24

Click here to load reader

laporan ca glukonat

  • Upload
    servinda

  • View
    1.542

  • Download
    57

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: laporan ca glukonat

LAPORAN SIROP LARUTAN SEJATI

KALSIUM GLUKONAT 100 mg/5 cc

I. Tujuan Percobaan1. Membuat larutan sejati kalsium glukonat2. Mengevaluasi sediaan yang telah dibuat secara fisika dan kimia.

II. Teori DasarMenurut FI IV, larutan merupakan sediaan cair yang mengandung satu

atau lebih zat kimia yang terlarut, misal fasa terdispersi secara molekuler bercampur dengan pelarut yang sesuai. Dalam pengertian lain, larutan adalah campuran dua atau lebih komponen yang membentuk fasa tunggal homogen dalam skala molekuler. Bagian terbesar dalam sistem ini adalah pelarut yang menentukan fasa larutan. Sistem larutan stabil secara termodinamika dimana salah satu zat terlarut secara sempurna dalam pelarutnya. Larutan dapat merupakan kombinasi antara zat padat, cair, dan padat. Ada berbagai macam bentuk sediaan berupa larutan yang beredar di pasaran, diantaranya adalah sirup, eliksir, linctuses, mixture, dan oral drops.

Salah satu alasan obat diberikan dalam bentuk larutan, biasanya adalah karena absorbsinya ke dalam tubuh terjadi lebih cepat daripada dalam bentuk sediaan lainnya dari obat yang sama. Sediaan larutan umumnya diberikan secara oral atau topikal.

Pada sediaan larutan, terdapat zat-zat lain selain bahan aktif obat. Bahan-bahan tambahan yang digunakan umumnya berupa pewarna, perasa, pemanis, antioksidan, dapar, pengawet dan juga penstabil larutan.

Pada sediaan larutan, hal utama yang harus diperhatikan adalah kelarutan bahan (zat aktif dan bahan pembantu lainnya). Setiap bahan yang digunakan dalam larutan harus terdispersi secara molekular. Umumnya pelarut yang digunakan untuk sistem larutan adalah air. Untuk bahan-bahan (termasuk zat aktif) yang tidak larut dalam air, dapat dilarutkan dalam pelarut lain. Beberapa pelarut selain air yang dapat digunakan untuk sediaan larutan ataupun eliksir :

Alkohol, C2H5OH. Digunakan sebagai pelarut utama untuk banyak senyawa organik. Dengan air, alkohol membentuk suatu campuran hidroalkoholik yang dapat melarutkan zat-zat yang larut dalam alkohol, air ataupun larut dalam keduanya. Dengan perbandingan yang beragam dari kedua bahan, konstituen-konstituen aktif akan dapat terlarut. Konsentrasi alkohol maksimal yang diperbolehkan untuk sediaan larutan oral adalah sebesar 10%.

Page 2: laporan ca glukonat

Gliserin (Gliserol), CH2OH.CHOH.CH2OH. Gliserin adalah cairan seperti sirup jernih dengan rasa manis, dapat bercampur dengan air dan alkohol, gliserin lebih kental dibandingkan alkohol. Gliserin bersifat sebagai bahan pengawet dan sering digunakan sebagai stabilisator dan sebagai suatu pelarut pembantu bersama-sama air atau alkohol. Banyak digunakan untuk preparat obat dalam. Konsentrasi gliserin maksimal yang diperbolehkan untuk sediaan larutan oral adalah sebesar 20%.

Propilenglikol, CH3 CH(OH)CH2OH. Merupakan cairan kental, dapat bercampur dalam air dan alkohol. Suatu pelarut yang berguna dengan pemakaian yang luas dan sering menggantikan gliserin dalam formula-formula farmasi modern. Konsentrasi propilenglikol maksimal yang diperbolehkan untuk sediaan laruan oral adalah sebesar 25%.

Pada praktikum kali ini, zat aktif yang digunakan untuk membuat sediaan larutan sejati adalah kalsium glukonat. Kalsium glukonat yang diberikan secara oral biasanya digunakan untuk pengobatan hipokalsemik tetani, osteomalacia, hipoparatiroidisme kronis, dan ricketsia. Kalsium glukonat oral dianjurkan untuk digunakan 1-1,5 jam setelah makan. Efek samping pemberian kalsium dalam bentuk sediaan oral adalah iritasi lambung dan konstipasi. Kalsium glukonat tidak dapat digunakan bersama dengan obat tetrasiklin dan glikosida jantung. Obat glikosida jantung memiliki efek toksik yang sinergis dengan kalsium, sedangkan tetrasiklin dan kalsium membentuk kompleks sehingga tetrasiklin menjadi tidak berefek.

III. Latar Belakang

a. Penggunaan sediaan

Kalsium Glukonat digunakan untuk mencegah atau mengobati kondisi kadar kalsium yang rendah dalam darah pada pasien yang kekurangan kalsium pada asupan harian. Kalsium Glukonat digunakan untuk mengobati penyakit kekurangan kalsium seperti hipokalsemik tetani, hipokalsemia terkait dengan hipoparatirodism dan hipokalsemia karena pertumbuhan yang cepat atau kehamilan. Kalsium Glukonat juga digunakan pada pengobatan pada rakhitis, hipoparatiroidisme kronis, dan ricketsia, osteomalacia, kolik, dan overdosis magnesium sulfat. Kalsium glukonat juga telah digunakan untuk mengurangi permeabilitas kapiler dalam kondisi alergi, nonthrombositopenik purpura dan eksudatif dermatosa seperti dermatitis herpetiformis dan untuk pruritus yang disebabkan oleh obat-obatan tertentu. Pada hiperkalemia, kalsium glukonat dapat membantu mengantagonisn toksisitas jantung seorang pasien yang tidak menerima terapi digitalis.

Page 3: laporan ca glukonat

b. Efek FarmakologiKalsium adalah unsur kelima paling berlimpah dalam tubuh dan

sangat penting untuk menjaga integritas fungsional dari sistem saraf, muskular dan sistem skelet dan membran sel serta permeabilitas kapiler. Kalsium juga merupakan aktivator penting pada banyak rekasi enzimatis dan essensial untuk beberapa proses fisiologis mencakup transmisi dari impuls syaraf; konstraksi kardiak; otot polos dan skelet; fungsi renal; respirasi dan koagulasi darah. Kalsium juga memegang peranan dalam regulasi yaitu melepas dan menyimpan neurotransmitters dan hormon, pada pengikatan asam amino, dan pada absorbsi sianokobalamin(vitamin B12) dan sekresi gastrik.

c. Dosis Kebutuhan tubuh 4,5-5,5 mEq kalsium per hari. 1 g Ca. Glukonat monohidrat ~ 4,5 mEq calcium ( Martindale 28 hal.623)

1 gram kalsium glukonat (monohidrat) setara dengan 2,2 mmol kalsium11,2 g kalsium glukonat ekivalen dengan 1 gram kalsium.(Martindale 35th-Edition, 1510)

Bayi dan anak-anak : 60-100 mg/kg/dosis (maksimum : 3 g/dosis)Dewasa : 500-2000 mg secara oral, 2-4 kali per hari

IV. Preformulasi

Kalsium Glukonat (Farmakope Indonesia IV halaman 161)

Struktur : C12H22CaO14,H2O

Struktur kimia:

Bobot molekul: 448,4

Pemerian: Hablur, granul atau serbuk putih, tidak berbau, tidak berasa

Page 4: laporan ca glukonat

Kelarutan: Agak sukar (dan lambat) larut dalam air; mudah larut dalam air mendidih, tidak larut dalam etanol. Larutan bersifat netral terhadap lakmus. (1 : 30-100 di air, 1:5 di air panas)Stabilitas: pH larutan= 6-7, Tidak iritan terhadap lambung, stabil di udara

(British Pharmaceutical Codex 1973: 68).Kandungan: Kalsium Glukonat mengandung tidak kurang dari 98.5% dan tidak lebih dari 102% kalsium d-glukonat monohidratIndikasi: Untuk pengobatan hipokalsemia tetani (DI hal. 1399)Kontraindikasi: Perhatian serius pada ketidakseimbangan fungsi renal (Martindale 28 hal.620)Sterilisasi : Autoklaf 121 C, 15 menit

V. Permasalahan Farmaseutika (Permasalahan yang timbul setelah studi preformulasi)

Zat aktif dengan rasa pahit atau rasa tidak enak dalam keadaan terlarut akan lebih terasa, maka ditambahkan pemanis dan pewangi yang sesuai untuk memperbaiki rasa dan bau. Pemanis yang digunakan adalah sirupus simpleks (sukrosa dalam aquadest).

Sebagai pemanis dapat digunakan sirupus simpleks yang berfungsi sebagai pengental serta pengawet. Konsentrasi sirupus simpleks yang digunakan terbatas, biasanya tidak lebih dari 30% karena apabila lebih akan menyebabkan terjadinya “cap-locking” sehingga tutup botol akan sulit dibuka akibat terjadinya kristalisasi sukrosa pada tutup botol.

Untuk mencegah terjadinya “cap-locking” karena sirupus simpleks maka ditambahkan Sorbitol 70%

Sediaan sirup mengandung air dan gula sehingga merupakan media yang sangat baik bagi pertumbuhan mikroorganisme sehingga harus ditambahkan pengawet. Pengawet yang digunakan adalah gliserin yang mempunyai kelarutan baik dalam aquadest dan kompatibel dengan sediaan

Penampilan sediaan harus menarik maka perlu ditambahkan pewarna yang sesuai pewangi yang digunakan dan disesuaikan dengan yang menggunakan (orang tua atau anak-anak), dan zat warna yang digunakan tidak boleh mengganggu penetapan kadar zat aktif. (Van Duin, 88-109). Zat warna dan Flavouring agent yang digunakan adalah pewarna merah dan stroberi essens.

VI. Penyelesaian Masalah Dibutuhkan pengawet yang larut dalam air untuk mengatasi permasalahan di

atas, yaitu gliserin dengan jumalah pemakaian <20% untuk efek antimikroba

Page 5: laporan ca glukonat

Penggunaan zat pemanis dan essens yang berpengaruh dalam menutupi rasa kalsium glukonat pada formulasi sediaan. Pemanis yang digunakan adalah sukrosa dan menggunakan essens strawberry

Pewarna yang digunakan adalah merah karmin Penggunaan anti cap-locking, yaitu sorbitol

VII. Pendekatan Formula

Formulasi sirup Kalsium Glukonat

No. Bahan Jumlah Fungsi

1. Kalsium glukonat 2 % ( b/v) Sumber kalsium

2. Sirupus Simplex 25% (b/b) Pemanis

3. Gliserin 18% (b/v) Pengawet

4. Sorbitol 70% 15% Anti Cap-locking

5. Essens strawberry Secukupnya Pemberi aroma

6. Merah karmin Secukupnya Pewarna

7. Aquadest Ad 100% Pelarut

VIII. Preformulasi zat-zat eksipien

a. Sukrosa (HOPE 5, 2006, 744-747; HOPE 4, 2003, 622-625)

Pemerian: kristal tidak berwarna atau serbuk kristal putih, tidak berbau dan rasa manis.

Kelarutan: dalam air (1:0,5), air 100oC (1:0,2), etanol 95% (1:170). Fungsi dan konsentrasi yang dibutuhkan: sebagai pemanis pada sirup atau

larutan oral digunakan pada konsentrasi 67%. Stabilitas dan penyimpanan: stabil pada suhu ruang dengan kelembaban

relatif sedang, dapat mengabsorpsi hingga 1% lembab yang dilepaskan pada pemanasan 90oC. Larutan sukrosa dapat menjadi tempat pertumbuhan bagi mikroorganisme namun pada konsentrasi di atas 60% b/b dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme, dapat terbentuk gula invert pada suhu 110-145oC. Sebaiknya disimpan dalam wadah tertutup baik di tempat dingin dan kering.

Inkompatibilitas: serbuk sukrosa dapat terkontaminasi oleh sesepora logam berat yang cenderung tidak tercampurkan dengan bahan aktif, misal asam askorbat. Sukrosa tidak tercampurkan dengan aluminium. Dapat membentuk gula invert bila dicampurkan dengan asam pekat/encer.

Page 6: laporan ca glukonat

b. Sorbitol (HOPE 5, 2006, 718-720; HOPE 4, 2003, 596-599)

Pemerian: serbuk putih atau hampir tidak berwarna, kristal, higroskopis, tidak berbau, manis.

Kelarutan: dalam air (1:0,5), etanol 95% (1:25). Fungsi dan konsentrasi yang dibutuhkan: pemanis, anti caplocking pada

sirup (15-30%) Stabilitas dan penyimpanan: relatif inert, stabil di udara tanpa adanya

katalis, stabil dalam larutan asam dan basa, tidak terdekomposisi dengan adanya amida ataupun peningkatan suhu. Sebaiknya disimpan dalam wadah tertutup rapat pada tempat yang sejuk dan kering.

Inkompatibilitas: larutan sorbitol bereaksi dengan Fe2O3, sorbitol meningkatkan kecepatan degradasi penisilin dalam larutan netral, sorbitol membentuk kelat larut air dengan ion logam trivalen dan divalen dalam asam kuat dan basa kuat. Larutan sorbitol membentuk gel larut air (TL 35-40oC) jika ditambahkan polyethylene glikol.

c. Gliserin (HOPE 5th ed, 2006, hal. 283-285) BM : 92.09 Pemerian : Bening, tidak berwarna, tidak berbau, viskos, cairan

higroskopis; rasa manis, kira-kira 0.6 kali manis sukrosa Kelarutan : Larut dalam air, metanol, ethanol 95%; kelarutan dalam eter

1:500; kelarutan dalam etil asetat 1:11; tidak larut dalam benzena, kloroform dan minyak

Fungsi dan konsentrasi yang dibutuhkan : Pengawet Stabilita dan Penyimpanan : Gliserin bersifat higroskopik. Gliserin

cenderung tidak teroksidasi pada kondisi penyimpanan pada suhu ruangan, namun dapat terdekomposisi oleh pemanasan dengan evolusi dari acrolein. Penambahan gliserin dengan air, etanol 95% dan propilen glikol stabil secara kimia. Gliserin harus disimpan pada kontainer yang kedap udara, tempat yang sejuk dan kering.

Inkompatibilitas : Gliserin dapat meledak jika bereaksi dengan zat pengoksidasi kuat seperti kromium trioksida, potassium klorat, atau potassium permanganat.

d. Aquadest (Farmakope Indonesia Edisi IV. 1995. Jakarta: Departemen Kesehatan RI, p.96)

BM : 18.02 Pemerian : Cairan jernih, tidak berasa, tidak berwarna, tidak berbau Kelarutan : Bercampur dengan sebagian besar pelarut polar

Page 7: laporan ca glukonat

Fungsi : Pelarut Stabilita dan Penyimpanan : Stabil secara kimia dalam semua bentuk

fisiknya. PH 7-9 Inkompatibilitas : Dalam formulasi farmasetik, air dapat bereaksi dengan

obat dan bahan pembantu lai yang mudah terhidrolisis. Aquadest dapat bereaksi kuat dengan logam alkali dan bereaksi cepat dengan logam alkali dan okidasinya. Aquadest dapat bereaksi juga dengan garam anhidrat membentuk hidrat dalam berbagai komposisi dan dengan materi organik tertentu serta kalsium karbida.

e. Saccharum album (C12H22O11)

Struktur kimia :

BM = 342,30

Pemerian :Hablur putih atau tidak berwarna, bentuk hablur atau kubus

atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa manis, stabil di udara.

Larutannya netral terhadap lakmus

Titik leleh : 160-186oC (dengan dekomposisi).

Kelarutan : Pada 20oC praktis tidak larut dalam kloroform, larut dalam

400 bagian etanol, larut dalam 170 bagian etanol 95%, larut dalam 0,5

bagian air, larut dalam 0,2 bagian air pada suhu 100 C.

Stabilita : Stabil pada suhu kamar dan kelembaban relatif sedang. Sukrosa

mengabsorpsi hingga 1% uap lembab yang dapat dilepaskan dengan

pemanasan 90C. Sukrosa menjadi karamel jika dipanaskan pada

temperatur di atas 160 C. Sukrosa cair sangat mungkin mengalami

fermentasi oleh mikroba tapi pada konsentrasi tinggi di atas 60 % b/b lebih

tahan dari dekomposisi. Bentuk ruahan harus disimpan dalam wadah

tertutup baik dalam tempat sejuk dan kering.

Kandungan lembab : Bersifat higroskopis dan mengabsorpsi air lebih

dari 1%.

O O

O

CH2OH

OHOH OH

HOCH2

OH OH

CH20H

Page 8: laporan ca glukonat

Fungsi : Pemanis, peningkat viskositas, pensuspensi, pengisi tablet dan

kapsul, granulating agent, dan penyalut tablet.

Penggunaan dalam formulasi farmasetik :

Penggunaan Konsentrasi (% w/w)

- sirup untuk formulasi larutan oral

- sweetening agent

- pengikat tablet (granulasi kering)

- pengikat tablet (granulasi basah)

- penyalut tablet (sirup)

67

67

2-20

50-67

50-67

Inkompatibilitas : Serbuk sukrosa yang terkontaminasi dengan sedikit

logam berat menyebabkan sukrosa inkompatibel dengan bahan aktif misal

asam askorbat. Sukrosa dapat terkontaminasi dengan sulfit dari proses

penyulingan. Kadar sulfit yang tinggi dapat menyebabkan perubahan

warna pada tablet salut gula (maksimum 1 ppm). Sukrosa terhidrolisis oleh

asam menjadi dekstrosa dan fruktosa. Sukrosa juga inkompatible dengan

alumunium.

Penyimpanan : wadah tertutup terlindung dari cahaya.

IX. Bahan dan Alat

Bahan Alat

Kalsium Glukonat

Sirupus simpleks

Gliserin

Sorbitol 70%

Stroberi Flavour

Pewarna merah karmin

Aquadest

Timbangan

Gelas ukur

Pipet tetes

Batang pengaduk

Beker glass

Spatel

Penangas air

Botol Sediaan

Viskosimeter Hopler

Piknometer

Page 9: laporan ca glukonat

X. Penimbangan Bahan

Jumlah sediaan yang akan dibuat sebanyak 300 ml

No. Bahan Jumlah Fungsi

1. Kalsium glukonat Sumber kalsium

2. Sirupus Simplex Pemanis

3. Gliserin Pengawet

4. Sorbitol 70% Anti Cap-

locking

5. Essens strawberry Secukupnya Pemberi aroma

6. Merah karmin Secukupnya Pewarna

7. Aquadest Ad 100% Pelarut

XI. Prosedur Pembuatan

Pembuatan sirupus simplex (Fornas, 1978, hal 273)

Komposisi: tiap 100 ml mengandung:Saccharum album 65 gAqua destilata hingga 100 ml

Pembuatan sirupus simpleks: (FI III hal 567) larutkan 65 bagian sukrosa dalam aquadest hingga terbentuk 100 bagian sirupus simpleks yang berfungsi sebagai pengental dan pemanis. Kemudian saring dan timbang sirupus simpleks sesuai yang dibutuhkan.

Pembuatan sediaan Sirup Kalsium Glukonat Botol ditara dengan air kran sebanyak 60 ml. Kalsium glukonat sebanyak 6 gram ditimbang. Aquadest sebanyak 40 ml dipanaskan. Kalsium glukonat sebanyak 6 gram dimasukkan ke dalam gelas kimia

yang berisi aquadest panas 37.5 ml lalu diaduk hingga terlarut sempurna.

Page 10: laporan ca glukonat

Sukrosa sebanyak 75 mg ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam gelas kimia yang berisi 37,5 ml aquadest lalu diaduk hingga terlarut sempurna.

Hasil pencampuran dimasukkan ke dalam gelas kimia yang berisi larutan kalsium glukonat, lalu diaduk hingga terlarut sempurna.

Gliserin sebanyak 54 g ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam gelas kimia yang berisi aquadest 50 ml.

Hasil pencampuran dimasukkan ke dalam gelas kimia yang berisi campuran pelarutan sebelumnya, lalu diaduk hingga terlarut sempurna.

Ke dalam gelas kimia ditambahkan aquadest hingga volume mencapai 300 ml, lalu diaduk hingga terlarut sempurna.

Larutan dituang ke dalam botol yang telah ditara sebanyak 60 ml. Botol ditutup rapat, tanda penara dihapus, etiket ditempelkan, kemudian

botol dimasukkan ke dalam kemasan.

XII. Evaluasi Sediaan

a. Organoleptik: Warna Pink. Bau Strawberry, Rasa Manis, Terdapat

endapan.

b. Berat jenis:

Perhitungan Berat Jenis Sediaan.

Berat Piknometer kosong = 14,72 gram

Berat Piknometer berisi air = 24.32 gram

Berat Piknometer berisi sediaan = 25.12 gram

=

= 1.0833 g/cm3

c. Viskositas: Alat Viskometer Hoeppler

Cara :

Tabung diisikan dengan cairan yang akan diukur viskositasnya (jangan sampai

penuh)

Page 11: laporan ca glukonat

Bola dimasukkan sesuai dengan viskosias dari zat

Cairan ditambahkan sampai penuh dan tabung ditutup (jangan sampai ada

gelembung udara)

Waktu yang dibutuhkan oleh bola untuk menempuh jarak tertentu melalui cairan

tabung dihitung dengan tepat

Bobot jenis cairan dihitung dengan menggunakan piknometer

Viskositas cairan dihitung dengan rumus :

η = B (ρ1 - ρ2) t

dengan η = viskositas larutan

B = konstanta bola

ρ1 = bobot jenis bola

ρ2 = bobot jenis cairan

t = waktu yang dibutuhkan bola untuk menempuh jarak tertentu

didapatkan bahwa dengan Hoppler waktu jatuh bola adalah sebesar 10 detik dengan

menggunakan bola ukuran C3.

Maka didapatkan bahwa viskositas sebagai berikut

Viskositas = t x [d bola- d sediaan] x B

= 10 s x [2,229-1,08] x 0,00774

= 0.089 cps

d. pH: 7.66

Dilakukan pengukuran pH dengan menggunakan pH meter.

XIII. Pembahasan

Pada praktikum ini dibuat sediaan jenis larutan sejati kalsium glukonat.

Berdasarkan pustaka, kalsium glukonat agak sukar dan lambat larut dalam

air; mudah larut dalam air mendidih, tidak larut dalam etanol. Oleh karena

itu, kami mendidihkan air terlebih dahulu, lalu kalsium glukonat

ditambahakan pada aquadest mendidih. Ternyata kalsium glukonat tidak larut

dan membentuk endapan setelah ditambahkan pada aquadest mendidih.

Page 12: laporan ca glukonat

Karena kalsium glukonat tidak mau melarut pada aquadest mendidih,

ditambahkan kalsium d-sakarat untuk meningkatkan kelarutan. Kalsium D-

sakarat menyediakan 6% dari kebutuhan kalsium dan menstabilisasi larutan

kalsium glukonat lewat jenuh. Kalsium glukonat dilarutkan dalam air

mendidih lalu ditambahkan kalsium D-sakarat. Ternyata kalsium glukonat

juga tidak melarut setelah ditambahkan kalsium D-sakarat. Karena data

pustaka tidak sesuai dengan data pada saat percobaan, hal ini dapat

diakibatkan zat aktif sudah terlewat kadaluarsanya sehingga tidak mau

melarut.

Pemanasan ini cukup efektif dan tidak menghasilkan endapan ketika

larutan didinginkan. Setelah larutan kalsium glukonat dingin, larutan disaring

untuk menghilangkan kontaminan yang tidak larut air. Setelah itu, larutan

ditambahkan zat-zat tambahan lainnya. Hasilnya didapat sediaan berwarna

pink, rasa manis, namun terdapat endapan pada dasar botol. Rasa yang

diharapkan adalah rasa manis, namun terdapat rasa agak pahit yang

disebabkan oleh efek penambahan gliserin. Sediaan larutan kalsium glukonat

pada praktikum ini dibuat pada pH netral karena sukrosa akan terurai pada PH

asam. Pemanis yang digunakan dalam sediaan ini adalah sukrosa yang

kompatibel dengan zat aktif dan eksipien lain.

Pengawet yang digunakan adalah gliserin karena kompatibel dengan zat

aktif dan eksipien lain. Berdasarakan pustaka, gliserin bersifat pahit, namun

setelah evaluasi organoleptik yaitu rasa, rasa sediaan tetap manis. Keefektifan

kerja pengawet ini dapat terlihat pada satu minggu pengamatan, tidak terlihat

adanya pertumbuhan mikroba pada sediaan.

Pada botol sediaan juga tidak terdapat capslocking. Capslocking adalah

kristalisasi gula yang biasa terjadi pada proses penyimpanan sediaan.

Kristalisasi ini dapat terjadi pada leher botol karena konsentrasi sukrosa yang

dipakai sangat tinggi sehingga larutan gula jenuh dan jika terjadi gesekan dari

tutup botol pada sediaan yang pernah dituang keluar, muncul inti kristal yang

akan mempercepat terjadinya kristalisasi. Tidak adanya capslocking yang

Page 13: laporan ca glukonat

muncul pada leher botol dikarenakan oleh penambahan sorbitol dan gliserin

sebagai anti capslocking.

Masalah-masalah yang muncul pada saat pembuatan sediaan larutan

kalsium glukonat adalah kalsium glukonat yang tidak larut dalam air

mendidih. Bahkan setalah ditambahkan zat peningkat kelarutan yaitun

Kalsium D-sakarat. Permasalahan lain adalah larutan terlalu encer dan kurang

viskos. Hal ini disebabkan oleh jumlah gliserin yang ditambahkan sebesar

18% yang efektif sebagai pengawet dan untuk mengurangi rasa pahit yang

akan ditimbulkan oleh gliserin. Namun jumlah gliserin sebesar 18% kurang

untuk membuat larutan bersifat lebih viskos.

Hasil evaluasi sediaan larutan kalsium glukonat menunjukkan bahwa

larutan yang diperoleh berwarna pink dengan rasa manis dan terdapat endapan

pada dasar botol. Endapan ini merupakan kalsium glukonat yang tidak

melarut. pH sediaan yang terukur adalah 7,66. pH sediaan ini memenuhi

syarat uji pH larutan dimana pH yang dipersyaratkan adalah dalam suasana

netral. Densitas larutan berdasarkan hasil pengkuran dengan piknometer

adalah 1,0833. Densitas yang terukur ini merupakan spesifisitas dari sediaan

larutan kalsium glukonat. Viskositas dari sediaan adalah 0.089 cps.

Berdasarkan data ini, larutan bersifat encer dan viskositasnya terlalu kecil

untuk sediaan sirup. Berdasarkan uji stabilitas sediaan, sediaan larutan

kalsium glukonat memenuhi syarat karena selama satu minggu pengamatan

tidak terjadi pertumbuhan mikroba dan capslocking. Berdasarkan uji volume

terpindahkan, sediaan memenuhi syarat karena volume yang terukur adalah 60

mL (100 %).

XIV. Analisis Titik Kritis Pembuatan Sediaan

Formulasi yang diajukan tidak berhasil dibuat karena zat aktif tidak mau

larut. Walaupun berdasarkan data pustaka, zat aktif akan mudah larut dalam

air mendidih, namun pada saat percobaan zat aktif tidak larut. Hal ini

mungkin disebabkan oleh zat aktif yang terlewat masa kadaluarsanya. Jika,

Page 14: laporan ca glukonat

zat aktif yang digunakan larut dalam air mendidih, maka formulasi yang

diajukan dapat digunakan.

Dapat digunakan formula alternatif sebagi berikut:

Eksipien Fungsi

Kalsium Glukonat Zat Aktif

Kalium Sorbat Pengawet (PH <6)

Sorbitol Pemanis (Tahan dalam suasana asam)

Buffer asetat Dapar (Untuk PH<6)

Gliserin Peningkat viskositas

Essens stoberi Penambah bau

Pewarna merah karmin Pewarna

Formula Alternatif :

Ditambahkan bahan pengawet ke dalam sediaan untuk menekan pertumbuhan

mikroba. Pengawet yang dipilih adalah kalium sorbat yang memiliki pH

efektivitas di bawah pH 6.

Sebagai pemanis digunakan pemanis sorbitol yang tahan dalam larutan asam.

Zat aktif tidak memiliki rasa oleh karena itu ditambahkan essens stroberi

sebagai perisa dan pewarna merah sehingga sediaan akan lebih menarik dan

dapat diterima dengan baik oleh pasien. Penggunaan essens stroberi juga

untuk menutupi bau cuka akibat penggunaan buffer asetat.

Karena sediaan terlalu cair, ditambahkan gliserin untuk meningkatkan

viskositas sediaan agar tidak mudah tumpah saat dituang.

Eksipien yang digunakan akan terurai oleh cahaya sehingga sediaan disimpan

dalam botol coklat.

Page 15: laporan ca glukonat

XV. Kesimpulan.

Sediaan larutan kalsium glukonat gagal dibuat karena zat aktif tidak larut. Jika

zat aktif larut, maka formulasi yang diajukan dapat digunakan.

XVI. Daftar Pustaka

British Pharmaceutical Codex, 1973: 68

Departemen Kesehatan. 1994. Farmakope Indonesia IV. Jakarta: Departemen

Kesehatan RI.

Merck Index 13th ed

Mutschler,Ernst.1999. Dinamika Obat Farmakologi dan Toksikologi.

Bandung : Penerbit ITB.

Rowe, Raymond C (ed.). 2006. Handbook of Pharmaceutical Excipient.

London : Pharmaceutical Press.

Marthindale.The Complete Drug Reference. vol.1. 33th edition.

The Pharmaceutical Codex, Principles and Practice of Pharmaceutics,

Twelfth Edition, The Pharmaceutical Press, 1994.

Page 16: laporan ca glukonat

XVII. Lampiran