Upload
bintarjo-agus-priyadi
View
649
Download
78
Embed Size (px)
Citation preview
Laporan Hasil Praktikum Jumat, 13 Mei 2011
Teknik Pengolahan Pangan Lab. Mekatronika
PENGERINGAN BIJI-BIJIAN
Disusun oleh :
Bintarjo Agus Priyadi
F14080089
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
A. Latar Belakang
Pengeringan adalah suatu proses penghidratan atau penghilangan air dari
suatu bahanyang bertujuan untuk menurunkan kandungan air didalam bahan yang
dikeringkan sampai batas tertentu agar memiliki sifat bahan yang lebih baik. Sifat-
sifat bahan yang lebih baik meliputi daya simpan yang lebih lama dan mengurangi
berat bahan. Proses ini berlaku apabila bahan yang dikeringkan mengalami
kehilangan sebagian atau keseluruhan air yang dikandungnya. Proses utama yang
terjadi pada proses ini adalah penguapan. Penguapan terjadi akibat panas yang
diberikan terhadap bahan tersebut. Panas ini dapat diberikan melalui berbagai
sumber, seperti kayu api, minyak dan gas, arang baru ataupun tenaga surya.
Pengeringan dapat pula berlangsung dengan cara lain yaitu melalui pemecahan
ikatan molekul-molekul air yang terdapat di dalam bahan. Apabila ikatan
molekul-molekul air (unsur dasar oksigen dan hidrogen dipecahkan) maka
molekul tersebut akan keluar dari bahan. Akibatnya bahan tersebut akan
kehilangan air yang dikandungnya. Tipe keberadaan molekul air didalam suatu
produk pangan ada dua bentuk. Tipe pertama, molekul air terikat atau disebut
dengan “bound water” bisa berada pada pipa-pipa kapiler, atau terserap pada
permukaan, atau berada didalam suatu sel atau dinding-dinding serat, atau dalam
kombinasi fisik atau kimia dengan bahan padat. Tipe kedua, air bebas tidak
terikat, biasanya berada pada celah-celah (voids) didalam bahan pangan padat.
Mekanisme pengendalian proses pengeringan produk pangan bergantung
pada struktur bahan beserta parameter pengeringan: kadar air, dimensi produk,
suhu medium pemanas, berbagai laju perpindahan pada permukaan dan
kesetimbangan kadar air. Kesetimbangan kadar air ini bergantung kepada sifat
alami bahan padat yang dikeringkan dan kondisi udara pengering. Oleh karenanya
mekanisme pengeringan dapat dibagi dalam 3 katagori. Pertama, penguapan dari
suatu permukaan bebas. Operasi ini mengikuti hukum pindah panas dan pindah
massa yang berlaku pada suatu objek basah. Kedua, aliran bahan cair dalam pipa-
pipa kapiler, dan yang ketiga difusi bahan cair atau uap air. Operasi ini mengikuti
hukum difusi II Fick's law. Kemampuan udara pengering memindahkan air dari
produk yang dikeringkan bergantung kepada suhu dan jumlah uap air yang berada
atau dikandung oleh udara tersebut atau dikenal dengan istilah kelembaban mutlak
udara (absolute humidity ). Metode pengeringan terbagi menjadi dua, diantaranya
metode pengeringan alami (penjemuran) dan metode pengeringan buatan
(menggunakan mesin pengering). Dalam metode pengeringan buatan
(menggunakan mesin pengering) , suhu udara pengering sangat berpengaruh
terhadap kualitas biji. Suhu yang sangat tinggi dalam proses pengeringan dapat
meyebabkan case hardening. Case hardening adalah kerusakan hasil pengeringan
dimana permukaan bahan keras sedangkan bagian dalamnya masih basah atau
belum kering. Selain itu, suhu yang sangat tinggi dapat menyebabkan
meningkatnya jumlah biji yang pecah, retak, berubah warna, menurunnya jumlah
pati, minyak serta kualitas protein. Dalam pemilihan alat pengering oleh beberapa
faktor, diantaranya bahan yang akan dikeringkan, bentuk akhir produk,
pertimbangan ekonomi, dan keadaan pemakaian.
Berdasarkan prosesnya, pengeringan dapat dibedakan menjadi tiga
katagori, yaitu:
1. Pengeringan pada tekanan atmosfer
Tejadi bilamana terjadi kontak antara udara dan permukaan bahan
terjad i dalam tekanan atmosfer. Proses pindah panas ini terjadi dari udara
ke bahan sehingga air di dalam bahan, lalu menguap dan uap air pindah ke
atmosfer sekitar.
2. Pengeringan vakum
Pengeringan ini terjadi melalui peristiwa penguapan air yang
terjadi lebih mudah karena tekanan lebih rendah.
3. Pengeringan beku
Bahan dibekukan lebih dahulu sehingga kandungan air membeku pada
bahan menguap melalui sublimasi pada tekanan rendah (slide: Pengeringan biji-
bijian, 2008).
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk:
a. Mempelajari mekanisme dan karakteristik proses pengeringan
Termometer
Ruang Pengering
Pipa Saluran Udara
Heater
Kipas
Motor
Selang Plastik
Manometer
b. Mempelajari perencanaan perancangan alat pengering dan dibandingkan
dengan pengering yang digunakan dalam praktikum.
c. Menentukan kurva aliran udara dengan kurva Shedd
d. Menentukan efisiensi pengeringan, pemanasan udara dan pengeringan total
e. Menggambarkan mekanisme pemanasan udara dan proses pengeringan
dalam diagram psikometrik
C. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah :
Bahan : Gabah Kering Panen (GKP)
Alat : Sample probe, moisture tester, manometer, selang plastik,
timbangan, stopwatch, tang ampere, tachometer, dan alat
pengering.
Gambar 2. Skema alat pengeringan
D. Metode
1. Persiapan
a. Mengukur luas lantai pengering.
b. Memasukkan selang plastik, manometer ke ruang plenum.
c. Memasang termometer ke dinding plenum.
d. Memastikan blower berfungsi.
e. Memasukkan bahan yang sudah ditimbang terlebih dahulu (W1) ke
ruang pengering, mengukur ketebalan bahan, mengukur kadar air
bahan sebagai kadar air awal bahan (M0) minimal 3 contoh acak.
f. Memastikan suhu udara pengering seperti yang diharapkan dengan
menghidupkan blower dan pemanas.Tegangan(V)=220 V,arus= 0.82 A
2. Operasi dan pengamatan
a. Menghidupkan motor dan pemanas, mencatat waktu pengeringan
dimulai.
b. Mengamati suhu udara luar, suhu plenum, suhu udara di atas bahan,
tekanan manometer dan kadar air bahan dengan mengisikan dalam
tabel yang tersedia.
c. Menghentikan pengeringan setelah tercapai kadar air rata-rata 14 %
d. Menimbang bahan sebagai berat akhir (W2).
3. Perhitungan
a. Menghitung efisiensi pemanasan udara (η1)
η1 =
mC p ( t1−t2 )VI
dimana :
m = massa rata-rata aliran udara
t1 = suhu rata-rata udara luar
t2 = suhu rata-rata udara pengering
Cp = panas jenis udara pada suhu udara luar rata-rata
V = tegangan
I = arus
b. Menghitung efisiensi pengeringan (η2)
η2 =
(W 2−W 1 )h fg
mC p ( t2−t1 )
dimana :
hfg = panas laten pengeringan bahan
c. Menghitung efisiensi pengeringan total (η3)
η3 =
(W 2−W 1 )h fg
VI
Daftar persamaan:
Gfan=V fan
v Pfurnace=Gfan×( I 2−I 1)
Δp grain /m=aV
s2
ln (1+bV s)
Pair [ kW ]≈Q [m3 /s ]∗Δp [mmH 2 0 ]102 Pmotor=Pair /ηair , ηair=30%
Dh20=Gfan¿ ΔH Gh20=GwetGrain¿m1−m2
100−m2
tTheory=GH 20 / DH20
Tekanan ducting & floor = 100 Pa, 1 mmH2O = 9.8 Pa
Gabah :
a = 2.57 x 104
b = 13.2
q
PG furnace
fuel
E. Hasil Pengamatan dan Pengolahan Data
Tanggal : 13 Mei 2011
Kelompok : 2
Bahan : Gabah
Tabel 1. Data percobaan pengeringan
Waktu
(menit)
Suhu udara luarSuhu udara plenum (C)
Suhu udara di atas bahan
Kadar airTekanan manometer (mm
air)Tdb Twb RH
Tdb
Twb RH Ats Tgh Bwh
0 27.5 26.088.9
127.0
28.0
27.092.61
22.0 22.0 21.5 0.0
15 28.1 27.091.9
044.5
30.0
29.092.88
22.4 22.1 22.6 20.0
30 28.5 27.089.1
246.0
30.5
29.5 92.9
422.5 21.8 20.8 20.0
45 29.0 27.085.7
746.0
31.0
29.589.61
17.5 19.6 18.6 20.0
60 29.0 27.589.2
246.5
32.5
30.083.45
18.3 18.4 16.3 20.0
75 29.5 28.089.32
46.034.5
31.580.97
19.3 17.7 17.1 20.0
90 29.5 28.089.32
46.035.5
31.5 75.5
017.5 16.0 15.5 20.0
105 30.0 28.5 89.4
246.0
35.0
32.081.12
16.0 15.0 15.0 20.0
120 30.0 28.4 88.7
446.5
35.5
31.072.70
15.0 15.0 15.0 21.0
Rataan
25.85
27.49
89.08
43.8332.5
30.11
84.64
18.94
18.62
18.04
17.89
Parameter pengeringan udara diluar
T (menit) 0 15 30 45 60 75 90 105 120
Parameter pengeringan diatas bahan
Tabel 2. Data pengukuran parameter pengeringan gabah.
State point
Tdb Twb RH (%)
Humidity Ratio H (g/kg)
Entalpi I
(kJ/kg)
Specfic Volume V (m3/kg)
1 29 27,49 89.15 22.73 87.23 0.89
2 43,83 30.14 37.62 21.58 99.77 0.933 32,5 30,14 84.33 26.41 100.31 0.90
Tabel 3. Perencanaan Pengeringan
Parameter Nilai Satuan KeteranganKapasitas 10 kg Mass flow rate 4.2 kg/s Area of the perforated floor 0,09 m2 pressure drop 73.985 Pa perhitunganpressure drop 130 Pa kurva sheddfan power 2240 RPM asumsi efisiensi
30%drying time 120 min pengamatan
PERHITUNGANLuas lantai = p x l = 0.3 x 0.3 = 0.09 m2
Tebal tumpukan = 21 cm = 0.21 m
Luas pipa = (0.12 x π) / 4 = 0.00785 m2
Kapasitas Pengeringan = (0.09 x 0.21)/10 kg = 1.89×10-3 m3/kg
Massa awal = 10 kg
Masss akhir = 9.2 kg
Kecepatan angin blower = 4.2 m/s
T (menit) 0 15 30 45 60 75 90 105 120
V = 200 volt
I = 0.5 A
Tabel 4. Konversi Teknaan dari mmH2O ke Pa
waktu (menit)
Tekanan manometer (mm air)
Tekanan manometer (Pa)
0 0 015 20 19630 20 19645 20 19660 20 19675 20 19690 20 196105 20 196120 21 205,8
Rata-rata 17,89 175,31
P1 = tekanan pada ruang plenum = 175.31 Pa
P2 = tekanan di atas tumpukan gabah = 101.325 Pa
Pressure Drop = P1 – P2 = 175.31 – 101.325 = 73.985 Pa
Tabel 5. Laju Pengeringan
waktu (menit)
waktu (jam) Kadar Air (%BB)
Kadar Air (%BK)
KA (%BK)/jam
0 0,00 21,83 27,93 ~15 0,25 22,3 28,70 114,8030 0,50 21,7 27,71 55,4345 0,75 18,37 22,50 29,1060 1,00 17,67 21,46 21,4675 1,25 18,02 21,98 17,5890 1,50 16,33 19,52 13,01105 1,75 15,33 18,11 10,35120 2,00 15 17,65 8,82
0 20 40 60 80 100 120 1400
20
40
60
80
100
120
140
waktu (menit)
KA
(%B
K)/
jam
Gambar 2. Grafik laju aliran udara
Gfan = Vfan / v = (vudara x luas penampang pipa)/ vspesific
= ( 4.2 m/s x 0.00785 m2) / 0,93 m3/kg
= 0,035 kg/skadar air
Efisiensi Pemanasan η1 = mCp(t 1−t 2)
VI =
0.035 ×1.02 ×1000 J /kgC ×(32.5−29)220 x 4.12
=
= 13.78 %
Efisiensi
Pengeringan
η 2=(W 2−W 1 )hfg
mCp( t1−t2 )=
(10−9 . 2) x1180. 035 x1 . 02 x1000 x (32. 5−29)
=75 . 55 %
Efisiensi Pengeringan total η3=
(W 2−W 1)h fg
VI=
(10−9 .2 )x 118220 x 4 . 12
=10 . 41 %
P furnace = G fan x (h2-h1) = 0.035 kg/s x (100.31 – 87.23) kJ/kg = 0.4578 kW
P fan = 30% x P furnace = 0.3 x 0.4578 kW = 0.137 kW
G fuel = P furnace
q xη =
0.4578 kW ×3600 det / jam
11300kJkg
x0.75 = 0.194 kg/jam
∆p grain/m = a(Vs)2
ln(1+bVs) =
2.57 × 104(4.2)2
ln (1+13.2 x 4.2) = 112404.656 Pa/m
DH2O = G fan x ∆H = 0,035 x (0.02641-0.02273) = 1.288×10-4 kg/s
GH2O = G wetgrain × m1−m2100−m 2
= 10 kg × 21.83−15100−15
= 0.80 kg
t theory = GH2O / DH2O = 0.80/1.288×10-4= 6211.18 s = 1.72 jam
F. Pembahasan
Pada umunya pengeringan butiran pada umumnya masih dilakukan dengan
memanfaatkan tenaga matahari. Namun, cara ini sangat tergantung pada musim,
waktu pengeringan, tenaga kerja yang banyak, dan tempat yang luas. Pengeringan
butiran yang berkadar air tinggi, dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
pengeringan dalam jangka waktu lama pada suhu udara pengering yang rendah
atau pengeringan dalam jangka waktu yang lebih pendek pada suhu yang lebih
tinggi. Akan tetapi, jika pengeringan dilakukan terhadap suatu bahan berlangsung
terlalu lama pada suhu yang rendah, maka aktivitas mikroorganisme yang berupa
tumbuhnya jamur atau pembusukan menjadi sangat cepat.
Sebaliknya, pengeringan yang dilakukan pada suhu yang terlalu tinggi
dapat menyebabkan kerusakan pada komponen-komponen bahan yang
dikeringkan, baik secara fisik maupun kimia. Oleh karena itu, perlu dipilih cara
pengeringan yang efektif dan efisien agar tidak terjadi kerusakan pada produk-
produk pertanian. (Ahmad, 2011)
Pada praktikum ini dilakukan pengeringan salah satu komoditas pertanian
yaitu gabah. Pengeringan dilakukan untuk mengurangi kadar air yang terdapat
pada gabah agar memiliki umur simpan yang lebih lama dan terhindar dari
kerusakan fisik yang disebabkan oleh serangga.
Pengeringan tersebut menggunakan alat pengering tipe bak, dimana
menggunakan aliran panas yang dialirkan melalui saluran pengering dengan
blower. Aliran panas tersebut akan didistribusikan oleh plenum ke bak pengering,
sehingga akan menyebabkan kadar air gabah menjadi menurun.
Gabah yang dikeringkan merupakan Gabah Kering Panen (GKP) dengan
kadar air gabah awal adalah sebesar 27.93 % BK , pada pengukuran suhu
lingkungan luar adalah 27.5 oC Tdb dan 26.0 oC Tbk. Dari data Tdb dan Tbk,
maka dengan menggunakan psychrometric chart parameter pengeringan dapat
diketahui. Pada proses pengeringan suhu yang dialirkan melalui plenum diatur
agar tidak melebihi 50 oC,karena jika diberikan suhu yang terlalu tinggi maka
akan menyebabkan kerusakan pada bahan sehingga mutu akan menurun, suhu
yang diberikan rata 43.83 oC.
Pengukuran kadar air dilakukan pada tiga titik (atas, tengah dan bawah)
untuk mengetahui besarnya penyebaran panas pada bak pengering. Proses
pengeringan dilakukan selama 120 menit dengan setiap perubahan 15 menit
dilakukan pengukuran parameter pengeringan. Dari hasil pengukuran yang
dilakukan dapat diketahui bahwa semakin lama, suhu semakin meningkat dan RH
semakin menurun, RH akhir menjadi 72.70 % dengan RH awal 92.61 %. Begitu
juga dengan kadar air yang semakin menurun. Kadar air gabah setelah dilakukan
pengeringan menjadi 15 %, kadar air ini masih belum memenuhi standar
pengeringan gabah, seharusnya kadar air gabah yang diinginkan adalah 14 %. Hal
ini disebabkan oleh proses pemberian aliran panas ke bak pengering, panas yang
diterima gabah tidak konstan karena adanya panas yang pindah ke lingkungan
luar. Selain itu juga dipengaruhi oleh parameter-parameter udara disekitar bak
pengering. Sehingga efisiensi pemanasannya menjadi kecil yaitu hanya 13.78 %.
Proses pengeringan gabah yang berlangsung selama praktikum adalah 120 menit
(2 jam), sedangkan menurut teori hasil perhitungan lama pengeringan hanya 1.72
jam.
Hasil perhitungan data-data yang diperoleh menunjukkan efisiensi
pengeringan sebesar 75.55 % dan efisiensi pengeringan total adalah 10.41 %.
Apabila dilihat dari efisiensi pengeringan, secara keseluruhan proses pengeringan
masih kurang optimal karena persentase efisiensi yang kecil. Hal yang dapat
dilakukan adalah memperbaiki kinerja alat pengering yang digunakan ketika
praktikum, seperti memperbaiki heater dan system insulasi pada alat.sehingga
efisiensi penyaluran panas ke gabah akan menjadi lebih baik.
G. Kesimpulan
Pengeringan dilakukan untuk mengurangi kandungan air dari suatu bahan
yang dikeringkan sampai batas tertentu agar bahan tersebut memiliki sifatdan
mutu bahan yang baik. Mekanisme kerja pengering adalah mengalirkan udara
bersuhu tinggi ke bahan pangan sehingga terjadi proses pindah panas dan
pengurangan kadar air. Efisiensi pengeringan yang diperoleh adalah 75.55 % dan
efisiensi pemansan udara adalah 13.78 %. Besarnya nilai efisiensi pengeringan
hasil kinerja dari alat pengering yang digunakan kurang baik, hal ini dipengaruhi
oleh beberapa parameter lingkungan seperti kelembaban relatif, suhu, tekanan,
entalphi, volume spesifik dan laju pengeringan.
H. Daftar Pustaka
Winata, Ahmad.2011.Karakteristik pengeringan gabah pada alat
pengering Kabinet (tray dryer) menggunakan sekam padi sebagai
Bahan bakar [terhubung berkala].
http://eprints.undip.ac.id/3376/1/MAKALAH__KARAKTERISTIK_P
ENGERINGAN_GABAH.pdf [19 Mei 2011]
Hasibuan, R.2011.Mekanisme pengeringan [terhubung berkala]
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1360/1/tkimia-
rosdanelli.pdf [19 Mei 2011]