38
LAPORAN KEMAJUAN UJI KONSENTRASI INSEKTISIDA NABATI DAUN JALANTIR (Erigeron sumatrensis) UNTUK MENGENDALIKAN HAMA ULAT GRAYAK (Spodoptera litura F.) (Lepidoptera: Noctuidae) PADA TANAMAN KEDELAI BIDANG KEGIATAN: PKM PENELITIAN Diusulkan oleh: Muhammad Agung Hardiyanto Hendri Setiawan Dian Octaviana 1314071038 1314071028 1318011057 Angkatan 2013 Angkatan 2013 Angkatan 2013

Laporan Kemajuan MuhammadAgungHardiyanto UniversitasLampung PKM P

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan

Citation preview

LAPORAN KEMAJUAN

UJI KONSENTRASI INSEKTISIDA NABATI DAUN JALANTIR (Erigeron sumatrensis) UNTUK MENGENDALIKAN HAMA ULAT GRAYAK (Spodoptera litura F.) (Lepidoptera: Noctuidae) PADA TANAMAN KEDELAI

BIDANG KEGIATAN:PKM PENELITIAN

Diusulkan oleh:

Muhammad Agung HardiyantoHendri SetiawanDian Octaviana131407103813140710281318011057Angkatan 2013Angkatan 2013Angkatan 2013

UNIVERSITAS LAMPUNGBANDAR LAMPUNG2014

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul Kegiatan: Uji Konsentrasi Insektisidanabati Daun Jalantir (Erigeron sumatrensis)Untuk Mengendalikan Hama Ulat Grayak (Spodoptera Litura F.) (Lepidoptera: Noctuidae) Pada Tanaman Kedelai

2. Bidang Kegiatan: PKM-P3. Ketua Pelaksana Kegiatan a. Nama Lengkap: Muhammad Agung Hardiyantob. NIM: 1314071038c. Jurusan: Teknik Pertaniand. Universitas/Institut/Politeknik: Universitas Lampung e. Alamat Rumah dan No Tel./HP: Perumahan Permai 3, /085769263445f. Alamat email: [email protected]. Anggota Pelaksana Kegiatan: 2 orang5. Dosen Pendampinga. Nama Lengkap dan Gelar : Dr. Ir. Agus Hariyanto, M.P.b. NIP:196505271993031002c. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Jl. Cendana No.199, Perum. Bataranila Bandar Lampung /0815415596326. Biaya Kegiatan Totala. Dikti: Rp. 8.910.000,00b. Sumber lain: Rp. -7. Jangka Waktu Pelaksanaan: 4 Bulan

Bandar Lampung, 20 Mei 2015

DAFTAR ISIHalamanHALAMAN JUDULiHALAMAN PENGESAHANiiDAFTAR ISIiiiRINGKASANivI.PENDAHULUAN11.1 Latar Belakang dan Permasalahan .........11.2 Tujuan Khusus21.3 Urgensi21.4 Target dan Luaran Yang Diharapkan21.5 Manfaat Kegiatan3II.TINJAUAN PUSTAKA32.1 Jalantir32.2 Kandungan Jalantir...42.3 Insektisida Nabati ........42.4 Ulat Grayak (Spodoptera Litura F.).52.5 Pembuatan Insektisida Nabati5III.METODE PENELITIAN53.1 Tempat dan Waktu Penelitian63.2 Metode Penelitian63.3 Pelaksanaan Penelitian6IV.HASIL YANG DICAPAI 7V.BIAYA DAN JADWAL KAGIATAN74.1 Anggaran Biaya74.2 Jadwal Kegiatan7DAFTAR PUSTAKA8

RINGKASAN

Program kegiatan ini memiliki tujuan untukmengetahui pengaruh penggunaan daun jalantir dan mendapatkan konsentrasi yang tepat dari insektisida nabati daun jalantir sebagai alternatif Insektisida untuk membasmi hama ulat grayak (spodoptera litura F.).Saat iniInsektisida sintetis masih menjadi pilihan utama petani dalam penggunaan insektisida untuk membasmi ulat grayak. Jika tumbuhan jalantir mampu menggantikan bahan-bahan sintetis sebagai bahan dasar untuk pembuatan Insektisidahal ini dapat mengurangi polusi udara serta dampak negatif dari bahan sintetis tersebut.Melalui uji konsentrasi akan didapatkan dosis yang tepat untuk mempermudah petani dalam menggunakan insektisida nabati daun jalantir.Oleh sebab itu, perlu dilakukan upaya untuk menggantikan bahan-bahan kimia tersebut ke bahan organik agar petani tidak perlu mementingkan dampak buruknya. Target dan luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalahInsektisida nabati yang dihasilkan dari daun jalantir (erigeron sumatrensis) dengan dosis dan kualitas yang tepat dapat digunakan petani sebagai alternatif menggantikan penggunaan Insektisida sintetis.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non Faktorialyang terdiri dari 5 level perlakuan dan 3 kali ulangan yakni (P0) (tanpa perlakuan), (P1) (konsentrasi 25 gr/300ml air), (P2) (konsentrasi 250 ml/300ml air), (P3) (konsentrasi 500 ml/300ml air), (P4) (konsentrasi 750ml/300ml air) dan. Parameter yang diamati adalah waktu awal kematian, lethal time (LT50 ), persentase mortalitas. Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan adalah tahap persiapan penyediaan alat dan bahan, tahap pembuatan yang meliputi proses pencucian tumbuhan, pencincangan tumbuhan, pemblenderan tumbuhan, penyaringan, proses fermentasi danpengemasan. Hasil uji pendahuluan insektisida nabati daun jalantir (erigeron sumatrensis) Untuk Mengendalikan Hama Ulat Grayak (Spodoptera Litura F.) Pada Tanaman Kedelai menunjukkan bahwa mampu mematikan ulat grayak (Spodoptera litura F) Dan insektisida nabati ini berpontesi untuk diaplikasikan dilapangan.

iv

I. PENDAHULUAN1.1Latar Belakang dan PermasalahanKedelai merupakan komoditi kacang-kacangan yang mempunyai arti penting, karena menjadi penyedia kebutuhan paling esensial bagi kehidupan yakni sebagai bahan pangan dan sebagai sumber protein nabati yang sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kualitassumberdaya manusia. Selama kurun waktu lima tahun (2010-2014) kebutuhan kedelai setiap tahunnya mencapai 2.300.000 ton biji kering, namun kemampuan produksi dalam negeri saat ini belum mampu memenuhinya (Direktorat Jendral Tanaman Pangan, 2013). Produksi kedelai tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 1.841 ton biji kering (25,93%) dari tahun 2011. Hal ini disebabkan karena menurunnya perkiraan luas panen kedelai sebesar 1.784 hektar atau turun 27,77 persen dibandingkan dengan luas panen tahun 2011 (Berita Resmi BPS,2012). Selain penurunan luas panen, serangan hama menjadi salah satu ancaman dalam upaya meningkatkan produksi kedelai. Ulat grayak (Spodoptera lituraF.) merupakan hama perusak daun yang penting pada tanaman kedelai.

Ulat grayak (Spodoptera lituraF.)menyerang tanaman kedelai dengan memakan daun tanaman. Kehilangan hasil akibat serangan hama tersebut dapat mencapai 80% (Marwoto dan Suharsono, 2008).Ulat grayak mulai menyerang tanaman kedelai sejak fase vegetatif awal. Populasi ulat ini kemudian tumbuh dan mencapai puncak pada tanaman berumur 38 hari.Populasi ulat meningkat lagi setelah tanaman berumur 73 hari.Ulat grayak bersifat kosmopolit sehingga penyebarannya sangat luas (Arifin, 1990).Upaya pengendalian yang dilakukan oleh petani di sentra produksi kedelai pada umumnya memakai insektisida sintetis. Mengurangi dari dampak-dampak yang ditimbulkan oleh insektisida sintetis, maka perlu adanya alternatif dalam teknik pengendalian hama ulat grayak ini seperti penggunaan insektisida nabati.

Salah satu tumbuhan yang bisa dijadikan sebagai insektisida nabati adalah daun jalantir (Erigeron Sumatrensis)yang merupakan spesies tanaman famili Erigonyang daunnya memiliki potensi sebagai sumber insektisida botani.Menurut Aminah (1995) daun sirih hutan mengandung senyawa-senyawa seperti heksana, sianida, saponin, tanin, flavonoid, steroid, alkanoid dan minyak atsiri yang dapat berfungsi sebagai insektisida. Dilapiol yang diisolasi dari daun jalantir juga dilaporkan mempunyai aktivitas insektisida terhadap kumbang Cerotoma tingomarianus.Aplikasi kontak dengan konsentrasi 1% dapat mengakibatkan mortalitas hampir 100%, sedangkan pada aplikasi topikal mengakibatkan mortalitas berkisar 5%-30% (Fazolin, 2005). Estrela dkk., (2006) juga melaporkan bahwa dilapiol mempunyai aktivitas insektisida terhadap kumbang Sitophilus zeamais pada aplikasi kontak dengan LC50 2,87 L/cm2, pada aplikasi fumigan dengan LC50 0,56 L/g, dan pada aplikasi topikal dengan LD50 0,03 L/g.

Hasil penelitian Arneti (2012), menunjukkan bahwa konsentrasi 0,5% ekstrak metanol daun jalantir dapat menyebabkan kematian larva Crocidolomia pavonana sebesar 17,7%.Rumusan masalah yang diajukan adalah sebagai berikut:1. Apakah daun jalantir (Erigeron Sumatrensis) dapat dijadikan insektisida nabati untuk mengendalikan hama ulat grayak (Spodoptera litura F.) pada tanaman kedelai ?2. Apakah perbedaan konsentrasi dari insektisida nabati daun jalantir (Erigeron Sumatrensis) berpengaruh dalam mengendalikan hama ulat grayak (Spodoptera litura F.) pada tanaman kedelai?

1.2Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :1. Mengetahui apakah daun jalantir (Erigeron Sumatrensis) dapat dijadikan insektisida nabati untuk mengendalikan hama ulat grayak pada tanaman kedelai.2. Untuk mendapatkan konsentrasi yang tepat dariinsektisida nabati daun jalantir untuk mengendalikan hama ulat grayak(Spodoptera litura F.)pada tanaman kedelai.

1.3Urgensi

Insektisida sintetis berbahan kimia dapat berdampak negatif bagi lingkungan dan menimbulkan polusi akibat residu yang ditinggalkan. Jika daun jalantir (Erigeron Sumatrensis) bisa menggantikan bahan kimia sebagai bahan dasar pembuatan Insektisida maka bisa dipastikan polusi dan pencemaran lingkungan oleh bahan kimia bias dihindarkan dari pengalihan bahan kimia kebahan organik. Saat ini mungkin banyak petani menganggap insektisida nabati lebih lama proses pembuatannya dan masih mereka ragukan kualitasnya. Oleh sebab itu dengan melakukan studi penelitian terhadap daun jalantir (Erigeron Sumatrensis) dapat meningkatkan kualitas insektisida nabati dan petani mau beralih menggunakannya.

1.4Target dan Luaran yang Diharapkan

Target dan luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah ;1. Insektisida nabati yang dihasilkan dari daun jalantir (Erigeron Sumatrensis) dengan dosis dan kualitas yang baik dapat digunakan masyarakat sebagai alternatif penggunaan insektisida sintetis.2. Literarur yang dapat digunakan sebagai acuan dalam proses pembuatan insektisida nabati dengan kualitas yang baik.

1.5Manfaat Kegiatan

Manfaat kegiatan ini adalah mendapatkan insektisida nabati yang mampu mengendalikan hama ulat grayak serta dapat memenuhi ketersediaan insektisida untuk masyarakat sehingga dapat mengurangi bahaya dan dampak yang ditimbulkan dari penggunaannya.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1Jalantir(Erigeron Sumatrensis)

Tumbuhan Jalantir merupakan gulma yang banyak ditemui di lahan. Dalam luasan 2.5 m terdapat rata-rata 30% jalantir ( data lengkap terdapat dalam lampiran 2, 3, dan 4). Tumbuhan jalantir merupakan salah satu jenis tanaman yang tidak boleh diberikan kepada ternak kelinci karena mengandung racun, berupa zat saponin.Kandungan zat saponin ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan pestisida nabati.Tumbuhan ini memiliki daun bergerigi, berlekuk menyirip dengan ujung runcing dan tingginya mencapai 10-200 cm. Bunga jalantir bersifat heterogamus yang berwarna putih kekuning-kuningan. Tanaman ini berbunga sepanjang tahun dengan sinar matahari langsung hingga di tempat teduh,kering atau basah, mampu hidup pada ketinggian sampai dengan 3150 mdpl. Perkembangan dan perbanyakan dengan biji. Bagian dari tumbuhan jalantir pun merupakan obat herbal bagi manusia seperti, daun berkhasiat untuk obat sakit kepala (pusing), akar berkhasiat sebagai obat nyeri pegal linu dan secara tidak langsung dapat menetralkan tekanan darah (Biojana super,.2000).

2.2Kandungan Jalantir(erigeron sumatrensis)

Daun dan akar mengandung saponin.Daunnya juga mengandung polifenol dan akarnya juga mengandung flavonoida.Kulit batangnya mengandung alkaloida, flavonoida dan polifenol (Kementerian Negara Riset dan Teknologi RI, 2001).Menurut Kementrian Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia (2001) dalam daun dan akar tumbuhan jalantir (erigon sumatrensis) mengandung senyawa saponin, disamping itu daunnya mengandung polifenol dan akarnya juga mengandung flavonoida serta kulit batangnya mengandung alkaloid, flavonoida dan polifenol. Senyawa saponin yang diencerkan bersifat racun bagi hewan berdarah dingin dan hewan invertebrata seperti ulat daun. Flavonoida mempunyai rasa pahit hingga dapat bersifat menolak sejenis ulat tertentu, dan alkaloid dapat menyebabkan serangga mati (Ahmad Najib,2009).

2.3 Insektisida Nabati

Insektisida nabati merupakan produk alam dari tumbuhan seperti daun, bunga, buah, biji, kulit, dan batang yang mempunyai kelompok metabolit sekunder atau senyawa bioaktif.Beberapa tanaman telah diketahui mengandung bahan-bahan kimia yang dapat membunuh, menarik, atau menolak serangga.Beberapa tumbuhan menghasilkan racun, ada juga yang mengandung senyawa-senyawa kompleks yang dapat mengganggu siklus pertumbuhan serangga, sistem pencernaan, atau mengubah perilaku serangga (Supriyatin dan Marwoto, 2000).2.4 Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)

Ulat grayak (SpodopteralituraF.) merupakan salah satu jenis hama pemakan daun yang sangat penting. Kehilangan hasil akibat serangan hama tersebut dapat mencapai 80%, bahkan puso jika tidak dikendalikan.Usaha pengendalian hama ditingkat petani hingga kini masih mengandalkan insektisida, namun kurang efektif (Marwoto dan Suharsono, 2008).

Ulat grayak (S.litura) bersifat polifag atau mempunyai kisaran inang yang luas sehingga berpotensi menjadi hama pada berbagai jenis tanaman pangan, sayuran, buah dan perkebunan. Penyebaran hama ini sampai di daerah subtropik dan tropik. Serangan ulat grayak berfluktuasi dari tahun ketahun.Selain kedelai, tanaman inang lain dari ulat grayak adalah cabai, padi, jagung, tomat, tebu, buncis, jeruk, tembakau, bawang merah, terung, kentang, kacang-kacangan (kedelai, kacangtanah), kangkung, bayam, pisang, dan tanaman hias (Marwoto dan Suharsono, 2008).

III. METODE PENELITIAN

3.1Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen Jurusan Teknik Pertanian. Penelitian akan dilakukan dari bulan Maret 2015 sampai denganbulan Juni 2015.

3.2Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 level perlakuan dan 3 kali ulangan yakni (P0) (tanpa perlakuan), (P1) (konsentrasi 25gr/300ml air), (P2) (konsentrasi 50gr/300ml air), (P3) (konsentrasi 75gr/300ml air), dan (P4) (konsentrasi 100gr/300ml air). Adapun parameter yang diamati adalah waktu awal kematian, lethal time (LT50), lethal dose (LT50) dan persentase mortalitas.

3.3Pelaksanaan Penelitian

Persiapan Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari bak, blender, pisau, timbangan, baskom, saringan, gayung, ember, botol tempat pestisida, corong, dan beberapa alat untuk pengujian insektisida nabati pada ulat grayak.Sedangkan bahan yang digunakan terdiri dari tumbuhan jalantir 1 kilogram, 400 gram lengkuas, 400 gram sereh, air secukupnya saat pemblendean dan deterjen.Tumbuhan jalantir yang digunakan diperoleh dari kebun-kebun petani disekitaran Bandar lampung dan sekitar laboratorium lapang terpadu kampus universitas lampung. Tumbuhan dicuci bersih diambil semua bagiannya, setelah itu di cincang-cincang dan diblender sampai halus untuk memperoleh ekstraknya.

Proses Pembuatan Pestisida Daun Jalantir

Proses pembuatan insektisida nabati yaitu pembuatan ekstrak jalantir untuk memisahkan kandungan bahan aktif yang terkandung pada daun, batang, dan akar jalantir. Tahap pertama tumbuhan jalantir dibersihkan dari kotoran yang menempel seperti tanah dan kotoran-kotoran lainnya.Jalantir kemudian ditimbang sebanyak 1 kilogram, untuk membuat takaran yang pas kita gunakan timbangan elektrik.Kemudian jalantir di cincang-cincang sampai kecil-kecil, hal ini bertujuan agar pada saat pemblenderan mudah untuk menghaluskannya.Untuk campuran pestisidanya kita gunakan sereh 400 gram dan legkuas 400 gram untuk aroma penguatnya, tambahkan air secukupnya saat pemblenderan deterjen untuk membantu pelarutan bahan-bahan.Setelah itu, jalantir dimasukkan ke dalam masing-masing blender sebanyak 1 kg dan tambahkan bahan-bahan campuran tadi sesuai takaran dan dosisnya lalu diblender sampai halus.Kemudian disaring untuk mengambil ekstraknya. Setelah itu, hasil ekstrak tadi disimpan di bak dan ditutup rapat selama 1 x24 jam.

Pengamatan

Variable yang diamati dari percobaan ini adalah mendapatkan konsentrasi yang tepat dari insektisida daun jalantir. parameter yang diamati adalah waktu awal kematian, lethal time (LT50), lethal dose (LT50) dan persentase mortalitas.

Pencincangan jalantirPemblenderan sampai halusPenyaringanProses fermentasi (24 jam)PengemasanAnalisis dan UjiSelesaiAir Sereh 400 g, lengkuas 400g Air Deterjen 50 grBotolMulaiPersiapan tumbuhan jalantir 1 kgPencucian jalantir

Gambar 1.Diagram alir pembuatan insektisida nabati jalantir

AnalisisData yang diperoleh, dianalisis sidik ragamnya. Selanjutnya jika terjadi perbedaan karena pengaruh perlakuan, data dilanjutkan dengan uji nilai tengah dengan menggunakan analisis probit. Kemudian mendapatkan hasil waktu awal kematian, lethal time (LT50), lethal dose (LT50) dan persentase mortalitas.

IV. HASIL YANG DICAPAI

4.1 Kemajuan Pekerjaan

Evaluasi program sampai dengan saat ini sudah sebagian besar tahapan kerja telah dilaksanakan, yaitu sekitar 60% dari total tahapan kerja yang disusun. Berikut tahapan kerja atau perkembangan yang telah dicapai.

1. Persiapan bahan dan alat pelaksanaan program

Bahan yang digunakan terdiri dari daun jalanti 1 kilogram, sereh 400 gram dan lengkuas 400 gram yang siap pakai, tambahkan air secukupnya ketika pemblenderan, dan dan detergen serta botol plastik untuk kemasan.Daun jalantir yang digunakan diperoleh dari kebun-kebun pertanian di seitaran Bandar lampung dan sekitar laboratorium lapang terpadu universitas lampung.Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari blender, timbangan elektrik, toples besar, toples kecil, gelas ukur, corong, hansprayer, gelas plastik, saringan, baskom, ember, pisau, talenan, polibag, nampan, stopwacth dan beberapa alat untuk dalam pengujian pada ulat grayak.

2. Proses pembuatan tempe biji karet

Proses pembuatan insektisida nabati yaitu pembuatan ekstrak jalantir untuk memisahkan kandungan bahan aktif yang terkandung pada daun, batang, dan akar jalantir. Tahap pertama tumbuhan jalantir dibersihkan dari kotoran yang menempel seperti tanah dan kotoran-kotoran lainnya.Jalantir kemudian ditimbang sebanyak 1 kilogram, untuk membuat takaran yang pas kita gunakan timbangan elektrik.Kemudian jalantir di cincang-cincang sampai kecil-kecil, hal ini bertujuan agar pada saat pemblenderan mudah untuk menghaluskannya.Untuk campuran pestisidanya kita gunakan sereh 400 gram dan legkuas 400 gram untuk aroma penguatnya, tambahkan air secukupnya saat pemblenderan deterjen untuk membantu pelarutan bahan-bahan.Setelah itu, jalantir dimasukkan ke dalam masing-masing blender sebanyak 1 kg dan tambahkan bahan-bahan campuran tadi sesuai takaran dan dosisnya lalu diblender sampai halus.Kemudian disaring untuk mengambil ekstraknya. Setelah itu, hasil ekstrak tadi disimpan di bak dan ditutup rapat selama 1 x 24 jam.Setelah itu dipashkan dari ampasnya dengan menggunakan kain bersih.Insektisida nabati Jalantir siap untuk diuji.

3. Uji pendahuluan

Hasil pengamatan awal kematian serangga uji setelah dianalisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan berbagai konsentrasi ekstrak daun sirih hutan (Piper aduncum L.) memberikan pengaruh yang nyata terhadap awal kematian ulat grayak (Spodoptera litura F.).

Tabel 1. Percobaan pertama awal kematian Spodoptera litura F. setelah pemberian beberapa konsentrasi Insektisida nabati jalantir (jam).

Konsentrasi Insektisida Nabati waktu awal kematian

Jalantir(jam)

0 g/ 300 ml air25 g/ 300 ml air50 g/ 300 ml air75 g/ 300 ml air100 g/ 300ml air 72,00 7,1511,255,758,75

Tabel 1 menunjukkan bahwa pemberian perlakuan konsentrasi insektisida nabati jalantir (erigon sumatrensis) yang berbeda memberikan perbedaan yang nyata terhadap awal kematian serangga uji. Terjadi fluktuasi yang berbeda terhadap perlakuan konsentrasi insektisida nabati. Waktu awal kematian ulat grayak pada Tabel 1 menunjukkan bahwa pada perlakuan konsentrasi insektisida nabati jalantir (erigon sumatrensis). 0 gr/300ml air memberikan perbedaan waktu yang cukup nyata terhadap perlakuan lainnya. Tabel 1 memperlihatkan bahwa perbedaan waktu rata-rata awal kematian ulat grayak yang terdapat pada perlakuan konsentrasi insektisida nabati jalantir 0 g/l air memberikan perbedaan waktu awal kematian 64,85 jam, -4,1 jam, 5,5 jam dan -3 jam untuk masing-masing perlakuan 25 g/300ml air, 50 g/300ml air, 75 g/300ml air dan 100 g/300ml air. Pada perlakuan konsentrasi insektisida jalantir 0 g/l air terlihat bahwa tidak ulat grayak yang mati sampai akhir pengamatan (72 jam), hal ini disebabkan tidak adanya perlakuan insektisida nabati jalantir tersebut. Perlakuan konsentrasi insektisida nabati jalantir mengalami fluktuasi data waktu awal kematian ulat grayak. Hal ini disebabkan perlakuan konsentrasi ini paling rendah sehingga kandungan senyawa saponin lebih sedikit dibandingkan dengan konsentrasi insektisida nabati 50 g/300ml air, 75 g/300ml air dan 100 g/300ml air, sehingga membutuhkan waktu lebih lama dalam menimbulkan kematian ulat grayak. Dan tidak seragamnya ulat grayak sebagai serangga uji karena ulat yang diambil untuk di uji diambil lansung dilapangan hanya dikalsifikasikan pada ukuran dan tidak diklasifikasikan pada umur yang sama sehingga data yang dihasilkan berfluktuasi dan tidak sesuai yang diharapkan. Hal ini diperkuat pendapat Harborne (1979) dalam Nursal dkk. (1997) bahwa pemberian konsentrasi ekstrak yang rendah maka pengaruh yang ditimbulkan pada serangga akan semakin rendah, di samping itu daya kerja suatu pestisida nabati sangat ditentukan oleh besarnya konsentrasi yang diberikan.Konsentrasi insektisida nabati 50 gr/300ml air berbeda tidak nyata dengan perlakuan konsentrasi 75 gr/300ml air. Hal ini diduga ulat grayak (Spodoptera litura F.) masih mampu mentolerir senyawa aktif piperamidin dalam ekstrak daun sirih hutan sehingga dengan peningkatan konsentrasi yang diberikan tidak menimbulkan pengaruh dalam mematikan serangga uji. Pendapat ini sesuai dengan Parkinson dan Ogilvie (2008) dalam Arneti (2012) bahwa dengan adanya senyawa toksik pada makanannya sehingga sebagian dari energi makanan yang digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan dialokasikan untuk detoksifikasi senyawa racun.Perlakuan konsentrasi insektisida nabati jalantir 75 gr/300ml air memberikan waktu yang tercepat terhadap awal kematian yaitu 5,75 jam, sehingga perlakuan ini berbeda nyata dengan perlakuan konsentrasi insektida nabati jalantir 25 gr/300ml air, 50 gr/300ml air dan 100 gr/300ml air yaitu masing-masing 7,15 jam, 11,25 jam dan 8,75 jam. Hal ini disebabkan konsentrasi yang berbeda sehingga kandungan bahan aktif saponin juga tidak sama, dengan demikian waktu yang dibutuhkan untuk mematikan salah satu serangga uji juga berbeda. Seharusnya konsentrasi 100 gr/300ml air insektisida nabati jalantir memberikan waktua awal kematian tercepat dikarenakan konsentrasinya lebih banyak dibandingkan perlakuan yang lain. Hal ini diduga semakin tinggi konsentrasi yang diberikan maka kandungan bahan aktif semakin tinggi juga. Pendapat ini diperkuat oleh Dewi (2010) menyatakan bahwa konsentrasi ekstrak yang lebih tinggi maka pengaruh yang ditimbulkan semakin tinggi, selain itu daya kerja suatu senyawa sangat ditentukan oleh besarnya konsentrasi.Gejala awal kematian ulat grayak ditandai oleh perubahan tingkah laku yaitu ulat grayak menjadi kurang aktif bergerak, terjadi perubahan morfologi. Perubahan yang terjadi adalah warna tubuh dan aktivitas gerak. Warna tubuh ulat grayak berubah dari hijau dengan bintik hitam di bagian abdomennya menjadi hijau yang mendekati abu-abu dan hitam, selanjutnya pergerakan menjadi lambat yang pada awalnya selalu bergerak-gerak perlahan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak konsentrasi insektisida nabati jalantir (erigon sumatrensis) yang menempel pada tubuh ulat grayak maupun pada daun tanaman kedelai, maka semakin banyak senyawa saponin yang diencerkan bersifat racun bagi hewan berdarah dingin dan hewan invertebrata seperti ulat daun. Sistem saraf ulat grayak yang terganggu maka akan mempengaruhi perilaku ulat dan dapat menurunkan aktifitas dari ulat tersebut lama kelamaan terjadi kematian. Perbedaan morfologi ulat grayak (Spodoptera litura F.) setelah diberi perlakuan dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Perubahan fisik Spodoptera litura F. setelah diberi perlakuan ekstrak daun sirih hutan. (A) ulat grayak Spodoptera litura F. yang hidup dan (B) ulat grayak Spodoptera liura F. yang mati.

4. Pengamatan

Variable yang diamati dari percobaan ini adalah konsentrasi yang tepat dari insektisida nabati jalantir yang dapat mematikan ulat grayak melalui analisis probit untuk mendapatkan hasil waktu awal kematian, lethal time (LT50), lethal dose (LT50) dan persentase mortalitas.

4.2 Ketercapaian Target Luaran

Luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah Insektisida nabati yang dihasilkan dari daun jalantir (erigeron sumatrensis) dengan dosis dan kualitas yang baik dapat digunakan masyarakat sebagai alternatif penggunaan insektisida sintetis. Selain itu sebagai literarur yang dapat digunakan untuk acuan dalam proses pembuatan insektisida nabati dengan kualitas yang baik.

Dari target luaran yang diperoleh gambaran umum dari uji pendahuluan insektisida nabati jalantir menunjukkan bahwa pemberian perlakuan perbedaan konsentrasi insektisida nabati jalantir (erigon sumatrensis) yang berbeda memberikan perbedaan yang nyata terhadap awal kematian serangga uji. Perlu ada pengujian ulang untuk mendapatkan hasil waktu awal kematian, lethal time (LT50), lethal dose (LT50) dan persentase mortalitas secara tepat.

Tabel 2. Data hasil uji konsentrasi insektisida nabati jalantir 5 perlakuan 3 kali ulangan berdasarkan awal kematian.NoUlanganPerlakuan

P1 25 gr /300 mlP2 50 gr /300 mlP3 75 gr /300 mlP4 100 gr /300ml

1Uji 1

2Uji 2

3Uji 3

Namun, tahapan penelitian ini belum sepenuhnya terselesaikan. Karena masih terdapat kendala yang dihadapi yaitu tidak setaranya umur dan ukuran ulat grayak sebagai ulat uji. Dalam pengujian ini membutuhkan minimal 20 ulat dengan instar 2-3 dengan umur ulat 7-14 hari untuk setiap perlakuan untuk mendapatkan hasil yang diharapkan yaitu waktu awal kematian, lethal time (LT50), lethal dose (LT50) dan persentase mortalitas. Menunggu mendapatkan instar ulat grayak yang umur dan ukurannya sama. Saat ini sudah dilakukan pengembangbiakan ulat grayak didalam toples-toples besar.

4.3 Permasalahan dan Penyelesaiannya

Selama pelaksanaan program terdapat beberapa permasalahan dan sudah dicarikan pemecahan masalahnya sebagai berikut

a. Administratif

Terjadi permasalahan administratif dari pelaksanaan program penelitian ini yaitu seperti yang kita ketahui bahwa pengumuman lolos PKM dengan pencairan dana dari DIKTI terdapat interval waktu yang cukup lama sehingga menimbulkan terhambatnya penelitian ini. Dalam pelaksanaan penelitian ini dibutuhkan dana yang cukup besar khususnya untuk membudidayakan ulat grayak dalam meyamakan umur dari ulat tersebut.

Penyelesaian masalah ini, dengan kerjasama tim dan antar pihak diperoleh pinjaman dana yang diberikan dari pihak fakultas sebesar Rp. 3.000.000,00. dari dana tersebut cukup membantu dalam pelaksanaan program ini.

b. Teknis

Dalam pelaksanaan PKM-P ini permasalahan teknis yang dialami yaitu Ulat grayak(instar) uji yang tidak seragam Pemecahan masalahnya yaitu dengan membudidayakan ulat grayak.Namun untuk membudidayakan ulat grayak membutuhkan wktu yang lebih lama sehingga untuk melajutkan penelitiannya tidak selesai tepat pda waktunya. Ulat grayak yang dibutuhkan adalah umur 7- 14 hari yaitu instar 2-3.

Masalah waktu dari masing- masing anggota penelitiwaktu atau jadwal peneliti yang umumnya masih banyak mengambil mata kuliah menjadi permasalahan teknis yang menghambat pelaksanaan penelitian ini. Oleh karena itu solusi praktisnya kita buat jadwal yang memungkinkan untuk dapat melaksanakan program ini.c. Organisasi Pelaksana

Penelitian ini terdiri dari 3 orang mahasiswa. Dalam pelaksanaan penelitian ini diperlukan pembagian tugas yang disesuaikan dengan waktu yang tersedia dari mahasiswa tersebut yang berkaitan dalam kegiatan proses pembelajaran masing-masing. Oleh karena itu, kami membagi tugas sehingga dengan adanya pembagian tugas ini maka pelaksanaan penelitian ini dapat dilakukan secara optimal.

Tabel . Pembagian tugas organisasi pelaksanaNoNamaTugas (penanggung jawab)

1Muhammad Agung Hardiyanto Penanggung jawab penelitian, Peminjaman laboratorium dan pengujian konsentrasi insektisida

2Hendri Setiawan Pembuatan insektisida nabati jalantirdan Bendahara penelitian

3Dian OktavianaPelaporan kegiatan

V. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA

Tahapan penelitian uji konsentrasi insektisida nabati daun jalanitr belum sepenuhnya terselesaikan, karena terdapat beberapa kendala. Oleh karena itu, tahapan selanjutnya yang akan dilakukan adalah membudidayakan ulat grayak sehingga mendapat instar yang sama dari segi ukuran dan umur ulat. Dalam uji konsentrasi insektisda nabati jalantir membutuhkan instar 2-3 yaitu ulat umur 7-14 hari. Untuk uji mortalitas belum dapat dilakukan karena dalam 1 perlakuan membutuhkan minimal 20 ulat grayak sehingga persentase data mortalitas ulat grayak belum dapa ditampilkan. Selajutnya akan danalisis dengan menggunakan analisis probit untuk mendapatkan nilai tengan LT50, LD50 dan Mortalitanya.. Setelah semua tahapan dan analisis data terselesaikan, akan segera akan disusun artikel ilmiah sebagai laporan pelaksanaan program sehingga dapat dijadikan rujukan untuk penelitian lain yang terkait kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Aminah, S. N. 1995. Evaluasi tiga jenis tumbuhan sebagai insektisida dan repelan terhadap nyamuk di Laboratorium.Tesis Program Pascasarjana.Institut Pertanian Bogor.

Arifin, M. 1990. Teknologi pengendalian ulat grayak (Spodoptera litura F.) pada tanaman kedelai.Disampaikan pada Kongres Himpunan Perlindungan Tumbuhan Indonesia (HPTI) I. 8-10 Pebruari 1990. Jakarta.

Arneti.2012. Bioaktivitas ekstrak buah Piper aduncum L. (Piperaceae) terhadap Crocidolomia pavonana (F.) (Lepidoptera:Crambidae) dan formulasinya sebagai insektisida botani. Disertasi Program Pascasarjana. Universitas Andalas Padang

Berita Resmi Badan Pusat Statistik. 2012. Angka Ramalan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai. No. 43/07/ Th. XV, 2 Juli 2012.

Direktorat Jendral Tanaman Pangan. 2013.Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai 2013. Kementrian Pertanian. Jakarta.

Estrela JLV, M. Fazolin, V. Catani, M. Rodrigues Alcio, M. Santos de Lima. 2006. Toxicidade de leos essenciais de Piper aduncumePiper hispidinervum em Sitophilus zeamais. Pesq Agropec Bras 41:217-222, [abstract in English].

Fazolin, M. 2005. Toxicity of Piper aduncum oil to adults of Cerotoma [online]. 2005, volume 34 (3): 485-489.

Marwoto dan Suharsono. 2008. Strategi dan komponen teknologi pengendalian ulat grayak (Spodoptera litura Fabricius) pada tanaman kedelai. Jurnal Litbang Pertanian, volume 27 (4) : 132-133.

14

\

LAMPIRAN

Pencarian bahan daun jalantir

Pencarian ulat grayak pada tanaman kedelai di lab. Lapang terpadu

Persiapan bahan insektisida daun jalantirPersiapan alat dan bahan

Daun jalantir 1 kilogramSereh 400 gram

Lengkuas 400 gramProses pencincangan bahan- bahan

Proses pemblenderan bahan- bahan

Hasil pemblenderan bahan-bahan

Proses pencampuaran bahan-bahan setelah pemblenderan

Didiamkan selama 2x 24 jamPemberian larutan detergen 50 gram

Setelah didiamkan, ampas dan larutan terpisah

Proses pemerasan ampas insektida jalatirGunakan kain bersih agar lebih maksimal larutan yang dihasilkan

Ampas insektisida jalatir Siap untuk di uji konsentrasi insektisida daun jalantir

Pengaplikasian insektisida jalantir ke petani sayuranPetani sedang menyemprotkan insektisida nabati jalantir

Serangan ulat grayak pada tanaman kedelai

(A) ulat grayak Spodoptera litura F. yang hidup dan(B) ulat grayak Spodoptera liura F. yang mati setelah penyemprotan insektisida jalantir

ABiaya Peralatan Penunjang (unit)(Rp)(Rp)

1Blander 1345000345000

2Hansprayer 545000225000

3Stopwatch5250000250000

4Timbangan elektrik1500000500000

5Polibag 1 kg3500035000

6Saringan 13000030000

7Toples besar to1027000270000

8Toples kecil620000120000

9Baskom 3800024000

10Talenan 3600018000

11Pisau 3 buah 2500075000

12Kain penyaring1 meter1250012500

13Ember Besar 4 buah35000140000

14Gelas ukur2 buah12600252000

15Gelas palstik2 pak750015000

16Masker 1 sheet65006500

16Tisu1 pak1050010500

17Sarung tangan 1 pak1350013500

18Botol plastik8 buah1200096000

Sub Total 2.496.500

BBiaya Bahan Habis Pakai

1Daun jalantir10 kg10000100000

2Sereh 5 kg 1000050000

3Lengkuas 5 kg500025000

4Detergen1 bungkus2500025000

5Spritus5 bungkus 20000100000

Sub Total 275.000

CBiaya Perjalanan

1Survei

Toko pertanian Alam tani1 hari 690000690000

Kelompok tani2 hari 6500001300000

Mengumpulkan jalantir3 hari40000120000

3Peminjaman lab1bulan600000600000

4Perjalanan Pembelaian Alat dan Bahan250000250000

5Uji Organoleptik

Biaya kebersihan Laboratorium 1bulan 250000250000

Air mineral Gelas 30 gelas50015000

Air mineral botol 2 botol 700014000

Fotocopy borang panelis30 lembar1003000

Sub Total 3242000

DBiaya Lain-Lain

1Biaya Pembuatan Laporan awal

Kertas Bufallo (Abu-abu) (Cover)3 buah30009000

Kertas A4 (Sidu)1 pak 3200032000

Materai 5 buah 700035000

Scan lampiran 10 lembar200020000

Burning CD 2 buah 700014000

Jilid laporan 3 rangkap20006000

Tinta Warna dan Hitam 2 pcl2400048000

Sub Total 164000

Total keseluruhan (A+B+C+D)3267700