107
LAPORAN PROGRAM KARYA NYATA MAHASISWA PEMERIKSAAN KESEHATAN DAN PEMBERIAN KIE GOUT, HIPERTENSI, DAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA LANSIA DI DESA SAPTORENGGO Oleh : Nama Ketua : Arpidho Prastyastama (105070200131012) Nama-nama Anggota : 1. Shofi Khaqul Ilmy 105070200131010 2. Resti Lovita Nur P 105070200131011 3. Lailatul Purwasih 105070200131013 4. Shindy Anggreini Putri 105070201131001 5. Dessy Apriliya Mandasari 105070607111002 6. Monica Dara Delia 105070607111003 7. Riyanfita Lestari 105070607111004 8. Dewi Larasati 105070607111005 9. Novita Widya Rachmania 105070301111012 10. Paramita Nur Anugerah A M 105070301111014 11. Via Talita Larasati 105070301111015 12. Novelinda Eka Rosita 105070301111017 i

LAPORAN KELOMPOK 20

Embed Size (px)

DESCRIPTION

a

Citation preview

LAPORANPROGRAM KARYA NYATA MAHASISWA

PEMERIKSAAN KESEHATAN DAN PEMBERIAN KIE GOUT, HIPERTENSI, DAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA LANSIADI DESA SAPTORENGGOOleh :Nama Ketua : Arpidho Prastyastama (105070200131012)Nama-nama Anggota :1. Shofi Khaqul Ilmy1050702001310102. Resti Lovita Nur P1050702001310113. Lailatul Purwasih1050702001310134. Shindy Anggreini Putri1050702011310015. Dessy Apriliya Mandasari1050706071110026. Monica Dara Delia1050706071110037. Riyanfita Lestari1050706071110048. Dewi Larasati1050706071110059. Novita Widya Rachmania10507030111101210. Paramita Nur Anugerah A M10507030111101411. Via Talita Larasati10507030111101512. Novelinda Eka Rosita105070301111017

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS BRAWIJAYAJANUARI 2014

57

52

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Kegiatan: Pemeriksaan Kesehatan dan Pemberian KIE Gout, Hipertensi, dan Kesehatan Reproduksi Pada Lansia Di Desa SaptorenggoKetua PelaksanaNama: Arpidho PrastyastamaNIM: 105070200131012Jurusan: Ilmu KeperawatanNo Telp/HP: 085736572448

Anggota PelaksanaAnggota 1: Shofi Khaqul Ilmy105070200131010Anggota2: Resti Lovita Nur P105070200131011Anggota3: Lailatul Purwasih105070200131013Anggota4: Shindy Anggreini Putri105070201131001Anggota5: Dessy Apriliya Mandasari105070607111002Anggota6: Monica Dara Delia105070607111003Anggota7: Riyanfita Lestari105070607111004Anggota8: Dewi Larasati105070607111005Anggota9: Novita Widya Rachmania105070301111012Anggota10: Paramita Nur Anugerah A M105070301111014Anggota11: Via Talita Larasati105070301111015Anggota 12: Novelinda Eka Rosita105070301111017

Lokasi Kegiatan: Desa SaptorenggoLama Kegiatan: 10 hari (2 Januari 2014-12 Januari 2014)

Malang, 12 Januari 2014

Mengetahui,

Pembimbing

Alifia Putri F., M. Farm. Klin, Apt NIP. 197502252001121002Ketua Pelaksana

Arpidho PrastyastamaNIM. 105070200131012

MengetahuiKetua PKNM 2013/2014

dr. Bambang Prijadi, MSNIP. 195203241984031002

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............iHALAMAN PENGESAHANiiDAFTAR ISIivDAFTAR TABELviiDAFTAR GAMBARviiiDAFTAR LAMPIRANixABSTRAKxHALAMAN JUDULxiiBAB I PENDAHULUAN11.1Analisis Situasi11.2Rumusan Masalah41.3Tujuan41.3.1Tujuan Umum41.3.2 Tujuan Khusus41.4Manfaat Kegiatan5BAB II TINJAUAN PUSTAKA62.1Konsep Lansia62.1.1Definisi Lansia62.1.2Batasan Umur Lanjut Usia72.1.3Perubahan-perubahan yang terjadi pada Lansia82.1.4Tipe Lansia102.1.5Tugas Perkembangan Lansia112.2Gout Arthritis122.2.1Definisi Gout Arthritis122.2.2Etiologi dan Klasifikasi122.2.3Tanda dan Gejala122.2.4Diet Untuk Penderita Gout142.3Hipertensi162.3.1Definisi Hipertensi162.3.2Etiologi Hipertensi162.3.3Faktor Resiko172.3.4Tanda dan Gejala Hipertensi202.3.5Komplikasi Hipertensi202.4Kesehatan Reproduksi Menopause212.4.1Pengertian212.4.2Tanda dan Gejala212.4.3Mengatasi masalah menopause232.5Kanker Servix242.5.1Pengertian242.5.2Faktor yang Menyebabkan Kanker Serviks242.5.3Gejala Kanker Serviks262.5.4Hal-hal yang Harus Diperhatikan untuk Mencegah Kanker Serviks262.6Kanker Payudara262.6.1Definisi262.6.2Penyebab272.6.3Tanda dan Gejala292.6.4Strategi Pencegahan30BAB III KERANGKA PEMECAHAN MASALAH32BAB IV METODE KEGIATAN334.1Waktu Kegiatan334.2Lokasi Kegiatan334.3Sasaran Kegiatan334.4Metode yang Digunakan334.5Rancangan Evaluasi344.6Jadwal Pelaksanaan Kegiatan36BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN375.1Judul Kegiatan375.2Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan375.3Peserta375.4Sasaran Kegiatan375.5Tujuan Kegiatan375.6Jadwal Pada Hari Pelaksanaan Kegiatan385.7Pencapaian hasil395.7.1Sasaran395.7.2 Kesesuaian Prioritas Masalah405.7.3 Peningkatan Skor Post test Setelah Diberikan KIE Hipertensi & Gout415.7.4 Perbandingan Jumlah Peserta yang Menjawab Benar Antara Pre &Post test Materi Hipertensi & Gout425.7.5Hasil Pre dan Post test Kesehatan Reproduksi445.8Pelaksanaan Kegiatan455.9Analisis tingkat keberhasilan program495.10Pelajaran yang dapat diambil50BAB VI PENUTUP516.1Kesimpulan516.2Saran51BAB VII REKAPITULASI ANGGARAN DANA52DAFTAR PUSTAKA53LAMPIRAN56FOTO KEGIATAN56

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Jadwal Pada Hari Pelaksanaan Kegiatan.......39Tabel 5.2 Peningkatan Skor Pada Post test Setelah Diberikan KIE Hipertensi dan Gout.........................................................................................................41Tabel 5.3 Perbandingan jumlah peserta yang menjawab benar antara pre test dengan post test....................................................................................................42Tabel 5.4 Perbandingan jumlah peserta yang menjawab benar antara pre test dengan post test....44

DAFTAR GAMBAR

Gambar 5.1 Peningkatan Skor Pada Post test Setelah Diberikan KIE Hipertensi dan Gout.41Gambar 5.2 Perbandingan jumlah peserta yang menjawab benar antara pre test dengan post test...43Gambar 5.3 Kenaikan Tingkat Pengetahuan..44Gambar 5.4 Perbandingan Jawaban Pre test dan Post test Materi Kesehatan Reproduksi..44Gambar 5.5 Peningkatan Pengetahuan Peserta Setelah KIE Reproduksi...45

DAFTAR LAMPIRAN

Foto Kegiatan...52-53

ABSTRAK

Arpidho Prastyastama, Resti Lovita Nur Prayogi, Shofi Khaqul Ilmy, Lailatul Purwasih Putri, Shindy Anggreini Putri, Dessy Apriliya Mandasari, Monica Dara Delia, Riyanfita Lestari,Dewi Larasati, Novita Widya Rachmania, Paramita Nur Anugerah, Via Talita Larasati, Novelinda Eka Rosita. 2014. Pemeriksaan Kesehatandan Pemberian KIE (Konseling, Informasi, Edukasi) Gout, Hipertensi, dan Kesehatan Reproduksi Pada Lansia Di Desa Saptorenggo. Program Karya Nyata Mahasiswa, Program Studi Ilmu Keperawatan, Program Studi Kebidanan, Jurusan Gizi Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Pembimbing : Alifia Putri F., M. Farm. Klin, Apt.

Penyakit gout dan hipertensi merupakan jenis keluhan kesehatan yang tertinggi dialami para lanjut usia berdasarkan Susenas 2012. Dari hasil survei posyandu lanjut usia Desa Saptorenggo didapatkan permasalahan utama adalah gout, hipertensi, dan masalah reproduksi sebab tingkat pengetahuan masyarakat masih kurang karena jarang diadakan edukasi atau konseling kesehatan bagi lanjut usia. Dalam kegiatan PKNM ini pemeriksaan kesehatan meliputi pengukuran tekanan darah, kadar gout dalam darah, dan KIE meliputi penyakit gout, hipertensi, dan kesehatan reproduksi tentang ca mammae, ca cervics dan roleplay SADARI yang bersifat gratis menjadi metode tepat untuk menarik minat penduduk lanjut usia setempat agar tertarik untuk hadir. Media yang digunakan adalah lembar balik bergambar, leaflet, dan poster. Peserta diberi souvenir berupa callendar education yang berisi pencegahan penyakit gout dan hipertensi. Evaluasi untuk menilai tingkat pengetahuan lanjut usia menggunakan pertanyaan pre test dan post test. Hasil pre test dan post test dari jumlah lanjut usia 44 orang yang mengikuti KIE goutdan hipertensi menjawab 4 jumlah soal dengan benar, 14 orang pada pre test, dan 29 orang pada sesi post test. Pada sesi KIE kesehatan reproduksi lanjut usia dan roleplay SADARI yang diikuti oleh 35 orang, terdapat 71,43% (n = 25 orang) yang menjawab dengan benar soal pre test dengan jumlah soal 1 pertanyaan, dan ada 91,43% (n = 32 orang) yang berhasil menjawab benar soal post test. Kesimpulan dari implementasi pemeriksaan kesehatan dan KIE tentang gout danhipertensi terjadi peningkatan pengetahuan sebesar 26,71% dan kesehatan reproduksi sebesar 20% pada penduduk lanjut usia Desa Saptorenggo.Kata kunci : Gout, Hipertensi, Kesehatan reproduksi, KIE, Lanjut usia, Pemeriksaan kesehatan.

ABSTRACT

Arpidho Prastyastama, Resti Lovita Nur Prayogi, Shofi Khaqul Ilmy, Lailatul Purwasih Putri, Shindy Anggreini Putri, Dessy Apriliya Mandasari, Monica Dara Delia, Riyanfita Lestari,Dewi Larasati, Novita Widya Rachmania, Paramita Nur Anugerah, Via Talita Larasati, Novelinda Eka Rosita. 2014. Medical Examination and Granting IEC (Counseling, Information, Education) Gout, Hypertension, andReproductive Health In Elderly At Saptorenggo Village. Real Student Work Program, Nursing Science, Midwifery Studies Program, Department of Health Nutrition Medical Faculty of Brawijaya University. Adviser. AlifiaPutri F., M. Farm. Klin, Apt.

Gout and hypertension is the highest type of health complaints experienced by the elderly based on Susenas 2012. From Posyandu (Integrated Health Post) survey results obtained from elderly in Saptorenggo village the main problems are gout, hypertension, and reproductive problems because the level of public knowledge is still lacking due to health education or counseling for the elderly were rarely held . The medical examination includes measuring blood pressure, gout levels in the blood, and the IEC include gout, hypertension, and reproductive health of the breast ca, ca cervics and BSE (Breast Self Examination) roleplay which are free become the right methods to attract local elderly people's interest in order to attend.The media used are illustrated flip chart, leaflets, and posters. Participants were given a souvenir in the form of "Callendar education" which contains the prevention of gout and hypertension. Evaluation to assess the level of knowledge of the elderly using pre and post test questions.The results of pre-test and post-test from the number of 44 elderly people who participate in gout and hypertension IEC answered 4 questions total correctly, 14 people on the pre-test, and 29 people on the post-test session.At the session of the reproductive health in elderly IEC and BSE roleplay followed by 35 people, there were 71.43% (n = 25) correctly answering 1 numbered pre-test question, and there are 91.43% (n = 32 person) who managed to correctly answer the post test question.The conclusion of the implementation of medical examination and IEC on gout and hypertension increased by 26.71% and the knowledge of reproductive health by 20% in the elderly population of Saptorenggo village.

Keywords: gout, hypertension, reproductive health, IEC, elderly, health examination.

PEMERIKSAAN KESEHATAN DAN KIE GOUT, HIPERTENSI, DAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA LANSIA DI DESA SAPTORENGGO

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Analisis SituasiSehat hari ini adalah investasi untuk sehat di masa lanjut usia, karena kondisi kesehatan di sepanjang siklus kehidupan manusia sangat menentukan derajat kesehatan pada masa lanjut usia. Sehingga masalah kesehatan menjadi aspek yang sangat penting untuk diperhatikan oleh semua orang, termasuk para lanjut usia dalam meningkatkan derajat kesehatan. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) DepKes tahun 2014 adalah meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH) masyarakat Indonesia. Umur Harapan Hidup masyarakat Indonesia pada tahun 2010 yaitu 70,6 tahun dan diharapkan meningkat menjadi 72 tahun pada 2014. Peningkatan Umur Harapan Hidup mempengaruhi struktur usia penduduk seiring bertambahnya jumlah penduduk lanjut usia (Ditjen Bina Upaya Kesehatan, 2013).Hasil sensus penduduk tahun 2010, Indonesia saat ini termasuk lima besar negara dengan jumlah penduduk lanjut usia terbanyak di dunia yaitu mencapai 18,1 juta jiwa atau 7,6% dari jumlah penduduk Indonesia. Jumlah penduduk lanjut usia 60 tahun atau lebih diperkirakan akan terus meningkat sehingga pada tahun 2025 diperkirakan mencapai jumlah 36 juta (proyeksi Bappenas) (Ditjen Bina Upaya Kesehatan, 2013). Sedangkan menurut hasil survei data Puskesmas Kecamatan Pakis Malang tahun 2013, jumlah lanjut usia 60-69 tahun di Desa Saptorenggo Malang mencapai 671 orang yang terdiri dari 312 laki-laki dan 359 perempuan. Adapun jumlah penduduk desa Saptorenggo yaitu 17.014 jiwa (Situs Pemerintah Kabupaten Malang, 2013).Angka kesakitan (morbidity rates) lanjut usia yaitu proporsi penduduk lansia yang mengalami masalah kesehatan hingga mengganggu aktivitas sehari-hari selama satu bulan terakhir. Angka kesakitan termasuk indikator untuk mengukur derajat kesehatan penduduk. Angka kesakitan penduduk lanjut usia di Indonesia pada tahun 2012 sebesar 26,93% artinya bahwa dari setiap 100 orang lanjut usia terdapat 27 orang diantaranya mengalami sakit. Menurut Susenas 2012 mengenai jenis keluhan kesehatan yang paling tinggi dialami para lanjut usia adalah goutdan hipertensi (Kementerian Kesehatan RI, 2013).Pada usia lanjut terjadi kemunduran sel-sel karena proses penuaan yang dapat berakibat pada kelemahan organ, kemunduran fisik, timbulnya penyakit degeneratif, seperti gout arthritis dan hipertensi. Hal ini sangat memberatkan penderita dan pemerintah karena penyakit tersebut memerlukan pengobatan yang lama dan memerlukan banyak dana baik untuk terapi, proses rehabilitasi, dan kegiatan tindak lanjut. Disamping itu para lanjut usia perlu untuk mempertahankan pola hidup sehat yakni dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang, melakukan aktivitas fisik/olahraga secara benar dan teratur, tidak merokok, hindari faktor resiko penyakit degeneratif, memeriksakan kesehatan secara teratur, menyalurkan hobi dan kebiasaan yang bermanfaat serta keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa (Komisi Nasional Lanjut Usia, 2010). Hal tersebut perlu disosialisasikan kepada masyarakat sebagai upaya untuk meningkatkan pola hidup sehat.Selaku calon tenaga kesehatan sangat penting untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan tersebut dan dapat memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas kepada masyarakat (Ditjen Bina Upaya Kesehatan, 2013).Dari hasil survei yang dilakukan di Desa Saptorenggo Kecamatan Pakis, Malang, didapatkan permasalahan utama pada lanjut usia adalah gout atau lebih dikenal penyakit gout oleh masyarakat umum, hipertensi, dan masalah reproduksi. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan masyarakat tentang masalah-masalah kesehatan tersebut yang masih kurang karena jarang diadakan edukasi atau konseling khusus lanjut usia di desa tersebut. Oleh karena itu perlu ditanamkan pengetahuan mengenai penyakit gout, hipertensi dan masalah reproduksi sejak dini kepada warga lanjut usia desa Saptorenggo. Sehingga pengetahuan warga lanjut usia semakin meningkat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.Kementrian kesehatan Republik Indonesia telah merumuskan berbagai kebijakan, program, dan kegiatan yang dapat menunjang derajat kesehatan dan mutu kehidupan lanjut usia. Program pokok kesehatan menanamkan pola hidup sehat dengan lebih memprioritaskan upaya pencegahan penyakit (preventif) dan peningkatan kesehatan (promotif), tanpa mengabaikan upaya pengobatan (kuratif) dan rehabilitatif. (Ditjen Bina Upaya Kesehatan, 2013). Sistem pelayanan kesehatan untuk usia lanjut secara umum terbagi menjadi 2: berbasis rumah-sakit (hospital-based) dan berbasis komunitas (community-based), dengan berbagai kekhususannya (Zang dan Allender, 1999). Sebagai wujud nyata pelayanan kesehatan, pemerintah telah menetapkan pelayanan pada lanjut usia di tingkat masyarakat melalui posyandu lanjut usia. Adapun jenis kegiatan yang dilaksanakan di posyandu lanjut usia yaitu kegiatan pengukuran IMT melalui pengukuran berat badan dan tinggi badan, pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan Hb, gula darah, dan kolesterol darah, konseling dan penyuluhan mengenai kesehatan dan gizi, konseling usaha ekonomi produktif, dan kegiatan aktivitas fisik/senam (Komisi Nasional Lanjut Usia, 2010).Program Karya Nyata Mahasiswa (PKNM) merupakan program mahasiswa terkait kegiatan pengabdian masyarakat yang bertujuan untuk pengembangan masyarakat (community development) yang dimaksudkan untuk tercapainya perilaku sehat yang berkelanjutan. PKNM yang berkesinambungan dapat mengubah pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat secara sustainable. Kegiatan-kegiatan dalam PKNM mengandung unsur pelayanan masyarakat salah satunya yaitu pelayanan komunitas, berupa pencegahan primer (tindakan preventif dan promotif), sekunder (tindakan kuratif, misalnya pemeriksaan gratis), dan tersier, meliputitindakan rehabilitatif, misalnya latihan fisik ringan bagi penderita stroke (Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, 2013).Melalui PKNM mahasiswa dapat berkontribusi untuk memecahkan masalah kesehatan di masyarakat sebagai sarana pengabdian masyarakat dan tanggung jawab sosial fakultas kepada masyarakat. Harapannya kegiatan ini dapat memberikan manfaat dalam mengatasi permasalahan kesehatan para lanjut usia di Desa Saptorenggo, Kecamatan Pakis, Malang.

1.2 Rumusan Masalah1. Apakah para lanjut usia di Desa Saptorenggo dapat memahami tentang pengertian, tanda dan gejala, cara mengatasi dan cara pencegahan penyakit gout?2. Apakah para lanjut usia di Desa Saptorenggo dapat memahami tentang pengertian, tanda dan gejala, cara mengatasi dan cara pencegahan penyakit hipertensi?3. Apakah para lanjut usia di Desa Saptorenggo dapat memahami tentang pengertian, tanda dan gejala, cara mengatasi dan cara pencegahan penyakit reproduksi?

1.3 Tujuan1.3.1 Tujuan UmumMeningkatkan pengetahuan para lanjut usia terkait penyakit gout, hipertensi, dan reproduksi1.3.2 Tujuan Khususa. Memberikan pengetahuan mengenai pengertian, tanda dan gejala, cara mengatasi dan cara pencegahan penyakit goutb. Memberikan pengetahuan mengenai pengertian, tanda dan gejala, cara mengatasi dan cara pencegahan penyakit hipertensic. Memberikan pengetahuan mengenai pengertian, tanda dan gejala, cara mengatasi dan cara pencegahan penyakit reproduksi1.4 Manfaat Kegiatan1. Sebagai kegiatan transfer informasi mengenai penyakit gout, hipertensi, dan reproduksi2. Sebagai sarana dalam menerima informasi bagi para lanjut usia agar pola hidup sehat dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari3. Sebagai bentuk kontribusi mahasiswa dalam pemecahan masalah kesehatan di masyarakat

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Lansia2.1.1 Definisi LansiaLansia adalah tahap akhir siklus hidup manusia, merupakan bagian dari proses kehidupan yang tak dapat dihindarkan dan akan di alami oleh setiap individu. Pada tahap ini individu mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun mental, khususnya kemundurandalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah dimilikinya. Perubahan penampilan fisik sebagian dari proses penuan normal, seperti rambut yang mulai memutih, kerut-kerut ketuaan di wajah, berkurangnya ketajaman panca indera, serta kemunduran daya tahan tubuh, merupakan acaman bagi integritas orang usia lanjut. Belum lagi mereka harus berhadapan dengan kehilangan-kehilangan peran diri, kedudukan sosial, serta perpisahan dengan orang-orang yang dicintai. Semua hal tersebut menuntut kemampuan beradaptasi yang cukup besar untuk dapat menyikapi secara bijak (Soejono, 2000). Lanjut usia (lansia) merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi, ekonomi dan aspek sosial (BKKBN : 1998). Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Berdasarkan defenisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual (Efendi, 2009)Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lanjut usia meliputi: usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 46-59 tahun, usia lanjut (elderiy) yaitu antara 60-74 tahun, Tua (old) yaitu antara 75-90 tahun, dan usia sangat tua (Very old) yaitu usia diatas 90 tahun (Mubarok dkk : 2006). Sedangkan menurut DepKes RI tahun 1999, lansia dibagi tiga golongan yaitu : usia pra senelis atau virilitas adalah seseorang yang berusia 45-49 tahun, usia lanjut adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dan, sia lanjut resiko tinggi adalah seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau dengan masalah kesehatan.

2.1.2 Batasan Umur Lanjut UsiaMenurut pendapat berbagai ahli dalam Efendi (2009) batasan-batasan umur yang mencakup batasan umur lansia adalah sebagai berikut:a. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 Pasal 1 ayat 2 yang berbunyi Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas.b. Menurut World Health Organization (WHO), usia lanjut dibagi menjadi empat kriteria berikut : usia pertengahan (middle age) ialah 46-59 tahun, lanjut usia (elderly) ialah 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) ialah 75-90 tahun, usia sangat tua (very old) ialah di atas 90 tahun.c. Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu : pertama (fase inventus) ialah 25-40 tahun, kedua (fase virilities) ialah 40-55 tahun, ketiga (fase presenium) ialah 55-65 tahun, keempat (fase senium) ialah 65 hingga tutup usia.d. Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro masa lanjut usia (geriatric age): > 65 tahun atau 70 tahun. Masa lanjut usia (geriatric age) itu sendiri dibagi menjadi tiga batasan umur, yaitu young old (70-75 tahun), old (75-80 tahun), dan very old ( > 80 tahun) (Efendi, 2009).

2.1.3 Perubahan-perubahan yang terjadi pada LansiaPerubahan-perubahan yang terjadi pada lansia menurut Nugroho (2000) yaitu :a. Perubahan-perubahan fisik terjadinya proses degeneratif yang meliputi:1) Sel terjadi perubahan menjadi lebih sedikit jumlahnya dan lebih besar ukurannya, serta berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya intraseluler.2) Sistem persyarafan terjadi perubahan berat otak 10-20, lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi dan mengecilnya syaraf panca indera yang menyebabkan berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, menurunnya sensasi perasa dan penciuman sehingga dapat mengakibatkan terjadinya masalah kesehatan misalnya glukoma dan sebagainya.3) Sistem pendengaran terjadi perubahan hilangnya daya pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia di atas umur 65 tahun dan pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa atau stress. Hilangnya kemampuan pendengaran meningkat sesuai dengan proses penuaan dan hal yang seringkali merupakan keadaan potensial yang dapat disembuhkan dan berkaitan dengan efek-efek kolateral seperti komunikasi yang buruk dengan pemberi perawatan, isolasi, paranoia dan penyimpangan fungsional.4) Sistem penglihatan terjadi perubahan hilangnya respon terhadap sinar, kornea lebih terbentuk spesies, lensa lebih suram sehingga menjadi katarak yang menyebabkan gangguan penglihatan, hilangnya daya akomodasi, meningkatnya ambang pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat dan susah melihat dalam cahaya gelap, menurunnya lapang pandang sehingga luas pandangnya berkurang luas.5) Sistem kardiovaskuler terjadi perubahan elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volume kehilangan elastisitas pembuluh darah karena kurangnya efektivitas pembuluh darah feriver untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk, duduk ke berdiri bisa mengakibatkan tekanan darah menurun menjadi mmHg yang mengakibatkan pusing mendadak, tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resitensi dari pembuluh darah perifer.b. Perubahan mentalMeliputi perubahan dalam memori secara umum. Gejala-gejala memori cocok dengan keadaan yang disebut pikun tua, akhir-akhir ini lebih cenderung disebut kerusakan memori berkenaan dengan usia atau penurunan kognitif berkenaan dengan proses menua. Pelupa merupakan keluhan yang sering dikemukakan oleh manula, keluhan ini di anggap lumrah dan biasa oleh lansia, keluhan ini didasari oleh fakta dari peneliti cross sectional dan logitudional didapat bahwa kebanyakan, namun tidak semua lansia mengalami gangguan memori, terutama setelah usia 70 tahun, serta perubahan IQ (intelegentia quotient) tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal, berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor terjadi perubahan daya membayangkan karena tekanan-tekanan dari faktor waktu. c. Perubahan-perubahan psikososialMeliputi pensiun, nilai seseoarang sering di ukur oleh produktivitasnya dan identitas di kaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila seorang pension (purna tugas) ia akan mengalami kehilangan financial, status, teman dan pekerjaan. Merasakan sadar akan kematian, semakin lanjut usia biasanya mereka menjadi semakin kurang tertarik terhadap kehidupan akhirat dan lebih mementingkan kematian itu sendiri serta kematian dirinya, kondisi seperti ini benar khususnya bagi orang yang kondisi fisik dan mentalnya semakin memburuk, pada waktu kesehatannya memburuk mereka cenderung untuk berkonsentrasi pada masalah kematian dan mulai dipengaruhi oleh perasaan seperti itu, hal ini secara langsung bertentangan dengan pendapat orang lebih muda, dimana kematian mereka tampaknya masih jauh dank arena itu mereka kurang memikirkan kematian.d. Perubahan psikologisMasalah psikologis yang dialami oleh lansia ini pertama kali mengenai sikap mereka sendiri terhadap proses menua yang mereka hadapi, antara lain penurunan badaniah atau dalam kebingungan untuk memikirkannya. Dalam hal ini di kenal apa yang di sebut disengagement theory, yang berarti ada penarikan diri dari masyarakat dan diri pribadinya satu sama lain. Pemisahan diri hanya dilakukan baru dilaksanakan hanya pada masa-masa akhir kehidupan lansia saja. Pada lansia yang realistik dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan baru. Karena telah lanjut usia mereka sering dianggap terlalu lamban, dengan gaya reaksi yang lamban dan kesiapan dan kecepatan bertindak dan berfikir yang menurun. Daya ingat mereka memang banyak yang menurun dari lupa sampai pikun dan demensia, biasanya mereka masih ingat betul peristiwa-peristiwa yang telah lama terjadi, malahan lupa mengenal hal-hal yang baru terjadi.

2.1.4 Tipe LansiaBeberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kodisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho 2000 dalam Maryam dkk, 2008). Tipe tersebut dijabarkan sebagai berikut.a. Tipe arif bijaksana. Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.b. Tipe mandiri. Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.c. Tipe tidak puas. Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak menuntut. d. Tipe pasrah. Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan melakukan pekerjaan apa saja.e. Tipe bingung. Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif, dan acuh tak acuh.Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe independen (ketergantungan), tipe defensif (bertahan), tipe militan dan serius, tipe pemarah/frustasi (kecewa akibat kegagalan dalam melakukan sesuatu), serta tipe putus asa (benci pada diri sendiri).

2.1.5 Tugas Perkembangan LansiaLansia harus menyesuaikan diri terhadap perubahan fisik yang terjadi seiring penuaan. Waktu dan durasi perubahan ini bervariasi pada tiap individu, namun seiring penuaan sistem tubuh, perubahan penampilan dan fungsi tubuh akan terjadi. Perubahan ini tidak dihubungkan dengan penyakit dan merupakan perubahan normal. Adanya penyakit terkadang mengubah waktu timbulnya perubahan atau dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari. Adapun tugas perkembangan pada lansia adalah :a. Beradaptasi terhadap penurunan kesehatan dan kekuatan fisik, beradaptasi terhadap masa pensiun dan penurunan pendapatanb. Beradaptasi terhadap kematian pasanganc. Menerima diri sebagai individu yang menuad. Mempertahankan kehidupan yang memuaskane. Menetapkan kembali hubungan dengan anak yang telah dewasa, f. Menemukan cara mempertahankan kualitas hidup (Potter & Perry, 2009).

2.2 Gout Arthritis2.2.1 Definisi Gout ArthritisGout adalah peradangan akibat adanya endapan kristal gout pada sendi dan jari.Gout Arthritis merupakan penyakit persendian yang diakibatkan oleh metabolisme abnormal purin yang ditandai dengan meningkatnya kadar asam urat dalam darah (hiperurisemia). 2.2.2 Etiologi dan KlasifikasiGambaran klasik artritis gout yang berat dan akut ada kaitan langsung dengan hiperurisemia (gout serum tinggi). Gout mungkin primer atau sekunder. Goutprimer merupakan akibat langsung pernbentukan gout tubuh yang berlebihan atau akibat penurunan ekskresi gout. Gout sekunder disebabkan an karena pembentukan gout yang berlebihan atau ekskresi gout yang berkurang akibat proses penyakit lain atau pemakaian obat tertentu.2.2.3 Tanda dan GejalaGout akut biasanya terjadi pada pria sesudah lewat masa pubertas dan sesudah menopause pada wanita, sedangkan kasus yang paling banyak diternui pada usia 50-60. Gout lebih banyak dijumpai pada pria, sekitar 95 persen penderita gout adalah pria. Urat serum wanita normal jumahnya sekitar 1 mg per 100 mI, lebih sedikit jika dibandingkn dengan pria. Tetapi sesudah menopause perubahan tersebut kurang nyata. Pada pria hiperurisemia biasanya tidak timbul sebelurn mereka mencapai usia remaja.Gout Akut biasanya monoartikular dan timbulnya tiba-tiba. Tanda-tanda awitan serangan goutadalah rasa sakit yang hebat dan peradangan lokal. Pasien mungkin juga menderita demam dan jumlah sel darah putih meningkat. Serangan akut mungkin didahului oleh tindakan pembedahan, trauma lokal, obat, alkohol dan stres emosional. Meskipun yang paling sering terserang mula-mula adalah ibu jari kaki, tetapi sendi lainnya dapat juga terserang. Dengan semakin lanjutnya penyakit maka sendi jari, lutut, pergelangan tangan, pergelangan kaki dan siku dapat terserang gout. Serangan gout akut biasanya dapat sembuh sendiri. Kebanyakan gejala-gejala serangan Akut akan berkurang setelah 10-14 hari walaupun tanpa pengobatan.Perkembangan serangan Akut gout biasanya merupakan kelanjutan dari suatu rangkaian kejadian. Pertama-tama biasanya terdapat supersaturasi urat dalam plasma dan cairan tubuh. Ini diikuti dengan pengendapan kristal-kristal urat di luar cairan tubuh dan endapan dalarn dan seldtar sendi. Tetapi serangan gout sering merupakan kelanjutan trauma lokal atau ruptura tofi (endapan natrium urat) yang merupakan penyebab peningkatan konsentrasi gout yang cepat. Tubuh mungkin tidak dapat menanggulangi peningkatan ini dengan memadai, sehingga mempercepat proses pengeluaran gout dari serum. Kristalisasi dan endapan gout merangsang serangan gout. Kristal-kristal gout ini merangsang respon fagositosis oleh leukosit dan waktu leukosit memakan kristal-kristal urat tersebut maka respon mekanisme peradangan lain terangsang. Respon peradangan mungkin dipengaruhi oleh letak dan besar endapan kristal gout. Reaksi peradangan mungkin merupakan proses yang berkembang dan memperbesar diri sendiri akibat endapan tambahan kristal-kristal dari serum.Periode antara serangan gout akut dikenal dengan nama gout inter kritikal. Pada masa ini pasien bebas dari gejala-gejala klinik.Gout kronik timbul dalarn jangka waktu beberapa tahun dan ditandai dengan rasa nyeri, kaku dan pegal. Akibat adanya kristal-kristal urat maka terjadi peradangan kronik, sendi yang bengkak akibat gout kronik sering besar dan berbentuk nodular. Serangan goutakut dapat terjadi secara simultan diserta gejala-gejala gout kronik. Tofi timbul pada gout kronik karena urat tersebut relatif tidak larut. Awitan dan ukuran tofi sebanding dengan kadar urat serum. Yang sering terjadi tempat pembentukan tofi adalah: bursa olekranon, tendon Achilles, permukaan ekstensor dari lengan bawah, bursa infrapatella dan helix telinga Tofi-tofi ini mungkin sulit dibedakan secara klinis dari rheumatoid nodul. Kadang-kadang tofi dapat membentuk tukak dan kemudian mengering dan dapat membatasi pergerakan sendi. Penyakit ginjal dapat terjadi akibat hiperurisemia kronik, tetapi dapat dicegah apabila gout ditangani secara memadai.Pada umumnya, pasiengout mengatakan bahwa keluhan-keluhan yang dirasakannya telah berlangsung lama, tetapi berkembang secara perlahan Berikut adalah keluhan yang dapat dijumpai pada pasien Gout :1. Nyeri sendiMerupakan keluhan utama pasien, nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan dan tertentu terkadang dapat menimbulkan rasa nyeri yang melebihi gerakan lain. Umumnya bertambah berat dengan semakin beratnya penyakit sampai sendi hanya bisa digoyangkan dan menjadi kontraktur, hambatan gerak dapat konsentris (seluruh arah gerakan) maupun eksentris (salah satu arah gerakan saja)2. Hambatan gerakan sendiGangguan ini biasanya semakin bertambah berat secara perlahan sejalan dengan pertambahan rasa nyeri3. Pembengkakan sendi yang asimetris4. Tanda tanda peradanganTanda tanda adanya peradangan pada sendi ( nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata, dan warna kemerahan ).

2.2.4 Diet Untuk Penderita GoutDiet untuk Gout: Rendah ProteinSumber protein hewani merupakan salah satu makanan tinggi purin yang dapat meningktkan terjadinya gout sehingga harus dibatasi. Sumber protein yang disarankan adalah tempe, tahu, dan kacang-kacangan Rendah LemakKonsumsi lemak yang tinggi dapat menghambat pengeluaran goutdari dalam tubuh, sehingga mudah tertimbun di dalam tubuh. Sebaiknya mengurangi makanan yang bersantan dan berminyak. Tinggi CairanKonsumsi cairan yang cukup dapat membantu pengeluaran gout melalui urin. Sebaiknya minum air putih sebanyak 2 2,5 liter atau 10 gelas sehari serta mengurangi konsumsi the, kopi, dan coklat. Tanpa AlkoholKonsumsi alkohol bisa menghambat pengeluaran gout dalam tubuh Rendah PurinPenderita gangguan goutharus membatasi makanan tinggi purinPembatasan purin: Normal: 600 1000 mg/hari Penderita : 120 150 mg/hariMakanan-makanan yang mengandung Purin: Golongan 1 (Kandungan purin tinggi : 100 1000 mg/100 g)Otak, hati, jantung, ginjal, jerohan, kaldu, ikan sarden, makarel, remis, kerang, bebek Golongan 2 (Kandungan purinsedang : 50-150 mg/100g). Maksimal 50 75g (1 1 ptg) :Daging, ayam/unggas, ikan, bayam, kedelai, asparagus, belut, buncis, Udang, kacang-kacangan dan olahannya, tahu, tempe, daun singkong, kangkung, jamur, kembang kol, daun pepaya dan daunbiji melinjo Golongan 3 (Kandungan purin rendah : 0 - 50 mg purin/100g) Nasi, ubi, singkong, jagung, roti, bihun, mie, tepung beras, puding, susu, telur, keju, buah-buahan, sayuran (kecuali sayuran pada kelompok 2).2.3 Hipertensi2.3.1 Definisi HipertensiHipertensi merupakan peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg. Hipertensi diklasifikasikan atas hipertensi primer (esensial) (90-95%) dan hipertensi sekunder (5-10%). Dikatakan hipertensi primer bila tidak ditemukan penyebab dari peningkatan tekanan darah tersebut, sedangkan hipertensi sekunder disebabkan oleh penyakit/keadaan seperti feokromositoma, hiperaldosteronisme primer (sindroma Conn), sindroma Cushing, penyakit parenkim ginjal dan renovaskuler, serta akibat obat (Bakri, 2008).Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat melebihi batas normal. Batas tekanan darah normal bervariasi sesuai dengan usia. Berbagai faktor dapat memicu terjadinya hipertensi, walaupun sebagian besar (90%) penyebab hipertensi tidak diketahui (hipertensi essential). Penyebab tekanan darah meningkat adalah peningkatan kecepatan denyut jantung, peningkatan resistensi (tahanan) dari pembuluh darah dari tepi dan peningkatan volume aliran darah (Kurniawan, 2002).2.3.2 Etiologi HipertensiBerdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu: hipertensi esensial atau hipertensi primer dan hipertensi sekunder atau hipertensi renal.1. Hipertensi esensial Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktifitas sistem saraf simpatis, sistem renin angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia. Hipertensi primer biasanya timbul pada umur 30 50 tahun (Schrier, 2000).2. Hipertensi sekunder Hipertensi sekunder atau hipertensi renal terdapat sekitar 5 % kasus. Penyebab spesifik diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, dan sindrom cushing, feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan, dan lain lain (Schrier, 2000).1) Kelainan ginjal: glomerulonefritis, pielonefritis, penyempitan arteri renalis(ginjal), tumor ginjal, trauma pada ginjal, penyakit ginjal polikista2) Kelainan hormon: diabetes mellitus/kencing manis, hiperaldosteronisme, sindrom cussing, feokromositoma.3) Kelainan neurologist / syaraf: tumor otak4) Obat-obatan: pil KB, kortekosteroid, siklosporin, eritropoitin, kokain, penyalahgunaan alkohol, kayu manis ( dalam jumlah yang besar )5) Lain lain: koartraksi aorta (penyempitan arteri besar), kehamilan, keracunan timbal akut, porfiria intermiten akut2.3.3 Faktor ResikoElsanti (2009), mengelompokan menjadi 2 (dua) yaitu faktor resiko yang dapat dikontrol dan faktor resiko yang tidak dapat dikontrol.a. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol1) Jenis kelaminPada dasarnya tidak ada perbedaan prevalensi antara wanita dan laki-laki,akan tetapi wanita setelah menopause menjadi lebih berpotensi terserang penyakit hipertensi. Karena wanita yang belum menopause dilindungi oleh hormon esterogen yang berperan aktif dalm peningkatan kadar High Density Lipoprotein (HDL). HDL merupakan faktor yang berperan penting dalam melindungi terjadinya arterosklerosis. Pada wanita yang sudah mencapai umur 45 tahun ke atas maka sedikit demi sedikit hormon estrogen akan mengalami penyusutan baik kuantitas maupun kualitasnya sehingga berdampak pada banyaknya kasus hipertensi pada wanita.2) UmurKenaikan umur seseorang sebanding dengan kenaikan tekanan darah. Penambahan usia menyebabkan semakin hilang daya elastisitas dari pembuluh darah yang mengakibatkan arteri dan aorta kehilangan daya untuk menyesuaikan diri dengan aliran darah. Oleh karena itu orang yang lebih tua akan lebih cenderung terkena penyakit hipertensi dari pada orang yang berumur lebih muda. Hipertensi pada usia lebih lanjut harus ditangani lebih serius hal ini karena pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi organ seperti ginjal yang berperan aktif dalam proses rennin angiotensin aldosteron, karena itu dosis obat harus diberikan secara tepat. Individu yang berumur lebih dari 60 tahun mempunyai tekanan darah yang lebih besar dari orang lain sebesar 50% 60% hal tersebut dikarenakan degenerasi yang terjadi pada orang usia lanjut.3) KeturunanJika kedua orang tua menderita hipertensi maka kemungkinan kita terserang penyakit hipertensi adalah 60% dan apabila hanya salah satu dari orang tua yang terserang hipertensi maka prevalensi seseorang untuk terserang akan turun menjadi 25%. Adanya faktor genetik pada suatu keluarga akan mengakibatkan keluarga tersebut mempunyi faktor keturunan yang sama berisiko terkena hipertensi. Sifat bawaan dari orang tua diwarisi melalui gen sehingga akan diwariskan kepada keturunannya.b. Faktor resiko yang dapat dikontrol1) ObesitasObesitas merupakan salah satu ciri khas penderita hipertensi. Walaupun belum diketahui secara pasti hubungan antara hipertensi dan obesitas, namun terbukti bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dari pada penderita hipertensi dengan berat badan normal.2) Kebiasaan merokokRokok mempunyai beberapa pengaruh langsung yang membahayakan jantung. Apabila pembuluh darah yang ada pada jantung dalam keadaan tegang karena tekanan darah tinggi, maka rokok dapat memperburuk keadaan tersebut. Merokok dapat merusak pembuluh darah, menyebabkan arteri menyempit dan lapisan menjadi tebal dan kasar. 3) Konsumsi garamKonsumsi garam yang tinggi mengakibatkan seseorang akan mengalami peningkatan tekanan darah senading dengan bertambahnya usia, begitu sebaliknya jika seseorang rendah dalam mengkonsumsi garam menunjukan peningkatan darah yang sedikit prevalensinya dibanding dengan yang banyak mengkonsumsi garam (Beevers, 2002).4) Kebiasaan berolahragaKurang berolahraga cenderung mengakibatkan tekanan darah menjadi lebih tingi hal ini dikarenakan kurang berolahraga dapat meningkatkan berat badan.5) Minum AlkoholBeberapa penelitian mengemukakan bahwas alkohol mempunyai efek yang buruk terhadap tubuh antara lain menyebabkan kerusakan pada jantung dan organ tubuh ,juga dapat mengakibatkan kerusakan pada pembuluh darah sehingga mengakibatkan hipertensi.6) Minum Kopi Kopi memiliki kandungan kafein yang tinggi. Kafein tersebut dapat berperan dalam meningkatkan hormon adrenalin yang dapat memacu kerja jantung, sehingga tekanan darah dapat meningkat. Oleh karena itu pada lansia sangat dianjurkan untuk mengurangi konsumsi kafein, khususnya kopi.

7) StressStress dapat memicu peningkatan aktifitas pada syaraf simpatis, peningkatan ini yang kemudian dapat merangsang peningkatan darah yang intermiten atau tidak tetap 8) Obat-obatanBeberapa jenis obat dapat memicu peningkatan tekanan darah oleh karena itu perlu diketahui secara pasti efek samping dari obat yang dikonsumsi. Bila obat tersebut dihentikan pada umumnya tekanan darah akan berangsur-angsur turun. Beberapa jenis obat yang dapat memicu peningkatan tekanan darah yaitu : pil KB, estrogen, obat batuk pilek yang mengandung dekongestan, pil diet, dan obat anti radang non-steroid seperti Ibuprofen2.3.4 Tanda dan Gejala HipertensiPeninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala pada hipertensi esensial dan tergantung dari tinggi rendahnya tekanan darah, gejala yang timbul dapat berbeda-beda. Kadang-kadang hipertensi esensial berjalan tanpa gejala, dan baru timbul gejala setelah terjadi komplikasi pada organ target seperti pada ginjal, mata, otak dan jantung. Menurut Sylvia Anderson (2005), gejala hipertensi sebagai berikut :a. Sakit kepala bagian belakang dan kaku kudukb. Sulit tidur dan gelisah atau cemas dan kepala pusingc. Dada berdebar-debard. Lemas, sesak nafas, berkeringat dan pusing.2.3.5 Komplikasi HipertensiKomplikasi hipertensi menurut Sustrani (2006) adalah:a. Penyakit jantung koroner dan arteriKetika usia bertambah lanjut, seluruh pembuluh darah di tubuh akan semakin mengeras,terutama di jantung, otak dan ginjal. Hipertensi sering diasosiasikan dengan kondisi arteri yang mengeras ini.b. Payah jantungPayah jantung (Congestive heart failure) adalah kondisi dimana jantung tidak mampu lagi memompa darah yang dibutuhkan tubuh. Kondisi ini terjadi karena kerusakan otot jantung atau sistem listrik jantung.c. StrokeHipertensi adalah faktor penyebab utama terjadinya stroke, karena tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pembuluh darah yang sudah lemah menjadi pecah. Bila hal ini terjadi pada pembuluh darah di otak, maka terjadi perdarahan otak yang dapat berakibat kematian. Stroke juga dapat terjadi akibat sumbatan dari gumpalan darah yang macet di pembuluh yang sudah menyempit.d. Kerusakan pada ginjalHipertensi dapat menyempitkan dan menebalkan aliran darah yang menuju ginjal, yang berfungsi sebagai penyaringkotoran tubuh. Dengan adanya gangguan tersebut, ginjal menyaring lebih sedikit cairan dan membuangnya kembali kedarah. Gagal ginjal dapat terjadi dan diperlukan cangkok ginjal baru.e. Gangguan pada mataHipertensi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah di mata, sehingga mengakibatkan mata menjadi kabur atau kebutaan.

2.4 Kesehatan Reproduksi Menopause2.4.1 PengertianMenopause merupakan suatu keadaan yang secara alamiah pasti terjadi pada setiap wanita sehingga sesungguhnya tidak ada yang perlu dikuatirkan mengenai keadaan ini. Menopause merupakan berhentinya masa produktif seorang wanita yang ditandai dengan berhentinya haid.2.4.2 Tanda dan GejalaKaum wanita seringkali merasa tidak nyaman saat menjelang atau pada saat menopause bahkan setelah menopause, berikut ini merupakan gejala-gejala pre, saat, dan post menopause : Gejala Perimenopause:1. Periodemenstrual yang tidak teratur; yang biasanya teratur2. Menstrualyang jarang-jarang atau sedikit-sedikit3. Menstrualyang lebih berat, artinya darah yang dikeluarkan lebih banyak dan lebih lama dari biasanya. Gejala Menopause:Gejala ini muncul 1-2 tahun ketika hormon estrogen surut sampai level rendah. Namun pada beberapa wanita keluhan dapat berlangsung lebih panjang, yakni 5 tahun atau lebih.1. Hot flashes; perasaan panas, terkadang merah, hanya pada tubuh bagian atas,2. Gangguan tidur(insomnia)3. Perubahan hasrat-respon seksual4. Mengalami masalah ingatan dan konsentrasi karena kurangnya tidur atau level estrogen yang naik-turun5. Lebih sering mengalami serangan sakit kepala6. Sering berdebar-debar tanpa alasan yang jelas7. Merasakan gatal pada seluruh tubuh Gejala Postmenopause:Gejala ini juga menandakan Anda sudah mencapai periode menopause dan berada dalam periode postmenopause, yakni:1. Tidak lagi mendapat menstrual period2. Kulit yang kering juga berkerut, karena produksi kolagen yang rendah3. Perubahan pada vagina dan saluran kemih4. Iritasi, gatal dan terasa kering pada vagina5. Sering mengalami infeksi pada saluran kemih dan vagina; biasanya ditandai keluhan keputihan6. Rasa nyeri yang timbul saat berhubungan seksual (dyspareunia)

2.4.3 Mengatasi masalah menopause1. Semburan panas ( hot flush) Kenakan pakaian yang terbuat dari katun. Jangan gunakan pakaian yang terbuat dari sutra, poliester dan sintetik lain yang cenderung tidak menyerap panas tubuh. Bila ada merasakan datangnya serangan hot flash, minumlah segelas air dingin Keluhan berkeringat dimalam hari, gunakan kompres dingin pada muka atau kantung es ditempat tidur anda. Kurangi makanan atau minuman yang mengandung kafein dan atau alkohol Hindari makanan pedas dan minuman panas Hindari tembakau Minumlah makanan dan minuman yang terbuat dari kedelai Beberapa wanita mengatakan bahwa asupan vitamin E setiap hari membantu mereka dalam mengatasi masalah menopause2. Kekeringan vagina / Masalah saluran air seni (infeksi saluran air seni , inkontinesia urinae) `Gunakan krim vagina atau pelumas untuk mengurangi rasa nyeri akibat kekeringan vagina saaat melakukan sanggama. Buang air kecil sebelum dan sesudah Banyak minum air dan sering buang air kecil Lakukan kegel exercise yaitu melakuknan kontraksi dan relaksasi otot-otot yang anda gunakan untuk menghentikan buang air seni. Latihan ini membantu penguatan otot vagina, merangsang orgasme dan mencegah terjadinya inkontinensia.3. Masalah Psychologis (kecemasan, depresi dan iritabilitas) Komunikasi dengan pasangan hidup secara terbuka mengenai apa yang menjadi keluhan anda dan mintalah dukungan darinya. Bergabunglah atau buatlah kelompok wanita menopause untuk berbagi. Temuilah dan mintalah dukungan dari teman sekerja yang juga mempunyai pengalaman yang sama Temuilah konsultan yang kompeten Obat penenang atau anti depresan mungkin dapat membantu. Identifikasi sumber stres dalam hidup anda dan hilangkan.4. Pelupa : Buat kebiasan untuk mencatat segala sesuatu yang perlu. Gunakan buku perjanjian, kalender, catatan, jam alarm dan penanda waktu. Mintalah orang lain untuk mengingatkan anda.

2.5 Kanker Servix2.54.1 PengertianKanker serviks bisa disebut juga dengan kanker leher rahim, kanker serviks sangatlah ditakuti oleh kaum wanita. Jenis kanker dengan insiden tinggi ini merupakan penyebab kematian utama akibat kanker di Indonesia dengan kemunculan sekitar 15.000 kasus per-tahun. Kanker serviks atau kanker leher rahim adalah penyakit yang terjadi di leher rahim yaitu pada daerah organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim. Kanker serviks disebabkan oleh virus HPV (Human Papilloma Virus). Namun, selain disebabkan oleh virus HPV, sel-sel yang tidak normal pada leher rahim juga bis tumbuh akibat paparan radiasi atau pencemaran bahan kimia yang terjadi dalam jangka waktu cukup lama.

2.54.2 Faktor yang Menyebabkan Kanker Serviks UsiaBiasanya faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit kanker serviks ini adalah faktor umur. Pada faktor ini kita tidak bisa mengelakkan dan tidak bisa berbuat apa apa. Usia diatas 40 tahun biasanya rentan terserang penyakit Kanker Serviks ini. Meningkatnya risikokanker leher rahim pada usia lanjut merupakan gabungan dari meningkatnya dan bertambah lamanya waktu pemaparan terhadap karsinogen serta makin melemahnya sistem kekebalan tubuh akibat usia. Perkawinan dalam usia muda (terutama usia sangat muda < 16 tahun) Multipartner (kawin usia muda yang kemudian bercerai dan selanjutnya kawin kembali) dan Promiskuitas (aktivitas seksual yang sering berganti-ganti pasangan) Penggunaan antiseptik. Kebiasaan pencucian vagina dengan menggunakan obat-obatan antiseptik maupun deodoran akan mengakibatkan iritasi di serviks yang merangsang terjadinya kanker Wanita yang merokok. Wanita perokok memiliki risiko 2 kali lebih besar terkena kanker serviks dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok. Penelitian menunjukkan, lendir serviks pada wanita perokok mengandung nikotin dan zat-zat lainnya yang ada di dalam rokok. Zat-zat tersebut akan menurunkan daya tahan serviks di samping meropakan ko-karsinogen infeksi virus. Nikotin, mempermudah semua selaput lendir sel-sel tubuh bereaksi atau menjadi terangsang, baik pada mukosa tenggorokan, paru-paru maupun serviks. Namun tidak diketahui dengan pasti berapa banyak jumlah nikotin yang dikonsumsi yang bisa menyebabkan kanker leher rahim. Riwayat penyakit kelamin seperti kutil genitalia. Wanita yang terkena penyakit akibat hubungan seksual berisiko terkena virus HPV, karena virus HPV diduga sebagai penyebab utama terjadinya kanker leher rahim sehingga wanita yang mempunyai riwayat penyakit kelamin berisiko terkena kanker leher rahim. Penggunaan kontrasepsi oral dalam jangka waktu lama. Penggunaan kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka lama yaitu lebih dari 4 tahun dapat meningkatkan risiko kanker leher rahim 1,5-2,5 kali Infeksi leher rahim (virus herpes tipe 2, perlukaan leher rahim yang menahun, infeksi trikomonas) Keadaan gizi yang buruk Banyak dijumpai pada kondisi sosial-ekonomi rendah Higiene hubungan seksual kurang Paritas tinggi (jumlah kelahiran terlalu banyak dengan jarak yang pendek) Dengan seringnya seorang ibu melahirkan, maka akan berdampak pada seringnya terjadi perlukaan di organ reproduksinya yang akhirnya dampak dari luka tersebut akan memudahkan timbulnya HumanPapilloma Virus (HPV) sebagai penyebab terjadinya penyakit kanker leher rahim.2.54.3 Gejala Kanker Serviks Nyeri pada panggul saat mengalami mensturasi Nyeri saat buang air kecil Pendarahan tak normal di daerah vagina Keputihan berlebihan Pendarahan saat mensturasi, setelah melakukan hubungan seks dan saat pemeriksaan panggul.2.54.4 Hal-hal yang Harus Diperhatikan untuk Mencegah Kanker Serviks Membasuh kemaluan dengan air yang bersih Melalui hubungan seksual apalagi yang suka berganti ganti pasangan, virus HPV dapat menular dengan cepat, oleh karenanya penggunaan kondom saat melakukan hubungan intim tidak terlalu berpengaruh untuk mencegah penularan virus HPV. Pemakaian pembalut yang aman.Pemakaian pembalut yang mengandung dioksin. Dioksin adalah pemuth yang digunakan untuk memutihkan pembalut daur ulang dari bahan bekas. Keputihan yang berlebihan segera di obati Cek kesehatan reproduksi rutin dengan PAP SMEAR

2.6 Kanker Payudara2.64.1 DefinisiKanker Payudara merupakan penyakit yang disebabkan oleh sel ganas (kanker) yang tumbuh pada jaringan payudara. Sel-sel ini biasanya muncul pada saluran atau lobula di payudara. Sel-sel kanker ini dapat menyebar di antara jaringan atau organ yang ada dan ke bagian tubuh lainnya. Kanker Payudara merupakan penyebab kematian kedua terbesar bagi wanita saat ini. Di Singapura, 1 dari 16 wanita akan terdiagnosa mengidap kanker payudara dalam masa hidupnya. Wanita etnis Cina memiliki resiko lebih tinggi dibandingkan dengan etnis Melayu atau India sekitar 10% hingga 20%. Kasus tertinggi terjadi pada kelompok umur 55-59 tahun. Resiko terkena kanker payudara meningkat seiring bertambahnya usia. Kabar baiknya sekarang adalah banyak wanita kini mampu melawan kanker payudara karena melakukan pendeteksian dini serta peningkatan kualitas pengobatan.

2.64.2 PenyebabFaktor pemicu kanker ini belum dapat diketahui. Namun hal ini bisa ditelusuri dari sejarah keluarga yang mengidap kanker payudara, siklus menstruasi dini, atau kemungkinan faktor resiko lainnya. Karena begitu sulit untuk dipastikan, masing-masing kita memiliki resiko terkena kanker payudara, khususnya saat kita berusia 40 tahun atau lebih. Walaupun faktor penyebabnya masih tidak diketahui, akan tetapi penyembuhan total sangat dimungkinkan dengan pendeteksian dini melalui pemeriksaan payudara secara reguler.Faktor risiko yang dapat menyebabkan kanker payudara: Faktor reproduksi: Karakteristik reproduktif yang berhubungan dengan risiko terjadinya kanker payudara adalah nuliparitas, menarche pada umur muda, menopause pada umur lebih tua, dan kehamilan pertama pada umur tua. Risiko utama kanker payudara adalah bertambahnya umur. Diperkirakan, periode antara terjadinya haid pertama dengan umur saat kehamilan pertama merupakan window of initiation perkembangan kanker payudara. Secara anatomi dan fungsional, payudara akan mengalami atrofi dengan bertambahnya umur. Kurang dari 25% kanker payudara terjadi pada masa sebelum menopause sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor terjadi. Penggunaan hormon: Hormon estrogen berhubungan dengan terjadinya kanker payudara. Laporan dari Harvard School of Public Health menyatakan bahwa terdapat peningkatan kanker payudara yang signifikan pada para pengguna terapi estrogen replacement. Suatu metaanalisis menyatakan bahwa walaupun tidak terdapat risiko kanker payudara pada pengguna kontrasepsi oral, wanita yang menggunakan obat ini untuk waktu yang lama mempunyai risiko tinggi untuk mengalami kanker payudara sebelum menopause. Sel-sel yang sensitive terhadap rangsangan hormonal mungkin mengalami perubahan degenerasi jinak atau menjadi ganas. Penyakit fibrokistik: Pada wanita dengan adenosis, fibroadenoma, dan fibrosis, tidak ada peningkatan risiko terjadinya kanker payudara. Pada hiperplasis dan papiloma, risiko sedikit meningkat 1,5 sampai 2 kali. Sedangkan pada hiperplasia atipik, risiko meningkat hingga 5 kali. Obesitas: Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dan bentuk tubuh dengan kanker payudara pada wanita pasca menopause. Variasi terhadap kekerapan kanker ini di negara-negara Barat dan bukan Barat serta perubahan kekerapan sesudah migrasi menunjukkan bahwa terdapat pengaruh diet terhadap terjadinya keganasan ini. Konsumsi lemak: Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor risiko terjadinya kanker payudara. Willet dkk. melakukan studi prospektif selama 8 tahun tentang konsumsi lemak dan serat dalam hubungannya dengan risiko kanker payudara pada wanita umur 34 sampai 59 tahun. Radiasi: Eksposur dengan radiasi ionisasi selama atau sesudah pubertas meningkatkan terjadinya risiko kanker payudara. Dari beberapa penelitian yang dilakukan disimpulkan bahwa risiko kanker radiasi berhubungan secara linier dengan dosis dan umur saat terjadinya eksposur. Riwayat keluarga dan faktor genetik: Riwayat keluarga merupakan komponen yang penting dalam riwayat penderita yang akan dilaksanakan skrining untuk kanker payudara. Terdapat peningkatan risiko keganasan pada wanita yang keluarganya menderita kanker payudara. Pada studi genetik ditemukan bahwa kanker payudara berhubungan dengan gentertentu. Apabila terdapat BRCA 1, yaitu suatu gen kerentanan terhadap kanker payudara, probabilitas untuk terjadi kanker payudara sebesar 60% pada umur 50 tahun dan sebesar 85% pada umur 70 tahun. Faktor Usiasangat berpengaruh -> sekitar 60% kanker payudara terjadi di usia 60 tahun. Resiko terbesar usia 75 tahun

2.64.3 Tanda dan GejalaPada stadium awal tidak ada keluhan sama sekali hanya seperti bentuk tidak teratur,batas tidak tegas, permukaan tidak rata, konsistensi pada keras. Kanker payudara dapat terjadi di bagian mana saja dalam payudara, tetapi mayoritas terjadi pada kuadran atas terluar dimana sebagian besar jaringan payudara terdapat kanker payudara umum terjadi pada payudara sebelah kiri. Umumnya lesi tidak terasa nyeri, terfiksasi dan keras dengan batas yang tidak teratur, keluhan nyeri yang menyebar pada payudara dan nyeri tekan yang terjadi pada saat menstruasi biasanya berhubungan dengan penyakit payudara jinak. Namun nyeri yang jelas pada bagian yang ditunjuk dapat berhubungan dengan kanker payudara pada kasus yang lebih lanjut.Beberapa gejala klinis dari kanker payudara :a. BenjolanAdanya benjolan pada payudara yang dapat diraba dengan tangan. Semakin lama benjolan tersebut semakin mengeras dan bentuknya tidak beraturan.b. Perubahan kulit pada payudara Kulit tertarik (skin dimpling) Benjolan yang dapat dilihat (visible lump) Gambaran kulit jeruk (peu dorange) Eritema Ulkusc. Kelainan pada putting Puting tertarik (nipple retraction) Eksema Cairan pada puting (nipple discharge)2.64.4 Strategi PencegahanPada prinsipnya, strategi pencegahan dikelompokkan dalam tiga kelompok besar, yaitu pencegahan pada lingkungan, pada pejamu, dan milestone. Hampir setiap epidemiolog sepakat bahwa pencegahan yang paling efektif bagi kejadian penyakit tidak menular adalah promosi kesehatan dan deteksi dini. Begitu pula pada kanker payudara, pencegahan yang dilakukan antara lain berupa:1. Pencegahan primerPencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu bentuk promosi kesehatan karena dilakukan pada orang yang "sehat" melalui upaya menghindarkan diri dari keterpaparan pada berbagai faktor risiko dan melaksanakan pola hidup sehat. Pencagahan primer ini juga bisa berupa pemeriksaan SADARI (pemeriksaan payudara sendiri) yang dilakukan secara rutin sehingga bisa memperkecil faktor risiko terkena kanker payudara. 2. Pencegahan sekunderPencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk terkena kanker payudara. Setiap wanita yang normal dan memiliki siklus haid normal merupakan populasi at risk dari kanker payudara. Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan deteksi dini. Beberapa metode deteksi dini terus mengalami perkembangan. Skrining melalui mammografi diklaim memiliki akurasi 90% dari semua penderita kanker payudara, tetapi keterpaparan terus-menerus pada mammografi pada wanita yang sehat merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker payudara. Karena itu, skrining dengan mammografi tetap dapat dilaksanakan dengan beberapa pertimbangan antara lain: Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun dianjurkan melakukan cancer risk assessement survey. Pada wanita dengan faktor risiko mendapat rujukan untuk dilakukan mammografi setiap tahun. Wanita normal mendapat rujukan mammografi setiap 2 tahun sampai mencapai usia 50 tahun.3. Pencegahan tertierPencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif menderita kanker payudara. Penanganan yang tepat penderita kanker payudara sesuai dengan stadiumnya akan dapat mengurangi kecatatan dan memperpanjang harapan hidup penderita. Pencegahan tertier ini penting untuk meningkatkan kualitas hidup penderita serta mencegah komplikasi penyakit dan meneruskan pengobatan. Tindakan pengobatan dapat berupa operasi walaupun tidak berpengaruh banyak terhadap ketahanan hidup penderita. Bila kanker telah jauh bermetastasis, dilakukan tindakan kemoterapi dengan sitostatika.

BAB IIIKERANGKA PEMECAHAN MASALAH

Berdasarkan permasalahan yang ditemukan di Desa Saptorenggo, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang yaitu sebagai berikut : Kurangnya motivasi penduduk lansia untuk sadar kesehatan diri sendiri Belum mempunyai kesadaran penuh akan pentingnya pemeriksaan kesehatan rutin pada lansia. Maka metode yang tepat untuk menyelesaikan masalah yang ditemukan adalah dengan menggunakan metode :1. Pemeriksaan Kesehatan GratisKegiatan ini bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada lansia sehingga lansia dapat mengetahui status kesehatannya saat ini. Kegiatan ini terdiri dari pemeriksaan tekanan darah dan pemeriksaan kadargout dalam darah.2. Konseling, Informasi, dan Edukasi (KIE) LansiaKegiatan ini bertujuan untuk mengungkap lebih lanjut tentang permasalahan yang dimiliki oleh lansia. Dengan menggunakan pendekatan interpersonal, tenaga kesehatan dan lansia dapat secara interaktif berkomunikasi tentang permasalahan yang dimiliki oleh lansia. Tenaga kesehatan memberikan pengetahuan tambahan tentang permasalahan kesehaan yang dibahas disertai dengan solusi untuk mengatasi masalah kesehatan tersebut. Metode ini dianggap sesuai karena dianggap mampu untuk membantu menyelesaikan permasalahan yang ada tanpa lansia merasa malu untuk mengutarakan masalah kesehatannyadan juga hanya membutuhkan sedikit biaya.

BAB IVMETODE KEGIATAN

4.1 Waktu KegiatanKegiatan Pelayanan kesehatan Lansia pada hari selasa,7 Januari 2014 pukul 10.00-13.00 WIB.

4.2 Lokasi KegiatanRumah kader kesehatan Ibu Sulasmi desa Saptorenggo, kecamatan Pakis, Malang.

4.3 Sasaran KegiatanSasaran dalam kegiatan PKNM ini adalah Lansia di desa Saptorenggo RW 3 dan RW 5.

4.4 Metode yang DigunakanMetode yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut:a. Pemeriksaan kesehatan Pemeriksaan kesehatan meliputi pengukuran tekanan darah dan kadar gout dalam darah. b. Konseling kesehatanDari hasil pemeriksaan kesehatan akan didapatkan kecenderungan penyakit yang diderita peserta. Konsultan yang terdiri dari 3 jurusan yakni gizi, perawat dan bidan, masing-masing akan memberikan gambaran tentang pencegahan, konsep penyakit dan penatalaksanaan sesuai sudut pandang keilmuan. c. KIE (Konseling, Informasi, dan Edukasi)Akan ditekankan tentang penyakit Hipertensi dan Goutarthritis yang menjadi mayoritas masalah kesehatan lansia setempat. Di tambah dengan edukasi tentang gangguan reproduksi pada wanita tentang ca mamae dan ca cerviks. Media yang digunakan adalah lembar balik bergambar dan leaflet. Peserta juga akan diberi souvenir berupa callendar education yang berisitentang pencegahan penyakit Goutarthritis dan Hipertensi.Sebelum dilakukan edukasi, peserta secara langsung diarahkan dengan pertanyaan pretest untuk mengetahui tingkat pemahamannya. Verifikasi juga akan dilakukan menggunakan pertanyaan post test di akhir sesi. Post test diberikan dalam bentuk pertanyaan terbuka sehingga dapat lebih menilai tingkat pemahaman peserta. Klien dianggap memahami KIE jika skor pada post test 80% benar (4 soal benar). Dengan metode ini akan dapat diketahui efektifitas program edukasi yang telah kami lakukan.

4.5 Rancangan EvaluasiMetode yang digunakan untuk mengevaluasi kegiatan yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :1. Evaluasi Input Seluruh anggota tim pknm dapat hadir acara inti. 80% undangan dapat tersebar dan tersampaikan pada lansia di desa Saptorenggo Sarana dan prasarana untuk kegiatan telah siap sebelum acara dimulai2. Evaluasi Proses Target minimal 50 peserta terpenuhi Peserta kooperatif saat mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir3. Evaluasi outputEvaluasi yang akan digunakan adalah dengan mengadakan pre test dan post test pada peserta. Pre testberisi beberapa soal yang akan ditanyakan secara lisan mengenai Hipertensi, Goutarthritis dan Kesehatan reproduksi.Sebelum dilakukan edukasi, para lansiadiberikan pre test dengan pertanyaanlisan. Setelah pemeriksaan dan edukasi lansia dilakukan, lansia diberikan pertanyaan lisan untuk post test. Post test ini berguna untuk mengetahui sejauh mana pemahaman peserta setelah edukasi. Soal post testyang diberikan merupakan soal yang sama dengan soal pre test. Soal pre test maupun post test merupakan pertanyaan terbuka agar dapat mengetahui seberapa besar pemahaman peserta. Namun yang perlu digaris bawahi disini adalah kami hanya menilai skor jawaban peserta, yaitu setiap peserta mampu menyebutkan 1 jawaban benar maka akan dianggap benar dan bernilai 1 skor. Dalam kegiatan ini analisis dan interpretasi hasil untuk pre dan post test antara KIE hipertensi dan gout dengan KIE kesehatan reproduksi dilakukan secara terpisah dikarenakan jumlah peserta antara yang mengikuti KIE hipertensi dan gout dengan jumlah peserta yang mengikuti KIE kesehatan reproduksi tidak sama akibat pre dan post test KIE kesehatan reproduksi hanya dilakukan kepada wanita. Batasan yang dipakai dalam menentukan tingkat pengetahuan menurut Khomsan (2000)adalah sebagai berikut: Baik bila didapat hasil 80% Sedang atau cukup bila didapat hasil 60-79% Kurang bila didapat hasil