Upload
dennis-kurniawan
View
171
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
makroalga dan mikroalga di teluk awur jepara
Citation preview
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG ALGOLOGI
MAKROALGA DAN MIKROALGA DI TELUK AWUR JEPARA
Oleh :
Nama : Dennis KurniawanNIM : H1K012017Kelompok : 6Asisten : Sinta Febri Andini
JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTANFAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANPURWOKERTO
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Lapang Algologi ini.
Tugas ini disusun sebagai syarat untuk melengkapi mata kuliah Algologi pada Jurusan
Perikanan dan Kelautan, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Jenderal Soedirman,
Purwokerto.
Saya mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dosen pengampu mata kuliah Algologi
2. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu demi satu.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini banyak kekurangannya, oleh
karena itu penyusun menerima kritik dan saran yang bersifat membangun guna
penyempurnaan dalam pembuatan tugas yang akan datang. Semoga tugas ini dapat
bermanfaat, umumnya bagi para pembaca khususnya bagi saya selaku penulis.
Purwokerto, Mei 2014
Penyusun
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR ISI
ContentsJUDUL...........................................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR........................................................................................................................................2
DAFTAR TABEL..............................................................................................................................................3
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................................................................4
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................................................................5
DAFTAR ISI....................................................................................................................................................6
I. PENDAHULUAN....................................................................................................................................7
1.1. Latar Belakang..............................................................................................................................7
1.2. Tujuan dan Manfaat.....................................................................................................................9
II. STUDI PUSTAKA..................................................................................................................................11
2.1. Mikroalgae..................................................................................................................................11
2.2. Makroalgae.................................................................................................................................14
2.3. Parameter Kualitas Perairan.......................................................................................................17
2.3.1. Suhu..........................................................................................................................................17
2.3.2. Derajat Keasaman (pH).......................................................................................................17
2.3.3. Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen-DO)............................................................................17
2.3.4. Salinitas...............................................................................................................................18
III. MATERI METODA............................................................................................................................19
3.1. Makroalga...................................................................................................................................19
3.2. Mikroalga....................................................................................................................................20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................................................................25
4.1. Hasil............................................................................................................................................25
4.2. Mikroalgae..................................................................................................................................25
4.3. Makroalgae.................................................................................................................................35
V. KESIMPULAN......................................................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................................41
LAMPIRAN..................................................................................................................................................44
I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Pantai Teluk Awur terletak di Desa Teluk awur kecamatan Tahunan sekitar 4 km ke
arah selatan dari pusat kota Jepara. Pesisir pantainya yang terkenal sangat panjang dan
berpasir putih. Pantai Teluk awur kondisi airnya cukup bersih karena jauh dari lalangnya
perahu dan kapal. Teluk Awur termasuk dalam wilayah administratif Kabupaten Jepara
yang terletak di sebelah utara Kampus Lima Kelautan Universitas Diponegoro. Perairan
ini terletak antara 110° 30' BT - 110° 35' BT dan 6° 47' LS (Dinas Perikanan Kabupaten
Jepara). Secara umum dapat dikatakan bahwa perairan Teluk Awur dan sekitarnya tergolong
dalam perairan yang masih baik dibandingkan dengan perairan lain di pantai utara Jawa.
Kondisi ini ideal bagi pertumbuhan maupun perkembangbiakan baik flora maupun fauna
perairan. Kemudian dikatakan, keadaan ideal ini perlu dijaga dan dikembangkan khususnya
sebagai lokasi praktek dan penelitian berkaitan dengan Ilmu Kelautan.
Alga adalah organisme berklorofil, tubuhnya merupakan talus (uniselular atau
multiselular), alat reproduksi pada umumnya berupa sel tunggal, meskipun ada juga alga yang
alat reproduksi tersususn dari banyak sel (Sulisetijono, 2009).
Alga dipelajari khusus dalam cabang ilmu biologi yang disebut fikologi. Catatan
pertama mengenai alga ditemukan dalam literatur berbahasa Cina kuno dan dikenal
sebagai Tsao. Istilah alga dalam bahasa Yunani dan Romawi adalahPhycos dan Fucus. Di
Hawai, alga telah di kenal cukup lama sebagai makanan yang disebut Limu (Sulisetijono,
2009). Untuk itu dalam pengamatan Alga ini, kita diharapkan benar- benar mengetahui bercam
keanekaragaman tumbuhan pada air tawar, air kolam, air sungai, dan sebagainya.
Alga merupakan tumbuhan yang hidup pada perairan laut. Alga berukuran besar
tergolong dalam tiga division yakni Chlorophvta (alga hijau), Phaeophvta (alga
coklat), Rhodophyta ( alga merah). Pigmen yang terdapat pada alga merah dapat diketahui
melalui proses ekstraksi dengan menggunakan pelarut aseton, metanol, petrolium eter dan
dietil eter, kemudian dianalisis dengan menggunakan kromatografi lapis tipis dan diserap
dengan spektrofotometer. Hasil penelitian menunjukan bahwa pigmen yang terdapat pada alga
merah K.alvarezii path umumnya adalah B-karoten, feofitin,violaxanthin dan klorofil (Sunadi,
2000).
Habitat alga adalah ditempat yang berair, misalnya air sungai, kolam, rawa,laut, tanah
yang lembab, pohon dan sebagainya. Alga ditemukan disumber air panas, disalju daerah
dan puncak gunung yang tinggi, bahkan diperairan yang mengandung boraks di lamongan
juga ditemukan (Sulistijono, 2009).
Ganggang biru termasuk prokariotik, warnanya hijau kebiruan karena cukup
dominansinya pigmn aden pikosianin. Cirri has yang lainya adalah lapisan glatinous yang
membungkus talus. Talus ganggang ini ada yang berupa sel tunggal, koloni, dan filament.
Ganggang uniseluler ada yang bergerak(motil) dengan bantuan bulu cambuk (flagel).
Misalnya Chalamydomonas. Ganggang uniseluler yang tidak dapat bergerak
misalnya Chlorella (Sulistijono, 2009).
Alga merupakan kelompok tumbuhan rendah terdapat dua tipe sel baik yang bersifat
prokariotik maupun eukariotik. Pada sel prokariotik invaginasimembrane belum sempurna,
oleh karena itu tidak dilengkapi organela. Dengan demikian sel tanpa dilengkapi plastida,
mitokondria, inti, badan golgi, dan flagella. Hal ini berbeda dengan alga yang bersifat
eukariotik, telah dilengkapi organela tersebut. Sel eukariotik dilindungi oleh dinding sel yang
tersusun oleh polisakarida, sebagian dibentuk atau disekresi oleh badan golgi.
Membranplasma (plasmalema) yang menyelubungi bagian sel (Sulitjiono, 2009).
Beberapa alga memiliki siklus hidup dengan pergiliran generasi multi seluler haploid
dan diploid. Beragam siklus hidup telah berevolusi di antara alga coklat, alga merah, dan alga
hijau multiseluler. Siklus yang paling kompleks meliputi pergiliran generasi
(altenation of generations), pergiliran bentuk haploid multiseluler dan bentuk diploid
multiseluler. (perhatikan bahwa kondisi haploid dan diploid bergantian dalam semua siklus
hidup seksual – gamet manusia. Misalnya, adalah suatu tahap haploid- akan tetapi
istilah pergiliran generasihanya dipakai untuk siklus hidup yang meliputi tahapan haploid dan
diploid yang keduanya adalahorganisme multiseluler) (Campbell, 2002).
Individu diploid disebut saprofit karena saprofit menghasilkan sel reproduktif yang
dusebut spora (zoospora). Individu haploid disebut gameterofit, yang dinamai menurut
produksi gametnya. Pada kedua generasi saling bergantian – mereka bergiliran menghasilkan
satu sama lain. Spora yang dilepaskan saprofit berkembang menjadi gameterofit, yang
selanjutnya menghasilkan gamet. Penyatuan dua gamet (fertilisasi, atau singami)
menghasilkan suatu zigot diploid, yang kan tumbuh menjadi suatu saprofit baru (Campbell,
2002).
I.2. Tujuan dan Manfaat
1.2.1. Tujuan Tujuan dari pelaksanaan praktikum mata kuliah algologi adalah sebagai berikut :
a. Mahasiswa dapat mengenal algae baik makroalga maupun mikroalga melalui
ciri- ciri morfologinya
b. Mahasiswa dapat memahami dan melakukan pengambilan sampel makroalga
c. Mahasiswa dapat memahami dan melakukan pengambilan sampel mikroalga
d. Mahasiswa dapat mengidentifikasi alga baik makroalga maupun mikroalga
dengan pengamatan ciri morfologi pada saat pengamatan dihabitat aslinya serta
mahasiswa dapat melakukan teknik pengawetan basah dan kering sampel alga
e. Mahasiswa dapat memahami dan melakukan teknik isolasi dan kutur mikroalga
1.2.2. Manfaat
Manfaat dari praktek lapangan ini adalah mengetahui keanekaragaman algae baik
makroalga maupun mikroalgae di Teluk Awur Jepara, Jawa Tengah
II. STUDI PUSTAKA
II.1. Mikroalgae
Mikroalga merupakan mikroorganisme atau jasad renik dengan tingkat organisasi sel
termasuk dalam tumbuhan tingkat rendah. Mikroalga dikelompokkan dalam filum Thallophyta
karena tidak memiliki akar, batang, dan daun sejati, namun memiliki zat pigmen klorofil yang
mampu melakukan fotosintesis. Mikroalga memiliki klorofil sehingga mampu melakukan
fotosintesis dengan bantuan air, CO2 dan sinar matahari, serta menggunakan bahan anorganik
seperti NO3, NH4, dan PO4, sehingga menghasilkan energi kimiawi dalam bentuk biomassa
seperti karbohidrat, lemak, protein, dan lain-lain. Kemudian energi tersebut digunakan untuk
biosintesis sel, pertumbuhan dan pertambahan sel, bergerak dan berpindah serta reproduksi
(Kabinawa 2001).
Tumbuhan ini umumnya terdiri dari satu sel atau berbentuk seperti benang.
Mikroalga dapat ditemukan di seluruh massa air mulai dari permukaan laut sampai pada
kedalaman dengan intensitas cahaya yang masih memungkinkan terjadinya proses fotosintesis.
Dominasi kelompok mikroalga tertentu dapat menyebabkan perairan tampak berwarna indah
sesuai dengan zat warna atau pigmen yang dikandungnya. Warna hijau muda disebabkan oleh
Dunaliella sp. dan Chlorella sp. Ada juga warna kuning kecoklatan yang disebabkan oleh
Chaetoceros sp., Skletonema sp., Nitzschia sp. serta berbagai jenis lainnya.
Mikroalga mengandung bahan-bahan organik seperti polisakarida, hormon, vitamin,
mineral dan juga senyawa bioaktif. Potensi mikroalga sangat besar sebagai sumber berbagai
produk, diantaranya (1) sebagai sumber protein yang dapat diperoleh dari Chlorella dan
Dunaliella, (2) produksi pigmen, sebagai bahan pewarna dari Spirulina, Haematococcus
(Borowitzka dan Borowitzka 1988), (3) sebagai pakan larva ikan dan non ikan, diperoleh dari
Tetraselmis dan Chaetoceros (Isnansetyo dan Kurniastuty 1995), serta (4) produksi
antimikroba, dihasilkan Chlorella vulgaris, Chaetoceros gracilis.
Pertumbuhan mikroalga sangat erat kaitannya dengan ketersediaan hara makro dan
mikro serta dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh
terhadap pertumbuhan mikroalga, antara lain cahaya, suhu, pH air, dan salinitas (Isnansetyo
dan Kurniastuty 1995).
Unsur hara yang dibutuhkan mikroalga terdiri atas unsur hara makro (N, P, K, S, Fe,
Mg, Si dan Ca) dan unsur hara mikro (Mn, Zn, Co, Bo, Mo, B, Cu, dan lain-lain.). Setiap
unsur hara mempunyai fungsi-fungsi khusus yang ditunjukkan pada pertumbuhan dan
kepadatan yang dicapai. Unsur N, P, dan S penting untuk pembentukan protein. Nitrogen yang
dibutuhkan untuk media kultur dapat diperoleh dari: KNO3, NaNO3, NH4Cl, dan lain-lain.
Fosfor juga merupakan bahan dasar pembentuk asam nukleat, enzim, dan vitamin. Unsur
fosfor dapat diperoleh dari KH2PO4, NaH2PO4, Ca3PO4 dan unsur sulfur dapat diperoleh
dari NH4SO4, CuSO4 (Tjahjo et al. 2002). Unsur K berfungsi dalam metabolisme
karbohidrat dan juga sebagai kofaktor untuk beberapa koenzim. Unsur kalium dapat diperoleh
dari KCl, KNO3, KH2PO4. Unsur Fe berperan dalam pembentukan klorofil dan sebagai
komponen esensial dalam proses oksidasi. Unsur ini dapat diperoleh dari FeCl3, FeSO4,
FeCaH5O7. Unsur Si dan Ca merupakan bahan untuk pembentukan dinding sel atau
cangkang. Vitamin B12 banyak digunakan untuk memacu pertumbuhan melalui rangsangan
fotosintetik (Isnansetyo dan Kurniastuty 1995). Unsur hara mikro dibutuhkan untuk
menjalankan berbagai fungsi dalam pertumbuhan mikroalga, misalnya Mn, Zn diperlukan
untuk fotosintesis, unsur Mo, Bo, Co diperlukan untuk metabolisme nitrogen, serta unsur Mn,
B, Cu untuk fungsi metabolik lainnya (Eyster 1964 diacu dalam Krisanti 2003). Unsur hara
mikro dibutuhkan dalam jumlah kecil tetapi harus ada dan untuk menstabilkan fungsi hara
mikro biasanya ditambahkan senyawa sitrat atau EDTA (Kabinawa 1994).
Mikroalga merupakan organisme autotrof yang mampu membentuk senyawa organik
dari senyawa anorganik melalui proses fotosintesis. Keberadaan cahaya menentukan bentuk
kurva pertumbuhan bagi mikroalga yang melakukan fotosintesis. Cahaya matahari dapat
diganti dengan sinar lampu TL dan kisaran optimum intensitas cahaya bagi mikroalga antara
2000-8000 lux. Pada mikroalga hijau, pigmen yang menyerap cahaya adalah klorofil a,
disamping pigmen lain seperti karotenoid dan xantofil (Tjahjo et al. 2002).
II.2. Makroalgae
Makroalga merupakan jenis tumbuhan seperti rumput laut dan beberapa alga yang
menempel di dasar perairan. Pada umumnya makroalga dapat dilihat dengan mata telanjang.
Diaz Pulido & McCook (2008) makroalga diklasifikasikan sebagai tumbuhan laut karena
mereka berfontosintesis dan memiliki persamaan ekologi dengan tumbuhan lainnya. Namun
makroalga dengan tumbuhan laut lainnya seperti lamun dan mangrove karena pada makroalga
hanya memiliki sedikit akar, daun, bunga, dan jaringan darah. Makroalga memiliki bentuk
yang luas mulai dari jaringan kulit yang sederhana, foliose (daun melambai)
sampaifilamentous (menyerupai benang) dengan struktur cabang yang sederhana sampai
bentuk yang kompleks.
Alga yang hidup dilautan, ada yang memiliki ukuran yang cukup besar, disebut
makroalga. Makroalga melekat pada celah di bebatuan dengan yang bagiannya menyerupai
akar (holdfast) sehingga tidak terbawa arus laut. Air menyokong pertumbuhan bagian yang
menyerupai batang (stipe) dan daun (frond) sehingga beberapa jenis makroalga biasa tumbuh
sangat besar. Makroalga dapat hidup di perairan tawar dan laut. Makroalga tersebar di daerah
litorial dan sublitorial. Dimana pada daerah tersebut masih dapat memperoleh cahaya matahari
yang cukup, sehingga proses fotosintesis dapat berlangsung. Makroalga dapat diklasifikasikan
menjadi 3 divisi berdasarkan kandungan pigmen fotosintetik dan pigmen asesoris, yaitu:
Chlorophyta, Phaeophyta dan Rhodophyta (Kuncoro, 2004).
Makroalga divisi Chlorophyta memiliki thalli berbentuk filamen, membran, dan
tabung. Makroalga tersebut umumnya menempel pada substrat di dasar perairan laut seperti
karang mati, fragmen karang, dan pasir. Chlrophyta dapat bersifat uniseluler atau multiseluler
(Gupta 1981). Makroalga divisi Phaeophyta memiliki bentuk thalli lembaran, bulat atau
menyerupai batang. Thalli tersebut berwarna coklat, berbentuk filamen bercabang, dan
berbentuk seperti lembaran daun (Dawes 1981). Makroalga divisi Rhodophyta memiliki thalli
berbentuk silindris, pipih, dan lembaran. Makroalga tersebut umumnya memiliki thalli
berwarna merah, ungu, pirang, coklat, dan hijau (Bold & Wayne 1985).
Chlorophyta (Alga hijau)
Chlorophyta atau alga hijau mempunyai dinding sel klorofil a, klorofil b, dan
betakaroten serta menyimpan produk hasil fotosintesisnya dalam bentuk pati (amilum). Alga
hijau sudah tidak diragukan lagi sebagai nenek moyang dari tumbuhan. Alga hijau merupakan
makhluk hidup uniseluler dan dapat berkoloni menjadi bentuk multiseluler sederhana
(Ferdinand, 2007).
Makroalga divisi Chlorophyta memiliki thallus berbentuk filamen, membran, dan
tabung. Makroalga tersebut umumnya menempel pada substrat di dasar perairan laut seperti
karang mati, fragmen karang, dan pasir. Chlorophyta memiliki pigmen fotosintetik, berupa
klorofil a dan b, karoten, xantofil, violasantin,dan lutein. Cadangan makanan Chlorophyta
berupa pati, inulin, minyak, dan lemak. Dinding sel umumnya mengandung selulosa,
hemiselulosa dan sporopolenin ( Sulistyawati, 2003 ). Reproduksi aseksual dilakukan dengan
isogami, oogami, dan konjugasi. Reproduksi aseksual dilakukan dengan pembelahan sel dan
fragmentasi thallus.
Phaeophyta
Phaeophyta atau alga cokelat, umumnya terdiri atas organisme multiseluler yang hidup
dilaut dan mempunyai pigmen xantofil (pigmen warna cokelat). Phaeophyta bersifat autotrof
dan menyimpan cadangan makanannya dalam laminarian. Reproduksi seksual Phaeophyta
dilakukan dengan oogami, anisogami, seksual, aseksual dilakukan pembelahan sel atau
fragmentasi thallus.
Terdapat alga cokelat yang merupakan alga laut raksasa dan dapat mencapai panjang
hingga lebih dari 100meter. Alga cokelat digunakan sebagai makanan,pupuk,dan sebagai
sumber pembuatan alginate atau bahan kosmetik (Ferdinand, 2007).
Fucus serratus termasuk ganggang warna cokelat yang berdiferensiasi menjadi bentuk
yang mengapung. Postelsia dan Sargassum cinereum, merupakan contoh alga cokelat yang
banyak dijumpai (Ferdinand, 2007).
Rhodophyta
Rhodophyta mempunyai pigmen berwarna merah (fikoeritrin) yang sangat banyak.
Umumnya, Rhodophyta multiseluler, namun terdapat juga Rhodophyta multiseluler, namun
terdapat juga Rhodophyta yang uniseluler. Alga merah multiseluler umumnya makroskopis
dan struktur tubuhnya menyerupai tumbuhan (thalus). Thalus Pada Rhodophyta berupa helaian
atau seperti tumbuhan. Siklus hidup Rhodophyta berbeda satu sama lain. Tidak seperti alga
lainnya. Untuk kawin, Gamet bergantung pada arus air. Banyak anggota Rhodophyta tubuhnya
dilapisi kalsium karbonat, misalnya coralina (Ferdinand, 2007).
Trono & ganzon-Fortes (1988) dalam Oktaviani (2002), mengatakan banyak jenis
makro alga yang beradaptasi terhadap tipe substrat yang berbeda-beda. Jenis yang menempati
subtrat berpasir umumnya memiliki habitat dengan subtrat yang keras (berbatu), memiliki
“Holdfast” yang berkembang baik, barcabang-cabang atau berbentuk cakram (discoidal) yang
disebut “hapter”, “holdfast” jenis ini mencengkram subtrat dengan kuat dan umumnya
dijumpai di daerah yang berarus kuat.
II.3. Parameter Kualitas Perairan
Parameter kualitas air merupakan cerminan dari faktor fisik, kimia dan biologi
perairan, dimana parameter tersebut harus dapat dikelola dengan baik, sehingga dapat
mendukung terhadap pertumbuhan (Boyd, 1991).
2.3.1. Suhu
Suhu air sangat dipengaruhi oleh jumlah sinar matahari yang jatuh ke permukaan air
yang sebagian dipantulkan kembali ke atmosfer dan sebagian lagi diserap dalam bentuk energi
panas. Pengukuran suhu sangat perlu untuk mengetahui karakteristik perairan. Menurut
Schwoerbel (1987) suhu air merupakan faktor abiotik yang memegang peranan penting bagi
hidup dan kehidupan organisme perairan. Berdasarkan hasil penelitian Goldman (1983)
menunjukkan bahwa terjadi penurunan biomassa dan keanekaragaman ikan ketika suhu air
meningkat lebih dari 28 °C.
2.3.2. Derajat Keasaman (pH)
Nilai pH didefinisikan sebagai negatif logaritma dari konsentrasi ion Hodrogen dan
nilai asam ditunjukkan dengan nilai 1 s/d7 dan basa 7 s/d 14. Kebanyakan perairan umum
mempunyai nilai pH antara 6-9. Perairan yang asam lebih kecil dan dapat menurun sampai 2
(Goldman dan Horne 1983). Pescod (1973) mengemukakan bahwa batas toleransi organisme
perairan terhadap pH bervariasi dan dipengaruhi antara lain suhu, oksigen terlarut, alkalinitas,
kandungan kation dan anion maupun jenis dan tempat hidup organisme.
2.3.3. Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen-DO)
Oksigen dalam perairan bersumber dari difusi ataupun hasil proses fotosintesis
organisme produsen. Oksigen dikonsumsi secara terus menerus oleh tumbuhan dan hewan
dalam aktivitas respirasi (Goldman dan Horne 1983). Pescod (1973) menyatakan bahwa
kandungan oksigen terlarut 2 mg/L dalam perairan sudah cukup untuk mendukung kehidupan
biota akuatik, asalkan perairan tersebut tidak mengandung bahan-bahan yang bersifat racun.
2.3.4. Salinitas
Menurut Nontji (2002), salinitas merupakan ukuran bagi jumlah zat padat yang larut
dalam suatu volume air dan dinyatakan dalam permil, di perairan samudera salinitas biasanya
berkisar antara 34-35 ppt. Di perairan pantai karena terjadi pengenceran, misalnya karena
pengaruh aliran sungai, salinitas bisa turun rendah. Sebaliknya di daerah dengan penguapan
yang sangat kuat, salinitas bisa meningkat tinggi.
LINE TRANSEK 100 M
Ditarik tegak lurus garis pantai
TRANSEK KUADRAN 1m x 1m
Diletakkan pada interval 40m, 70m dan 100m
Catat jumlah spesies makroalga
Ambil masing masing 1 jenis makroalga untuk proses identifikasi di laboratorium
SAMPEL MAKROALGA
Dikemas dan diberi formalin 4%
HASIL
III. MATERI METODA
III.1. Makroalga
3.1.1. Pengambilan sampel
3.1.1.1. Materi
Alat yang digunakan pada praktikum pengambilan sampel makroalga adalah tali
raffia 100 m, plastik 2 kg, toples selai, alas papan, pensil, kertas label, kuadran transek 1x1 m,
botol neril, botol film. Sedangkan bahan yang digunakan adalah formalin 4 %. Praktikum
lapang ini dilaksanakan pada tanggal 7 Mei 2014 di Teluk Awur Jepara dan Praktikum Lab
pada tanggal 9 Mei 2014 di Laboratorium Jurusan Perikanan dan Kelautan.
3.1.1.2. Metode
SAMPEL MAKROALGA
Diklasifikasikan menggunakan buku identifikasi
Diamati dan digambar bentuk Thallus dan Holdfastnya
HASIL
3.1.2. Identifikasi sampel
3.1.2.1. Materi
Identifikasi sampel rumput laut yang ada dengan buku-buku identifikasi yang ada.
Serta teknik pengawetan basah dan kering. Basah, menggunakan formalin 4%. Dan kering
menggunakan kardus 10 x 10 cm yang dijepitkan pada sampel.
3.1.1.2. Metode
III.2. Mikroalga
3.2.1. Pengambilan sampel
3.2.1.1. Materi
Alat yang digunakan pada praktikum pengambilan sampel mikroalga ini adalah
plankton-net no. 25, botol film 3 buah, ember dengan volume 10 liter dan mikroskop.
Sedangkan bahan yang digunakan adalah formalin 4% dan lugol. Praktikum ini dilaksanakan
pada tanggal 6 Mei 2014 di Teluk Awur Jepara.
SAMPEL MIKROALGA DI BOTOL FILM
Dihomogenkan
Diambil menggunakan pipet tetes, teteskan pada objek glass dan tutup dengan cover glass dan letakan di bawah mikroskop
Amati mikroalga yang terdapat di objek glass
Diklasifikasikan menggunakan buku identifikasi
HASIL
3.2.1.2. Metode
3.2.2. Identifikasi sampel
3.2.2.1 Materi
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum identifikasi mikroalga yaitu mikroskop,
object glass, cover glass, pipet, kamera dan buku identifikasi. Sedangkan bahan yang
digunakan adalah sampel mikroalga yang telah diawetkan. Praktikum ini dilaksanakan pada
tanggal 8 Mei 2014 di Laboratorium Jurusan Perikanan dan Kelautan.
SAMPEL MIKROALGA DI BOTOL FILM
Dihomogenkan
Diambil menggunakan pipet tetes, teteskan pada objek glass dan tutup dengan cover glass dan letakan di bawah mikroskop
Amati mikroalga yang terdapat di objek glass
Diklasifikasikan menggunakan buku identifikasi
HASIL
3.2.2.2. Metode
III.3. Isolasi mikroalga
3.3.1. Materi
Alat yang digunakan dalam isolasi mikroalga adalah tabung reaksi, pipet tetes, pipet
kapiler, pembakar Bunsen, pinset, objek glass, tissue, dan mikroskop. Bahan yang digunakan
adalah sampel mikroalga dari alam, aquades steril atau air laut steril, media kultur spesifik
mikroalga. Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 6 Mei 2014 di Laboratorium BBPBAP
(Balai Besar Pembenihan Budidaya Air Payau).
Pipet Kapiler
Dibuat
Pipet tetes dibakar menggunakan pembakan bunsen
Ditarik menggunakan pinset diluar api bunsen
Diberi 3 tetes akuades
Mikroalga dipindahkan ke media lain dengan menggunakan pipet kapiler
Medium pada objek glass
Diberi 1 tetes sampel pada tetesan pertama akuades
Terus dilakukan ke media berikutnya sehingga diperolah mikroalga tunggal
HASIL
Mikroalga dipindahkan ke tabung reaksi yang mengandung media pertumbuhan
Diberi pencahayaan selama 24 jam dan dikultur nonaerasi
3.3.2. Metode
III.4. Kultur mikroalga
3.4.1. Materi
Alat-alat yang digunakan pada praktikum kultur mikroalga ini adalah aquades steril/
air laut mikroalga, botol kultur,lampu neon, rak kultur, pipet tetes, mikroskop, seghwichrafter /
haematocytometer, handcounter, object glass, cover glass, aerator (dengan selang aerasi, batu
aerasi dan infus), gelas ukur dan tissue. Sedangkan bahan yang digunakan adalah bibit kultur
mikroalga. Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 6 Mei 2014 di Laboratorium BBPBAP
(Balai Besar Pembenihan Budidaya Air Payau).
3.4.2. Metode
Pipet Kapiler
Dibuat
Pipet tetes dibakar menggunakan pembakan bunsen
Ditarik menggunakan pinset diluar api bunsen
Diberi 3 tetes akuades
Mikroalga dipindahkan ke media lain dengan menggunakan pipet kapiler
HASIL
Medium pada objek glass
Diberi 1 tetes sampel pada tetesan pertama akuades
Terus dilakukan ke media berikutnya sehingga diperolah mikroalga tunggal
Mikroalga dipindahkan ke tabung reaksi yang mengandung media pertumbuhan
III.5. Kualitas air
3.5.1. Materi
Parameter kualitas air merupakan cerminan dari faktor fisik, kimia dan biologi
perairan, dimana parameter tersebut harus dapat dikelola dengan baik, sehingga dapat
mendukung terhadap pertumbuhan. Pengambilan sampel kualitas air dilakukan dengan cara
yaitu: insitu (lansung diukur di lapangan). Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah
hand refraktometer, botol neril, pipet tetes, dan termometer. Sedangkan bahan-bahan yang
digunakan adalah formalin 4%, air laut, aquades, larutan Na2S2O3, dan amilum.
3.5.2. Metode
a. Salinitas
b. Suhu
Diambil secukupnya
Diukur dengan hand refraktometer
Dicatat hasilnya
Air laut
Hasil
Diambil secukupnya
Diukur dengan hand refraktometer
Dicatat hasilnya
Air laut
Hasil
Diberi larutan H2SO4 pekat 1 ml
Dihomogenkan
Diambil menggunakan botol winkler 250 ml
Dipastikan tidak terjadi gelembung udara
Air laut
Hasil
Ditambahkan kedalamnya larutan MnSO4 dan KOH-KI 1 ml
Air laut yang sudah dihomogenkan dengan larutan MnSO4 dan KOH-KI 1 ml
Didiamkan hingga berbentuk endapan
Diambil sebanyak 100 ml dengan gelas ukur
Air laut 100 ml di labu erlenmeyer
Dititrasi menggunakan larutan Na2S2O3 0,025 N hingga berwarna kuning muda
Ditambahkan indikator amilum 10 tetes hingga berwarna biru tuaDititrasi secara duplo hingga larutan jernih
Kadar oksigen dihitung dengan rumus
c. Oksigen Terlarut (DO)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Hasil
Tabel 1. Data makroalga tiap stasiun kelompok 6
Stasiun Spesies Jumlah Substrat1 Padina australis 6 Batu karang
Dictyota batrayreslana 5 Batu karang
2 Halimeda makroloba 2 Katang matiSargassum vulgare 4 Batu karang
Padina australis 6 Batu karangDictyota batrayresiana 5 Batu karang
3 Padina australis 6 PasirSargassum sp. 3 Batu karang
Halimeda makroloba 3 Batu karang
Tabel 2. Data mikroalga
Waktu Spesies12.00 Plectonema sp.
Raphidium convolutumThalassiothrix dolicatulla
Ulothrix sp.Rhizosolenia sp.
Tribonema ambigumChaetocheros sp.
Fragilaria sp.Thalasiora gracida
Ceratium sp.Phormidium sp.
Thalassionema sp.06.00 Skeletonema sp.
Chaetocheros sp.Leptocylindrus sp.Miserocystus sp.
Nitzschia sp.Stauroneis sp.Richtoriella sp.Stephano pyxirCeratium sp.
Phaecystyc sp.Phormidium sp.
Navicula sp.Jam 18.00 Chaetoceros sp.
Thalassiothrix sp.Macroceres sp.Ceratium sp.
Rhizosolenia sp.Navicula sp.
IV.2. Mikroalgae
KlasifikasiKingdom : Eubacteria Filum : Cyanobacteria Kelas : Cyanophyceae Ordo : Oscillatoriales Famili : Oscillatoriaceae
Genus : Plectonema Spesies : Plectonema sp.
Alga Resource Database (Japan, May 2014)
Klasifikasi
Kingdom: Chromista Filum : Ochrophyta Kelas : Fragilariophyceae Ordo : Thalassionematales Famili : Thalassionemataceae
Genus : Thalassiothrix Spesies : Thalassiothrix sp.
Alga Resource Database (Japan, May 2014)
Sel-sel yang sangat panjang yang dapat koloni soliter atau bentuk memancar.
Sel bisa lurus, sedikit melengkung, atau sigmoid, dan biasanya sangat bengkok. Katup
meningkat di pusat dan apeks, dan duri marjinal yang hadir. Bisa keliru untuk
Thalassionema.
KlasifikasiKingdom : Plantae Filum : Chlorophyta Kelas : Ulvophyceae Ordo : Ulotrichales
Famili : Ulotrichaceae Genus : Ulothrix
Spesies : Ulothrix sp.
Alga Resource Database (Japan, May 2014)
KlasifikasiKingdom : Chromista Filum : Ochrophyta Kelas : Coscinodiscophyceae Ordo : Rhizosoleniales
Famili : Rhizosoleniaceae Genus : Rhizosolenia
Spesies : Rhizosolenia sp.
Alga Resource Database (Japan, May 2014)
Habitatnya di laut, genus plankton, diatom centric yang membentuk rantai,
beristirahat spora jarang terbentuk. Rhizosolenia korset terbentuk dari banyak segmen
dalam kolom longitudinal.
Planktothrix isothrix
Kingdom : Eubacteria Filum : Cyanobacteria Kelas : Cyanophyceae Ordo: Oscillatoriales
Famili : PhormidiaceaeGenus : Planktothrix Spesies : Planktothrix isothrix
Algabase.org.
Planktothrix adalah alga biru-hijau yang hidup bebas berserabut, biasanya
soliter tapi kadang-kadang di mudah disintergrating kelompok. Hampir semua spesies
planktonik, beberapa dari mereka menyebabkan mekar, terutama dalam mesotroph atau
sedikit eutrofik ke waduk eutrofik (biasanya danau). Sel yang sedikit lebih pendek dari
mereka lebar. Akhiran sel-nya luas bulat atau sedikit menyempit dengan penebalan dinding
sel luar.
Tribonema ambiguum
KlasifikasiKingdom : Chromista Filum : Ochrophyta Kelas : Xanthophyceae Ordo : Tribonematales
Famili : Tribonemataceae Genus : Tribonema
Spesies Tribonema ambiguum
Alga Resource Database (Japan, May 2014)
Tribonema memiliki filamen tidak bercabang terdiri dari satu baris memanjang,
sel silinder. Dinding sel tebal terdiri dari silinder ganda terbuka yang tumpang tindih untuk
menyertakan isi sel. Sepotong dinding sel baru dibuat dengan masing-masing pembelahan
sel. Potongan dinding ini muncul berbentuk huruf H dan sangat mirip dengan alga hijau
Microspora. Kedua genera dapat dengan mudah dibedakan dengan uji pati. Sel Microspora
mengandung zat tepung; Sel Tribonema, seperti yang tribophytes lain, tidak. Tribonema
juga memiliki dua atau lebih parietal, seperti disk, pucat kloroplas berwarna hijau atau
emas tanpa pyrenoids yang berbeda dari parietal, kloroplas hijau terang Microspora.
KlasifikasiKingdom : Chromista Filum : Ochrophyta Kelas : Coscinodiscophyceae Ordo : Chaetocerotales
Famili : Chaetocerotaceae Genus : Chaetoceros
Spesies : Chaetoceros sp.Alga Resource Database (Japan, May 2014)
Sel membentuk rantai yang melingkar, melengkung atau lurus. Setae yang
panjang muncul dari sudut-sudut sel. Sebuah spesies soliter sedikit yang ditemukan di
Monterey Bay. Salah satu genera terbesar diatom, sekitar 400 spesies, yang sebagian besar
adalah laut. Beberapa spesies membentuk spora dan / atau auxospores beristirahat.
Chaetoceros spp. sering komponen dominan dari komunitas fitoplankton di Monterey Bay,
dan mereka tersebar luas di seluruh lautan di dunia. . Chaetoceros merupakan spesies yang
memiliki distribusi di seluruh dunia, dan mereka sering mendominasi ekosistem laut.
KlasifikasiKingdom : Chromista Filum : Ochrophyta Kelas : Fragilariophyceae Ordo : Fragilariales
Famili : Fragilariaceae Genus : Fragilaria
Spesies : Fragilaria sp.
(Algabase.org)
KlasifikasiKingdom: Chromista Filum : Ochrophyta Kelas : Coscinodiscophyceae Ordo : Thalassiosirales
Famili : Thalassiosiraceae
Genus : Thalassiosira Spesies : Thalassiosira gravida
Alga Resource Database (Japan, May 2014)
KlasifikasiKingdom : Chromista Filum : Dinophyta Kelas : Dinophyceae Order : Gonyaulacales Family : Ceratiaceae Genus : Ceratium
Spesies : Ceratium sp.
Alga Resource Database (Japan, May 2014)
Tanduk Antapical dan apikal hadir, 1-4 tanduk berjumlah. Sel berat thecate dan
kuning pucat sampai warna emas. Ceratium adalah organisme air, hidup di lingkungan baik
laut dan air tawar. Mereka adalah yang paling umum di daerah beriklim sedang, tetapi
dapat ditemukan di seluruh dunia. Ceratium ditemukan di daerah atas air, di mana ada
cukup cahaya untuk fotosintesis. Tidak seperti spesies dinoflagellata lain seperti
Alexandrium, Ceratium adalah organisme yang relatif tidak berbahaya (
https://microbewiki.kenyon.edu/index.php/Ceratium)
KlasifikasiKingdom : Eubacteria Filum : Cyanobacteria Kelas : Cyanophyceae Order : Oscillatoriales
Family : Phormidiaceae Genus : Phormidium
Spesies : Phormidium sp.
Alga Resource Database (Japan, May 2014)
Thallus: seperti membran, mucilaginous, membentuk massa seperti kecil,
sampai 5 cm tinggi, menempel di dasar, biru-hijau untuk zaitun-hijau. . Trikoma 5,5-11 pM
diam, kusut atau agak paralel, membentuk gelendong filamen, bercabang, agglutinated oleh
lendir amorf yang berbeda; apices sering meruncing. Sel 2-4 pM panjang; dinding
melintang sering tidak jelas dalam trikoma yang lebih tua, terbatas atau tidak terbatas,
kadang-kadang dengan dua baris butiran; isi biru-hijau; sel apikal datar atau flat-kerucut,
dengan terminal yang berbeda bulat atau topi lurus (calyptra). Selubung jelas, tipis, halus,
berwarna, penggabungan.
KlasifikasiKingdom : Chromista Filum : Ochrophyta Kelas : Fragilariophyceae Ordo : Thalassionematales Famili : Thalassionemataceae Genus : Thalassionema
Spesies : Thalassionema sp.
Alga Resource Database (Japan, May 2014)
Sel yang melekat bersama-sama oleh bantalan lendir di ujungnya menjadi
stellata dan atau zig-zag seperti koloni.
KlasifikasiKingdom : Chromista Filum : Ochrophyta Kelas : Coscinodiscophyceae Ordo : Thalassiosirales
Famili : Skeletonemataceae Genus : Skeletonema
Spesies : Skeletonema sp.
Alga Resource Database (Japan, May 2014)
Sel membentuk rantai, terikat oleh tabung eksternal atau proses melangkah
diselenggarakan dalam satu cincin marginal. Dua kloroplas per sel. Distribusinya
kosmopolitan di perairan pantai, termasuk daerah kutub.
KlasifikasiKingdom : Chromista Filum : Ochrophyta Kelas : Coscinodiscophyceae Ordo : Leptocylindrales
Famili : Leptocylindraceae Genus : Leptocylindrus
Spesies : Leptocylindrus sp.
Alga Resource Database (Japan, May 2014)
Rantai ketat dengan berbatasan permukaan katup. Bentuk beristirahat spora.
KlasifikasiKingdom : Bacteria Filum : Cyanobacteria Kelas : Cyanophyceae Ordo : Chroococcales
Famili : Microcystaceae Genus : Microcystis
Spesies : Microcystis sp.
Alga Resource Database (Japan, May 2014)
Microcystis adalah cyanobacteria kolonial uniseluler umum ditemukan di
lingkungan air tawar. Bakteri ini menghasilkan racun berbahaya yang menciptakan resiko
kesehatan bagi penduduk yang tinggal dan panen di daerah yang terkontaminasi di mana
Microcystis mekar. Mekar terjadi ketika tingkat nutrisi lonjakan dalam lingkungan perairan
atau tingkat gizi yang selektif terhadap Microcystis.
KlasifikasiKingdom : Chromista Filum : Ochrophyta Kelas : Bacillariophyceae Ordo : Bacillariales
Famili : Bacillariaceae Genus : Nitzschia
Spesies : Nitzschia sp.
Alga Resource Database (Japan, May 2014)
Nitzschia adalah yang terbesar tunggal diatom genus dan salah satu yang paling
umum, dengan spesies yang terjadi di lingkungan yang ekstrim seperti air organik tercemar.
Nitzschia strain sigma dalam koleksi kultur diisolasi dari hiper Laut Aral saline. Data
molekuler saat ini diperoleh untuk jenis Nitzschia palea dalam upaya untuk menentukan
batas-batas spesies dalam kelompok ini. The Nitzschia fonticola strain menunjukkan
sebuah penurunan seksualitas yang luar biasa dengan produksi pedogamous dari
auxospores di gametangia tidak berpasangan. Di Nitzschia longissima sistem kawin
heterotolik. Pengurangan eksperimental dari ukuran sel ini dimungkinkan dengan
pembedahan memotong ujung sel dengan silet
KlasifikasiKingdom : Chromista Filum : Ochrophyta Kelas : Bacillariophyceae Ordo : Naviculales
Famili : Stauroneidaceae Genus : Stauroneis
Spesies : Stauroneis sp.Alga Resource Database (Japan, May 2014)
Sel simetris terhadap sumbu apikal dan transapical. Katup elips (jarang) untuk
lanset, beberapa spesies berombak-ombak secara garis besar. Apeks dibulatkan menjadi
berbentuk kepala. Raphe lurus.. Daerah pusat berbentuk "dasi kupu-kupu" stauros
berbentuk yang terdiri dari non-lurik, nodul sentral menebal dan biasanya meluas ke margin
katup. Pseudosepta mungkin ada dalam beberapa spesies dan dapat dilihat dalam tampilan
katup pada apeks. Dua kloroplas berbaring sepanjang girdle dan memperluas bawah wajah
katup.
KlasifikasiKingdom : Chromista Phylum : Ochrophyta Kelas : Coscinodiscophyceae Ordo : Melosirales
Famili : Stephanopyxidaceae Genus : Stephanopyxis
Spesies : Stephanopyxis sp.
Alga Resource Database (Japan, May 2014)
Berbentuk silinder, kadang-kadang hampir bulat, sel-sel berbentuk kapsul.
Katup kubah dengan areola heksagonal besar. Sel memiliki banyak kloroplas diskoid atau
lobed. Beberapa spesies membentuk spora beristirahat. Beberapa spesies yang ditemukan di
beriklim air dingin utara, spesies lain yang ditemukan di perairan hangat bersuhu untuk.
KlasifikasiKingdom : Chromista Filum : Ochrophyta Kelas : Bacillariophyceae Ordo : Naviculales
Famili : Naviculaceae Genus : Navicula
Spesies : Navicula sp.
IV.3. Makroalgae
KlasifikasiKingdom : Plantae Divisi : Phaeophyta Kelas : Phaeophyceae Ordo : Dictyotales
Famili : Dictyotaceae Genus : Padina
Spesies : Padina australis
en.wikipedia.org
Padina australis bernama latin lengkap Padina australis hauck. Spesies ini
menunjukkan ciri utama yaitu thali berukuran besar (sekitar 15 cm), membentuk kipas
dengan lebar 2 – 8 cm, dan terdapat segmen-segmen lembaran tipis (lobus) dengan garis-
garis berambut radial. Thalus Padina australis tersusun dari epidermis dan sel parenkim.
Ukuran lembaran thalus yaitu 5 – 10 cm dan bersifat mudah robek. Warna utama adalah
coklat muda kekuning-kuningan, tetapi terkadang warnanya memutih karena adanya
perkapuran di permukaan daun. Bagian atas lobus agak melebar dengan pinggiran rata dan
holdfast berbentuk cakram kecil berserabut.
Padina australis ditemukan hidup di bebatuan pada rataan terumbu karang di
pinggiran pantai, baik di tempat-tempat yang terkena hempasan ombak maupun yang
terlindungi. Padina australis adalah umumnya melekat pada karang atau substrat padat
dengan pegangan erat diskoid, dan relatif besar. Spesies ini tumbuh subur di perairan tropis
dan subtropis karena tidak ada catatan spesies ini dapat ditemukan di perairan beriklim
sedang. Kualitas lingkungan yang mendukung pertumbuhan Padina australis yaitu suhu
perairan 27 – 30OC, salinitas berkisar 28 – 32 ppt, pH 7,5 – 8, kecepatan arus 35 – 80 cm/s,
kecerahan 2 m, kandungan nitrat berkisar antara 0,57 – 1,13 mg/L dan kandungan fosfat
0,44 – 1,09 mg/L. Padina australis di alam dapat pula dijumpai tumbuh pada substrat pasir
dengan kedalaman air laut 10 – 30 cm, suhu 27,25 – 29,75OC dan salinitas 32 – 25 ppt
(Kompas, 2013).
KlasifikasiKingdom : Plantae Divisi : Chlorophyta Kelas : Chlorophyceae Ordo : Caurlepales
Famili : Halimedaceae Genus : Halimeda
Spesies : Halimeda macroloba
en.wikipedia.org
Halimeda macroloba termasuk dalam kelas Chlorophyta yang telah diamati
memiliki ciri-ciri thallusnya membentuk seperti rumpun, memiliki bentuk blade yang
bercabang-cabang dan bentuk bladenya adalah seperti kipas yang sedikit membulat.
Panjang Halimeda macroloba secara keseluruhan adalah 16 cm, panjang dan lebat setiap
blade berbeda-beda yaitu 1-1,5 cm. tekstur bladenya tebal dan sedikit licin dengan warna
bladenya adalah hijau terang. Sedangkan menurut literatur talusnya tegak dan
datar,berwarna gelap hijau muda , panjang sampai 10 cm dan berlabuh di pasir dengan
holdfast bulat besar.
Habitat Halimeda macroloba dalam sebuah literature (Kuncoro, 2004 : 81 )
disebutkan bahwa persebarannya banyak dijumpai pada substrat pasir, pasir lumpuran dan
pecahan karang. Dipaparan pasir tumbuh berasosiasi dengan tumbuhan lamun. Keberadaan
jenis ini banyak dijumpai di perairan laut. Sesuai dengan literature, alga yang telah diamati
terdapat di pantai yang berzona pasang surut. Alga ini juga melekat pada batu-batu karang.
Alga ini terdapat pada tepi-tepi pantai yang terbawa ombak. Sehingga, pengamatan dengan
literature tersebut adalah sesuai.
Klasifikasi Sargassum sp. menurut Bold dan Wynne (1985) :Kingdom : Plantae Divisi : Phaeophyta Kelas : Phaeophyceae Ordo : Fucales
Famili : Sargassaceae Genus : Sargassum
Spesies : Sargassum sp.
en.wikipedia.org
Ciri-ciri umum dari genus ini menurut Bold dan Wynne (1991) sebagai berikut :- Bentuk thallus umumnya silindris atau gepeng.- Cabangnya rimbun menyerupai pohon di darat.- Bentuk daun melebar, lonjong atau seperti pedang.- Mempunyai gelembung udara (bladder) yang umumnya soliter.- Warna thallus umumnya coklat.
Sargassum sp adalah genus terbesar di Phaeophyceae dengan lebih dari 400
spesies Berada di sebagian besar lautan tropis dan subtropis. Ini adalah genus ekologis
dominan di perairan dangkal di subtropis dan tropis (Kilar et al. 1992). Reproduksi
perkembangbiakannya terjadi secara seksual (oogami). Struktur gametnya besar tidak dapat
bergerak, sedangkan pada gamet jantannya kecil dan dapat bergerak. Zigot
berkecambahlangsung menjadi tumbuhan baru.Habitat hidup dalam air, hidupnya sebagai
bentos yang melekat pada suatu substrat dengan benang-benang pendek yang bercabang.
Peranan ganggang ini memiliki peran sebagai sumber nabati berbagai bahan kebutuhan
manusia, misalnya dapat dijadikan sebagai bahan obat-obatan.
Klasifikasi Sargassum vulgare
Kingdom : Plantae Divisio : Phaeophyta Class : Phaeophyceae Ordo : Fucales
Family : Sargassaceae Genus : Sargassum
Species : Sargassum vulgare
en.wikipedia.org
Deskripsi : Sargassum vulgare hidupnya dilaut, ganggang berwarna pirang. Talus
berbentuk pita, bercabang-cabang dan melekat dengan alat pelekat yang berbentuk cakram.
Klasifikasi Dictyota bastrayresiana:
Kingdom : Plantae Divisi : Phaeophyta Kelas : Phaeophyceae Ordo : Dictyotales Famili : Dictyotaceae Genus : Dictyota
Spesies : Dictyota batrayresiana
en.wikipedia.org
Dictyota batrayresiana mempunyai thallus pipih seperti pita mencapai panjang
5 cm dan lebar 2-3 mm, pinggir rata. Percabangan dichotomus dengan ujung meruncing
membentuk rumpun yang rimbun sehingga sering merupakan gumpalan. Warna thallus
coklat tua. Tumbuh menempel pada batu karang mati di daerah rataan terumbu. Sebarannya
tidak begitu luas.
4.4. Parameter Kualitas Air
Parameter kualitas air pada petakan tambak merupakan cerminan dari faktor fisik,
kimia dan biologi perairan, dimana parameter tersebut harus dapat dikelola dengan baik,
sehingga dapat mendukung terhadap pertumbuhan udang (Boyd, 1991).
Suhu
Suhu secara langsung mempengaruhi efesiensi fotosintesis dan faktor yang
menentukan dalam pertumbuhan. Pada kondisi laboratorium, perubahan suhu air dipengaruhi
oleh temperatur ruangan dan intensitas cahaya. Suhu optimum untuk kultur mikroalga di
laboratorium antara 25-32°C (Fogg 1975). Kenaikan temperatur akan meningkatkan kecepatan
reaksi. Umumnya setiap kenaikan 10°C dapat mempercepat reaksi 2-3 kali lipat. Akan tetapi,
temperatur tinggi yang melebihi temperatur maksimum akan menyebabkan proses
metabolisme sel terganggu. Menurut Luning (1990), temperatur optimal untuk tumbuhan
alga dapat dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu : berkisar 0–10 °C untuk alga di daerah
beriklim hangat dan 15°C–30°C untuk alga hidup di daerah tropis, secara fisiologis,
suhu rendah mengakibatkan aktifitas biokimia dalam tubuh thalus berhenti, sedangkan
suhu yang terlalu tinggi akan mengakibatkan rusaknya enzim dan hancurnya mekanisme
biokimiawi dalam thalus makroalga.
pH
Proses fotosintesis mengambil karbondioksida terlarut dari dalam air, yang berakibat
penurunan kandungan CO2 terlarut di air. Penurunan ini akan meningkatkan pH berkaitan
dengan kesetimbangan CO2 terlarut, bikarbonat (HCO3-) dan ion karbonat (CO32-) dalam air.
Oleh karena itu, laju fotosintesis akan terbatas oleh penurunan karbon dalam hal ini
karbondioksida. (Talling 1976 diacu dalam Krisanti 2003). Umumnya pH optimum bagi
pertumbuhan mikroalga adalah 8-8,5. Derajat keasaman perairan merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan makroalga. Nilai pH sangat menentukan molekul karbon
yang dapat digunakan makro alga untuk fotosintesis. pH yang baik untuk pertumbuhan alga
hijau dan alga coklat berkisar antara 6 hingga 9. Beberapa jenis alga toleran terhadap kondisi
pH yang demikian (Bold et al., 1985).
Salinitas
Fluktuasi salinitas secara langsung menyebabkan perubahan tekanan osmosis di
dalam sel mikroalga. Salinitas yang tinggi atau rendah dapat menyebabkan tekanan osmosis di
dalam sel juga menjadi lebih rendah atau lebih tinggi sehingga aktivitas sel menjadi terganggu.
Hal ini dapat mempengaruhi pH sitoplasma sel dan menurunkan kegiatan enzim di dalam sel.
Salinitas optimum bagi pertumbuhan mikroalga antara 25-35 ‰ (Tjahjo et al. 2002).
Sedangkan menurut Luning (1990), makroalga umumnya hidup di laut dengan salinitas
antara 30-32‰, namun banyak jenis makro alga hidup pada kisaran salinitas yang
lebih besar. Salinitas berperan penting dalam kehidupanmakroalga. Salinitas yang terlalu
tinggi atau terlalu rendah akan menyebabkan gangguan pada proses fisiologis.
V. KESIMPULAN
Dari praktikum di Pantai Teluk Awur didapatkan hasil sebagai berikut:
1. Mikroalga yang berada di Perairan Pantai Teluk Awur berjumlah 23 spesies.
2. Melakukan isolasi dengan metode pipet kapiler.
3. Kualitas fisik dan kimia air menunjukkan bahwa kondisi temperatur, salinitas, pH, dan
DO perairan Pantai Teluk Awur dalam keadaan kurang baik untuk kehidupan biota
akuatik di dalamnya, khususnya mikroalga dan makroalga. Hal ini disebabkan oleh kadar
DO yang terlalu rendah dan salinitas yang kurang.
DAFTAR PUSTAKA
Bold, Wyne. 1985. Introduction to The Algae Second Edition. New Delhi : Prenctice Hall of India
Borowitzka MA, Borowitzka LJ. 1988. Micro-algal Biotechnology. Great Britain: Cambridge University Press.
Boyd, C. E., (1991), Water Quality Management in Pond Fish Culture, Auburn University, Auburn.
Campbell, N.A, J.B.Reece & L.G. Mitchell. 2002. Biologi Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Dawes, C.J. 1981 Marine Botany. John wiley & Sons, inc., New York : x + 628 hlm.
Diaz-Pulido G & McCook L. 2008. Macroalgae (Seaweed) in China, (ed) The state of great barrier reef on-line. Reat barrier reef marine park authority, Townsville.
Evensen, D. L. & Hasle, G. R. 1975. The morphology of some Chaetoceros(Bacillariophyceae) species as seen in the electron microscopes. Nova Hedwigia Beih. 53:153-184.
Ferdinand, Fictor., Ariebowo, Mukti. 2007. Praktis Belajar Biologi. Visindo Media Persada: Jakarta.
Fogg GE. 1975. Algal Culture and Phytoplankton Ecology. London: The University of Wisconsin Press.
Goldman, C.R. and A.J. Horne. 1983. Limnology. Mc. Graw Hill. International Book Company, Tokyo.
Gupta, JS. 1981. Textbook of Algae. New Delhi : Mc.Graw Hill Company
Isnansetyo A, Kurniastuty. 1995. Teknik Kultur Phytoplankton dan Zooplankton. Pakan Alami untuk Pembenihan Organisme Laut. Yogyakarta: Kanisius
Kabinawa INK. 1994. Kultur Mikroalga: Aspek dan Prospek. Prosiding Seminar Nasional Bioteknologi Mikroalga. Bogor: Puslitbang-Biotek. LIPI.
Kilar, J.A. 1992. Seasonal and between-plant variability in themorphology ofSargassum mathiesoniisp. nov. (Phaeophyta) from the Gulf of Mexico. J. Phycol. 28: 114–126.
Kompas. 2013. Padina Australis Alga Coklathttp://edukasi.kompasiana.com/2013/06/21/padina-australis-alga-coklat-571079.html (diakses tanggal 19 mei 2014)
Krisanti M. 2003. Peran zeolit sebagai substrat dan penyedia unsur hara bagi mikroalga [tesis]. Bogor: Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.
Kuncoro, Eko Budi. 2004. Akuarium Laut. Kannisius: Yogyakarta.
Luning., 1990. Seaweeds, Their Environment, Biogeography And Ecophysiology.John Wiley and Sons. New York.
Nontji, A., 2002. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta.
Oktaviani, D. 2002. Distribusi Sapsial Makro Alga di Perairan Kepulauan Spermonde. Jurusan Ilmu Kelautan, Universitas Hasanuddin. Makassar
Panggabean, L. M. G. 2007. Koleksi Kultur Mikroalgae. Oseana. 23 (2) : 11-20.
Pescod. M.B. 1973. Investigation of Rational Effluent Stream Standards for Tropical Countries. AIT. Bangkok.
Prihatini, N. B., W. Rachmayanti, W. Wardhana. 2007. Pengaruh Variasi Fotoperiodisitas Terhadap Pertumbuhan Chlorella Dalam Medium Basal Blod. Biota Vol 12 (1): 32-39
Schwoerbel, R.A. 1987. Handbook of Limnology. Ellis Harwood. John Willey and Sons, New York.
Sulisetijono, 2009. Bahan Serahan Alga. Malang: UIN Press.Sulistyowati, L. 2003. Analisis Kebijakan Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengelolaan
Sumber Daya Alam Gugus Kepulauan. Kannisius: Yogyakarta.Sunandi, Maino. 2000. Analisis Pigmen Alga. Riau: UIN PressTjahjo W, Erawati L, Hanung S. 2002. Budidaya Fitoplankton dan Zooplankton. Direktorat
Jendral Perikanan Budidaya Departemen Kelautan dan Perikanan: Proyek Pngembangan Perekayasaan Ekologi Balai Budidaya Laut Lampung.
LAMPIRAN