Upload
wahyuni-setiawati
View
604
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 1/38
LAPORAN KASUS
SEORANG LAKI-LAKI DENGAN NYERI LENGAN ATAS KIRI
KELOMPOK 8
Irfan Sugiyanto 030.08.128
Mohammad Fachri Ibrahim 030.09.156
Muhamad Rosaldy 030.09.158
Muhammad Taufiq Hidayat 030.09.160
Mutiara Citraristi 030.09.162
Nabila Syafira Audi S 030.09.163
Nabila Zaneta 030.09.164
Najua Saleh 030.09.166
Nanda Anessa Minanti 030.09.168
Ni Made Rai Wahyuni S 030.09.170
Novia Alrosa 030.09.172
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
Jakarta, 15 April 2011
5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 2/38
BAB I
PENDAHULUAN
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Trauma yang menyebabkan tulang patah
dapat berupa trauma langsung misalnya benturan pada lengan bawah yang menyebabkan trauma
tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan tulang klavikula atau
radius distal patah.(1)
Fraktur lebih sering terjadi pada orang laki-laki daripada perempuan
dengan umur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau
kecelakaan. Sedangkan pada Usila prevalensi cenderung lebih banyak terjadi pada wanita
berhubungan dengan adanya osteoporosis yang terkait dengan perubahan hormon.
5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 3/38
LAPORAN KASUS
Lembar 1
Seorang penderita laki-laki masuk ke UGD jam 21.00 dengan keluhan nyeri pada lengan
atas kiri, menggunakan mitela pada lengan kirinya. Penderita ditemani oleh seorang pengantar.
Lembar 2
Biodata
Nama : Tn. Asampezet
Usia : 25 tahun
Pekerjaan : Petinju kelas bulu, bagian keamanan di supermarket
Alamat : Jl. Kenangan No.1 Perumnas 1 Bekasi
Penanggung jawab : Panitia pertandingan
Status perkawinan : Belum kawin
Penderita membawa surat pengantar dari dokter pertandingan. Saat bertanding tinju,
mendapat pukulan swing keras dari lawan tanding yang mendarat di lengan bawah kiri, ketika
sedang dalam posisi pertahanan dimana kedua lengan merapat berusaha melindungi dada.
Setelah itu penderita terjatuh dengan siku kiri membentur lantai. Penderita merasa sangat
kesakitan pada lengan atas kiri, sehingga tidak dapat melanjutkan pertandingan dan dinyatakan
kalah knock out oleh wasit, pada awal ronde pertama (jam 20.30). lengan kiri atas sangat nyeri
sehingga tidak dapat digerakan. Penderita mengaku tidak ada pukulan pada kepala, tidak ada
gangguan kesadaran, tidak mual dan tidak muntah. Baru sekali ini mengikuti pertandingan.
Tidak ada riwayat sakit pada tulang/otot/sendi dimanapun
Tidak menderita : penyakit darah tinggi, batuk lama, penurunan berat badan
Tidak merokok, tidak minum minuman keras, tidak menggunakan narkoba
5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 4/38
Lembar 3
Pemeriksaan status generalis : (survey awal) : wajah penderita tampak kesakitan, tidak
pucat, kesadaran compos mentis
A : tak ada tanda-tanda sumbatan, bicara jelas, mulut bersih, tak ada gigi yang lepas
B : napas spontan, suara bersih, hembusan baik, gerakan napas dada baik dan simetris, RR 20/m
C : sifat dan kwalitas denyut jantung baik, nadi regular isi cukup, HR 84/m, TD 120/80 mmHg
(pemeriksaan di lengan kanan), tak ada tanda-tanda perdarahan; Temp. 36° C.
D : kesadaran penuh, atentatif dan orientatif, reflex pupil baik, respon motorik dan sensorik baik
(pada bagian yang tidak cedera)
E : kepala dan wajah tek ditemukan jejas/hematom/luka, leher t.a.k., totaks dan punggung t.a.k.,
abdomen t.a.k., genital eksterna t.a.k, ekstremitas : lengan dan tangan kanan t.a.k., lengan dan
tangan kiri lihat status lokalis, tungkai dan kaki kanan/kiri t.a.k.
TB 170 cm, BB 57,2 kg
Status lokalis : lengan dan tangan kiri
Posisis duduk (mitela dilepas pelan-pelan)
Look :
Lengan kiri menggantung lunglai, tak tampak deformitas pada sendi bahu, siku maupun
pergelangan tangan, tengah-tengah lengan atas bengkak dan memar, tak ada sianosis di akral
Feel :
Teraba agak hangat dan keras pada lokasi otot biseps dan nyeri tekan, lengan bawah dan
tangan tidak dingin. Sensibilitas area dorsum manus berkurang. Pulsasi nadi a. radialis dan
a.ulnaris : cukup, regular
5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 5/38
Move :
Gerakan aktif sendi bahu : dalam batas normal, gerak aktif siku: tidak mampu dilakukan
karena nyeri, gerak pasif siku: membuat nyeri daerah pembengkakan, tidak bias melakukan
dorsifleksi pergelangan tangan maupun ekstensi jari-jari tangan.
Lembar 4
X-foto lengan atas kiri AP/L :
Elektromyografi : neurofraksis N. Radialis
Lab. darah rutin :
Hemoglobin : 16 g/dL
Hematokrit : 48%
Eritrosit : 5,5 j/mm3
Leukosit : 7000/mm3
Trombosit : 350.000/mm3
LED : 20 mm/jam
Gol. Darah : AB
5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 6/38
BAB II
PEMBAHASAN
Status Pasien
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Asampezet
Usia : 25 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Kenangan No.1 Perumnas 1 Bekasi
Pekerjaan : Petinju kelas bulu, bagian keamanan di supermarket
Status perkawinan : Belum kawin
II. ANAMNESIS
Keluhan utama : Nyeri pada lengan atas kiri
Riwayat penyakit sekarang :
Dimana terasa nyeri?
Apakah nyeri menyebar?
Apakah nyeri di permukaan atau di dalam?
Kapan nyeri dimulai?
Apakah timbul nyeri mendadak atau perlahan?
Apakah ada kejadian tertentu yang tampaknya menimbulkan nyeri saat nyeritersebut dimulai?trauma? jika iya bagaimana posisi saat trauma?
Kapan nyeri timbul? (pagi, siang, malam)?
Seberapa sering nyeri timbul?
Apakah nyeri terus menerus atau hilang timbul?
Seberapa lama nyeri tersebut menetap?
5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 7/38
Apa yang kira-kira memicu nyeri?
Apa yang menyebabkan nyeri bertambah parah (misalnya gerakan atau perubahan
posisi)?
Apa yang menyebabkan nyeri berkurang? (misalnya tidur/beristirahat/duduk)?
Seperti apa nyeri terasa? (misalnya berdenyut, tumpul, tajam, seperti terbakar,
tertusuk)?
Seberapa berat nyerinya?
Apakah nyeri mengganggu aktivitas di rumah atau bekerja?
Terapi apa yang telah didapatkan?bagaimana hasilnya?
Apakah tangan masi bisa digerakan?
Apakah ada demam?
Mengapa memakai mitela pada lengan bawah?
Riwayat penyakit dahulu
Apakah sebelumnya pernah mengalami trauma?
Apakah memiliki riwayat penyakit jantung?
Apakah pernah menderita keganasan/tumor?
Apakah memiliki penyakit tulang/otot/sendi? (misalnya osteoporosis)?
Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang memiliki penyakit jantung?
Apakah ada anggota keluarga lain yang menderita keganasan?
Riwayat kebiasaan
Apakah sering mengkonsumsi alcohol/rokok?
Apakah sering mengangkat beban berat?
Apakah kurang aktivitas?
III. HIPOTESIS
Trauma lengan atas kiri
Osteoporosis
Myocardial infarction
Infeksi pada lengan atas kiri
Tumor lengan atas kiri
5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 8/38
IV. PEMERIKSAAN FISIK
Interpretasi status generalis
No Penilaian Hasil Pemeriksaan
fisik
Hasil Normal Keterangan
1 Keadaan Umum Tampak kesakitan,
tidak pucat, atentif,
orientatif
Normal
2 Kesadaran Compos mentis Compos
mentis
Normal
3 Berat Badan 57,2 kg
4 Tinggi badan 170 cm
5 Tekanan Darah 120/80 mmHg <120 sist dan
<80diast
Normal
6 Frekuensi Napas 20/m 14-18x/menit
Tidak
terdapat
retraksi
Normal
7 Frekuensi Nadi 84/m, nadi regular,
isi cukup
60-100 kali
dalam
keadaan
istirahat
Normal
8 Suhu 36°C 36,5°C ±
37,2° C
Subnormal
(35°C-36,5°C)
9 Kepala Kepala dan wajah
tidak ditemukan
jejas/hematom/luka
Normosefali,
tidak ada
jejas
Normal
10 Mata Refleks pupil baik Bulat,
reguler,
isokor,
miosis
Normal
5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 9/38
dengan
penyinaran
11 Telinga - -
12 Hidung Napas spontan,
hembusan baik
Napas
spontan,
tanpa sekret
Normal
13 Mulut Tak ada tanda
sumbatan, bicara
jelas, mulut bersih,
tak ada gigi lepas
Bersih, tak
ada
sumbatan,
gigi utuh
Normal
14 Tenggorokan Tak ada tanda
sumbatan, suara
bersih
Tidak
hiperemis,
tak ada
sumbatan
T1-T1
Normal
15 Leher Tak ada kelainan Tidak ada
benjolan/jejas
Normal
16 Toraks (paru) Gerak napas dan
dada baik dan
simetris, tak ada
kelainan
Gerakan
simetris saat
statis dan
dinamis
Normal
17 Toraks (jantung) Sifat dan kwalitas
denyut jantung
baik, tak ada
kelainan
Ins : Iktus di
ICS IV garis
midclavicular
kiri
Per : redup
Aus : S1-S2
reguler,
bising(-),
irama derap
(-)
Normal
5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 10/38
18 Abdomen dan Viscera Tak ada kelainan Normal
19 Genitalia Eksterna Tak ada kelainan Normal
20 Ektremitas Atas dan
Bawah
Lengan dan tangan
kanan : tak ada
tanda perdarahan,
respon motorik dan
sensorik baik,tak
ada kelainan,
lengan dan tangan
lihat status lokalis,
tungkai dan kaki
kanan/kiri tak ada
kelainan
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik hampir semua hasil dalam keadaan normal.
Namun suhu tubuh pasien mengalami sedikit penurunan dari batas normalnya. Suhu
tubuh berfluktuasi secara fisiologik sepanjang hari, terendah pada pagi hari saat bangun
tidur, tertinggi sekitar pukul 15.00 ± 17.00. suhu tubuh dipengaruhi oleh makan, aktivitas,suhu sekitar dan ovulasi pada wanita. Dalam kasus ini penurunan suhu tubuh
kemungkinan besar dipengaruhi oleh factor lingkungan suhu sekitar pada malam hari
pasien datang. Hasil ini juga tidak mendukung hipotesis infeksi, tumor, dan m yocardial
infarction yang telah dikemukakan sebelumnya.
Interpretasi status lokalis
No
1
Penilaian Hasil pemeriksaan fisik
Lengan dan
tangan kiri
Look : lengan kiri menggantung lunglai, tak tampak deformitas
pada sendi bahu, siku maupun pergelangan tangan, tengah-
tengah atas bengkak dan memar, tak ada sianosis di akral
Feel : teraba agak hangat dan keras pada lokasi otot biseps dan
nyeri tekan, lengan bawah dan tangan tidak dingin, sensibilitas
area dorsum manus berkurang, pulsasi nadi a. radialis dan
5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 11/38
a.ulnaris cukup, reguler
Move : gerakan aktif sendi bahu dalam batas normal, gerak aktif
siku tidak mampu dilakukan karena nyeri, gerak pasif siku
membuat nyeri daerah pembengkakan, tidak bisa melakukan
dorsifleksi pergelangan tangan maupun ekstensi jari-jari tangan
Pada pemeriksaan fisik didapatkan lengan menggantung lunglai dan terdapat
bengkak dan memar pada sekitar setengah bagian lengan atas menunjukan adanya cedera
akibat jatuh dan siku kiri membentur lantai. Hantaman yang kuat pada siku oleh lantai
menyebabkan fraktur os. Humerus terutama bagian distal yang mana menjadi tumpuan
pada saat pasien terjatuh dan menghantam lantai. Bagian tulang yang fraktur kemudian
menekan jaringan di sekitar fraktur yang menyebabkan kerusakan jaringan sekitar serta
pembuluh darah kecil sehingga terjadi reaksi inflamasi berupa bengkak dan memar.
Bagian yang fraktur juga menekan otot-otot yang ada disekitarnya yang pada kasus ini
adalah M. biceps brachii sinistra sehingga terdapat nyeri pada penekanan. Namun cedera
ini tidak sampai mengakibatkan rupturnya arteri sehingga aliran darah dan perfusi oleh a.
radialis / a. ulnaris ke bagian distal lengan kiri masih baik. Kompresi tulang akibat fraktur
menyebabkan terganggunya impuls saraf ke perifer. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik
gangguan impuls terjadi pada N. radialis yang mengakibatkan kurangnya sensibilitasdorsum manus yang mana merupakan inervasi dari N. radialis disamping N. ulnaris. Lesi
N. radialis menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot dorsal lengan atas, dorsal dan radial
lengan bawah (supinator) dan dorsal tangan. Gerakan aktif dari sendi bahu menandakan
tidak adanya lesi nervus yang diakibatkan dislokasi sendi sehingga funsi otot-ototnya pun
masih baik (M. deltoideus, M. pectoralis mayor, M. latissimus dorsi, M. infraspinatus, M.
teres minor, M. levator scapulae, dll), gerakan pasif juga menimbulkan nyeri, tidak bisa
melakukan dorsifleksi pergelangan tangan maupun ekstensi jari-jari tangan menandakan
terganggunya fungsi otot-otot dorsal lengan bawah (supinator), dan dorsal tangan yang
berperan dalam melakukan gerakan-gerakan tersebut terutama M. brachioradialis, M.
biceps brachii, M. triceps brachii, M.brachialis, M. supinator, dan otot-otot extensor
tangan (M. extensor carpi radialis longus, M. extensor carpi radialis brevis, M. extensor
digitorum communis, M. extensor digiti V proprius, M. extensor carpi ulnaris, M.
5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 12/38
extensor pollicis brevis, M. extensor pollicis longus, M. extensor indicis proprius, M.
abductor pollicis longus) yang juga di inervasi oleh N.radialis sehingga posisi
pergelangan tangan pasien terkulai tak bisa extensi atau disebut ³Wrist Drop´.
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Interpretasi X-foto
Pada hasil foto didapatkan fraktur yang lokasinya terdapat di tulang humerus
sinistra. Fraktur merupakan terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang disebabkan oleh
adanya rudapaksa. Jika dihubungkan dengan kasus, fraktur pada tulang ini termasuk ke
dalam fraktur yang disebabkan oleh trauma berat, yaitu si penderita terkena pukulan
keras dari lawannya ketika sedang bertinju. Selain itu tipe trauma ini hádala trauma
eksternal. Trauma eksternal yaitu trauma yang disebabkan oleh faktor dari luar; misalnya
terkena pukulan, tabrakan, jatuh dan segala rudapaksa luar lainnya. Pada hasil foto, tidak
dijumpai satupun fragmen yang keluar dari kulit (kulit memiliki densitas intermediet),
jadi kami mengelompokkannya ke dalam fraktur tertutup, dimana tulang tidak
berhubungan dengan dunia luar dan dengan keadaan kulit yang masih utuh. Kami
menduga tempat pada tulang yang terkena fraktur terdapat di bagian batang/diafisis.
Menurut garis frakturnya, patahan tulang ini berbentuk transversal atau melintang dan
mengalami pergeseran ad aksim (angulasi), yaitu patahan tulang membentuk sudut.
Selain itu, kedua ujung fragmen tidak saling bersinggungan (terutama pada tampak
lateral) kemungkinan merupakan fraktur komplit. Struktur tulang pasien normal dan pada
riwayat tidak ditemukan pernah menderita penyakit tulang. Tidak didapatkan dislokasi
pada sendi bahu maupun siku.
Interpretasi Laboratorim Darah Rutin
Nilai normal Hasil Keterangan
HB 13,5-17,5 16 g/dl Normal
Eritrosit 4,5-5,9 5,5 j/mm Normal
Leukosit 4000-11000 7000 /mm Normal
Trombosit 150000-450000 350000 Normal
Hematokrit 41-53 48% Normal
5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 13/38
LED 0-10 20 mm/jam Meningkat
Dari hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil HB dan hematokrit yang normal,
dapat dikatakan bahwa tidak ada anemia pada pasien ini. Pada nilai eritrosit dan trombosit juga
didapatkan masih dalam batas normal yang berarti tidak didapatkan adanya anemia. Pada hasil
leukosit didapatkan nilai yang normal jadi tidak didapatkan adanya tanda-tanda infeksi dari virus
ataupun bakteri. dari hasil LED didapatkan peningkatan sebesar 10 mm/jam, kenaikan ini
kemungkinan dikarenakan adanya inflamasi yang disebabkan adanya pembengkakan didaerah
trauma yang menyebabkan tubuh menghasilkan sitokin yang menghasilkan IL1, IL6 dan TNF.
Ke tiga sel tersebut beredar di sirkulasi darah dan saat melewati hepar, mereka memacu hepar
untuk mengeluarkan protein fase akut. Protein fase akut tersebut yang dapat mempengaruhi
kekentalan darah atau viskositas darah sehingga mempengaruhi nilai LED dalam darah.
VI. PATOFISIOLOGI KASUS(2)
Tn.Asampezet datang dengan diantar seseorang, memakai mitela pada lengan
kirinya, dari hasil anamnesis diketahui bahwa, tuan tersebut merupakan seorang petinju
kelas bulu, dan baru saja selesai bertanding, dan mengalami cedera lengan kiri seusai
bertanding. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan ada nyeri tekan dan jejas di daerahM.Bicep brachii. Diketahui bahwa pasien mendapat pukulan keras di daerah tersebut.
Dari hasil radiologis didapatkan bahwa terdapat fraktur humerus sinistra 1/3 distal. Ada
indikasi bahwa pasien ini mengalami fraktur dari pukulan langsung lawannya yang
memukul didaerah anterior lengan atas kiri , yaitu di daerah M.Biceps brachii. Walaupun
sebenarnya otot-otot yang mengisi ruang fascial lengan atas, selain M.biceps brachii yaitu
M.coracobrachialis yang berinsersi pada pertengahan sisi medial corpus humeri dan
berorigo ujung processus coracoideus dan M. brachialis yang berinsersi pada permukaan
permukaan anterior processus coronoideus ulnae, dan berorigo di pertengahan bawah sisi
depan humerus, ketiga otot yang mengisi fascia anterior lengan atas ini sendiri
dipersyarafi oleh N.Musculocutaneus. M.Biceps brachii sendiri tidak berorigo ataupun
berinsersi di humerus.
5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 14/38
Yang berbahaya dari pukulan tersebut bukan pada jejas yang ditinggalkan pada
otot-otot yang berada di fascia anterior lengan atas tersebut, tetapi fraktur corpus humerus
yang diakibatkannya. Fraktur ini sering terjadi. Pergeseran fragmen-fragmen tergantung
pada hubungan tempat fraktur dengan insertio Musculus deltoideus, Bila garis fraktur ini
terletak di proximal dari tempat insertio dari musculus deltoideus, fragmen proximal akan
di adduksi oleh M.pectoralis major, M.lattisimus dorsi, M.teres major, dan fragmen distal
akan ditarik ke proximal oleh M.deltoideus,M. triceps bracii, dan M. buceps brachii.
Namun, jika disesuaikan pada hasil radiologi pada kasus ini, fraktur tersebut justtru
berada di distal insertio M.deltoideus, maka, fragmen proximal akn di abduksi oleh
M.deltoideus sedangkan fragmen distal akan ditarik ke proximal oleh M. Biceps dan
M.triceps brachii. Pada fraktur ini, N. radialis dapat cedera , karena Nervus ini melingkari
sisi dorsal lengan atas didalam sulcus spiralis diantara caput-caput M.triceps brachii,
Syaraf ini menembus septum intermusculare lateral diatas siku dan melanjutkan diri ke
distal menuju ke fossa cubiti di depan siku, diantara musculus brachialis dan
brachioradialis. Didalam sulcus spiralis N.radialis berjalan bersama dengan vasa
profunda brachii, dan berhubungan langsung dengan permukaan posterior corpus
humeri, tak heran pada fraktur corpus humeri bisa langsung menekan N.radialis ini. N.
Radialis ini mempersyarafi semua otot-otot dorsal dan sisi radialis lengan atas dan
bawah.Y
aitu otot-otot extensor lengan atas seperti M.triceps brachii dan semua ototextensor lengan bawah, serta otot sisi radialis lengan bawah seperti M.brachoradialis,
M.extensor carpi radialis, dan M.supinator. Paparan fraktur terhadap N.radialis ini
termanifestasi secara klinis maupun hasil EMG. Tangan pasien yang dalam posisi terkulai
(drop hand) menandakan bahwa pasien ini sulit supinasi dan ekstensi lengan bawah.
Neuropraksis N.radialis yang terlihat pada hasil EMG semakin memperkuat bahwa telah
terjadi lesi pada nervus ini yang mengakibatkan gangguan motorik untuk otot-otot yang
dipersarafi oleh N.radialis dan sensorik.
VII. DIAGNOSIS
Berdasarkan hasil anamnesis berupa adanya trauma jatuh dan terpukul ,
pemeriksaan fisik berupa lengan kiri menggantung lunglai, adanya bengkak dan memar
pada pertengahan lengan atas kiri (Look), perabaan yang hangat dan keras serta nyeri
5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 15/38
tekan pada lokasi otot biseps (Feel), tidak adanya gerak aktif siku karena nyeri, tidak
mampu melakukan dorsifleksi pergelangan tangan maupun ekstensi jari-jari tangan,
laboratorium berupa peningkatan LED serta penunjang berupa X- foto dan
elektromyografi yang masing masing telah menunjukan adanya fraktur pada os. Humerus
dan neurofraksis N. Radialis sinistra, maka diagnosis pada kasus ini adalah : Fraktur
Tertutup Transversal os. Humerus Sinistra bagian 1/3 Distal dengan Neurofraksis
N. Radialis Sinistra. Hipotesis osteoporosis, m yocardial infarction, maupun
tumor/keganasan dapat disingkirkan melalui anamnesis tidak adanya riwayat sakit pada
tulang/otot/sendi dimanapun, tidak menderita hipertensi, batuk lama, penurunan berat
badan, tidak merokok, tidak minum minuman keras, tidak menggunakan narkoba
ditambah dengan hasil pemeriksaan fisik dan laboratorim yang menyatakan keadaan
cardiovascular yang baik. Hipotesis infeksi disingkirkan melalui pemeriksaan fisik yang
tidak menyatakan tanda-tanda inflamasi dari mikroorganisme berupa peningkatan suhu
tubuh ataupun peningkatan kadar leukosit pada pemeriksaan darah.
VIII. DIAGNOSIS BANDING
Dislokasi sendi glenohumeral
Dislokasi bahu paling sering dialami oleh mereka yang masih muda dan
biasanya diakibatkan oleh abduksi, ekstensi, dan rotasi eksterna traumatic yang berlebihan pada ekstremitas atas kaput humeri biasanya tergeser ke anterior dan
inferior melalui robekan traumatic pada kapsul sendi bahu. Secara khas pasien
tampak duduk membungkuk, menopang lengan yang mengalami cedera dengan
tangan yang normal, lengan yang cedera tersebut biasanya berada dalam posisi
fleksi dan menjauhi dada atau sisi tubuh. Kaput humeri dapat dengan mudah
diraba di bagian anterior aksila. Dapat juga diraba cekungan di bawah origo
sentral otot deltoideus pada akromion. Pada pemeriksaan awal perlu juga
diperiksa keadaan neurovascular dari ekstremitas yang mengalami cedera , yaitu
dengan memeriksa sensasi di insersio otot deltoideus humerus. Daerah ini
menerima persarafan sensoris dari saraf aksilaris. Jika terdapat daerah anestetik
local dengan batas jelas maka kemungkinan terjadi cedera saraf aksilaris.
Demikian pula kemampuan penderita untuk menegangkan otot deltoideus secara
5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 16/38
minimal dalam usahanya memulai abduksi juga merupakan factor untuk menilai
fungsi saraf aksilaris. Fungsi saraf aksilaris perlu untuk abduksi bahu sehingga
pasien dapat menempatkan lengan secara fungsional. saraf ini sering mengalami
cedera pada dislokasi(3). Diagnosis ini disingkirkan melaui hasil pemeriksaan fisik
berupa tidak adanya deformitas pada sendi bahu serta adanya gerak aktif dari
sendi bahu. Hasil pemeriksaan penunjang berupa X-foto lateral lengan atas kiri
juga memperlihatkan gambaran sendi ini dalam keadaan normal, tidak ada
pergeseran.
Dislokasi sendi humeroulna
Gangguan saraf ulnaris juga terjadi dalam frekwensi yang sama dengan
gangguan saraf aksilaris pada dislokasi bahu. Kelumpuhan saraf ulnaris sangan
berpengaruh pada funsi tangan. Diagnosis banding ini juga telah disingkirkan
dengan adanya hasil pemeriksaan fisik berupa tidak adanya deformitas pada siku
maupun pergelangan tangan dan hasil X-foto AP lengan kiri atas yang
memperlihatkan gambaran sendi humeroulna dalam keadaan normal, tidak ada
pergeseran/dislokasi .
IX. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan untuk mengunrangi nyeri nyeri dapat diberikan obat anti
inflamasi non-steroid. Prinsip penanganan patah tulang adalah mengembalikan posisi patahan tulang ke posisi semula (reposisi) dan mempertahankan posisi itu selama masa
penyembuhan patah tulang (imobilisasi). Pada fraktur humerus dapat dilakukan tindakan
konservatif memberikan hasil yang baik karena fraktur humerus sangat baik daya
penyembuhannya. Dilakukan immobilisasi dengan gips u-slab atau hanging cast selama 6
minggu(4)
. Edukasi pasien terhadap pasien berupa imobilisasi tempat fraktur selama
sekitar 10-12 minggu serta latihan gerakan aktif dan pasif, terutama di persendian
anggota gerak yang patah dan semua sendi yang tidak imobilisasi mulai dilakukan secara
teratur pada hari pertama.
5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 17/38
X. PROGNOSIS
Fraktur transversal adalah fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu
panjang tulang. Pada fraktur semacam ini, segmen-segmen tulang yang patah direposisi atau
direduksi kembali ke tempatnya semula, maka segmen-segmen itu akan stabil, dan biasanya
mudah dikontrol dengan bidai gips(3)
. Prognosis pada kasus ini adalah :
Ad vitam : Bonam
Ad fungsionam : Dubia ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam
5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 18/38
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI(5)
Anatomi extremitas superior
Ekstremitas superior merupakan kerangka apendikular yang terdiri dari clavicula,
scavula, humerus, radius, ulna dan manus.
Os. Clavicula tampak sebagai osteum yang mirip seperti huruf S yang melngkung,
Os.
Clavicula menghubungkan lengan atas batang tubuh yang ujung medialnya bersendi pada
manubriumsterni melalui articulation sternoclavicularis dan bagian lateralnyabersendi pada
acromion melalui articulation mioclavicularis.
Os. Scapula terletak pada posterolateral thorax, menutupi costa II sampai VII. Os.
Scavula menghubungkan clavicula pada acromion dan caput humeri pada cavitas glenoidalis
yang disebut articulation humeri. Otot-otot yang menutupi scavula bagian anterior adalah M.
subscavularis dan M. serratus anterior. Otot bagian posterior adalah M. infraspinatus, M. teresminor, M. teres mayor dan M. latissimus dorsi.
Os. Humerus adalah lengan bagian atas atau nama lain brachii. Pada Os. Humerus terdiri
dari 3 yaitu bagian proximal yang di sebut caput humeri yang menghubungkan antara humerus
dengan scapula yang disebut articulation scapula, bagian corpus yang mempunyai dua cirri yang
mencolok yaitu tuberositas deltoidea di sebelah laterlal dan sulcus nervi radialis di sebelah
medial. Bigian distal humerus memiliki dua permukaan artikular, sebuah capitulum humeri di
sebelah lateral untuk bersendi dengan caput radiidan sebuah troclhea di sebalah medial untuk
bersendi dengan ulna. Otot yang berada pada humerus adalah M. biceps brachii dan M. triceps
brachii.
Os.ulna terletak bagian medial di lengan bawah dan tulangnya lebih panjang . pada ujung
proksimal ulna terdapat olecranon di sebelah belakang dan proceeus coronoideus di sebelah
5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 19/38
depan. Pada permukaan bagian anterior olecranon terdapat incisura trochlearis yang menampung
trochlea humeri. Pada sisi lateral processus coronoideus terdapat incisura radialis dan di sebelah
distal processus coronoideus terdapat tuberositas ulnae. Pada ujung dist al terdapat seperti
kepala yang berbentuk kerucut yang di sebut processsus styloideus.
Os. Radius terletak bagian leteral dari lengan bawah dan tulangnya lebih pendek.ujung
proksimal radius terdiri da ri sebuah kepala yang menyerupai cakram, sebuah leher yang pendek
dan sebuah tuberosita. Bagian proksimalnya berbentuk cekunguntuk bersendi dengan capitulum
humeri. Ujung distal radius memiliki sebuah inc isura ulnaris disebelah medial. Otot-otot yang
ada pada Os. Ulnaris dan Os. Radius adalah M. pronator teres M. flexor carpi radialis M.
Palmaris longus M. flexor carpi ulnaris M. flexor digitorum superficialis M. flexor pollicis
longus M. flexor digitorum longus M. suprinator M. pronator Quadratus.
Persarafan extreminitas superior(5)
5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 20/38
Persyarafan yang penting pada extreminitas atas ialah N. Musculocutaneus, N. Medianus,
N. ulnaris, N. radialis.
N.Musculocutaneus mempesyarafi otot-otot flexor lengan atas yaitu M.
coraccobrachialis, M. biceps bracii dan M. brachialis. Nervus ini akan berakhir sebagai N.
cutaneus antebrachii lateralis yang mengurus kulit sisi radialis lengan bawah.
N. Medianus adalah saraf utama kompartemen anterior. Saraf ini meninggalkan fossa
cubitalis dengan melintas antara caput musculus pronator teres. Lalu nervus medianus ini
melintas di sebelah dalam musculus flexor digitorum superficialis dan melanjutkab ke distal
antara otot ini dan musculcus flexor digitorum profundus
N. ulnaris memasuki lengan bawah dengan dengan lintas antara caput musculus flexor
carpi ulnaris. Lalu nervus ulnaris melintas ke distal antara musculus flexor carpi ulnaris dan
musculus flexor digitorum profundus. N. ulnaris menjadi superficialis di pergelangan tangan dan
mengurus persyarafan kulit sis bagian medial.
N. radialis muncul pada fossa cubiti antara musculus brachialis dan musculus
brachioradialis. Setelah memasuki lengan bawah, nervus radialis terpecah menjadi ramus
profundus dan ramus superficialis. Ramus profundus dilepaskan anterior terhadap epicondilus
lateralis humerus, lalu menembus musculus supinator.
5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 21/38
FUNGSI TULANG(4)
Tulang merupakan kerangka tubuh yang menyebabkan tubuh dapat berdiri tegak, Tempat
melekatnya otot-otot sehingga memungkinkan jalannya pembuluh darah, tempat sumsum tulang
dan syaraf yang melindungi jaringan lunak, juga tulang merupakan organ yang dibutuhkan
manusia untuk mengangkat dan membawa barang-barang yang berat. Intinya tulang adalah organ
yang kita butuhkan untuk melakukan aktifitas sehari±hari. Sehingga kita tidak dapat
membayangkan bagaimana terganggunya kita bila ada kerusakan yang terjadi pada tulang kita.
Dari keterangan di atas, ada 4 fungsi utama jaringan tulang :
5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 22/38
1. F ungsi mekanik , sebagai penyokong tubuh dan tempat melekat jaringan otot untuk
pergerakan. Otot merupakan alat gerak aktif, sedangkan tulang merupakan alat gerak
pasif.
2. F ungsi Prot ektif , Melindungi berbagai alat vital dalam tubuh dan juga sumsum tulang.
3. F ungsi M etabolik , Sebagai cadangan dan tempat metabolisme berbagai mineral yang
penting seperti kalsium dan phospat.
4. F ungsi H emopetik , berlangsungnya proses pembentukan dan perkembangan sel darah.
Secara anatomi ( dilihat dari bentuknya ), tulang terbagi dua :
1. Tulang Pipih ( Tulang-tulang kepala, tulang rahang, dll )
2. Tulang panjang ( Tulang-tulang lengan, paha, punggung, dll )
Bagian luar tulang ( bagian yang keras ) disebut tulang kortikal, dimana bagian ini sudah
mengalami kalsifikasi sehingga terlihat sangat kokoh, kompak dan kuat. Sedangkan bagian
dalam yang berpori dan berongga disebut tulang trabekular, bagian ini belum terkalsifikasi
sempurna, sehingga bersifat porous atau berpori.
HISTOLOGI(6)
Histologi Tulang
Tulang rawan dan tulang keras yang terdapat pada tubuh manusia adalah termasuk ke
dalam jaringan penyokong. Jaringan penyokong adalah suatu jaringan yang berfungsi sebagai
penghubung antara satu jaringan dengan jaringan lainnya dan yang terutama adalah untuk
penyokong tubuh. Jaringan penyokong terdiri dari 2 unsur yaitu sel dan zat antar sel atau
matriks atau zat intraselular yg terdiri dari serat dan substansia dasar.
1. Tulang Rawan
Tulang rawan banyak terdapat pada masa fetal dan pada masa dewasa proporsi dari
tulang rawan sebagai penyokong tubuh mulai berkurang. Pada orang dewasa tulang rawan
terdapat pada permukaan sendi tulang, saluran napas, daun telinga, dan diskus intervertebralis.
5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 23/38
Tulang rawan terdiri dari sel ±sel (kondroblas, kondrosit, dan fibroblas), matriks, lakuna,
dan perikondrium. Pada matriks tulan rawan terdapat serat ± serat (kolagen dan elastin) dan juga
substansia dasar seperti proteoglikan dan glikosaminoglikan. Pembuluh darah, saluran limfe, dan
serat saraf tidak terdapat pada tulang rawan.
y Pembentukan Tulang Rawan
Sel mesenkim membulat dan cabang ± cabangnya menghilang menjadi kondroblas, lalu
kondroblas bermitosis dan mensintesa matriks.
Pertumbuhan tulang rawan melaluli 2 tahap yaitu pertumbuhan interstitial atau endogen
dan pertumbuhan aposisional atau eksogen. Pada pertumbuhan interstitial terjadi mitosis dari
kondrosit. Pertumbuhan ini terjadi pada tulang rawan yang masih muda, lempeng epifisis tulang
panjang, dan tulang rawan sendi. Apabila pada pertumbuhan apoposional terjadi diferensiasi sel
perikondrium dap roses ini terjadi setelah pertumbuhan interstitial berhenti.
Berdasarkan kompenen ± komponen matriksnya, tulang rawan dibagi menjadi 4 yaitu
tulang rawan hialin, tulang rawan elastin, tulang rawan fibrosa atau fibrokartilago, dan tulang
rawan turgesen atau tulang rawan kondroid.
a) Tulang Rawan Hialin
Berasal dari kata Hyalos yang berarti kaca. Tulang
rawan hialin ini yang paling banyak dijumpai. Terdapat
pada permukaan sendi (tidak ada perikondrium), iga,
lempeng epifisis, hidung, laring, trakea, dan bronkus.
Tulang rawan ini memiliki perikondrium dan terdiri dari
sel ±sel kondrogenik, kondroblas, dan kondrosit mudayang terletak di perifer (berbentuk lonjong) dan apabila agak ke tengah berbentuk bulat
berkelompok dinamakan sel isogen atau ³Nest Cell´. Tulang rawan ini bermatriks homogeny
yang terdiri dari kolagen tipe II dan substansia dasar amorf (proteoglikan, asama hialuronat,
dan glikosaminoglikan). Pada tulang rawan ini juga dapat ditemukan adanya asbest faserung
pada fase degenerasi tulang rawan.
5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 24/38
b) Tulang Rawan Elastis
Tulang rawan ini cenderung berwarna kekuningan.
Terdapat pada cuping telinga, dinding saluran telinga
luar, tuba audtoris eustachii, epiglottis, dan bagian laring
tertentu. Pada tulang rawan ini juga terdapat
perikondrium dan sel ±sel yang terdapat pada tulang
rawan ini sama denga yang terdapat pada tulang rawan
hialin. Matrik pada tulang rawan elastic beserat karena terdiri dari serat kolagen tipe II juga
terb\dapat banyak serat elastin halus.
c) Tulang Rawan Fibrosa
Tulang rawan fibrosa terdapat pada diskus interventebralis, ligament (permukaan tulang
rawan), dan simphisis pubis. Pada tulang arawan ini tidak terdapat perikondrium dan sel ±
selnya masih sama dengan tulang rawan hialin dan berbentuk gepeng. Matriksnya terdiri dari
sedikit amorf, berwarna kemerahan, dan terdiri dari serat kolagen tipe I.
d) Tulang Rawan Turgesen
Tulang rawan ini memiliki beberapa nama lan diantaranya adalah tulang rawan kondroid,
jaringan ikat kondroid, tulang rawan vesikulosa, jaringan fibrohialin, dan pseudo kartilago.
Tulang rawan ini hanya terdapat pada tendo Achilles rana. Memiliki tekanan osmotis (turgor)
yang tinggi dan tidak memiliki perikondrium. Sel ± selnya terdiri dari kondrosit yang besar ±
besar dan tidak memiliki sel isogen. Matriks pada tlang rawan ini adalah serat kolagen kasar
2. Tulang
Tulang adalah bagian tubuh yang paling keras karena fungsi utamanya adalah sebagai
kerangka tubuh manusia ditunjang dengan fungsi-fungsi lainnya yaitu sebagai penunjang otot, pelindung organ-organ vital, tempat dibuatnya sumsum tulang, dan juga sebagai tempat
penyimpanan atau cadangan Ca, P, dan mineral lainnya.
Tulang terdiri dari matriks organik dan anorganik. Matriks organik pada tulang terdapat
sebanyak 30 ± 40% yang materinya mirip dengan tulang rawan. Terdiri dari serat kolagen tipe I
5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 25/38
dan substansia dasar (substansia osteomukoid) yang terdiri dari kompleks mukopolisakarida
(proy\tein non kolgaen) dan protein resisten (protein tahan asam). Lalu ada matriks anorganik
yang mendominasi pada tulang yaitu sebanyak 60 ± 70% dan hal ini lah yang membuat tulang
bersifat keras. Terdiri dari garam tulang yang terdapat dalam bentuk kristal hidroksi apatit,
kalsium , dan unsur ± unsur lain seperti kalsium fosfat, kalsium karbonat, kalsium florida,
magnesium florida, sitrat , dan klorida.
Ada empat sel ± sel yang terdapat pada tulang keras yaitu osteogenik, osteoblas, osteosit,
dan osteoklas.
Pada daerah degenerasi, sel ± sel kondrosit banyak yang sudah pecah, lalu lakunanya
bersambungan antara satu dengan yang lain. Sebagian sudah diisi dengan jaringan ikat sumsum
tulang. Pada daerah penulangan, sel ±sel osteogenik bersama dengan jaringan ikat yang ikut
masuk bersama pembuluh darah yang tumbuh menembus periosteum mengisi daerah bekas
lakuna kondrosit. Lalu sel ± sel osteogenik ini kemudian menjadi sel ± sel osteoblas yang
tersusun berderet ± deret sepanjang tepi balok tulang rawan. Sel ini membentuk tulang yang
berwarna lebih kebiruan karena mengandung banyak zat kapur dan terbentuklah balok ± balok
tulang. Osteoblas yang sudah dikelilingi oleh matriks tulang kemudian disebut sebagai osteosit.
Sel besar dengan inti banyak yang disebut sebagai osteoklas biasanya terletak pada cekungan
yang disebut lakuna Howship.
y Sel Osteoprogenitor atau Sel Osteogenik
Sel ini berasal dari sel mesenkim . bentuknya seperti gelendong juga berinti gepeng.
Terdapat inti kromatin halus dan sitoplasma yang bercabang. Sel ini juga ditemukan di
permukaan tulang pada lapisan periosteum dan endoesteum.
y Sel Osteoblas
Sel osteoblas ini berbentuk seperti kubis atau pyramid, berinti besar dan mempunyai 1
anak inti juga sitoplasmanya yang basofil. Sel ini banyak ditemukan di permukaan tulang
dan sel inilah yang mensintesa komponen organik matriks tulang (kolagen tipe I,
5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 26/38
proteoglikan, dan glikoprotein). Sel ini juga mengendapkan komponen anorganik dari
matriks tulang.
y Sel Osteosit
Osteosit adalah osteoblas yang dikelilingi oleh matriks berbentuk gepeng dan
sitoplasmanya basofilik. Sel osteosit ini terdapat di dalam lakuna dan tonjolan ± tonjolan
sitoplasmnya saling berhubungan melalui gap junction.
y Sel Osteoklas
Sel osteoklas merupakan sel tulang yang paling besar. Sel ini dapat bergerak sebagai
makrofag dan memiliki banyak inti. Sitoplasmanya asidofilik dan terletak dalam lakuna
Howship. Sel osteoklas ini berasal dari monosit ± monosit yang menyatu dan bertugas
untuk mensekresi asam kolagenase.
Tulang diklasifikasikan menjadi 2 yaitu tulang primer dan tulang sekunder. Tulang
primer atau yang biasa disebut sebagai tulang immatur karena biasanya terdapat pada embrio,
penyembuhan fraktur, dan reparasi lainnnya. Tulang primer atau immatur ini memiliki cirri khas
yaitu serat ± serat kolagennya halus dan tidak teratur, tulang ini memiliki sedikit adar mineral
tetapi memiliki banyak osteosit. sel primer ini bersifat sementara kecuali di tempat ± tempat
tertentu speerti di sutura tulang pipih kepala, soket gigi, dan insersi beberapa tendon. Tulang
sekunder atau tulang matur terdapat pada orang dwewasa an cirri khasnya terdapat serat ± serat
kolagen yang tersusun membentuk lamel ± lamel sejajar satu sama lain atau konsentris
mengelilingi pembuluh darah.
5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 27/38
NYERI(7)
Neurofisiologi nyeri
y Proses fisiologik
Antara stimulus cedera jaringan dan pengalaman subjektif nyeri terdapat empat proses:
1. Transduksi nyeri
Proses rangsangan yang mengganggu sehingga menimbulkan aktivitas listrik di reseptor
nyeri.
2. Transmisi nyeri
Melibatkan proses penyaluran impuls nyeri dari tempat transduksi melewati saraf perifer
ke terminal di medula spinalis dan jaringan neuron-neuron pemancar yang naik dari
medula spinalis ke otak.
3. Modulasi nyeri
Melibatkan aktivitas saraf melalui jalur-jalur saraf desendens dari otak yang dapat
mempengaruhi transmisi nyeri setinggi medula spinalis.
4. Persepsi nyeri
5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 28/38
Nyeri yang dihasilkan oleh aktivitas transmisi nyeri oleh saraf.
y Modifikasi masukan nyeri
Terdapat tiga tingkatan tempat informasi saraf yang dapat dimodifikasi sebagai respon
terhadap nyeri kronik
1. Luas dan durasi respon terhadap stimulus di sumbernya dapat dimodifikasi.
2. Perubahan kimiawi dapat terjadi dalam setiap neuron atau bahkan dapat menyebabkan
perubahan pada karakteristik anatomi neuron di sepanjang jalur penghantar nyeri.
3. Pemanjangan stimulus dapat menyebabkan modulasi neurotransmiter yang
mengendalikan arus informasi dari neuron ke reseptor-reseptornya.
y Reseptor nyeri dan stimulasi
Kapasitas jaringan untuk menimbulkan nyeri apabila jaringan tersebut mendapat
rangsangan yang mengganggu bergantung pada keadaan nosiseptor. Nosiseptor adalah
saraf aferen primer untuk menerima dan menyalurkan rangsangan nyeri.ujung-ujung saraf
bebas nosiseptor berfungsi sebagai reseptor yang peka terhadap rangsangan mekanis,
suhu, listrik, atau kimiawi yang menimbulkan nyeri. Distribusi nosiseptor bervariasi di
seluruh tubuh dengan jumlah terbesar terdapat di kulit. Nosiseptor terletak di jaringan
subkutis, otot rangka, dan sendi.Saraf perifer terdiri dari akson tiga tipe neuron yang berlainan: neuron aferen atau
sensorik primer, neuron motorik, dan neuron pascaganglion simpatis. Serat-serat aferen
primer diklasifikasikan berdasarkan ukuran, derajat mielinisasi, dan kecepatan hantaran.
Serat aferen A-alfa dan A-beta berukuran paling besar dan bermielin serta memiliki
kecepatan hantaran tertinggi. Serat-serat ini berespon terhadap sentuhan, tekanan, dan
sensasi kinetik. Namun serat-serat ini tidak berespon terhadap rangsangan sehingga tidak
dapat diklasifikasikan sebagai nosiseptor. Sebaliknya serat aferen primer A-delta yang
bergaris tengah kecil dan sedikit bermielin serta serat aferen primer C yang tidak
bermielin berespon secara maksimal apabila mendapat rangsangan nyeri sehingga
diklasifikasikan sebagai nosiseptor. Aferen primer C dan A-delta dapat dibedakan oleh
dua tipe nyeri yang ditimbulkan yaitu nyeri lambat dan nyeri cepat. Sinyal nyeri cepat
disalurkan ke medula spinalis oleh serat A-delta dan dirasakan dalam waktu 0,1 detik.
5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 29/38
Nyeri cepat biasanya memiliki lokalisasi yang jelas dengan kualitas menusuk, tajam, atau
elektris. Nyeri lambat disalurkan oleh serat aferen C dan dirasakan 1 detik setelah
rangsangan, memiliki lokalisasi yang kurang jelas dengan kualitas seperti terbakar,
berdenyut, atau pegal. Nyeri lambat dipicu oleh rangsangan mekanis, suhu, atau kimiawi
di kulit atau sebagian besar jaringan atau organ dalam dan biasanya disertai kerusakan
jaringan.
y Jalur nyeri di sistem saraf pusat
A. Jalur Asendens
Serat nyeri C dan A-delta halus, yang masing-masing membawa nyeri akut tajam dan
kronik lambat, bersinaps di substansia gelatinosa tanduk dorsal, memotong medula
spinalis dan naik ke otak di cabang neospinotalamikus atau cabang paleospinotalamikus
traktus spinotalamikus anterolateralis. Traktus neospinotalamikus yang terutama
diaktifkan oleh aferen perifer A-delta, bersinaps di nukleus ventro posterolateralis (VPN)
talamus dan melanjutkan diri secara langsung ke korteks somatosensorik girus pasca
sentralis, tempat nyeri dipersepsikan sebagai sensasi yang tajam dan berbatas tegas.
Cabang paleospinotalamikus yang terutama diaktifkan oleh aferen perifer C adalah suatu
jalur difus yang mengirim kolateral-kolateral ke formasio retikularis batang otak dan
struktur lain yang merupakan asal dari serat ± serat lain yang berjalan ke talamus. Serat ±
serat ini mempengaruhi hipotalamus dan sistem limbik serta korteks serebrum.Serat nyeri C aferen bersinaps terutama di substansia gelatinosa (lamina II dan III) kornu
dorsalis, sedangkan serat nyeri A-delta terutama bersinaps di lamina I dan V.
B. Jalur Desendens
Jalur-jalur desendens serat eferen yang berjalan dari korteks serebrum ke bawah ke
medula spinalis dapat menghambat atau memodifikasi rangsangan nyeri yang datang
melalui suatu mekanisme umpan balik yang melibatkan substansia gelatinosa dan lapisan
lain kornu dorsalis. Jalur desendens dapat mempengaruhi impuls nyeri di tingkat spinal.
Salah satu jalur desendens yang telah diidentifikasi sebagai jalur penting dalm sistem
modulasi nyeri atau analgesik adalah jalur yang mencakup tiga komponen.
5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 30/38
1. Bagian pertama adalah substansia grisea periakuaduktus (PAG) dan substansia grisea
periventrikel (PVG) mesensefalon dan pons bagian atas yang mengelilingi aquaduktus
Sylvius.
2. Neuron ±neuron dari daerah 1 mengirim impuls ke nukleus Rafe magnus (NRM) yang
terletak di pons bagian bawah dan medula bagian atas dan nukleus retikularis
paragigantoselularis (PGL) di medula lateralis.
3. Impuls ditransmisikan dari nukleus ke bawah kolumna dorsalis medula spinalis ke suatu
kompleks inhibitorik nyeri yang terltak di kornu dorsalis medula spinalis.
Jalur desendens yang memodulasi nyeri dapat menghambat sinyal nyeri yang datang di
tingkat medula spinalis. Neuron ± neuron yang mengandung endomorfin di substansia
grisea periakuaduktus dan substansia gelatinosa berperan aktif dalam modulasi nyeri.
Zat-zat kimia yang disebut neuroregulator juga mempengaruhi masukan sensorik ke
medula spinalis. Neuroregulator ini dikenal sebagai neurotransmiter. Zat P suatu
neuropeptida adalah neurotransmiter spesifik nyeri yang terdapat diantara kornu dorsalis
medula spinalis. Neurotransmiter SSP lain yang terlibat dalam transmisi nyeri adalah
asetilkolin, norepinefrin,epinefrin, dopamin, dan serotonin.
Penilaian Intensitas Nyeri
Alat bantu yang paling sering digunakan untuk menilai intensitas atau keparahan nyeri pasien adalah bentuk-bentuk skala analog visual (SAV) yang terdiri darisebuah garis
horizontal tang dibagi secara rata menjadi 10 segmen dengan nomor 0-10. Pasien
diberitahu bahwa 0 menyatakan ³tidak nyeri sama sekali´ dan 10 menyatakan ³nyeri
paling parah yang dapat mereka bayangkan´. Pasien kemudian diminta untuk menandai
angka yang menurut mereka paling tepat dapat menjelaskan tingkat nyeri yang mereka
rasakan pada suatu waktu. SAV modifikasi yang digunakan untuk anak (atau orang
dewasa dengan gangguan kognitif) menggantikan angka dengan kontinum wajah
tersenyum sampai menangis.
5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 31/38
KLASIFIKASI FRAKTUR
Definisi
Fraktur yaitu terputusnya kontinuitas struktur tulang/ lempeng epifisis/permukaan rawan sendi
baik secara total maupun parsial, karena trauma langsung ataupun tidak langsung.
Klasifikasi
y Berdasarkan penyebab1. Fraktur traumatik
Trauma mekanis langsung/tidak langsung
2. Fraktur patologis
Penyakit lokal tulang/penyakit umum
3. Fraktur stress
5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 32/38
Trauma berulang-ulang pada satu titik
y Berdasarkan terminologi (klinis)
1. Fraktur tertutup (closed fr, simple fr)
2. Fraktur terbuka (open fr, compound fr)
3. Fraktur komplikata
4. Fraktur non komplikata
y Berdasarkan terminologi tempat (radiologi)
1. Fraktur shaft (fr.diafisis)
2. Fraktur metafisis
3. Fraktur epifisis/lempeng epifisis
4. Fraktur intra artikuler
5. Fraktur ekstra kapsuler
y Berdasarkan terminologi tingkat/bentuk (radiologi)
1. Fraktur komplit
2. Fraktur inkomplit
3. Fraktur kominutif 4. Fraktur segmental
5. Fraktur depresi
6. Fraktur kompresi
7. Fraktur multipel
8. Fraktur garis rambut, fraktur linear, fraktur greenstick, fraktur buckle
9. Fraktur transversal, fraktur oblik, fraktur spiral
10. Fraktur tidak bergeser
11. Fraktur bergeser
Disloc. Ad latus (lateral/ medial/ anterior/posterior)
Disloc. Ad axim (angulasi)
Sering ditemukan pada tulang panjang
Disloc. Ad peripheriam (rotasi)
5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 33/38
Disloc. Ad longitudinale cum distractionem (distraksi)
Umpamanya pada patah tulang patela karena tonus M. Quadriseps femoris
Disloc. Ad latus cum contractionem (over-riding)
Fraktur yang menyebabkan tulang menjadi pendek, umumnya disebabkan tarikan dan
tonus otot.
Fraktur impaksi
Fraktur avulsi
Patah tulang disebabkan oleh tarikan pada inersi tendo otot atau ligamentum
12. Fraktur dislokasi
13. Fraktur stabil
14. Fraktur tak stabil
Macam-macam fraktur (7)
5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 34/38
y Fraktur transversal
Fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang tulang. Pada fraktur semacam
ini segmen-segmen tulang yang patah direposisi atau direduksi kembali ke tempatnya semula,
maka segmen-segmen itu akan stabil, dan biasanya mudah dikontrol dengan bidai gips.
y Fraktur oblik
Fraktur yang garis patahnya membentuk sudut terhadap tulang. Fraktur ini tidak stabil dan sulit
diperbaiki.
y Fraktur spiral
Fraktur yang ditimbulkan akibat torsi pada ekstremitas, hanya menimbulkan sedikit kerusakan
jaringan lunak, dan fraktur semacam ini cenderung cepat sembuh dengan imobilisasi luar.
y Fraktur segmental
Dua fraktur berdekatanpada satu tulang yang menyebabkan terpisahnya segmen sentral dari
suplai darahnya. Fraktur semacam ini sulit ditangani. Biasanya satu ujung yang tidak memiliki
pembuluh darah menjadi sulit untuk menyembuh, dan keadaan ini mungkin memerlukan
pengobatan secara bedah.
y Fraktur kominuta
Serpihan-serpihan atau terputusnya keutuhan jaringan dengan lebih dari dua fragmen tulang.
y Fraktur kompresi
Fraktur yang terjadi ketika dua tulang menumbuk tulang ketiga yang berada diantaranya ,seperti
satu vertebra dengan dua vertebra lainnya.
y Fraktur patologik
5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 35/38
Terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah menjadi lemah oleh karena tumor atau proses
patologik lainnya. Tulang sering kali menunjukkan penurunan densitas. Penyebab yang paling
sering dari fraktur-fraktur tersebut adalah tumor primer atau tumor metastasis.
y Fraktur greenstick
Fraktur tidak sempurna dan sering terjadi pada anak-anak. Korteks tulangnya sebagian masih
utuh, demikian juga periosteum. Fraktur-fraktur ini akan segera sembuh dan segera mengalami
remodeling ke bentuk dan fungsi normal.
y Fraktur avulsi
Memisahkan suatu fragmen tulang pada tempat insersi tendon ataupun ligamen. Biasanya tidak
ada pengobatan yang spesifik yang diperlukan. Namun, bila terjadi ketidakstabilan sendi yang
menyebabkan kecacatan maka perlu dilakukan tindakan pembedahan untuk membuang atau
meletakkan kembali fragmen tulang tersebut.
y Fraktur sendi
Apabila geometri sendi terganggu dan tidak ditangani secara tepat, maka akan menyebabkan
osteoartritis pasca trauma yang progresif pada sendi yang cedera tersebut.
y Fraktur tertutup atau simpel
Fraktur dengan kulit yang tidak ditembus oleh fragmen tulang, sehingga tempat fraktur tidak
tercemar oleh lingkungan.
y Fraktur terbuka atau gabungan
Fraktur dengan kulit ekstremitas yang terlibat telah ditembus. Konsep penting dari fraktur
tersebut adalah apakah terjadi kontaminasi oleh lingkungan pada tempat fraktur. Fragmen fraktur
dapat menembus kulit pada saat cedera, terkontaminasi, kemudian kembali hampir pada
posisinya semula. Pada keadaan tersebut maka operasi untuk irigasi, debridement, dan pemberian
antibiotika secara intravena diperlukan untuk mencegah osteomielitis. Pada umumnya operasi
irigasi dan debridement pada fraktur terbuka harus dilakukan dalam waktu 6 jam setelah
terjadinya cedera untuk mengurangi kemungkinan infeksi.
5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 36/38
Penyembuhan Fraktur
Jika suatu tulang sudah patah, jaringan lunak sekitarnya juga rusak, periosteum terpisah
dari tulang, dan terjadi perdarahan yang cukup berat. Bekuan darah terbentu pada daerah
tersebut. Bekuan akan membentuk jaringan granulasi didalamnya dengan sel-sel pembentuk
tulsng primitive (osteogenik) berdiferensiasi menjadi kondroblas dan osteoblas. Kondroblas akan
mensekresi fosfat, yang merangsang deposisi kalsium. Terbentuk lapisan tebal (kalus) di sekitar
lokasi fraktur. Lapisan ini terus menebal dan meluas, bertemu dengan lapisan kalus dari fragmen
satunya dan menyatu. Penyatuan dari kedua fragmen (penyembuhan fraktur) terus berlanjut
dengan terbentuknya trabekula oleh osteoblas, yang melekat pada tulang dan meluas
meyeberangi lokasi fraktur. Penyatuan ttulang provisional ini akan menjalani transformasi
metaplastik untuk menjadi lebih kuat dan lebih terorganisasi. Kalus tulang akan mengalami
remodeling untuk mengambil bentuk tulang yang utuh seperti bentuk osteoblas tulang baru dan
osteoklas akan menyingkirkan bagian yang rusak dan tulang sementara.
5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 37/38
KESIMPULAN
Fraktur humerus adalah terputusnya kontinuitas struktur tulang dikarenakan adanya
trauma langsung ataupun tidak langsung pada os.humerus. fraktur dapat menyebabkan putusnya
kontinuitas struktur tulang di bagian proksimal, tengah dan distal. Pada kasus ini didapatkan
adanya keluhan pembengkakan dan nyeri di bagian lengan atas tangan kiri. Di diagnosa pasien
ini mengalami fraktur di bagian os.humerus sinistra. Dari pemeriksaan radiologis didapatkan
adanya gambaran fraktur pada os.humerus sinistra yaitu berupa fraktur pada pada os.humerus
sinistra yaitu berupa fraktur yang berbentuk transversa pada os.humerus. pada fraktur os.humerus
juga dapat menimbulkan manifestasi klinis seperti droop hand dikarenakan n.radialis yang juga
terkena trauma. Pada fraktur os.humerus dilakukan penatalaksanaan secara konservatif dan tidak
dilakukan secara bedah. Dikarenakan os.humerus memiliki tingkat penyembuhan yang baik.Dilakukan juga tindakan imobilisasi dengan gips u slab atau hanging cast.
5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 38/38
DAFTAR PUSTAKA
1. Rasjad C. Sistem Muskuloskeletal. In : Sjamsuhidajat R, De Jong W. Buku Ajar Ilmu
Bedah. 2nd
ed. Jakarta : Penerbit Buku Buku kedokteran EGC; 2005.p.840
2. Snell RS. Extremitas Superior. In : Snell RS, editor. Anatomi Klinik.6 th ed. Jakarta :
EGC;2006.p.452,538
3. Carter MA. Fraktur dan Dislokasi. In : . In : Price SA, Wilson LM, editors. Patofisiologi
Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. 6th
ed. Jakarta : Penerbit Buku Buku kedokteran
EGC; 2006.p.1365, 1368-9
4. Mansjoer Arif. Bedah Ortopedi. Mansjoer Arif, Suprohaita, Wardhani Wahyu I,
Setiowulan Wiwiwek, editors. Kapita Selekta Kedokteran. 3rd
ed. Jakarta:Media
Aesculapius.; 2000. P.3545. Moore K, Agur A. Extreminitas Superior. In : Moore K, Agur A, editors. Anatomi Dasar
Klinis. Jakarta: Hipokrates; 2003.p. 281-4, 315-6
6. Eroschenko VP. Tulang Rawan dan Tulang. In : Eroschenko VP, editor. Atlas Histologi
di Fiore dengan Korelasi Fungsional. 9th ed. Jakarta : Penerbit Buku Buku kedokteran
EGC;2003.p.39-59
7. Hartwig MS, Lorraine MW. Nyeri. In : Price SA, Wilson LM, editors. Patofisiologi
Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. 6th ed. Jakarta : Penerbit Buku Buku kedokteran
EGC; 2006.p.1064-9, 1083