Upload
vanque
View
253
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN HASIL PENELITIANHIBAH BERSAING
IDENTIFIKASI DAN PERAN BURUNG PREDATOR DALAM
PENGENDALIAN HAMA ULAT BULU UNTUK MENINGKATKAN
PRODUKTIVITAS TANAMAN PALAWIJA
Dr. ABDULLAH, S.Pd., M.PdJALALUDDIN, S.Pd., M.Pd
DIAN ASWITA, S.Pd
Dibiayai oleh DIPA Kopertis Wilayah – I Tahun Anggaran 2012, dansesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Dalam Rangka
Pelaksanaan Program Desentralisasi Penelitian Hibah BersaingNomor: 47/K1.1.2/KU.2/2012 tanggal 12 Maret 2012
FAKULTAS DAN KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH
NOVEMBER, 2012
Bidang Ilmu : MIPA
1. Judul Penelitian : Identifikasi dan Peran Burung Predator dalam
Pengendalian Hama Ulat Bulu untuk Meningkatkan
Produktivitas Tanaman Palawija.
2. Ketua Peneliti
a. Nama lengkap : Dr. Abdullah, S.Pd, M.Si
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. NIP : 197402051999031001
d. Jabatan Struktural : -
e. Jabatan Fungsional : Lektor
f. Bidang Keahlian : Biologi/Ekologi
g. Fakultas/Jurusan : KIP/Pendidikan Biologi
h. Perguruan Tinggi : Universitas Serambi Mekkah
i. Tim Peneliti
No Nama lengkap Bidang
Keahlian
Fakultas/
Jurusan
Institusi
1 Jalaluddin, S.Pd, M.Pd Ekologi FKIP Biologi Universitas Serambi Mekkah
2 Dian Aswita, S.Pd Ekologi Insecta FKIP Biologi Universitas Serambi Mekkah
3. Pendanaan dan Jangka Waktu Penelitian
a. Jangka waktu penelitian yang diusul : 2 tahun
b. Biaya total yang diusulkan : Rp. 80.000.000,-
c. Biaya yang disetujui tahun I : Rp. 47.000.000,-
Banda Aceh, 20 November 2011
MengetahuiDekan FKIP Ketua Peneliti
Drs. M. Isa Rani, M.Pd Dr. Abdullah, M.SiNIP. 19640206 198903 1 003 NIP.19740205 199903 1 004
MenyetujuiKeyua LP2M
Ir.Lukmanul Hakim, M.PNIP. 19611231 199403 1 006
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN AKHIR
RINGKASAN
Identifikasi dan Peran Burung Predator dalam Pengendalian Hama Ulat Bulu
untuk Meningkatkan Produktivitas Tanaman Palawija.
Akhir-akhir ini, serangan hama ulat bulu mulai meningkat dan
mengkhawatirkan berbagai pihak, termasuk pemerhati konservasi dan keseimbangan
ekosistem. Gangguan ulat bulu ini menyebabkan kerugian terhadap manusia, salah
satunya pada sektor pertanian. Kondisi ini menimbulkan prasangka ekoligis tentang
dugaan adanya ketidakseimbangan ekosistem. Salah satu faktor pemicu
ketidakseimbangan ekosistem adalah hilangnya burung predator, sehingga
menyebabkan populasi ulat bulu meningkat dan mewabah di sekitar pemukiman
penduduk dan lahan-lahan pertanian. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
burung-burung apa saja yang berpotensi menjadi predator bagi hama ulat bulu
tersebut. Pengamatan data lapangan dilakukan di Kawasan Hutan Saree KAbupaten
Aceh Besar Provinsi Aceh selama April s.d Oktober 2012. Metode penelitian
meliputi observasi langsung (direct observation) dengan teknik pengamatan langsung
di lapangan penelitian dan identifikasi sampel di laboratorium. Penelitian ini
menghasilkan bahwa ada 6 jenis burung yang berpotensi sebagai pengendali ulat
bulu dan 20 jenis ulat bulu (survey dan interview stakeholder). Namun demikian,
interaksi antara burung predator dan ulat bulu masih dalam tahapan pengkajian lebih
lanjut, guna memecahkan masalah pemberantasan hama ulat bulu secara biologis.
PRAKATA
Laporan Hibah Bersaing Tahun 2012 ini merupakan laporan kegiatan
penelitian dengan judul ”Identifikasi dan Peran Burung Predator dalam
Pengendalian Hama Ulat Bulu untuk Meningkatkan Produktivitas Tanaman
Palawija”. Penelitian ini dilaksanakan di Kawasan Kawasan Hutan Saree Kabupaten
Aceh Besar Provinsi Aceh. Hasil penelitian ini merupakan validasi peran dari burung
predator dalam mengendalikan hama ulat bulu secara biologis, sehingga dapat
mengurangi pemakaian insectisida secara berlebihan.
Penelitian ini dibiayai oleh Direktorat Pendidikan Tinggi, Kementerian
Pendidikan Nasional Universitas Serambi Mekkah, sesuai dengan Surat Perjanjian
Penugasan Dalam Rangka Pelaksanaan Program Hibah Desentralisasi Penelitian
Hibah Bersaing Tahun Anggaran 2012, Nomor: 47/K1.1.2/KU.2/2012, Tanggal 12
Maret 2012. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih setinggi-
tingginya kepada Direktorat Pendidikan Tinggi, Rektor Universitas Serambi Mekkah,
dan semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan di lapangan. Bagi semua
pihak, penulis juga mengharapkan masukan dan kritikan agar laporan ini lebih
sempurna.
Banda Aceh, 20 November 2012
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN i
A. LAPORAN HASIL PENELITIAN
RINGKASAN DAN SUMMARY ii
PRAKATA iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN viii
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3
BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 7
BAB IV METODE PENELITIAN 8
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 10
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 14
DAFTAR PUSTAKA 15
LAMPIRAN 16
B. DRAFT ARTIKEL ILMIAH 48
PROSIING HASIL SEMINAR 61
C. SINOPSIS PENELITIAN LEBIH LANJUT 63
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Jenis-jenis Burung di Kecamatan Lembah Seulawah KabupatenAceh Besar 10
Tabel 5.2 Jenis-Jenis Ulat bulu di Kecamatan Lembah SeulawahKabupaten Aceh Besar 12
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Komposisi Jumlah Jenis burung di kecamatan LembahSeulawah Kabupaten Aceh Besar 11
Gambar 2 Komposisi Jumlah Jenis burung Pemangsa Ulat Bulu diKecamatan Lembah Seulawah Kabupaten Aceh Besar 11
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Foto Aktivitas Lapangan 16
Lampiran 2. CV Peneliti 20
Lampiran 3. Buku Catatan Harian Penelitian 32
Lampiran 4. Laporan Keuangan 45
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Ekosistem pertanian (agroekosistem) memegang faktor kunci dalam
pemenuhan kebutuhan pangan suatu bangsa. Keanekaragaman hayati (biodiversiy)
yang merupakan semua jenis tanaman, hewan, dan mikroorganisme yang ada dan
berinteraksi dalam suatu ekosistem sangat menentukan tingkat produktivitas
pertanian.
Tuntutan masyarakat akan produk tanaman yang berkualitas, ekonomis, serta
aman dikonsumsi semakin tinggi. Produk tanaman seperti ini dapat diperoleh dengan
menerapkan budidaya tanaman yang sehat, antara lain dengan penggunaan agens
hayati sebagai sumber pengendalian hama dan penyakit. Indonesia merupakan negara
yang dikenal mempunyai sumber kekayaan hayati yang sangat besar, bahkan
merupakan negara kedua di dunia, setelah Brazil (Dibiyantoro, 2005).
Sekitar tiga dasa warsa lalu penggunaan insektisida kimia sintetis merupakan
satu-satunya cara pengendalian hama di lahan pertanian. Tetapi meningkatnya kasus
resistensi hama terhadap insektisida kimia menyebabkan penggunaannya mulai
dikurangi. Di samping itu, penggunaan insektisida kimia sintetis secara terus menerus
menyebabkan faktor mortalitas biotik seperti musuh alami (parasitoid dan predator)
hamamengalami kemusnahan lebih cepat, sehingga tidak dapat berperan sebagai
faktor pengendali hama secara alami.
Isu global yang terjadi saat ini adalah adanya serangan hama ulut bulu di
berbagai tempat. Tidak hanya di perkebunan masyarakat, namun juga menyebar ke
perumahan penduduk. Hal ini terjadi akibat tidak seimbangnya ekosistem.
Menghilangnya burung predator merupakan salah satu faktor yang memicu
meningkatnya hama ulat bulu tersebut. Oleh karena itu teknik pengendalian hayati
perlu digunakan, sehingga tidak mengganggu musuh alaminya.
Penelitian pengendalian hayati dari berbagai aspek, akhir-akhir ini banyak
dilakukan, tidak saja untuk serangga hama, tetapi juga untuk patogen tanaman dan
gulma. Hal ini karena penggunaan insektisida sebagai satu-satunya pengendalian
andalan petani dapat menyebabkan pengaruh efek samping yang buruk, baik terhadap
hama dan penyakit sasaran itu sendiri, maupun terhadap pekerja, masyarakat dan
lingkungan hidup.
Tulisan ini menginformasikan hasil-hasil penelitian burung predator untuk
pengendalian hama ulat bulu pada perkebunan palawija, sehingga diharapkan dapat
meningkatkan produktivitas tanaman pertanian yang berkualitas dan aman untuk
dikonsumsi masyarakat karena tidak menggunakan insektisida.
1.2 Perumusan Masalah
Ketika banyak dari burung predator mulai menghilang karena perburuan liar,
maka ketidakseimbangan ekosistem akan terjadi sehingga menyebabkan hama ulat
bulu mewabah. Hal ini tentu saja mendorong para petani untuk membasmi hama ulat
bulu dengan menggunakan insectisida kimia. Penggunaan insectisida secara terus
menerus dalam jangka waktu yang panjang akan menyebakan ulat bulu resisten
terhadap insectisida, dan hal ini juga menyebabkan terjadinya pencemaran pada
lingkungan. Untuk itulah perlu adanya cara pengendalian hama secara biologis
sehingga dapat mengurangi dampak negative yang dapat terjadi ketika penggunaan
insectisida.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Burung Predator
Jenis burung sangat banyak dan bervariasi, mulai dari burung kolibri yang
kecil, hingga burung unta yang lebih tinggi dari manusia.Menurut data yang ada
selama ini, diperkirakan terdapat sekitar 8.800-10.200 spesies burung di seluruh
dunia.Dan lebih dari 1.500 jenis (spesies) ada di Indonesia (Anonymous, 2012)
Burung termasuk ke dalam anggota kelompok hewan bertulang belakang
(vertebrata) yang memiliki bulu dan sayap.Ratusan jenis burung dapat ditemukan di
hutan-hutan tropis, mereka menghuni hutan-hutan ini dari tepi pantai hingga ke
puncak-puncak pegunungan. Burung juga ditemukan di rawa-rawa, padang rumput,
pesisir pantai, tengah lautan, gua-gua batu, perkotaan, dan wilayah kutub. Masing-
masing jenis beradaptasi dengan lingkungan hidup dan makanan utamanya.Maka
dikenal berbagai jenis burung yang berbeda-beda warna dan bentuknya.Ada yang
warnanya cerah cemerlang atau hitam legam, yang hijau daun, coklat gelap atau burik
untuk menyamar, dan lain-lain.
Ada yang memiliki paruh kuat untuk menyobek daging, mengerkah biji buah
yang keras, runcing untuk menombak ikan, pipih untuk menyaring lumpur, lebar
untuk menangkap serangga terbang, atau kecil panjang untuk mengisap nektar.Ada
yang memiliki cakar tajam untuk mencengkeram mangsa, cakar pemanjat pohon,
cakar penggali tanah dan serasah, cakar berselaput untuk berenang, cakar kuat untuk
berlari dan merobek perut musuhnya.
2.2 Pesatnya Pertumbuhan Ulat Bulu
Serangan ulat bulu berkembang begitu cepat dari biasanya,hingga dapat
menganggu kehidupan manusia khususnya bagi para petani. Penyebab terjadinya
eksplosi hama ulat bulu bisa ditinjau dari beberapa aspek, diantaranya :
a. Fenomena perubahan iklim global yang terjadi beberapa tahun terakhir yang sulit
diprediksi seperti terjadinya hujan terus menerus selama dua tahun terakhir ini
akan menyebabkan meningkatnya kelembaban lingkungan. Apalagi setelah hujan
terus menerus diselingi oleh kondisi panas beberapa hari, hal ini akan sangat
disukai oleh berbagai serangga hama termasuk ulat bulu dan beberapa hama ordo
Lepidoptera (ulat-ulatan) lainnya.
b. Faktor lingkungan biotik, seperti musuh alami hama sudah mulai berkurang,
misalnya burung, parasitoid, dan predator akan berdampak terhadap pertumbuhan
dan perkembangan hama yang tidak terkendali. Keberadaan burung-burung
pemakan ulat sudah mulai agak jarang yang disebabkan bukan saja karena
perburuan, tetapi juga karena sudah terjadi gangguan keseimbangan ekosistem
yang menyebabkan burung-burung tersebut sudah tidak nyaman lagi hidup pada
tempat-tempat tertentu.
c. Hujan yang terus menerus mengakibatkan musuh alami ulat bulu, yakni dari
golongan parasitoid seperti braconid dan apanteles tidak mampu bertahan hidup.
Sehingga, musuh alami itu tidak bisa mengontrol populasi ulat bulu yang semakin
banyak danberkembangbiak dengan cepat.Sebagai contoh kalau parasitoid telur
ulat bulu bekerjamaksimal, maka dari ribuan telur ulat, hanya beberapa telur saja
yang berhasil jadiulat.Ketika musuh alami itu hilang karena hujan, jumlah telur
yang menetas semakinbanyak.Hal inilah kemungkinan salah satu penyebab
terjadinya ledakan populasi.
d. Aspek inang juga berpengaruh terhadap perilaku ulat bulu. Karena ulat bulu
tersebutdengan spesies yang beragam bersifat polyphagus (mamakan banyak jenis
tanaman),hal ini juga akan sangat mempengaruhi cepat berkembangnya populasi
denganketersediaan tanaman inang, baik inang pokok atau inang alternatif. Dalam
hal iniberdasarkan apa yang terjadi di jawa timur mengungkapkan bahwa inang
pokok dariulat bulu tersebut adalah tanaman mangga, namun bisa saja menyerang
tanaman lainapabila inang pokok tidak tersedia secara cukup.
e. Penanaman suatu jenis tanaman secara terus menerus dengan periode yang
tidakserempak menyebabkan ketersediaan inang bagi berbagai jenis hama
berlimpah. Perludiingat bahwa walaupun yang menjadi hama adalah stadia larva
atau ulat, tapi petanijuga harus dilatih untuk memahami siklus hidup serangga
mulai dari telur, larva,kepompong sampai dewasa (kupu kupu atau ngengat).
f. Kesalahan kontrol, dimana pengamatan yang kita lakukan hanya terfokus
padapengamatan ulat saja, tanpa mengamati keberadaan telur, larva, kepompong
dandewasa. Karena kalau hanya menganggap hanya ulat sajayang perlu
diperhatikan berarti kita sudah terlambat mengantsipasi terjadinyaperkembangan
populasi serangga hama tersebut. Sebab kita sudah kehilanganinformasi mengenai
tiga tahapan perkembangan serangga yaitu telur, kepompong dandewasa,(Yuniar,
2011).
2.3 Pengendalian Hayati Serangga Hama
Agen hayati serangga hama dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan,yaitu
predator, parasitoid dan patogen.
1. Predator : Predator adalah organisme yang memangsa organisme lain.
Diantaranya tergolong serangga, burung, bahkan ada dari golongan mamalia.
2. Parasitoid : parasitoid adalah serangga yang memarasit (hidup dan berkembang
dengan menumpang) serangga lain (yang disebut inang). Parasitoid ada yang
berkembang didalam tubuh inang (endoparasit), dan ada yang berkembang di luar
tubuh inang (ektoparasitoid). Inang yang diparasit dapat berupa telur, larva,
nimfa, pupa atau imago serangga hama.
3. Patogen : patogen adalah organisme mikro yang menginfeksi organisme lain.
Agens hayati patogen yang telah diketahui dan dapat dimanfaatkan untuk
mengendalikan serangga antara lain dari kelompok virus, bakteri, cendawan dan
nematoda.
BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1 Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah :
a. Untuk mengidentifikasi jenis burung predator sehingga dapat mengendalikan
hama ulat bulu.
b. Untuk mengurangi polutan pada lingkungan hidup akibat pemakaian
insektisida pemberantas hama hama ulat bulu.
c. Dukungan partisipasi masyarakat terhadap penghentian perburuan burung
secara liar untuk menyelesaikan permasalahan mewabahnya hama ulat bulu.
3.2 Manfaat Penelitian
a. Penelitian ini sebagai salah satu sarana penginformasian kepada petani
tentang potensi burung predator dalam bidang pertanian sehingga dapat
mengurangi pemakaian insektisida yang menimbulkan efek samping yang
buruk, serta dapat meningkatkan produktivitas pertanian yang aman
dikonsumsi.
b. Memberika model pengendalian hama ulat bulu secara biologis.
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi penelitian
Pengamatan data lapangan dilakukan di Kawasan Hutan Saree Kabupaten
Aceh Besar, pada bulan April s.d Oktober 2012.
4.2 Teknik Pengumpulan Data
Metode penelitian meliputi observasi langsung (direct observation) dengan
teknik pengamatan langsung di lapangan penelitian dan identifikasi sampel di
laboratorium.
4.2.1 Inventarisasi jenis-jenis hama ulat bulu dan burung serangga
Untuk mengkoleksi hama ulat bulu di lapangan, dilakukan dengan cara
koleksi langsung dengan menggunakan pingset, hama ulat bulu diambil langsung
pada tanaman sampel. Jika ditemukan dalam stadium telur, pupa, atau pun imago,
maka tetap dijadikan sebagai sampel penelitian dan dikoleksi pada kotak terpisah.
Serangga yang diperoleh diambil dan disimpan dalam botol koleksi yang berisilarutan
alkohol 70% dan telah diberi label (hari/tanggal, lokasi, pengambilan ke,alat koleksi)
selanjutnya dibawa ke Laboratoriun Hama danPenyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian
Universitas Syiah Kula untuk disortasi dan diidentifikasi.
Untuk mengkoleksi burung di lapangan, dilakukan dengan menggunakan
jaring. Burung yang tertangkap langsung dimasukkan ke dalam kotak penyimpanan.
Selanjutnya dibawa ke laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas
Pertanian Universitas Syiah Kula untuk disortasi dan diidentifikasi
4.2.2 Identifikasi burung pemakan predator di laboratorium
Penelitian di laboratorium dengan cara melakukan pembedahan terhadap burung
yang telah tertangkap di lapangan penelitian. Bagian yang diamati adalah isi lambung
burung-burung tersebut, sehingga diketahui makanan yang dimakan oleh burung
sehingga dapat ditentukan apakah burung tersebut merupakan burung predator atau
bukan.
Bagan Alir Penelitian
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Jenis-Jenis Burung yang ditemukan pada lokasi penelitian dan berpotensi
sebagai pengendali hama ulat bulu
Hasil pengamatan yang telah dilakukan di Kawasan Hutan Saree Kabupaten
Aceh Besar diperoleh 16 jenis burung dari 9 family (Tabel 4.1). Jumlah ini
didominasi oleh famili Columbidae sebanyak 4 jenis. Dari famili Dicruridae terdapat
1 jenis burung, Hirundinidae terdapat 2 jenis burung, Nectarinidae terdapat 2 jenis,
Picnonotidae 2 jenis dan Turdidae juga 2 jenis burung, sedangkan famili Acripitidae,
Alcedinidae dan Sylviidae masing-masing terdapat 1 jenis burung. Komposisi jumlah
jenis burung seluruh famili dapat dilihat pada grafik 1.
Tabel 5.1 Jenis-jenis Burung di Kawasan Hutan Saree Kabupaten Aceh Besar.
FamiliSpesies/Jenis
KetNama Ilmiah Nama Daerah
1. Acripitidae 1 Ictineatus malayensis Elang Hitam Х2. Alcedinidae 2 Thodirhampus chloris Cekakak Sungai Х3. Columbidae 3 Geopelia stritiata Perkutut Х
4 Streptopelia Chienesis Balam Aceh Х5 Treron capellei Punai Besar Х6 Treron olax Punai kecil Х
4. Dicruridae 7 Dicrucus remifer Srigunting bukit
5. Hirundinidae 8 Delichon dasypus Layang-layang rumah Х9 Hirundo tahitica Layang-layang batu Х
6. Nectarinidae 10 Nectarina Jugularis Burung Madu Sriganti Х11 Antherpes malacensis Burung Madu Kelapa Х
7. Pycnonotidae 12 Picnonotus goiavier Terucuk 13 Pycnonotus zaylanicus Cucak Rawa
8. Sylviidae 14 Abrocopus supercilaris Perenjak kuning 9. Turdidae 15 Copsychus Malabaricus Murai Batu
16 Copsychus saularis Kucica Kampung Sumber : Data Primer 2012.
Ket : x = Bukan Burung Predator Ulat Bulu = Burung Predator Ulat Bulu
Komposisi Famili Dari Jenis Burung Yang Terdapat Di
Kabupaten Aceh Besar, ditunjukkan pada diagram berikut:
Gambar 1. Komposisi Jumlah Jenis burung di
Kabupaten Aceh Besar
Gambar 2. Komposisi Jumlah Jenis burung Pemangsa Ulat Bulu di
Hutan Saree Kabupaten Aceh Besar.
12%
12%
6%
19%
23%
Komposisi Famili Dari Jenis Burung Yang Terdapat Di Kawasan Hu
Kabupaten Aceh Besar, ditunjukkan pada diagram berikut:
Gambar 1. Komposisi Jumlah Jenis burung di Kawasan H
Kabupaten Aceh Besar
Gambar 2. Komposisi Jumlah Jenis burung Pemangsa Ulat Bulu di
Hutan Saree Kabupaten Aceh Besar.
6% 6%
23%
6%12%
12%
19%
39%
23%
Kawasan Hutan Saree
wasan Hutan Saree
Gambar 2. Komposisi Jumlah Jenis burung Pemangsa Ulat Bulu di Kawasan
Acripitidae
Alcedinidae
Columbidae
Dicruridae
Hirundinidae
Nectarinidae
Pycnonotidae
Sylviidae
Turdidae
Dicruridae
Pycnonotidae
Sylviidae
Turdidae
5.2 Jenis-Jenis Ulat bulu di Kawasan Hutan Saree Kabupaten Aceh Besar.
Hasil pengamatan yang telah dilakukan di Kawasan Hutan Saree Kabupaten
Aceh Besar diperoleh 20 Jenis Ulat Bulu 7 dari data Primer pengamatan langsung
dan 13 Primer hasil wawancara dengan masyarakat setempat.
Tabel 5.2 Jenis-jenis Ulat Bulu di Kawasan Hutan Saree Kabupaten Aceh Besar.
No Nama Daerah Nama Ilmiah Jenis Tumbuhan yangDiserang
Ket
1 Ulat Gatai Perina Sp. 1 Kacang Tanah dan KacangHijau
√
2 Ulat Gatai (UlatTupai)
Euproctis Sp. Sejenis tanaman yang berbuluSeperti Mentimun, Semangkadan Jenis Labu
√
3 Ulat Gatai Spilosoma Sp. Cabe Keriting dan Cabe Rawit √4 Ulat Gatai Spodoptera Litura Terong danKacang Panjang √5 Ulat Gatai
(Ulat Miyeuk)Spodoptera Sp. 1 Bunga Kol dan bayam √
6 Ulat Gatai Dasychira Sp. Sirsak dan mangga √
7 Ulat Gatai Orgya australis Ubi jalar, Ketela Gadung √
8 Ulat Gatai Euproctis virguncula Jambu air dan Jambu merah X
9 Ulat Gatai Euproctis Sp. Tumbuhan Pria dan Cabe rawit, X
10 Ulat Gatai Perina Sp. 2 Terong, Gambas, Kacang danPanjang
X
11 Ulat Gatai Amsacta lactinea Jambu Biji, Nangka danAsamJawa
X
12 Ulat Gatai Spilosomalubricipeda
Kacang tanah, Kedelai danKacang Hijau
X
13 Ulat Gatai Amathusiaphidippus
Jambu Biji dan ambu klutuk X
14 Ulat Gatai Euproctischrysorrhoea
Bayam dan sejenisnya X
15 Ulat Gatai Orgyia definita Daun singkong X
16 Ulat Gatai Dasychira Sp. 2 Bunga Matahari dan bawang X
17 Ulat Gatai Euproctisvirguncula
Tanaman Terong dan magga X
18 Ulat Gatai Dasychira inclusa Kangkung, Pepaya dan Mangga X
19 Ulat Gatai Callitearapudibunda
Tanaman Labu dan Mentimun X
20 Ulat GataiUlat Linceuh
Euclea delphinii Tanaman rambutan, kopi, cacaodan kemiri
X
Keterangan
√ = Data Primer Pengamatan Langsung
X = Data Primer Hasil Wawancara
5.3 Pembahasan
Jumlah jenis hama ulat bulu pada tanaman palawija di Kawasan Hutan Saree
Kabupaten Aceh Besar sangat tinggi. Peningkatan populasi ulat bulu diyakini karena
adanya kerusakan ekosistem. Perubahan iklim dan aktifitas masyarakat ditenggarai
memberi dampak yang besar terhadap kerusakan ekosistem ini. Perubahan kondisi
lingkungan dan menurunnya predator merupakan penyebab peledakan populasi ulat
bulu di Kawasan Hutan Saree Kabupaten Aceh Besar. Keadaan ini tentu saja
memberikan efek buruk bagi sistem pertanian dan perekonomian.
Jumlah jenis burung yang ditemukan pada lokasi penelitian sangat sedikit.
Penurunan populasi burung ini dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya akibat
aktifitas manusia. Dari 16 jenis burung yang ditemukan, hanya ada 6 jenis burung
yang berperan sebagai burung predator. Hal ini tentu saja memberikan dampak
negative bagi keseimbangan ekosistem.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan data penelitian diperoleh 6 jenis burung pemangsa yang
berpotensi sebagai pengendali hayati tanaman palawija.
2. Diperoleh data 6 jenis ulat bulu berdasarkan survey dan 14 ulat bulu
berdasarkan interview masyarakat.
6.2 Saran
Identifikasi peran burung predator untuk mengendalikan hama ulat bulu
membutuhkan kajian yuridis dan sosio cultural lebih lanjut serta dukungan dalam
iplementasinya. Serta perlu adanya penelitian lanjutan mengenai kesusaian habitat
bagi burung.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penelitian Ini Terlaksana Dengan Dukungan Dari Beberapa Pihak Yaitu
Adanya Dukungan Masyarakat Sekitar Lokasi Penelitian Di Hutan Saree Aceh Besar
Dan Dukungan Dana dari Direktorat Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan
Nasional Universitas Serambi Mekah Dalam Program Desentralisasi Penelitian Hibah
Bersaing Tahun Anggaran 2012.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous.2012. Perkembangan Burung. (http://smartmastering.com/burung.html).
Anonymous.2012. Tanaman Pangan.(http://www.deptan.go.id/pusdatin/statistik/ut_tp.html.
Burnie, D. 1992. Burung-Temukan keindahan Dalam Dunia Burung, SejarahAlamnya, Prilaku Musim dan Rahasia kehidupannya.Jakarta : SeriEyewitnes, P.T. Seksama
Cyccu, Maryani Tobing. 2009. Keanekaragaman Hayati Dan Pengelolaan SeranggaHama Dalam Agroekosistem. (Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetapdalam Bidang Entomologi Pertanian pada Fakultas Pertanian, diucapkan dihadapan Rapat Terbuka Universitas Sumatera Utara Gelanggang Mahasiswa,Kampus USU, 10 Oktober 2009). Medan : Universitas Sumatera Utara.
Dibiyantoro, A, L. H. 2005. Pemanfaatan Biopestisida Untuk Mengendalikan OPTBawang Merah . Makalah Pelatihan Tot Pengembangan Teknologi InovatifBawang Merah. Bandung, 24-29 Agustus 2005. Balitsa Lembang.
Iskandar, J. 1989. Jenis Burung yang Umum di Indonesia. Jakarta : Jambatan
Korlina, Eli. 2011. Pengembangan Dan Pemanfaatan Agens Pengendali Hayati (Aph)Terhadap Hama Dan Penyakit Tanaman. Juranal Suara PerlindunganTanaman, Vol.1.,No.2.,2011
Mackinon, J, 1988. Field Guide Ti the Birds Java and Bali. Yogyakarta : Gajah MadaUniversity Press
Mackinon, J. 1994. Burung-Burung di Sumatra, Jawa, Bali, dan Kalimantan. PusatLitbang Biologi-Lipi
Prawiradilaga, Dewi M .1990. Potensi Burung Dalam Pengendalian PopulasiSerangga Hama. Jurnal Konservasi, (Media Konservasi ol. 111 (I),September 1990 : 1–7). Suputa. 2011. Ulat Bulu Hama Mangga diProbolinggo. Website Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan. FakultasPertanian UGM. (http://faperta.ugm.ac.id/perlintan2005/berita.html)
Soemadi, W. 1999.Pakan Burung.Jakarta : Penebar Swadaya
Yuniar, Galingging R. 2011. Fenomena Ulat Bulu Sebagai Dampak Perubahan IklimGlobal. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalteng.(http://kalteng.litbang.deptan.go.id/ind/images/data/ulat.pdf).
LAMPIRAN 1. FOTO KEGIATAN LAPANGAN
Gambar 1. Ulat Bulu yang menyerang tanaman palawija (bunga Kol)
Gambar 2. Tanaman Kacang Hijau, dimana daunnya berlubang-lubang akibat gigitanulat bulu
Gambar 3. Pengambilan sampel ulat bulu pada salah satu tanaman palwija (tanamanterong)
Gambar 4. Pengamatan terhadap kondisi daun tanaman jagung yang telah diseranghama ulat bulu.
Gambar 5. Kerusakan habitat burung oleh prilaku manusia
Gambar 6. Kondisi habitat yang tidak menguntungkan bagi kelangsungan hidupburung.
Gambar 7. Hirundo tahitica, merupakan salah satu burung yang ditemukan padalokasi penelitian.
Gambar 8. Dicrurus paradiseus, merupakan salah satu burung yang ditemukan padalokasi penelitian.