Upload
wendyastuti
View
839
Download
10
Embed Size (px)
Citation preview
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : An. RFZ
Umur : 7 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Agama : Islam
Alamat : Ngetuk-Nalumsari RT3 RW1 Jepara
Suku : Jawa
No CM : 6583666
II. DAFTAR MASALAH
No Problem Aktif Tanggal No Problem pasif Tgl
1. Neglected dislokasi hip joint
sinistra terpasang skeletal
traksi
18/4/2011
III. DATA DASAR
A. DATA SUBYEKTIF
Anamnesis
Alloanamnesis dengan tante penderita pada tanggal 18 April 2011 pukul
16.00 WIB di ruang Rajawali RSDK.
Keluhan Utama
Pincang saat berjalan
Riwayat Penyakit Sekarang
± 7 bulan yang lalu ketika anak sedang mengendarai sepeda, anak terjatuh.
Mekanisme jatuh anak lupa. Sejak itu bagian pinggul kiri dirasa nyeri hingga
anak tidak dapat berjalan, bengkak (-), pinggul kiri tampak berbeda dengan
pinggul kanan (+), perdarahan (-), BAB dan BAK tidak ada kelainan. Oleh
keluarga anak dibawa ke pengobatan alternatif untuk dipijat hingga lebih dari
30 kali. Usai dipijat anak mulai dapat berjalan, namun pincang. Karena dirasa
tidak sembuh, ± 3 minggu yang lalu anak berobat ke RS Kudus, dilakukan
foto rontgen dan dirujuk ke RSDK.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat trauma sebelum ini disangkal
Riwayat operasi sebelumnya disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki riwayat patah tulang dengan atau
tanpa trauma
Riwayat Sosial Ekonomi
Ayah bekerja sebagai karyawan pabrik. Ibu penderita tidak bekerja.
Menanggung 2 orang anak yang belum mandiri. Biaya pengobatan
ditanggung oleh jamsostek.
Kesan : sosial ekonomi cukup
B. DATA OBYEKTIF
Pemeriksaan fisik (dilakukan tanggal 18 Desember 2010 Pkl. 11.30 WIB)
Status Generalis
Keadaan umum: baik, kooperatif
Kesadaran : composmentis
Tanda Vital : Tek. Darah : tidak dilakukan
Nadi : 100x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
RR : 22x/menit
t : 37 º C ( axiller )
Kepala : mesosefal
Mata : conjungtiva palpebra pucat (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : nafas cuping (-), sekret (-), septum deviasi (-)
Telinga : discharge (-/-)
Mulut : bibir sianosis (-)
2
Tenggorokan : T1-T1, faring hiperemis (-).
Leher : simetris, trakhea ditengah, pembesaran nnll (-)
Thorax
Pulmo I : simetris saat statis dan dinamis
Pa : stem fremitus kanan = kiri
Pe : sonor seluruh lapangan paru
Au : SD vesikuler, ST (-)
Cor I : ictus cordis tak tampak
Pa : ictus cordis teraba pada SIC V 2 cm medial LMCS,
Pe : konfigurasi jantung dalam batas normal
Au : Suara jantung I-II murni, bising (-), gallop (-).
Abdomen I : datar
Au : bising usus (+) normal
Pe : timpani, pekak sisi (+) normal, pekak alih (-)
Pa : supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan(-),
defans muskuler (-)
Ekstremitas Superior Inferior
Akral dingin -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Edema -/- -/-
Capillary refill < 2”/ <2” <2”/<2”
Sensibilitas +/+ +/+
Motorik:
Gerak +/+ +/sulit dinilai
Kekuatan 5/5 5/sulit dinilai
Tonus N/N N/ N
Reflek fisiologis +/+ +/ sulit dinilai
Reflek patologis -/sulit dinilai
3
Status lokalis :
Panggul - ekstremitas inferior sinistra
Inspeksi : Terpasang skeletal traksi di distal femur dengan beban 5kg
Tak tampak deformitas, warna sama dengan kulit sekitar,
jaringan parut (-)
Palpasi : teraba trochanter mayor sinistra letak tinggi , nyeri tekan (-),
suhu sama dengan kulit sekitar, palpasi a.dorsalis pedis (+)
Kaki kiri Kaki kanan
Panjang anatomis 60 cm 60 cm
Panjang klinis 65 cm 68 cm
Range of Movement ( ROM ) :
Sulit dinilai karena terpasang skin traksi
V. DIAGNOSIS BANDING
1. Dislokasi sendi panggul kiri
2. Fraktur femur proksimal kiri
VI. DIAGNOSIS KERJA
Dislokasi sendi panggul kiri
VII. RENCANA PENGOBATAN
Dx : S : -
O: kontrol X foto femur AP-lateral, X-foto pelvis AP-oblique
Tx : Asam mefenamat 3x250mg bila perlu
Amoxicillin 3x250mg
Mx : Keadaan umum, panjang klinis, cappilary refill daerah distal
4
Ex : - Menjelaskan kepada keluarga penderita bahwa penderita
mengalami perubahan posisi pada sendi panggul kiri akibat jatuh
dari sepeda
- Menjelaskan kepada keluraga penderita mengenai pemeriksaan
yang akan dijalankan untuk menegakkan diagnosis dan
mengevaluasi terapi
- Menjelaskan pada keluarga penderita bahwa telah dilakukan
operasi untuk pemasangan traksi sampai panjang klinis dan
panjang anatomis kedua kaki sama panjang
.
5
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.
Dislokasi dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya
seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (mangkuk sendi).
KLASIFIKASI
Dislokasi panggul dengan atau tanpa fraktur acetabulum termasuk cedera
mayor. Kekuatan tertentu dibutuhkan untuk menyebabkan dislokasi dan sebagai
tambahan, gangguan yang didapat dari pemeriksaan rontgen secara signifikan berupa
cedera jaringan lunak.
Fraktur atau fraktur dan dislokasi panggul dapat terlewatkan dengan mudah
ketika berbarengan dengan cedera ekstremitas ipsilateral.
KLASIFIKASI DISLOKASI PANGGUL
A. Dislokasi Anterior
1.Obturator
2.Iliaca
3.Pubis
4.Berhubungan fraktur femur proksimal
B. Dislokasi Posterior
1.Tanpa fraktur
2.Dengan fraktur dinding posterior
3.Dengan fraktur femur proksimal
DISLOKASI ANTERIOR
Biasa terjadi pada kecelakaan. Mekanisme terjadinya dislokasi akibat paksaan
abduksi yang berlebihan (forced abduction). Collum femur atau trochanter mayor
femur jatuh pada tepi acetabulum dan mengungkit caput femur keluar melalui
6
sobekan pada kapsul anterior. Jika hal tersebut terjadi pada kondisi ekstensi relatif
maka akan terjadi dislokasi iliaca atau pubis, panggul dalam keadaan fleksi maka
dislokasi obturator akan terjadi.
Dalam berbagai contoh kasus, caput femur bergerak ke atas melewati tepi
anteroinferior acetabulum.
Pemeriksaan
Pada pemeriksaan fisik, pada dislokasi obturator, panggul dalam keadaan abduksi,
eksternal rotasi dan fleksi. Pada dislokasi iliaca atau pubis, panggul mungkin dalam
keadaan ekstensi. Caput femur biasanya dapat dipalpasi di dekat spina iliaca anterior
pada dislokasi iliaca, pada dislokasi pubis dapat diraba di selangkangan.
Lakukan pemeriksaan sirkulasi dan status neurologik dengan teliti sebelum mencoba
reduksi. Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan foto rontgen berupa
gambaran caput femur keluar dari acetabulum pada posisi inferior dan medial.
Terapi
Terapi terpilih adalah reduksi tertutup segera, namun reduksi terbuka dapat dilakukan
jika dibutuhkan. Traksi awal yang kuat dan tegas sepanjang aksis femur selama
penggunaan bantuan stabilisasi pelvis dengan penekanan pada krista iliaka anterior.
Pada dislokasi obturator traksi dilanjutkan selama panggul dalam keadaan fleksi dan
dihentikan hingga terjadi internal rotasi. Pada dislokasi iliaca atau pubis, caput femur
ditarik ke distal hingga ke acetabulum sehingga dapat dilakukan fleksi dan internal
rotasi.
Prognosis
Dislokasi anterior terjadi kira-kira 13% dari 1000 kejadian dislokasi panggul. Hasil
yang cukup memuaskan didapatkan pada pasien anak-anak. Traumatik arthrosis dan
nekrosis avaskular merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dewasa.
Rekurensi dislokasi jarang terjadi.
DISLOKASI POSTERIOR
Mekanisme terjadinya dislokasi posterior akibat kekuatan yang melawan lutut dalam
keadaan fleksi dimana saat itu panggul juga dalam keadaan fleksi. Contohnya pada
benturan lutut pada dashboard mobil saat kecelakaan. Jika panggul dalam keadaan
7
aduksi, dapat terjadi simple dislokasi. Namun jika pangul dalam keadaan sedikit
abduksi, fraktur posterior atau posterosuperior acetabulum dapat terjadi. Semakin
meningkat derajat fleksi panggul, semakin meningkat pula kemungkinan dislokasi
yang terjadi.
Pemeriksaan
Pemeriksaan menunjukkan kaki memendek, dalam posisi internal rotasi, dan aduksi.
Pemeriksaan teliti yang dapat dilakukan sebelum reduksi meliputi sensibilitas dan
derajat kekuatan kelompok otot motorik.
Terapi
Pada dislokasi posterior tanpa fraktur dilakukan reduksi sesegera mungkin, kurang
dari 8-12 jam jika memungkinkan. Langkah penting dalam reduksi adalah traksi pada
garis deformitas diikuti fleksi panggul 90 derajat. Sementara itu pelvis distabilkan
dengan tekanan pada spina iliaca. Dengan traksi berkelanjutan, panggul kemudian
dapat berotasi ke internal dan eksternal.
FRAKTUR FEMUR PROKSIMAL
Femur merupakan tulang yang terpanjang pada badan dimana fraktur dapat terjadi
mulai dari proksimal sampai distal.
Femur, terletak di bawah articulatio dengan tulang pelvis di bagian medial
membentuk sudut inklinasi ke inferior sampai dengan sendi lutut.
Sudut inklinasi lebih jelas terlihat pada wanita dibandingkan laki-laki.
Tulang femur terdiri diri
- Caput
femur
- Collum
femur
- Trochant
er mayor
- Trochant
Segmen superior
8
er minor
- Batang femur
- Supra
kondulus femur
- Kondilus
femur
Segmen inferior
Fascia sub cutaneus terdiri dari :
superficial adipose layer
deep fibrous layer
Ototnya terdiri dari 3 kelompok
1. Kelompok anterior (Extensor)
m. rectus femoris
m. vastus lateralis
m. vastus medialis
m. vastus intermedius
articularis genu
m. sartorius
2. Kelompok medial (Adduktor)
m. pectineus
m. gracilis
m. adductor longus
m. adductor brevis
m. adductor magnus
3. Kelompok posterior (flexor)
m. biceps femoris
m.semi tendinosus hamstrings
m. semi membranosus
m. psoas major
m. iliacus
9
m. tensor fascia lata
Pembuluh darah, lymphe dan saraf/nerve
Pembuluh darah :
Arteri :- a. femoris superficial
- a. femoris profunda
- a. abturator
Vena : - v. saphena magna
- v. obturator
- v. femoris
Vaskularisasi pada daerah tulang intraartikuler diberikan oleh cabang
dari arteri sirkumflexa femoris medial dan lateral, dan oleh arteri
foveal yang berjalan bersama lig.capitis femoris. Bila terdapat fraktur
pada femur proksimal, biasanya kedua arteri pertama tersebut ikut
putus, sehinga perdarahan ke segmen fraktur hanya diberikan oleh
arteri foveal. Oleh karena itu manipulasi berlebihan pada fraktur
femur proksimal perlu dihindari karena dapat menyebabkan iskemi
hingga nekrosis avaskuler (AVN)
Lymphe : - superfisial lymphatic
- deep lymphatis
- sub inguinital nodes
Nerve : - n. cutaneus femoralis
- n. genito femoral
- cabang cutaneus ant dari n. femoris
- n. cutaneus femoralis post
Fraktur caput femoris
Biasanya disertai dengan dislokasi articulatio coxae. Fraktur pada superior caput
terjadi luksasi anterior, dan fraktur inferior terjadi luksasi posterior
Tipe 1: single fragment fracture
10
Tipe 2: comminuted fracture
Fraktur collum femoris
Sering pada orangtua akibat fraktur patologis,
Tipe 1 – stress fracturer/ fracture incomplete
Tipe 2- impacted fracture
Tipe 3- Partially displaced fracture
Tipe 4 – Completely displaced atau comminuted fracture
Fraktur Trochanter
Tipe 1 – nondisplaced fracture
Tipe 2 – displaced fracture; >1mm displacement untuk fraktur trochanter mayor dan
> 2mm displacement untuk fraktur trochanter minor
Fraktur Intertrochanter
Merupakan fraktur ekstrakapsuler, pembagian :
Tipe 1- single fracture line tanpa displacement; stable
Tipe 2 – comminutive dengan displacement; unstable
Fraktur subtrochanter
Pembagian : stable dan unstable
GAMBARAN KLINIS
Anamnesis
Riwayat trauma : onset, jenis, berat ringan trauma, arah trauma, posisi pasien atau
ekstremitas yang bersangkutan
Pemeriksaan Fisik
Lokalis : ditemukan tanda klinis patah tulang : Deformitas berupa: pembengkokan,
terputar, pemendekan, gerak abnormal, krepitasi, fungsiolesa, seberapa jauh
gangguan fungsi, gerak yang tidak mampu dilakukan, ruang lingkup gerak sendi
(ROM) dan kekuatan
Pemeriksaan pada posisi anatomis penderita juga penting untuk menentukan
kecurigaan lokasi fraktur.
Fraktur caput femoris: sering dislokasi ke posterior, terjadi endorotasi dan abduksi
Pada dislokasi ke anterior terjadi abduksi dan eksorotasi
11
Fraktur collum femoris: femoral neck fracture, pada displaced fracture terjadi
pemendekan, abduksi, dan eksorotasi
Fraktur trochanter: pada trochanter mayor, nyeri gerak terutama pada abduksi dan
ekstensi. Pada trocahnter mnor nyeri pada fleksi dan endorotasi
Fraktur intertrochanter: tampak pemendekan dan eksorotasi yang jelas.
Fraktur subtrochanter : proksimal femur biasanya fleksi dan eksorotasi
Pemeriksaan Penunjang
Dilakukan pemeriksaan dengan foto rontgen, syarat foto:
- patah tulang di pertengahan foto
- persendian proksimal dan distal termasuk dalam foto
- dua foto dua arah bersilangan 90’
- sinar menembus tegak lurus
Bagian paha yang patah lebih pendek dan lebih besar dibanding dengan normal serta
fragmen distal dalam posisi eksorotasi dan aduksi karena empat penyebab:
1) Tanpa stabilitas longitudinal femur, otot yang melekat pada fragmen atas dan
bawah berkontraksi dan paha memendek, yang menyebabkan bagian paha yang patah
membengkak.
2) Aduktor melekat pada fragmen distal dan abduktor pada fragmen atas. Fraktur
memisahkan dua kelompok otot tersebut, yang selanjutnya bekerja tanpa ada aksi
antagonis.
3) Beban berat kaki memutarkan fragmen distal ke rotasi eksterna.
4) Femur dikelilingi oleh otot yang mengalami laserasi oleh ujung tulang fraktur
yang tajam dan paha terisi dengan darah, sehingga terjadi pembengkakan
Penatalaksanaan fraktur femur proksimal
1. Fraktur caput femoris
Tipe 1: hilangkan fragmen fraktur dalam cavum synovial yang sebabkan AVN, ORIF
jika perlu
Tipe 2 : arthroplasty
2.Fraktur collum femoris
12
Tipe 1: imobilisasi, kadang operasi
Tipe 2,3,4 : ORIF, arthroplasty, konservatif (fraktur impacted)
3. Fraktur Trochanter
Tipe 1: konservatif
Tipe 2 : fixasi interna
4. Fraktur Intertrochanter
Traksi/bidai traksi, ORIF
5. Faktur subtrochanter
Traksi/bidai traksi, ORIF
Penatalaksanaan fraktur ini mengalami banyak perubahan dalam waktu sepuluh
tahun terakhir ini. Traksi dan spica casting atau cast bracing mempunyai banyak
kerugian dalam hal memerlukan masa berbaring dan rehabilitasi yang lama,
meskipun merupakan penatalaksanaan non-invasif pilihan untuk anak-anak. Oleh
karena itu, tindakan ini tidak banyak dilakukan pada orang dewasa.
Bila keadaan penderita stabil dan luka telah diatasi, fraktur dapat diimobilisasi
dengan salah satu dan empat cara berikut ini:
1) Traksi.
2) Fiksasi interna.
3) Fiksasi eksterna.
4) Cast bracing.
Traksi
Merupakan salah satu pengobatan konservatif yang mudah dilakukan oleh setiap
dokter dan bermanfaat dalam mereduksi suatu fraktur atau kelainan lain seperti
spasme otot. Traksi dipasang memakai pemberat dengan berat badan penderita
sebagai counter traksi. Berdasarkan mekanisme traksi dikenal dua macam traksi yaitu
1.Traksi menetap (fixation traction)
Digunakan sekaligus untuk melakukan fiksasi
13
2.Traksi berimbang (sliding traction)
Suatu traksi secara bertahap untuk memperoleh reduksi tertutup dan
sekaligus imobilisasi pada daerah yang dimaksud
Dikenal dua jenis pemasangan traksi, yaitu :
1.Traksi kulit
Menggunakan plester lebar yang direkatkan pada kulit dan diperkuat dengan
perban elastis. Berat maksimum yang dapat diberikan adalah 5kg yang merupakan
batas toleransi kulit.
Indikasi :
Traksi kulit merupakan terapi pilihan pada fraktur femur dan beberapa fraktur
suprakondiler humeri pada anak-anak
Pada reduksi tertutup dimana manipulasi dan imobilisasi tidak dapat
dilakukan
Merupakan pengobatan sementara pada fraktur sambil menunggu terapi
definitif
Fraktur-fraktur yang sangat bengkak dan tidak stabil, misal fraktur
suprakondiler humeri pada anak-anak
Untuk traksi pada spasme otot atau kontraktur sendi
2.Traksi tulang
Biasanya menggunakan kawat Kirschner (K-wire) atau batang dari Steinmann pada
lokasi tertentu, yaitu :
proksimal tibia
kondilus humeri
olekranon
kalkaneus
traksi pada tengkorak
trokanter mayor
bagian distal metakarpal
Indikasi
Apabila diperlukan traksi yang lebih berat dari 5kg
14
Traksi pada anak-anak yang lebih besar
Pada fraktur yang tidak stabil, oblik atau kominutif
Fraktur tertentu pada daerah sendi
Dipergunakan sebagai traksi langsung pada traksi yang sangat berat, misalnya
dislokasi panggul yang lama sebagai persiapan terapi definitif
KEPUSTAKAAN
1. Rasjad Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi. Yasif Watampone. Jakarta :
2007
2.Manual of Orthopaedic. 6th Edition. Lippincott and William Wilkin
15