67
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG ALGOLOGI MAKROALGA DAN MIKROALGA DI TELUK AWUR JEPARA Oleh : Nama : Dennis Kurniawan NIM : H1K012017 Kelompok : 6 Asisten : Sinta Febri Andini JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN

laporan algologi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makroalga dan mikroalga di teluk awur jepara

Citation preview

Page 1: laporan algologi

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG ALGOLOGI

MAKROALGA DAN MIKROALGA DI TELUK AWUR JEPARA

Oleh :

Nama : Dennis KurniawanNIM : H1K012017Kelompok : 6Asisten : Sinta Febri Andini

JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTANFAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANPURWOKERTO

2014

Page 2: laporan algologi

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Lapang Algologi ini.

Tugas ini disusun sebagai syarat untuk melengkapi mata kuliah Algologi pada Jurusan

Perikanan dan Kelautan, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Jenderal Soedirman,

Purwokerto.

Saya mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dosen pengampu mata kuliah Algologi

2. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu demi satu.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini banyak kekurangannya, oleh

karena itu penyusun menerima kritik dan saran yang bersifat membangun guna

penyempurnaan dalam pembuatan tugas yang akan datang. Semoga tugas ini dapat

bermanfaat, umumnya bagi para pembaca khususnya bagi saya selaku penulis.

Purwokerto, Mei 2014

Penyusun

Page 3: laporan algologi

DAFTAR TABEL

Page 4: laporan algologi

DAFTAR GAMBAR

Page 5: laporan algologi

DAFTAR LAMPIRAN

Page 6: laporan algologi

DAFTAR ISI

Page 7: laporan algologi

ContentsJUDUL...........................................................................................................................................................1

KATA PENGANTAR........................................................................................................................................2

DAFTAR TABEL..............................................................................................................................................3

DAFTAR GAMBAR.........................................................................................................................................4

DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................................................................5

DAFTAR ISI....................................................................................................................................................6

I. PENDAHULUAN....................................................................................................................................7

1.1. Latar Belakang..............................................................................................................................7

1.2. Tujuan dan Manfaat.....................................................................................................................9

II. STUDI PUSTAKA..................................................................................................................................11

2.1. Mikroalgae..................................................................................................................................11

2.2. Makroalgae.................................................................................................................................14

2.3. Parameter Kualitas Perairan.......................................................................................................17

2.3.1. Suhu..........................................................................................................................................17

2.3.2. Derajat Keasaman (pH).......................................................................................................17

2.3.3. Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen-DO)............................................................................17

2.3.4. Salinitas...............................................................................................................................18

III. MATERI METODA............................................................................................................................19

3.1. Makroalga...................................................................................................................................19

3.2. Mikroalga....................................................................................................................................20

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................................................................25

4.1. Hasil............................................................................................................................................25

4.2. Mikroalgae..................................................................................................................................25

4.3. Makroalgae.................................................................................................................................35

V. KESIMPULAN......................................................................................................................................40

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................................41

LAMPIRAN..................................................................................................................................................44

Page 8: laporan algologi

I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Pantai Teluk Awur terletak di Desa Teluk awur kecamatan Tahunan sekitar 4 km ke

arah selatan dari pusat kota Jepara. Pesisir pantainya yang terkenal sangat panjang dan

berpasir putih.  Pantai Teluk awur kondisi airnya cukup bersih karena jauh dari lalangnya

perahu dan kapal. Teluk Awur termasuk dalam wilayah administratif Kabupaten Jepara

yang terletak di sebelah utara Kampus Lima Kelautan Universitas Diponegoro. Perairan

ini terletak antara 110° 30' BT - 110° 35' BT dan 6° 47' LS (Dinas Perikanan Kabupaten

Jepara). Secara umum dapat dikatakan bahwa perairan Teluk Awur dan sekitarnya tergolong

dalam perairan yang masih baik dibandingkan dengan perairan lain di pantai utara Jawa.

Kondisi ini ideal bagi pertumbuhan maupun perkembangbiakan baik flora maupun fauna

perairan. Kemudian dikatakan, keadaan ideal ini perlu dijaga dan dikembangkan khususnya

sebagai lokasi praktek dan penelitian berkaitan dengan Ilmu Kelautan.

Alga adalah organisme berklorofil, tubuhnya merupakan talus (uniselular atau

multiselular), alat reproduksi pada umumnya berupa sel tunggal, meskipun ada juga alga yang

alat reproduksi tersususn dari banyak sel (Sulisetijono, 2009).

Alga dipelajari khusus dalam cabang ilmu biologi yang disebut fikologi. Catatan

pertama mengenai alga ditemukan dalam literatur berbahasa Cina kuno dan dikenal

sebagai Tsao. Istilah alga dalam bahasa Yunani dan Romawi adalahPhycos dan Fucus. Di

Hawai, alga telah di kenal cukup lama sebagai makanan yang disebut Limu (Sulisetijono,

2009). Untuk itu dalam pengamatan Alga ini, kita diharapkan benar- benar mengetahui bercam

keanekaragaman tumbuhan pada air tawar, air kolam, air sungai, dan sebagainya.

Page 9: laporan algologi

Alga merupakan tumbuhan yang hidup pada perairan laut. Alga berukuran besar

tergolong dalam tiga division yakni Chlorophvta (alga hijau), Phaeophvta (alga

coklat), Rhodophyta ( alga merah). Pigmen yang terdapat pada alga merah dapat diketahui

melalui proses ekstraksi dengan menggunakan pelarut aseton, metanol, petrolium eter dan

dietil eter, kemudian dianalisis dengan menggunakan kromatografi lapis tipis dan diserap

dengan spektrofotometer. Hasil penelitian menunjukan bahwa pigmen yang terdapat pada alga

merah K.alvarezii path umumnya adalah B-karoten, feofitin,violaxanthin dan klorofil (Sunadi,

2000).

Habitat alga adalah ditempat yang berair, misalnya air sungai, kolam, rawa,laut, tanah

yang lembab, pohon dan sebagainya. Alga ditemukan disumber air panas, disalju daerah

dan puncak gunung yang tinggi, bahkan diperairan yang mengandung boraks di lamongan

juga ditemukan (Sulistijono, 2009).

Ganggang biru termasuk prokariotik, warnanya hijau kebiruan karena cukup

dominansinya pigmn aden pikosianin. Cirri has yang lainya adalah lapisan glatinous yang

membungkus talus. Talus ganggang ini ada yang berupa sel tunggal, koloni, dan filament.

Ganggang uniseluler ada yang bergerak(motil) dengan bantuan bulu cambuk (flagel).

Misalnya Chalamydomonas. Ganggang uniseluler yang tidak dapat bergerak

misalnya Chlorella (Sulistijono, 2009).

Alga merupakan kelompok tumbuhan rendah terdapat dua tipe sel baik yang bersifat

prokariotik maupun eukariotik. Pada sel prokariotik invaginasimembrane belum sempurna,

oleh karena itu tidak dilengkapi organela. Dengan demikian sel tanpa dilengkapi plastida,

mitokondria, inti, badan golgi, dan flagella. Hal ini berbeda dengan alga yang bersifat

eukariotik, telah dilengkapi organela tersebut. Sel eukariotik dilindungi oleh dinding sel yang

Page 10: laporan algologi

tersusun oleh polisakarida, sebagian dibentuk atau disekresi oleh badan golgi.

Membranplasma (plasmalema) yang menyelubungi bagian sel (Sulitjiono, 2009).

Beberapa alga memiliki siklus hidup dengan pergiliran generasi multi seluler haploid

dan diploid. Beragam siklus hidup telah berevolusi di antara alga coklat, alga merah, dan alga

hijau multiseluler. Siklus yang paling kompleks meliputi pergiliran generasi

(altenation of generations), pergiliran bentuk haploid multiseluler dan bentuk diploid

multiseluler. (perhatikan bahwa kondisi haploid dan diploid bergantian dalam semua siklus

hidup seksual – gamet manusia. Misalnya, adalah suatu tahap haploid- akan tetapi

istilah pergiliran generasihanya dipakai untuk siklus hidup yang meliputi tahapan haploid dan

diploid yang keduanya adalahorganisme multiseluler) (Campbell, 2002).

Individu diploid disebut saprofit karena saprofit menghasilkan sel reproduktif yang

dusebut spora (zoospora). Individu haploid disebut gameterofit, yang dinamai menurut

produksi gametnya. Pada kedua generasi saling bergantian – mereka bergiliran menghasilkan

satu sama lain. Spora yang dilepaskan saprofit berkembang menjadi gameterofit, yang

selanjutnya menghasilkan gamet. Penyatuan dua gamet (fertilisasi, atau singami)

menghasilkan suatu zigot diploid, yang kan tumbuh menjadi suatu saprofit baru (Campbell,

2002).

I.2. Tujuan dan Manfaat

1.2.1. Tujuan Tujuan dari pelaksanaan praktikum mata kuliah algologi adalah sebagai berikut :

a. Mahasiswa dapat mengenal algae baik makroalga maupun mikroalga melalui

ciri- ciri morfologinya

b. Mahasiswa dapat memahami dan melakukan pengambilan sampel makroalga

c. Mahasiswa dapat memahami dan melakukan pengambilan sampel mikroalga

Page 11: laporan algologi

d. Mahasiswa dapat mengidentifikasi alga baik makroalga maupun mikroalga

dengan pengamatan ciri morfologi pada saat pengamatan dihabitat aslinya serta

mahasiswa dapat melakukan teknik pengawetan basah dan kering sampel alga

e. Mahasiswa dapat memahami dan melakukan teknik isolasi dan kutur mikroalga

1.2.2. Manfaat

Manfaat dari praktek lapangan ini adalah mengetahui keanekaragaman algae baik

makroalga maupun mikroalgae di Teluk Awur Jepara, Jawa Tengah

Page 12: laporan algologi

II. STUDI PUSTAKA

II.1. Mikroalgae

Mikroalga merupakan mikroorganisme atau jasad renik dengan tingkat organisasi sel

termasuk dalam tumbuhan tingkat rendah. Mikroalga dikelompokkan dalam filum Thallophyta

karena tidak memiliki akar, batang, dan daun sejati, namun memiliki zat pigmen klorofil yang

mampu melakukan fotosintesis. Mikroalga memiliki klorofil sehingga mampu melakukan

fotosintesis dengan bantuan air, CO2 dan sinar matahari, serta menggunakan bahan anorganik

seperti NO3, NH4, dan PO4, sehingga menghasilkan energi kimiawi dalam bentuk biomassa

seperti karbohidrat, lemak, protein, dan lain-lain. Kemudian energi tersebut digunakan untuk

biosintesis sel, pertumbuhan dan pertambahan sel, bergerak dan berpindah serta reproduksi

(Kabinawa 2001).

Tumbuhan ini umumnya terdiri dari satu sel atau berbentuk seperti benang.

Mikroalga dapat ditemukan di seluruh massa air mulai dari permukaan laut sampai pada

kedalaman dengan intensitas cahaya yang masih memungkinkan terjadinya proses fotosintesis.

Dominasi kelompok mikroalga tertentu dapat menyebabkan perairan tampak berwarna indah

sesuai dengan zat warna atau pigmen yang dikandungnya. Warna hijau muda disebabkan oleh

Dunaliella sp. dan Chlorella sp. Ada juga warna kuning kecoklatan yang disebabkan oleh

Chaetoceros sp., Skletonema sp., Nitzschia sp. serta berbagai jenis lainnya.

Mikroalga mengandung bahan-bahan organik seperti polisakarida, hormon, vitamin,

mineral dan juga senyawa bioaktif. Potensi mikroalga sangat besar sebagai sumber berbagai

produk, diantaranya (1) sebagai sumber protein yang dapat diperoleh dari Chlorella dan

Dunaliella, (2) produksi pigmen, sebagai bahan pewarna dari Spirulina, Haematococcus

(Borowitzka dan Borowitzka 1988), (3) sebagai pakan larva ikan dan non ikan, diperoleh dari

Page 13: laporan algologi

Tetraselmis dan Chaetoceros (Isnansetyo dan Kurniastuty 1995), serta (4) produksi

antimikroba, dihasilkan Chlorella vulgaris, Chaetoceros gracilis.

Pertumbuhan mikroalga sangat erat kaitannya dengan ketersediaan hara makro dan

mikro serta dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh

terhadap pertumbuhan mikroalga, antara lain cahaya, suhu, pH air, dan salinitas (Isnansetyo

dan Kurniastuty 1995).

Unsur hara yang dibutuhkan mikroalga terdiri atas unsur hara makro (N, P, K, S, Fe,

Mg, Si dan Ca) dan unsur hara mikro (Mn, Zn, Co, Bo, Mo, B, Cu, dan lain-lain.). Setiap

unsur hara mempunyai fungsi-fungsi khusus yang ditunjukkan pada pertumbuhan dan

kepadatan yang dicapai. Unsur N, P, dan S penting untuk pembentukan protein. Nitrogen yang

dibutuhkan untuk media kultur dapat diperoleh dari: KNO3, NaNO3, NH4Cl, dan lain-lain.

Fosfor juga merupakan bahan dasar pembentuk asam nukleat, enzim, dan vitamin. Unsur

fosfor dapat diperoleh dari KH2PO4, NaH2PO4, Ca3PO4 dan unsur sulfur dapat diperoleh

dari NH4SO4, CuSO4 (Tjahjo et al. 2002). Unsur K berfungsi dalam metabolisme

karbohidrat dan juga sebagai kofaktor untuk beberapa koenzim. Unsur kalium dapat diperoleh

dari KCl, KNO3, KH2PO4. Unsur Fe berperan dalam pembentukan klorofil dan sebagai

komponen esensial dalam proses oksidasi. Unsur ini dapat diperoleh dari FeCl3, FeSO4,

FeCaH5O7. Unsur Si dan Ca merupakan bahan untuk pembentukan dinding sel atau

cangkang. Vitamin B12 banyak digunakan untuk memacu pertumbuhan melalui rangsangan

fotosintetik (Isnansetyo dan Kurniastuty 1995). Unsur hara mikro dibutuhkan untuk

menjalankan berbagai fungsi dalam pertumbuhan mikroalga, misalnya Mn, Zn diperlukan

untuk fotosintesis, unsur Mo, Bo, Co diperlukan untuk metabolisme nitrogen, serta unsur Mn,

B, Cu untuk fungsi metabolik lainnya (Eyster 1964 diacu dalam Krisanti 2003). Unsur hara

Page 14: laporan algologi

mikro dibutuhkan dalam jumlah kecil tetapi harus ada dan untuk menstabilkan fungsi hara

mikro biasanya ditambahkan senyawa sitrat atau EDTA (Kabinawa 1994).

Mikroalga merupakan organisme autotrof yang mampu membentuk senyawa organik

dari senyawa anorganik melalui proses fotosintesis. Keberadaan cahaya menentukan bentuk

kurva pertumbuhan bagi mikroalga yang melakukan fotosintesis. Cahaya matahari dapat

diganti dengan sinar lampu TL dan kisaran optimum intensitas cahaya bagi mikroalga antara

2000-8000 lux. Pada mikroalga hijau, pigmen yang menyerap cahaya adalah klorofil a,

disamping pigmen lain seperti karotenoid dan xantofil (Tjahjo et al. 2002).

II.2. Makroalgae

Makroalga merupakan jenis tumbuhan seperti rumput laut dan beberapa alga yang

menempel di dasar perairan. Pada umumnya makroalga dapat dilihat dengan mata telanjang.

Diaz Pulido & McCook (2008) makroalga diklasifikasikan sebagai tumbuhan laut karena

mereka berfontosintesis dan memiliki persamaan ekologi dengan tumbuhan lainnya. Namun

makroalga dengan tumbuhan laut lainnya seperti lamun dan mangrove karena pada makroalga

hanya memiliki sedikit akar, daun, bunga, dan jaringan darah. Makroalga memiliki bentuk

yang luas mulai dari jaringan kulit yang sederhana, foliose (daun melambai)

sampaifilamentous (menyerupai benang) dengan struktur cabang yang sederhana sampai

bentuk yang kompleks.

Alga yang hidup dilautan, ada yang memiliki ukuran yang cukup besar, disebut

makroalga. Makroalga melekat pada celah di bebatuan dengan yang bagiannya menyerupai

akar (holdfast) sehingga tidak terbawa arus laut. Air menyokong pertumbuhan bagian yang

menyerupai batang (stipe) dan daun (frond) sehingga beberapa jenis makroalga biasa tumbuh

sangat besar. Makroalga dapat hidup di perairan tawar dan laut. Makroalga tersebar di daerah

litorial dan sublitorial. Dimana pada daerah tersebut masih dapat memperoleh cahaya matahari

Page 15: laporan algologi

yang cukup, sehingga proses fotosintesis dapat berlangsung. Makroalga dapat diklasifikasikan

menjadi 3 divisi berdasarkan kandungan pigmen fotosintetik dan pigmen asesoris, yaitu:

Chlorophyta, Phaeophyta dan Rhodophyta (Kuncoro, 2004).

Makroalga divisi Chlorophyta memiliki thalli berbentuk filamen, membran, dan

tabung. Makroalga tersebut umumnya menempel pada substrat di dasar perairan laut seperti

karang mati, fragmen karang, dan pasir. Chlrophyta dapat bersifat uniseluler atau multiseluler

(Gupta 1981). Makroalga divisi Phaeophyta memiliki bentuk thalli lembaran, bulat atau

menyerupai batang. Thalli tersebut berwarna coklat, berbentuk filamen bercabang, dan

berbentuk seperti lembaran daun (Dawes 1981). Makroalga divisi Rhodophyta memiliki thalli

berbentuk silindris, pipih, dan lembaran. Makroalga tersebut umumnya memiliki thalli

berwarna merah, ungu, pirang, coklat, dan hijau (Bold & Wayne 1985).

Chlorophyta (Alga hijau)

Chlorophyta atau alga hijau mempunyai dinding sel klorofil a, klorofil b, dan

betakaroten serta menyimpan produk hasil fotosintesisnya dalam bentuk pati (amilum). Alga

hijau sudah tidak diragukan lagi sebagai nenek moyang dari tumbuhan. Alga hijau merupakan

makhluk hidup uniseluler dan dapat berkoloni menjadi bentuk multiseluler sederhana

(Ferdinand, 2007).

Makroalga divisi Chlorophyta memiliki thallus berbentuk filamen, membran, dan

tabung. Makroalga tersebut umumnya menempel pada substrat di dasar perairan laut seperti

karang mati, fragmen karang, dan pasir. Chlorophyta memiliki pigmen fotosintetik, berupa

klorofil a dan b, karoten, xantofil, violasantin,dan lutein. Cadangan makanan Chlorophyta

berupa pati, inulin, minyak, dan lemak. Dinding sel umumnya mengandung selulosa,

hemiselulosa dan sporopolenin ( Sulistyawati, 2003 ). Reproduksi aseksual dilakukan dengan

Page 16: laporan algologi

isogami, oogami, dan konjugasi. Reproduksi aseksual dilakukan dengan pembelahan sel dan

fragmentasi thallus.

Phaeophyta

Phaeophyta atau alga cokelat, umumnya terdiri atas organisme multiseluler yang hidup

dilaut dan mempunyai pigmen xantofil (pigmen warna cokelat). Phaeophyta bersifat autotrof

dan menyimpan cadangan makanannya dalam laminarian. Reproduksi seksual Phaeophyta

dilakukan dengan oogami, anisogami, seksual, aseksual dilakukan pembelahan sel atau

fragmentasi thallus.

Terdapat alga cokelat yang merupakan alga laut raksasa dan dapat mencapai panjang

hingga lebih dari 100meter. Alga cokelat digunakan sebagai makanan,pupuk,dan sebagai

sumber pembuatan alginate atau bahan kosmetik (Ferdinand, 2007).

Fucus serratus termasuk ganggang warna cokelat yang berdiferensiasi menjadi bentuk

yang mengapung. Postelsia dan Sargassum cinereum, merupakan contoh alga cokelat yang

banyak dijumpai (Ferdinand, 2007).

Rhodophyta

Rhodophyta mempunyai pigmen berwarna merah (fikoeritrin) yang sangat banyak.

Umumnya, Rhodophyta multiseluler, namun terdapat juga Rhodophyta multiseluler, namun

terdapat juga Rhodophyta yang uniseluler. Alga merah multiseluler umumnya makroskopis

dan struktur tubuhnya menyerupai tumbuhan (thalus). Thalus Pada Rhodophyta berupa helaian

atau seperti tumbuhan. Siklus hidup Rhodophyta berbeda satu sama lain. Tidak seperti alga

lainnya. Untuk kawin, Gamet bergantung pada arus air. Banyak anggota Rhodophyta tubuhnya

dilapisi kalsium karbonat, misalnya coralina (Ferdinand, 2007).

Trono & ganzon-Fortes (1988) dalam Oktaviani (2002), mengatakan banyak jenis

makro alga yang beradaptasi terhadap tipe substrat yang berbeda-beda. Jenis yang menempati

Page 17: laporan algologi

subtrat berpasir umumnya memiliki habitat dengan subtrat yang keras (berbatu), memiliki

“Holdfast” yang berkembang baik, barcabang-cabang atau berbentuk cakram (discoidal) yang

disebut “hapter”, “holdfast” jenis ini mencengkram subtrat dengan kuat dan umumnya

dijumpai di daerah yang berarus kuat.

II.3. Parameter Kualitas Perairan

Parameter kualitas air merupakan cerminan dari faktor fisik, kimia dan biologi

perairan, dimana parameter tersebut harus dapat dikelola dengan baik, sehingga dapat

mendukung terhadap pertumbuhan (Boyd, 1991).

2.3.1. Suhu

Suhu air sangat dipengaruhi oleh jumlah sinar matahari yang jatuh ke permukaan air

yang sebagian dipantulkan kembali ke atmosfer dan sebagian lagi diserap dalam bentuk energi

panas. Pengukuran suhu sangat perlu untuk mengetahui karakteristik perairan. Menurut

Schwoerbel (1987) suhu air merupakan faktor abiotik yang memegang peranan penting bagi

hidup dan kehidupan organisme perairan. Berdasarkan hasil penelitian Goldman (1983)

menunjukkan bahwa terjadi penurunan biomassa dan keanekaragaman ikan ketika suhu air

meningkat lebih dari 28 °C.

2.3.2. Derajat Keasaman (pH)

Nilai pH didefinisikan sebagai negatif logaritma dari konsentrasi ion Hodrogen dan

nilai asam ditunjukkan dengan nilai 1 s/d7 dan basa 7 s/d 14. Kebanyakan perairan umum

mempunyai nilai pH antara 6-9. Perairan yang asam lebih kecil dan dapat menurun sampai 2

(Goldman dan Horne 1983). Pescod (1973) mengemukakan bahwa batas toleransi organisme

perairan terhadap pH bervariasi dan dipengaruhi antara lain suhu, oksigen terlarut, alkalinitas,

kandungan kation dan anion maupun jenis dan tempat hidup organisme.

Page 18: laporan algologi

2.3.3. Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen-DO)

Oksigen dalam perairan bersumber dari difusi ataupun hasil proses fotosintesis

organisme produsen. Oksigen dikonsumsi secara terus menerus oleh tumbuhan dan hewan

dalam aktivitas respirasi (Goldman dan Horne 1983). Pescod (1973) menyatakan bahwa

kandungan oksigen terlarut 2 mg/L dalam perairan sudah cukup untuk mendukung kehidupan

biota akuatik, asalkan perairan tersebut tidak mengandung bahan-bahan yang bersifat racun.

2.3.4. Salinitas

Menurut Nontji (2002), salinitas merupakan ukuran bagi jumlah zat padat yang larut

dalam suatu volume air dan dinyatakan dalam permil, di perairan samudera salinitas biasanya

berkisar antara 34-35 ppt. Di perairan pantai karena terjadi pengenceran, misalnya karena

pengaruh aliran sungai, salinitas bisa turun rendah. Sebaliknya di daerah dengan penguapan

yang sangat kuat, salinitas bisa meningkat tinggi.

Page 19: laporan algologi

LINE TRANSEK 100 M

Ditarik tegak lurus garis pantai

TRANSEK KUADRAN 1m x 1m

Diletakkan pada interval 40m, 70m dan 100m

Catat jumlah spesies makroalga

Ambil masing masing 1 jenis makroalga untuk proses identifikasi di laboratorium

SAMPEL MAKROALGA

Dikemas dan diberi formalin 4%

HASIL

III. MATERI METODA

III.1. Makroalga

3.1.1. Pengambilan sampel

3.1.1.1. Materi

Alat yang digunakan pada praktikum pengambilan sampel makroalga adalah tali

raffia 100 m, plastik 2 kg, toples selai, alas papan, pensil, kertas label, kuadran transek 1x1 m,

botol neril, botol film. Sedangkan bahan yang digunakan adalah formalin 4 %. Praktikum

lapang ini dilaksanakan pada tanggal 7 Mei 2014 di Teluk Awur Jepara dan Praktikum Lab

pada tanggal 9 Mei 2014 di Laboratorium Jurusan Perikanan dan Kelautan.

3.1.1.2. Metode

Page 20: laporan algologi

SAMPEL MAKROALGA

Diklasifikasikan menggunakan buku identifikasi

Diamati dan digambar bentuk Thallus dan Holdfastnya

HASIL

3.1.2. Identifikasi sampel

3.1.2.1. Materi

Identifikasi sampel rumput laut yang ada dengan buku-buku identifikasi yang ada.

Serta teknik pengawetan basah dan kering. Basah, menggunakan formalin 4%. Dan kering

menggunakan kardus 10 x 10 cm yang dijepitkan pada sampel.

3.1.1.2. Metode

III.2. Mikroalga

3.2.1. Pengambilan sampel

3.2.1.1. Materi

Alat yang digunakan pada praktikum pengambilan sampel mikroalga ini adalah

plankton-net no. 25, botol film 3 buah, ember dengan volume 10 liter dan mikroskop.

Sedangkan bahan yang digunakan adalah formalin 4% dan lugol. Praktikum ini dilaksanakan

pada tanggal 6 Mei 2014 di Teluk Awur Jepara.

Page 21: laporan algologi

SAMPEL MIKROALGA DI BOTOL FILM

Dihomogenkan

Diambil menggunakan pipet tetes, teteskan pada objek glass dan tutup dengan cover glass dan letakan di bawah mikroskop

Amati mikroalga yang terdapat di objek glass

Diklasifikasikan menggunakan buku identifikasi

HASIL

3.2.1.2. Metode

3.2.2. Identifikasi sampel

3.2.2.1 Materi

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum identifikasi mikroalga yaitu mikroskop,

object glass, cover glass, pipet, kamera dan buku identifikasi. Sedangkan bahan yang

digunakan adalah sampel mikroalga yang telah diawetkan. Praktikum ini dilaksanakan pada

tanggal 8 Mei 2014 di Laboratorium Jurusan Perikanan dan Kelautan.

Page 22: laporan algologi

SAMPEL MIKROALGA DI BOTOL FILM

Dihomogenkan

Diambil menggunakan pipet tetes, teteskan pada objek glass dan tutup dengan cover glass dan letakan di bawah mikroskop

Amati mikroalga yang terdapat di objek glass

Diklasifikasikan menggunakan buku identifikasi

HASIL

3.2.2.2. Metode

III.3. Isolasi mikroalga

3.3.1. Materi

Alat yang digunakan dalam isolasi mikroalga adalah tabung reaksi, pipet tetes, pipet

kapiler, pembakar Bunsen, pinset, objek glass, tissue, dan mikroskop. Bahan yang digunakan

adalah sampel mikroalga dari alam, aquades steril atau air laut steril, media kultur spesifik

mikroalga. Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 6 Mei 2014 di Laboratorium BBPBAP

(Balai Besar Pembenihan Budidaya Air Payau).

Page 23: laporan algologi

Pipet Kapiler

Dibuat

Pipet tetes dibakar menggunakan pembakan bunsen

Ditarik menggunakan pinset diluar api bunsen

Diberi 3 tetes akuades

Mikroalga dipindahkan ke media lain dengan menggunakan pipet kapiler

Medium pada objek glass

Diberi 1 tetes sampel pada tetesan pertama akuades

Terus dilakukan ke media berikutnya sehingga diperolah mikroalga tunggal

HASIL

Mikroalga dipindahkan ke tabung reaksi yang mengandung media pertumbuhan

Diberi pencahayaan selama 24 jam dan dikultur nonaerasi

3.3.2. Metode

Page 24: laporan algologi

III.4. Kultur mikroalga

3.4.1. Materi

Alat-alat yang digunakan pada praktikum kultur mikroalga ini adalah aquades steril/

air laut mikroalga, botol kultur,lampu neon, rak kultur, pipet tetes, mikroskop, seghwichrafter /

haematocytometer, handcounter, object glass, cover glass, aerator (dengan selang aerasi, batu

aerasi dan infus), gelas ukur dan tissue. Sedangkan bahan yang digunakan adalah bibit kultur

mikroalga. Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 6 Mei 2014 di Laboratorium BBPBAP

(Balai Besar Pembenihan Budidaya Air Payau).

3.4.2. Metode

Pipet Kapiler

Dibuat

Pipet tetes dibakar menggunakan pembakan bunsen

Ditarik menggunakan pinset diluar api bunsen

Diberi 3 tetes akuades

Mikroalga dipindahkan ke media lain dengan menggunakan pipet kapiler

HASIL

Medium pada objek glass

Diberi 1 tetes sampel pada tetesan pertama akuades

Terus dilakukan ke media berikutnya sehingga diperolah mikroalga tunggal

Mikroalga dipindahkan ke tabung reaksi yang mengandung media pertumbuhan

Page 25: laporan algologi

III.5. Kualitas air

3.5.1. Materi

Parameter kualitas air merupakan cerminan dari faktor fisik, kimia dan biologi

perairan, dimana parameter tersebut harus dapat dikelola dengan baik, sehingga dapat

mendukung terhadap pertumbuhan. Pengambilan sampel kualitas air dilakukan dengan cara

yaitu: insitu (lansung diukur di lapangan). Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah

hand refraktometer, botol neril, pipet tetes, dan termometer. Sedangkan bahan-bahan yang

digunakan adalah formalin 4%, air laut, aquades, larutan Na2S2O3, dan amilum.

3.5.2. Metode

a. Salinitas

b. Suhu

Diambil secukupnya

Diukur dengan hand refraktometer

Dicatat hasilnya

Air laut

Hasil

Diambil secukupnya

Diukur dengan hand refraktometer

Dicatat hasilnya

Air laut

Hasil

Page 26: laporan algologi

Diberi larutan H2SO4 pekat 1 ml

Dihomogenkan

Diambil menggunakan botol winkler 250 ml

Dipastikan tidak terjadi gelembung udara

Air laut

Hasil

Ditambahkan kedalamnya larutan MnSO4 dan KOH-KI 1 ml

Air laut yang sudah dihomogenkan dengan larutan MnSO4 dan KOH-KI 1 ml

Didiamkan hingga berbentuk endapan

Diambil sebanyak 100 ml dengan gelas ukur

Air laut 100 ml di labu erlenmeyer

Dititrasi menggunakan larutan Na2S2O3 0,025 N hingga berwarna kuning muda

Ditambahkan indikator amilum 10 tetes hingga berwarna biru tuaDititrasi secara duplo hingga larutan jernih

Kadar oksigen dihitung dengan rumus

c. Oksigen Terlarut (DO)

Page 27: laporan algologi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Hasil

Tabel 1. Data makroalga tiap stasiun kelompok 6

Stasiun Spesies Jumlah Substrat1 Padina australis 6 Batu karang

Dictyota batrayreslana 5 Batu karang

2 Halimeda makroloba 2 Katang matiSargassum vulgare 4 Batu karang

Padina australis 6 Batu karangDictyota batrayresiana 5 Batu karang

3 Padina australis 6 PasirSargassum sp. 3 Batu karang

Halimeda makroloba 3 Batu karang

Tabel 2. Data mikroalga

Waktu Spesies12.00 Plectonema sp.

Raphidium convolutumThalassiothrix dolicatulla

Ulothrix sp.Rhizosolenia sp.

Tribonema ambigumChaetocheros sp.

Fragilaria sp.Thalasiora gracida

Ceratium sp.Phormidium sp.

Thalassionema sp.06.00 Skeletonema sp.

Chaetocheros sp.Leptocylindrus sp.Miserocystus sp.

Nitzschia sp.Stauroneis sp.Richtoriella sp.Stephano pyxirCeratium sp.

Phaecystyc sp.Phormidium sp.

Navicula sp.Jam 18.00 Chaetoceros sp.

Thalassiothrix sp.Macroceres sp.Ceratium sp.

Rhizosolenia sp.Navicula sp.

Page 28: laporan algologi

IV.2. Mikroalgae

KlasifikasiKingdom : Eubacteria Filum : Cyanobacteria Kelas : Cyanophyceae Ordo : Oscillatoriales Famili : Oscillatoriaceae

Genus : Plectonema Spesies : Plectonema sp.

Alga Resource Database (Japan, May 2014)

Klasifikasi

Kingdom:  Chromista Filum : Ochrophyta Kelas : Fragilariophyceae Ordo : Thalassionematales Famili : Thalassionemataceae

Genus : Thalassiothrix Spesies : Thalassiothrix sp.

Alga Resource Database (Japan, May 2014)

Sel-sel yang sangat panjang yang dapat koloni soliter atau bentuk memancar.

Sel bisa lurus, sedikit melengkung, atau sigmoid, dan biasanya sangat bengkok. Katup

meningkat di pusat dan apeks, dan duri marjinal yang hadir. Bisa keliru untuk

Thalassionema.

KlasifikasiKingdom : Plantae Filum : Chlorophyta Kelas : Ulvophyceae Ordo : Ulotrichales

Famili : Ulotrichaceae Genus : Ulothrix

Spesies : Ulothrix sp.

Alga Resource Database (Japan, May 2014)

Page 29: laporan algologi

KlasifikasiKingdom : Chromista Filum : Ochrophyta Kelas : Coscinodiscophyceae Ordo : Rhizosoleniales

Famili : Rhizosoleniaceae Genus : Rhizosolenia

Spesies : Rhizosolenia sp.

Alga Resource Database (Japan, May 2014)

Habitatnya di laut, genus plankton, diatom centric yang membentuk rantai,

beristirahat spora jarang terbentuk. Rhizosolenia korset terbentuk dari banyak segmen

dalam kolom longitudinal.

Planktothrix isothrix

Kingdom : Eubacteria Filum : Cyanobacteria Kelas : Cyanophyceae Ordo: Oscillatoriales

Famili : PhormidiaceaeGenus : Planktothrix Spesies : Planktothrix isothrix

Algabase.org.

Planktothrix adalah alga biru-hijau yang hidup bebas berserabut, biasanya

soliter tapi kadang-kadang di mudah disintergrating kelompok. Hampir semua spesies

planktonik, beberapa dari mereka menyebabkan mekar, terutama dalam mesotroph atau

sedikit eutrofik ke waduk eutrofik (biasanya danau). Sel yang sedikit lebih pendek dari

mereka lebar. Akhiran sel-nya luas bulat atau sedikit menyempit dengan penebalan dinding

sel luar.

Page 30: laporan algologi

Tribonema ambiguum

KlasifikasiKingdom : Chromista Filum : Ochrophyta Kelas : Xanthophyceae Ordo : Tribonematales

Famili : Tribonemataceae Genus : Tribonema

Spesies Tribonema ambiguum

Alga Resource Database (Japan, May 2014)

Tribonema memiliki filamen tidak bercabang terdiri dari satu baris memanjang,

sel silinder. Dinding sel tebal terdiri dari silinder ganda terbuka yang tumpang tindih untuk

menyertakan isi sel. Sepotong dinding sel baru dibuat dengan masing-masing pembelahan

sel. Potongan dinding ini muncul berbentuk huruf H dan sangat mirip dengan alga hijau

Microspora. Kedua genera dapat dengan mudah dibedakan dengan uji pati. Sel Microspora

mengandung zat tepung; Sel Tribonema, seperti yang tribophytes lain, tidak. Tribonema

juga memiliki dua atau lebih parietal, seperti disk, pucat kloroplas berwarna hijau atau

emas tanpa pyrenoids yang berbeda dari parietal, kloroplas hijau terang Microspora.

KlasifikasiKingdom : Chromista Filum : Ochrophyta Kelas : Coscinodiscophyceae Ordo : Chaetocerotales

Famili : Chaetocerotaceae Genus : Chaetoceros

Spesies : Chaetoceros sp.Alga Resource Database (Japan, May 2014)

Sel membentuk rantai yang melingkar, melengkung atau lurus. Setae yang

panjang muncul dari sudut-sudut sel. Sebuah spesies soliter sedikit yang ditemukan di

Monterey Bay. Salah satu genera terbesar diatom, sekitar 400 spesies, yang sebagian besar

Page 31: laporan algologi

adalah laut. Beberapa spesies membentuk spora dan / atau auxospores beristirahat.

Chaetoceros spp. sering komponen dominan dari komunitas fitoplankton di Monterey Bay,

dan mereka tersebar luas di seluruh lautan di dunia. . Chaetoceros merupakan spesies yang

memiliki distribusi di seluruh dunia, dan mereka sering mendominasi ekosistem laut.

KlasifikasiKingdom : Chromista Filum : Ochrophyta Kelas : Fragilariophyceae Ordo : Fragilariales

Famili : Fragilariaceae Genus : Fragilaria

Spesies : Fragilaria sp.

(Algabase.org)

KlasifikasiKingdom:  Chromista Filum : Ochrophyta Kelas : Coscinodiscophyceae Ordo : Thalassiosirales

Famili : Thalassiosiraceae

Genus : Thalassiosira Spesies : Thalassiosira gravida

Alga Resource Database (Japan, May 2014)

KlasifikasiKingdom : Chromista Filum : Dinophyta Kelas : Dinophyceae Order : Gonyaulacales Family : Ceratiaceae Genus : Ceratium

Spesies : Ceratium sp.

Alga Resource Database (Japan, May 2014)

Page 32: laporan algologi

Tanduk Antapical dan apikal hadir, 1-4 tanduk berjumlah. Sel berat thecate dan

kuning pucat sampai warna emas. Ceratium adalah organisme air, hidup di lingkungan baik

laut dan air tawar. Mereka adalah yang paling umum di daerah beriklim sedang, tetapi

dapat ditemukan di seluruh dunia. Ceratium ditemukan di daerah atas air, di mana ada

cukup cahaya untuk fotosintesis. Tidak seperti spesies dinoflagellata lain seperti

Alexandrium, Ceratium adalah organisme yang relatif tidak berbahaya (

https://microbewiki.kenyon.edu/index.php/Ceratium)

KlasifikasiKingdom : Eubacteria Filum : Cyanobacteria Kelas : Cyanophyceae Order : Oscillatoriales

Family : Phormidiaceae Genus : Phormidium

Spesies : Phormidium sp.

Alga Resource Database (Japan, May 2014)

Thallus: seperti membran, mucilaginous, membentuk massa seperti kecil,

sampai 5 cm tinggi, menempel di dasar, biru-hijau untuk zaitun-hijau. . Trikoma 5,5-11 pM

diam, kusut atau agak paralel, membentuk gelendong filamen, bercabang, agglutinated oleh

lendir amorf yang berbeda; apices sering meruncing. Sel 2-4 pM panjang; dinding

melintang sering tidak jelas dalam trikoma yang lebih tua, terbatas atau tidak terbatas,

kadang-kadang dengan dua baris butiran; isi biru-hijau; sel apikal datar atau flat-kerucut,

dengan terminal yang berbeda bulat atau topi lurus (calyptra). Selubung jelas, tipis, halus,

berwarna, penggabungan.

Page 33: laporan algologi

KlasifikasiKingdom : Chromista Filum : Ochrophyta Kelas : Fragilariophyceae Ordo : Thalassionematales Famili : Thalassionemataceae Genus : Thalassionema

Spesies : Thalassionema sp.

Alga Resource Database (Japan, May 2014)

Sel yang melekat bersama-sama oleh bantalan lendir di ujungnya menjadi

stellata dan atau zig-zag seperti koloni.

Page 34: laporan algologi

KlasifikasiKingdom : Chromista Filum : Ochrophyta Kelas : Coscinodiscophyceae Ordo : Thalassiosirales

Famili : Skeletonemataceae Genus : Skeletonema

Spesies : Skeletonema sp.

Alga Resource Database (Japan, May 2014)

Sel membentuk rantai, terikat oleh tabung eksternal atau proses melangkah

diselenggarakan dalam satu cincin marginal. Dua kloroplas per sel. Distribusinya

kosmopolitan di perairan pantai, termasuk daerah kutub.

KlasifikasiKingdom : Chromista Filum : Ochrophyta Kelas : Coscinodiscophyceae Ordo : Leptocylindrales

Famili : Leptocylindraceae Genus : Leptocylindrus

Spesies : Leptocylindrus sp.

Alga Resource Database (Japan, May 2014)

Rantai ketat dengan berbatasan permukaan katup. Bentuk beristirahat spora.

KlasifikasiKingdom : Bacteria Filum : Cyanobacteria Kelas : Cyanophyceae Ordo : Chroococcales

Famili : Microcystaceae Genus : Microcystis

Spesies : Microcystis sp.

Alga Resource Database (Japan, May 2014)

Page 35: laporan algologi

Microcystis adalah cyanobacteria kolonial uniseluler umum ditemukan di

lingkungan air tawar. Bakteri ini menghasilkan racun berbahaya yang menciptakan resiko

kesehatan bagi penduduk yang tinggal dan panen di daerah yang terkontaminasi di mana

Microcystis mekar. Mekar terjadi ketika tingkat nutrisi lonjakan dalam lingkungan perairan

atau tingkat gizi yang selektif terhadap Microcystis.

KlasifikasiKingdom : Chromista Filum : Ochrophyta Kelas : Bacillariophyceae Ordo : Bacillariales

Famili : Bacillariaceae Genus : Nitzschia

Spesies : Nitzschia sp.

Alga Resource Database (Japan, May 2014)

Nitzschia adalah yang terbesar tunggal diatom genus dan salah satu yang paling

umum, dengan spesies yang terjadi di lingkungan yang ekstrim seperti air organik tercemar.

Nitzschia strain sigma dalam koleksi kultur diisolasi dari hiper Laut Aral saline. Data

molekuler saat ini diperoleh untuk jenis Nitzschia palea dalam upaya untuk menentukan

batas-batas spesies dalam kelompok ini. The Nitzschia fonticola strain menunjukkan

sebuah penurunan seksualitas yang luar biasa dengan produksi pedogamous dari

auxospores di gametangia tidak berpasangan. Di Nitzschia longissima sistem kawin

heterotolik. Pengurangan eksperimental dari ukuran sel ini dimungkinkan dengan

pembedahan memotong ujung sel dengan silet

Page 36: laporan algologi

KlasifikasiKingdom : Chromista Filum : Ochrophyta Kelas : Bacillariophyceae Ordo : Naviculales

Famili : Stauroneidaceae Genus : Stauroneis

Spesies : Stauroneis sp.Alga Resource Database (Japan, May 2014)

Sel simetris terhadap sumbu apikal dan transapical. Katup elips (jarang) untuk

lanset, beberapa spesies berombak-ombak secara garis besar. Apeks dibulatkan menjadi

berbentuk kepala. Raphe lurus.. Daerah pusat berbentuk "dasi kupu-kupu" stauros

berbentuk yang terdiri dari non-lurik, nodul sentral menebal dan biasanya meluas ke margin

katup. Pseudosepta mungkin ada dalam beberapa spesies dan dapat dilihat dalam tampilan

katup pada apeks. Dua kloroplas berbaring sepanjang girdle dan memperluas bawah wajah

katup.

KlasifikasiKingdom : Chromista Phylum : Ochrophyta Kelas : Coscinodiscophyceae Ordo : Melosirales

Famili : Stephanopyxidaceae Genus : Stephanopyxis

Spesies : Stephanopyxis sp.

Alga Resource Database (Japan, May 2014)

Berbentuk silinder, kadang-kadang hampir bulat, sel-sel berbentuk kapsul.

Katup kubah dengan areola heksagonal besar. Sel memiliki banyak kloroplas diskoid atau

lobed. Beberapa spesies membentuk spora beristirahat. Beberapa spesies yang ditemukan di

beriklim air dingin utara, spesies lain yang ditemukan di perairan hangat bersuhu untuk.

Page 37: laporan algologi

KlasifikasiKingdom : Chromista Filum : Ochrophyta Kelas : Bacillariophyceae Ordo : Naviculales

Famili : Naviculaceae Genus : Navicula

Spesies : Navicula sp.

IV.3. Makroalgae

KlasifikasiKingdom : Plantae Divisi : Phaeophyta Kelas : Phaeophyceae Ordo : Dictyotales

Famili : Dictyotaceae Genus : Padina

Spesies : Padina australis

en.wikipedia.org

Padina australis bernama latin lengkap Padina australis hauck. Spesies ini

menunjukkan ciri utama yaitu thali berukuran besar (sekitar 15 cm), membentuk kipas

dengan lebar 2 – 8 cm, dan terdapat segmen-segmen lembaran tipis (lobus) dengan garis-

garis berambut radial. Thalus Padina australis tersusun dari epidermis dan sel parenkim.

Ukuran lembaran thalus yaitu 5 – 10 cm dan bersifat mudah robek. Warna utama adalah

coklat muda kekuning-kuningan, tetapi terkadang warnanya memutih karena adanya

perkapuran di permukaan daun. Bagian atas lobus agak melebar dengan pinggiran rata dan

holdfast berbentuk cakram kecil berserabut.

Page 38: laporan algologi

Padina australis ditemukan hidup di bebatuan pada rataan terumbu karang di

pinggiran pantai, baik di tempat-tempat yang terkena hempasan ombak maupun yang

terlindungi. Padina australis adalah umumnya melekat pada karang atau substrat padat

dengan pegangan erat diskoid, dan relatif besar. Spesies ini tumbuh subur di perairan tropis

dan subtropis karena tidak ada catatan spesies ini dapat ditemukan di perairan beriklim

sedang. Kualitas lingkungan yang mendukung pertumbuhan Padina australis yaitu suhu

perairan 27 – 30OC, salinitas berkisar 28 – 32 ppt, pH 7,5 – 8, kecepatan arus 35 – 80 cm/s,

kecerahan 2 m, kandungan nitrat berkisar antara 0,57 – 1,13 mg/L dan kandungan fosfat

0,44 – 1,09 mg/L. Padina australis di alam dapat pula dijumpai tumbuh pada substrat pasir

dengan kedalaman air laut 10 – 30 cm, suhu 27,25 – 29,75OC dan salinitas 32 – 25 ppt

(Kompas, 2013).

KlasifikasiKingdom : Plantae Divisi : Chlorophyta Kelas : Chlorophyceae Ordo : Caurlepales

Famili : Halimedaceae Genus : Halimeda

Spesies : Halimeda macroloba

en.wikipedia.org

Halimeda macroloba termasuk dalam kelas Chlorophyta yang telah diamati

memiliki ciri-ciri thallusnya membentuk seperti rumpun, memiliki bentuk blade yang

bercabang-cabang dan bentuk bladenya adalah seperti kipas yang sedikit membulat.

Panjang Halimeda macroloba secara keseluruhan adalah 16 cm, panjang dan lebat setiap

blade berbeda-beda yaitu 1-1,5 cm. tekstur bladenya tebal dan sedikit licin dengan warna

Page 39: laporan algologi

bladenya adalah hijau terang. Sedangkan menurut literatur talusnya tegak dan

datar,berwarna gelap hijau muda , panjang sampai 10 cm dan berlabuh di pasir dengan

holdfast bulat besar.

Habitat Halimeda macroloba dalam sebuah literature (Kuncoro, 2004 : 81 )

disebutkan bahwa persebarannya banyak dijumpai pada substrat pasir, pasir lumpuran dan

pecahan karang. Dipaparan pasir tumbuh berasosiasi dengan tumbuhan lamun. Keberadaan

jenis ini banyak dijumpai di perairan laut. Sesuai dengan literature, alga yang telah diamati

terdapat di pantai yang berzona pasang surut. Alga ini juga melekat pada batu-batu karang.

Alga ini terdapat pada tepi-tepi pantai yang terbawa ombak. Sehingga, pengamatan dengan

literature tersebut adalah sesuai.

Klasifikasi Sargassum sp. menurut Bold dan Wynne (1985) :Kingdom : Plantae Divisi : Phaeophyta Kelas : Phaeophyceae Ordo : Fucales

Famili : Sargassaceae Genus : Sargassum

Spesies : Sargassum sp.

en.wikipedia.org

Ciri-ciri umum dari genus ini menurut Bold dan Wynne (1991) sebagai berikut :- Bentuk thallus umumnya silindris atau gepeng.- Cabangnya rimbun menyerupai pohon di darat.- Bentuk daun melebar, lonjong atau seperti pedang.- Mempunyai gelembung udara (bladder) yang umumnya soliter.- Warna thallus umumnya coklat.

Sargassum sp adalah genus terbesar di Phaeophyceae dengan lebih dari 400

spesies Berada di sebagian besar lautan tropis dan subtropis. Ini adalah genus ekologis

Page 40: laporan algologi

dominan di perairan dangkal di subtropis dan tropis (Kilar et al. 1992). Reproduksi

perkembangbiakannya terjadi secara seksual (oogami). Struktur gametnya besar tidak dapat

bergerak, sedangkan pada gamet jantannya kecil dan dapat bergerak. Zigot

berkecambahlangsung menjadi tumbuhan baru.Habitat hidup dalam air, hidupnya sebagai

bentos yang melekat pada suatu substrat dengan benang-benang pendek yang bercabang.

Peranan ganggang ini memiliki peran sebagai sumber nabati berbagai bahan kebutuhan

manusia, misalnya dapat dijadikan sebagai bahan obat-obatan.

Page 41: laporan algologi

Klasifikasi Sargassum vulgare

Kingdom : Plantae Divisio : Phaeophyta Class : Phaeophyceae Ordo : Fucales

Family : Sargassaceae Genus : Sargassum

Species : Sargassum vulgare

en.wikipedia.org

Deskripsi        : Sargassum vulgare hidupnya dilaut, ganggang berwarna pirang. Talus

berbentuk pita, bercabang-cabang dan melekat dengan alat pelekat yang berbentuk cakram.

Klasifikasi Dictyota bastrayresiana:

Kingdom : Plantae Divisi : Phaeophyta Kelas : Phaeophyceae Ordo : Dictyotales Famili : Dictyotaceae Genus : Dictyota

Spesies : Dictyota batrayresiana

en.wikipedia.org

Dictyota batrayresiana mempunyai thallus pipih seperti pita mencapai panjang

5 cm dan lebar 2-3 mm, pinggir rata. Percabangan dichotomus dengan ujung meruncing

membentuk rumpun yang rimbun sehingga sering merupakan gumpalan. Warna thallus

coklat tua. Tumbuh menempel pada batu karang mati di daerah rataan terumbu. Sebarannya

tidak begitu luas.

Page 42: laporan algologi

4.4. Parameter Kualitas Air

Parameter kualitas air pada petakan tambak merupakan cerminan dari faktor fisik,

kimia dan biologi perairan, dimana parameter tersebut harus dapat dikelola dengan baik,

sehingga dapat mendukung terhadap pertumbuhan udang (Boyd, 1991).

Suhu

Suhu secara langsung mempengaruhi efesiensi fotosintesis dan faktor yang

menentukan dalam pertumbuhan. Pada kondisi laboratorium, perubahan suhu air dipengaruhi

oleh temperatur ruangan dan intensitas cahaya. Suhu optimum untuk kultur mikroalga di

laboratorium antara 25-32°C (Fogg 1975). Kenaikan temperatur akan meningkatkan kecepatan

reaksi. Umumnya setiap kenaikan 10°C dapat mempercepat reaksi 2-3 kali lipat. Akan tetapi,

temperatur tinggi yang melebihi temperatur maksimum akan menyebabkan proses

metabolisme sel terganggu. Menurut Luning (1990), temperatur optimal untuk tumbuhan

alga dapat dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu : berkisar 0–10 °C untuk alga di daerah

beriklim hangat dan 15°C–30°C untuk alga hidup di daerah tropis, secara fisiologis,

suhu rendah mengakibatkan aktifitas biokimia dalam tubuh thalus berhenti, sedangkan

suhu yang terlalu tinggi akan mengakibatkan rusaknya enzim dan hancurnya mekanisme

biokimiawi dalam thalus makroalga.

pH

Proses fotosintesis mengambil karbondioksida terlarut dari dalam air, yang berakibat

penurunan kandungan CO2 terlarut di air. Penurunan ini akan meningkatkan pH berkaitan

dengan kesetimbangan CO2 terlarut, bikarbonat (HCO3-) dan ion karbonat (CO32-) dalam air.

Oleh karena itu, laju fotosintesis akan terbatas oleh penurunan karbon dalam hal ini

karbondioksida. (Talling 1976 diacu dalam Krisanti 2003). Umumnya pH optimum bagi

Page 43: laporan algologi

pertumbuhan mikroalga adalah 8-8,5. Derajat keasaman perairan merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi pertumbuhan makroalga. Nilai pH sangat menentukan molekul karbon

yang dapat digunakan makro alga untuk fotosintesis. pH yang baik untuk pertumbuhan alga

hijau dan alga coklat berkisar antara 6 hingga 9. Beberapa jenis alga toleran terhadap kondisi

pH yang demikian (Bold et al., 1985).

Salinitas

Fluktuasi salinitas secara langsung menyebabkan perubahan tekanan osmosis di

dalam sel mikroalga. Salinitas yang tinggi atau rendah dapat menyebabkan tekanan osmosis di

dalam sel juga menjadi lebih rendah atau lebih tinggi sehingga aktivitas sel menjadi terganggu.

Hal ini dapat mempengaruhi pH sitoplasma sel dan menurunkan kegiatan enzim di dalam sel.

Salinitas optimum bagi pertumbuhan mikroalga antara 25-35 ‰ (Tjahjo et al. 2002).

Sedangkan menurut Luning (1990), makroalga umumnya hidup di laut dengan salinitas

antara 30-32‰, namun banyak jenis makro alga hidup pada kisaran salinitas yang

lebih besar. Salinitas berperan penting dalam kehidupanmakroalga. Salinitas yang terlalu

tinggi atau terlalu rendah akan menyebabkan gangguan pada proses fisiologis.

Page 44: laporan algologi

V. KESIMPULAN

Dari praktikum di Pantai Teluk Awur didapatkan hasil sebagai berikut:

1. Mikroalga yang berada di Perairan Pantai Teluk Awur berjumlah 23 spesies.

2. Melakukan isolasi dengan metode pipet kapiler.

3. Kualitas fisik dan kimia air menunjukkan bahwa kondisi temperatur, salinitas, pH, dan

DO perairan Pantai Teluk Awur dalam keadaan kurang baik untuk kehidupan biota

akuatik di dalamnya, khususnya mikroalga dan makroalga. Hal ini disebabkan oleh kadar

DO yang terlalu rendah dan salinitas yang kurang.

Page 45: laporan algologi

DAFTAR PUSTAKA

Bold, Wyne. 1985. Introduction to The Algae Second Edition. New Delhi : Prenctice Hall of India

Borowitzka MA, Borowitzka LJ. 1988. Micro-algal Biotechnology. Great Britain: Cambridge University Press.

Boyd, C. E., (1991), Water Quality Management in Pond Fish Culture, Auburn University, Auburn.

Campbell, N.A, J.B.Reece & L.G. Mitchell. 2002. Biologi Jilid I. Jakarta: Erlangga.

Dawes, C.J. 1981 Marine Botany. John wiley & Sons, inc., New York : x + 628 hlm.

Diaz-Pulido G & McCook L. 2008. Macroalgae (Seaweed) in China, (ed) The state of great barrier reef on-line. Reat barrier reef marine park authority, Townsville.

Evensen, D. L. & Hasle, G. R. 1975. The morphology of some Chaetoceros(Bacillariophyceae) species as seen in the electron microscopes. Nova Hedwigia Beih. 53:153-184.

Ferdinand, Fictor., Ariebowo, Mukti. 2007. Praktis Belajar Biologi. Visindo Media Persada: Jakarta.

Fogg GE. 1975. Algal Culture and Phytoplankton Ecology. London: The University of Wisconsin Press.

Goldman, C.R. and A.J. Horne. 1983. Limnology. Mc. Graw Hill. International Book Company, Tokyo.

Gupta, JS. 1981. Textbook of Algae. New Delhi : Mc.Graw Hill Company

Isnansetyo A, Kurniastuty. 1995. Teknik Kultur Phytoplankton dan Zooplankton. Pakan Alami untuk Pembenihan Organisme Laut. Yogyakarta: Kanisius

Kabinawa INK. 1994. Kultur Mikroalga: Aspek dan Prospek. Prosiding Seminar Nasional Bioteknologi Mikroalga. Bogor: Puslitbang-Biotek. LIPI.

Kilar, J.A. 1992. Seasonal and between-plant variability in themorphology ofSargassum mathiesoniisp. nov. (Phaeophyta) from the Gulf of Mexico. J. Phycol. 28: 114–126.

Page 46: laporan algologi

Kompas. 2013. Padina Australis Alga Coklathttp://edukasi.kompasiana.com/2013/06/21/padina-australis-alga-coklat-571079.html (diakses tanggal 19 mei 2014)

Krisanti M. 2003. Peran zeolit sebagai substrat dan penyedia unsur hara bagi mikroalga [tesis]. Bogor: Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Kuncoro, Eko Budi. 2004. Akuarium Laut. Kannisius: Yogyakarta.

Luning., 1990. Seaweeds, Their Environment, Biogeography And Ecophysiology.John Wiley and Sons. New York.

Nontji, A., 2002. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta.

Oktaviani, D. 2002. Distribusi Sapsial Makro Alga di Perairan Kepulauan Spermonde. Jurusan Ilmu Kelautan, Universitas Hasanuddin. Makassar

Panggabean, L. M. G. 2007. Koleksi Kultur Mikroalgae. Oseana. 23 (2) : 11-20.

Pescod. M.B. 1973. Investigation of Rational Effluent Stream Standards for Tropical Countries. AIT. Bangkok.

Prihatini, N. B., W. Rachmayanti, W. Wardhana. 2007. Pengaruh Variasi Fotoperiodisitas Terhadap Pertumbuhan Chlorella Dalam Medium Basal Blod. Biota Vol 12 (1): 32-39

Schwoerbel, R.A. 1987. Handbook of Limnology. Ellis Harwood. John Willey and Sons, New York.

Sulisetijono, 2009. Bahan Serahan Alga. Malang: UIN Press.Sulistyowati, L. 2003. Analisis Kebijakan Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengelolaan

Sumber Daya Alam Gugus Kepulauan. Kannisius: Yogyakarta.Sunandi, Maino. 2000. Analisis Pigmen Alga. Riau: UIN PressTjahjo W, Erawati L, Hanung S. 2002. Budidaya Fitoplankton dan Zooplankton. Direktorat

Jendral Perikanan Budidaya Departemen Kelautan dan Perikanan: Proyek Pngembangan Perekayasaan Ekologi Balai Budidaya Laut Lampung.

Page 47: laporan algologi

LAMPIRAN