10
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fitoremediasi merupakan istilah yang diberikan pada sebuah teknologi, yang menggunakan tanaman untuk membersihkan sebuah area yang terkontaminasi. Saat ini terdapat berbagai macam tehnik dan praktek yang disebut fitoremediasi, sehingga menimbulkan kerancuan. Buku ini menggunakan istilah fitoremediasi hanya terbatas pada hubungan antara penggunaan tanaman dengan sebuah kontaminan, dan bukan selain itu. Penyebabnya adalah banyak tehnik yang mirip fitoremediasi, yang sebenarnya sudah diketahui dan diterapkan dari sejak dulu dalam bidang pertanian, silvikultur, dan hortikultura, untuk mengatasi masalah lingkungan dalam pertanaman Istilah fitoremediasi (phyto berarti tanaman, dan remediasi berarti penyembuhan atau pengobatan) relatif baru digunakan, yaitu sejak tahun 1991. Informasi dasar mengenai fitoremediasi berasal dari berbagai bidang penelitian, mulai dari penanganan lahan basah, tumpahan minyak hingga penelitian tentang tanaman-tanaman pertanian yang dapat menyerap dan mengakumulasikan logam berat. Istilah ini telah digunakan secara luas dari sejak diperkenalkan, dengan berbagai macam interpretasi. Dalam buku ini istilah fitoremediasi digunakan khusus untuk ide-ide yang

laporan bioremed

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fitoremediasi merupakan istilah yang diberikan pada sebuah teknologi, yang

menggunakan tanaman untuk membersihkan sebuah area yang terkontaminasi. Saat ini

terdapat berbagai macam tehnik dan praktek yang disebut fitoremediasi, sehingga

menimbulkan kerancuan. Buku ini menggunakan istilah fitoremediasi hanya terbatas

pada hubungan antara penggunaan tanaman dengan sebuah kontaminan, dan bukan

selain itu. Penyebabnya adalah banyak tehnik yang mirip fitoremediasi, yang sebenarnya

sudah diketahui dan diterapkan dari sejak dulu dalam bidang pertanian, silvikultur, dan

hortikultura, untuk mengatasi masalah lingkungan dalam pertanaman

Istilah fitoremediasi (phyto berarti tanaman, dan remediasi berarti penyembuhan

atau pengobatan) relatif baru digunakan, yaitu sejak tahun 1991. Informasi dasar

mengenai fitoremediasi berasal dari berbagai bidang penelitian, mulai dari penanganan

lahan basah, tumpahan minyak hingga penelitian tentang tanaman-tanaman pertanian

yang dapat menyerap dan mengakumulasikan logam berat. Istilah ini telah digunakan

secara luas dari sejak diperkenalkan, dengan berbagai macam interpretasi. Dalam buku

ini istilah fitoremediasi digunakan khusus untuk ide-ide yang berdasarkan pada

pemanfaatan tanaman bagi teknologi perbaikan lingkungan, dan bukan untuk yang lain.

1.2 Tujuan

Tujuan Fitoremediasi yaitu menyelidiki proses perbaikan air tercemar

menggunakan tumbuhan ataua tanaman.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

Proses dalam sistem fitoremediasi ini berlangsung seacara alami dengan enam

tahap proses secara serial yang dilakukan tumbuhan terhadap zat kontaminan yang berada

di sekitarnya. Adapun proses secara serial yaitu :

1. Phytoacumulation yaitu proses tumbuhan menarik zat kontaminan dari media

sehingga berakumulasi di sekitar akar tumbuhan, proses ini juga disebut

Hyperacumulation,

2. Rhizofiltration adalah proses adsorpsi atau pengendapan zat kontaminan oleh akar

untuk menempel pada akar. Proses ini telah dibuktikan dengan percobaan menanam

bunga matahari pada kolam mengandung zat radio aktif di Chernobyl Ukraina.

3. Phytostabilitation yaitu penempelan zat kontaminan tertentu pada akar yang tidak

mungkin terserap kedalam batang tumbuhan.

4. Rhyzodegredation disebut juga enhanced rhezosphere biodegradation, yaitu

penguraian zat kontaminan oleh aktivitas microba yang berada di sekitar akar

tumbuhan.

5. Phytodegredation yaitu proses yang dilakukan tumbuhan untuk menguraikan zat

kontaminan yang mempunyai rantai molekul yang kompleks menjadi bahan yang

tidak berbahaya dengan susunan molekul yang lebih sederhana yang dapat berguna

bagi pertumbuhan tumbuhan itu sendiri.

6. Phytovolatization yaitu proses menarik dan transpirasi zat kontaminan oleh tumbuhan

dalam bentuk yang telah menjadi larutan terurai sebagai bahan yang tidak berbahaya

lagi untuk selanjutnya di uapkan ke atmosfir. Beberapa tumbuhan dapat menguapkan

air 200 sampai dengan 1000 liter perhari untuk setiap batang.

BAB III

METODOLOGI

3.1 Waktu dan tempat

Percobaan dalam praktikum fitoremediasi ini kami lakukan di luar lingkungan

UNTIRTA yaitu di komplek pipa gas prisma pada tanggal 6 Desember 2013 pukul 15.00

wib.

3.2 Alat dan bahan

Adapun alat dan bahan yang kami gunakan untuk melengkapi kegiatan praktikum

adalah sebagai berikut :

Alat

1. Ember

2. Timbangan

3. Gelas ukur

Bahan

1. Tanaman eceng gondok ( Eichornia crassipes )

2. Deterjen sebanyak 100mg/L untuk setiap ember

3. Air

3.3 Cara kerja

Adapun cara kerja yang kami lakukan dalam praktikum kali ini adalah :

1. Sediakan alat dan bahan

2. Sediankan deterjen dengan konsentrasi 100mg/L untuk setiap ember sebanyak 5

ember

3. Masukan diterjen ke dalam ember kemudian campurkan dengan air sebanyak 1

liter untuk setiap ember.

4. Siapkan 5 tanaman eceng gondok yang pertumbuhannya bagus sebanyak 5

tanaman dan masing – masing tanaman terdiri dari 3 daun.

5. Kemudian masukan tanaman eceng gondok yang sudah disediakan ke dalam

larutan yang sudah di sediakan dalam ember.

6. Lakukan percobaan selama 1 bulan dengan melakukan pengamatan setiap minggu,

adapaun bagian dari pengamatan yaitu : tinggi tanaman tertinggi, jumlah daun,

bobot awal tanaman dan akhir pengamatan.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Untuk hasil percobaan dalam praktikum fitoremediasi kami mengalami kegagalan

karena tanaman tidak tumbuh atau mati. Sehingga kami tidak mendapatkan hasil,

tanaman mati pada saat pengamatan ke 3 tanaman tidak mengalami pertumbuhan baik

dari tinggi jumlah daun.

4.2 Pembahasan

Praktikum yang kami lakukan mengalami kegagalan, mungkin di sebabkan dari

perlakuan yang kurang sesuai atau mungkin dari tanaman yang terlalu tua sehingga

tanaman rentan terserang bakteri. Tanaman mengalami kerukasak pada akar, tanaman

mengalami busuk akar.

Kegagalan ini mungkin juga disebabkan karena tidak cocok dengan larutan diterjen

yang digunakan sebagai media tanam, karena larutan bersifat panas sehingga tanaman

mengalami busuk akar.

BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil praktikum fitoremediasi ini kami dapat menyimpulkan jika akan

melakukan precobaan ini pilihlah tanaman eceng gondok yang sudah memiliki kriteria

dan berumur pas dengan perlakuan media tanam air diterjen tersebut. Karena jika

tanaman terlalu muda atau terlalu tua tanaman tidak akan bertahan hidup karena larutan

media tanam bersifat panas.

DAFTAR PUSTAKA

http://ltl.bppt.tripod.com/sublab/lflora1.htm

http://pustaka.unpad.ac.id/archives/10668/

http://pkrlt.ugm.ac.id/ilmu%20remediasi.htm

LAMPIRAN