Upload
trancong
View
215
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN
GROUP PROJECT RESEARCH
KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL PADA TIPE HABITAT
BERBEDA DI KAMPUS IPB DRAMAGA
Oleh :
Rizki Kurnia Tohir E34120028
Rizki Amalia Adinda Putri E34120047
Sri Reski Khairunnisa E34120066
Ahmad Deni Rojabsani E34120083
DEPARTEMEN
KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
LAPORAN
GROUP PROJECT RESEARCH
JUDUL : Keanekaragaman Jenis Reptil Pada Tipe Habitat Berbeda Di
Kampus IPB Dramanag
KELOMPOK : 22
KETUA : Rizki Kurnia Tohir / E34120028
ANGGOTA : 1. Rizki Amalia Adinda Putri / E34120047
2. Sri Reski Khairunnisa / E34120066
3. Ahmad Deni Rojabsani / E34120083
Mengetahui,
Dosen Koordinator,
Dr.Ir. Abdul Haris Mustari, M.Sc.F
I. JUDUL
KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL PADA TIPE HABITAT BERBEDA DI
KAMPUS IPB DRAMAGA
II. PENELITI
Ketua : Rizki Kurnia Tohir / E34120028
Anggota : 1. Rizki Amalia Adinda Putri / E34120047
2. Sri Reski Khairunnisa / E34120066
3. Ahmad Deni Rojabsani / E34120083
III. PEMBIMBING
Dosen : Dr.Ir. Abdul Haris Mustari, M.Sc.F
Asisten : Insan Kurnia,S.Hut.M.Si
IV. PENDAHULUAN
Ekologi reptil sebagai komponen dalam ekosistem memiliki peranan yang
penting dalam kelangsungan proses-proses ekologi untuk menjaga keseimbangan
ekosistem. Rusak atau hilangnya salah satu komponen dalam ekosistem akan
menyebabkan gangguan terhadap ekosistem serta berkurangnya kualitas lingkungan.
Reptil merupakan fauna sensitif terhadap perubahan kualitas lingkungan ini dapat
menjadi indikator lingkungan.
Reptil memiliki daerah sebaran yang sempit dan terbatas serta hanya
dijumpai di habitat yang spesifik. Hilangnya populasi jenis yang menempati habitat
spesifik menandakan adanya perubahan kualitas lingkungan pada lokasi tersebut,
meskipun perubahan yang terjadi mungkin tidak terlalu tampak. Oleh karena itu,
jenis reptil yang mempunyai habitat spesifik sangat bermanfaat untuk memberikan
peringatan dini terjadinya perubahan lingkungan (Mistar 2008).
Helvoort (1981) menjelaskan bahwa keanekaragaman berhubungan dengan
banyaknya jenis dan jumlah individu tiap jenis sebagai komponen penyusun
komunitas. Oleh karena itu keanekaragaman jenis menyangkut dua hal yaitu
kekayaan dan sebaran keseragaman. Terdapat enam faktor yang saling berkaitan
yang menentukan naik turunnya keragaman jenis suatu komunitas yaitu waktu,
heterogenitas, ruang, persaingan, pemangsaan, kestabilan lingkungan dan
produktivitas (Krebs 1978). Menurut Campbell (2004) faktor-faktor yang
mempengaruhi keanekaragaman dalam komunitas alamiah meliputi ketersediaan
energi, heterogenitas habitat, spesialisasi relung dan interaksi populasi. Menurut
Goin dan Goin (1971) faktor yang mempengaruhi keanekaragaman yaitu kecocokan
terhadap suhu, kelembaban, penutupan tajuk dan formasi tanah.
Keanekaragaman jenis merupakan salah satu variabel yang berguna bagi
tujuan manajemen pengelolaan dalam konservasi. Perubahan dalam kekayaan jenis
dapat digunakan untuk memprediksi dan mengevaluasi respon komunitas tersebut
terhadap kegiatan manajemen (Nichols et al. 1998). Kegiatan penelitian dan
eksplorasi keanekaragaman jenis reptil pada suatu wilayah yang baru merupakan
kegiatan awal bagi kegiatan penelitian reptil selanjutnya.
V. TUJUAN
Mempelajari keanekaragaman jenis reptil berdasarkan perbedaan tipe habitat
di kampus IPB Dramaga.
VI. MANFAAT
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi:
1. Pengetahuan tambahan tentang keanekaragaman jenis reptil berdasarkan tipe
habitatnya.
2. Ilmu lebih lanjut dalam cara pengambilan data terkait keanekaragaman di
lapangan.
3. Data dasar untuk menjaga dan mempertahankan bahkan meningkatkan
kualitas ekosistem.
4. Informasi terhadap pengelola dan b
5.
6. ahan pertimbangan dalam pengelolaan lokasi agar tidak berdampak negatif
terhadap keanekaragaman reptil yang ada di lokasi tersebut.
7. Perlindungan secara tidak langsung terhadap satwa lain yang berada pada
ruang lingkup habitat yang sama dengan Reptil.
8. Data dasar pengelolaan lebih lanjut.
VII. KEADAAN UMUM LAPANGAN
Lokasi praktikum terletak di dua tipe habitat yang berbeda, lokasi pertama
yaitu hutan yang terletak di hutan Masjid Al-huriyyah IPB dan yang terlihat
mendominasi berupa pohon Karet (Hevea brasiliensis), Makaranga (Macaranga sp.)
dan beberapa jenis paku-pakuan. Topografi tanah di lokasi ini cukup terjal dengan
jenis tanah tanah merah dan tanah liat. Aktivitas manusia yang terlihat berupa bekas
galian seperti saluran air sedalam setengah meter. Ditambah dengan suara kendaraan
yang sesekali lewat di ujung jalur pengamatan.
Lokasi praktikum kedua terletak di belakang Gymnasium IPB dengan
tumbuhan yang mendominasi berupa rumput-rumput liar, tumbuhan pisang dan
bambu. Topografi tanah di lokasi pengamatan cukup landai dengan jenis tanah yaitu
tanah merah. Aktivitas manusia tidak terlihat dikarenakan saat praktikum pada
malam hari,tetapi siang harinya aktivitas yang terlihat ialah orang yang berlalu-lalang
dan yang sedang berolahraga di gymnasium dapat terlihat dari jalur pengamatan.
Gambar 1. Letak kampus IPB Dramaga
VIII. METODE PRAKTIKUM
A. Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di Kampus Institut Pertanian Bogor Dramaga.
Pengambilan data di lapangan dilakukan selama kurang lebih 2 minggu (1 -16
Desember 2013) di 2 lokasi yakni hutan belakang Masjid Al-Hurriyah dan semak
belakang
Gymnasium.
Gambar 2. Peta lokasi pengamatan di kampus IPB Dramaga Bogor
B. Alat dan Bahan
Alat yang dibutuhkan dalam pengambilan data keanekaragaman reptil
disajikan pada Tabel 1. Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah semua
satwa reptil yang ditemukan di jalur pengamatan.
Tabel 1 Alat yang digunakan selama penelitian
No. Kegunaan Alat
1 Pembuatan plot
pengamatan
Meteran (50 m), tali rafia, pita penanda (flagging
tape), GPS
2 Pengambilan data reptil Senter, baterai, jam tangan, alat penangkap ular
3 Pengukuran faktor
lingkungan
Dry Wet thermometer
4 Dokumentasi Kamera digital, alat tulis, tally sheet
C. Jenis Data
Jenis data yang diambil pada penelitian terdiri dari data primer yang
merupakan data biologi dan ekologi reptil meliputi nama jenis, jumlah individu tiap
jenis, waktu perjumpaan, aktivitas, posisi horizontal dan vertikal dalam jalur
pengamatan, dan substrat saat ditemukan. Data habitat yang diambil yaitu kondisi
cuaca, suhu dan kelembaban udara, dan vegetasi. Sedangkan data sekunder yang
diambil adalah kondisi umum lokasi penelitian dan curah hujan.
D. Metode Pengambilan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah Visual Encounter Survey
(VES) dengan Random Walk Design yaitu pengambilan jenis satwa berdasarkan
perjumpaan langsung pada jalur pengamatan dengan menggunakan plot yang
diletakkan secara acak. Pada metode VES, pengamatan dilakukan dengan berjalan
menyusuri transek secara perlahan untuk mencari reptil dalam jangka waktu tertentu.
Pengamatan dilakukan di sepanjang transek yang telah dibuat. Masing-
masing lokasi dibuat sepanjang 400 meter dan dibuat plot plot pengamatan sebanyak
8 plot, untuk 1 plot panjang jalur pengamatan 50 meter dengan lebar 10 meter dan
waktu 15 menit. Cara pengamatan adalah berjalan di sepanjang plot. Jika terdapat
akar diamati celah-celahnya, kayu lapuk baik yang berdiri maupun telah roboh
dibongkar untuk mencari hewan yang tersembunyi. Pengulangan dilakukan pada hari
berikutnya, hal tersebut dilakukan untuk pengumpulan data. Pengambilan data reptil
dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu pra pengamatan, pengamatan, dan
dokumentasi. Saat pra pengamatan dengan menentukan lokasi ditetapkan, maka
dimulai dengan pembuatan jalur. Pada pengamatan dilakukan dengan menggunakan
penerangan berupa cahaya senter yang diarahkan pada lokasi-lokasi yang
memungkinkan reptil ditemukan seperti di batang pohon, lubang, kayu lapuk dan
semak. Pengamatan malam difokuskan pada reptil nokturnal yang sedang
beraktivitas dan reptil diurnal yang sedang beristirahat. Terakhir adalah dokumentasi
dan identifikasi spesimen data yang dicatat pada saat ditemukan adalah waktu,
substrat, posisi, perilaku saat ditemukan. Dokumentasi berupa gambar diambil
dengan kamera digital.
Gambar 3. Peta jalur pengamatan hutan belakang Masjid Al-Huriyyah
Gambar 4. Peta jalur pengamatan belakang Gymnasium
E. Analisa Data
Data reptil yang diperoleh dalam jalur pengamatan dianalisis menggunakan
beberapa indeks antara lain:
1. Keanekaragaman Jenis
Keanekaragaman jenis yang ditemukan dihitung menggunakan Indeks
Keanekaragaman Jenis Shannon-Wiener (Odum 1971), yaitu:
H’= -Σ Pi Ln Pi
Keterangan:
H’ = Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener
Pi = Proporsi jenis ke-i (diperoleh dari jumlah individu jenis ke-i dibagi jumlah
seluruh individu yang diperoleh di suatu lokasi
Variabel tersebut dapat digunakan dengan kriteria sebagai berikut:
H’ < 1 = Menunjukan tingkat keanekaragaman jenis yang rendah
1 < H’ < 3 = Menunjukan tingkat keanekaragaman jenis yang sedang
H’ > 3 = Menunjukan tingkat keanekaragaman jenis yang tinggi
Nilai yang diperoleh kemudian akan digunakan untuk membandingkan
keanekaragaman jenis berdasarkan habitat.
2. Kemerataan Jenis
Derajat kemerataan jenis pada suatu lokasi dapat menggunakan Indeks
Kemerataan Jenis. Persamaan yang digunakan untuk menghitung Indeks Kemerataan
Jenis (Odum 1971), yaitu:
E = H’/ Ln S
Keterangan:
E = Indeks Kemerataan Jenis
H’ = Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener
S = Jumlah jenis yang ditemukan
1. Kesamaan jenis
Indeks kesamaan jenis digunakan untuk mengetahui kesamaan antar lokasi
pengamatan berdasarkan jenis reptil yang ditemukan dengan menggunakan Indeks
Similaritas Komunitas Jaccard.
Sj =
Keterangan :
Sj : Indeks Similaritas Jaccard
C : Jumlah jenis yang ada bersamaan di kedua lokasi
S1 : Jumlah jenis yang ada di lokasi A saja, tidak ada di lokasi B
S2 : Jumlah jenis yang ada di lokasi B saja, tidak ada di lokasi A
IX. HASIL
1. Kondisi Habitat di hutan belakang Masjid Al-Huriyyah
Hutan Al-Huriyyah mempunyai topografi tanah yang bergelombang dan
merupakan areal hutan primer yang memiliki penutupan tajuk yang rapat. Kondisi
penutupan tajuk yang berbeda berpengaruh terhadap kondisi iklim mikro. Pada lokasi
ini terdapat sumber air yang mengalir sehingga keadaan hutan yang relatif basah.
Hutan Al-Huriyyah memiliki suhu 26°c dengan kelembaban sebesar 92%.
Ketinggian lokasi ini 189 mdpl. Vegetasi yang terlihat mendominasi berupa pohon
Karet (Hevea brasiliensis), Makaranga (Macaranga sp.) dan beberapa jenis paku-
pakuan. Aktivitas manusia yang terlihat berupa bekas galian seperti saluran air
sedalam setengah meter. Ditambah dengan suara kendaraan yang sesekali lewat di
ujung jalur pengamatan.
2. Kondisi Habitat di semak Gymnasium
Tipe habitat pada jalur pengamatan di semak Gymnasium umumnya
merupakan areal terbuka dengan tutupan lahan berupa semak. Lokasi belakang
Gymnasium relatif datar. Tipe penutupan lahan pada jalur pengamatan Gymnasium
memiliki kondisi tajuk terbuka, dengan suhu rata-rata di jalur pengamatan
Gymnasium antara 28°c dengan nilai kelembaban 84%. Ketinggian lokasi ini 202
mdpl. Pada lokasi ini tidak ditemukan sumber air jadi keadaan kondisi habitat yang
relatif kering. tumbuhan yang mendominasi berupa rumput-rumput liar, tumbuhan
pisang dan bambu. Pada lokasi ini sering dilewati manusia dan di pinggir jalan
sehingga banyak orang beraktifit
2. Komposisi Jenis
Jumlah keseluruhan reptil yang ditemukan pada lokasi penelitian yaitu 19
individu, diantaranya 11 individu ditemukan di dalam jalur pengamatan Al-Huriyyah
dan 8 individu di jalur Gymnasium dan disajikan pada tabel 2.
Tabel. 2 Komposisi jenis reptil yang ditemukan
No Nama Lokal Nama Ilmiah Lokasi
Hutan Al-Hurriyah
Belakang Gymnasium
1 Bunglon Surai Bronchochela jubata 2 0
2 Cicak Hutan Cyrtodactilus marmoratus 1 1
3 Kadal Semak Taxydromus sexlineatus 0 4
4 Tokek Gecko gecko 0 1
5 Ular Tampar Jawa Dendrelaphis pictus 3 0
6 Ular Pucuk Ahaetulla prasina 1 2
7 Ular Siput Pareas carinatus 3 0
8 Ular Viper Pohon Trimeresurus albolabris 1 0
Total 11 8
Reptil yang ditemukan didominasi oleh reptil arboreal (hidup di atas pohon).
Jumlah keseluruhan reptil yang ditemukan pada lokasi penelitian berjumlah 8 jenis
dan semuanya ditemukan di dalam jalur pengamatan. Dari 8 jenis reptil yang
diperoleh terdapat 1 jenis yang termasuk ordo squamata, 1 jenis famili Scincidae, 2
jenis famili Geckonidae, 1 jenis famili Agamidae, 1 jenis famili Viperidae dan 3 jenis
famili Colubridae. Daftar jumlah jenis reptil yang ditemukan disajikan pada tabel 3 .
Tabel 3. Ordo dan Famili dari jenis reptil yang ditemukan
No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Ordo
1 Bunglon Surai Bronchochela jubata Agamidae
Squamata
2 Cicak Hutan Cyrtodactilus marmoratus Geckonidae
3 Kadal Semak Taxydromus sexlineatus Scincidae
4 Tokek Gecko gecko Geckonidae
5 Ular Tampar Jawa Dendrelaphis pictus
Colubridae 6 Ular Pucuk Ahaetulla prasina
7 Ular Siput Pareas carinatus
8 Ular Viper Pohon Trimeresurus albolabris Crotalidae
Indeks keanekaragaman jenis yang didapat sebesar 1.67 pada lokasi hutan
belakang Al-Huriyyah dan 1.21 untuk lokasi semak belukar di belakang Gymnasium.
Indeks kemerataan individu pada lokasi hutan belakang Al-Huriyyah sebesar 0.93
dan 0.87 untuk lokasi semak belukar di belakang Gymnasium. Perhitungan yang
didapatkan sebesar 0.25 indeks kesamaan jenis untuk kedua lokasi penelitian.
X. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan total jumlah individu reptil yang
ditemukan di dua jalur pengamatan di Kampus IPB Dramaga sebanyak 19 individu
dari 8 spesies dan termasuk dalam 5 (lima) famili dari 1 (satu) ordo (Tabel 3). Hasil
analisis menunjukkan bahwa untuk kedua lokasi pengamatan mempunyai
keanekaragaman jenis reptil yang rendah, hal ini terlihat dari nilai indeks
keanekaragaman jenis (H’) sebesar 1.67 pada lokasi hutan Al-Huriyyah dan 1.21
untuk lokasi semak di belakang Gymnasium. Nilai indeks keanekaragaman Shannon-
wienner umumnya berkisar antara 1 sampai 3 dan sangat jarang yang mencapai 4.
Nilai indeks akan mencapai atau lebih besar dari 5 apabila jumlah sampel mencapai
105 (Magurran 2004). Faktor yang mengakibatkan rendahnya indeks
keanekaragaman di kedua lokasi pengamatan ini karena sudah adanya kegiatan
manusia yang dilakukan di kedua lokasi ini sehingga berpengaruh terhadap
keanekaragaman jenis reptil.
Habitat reptil dapat dibagi menjadi 2 (dua) habitat besar, yaitu akuatik dan
terestrial. Habitat akuatik meliputi kolam-kolam dan sungai, sementara habitat
teresrial meliputi lantai hutan maupun pepohonan (arboreal). Keanekaragaman
habitat akan berpengaruh terhadap keanekaragaman jenis suatu hewan. Semakin
beranekaragam struktur habitat maka semakin besar keanekaragaman jenis hewan,
hal ini karena habitat menyediakan sumberdaya yang cukup, khususnya sebagai
tempat untuk mencari makan, berlindung, dan berkembang biak. Indeks
keanekaragaman untuk dua lokasi penelitian di Kampus IPB Dramaga ini memiliki
selisih. Lokasi penelitian hutan Al-huriyyah memiliki indeks keanekaragaman yang
lebih besar dibandingkan dengan di lokasi penelitian Gymnasium.
Lokasi Hutan Al-huriyyah memiliki keanekaragaman habitat yang lebih
beragam karena lokasi ini merupakan hutan primer yang memiliki kerapatan tajuk
yang rapat, dan memiliki aliran sungai yang cukup untuk memenuhi kebutuhan reptil
untuk mencari makan, berlindung, dan berkembang biak. Adanya dua tipe habitat ini
yang menyebabkan keanekaragaman reptil di Hutan Al-huriyyah lebih tinggi.
Kerapatan vegetasi pada suatu lokasi akan berpengaruh pada keanekaragaman jenis
reptil, karena adanya perbedaan kerapatan suatu vegetasi maka akan berpengaruh
terhadap aspek lingkungan reptil termasuk tempat bernaung, adanya makanan, suhu
dan kelembaban (Goin dan Goin 1971). Sedangkan untuk lokasi semak Gymnasium
yang memiliki dominasi semak yang terbuka dan tidak ada sumber air sehingga
keanekaragaman yang didapat lebih rendah, hal ini berkaitan dengan kebutuhan reptil
untuk mencari makan, berlindung, dan berkembang biak yang tidak bisa terpenuhi.
Sebaran ekologis berkaitan dengan penggunaan ruang oleh suatu jenis di
dalam suatu ekosistem. Suatu ekosistem melingkupi suatu volume dimana
didalamnya terdapat variasi distribusi individu. Individu-individu dalam masing-
masing populasi cenderung untuk menguasai posisi yang khusus dalam ruang
(McNaughton dan Wolf, 1990). Penggunaan ruang erat hubungannya dengan
pemanfaatan sumber-sumber daya oleh jenis tersebut. Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa beberapa jenis reptil memiliki pola penggunaan ruang yang
dipengaruhi oleh pola aktifitas. Jenis-jenis arboreal yang aktif pada malam hari
seperti Trimeresurus dan Pareas sering ditemukan pada cabang atau ranting pohon
pada malam hari ketika mereka aktif mencari mangsa, namun pada siang hari mereka
lebih suka bersembunyi di permukaan tanah atau pada lapisan serasa untuk
menghindari pemangsa.
Reptil arboreal lainnya yang aktif pada siang hari seperti Ahaetulla,
Dendrelaphis, dan jenis-jenis dari suku Agamidae lebih cenderung memiliki
penggunaan ruang yang tetap. Mereka aktif mencari mangsa diatas ranting pohon
atau semak-semak pada siang hari dan pada malam hari mereka bersembunyi pada
batang-batang pohon atau diantara dedaunan. Tetapi beberapa jenis memiliki pola
penggunaan ruang yang berubah pada musim berbiak, dimana mereka turun ke
permukaan tanah untuk menyimpan telur dan menjaganya (Endarwin, 2006).
Pengukuran suhu yang dilakukan di hutan Al-Huriyyah sebesar 26°C dengan
kelembaban sebesar 92% dan semak Gymnasium sebesar 28°c dengan nilai
kelembaban 84%. Selisih suhu dan kelembaban yang relatif kecil tidak dapat
mewakili apakah suhu dan kelembaban untuk kedua lokasi ini berpengaruh atau tidak
terhadap indeks keanekaragaman.
Selain kondisi habitat, perbedaan ketinggian berpengaruh juga terhadap
keanekaragaman jenis reptil Primack et. all (1998) menyatakan bahwa komposisi
komunitas dan keanekaragaman jenis lebih tinggi pada dataran rendah dari pada
dataran tinggi dan kelimpahan jenis semakin dengan bertambahnya ketinggian.
Namun berdasarkan nilai keanekaragaman yang diperoleh dalam penelitian ini
diketahui bahwa ketinggian tempat tidak berpengaruh keanekaragaman jenis reptil.
Hal ini disebabkan oleh tingkat ketinggian dilokasi penelitian tidak jauh berbeda
sehingga tidak terlihat adanya pengaruh ketinggian terhadap nilai keanekaragaman
jenis reptil.
Indeks kemerataan individu pada lokasi hutan belakang Al-Huriyyah sebesar
0.93 dan 0.87 untuk lokasi semak belukar di belakang Gymnasium dan kedua lokasi
ini memiliki indeks kemerataan yang tinngi. Dilihat dari nilai indeks kemerataan
yang lebih besar dari 0,5 dapat disimpilkan bahwa kemerataan spesies pada dua
lokasi pengamatan adalah merata. Indeks kemerataan yang rendah menunjukkan
adanya cenderungan dominasi spesies tertentu di suatu habitat, sedangkan indeks
kemerataan yang tinggi menunjukkan suatu habitat memiliki kelimpahan individu
spesies yang hampir sama atau merata (Remegie & Gu 2008; Routledge 1980 &
Alatalo 1981, diacu dalam Stirling & Brian 2001).
Indeks kemerataan individu jenis menunjukkan jenis berada pada tingkat
kelimpahan tertentu. Indeks kemerataan jenis sama dengan satu (E=1) berarti jenis-
jenis yang ditemukan pada tingkat kelimpahan yang sama. Indeks kemerataan jenis
di dua lokasi pengamatan memiliki nilai lebih besar dari 0,5 (E>0,5) berarti jenis-
jenis yang ditemukan cukup merata. Nilai indeks kesamaan jenis yang diperoleh
dalam penelitian ini sebesar 0,25. Komposisi jenis reptil yang ditemukan pada
masing-masing lokasi umumnya berbeda sehingga nilai indeks kesamaan jenis yang
diperoleh relatif kecil (Endarwin, 2006).
XI. KESIMPULAN
1. Terdapat 8 jenis reptil dari 5 famili yakni Scincidae , Geckonidae , Agamidae,
Viperidae dan Colubridae pada pengamatan yang di lakukan di hutan
belakang masjid Al-Huriyyah dan semak belakang Gymnasium.
2. Keanekaragaman jenis yang paling tinggi terdapat pada lokasi Hutan
belakang masjid Al-Huriyyah sebesar 1.67 dan 1.21 untuk lokasi semak
belukar di belakang Gymnasium. Berdasarkan literatur indeks
keanekaragaman jenis di kedua tipe habitat terhitung rendah.
3. Indeks kemerataan jenis yang didapat pada lokasi hutan belakang Al-
Huriyyah sebesar 0.93 dan 0.87 untuk lokasi semak belukar di belakang
Gymnasium dengan ini menunjukan jenis yang ditemukan merata karena
tidak adan jenis yang mendominasi dalam komunitas.
XII. SARAN
Saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian ini :
1. Perlu dilakukan penelitian mengenai bio-ekologi untuk jenis-jenis reptil yang
lain.
2. Perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang satwa reptil terutama
ular agar masyarakat tidak memiliki persepsi yang salah tentang ular. Selama
ini masyarakat menganggap ular sebagai makhluk yang berbahaya sehingga
harus dibunuh.
3. Penelitian lanjutan sebaiknya dilaksanakan di areal yang belum diteliti secara
menyeluruh dan studi lebih lanjut diperlukan untuk menentukan karakteristik
habitat yang mempengaruhi keragaman spesies reptil.
XIII. UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Dr.Ir. Abdul Haris Mustari, M.Sc.F sebagai Dosen Pembimbing yang telah
memberikan nasehat dan bimbingannya.
2. Insan Kurnia,S.Hut.M.Si sebagai Asisten Dosen yang telah memberikan
dorongan semangat, nasehat, dan bimbingannya.
3. Bang Doni yang telah membantu segala proses yang dibutuhkan dalam
penelitian.
4. Bang Yusuf, Bang Heru, dan Teh Fanti yang telah mendampingi dan
menemani penulis selama di lapang.
XIV. DAFTAR PUSTAKA.
Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG. 2004. Biologi. Edisi ke-5 – Jilid 3.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Goin CJ, Goin OB. 1971. Introduction to Herpetology. San Francisco: WH
Freeman and Company.
Helvoort B van. 1981. Bird Population in The Rural Ecosystem of West Java.
Netherlands: Nature Conservation Departement.
Magurran , A. E. 2004. Measuring Biological Diversity. Okford: Blackwell
Publishing. ISBN 0-632-05633-9
Mistar. 2008. Panduan Lapang Amfibi dan Reptil di Areal Mawas Propinsi
Kalimantan Tengah (Catatan di Hutan Lindung Beratus). Kalimantan Tengah: BOS
Foundation
Nichols JD, Boulinier TJE, Hines KH, Pollock, Sauer JR. 1998. Estimating
rates of local species extinction, colonization and turnover in animal communities.
Ecological Application 8 (4): 1213-1225.
Primack, Richard B., Jatna Supriatna, M. Indrawan dan P. Kramadibrata.
1998. Biologi Konservasi. Jakarta (ID) : Yayasan Obor Indonesia.
Endarwin, W. 2006. Keanekaragaman Jenis Reptil dan Biologi Cyrtodactylus
cf fumosus di TamanNasional Bukit Barisan Selatan Lampung-Bengkulu [skripsi].
Bogor (ID) : Fakultas Kehutanan , Institut Pertanian Bogor.
XV. LAMPIRAN
Tabel 3. Tally sheet pengamatan
Senin, 1 Desember 2013 (start pengamatan pukul 19:00 di Hutan belakang Al-Huriyyah)
No Nama Lokal Nama Ilmiah Plot X (m) Y (m) Aktifitas Substrat Waktu
1 Ular Siput Pareas carinatus 3 - 1 diam Tangkai Paku-pakuan 19:35
2 Ular Siput Pareas carinatus 4 - 1.7 diam Tangkai Karet 19:54
3 Cicak Hutan Cyrtodactilus marmoratus 6 - 0.3 diam Batang Pohon Karet 20:29
4 Ular Tampar Jawa Dendrelaphis pictus 7 - 0.5 diam Tangkai Paku-pakuan 20:39
5 Viper Pohon Trimeresurus albolabris 8 - 2 diam Ranting Bambu 21:32
Selasa, 10 Desember 2013 (start pengamatan pukul 20:00 di Hutan belakang Al-Huriyyah)
No Nama Lokal Nama Ilmiah Plot X (m) Y (m) Aktifitas Substrat Waktu
1 Ular Tampar Jawa Dendrelaphis pictus 1 - 1 diam Tangkai Paku - pakuan 20:01
2 Ular Tampar Jawa Dendrelaphis pictus 2 - 1 diam Tangkai Palem - paleman 20:23
3 Ular Siput Pareas carinatus 3 - 1.5 diam Tangkai Karet 20:47
4 Ular Pucuk Ahaetulla prasina 5 - 1.7 diam Tangkai Bambu 22:04
5 Bunglon Surai Bronchochela jubata 5 - 1 diam Tangkai Paku - pakuan 22:15
Rabu, 11 Desember 2013 (start pengamatan pukul 20:00 di Hutan belakang Al-Huriyyah)
No Nama Lokal Nama Ilmiah Plot X (m) Y (m) Aktifitas Substrat Waktu
1 Bunglon Surai Bronchochela jubata 8 - 1 diam Tangkai Paku - pakuan 21:58
Kamis, 13 Desember 2013 (start pengamatan pukul 20:00 Belakang Gymnasium) No Nama Lokal Nama Ilmiah Plot X (m) Y (m) Aktifitas Substrat Waktu
1 Cicak Hutan Cyrtodactilus marmoratus 7 - 0.2 diam Rumput 21:42
2 Kadal Semak Taxydromus sexlineatus 7 - 0.1 diam Rumput 21:46
3 Kadal Semak Taxydromus sexlineatus 7 - 0.1 diam Rumput 21:46
4 Kadal Semak Taxydromus sexlineatus 7 - 0.1 diam Rumput 21:47
Minggu, 15 Desember 2013 (start pengamatan pukul 20:00 Belakang Gymnasium)
No Nama Lokal Nama Ilmiah Plot X (m) Y (m) Aktifitas Substrat Waktu
1 - - - - - - - -
Senin, 16 Desember 2013 (start pengamatan pukul 22:00 Belakang Gymnasium) No Nama Lokal Nama Ilmiah Plot X (m) Y (m) Aktifitas Substrat Waktu
1 Tokek Gecko gecko 4 - 2 diam Batang pohon 23:00
2 Cicak Hutan Cyrtodactilus marmoratus 5 - 1 diam Batang pohon 23:05
3 Ular Pucuk Ahaetulla prasina 5 - 2 diam Tangkai Bambu 23:07
4 Ular Pucuk Ahaetulla prasina 5 - 3 diam Tangkai Bambu 23:13
Tabel 4. Perhitungan Indeks Keanekaragaman Jenis,Kemerataan Jenis,dan Kesamaan
Jenis
No Nama Lokal Nama Ilmiah Jumlah Individu
Hutan Al-Hurriyah
Belakang Gymnasium
1 Bunglon Surai Bronchochela jubata 2 0
2 Cicak Hutan Cyrtodactilus marmoratus 1 1
3 Kadal Semak Taxydromus sexlineatus 0 4
4 Tokek Gecko gecko 0 1
5 Ular Tampar Jawa Dendrelaphis pictus 3 0
6 Ular Pucuk Ahaetulla prasina 1 2
7 Ular Siput Pareas carinatus 3 0
8 Ular Viper Pohon Trimeresurus albolabris 1 0
Total 11 8
Indeks Keanekaragaman Jenis 1.672625446 1.213007566
Indeks Kemerataan Jenis 0.933510036 0.875
Indeks Kesamaan Jenis 0.25