Upload
dangdat
View
223
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
PENDIDIKAN
LAPORAN EKSEKUTIF
PENELITIAN HIBAH BERSAING
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
YANG BERWAWASAN ENTREPRENEURSHIP
(STRATEGI MENUMBUHKAN SIKAP DAN
PERILAKU WIRAUSAHA SISWA SMK)
Oleh:
Endang Mulyani, M.Si
Mustofa, S.Pd
LEMBAGA PENELITIAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
Oktober 2008
______________________________________________________________________
Dibiayai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan
Nasional, sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan Penelitian
Nomor:018/SP2H/PP/DP2M/III/2008 tanggal 6 Maret 2008.
2
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
YANG BERWAWASAN ENTREPRENEURSHIP
(STRATEGI MENUMBUHKAN SIKAP DAN
PERILAKU WIRAUSAHA SISWA SMK) 1)
Oleh:
Endang Mulyani, Mustofa 2)
I. PERMASALAHAN DAN TUJUAN PENELITIAN
Pendidikan Menengah Kejuruan memiliki peran untuk menyiapkan
peserta didik agar siap bekerja, baik bekerja mandiri (wiraswasta) maupun
mengisi lowongan pekerjaan yang ada.Untuk mencapai tujuan tersebut, kualitas
pendidikan harus terus menerus ditingkatkan. Kualitas pendidikan terkait
dengan kualitas proses dan produk. Kualitas proses dapat dicapai apabila
proses pembelajaran berlangsung secara efektif dan peserta didik dapat
menghayati dan menjalani proses pembelajaran tersebut secara bermakna.
Kualitas produk tercapai apabila peserta didik menunjukkan tingkat
penguasaan yang tinggi terhadap tugas-tugas belajar sesuai dengan
kebutuhannya dalam kehidupan dan tuntutan dunia kerja. Salah satu model
pembelajaran yang mampu cadalah model pembelajaran yang diintegretedkan
dengan ciri-ciri wirausaha. Model pembelajaran yang integreted ciri-ciri
wirausaha akan mampu meningkatkan peserta didik dapat menghayati dan
menjalani proses pembelajaran tersebut secara bermakna. Tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah untuk: (1) menemukan model
pembelajaran yang berwawasan Entrepreneurship, (2) menumbuhkan sikap dan
perilaku wirausaha pada siswa SMK.
II. INOVASI IPTEK
Inovasi dalam penelitian ini adalah pengembangan model pembelajaran
yang mampu menumbuhkan sikap dan perilaku wirausaha pada siswa dengan
cara menginteretedkan ciri-ciri wirausaha ke dalam pembelajaran ekonomi dan
kewirausahaan di SMK. Adapun cakupan dalam penelitian ini diharapkan
3
menghsilkan: 1) seperangkat instrumen dan rubrik evaluasi proses
pembelajaran kooperatif yang berwawasan entrepreneurship, 2) panduan
penerapan model pembelajaran kooperatif yang berwawasan entrepreneurship,
3) seperangkat data tentang perubahan sikap dan perilaku wirausaha pada
siswa SMK sebelum dan sesudah diberi intervensi model pembelajaran
kooperatif yang berwawasan entrepreneurship, 4) terinventarisasi faktor-faktor
yang mendukung dan menghambat penerapan model pembelajaran kooperatif
yang berwawasan entrepreneurship.
Tahapan dalam penelitian ini meliputi dua tahap (dua tahun) Tahapan
dalam penelitian ini nampak pada tabel berikut.
Tabel 4.1. Tahap-tahap Pengembangan
Tahun pertama
Tahun pertama
1 Menganalisis karakteristis siswa yang berkaitan dengan kurikulum,
sikap, dan perilaku wirausaha siswa SMK yang akan digunakan
sebagai bahan untuk: (a) mendefinisikan permasalahan, (b)
mengembangkan alternatif model pembelajaran
2 Mengembangkan berbagai model pembelajaran kooperatif yang
berwawasan kewirausahaan
3 Rivieu pakar untuk memperoleh masukan dari model pembelajaran
yang berwawasan entrepreneurship.
Tahun kedua
1 Pelatihan penyusunan model-model pembelajaran yang telah
dikembangkan kepada guru
2 Implementasi model pembelajaran yang berwawasan kewirausahaan di
SMK.
3 Penelitian pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan
model yang telah dikembangkan
4 Mengamati perkembangan sikap, dan perilaku wirausaha setelah
dilakukan intervensi model pembelajaran yang berwawasan
kewirausahaan.
4
III. KONTRIBUSI TERHADAP PEMBANGUNAN
Penelitian ini dirancang untuk menemukan model pembelajaran yang
berwawasan kewirausahaan dengan cara mengintegrtasian ciri-ciri
wirausaha kedalam model pembelajaran untuk diimplementasikan di SMK.
Diintegrasikannya ciri-ciri wirausaha kedalam model pembelajaran
diharapkan dapat menumbuhkembangkan sikap dan perilaku wirausaha
pada siswa SMK dan memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan
mengelola usaha dengan baik.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan bagi pemerintah dan sekolah dalam mengambil kebijakan
dalam rangka meningkatkan kualitas proses pembelajaran supaya lulusan
SMK disamping memiliki kemampuan dibidang akademik juga memiliki
sikap dan perilaku wirausaha yang tinggi, sehingga mereka memiliki
kemampuan yang sesuai dengan yang dibutuhkan oleh penyedia tenaga
kerja. Jika SMK mampu menghasilkan lulusan yang memiliki kompeteni
sesuai dengan tuntutan dunia kerja, maka dampaknya akan dapat mengurangi
tingkat pengangguran yang terjadi di dalam masuarakat
.
IV. MANFAAT BAGI INSTITUSI
A. Keterlibatan unit lain di Perguruan Tinggi dalam pelaksanaan
penelitian
Penelitian ini diamping melibatkan Universitas Negeri Yogyakarta
juga melibatkan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai tempat
penelitian. Dalam penelitian ini melibatkan empat SMK yaitu SMKN I
Depok- Sleman , SMKN 7 Gowongan – Kodya Yogyakarta, SMKN I
Bantul dan SMKN 2 Pengasih Kulonprogo.
5
B. Keterlibatan mahasiswa dala penelitian.
Penelitian ini melibatkan tiga mahasiswa S1 dalam menyusun tugas
akhir skripsi. Adapun nama, NIM dan judul skripsi mahasiswa nampak dalam
tabel berikut.
NO NAMA
MAHASISWA
NIM JUDUL TUGAS AKHIR SKRIPSI
1. LUTFI ARIANI 05404244046 Pembelajaran Ekonomi dengan Model
Kooperatif Tipe Kepala Bernomor
Struktur untuk Meningkatkan Upaya
Kemandirian Belajar dan Pemahaman
Siswa Kelas VIII di SMP N 2 Kejajar.
2. SAMSUL AHMADI 05404244040 Upaya Peningkatan Kemampuan
Kerjasama dan Interaksi Siswa Melalui
Penerapan Model Pembelajaran
Cooperative Learning Pada Mata
Pelajaran Ekonomi di Madrasah Aliyah
Negeri Yogyakarta II
3. NUR ETI R. 05404241048 Implementasi Model Pembelajaran
Kooperatif dengan Teknik TGT untuk
Menumbuhkan Motivasi Diri dan
Kemampuan Bersaing dalam
Pembelajaran Kewirausahaan di SMK
N 1 Godean
V. PUBLIKASI ILMIAH
Artikel dari hasil penelitian ini baru dalam taraf proses penerbitan. Rencana
artikel ini akan diterbitkan di dalam Jurnal Kependidikan di Universitas
Negeri Yogyakarta. Naskah artikel terlampir.
6
Tahap-tahap pengembangan di atas dioperasionalkan ke dalam
kegiatan yang dibagi menjadi dua periode waktu yaitu:
Tabel 4.1. Tahap-tahap Pengembangan
Tahun pertama
Tahun pertama
1 Menganalisis karakteristis siswa yang berkaitan dengan kurikulum,
sikap, dan perilaku wirausaha siswa SMK yang akan digunakan
sebagai bahan untuk: (a) mendefinisikan permasalahan, (b)
mengembangkan alternatif model pembelajaran
2 Mengembangkan berbagai model pembelajaran kooperatif yang
berwawasan kewirausahaan
3 Rivieu pakar untuk memperoleh masukan dari model pembelajaran
yang berwawasan entrepreneurship.
Tahun kedua
1 Pelatihan penyusunan model-model pembelajaran yang telah
dikembangkan kepada guru
2 Implementasi model pembelajaran yang berwawasan kewirausahaan di
SMK.
3 Penelitian pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan
model yang telah dikembangkan
4 Mengamati perkembangan sikap, dan perilaku wirausaha setelah
dilakukan intervensi model pembelajaran yang berwawasan
kewirausahaan.
C. Subyek Penelitian
7
Subyek penelitian baik pada tahap I maupun II adalah sekolah yang
melibatkan guru maupun siswa. Penelitian ini akan dilaksanakan di Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta
Yang meliputi SMK di Kota Yogyakarta, Sleman, dan Kabupaten Kulon
Progo. Adapun SMK yang menjadi sampel penelitian ini adalah SMK N 1
Depok Sleman, SMK N 7 Yogyakarta dan SMK N 1 Pengasih Kulonprogo.
Personil yang terlibat dalam penelitian ini adalah guru dan siswa.
Tabel 4.2. Subyek Penelitian dan Jenis Informasi yang Digali
Informasi yang Digali Subyek Penelitian
Analisis tentang karakteristik siswa dan
kurikulum
guru dan siswa SMK
Model pembelajaran yang digunakan di SMK Guru
Pengembangan model pembelajaran kooperatif
pembelajaran yang berwawasan kewirausahaan.
Dosen
Riview Model pembelajaran yang berwawasan
kewirausahaan
Dosen dan guru
D. Teknik Pengumpul Data
Beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan dalam riset ini meliputi:
a. Dokumentasi
Teknik dokumentasi ini digunakan untuk mengumpulkan data yang
sudah tersedia di sekolah.
b. Angket
Teknik angket digunakan untuk mengungkap data tentang sikap dan
perilaku wirausaha siswa serta pendapat siswa maupun guru tentang
penerapan model pembelajaran yang berwawasan kewirausahaan.
c. Observasi
8
Teknik observasi digunakan untuk mengungkap data tentang
penerapan model pembelajaran yang berwawasan kewirausahaan di
kelas.
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a) Untuk mengetahui karakteriktik siswa dilihat dari sikap dan perilaku
wirausaha digunakan teknis statistik diskriptif
b) Untuk mengetahui perbedaan sikap dan perilaku wirausaha pada siswa
SMK yang diberi intervensi model pembelajaran kooperatif yang
berwawasan entrepreneurship dan tidak digunakan teknik analisis
multivariat dengan menggunakan MANOVA
F. Tahapan Penelitian
Beberapa tahapan yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini meliputi:
1) Tahap Persiapan
Dalam tahap ini peneliti melaksanakan kegiatan berupa menyiapkan
segala sesuatu yang diperlukan dalam kaitannya dengan pelaksanaan
penelitian ini. Hal-hal yang dipersiapkan dalam tahap ini meliputi
mengembangkan model pembelajaran, mengembangkan rubrik
evaluasi pembelajaran, mempersiapkan pedoman wawancara, format
catatan lapangan.
2) Tahap Pengumpulan Data Penelitian
Setelah daerah penelitiannya ditentukan maka langkah selanjutnya
adalah melaksanakan penelitian di wilayah tersebut. Pada tahap ini
peneliti dan asisten peneliti terjun di lapangan untuk mengumpulkan
data. Dalam hal ini peneliti melaksanakan kegiatan wawancara
dengan responden, observasi, mengumpulkan dokumen, dan
menyebarkan dan menarik kembali angket.
3) Tahap Pengolahan Data
9
Kegiatan ini dilaksanakan setelah semua data yang diperlukan
terkumpul. Beberapa kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini
adalah melaksanakan tabulasi data, reduksi data, pengelompokan
data, dan analisis data.
4) Tahap Pengkajian dan Penafsiran
Pada tahap ini dilaksanakan pengkajian dan penafsiran terhadap hasil
analisis data. Penafsiran ini dilakukan baik terhadap data kualitatif
maupun data kuantitatif. Hasil penafsiran inilah yang dijadikan
sebagai dasar untuk membuat laporan penelitian. Dalam tahap ini
juga dilaksanakan pengkajian apakah data yang diperoleh telah
memenuhi dan menjawab permasalahan yang diteliti. Jika sudah
maka akan dilakukan pengkajian tentang solusi yang ditawarkan
dalam memecahkan persoalan tersebut. Akan tetapi jika
permasalahan belum terjawab maka diadakan pengumpulan data
kembali terhadap data yang tidak lengkap.
5) Tahap Penulisan Laporan
Setelah semua data yang diperlukan lengkap dan permasalahan yang
diangkat dalam penelitian ini dapat terjawab maka langkah
selanjutnya adalah melaksanakan kegiatan kegiatan penulisan laporan
akhir riset. Semua data yang relevan akan ditampilkan dalam laporan
tersebut.
10
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Diskripsi Data tentang Sikap dan Perilaku Wirausaha
1. Sikap dan Perilaku Wirausaha
Sikap adalah organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai
obyek atau situasi yang relatif tetap, yang disertai adanya perasaan
tertentu dan memberikan dasar kepada orang tersebut untuk membuat
respons atau berperilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya. Perilaku
wirausaha merupakan perilaku manusia dalam kegiatan wirausaha
sebagai upaya manusia untuk mengatasi masalah yang berhubungan
dengan wirausaha. Pembentukan sikap dan perilaku wirausaha siswa
merupakan tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran
kewirausahaan. Pembentukan sikap dapat dipenuhi melalui pendidikan
formal, informal dan dapat dilakukan melaluhi keluarga biasanya yang
berperan utama orang tua. Sedangkan secara formal dapat dilakukan
melalui pembelajaran di sekolah.
Berdasarkan hasil analisis data tentang instrumen sikap dan
perilaku wirausaha, diperoleh hasil bahwa dari 120 responden yang
menjadi sampel penelitian, skor terendah yang dicapai adalah sebesar 1,48
dan skor tertinggi sebesar 2,89. Rata-rata (mean) skor sikap dan perilaku
wirausaha sebesar 2,33. Dalam analisis aspek sikap dan perilaku wirausaha
dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu tinggi, sedang dan rendah.
Hasil analisis pengkategorian sikap dan perilaku wirausaha dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 5.1. Sikap dan Perilaku Wirausaha
Aspek Kewirausahaan F %
Rendah 19 15,83
Sedang 101 84,17
Tinggi - -
Jumlah 120 100,0
11
Berdasarkan tabel 1. di atas dapat dilihat bahwa dari 120 siswa
sebagian besar sikap dan perilaku wirausahanya termasuk kategori sedang
(84,17%) dan rendah sebesar 15,83%.
2. Sikap dan Perilaku Wirausaha dilihat dari Tingkatan/Kelas
Dilihat dari perbedaan kelas, sikap dan perilaku wirausaha antar
kelas menunjukan bahwa ternyata kelas 3 rata-rata nilai sikap dan perilaku
wirausahanya lebih tinggi dibandingkan dengan kelas 1 dan 2. Mean (rata-
rata) sikap dan perilaku wirausaha siswa kelas tiga sebesar 2,22, mean
kelas 2 sebesar 2,06 dan mean kelas 1 sebesar 2,08. Secara lebih rinci data
tentang sikap dan perilaku wirausaha dilihat dari tingkatan/kelas nampak
pada tabel 5.2. berikut:
Tabel 5.2. Rata-rata nilai Sikap dan Perilaku Wirausaha
dilihat dari Tingkatan/Kelas
Kelas N Mean
I 40 2,08
II 40 2,25
III 40 2,49
Total 120 2,33
Berdasarkan hasil anlisis ANOVA ditemukan bahwa nili F hitung yang
diperoleh adalah sebesar 13,024 dengan nilai p<0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa ada perbedaan rata-rata sikap dan perilaku
wirausahaditinjau dri kelasnya. Hasil analisis Post Hoc menunjukkan
bahwa sikap dan perilaku wirausaha terbaik dimiliki oleh siswa yang
berasal dari kelas 3, sedangkan siswa yang berasal dari kelas 1 dan 2,
memiliki sikap dan perilaku wirausaha yang lebih rendah. Secara lebih
rinci data tentang kategori sikap dan perilaku wirausaha nampak pada
tabel 5.3.
12
Tabel 5.3. Kategori Sikap dan Prilaku Wirausaha dilihat dari
Tingkatan/Kelas
Aspek Kewirausahaa Kelas Total
I II III
Rendah 9 6 4 19
Sedang 31 34 36 101
Tinggi - 0 0 0
Total 40 40 40 120
3. Sikap dan Perilaku Wirausaha dilihat dari Bidang Studi Keahlian
Dilihat dari Bidang Studi Keahlian, siswa yang berasal dari Bidang Studi
Keahlian penjualan, sikap dan perilaku wirausahanya lebih tinggi
dibandingkan dengan siswa yang berasal dari Bidang Studi di luar
penjualan. Mean (rata-rata) nilai sikap dan perilaku wirausaha siswa
Bidang Studi Keahlian penjualan sebesar 2,1613 dan mean nilai sikap dan
perilaku wirausaha sisa Bidang Studi Keahlian di luar penjualan sebesar
2,0592. Data tentang mean (rata-rata)nilai sikap dan perilaku wirausaha
dilihat dari Bidang Studi dapat dilihat pada tabel 5.4.
Tabel 5.4. Rata-rata nilai Sikap dan Perilaku Wirausaha
dilihat dari Bidang Studi Keahlian
Bidang Studi
Keahlian
N Mean
Penjulan 60 2,46
Di luar Penjualan 60 2,20
Total 120 2,33
Berdasarkan hasil anlisis uji t, ditemukan bahwa nilai t hitung yang
diperoleh adalah 3,460 dengan nilai p<0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ada
perbedaan rata-rata sikap dan perilaku wirausaha antara siswa yang berasal
dari Bidang Studi Kahlian penjualan dan sisa yang berasal dari luar Bidang
Studi Keahlian penjualan. Hasil analisis menunjukkan bahwa sikap dan
13
perilaku wirausaha siswa Bidang Studi Keahlian penjualan lebih tinggi dari
pada siswa yang berasal dari Bidang Studi di luar penjualan. Data tentang
sikap dan perilaku wirausaha dilihat dari Bidang Studi Keahlian dapat
dilihat pada tabel 5.5.
Tabel 5.5. Kategori Sikap dan Prilaku Wirausaha dilihat dari
Bidang Studi Keahlian
Aspek
Kewirausahaan
Jurusan Total
Bidang Studi
Keahlian
Penjualan
Bidang Studi
Keahlian di Luar
Penjualan
Rendah 6 13 19
Sedang 54 47 101
Tinggi - - -
Total 60 60 120
B. Metode/Model Pembelajaran yang Digunakan Guru Ekonomi di SMK
Tardif (Muhibbin, 2002:201), menyatakan bahwa “metode mengajar
adalah suatu cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan
kependidikan, khususnya kegiatan penyajian materi mata pelajaran kepada siswa”.
Sementara itu, Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati (1993:120) mengatakan
“Metode mengajar merupakan sarana interaksi guru dan siswa di dalam kegiatan
belajar mengajar”. Dari dua pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
metode mengajar adalah suatu cara yang digunakan dalam pembelajaran untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Berdasarkan hasil observasi di kelas, dari 8 guru ekonomi yang berasal
dari 4 SMK, masih menggunakan metode ceramah dimodifikasi dengan tanya
jawab. Metode ceramah memiliki banyak Kelemahan, antara lain adalalah:
Terbatasnya partisipasi siswa, mereka lebih banyak mendengar,
menonton, dan mencatat.
14
Guru harus selalu menyajikan dengan menarik, bergairah, dan penuh
tantangan.
Siswa dipaksa untuk memahami bahan ajar dalam tingkat
pemahaman yang sama dalam waktu yang relatif lama. Padahal
setiap individu mempunyai tingkatan kecepatan belajar yang
berbeda.
Apabila ada pertanyaan, pembelajaran akan berhenti dan semua
siswa terpaksa menunggu sampai pertanyaan terjawab.
Pengajar sulit mendapatkan feed back.
Bahan penyajian lisan tanpa disertai keikutsertaan siswa hanya dapat
diingat dalam waktu yang relatif pendek.
Penyajian cenderung untuk domain kognitif, sedangkan ranah afektif
dan psikomotorik hanya sedikit terpengaruh.
Berdasarkan identifikasi kekurangan dari metode ceramah, maka
perlu diupayakan agar model penyajian (ceramah ini ditekan seminim
mungkin). Bagaimana caranya? Beberapa langkah inovasi penggunaan metode
ceramah yang efektif dalam pembelajaran di antaranya adalah :
Ceramah sebagai pendahuluan, ikhtisar, atau pengarahan pokok
bahasan baru.
Sebagai motivator agar mahasiswa mempunyai keinginan atau
semangat dalam mempelajari suatu mata ajar.
Menyampaikan informasi penting.
Perkenalan perkembangan mutakhir suatu bidang atau pengetahuan.
Sebagai nara sumber
Sebagai pemberi kesempatan siswa manyajikan laporan di depan
kelas.
Sebagai ikhtisar atau rangkuman
Dalam realita metode ceramah tidak mungkin ditinggalkan dalam strategi
pembelajaran. Berbagai unsur pembelajaran sangat menentukan kapan metode
ceramah harus dipakai, dicampur, atau ditinggalkan. Semua sangat tergantung
kemampuan guru dalam menganalisis strategi pembelajaran. Langkah yang
15
perlu diperhatikan adalah bagaimana menjadikan metode ceramah mempunyai
kualitas pembelajaran yang bermakna. Sebagai kualitas dan kebermaknaan
pembelajaran adalah apabila siswa terlibat secara aktif. Bagaimana
mewujudkan pembelajaran dengan metode ceramah yang mengikutsertakan
siswa secara aktif dalam proses perubahan?
Kemp (1985: 151-153) mengidentifikasikan adanya 3 kategori tentang
peran serta siswa:
1) Interaksi aktif pengajar
menyiapkan pertanyaan-pertannyaan untuk ceramah, hal ini
dilakukan untuk merangsang siswa berfikir,
mendorong siswa menjawab dan berdiskusi dengan pengajar,
mengatur penayangan media,
menyajikan pertanyaan pada akhir penyajian guna mengukur
kepahaman dan memotivasi diskusi,
misalnya guru sedang mengajar tentang kelangkaan, Guru dapat
memulai dengan mengajak siswa untuk melihat gambar masyarakat
sedang antri membeli minyak tanah. Hal itu dapat dilakukan
berulang-ulang dengan berganti-ganti materi. Proses ini
menunjukkan bahwa guru tidak dominan menyampaikan materi,
tetapi mengajak siswa berfikir secara induktif, kemudian membuat
kesimpulan bersama siswa.
2) Kerja di tempat
mendorong siswa mencatat butir-butir penting, bisa dengan memberi
lembaran kerja,
melakukan latihan atau ujian kecil.
3) Kegiatan dengan mendorong siswa melakukan inquiry
mendorong siswa merumuskan masalah atau pertanyaan sendiri yang
berhubungan dengan bahan yang disajikan, atau yang akan
digunakan dalam pertemuan kelompok kecil nantinnya,
misalnya guru mengajarkan materi bentuk-bentuk interaksi sosial,
guru dapat menjelaskan terlebih dahulu tentang syarat-syarat
16
terjadinya interaksi sosial. Sekitar 10-15 menit guru menggunakan
untuk penyajian dan tanya jawab. Selanjutnya pada materi
selanjutnya, yakni tentang bentuk-bentuk interaksi sosial, guru dapat
mendorong siswa dengan memberikan contoh-contoh interaksi
sosial, kemudian siswa mengidentifikasi dan membuat kesimpulan
sendiri secara berkelompok.
Berdasarkan identifikasi kekurangan dari metode ceramah, yag antara lain
menyebabkan kurangnya partisipasi siswa, dominan pada aspek kognitif, maka
perlu diupayakan agar model penyajian mampu meningkatkan partisipasi siswa
dan mampu membentuk tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik maka
dalam penelitin ini mencoba untuk mengembangkan model pembelajaran yang
mampu menumbuhkan ketiga aspek tersebut yaitu model pembelajaran kooperatif
yang berwawasan entrepreneurship. Mengapa model pembelajaran kooperatif
perlu diintegrasikan dengan ciri-ciri wirausaha, karena ciri-ciri wirausaha
merupakan ciri yang mampu membentuk siswa menjadi siswa yang mampu
madiri. Untuk bisa menjadi manusia yang mandiri, manusia harus memiliki
kemampuan yang meliputi kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik.
C. Model Pembelajaran Koopratif yang Berwawasan Kewirausahaan
Model pembelajaran kooperatif yang berwawasan kewirausahaan yang
dikembangkan dalam penelitian ini mengacu pada model kurikulum layanan
khusus bagi sekolah (SMP) yang memiliki peserta didik dengan kondisi sosial
ekonomi rendah yang dikembangkan oleh Pusat Kurikulum (PUSKUR). Model
kurikulum tersebut dikembangkan dengan mengintegretedkan ciri-ciri wirausaha,
etika bisnis dan lebih menekankan pada muatan life skill vokasional kedalam
kuikulum. Model kurikulum tersebut dikembangkan untuk sekolah menengah
pertama (SMP). Model kurikulum layanan khusus bagi sekolah yang memiliki
peserta didik miskin dapat dilihat pada gambar berikut.
17
Gambar 5.1. Model kurikulum layanan khusus bagi sekolah (SMP) yang
memiliki peserta didik dengan kondisi sosial ekonomi rendah
Penelitian dengan judul “Pengembangan model pembelajaran kooperatif yang
berwawasan kewirausahaan” ini adaptasi dari model kurikulum yang
dikembangkan oleh PUSKUR untuk diimplementsikan di SMK. Dalam penelitian
Landasan Filosofis Landasan
Psikologis Landasan
Sosial Budaya
Landasan Yuridis
1. Life Skill 2. Muatan Lokal 3. Pengembangan
Diri
Kurikulum
yang
Dihasilkan
(KTSP)
Konteks
Penyaringan
Kewirusahaan (Ciri-ciri
Wirausaha)
Life Skill
Vokasional
Etika Bisnis
Kurikulum yang dikembangkan (Model Kurikulum SMK yang
berwawasan entrepreneurship)
Integrated
Lembaga terkait: - Bantuan dana - Bantuan SDM
- Sarana prasarana
18
ini lebih difokuskan pada pengembangan model pembelajarannya. Model
pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah model
pembelajaran kooperatif yang berwawasan entrepreneurship. Model pembelajaran
kooperatif yang berwawasan kewirausahaan/entrepreneurship adalah model
pembelajaran kooperatif yang diintegrasikan dengan ciri-ciri wirausaha. Adapun
ciri-ciri wirausaha yang diintegrasikan ke dalam pembelajaran ekonomi di SMK
mengacu pada pendapat dari beberapa ahli yang telah dipaparkan dalam landasan
teori kemudian disesuaikan dengan kebutuhan kompetensi yang inti untuk
pengembangan sikap dan perilaku wirausahan pada siswa SMK.
Dari beberapa pengertian wirausahawan yang dipaparkan dalam landasan
teori di atas, dalam penelitian ini digunakan konsep bahwa seorang wirausahawan
adalah individu-individu yang berorientasi kepada tindakan, dan memiliki
motivasi tinggi, yang beresiko dalam mengejar tujuannya. Untuk dapat mencapai
tujuan-tujuannya, maka diperlukan sikap dan perilaku yang mendukung pada diri
seorang wirausahawan. Sikap dan perilaku sangat dipengaruhi oleh sifat dan
watak yang dimiliki oleh seseorang. Sifat dan watak yang baik, berorientasi pada
kemajuan dan positif merupakan sifat dan watak yang dibutuhkan oleh seorang
wirausahawan agar wirausahawan tersebut dapat maju/sukses.
Berdasarkan ciri, sifat dan watak seorang wirausahawan yang telah
dikemukakan di atas, maka dalam penelitian ciri-ciri wirausaha yang akan
diintegrasikan di dalam pembelajaran adalah:
a. Disiplin
Dalam melaksanakan kegiatannya, seorang wirausahawan harus
memiliki kedisiplinan yang tinggi. Arti dari kata disiplin itu sendiri adalah
ketepatan wirausahawan terhadap tugas dan pekerjaannya. Ketepatan yang
dimaksud bersifat menyeluruh, yaitu ketepatan terhadap waktu, kualitas
pekerjaan, sistem kerja dan sebagainya. Ketepatan terhadap waktu, dapat
dibina dalam diri seseorang dengan berusaha menyelesaikan pekerjaan sesuai
dengan waktu yang direncanakan. Sifat sering menunda pekerjaan dengan
berbagai macam alasan, adalah kendala yang dapat menghambat seorang
wirausahawan meraih keberhasilan. Kedisiplinan terhadap komitmen akan
kualitas pekerjaan dapat dibina dengan ketaatan wirausahawan akan komitmen
tersebut. Wirausahawan harus taat azas. Hal tersebut akan dapat tercapai jika
wirausahawan memiliki kedisiplinan yang tinggi terhadap sistem kerja yang
19
telah ditetapkan. Ketaatan wirausahawan akan kesepakatan-kesepakatan yang
dibuatnya adalah contoh dari kedisiplinan akan kualitas pekerjaan dan sistem
kerja.
b. Komitmen Tinggi
Komitmen adalah kesepakatan mengenai sesuatu hal yang dibuat oleh
seseorang, baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Dalam
melaksanakan kegiatannya, seorang wirausahawan harus memiliki komimten
yang jelas, terarah dan bersifat progressif (berorientasi pada kemajuan).
Komitmen terhadap dirinya sendiri dapat dibuat dengan mengidentifikasi cita-
cita, harapan dan target-target yang direncanakan dalam hidupnya. Sedangkan
contoh komitmen wirausahawan terhadap orang lain terutama konsumennya
adalah pelayanan prima yang berorientasi pada kepuasan konsumen, kualitas
produk yang sesuai dengan harga produk yang ditawarkan, problem solving
bagi masalah konsumen, dan sebagainya. Seorang wirausahawan yang teguh
menjaga komitmennya terhadap konsumen, akan memiliki nama baik
(goodwill) di mata konsumen yang akhirnya wirausahawan tersebut akan
mendapatkan kepercayaan dari konsumen, dengan dampak pembelian terus
meningkat sehingga pada akhirnya tercapai target perusahaan yaitu
memperoleh laba yang diharapkan.
c. Jujur
Kejujuran merupakan landasan moral yang terkadang dilupakan oleh
seorang wirausahawan. Kejujuran dalam berperilaku bersifat kompleks.
Kejujuran mengenai karakteristik produk (barang dan jasa) yang ditawarkan,
kejujuran mengenai promosi yang dilakukan, kejujuran mengenai pelayanan
purna jual yang dijanjikan dan kejujuran mengenai segala kegiatan yang terkait
dengan penjualan produk yang dilakukan oleh wirausahawan.Yang harus
diingat oleh wirausahawan adalah bahwa kejujuran sangat melekat pada
konsep pemasaran yang berorientasi pada kepuasan konsumen. Wirausahawan
yang menjunjung tinggi kejujuran dalam melakukan kegiatan usahanya akan
mendapatkan bukan saja konsumen actual tetapi juga konsumen potensial,
bukan hanya dalam jangka pendek tetapi juga untuk jangka yang panjang.
d. Kreatif
20
Kreativitas adalah kemampuan untuk berfikir yang baru (thingking
new`thing), oleh karena itu menurutnya kewirausahaan adalah berfikir dan
bertindak sesuatu yang baru atau berfikir sesuatu yang lama dengan cara-cara
baru. Dari definisi di atas, siswa dikatakan kreatif jika:
1. Mampu menciptakan sesuatu yang asalnya tidak ada.
2. Mampu memperbaiki masa lalu dengan cara baru.
3. Menggantikan sesuatu dengan sesuatu yang lebih sederhana dan lebih baik.
Untuk memenangkan persaingan, maka seorang wirausahawan harus
memiliki daya kreativitas yang tinggi. Daya kreatifitas tersebut sebaiknya
adalah dilandasi oleh cara berpikir yang maju, penuh dengan gagasan-gagasan
baru yang berbeda dengan produk-produk yang telah ada selama ini di pasar.
Gagasan-gagasan yang kreatif umumnya tidak dapat dibatasi oleh ruang,
bentuk ataupun waktu. Justru seringkali ide-ide jenius yang memberikan
terobosan-terobosan baru dalam dunia usaha awalnya adalah dilandasi oleh
gagasan-gagasan kreatif yang kelihatannya mustahil. Namun, gagasan-gagasan
yang baikpun, jika tidak diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari,
hanya akan menjadi sebuah mimpi. Gagasan-gagasan yang jenius umumnya
membutuhkan daya inovasi yang tinggi dari wirausahawan yang bersangkutan.
Kreativitas yang tinggi tetap membutuhkan sentuhan inovasi agar laku di pasar.
Inovasi yang dibutuhkan adalah kemampuan wirausahawan dalam
menambahkan nilai guna/nilai manfaat terhadap suatu produk dan menjaga
mutu produk dengan memperhatikan “market oriented” atau apa yang sedang
laku dipasaran. Dengan bertambahnya nilai guna atau manfaat pada sebuah
produk, maka meningkat pula daya jual produk tersebut di mata konsumen,
karena adanya peningkatan nilai ekonomis bagi produk tersebut bagi
konsumen.
e. Mandiri
Seseorang dikatakan “mandiri” apabila orang tersebut dapat melakukan
keinginan dengan baik tanpa adanya ketergantungan pihak lain dalam
mengambil keputusan atau bertindak, termasuk mencukupi kebutuhan
hidupnya, tanpa adanya ketergantungan dengan pihak lain. Kemandirian
merupakan sifat mutlak yang harus dimiliki oleh seorang wirausahawan. Pada
21
prinsipnya seorang wirausahawan harus memiliki sikap mandiri dalam
memenuhi kegiatan usahanya.
f. Realistis
Seseorang dikatakan Realistis bila orang tersebut mampu menggunakan
fakta/realita sebagai landasan berpikir yang rasionil dalam setiap pengambilan
keputusan maupun tindakan/perbuatannya. Banyak seorang calon
wirausahawan yang berpotensi tinggi, namun pada akhirnya mengalami
kegagalan hanya karena wirausahawan tersebut tidak realistis, obyektif dan
rasionil dalam pengambilan keputusan bisnisnya. Karena itu dibutuhkan
kecerdasan dalam melakukan seleksi terhadap masukan-masukan/sumbang
saran yang ada keterkaitan erat dengan tingkat keberhasilan usaha yang sedang
dirintis.
g. Perspektif
Seorang wirausaha hendaknya mampu menatap masa depan dengan lebih
optimis. Siswa dikatakan berorientasi kedepan apabila memiliki perspektif dan
pandangan ke masa depan, karena memiliki pandangan jauh ke masa depan
maka ia akan selalu berusaha berusaha untuk berkarsa dan berkarya.
Kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru serta berbeda dengan apa
yang sudah ada, walaupun dengan risiko yang mungkin dapat terjadi, seorang
yang perspektif harus tetap tabah dalam mencari peluang tantangan demi
pembaharuan masa depan. Pandangan yang jauh ke depan membuaat
wiraswasta tidak cepat puas dengan karsa dan karya yang sudah ada. Oleh
karena itu harus mempersiapkan dengan mencari suatu peluang.
Berdasarkan hasil pengamatan yang ada di lapangan tentang karakteristik
siswa, hasil analisis data tentang sikap dan perilaku wirausaha siswa SMK,
metode mengajar guru di kelas, dapat dikembangkan model pembelajaran
kooperatif dengan mengintegrasikan ciri-ciri wirausaha seperti yang telah
diuraikan di atas.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikembangkan model pembelajaran
kooperatif yang berwawasan entrepreneurship, seperti nampak pada gambar
berikut.
22
Integrated
STANDAR KOMPETENSI
STANDAR ISI
KOMPETENSI DASAR
PERMEN 22 TAHUN 2006
INDIKATOR
TUJUAN PEMBELAJARAN
METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF
CIRI-CIRI WIRAUSAHA
SKENARIO PEMBELAJARAN
SILABUS & RPP
TATAP MUKA
LABORATORIUM
BISNIS CENTER
1. Percaya Diri
2. Kerjasama
3. Komitmen Tinggi
4. Jujur
5. Kreatif
6. Mandiri
7. Realistis
8. Perspektif
9. Berani Menanggung Resiko
10. Inovatif
Gambar 5.2. Model Pembelajaran Kooperatif yang Berwawasan Kewirausahaan/Enterpreneurship Di SMK
23
Pembelajaran koopertif yang berwawasan kewirausahaan tidak dapat
berjalan dengan lancar tanpa adanya partisipasi dari siswa. Beberapa cara yang
dapat dilakukan agar dalam pembelajaran kooperatif ada partisipasi/respon dari
siswa adalah dengan:
1. Diskusi Terbuka
Diskusi terbuka dapat dilakukan dengan cara mengajukan sebuah pertanyaan
pada suatu kelompok kecil yang telah dibentuk dalam kelas, dan membukanya
pada kelompok besar dalam kelas tanpa harus terstruktur lebih lanjut. Kualitas
diskusi terbuka akan terjadi apabila diskusi dilakukan secara terus-menerus.
2. Kartu-kartu Respon
Cara ini dapat dilakukan dengan membagikan kartu-kartu respon tentang
permasalahan yang akan dipelajari dikaitkan dengan ciri-ciri wirausaha
kepada kelompok kecil untuk didiskusikan. Setelah selesai diskusi kartu
respon yang berisi jawaban diminta untuk didiskusikan di dalam kelas.
3. Diskusi Kelompok Kecil
Cara ini dilakukan dengan membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok.
Setiap kelompok terdiri atas tiga peserta atau lebih untuk berbagi informasi.
Gunakan diskusi kelompok kecil untuk membahas permasalahan. Cara ini
merupakan salah satu metode kunci untuk mendapatkan partisipasi siswa di
dalam pembelajaran.
4. Partner Belajar
Suruhlah peserta didik mengerjakan tugas atau berdiskusi dengan pertanyaan
kunci bersama siswa yang duduk di dekatnya. Gunakan partner belajar ketika
Anda ingin melibatkan setiap peserta, tetapi tidak memiliki cukup waktu
untuk diskusi kelompok kecil. Pasangan merupakan konfigurasi kelompok
yang baik untuk mengembangkan sebuah hubungan suportif dan atau untuk
mengerjakan aktivitas-aktivitas kompleks yang tidak akan membiarkan
mereka pada konfigurasi kelompok besar.
24
5. Panel
Mintalah sekelompok kecil peserta didik untuk mempresentasikan pandangan
mereka di depan kelas. Sebuah panel informal dapat dilakukan dengan
meminta pandangan-pandangan dari sejumlah peserta yang ada pada tempat
duduk mereka. Gunakan panel ketika waktu memungkinkan untuk
memfokuskan respon yang serius terhadap pertanyaan Anda. Putarlah panelis
untuk meningkatkan partisipasi.
6. Fishbowl
Suruhlah sebagian peserta didik untuk membentuk lingkaran diskusi, dan
suruhlah peserta sisanya membentuk lingkaran pendengar mengelilingi
mereka. Bawalah kelompok baru ke dalam lingkaran untuk melanjutkan
diskusi. Gunakan fishbowl untuk membantu memfokuskan pada diskusi
kelompok besar. Meskipun banyak menggunakan waktu, ini adalah metode
terbaik untuk menggabungkan berbagai kebaikan dari diskusi kelompok besar
dengan kelompok kecil. Sebagai variasi pada lingkaran konsentrasi, suruhlah
peserta yang masih duduk di tempatnya dan suruhlah meja-meja yang berbeda
atau bagian-bagian dari meja menjadi peserta diskusi, sedang yang lain
mendengarkan.
7. Game
Gunakan latihan lucu atau permainan kuis untuk mendapatkan ide-ide,
pengetahuan, atau keterampilan siswa. Kuis dilakukan tidak secara individual
melainan kelompok. Dengan demikian pertanyaan dalam kuis didiskusikan
terlebih dahulu dalam kelompok baru kemudian jawaban diungkapkan olh
wakil kelompok. Gunakan permainan untuk membangkitkan enersi dan
keterlibatan. Permainan juga sangat berguna untuk membentuk poin-poin
dramatis yang jarang peserta lupakan.
Dari ketuju cara untuk mengaktifkan siswa dalam pembelajaran kooperatif
yang berwawasan kewirausahaan, penggunaan partner belajar layak mendapat
perhatian khusus. Satu cara yang paling efektif dan efisien untuk
25
meningkatkan belajar aktif adalah dengan membagi peserta berpasang-
pasangan dan menyusun partner belajar. Belajar dengan partner dapat
melakukan berbagai tugas secara cepat. Dengan partner belajar siswa akan
dapat:
1. Mengkritik atau mengedit pekerjaan tertulis antara teman satu dengan
yang lain.
2. Mempertanyakan patner Anda tentang tugas membaca.
3. Merangkum pelajaran atau sesi pelajaran bersama-sama.
4. Mengembangkan pertanyaan-pertanyaan secara bersama-sama pada
pengajar.
5. Menganalisis problem kasus, latihan atau percobaan bersama-sama.
6. Saling menguji satu dengan yang lain.
7. Merespon pertanyaan yang diberikan oleh pengajar.
8. Membandingkan catatan-catatan yang dilakukan di kelas.
Dalam pelaksanaakn pembelajaran kooperatif yang berwawasan kewirausahaan,
disamping pengaktifan siswa ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu:
1. Membangun minat siswa untuk menjadi wirausaha
Untuk menumbuhkan minat siswa untuk menjadi wirausaha bias dilakukan
dengan cara
a. Mengemukakan cerita atau visual yang menarik, seperti:ceritkan beberapa
contoh tentang wirausaha yang berhasil, akan lebih menarik apabila guru
memiliki pengalaman dibidang kewirausahaan, ia akan data bercerita
tentang pengalaman nyata dengan jelas.
b. Membuat kasus problem:
Kemukakan suatu problem di lingkungan sekitar yang berkaitan dengan
kewirausahaan. Seperti: kasus pengusaha yang gagal untuk didiskusikan
permasalahan dan strategi mengatasinya.
c. Tes Pertanyaan:
Berilah peserta didik sebuah pertanyaan yang berkaitan dengan
kewirausahaan. Pertanyaan diusahakan mengacu pada pencapaian tujuan
pembelajaran.
26
2. Memaksimalkan Pemahaman dan Ingatan:
Untuk memaksimalkan pemahaman dan ingatan siswa, beberapa hal yang bisa
dilakukan adalah:
a. Headlines:
Beri poin-poin utama atau kata-kata kunci yang berfungsi sebagai
subhiding verbal atau alat bantu ingatan.
b. Contoh dan analogi:
Kemukakan ilustrasi kehidupan nyata yang berkaitan dengan materi dan
kaitkan dengan ciri-ciri wirausaha, dan jika mungkin, buatkan
perbandingan antara materi yang sedang dipelajari dengan pengetahuan
serta pengalaman yang telah peserta didik alami. Dalam hal ini terutama
yang terkait dengan kewirausahaan.
c. Alat bantu visual:
Gunakan flip chart, transparansi, handout singkat dan demonstrasi untuk
membantu siswa melihat dan memahami tentang materi yang sedang
dipelajari.
3. Memberi Daya Penguat
Dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif yang berwaasan entrepreneurship
diperlukn adanya daya penguat. Pemberian daya penguat dapat dilakukan
dengan cara:
a. Aplikasi problem:
Setelah selesai pembelajaran ajukan problem atau pertanyaan yang terkait
dengan penerapan materi kedalam kewirausahaan kepada siswa secara
individual.
b. Review peserta didik:
Suluruh siswa diusahakan saling mereview jawaban dari masing-masing
siswa yang terkait dengan aplikasi problem dalam point a. Hal ini bias
dilakukan secara silang atau berilah mereka review hasil jawabannya
sendiri dengan memberi skor sendiri.
27
4. Pembentukan Kelompok
Seperti telah dipaparkan diatas bahwa pembelajaran kooperatif dilakukan
dengan pembelajaran kelompok kecil. Belajar dengan kelompok kecil
merupakan bagian dari pembelajaran yang bertujun untuk mengaktifkan siswa
dan belajar bersama sehingga akan dapat menumbuhkan ketrampilan
bekerjasama atara anggota kelompok. Dalam pembentukan ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan, yaitu dalam satu kelompok diusahakan terdiri dari
siswa yang karakteristiknya heterogin. Misalnya: dalam satu kelompok ada
siswa yang daya serapnya cepat, ada siswa yang daya serapnya lmbat, ada
yang rajin ada yang kurang rajin , ada yang pintar bicara ada yang pendiam,
dan sebagainya. Dengan kelompok yang heterogin ini diharapkan mampu
bekerja sama, harmonis, saling membantu dalam pelaksanaan pembelajaran.
Dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif yang berwawasan kewirausahaan
diskusi kelompok dan diskusi kelas berperan sangat penting, karena dalam
kegiatan diskusi guru dapat mendengarkan keluasan ragam pandangan yang
menantang dari peran siswa. Peran guru selama diskusi kelompok adalah
memfasilitasi jalannya komentar dari peserta. Sekalipun ini tidak perlu untuk
menyela setelah setiap siswa berbicara, secara periodik membantu kelompok agar
kontribusi mereka dapat bermanfaat. Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh
guru pada saat pelaksanaan diskusi antara lain adalah:
1. Terangkan tujuan pembelajaran.
2. Kemukakan keuntungan setelah mengikuti pembelajaran..
3. Berbicaralah pelan-pelan ketika memberi pengarahan.
4. Demonstrasikan aktivitas jika petunjuk itu sulit.
5. Bagilah siswa menjadi beberapa kelompok kecil sebelum memberikan
pengarahan lebih jauh.
6. Informasikan kepada siswa berapa lama waktu yang mereka miliki.
7. Jagalah aktivitas tetap berjalan.
28
9. Selalu diskusikan aktivitas.
10. Menunjukkan penguatan tentang materi yang disampaikan siswa dan dilihat
dari substansi benar, sehingga hal tersebut akan dipahami peserta lain.
11. Cek pemahaman siswa dengan cara siswa diminta untuk mengklarifikasikan
apa yang telah ia katakan. Misalnya: dalam diskusi salah satu siswa
mengatakan bahwa belanja di pasar lebih efisien dibandingkan dengan belanja
di toko swlayan, kemudian siswa diminta untuk mengulangi lagi dengan
memberikan suatu argumentasi yang logis.
12. Lengkapi satu komentar yang menarik atau mendalam.
Cara ini merupakan poin yang bagus. Misalnya, guru mengatakan saya senang
bahwa Anda telah memaparkan materi dalam diskusi ini dengan baik.
13. Elaborasikan kontribusi siswa pada diskusi dengan contoh-contoh, atau
sarankan sebuah cara baru untuk melihat problem.
14. Membangkitkan diskusi dengan mempercepat langkah agar tidak bertele-tele.
15. Tengahilah berbagai perbedaan pendapat antara peserta didik, dan kurangi
ketegangan yang ada dengan humor.
16. Gabungkan ide-ide dari siswa selama diskusi.
17. Bersama-sama siswa simpulkan (dan rekamlah, jika diperlukan) pandangan-
pandangan utama dari kelompok.
Berdasarkan model diatas dapat dikembagkan kerangka pikir model sebagai
berikut.
BAB III
Sikap dan
perilaku
wirausaha
siswa SMK
sebelum diberi
intervensi
rendah
INTERVENSI
Model Pembelajaran
kooperatif integreted
ciri-ciri wirausaha
(kerjasama, disiplin,
komitmen tinggi,
jujur, kreatif,
mandiri, realistis,
perspektif, percaya
diri.,berani menang-
gung risiko)
Sikap dan
perilaku
wirausaha siswa
SMK meningkat
29
D.Contoh Skenario Pembelajaran Kooperatif yang berwawasan
entrepreneurship.
1.Model pembelajaran kooperatif dengan diskusi integreted dengan
penumbuhkan ketrampilan bekerjasama, percaya diri, mandiri dan
disiplin.
Keterampilan bekerja sama ini sangat penting bagi siswa, karena kegiatan di
dunia kerja sebagian besar dilakukan secara kelompok. Salah satu model
pembelajaran yang dapat mengakomodasi kepentingan untuk menumbuhkan
ketrampilan bekerja sama dapat dilakukan dengan pembelajaran kooperatif.
Metode diskusi dilakukan dalam rangka untuk menumbuhkan sikap percaya diri,
disiplin, mandiri dan kreatifitas. Pembelajaran dengan model kooperatif/kelompok
ini siswa belajar dalam kelompok kecil yang heterogen dan dikelompokkan
dengan tingkat kemampuan yang berbeda. Jadi dalam setiap kelompok terdapat
peserta didik yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi. Dalam
menyelesaikan tugas, anggota saling bekerja sama dan membantu untuk
memahami bahan pembelajaran. Belajar belum selesai jika salah satu teman
belum menguasai bahan pembelajaran. Penerapan pembelajaran berkelompok atau
biasa disebut dengan pembelajaran kooperatif ini juga sesuai dengan yang
dikehendaki oleh prinsip-prinsip Contextual Teaching and Learning (CTL) yaitu
menerapkan masyarakat belajar (learning community). Di samping dapat
mengembangkan kemampuan akademik, pembelajaran kooperatif juga dapat
mengembangkan keterampilan sosial siswa. Siswa kelompok atas atau kelompok
yang memiliki kemampuan dalam bidang yang dipelajari lebih tinggi dapat
menjadi tutor bagi kelompok bawah atau kelompok yang tingkt penguasaannya
lebih rendah. Dengan demikian kelompok bawah mendapatkan bantuan khusus
dari teman sebaya, sedangkan kelompok atas akan bertambah pengetahuannya.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif yang dapat menumbuhkan ketrampilan
30
bekerja sama dapat dilakukan dengan beberapa langkah berikut:dibagi menjadi
enam fase seperti pada tabel 1.
Tabel 5.6. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif dengan
mengitegretedkan kemampuan bekerja sama.
Fase Tingkah laku/kegiatan guru
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan
Memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai pada
pelajaran tersebut dan memotivasi
siswa belajar.
Fase 2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada
siswa dengan jalan demonstrasi atau
lewat bahan bacaan.
Fase 3
Mengorganisasikan siswa ke
dalam kelompok-kelompok
belajar
Siswa dibagi menjadi beberapa
kelompok belajar, setiap kelompok
terdiri dari siswa yang memiliki
karakteristik yang heterogin.
Guru membantu setiap kelompok agar
melakukan pembelajaran secara
efisien.
Fase 4
Membimbing kelompok bekerja
dan belajar
Guru membimbing kelompok-
kelompok belajar pada saat mereka
mengerjakan tugas mereka.
Fase 5
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar
tentang materi yang telah dipelajari
atau masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase 6
Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk
menghargai baik upaya maupun hasil
belajar individu dan kelompok.
31
2. Pembelajaran Kooperatif dengan Goup Investigation Integreted dengan
penumbuhan kemampuan bekerja sama
Disamping metode di atas, model pembelajaran “Goup Investigation” juga dapat
mengembangkan sikap kerjasama. Metode ini dilakukan dengan cara diskusi,
belajar mandiri dan presentasi di depan kelas.
Langkah-Langkahnya :
a. Guru menjelaskan secara garis besar berbagai permasalahan atau kasus.
b. Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil 5-6.
c. Masing-masing kelompok merencanakan kegiatan belajar dalam
kelompok untuk menyelesaikan tugas atau memecahkan masalah yang
dikaji sesuai topik yang dipilih.
d. Kelompok melaksanakan rencana belajar yang disepakati dengan
memanfaatkan berbagai sumber belajar dan mengumpulkan informasi dan
fakta yang relevan.
e. Para peserta didik melakukan pembahasan, analisis dan sintesis berbagai
infomasi dan fakta dan memuat sajian yang menarik ringkas dan
komunikatif.
f. Kelompok menyajikan hasil, agar semua peserta didik dalam kelas dapat
memahami semua materi yang dikaji dan sekaligus menambah wawasan
setiap peserta didik.
g. Guru melakukan evaluasi, bisa secara individual, bisa secara kelompok.
33.. Pembelajaran Kooperatif dengan NNuummbbeerreedd HHeeaaddss ttooggeetthheerr untuk
menubuhan kemampuan bekerja sama, mandiri dan komitmen.
Model ini sangat tepat untuk mengembangkan kerjasama. Kegiatan
pembelajaran dilakukan dengan cara diskusi, belajar mandiri, dan presentasi di
depan kelas. Model ini disamping mmpu menumbuhkan sikap kerja sama juga
mmpu menumbuhkan sikap mandiri dan komitmen..
32
Adapun langkahnya adalah sebagai berikut.
aa.. SSiisswwaa ddiibbaaggii ddaallaamm kkeelloommppookk,, SSiisswwaa ddaallaamm sseettiiaapp kkeelloommppookk
mmeennddaappaattkkaann nnoommoorr
bb.. GGuurruu mmeemmbbeerriikkaann ttuuggaass ddaann mmaassiinngg--mmaassiinngg kkeelloommppookk mmeennggeerrjjaakkaannnnyyaa
cc.. KKeelloommppookk mmeennddiisskkuussiikkaann jjaawwaabbaann yygg bbeennaarr ddaann mmeemmaassttiikkaann ttiiaapp aannggggoottaa
kkeelloommppookk ddpptt mmeennggeettaahhuuii jjaawwaabbaannnnyyaa
d. GGuurruu mmeemmaannggggiill ssaallaahh ssaattuu nnoommoorr ssiisswwaa.. SSiisswwaa ddeennggaann nnoommoorr yygg
ddiippaannggggiill mmeellaappoorrkkaann hhaassiill kkeerrjjaassaammaa kkeelloommppookk mmeerreekkaa..
4. MMooddeell PPeemmbbeellaajjaarraann KKooooppeerraattiiff IInntteeggrreetteedd ddeennggaann ppeennuummbbuuhhaann ssiikkaapp
PPeerrccaayyaa DDiirrii ddaann ttaanngggguunngg jjaawwaabb..
UUnnttuukk mmeennuummbbuuhhkkaann rraassaa ppeerrccaayyaa ddiirrii ddaann ttaanngggguunngg jjaawwaabb ssiisswwaa ddaappaatt
ddiillaakkuukkaann ddeennggaann ccaarraa mmeenngggguunnaakkaann mmooddeell ppeemmbbeellaajjaarraann CCooooppeerraattiivvee SSccrriipptt..
Model ini dilakukan dengan cara mengembangkan pembelajaran berpasangan.
Langkah langkah yang dapat ditempuh adalah;
aa.. GGuurruu mmeemmbbaaggii ssiisswwaa bbeerrppaassaannggaann..
bb.. GGuurruu mmeemmbbaaggii wwaaccaannaa uunnttuukk ddiibbaaccaa ddaann ddiirriinnggkkaass..
cc.. GGuurruu//ssiisswwaa mmeenneettaappkkaann ssiiaappaa yygg ppeerrttaammaa ssbbgg ppeemmbbiiccaarraa ddaann ssiiaappaa ssbbgg
ppeennddeennggaarr..
dd.. PPeemmbbiiccaarraa mmeennyyaammppaaiikkaann rriinnggkkaassaann ddgg mmeemmaassuukkkkaann iiddee--iiddee ppookkookk,,
ppeennddeennggaarr:: mmeennyyiimmaakk,, mmeennggoorreekkssii,, mmeelleennggkkaappii
ee.. BBeerrttuukkaarr ppeerraann ((PPeemmbbiiccaarraa PPeennddeennggaarr))
ff.. SSiisswwaa bbeerrssaammaa gguurruu mmeemmbbuuaatt kkeessiimmppuullaann..
33
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil analisis data tentang instrumen sikap dan perilaku
wirausaha, diperoleh hasil bahwa dari 120 responden yang menjadi sampel
penelitian, skor terendah yang dicapai adalah sebesar 1,48 dan skor tertinggi
sebesar 2,89. Rata-rata (mean) skor sikap dan perilaku wirausaha sebesar
2,33.
2. Dalam analisis aspek sikap dan perilaku wirausaha dikategorikan menjadi
tiga tingkatan yaitu tinggi, sedang dan rendah. Dari 120 siswa sebagian
besar sikap dan perilaku wirausahanya termasuk kategori sedang (84,17%)
dan rendah sebesar 15,83%.
3. Dilihat dari perbedaan kelas, sikap dan perilaku wirausaha antar kelas
menunjukan bahwa ternyata kelas 3 rata-rata nilai sikap dan perilaku
wirausahanya lebih tinggi dibandingkan dengan kelas 1 dan 2. Mean (rata-
rata) sikap dan perilaku wirausaha siswa kelas tiga sebesar 2,22, mean kelas
2 sebesar 2,06 dan mean kelas 1 sebesar 2,08.
4. Berdasarkan hasil anlisis ANOVA ditemukan bahwa nili F hitung yang
diperoleh adalah sebesar 13,024 dengan nilai p<0,05. Hal ini menunjukkan
bahwa ada perbedaan rata-rata sikap dan perilaku wirausahaditinjau dri
kelasnya. Hasil analisis Post Hoc menunjukkan bahwa sikap dan perilaku
wirausaha terbaik dimiliki oleh siswa yang berasal dari kelas 3, sedangkan
siswa yang berasal dari kelas 1 dan 2, memiliki sikap dan perilaku wirausaha
yang lebih rendah.
5. Dilihat dari Bidang Studi Keahlian, siswa yang berasal dari Bidang Studi
Keahlian penjualan, sikap dan perilaku wirausahanya lebih tinggi
dibandingkan dengan siswa yang berasal dari Bidang Studi di luar
penjualan. Mean (rata-rata) nilai sikap dan perilaku wirausaha siswa Bidang
34
Studi Keahlian penjualan sebesar 2,1613 dan mean nilai sikap dan perilaku
wirausaha sisa Bidang Studi Keahlian di luar penjualan sebesar 2,0592.
6. Berdasarkan hasil anlisis uji t, ditemukan bahwa nilai t hitung yang
diperoleh adalah 3,460 dengan nilai p<0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ada
perbedaan rata-rata sikap dan perilaku wirausaha antara siswa yang berasal
dari Bidang Studi Kahlian penjualan dan sisa yang berasal dari luar Bidang
Studi Keahlian penjualan. Hasil analisis menunjukkan bahwa sikap dan
perilaku wirausaha siswa Bidang Studi Keahlian penjualan lebih tinggi dari
pada siswa yang berasal dari Bidang Studi di luar penjualan.
7. Sebagian besar guru SMK dalam mengajar masih menggunakan metode
ceramah divariasi dengan tanya jawab.
8. Berdasarkan hasil penelitian, telah diperoleh model pembelajaran kooperatif
yang berwawasan kewirausahaan.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan perilaku wirausaha siswa SMK, perlu diadakan
pelatihan bagi guru SMK yang mengampu mata pelajaran ekonomi untuk
merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang berwawasan
kewirausahaan.
2. Perlu dilakukan pelatihan bagi guru Ekonomi untuk melaksanakan
pembelajaran ekonomi dengan menggunakan model pembeljaran kooperatif
yang berwawasan kewirausahaan.
3.
35
DAFTAR PUSTAKA
Grcene, Harry A & Walter T. Petty, Developing Language Skill in The
Elementary Schools Boston:Allyn and Bacon, inc, 1971
Hisyam Zaini, Bermawy Munthe, Sekar Ayu Aryani. 2002. Strategi
Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: CTCD.
Kasihani, K., Latief, A., Nurhadi. 2002. Pembelajaran Berbasis CTL (Contextual
Teaching and Learning). Makalah disampaikan pada Kegiatan Sosialisasi
CTL untuk Dosen-Dosen UM. Malang, 12 Februari 2002.
Mohamad Nur. 2002. Strategi-strategi Belajar. Surabaya: Universitas Negeri
Surabaya.
Muslimin Ibrahim, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University
Press.
Nana Sudjana. 1989. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru.
Sunaryo. 1989. Strategi Belajar Mengajar IPS. Malang: IKIP Malang.
Gede Raka (1999). “Beberapa Pandangan Mengenai Kewirausahaan di Perguruan
Tinggi. Makalah. Disampaikan dalam Semiloka Wawasan
Entrepreneurship IKIP YOGYAKARTA pada tanggal 17 dan 19 Juli
1999.
Kemmis S. & McTaggart C. (1988). The Action Research Planner. Deakin:
Deakin University Press.
Mudhoffir (1996). Teknologi Instruksional. Bandung: Remaja Rosdakarya
Mark J. Gierl, Jeffrey Bisanz, Gay L. Bisanz, and Keith A. Boughton. Identifying
Content and Cognitive skills that produce gender differences in
mathematics:A.Demonstration of the multidimen-sionality-based DIF
analysis Paradigm. JEM, Vol. 40, No. 4. pp. 281-306, Winter 2003.
Oshima, T.C. 1994. The effect of speededness on parameter estimation in Item
Respon Theory. JEM, Vol.31, No.3.pp.200-219,Fall 1994.
Sahid Susanto (1999). “Implementasi Wawasan Entrepreneurship dalam
Penelitian di Perguruan Tinggi”. Makalah. Disampaikan dalam
36
Semiloka Wawasan Entrepreneurship IKIP YOGYAKARTA pada
tanggal 17 dan 19 Juli 1999.
Suprodjo Pusposutardjo (1999). “Pengembangan Budaya Kewirausahaan Melalui
Matakuliah Keahlian”. Makalah. Disampaikan dalam Semiloka
Wawasan Entrepreneurship IKIP YOGYAKARTA pada tanggal 17 dan
19 Juli 1999.
Suwarsih Madya (1994). Panduan Penelitian Tindakan. Yogyakarta: Lembaga
Penelitian IKIP YOGYAKARTA.
Suyanto (1999). “Implementasi Wawasan Entrepreneurship dalam Kegiatan
Pembelajaran di Perguruan Tinggi”. Makalah. Disampaikan dalam
Semiloka Wawasan Entrepreneurship IKIP YOGYAKARTA pada
tanggal 17 dan 19 Juli 1999.
Sarbini HS, dkk. 2000. Implementasi rancangan pembelajaran yang terintegrasi
jiwa wirausaha. Yogyakarta: LEMLIT UNY.
Sri Sumardiningsih. 1999. Penajaman aspek afektif pada pembelajaran Ekonomi
Mikro Lanjut dapat menumbuhkan kreativitas mahasiswa dalam bidang
Ekonomi Mikro Lanjut“. Yogyakarta: FIS UNY.