N G K E S M A S T A H U N 2 0 1 9

Capaian indikator kinerja sasaran berupa persentase ibu hamil yang telah

memperoleh pelayanan Ante Natal Care (K4) berdasarkan data yang di rekapitulasi di

Dinas Kesehatan Propinsi Riau sudah mencapai 81,94 % dari target 78 %. Apabila

dibandingkan dengan capaian tahun 2018 terjadi penurunan dimana capaian K4 tahun

2017 ; 85,41 %.

Dari 12 Kab/Kota se Provinsi Riau, yang belum mencapai target adalah Kabupaten

Rokan Hulu ( 74,11%), Indragiri Hilir (72,72%) dan Siak (69,91%).

Grafik 9. Trend Pelayanan Neonatal Pertama [KN1] di Provinsi Riau

Tahun 2016 s.d 2019

C. PERSENTASE PUSKESMAS YANG MELAKSANAKAN PENJARINGAN KESEHATAN

UNTUK PESERTA DIDIK KELAS 1

Pada capaian tahun 2019 persentase puskesmas yang melaksanaan penjaringan kesehatan peserta

didik kelas 1 sudah mencapai target yang telah ditetapkan dimana Target provinsi di tahun 2019

adalah sebesar 70% dan sementara capaian persentase puskesmas yang melaksanaan penjaringan

kesehatan peserta didik kelas 1 sudah tercapai sebesar 93.01 % dan puskesmas yang melaksanaan

penjaringan kesehatan peserta didik kelas 7 dan 10 sudah tercapai sebesar 91.02 %, berarti

sebanyak 217 puskesmas sudah melaksanakan penjaringan kesehatan pada peserta didik kelas 1.

84

85

86

87

88

89

90

91

TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2018 TAHUN 2019

Page 41: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

33 | L A P O R A N K I N E R J A B I D A N G K E S M A S T A H U N 2 0 1 9

ANALISIS CAPAIAN KINERJA

Tabel 9. Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD Kelas 1 dan Setingkat

Tahun 2019

KABUPATEN

CAKUPAN PENJARINGAN SISWA SD KELAS 1 DAN

SETINGKAT

Jumlah Puskesmas Target Capaian

(%) Absolut (%)

4 RIAU 70

1 KUANTAN SINGINGI 25 70 18 72

2 INDRAGIRI HULU 20 70 18 90

3 INDRAGIRI HILIR 28 70 26 92,9

4 PELALAWAN 14 70 10 71.4

5 SIAK 15 70 15 100

6 KAMPAR 31 70 31 100

7 ROKAN HULU 21 70 21 100

8 BENGKALIS 18 70 18 100

9 ROKAN HILIR 20 70 19 95

10 KEPULAUAN MERANTI 10 70 10 100

11 KOTA PEKANBARU 21 70 21 100

12 KOTA DUMAI 10 70 10 100

JUMLAH 233 70 217 93.1

Grafik 10. Puskesmas yang melaksanakan Penjaringan Kesehatan Peserta Didik

Kelas 1 Tahun 2019

90 92,9 96100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

0

20

40

60

80

100

120

90

%%

Page 42: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

34 | L A P O R A N K I N E R J A B I D A N G K E S M A S T A H U N 2 0 1 9

D.PERSENTASE PUSKESMAS YANG MELAKSANAKAN PENJARINGAN KESEHATAN

UNTUK PESERTA DIDIK KELAS 7 DAN 10

Indikator ini adalah indicator baru di Renstra 2015-2019. Walaupun pelayanan

penjaringan peserta didik kelas 7 & 10 sudah dilaksanakan sejak lama, namun pelayanan

ini baru dijadikan indicator di tahun 2015. Masuknya pelayanan penjaringan peserta didik

kelas 7 & 10 merupakan bentuk intervensi di hulu didalam upaya penurunan AKI dan AKB.

Melalui pemeriksaan kesehatan ini diharapkan dapat diketahuinya status kesehatan anak

didik yang mengalami masalah dan selanjutnya dilakukan tindak lanjut atas permasalahan

yang ditemui.

Untuk capaian tahun 2019 pelaksanaan penjaringan kesehatan peserta didik kelas 7

& 10 sudah melebihi target yang telah ditetapkan. Target provinsi Riau di tahun 2019

adalah sebesar 60 % dan capaian sebesar 91.2 % dan berarti sebanyak 208 puskesmas

sudah melaksanakan peserta didik kelas 7 & 10.

ANALISIS CAPAIAN KINERJA

Tabel 10. Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa Kelas 7 dan 10

Tahun 2019

CAKUPAN PENJARINGAN SISWA SD KELAS 7

DAN 10 SETINGKAT

Jumlah Sasaran

(2.498 SMP dan

SMA)

Target Capaian

(%) Absolut (%)

4 RIAU 60

1 KUANTAN SINGINGI 25 60 14 56

2 INDRAGIRI HULU 20 60 18 90

3 INDRAGIRI HILIR 28 60 26 92.9

4 PELALAWAN 14 60 10 71.4

5 SIAK 15 60 13 86.7

6 KAMPAR 31 60 31 100

7 ROKAN HULU 21 60 20 95,2

8 BENGKALIS 18 60 18 100

9 ROKAN HILIR 20 60 19 95

10 KEPULAUAN MERANTI 10 60 10 100

11 KOTA PEKANBARU 21 60 19 90,5

12 KOTA DUMAI 10 60 10 100

JUMLAH 233 60 208 91.2

Page 43: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

35 | L A P O R A N K I N E R J A B I D A N G K E S M A S T A H U N 2 0 1 9

Grafik 11. Puskesmas yang melaksanakan Penjaringan Kesehatan Peserta Didik Kelas 7 dan 10 Tahun 2019

E. PERSENTASE PUSKESMAS YANG MENYELENGGARAKAN KEGIATAN

KESEHATAN REMAJA

Perhatian Kementerian Kesehatan RI terhadap perkembangan dan permasalahan

kesehatan remaja cukup besar dimana pada tahun 2003 Kementerian Kesehatan RI telah

mengembangkan Program kesehatan remaja dengan menggunakan pendekatan khusus

yang dikenal sebagai Perlayanan Kesehatan Peduli Rema (PKPR) yang bertujuan untuk

mendorong provider khususnya Puskesmas mampu memberikan pelayanan kesehatan

yang komprehensif, sesuai dan memenuhi kebutuhan remaja yang menginginkan Privacy,

diakui, dihargai dan dilibatkan dalam perencanaan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi

kegiatan. Indikator puskesmas melaksanakan kegiatan kesehatan remaja merupakan

transformasi dari indicator puskesmas PKPR [Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja] di tahun

2010 – 2014. Sejak tahun 2013, model pelayanan kesehatan pada remaja yang memenuhi

kebutuhan dan selaras remaja diperkenalkan dengan sebutan Pelayanan Kesehatan Peduli

Remaja [PKPR], yaitu pelayanan kesehatan yang ditujukan dan dapat dijangkau remaja,

menyenangkan, menerima remaja dengan tangan terbuka, menghargai remaja, menjaga

kerahasiaan, peka akan kebutuhan terkait dengan kesehatannya, serta efektif dan efisien

dalam memenuhi kebutuhan tersebut.

0

20

40

60

80

100

120

140

160

36

94,4100

92,9

40

25

90,585,7

9,5

100 10090

CAPAIAN

TARGET

Page 44: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

36 | L A P O R A N K I N E R J A B I D A N G K E S M A S T A H U N 2 0 1 9

PKPR ditujukan untuk semua remaja usia 10-19 tahun baik di sekolah maupun di

luar sekolah, seperti kelompok remaja mesjid, gereja, karang taruna, pramuka dll.

Pelayanan kesehatan remaja dapat pula diperluas pada kelompok remaja yang tidak

terorganisir misalnya anak jalanan, jermal-jermal atau pekerja anak di daerah industri.

Berdasarkan SDKI 2012 hanya sebesar 2% perempuan dan 4.2% laki-laki yang

mengetahui PKPR sebagai salah satu layanan kesehatan remaja, hal ini menunjukan

rendahnya akses remaja terhadap layanan PKPR. Tahun 2017 puskesmas PKPR masuk

kedalam indicator Renstra sebagai bentuk penanganan di Hulu dalam upaya penurunan

AKI dan AKB.

ANALISIS CAPAIAN KINERJA

Capaian Indikator puskesmas yang melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan

remaja di Tahun 2019 sebesar 76.45 %, hal ini mengalami peningkatan dari tahun 2018

dengan capaian sebesar 46.84%. Provinsi Riau memiliki 233 [dua ratus tiga puluh tiga]

puskesmas yang tersebar di kabupaten/kota dan dengan adanya puskesmas yang sudah

aktif dalam melaksanakan pelayanan kesehatan remaja diharapkan pencapaian target

indikator puskesmas yang melaksanakan kegiatan kesehatan remaja bisa lebih baik lagi

serta dilaksanakan pelayanan terhadap remaja sesuai dengan standar nasional.

Grafik 12. Tren Target Puskesmas Melaksanakan Kegiatan

Kesehatan Remaja Tahun 2015-2019

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

2015 2016 2017 2018 2019

Page 45: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

37 | L A P O R A N K I N E R J A B I D A N G K E S M A S T A H U N 2 0 1 9

Grafik 13: Jumlah Puskesmas Melaksanakan Kegiatan Kesehatan Remaja

Tahun 2019

Sumber data: Data Kabupaten/Kota

Dari 12 [dua belas] kabupaten/kota sudah semua kabupaten/kota yang melaksanakan program

kesehatan kerja tetapi masih ada sebagian Puskesmas yang belum melaksanakan.

80

90

96,4

85,7100

54,8

47,6

61,135

100 100 100

76,4

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

Capaian

Target

Page 46: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

38 | L A P O R A N K I N E R J A B I D A N G K E S M A S T A H U N 2 0 1 9

1.3 INDIKATOR PROGRAM PEMBINAAN UPAYA KESEHATAN KERJA DAN

OLAHRAGA

Capaian Program Pembinaan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga adalah sebagai berikut :

No. Sasaran

Program/ Kegiatan

Indikator Kinerja Target Target

Provinsi Capaian Program

1 2 3 4 5 6

1. Pembinaan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga

1. Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan kerja dasar

80% 80% 93,06%

2. Jumlah pos UKK yang terbentuk di daerah PPI/TPI

730 200 230

3.

Persentase fasiltas pemeriksaan kesehatan TKI yang memenuhi standar

100% 100%

4. Persentase Puskesmas yang melaksanakan kegiatan kesehatan olahraga pada kelompok masyarakat di wilayah kerjanya

60% 60% 93,06%

1.3.1 HASIL CAPAIAN PROGRAM PEMBINAAN PEMBINAAN UPAYA KESEHATAN

KERJA DAN OLAHRAGA

A. PERSENTASE PUSKESMAS YANG MENYELENGGARAKAN KESEHATAN KERJA

DASAR

Program Kesehatan Kerja merupakan program nasional dengan indikator

Persentase Puskesmas yang Menyelenggarakan Kesehatan Kerja Dasar. Definisi

operasionalnya yaitu Puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan kerja dasar

dan/atau memberikan pelayanan kesehatan terhadap pekerja di wilayah kerjanya.

Target program tahun 2019 adalah 80% sesuai dengan target nasional. Hasil dari

indikator tersebut tergambar pada tabel dibawah ini.

Page 47: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

39 | L A P O R A N K I N E R J A B I D A N G K E S M A S T A H U N 2 0 1 9

ANALISIS CAPAIAN KINERJA

Tabel 11 . Presentase Puskesmas Yang Melaksanakan Kesehatan Kerja Dasar

Provinsi Riau Tahun 2019

No Kab/Kota Jumlah

puskesmas registrasi

Target Puskesmas

yang melaksanakan

kesehatan kerja dasar

(70%)

Puskesmas yang

melaksanakan kesehatan kerja dasar

Pencapaian Terhadap

Target

1 Kuantan Singingi 23 18 23 Tercapai

2 Indragiri Hilir 26 21 26 Tercapai

3 Siak 15 12 15 Tercapai

4 Rokan Hulu 21 17 21 Tercapai

5 Meranti 9 7 9 Tercapai

6 Rokan Hilir 17 14 17 Tercapai

7 Pekanbaru 21 16 21 Tercapai

8 Dumai 10 8 10 Tercapai

9 Bengkalis 11 9 10 Tercapai

10 Kampar 31 25 25 Tercapai

11 Indragiri Hulu 18 15 14 Tidak Tercapai

12 Pelalawan 14 11 10 Tidak Tercapai

Jumlah 216 173 201

Persentase

80% 93,06%

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa puskesmas yang telah

menyelenggarakan kesehatan kerja dasar di Provinsi Riau pada tahun 2019

sebanyak 173 puskesmas (93,06%) yang artinya telah mencapai target (80%).

Akan tetapi, jika dilihat rincian pencapaian target per Kabupaten/Kota, masih

terdapat 2 kabupaten yang belum mencapai target sebagaimana yang tergambar

pada grafik berikut:

Page 48: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

40 | L A P O R A N K I N E R J A B I D A N G K E S M A S T A H U N 2 0 1 9

Grafik 14. Persentase Puskesmas yang Melaksanakan Kesehatan Kerja Dasar

Di Provinsi Riau Tahun 2019

Persentase puskesmas yang melaksanakan kesehatan kerja dasar dihitung

berdasarkan jumlah puskesmas yang mengirimkan Laporan Bulanan Kesehatan

Pekerja (LBKP) dibagi jumlah puskesmas yang ada di Kabupaten/Kota setempat.

Akan tetapi, di kabupaten Indragiri Hulu dan Pelalawan, jumlah puskesmas yang

melaporkan LBKP tidak sampai 80% dari jumlah puskesmas yang ada di masing-

masing kabupaten tersebut.

B. JUMLAH POS UKK YANG TERBENTUK DI DAERAH PPI/TPI

Salah satu usaha kesehatan kerja yaitu pelaksanaan Pos Upaya Kesehatan Kerja

(Pos UKK). Pos UKK adalah Wadah upaya kesehatan berbasis masyarakat pekerja sektor

informal, dikelola dan diselenggarakan dari, oleh untuk masyarakat pekerja melalui

pemberian pelayanan kesehatan dengan pendekatan utama promotif, preventif disertai

kuratif dan rehabilitatif sederhana/terbatas. Dengan adanya Pos UKK diharapkan dapat

meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pekerja dalam menolong dirinya sendiri dari

risiko dan bahaya akibat kerja yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan.

Pada tahun 2019 telah terdapat peningkatan jumlah Pos UKK sebanyak 44 Pos UKK

dibanding tahun sebelumnya menjadi 230 Pos UKK yang tersebar di semua

Kabupaten/Kota di Provinsi Riau, sebagaimana yang dapat dilihat pada tabel berikut:

100 100 100 100 100 100 100 100

90,91

80,65 77,7871,43

0

20

40

60

80

100

120

Target : 80%

Page 49: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

41 | L A P O R A N K I N E R J A B I D A N G K E S M A S T A H U N 2 0 1 9

Tabel 12. Jumlah Pos UKK di Kab/Kota di Provinsi Riau tahun 2019

NO KAB/KOTA JUMLAH

1 Siak 51

2 Indragiri Hilir 31

3 Pelalawan 26

4 Rokan Hilir 23

5 Pekanbaru 23

6 Kampar 21

7 Rokan Hulu 17

8 Dumai 17

9 Meranti 9

10 Kuantan Singingi 8

11 Indragiri Hulu 3

12 Bengkalis 1

JUMLAH 230

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

Perbandingan jumlah puskesmas dan jumlah pos UKK yang ada di Provinsi Riau

pada tahun 2019 digambarkan pada grafik 15 berikut:

Grafik 15. Perbandingan Jumlah Puskesmas dan Jumlah Pos UKK

di Provinsi Riau Tahun 2018

15 14

10

17

26

21

9

21

31

11

23

18

51

26

17

23

31

23

9

17

21

1

8

3

0

10

20

30

40

50

60

Puskesmas Pos UKK

Page 50: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

42 | L A P O R A N K I N E R J A B I D A N G K E S M A S T A H U N 2 0 1 9

Target yang telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan yaitu 1

Puskesmas membina 1 Pos UKK. Jika dilihat secara jumlah, dapat dilihat bahwa

ada 6 (enam) Kabupaten/Kota yang jumlah Pos UKK-nya lebih banyak dibanding

jumlah puskesmas, yaitu Kab. Siak, Kab. Pelalawan, Kota Dumai, Kab. Rokan Hilir,

Kab. Indragiri Hilir, dan Kota Pekanbaru.

C. PERSENTASI PUSKEMAS YANG MENYELENGGARAKAN UPAYA KESEHATAN

OLAHRAGA PADA KELOMPOK MASYARAKAT DI WILAYAH KERJANYA

Target Persentase puskesmas yang melaksanakan kegiatan kesehatan olahraga

pada kelompok masyarakat di wilayah kerjanya tahun 2019 adalah 60% sesuai dengan

target nasional. Hasil dari indikator tersebut tergambar pada tabel dibawah ini

Tabel 13. Jumlah Puskesmas Yang Melaksanakan Kesehatan Olahraga pada

kelompok masyarakat di wilayah kerjanya di Provinsi Riau Tahun 2019

NO KABUPATEN/KOTA

PUSKESMAS YANG

TEREGISTRASI

TARGET PUSKESMAS

YANG MELAKSANAKAN

KESEHATAN OLAHRAGA

PUSKESMAS YANG

MELAKSANAKAN KESEHATAN OLAHRAGA

PENCAPAIAN TERHADAP TARGET

1 Kuantan Singingi 23 14 23 Tercapai

2 Indragiri Hilir 26 16 26 Tercapai

3 Siak 15 9 15 Tercapai

4 Kampar 31 19 31 Tercapai

5 Rokan Hilir 17 10 17 Tercapai

6 Meranti 9 5 9 Tercapai

7 Pekanbaru 21 13 21 Tercapai

8 Dumai 10 6 10 Tercapai

9 Rokan Hulu 21 13 18 Tercapai

10 Indragiri Hulu 18 11 15 Tercapai

11 Bengkalis 11 7 8 Tercapai

12 Pelalawan 14 9 8 Tidak

Tercapai

Provinsi 216 132 201

Persentase

60% 93,06%

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

Page 51: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

43 | L A P O R A N K I N E R J A B I D A N G K E S M A S T A H U N 2 0 1 9

Berdasarkan Grafik dengan sasaran 216 puskesmas pada tahun 2019 yang

dilaksanakan berdasarkan target 60% dengan jumlah 132 puskesmas secara target

tersebut tercapai 93,06%. Target secara provinsi telah mencapai target atau telah

tercapainya kinerja, tetapi pada kabupaten masih ada yang tidak mencapai target, yaitu

Kab. Pelalawan.

Grafik 16. Persentase Puskesmas Yang Melaksanakan Kegiatan Kesehatan

Olahraga Pada Kelompok Masyarakat Di Wilayah Kerjanya Di Provinsi Riau

Tahun 2019

Persentase puskesmas yang melaksanakan kegiatan kesehatan olahraga pada

kelompok masyarakat di wilayah kerjanya dihitung berdasarkan jumlah puskesmas

yang mengirimkan Laporan Bulanan Kesehatan Olahraga (LBKO) dibagi jumlah

puskesmas yang ada di Kabupaten/Kota setempat. Akan tetapi, di kabupaten

Pelalawan, jumlah puskesmas yang melaporkan LBKO tidak sampai 60% dari

jumlah puskesmas yang ada di kabupaten tersebut.

100 100 100 100 100 100 100 100

85,71 83,33

72,73

57,14

0

20

40

60

80

100

120

TARGET : 60%

Page 52: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

44 | L A P O R A N K I N E R J A B I D A N G K E S M A S T A H U N 2 0 1 9

1.4. INDIKATOR PROGRAM PEMBINAAN PENYEHATAN LINGKUNGAN

Capaian program Penyehatan Lingkungan tahun 2019 adalah sebagai berikut :

No. Sasaran

Program/ Kegiatan

Indikator Kinerja Target Target

Provinsi Capaian Program

1 2 3 4 5 6

1 Pembinaan Penyehatan Lingkungan

1. Jumlah desa/kelurahan yang melaksanakan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat)

40.000 994 1556

2. Persentase Sarana air minum yang dilakukan pengawasan

50% 50% 45,5%

3. Persentase Tempat-tempat umum (TTU) yang memenuhi syarat kesehatan

58% 58% 28,13%

4. Persentase RS yang melakukan pengelolaan limbah medis sesuai standar

36% 36% 39,43%

5. Persentase Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang memenuhi syarat kesehatan

32% 32% 2,26%

6 Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan tatanan kawasan sehat

386 12 4

1.4.1 HASIL CAPAIAN PROGRAM PENYEHATAN LINGKUNGAN

A. JUMLAH DESA/KELURAHAN YANG MELAKSANAKAN STBM (SANITASI TOTAL

BERBASIS MASYARAKAT)

Program STBM merupakan Program Nasional dari Kementerian Kesehatan RI.

Provinsi Riau sejak tahun 2008 telah berperan aktif dalam pelaksanaan Program STBM.

Program ini juga ditunjang oleh Program APBD setiap Kabupaten /Kota, sehingga dalam

pencapaiannya akan lebih banyak Desa/ Kelurahan yang terimplementasi Program STBM.

Sejak Tahun 2014, terdapat 12 Kab/Kota di Provinsi Riau yang mendapatkan Program

Nasional STBM .

Dari kegiatan program yang diselenggarakan sejak mulai bergulirnya program STBM

di Provinsi Riau hingga tahun 2019, sudah lebih dari 50 % Desa/kelurahan di Provinsi Riau

yang telah melaksanakan STBM. Desa/ Kelurahan yang melaksanakan STBM adalah

Desa/Kelurahan yang telah dilakukan kegiatan Pemicuan CLTS (Community Lead Total

Sanitation), telah memiliki Natural Leader dan telah menyusun rencana Kerja Masyarakat

(RKM) .

Page 53: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

45 | L A P O R A N K I N E R J A B I D A N G K E S M A S T A H U N 2 0 1 9

ANALISIS CAPAIAN KINERJA

Data Desa/Kelurahan yang telah terimplementasi STBM di Provinsi Riau

sampai dengan Tahun 2019 sebagaimana terlihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Desa/Kelurahan yang melaksanakan STBM

Provinsi Riau Tahun 2019

No. INDIKATOR

2019

Jumlah Sasaran

yang ada

saat ini

Target Provinsi

Realisasi Fisik

(Absolut)

% Capaian Kinerja

Realisasi capaian

(% Kumulatif s/d tahun

2019)

1 2 3 4 5 6 6

1. Jumlah Desa/ kelurahan yang melaksanakan

STBM (3 Kriteria)

1.875 994 1.556 156,22 82,77 %

1 PEKANBARU 83 47 80 172,04 96,39 %

2 KAMPAR 250 130 249 191,54 99,60 %

3 KUANSING 229 120 202 169,04 88,21 %

4 ROKAN HULU 148 79 142 179,75 95,95 %

5 INDRAGIRI HULU 194 102 143 136,27 71,65 %

6 INDRAGIRI HILIR 236 122 195 159,84 82,63 %

7 SIAK 131 71 93 131,91 70,99 %

8 PELALAWAN 118 64 98 153,13 83,05 %

9 DUMAI 33 22 33 153,49 100,00 %

10 ROKAN HILIR 197 101 86 85,57 43,65 %

11 BENGKALIS 155 83 142 172,12 91,61 %

12 KEPULAUAN MERANTI

101 56 93 167,57 92,08 %

Sumber : Dinas Kesehatan Kab/ Kota di Riau Tahun 2019

Dari Tabel diatas diketahui bahwa persentase realisasi Desa/Kelurahan yang

terimplementasi Program STBM di Provinsi Riau sampai dengan Tahun 2019 dinilai

berhasil mencapai target yang ditetapkan sebesar 82,77%. Realisasi

Desa/Kelurahan Implementasi STBM di setiap kabupaten/kota juga bervariasi,

dengan persentase tertinggi adalah Kota Dumai dengan 100 % dan terendah di

Kabupaten Rokan Hilir 43,65%. Dari 12 Kabupaten /Kota yang ada semua

Kabupaten /Kota telah mencapai target yang ditetapkan, sebagaimana terlihat pada

Grafik 17 berikut:

Page 54: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

46 | L A P O R A N K I N E R J A B I D A N G K E S M A S T A H U N 2 0 1 9

Grafik 17. Jumlah Desa/Kelurahan yang melaksanakan STBM Provinsi Riau

Tahun 2019

Dari Grafik diatas diketahui bahwa persentase realisasi Desa/Kelurahan yang

terimplementasi program STBM di Provinsi Riau Tahun 2019 dinilai berhasil

mencapai target yang ditetapkan sebesar 82,77%. Realisasi tersebut sudah

mencapai target Rencana Strategis Provinsi Riau maupun target nasional Tahun

2019 sebesar 45 %.

Dalam pencapaian kualitas kinerja program di masyarakat, Program STBM

menargetkan bahwa semua desa/kelurahan yang telah terimplementasi STBM

diharapkan dapat menjadi desa/ kelurahan STBM yang memenuhi tiga kriteria

yaitu telah dilakukan proses pemicuan CLTS, telah memiliki Natural Leader dan

telah menyusun Rencana Kerja Masyarakat ( RKM). Sampai dengan Tahun 2019,

Provinsi Riau telah berupaya untuk melakukan percepatan terbentuknya desa

STBM di setiap kabupaten/Kota.

100,00%99,60%96,39%95,95%92,08%91,61%88,21%83,05%82,63%71,65%70,99%

43,65%

82,77%

% DESA/ KEL YANG SUDAH DIPICU 12 KAB/KOTA DI PROVINSI RIAU

TAHUN 2019

Page 55: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

47 | L A P O R A N K I N E R J A B I D A N G K E S M A S T A H U N 2 0 1 9

Grafik 18. Jumlah desa/kelurahan yang melaksanakan STBM Provinsi Riau

Tahun 2016-2019

Dari gambar di atas menggambarkan jumlah desa/kelurahan yang

melaksanakan STBM di Provinsi Riau dalam kurun waktu tiga tahun terakhir , sejak

tahun 2016 s/d 2019. Dalam tiga tahun terakhir terlihat jumlah desa/kelurahan yang

terimplementasi terus mengalami peningkatan. Ini berarti perubahan perilaku

masyarakat yang semakin baik dimana kesadaran masyarakat akan pentingnya

buang air besar pada tempatnya guna menghindari resiko terkena penyakit

menular.

B.PERSENTASE SARANA AIR MINUM YANG DILAKUKAN PENGAWASAN

Program Pengawasan Air Minum sudah terlaksana di setiap Kabupaten/Kota

yang ada di Provinsi Riau. Teknis pelaksanaannya dilakukan oleh Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota. Adapun realisasi kegiatan yang sudah dilakukan sebagaimana

terlihat pada Tabel 15.

11131185

1305

1556

2016 2017 2018 2019

Trend Jumlah Desa yang Melaksanakan STBM Provinsi Riau

Tahun 2016-2019

Page 56: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

48 | L A P O R A N K I N E R J A B I D A N G K E S M A S T A H U N 2 0 1 9

Tabel 15. Realisasi Program Pengawasan Kualitas Air Minum

Provinsi Riau Tahun 2019

NO. KABUPATEN JUMLAH

SARANA

Jumlah

IKL %

Jumlah

R+S

Jumlah

Sampel

Jumlah

MS

Jumlah

TMS

1

KUANTAN

SINGINGI 202 109 54,0 109 23 21 2

2

INDRAGIRI

HULU 214 30 14,0 30 0 0 0

3 INDRAGIRI HILIR 181 30 16,6 30 2 2 0

4 PELALAWAN 227 142 62,6 141 105 65 40

5 SIAK 268 188 70,1 188 17 17 0

6 KAMPAR 286 35 12,2 33 1 1 0

7 ROKAN HULU 231 87 37,7 86 0 0 0

8 BENGKALIS 239 108 45,2 108 39 15 24

9 ROKAN HILIR 81 7 8,6 7 0 0 0

10

KEPULAUAN

MERANTI 33 30 90,9 30 15 14 1

11

KOTA

PEKANBARU 689 416 60,4 413 250 207 43

12 KOTA DUMAI 376 195 51,9 191 0 0 0

JUMLAH 3027 1377 45,5 1366 452 342 110 Sumber : Data e –Monev PKAM Kementerian Kesehatan RI Tahun 2019

Dari Tabel diatas, diketahui bahwa persentase realisasi kegiatan kegiatan

pengawasan air minum di Provinsi Riau secara komulatif sampai Tahun 2019 dinilai

belum mencapai target yang ditetapkan sebesar 50%. Sampai dengan Akhir

Desember 2019 realiasi mencapai 45,5%, Realisasi kegiatan pengawasan air

minum di setiap kabupaten/kota sangat bervariasi, dengan persentase tertinggi

adalah Kabupaten Kep. Meranti dengan 90,9% dan terendah di Kabupaten Rokan

Hilir 8,6%. Data tersebut diatas merupakan hasil data e-Monev PKAM selama

Tahun 2019 terhadap 1377 penyelenggara air minum dari 3027 terget sasaran

yang ada.

Dari data diatas terlihat bahwa dari 1377 sarana yang dilakukan IKL Sarana

Air Minum, 1366 memiliki resiko Rendah dan sedang (rekomendasi pengambilan

sampel) . Dalam pelaksanaannya sampel yang diambil 452 sampel (36,2%). Dari

Jumlah sampel yang diambil terdapat 110 sampel tidak memenuhi syarat

kesehatan.

Page 57: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

49 | L A P O R A N K I N E R J A B I D A N G K E S M A S T A H U N 2 0 1 9

Grafik 19. Rekapitulasi Laporan Hasil IKL Sarana Air Minum Program PKAM

Provinsi Riau Tahun 2019

Grafik 20. Capaian Indikator Kinerja Program Pengawasan Kualitas Air Minum

Provinsi Riau Tahun 2019

KU

AN

TA

N S

ING

ING

I

IND

RA

GIR

I H

ULU

IND

RA

GIR

I H

ILIR

PE

LALA

WA

N

SIA

K

KA

MP

AR

RO

KA

N H

ULU

BE

NG

KA

LIS

RO

KA

N H

ILIR

KE

PU

LAU

AN

ME

RA

NT

I

KO

TA

PE

KA

NB

AR

U

KO

TA

DU

MA

I

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

202 214181

227268 286

231 239

8133

689

376

109

30 30

142188

3587 108

7 30

416

195

REKAPITULASI LAPORAN HASIL IKL

SARANA AIR MINUM PROGRAM PKAM

PROVINSI RIAU TAHUN 2019

JUMLAH SARANA

Jumlah IKL

45,5%

Page 58: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

50 | L A P O R A N K I N E R J A B I D A N G K E S M A S T A H U N 2 0 1 9

Dari Grafik 20 diatas diketahui bahwa persentase realisasi kegiatan

pengawasan air minum di Provinsi Riau Tahun 2019 belum mencapai target dari

yang ditatapkan sebesar 50%. Realisasi kegiatan pengawasan air minum tersebut

baru tercapai 45,5%.

C. PERSENTASE TEMPAT FASILITAS UMUM (TFU) YANG MEMENUHI

SYARAT KESEHATAN Definisi Operasional Pengawasan Kesehatan Lingkungan TFU (Tempat

Fasilitas Umum) Renstra Tahuin 2015-2019 yaitu Fasilitas Pendidikan

(SD,SMP/Sederajat), Kesehatan (Puskesmas) + Pasar Sehat.

Tabel 16. Capaian Tempat Fasilitas Umum (TFU) Tahun 2019

NO KAB/KOTA SASARA

N TARGET

(58%)

DIPERIKSA (Hasil IKL

TTU (SD,SMPMI,MTS,Pesantren,Puskesm

as+ Pasar Sehat))

MMS TMS Capaian (Absolut)

% Realisasi Capaian

1 DUMAI 189 110 184 164 20 164 86,77

2 PEKANBARU 527 306 99 54 45 54 10,25

3 KUANTAN SINGINGI

399 232 356 303 53 303 75,75

4 SIAK 414 240 368 196 172 196 47,34

5 INDRAGIRI HULU

461 267 464 249 215 249 54,01

6 PELALAWAN 341 198 86 4 39 4 1,17

7 ROKAN HILIR 675 392 188 85 103 85 12,59

8 KEP. MERANTI 295 171 272 66 206 66 22,37

9 ROKAN HULU 597 346 352 96 256 96 16,08

10 KAMPAR 805 467 633 421 212 421 52,30

11 BENGKALIS 546 317 15 5 10 5 0,92

12 INDRAGIRI HILIR

1089 632 559 140 419 140 12,86

Jumlah 6.339 3.677 3.533 1.783 1.750 1.783 28,13

Ket : TARGET 2019 : 58% Capaian Pengawasan Kesehatan Lingkungan Tempat Fasilitas Umum (TFU) Tahun 2019

Kab/Kota Tercapai Target 2019

Kab/Kota Tidak Tercapai Target 2019

DIPERIKSA (IKL / Inspeksi Kesehatan Lingkungan)

MMS (Memenuhi Syarat kesehatan)

TMS (Tidak Memenuhi Syarat kesehatan)

Page 59: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

51 | L A P O R A N K I N E R J A B I D A N G K E S M A S T A H U N 2 0 1 9

Grafik 21. Capaian Pengawasan Kesehatan Lingkungan Tempat Fasilitas Umum (TFU) Tahun 2019

Grafik 22. Capaian TFU (Tempat Fasilitas Umum) yang Memenuhi Syarat kesehatan di Kab/Kota se Provinsi Riau Tahun 2019

Tabel 21 Persentase Realisasi Capaian TFU yang Memenuhi Syarat kesehatan

(MMS) di Provinsi Riau Tahun 2019 sebesar 28,13% (1.783 unit) artinya belum

mencapai Target Tahun 2019 dan sarana TFU yang Tidak Memenuhi Syarat

kesehatan (TMS) Tahun 2019 sebanyak 1.750 unit. Dari 12 kabupaten/kota

terdapat 2 kabupaten/kota yang sudah melampaui Target Capaian TFU Tahun

2019 yaitu Kota Dumai, dan Kabupaten Kuantan Singingi. Capaian TFU yang

Tertinggi adalah Kota Dumai sebesar 86,77% (164 unit) sedangkan yang Terendah

adalah Kabupaten Bengkalis sebesar 0,92% (2 unit)

Page 60: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

52 | L A P O R A N K I N E R J A B I D A N G K E S M A S T A H U N 2 0 1 9

Kegiatan yang telah dilakukan pada Program Pengawasan TFU di Provinsi

Riau Tahun 2019 yaitu Koordinasi, Advokasi, Sosialisasi Pembinaan ke

stakeholder, lintas sektor terkait, dan masyarakat pasar didukung oleh Dana

Anggaran APBD dan APBN Tahun 2019. Dana Anggaran APBD sebesar

Rp.100.000.000,- yang kemudian terjadi Rasionalisasi Anggaran APBD 2018

menjadi Rp.68.180.000,-, dan dana anggaran APBN sebesar Rp.113.936.000,-

namun Capaian Realisasi TFU Tahun 2019 (28,13%) (1.783 unit) belum mencapai

Target Renstra 2019, disebabkan karena :

1. Tidak semua puskesmas memiliki Tenaga Sanitasi sehingga tenaga yang ada

bekerja tidak sesuai dengan kopetensi dan merangkap menjadi Bendaharawan

puskesmas yang mengakibatkan rendahnya loyalitas terhadap tupoksi dan

kurang terimplementasinya Inspeksi Kesehatan Lingkungan (IKL) Tempat

Fasilitas Umum dan hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan Standar yang

ada pada Format Inspeksi Kesehatan Lingkungan (IKL) Tempat Fasilitas

Umum yang telah ditetapkan Kementerian Kesehatan RI.

2. Belum terlaksananya Komitmen Bersama antara Dinas Kesehatan Kab/Kota

dengan Puskesmas dalam Pelaksanaan Pengawasan TFU sesuai dengan

Prosedur Standar IKL (Inspeksi Kesehatan Lingkungan), penggunaan

Sanitarian KIT dan Partisipatori Kit di pasar.

3. Masih rendah dukungan kebijakan Pemda dan komitmen dari pemerintah

daerah, kurangnya Integrasi Stakeholder dan lintas sektor terkait dalam

penerapan sarana Tempat Fasilitas Umum yang sehat dan SOP pembuatan

Rekomendasi Laik Sehat dan Surat Keterangan Laik Sehat sanitasi sarana

Tempat fasilitas Umum.

Untuk menindaklanjuti Capaian Realisasi TTU/TFU Tahun 2019 yang belum

mencapai Target Renstra 2019 (28,13%) (1.783 unit) maka bagi Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota dan Puskesmas harus menjadikan TFU yang Tidak Memenuhi

Syarat kesehatan (TMS) menjadi TFU yang Memenuhi Syarat kesehatan (MMS)

dengan melaksanakan Komitmen Bersama antara Dinas Kesehatan Kab/Kota

dengan Puskesmas dalam Pelaksanaan Pengawasan TFU sesuai dengan Standar,

Prosedur IKL/Inspeksi Kesehatan Lingkungan dan Target Restra yang telah

ditetapkan agar tercapai Target Realisasi Capaian TFU yang memenuhi syarat

kesehatan berdasarkan Renstra Seksi Kesehatan Lingkungan pada Tahun 2021

sebesar 62% di Kab/Kota.

Page 61: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

53 | L A P O R A N K I N E R J A B I D A N G K E S M A S T A H U N 2 0 1 9

D. PERSENTASE RS DAN PUSKESMAS YANG MELAKUKAN PENGELOLAAN

LIMBAH MEDIS SESUAI STANDAR

Indikator kinerja Program Pengelolaan Limbah Fasyankes adalah persentase rumah

sakit yang melakukan pengelolaan limbah medis meliputi pemilahan dan pengolahan

limbah medis sesuai aturan. Pemilahan adalah telah memisahkan antara limbah medis dan

non medis. Pengolahan adalah proses pengolahan akhir limbah yang dilakukan secara

mandiri atau (on site) atau bekerjasama dengan pihak ketiga yang memiliki izin (off site).

Rumah sakit adalah rumah sakit pemerintah dan swasta yang terdaftar. Capaian Program

Pengawasan Limbah Fasyankes di Provinsi Riau s.d. Triwulan IV Tahun 2019 sebagimana

terlihat pada tabel berikut.

Tabel 17. Capaian Program Pembinaan Limbah Fasyankes (Rumah Sakit) Sesuai

Standar di Provinsi Riau Tahun 2019

No. INDIKATOR

2019

Jumlah Sasaran yang ada saat ini

Target Provinsi

Absolut Realisasi

Capaian (%) s.d TW IV

% RS Yang Melakukan Pengelolaan Limbah Medis Sesuai Standar

71 36% 26 39,43%

KABUPATEN / KOTA

1 Kampar 6 5 5 83,3%

2 Kuantan Singingi 2 2 2 100%

3 Indragiri Hulu 3 0 0 0%

4 Siak 2 0 0 0%

5 Kepulauan Meranti 1 1 1 100%

6 Rokan Hulu 5 0 0 0%

7 Dumai 3 0 0 0%

8 Rokan Hilir 5 0 0 0%

9 Pelalawan 4 2 2 50%

10 Pekanbaru 30 16 16 53,33%

11 Indragiri Hilir 3 0 0 0%

12 Bengkalis 7 2 2 28,57%

PROVINSI 71 28 28

Sumber : Laporan E-monev dan manual Fasyankes

Page 62: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

54 | L A P O R A N K I N E R J A B I D A N G K E S M A S T A H U N 2 0 1 9

Tabel 18. Capaian Program Pembinaan Limbah Fasyankes (Puskesmas) Sesuai

Standar di Provinsi Riau Tahun 2019

No. INDIKATOR

2019

Jumlah Sasaran yang ada saat ini

Target Provinsi

Absolut Realisasi

Capaian (%) s.d TW IV

% Puskesmas Yang Melakukan Pengelolaan Limbah Medis Sesuai Standar

229 36% 1 0,43%

KABUPATEN / KOTA

1 Kampar 31 0 0 0%

2 Kuantan Singingi 25 0 0 0%

3 Indragiri Hulu 18 0 0 0%

4 Siak 15 0 0 0%

5 Kepulauan Meranti 10 0 0 0%

6 Rokan Hulu 21 0 0 0%

7 Dumai 10 0 0 0%

8 Rokan Hilir 20 0 0 0%

9 Pelalawan 14 0 0 0%

10 Pekanbaru 21 1 1 4,76%

11 Indragiri Hilir 27 0 0 0%

12 Bengkalis 17 0 0 0%

PROVINSI 229 1 1

Sumber : Laporan E-monev dan manual Fasyankes

Grafik 23. Persentase Rumah Sakit yang Melakukan Pengelolaan Limbah Medis

Fasilitas Yankes Sesuai Standar di Provinsi Riau Tahun 2019

Sumber : Laporan E-monev dan manual Fasyankes

Page 63: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

55 | L A P O R A N K I N E R J A B I D A N G K E S M A S T A H U N 2 0 1 9

Grafik 24.

Sumber : Laporan E-monev dan manual Fasyankes

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa ada 6 Kabupaten (Kabupaten Kampar, Kepulauan

Meranti, Bengkalis, Kuansing, Pelalawan dan Kota Pekanbaru) yang mempunyai wilayah

Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta yang melakukan pengelolaan limbah medis fasyankes

sesuai standar (DO = Defenisi Operasional). Kabupaten yang sudah mencapai target yaitu

kabupaten Kampar, Kepulauan Meranti, Kuansing, Pelalawan dan Kota Pekanbaru,

sementara untuk kabupaten/kota yang lain belum mancapai target yang telah ditentukan.

Dari tabel dapat dilihat bahwa untuk Puskesmas hanya satu Puskesmas Harapan raya

yang sudah melakukan pengelolaan limbah medis sesuai standar. selain sesuai DO

Pengawasan dan Pembinaan yang dilakukan ke Rumah Sakit adalah :

1. Mempunyai Dokumen Izin Lingkungan

2. Mempunyai Tenaga Kesehatan Lingkungan

3. Mempunyai TPS (Tempat Penampungan Sementara) B3 dan ada izin

4. Mempunyai izin incenarasi

5. Bekerjasama dengan pihak swasta berizin

6. Melakukan pemeriksaan limbah 6 bulan sekali

Program Pengelolaan Limbah Medis Fasyankes di Provinsi Riau belum mencapai target

yang telah ditentukan yaitu sebesar 36% untuk target di tahun 2019 untuk Puskesmas,

untuk Rumah Sakit sudah mencapai target yang telah ditentukan, jadi masih banyak

Puskesmas yang harus dilakukan pembinaan dan pengawasan, serta harus di support

dengan anggaran. Dari data diatas dapat dilihat hanya 1 Puskesmas (0,43%) dan 28

Rumah Sakit (39,43%) yang melakukan pengelolaan limbah medis fasyankes sesuai

standar (DO). Ditahun 2019 Program Pengelolaan Limbah Medis Fasyankes anggaran APBD

Page 64: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

56 | L A P O R A N K I N E R J A B I D A N G K E S M A S T A H U N 2 0 1 9

nya sebesar 255.300.600 setelah rasionalisasi anggarannya menjadi 15.807.600,

sementara untuk anggaran APBN tahun 2019 133.636.000 diharapkan untuk tahun

kedepan program ini mendapat anggaran dari APBN untuk menunjang capaian dan target

ditahun ini. Kegiatan APBD yang dilaksanakan yaitu Rapat program Pengelolaan Limbah

Medis Fasyankes dan pembinaan ke Rumah Sakit yang ada di Kota Pekanbaru. Dari hasil

pelaksanaan kegiatan Provinsi di 12 Kabupaten/kota, Hasil Pembinaan yang dilakukan ke

Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta ditahun 2019 yang sesuai standar ada 28 Rumah

Sakit dan 1 Puskesmas. Untuk Rumah sakit dan Puskesmas masih perlu pembinaan dan

pengawasan lagi baik dari pihak Dinas kesehatan provinsi, Dinas kesehatan

Kabupaten/Kota maupun DLHK (Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan) setempat.

Ada beberapa kendala yang menjadi hambatan atau kelemahan dalam pencapaian

program ini, diantaranya :

1. Belum adanya dukungan kebijakan Pemda baik ditingkat Provinsi maupun

Kabupaten/kota khususnya untuk pengelolaan limbah medis fasyankes.

2. Pengelola program di Kabupaten/kota belum melaksanakan tugas dan fugsinya

secara optimal.

3. Mahalnya sarana maupun biaya untuk pengelolaan limbah medis fasyankes

4. Masih rendahnya koordinasi lintas sektor, lintas program, dalam pelaksanaan

pengelolaan limbah medis dilapangan

5. Masih banyaknya Rumah Sakit yang tidak mengirimkan laporan (mengisi E-monev).

Diharapkan tahun kedepan Rumah Sakit dan Puskesmas yang belum melakukan

pengelolaan limbah medis fasyankes sesuai standar dan belum mengirimkan laporannya

baik secara manual maupun E-monevnya bisa melakukan pengelolaan limbah medis sesuai

standar (DO) dan mengirimkan laporannya.

E. PERSENTASE TEMPAT PENGOLAHAN MAKANAN (TPM) YANG MEMENUHI

SYARAT KESEHATAN

Capaian target Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang memenuhi syarat Hygiene

Sanitasi Pangan (HSP) Bersertifikat + tidak bersertifikat Tahun 2017 s.d 2019 terlihat pada

Grafik 25 :

Page 65: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

57 | L A P O R A N K I N E R J A B I D A N G K E S M A S T A H U N 2 0 1 9

Grafik 25.

Data dari Softwere E-Monev HSP per 31 Desember 2019

Berdasarkan grafik di atas, terlihat bahwa capaian sarana TPM yang memenuhi syarat

Hygiene Sanitasi selama tahun 2017 s.d 2019 sebagai berikut :

Di tahun 2017 persentase capaiannya sebesar 24,50%, tahun 2018 persentase capaian

sebesar 44,00%, dan tahun 2019 persentasi capaian sebesar 43,39%.

Grafik 26. Persentase Capaian TPM Yang Memenuhi Syarat Hygiene Sanitasi

(Bersertifikat + Tidak Bersertifikat) Dan Bersertifikat

Di Provinsi Riau Tahun 2019

Data dari Softwere E-Monev HSP per 31 Desember 2019

Berdasarkan grafik di atas, ada 9 Kabupaten/Kota yang sudah memenuhi syarat

higiene sanitasi (bersertifikat + tidak bersertifikat) yaitu : Kab. Indragiri Hulu, Kab.

Indragiri Hilir, Kab. Pelalawan, Kab. Siak, Kab. Rokan Hulu, Kab. Bengkalis, Kab. Kep.

Meranti, Kota Pekanbaru dan Kota Dumai. Persentase capaian tertinggi yaitu Kab.

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

45%

2017 2018 2019

20%

26%

32,00%

24,50%

44,00%43,39%

Pe

rse

nta

se R

ea

lisa

si

Persentase capaian TPM yang memenuhi syarat HSP(Bersertifikat + tdk Bersertifikat)

di Provinsi Riau Tahun 2017 s.d 2019

target

realisasi

0,00% 0,00% 4,99% 1,92% 5,91% 0,12% 0,81% 3,33% 0,00% 8,64% 1,22% 0,00% 2,26%

28,95%

39,88%

63,26%

83,33%

44,73%

19,50%

54,03%50,36%

9,04%

34,57%40,44%

58,15%

43,39%

0,00%

10,00%

20,00%

30,00%

40,00%

50,00%

60,00%

70,00%

80,00%

90,00%

MEMENUHI SYARAT HYGIENE SANITASI (TIDAK BERSERTIFIKAT)

Page 66: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

58 | L A P O R A N K I N E R J A B I D A N G K E S M A S T A H U N 2 0 1 9

Pelalawan sebesar 83,33%, sedangkan 3 kabupaten/Kota yang lain belum mencapai target

yaitu : Kab. Kuantan Singingi, Kab Kampar, Kab. Rokan Hilir, Kabupaten yang persentasi

capaian terendah yaitu Kabupaen Rokan Hilir sebesar 9,04%.

Kabupaten/Kota yang sudah memenuhi yarat higiene sanitasi yang bersertifikat ada

8 Kab/Kota yaitu : Kab. Indragiri Hilir, Kab. Pelalawan, Kab. Siak, Kab. Kampar, Kab. Rokan

Hulu, Kab. Bengkalis, Kab. Kep. Meranti dan Kota Pekanbaru, yang tertinggi yaitu Kab.

Siak, sedangkan yang belum yaitu: Kab.Kuansing, Kab. Indragiri Hulu, Kab. Rokan Hilir

dan Kota Dumai, yang terendah yaitu Kab. Kampar sebesar 0,12%.

Berdasarkan Definisi Operasional TPM yg memenuhi syarat kesehatan adalah : TPM yg

memenuhi persyaratan hygiene sanitasi yg dibuktikan dengan sertifikat laik hygiene

sanitasi.

Secara keseluruhan Kabupaten/Kota se Provinsi Riau TPM yang memenuhi syarat

Hygine Sanitasi bersertifikat baru mencapai 2,26% berarti belum mencapai target yang

telah ditentukan sebesar 32%, ini disebabkan oleh beberapa faktor yang menjadi masalah,

antara lain :

1. Pendataan Tempat pengolahan makanan yang belum baik

2. Sistem perizinan dan regulasi yang mengikat untuk pengeluaran izin/sertifilat

maupun perpanjangan izin/sertifikat laik sehat belum optimal

3. Belum tersedianya angaran untuk mengadakan pertemuan penjamah yang

merupakan syarat wajib untuk mendapakan izin/sertifikat laik sehat.

4. Masih banyak penjamah makanan yang belum memiliki sertifikat

5. Kurangnya sarana dan prasarana pendukung kegiatan.

F. JUMLAH KAB/KOTA YANG MENYELENGGARAKAN TATANAN KAWASAN SEHAT

Target program Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan tatanan kawasan Sehat

adalah kabupaten yang menyelenggarakan pendekatan Kabupaten/Kota Sehat dengan

membentuk Tim Pembina, Forum Kabupaten/Kota dan yang menerapkan minimal 2

tatanan wajib dari 9 tatanan kawasan sehat dan rencana kerja.

Realisasi pelaksanaan program Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan tatanan

kawasan sehat di Provinsi Riau tahun 2019 sebagaimana terlihat pada Tabel berikut:

Page 67: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

59 | L A P O R A N K I N E R J A B I D A N G K E S M A S T A H U N 2 0 1 9

Tabel 19. Pencapaian Kab/Kota yang Menyelenggarakan Kab/Kota Sehat

di Provinsi Riau Tahun 2019

Dari data di atas terlihat pencapaian tahun 2019 adalah 100% dari target yang sesuai

dengan defenisi operasional menyelenggarakan KKS. Target tahun 2019 sebanyak 4

Kabupaten/Kota dan yang tercapai masih 4 Kabupaten/Kota. Ini berhasil dikarenakan

Komitemen bersama Kepala Daerah Kabupaten Kota untuk mewujudkan Kabupaten Kota

Sehat di daerahnya masing-masing.

Realisasi capaian Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan Tatanan Kawasan Sehat

Provinsi Riau tahun 2015-2019 sebagai berikut ;

Grafik 27

TARGET PENCAPAIAN

1 KAMPAR 0 0

2 PELALAWAN 0 0

3 SIAK 1 1

4 INDRAGIRI HULU 0 0

5 INDRAGIRI HILIR 0 0

6 KUANTAN SINGINGI 0 0

7 ROKAN HULU 1 1

8 ROKAN HILIR 0 0

9 BENGKALIS 1 1

10 KEPULAUAN MERANTI 0 0

11 DUMAI 0 0

12 PEKANBARU 1 1

4 4

Sumber Data : Dokumen Kab/Kota pada tanggal 31 Desember 2019

JUMLAH

NO KABUPATEN/KOTA 2019

Page 68: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

60 | L A P O R A N K I N E R J A B I D A N G K E S M A S T A H U N 2 0 1 9

Grafik di atas terdapat peningkatan capaian pada tahun 2019 yaitu 4

Kabupaten/Kota yang masih sama menyelenggarakan KKS di tahun sebelumnya.

Namun pada target ada penurunan ini karenakan menyesuaikan dengan defenisi

operasional dan tidak adanya pembaharuan SK dari Kabupaten Kota yaitu Kota

Dumai dan Kab Meranti. Dinas Kesehatan Provinsi dan Bappeda Provinsi bersama

turun dengan menggunakan dana APBD Provinsi Riau tahun 2019 kegiatan

Peningkatan dan Pengembangan Wilayah Pemukiman Sehat dengan pagu Rp.

129.287.100,-. Untuk melakukan Pembinaan Kelembagaan KKS di Kab/Kota,

Verifikasi KKS Tingkat Pusat pada 4 Kab/Kota, Rapat Tim Pembina KKS Provinsi,

Penyelenggaraan KKS Pusat serta Pengambilan Penghargaan dari Kemenkes RI di

Pusat.

Penyelenggaraan tatanan kawasan sehat tidak seluruh Kabupaten/Kota ini

disebabkan oleh beberapa faktor yang menjadi masalah antara lain:

1. Pemahaman lintas sektor dan program dalam menyelenggarakan Kab/kota

sehat masih terbatas.

2. Belum optimalnya kerjasama LS dan LP terkait di tingkat daerah dalam

pengembangan KKS.

3. Kurang optimalnya fungsi Tim Pembina Kabupaten/Kota.

4. Pimpinan Daerah yang tidak teradvokasi dan sosialisasi Kab/Kota sehat.

5. Kurangnya Komitmen pengambil keputusan (Komitmen Bupati/Walikota yang

kurang mensupport)

6. Penyelenggaraan Kab/Kota Sehat diindetikkan milik Kesehatan.

7. Kurangnya kerjasama antara Pemerintah, Forum, dan Masyarakat di Daerah.

8. Sering terjadinya mutasi antar pejabat.

9. Kurang tersedianya dana di Kab/kota untuk penyelenggaraan KKS.

Untuk tahun 2020 yang merupakan tahun Verifikasi KKS tingkat Provinsi 100%

Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan Kabupaten/Kota Sehat untuk ikut serta

dalam verifikasi ini. Upaya yang segera dilakukan pada tahun 2020 yaitu verifikasi

KKS tingkat Provinsi sebagai persiapan verifikasi KKS tingkat Pusat, Rapat Tim

Pembina KKS Provinsi, Pembinaan kelembagaan KKS, Penyelenggaraan KKS ke

Pusat serta Pertemuan Assosiasi Kabupaten Kota Sehat Tingkat Nasional di

Semarang. Untuk ke depannya penguatan kelembagaan di Kab/Kota dan Komitmen

Tim Pembina KKS Provinsi untuk mempersiapkan Verifikasi KKS Pusat Tahun 2021.

Page 69: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

61 | L A P O R A N K I N E R J A B I D A N G K E S M A S T A H U N 2 0 1 9

1.5. INDIKATOR PROGRAM PEMBINAAN PROMOSI KESEHATAN DAN

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Capaian program Promosi Kesehatan Dan Pemberdayaan Masyarakat tahun 2019 adalah

sebagai berikut :

No. Sasaran

Program/Kegiatan Indikator Kinerja Target

Target Provinsi

Capaian Program

5. Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

1. Persentase Kab/Kota yang memiliki Kebijakan PHBS

80% 80% 75%

2. Persentase desa yang memanfaatkan dana desa untuk UKBM

50% 50% 36,32%

3. Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSRnya untuk program kesehatan

20 8 5

4. Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber dayanya untuk mendukung kesehatan

15 7 5

1.5.1 HASIL CAPAIAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT

A. PERSENTASE KAB/KOTA YANG MEMILIKI KEBIJAKAN PHBS

Definisi operasional adalah Aturan/Pedoman yang dibuat oleh Pemerintah Daerah

(Kab/Kota) yang menjadi dasar dalam pengambilan keputusan yang mendukung

pelaksanaan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), minimal 1 (satu) kebijakan baru per

tahun, dalam bentuk : Peraturan Daerah, Peraturan Bupati/Walikota, Instruksi

Bupati/Walikota, Surat Keputusan Bupati/Walikota, Surat Edaran / Himbauan

Bupati/Walikota pada tahun tersebut.

Dengan perhitungan Jumlah kabupaten/kota yang menetapkan kebijakan yang

mendukung PHBS baru dalam satu tahun pelaporan dibagi Jumlah kabupaten /kota di

provinsi tersebut dikali 100%.

Target Provinsi pada tahun pertama 2015 sebesar 40 % Kabuapten/kota yang

memiliki kebijakan PHBS. Realisasinya hanya ada 13 %, dengan capaian 32 %. Pada tahun

kedua 2016 target Provinsi 50%, dengan realisasi 41,6 % dan capaian indikator 83,2%. Di

Tahun 2017 target Provinsi 60%, dengan realisasi 25 % dan capaian indikator 41,6%.

Tahun 2018 target Provinsi 70%, dengan realisasi 75 % dan capaian indikator 107.1%.

Page 70: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

62 | L A P O R A N K I N E R J A B I D A N G K E S M A S T A H U N 2 0 1 9

Sedangkan pada Tahun 2019 target Provinsi 80%, realisasi 75% dan capaian 93,75%

Indikator ini dinyatakan berhasil.

Tabel 20. Capaian Indikator Persentase Kabupaten/Kota Yang Memiliki

Kebijakan Phbs Di Provinsi Riau Tahun 2019

INDIKATOR HASIL

SATUAN

TARGET

REALISASI

CAPAIAN

Persentase Kab/Kota

yang memiliki

kebijakan PHBS

persen 80 75

93,75

Permasalahan:

1. Belum optimalnya kerjasama dengan Lintas Sektor dan masih rendahnya komitmen

dari Lintas Sektor.

2. Masih ada Kabupaten/kota yang ada di Provinsi Riau belum membuat kebijakan

PHBS.

Solusi :

1. Melakukan pertemuan Pemetaan dengan LP dan LS dalam rangka Pemetaan

Kebijakan PHBS

2. Melaksanakan advokasi kebijakan PHBS dengan LP dan LS di Kab/Kota.

3. Libatkan para pemangku kebijakan didalam Surat Keputusan (SK) dan didalam

mengambil keputusan/kesepakatan dengan membentuk atau mengaktifkan Pokjanal

PHBS.

4. Optimalkan kerjasama dengan Lintas Program dan Lintas Sektor.

B. PERSENTASE DESA YANG MEMANFAATKAN DANA DESA UNTUK UKBM

Dalam indikator kinerja kegiatan tahun ini, defenisi operasionalnya adalah jumlah

desa yang memanfaatkan dana desa minimal 10 % untuk Upaya Kesehatan

Bersumberdaya Masyarakat (UKBM), dengan target Provinsi pada tahun 2019 sebesar

50%.

Pengertian DANA DESA (PP Nomor 60 tahun 2014 tentang Dana Desa

bersumber APBN pasal 1) adalah Dana yang bersumber dari APBN diperuntukkan

bagi desa, ditransfer melalui APBD kabupaten/kota dan digunakan untuk mendanai

penyelenggaraan pemerintah, pelaksanaan pembangunan, pembinaan

kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat

Page 71: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

63 | L A P O R A N K I N E R J A B I D A N G K E S M A S T A H U N 2 0 1 9

Defenisi Operasionalnya Desa difasilitasi oleh Puskesmas (Puskesmas

mendampingi untuk melakukan advokasi ke Kepala Desa, termasuk memberikan

bimbingan terhadap perencanaan dan monev) untuk melaksanakan kegiatan

Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) yang jenisnya mencakup :

Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa (POD), Pos UKK, Poskestren, P2M PKMD,

Posbindu Lansia, dst, menggunakan Dana Desa minimal 10% yang ditransfer

dalam mekanisme APBD untuk pembiayaan kegiatan manajemen program dan

dukungan administrasi UKBM. Formula Persentase Jumlah desa yang

memanfaatkan dana desa 10% untuk UKBM dibagi Jumlah desa yang difasilitasi

oleh Puskesmas dikali dengan 100%.

PRINSIP PENGGUNAAN DANA DESA :

a. Keadilan, dengan mengutamakan hak dan kepentingan seluruh warga Desa

tanpa membeda-bedakan

b. Kebutuhan Prioritas, mengutamakan kepentingan Desa yang lebih mendesak,

sesuai kepentingan sebagian besar masyarakat Desa;

c. Kewenangan Desa, dengan mengutamakan kewenangan hak asal usul dan

kewenangan lokal berskala Desa

d. Partisipatif, mengutamakan prakarsa dan kreatifitas Masyarakat

e. Swakelola berbasis sumber daya Desa mengutamakan kemandirian dg

pendayagunaansumberdaya alam Desa, dan kearifan lokal

f. Tipologi Desa, mempertimbangkan keadaan dan kenyataan karakteristik

Desakhas, perkembangan dan kemajuan Desa

Page 72: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

64 | L A P O R A N K I N E R J A B I D A N G K E S M A S T A H U N 2 0 1 9

Tabel 21. Capaian Indikator Persentase Desa Yang Memanfaatkan Dana Desa

Minimal 10% Untuk Ukbm Di Provinsi Riautahun 2019

INDIKATOR HASIL SATUAN TARGET REALISASI CAPAIAN

Persentase desa yang

memanfaatkan dana desa

minimal 10% untuk Upaya

Kesehatan Bersumberdaya

Masyarakat (UKBM)

Persen 50 36,32 72,65

Realisasi pada tahun 2016 sebesar 20% dengan capaian indikator 100% dari target

Provinsi 20%. Sedangkan Tahun 2017 realisasinya 30% dengan capain indikator 100%

dari target Provinsi 30%. Sedangkan pada Tahun 2018 mengalami peningkatan sebesar

91,84% dari target nasional sebesar 40% dengan capaian indikator 229,6 %. Dan pada

Tahun 2019 target 50% realisasi 36,32 dan capaian 72,65% Indikator ini dikatakan

berhasil.

Page 73: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

65 | L A P O R A N K I N E R J A B I D A N G K E S M A S T A H U N 2 0 1 9

C. JUMLAH DUNIA USAHA YANG MEMANFAATKAN CSRNYA UNTUK PROGRAM

KESEHATAN

Definisi operasionalnya adalah Dunia usaha yang melakukan Perjanjian Kerja

Sama (PKS) dalam bidang kesehatan dengan Dinas Kesehatan Provinsi Riau dalam

mendukung program kesehatan.

Dengan perhitungan : Jumlah dunia usaha yang melakukan Perjanjian Kerja Sama

(PKS) dalam satu tahun pelaporan.

Ditahun pertama 2015, Provinsi menargetkan sebesar 2 dunia usaha per-

Kabupaten/kota yang melakukan kerjasama (MOU) dengan Dinas Kesehatan yang

mendukung program kesehatan. Sedangkan ditahun 2016 realisasinya 3 dari target 3

dengan capaian indikator 100%. Sedangkan tahun 2017 target 5 realisasi 1 dengan

capaian 20%. Dan pada Tahun 2018 realisasinya 5 dari target 6 dengan capaian 83,3 %.

Pada Tahun 2019 target Provinsi 8 realisasi 5 dengan capaian 62,5% Indikator ini

dinyatakan berhasil.

Tabel 22. Capaian Indikator Jumlah Dunia Usaha Yang Memanfaatkan Csr-

Nya Untuk Program Kesehatan Di Provinsi Riau Tahun 2019

INDIKATOR HASIL SATUAN TARGET REALISASI CAPAIAN

Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSR-nya untuk program kesehatan

Dunia Usaha

8 5 62,5

D. JUMLAH ORGANISASI KEMASYARAKATAN YANG MEMANFAATKAN SUMBER

DAYANYA UNTUK MENDUKUNG KESEHATAN

Definisi operasionalnya adalah Organisasi kemasyarakatan yang

berkomitmen melakukan Perjanjian Kerja Sama (MoU) dengan Dinas

Kesehatan untuk memanfaatkan SDM / Jejaring / Sarpras / Dana Pendamping

dalam mendukung program kesehatan.

Dengan cara perhitungannya Jumlah organisasi kemasyarakatan yang

melakukan Perjanjian Kerja Sama (MoU) dalam satu tahun pelaporan.

Page 74: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

66 | L A P O R A N K I N E R J A B I D A N G K E S M A S T A H U N 2 0 1 9

Target Provinsi tahun pertama 2015 sebesar 2 organisasi kemasyarakatan

per-Kabupaten/kota yang melakukan kerjasama (MOU) dengan Dinas Kesehatan

yang mendukung program kesehatan. Sedangkan pada tahun 2016 realisasi 4

organisasi dari target 4 dengan capaian indikator sebesar 100%, dan ditahun

2017 target 5 organisasi,realisasi 5 dengan capaian sebesar 100 %. Sedangkan

ditahun 2018 dari target 6 terealisasi 8 dengan capaian sebesar 133,3 %. Pada

Tahun 2019 target 7 teralisasi 5 dengan capaian 71,4 Indikator ini dinyatakan

berhasil.

Tabel 23. Capaian Indikator Jumlah Organisasi Kemasyarakatan Yang

Memanfaatkan Sumberdayanya Untuk Mendukung Kesehatan Di Provinsi Riau

Tahun 2019

INDIKATOR HASIL SATUAN TARGET REALISASI CAPAIAN

Jumlah organisasi

kemasyarakatan yang

memanfaatkan

sumberdayanya untuk

mendukung kesehatan

Jumlah

Organisasi

7 5 71,4

1.6. INDIKATOR KEGIATAN DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN

TUGAS TEKNIS LAINNYA PADA PROGRAM PEMBINAAN KESEHATAN

MASYARAKAT

Capaian Kegiatan Dukungan Manajemen Dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Pada

Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat Tahun 2019 adalah sebagai berikut :

No Sasaran

Program/Kegiatan Indikator Kinerja Target

Target Provinsi

Capaian

6. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat

1. Persentase realisasi kegiatan administrasi dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Program Kesehatan Masyarakat

94% 94% 98,93%

Page 75: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

67 | L A P O R A N K I N E R J A B I D A N G K E S M A S T A H U N 2 0 1 9

BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN

1.1. KEGIATAN PEMBINAAN GIZI MASYARAKAT

Faktor-faktor lain yang mendukung keberhasilan capaian indiKator Prevalensi gizi

buruk dan kegiatan program gizi lainnya juga dapat disebabkan oleh :

a. Sudah tersosialisasi dan dilatihnya petugas Kabupaten dan Puskesmas

dalam melakukan kegiatan program gizi (Pelatihan : Pemantauan

Pertumbuhan

b. Tatalaksana Anak Gizi Buruk, Konseling ASI, Konseling MP-ASI, Pemberian

Makan Bayi dan Anak) .

c. Sudah adanya aplikasi program gizi dalam pencatatan dan pelaporan

Program Gizi dalam bentuk aplikasi E-PPGBM

d. Sudah tersosialisasi / terlatihnya petugas Kabupaten dan Puskesmas dalam

melakukan Pelacakan dan Penanggulangan Gizi Buruk, juga Prosedur Tetap

pelaksanaan yang harus dilakukan bila terjadi kasus Gizi Buruk.

e. Sudah adanya Pedoman dalam melakukan Tatalaksana Anak gizi Buruk

yang dapat menjadi acuan petugas dalam penanganan kasus gizi buruk

dengan adanya Buku Pedoman Tata Laksana Anak Gizi Buruk Buku I dan

Buku II. Dan juga pedoman program gizi lainnya

f. Sudah dilatihnya Petugas Rumah Sakit dan Puskesmas Perawatan secara

Tim dalam Penatalaksanaan Gizi Buruk, yang terdiri atas Dokter, Ahli Gizi

dan Perawat/Bidan yang menjadi Tim Tatalaksana Gizi Buruk di Rumah

Sakit dan Puskesmas Perawatan bila terjadi kasus gizi buruk di wilayah kerja

mereka masing-masing

g. Rujukan Pasien Gizi Buruk secara berjenjang yang dimulai dari Puskesmas

Perawatan, dan sampai ke Rumah Sakit, sudah berjalan sesuai dengan

prosedur yang ada.

Permasalahan/Hambatan:

1. Mobilitas perpindahan petugas cukup tinggi , menyebabkan petugas yang

sudah Dilatih Program Gizi sudah banyak yang pindah tempat tugas, dan

Page 76: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

68 | L A P O R A N K I N E R J A B I D A N G K E S M A S T A H U N 2 0 1 9

pekerjaan, dan buku-buku pedoman tidak diserah terimakan pada petugas

gizi yang baru.

2. Petugas kadang mengalami kesulitan dalam menjaring kasus Gizi Buruk ,

hal ini disebabkan Kasus Gizi Buruk tersebut tidak pernah ataupun jarang

dibawa ibunya ke Posyandu, sehingga tidak terpantau riwayat status gizi

sebelumnya oleh kader ataupun petugas kesehatan, sehingga terlambat

melakukan intervensi pencegahan kasus jatuh ke Gizi Buruk.

3. Kasus Gizi Buruk yang terjaring, seringnya adalah kasus yang datang ke

Puskesmas atau ke Rumah Sakit untuk berobat karena menderita sakit yang

sudah dalam kondisi sakit berat, dan ternyata juga menderita gizi buruk.

4. Kurangnya keterlibatan Lintas Sektoral dalam melakukan pencegahan dan

penanggulangan masalah gizi , dan adanya anggapan bahwa masalah gizi

merupakan masalah dari kesehatan saja, padahal kasus gizi (gizi buruk dan

stunting) terjadi karena banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain

disebabkan oleh penyebab langsung dan tidak langsung.

1.2. KEGIATAN PEMBINAAN KESEHATAN KELUARGA

a. Analisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau peningkatan/penurunan kinerja

serta alternatif solusi yang telah dilakukan. Analisis kegiatan yang menunjang

keberhasilan ataupun kegagalan pencapaian

Berdasarkan capaian kinerja diatas, dapat diketahui dari penyebab

keberhasilan dan kegagalan antara lain :

1. Disparitas Pencapaian Indikator

Disparitas ini berupa, adanya kabupaten/kota yang datanya tidak masuk

ke provinsi. Bila ditelusuri lagi sampai tingkat puskesmas. Masih banyak

kabupaten/kota yang belum tersosiaslisasi indicator baru ini. Selain itu kebijakan

daa melalui 1 [satu] pintu yang ternayata belum mengakomodir indicator baru

menyebabkan aliran pengumpulan data tersebar dan terhambat.

Rencana Tindak Lanjut

a. Melakukan sosiaslisasi terkait indicator baru tingkat pusat

b. Perluasan kegiatan sosialisasi indicator sampai ke kab/kota melalui

pertemuan dan pelatihan

Page 77: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

69 | L A P O R A N K I N E R J A B I D A N G K E S M A S T A H U N 2 0 1 9

c. Mengawal kebijakan system informasi kesehatan dan komdat kemenkes

sebagai mekanisme 1 pintu di tingkat provinsi terkait pelaporan agar

memasukan indicator baru

2. Penjaringan Kesehatan yang masih belum optimal

Berbagai factor yang mempengaruhi cakupan ini, adapaun masalah yang

perlu ditindak lanjuti segera antara lain :

a. Masih belum optimalnya komitmen daerah didalam pelaksanaan penjaringan

b. Mekanisme system pencatatan dan pelaporan yang masih belum optimal

terutama bila lintas program dan lintas sector

Rencana Tindak Lanjut

a. Penguatan advokasi peran penjaringan didalam meningkatan kualitas hidup

anak

b. Penguatan koordinasi lintas program dan lintas sector didalam pelaksanaan

penjaringan dan pencatatan serta pelaporannya.

1.3. KEGIATAN PEMBINAAN UPAYA KESEHATAN KERJA, OLAH RAGA DAN

PENYEHATAN LINGKUNGAN

Dari hasil evaluasi terhadap kinerja Seksi Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan

Kerja Tahun 2019, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pencapaian Indikator Kinerja Program (IKP) Seksi Kesehatan Lingkungan dan

Kesehatan Kerja dapat dikategorikan sangat baik (> 100%)

2. Hasil analisis efisiensi penggunaan anggaran tahun 2019 terhadap pencapaian

Indikator Kinerja Program (IKP) Seksi Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja

adalah persentase pencapaian Indikator Kinerja lebih tinggi dari persentase

penggunaan anggaran. Artinya adanya efisiensi dalam penggunaan anggaran dalam

pencapaian kinerja.

3. Ada beberapa pencapaian Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) yang perlu mendapat

perhatian antara lain :

- Persentase Tempat Fasilitas Umum (TFU) yang memenuhi syarat kesehatan

target 58%, realisasi 28,13%, dengan persentase capaian 48,5%.

- Persentase Puskesmas yang melakukan Pengelolaan Limbah Medis sesuai

Standar target 36%, realisasi 0,43%, dengan persentase capaian 1,19%

- Persentase Tempat Pengolahan Makanan (TPM) yang memenuhi Syarat

Kesehatan target 32%, realisasi 2,26%, dengan persentase capaian 7,06%.

Page 78: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

70 | L A P O R A N K I N E R J A B I D A N G K E S M A S T A H U N 2 0 1 9

1.4. KEGIATAN PROMOSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Pelaksanaan pengukuran kinerja Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan

Masyarakat tahun 2019 dilakukan terhadap program kegiatan yang dilaksanakan sesuai

tugas dan fungsi yang tertuang dalam Peraturan Daerah ( PERDA ) Provinsi Riau Nomor : 9

Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Riau dan Peraturan

Gubernur Riau Nomor 31 tahun 2009 tentang Urain Tugas Dinas Kesehatan Provinsi Riau

yang secara rinci diuraikan menggunakan acuan Rencana Strategis Dinas Kesehatan tahun

2014 – 2019.

Pada Tahun 2019 Seksi Promosi Kesehatan secara umum dapat merealisasikan

kegiatannya sesuai dengan target Indikator Kinerja Utama Program yang telah ditetapkan

dalam Rencana Strategis Dinas Kesehatan 2014- 2019. LAKIP Seksi Promosi Kesehatan

Pemberdayaan Masyarakat diharapkan dapat dimanfaatkan untuk bahan evaluasi kinerja

bagi yang membutuhkan dalam penyempurnaan dokumen perencanaan maupun

pelaksanaan program dan kegiatan yang akan datang, dan penyempurnaan berbagai

kebijakan yang diperlukan.

Keberhasilan yang telah dicapai Tahun 2019 diharapkan dapat menjadi parameter

untuk pencapaian kinerja Seksi Promosi Kesehatan Pemberdayaan Masyarakat dimasa

mendatang agar dapat dilaksanakan lebih efektif dan efisien. Sedangkan solusi terhadap

segala kekurangan dan hambatan akan dilaksanakan secara profesional.

1.5. KEGIATAN DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS

LAINNYA PADA PROGRAM PEMBINAAN KESEHATAN MASYARAKA

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah ( LAKIP) Bidang Kesehatan

Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Riau Tahun 2019 menyajikan berbagai keberhasilan

maupun kegagalan capaian sasaran hasil program Pembinaan Kesehatan Masyarakat

Tahun Anggaran 2019, yang tercermin dalam capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) serta

analisis kinerja berdasarkan tujuan dan sasaran.

Pada Tahun 2019 Kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis

Lainnya pada Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat secara umum dapat

merealisasikan kegiatannya sesuai dengan target Indikator Kinerja yang telah ditetapkan

dalam Perjanjian Kinerja tahun 2019 dengan target 94 % dengan capaian 98,93%.

Keberhasilan yang telah dicapai Tahun 2019 diharapkan dapat menjadi parameter untuk

pencapaian kinerja dimasa mendatang agar dapat dilaksanakan lebih efektif dan efisien.

Sedangkan solusi terhadap segala kekurangan dan hambatan akan dilaksanakan secara

profesional. LAKIP Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat diharapkan dapat

dimanfaatkan untuk bahan evaluasi kinerja bagi yang membutuhkan dalam

Page 79: LAPORAN KINERJA · 2020. 9. 16. · Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,

71 | L A P O R A N K I N E R J A B I D A N G K E S M A S T A H U N 2 0 1 9

penyempurnaan dokumen perencanaan maupun pelaksanaan program dan kegiatan yang

akan datang, dan penyempurnaan berbagai kebijakan yang diperlukan.