Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN AKUNTABILITAS
KINERJA SATKER (109003) DANA DEKONSENTRASI - 07
DINAS KESEHATAN PROVINSI JAMBI
TAHUN 2020
Jalan RM. Nur Atmadibrata No.08 Telanaipura Telp. (0741) 62701, 63244, 62251, 62319 Fax. (0741) 61175, 62319
JAMBI
ii
IKHTISAR EKSEKUTIF
Laporan kinerja Program Kefarmasian dan Alkes Satker 109003
(07) Dinas Kesehatan Provinsi Jambi Tahun Anggaran 2020 disusun
sebagai wujud pertanggungjawaban atas kinerja berdasarkan rencana
strategis yang telah ditetapkan. Laporan kinerja disusun sesuai amanat
Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Menteri Pendayagunaan aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk
Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 2416/Menkes/Per/XII/2011 tentang petunjuk Pelaksanaan
Penetapan Kinerja dan Pelaporan akuntabilitas Kinerja Kementerian
Kesehatan. Pada dasarnya laporan ini menyajikan gambaran atau
memberikan informasi mengenai berbagai capaian kinerja sesuai dengan
sasaran indikator kinerja yang tertuang dalam Rencana Strategis
(Renstra) Program Kefarmasian dan Alkes Kementerian Kesehatan RI
Tahun 2020 – 2024 dan Rencana Strategis (Renstra) Program
Kefarmasian dan Alkes Dinas Kesehatan Provinsi Jambi Tahun 2016-
2021. Laporan kinerja ini juga merupakan hasil konkrit dalam
pelaksanaan berbagai program/kegiatan di Seksi Farmasi dan Perbekalan
Kesehatan yang disusun sebagai wujud pertanggungjawaban atas
Rencana Kerja Tahunan (RKT) yang tertuang dalam Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran Tahun 2020.
Peraturan Gubernur Jambi Nomor 36 tahun 2016 tentang
Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, serta Tata Kerja
Dinas Kesehatan Provinsi Jambi. Secara terinci Uraian Tugas dan Fungsi
Program Kefarmasian dan Alkes tertuang didalam Tugas dan Fungsi :
A. Seksi Kefarmasian pada paragraf 5 Pasal 40 yang berbunyi seksi
kefarmasian mempunyai tugas membantu bidang dalam rangka
menyiapkan, merumuskan dan pelaksanaan kebijakan operasional,
iii
bimbingan teknis dan supervisi, koordinasi lintas program dan sektor
serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan dibidang pelayanan
kefarmasian.
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal
40, seksi kefarmasian menyelenggarakan fungsi;
1. Penyiapan bahan rumusan kebijakan operasional kefarmasian
meliputi; penggunaan obat rasional, manajemen klinikal
farmasi,analisa farmako ekonomi, seleksi obat dan alat kesehatan,
obat dan pangan, obat tradisional dan kosmetika, narkotika,
psikotropika, prekusor farmasi, kemandirian obat dan bahan baku
sediaan farmasi dan pengamanan pangan dalam rangka upaya
kesehatan, pengendalian harga dan pengaturan pengadaan,
pengendalian obat publik, vaksin dan perbekalan kesehatan,
perizinan usaha kecil obat tradisional (UKOT), rekomendasi pedagang
besar farmasi(PBF).
2. Pelaksanaan kebijakan operasional kefarmasian melipiti; penggunaan
obat rasional, manajemen klinikal farmasi,analisa farmako ekonomi,
seleksi obat dan alat kesehatan, obat dan pangan, obat tradisional
dan kosmetika, narkotika, psikotropika, prekusor farmasi,kemandirian
obat dan bahan baku sediaan farmasi dan pengamanan pangan
dalam rangka upaya kesehatan, pengendalian harga dan pengaturan
pengadaan, pengendalian obat publik, vaksin dan perbekalan
kesehatan,perizinan usaha kecil obat tradisional (UKOT),rekomendasi
pedagang besar farmasi (PBF).
3. Pelaksanaan bimbingan teknis dan suvervisi kefarmasian meliputi;
penggunaan obat rasional, manajemen klinikal farmasi, analisa
farmakoekonomi, seleksi obat dan alat kesehatan, obat dan pangan,
obat tradisional dan kosmetika, narkotika, psikotropika, prekusor
farmasi, kemandirian obat dan bahan baku sediaan farmasi dan
pengamanan pangan dalam rangka upaya kesehatan, pengendalian
harga dan pengaturan pengadaan, pengendalian obat publik, vaksin
iv
dan perbekalan kesehatan, perizinan usaha kecil obat tradisional
(UKOT), rekomendasi pedagang besar farmasi (PBF).
4. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan kefarmasian
meliputi; penggunaan obat rasional, manajemen klinikal
farmasi,analisa farmako ekonomi, seleksi obat dan alat kesehatan,
obat dan pangan, obat tradisional dan kosmetika, narkotika,
psikotropika, prekusor farmasi,kemandirian obat dan bahan baku
sediaan farmasi dan pengamanan pangan dalam rangka upaya
kesehatan, pengendalian harga dan pengaturan pengadaan,
pengendalian obat publik, vaksin dan perbekalan kesehatan,
perizinan usaha kecil obat tradisional (UKOT), rekomendasi pedagang
besar farmasi(PBF).
5. Pelaksanaan koordinasi lintas program dan lintas sektor di bidang
kefarmasian meliputi; penggunaan obat rasional, manajemen klinikal
farmasi,analisa farmako ekonomi, seleksi obat dan alat
kesehatan,obat dan pangan, obat tradisional dan kosmetika,
narkotika, psikotropika, prekusor farmasi, kemandirian obat dan
bahan baku sediaan farmasi dan pengamanan pangan dalam rangka
upaya kesehatan, pengendalian harga dan pengaturan pengadaan,
pengendalian obat publik, vaksin dan perbekalan kesehatan,
perizinan usaha kecil obat tradisional (UKOT), rekomendasi pedagang
besar farmasi (PBF).
6. Pelaksanaan bimbingan,pembinaan dan penilaian terhadap staf
dilingkungannya; dan
7. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan atasan sesuai dengan bidang
tugasnya.
B. Seksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
(PKRT) mempunyai tugas membantu bidang dalam rangka
menyiapkan perumusan dan pelaksanaan dan kebijakan operasional,
bimbingan teknis dan supervisi, koordiansi lintas program dan sektor
v
serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan dibidang Alat Kesehatan
dan PKRT.
Secara terinci Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Daerah Provinsi
Jambi paragraf Kelima pasal 43, Seksi Seksi Alat Kesehatan dan PKRT
menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :
1. Penyiapan bahan rumusan kebijakan operasional alat kesehatan
dan PKRT meliputi Penilaian Alkes dan PKRT, Produk perbekalan
kesehatan rumah tangga dan produk mandiri, Pembakuan dan
sertifikasi produksi dan didtibusi alkes dan PKRT, Pengawasan
Produk Alkes dan PKRT,
2. Pelaksanaan kebijakan operasional alat kesehatan dan PKRT
meliputi, Penilaian Alkes dan PKRT, Produk PKRT dan produk
mandiri, Pembakuan dan sertifikasi produksi dan distribusi alkes
dan PKRT, Pengawasan produk alkes dan PKRT,
3. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi alat kesehatan dan
PKRT meliputi, Penilaian Alkes dan PKRT, Produk PKRT dan produk
mandiri, Pembakuan dan sertifikasi produksi dan distribusi alkes
dan PKRT, Pengawasan produk alkes dan PKRT,
4. Pelaksanaan pemantauan , evaluasi dan pelaporan alat kesehatan
dan PKRT meliputi, Penilaian Alkes dan PKRT, Produk PKRT dan
produk mandiri, Pembakuan dan sertifikasi produksi dan distribusi
alkes dan PKRT, Pengawasan produk alkes dan PKRT,
5. Pelaksanaan koordinasi lintas program dan lintas sektor di bidang
alat kesehatan dan PKRT meliputi, Penilaian Alkes dan PKRT,
Produk PKRT dan produk mandiri, Pembakuan dan sertifikasi
produksi dan distribusi alkes dan PKRT, Pengawasan produk alkes
dan PKRT,
6. Pelaksanaan bimbingan , pembinaan dan penilaian terhadap staf
dilingkungannya,dan
vi
7. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan atasan sesuai dengan
bidang tugasnya.
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024,
yang tertuang dalam RPJMN 2020-2024 (Tahap IV) dengan arah
kebijakan yaitu meningkatkan Meningkatkan akses dan mutu pelayanan
kesehatan menuju cakupan kesehatan semestadengan penekanan pada
penguatan pelayanan kesehatan dasar (Primary Health Care) dan
peningkatan upaya promotif dan preventif didukung oleh inovasi dan
pemanfaatan sasaran Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan adalah
meningkatnya akses kemandirian, dan sediaan farmasi dan alat
kesehatan, dengan tujuan prioritas RPJMN dan Strategi Penguatan
system Kesehatan dan Pengawasan Obat dan Makanan adalah :
1. Efisiensi penyediaan obat dan vaksin dengan mengutamakan
kualitas produk
2. Penguatan sistem logistic farmasi (real time) berbasis elektronik.
3. Peningkatan promosi dan peningkatan promosi dan pengawasan
penggunaan obat rasional.
4. Pengembangan obat, produk biologi, reagen, dan vaksin
bersertifikat halal yang didukung oleh penelitian dan
pengembangan life sciences.
5. Pengembangan produksi dan sertifikasi alat kesehatan untuk
mendorong kemandirian produksi dalam negeri.
Tujuan diatas menjadi tolak ukur dalam penetapan indikator program
kefarmasian dan Alat Kesehatan sebagai berikut :
1. Persentase Kabupaten/Kota dengan ketersediaan obat esensial untuk
tahun 2020 target sebesar 85%
2. Persentase Alat Kesehatan yang memenuhi syarat dengan target
tahun 2020 sebesar 91%
3. Persentase Puskesmas dengan ketersediaan Vaksin Imunisasi Dasar
Lengkap dengan target tahun 2020 sebesar 95%
vii
4. Menurunnya Impor bahan baku obat dengan target sebesar 5%
sampai dengan tahun 2024
5. Menurunnya impor alat kesehatan dengan target sebesar 15 %
sampai dengan tahun 2024
Dari indikator pencapaian kinerja tahun 2020 tersebut diatas, diperoleh
capaian yaitu sebagai berikut :
1. Persentase Kabupaten/Kota dengan ketersediaan obat esensial
sebesar 95 %.
2. Persentase Alat Kesehatan yang memenuhi syarat sebesar 100%.
3. Persentase Puskesmas dengan ketersediaan vaksin Imunisasi dasar
lengkap sebesar 100%
Tercapainya indikator yang telah ditetapkan karena adanya dukungan
dan kerjasama dari seluruh pemangku kebijakan dan penanggung jawab
program sehingga berbagai kendala dan hambatan dalam
pelaksanaannya dapat di minimalkan terutama pada masa pandemic
Covid-19 saat ini, untuk itu perlu adanya evaluasi dan kerja keras
bersama dari seluruh komponen, pendayagunaan sumber daya yang
optimal dan diperlukan penguatan terutama dalam perencanaan
penyusunan peraturan perundang-undangan bidang kefarmasian dan
alat kesehatan serta monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan.
Melaksanakan tugas pokok dan fungsi, Program Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Jambi melalui dana Dekonsentrasi
didukung oleh anggaran DIPA tahun 2020 yang semula sebelum efisiensi
sebesar Rp. 1.449.744.000,- (Satu miliar empat ratus empat puluh
sembilan juta tujuh ratus empat puluh empat ribu rupiah), namun
setelah terjadi efisiensi pandemic Covid-19 menjadi Rp. 423.494.000,-
(Empat ratus dua puluh tiga juta empat ratus sembilan puluh empat
rupiah) dengan Realisasi tahun anggaran 2020 sebesar
Rp. 421.539.921,- (Empat ratus dua puluh satu juta lima ratus tiga puluh
sembilan ribu sembilan ratus dua puluh satu rupiah) dengan persentase
sebesar 99.54%.
viii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR…….…………………………………………………….. i
IKHTISAR EKSEKUTIF………………………………………………..…….. ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………. viii
DAFTAR TABEL………………………………………………………………… ix
DAFTAR GRAFIK……………………………………………………………….. x
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………….. xi
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………
A. LATAR BELAKANG…………………………………………………….
B. MAKSUD DAN TUJUAN……………………………………………….
C. ASPEK STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL BINA
KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN……………………………..
D. STRUKTUR ORGANISASI……………………………………………….
E. SISTEMATIKA……………………………………………………………..
BAB II PERENCANAAN KINERJA……………………………………………..
A. RENCANA STRATEGIS………………………………………………….
B. PERJANJIAN KINERJA….……………………………………………….
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA…………………………………………..
A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI…………………………………….
1. PENGUKURAN KINERJA………………………………………….…
2. ANALISIS AKUNTABILITAS KINERJA……………………………..
B. REALISASI ANGGARAN.……………………………………………….
BAB IV PENUTUP………………….……………………………………………..
1
1
1
2
4
5
7
7
17
20
20
20
20
34
36
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Indikator Kinerja dan Target Program Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Tahun 2020-2024 .............................................................
9
Tabel 2. Cara Perhitungan Indikator Kinerja Program Kefarmasian dan
Alat Kesehatan ....................................................................................
9
Tabel 3. Sasaran Kegiatan pada Program Kefarmasian dan Alat
Kesehatan ...........................................................................................
10
Tabel 4. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase
Ketersediaan Obat dan Vaksin di Puskesmas Tahun 2020 ................
11
Tabel 5.
Tabel 6.
Tabel 7.
Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Produk
Alat Kesehatan yang Memenuhi Syarat Tahun
2020………………………………………………...
Data hasil pemeriksaan sample alat kesehatan yang di uji
tahun 2020..................................................................................
Capaian indikator kinerja program kefarmasian dan alat
kesehatan Tahun 2020 …………………………………………….
15
16
20
Tabel 8. Target, Realisasi Indikator Persentase Penggunaan Obat
sesuai FORNAS di Puskesmas Tahun 2020 ......................................
22
Tabel 9.
Tabel 10.
Capaian kegiatan sosialisasi, evaluasi pelaksanaan Gema
Cermat, dan Optimalisasi AoC dalam rangka mendukung
Germas di Kabupaten/Kota/Provinsi ...................................................
Rincian Kegiatan, keluaran, jumlah dana dan realisasi Tahun
Anggaran 2020……………………………………………………
26
34
x
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 1. Persentase Kabupaten/kota dengan etersediaan Obat esensial
di Puskesmas Tahun 2020 ...............................................................
23
Grafik 2. Persentase Rumah Sakit yang melaksanakan Evaluasi
Penggunaan Obat sesuai Fornas tahun 2020 ....................................
34
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Struktur Organisasi Seksi Kefarmasian Dinas Kesehatan
Provinsi Jambi Tahun 2020 .................................................................
4
Gambar 2.
Struktur Organisasi Seksi Alkes dan Perbekalan Rumah
Tangga (PKRT) Dinas Kesehatan Provinsi Jambi Tahun 2020 ..........
5
Gambar 3.
Gambar 4.
Gambar 5.
Gambar 6.
Dokumentasi pelaksanaan sampling Alat Kesehatan…….....
Perjanjian Kenerja Pengelola Dana Dekonsentrasi Tahun
Anggaran 2020 ....................................................................................
Dokumentasi pelaksanaan kegiatan meningkatkan
kemampuan SDM dalam Implementasi FORNAS & Analisis
Farmakoekonomi di RS Tahun
2020……………………………………………………..
Dokumentasi pelaksanaan kegiatan sosialisasi, evaluasi
pelaksanaan Gema Cermat dan Optimalisasi AoC dalam
mendukung Germas di Kab/Kota/Provinsi…….........................
14
19
25
27
Gambar 7.
Dokumentasi pelaksanaan kegiatan Workshop E-Monev
Katalog dan SIPNAP untuk unit layanan …………………………
29
Gambar 8.
Gambar 9.
Dokumentasi pelaksanaan kegiatan peningkatan kemampuan
SDM dalam melakukan monitoring perizinan sarana prodis
kefarmasian ………………………………………………………….
Dokumentasi kegiatan Rapat Koordinasi Nasional di Pekanbaru
Tahun 2020...................................................................................
30
33
xii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Program Kefarmasian dan Alkes di Dinas Kesehatan Provinsi Jambi
sesuai dengan Peraturan Gubernur Jambi Nomor 36 tahun 2016 tentang
Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, serta Tata Kerja
Dinas Kesehatan Provinsi Jambi dibagi menjadi seksi Kefarmasian dan
Seksi Alkes dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) yang
secara terinci Uraian Tugas dan Fungsi tertuang sebagai berikut :
Seksi Kefarmasian pada paragraf 5 Pasal 40 yang berbunyi seksi
kefarmasian mempunyai tugas membantu bidang dalam rangka
menyiapkan, merumuskan dan pelaksanaan kebijakan operasional,
bimbingan teknis dan supervisi, koordinasi lintas program dan sektor
serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan dibidang pelayanan
kefarmasian. Sedangkan Seksi Alkes dan Perbekalan Kesehatan Rumah
Tangga (PKRT) mempunyai tugas membantu bidang dalam rangka
menyiapkan perumusan dan pelaksanaan dan kebijakan operasional,
bimbingan teknis dan supervisi, koordiansi lintas program dan sektor
serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan dibidang Alat Kesehatan dan
PKRT.
Rincian dari uraian tugas dan fungsi kedua Seksi tersebut telah
disebutkan pada ikhtisar eksekutif, sehinga meskipun dengan seksi yang
berbeda namun diharapkan cakupan kedua seksi tersebut dalam
Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan dapat mewakili laporan Kinerja
Akuntabilitas Satker 109003 (07) Dinas Kesehatan Provinsi Jambi.
B. MAKSUD DAN TUJUAN
Laporan Kinerja Program Kefarmasian dan Alkes Dinas Kesehatan
Provinsi Jambi Satker 109003 (07) merupakan bentuk akuntabilitas dari
pelaksanaan tugas dan fungsi yang diberikan kepada Program
Kefarmasian dan Alkes Dinas Kesehatan Provinsi Jambi atas penggunaan
2
anggaran. Pelaporan kinerja memberikan informasi kinerja yang terukur
atas kinerja yang telah dicapai dan sebagai upaya perbaikan
berkelanjutan untuk meningkatkan kinerja.
C. ASPEK STRATEGIS SEKSI KEFARMASIAN DAN SEKSI ALAT
KESEHATAN & PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA
(PKRT)
Sesuai dengan Peraturan Gubernur Jambi Nomor 36 tahun 2016
tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, serta Tata
Kerja Dinas Kesehatan Provinsi Jambi. Disebutkan bahwa tugas dan
fungsi Seksi Kefarmasian pada paragraf 5 Pasal 40 yang berbunyi seksi
kefarmasian mempunyai tugas membantu bidang dalam rangka
menyiapkan, merumuskan dan pelaksanaan kebijakan operasional,
bimbingan teknis dan supervisi, koordinasi lintas program dan sektor
serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan dibidang pelayanan
kefarmasian. Sedangkan Seksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan
Rumah Tangga (PKRT) mempunyai tugas membantu bidang dalam
rangka menyiapkan perumusan dan pelaksanaan dan kebijakan
operasional, bimbingan teknis dan supervisi, koordiansi lintas program
dan sektor serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan dibidang Alat
Kesehatan dan PKRT.
Keberhasilan pelaksanaan kegiatan dan program di Seksi
Kefarmasian dan Seksi Alat Kesehatan & PKRT yang telah
terangkum dalam program kefarmasian dan Alkes Dinas Kesehatan
Provinsi Jambi tahun 2020 ditentukan oleh bagaimana
mengoptimalkan sumber daya yang ada dalam lingkungan yang
kondusif dan meminimalkan hambatan dan kendala yang ada.
Hambatan yang ada menjadi bahan perbaikan dan koreksi bagi Program
Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Jambi
tahun 2020 untuk lebih meningkatkan kinerja di masa yang akan
datang. Berikut adalah hambatan yang ditemui dalam pelaksanaan
kegiatan dan program tahun 2020 sebagai berikut :
3
1. Masih kurangnya kualifikasi dan kurangnya tenaga untuk
melaksanakan kegiatan teknis dan administratif. Di tingkat provinsi
(Dinkes Provinsi Jambi), jumlah dan kualifikasi tenaga teknis
kefarmasian masih kurang. Pada tahun 2020 pada seksi Kefarmasian
terdapat 1 (satu) orang magister kesehatan, 1 (satu) orang magister
Kefarmasian, 4 (empat) orang tenaga Apoteker, sarjana farmasi 2
orang, Sarjana Kesehatan Masyarakat 6 (enam) orang, Diploma Tiga
Kefarmasian 3 (tiga) Orang, dan pada seksi Alat Kesehatan &
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) terdapat 1 (satu) orang
magister kesehatan 1 (satu) orang sarjana hukum dan 3 (tiga) orang
diploma III farmasi untuk menjalankan kegiatan baik sumber dana
APBD maupun APBN. Sementara di tingkat kab/kota sumber daya
kefarmasian juga masih menjadi kendala dalam pelaksanaan program
kefarmasian dan Alat Kesehatan, akibatnya kegiatan kefarmasian
dilaksanakan oleh tenaga non kefarmasian.
2. Pencapaian persentase indikator kinerja program sebagaian besar
masih mengacu pelaporan kegiatan program, sehingga
validitasnya belum dapat terukur pasti. Masih rendahnya komitmen
dan kerjasama dalam membangun sinergis lintas program dan lintas
sektor, untuk mendukung tercapainya program kefarmasian.
3. Terjadinya perubahan pada pelaksanaan kegiatan yang tidak sesuai
dengan perencanaan diakibatkan terjadinya efisiensi akibat
Pandemic Covid-19 sehingga beberapa kegiatan tidak dapat
dilaksanakan.
4. Adanya beberapa kegiatan yang tidak sesuai dengan perencanaan
sehingga menyebabkan silpa (Pengembalian dana ke Negara
karena penyesuaian anggaran dengan kebutuhan kegiatan) yang
mengakibatkan tidak maksimalnya realisasi keuangan pada
sebagian pelaksanaan kegiatan
5. Belum terselenggaranya manajemen data dan informasi hasil
pelaksanaaan kegiatan pencapaian indikator kinerja yang
terintegrasi sehingga hasilnya belum dimanfaatkan maksimal.
4
D. STRUKTUR ORGANISASI
Sesuai dengan Peraturan Gubernur Jambi Nomor 36 tahun 2016
tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, serta Tata
Kerja Dinas Kesehatan Provinsi Jambi dengan Untuk menjalankan Tugas
Pokok dan Fungsi Organisasi yang telah terpisah antara Seksi Kefarmasian
dan Seksi Alat Kesehatan & Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT)
Dinas Kesehatan Provinsi Jambi di pimpin oleh seorang Kepala Seksi di
bantu oleh Penanggungjawab kegiatan. Selengkapnya Struktur Organisasi
Seksi Kefarmasian dan Seksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan
Rumah Tangga (PKRT) sebagai berikut :
1. Struktur Organisasi Seksi Kefarmasian
Gambar 1. Struktur Organisasi Seksi Kefarmasian Dinkes Prov Jambi Tahun 2020
PROGRAM TATA KELOLA OBAT
1. Dian Prima K, S,Farm.Apt 2. Drs. Rusdil A, Apt 3. Sri Martini,AM.Far 4. Nuraini Hrp,SKM 5. A.Fatah,AM.Far 6. Mutiara Vani,S.Farm. Apt 7. Beti Yunita,AM.Far
PROGRAM PRODIS KEFARMASIAN
1. Hj. Putri Rumbia B,
SKM 2. Sugiarti,SKM 3. Yeyen Andriani,DEP,
SKM
KEPALA SEKSI KEFARMASIAN Abdul Somad, SPd.MKes
SEKRETARIAT
1. Riris Erlides, SKM
2. Rahmi Hidayati,S.Farm
PROGRAM PELAYANAN
KEFARMASIAN
1. Eni Rahmini,S.Si,Apt 2. Restu Restalita,
S.Farm 3. Marwan Tony, SKM
5
2. Struktur Organisasi Seksi Alat Kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga (PKRT)
Gambar 2. Struktur Organisasi Seksi Alkes dan PKRT Dinkes Prov. Jambi tahun 2020
E. SISTEMATIKA
Sistematika laporan kinerja Seksi Kefarmasian dan Perbekalan Kesehatan
Tahun 2020 sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan
Pada bab ini disajikan penjelasan umum organisasi, dengan
penekanan kepada aspek strategis organisasi serta
permasalahan utama yang sedang dihadapi organisasi.
Bab II Perencanaan Kinerja
Pada bab ini diuraikan ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja
tahun yang bersangkutan.
Kasie Alat Kesehatan dan PKRT
Syahrial,SKM.M.Kes
Penngawasan Alkes dan PKRT 1. RTS, Siti Habsah,Amf 2. Helmi, Am.Far 3. Ahmad Kasim, SKM
Penilaian Alkes dan PKRT 1. Shandra Eka Putri,SH 2. Alona Siska Putri,AMF
6
Bab III Akuntabilitas Kinerja
A. Capaian Kinerja Organisasi
Pada sub bab ini disajikan capaian kinerja organisasi untuk
setiap pernyataan kinerja sasaran strategis organisasi
sesuai dengan hasil pengukuran kinerja organisasi. Untuk
setiap pernyataan kinerja sasaran strategis tersebut
dilakukan analisis capaian kinerja.
B. Realisasi Anggaran
Pada sub bab ini diuraikan realisasi anggaran yang
digunakan dan yang telah digunakan untuk mewujudkan
kinerja organisasi sesuai dengan dokumen Perjanjian
Kinerja.
Bab IV Penutup
Pada bab ini diuraikan simpulan umum atas capaian kinerja
organisasi serta langkah di masa mendatang yang akan
dilakukan organisasi untuk meningkatkan kinerjanya.
7
BAB II
PERENCANAAN KINERJA
A. RENCANA STRATEGIS
Kebijakan Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dinas
Kesehatan Provinsi Jambi didasarkan kepada 2 Kebijakan yaitu Kebijakan
Kementerian Kesehatan (perpanjangan tangan pemerintah pusat) seperti
yang tertuang di dalam Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024
dan melaksanakaan kebijakan Gubernur Provinsi Jambi (sebagai daerah
otonom) melalui Dinas Kesehatan provinsi yang tertuang dalam Kebijakan
RPJMD 2016-2020 dan dijabarkan dalam Renstra Dinas Kesehatan Provinsi
Jambi 2016-2021. Antara kedua kebijakan dan program tersebut saling
berhubungan dan mendukung satu sama lain. Penyusunan Renstra Dinas
Kesehatan Provinsi Jambi salah satunya bersumber dari kebijakan yang
tertuang dalam Renstra Kemenkes, sehingga program dan kegiatan yang
ada mendukung pencapaian program kementerian kesehatan termasuk di
dalamnya Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Program kefarmasian
dan Alat kesehatan di Dinas Kesehatan Provinsi Jambi sesuai dengan
Tupoksi dilaksanakan oleh Seksi Kefarmasian dan Seksi Alat Kesehatan
dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) yang berada di bawah
Bidang Sumber Daya Kesehatan.
Berdasarkan Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jambi
indikator sasaran yang ingin dicapai adalah persentase ketersediaan obat
esensial sebesar 95% di tahun 2020. Untuk mencapai sasaran tersebut,
maka dilakukan kegiatan yang meliputi peningkatan ketersediaan obat
esensial generik di sarana pelayanan kesehatan dasar, peningkatan mutu
dan keamanan alat kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
(PKRT), peningkatan penggunaan obat rasional melalui pelayanan
kefarmasian yang berkualitas, peningkatan produksi mutu sarana
produksi dan distribusi kefarmasian, Dalam upaya peningkatan program
tersebut diperlukan dukungan manajemen dalam pelaksanaan tugas
teknis pada program kefarmasian dan alat kesehatan.
8
Untuk menghadapi tantangan tersebut, telah dicanangkan Strategi
Kemandirian, Aksesibilitas dan Mutu Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan,
dimana ada 4 tujuan yang ingin dicapai, namun untuk Seksi Kefarmasian
dan Seksi Alkes PKRT baru bisa mencapai dua tujuan meliputi :
1. Terwujudnya peningkatan ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas.
Strategi yang disusun untuk mencapai tujuan ini adalah:
a. Menyusun regulasi perusahaan farmasi memproduksi bahan baku
obat dan obat tradisional dan menggunakannya dalam produksi
obat dan obat tradisional dalam negeri, serta bentuk insentif bagi
percepatan kemandirian nasional.
b. Membangun sistem informasi dan jaringan informasi terintegrasi
di bidang kefarmasian dan alat kesehatan.
c. Menjadikan tenaga kefarmasian sebagai tenaga kesehatan
strategis.
d. Meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat
rasional melalui penguatan manajerial, regulasi, edukasi serta
sistem monev.
2. Terjaminnya produk alat kesehatan & PKRT yang memenuhi syarat di
peredaran.
Strategi yang disusun untuk mencapai tujuan ini adalah:
a. Menyusun regulasi penguatan kelembagaan dan sistem
pengawasan pre dan post market alat kesehatan serta PKRT
b. Menyusun regulasi penguatan penggunaan dan pembinaan
industri alat kesehatan dalam negeri
c. Membangun sistem informasi dan jaringan informasi terintegrasi
di bidang kefarmasian dan alat kesehatan
9
Tercapainya sasaran tersebut direpresentasikan dengan indikator kinerja
beserta target Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang dapat
dilaksanakan oleh Satker 109003 Dinas Kesehatan Provinsi Jambi ,
sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Indikator Kinerja dan Target Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2020-2024
Indikator Kinerja Target
2020 2021 2022 2023 2024
Persentase Kabupaten/Kota dengan kersediaan obat esensial di Puskesmas
85% 90% 92% 94% 96%
Persentase Alat Kesehatan yang memenuhi syarat
91% 92% 93% 94% 95%
Cara perhitungan indikator kinerja Program Kefarmasian dan Alat
Kesehatan, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Cara Perhitungan Indikator Kinerja Program Kefarmasian dan Alat
Kesehatan
Indikator Kinerja Cara Perhitungan
Persentase Kabupaten/Kota dengan kersediaan obat esensial di Puskesmas
Jumlah kumulatif item obat indikator yang tersedia di (n) puskesmas x 100%
Jumlah (n) Puskesmas yang Melapor x jumlah total item obat indikator
Persentase Alat Kesehatan yang memenuhi syarat
Jumlah sampel alkes dan PKRT yang diuji dan memenuhi syarat x 100%
Jumlah sampel alkes dan PKRT yang di uji
Untuk mencapai sasaran tersebut, maka kegiatan yang akan dilakukan
sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 3.
10
Tabel 1 Sasaran Kegiatan pada Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Kegiatan Sasaran
Peningkatan Pelayanan Kefarmasian
Meningkatnya pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat rasional di fasilitas kesehatan
Peningkatan Ketersediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
Tersedianya obat, vaksin dan perbekalan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau di pelayanan kesehatan pemerintah
Peningkatan Produksi dan Distribusi Kefarmasian
(1) Meningkatnya bahan baku sediaan farmasi dalam negeri yang siap dimanfaatkan oleh industri;
(2) Layanan penerbitan sertifikat produksi dan distribusi kefarmasian yang diselesaikan tepat waktu
Peningkatan Penilaian Alat Kesehatan (Alkes) dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT)
(1) Meningkatnya penilaian pre market Alat Kesehatan dan PKRT tepat waktu sesuai good review practice;
(2) Meningkatnya alat kesehatan yang diproduksi di dalam negeri (kumulatif)
Peningkatan Pengawasan Alat Kesehatan (Alkes) dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT)
Meningkatnya produk alat kesehatan (Alkes) dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) yang diuji dan memenuhi syarat
Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Meningkatnya dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada program kefarmasian dan alat kesehatan
1. Persentase Kabupaten/Kota dengan kersediaan obat esensial di
Puskesmas
Kondisi yang dicapai:
Realisasi indikator Persentase Kabupaten/Kota dengan kersediaan obat
esensial di Puskesmas tahun 2020 sebesar 95%, lebih dari target yang
telah ditetapkan yaitu sebesar 85%, dengan capaian sebesar >100%. ini
11
merupakan salah satu masalah atau hambatan yang seharusnya dapat
dicegah oleh penanggung jawab program melalui monitoring serta
sosialisasi yang terus menerus kepada petugas Kabupaten/Kota untuk
mengetahui sejauh mana pencapaian dari indikator ketersediaan obat dan
vaksin di wilayahnya. Untuk itu Seksi Kefarmasian sebagai perpanjangan
tangan dari Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
berharap buku yang telah disosialisasikan yaitu “Petunjuk Teknis
Pemantauan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Direktorat Bina Obat Publik
dan Perbekalan Kesehatan Tahun 2015-2019” dapat diimplementasikan
oleh Kab/Kota sebagai pedoman dalam melaksanakan pengumpulan,
perhitungan dan pelaporan data indikator kinerja.
Tabel 4 Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Kabupaten/Kota
dengan kersediaan obat esensial di Puskesmas Tahun 2020
Indikator Kinerja Target 2020
Realisasi 2020
Capaian 2020
Persentase Kabupaten/Kota dengan kersediaan obat esensial di Puskesmas
90% 94.09% >100%
12
Grafik 1
Persentase Kabupaten/Kota dengan kersediaan obat esensial di
Puskesmas Tahun 2020
Dari hasil grafik di atas diketahui bahwa persentase ketersediaan obat dan
vaksin tertinggi pada tahun 2020 hampir disemua Kab/Kota melebihi target
bahkan mencapai 100%.
Permasalahan:
Tapi tetap saja pelaksanaan kegiatan pengumpulan data indikator persentase
ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas tahun 2020 menghadapi beberapa
permasalahan sebagai berikut:
a. Laporan yang dikirimkan oleh Kabupaten/Kota setiap bulannya tidak
lengkap dan tidak tepat waktu seperti yang telah dituangkan di dalam buku
Petunjuk Teknis Pemantauan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Direktorat
Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Tahun 2015-2019 yang
sudah disosialisasikan kepada seluruh Kabupaten/Kota.
13
b. Belum terintegrasinya pengadaan obat di Kab/Kota, perencanaan tidak
melibatkan instalasi farmasi.
c. Seringnya mutasi tenaga kefarmasian yang bertugas di Instalasi Farmasi.
d. Kurangnya koordinasi antara Puskesmas, Kabupaten/Kota dan Provinsi.
Usul Pemecahan Masalah:
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas
antara lain sebagai berikut :
a. Melakukan peningkatan kapasitas SDM dalam pengelolaan obat di Instalasi
Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota.
b. Melakukan pembinaan terhadap SDM pengelola obat secara
berkesinambungan.
c. Perlu dibangun koordinasi yang baik untuk perencanaan, pengadaan antara
bagian perencanaan dan Instalasi Farmasi.
d. Pelaporan data ketersediaan obat dan vaksin dari unit pelayanan ke instansi
penanggung jawab kesehatan di daerah (Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
dan Provinsi) sesuai format dan tepat waktu.
2. Persentase Alat Kesehatan yang memenuhi syarat
Kondisi yang dicapai:
Sampling alat kesehatan dan PKRT adalah salah satu langkah yang
ditempuh dalam rangka pembinaan, pengendalian,dan pengawasan
terhadap keamanan, mutu, dan manfaat alat kesehatan dan PKRT
yang telah memiliki izin edar. Pengambilan sampel alat kesehatan dan
PKRT dilaksanakan di Kab/Kota. Seluruh sampel diuji di laboratorium
yang terakreditasi atau yang ditunjuk. Total sampel yang diuji dan
telah diperoleh hasil uji pada tahun 2020 adalah 12 sampel alkes
yaitu yang memenuhi syarat keseluruhannya (100%).
Pengambilan sampel alat kesehatan dilakukan berdasarkan Pedoman
Teknis Pelaksanaan Sampling dan Pengujian Alat Kesehatan. Kriteria
sampel alat kesehatan dan PKRT yang diuji sebagai berikut:
Kriteria umum:
a. Ketersediaan laboratorium uji dan metode pengujiannya.
14
b. Kajian resiko dari sampel yang akan diambil.
c. Ketersediaan standar yang digunakan dalam metode analisis.
d. Produk yang banyak dipakai oleh masyarakat luas.
e. Produk yang banyak beredar dan memiliki dampak yang cukup luas
pada masyarakat.
f. Produk yang berdasarkan data tahun sebelumnya yang tidak
memenuhi syarat (TMS).
Kriteria khusus:
a. Produk alat kesehatan kelas satu.
b. Produk alat kesehatan steril.
c. Produk PKRT.
d. Produk yang diduga tercemar dan dapat menimbulkan dampak
yang tidak diinginkan.
Gambar 3.
Dokumentasi KegiatanSampling Alat Kesehatan Tahun 2020
15
Tabel 5.
Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Alat Kesehatan yang Memenuhi Syarat Tahun 2020
Indikator Kinerja Target 2020
Realisasi 2020
Capaian 2020
Persentase produk alat kesehatan yang memenuhi syarat
91% 100% >100%
Sampling Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
Sampling alat kesehatan dan PKRT adalah kegiatan proaktif, kegiatan ini
merupakan salah satu upaya strategi peningkatan pengawasan post-market
dalam rangka pembinaan, pengendalian, dan pengawasan terhadap keamanan,
mutu, manfaat dan kinerja alat kesehatan dan PKRT yang beredar di wilayah
NKRI dan telah memiliki izin edar. Tujuan Kegiatan ini adalah untuk menjamin
alat kesehatan dan PKRT yang beredar di wilayah NKRI memenuhi persyaratan
mutu dan manfaat dan mendukung pencapaian indikator ketiga Direktorat Bina
Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan yaitu persentase produk alat kesehatan
dan PKRT yang beredar memenuhi persyaratan keamaanan, mutu dan
manfaat. Output dari kegiatan tersebut yaitu tersedianya data dan informasi
alat kesehatan yang Memenuhi Syarat (MS) dan Tidak Memenuhi Syarat (TMS)
Permasalahan:
Terdapat beberapa permasalahan yang dialami dalam pencapaian
indikator kinerja kegiatan persentase produk alat kesehatan dan PKRT di
peredaran yang memenuhi syarat, yaitu:
a. Terbatasnya petugas untuk pelaksanaan kegiatan sampling ini.
b. Beberapa dari Alkes atau PKRT yang beredar tidak ada atau tidak jelas
nomor batchnya
c. Sulitnya mencari sampel dengan nomor batch yang sama sesuai jumlah
sampel yang disyaratkan oleh laboratorium
d. Lamanya waktu pengujian sampel di laboratorium.
e. Terbatasnya sarana penyalur alat kesehatan yang ada di wilayah Provinsi
Jambi.
16
f. Masih kurangnya lab uji produk Alkes dan PKRT yang sudah
terakreditasi.
Usul Pemecahan Masalah:
Upaya pemecahan masalah terhadap kendala yang dialami dalam
pencapaian indikator kinerja kegiatan persentase produk alat kesehatan dan
PKRT yang memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Meningkatkan peran dan tanggung jawab sarana pemegang izin edar
terhadap pengawasan internal produk yang diedarkannya dengan cara
mewajibkan melakukan sampling secara berkala dan melaporkan hasil uji
produknya ke Kementerian Kesehatan RI.
b. Perlu dilakukan koordinasi lintas sektor terus menerus agar meningkatkan
kemampuan laboratorium untuk pengujian sampel alkes dan/atau PKRT.
c. Melakukan monitoring terhadap implementasi e-watch alkes, sehingga
laporan atas KTD (Kejadian tidak Diinginkan) dari alat kesehatan dapat
ditindaklanjuti.
d. Perlu diberlakukan persyaratan SNI sebagai salah satu syarat dalam
pendaftaran alkes dan PKRT tertentu sehingga laboratorium dapat
meningkatkan kapasitas pengujian.
Tabel6.DatahasilpemeriksaansampleAlatKesehatanyangdiujiTahun2020
SAMPLE JUMLAHSAMPLE
HASILUJI %
MS TMS MS TMS
ALKES 12 12 0 100 0
Pelaksanaan sampling untuk tahun 2020 dilaksanakan dengan menggunakan
anggaran APBD, karena untuk anggaran APBN terjadi efisiensi yang
disebabkan oleh pandemic Covid-19.
17
B. PERJANJIAN KINERJA
Perjanjian Kinerja merupakan lembar/dokumen yang berisikan
penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada
pimpinan instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan
program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja. Melalui
perjanjian kinerja, terwujudlah komitmen penerima amanah dan
kesepakatan antara penerima dan pemberi amanah atas kinerja
yang terukur berdasarkan tugas, fungsi, dan wewenang serta
sumber daya yang tersedia. Namun pada tahun 2020 ini terjadi
Pandemi Covid-19 yang berdampak beberapa kegiatan yang telah
dicantumkan pada perjanjian kinerja tidak dapat dilaksanakan,
namun tetap saja kami sampaikan Perjanjian Kinerja Pengelola
Dana Dekonsentrasi Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Kementerian Kesehatan Tahun 2020 dapat dilihat
pada gambar dibawah ini.
18
19
Gambar 4. Perjanjian Kinerja Pengelola Dana Dekonsentrasi
Tahun Anggaran 2020
20
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI
1. PENGUKURAN KINERJA
Pengukuran tingkat capaian kinerja Seksi Kefarmasian dan Seksi Alkes
dan PKRT Tahun 2020 dilakukan dengan cara membandingkan antara
target pencapaian indikator sasaran yang telah ditetapkan dalam
penetapan Kinerja dengan realisasinya, tingkat capaian kinerja kedua
seksi pada Tahun 2020 sebagian besar tidak terealisasi dikarenakan
terjadinya efisiensi anggaran akibat Pandemi Covid-19 yang berdampak
beberapa kegiatan tidak dapat terlaksana, sehingga target pada indikator
sesuai perjanjian kerja awal tidak sesuai. Tingkat capaian target kinerja
pada tahun 2020 program kefarmasian dan alat kesehatan di Provinsi
Jambi setelah penyesuaian terhadap efisiensi prdapat diilustrasikan
dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 7. Capaian Indikator Kinerja Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2020
No. SasaranKegiatan IndikatorKinerja TargetKinerja RealisasiKinerja
1 Peningkatan Pelayanan Kefarmasian
Fasyankes yang mampu dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar
42 Fasyankes 42 Fasyankes
2 Peningkatan Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan.
Jumlah Dinas Kesehatan Provinsi yang melaksanakan program tata kelola obat publik dan perbekalan kesehatan dengan baik.
1 Provinsi 1 Provinsi
21
3 Peningkatan Produksi dan Distribusi Kefarmasian
Jumlah Kabupaten/Kota yang melakukan pembinaan sarana produksi dan distribusi sediaan farmasi
11 Kab/Kota 11 Kab/Kota
4 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan tuga steknis lainnya pada program kefarmasian dan alat kesehatan.
Jumlah layanan perencanaan, konsolidasi dan evaluasi terhadap manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya.
1 Provinsi 1 Provinsi
2. ANALISIS AKUNTABILITAS KINERJA
Sasaran merupakan hasil yang akan dicapai secara nyata oleh instansi
pemerintah dalam rumusan yang lebih spesifik, terukur dalam kurun waktu
yang lebih pendek dari tujuan. Sasaran Program Kefarmasian dan Alat
Kesehatan adalah meningkatnya akses dan mutu sediaan farmasi, alat
kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT).
Analisis capaian kinerja dari masing-masing indikator adalah sebagai berikut:
1. Program Peningkatan Pelayanan Kefarmasian.
Indikator Kinerja Program adalah Fasyankes yang mempu dalam
melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar.
Kegiatan dalam Program terdiri dari :
a. Meningkatkan kemampuan SDM dalam Implementasi Fornas
dan Analisis Farmakoekonomi di Rumah Sakit.
Kondisi yang dicapai:
Evaluasi Penggunaan Obat (Drug Utilization Review/DUR)
direkomendasikan oleh WHO sebagai salah satu persyaratan
pendukung dalam pelaksanaan Universal Health coverage dalam
rangka menjamin akses obat dalam Pelayanan kesehatan.Pelaksanaan
Review Penggunaan Obat merupakan bagian dari kendali mutu
kendali biaya obat Pelayanan kesehatan sehingga diketahui pola dan
trend penggunaan obat hingga pengeluaran obat dan alat kesehatan
dalam rangka meningkatkan akses obat dalam Pelayanan kesehatan.
Indikator Penggunaan Obat Rasional berada dibawah tanggung jawab
Direktorat Pelayanan Kefarmasian dan di Provinsi dibawah tanggung
22
jawab program pelayanan kefarmasian, salah satu kegiatannya adalah
evaluasi penggunaan obat sesuai Fornas yang pada tahun 2020 target
evaluasi penggunaan obat sesuai Fornas di RS sebesar 80% dengan
realisasi sebesar
Tabel 8 Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Evaluasi
Penggunaan Obat sesuai Fornas Tahun 2020
Indikator Kinerja Target 2020
Realisasi 2020
Capaian 2020
Persentase Evaluasi penggunaan obat sesuai Fornas
80% 75.18% 93.96%
Hasil dari Pemantauan dan Evaluasi v Berfungsi sebagai salah satu alat pengawasan dan
pengendalian dalam manajemen pengelolaan obat dan
pelayanan farmasi .
v Digunakan sebagai dasar pembinaan dan bimbingan pelaksana
pengobatan agar senantiasa meningkatkan kemampuan dan
keterampilan mereka dalam rangka penggunaan obat yang
rasional.
v Membantu memecahkan permasalahan yang dihadapi saat
pelayanan Pemantauan dan Evaluasi terhadap penggunaan
antibiotik di Rumah Sakit
v Untuk mengukur tingkat keberhasilan Penggunaan Obat sesuai
dengan FORNAS di Faskes
v Untuk Provinsi Jambi ternyata DU 90 % di Instalasi Farmasi
Rumah Sakit Kab/kota rata – rata lebih kurang dari 12%.
v Dari evaluasi ini diharapkan Instalasi Farmasi Rumah Sakit bisa
mengevaluasi lagi penggunaan Obat, sehingga dapat
dicapainya penggunaan obat yang cost efective.
23
Data keseluruhan Rumah Sakit dapat dilihat pada grafik dibawah
ini.
Grafik 2. Persentase Rumah Sakit yang melaksanakan Evaluasi Penerapan
Obat Fornas Tahun 2020
Permasalahan:
Terdapat beberapa permasalahan yang dialami dalam pencapaian
indikator kinerja kegiatan evaluasi penggunaan obat sesuai fornas
yaitu:
a. Masih belum terpenuhinya beberapa item obat yang dibutuhkan
dalam FORNAS, sehingga beberapa Rumah Sakit menyediakan
obat diluar FORNAS
b. Tidak terpenuhinya beberapa vitamin yang dibutuhkan di dalam
FORNAS, terutama Vitamin C inj, Vitamin D dan Vitamin E yang
dibutuhkan terutama untuk pasien Covid 19.
24
c. Beberapa obat E-Catalog Sulit didapat serta nama obat lain yang
sama tidak disebutkan dalam FORNAS, sehingga beberapa RS
melaporkan obat yang tidak sesuai dari FORNAS.
d. Kurangnya koordinasi KFT RS dalam perencanaan obat, serta
terjadinya kasus Covid-19 yang menyebabkan beberapa RS
mengadakan obat tidak sesuai dengan FORNAS
Usul Pemecahan Masalah:
Upaya pemecahan masalah terhadap kendala yang dialami dalam
pencapaian indikator kinerja kegiatan persentase penerapan obat
sesuai FORNAS sebagai berikut:
a. Formularium Nasional (Fornas) yang digunakan sebagai acuan
wajib bagi tenaga medis untuk menetapkan pilihan obat yang
tepat, paling efficacious, dan aman, dengan harga yang
terjangkau serta mendorong penggunaan obat secara rasional
untuk mewujudkan patient safety dalam pelaksanaan Program
JKN
b. Dengan Penerapan Fornas sebagai kendali mutu dan kendali
biaya maka pelayanann kesehatan menjadi lebih bermutu
dengan belanja obat yang terkendali (cost effective); pelayanan
kesehatan kepada masyarakat makin efektif dan efisien; dan
memudahkan perencanaan dan penyediaan obat di seluruh
fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan.
c. Fornas bersifat dinamis sehingga perlu direview secara berkala
untuk mengakomodir dinamika yang terjadi dalam
perkembangan ilmu pengetahuan serta kebutuhan pasien
d. Penggunaan Obat di era JKN akan lebih terkendali dengan
adanya Fornas sebagai salah satu sistem Kendali Mutu dan
Kendali Biaya.
25
Gambar 5. Dokumentasi pelaksanaan Kegiatan Meningkatkan
kemampuan SDM dalam Implementasi Fornas dan Analisis
Farmakoekonomi di Rumah Sakit Tahun 2020
b. Sosialisasi, Evaluasi Pelaksanaan Gema Cermat, dan
Optimalisasi AoC dalam rangka mendukung Germas di
Kabupaten Kota Provinsi.
Hasil Kegiatan :
Pada Kegiatan ini hanya terlaksana Evaluasi Pelaksanaan Gema
Cermat dan Optimalisasi AoC, Karena sebagian kegiatan tidak
dapat dilaksanakan karena terkendala Covid-19 sehingga terjadi
efisiensi kegiatan.
26
Tabel 9. Capaian Kegiatan Sosialisasi dan Pelaksanaan Gema Cermat
Provinsi Jambi Tahun 2020
Data Capaian Indikator Keberhasilan pada Gema Cermat
• Indikator cakupan wilayah yang telah melaksanakan kegiatan
GeMa CerMat di Provinsi Jambi sudah mencapai 10 Kab/Kota
dari target 11 Kab/Kota
• Indikator cakupan tenaga kesehatan (Apoteker) yang telah
mengikuti pembekalan AoC GeMa CerMat sebesar 339 orang
• Indikator cakupan masyarakat yang telah mengikuti edukasi
melalui gema cermat sebesar 4.709 orang
27
Gambar 6. Evaluasi Pelaksanaan Gema Cermat, dan Optimalisasi AoC
dalam rangka mendukung Germas Tahun 2020
2. Program Peningkatan Tata Kelola Obat Publik
Indikator Kinerja Program adalah Dinas Kesehatan Provinsi
dan Kab/Kab yang melaksanakan Program Tata Kelola Obat
Publik dan Perbekalan Kesehatan.
Pada Tahun 2020 Program Peningkatan tata kelola obat public juga
mengalami kendala dalam pelaksanaan kegiatannya yaitu terjadi
efisiensi akibat dari Covid-19 sehingga hanya dapat dilaksanakan satu
kegiatan yaitu :
Workshop E-Monev katalog dalam mendukung perencanaan
Kebutuhan Obat (RKO) dan SIPNAP untuk unit layanan dengan hasil
kegiatan yaitu :
a. Kepatuhan menyerahkan RKO dan akurasinya dengan solusi
Meningkatkan kepatuhan menyerahkan rencana kebutuhan obat (RKO)
dan keakuratannya. Tahun 2019 ada pengaturan kewajiban
menyerahkan RKO yg dikaitkan dg sanksi.
28
b. Belum adanya akses e-purchasing bagi faskes swasta dengan solusi
Akses e-purchasing diberikan kepada faskes swasta sejak Maret 2018
c. Penyedia tidak merespons atau tidak memenuhi pemesanan dengan
solusi Pengadaan dilakukan dengan cara lain sesuai Perpres Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah
d. Obat yang akan diadakan tidak tayang di e-katalog dengan solusi
Pengadaan dilakukan dengan cara lain sesuai Perpres Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah.
e. Kewajiban satker/faskes dalam hal pembayaran belum diselesaikan
dengan solusi Kewajiban satker/faskes dalam hal pembayaran kepada
distributor segera diselesaikan, sehingga otomatis pemesanan
berikutnya tetap dapat dilayani.
f. Permasalahan dalam proses realisasi DAK di Dinkes Kab/Kota dengan
solusi pengadaan dilakukan di awal tahun
g. Persyaratan minimal order dari penyedia dengan solusi pemesanan
dilayani oleh penyedia dengan kelipatan pembelian yg sudah tercantum
di e-Katalog
h. Implementasi e-Monev belum optimal solusi yang dilakukan sosialisasi
(Pusat, Dinkes: APBD, Dekon, BPJS)
29
Gambar 7. Dokumentasi pelaksanaan kegiatan Workshop E-Monev
katalog dalam mendukung perencanaan Kebutuhan Obat (RKO) dan
SIPNAP untuk unit layanan.
3. Program Peningkatan Produksi dan Distribusi Kefarmasian
Indikator kinerja Program adalah Sarana Produksi dan
Distribusi sediaan farmasi dan pengamanan pangan yang
dibina.
Kegiatan dalam Program terdiri dari :
Pembinaan sarana produksi dan distribusi kefarmasian yang
menghasilkan kesimpulan sebagai berikut :
1. PBF Pusat dan PBF Cabang yang ada di Provinsi Jambi agar
dapat menerapkan perizinan sesuai dengan PP Nomor 24 tahun
2019, Permenkes No 26 Tahun 2019 dan PERKA BPOM No.22
Tahun 2019 sesuai dengan kewenangan masing-masing.
2. Ketua GP Farmasi dan Organisasi Profesi kefarmasian agar
dapat menyampaikan kepada pelaku usaha (Pedagang Besar
Farmasi) dan Apoteker Penanggung Jawab untuk mendapatkan
Sertifikat CDOB dan wajib menerapkan CDOB di PBF.
30
3. PBF Pusat dan PBF Cabang yang ada di Provinsi Jambi agar dapat mengirmkan laporannya melalui sistem pelaporan e report PBF sesuai dengan format terbaru.
4. PBF yang belum melakukan pemutakhiran data di harapkan segera melakukan pemutakhiran data melalui Aplikasi e licencing.
5. PBF yang masih masih mempunyai izin cabang PBF diharapkan segera melakukan penyesuaian izin sesuai dengan Permenkes No. 26 Tahun 2019 berupa Sertifikat Distribusi Pusat dan Cabang.
Gambar 8. Dokumentasi Kegiatan sarana produksi dan distribusi
kefarmasian Tahun 2020
4. Dukungan Manajemen dan Tugas Lainnya pada Program
Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Indikator Kinerja adalah Layanan perencanaan, konsolidasi
dan evaluasi terhadap manajemen dan pelaksanaan tugas
teknis lainnya.
Kegiatan yang dapat terlaksana antara lain :
Rapat Koordinasi Nasional Program Kefarmasian dan Alat
Kesehatan
Hasil yang ingin dicapai :
31
Rapat Konsultasi Nasional Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun
2020 RAKONAS mengangkat tema Penguatan Program Kefarmasian dan
Alat Kesehatan Guna Mendukung Upaya Preventif dan Promotif Kesehatan
untuk Mewujudkan SDM Unggul, yang memperoleh hasil rangkuman
sebagai berikut :
a. Prioritas kesehatan yang harus diselesaikan yaitu penurunan stunting,
Angka Kematian Ibu dan Bayi, Pengelolaan Jaminan Kesehatan Nasional,
Penguatan Pelayanan Kesehatan, serta Pemenuhan Ketersediaan Obat
dan Pemanfaatan Alat Kesehatan Dalam Negeri. Program Kefarmasian
dan Alat Kesehatan berperan dalam penyelesaian prioritas kesehatan
tersebut melalui jaminan akses terhadap sediaan farmasi dan alat
kesehatan serta mendorong kemandirian dan pemanfaatan alat
kesehatan di dalam negeri.
b. Penguatan pelayanan kesehatan dasar dan meningkatkan upaya
promotif preventif yang didukung dengan inovasi dan pemanfaatan
teknologi merupakan upaya meningkatkan akses dan mutu pelayanan
kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta.
c. Unsur pusat dan daerah perlu memberikan dukungan penuh untuk
meningkatkan efektivitas pencapaian indikator kefarmasian dan alkes,
dimana Ditjen Farmalkes selaku unsur pusat akan memperkuat
pengaturan, pembinaan dan pengawasan.
d. Kolaborasi antar profesi kesehatan merupakan salah satu strategi dalam
memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu kepada pasien dan
perlunya penguatan peran Apoteker dalam pelayanan kesehatan
khususnya dalam pelayanan farmasi klinik untuk meningkatkan
keselamatan pasien
e. Setiap daerah harus menggunakan OSS dalam pelayanan perizinan dan
sistem OSS akan terus dikembangkan untuk kemudahan berusaha serta
penyederhanaan perizinan.
f. Pemanfaatan Permendagri 90/2019 perlu dioptimalkan bagi penguatan
program kefarmasian dan alat kesehatan di daerah.
32
g. Permenkes Nomor 3 Tahun 2020 harus dipahami secara menyeluruh
dengan tatanan regulasi yang ada, dan tidak ada perubahan fungsi
pelayanan kefarmasian sebagaimana yang diatur dalam Pemenkes
Nomor 72 tahun 2016.
h. Kegiatan pengawasan pelaksanan DAK diarahkan untuk menjadi Quality
Assurance pelaksanaan DAK sehingga perlu dilakukan penguatan pada
tahap perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pemantauan dan
pelaporan.
i. Dalam menghadapi wabah COVID-19, seluruh pihak harus meningkatkan
kesiapsiagaan. Pengelola program kefarmasian dan alat kesehatan di
pusat dan daerah harus menjaga ketahanan nasional melalui
pengelolaan ketersediaan serta pemenuhan kebutuhan obat, BMHP dan
reagen yang dibutuhkan. Selain itu perlu dilakukan inovasi untuk
memenuhi kebutuhan tersebut, penguatan komitmen, dan kolaborasi
Pusat dan Daerah dalam upaya jaminan akses obat, BMHP dan reagen
bagi kewaspadaan terhadap wabah COVID-19.
Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Dinkes Provinsi dan Dinkes
Kabupaten/Kota akan mewujudkan jaminan akses terhadap sediaan farmasi
dan alat kesehatan dalam pembangunan kesehatan nasional, dan
mendukung pemanfaatan alat kesehatan di dalam negeri, bagi upaya
preventif dan promotif kesehatan melalui:
a. Meningkatkan keterpaduan perencanaan pendanaan di pusat dan daerah
untuk pembiayaan kesehatan, khususnya obat dan BMHP di Puskesmas,
dengan mengoptimalkan berbagai sumber pendanaan yang tersedia,
termasuk DAK.
b. Mendukung penguatan sistem manajemen tata kelola obat dengan
mewujudkan sistem tata kelola obat berbasis digital serta manajemen
mutu Instalasi Farmasi Provinsi/Kab/Kota.
c. Penguatan pembinaan dan pengawasan bidang kefarmasian dan alat
kesehatan, salah satunya melalui penguatan SDM pengawasan.
33
d. Meningkatkan pengawasan implementasi regulasi kewajiban
penggunaan alat kesehatan dalam negeri serta melakukan
promosi/pameran produk alkes dalam negeri.
e. Meningkatkan kemudahan berusaha dengan mendorong pelayanan
publik yang efisien dan ramah investasi, termasuk dengan melakukan
simplifikasi regulasi di pusat dan daerah.
f. Mengambil peran aktif dalam upaya promotif preventif kesehatan,
melalui pemberdayaan masyarakat, deteksi dini faktor resiko, serta
upaya-upaya lain sejalan dengan pencapaian SPM bidang kesehatan
dan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga.
g. Memanfaatkan dan mengimplementasikan regulasi perencanaan
penganggaran, serta regulasi teknis untuk mendukung
terselenggaranya jaminan akses sediaan farmasi dan alkes di pusat dan
daerah, termasuk meneliti dan menyampaikan masukan bagi
perbaikannya.
Gambar 9. Dokumentasi pelaksanaan kegiatan Rapat Koordinasi
Nasional Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2020 di
Provinsi Pekanbaru
34
B. REALISASI ANGGARAN
Rincian Kegiatan, keluaran, jumlah dana, dan realisasi anggaran Program
Kefarmasian dan Alat Kesehatan dari Dana Dekonsentrasi TA 2020
Tabel 9
Rincian Kegiatan, Keluaran, Jumlah Dana dan Realisasi Tahun Anggaran 2020
NO PROGRAM/KEGIATAN SUB KEGIATAN KELUARAN DANA (Rp) REALISASI KEUANGAN
KEUANGAN (Rp) %
PROGRAM
KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
1 Meningkatkan kemampuan SDM dalam Implementasi Fornas dan Analisis Farmakoekonomi di Rumah Sakit
Dihasilkannya Fasyankes yang mampu dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar
73.032.000 73.029.500 99.99%
2
Melaksanakan Edukasi Gerakan Masyarakat cerdas menggunakan obat (Gema Cermat) di Kab/Kota
Evaluasi Melaksanakan Edukasi Gerakan Masyarakat cerdas menggunakan obat (Gema Cermat) di Kab/Kota
Dihasilkannya Fasyankes yang mampu dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar
56.574.000 56.574.000 100%
3
Melaksanakan pendampingan Implementasi E-Monev Katalog dalam mendukung perencanaan kebutuhan obat (RKO) dan SIPNAP untuk unit layanan
Dinas Kesehatan Provinsi dan Kab/Kota yang melaksanakan program tata kelola obat publik dan perbekkes
120.962.000 120.957.850 99.99%
35
Persentase capaian anggaran dengan dana Dekonsentrasi pada tahun
2020 diketahui sebesar 99.54% dengan jumlah alokasi sebesar Rp.
423.494.000 (Empat ratus dua puluh tiga juta empat ratus sembilan
puluh empat ribu rupiah). Realisasi tahun anggaran 2020 sebesar
Rp.421.539.921 (Empat ratus dua puluh satu juta lima ratus tiga puluh
Sembilan ribu Sembilan ratus dua puluh satu rupiah). Jumlah alokasi
anggaran tahun 2020 berkurang sebesar sekitar 70% dari alokasi awal
sesuai dengan perjanjian kinerja tahun 2020 yang telah disepakati. Hal
ini dikarenakan terjadinya efisiensi akibat pandemic Covid-19, Namun
Indikator Kinerja utama program kefarmasian dan alkes sudah terlaksana
dengan baik dan tepat waktu.
4
Pembinaan sarana produksi dan distribusi kefarmasian
Sarana produksi dan distribusi yang dibina
41.257.000 41.252.500 99.99%
5
Melaksanakan rapat koordinasi nasional program kefarmasian dan alat kesehatan
Layanan perencanaan, konsolidasi dan evaluasi terhadap manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya.
54.985.000 54.574.871 99.25%
6
Memberikan dukungan administrasi kegiatan dekonsentrasi program kefarmasian dan alat kesehatan
Layanan perencanaan, konsolidasi dan evaluasi terhadap manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya.
76.684.000 75.151.200 98%
TOTAL Rp. 423.494.000 Rp. 421.539.921 99.54%
36
BAB IV
PENUTUP
Laporan Kinerja Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Jambi Satker
109003 (07) Dinas Kesehatan Provinsi Jambi. Tahun 2020 disusun sebagai
wujud pertanggungjawaban atas kinerja berdasarkan perencanaan strategis
yang telah ditetapkan. Laporan ini disusun sesuai amanat Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah, Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 tentang
Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu
Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 2416/Menkes/Per/XII/2011 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja
Kementerian Kesehatan.
Laporan Kinerja menggambarkan pencapaian kinerja Program
Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Jambi Satker
109003 (07) Dinas Kesehatan Provinsi Jambi yang pelaksanaannya oleh Seksi
Kefarmasian dan Alat Kesehatan & Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
(PKRT) dalam mencapai sasaran sebagaimana yang telah ditetapkan didalam
dokumen penetapan kinerja dan dokumen perencanaan. Meskipun dalam hal
ini pelaksanaan kegiatan banyak yang tidak dapat dilakukan sesuai
perencanaan sebagai dampak terjadinya Pandemi Covid-19, namun beberapa
kegiatan yang dapat dilaksanakan pada tahun ini telah berjalan sebagaimana
mestinya. Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi
Jambi telah cukup berhasil melaksanakan keseluruhan Program serta telah
merealisasikan beberapa target yang telah ditetapkan di dalam dokumen
perubahan.
Keberhasilan ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk pelaksanaan
kegiatan yang telah dicanangkan pada periode berikutnya sehingga
pelaksanaan kegiatan di masa mendatang dapat dilaksanakan secara lebih
efektif dan efisien serta dengan harapan segera berakhirnya Pandemic Covid-
19 yang terjadi hampir diseluruh dunia. Laporan Kinerja Program Kefarmasian
37
dan Alat Kesehatan Jambi Satker 109003 (07) Dinas Kesehatan Provinsi Jambi
diharapkan dapat dimanfaatkan untuk bahan evaluasi kinerja bagi yang
membutuhkan dalam penyempurnaan dokumen perencanaan maupun
pelaksanaan program dan kegiatan yang akan datang, dan penyempurnaan
berbagai kebijakan yang diperlukan.