34
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beras merupakan bahan pangan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia, baik di kota maupun di pedesaan. Dengan konsumsi beras yang masih sangat tinggi, yaitu sekitar 130 kg/kapita per tahun, maka beras yang harus disediakan setiap tahunnya dalam suatu desa ekologi dapat diperhitungkan berdasarkan jumlah penduduk desa tersebut. Kegagalan dalam memenuhi kebutuhan beras secara mandiri, berarti pengaliran sumberdaya ekonomi keluar desa karena harus membeli beras dari luar desa. Selain di tingkat on-farm, penanganan pascapanen padi juga perlu diperhatikan dengan baik. Pemanenan, perontokan, penjemuran, dan penggilingan padi harus dilakukan dengan cara dan teknologi yang tepat, untuk menekan susut mutu dan susut jumlah. Penggilingan padi mempunyai peranan yang sangat vital dalam mengkonversi padi menjadi beras yang siap diolah untuk dikonsumsi maupun untuk disimpan sebagai cadangan. Kapasitas giling dari seluruh penggilingan padi yang ada di suatu desa sebaiknya mencukupi baik dari segi produksi maupun penanganan pascapanennya. Dengan demikian, usaha penggilingan padi harus dapat menjamin kelangsungannya,

Laporan 2_Satuan Operasi Industri

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Siska Dwi CaritaFakultas Pertanian Teknik Pertanian Universitas Jenderal Soedirman

Citation preview

Page 1: Laporan 2_Satuan Operasi Industri

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Beras merupakan bahan pangan yang tidak dapat dipisahkan dari

kehidupan masyarakat Indonesia, baik di kota maupun di pedesaan. Dengan

konsumsi beras yang masih sangat tinggi, yaitu sekitar 130 kg/kapita per tahun,

maka beras yang harus disediakan setiap tahunnya dalam suatu desa ekologi dapat

diperhitungkan berdasarkan jumlah penduduk desa tersebut. Kegagalan dalam

memenuhi kebutuhan beras secara mandiri, berarti pengaliran sumberdaya

ekonomi keluar desa karena harus membeli beras dari luar desa.

Selain di tingkat on-farm, penanganan pascapanen padi

juga perlu diperhatikan dengan baik. Pemanenan, perontokan,

penjemuran, dan penggilingan padi harus dilakukan dengan cara

dan teknologi yang tepat, untuk menekan susut mutu dan susut

jumlah. Penggilingan padi mempunyai peranan yang sangat vital

dalam mengkonversi padi menjadi beras yang siap diolah untuk

dikonsumsi maupun untuk disimpan sebagai cadangan.

Kapasitas giling dari seluruh penggilingan padi yang ada di suatu

desa sebaiknya mencukupi baik dari segi produksi maupun

penanganan pascapanennya. Dengan demikian, usaha

penggilingan padi harus dapat menjamin kelangsungannya, agar

usaha pemenuhan kebutuhan akan beras dapat dilakukan secara

optimal.

B. Tujuan

Untuk mengetahui alat-alat dalam RMU dan proses pengolahan gabah

menjadi beras.

Page 2: Laporan 2_Satuan Operasi Industri

II. TINJAUAN PUSTAKA

Biji-bijian adalah bahan pangan yang mempunyai daya tahan tinggi karena

tidak mudah rusak saat diangkut dan tahan lama bila disimpan dengan cara yang

benar, dan sebelumnya diolah dengan cara yang benar pula. Namun demikian

kegagalan dalam penggunaan teknologi pascapanen yang baik dapat

menyebabkan terjadinya susut mutu dan susut bobot dalam waktu yang singkat.

Rice Milling Unit merupakan suatu proses pasca panen padi untuk

menghasilkan beras dengan melalui beberapa tahapan. Standar mesin- mesin yang

ada dalam Rice Milling Unit adalah sebagai berikut:

1. Cleaner (Pembersih Gabah), mesin pembersih gabah hampa dan kotoran

lainnya.Rice Husker (Pengupas gabah), mesin pengupas kulit gabah

menjadi beras.

2. Paddy Separator (Pemisah Gabah dan Beras), mesin pemisah beras pecah

kulit dari gabah yang tercampur.

3. Rice Polisher (Penyosoh Beras), berfungsi sebagai pemutih beras akhir.

Proses ini biasanya dilakukan hingga 2-3 kali agar didapat hasil yang

maksimal.

4. Rice Grader (Pemisah Menir), mesin pemisah beras antara beras kepala

dari percampuran beras patah. Mesin ini digunakan untuk mendapatkan

beras kualitas ekspor/ super.

Prinsip pengolahan padi menjadi beras adalah :

1. Pemisahan Kotoran,

Pemisahan kotoran dari padi hasil panen di sawah dilakukan karena masih

banyak terbawa kotoran lain seperti jerami, daun, batang bahkan benda lain yang

Page 3: Laporan 2_Satuan Operasi Industri

tidak lazim seperti batu dan pasir. Kotoran ini akan mengganggu proses

pengeringan terutama penyerapan kalori dan penghambatan proses pergerakan

padi pada tahapan berikutnya

Perontokan merupakan tahap penanganan pasca panen setelah

pemotongan, penumpukan dan pengum-pulan padi. Pada tahap ini, kehilangan

hasil akibat ketidaktepatan dalam melakukan perontokan dapat mencapai lebih

dari 5 %. Cara perontokan padi telah mengalami perkembangan dari cara digebot

menjadi menggunakan pedal thresher dan power thresher.

Gebotan merupakan alat perontok padi tradisionil yang masih banyak

digunakan petani. Bagian komponen alat gebotan terdiri dari:

(a) Rak perontok yang terbuat dari bambu/kayu dengan 4 kaki berdiri di atas

tanah, dapat dipindah-pindah.

(b) Meja rak perontok terbuat dari belahan bambu/kayu membujur atau

melintang dengan jarak renggang 1 – 2 cm.

(c) Di bagian belakang, samping kanan dan kiri diberi dinding penutup dari

tikar bambu, plastik lembaran atau terpal sedangkan bagian depan terbuka.

Berikut ini cara perontokan padi dengan alat gebot :

(a) Malai padi diambil secukupnya lalu dipukulkan/digebot pada meja rak

perontok ± 5 kali dan hasil rontokannya akan jatuh di terpal yang ada di

bawah meja rak perontok.

(b) Hasil rontokan berupa gabah kemudian dikumpulkan.

Gambar Perontokan padi dengan cara gebot

Pedal thresher merupakan alat perontok padi dengan konstruksi sederhana

dan digerakan menggunakan tenaga manusia. Kelebihan alat ini dibandingkan

dengan alat gebot adalah mampu menghemat tenaga dan waktu, mudah

Page 4: Laporan 2_Satuan Operasi Industri

diperasikan dan mengurangi kehilangan hasil, kapasitas kerja 75 – 100 kg per jam

dan cukup dioperasikan oleh 1 orang. Bagian komponen pedal thresher terdiri

dari :

(a) Kerangka utama terbuat dari kayu kaso atau pipa besi dengan ukuran

keseluruhan unit bervariasi, biasanya 120 cm x 120 cm.

(b) Silinder perontok terbuat dari lepengan papan berjajar berkeli-ling

membentuk silinder dengan diameter 36 – 38 cm dan lebar 42 – 45 cm. Di sisi

kiri dan kanan ditutup dengan pipa bulat setebal 2 – 3 cm. Pada lempengan

papan tersebut ditancapkan gigi perontok yang terbuat dari kawat baja

berbentuk huruf V terbalik. Ukuran lempengan kayu, tebal 10 – 15 mm, lebar

90 mm dengan jarak antar lempengan 15 mm. Tinggi perontok ± 50 mm

dengan lebar kaki-kaki sebesar 25 mm dengan jarak antar gigi 40 mm. Jumlah

gigi perontok pada satu lempengan 10 buah dan jumlah lempengan papan 12

buah. Cara pemasang-an gigi perontok 20 mm diberi bantalan ball bearing

yang posisinya duduk pada rangka utama.

(c) Unit transmisi tenaga melalui rantai sepeda dan spocket yang prinsip kerjanya

sama seperti mesin jahit.

(d) Tutup penahan gabah terbuat dari lembaran plastik atau terpal dengan ukuran

> 0 cm x 40 cm x 35 cm. Bagian ini dapat dilepas dari kerangka utama.

Penggunaan pedal thresher dalam perontokan dapat menekan kehilangan hasil

padi sekitar 2,5 %. Berikut ini cara perontokan padi dengan pedal thresher :

(a) Pedal perontok diinjak dengan kaki naik turun.

(b) Putaran poros pemutar memutar silinder perontok.

(c) Putaran silinder perontok yang memiliki gigi perontok dimanfaatkan

dengan memukul gabah yang menempel pada jerami sampai rontok.

(d) Arah putaran perontok berlawanan dengan posisi operator (men-

jauh dari operator).

Page 5: Laporan 2_Satuan Operasi Industri

Gambar Perontokan padi dengan pedal thresher

Power thresher merupakan mesin perontok yang menggunakan sumber

tenaga penggerak enjin. Kelebihan mesin perontok ini dibandingkan dengan alat

perontok lainnya adalah kapasitas kerja lebih besar dan efisiensi kerja lebih tinggi.

Bagian komponen power thresher terdiri dari:

(a) Kerangka utama terbuat dari besi siku, uk. 40 mm x 40 mm x 4

mm dan plat lembaran baja lunak tebal 1 – 3 mm, merupakan kedudukan

komponen lainnya.

(b) Silinder perontok terbuat dari besi strip dengan diameter berjajar

berkeliling membentuk silinder dengan diameter 30 – 40 cm dan lebar 40 – 60

cm. Di sisi kiri dan kanan ditutup dengan lembaran bulat tebal 2 – 3 mm. Pada

besi strip yang melintang tersebut terpasang gigi perontok yang terbuat dari

besi as baja 10 mm, panjang 50 – 60 mm diperkuat dengan mur. Jumlah gigi

perontok 30 – 88 buah. Diameter poros perontok 25 mm, pada kedua ujung

poros diberi bantalan ball bearing yang posisinya duduk pada kerangka utama.

(c) Dalam ruang silinder terdapat sirip pembawa, saringan perontok

dan pelat pendorong jerami. Sirip pembawa terletak di bagian atas silinder

perontok, terletak menempel pada tutup atas perontok. Sirip ini mengarah ke

pintu pengeluaran jerami di sebelah belakang mesin perontok. Terbuat dari

plat lembaran dengan tebal 1 – 2 mm. Jaringan perontok terletak di sebelah

bawah silinder perontok, terbuat dari kawat baja atau besi baja 0,6 – 8 mm

bersusun menjajar, membentuk setengah lingkar-an, jarak antar besi baja

adalah 18 – 20 mm dan jarak antara ujung gigi perontok dan jaringan minimal

15 mm. Pelat pendorong jerami terpasang pada silinder perontok yang tak

Page 6: Laporan 2_Satuan Operasi Industri

terpasang gigi perontok. Bagian ini terbuat dari besi plat tebal 2 – 3 mm

denngan ukuran 15 – 15 mm.

(d) Ayakan terletak di sebelah bawah saringan perontok, ukuran

ayakan 45 mm x 390 mm, terbuat dari plat lembaran tebal 1,5 – 2 mm.

Ayakan terdiri dari 2 tingkat. Bagian atas berlubang-lubang dengan ukuran 13

mm x 13 mm dan bagian bawah rata. Ayakan ini bergerak maju mundur dan

naik turun melalui sitem as nocken.

(e) Kipas angin terbuat dari plastik dengan jumlah daun kipas 5 – 7

buah.

(f) Unit transmisi tenaga, melalui puller dan V belt dari motor

penggerak silinder perontok, kipas angin dan gerakan ayakan type V belt yang

digunakan adalah tipe B. Putaran silinder perontok untuk merontokan padi

adalah 500 – 600 RPM.

Penggunaan power thresher dalam perontokan dapat menekan kehilangan

hasil padi sekitar 3 %. Berikut ini cara perontokan padi dengan power thresher :

(a) Pemotongan tangkai pendek disarankan untuk merontok dengan

mesin perontok tipe “throw in” dimana semua bagian yang akan dirontok

masuk ke dalam ruang perontok.

(b) Pemotongan tangkai panjang disarankan untuk merontok secara

manual denngan alat atau mesin yang mempunyai tipe “Hold on” dimana

tangki jerami dipegang, hanya bagian ujung padi yang ada butirannya

ditekankan kepada alat perontok.

(c) Setelah mesin dihidupkan, atur putaran silinder perontok sesuai

dengan yang diinginkan untuk merontok padi

(d) Putaran silinder perontok akan mengisap jerami padi yang di-

masukkan dari pintu pemasuk-kan.

(e) Jerami akan berputar-putar di dalam ruang perontok, tergesek

terpukul dan terbawa oleh gigi perontok dan sirip pembwa menuju pintu

pengeluaran jerami.

Page 7: Laporan 2_Satuan Operasi Industri

(f) Butiran padi yang rontok dari jerami akan jatuh melalui saringan

perontok, sedang jerami akan terdorong oleh plat pendorong ke pintu peng-

eluaran jerami.

(g) Butiran padi, potongan jerami dan kotoran yang lolos dari saringan

perontok akan jatuh ke ayakan dengan bergoyang dan juga terhembus oleh

kipas angin.

(h) Butiran hampa atau benda-benda ringan lainnya akan tertiup

terbuang melalui pintu pengeluaran kotoran ringan.

(i) Benda yang lebih besar dari butiran padi akan terpisah melalui

ayakan yang berlubang, sedangkan butir padi akan jatuh dan tertampung pada

pintu pengeluaran padi bernas.

Gambar Perontokan padi dengan power thresher

2. Pengeringan dan penyimpanan padi,

Pengeringan merupakan proses penurunan kadar air gabah sampai

mencapai nilai tertentu sehingga siap untuk diolah/digiling atau aman untuk

disimpan dalam waktu yang lama. Kehilangan hasil akibat ketidaktepatan dalam

melakukan proses pengeringan dapat mencapai 2,13 %. Pada saat ini cara

pengeringan padi telah berkembang dari cara penjemuran menjadi pengering

buatan. Penjemuran merupakan proses pengeringan gabah basah dengan

memanfaatkan panas sinar matahari. Untuk mencegah bercampurnya kotoran,

kehilangan butiran gabah, memudahkan pe-ngumpulan gabah dan meng-hasilkan

penyebaran panas yang merata, maka penjemuran harus dilakukan dengan

menggunakan alas. Penggunaan alas untuk penjemuran telah berkembang dari

Page 8: Laporan 2_Satuan Operasi Industri

anyaman bambu kemudian menjadi lembaran plastik/terpal dan terakhir lantai dari

semen/beton. Berikut ini cara penjemuran gabah basah.

(a) Cara penjemuran dengan lantai jemur

Dari berbagai alas penjemuran tersebut, lantai dari semen merupakan alas

penjemuran terbaik. Permukaan lantai dapat dibuat rata atau bergelombang.

Lantai jemur rata pembuatannya lebih mudah dan murah, namun tidak dapat

mengalirkan air hujan secara cepat bahkan adakalanya menyebabkan

genangan air yang dapat merusakkan gabah. Lantai jemur bergelombang

lebih dianjurkan, karena dapat mengalirkan sisa air hujan dengan cepat.

Berikut ini cara penjemuran dengan lantai jemur :

o Jemur gabah di atas lantai jemur dengan ketebalan 5 cm – 7 cm untuk musim

kemarau dan 1 cm – 5 cm untuk musim penghujan.

o Lakukan pembalikan setiap 1 – 2 jam atau 4 – 6 kali dalam sehari dengan

menggunakan garuk dari kayu.

o Waktu penjemuran : pagi jam 08.00 – jam 11.00, siang jam 14.00 – 17.00 dan

tempering time jam 11.00 – jam 14.00.

o Lakukan pengumpulan de-ngan garuk, sekop dan sapu.

Gambar 11. Pengeringan padi dengan lantai jemur

(b) Cara penjemuran dengan alas terpal/plastik

Alas terpal/plastik dapat juga dipakai untuk alas penjemuran. Beberapa

keuntungan pengguna-an alas terpal/plastik adalah :

o Memudahkan pengumpulan untuk pengarungan gabah pada akhir penjemuran.

o Memudahkan penyelamatan gabah bila pada waktu penjemuran hujan turun

secara tiba-tiba.

o Dapat mengurangi tenaga kerja buruh di lapangan.

Berikut cara penjemuran dengan alas terpal/plastik :

Page 9: Laporan 2_Satuan Operasi Industri

o Jemur gabah di atas alas terpal/plastik dengan ke-tebalan 5 – 7 cm untuk

musim kemarau atau 1 – 5 cm untuk musim peng-hujan.

o Lakukan pembalikan secara teratur setiap 1 – 2 jam sekali atau 4 – 6 kali

dalam sehari. Pembalikan dianjurkan tanpa mengguna-kan garuk karena dapat

mengakibatkan alas sobek.

o Waktu penjemuran : pagi jam 08.00 – jam 11.00, siang jam 14.00 – 17.00, dan

tempering time jam 11.00 – jam 14.00.

o Lakukan pengumpulan de-ngan cara langsung di-gulung.

Pengeringan buatan merupakan alternatif cara pengeringan padi bila

penjemuran dengan matahari tidak dapat dilakukan. Secara garis besar

pengeringan buatan dibagi atas 3 bentuk, yaitu tumpukan datar (Flat Bed),

Sirkulasi (Recirculation Batch) dan kontinyu (Continuous-Flow Dryer).

Flat Bed Dryer merupakan mesin pengering yang terdiri dari:

o Kotak pengering terbuat dari plat lembaran, ber-bentuk kotak

persegi panjang dengan ukuran bervariasi sesuai dengan kebutuhan. Pada kira-

kira bagian kotak terdapat sekat/lantai yang berlubang terbuat dari plat baja

lembaran, terbagi menjadi 2 ruangan, atas dan bawah.

o Blower/kipas dan kompor panas terletak di sebelah luar kotak

pengering, dihubungkan dengan cerobong.

o Kompor pemanas memakai bahan bakar minyak tanah.

Pengeringan dengan meng-gunakan Flat Bed Dryer dilakukan dengan cara

sebagai berikut :

o Padi yang akan dikeringkan di tempatkan pada kotak pengering.

o Api dari sumber panas akan dihembuskan ke bagian/ ruangan bawah dari

kotak pegering oleh blower yang digerakkan motor peng-gerak.

o Udara panas naik ke ruang atau kotak pengering yang berisi padi melalui

sekat yang berlubang.

o Udara panas akan menurunkan kadar air padi.

Page 10: Laporan 2_Satuan Operasi Industri

Gambar Flat bed dryer

Continuous Flow Dryer merupakan mesin pengering dengan bagian

komponen mesin yeng terdiri dari kotak pengering, komponen pemanas seperti

kompor, kipas / blower, motor penggerak, dan screw conveyor discharge.

Ruangan plenum terletak di bagian tengah butiran padi yang akan dikeringkan.

Tingi kotak pengering 3 – 5 m. Bagian ini terbuat dari plat baja lembaran dan

tebalnya 2 – 3 mm.

Pengeringan dengan continuous flow dryer dilakukan dengan cara sebagai

berikut:

o Cara kerja sama dengan drier lainnya, namun padi yang akan dikeringkan

diaduk posisinya oleh screw conveyor.

o Alat ini terdiri dari kotak pengering vertikal, pemanas dan dilengkapi dengan

screw conveyor dischange.

o Gabah yang akan dikeringkan dimasukan pada bagian atas kotak pengering.

Udara pemanas dihembuskan pada salah satu sisi kotak pengering dan keluar

lewat sisi yang lain.

o Pada saat pengeringan gabah terus turun ke bawah dan dikeluarkan pada

bagian bawah “Screw Conveyor Dischange” yang terletak pada bagian bawah

kotak pengering. Besarnya kecepatan keluarnya gabah dapat diatur.

Page 11: Laporan 2_Satuan Operasi Industri

Gambar Pengeringan padi dengan continuous flow dryer

3. Pengupasan kulit (husking),

Penyosohan adalah pengupasan kulit padi yang merupakan tahapan paling

penting dari keseluruhan proses. Pengupasan kulit adalah transformasi padi

menjadi beras yang secara prinsip sudah dapat dimasak untuk dimakan. Proses

selanjutnya hanyalah penyempurnaan dari penyosohan dan untuk meningkatkan

kebersihan. Gabungan dari sosoh serta kebersihan dan keutuhan biji adalah

ukuran mutu beras putih.

Gambar Mesin Pengupas Kulit Gabah

(a) tipe mesin penyosoh yang dipakai untuk rice milling unit adalah tipe

jet parlour.

(b) udara dialirkan melalui poros yang tipis dan lubang dari tabung.

(c) Dinding heksagonal yang berlubang membungkus tabung besi yang

berputar. Jarak renggang dinding heksagonal dan tabung besi dapat diatur

dengan sekrup.

(d) Unit pembawa/conveyor.

Proses penggilingan gabah dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1) Hidupkan mesin

2) Masukkan gabah yang akan dikupas ke dalam hoper melalui bagian atas

kemudian masuk diantara kedua rol karet.

3) Atur renggang rol.

4) Hasil pengupasan berkisar 90% beras pecah kulit dan 10% gabah, tergantung

perbedaaan kecepatan putaran rol. Sekam yang terkupas terpecah menjadi 2

dan utuh. Beras pecah kulit yang dihasilkan tidak banyak yang retak sehingga

bila disosoh akan memperoleh persentase beras kepala yang relatif tinggi.

Page 12: Laporan 2_Satuan Operasi Industri

Gambar Mesin Penyosoh

4. Penggilingan (milling),

Tahapan penggilingan adalah proses penyempurnaan penyosohan dan

pelepasan lapisan penutup butir beras. Teknologi penggilingan sudah sangat

berkembang untuk menghasilkan beras putih yang baik. Proses ini dibagi lagi

menjadi penyosohan, pemutihan (whitening) dan pengkilapan (shining).

Walaupun demikian, inti proses ini adalah untuk memisahkan lapisan penutup

semaksimal mungkin.

Penggilingan merupakan proses untuk mengubah gabah menjadi beras.

Proses penggilingan gabah meliputi pengupasan sekam, pemisahan gabah,

penyosohan, pengemasan dan pe-nyimpanan. Bagian komponen mesin

penggiling terdiri dari :

1) Motor penggerak

2) Pengupas sekam biasanya dipakai tipe roll karet. Terdapat 2 buah roll karet

yang berputar berlawanan dengan kecepatan putar yang berbeda. Jarak antara

2 roll karet dapat diatur tergantung jenis gabah yang akan dikupas, biasanya

2/3 besarnya gabah. Diameter kedua roll karet sama bervariasi 300 – 500 mm

dan lebar 120 – 500 mm.

3) Pemisah gabah mempunyai 3 tipe yaitu :

(a) separator tipe kompartmen, merupakan kotak oscilator terdiri dari 1,

2, 3 atau 4 lapis/dek.

(b) separator tipe dek, terdiri dari 3 sampai 7 rak dengan posisi miring,

rak disusun dengan jarak 5 cm.

(c) Separator type saringan, terdiri dari ayakan saringan yang bergetar

berjumlah 6 – 15 ayakan.

5. Pengemasan dan distribusi

Page 13: Laporan 2_Satuan Operasi Industri

Tahap akhir dari proses pengolahan adalah pengemasan yang ditujukan

untuk memudahkan pengangkutan dan distribusi. Perkembangan terkini di bidang

pengemasan menambah atribut maksud yakni estetika, dayatarik, informasi

produk dan perbaikan daya simpan. Sebagai proses tambahan, dahulu kala

pengemasan tidak berkembang karena selain volume pengolahan yang sangat

kecil juga atribut mutu (sebagai perwujudan dari permintaan pembeli) masih

sangat sedikit. Dewasa ini, teknologi pengemasan beras sudah sangat canggih

yang meliputi keragaman bentuk, rupa, ukuran dan cara/metoda.

Gambar Pengemasan dan penyimpanan beras

III. METODOLOGI

A. Alat dan Bahan

1. Mesin-mesin RMU

2. Padi yang telah dikeringkan

3. Kertas

4. Alat tulis

B. Prosedur Kerja

1. Proses pengolahan dalam RMU diamati.

2. Mesin-mesin dalam RMU digambar pada kertas.

Page 14: Laporan 2_Satuan Operasi Industri

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

-terlampir-

B. Pembahasan

Gabah tersusun dari 15%-30% kulit luar (sekam), 4%-5% kulit ari, 12%-

14% bekatul, 65%-67% endosperm dan 2%-3% lembaga. Dalam pengertian

sehari-hari yang dimaksud beras adalah gabah yang bagian kulitnya sudah

dibuang dengan cara digiling dan disosoh menggunakan alat pengupas dan

penggiling (huller) serta penyosoh (polisher). Gabah yang hanya terkupas bagian

kulit luarnya (sekam), disebut beras pecah kulit (brown rice).

Page 15: Laporan 2_Satuan Operasi Industri

Tujuan penggilingan dan penyosohan beras adalah untuk:

1. Memisahkan sekam, kulit ari, bekatul dan lembaga dari endosperm beras

2. Meningkatkan derajat putih dan kilap beras

3. Menghilangkan kotoran dan benda asing,

Rice Milling Unit merupakan suatu proses pasca panen padi untuk

menghasilkan beras dengan melalui beberapa tahapan. Secara umum, mesin-

mesin yang digunakan dalam usaha industri jasa penggilingan padi dapat

dikelompokkan sebagai berikut:

1. Mesin pemecah kulit/sekam atau pengupas kulit/sekam gabah kering giling

(huller atau husker)

2. Mesin pemisah gabah dan beras pecah kulit (brown rice separator)

3. Mesin penyosoh atau mesin pemutih (polisher)

4. Mesin pengayak bertingkat (sifter)

5. Mesin atau alat bantu pengemasan (timbangan dan penjahit karung)

Page 16: Laporan 2_Satuan Operasi Industri

Skema tahapan proses pengolahan beras

Gabah yang baru dipanen harus dipisahkan dari malainya dengan cara

perontokan, agar penjemuran dapat berlangsung lebih singkat dan dapat

menghemat tempat penjemuran. Cara merontok yang paling sederhana adalah

dengan diiles (diinjak-injak dengan kaki). Alat-alat perontok yang sederhana

berupa kayu, tongkat perontok, sisir perontok, rak perontok pondok pengirik, dan

lain-lain, bergantung pada kebiasaan di daerah masing-masing.

Alat sederhana yang banyak dipakai adalah pedal perontok (thresher) yang

terdiri atas sebuah drum yang terbuat dari lempengan-lempengan kayu yang

disusun berjajar berkeliling membentuk silinder kayu dengan diameter, 36-38 cm,

dan panjang 42-45 cm. pada kayu-kayu ini ditancapka gigi-gigi perontok yang

terbuat dari kawat baja sebesar 3 mm

Tebal lempengan-lempengan kayu tersebut 12 mmdan lebarnya 90 mm.

lempengan kayu ini disusun dengan jarak satu sama lain 15 mm. poros dari drum

pedal perontok ini dihubungkan dengan sebuah stang pemutar dan diteruskan ke

pedalnya. Putaran drum dapat searah maupun berlawanan arah putaran jarum jam.

Mesin perontok yang digerakkan dengan motor biasanya dilengkapi dengan alat

(blower) penghembus kotoran-kotoran yang tidak diinginkan.

Berdasarkan jumlah drumnya, ada mesin perontok dengan drum tunggal

dan drum ganda. Drum perontok berbentuk silinder dengan diameter 360-420

mm, panjang 450-600 mm, dan poros berdiameter 22-23 mm. gigi perontok

terbuat dari kawat baja berdiameter 6 mm dan berbentuk U atau V, gigi perontok

ini ditancapkan terbalik pada drum dengan dengan las atau sekrup/mur. Tinggi

gigi 60 mm. gigi disusun dengan jarak antargigi 100-125 mm. setiap drum

perontok semacam inimempunyai 45-65 buah gigi dalam 10 atau 12 susun yang

melingkari drum, dengan system pemasangan ½, 1/3, ¼, 1/5 atau 1/6.

Alat perontok bermotor (power thresther) dapat pula dilengkapi dengan

sebuah rantai pengumpan (fecding chain) dimuka drum perontok yang bergerak

berputar ke samping sambil mengantarkan batang-batang padi bermalai ke arah

drum perontok dengan kecepatan 1-2 m/detik.

Page 17: Laporan 2_Satuan Operasi Industri

Butir-butir gabah yang masih menempel pada malai akan dihantam gigi-

gigi perontok hingga rontok dari bulirnya. Gabah hendaknya sudah betul-betul tu

dengan kadar air 20-22% (maksimum). Gabah akan hancur/pecah jika kadar

airnya lebih besar. Cara pengoperasian alat ini berbeda-beda. Ada yang dipegangi

pangkal malai/batang padi, dan ada pula yang dilemparkan langsung kedalam

ruangan perontok (throwin system). Pada system yang terakhir ini, malai padi

dipotong sependek mungkin agar perontokannya sempurna. Pada alat perontok

tersebut terdapat saringan gabah yang terletak di bawah drum perontok yang

berfungsi sebagai saringan kotoran. Gabah turun ke bawah dan melewati saringan

itu. Kotorannya yang tidak dapat melewati saringan akan diembus keluar oleh

kipas pengembus. Dengan sebuah screw conveyor (pendorong berbentuk

uliran/sekrup), gabah yang turun kebawah ini didorong kesamping, keluar dari

badan perontok, dan ditampung dalam karung. Cara pembersihan gabah oleh alat

pengembus dapat berlangsung dengan pemisahan tunggal (single select),

pemisahan ganda (double select), maupun pemisahan 3 tingkat (triple select)

Sesudah dirontokkan gabah kemudian dikeringkan. Pengeringan secara

tradisional adalah dengan cara dijemur di lamporan. Lamporan adalah suatu lantai

semen yang dibuat agak tinggi di bagian tengahnya dengan saluran air diantaranya

untuk mencegah berkumpulnya air hujan. Praktek penjemuran yang baik adalah

dengan menggunakan alas tikar atau plastik/terpal pada lantai sehingga gabah

pada lapisan dasar tidak terkena panas yang berlebihan akibat pemanasan lantai

semen, selain memudah untuk ditutupi dan diangkut ke gudang dengan cepat bila

sewaktu-waktu turun hujan selama penjemuran.

Flat Bed Dryer merupakan mesin pengering yang terdiri dari Kotak

pengering terbuat dari plat lembaran, berbentuk kotak persegi panjang dengan

ukuran bervariasi sesuai dengan kebutuhan. Pada kira-kira bagian kotak terdapat

sekat/lantai yang berlubang terbuat dari plat baja lembaran, terbagi menjadi 2

ruangan, atas dan bawah. Blower/kipas dan kompor panas terletak di sebelah luar

kotak pengering, dihubungkan dengan cerobong. Kompor pemanas memakai

bahan bakar minyak tanah.

Page 18: Laporan 2_Satuan Operasi Industri

Pengeringan dengan menggunakan Flat Bed Dryer dilakukan dengan cara

padi yang akan dikeringkan di tempatkan pada kotak pengering. Api dari sumber

panas akan dihembuskan ke bagian/ ruangan bawah dari kotak pegering oleh

blower yang digerakkan motor penggerak. Udara panas naik ke ruang atau kotak

pengering yang berisi padi melalui sekat yang berlubang. Udara panas akan

menurunkan kadar air padi.

Continuous Flow Dryer merupakan mesin pengering dengan bagian

komponen mesin yeng terdiri dari kotak pengering, komponen pemanas seperti

kompor, kipas / blower, motor penggerak, dan screw conveyor discharge.

Ruangan plenum terletak di bagian tengah butiran padi yang akan dikeringkan.

Tingi kotak pengering 3 – 5 m. Bagian ini terbuat dari plat baja lembaran dan

tebalnya 2 – 3 mm.

Pengeringan dengan continuous flow dryer dilakukan dengan cara kerja

sama dengan drier lainnya, namun padi yang akan dikeringkan diaduk posisinya

oleh screw conveyor. Alat ini terdiri dari kotak pengering vertikal, pemanas dan

dilengkapi dengan screw conveyor dischange. Gabah yang akan dikeringkan

dimasukan pada bagian atas kotak pengering. Udara pemanas dihembuskan pada

salah satu sisi kotak pengering dan keluar lewat sisi yang lain. Pada saat

pengeringan gabah terus turun ke bawah dan dikeluarkan pada bagian bawah

“Screw Conveyor Dischange” yang terletak pada bagian bawah kotak pengering.

Besarnya kecepatan keluarnya gabah dapat diatur.

Sebelum digiling, gabah biasanya dibersihkan dari segala kotoran seperti

jerami, kayu, pecahan batu, logam dan sebagainya. Kotoran-kotoran lunak seperti

jerami akan mengurangi kapasitas giling, sedangkan kotoran-kotoran keras seperti

batu akan merusak mesin penggiling.

Gabah kering giling (GKG), yaitu gabah dengan kadar air sekitar 14%

basis basah dimasukkan kedalam mesin pemecah kulit gabah dan outputnya

berupa beras pecah kulit (BPK) yang berwarna putih kecoklatan (kusam) atau

disebut juga brown rice.

Mesin pemecah kulit gabah yang banyak digunakan dewasa ini adalah

mesin tipe rubber roll yang prinsip kerjanya memecah kulit gabah dengan cara

Page 19: Laporan 2_Satuan Operasi Industri

memberikan tenaga tarik akibat kecepatan putar yang berbeda dari dua silinder

karet yang dipasang berhadapan.

Gambar 1. Mesin pemecah kulit gabah tipe rubber roll

Persentase gabah terkupas, beras patah dan beras menir tergantung pada

kerapatan dan kelenturan silinder karet ini. Silinder yang telah mengeras atau

yang terlalu rapat satu sama lain akan meningkatkan jumlah beras patah dan beras

menir, sedangkan jarak kedua silinder yang renggang akan menyebabkan

persentase gabah tidak terkupas meningkat. Biasanya gabah yang tidak terkupas

akan dipisahkan dari beras pecah kulit dan dimasukkan lagi ke dalam pengumpan

hingga semuanya terkupas. Pekerjaan ini dilakukan menggunakan mesin lain yang

disebut mesin pemisah BPK dan gabah, atau secaram umum disebut pengayak.

Gabah yang diumpankan ke dalam mesin pemecah kulit biasanya tidak

seluruhnya terkupas. Besar kecilnya persentase gabah tidak terkupas ini

tergantung pada penyetelan mesin. Bagian yang tidak terkupas tersebut harus

dipisahkan dari beras pecah kulit untuk diumpankan kembali kedalam mesin

pemecah kulit. Pemisahan ini dilakukan dengan menggunakan mesin pemisah

Page 20: Laporan 2_Satuan Operasi Industri

gabah dari beras pecah kulit, yang dapat menyatu atau terpisah dengan mesin

pemecah kulit.

Selanjutnya beras pecah kulit mengalami proses penyosohan yang

dilakukan menggunakan mesin penyosoh atau disebut juga mesin pemutih. Hasil

dari proses penyosohan adalah beras putih yang siap dipasarkan atau dimasak.

Mesin penyosoh yang umum digunakan di Indonesia adalah mesin tipe friksi

jetpeller.

Gambar 3. Mesin penyosoh beras pecah kulit tipe friksi jetpeller

Beras pecah kulit yang diumpankan ke dalam mesin ini didorong

memasuki silinder dengan permukaan dalam tidak rata dan pada bagian dalamnya

terdapat silinder lain yang lebih kecil dan mempunyai permukaan luar yang tidak

rata serta berlubang-lubang. Beras pecah kulit akan berdesakan dan bergesekan

dengan permukaan silinder yang tidak rata sehingga lapisan kulit arinya (aleuron)

yang berwarna kecoklatan terkikis. Kulit ari yang terkikis ini menjadi serbuk

dedak yang dapat menempel pada permukaan beras dan juga permukaan dinding

silinder, sehingga dapat menurunkan kapasitas penyosohan. Oleh karena itu mesin

penyosoh tipe jetpeller dilengkapi dengan hembusan udara yang kuat dari dalam

silinder kecil yang berlubang-lubang, sehingga mendorong dan melepaskan

serbuk dedak dari permukaan beras dan dinding silinder untuk mendapatkan beras

putih yang bersih dan menjaga kapasitas giling tidak menurun.

Selain itu hembusan udara ini juga berfungsi untuk menjaga suhu beras

tetap rendah selama proses penyosohan sehingga penurunan mutu akibat

Page 21: Laporan 2_Satuan Operasi Industri

perubahan kimia (menyebabkan cracking pada beras) yang disebabkan oleh panas

dapat dicegah.

Beras putih hasil proses penyosohan kemudian perlu dipisahkan menurut

kelompok mutunya yaitu beras utuh dan beras kepala sebagai mutu terbaik, beras

patah sebagai mutu kedua, dan beras menir sebagai mutu ketiga. Pemisahan

dilakukan menggunakan mesin pengayak bertingkat (sifter) atau silinder pemisah

(silinder separator).

Gambar 4. Mesin pengayak beras dengan saringan bertingkat

Ketiga macam mutu beras tadi akan dicampurkan kembali dengan

perbandingan tertentu untuk menentukan harga jual sebelum beras dikemas bila

akan dipasarkan. Pengemasan umumnya menggunakan karung plastik berukuran

50 kg. Penimbangan dilakukan secara manual, demikian pula penutupan karung,

dapat dilakukan secara manual baik dengan atau pun tanpa bantuan alat penjahit

portabel.

Page 22: Laporan 2_Satuan Operasi Industri

V.KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. RMU (Rice Milling Unit) merupakan satuan operasi dari proses-proses yang

dilakukan menggunakan alat bantu baik mesin modern maupun tradisional

untuk mengolah padi menjadi beras.

2. Mesin yang digunakan dalam RMU pada umumnya adalah Mesin pemecah

kulit/sekam atau pengupas kulit/sekam gabah kering giling (huller atau

husker), Mesin pemisah gabah dan beras pecah kulit (brown rice separator),

Mesin penyosoh atau mesin pemutih (polisher), Mesin pengayak bertingkat

(sifter), dan Mesin atau alat bantu pengemasan (timbangan dan penjahit

karung).

B. Saran

Ketika praktikum berlangsung, sebaiknya peserta praktikum dapat

dikondisikan lebih rapi sehingga sistematika dalam pengamatan RMU di tempat

pengamatan tidak kacau. Karena hanya sedikit yang memperhatikan proses,

sedangkan yang lain tidak.

Page 23: Laporan 2_Satuan Operasi Industri

DAFTAR PUSTAKA

Haryadi, Purwiyatno dkk.1999.Latihan Soal Prinsip Teknik Pangan.ITB

Sodiq, M., M. Sholeh, dan I K. Tastra. 1999. Evaluasi program bimas intensifikasi palagung di Kabupaten Gresik, Lamongan, dan Mojokerto. Tim Teknis Satpem Bimas Propinsi Jawa Timur, Surabaya.

Anonim.http://catetankuliah.blogspot.com/2009/11/pengnganan-padi-pasca-panen.html

Anonim. www.en.wikipedia.org/wiki/Padi

Sholeh, Muhammad. http://mohammadsholeh.wordpress.com/