14
Makalah Keamanan Pangan Kafein dalam Pangan Disusun Oleh : Kelompok 3 Riasari Mardani (12308141021) Annisa Kusumaningrum (12308141033) Ika Pratiwi (12308141045) Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Laporan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kafein

Citation preview

Makalah Keamanan Pangan Kafein dalam Pangan

Disusun Oleh :Kelompok 3Riasari Mardani

(12308141021)

Annisa Kusumaningrum

(12308141033)

Ika Pratiwi

(12308141045)

Jurusan Pendidikan Biologi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Yogyakarta

2015

PENDAHULUANA. Latar belakang

Di era globalisasi ini, kebanyakan orang sibuk dengan urusan mereka masing-masing, jika telah menyangkut urusan pekerjaan kebanyakan dari mereka tidak menghiraukan waktu, apa lagi dengan tugas-tugas yang belum terselesaikan, mereka akan rela tidak tidur sehingga waktu istirahat mereka terganggu. Sebagian besar orang mengkonsumsi minuman kopi untuk menghilangkan rasa kantuk sehingga dapat terjaga di malam hari. Kopi terkenal akan kandungan kafeinnya yang tinggi. Kafein sendiri merupakan senyawa hasil metabolisme sekunder golongan alkaloid dari tanaman kopi dan memiliki rasa yang pahit. Peranan utama kafein ini di dalam tubuh adalah meningkatan kerja psikomotor sehingga tubuh tetap terjaga dan memberikan efek fisiologis berupa peningkatan energi.

Lantas apakah hanya kopi yang mengandung kafein? Tidak. Kafein juga ditemukan dalam produk nabati lainnya seperti teh. Selain itu, terdapat kecenderungan untuk menambahkan kafein dalam minuman ringan sejenis cola, maupun minuman energi. Kebanyakan orang memang sudah mengetahui bahwa makanan maupun minuman mengandung kafein mampu menghilangkan rasa kantuk dan membuat badan selalu siaga, namun mereka tidak mengetahui bahaya kafein terhadap kesehatan bila di konsumsi secara terus menerus dan tidak teratur. Kafein dapat memberikan efek negatif pada kerja organ tubuh manusia, baik efek ringan maupun efek yang berakibat fatal bagi tubuh.B. Rumusan masalah

1. Apa sajakah jenis pangan yang mengandung kafein?2. Apa sajakah efek efek fisiologis konsumsi kafein dalam pangan bagi tubuh?3. Bagaimanakah cara menurunkan kadar kafein dalam pangan?C. Tujuan

1. Mengetahui jenis- jenis pangan yang mengandung kafein2. Mengetahui berbagai efek fisiologis konsumsi kafein dalam pangan bagi tubuh3. Menetahui cara menurunkan kadar kafein dalam pangan, sehingga diharapkan mampu mengurangi efek negatif yang ditimbulkan.PEMBAHASANA. KafeinKonsumsi global kafein telah diperkirakan 120.000 ton per tahun, sehingga zat psikoaktif paling populer di dunia. Jumlah ini setara dengan satu porsi minuman kafein bagi setiap orang perhari. Kafein berpengaruh terhadap sistem saraf pusat dan stimulan metabolik, dan digunakan untuk mengurangi kelelahan fisik dan mengembalikan kewaspadaan mental saat kelemahan yang tidak biasa atau mengantuk terjadi. Kafein adalah senyawa alkaloid yang termasuk jenis metilxanthine yaitu 1,3,7-trimethylxantine. Kafein pada suhu ruang berupa bubuk tidak berwarna dan tidak berbau serta memiliki rasa pahit, kafein larut dalam air mendidih, tetapi pada suhu ruang pelarut terbaik adalah kloroform (Hayati, 2012). Berikut adalah rumus bangun kimia dari kafein:

Gambar 1. Rumus Bangun Kimia Kafein (Ana, 2013)B. Jenis- Jenis Pangan Mengandung Kafein

Kafein diproduksi secara komersial dengan cara ekstraksi dari tanaman tertentu serta produksi secara sintetis (Misra, 2008). Kafein terdapat dalam kopi, teh, minuman ringan, kokoa, coklat, serta berbagai resep obat-obatan yang dijual bebas. Di Amerika Serikat, diperkirakan total asukan kafein dalam bentuk kopi adalah sebesar 75%, teh 15%, soda mengandung kafein 10% serta sedikit dalam coklat dan makanan lain. Berdasarkan sumbernya, daun teh mengandung 1,5- 3,5% kafein, kacang kola 2% kafein dan biji kopi yang sudah disangrai 0,75-1,5% kafein. Kandungan kafein dalam kopi bervariasi antara 0,8-1,8% tergantung jenis kopinya. Kopi mengandung lebih banyak kafein dibanding teh yaitu kurang lebih 60-70%. Kafein juga terkandung di dalam minuman ringan yang sangat populer di negara industri. Selain terdapat dalam bahan pangan, kafein yang juga terdapat pada obat obatan yaitu pada jenis obat penghilang nyeri, obat diet, batuk atau pilek dan diuretik. Bahkan pada beberapa obat-obatan keras mengandung 200 mg kafein per tablet (setara dengan 5 gelas kopi seberat 141, 75 gram) (Spiller, 1998). Berikut merupakan tabel sumber pangan mengandung kafeinTabel 1. Sumber KafeinSumberBentukNegara produksiBentuk konsumsiKandungan (% berat total)

Biji kopi

- Kopi arabika

- Kopi robusta

- Kopi LiberikaBiji, buah

Biji

BijiBrazil, Columbia

Indonesia

AfrikaKopi

Kopi

Kopi1,1

2,2

1,4

Teh

Camellia sinensiaDaunCina, IndiaTeh3,5

Kacang kola

-Cola acuminata

-Cola nitidaBiji

BijiAfrika Barat

Afrika BaratMinuman ringan, kacang kunyah1,5

CoklatBijiBrazil,Afrika BaratCocoa,coklat0,03-1,7

(Sumber : Spiller, 1998)

Gambar 2. Sumber Kafein berupa Biji Kopi (kiri) dan biji kakao (kanan) C. Efek Fisiologis Kafein bagi TubuhKafein cepat diabsorbsi dalam darah dan mencapai nilai maksimal di dalam 15-120 menit setelah dikonsumsi. Melalui darah, kafein disebarkan ke jaringan tubuh termasuk otak. Enzim di hati memecah kafein dan menyisakan sedikit untuk dikeluarkan melalui urine. Kafein memiliki efek sentral dan perifer tubuh, susunan saraf pusat kafein mempengaruhi organ dan jaringan. Kafein pada dosis rendah (2-10 mg/kg) dapat merangsang sistem saraf pusat pertama di tingkat yang lebih tinggi, sehingga kewaspadaan meningkat dan terjaga, aliran lebih cepat dan lebih jelas pemikiran, meningkatkan fokus, dan koordinasi tubuh yang lebih baik umum, dan kemudian pada tingkat sumsum tulang belakang pada dosis yang lebih tinggi (Hayati, 2012).Kafein dan methylxanthine lain mampu mempengaruhi fungsi kardiovaskular. Kafein mengikat pada reseptor pada permukaan sel-sel otot jantung, yang menyebabkan peningkatan tingkat cAMP dalam sel (dengan memblokir enzim yang mendegradasi cAMP), meniru efek dari epinefrin (yang mengikat ke reseptor pada sel yang mengaktifkan cAMP produksi). cAMP bertindak sebagai "utusan kedua," dan mengaktifkan sejumlah besar protein kinase A (PKA; cAMP-dependent protein kinase). Hal ini memiliki efek keseluruhan meningkatkan laju glikolisis dan meningkatkan jumlah ATP yang tersedia untuk kontraksi otot dan relaksasi. Selain terhadap sistem kardovaskuler dan rangka, kafein juga berpengaruh terhadap sistem renal dengan meningkatkan aliran darah ginjal dan rasio filtrasi glomerulus. Metabolit kafein juga berkontribusi terhadap efek kafein. Paraxanthine bertanggung jawab untuk peningkatan proses lipolisis, yang melepaskan gliserol dan asam lemak ke dalam darah untuk digunakan sebagai sumber bahan bakar oleh otot-otot(Spiller, 1998).

D. Bahaya Kafein bagi KesehatanDosis kafein yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan adalah apabila lebih dari 500 mg kafein perhari atau setara dengan 4-5 gelas kopi instan. Dalam jumlah besar, dan khususnya selama periode yang lama, kafein dapat menyebabkan kondisi yang dikenal sebagai caffeinism. Caffeinism biasanya menggabungkan ketergantungan kafein dengan berbagai kondisi fisik dan mental yang tidak menyenangkan, termasuk kegelisahan, lekas marah, kecemasan, tremulousness,. otot berkedut (hyperreflexia), insomnia, sakit kepala, alkalosis pernapasan, dan jantung berdebar-debar. Kafein dapat menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah otak, sehingga terjadi sakit kepala berat. Menurut temuan European Society of Cardiology (ESC), peminum kopi berat menunjukkan peningkatan tekanan darah yang dikaitkan dengan penyakit jantung dan meningkatnya risiko serangan jantung atau stroke (Spiller, 1998).Kafein dapat menyebabkan lambung memproduksi asam tambahan sehingga bisa menimbulkan masalah pada saluran pencernaan. The National Digestive Disease Information Clearinghouse (NDDIC) melaporkan bahwa masalah-masalah saluran gastrointestinal disebabkan oleh kelebihan konsumsi kafein, termasuk ulcer (luka) di lambung dan kerongkongan. Refluks asam yang naik ke kerongkongan yang keluar dari lambung menyebabkan acid reflux disease, atau dikenal sebagai gastroesophageal reflux disease (GERD). Sehingga dapat disimpulkan kafein dapat meningkatkan produksi asam lambung, penggunaan yang tinggi dari waktu ke waktu dapat menyebabkan tukak lambung, dan esofagitis erosive (Hayati, 2012).E. Mengurangi Kadar Kafein dalam Pangan

Salah satu penelitian menyebutkan bahwa untuk menurunkan kadar kafein dalam pangan, dalam penelitian ini adalah kopi, dapat dilakukan dengan cara fermentasi. Menurut Ana (2013), proses dekafeinasi dan deacidifikasi dengan proses fermentasi merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menurunkan kadar kafein. Dalam penelitian ini dilakukan pengolahan biji kopi dengan konsorsium Nopkor MZ-15. Nopkor MZ-15 merupakan kultur campuran dari berbagai kelompok Acethomycetes dan Saccharomyces yang diharapkan dapat menghasilkan produk yang aman dikonsumsi dengan cita rasa kopi yang khas yang terdapat pada biji kopi seterlah proses fermentasi.

Tabel 2. Pengaruh Fermentasi terhadap Kadar Kafein

Waktu fermentasi (jam)Kadar kafein (%)Kadar asam (%)

0

18

24

30

36

42

480,9

0,79

0,8

0,77

0,72

0,72

0,712,99

3,37

2,91

2,89

3,39

3,42

3,42

(Sumber: Danang, 2013)

Waktu yg optimum adalah pada waktu 36 jam. Selama fermentasi, selain menurunkan kadar kafein dalam kopi, penggunaan NOPKOR MZ-15 juga menaikkan kadar asam kopi. Apabila sifatnya semakin basa, hal tersebut menunjukkan berkurangnya kadar kafein dan meningkatnya xanthine.F. Tips Untuk mengurangi efek negatif konsumsi kafein dalam bahan pangan dapat dilakukan dengan menerapkan gaya hidup sehat, diantaranya:

1. Mengkonsumsi banyak air putih untuk menghindari dehidrasi akibat kafein.

2. Mengonsumsi buah pisang, karena buah pisang mengandung kalsium yang baik untuk menjaga gula darah.

3. Mengonsumsi teh herbal

4. Berolahraga secara teratur untuk menjaga kesehatanPENUTUPKesimpulan

Kafein adalah senyawa alkaloid yang termasuk jenis metilxanthine yaitu 1,3,7-trimethylxantine. Kafein dipercaya dapat mengurangi kelelahan fisik dan mengembalikan kewaspadaan mental saat kelemahan yang tidak biasa atau mengantuk terjadi. Kafein dalam pangan terdapat dalam kopi, teh, minuman ringan, kokoa, coklat, serta berbagai resep obat-obatan yang dijual bebas. Kafein cepat diabsorbsi dalam darah dan mencapai nilai maksimal di dalam 15-120 menit setelah dikonsumsi. Melalui darah, kafein disebarkan ke jaringan tubuh termasuk otak. Kafein memiliki efek sentral dan perifer tubuh, susunan saraf pusat kafein mempengaruhi organ dan jaringan. Efek dari konsumsi kafein disebut Caffeinism dengan gejala kegelisahan, lekas marah, kecemasan, tremulousness, otot berkedut (hyperreflexia), insomnia, sakit kepala, alkalosis pernapasan, dan jantung berdebar-debar. Untuk menurunkan kadar kafein dalam pangan (dalam kopi) dengan tujuan mengurangi efek negatif yang ditimbulkan, dapat dilakukan dengan cara fermentasi menggunakan mikroba NOPKOR MZ-15. Selain dari segi pengolahan, efek negatif kafein juga dapat dikurangi dengan gaya hidup yang sehat.DAFTAR PUSTAKAFarida, Ana, dkk. Penurunan Kadar Kafein dan Asam Total pada Biji Kopi Robusta Menggunakan Teknologi Fermentasi Anaerob Fakultatif dengan Mikroba NOPKOR MZ-15. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri. Volume 2, hal. 70-75.Hayati. 2012. Penggunaan Kafein dalam Dunia Olahraga dan Efeknya secara Ergogenik. Surabaya: Universitas PGRI Adi Buana.Kristiyanto, Danang, dkk. 2013. Penurunan Kadar Kafein Kopi Arabika dengan Proses Fermentasi Menggunakan NOPKOR MZ-15. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri. Volume 2, hal. 170-176.

Spiller, GA. 1998. Caffein. Boca Raton: CRC Press, pp. 235-236.